Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN


ASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Ns. Leni Agustin, M.Kep

Oleh :

Iil Aprillah (19037140022)

Sagita Rheza Tigas Sergio (19037140048)

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

Tahun 2021

İ
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karuniaNYA semata sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Tugas ini disuruh untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Anak yang

menjadi salah satu mata kuliah yang wajib di Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso.

Tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada Ns.Leni Agustin, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas.

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari
Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun
dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 4 Mei 2021

Penulis
DACTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................... ii

Daftar Isi..............................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................1

BAB 2 TINDAUAN PUSTAKA.......................................................................3

2.1 Definisi.............................................................................................3

2.2 Etiologi.............................................................................................3

2.3 Manifestasi Klinis...........................................................................4

2.4 Patofifiologi.....................................................................................4

2.5 Komplikasi.......................................................................................4

2.6 Pathway............................................................................................5

2.7 Pencegahan bendungan asi.............................................................6

2.8 Penanganan akibat bendungan asi.................................................6

2.9 Upayapengobatan bendungan asi..................................................6

2.10 Terapi dan pengobatan.................................................................8

BAB 3 ASKEP TEORI.......................................................................................10

3.1 Pengkajian.........................................................................................10
3.2 Diagnosa............................................................................................11

3.3 Intervensi...........................................................................................12

3.4 Implementasi.....................................................................................13

3.5 Evaluasi.............................................................................................15

BAB 4 PENUTUP................................................................................................13

4.1 Kesimpulan........................................................................................16

4.2 Saran...................................................................................................16

DACTAR PUSTAKA...........................................................................................17

DACTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban
seorang ibu yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama
untuk bayi umur 0-6 bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk
memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena bersama dengan
hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa segera
memberikan ASI pada bayinya. Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah
persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh.
Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran
ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa

menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI
dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi
terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri.
Payudara d apat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus.
Puting susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi
sulit mengenyut untuk menghisap ASI, wanita kadang- kadang menjadi demam
akibat ASInya tidak keluar dengan baik.
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak,
keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi pembendungan ASI maka berikan terapi simptomatis untuk
sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu
atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau
lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara
produksi ASI.

1.2 Rumusan Masalah


• Apa definisi bendungan ASI?

• Apa etiologi bendungan ASI?

• Apa manifestasi klinis bendungan ASI?

• Apa patofisiologi bendungan ASI?


Apa komplikasi bendungan ASI?


• Apa konsep perencanaan bendungan ASI?

• Apa pencegahan bendungan ASI?

• Apa penanganan akibat bendungan ASI?

• Apa upaya pengobatan untuk bendungan ASI?

• Apa Terapi dan pengobatan bendungan ASI?

• Bagaimana asuhan keperawatan ibu post partum yang mengalami


bendungan ASI?

1.3 Tujuan penelitian

• Untuk mengetahui definisi bendungan ASI?

• Untuk mengetahui etiologi bendungan ASI?

• Untuk mengetahui manifestasi klinis bendungan ASI?

• Untuk mengetahui patofisiologi bendungan ASI?

• Untuk mengetahui komplikasi bendungan ASI?

• Untuk mengetahui konsep perencanaan bendungan ASI?

• Untuk mengetahui pencegahan bendungan ASI?

• Untuk mengetahui penanganan akibat bendungan ASI?

• Untuk mengetahui upaya pengobatan untuk bendungan ASI?

• Untuk mengetahui Terapi dan pengobatan bendungan ASI?

• Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan ibu post partum


yang mengalami bendungan ASI?
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan


duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu.

Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara


karena peningkatan aliran vena dan limfe, sehingga menyebabkan bendungan
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Prawirohardjo, 2005).

2.2 Etiologi

Beberapa faktor yang menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

a. Pengosongan mamae tidak sempurna. Dalam masa laktasi, terjadi


peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI nya berlebihan,
apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak
dikosongkan, maka masih ada sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut
jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif. Pada masa laktasi. bila ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap,
maka akan menimbulkan bendungan ASI.
c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar. Teknik yang salah dalam
menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan
rasa nyeri pada bayi saat menyusu. Akibatnya, ibu tidak mau menyusui
bayinya dan terjadi bendungan ASI.
d. Faktor puting susu terbenam. Puting susu terbenam menimbulkan kesulitan
pada bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,

bayi tidak mau menyusu akibatnya terjadi bendungan ASI.


e. Faktor puting susu terlalu panjang. Puting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola
dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya, ASI
tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

2.3 Manfiestasi Klinis


Manifestasi klinis pada bendungan air susu adalah:
a. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri.
Payudara terlihat mengkilap dan putting susu teregang menjadi rata.
b. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai
bengkak bengkurang.
c. Payudara terasa keras.
d. Payudara terasa panas.

e. Terdapat nyeri tekan pada payudara.


