Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA Ny. Y DENGAN


BENDUNGAN ASI MENGGUNAKAN KOMPRES DAUN
KUBIS DINGIN DI PMB EMA MALINI
TAHUN 2021

Dosen Pembimbing :
Dewi Nopiska Lilis, M.Keb

OLEH
DWI KARTIKA NURFA
PO71242210046

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny. Y
Dengan Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun Kubis Dingin di PMB Ema
Malini Tahun 2021” guna memenuhi tugas Stase Nifas dan Menyusui pada Program
Studi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi Tahun 2021

Jambi, Desember 2021

Mengetahui:

Preseptor Akademik Pembimbing Lahan

(Dewi Nopiska Lilis, M.Keb) (Ema Malini, AM.Keb)


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunianya. Berkat rahmat serta petunjuknya penulis

dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Pada Ny. Y dengan Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun Kubis Dingin di

PMB Ema Malini Tahun 2021”

Terwujudnya laporan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang

telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran,

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Dewi Nopiska Lilis, M.Keb selaku dosen pembimbing yang telah

banyak membantu, memberikan saran, bimbingan, arahan dan nasehat, serta

meluangkan banyak waktu dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karna itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat

penulis harapkan demi perbaikan kedepannya. Aamiin.

Jambi, Desember 2021

Penulis

Dwi Kartika Nurfa

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Nifas ................................................................ 6
B. Konsep Dasar Bendungan ASI ............................................... 17
C. Manajemen Asuhan Kebidanan .............................................. 20
D. Teori tentang Evidence Bassed .............................................. 23

BAB III. TINJAUAN KASUS ................................................................... 31


BAB IV. PEMBAHASAN .......................................................................... 40
BAB V PENUTUP .................................................................................... 50
A. Kesimpulan ............................................................................ 50
B. Saran ...................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 52


LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui merupakan peristiwa alamiah bagi seorang perempuan yang

bermanfaat untuk ibu dan bayi. Masalah menyusui yang sering timbul pada masa

pasca persalinan dini (masa nifas atau laktasi) adalah pembengkakan payudara

(breast engorgement) atau disebut juga bendungan ASI. Angka kejadian

pembengkakan payudara di seluruh dunia adalah 1:8000. Pembengkakan

payudara yang dilaporkan dari berbagai hasil penelitian bervariasi, mulai dari

20% hingga 77%. Hasil penelitian di Niloufer Hospital for Women and

Children, India, ditemukan bahwa dari total 250.151 orang ibu, terdapat 11% ibu

mengalami pembengkakan payudara (Ariescha Putri Ayu, Manalu, & Aini,

2020).

Pembengkakan payudara merupakan pembendungan air susu karena

penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak

dikosongkan dengan sempurna. Payudara akan terasa sakit, panas, nyeri pada

perabaan, tegang, bengkak yang terjadi pada hari ketiga sampai hari keenam

setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan. Tingkat pembengkakan

antara 20% sampai dengan 85% dan biasanya terjadi pada hari-hari pertama

pasca persalinan. Sebanyak 10% wanita mengalami nyeri berat hingga 14 hari

post partum dan seperempat sampai setengah dari wanita tersebut

mengkonsumsi analgesik untuk meredakan nyeri payudara. Kejadian

Pembengkakan payudara 43,4% dari 145 ibu nifas dan pembengkakan terjadi

253 kali (48%) lebih tinggi pada primipara (Zuhana, 2017:52)

1
Penyebab utama yang mengakibatkan terjadinya bendungan ASI di

Indonesia yakni bayi menyusu dengan durasi singkat atau jarang disusui

sebanyak 47%, puting datar 24%, posisi menyusu tidak baik sebanyak 10%, bayi

tidak disusui pada malam hari sebanyak 9%, bayi sakit sebanyak 5%, serta

kelelahan atau sakit pada ibu sebanyak 2% (Rahayu dan Wulandari, 2020).

