Disusun :
1. Dyah Ayu Apriani (1218012)
2. Eka Setya Winasih (1218013)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan
hidayah Nya sehingga tersusunlah makalah ini. Makalah Asuhan Kebidanan ini dibuat
sebagai bukti laporan praktek lapangan di Klinik Annisa Boyolali. Dalam kesempatan ini
penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth :
1. Ibu Mudy Oktiningrum,S. SiT, M. Keb. selaku ketua Stikes Ar-Rum Salatiga
2. Ibu Atik Maria, S. SiT., M. Tr. Keb. selaku ketua prodi Diploma Tiga Kebidanan Stikes Ar-
Rum Salatiga
3. Ibu Retnaning Muji Lestari, S.ST, M.H selaku wakil ketua satu prodi Diploma Tiga
Kebidanan Stikes Ar-Rum Salatiga
4. Ibu Citra Elly Agustina, S. kep., M. Kes selaku wakil ketua dua prodi Diploma Tiga
Kebidanan Stikes Ar-Rum Salatiga
5. Ibu Tety Sulestiyowati, S. ST, M.H. selaku wakil ketua tiga prodi Diploma Tiga Kebidanan
Stikes Ar-Rum Salatiga
6. Ibu Ana Mufidaturrosida, S.ST.,MPH. selaku koordinator Praktik Klinik Kebidanan
Patologis Stikes Ar-Rum Salatiga
8. Ibu Eti Rochaeti selaku pembibing lahan Praktik Klinik Kebidanan Ptologis Stikes Ar-
Rum Salatiga
9. Ibu Siti Fatimah M.Tr. Keb selaku pembimbing seminar praktik klinik kebidanan patologis
Stikes Ar-Rum Salatiga
10. Ibu Farida Utaminingtyas.,S.ST., M.Keb selaku penguji seminar praktik klinik kebidanan
patologis Stikes Ar-Rum Salatiga
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iv
BAB I..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................................4
BAB III.........................................................................................................................................13
TINJAUAN KASUS...................................................................................................................13
I. PENGKAJIAN...................................................................................................................13
II. INTERPRETASI DATA....................................................................................................18
III. DIAGNOSA POTENSIAL................................................................................................19
IV. ANTISIPASI.......................................................................................................................20
V. INTERVENSI.....................................................................................................................20
VI. IMPLEMENTASI...............................................................................................................20
VII. EVALUASI.........................................................................................................................23
BAB IV.........................................................................................................................................28
iv
PEMBAHASAN..........................................................................................................................28
BAB V..........................................................................................................................................32
PENUTUP...................................................................................................................................32
A. Kesimpulan.......................................................................................................................32
B. Saran..................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................33
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, ada beberapa masalah yang mugkin muncul
misalnya masalah dalam menyusui seperti bendungan ASI yang disebabkan karena
putting susu yang datar sehingga bayi tidk bisa menyusu dengan baik dan ASI tidak
bisa keluar.
Menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal, tidak sedikit ibu
mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI, karena
pengeluaran ASI tidak lancar disebabkan oleh putting susu yang datar sehingga bayi
tidak bisa menghisap ASI. Pembengkakan ini akan mengakibatkan rasa nyeri pada ibu
bahkan tidak jarang ibu merasa demam, oleh karena itu para ibu dianjurkan untuk
melakukan perawatan payudara agar tidak terjadi komplikasi seperti bendungan ASI.
Kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh putting susu yang datar dan
pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada
ibu nya. Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan
bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila tidak
segera di tangani maka akan menyebabkan bendungan ASI pada Payudara.
Bendungan ASI dapat terjadi karena penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar-
kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu
sehingga terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan.
Menurut data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun 2013 di
Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI
rata-rata sebanyak 8242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas, pada tahun 2014 ibu yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan pada
tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 (66,34%) dari
9.862 ibu nifas. (WHO,2015).
Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2013
disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat
107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI
1
sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%). (Depkes RI, 2014)
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015
menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak
35.985 (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 77.231 (37, 12 %) ibu nifas.(SDKI,2015)
Dampak yang akan ditimbulkan jika bendungan ASI tidak teratasi yaitu akan terjadi
mastitis dan abses payudara. Mastitis merupakan inflamasi atau infeksi payudara
dimana gejalanya yaitu payudara keras, memerah, dan nyeri, dapat disertai demam
>38°C sedangkan abses payudara merupakan komplikasi lanjutan setelah terjadinya
mastitis dimana terjadi penimbunan nanah dalam payudara. selain berdampak pada
ibu, bendungan ASI juga berdampak pada bayi dimana kebutuhan bayi akan kurang
terpenuhi karena kurangnya asupan yang didapatkan oleh bayi.