Ada perbedaan pada payudara yang penuh karena ASI yaitu
kepenuhan fisiologis dan bendungan payudara. Berikut ini merupakan
deskripsi perbedaan tersebut:
a. Kepenuhan fisiologis
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ke-3-
ke-6 setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara
akan menjadi oh sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan
penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh
tersebut akan pulih dengan cepat. Namun, dapat berkembang menjadi
bendungan. Payudara yang penuh biasanya terasa panas, berat dan
keras, tidak mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dan
kadang-kadang menetes secara spontan.
b. Bendungan payudara
Pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan
jaringan. Aliran vena simpatik tersumbat, aliran susu menjadi
terhambat, dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meningkat.
Payudara menjadi bengkak, mengkilap dan berwarna merah. Puting
susu teregang menjadi rata menyebabkan bayi sulit untuk menghisap.

2.4 Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron
turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak
dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi
dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan
duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu

dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi
bendungan air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara
penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang
menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan
hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2005)

2.5 Komplikasi

1. Infeksi akut kelenjar susu


2. Mastitis
3. Abses payudara sampai dengan septicemia
2.6 Pathway

Postpartum

Esterogen dan Progesteron

Oksitosin Prolaktin

Involusi Uterus Isapan bayi adekuat Isapan bayi tidak adekuat

Oksitosin Bendungan Asi

Laserasi jalan lahir Payudara bengkak

Duktus dan alveoli


Nyeri
Port of the entri berkontraksi

Resiko Infeksi

11

Efektif Tidak Efektif Letting go phase

ASI keluar ASI tidak keluar Kehadiran anggota baru

Kuman mudah masuk Perubahan pola peran


Menyusui tidak

efektif Ansietas
2.7 Pencegahan Bendungan Asi
a. Jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku jari tangan kanan
mengurut dari pangkal ke arah puting.

b. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)


c. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi
d. Perawatan payudara pasca persalinan (masa nifas) menurut Depkes, RI
(2013) adalah dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak
(baby oil) lakukan pengurutan 3 macam cara :
1) Tempatkan kedua telapak tangan di antara ke 2 payudara kemudian
urut ke atas, terus ke samping, ke bawah dan melintang hingga tangan
menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
2) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan
saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut
payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
3) Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari
tangan kanan dikepalkan kemudian buku jari tangan kanan mengurut
dari pangkal ke arah puting.
4) Menyusui yang sering
5) Memakai kantong yang memadai
6) Hindari tekanan lokal pada payudara (Wiknjosastro,2012).

2.8 Penanganan Akibat Bendungan ASI


Jika bendungan payudara tetap terjadi, maka lakukan hal-hal berikut:
a. Susukan bayi tanpa jadwal.
b. Bantu ibu untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI
melebihi kebutuhan ASI.
c. Anjurkan untuk melakukan perawatan payudara.

d. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin.


e. Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu, berikan
kompres sebelum menyusui.

13

f. Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh gerah bening dalam


payudara, anjurkan ibu untuk melakukan pengurutan mulai puting hingga arah korpus
mamae.

g. Ibu harus merasa rileks.


h. Pijat punggung dan leher ibu.
i. Anjurkan pada ibu agar sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut mulai
dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan berhati-hati pada
area yang mengeras.
j. Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama
mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya. Hal ini
dikarenakan bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui,
sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif.
k. Setelah ibu menyusui, anjurkan untuk mengeluarkan ASI dari payudara setiap
selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit.
2.9 Upaya Pengobatan untuk Bendungan Asi
a. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
b. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan
diisap oleh bayi
c. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
d. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
e. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah korpus.
(Sastrawinata, 2010)

2.10 Terapi dan Pengobatan


Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2011), adalah:
b. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care

c. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui


d. Kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
e. Gunakan BH yang menopang

f. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri


g. Menurunkan panas
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan

payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka


berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sambatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3
kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi
pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
BAB 3

ASKEP TEORI

3.1 Pengkjian

Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan


data, mengelompokkan, dan meng analisis, sehingga didapatkan masalah dan
kebutuhan untuk perawatan ibu. Tujuan utama pengkajian adalah untuk
memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan ibu
yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan.