Pembengkakan payudara perlu penanganan dan perhatian karena

payudara bengkak menunjukkan adanya bendungan ASI hal tersebut dapat

menyebabkan produksi air susu akan terganggu dan proses reabsorbsi dimulai

yang berhubungan dengan penyapihan dini. Pembengkakan payudara tersebut

dapat berkembang menjadi mastitis, infeksi akut kelenjar susu, dengan hasil

klinis seperti peradangan, demam, menggigil, ibu menjadi tidak nyaman,

kelelahan, abses payudara sampai dengan septikemia (Deswani, 2014 dalam

Widia dan Pangestu, 2019:45)

Pembengkakan payudara juga menyebabkan ibu menghentikan proses

menyusui karena payudara terasa sakit, tidak nyaman saat menyusui, dan

mengganggap jika payudara bermasalah maka proses menyusui dihentikan agar

tidak menularkan penyakit kepada anaknya (Apriani, Wijayanti, & Widyastutik,

2018). Hal ini dapat memberikan dampak terhadap pemberian ASI eksklusif

pada bayi, jika bayi tidak mendapatkan ASI maka kebutuhan gizi bayi tidak

terpenuhi secara baik dan bayi akan mudah terkena penyakit (Alhadar &

Umaternate, 2017).

Penanganan pembengkakan payudara dapat dilakukan secara

farmakologis dan non farmakologis. Penanganan pembengkakan payudara

secara farmakologis dapat diberikan terapi simtomatis untuk mengurangi rasa

2
sakitnya (analgetik) seperti paracetamol, ibuprofen. Dapat juga diberikan lynoral

tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.

Dan untuk mengurangi pembengkakan payudara secara non farmakologis dapat

dilakukan dengan kompres dingin menggunakan tumbuh tumbuhan seperti

menggunakan daun kubis kol (Endah, et al, 2016).

Kubis merupakan salah satu bentuk terapi non farmakologi yang dapat

digunakan untuk mengurangi pembengkakan payudara. Penanganan bendungan

ASI dapat dilakukan dengan melakukan kompres dingin daun kubis. Kubis dapat

digunakan untuk terapi pembengkakan, kubis diketahui mengandung asam

amino glutamine yang diyakini dapat mengobati semua jenis peradangan, salah

satunya radang yang terjadi pada payudara (Damayanti et al, 2018:56)

Menurut hasil penelitian Apriani, dkk (2018) di Puskesmas Wilayah

Kerja Dinkes Kab. Karanganyar terdapat perbedaan skor pembengkakan

payudara sebelum dengan sesudah diberikan penatalaksanaan kompres daun

kubis dan breast care, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata

yang secara statistik antara skor pembengkakan payudara sebelum dibandingkan

sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen, dimana mean sesudah perlakuan

mengalami penurunan dibandingkan dengan mean sesudah perlakuan yang

mempunyai arti penatalaksanaan kompres daun kubis dan breast care efektif

menangani masalah pembengkakan payudara pada ibu nifas

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifkasi masalah di atas,

maka rumusan masalah pada studi kasus ini yaitu Bagaimana Asuhan Kebidanan

3
Masa Nifas Pada Ny. Y dengan Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun

Kubis Dingin di PMB Ema Malini Tahun 2021?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam laporan kasus ini adalah untuk mengetahui

gambaran dalam melakukan Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny. Y

dengan Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun Kubis Dingin di PMB

Ema Malini Tahun 2021 menggunakan manajemen asuhan kebidanan 7

langkah Varney

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian menyeluruh Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada

Ny. Y dengan Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun Kubis

Dingin di PMB Ema Malini Tahun 2021

b. Melakukan interpretasi data Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny. Y

dengan Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun Kubis Dingin di

PMB Ema Malini Tahun 2021

c. Menentukan diagnosa potensial Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.

Y dengan Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun Kubis Dingin di

PMB Ema Malini Tahun 2021.

d. Melaksanakan dan mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera

Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny. Y dengan Bendungan ASI

Menggunakan Kompres Daun Kubis Dingin di PMB Ema Malini Tahun

2021.

4
e. Menyusun rencana Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny. Y dengan

Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun Kubis Dingin di PMB Ema

Malini Tahun 2021.

f. Melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny. Y

dengan Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun Kubis Dingin di

PMB Ema Malini Tahun 2021.

g. Mengevaluasi Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny. Y dengan

Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun Kubis Dingin di PMB Ema

Malini Tahun 2021

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana belajar bagi penulis untuk mengaplikasikan teori

dalam perkuliahan untuk memenuhi Tugas Laporan Kasus Praktek Asuhan

Kebidanan, serta menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman serta

bahan dalam mempelajari kesenjangan yang dapat dipraktekkan dan teori

yang ada.