Upaya yang yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bendungan ASI yaitu
dengan cara melakukan breast care pada ibu, mengajarkan cara perawatan patudara
kepada pasien, dan mengajarkan cara menarik putting payudara supaya putting bisa
keluar, serta memberikan penyulluhan kesehatan kepada pasien teknik menyusui
dengan benar. Hal ini dikarenakan payudara adalah penghasil ASI sebagai sumber
nutrisi untuk bayi yang baru lahir dan jika tidak melakukan perawatan payudara dengan
baik maka akan terjadi bendungan ASI.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diharapkan dari makalah ini adalah:
1. Bagi Instansi Kesehatan
Makalah ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pembelajaran asuhan
kebidanan ibu nifas.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai referensi untuk masyarakat sekitar, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang ibu nifas.
3. Bagi Instansi Prodi D-III Kebidanan STIKES AR RUM Salatiga
Sebagai referensi dan bahan bacaan di perpustakaan STIKES AR RUM Salatiga,
sehingga dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa asuhan kebidanan ibu
nifas.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan
harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas
secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subyektif, obyektif, maupun
penunjang.
c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganilisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat
mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,
yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk
kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan
e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama.
5
a. Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk
memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil.
b. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada jam
kedua, jika kontraksi tidak kuat. Massase uterus sampai keras karena otot
akan menjepit pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan.
c. Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15 menit pada
jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.
d. Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan perineum, dan
kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat beri posisi yang nyaman,
dukung program bounding attachmant dan ASI eksklusif, ajarkan ibu dan
keluarga untuk
6
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio :
b. Pengeluaran lokia
Lokia adalah cairan atau sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Macam-macam lokia:
1) Lokia rubra (crueanta): Berwanrna merah karena berisi darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa, lanugo, dan
mekoneum selama 2 hari pasca persalinan
2) Lokia sanguilenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.
3) Lokia serosa: Locha ini bebrbentuk serum dan berwarna merah
jambu kemudian kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah
lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
4) Lokia alba: Dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan putih serta
terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
Selain lokia diatas, ada jenis lochia yang tidak normal, yaitu:
1) Lokia purulenta: Ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
2) Lochiastasis: Lokia tidak lancar keluarnya.
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup
d. Vulva dan vagina
7
e. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur.
f. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil.
g. Setelah 3 minggu vulva dan vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol
h. Perineum
1) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
2) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali
seperti keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan
tonus oto perineum, maka pada masa nifas perlu dilakukan senam
kegel
i. Payudara/Laktasi
Payudara atau mammae adalah kelenjar yang terletak dibawah
kulit, diatas otot dada. Secara makroskopis, struktur payudara terdiri dari
korpus (badan), areola dan papilla atau puting. Fungsi dari payudara
adalah memproduksi susu (air susu ibu) sebagai nutrisi bagi bayi. Sejak
kehamilan trimester pertama kelenjar mammae sudah dipersiapkan bauk
untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terjadi pada kelenjar
mammae selama kehamilan adalah:
1) Proliferasi jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena
pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat selama
hamil, merangsang duktus dan alveoli kelenjar mammae untuk
persiapan produksi ASI.
2) Terdapat cairan yang berwarna kuning (kolostrum) pada duktus
laktiferus. Cairan ini kadang-kadang dapat dikeluarkan atau keluar
sendiri melalui puting susu saat usia kehamilan memasuki trimester
ketiga.
3) Terdapat hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagian dalam
kelenjar mammae.
Setelah persalinan, estrogen dan progesteron menurun drastis
sehingga dikeluarkan prolaktin untuk merangsang produksi ASI. ASI
kemudian dikeluarkan oleh sel \ otot halus disekitar kelenjar payudara
yang mengkerut dan memeras ASI keluar, hormon oksitosin yang
membuat otot-otot itu mengkerut.