Langkah pertama dalam pengkajian ibu dengan bendungan payudara,


yaitu mengumpulkan data. Data data yang dikumpulkan adalah:

1). Data subjektif

Data subjektif adalah suatu data yang diperoleh dengan melakukan


wawancara, baik secara langsung pada ibu maupun keluarganya. Data subjektif

ini terdiri dari identitas, status perkawinan, keluhan utama, riwayat maternitas,
riwayat kesehatan hingga data sosial budaya.

a. Identitas
Identitas meliputi data tentang nama, umur, agama, pendidikan, suku/bangsa,
dan pekerjaan.
i. Nama: untuk memudahkan ibu dalam ber komunikasi.
ii. Umur: untuk mengetahui apakah ibu memiliki faktor resiko terhadap
terjadinya infertil

iii. Agama: untuk mengetahui kepercayaan ibu.


iv. Pendidikan: untuk memudahkan petugas dalam memberikan konseling
v. Suku/bangsa: untuk memudahkan dalam komunikasi terutama
penggunaan bahasa.
vi. Pekerjaan: untuk mengetahui status sosial ekonomi sebagai dasar
konseling dan pengobatan yang diterima.
b. Status perkawinan Data ini digunakan untuk mengetahui umur ibu saat
menikah, sudah berapa lama ibu menikah, dan kemungkinan dengan risiko
yang terjadi
c. Keluhan utama

Data ini digunakan untuk mengetahui apa yang dirasakan ibu saat ini

d. Riwayat maternitas
Data ini digunakan untuk mengetahui bagaimana riwayat menstruasinya,
sudah pernah hamil apa belum, jika pernah hamil bagaimana riwayatnya, ada
penyulit atau tidak.
e. Riwayat kesehatan
Data ini digunakan untuk mengetahui adakah penyakit yang pernah diderita
ibu, seperti penyakit jantung, paru-paru, darah tinggi, dia betes, dan lain-lain.
f. Riwayat kesehatan keluarga Data ini digunakan untuk mengetahui adakah
penyakit yang mungkin diderita keluarga ibu yang kemungkinan bisa
diturunkan atau ditularkan.
g. Riwayat KB

Data ini digunakan untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah


menggunakan alat kontrasepsi.
h. Pola kebiasaan sehari-hari
Data ini digunakan untuk mengetahui kegiatan ibu sehari-hari di rumah,
seperti pola makan, eli minasi, istirahat, aktivitas, dan personal hygiene.
i. Data psikososial
Data ini digunakan untuk mengetahui suasana emosional ibu saat ini
j. Data sosial budaya
Data ini digunakan untuk mengetahui tentang adat istiadat di sekitar
lingkungan tempat tinggal ibu.

2). Data Objektif

Data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas secara
langsung kepada ibu berupa pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik khusus,
a. Pemeriksaan fisik umum Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
keadaan umum ibu, seperti kesadaran, postur eh tubuh, cara berjalan, raut
wajah, dan tanda tanda vitalnya, seperti tensi, nadi, respirasi serta suhu.
b. Pemeriksaan fisik khusus

Pemeriksaan fisik khusus dilakukan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan


perkusi yang dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki:
i. Kepala: keadaan kulit kepala, benjolan kepala, keadaan rambut
rontok/tidak
ii. Muka: odema, pucat/tidak, mata, bentuk, konjungtiva, sklera, dan pepebra
iii. Hidung: bentuk, kebersihan, ada polip/tidak, ada kelainan/tidak.
iv. Telinga: Bentuk, kebersihan, kelainan/tidak.
v. Mulut: bentuk, bibir lembab/kering/pecah pecah, gigi (palusu, caries),
mukosa mulut stomatitis/tidak, keadaan lidah.
vi. Leher: ada pembesaran kelenjar limfe/tidak.
vii. Dada: bentuk, mamae (pembesaran, sime tris/tidak, pengeluaran cairan

abnormal, perubahan warna, keadaan puting susu, benjolan


abnormal/tidak) weezhing, ronchi. viii. Perut: bentuk, pembesaran
hiperpigmen tasi, linea alba/nigra, striae indide/albikan, bekas luka
operasi, nyeri tekan, dan bising usus.
viii. Genitalia: kebersihan, varises, kondiloma,tumor, perineum.
ix. Anus: varises, hemoroid.
x. Ekstremitas: Tangan: bentuk, kelainan. Kaki : bentuk, kelainan, odema,
gangguan gerak.

c. Pemeriksaan dalam (jika perlu)


d. Pemeriksaan penunjang: Hb, golongan darah, reduksi, albumin

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan payudara bengkak


2. Ansietas yang berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
3. Menyusui tidak efektif yang berhubungan dengan ketidakadekuatan refleks
menghisap bayi
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan laserasi jalan lahir

3.3 Intervensi

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


1. D.0077 Nyeri Setelah dikakukan tindakan Observasi :
Akut keperawatan 3x24 jam • identifikasi skala nyeri
diharapkan • identifikasi faktor
Tingkat nyeri yang memperberat dan
menurun. Kriteria memperingan nyeri
Hasil : Edukasi :
• Perasaan depresi Jelaskan Strategi meredakan
(tertekan)menurun nyeri
(5) Kolaborasi :
• perasaan takut • Kolaborasi pemberian
cedera berulang analgetik,jika perlu
menurun(5)
• perineum terasa
tertekan(5)
• uterus teraba
membulat menurun