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Dapat dijadikan bahan referensi dalam perpustakaan untuk

memberikan pelayanan dalam memberikan Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Pada Ny. Y dengan Bendungan ASI Menggunakan Kompres Daun Kubis

Dingin di PMB Ema Malini Tahun 2021

5
3. Bagi Lahan Praktik

Asuhan kebidanan ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan bagi petugas kesehatan atau bidan di PMB Ema Malini sebagai

lahan praktik di dalam meningkatkan mutu pelayanan kebidanan terutama

dalam perawatan kesehatan pada masa nifas dan meningkatkan upaya

promotif dan preventif dalam memberikan asuhan kebidanan

komprehensif pada masa nifas

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Definisi

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan terakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil),

masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Periode postpartum adalah masa

dari kelahiran plasenta dan selaput janin, (menandakan akhir periode

intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak

hamil (Islami, 2015:5).

Depresi pasca melahirkan memiliki dampak buruk pada ibu dan juga

perkembangan anak. Depresi pasca melahirkan dikaitkan dengan berbagai

konsekuensi buruk seperti gangguan interaksi ibu-bayi, fungsi sosial dan

emosional bayi, dan gangguan perkembangan kognitif pada bayi. Selain itu,

depresi pasca melahirkan mempengaruhi hubungan perkawinan dan pribadi,

serta memiliki dampak negatif yang besar terhadap keluarga (Timothy et al,

2017:19).

Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa masa nifas (puerperium)

dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura.

Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan

waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang

normal (Ambarwati, 2012:24).

7
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Uterus

1) Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60

gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi

otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2012:29). Perubahan ini dapat

diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba di

mana TFU-nya (tinggi fundus uteri)

Gambar 1. Involusi Uterus Masa Nifas

2) Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada

pada vagina normal (Sulistyawati, 2009:69).

b. Vagina

8
Vagina dan lubang vagina pada permukaan puerperium merupakan

suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur

luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang

nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Hymen tampak

sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan

berubah menjadi karunkulae mitoformis yang khas bagi wanita

multipara (Saleha, 2009:54).

c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-

perubahan yang terdapat pada serviks post partum adalah bentuk serviks

yang menganga seperi corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri

yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri

terbentuk seperti cincin. Warna serviks sendiri kehitam-hitaman karena

penuh pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan, ostium

externum dapat dilalui oleh dua jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi

retak-retak karena robekan dalam persalinan. pada akhir minggu

pertamahanya dapat dilalui oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi

berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervikalis (Sukarni et al,

2013:320).

d. Payudara

Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya

kadar hromon progesterone, estrogen dan HPL. Akan tetapi kadar

hormone prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI

9
besar-besaran. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah

meningkat, memuncak dalam priode 45 menit, dan kemudian kembali ke

level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormone

prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan

hormone ini juga keluar dalam ASI itu sendiri (Nugroho, 2011:61).

Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui

duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh

kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan

menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang

mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel

khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous

menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi

menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan

ASI dari sinus ini dinamakan let down refleck atau “pelepasan”. Pada

akhirnya, let down dapat dipicu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan

dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan

tentang bayinya (Sulistyawati, 2009:64).

e. Sistem Perkemihan

Ibu dianjurkan untuk menghindari peregangan berlebihan pada

kandung kemih yang normalnya hipotonik segera setelah melahirkan.

Poliuria postpartum selama beberapa hari setelah melahirkan

menyebabkan kandung kemih terisi dalam waktu yang relative singkat

dan diperlukan miksi berulang kali. Ibu hamil mungkin tidak menyadari

adanya peregangan kandung kemih, dan oleh karena itu mungkin perlu

10
menjadwalkan miksi. Jika terjadi peregangan berlebih, mungkin

diperlukan dekompresi dengan kateter. Jika hasil dari kateterisasi

mencapai >1000 ml atau diperlukan ≥3kali/hari selama beberapa hari

pertama setelah melahirkan, kateter menetap selama 12-24 jam dapat

membantu mengembalikan tonus kandung kemih (Benson, 2008:206).

f. Sistem Kardiovaskular

Curah jantung mencapai puncaknya segera setelah pelahiran,

yang pada sebagian besar pasien normal mencapai 80% di atas nilai

sebelum persalinan. Keadaan ini disertai dengan peningkatan tekanan

vena dan volume sekuncup. Setelah itu, terjadi perubahan cepat ke arah

nilai normal wanita yang tidak hamil, terutama selama seminggu

pertama, dengan penurunan bertahap selama 3-4 minggu berikutnya

hingga mencapai nilai sebelum hamil (Benson, 2008:215)

3. Perawatan dan Pengawasan Masa Nifas

a. Perawatan masa nifas

1) Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan

membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan

membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.