8
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang
masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada
saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi
ASI. Pada hari-hari pertama ASI mengandung banyak kolostrum,
yaitu cairan agak berwarna kuning dan sedikit lebih kental dari ASI
yang disekresi setelah hari ketiga postpartum.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk
manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian
ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2
tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan
tubuh secara alami.
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi
dan pengeluara ASI.
9
d. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,
bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendung an ASI).
e. Puting susu terlalu panajang (puting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya, ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI)
3. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan
progesterone turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang
menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil,
dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus
kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya
dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang
mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini
timbul jika bayi menyusu.
Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau
kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna,
maka akan terjadi pembendungan air susu. Kadang-kadang pengeluaran
susu juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit karena pembesaran
vena serta pebuluh limfe
4. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnose maka dilakukan pemeriksaan payudara
dan pemeriksaan harus dikerjakan dengan sangat hati-hati, tidak boleh kasar
dan keras. Pemeriksaan payudara dilakukan dengan :
a. Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dilakukan pada ibu untuk melihat tanda-
tanda infeksi pada payudara, pertama perhatikan ke simetrisan payudara
dengan posisi ibu duduk, tangan ibu disamping dan sesudah itu dengan
kedua tangan keatas, selagi pasien duduk. Kita akan melihat dilatasi
pembuluh-pembuluh balik dibawah kulit akibat pembesaran tumor jinak
atau ganas dibawah kulit. Perlu diperhatikan apakah edema kulit harus
diperhatikan pada tumor yang terletak tidak jauh dibawah kulit. Kita akan
melihat jelas edema kulit seperti gambaran kulit jeruk (peaud’ orange)
pada kanker payudara.
Setelah palpasi payudara selesai, dimulai dengan palpasi aksilla
dan supraklavikular. Untuk pemeriksaan aksilla ibu harus duduk, tangan
aksilla yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa, dan dokter
10
pemeriksa mengadakan palpasi aksilla dengan tangan yang
kontralateral dari tangan.
5. Prognosis
Bendungan ASI merupakaan permulaan dari infeksi mammae yaitu
mastitis. Bakteri yang menyebabkan infeksi mammae adalah
stapylococus aerus yang masuk melalui puting susu. Infeksi
menimbulkan demam, nyeri lokal pada mammae, terjadi pemadatan
mammae, dan terjadi perubahan kulit mammae.
6. Pencegahan
Mencegah terjadinya payudara bengkak seperti: jangan dibersihkan
dengan sabun; gunakan teknik menyusu yang benar; puting susu dan areola
mammae harus selalu kering setelah selesai menyusui: jangan pakai bra
yang tidak dapat menyerap keringat; susukan bayi segera setelah lahir;
susukan bayi tanpa dijadwal; keluarkan sedikit ASI sebelum menyusu agar
payudara lebih lembek; keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila
produksi melebihi kebutuhan ASI; laksanakan perawatan payudara setelah
melahirkan.
7. Penatalaksanaan
a) Sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
b) Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5
menit.
c) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting.
d) Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi
lunak.
e) Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding)
dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.
f) pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran
ASI secara manual dari payudara.
g) Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara setelah
menyusui atau setelah payudara dipompa.
C. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Adalah suatu system dalam perencanaan pelayanan yang menpunyai 7
tahap yaitu pengkajian data, analisa data, diagnosa masalah, diagnosa
potensial, tindakan segera, perencanaan asuhan kebidanan, pelaksanaan
asuhan kebidanan, dan evaluasi.
1. Identifikasi data dasar
a. Biodata Meliputi nama, umur suku bangsa, agama, alamat dan data
suami/penanggung jawab
b. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan oleh klien ketika datang
menemeui petugas baik fisik maupun psikis
11
c. Riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, dan riwayat persalinan dan
nifas
d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
e. riwayat penyakit sekarang, dahulu, dan keluarga untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit keluarga
f. Pola kebutuhan selama masa nifas
g. Riwayar spiritual psikososial
h. Pemeriksaan umum dan pemeriksan Fisik
i. pemeriksaan penunjang pemeriksaan labolatorium
2. Analisis Diagnosa Menemukan diagnosa masalah data dikumpulkan dan
dikelompokan, lalu di identifikasikan, sehingga di dapatkan suatu kesimpulan
masalah yang dialami klien
3. diagnosa Potensial masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera
diatasi akan mengancam keselamatan klien
4. Tindakan segera Tindakan yang harus secara cepat dan tepat tidak dapat
ditunda karena bila terlambat datang menangani akan berakibat fatal
terhadap kesejahterahaan klien
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 19 Maret 2021 Jam : 14.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 19 Maret 2021 Jam : 14.05 WIB
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien dan Suami
Identitas Ibu
Nama : Ny. L Nama : Tn. M
Umur : 24 Tahun Umur : 24 Tahun
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Pusung 4/13, Kiringan, Boyolali
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan demam sejak 2 hari yang lalu, kedua payudara
bengkak dan nyeri sejak tanggal 17 Maret 2021.
