Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KASUS PEMICU KE-III

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DAN


MENYUSUI
”BENDUNGAN ASI”
disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui
Dosen Pembimbing : Istifadatul Ilmiyah, M.Keb

Disusun Oleh :

Amelia Zisca Devy (NIM. 200550002)


Ratira Wadya Paramita Rosadiah (NIM. 200550012)
Ulfatul Aliyah (NIM. 200550015)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JEMBER

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah berjudul:

Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui

BENDUNGAN ASI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui
Telah diketahui dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Dosen PJMK

Istifadatul Ilmiyah, M.Keb Rusdiarti, M.Gz

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena memudahkan kami dalam
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Bendungan ASI” tepat waktu. Tanpa
pertolongan-nya tentu kami tidak dapat menyelesaikan dengan tepat waktu.

Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
kami mengucapan banyak terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Nurul Aini, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Jember.
2. Ibu Linda Ika P, M.Keb selaku Ka Prodi Akademi Kebidanan Jember.
3. Ibu Nunik Hindrawati,M M.Kes selaku pengajar mata kuliah Asuhan
Kebidanan Persalinan Akademi Kebidanan Jember.
4. Teman-teman tingkat 2 Akademi Kebidanan Jember.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
segala kritik dan saran yang membangun.

Jember, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover
Lembar Pengesahan ................................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bendungan ASI .................................................................... 3
2.2 Faktor Penyebab Bendungan ASI .......................................................... 3
2.3 Patofisiologi Bendungan ASI ................................................................. 4
2.4 Tanda dan Gejala Bendungan ASI ......................................................... 5
2.5 Diagnosis Bendungan ASI ..................................................................... 5
2.6 Cara Mengatasi Bendungan ASI ............................................................ 6
2.7 Pencegahan Bendungan ASI .................................................................. 7
2.8 Penatalaksanaan Bendungan ASI ........................................................... 8
2.9 Asuhan Kebidanan ................................................................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 11
3.2 Saran......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang sehat. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan
normal, tidak sedikit ibu-ibu mengeluh seperti adanya pembengkakan
payudara akibat penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI tidak lancar atau
pengisapan oleh bayi . Pembengkakan ini akan mengakibatkan rasa nyeri
pada ibu bahkan tidak jarang ibu merasa demam, oleh karena itu para ibu
dianjurkan untuk melakukan perawatan payudara agar tidak terjadi
komplikasi seperti bendungan ASI.
Kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu
yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya.
Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan
bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila
tidak segera di tangani maka akan menyebabkan bendungan ASI pada
Payudara. Bendungan ASI dapat terjadi karena penyempitan duktus
laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna.
Menurut data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun
2013 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami
bendungan ASI rata-rata sebanyak 8242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas,
pada tahun 2014 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198
(66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu nifas (
WHO, 2015).
Dampak yang akan ditimbulkan jika bendungan ASI tidak teratasi
yaitu akan terjadi mastitis dan abses payudara. Mastitis merupakan
inflamasi atau infeksi payudara dimana gejalanya yaitu payudara keras,
memerah, dan nyeri, dapat disertai demam >380C (Kemenkes RI, 2013:

1
223) sedangkan abses payudara merupakan komplikasi lanjutan setelah
terjadinya mastitis dimana terjadi penimbunan nanah didalam payudara.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian Bendungan ASI?
2) Apa saja faktor penyebab Bendungan ASI?
3) Jelaskan patofisiologi Bendungan ASI?
4) Bagaimana tanda dan gejala Bendungan ASI?
5) Jelaskan diagnosis Bendungan ASI?
6) Bagaimana cara mengatasi Bendungan ASI?
7) Bagaimana pencegahan Bendungan ASI?
8) Apa penatalaksanaan Bendungan ASI?
9) Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Bendungan ASI?
1.3 Tujuan
1) Untuk Mengetahui pengertian Bendungan ASI
2) Untuk Mengetahui faktor penyebab Bendungan ASI
3) Untuk Mengetahui patofisiologi Bendungan ASI
4) Untuk Mengetahui tanda dan gejala Bendungan ASI
5) Untuk Mengetahui diagnosis Bendungan ASI
6) Untuk Mengetahui cara mengatasi Bendungan ASI
7) Untuk Mengetahui pencegahan Bendungan ASI
8) Untuk Mengetahui penatalaksanaan Bendungan ASI
9) Untuk Mengetahui Asuhan Kebidanan Pada Bendungan ASI