Keuntungan early ambulation adalah :

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

b) Faal dan kandung kemih lebih baik.

c) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu

caramerawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit.

11
Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi

makan.

d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial early

ambulation ekonomis), menurut penelitian-penelitian yang

seksama, tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak

menyebabkan pendarahan yang abnormal, tidak

mempengaruhi penyembuhan luka episotomy atau luka di

perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus.

e) Early ambulation tentunya tidak dibenarkan pada ibu

postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit

jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.

f) Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus

berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera bangun

dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya.

2) Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diit perlu mendapat perhatian yang

serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.

Diet yang diberikan harus bermutu, begizi tinggi, cukup kalori,

tinggi protein dan banyak mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan agar gizi sebagai

berikut :

a) Mengkomsumsi tambahan 500 kalori tiap hari menjadi ±

2700 – 3000 kalori.

12
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup.

c) Minum sedikitnya 3 liter air tiap hari.

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,

setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.

e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI

3) Personal hygiene

Pada masa nifas, seorang ibu sangat rentan terhadap penyakit

infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk

mencagah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat

tidur dan lingkungan sangat penting untuk menjaga kebersihan

dari ibu nifas adalah :

a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama Perineum.

Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk

membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari

depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar

anus. Anjurkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali

setelah BAB atau BAK

b) Sarankan ibu untuk menggati pembalut atau kain pembalut

setidaknya 2 kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika

telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari

dan disetrika.

13
c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

d) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan

kepada iuntuk menghindari menyentuh daerah tersebut.

4) Istirahat dan tidur

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal.:

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

pendarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri.

5) Aktivitas seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jari

ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk

memulai melakukan hubungan suami istri kapanpun ibu siap.

b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suami istri sampai waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari

atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung

pada pasangan yang bersangkutan.

6) Eliminasi

a.) BAK

14
Ibu diminta untuk buang air kecil (BAK) 6 jam post partum,

jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau

sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan

kateterasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh,

tidak perlu 8 jam untuk kateterisasi.

b.) BAB

Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (BAB)

setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga

BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per

rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum

bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah) (Saleha 2009,

71 – 75).

7) Perawatan payudara

Menjaga payudara tetap bersih dan kering serta

menggunakan BH yang menyokong payudara, jika puting susu

lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar

puting susu setiap kali selesai menyusui dan tetap menyusukan

pada putting susu yang lecet, apabila lecet sangat berat

istirahatkan selama 24 jam dan untuk menghindari nyeri dapat

minum parasetamol 1 kaplet setiap 4 – 6 jam (Saifuddin 2006,

128).

8) Latihan

15
Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut

dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan

ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat.

b. Pengawasan masa nifas

Pengawasan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan

bayinya untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah.

Hal-hal. yang perlu dipantau pada masa nifas adalah:

1) Kunjungan I (6 – 8 jam setelah persalinan)

a) Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan: rujuk

bila pendarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas

karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

2) Kunjungan ke – 2 (6 hari setelah persalinan)

a) Memastikan involusia uteri berjalan normal : uterus

berkonsentrasi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

pendarahan abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau

pendarahan abnormal.

16
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

3) Kunjungan ke – 3 (2 minggu setelah persalinan)

Seperti pada kunjungan ke – 2 (6 hari setelah persalinan).

a) Kunjungan ke – 4 (6 mingu setelah persalinan)

Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu

atau bayi alami.

b) Memberikan konseling keluarga berencana secara dini,

imunisasi, dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu

dan bayi (Saifuddin, 2006:123)

B. Konsep Dasar Bendungan ASI

1. Pengertian Bendungan ASI

Pembendungan Air Susu adalah peningkatan aliran vena dan limfe

pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan

disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi. (Prawirohardjo,

2006;262).