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Warna : merah segar
Jumlah : 3 – 4x ganti pembalut / hari
Keputihan : normal
Keluhan : dismenorea
4. Riwayat Pernikahan
Usia saat menikah : 22 tahun
Pernikahan ke : 1 (pertama)
Lama pernikahan : 2 tahun
5. Riwayat Persalinan dan Nifas Sekarang
Para : P1A0
Tanggal dan Jam Lahir : 15 Maret 2021 jam 06.30 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
BB/PB/AS : 3100 gram/49 cm/8-9-10
Jumlah Perdarahan : ± 100 cc
14
c. Riwayat kesehatan lainnya
Asma : tidak ada DM : tidak ada
HT : tidak ada Kanker : tidak ada
Hepatitis : tidak ada Keturunan Kembar : tidak ada
Paru : tidak ada TBC : tidak ada
Op.dialami : tidak ada Lain-lain : tidak ada
1. Pola kebutuhan selama masa nifas
No Pola Kebutuhan Selama Nifas
1. Pola Nutrisi
Makan Frekuensi : 3x/hari
Jenis : nasi,sayur, lauk
Pantangan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Minum Frekuensi : 8 gelas/hari
Jenis : air putih,teh
Pantangan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
2. Pola Eliminasi
BAK Frekuensi : 5x/hari
Warna : kuning
Bau : khas urine
Keluhan : tidak ada
BAB Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : lembek
Warna : kuning
Bau : khas feses
Keluhan : tidak ada
3. Pola Istirahat/Tidur Siang : ± 1 jam
Malam : ± 6 jam
Keluhan : tidak ada
4. Pola Seksual Frekuensi : Belum melakukan
Keluhan : Ibu mengatakan
belum berhubungan selama masa
nifas
5. Pola Aktivitas Ibu mengatakan melakukan
asktivitas sehari-hari dengan
15
dibantu keluarga.
Keluhan : Payudara terasa
nyeri, bengkak, keras, dan panas.
6. Kebersihan Diri Mandi : 1x/ hari
Keramas : belum
Gosok gigi : 1xhari
Ganti pakaian : 2x/hari
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
16
c. Status emosional : Stabil
d. Tanda Vital
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Suhu : 36,80C
3) Nadi : 84 x/menit
4) RR : 22 x/menit
5) Tinggi badan : 153 cm
6) Berat badan : 56 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Rambut : Bersih, hitam,lebat, tidak mudah rontok, tidak ada
ketombe, tidak berminyak
Wajah : Tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, mata
tidak cekung
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret
Mulut : Simetris, bibir kering dan pucat, tidak ada sariawan,
tidak ada gigi berlubang
Telinga : Bersih, tidak ada penumpukan serumen, tidak ada nyeri
tekan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe,
dan vena jugularis
Kulit : Turgor kulit normal, tidak kering
Dada : Simetris, tidak ada nyeri tekan
Payudara : Bengkak, tidak teraba benjolan di sekitar payudara,
putting susu datar, ASI keluar sedikit dan terdapat nyeri
tekan
Perut : Terdapat linea nigra dan striae gravidarum, tidak
teraba hepatomegaly, tidak terdapat bekas luka
Genetalia luar : PPV lochea sanguinolenta, tidak ada varises, tidak
terdapat luka bekas jahitan
Ekstremitas atas : Tidak oedema, tidak ada varises
Ekstremitas bawah : Tidak oedema, tidak ada varises, refleks patela
kanan/kiri +/+
3. Pemeriksaan Obstetri
17
a. Inspeksi
Muka : Simetris, tidak oedema
Payudara : Tidak simetris, payudara bengkak, putting susu datar
Abdomen : Terdapat linea nigra dan striae gravidarum, tidak terdapat
bekas luka
Vulva : Tidak oedema, tidak ada varises, bersih, lochea
berwarna kemerahan
b. Palpasi
Mammae : Terdapat nyeri tekan pada payudara, tidak teraba
benjolan di sekitar payudara, payudara bengkak, dan
pengeluaran ASI keluar sedikit
Abdomen : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : Keras
c. Auskultasi : Tidak dilakukan
d. Perkusi : Tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11,6 gram/dL
Glukosa Urine : Negatif
Protein Urine : (-)
Golongan darah : O
HbSAg : (-)
18
e) Ibu mengatakan kedua payudaranya bengkak, keras, panas, terdapat nyeri
tekan, dan ASI hanya keluar sedikit.