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bendungan ASI


Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI didalam payudara akibat
penyempitan duktus laktiferus atau kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna pada saat menyusui bayi atau karena kelainan pada puting susu
(Rukiyah,Yulianti, 2012: 20). Bendungan ASI adalah bendungan yang terjadi
pada kelenjar payudara oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan
penampungan ASI. Bendungan ASI terjadi pada hari ke 3-5 setelah persalinan
(Kemenkes RI, 2013: 227).
Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara
dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.Hal ini bukan disebabkan
overdistensi dari saluran saluran laktasi. Bendungan ASI terjadi akibat bendungan
berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi.Bendungan payudara
disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu, sehingga sisa ASI terkumpul
pada daerah duktus.Hal ini dapat terjadi pda hari ketiga setelah melahirkan. Selain
itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan putting susu yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus (Walyani; Purwoastuti, 2015 :160).
2.2 Faktor Penyebab Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
a) Pengosongan mamae yang tidak sempurna Dalam masa laktasi,
terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksiASI-nya
berlebihan.apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, &
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam
payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI).
b) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkinatau jika bayi tidak aktif
mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
c) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar Teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan

3
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu
tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
d) Puting susu terbenam Puting susu yang terbenam akan menyulitkan
bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan
areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan
ASI).
e) Puting susu terlalu panjang Puting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).
f) Pengeluaran ASI Bendungan juga dapat terjadi pada ibu yang ASI
nya tidak keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia)
dan ASI terlalu banyak (poligalaksia) tapi tidak dikeluarkan/
disusukan. ) (Rukiyah, Yulianti, 2012: 20)
Penyebab terjadinya pembengkakan payudara menurut Bobak adalah
1) Posisi menyusui yang tidak benar
2) Pengosongan payudara yang tidak baik
3) Pemakaian BH yang terlalu ketat
4) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui
5) Kurangnya pengetahuan cara perawatan payudara dan cara
pencegahan pembengkakan payudara (bendungan ASI). (Ratih,
2019:18)

2.3 Patofisiologi Bendungan ASI


Patofisiologi Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan
progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang
menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil, dan
sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi
prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar

4
mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan
duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul jika bayi menyusu.
Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau
kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, maka
akan terjadi pembendungan air susu. Kadang-kadang pengeluaran susu juga
terhalang sebab duktus laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pebuluh
limfe (Rukiyah, Yulianti, 2012: 22).
2.4 Tanda dan Gejala Bendungan ASI
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dan payudara penuh/bendungan
ASI. Pada payudara bengkak adalah payudara udem, sakit, puting susu kencang,
kulit mengkilap walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi
demam setelah 24 jam. Sementara pada payudara penuh/bendungan ASI adalah
payudara terasa berat ,panas, dan keras,bila ASI dikeluarkan tidak terjadi demam
(Dewi ; Sunarsih, 2011:40). Tanda dan gejala yang selalu ada adalah payudara
nyeri dan bengkak pada hari ke 3-5 postpartum, sedangkan tanda gejala yang
terkadang ada adalah kedua payudara bengak (Walyani ; Purwoastuti, 2015:160).
Mastitis adalah kelanjutan dari bendungan ASI, pada mastitis payudara ibu
yang menyusui terkena radang, membengkak, memerah, dan sakit.Jika hal
semacam ini terjadi penyusuan harus dihentikan. Pada sebagia besar kasus
mastitis disebabkan oleh statis ASI, bukan infeksi meskipun infeksi juga bisa
terjadi.
Umumnya satu atau lebih bagian yang berdekatan meradang (sebagai akibat
dipaksanya ASI masuk ke dalam jaringan ikat payudara) dan tampak sebagai
daerah yang memisahkan antara sisi yang memerah dan sisi yang
membengkak.Jika ASI juga dipaksa masuk aliran darah, nadi, dan suhu wanita
tersebut dapat naik dan pada beberapa kasus gejala mirrip flu, yang sebagian
mencakup menggigil atau kaku. Ada atau tidaknya gejala sistematis tidak
membantu membedakan antara mastitis akibat infeksi atau non infeksi.
2.5 Diagnosis Bendungan ASI
Diagnosis Untuk menegakkan diagnose maka dilakukan pemeriksaan
payudara dan pemeriksaan harus dikerjakan dengan sangat hati-hati, tidak