(5)

2. D.0080 Setelah dilakukan tindakan diharapkan


Ansietas keperawatan 3x24 jam Tingkat ansietas menurun
Kriteria Hasil Observasi:
:
• Identifikasi
saat tingkat
ansietas
berubah(mis.
kondisi,wakt
u,str
esor
• Verbalisasi • Monitor tanda tanda
kebingungan ansietas(verbal dan
menurun (5) non verbal)
• Verbalisasi kawatir Terapeutik :

akibat kondisi
Dengarkan dengan
yang di hadapi
penuh perhatian
menurun (5)
Edukasi :
• Perilaku gelisah
Anjurkan keluarga untuk tetap
menurun (5)
bersama pasien,jika perlu
• Perilaku tegang
Anjurkan mengungkapkan
menurun(5)
perasaan dan persepsi

3. D.0029 Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan


Menyusui keperawatan 3x24 jam
tidak efektif diharapkan
Status menyusui
Kriteria Hasil :
Perlekatan bayi
pada payudara ibu
Kemampuan ibu
memposisikan bayi
dengan benar
Miksi bayi lebih
dari 8 kali/24 jam
Suplai ASI
adekuat Putting
tidak lecet setelah
2 minggu
melahirkan
4. D.0142 Resiko
Kepercayaan diri ibu
Observasi : tujuan aan diri dalam menyusui
• I atau Edukasi :
d keingi • Jelaskan manfaat menyusui
e nan bagi ibu dan bayi
n meny • Ajarkan 4 (empat
t usui )posisi menyusui dan
i Terapeutik : perlekatan
f • Dukung
i ibu
k meningka
a tkan
s kepercay
i Observasi :
diharapkan Monitor nyeri
Tingkat infeksi menurun
Terapeutik :
Kriteria Hasil :
• Berikan kenyamanan pada ibu
Demam menurun(5)
• Diskusikan kebutuhan

Kemerahan
aktifitas dan istirahat selama
menurun(5)
masa postpartum
Nyeri menurun(5)
• Diskusikan tentang perubahan
Bengkak(5)
fisik dan psikologis ibu
postpartum
Edukasi :

• Jelaskan pemeriksaan pada


ibu dan bayi secara rutin

3.4 Implementasi

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1. Nyeri akut Observasi :
mengidentifikasi skala nyeri
mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Edukasi :
menJelaskan Strategi meredakan nyeri
Kolaborasi :

mengKolaborasi pemberian analgetik,jika perlu


2. Ansietas Observasi:
mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah(mis.kondisi,waktu,stresor
Memonitor tanda tanda ansietas(verbal dan non verbal)
Terapeutik :
Edukasi :

menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,jika perlu


menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

3. Menyusui tidak Observasi :


efektif mengidentifikasi tujuan atau keinginan menyusui

Terapeutik :
mendukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
Edukasi :
menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi

mengajarkan 4 (empat )posisi menyusui dan perlekatan


4. Resiko infeksi Observasi :
memonitor tanda tanda vital memonitor nyeri

Terapeutik :
memberikan kenyamanan pada ibu
mendiskusikan kebutuhan aktifitas dan istirahat selama masa postpartum
mendiskusikan tentang perubahan fisik dan psikologis ibu postpartum
Edukasi :
menjelaskan pemeriksaan pada ibu dan bayi secara rutin

3.5 Evaluasi
Resiko infeksi yang di alami oleh klien teratasi
Nyeri akut yang di alami oleh klien teratasi
Ansietas yang dialami oleh klien teratasi
Menyusui tidak efektif yang di alami oleh klien teratasi

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus

lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada puting susu.

Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena


peningkatan aliran vena dan limfe, sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan (Prawirohardjo, 2005).

3.3 Qaran

Diharapkan klien mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan


pada saat hamil,bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan melakukan pemeriksaan
secara rutin dipelayanan kesehatan dan melalui konseling dan asuhan yang diberikan
klien mampu meningkatkan aktivitas perawatan diri dan keluarganya

HACTAR PUQTAKA
indicator dan diagnostic. DPD PPNI. Jakarta Selatan

TIM POKJA SLKI DPP PPNI (20l9). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi

dan kriteria hasil Keperawatan Indonesia . DPD PPNI. Jakarta Selatan

TIM POKJA SIKI DPP PPNI (20l8). Standar Interνensi Keperawatan Indonesia: definisi

dan tindakan Keperawatan. DPD PPNI. Jakarta Selatan

DAFTAR LAMPIRAN
• •t i j\i‹L:th i hii uoli ik rln| i›lw iy'ti•H• Nil irg ii

ne

1. Dcrikcn pJzsciumul US nip uiiluk men auninpi rats ns'cii

y. M‹'nm i‹iMi» yaiin>


n

Anda mungkin juga menyukai