2. (Do) :
a) KU : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/m
Suhu : 36,80C
RR : 22 x/m
d) Payudara : kedua payudaranya bengkak, keras, panas, terdapat nyeri
tekan, tidak teraba benjolan di sekitar payudara, putting
susu datar, dan ASI hanya keluar sedikit
e) Abdomen :
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : keras
Lochea : sanguinolenta
B. Masalah
Ibu mengatakan payudaranya terasa nyeri,cemas, sulit tidur, merasa bersalah, dan
mudah tersinggung. Ibu khawatir dengan keadaannya karena takut dan tidak bisa
menyusui bayinya.
C. Kebutuhan
Beri dukungan moril pada ibu dan beri informasi pada ibu mengenai perawatan
payudara dan cara mengkosongkan ASI pada masa nifasnya dengan bendungan
ASI.
19
Kolaborasi dengan dokter untuk mendapatkan theraphy
V. INTERVENSI
Tanggal: 19 maret 2021 Jam: 14.25 WIB
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami
3. Lakukan Breast Care pada pasien
4. Anjurkan ibu untuk menggunakan bra yang menyangga payudara
tetapi tidak terlalu sempit, dan jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya
5. Ajarkan cara perawatan pada payudara dan cara memerah ASI
dengan tangan
6. Ajarkan teknik dan posisi menyusui yang benar
7. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga payudaranya agar tetap bersih
dan kering terutama pada putting susu
8. Berikan therapy sesuai advice dokter
9. Anjurkan ibu istirahat yang cukup
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal: 19 Maret 2021 Jam : 14.30 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/m
Suhu : 36,80C
RR : 22 x/m
Memberitahu keadaan ibu bahwa ibu mengalami bendungan ASI, tetap
menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya, serta mengoptimalkan asupan nutrisi dan
istirahat.
2. Menjelaskan tentang bendungan ASI yaitu ASI yang tidak
keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI
membesar/membengkak dan menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar.
3. Melakukan Breast Care pada ibu :
a. Balurkan baby oil pada kedua telapak tangan.
b. Lakukan pemijatan secara melingkar pada payuda mulai dari bagian tengah ke
atas ke arah samping kiri, selanjutnya ke arah bawah lalu kembali ke atas dan
20
angkat. Kemudian lepaskan secara perlahan. Lalukan sebanyak 15 kali masing-
masing payudara
c. Topang payudara kiri dengan tangan kiri kemudian tekan payudara ke arah puting
susu dengan tangan kanan (jari kelingking), begitupun sebaliknya. Lakukan
sebanyak 15 kali masing-masing payudara.
d. Topang payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian tangan kanan menggenggam
dan mengurut dengan buku-buku jari, selanjutnya tekan payudara dari atas ke puting
susu. Begitupun sebaliknya lakukan sebanyak 15 kali.
e. Kompres kedua payudara dengan air hangat menggunakan handuk atau waslap
secara bergantian, lakukan sebanyak 5 kali masing-masing air.
4. Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra yang
menyangga payudara tetapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan
kawat di bawahnya
5. Mengajarkan pada ibu cara perawatan payudara
a. Cara perawatan payudara:
1) Buka pakaian
2) Letakkan handuk di atas pangkuan ibu dan tutuplah dengan handuk
3) Buka handuk pada daerah payudara
4) Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5
menit
5) Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama untuk putting susu
yang mendatar
6) Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
7) Kedua telapak tangan diletakkan diantara kedua payudara
8) Pengurutan dimulai dari arah atas, samping, telapak tangan kiri ke arah sisi
kiri, telapak tangan kanan kea rah sisi kanan
9) Pengurutan ditelusuri ke bawah, samping, selanjutnya melintang telapak
tangan mengurut ke depan, kemudian terlepas dari kedua payudara
10) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, kemudian jari-jari tangan
kanan sisi kelingking mengurut payudara kearah putting susu begitupun
sebaliknya
11) Payudara disiram dengan air hangat dan didinginkan secara bergantian
kira-kira 5 menit (air hangat) keringkan dengan handuk pakailah bra khusus
untuk ibu menyusui (bra yang menyangga payudara).