5
boleh kasar dan keras. Pemeriksaan payudara dilakukan dengan : (Rukiyah,
Yulianti, 2012).
1) Inspeksi Pemeriksaan inspeksi dilakukan pada ibu untuk melihat
tanda-tanda infeksi pada payudara, pertama perhatikan ke simetrisan
payudara dengan posisi ibu duduk, tangan ibu disamping dan
sesudah itu dengan kedua tangan keatas, selagi pasien duduk. Kita
akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik dibawah kulit akibat
pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Perlu diperhatikan
apakah Edema kulit harus diperhatikan pada tumor yang terletak
tidak jauh dibawah kulit. Kita akan melihat jelas edema kulit seperti
gambaran kulit jeruk (peaud’ orange) pada kanker payudara.
2) Palpasi Pada saat akan dilakukan palpasi ibu harus tidur, tangan
yang dekat dengan payudara yang akan diraba diangkat kebawah
kepala dan payudara ibu diperiksa secara sistematis bagian medial
lebih dahulu dengan jari-jari yang harus kebagian lateral. Palpasi ini
harus meliputi seluruh payudara, bila dilakukan secara sirkuler dan
parasternal kearah garis aksilla belakang, dan dari subklavikuler
kearah paling distal. Setelah palpasi payudara selesai, dimulai
dengan palpasi aksilla dan supraklavikular. Untuk pemeriksaan
aksilla ibu harus duduk, tangan aksilla yang akan diperiksa dipegang
oleh pemeriksa, dan dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksilla
dengan tangan yang kontralateral dari tangan sipenderita. Misalnya
aksilla kiri ibu yang akan diperiksa, tangan kiri dokter mengadakan
palpasi (Rukiyah, Yulianti, 2012).
2.6 Cara Mengatasi Bendungan ASI
Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
bendungan ASI adalah:
Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah.
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3
macam cara :

6
a) Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut
keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan
menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
b) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling
dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara
dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
c) Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari
tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan
mengurut dari pangkal ke arah puting.
Terapi farmakologis yang digunakan adalah obat anti inflamasi serrapeptase
(danzen) yang merupakan agen enzim anti inflamasi 10 mg tiga kali sehari atau
Bromelain 2500 unit dan tablet yang mengandum enzim protease 20.000 unit.
Sedangkan menurut Amru terapi pembengkakan payudara diberikan secara
simtomatis yaitu mengurangi rasa sakitnya (analgetik) seperti paracetamol atau
ibuprofen(Ratih, 2019) .
Penggunaan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa sakit
daripembengkakan payudara adalah sebagai berikut akupuntur, (perawatan
payudara tradisional) yaitu kompres panas dikombinasikan dengan pijatan,
kompres panas dan dingin secara bergantian, kompres dingin, daun kubis dan
terapi ultrasound (Ratih, 2019).
2.7 Pencegahan Bendungan ASI
Mencegah terjadinya payudara bengkak seperti: jangan dibersihkan dengan
sabun; gunakan teknik menyusu yang benar; puting susu dan areola mammae
harus selalu kering setelah selesai menyusui:
a) Jangan pakai bra yang tidak dapat menyerap keringat
b) Susukan bayi segera setelah lahir
c) Susukan bayi tanpa dijadwal
d) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusu agar payudara lebih lembek
e) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan ASI
f) Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan (Rukiyah, Yulianti,
2012: 24).

7
2.8 Penatalaksanaan Bendungan ASI
a. Sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
b. Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5
menit.
c. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting.
d. Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi
lunak.
e. Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding)
dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.
f. pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran
ASI secara manual dari payudara.
g. Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara setelah
menyusui atau setelah payudara dipompa.
h. Bila perlu, berikan parasetamol 3 X 500 mg per oral untuk mengurangi
nyeri.
i. Lakukan evaluasi setelah 3 hari (Kemenkes RI, 2013: 227-228).
2.9 Asuhan Kebidanan
1. Sampaikan kepada ibu tentang kondisinya sekarang bahwa ibu
mengalami bendungan ASI.
Dengan menjelaskan mengenai keadaan yang dialaminya maka ibu akan
mengerti sehingga ibu akan bersifat kooperatif terhadap tindakan dan
anjuran petugas kesehatan.
2. Observasi tanda-tanda vital.
tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran dalam menetukan
tindakan selanjutnya.
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand di kedua
payudaranya secara bergantian.
agar nutrisi bayi dapat tercukupi dan tidak terjadi penampungan ASI
yang berlebihan.
4. Berikan penjelasan kepada ibu cara mengatasi keluhan yang dirasakan
seperti:

8
a. Menyanggah payudara dengan bebat atau bra yang pas
b. Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama
5 menit
c. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting
d. Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi
lunak
Dengan menjelaskan cara mengatasi keluhan kepada ibu, ibu akan
tidak terlalu merasakan keluhan yang dialami dan akan membantu
petugas kesehatan dalam proses penyembuhannya.
5. Ajarkan kepada ibu cara melakukan perawatan payudara.
1) Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara kemudian urut
keatas lalu kesamping kemudian urut kebawah hingga tangan
menyanggah payudara kemudian sentakkan kebawah payudara
secara perlahan.
2) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan
saling dirapatkan, kemudian sisi keliling tangan kanan mengurut
payudara dari pangkal kearah putting, demikian pula payudara kanan
3) Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari
tangan kanan dikepalkan lalu buku-buku jari tangan kanan mengurut
dari pangkal kearah putting.
Dengan melakukan perawatan payudara dapat meningkatkan produksi
ASI dan dapat mempercepat proses pengosongan saluran dan kelenjar
susu sehingga ASI menjadi lancar.
6. Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar, yaitu:
1) Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang
2) Memasukkan semua areolla mammae kedalam mulut bayi
3) Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring sesuai
kenyamanan dengan santai dan dapat menggunakan sandaran(bantal)
pada punggung
4) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas, jari yang lain menopang
dibawah payudara.

9
5) Berikan asi pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam
atau dengan cara on demand. Setelah salah satu payudara mulai
terasa kosong, sebaiknya ganti pada payudara yang satunya.
6) Setelah selesai menyusui oleskan asi kepayudara, biarkan kering
sebelum kembali memakai bra, langkah ini berguna untuk mencegah
lecet pada putting. Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk
mengeluarkan udara dari lambung bayi agar bayi tidak kembung dan
muntah.
Bayi akan tampak tenang karena mudah menghisap ASI, pemenuhan
nutrisi bayi cukup dan mencegah terjadinya putting susu lecet dan tidak
terasa nyeri.
7. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang
bergizi.
Dengan mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi akan
dapat memperbanyak dan memperlancar ASI misalnya daun katub,
bayam dan lain lain.
8. Berikan terapi obat paracetamol 500 mg 3x1 per oral.
Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan
analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam).

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI didalam payudara akibat
penyempitan duktus laktiferus atau kelenjar yang tidak dikosongkan
dengan sempurna pada saat menyusui bayi atau karena kelainan pada
puting susu
2. faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu: Pengosongan
mamae yang tidak sempurna, hisapan bayi yang tidak aktif, posisi
menyusui bayi yang tidak benar Puting susu terbenam, Puting susu
terlalu panjang ASI nya tidak keluar sama sekali (agalaksia).
3. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau
kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna, maka akan terjadi pembendungan air susu. Kadang-kadang
pengeluaran susu juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit
karena pembesaran vena serta pebuluh limfe.
4. payudara penuh/bendungan ASI adalah payudara terasa berat ,panas,
dan keras,bila ASI dikeluarkan tidak terjadi demam.
5. Diagnosis Untuk menegakkan diagnose maka dilakukan pemeriksaan
payudara dan pemeriksaan harus dikerjakan dengan sangat hati-hati,
tidak boleh kasar dan keras.
6. beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
bendungan ASI adalah: Perawatan Payudara, Terapi farmakologis,
Terapi non farmakologis.
7. Mencegah terjadinya payudara bengkak seperti: jangan dibersihkan
dengan sabun; gunakan teknik menyusu yang benar; puting susu dan
areola mammae harus selalu kering setelah selesai menyusui
8. Penatalsanaan Bendungan Asi : sanggah payudara ibu dengan bra yang
pas, Kompres payudara. Urut payudara., Keluarkan ASI, Susukan bayi
2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi dll.

11
9. Asuhan Kebidanan : Sampaikan kepada ibu tentang kondisinya sekarang
bahwa ibu mengalami bendungan ASI, Observasi tanda-tanda vital,
Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya dll.

3.2 Saran
Ibu harus mengkomsumsi makanan yang bergizi, selalu melakukan perawatan
payudara untuk mencegah terjadinya bendungan ASI, setiap ibu post partum
selalu menyusui bayinya secara on demand agar tidak terjadi bendungan ASI

12
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Isnainil. 2017. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny “K” post partum
hari ke tiga dengan bendungan ASI di puskesmas/RSP 1 jumpandang baru.
Makassar.

Rukiyah, Yulianti. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info Media. 2012.

Rukiyah, dkk. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media. 2012.

13

Anda mungkin juga menyukai