21
b. Cara pemerahan ASI dengan tangan
1) Tangan cuci sampai bersih
2) Siapkan cangkir/gelas bertutup dengan air mendidih
3) Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan dimasase
dengan kedua telapak tangan dari pangkal kearah kalang payudara. Ulangi
pemijatan ini pada sekitar payudara secara merata.
4) Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan dimasase
dengan kedua telapak tangan dari pangkal kearah kalang payudara. Ulangi
pemijatan ini pada sekitar payudara secara merata.
5) Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan jari telunjuk
pada sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara ditekan kea rah dada.
6) Daerah kalang payudara diperah dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan
memijat/menekan putting, karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet.
7) Ulangi tekan-perah-lepas-tekan-perah-lepas, pada mulanya ASI tidak
keluar setelah beberapa kali maka ASI akan keluar
8) Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara pada semua sisi, agar
yakin bahwa ASI telah diperah dari semua segmen payudara.
6. Memberi penyuluhan pada ibu tentang teknik menyusui yang benar yaitu:
a. Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun dengan teknik 7
langkah
b. Mempersilahkan ibu duduk dengan santai dan nyaman
c. Mempersilahkan ibu untuk membuka pakaian bagian atas
d. Mengajari ibu untuk mengeluarkan dan mengoleskan sedikit ASI pada putting
susu dan aerola sebelum maupun setelah menyusui
e. Mengajarkan ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu
f. Mengajari ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakan satu
tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi
menghadap ke payudara
g. Posisi telinga dan lengan berada pada garis lurus
h. Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari yang lain menopang
dibawah serta jangan menekan putting susu dan aerola
i. Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi dengan cara
menempelkan putting susu ibu ke ujung mulut bayi
22
j. Setelah bayi membuka mulut, anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat
kepala bayi ke payudara ibu, kemudian masukkan putting susu serta sebagian
besar aerola ke mulut bayi
k. Mengajarkan ibu cara melepas isapan bayi dengan cara memasukkan ujung
jari kelingking ke mulut bayi, atau dengan cara menekan dagu bayi
l. Mengajari ibu untuk menyedawakan bayi ada 2 cara yaitu
1) Bayi ditengkurapkan pada pangkuan ibu kemudian punggung bayi ditepuk-
tepuk secara perlahan selama 15 menit dan tunggu sampai bayi
bersendawa.
2) Bayi diletakkan pada pundak ibu dengan posisi bayi tegak kemudian
punggung bayi ditepuk-tepuk secara perlahan selama 15 menit dan tunggu
sampai bayi bersendawa
j. Menganjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya secara on demand dan pada
kedua payudara secara bergantian
k. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on demand atau
setiap kali bayi membutuhkan (2-3 jam) meskipun terasa sakit agar
pengosongan payudara tetap optimal untuk mencegah terjadinya abses
payudara
7. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga payudaranya agar tetap bersih dan kering
terutama pada putting susu
8. Memberikan terapi obat sesuai dengan advice dokter yaitu berikan lanamol 500 mg
(3x1) per oral, Dexamethasone (3x1), dan caviplex (3x1).
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, ibu dapat istirahat dan tidur ketika bayi
tidur
VII. EVALUASI
Tanggal: 19 Maret 2021 Jam: 14.40 WIB
1. Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan
2. Ibu telah mengerti tentang bendungan ASI
3. Telah dilakukan breast care pada ibu
4. Ibu bersedia untuk menggunakan bra yang menyangga payudara tetapi tidak terlalu
sempit, dan tidak ada kawat di bawahnya
5. Ibu bersedia untuk melakukan breast care dan pemerahan ASI dengan tangan
23
6. Ibu telah mengerti penjelasan menyusui yang benar dan dapat mempraktekan secara
mandiri
7. Ibu bersedia untuk menjaga payudaranya agar tetap bersih dan kering, terutama pada
putting susu
8. Ibu bersedia untuk minum obat
9. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup.
DATA PERKEMBANGAN I
24
8. Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada payudara, tidak teraba benjolan di sekitar
payudara, payudara bengkak, dan pengeluaran ASI sedikit
A: Assesment
Ny.L umur 24 tahun P1A0 nifas hari ke 5 dengan bendungan ASI
Masalah : Payudara masih bengkak dan terdapat nyeri tekan
Kebutuhan : perawatan payudara dan terapi
P: Planning
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu:
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,50C
RR : 24 x/m
Hasil : ibu sudah mengerti tentang keadaannya saat ini
2. Memberikan penjelasan tentang mengenai gizi nifas dan manfaatnya. Makanan yang
mengandung karbohidrat (nasi, ketela, sagu), protein (kedelai, tahu, tempe, telur),
mineral (ikan, daging), vitamin (papaya, pear, dan lain lain), dan minum air putih
kurang lebih 8 gelas/hari. Manfaat gizi bagi ibu menyusui adalah pembentukan ASI
yang diperlukan sebagai makanan bayi, untuk pemulihan kesehatan ibu setelah
melahirkan, mempertahankan sirkulasi yang adekuat bagi ibu setelah proses
pemulihan, meningkatkan pertahanan tubuh selama proses pemulihan, dan
menyeimbangkan kebutuhan energy dalam aktivitas ibu dengan peningkatan
metabolism (pembakaran) dalam tubuh.
3. Memberitahu ibu pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya masa nifas seperti:
perdarahan pervaginam yang luar biasa, pengeluaran pervaginam yang berbau busuk,
sakit perut di bagian bawah dan punggung, sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu
hati, bengkak pada wajah atau tangan, demam, payudara berubah menjadi merah dan
terasa sakit, kehilangan nafsu makan, rasa sakit kemerahan pada betis, perasaan
yang sedih, atau tidak mampu merawat dirinya dan bayinya, perasaan yang sangat
letih.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap mengompres payudaranya yang sakit dengan kompres
hangat dan kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri pada payudara yang sakit
Hasil : Ibu bersedia untuk mengompres hangat dan dingin pada payudara yang
sakit
25
5. Menganjurkan ibu untuk tetap mengeluarkan ASInya dengan cara memompa ASI
untuk mengosongkan payudara
Hasil : Ibu bersedia untuk memompa ASI untuk mengosongkan payudara
6. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan bra yang terlalu sempit dan hindari
menggunakan bra yang ada kawat di bawahnya
Hasil : Ibu sudah menggunakan bra yang dapat menyangga payudara dan tidak
terlalu sempit serta menghindari bra yang ada kawatnya
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara
Hasil : Ibu sudah mengerti tentang perawatan payudara
8. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan minum obat oral secara teratur
Hasil : Ibu bersedia meminum obat oral secara teratur, lanjutkan terapi
DATA PERKEMBANGAN II
26
6. Kontraksi : keras
7. Inspeksi : payudara normal
8. Palpasi : payudara normal
A: Assesment
Ny. L umur 24 tahun P1A0 nifas hari ke 6 dengan ibu menyusui normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
P: Planning
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu:
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,20C
RR : 20 x/m
Hasil : Ibu sudah mengerti tentang keadaanya saat ini
2. Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan dengan 7 langkah sebelum dan
sesudah menyusui bayinya dan menganjurkan ibu untuk menyusui pada kedua
payudra secara bergantian
Hasil : Ibu bersedia untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui dan
bersedia menyusui kedua payudara secara bergantian
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36,8. rr 22x/menit.
Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI didalam payudara akibat penyempitan duktus
laktiferus atau kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna pada saat menyusui bayi
atau karena kelainan pada puting susu. Bendungan ASI terjadi pada hari ke 3-5 setelah
persalinan.
Tanda dan gejala yang muncul pada ibu dengan bendungan ASI adalah payudara
bengkak, keras, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan.
Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan gejala yang timbul
pada kasus bendungan ASI. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus.
29
Bendungan ASI berpotensial terjadi mastitis, statis pada pembuluh limfe akan
mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada
payudara sehingga tekanan seluruh payudara meningkat akibatnya, payudara sering terasa
penuh, tegang, dan nyeri. Terlihat kalang payudara lebih besar sehingga sukar dihisap oleh
bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhirnya terjadi mastitis.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian data tidak ada perbedaan dengan
tinjauan kepustakaan yang ditemukan pada kasus.
D. Langkah IV: Antisipasi
Tindakan segera atau kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang memerlukan
penanganan yang cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang ahli dibidangnya. Berdasarkan kasus ini, Dilakukan kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian terapi.
E. Langkah V: Intervensi
Langkah ini merupakan lanjutan manajemen asuhan kebidanan terhadap diagnosis atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Suatu rencana tindakan harus disetujui
pasien da bidan agar lebih efektif. Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan
suatu asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar berlandaskan
pengetahuan, teori yang berkaitan dan terbaru, serta telah divalidasi dengan keinginan atau
kebutuhan pasien. Rencana asuhan disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan
pencegahan maslah/diagnosa potensial.
Rencana tindakan yang telah disusun yaitu menyampaikan kepada ibu tentang
kondisinya sekarang bahwa ibu mengalami bendungan ASI, mengobservasi tanda-tanda
vital, melakukan breast care pada ibu, Menganjurkan ibu menggunakan bra yang
menyangga payudara tetapi tidak terlalu ketat, ajarkan kepada ibu cara perawatan
payudara, ajarkan ibu cara memerah ASI dengan tangan, ajarkan ibu teknik menyui yang
benar, memberikan terapi sesuai advis dokter, dan menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup.
Uraian tersebut tampak adanya persamaan antara teori dengan rencana tindakan yang
dilakukan pada kasus Ny “L”.
F. Langkah VI: Implementasi
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan rencana
tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi dapat
dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan pasien serta kerjasama
tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.
30
Pada studi kasus Ny “L” dengan bendungan ASI, semua tindakan yang direncanakan
terlaksana dengan baik. Berdasarkan perencanaan yang telah disusun sesuai kebutuhan
klien, sehingga tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan kasus yang ada.
G. Langkah VII: Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan dalam
mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria
yang diidentifikasi, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atas tidak dengan tindakan
yang sudah diimplementasikan. Proses evaluasi merupakan langkah dari proses
manajemen asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan permasalahan
atau kesenjangan pada evaluasi menunjukkan masalah teratasi tanpa adanya komplikasi.
Hasil evaluasi Ibu tidak mengalami komplikasi, bendungan ASI telah teratasi yang
ditandai dengan keadaan payudara ibu telah normal dan bayi telah menyusu dengan baik.
Keberhasilan asuhan ini juga ditandai dengan pemahaman ibu mengenai cara dan teknik
menyusui yang baik dan benar, cara melakukan perawatan payudara serta menyusui
bayinya secara on demand. Kondisi kesehatan ibu yang sudah membaik dimana
bendungan ASI tidak menjadi mastitis . Semua data hingga penatalaksanaan
didokumentasikan oleh puskesmas dan peneliti. Dengan demikian dapat terlihat bahwa
proses Manajemen Asuhan Kebidanan yang diterapkan pada Ny “L” Post Partum Hari ke-4
dengan bendungan ASI cukup berhasil dan efektif.
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian masalah penerapan manajemen kebidanan dalam memberikan
Asuhan Kebidanan dapat diperoleh kesimpulan sbb:
1. Dalam melakukan pengkajian diperlukan komunikasi terauputik yang baik dengan klien
sehingga dapat diperoleh data yang lengkap
2. Dengan menganalisa data secara cermat maka akan dibuat diagnosa masalah
3. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan perioritas masalah didasarkan perencanaan
tindakan yang disusun
4. Hasil evaluasi dari kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian tentang
keberhasilan Asuhan kebidanan ibu nifas
B. Saran
Dalam penulisan makalah seminar ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya serta dari segi isi juga
masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, pembaca kami sarankan untuk mencari referensi
dari sumber lainnya untuk menambah wawasan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Astutik Reni Yuli. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info
Media.
Astutik Reni Yuli. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info
Media.
Maritalia Dewi. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyani Nina Siti. 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yanti, Sundawati. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: PT Refika Aditama.
Roito H, dkk. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Deteksi Dini Komplikasi. Jakarta: 2013.
Rukiyah, dkk. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media. 2012.
Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Edisi pertama. 2013
33