Pembendungan ASI adalah salah satu atau kedua payudara membesar

karena ASI tidak keluar sebagaimana mestinya, sangat memungkinkan

17
terjadinya infeksi. Hal ini terjadi karena aliran ASI tidak mengalir secara

alami. Banyak Ibu mendapati bayinya lebih senang menyusu pada salah satu

payudara dari pada keduanya. Ini berarti salah satu payudara tidak

dikosongkan dengan sempurna sehingga cenderung lebih penuh dan

kemudian terinfeksi (Dixon dan Leonard, 2002;43-44)

Jadi, Bendungan ASI dapat disimpulkan dimana keadaan payudara

yang bengkak disebabkan tidak lancar atau sedikitnya ASI yang dikeluarkan

dari pada yang tersedia dalam payudara. Hal ini bisa menjadi masalah

berlanjut jika penanganan dalam asuhan ibu dengan bendungan ASI tidak

segera ditangani lebih lanjut

2. Etiologi Bendungan ASI

Menurut Suherni dkk (2008:54-55), penyebab bendungan ASI adalah

a. Terjadinya asal sekresi ASI

b. Pemakaian BH yang terlalu ketat

c. Tekanan jari-jari ibu ketika menyusui

d. Terjadinya penyumbatan karena ASI yang terkumpul tidak segera

dikeluarkan..

3. Tanda dan Gejala

Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh karena

berisi ASI dengan bendungan ASI :

a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras, dan tidak terlihat

mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dan kadang-kadang

menetes keluar secara spontan

18
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.

Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI

tidak keluar bila diperiksa atau dihisap.

Tanda dan gejala menurut (Manuaba, 2010:420)

a. Rasa berat pada payudara

b. Payudara terasa panas

c. Badan terasa panas sampai meningkat

d. Payudara bengkak

e. Puting susu kencang

f. Payudara terasa nyeri

g. ASI tidak keluar

4. Komplikasi

Tindakan untuk meringankan gejala pembengkakan payudara sangat

dibutuhkan. Apabila tidak ada intervensi yang baik maka akan menimbulkan:

a. Infeksi akut kelenjar susu

b. Mastitis

c. Abses payudara sampai dengan septicemia

5. Pencegahan

Sedangkan pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi

pembengkakan payudara adalah:

a. Bila memungkinkan, susui bayi segera setelah lahir.

b. Susui bayi tanpa dijadwal.

b. Keluarkan ASI secara manual atau dengan pompa, bila produksi ASI

c. melebihi kebutuhan bayi.

19
d. Lakukan perawatan payudara masa nifas secara teratur.

Menurut Varney untuk mencegah pembengkakan payudara, ibu

harus dianjurkan untuk menyusui bayinya menurut isyarat bayi, dengan posisi

yang nyaman

C. Teori tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan

masalah yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam

pemberian pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan

masalah yang digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang

terorganisir melalui tindakan logika dalam memberi pelayanan (Varney,

2007).

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan

yang dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi.

Tahapan dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus

memberikan informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan

menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah aktual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan

20
masalah. Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya

mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan

dengan apa yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan

yang ia rasakan sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering

diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor

potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus

selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini

menghasilkan data baru segera dinilai. Data yang muncul dapat

menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera

bertindak untukmenyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konprehensif bukan hanya meliputi kondisi

klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi

meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling,

bila perlu mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis.

Rencana tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan

denganklien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional

yang relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan

21
harus dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi)

dilaksanakan oleh bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan

anggota tim kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya

evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap

evaluasi bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan

kebidanan yang diberikan kepada klien. (Varney, 2007).

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata

mencakup nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta

keluhankeluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien

atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup

inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan

masalah yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan

dijadikan 50 sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman

22
keselamatan ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan

dilakukanoleh bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah

pasien/klien (Salmah, 2016: 171).

D. Teori Evidence Based Midwifery (EBM)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi

berdasarkan pengalaman atau kebiasaaan semata. Evidence based midwifery

adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang

bisa dipertanggung jawabkan (Jayanti, 2020).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru

dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi

(Jayanti, 2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan

evidence based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka

kematian ibu hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu

dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan

masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

23
a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya

dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di

populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian

penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian

dapat diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari

internet maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau

CD. Situs internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun

banyak pula yang public domain

5. Teori EBM (Evidence Based Midwifery) Pada Kasus

a. Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis (Brassica Oleracea

Var.Capitata) Pada Ibu Nifas Dengan Nyeri Bendungan Asi (Untari

dan Purnanto, 2021)

Masa nifas (puerperium) pada persalinan normal dimulai beberapa

24
jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya. Masa

nifas (purperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai

hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil, lama masa nifas ini

yaitu 6-8 minggu. Pembengkakan payudara merupakan kondisi fisiologis

yang tidak menyenangkan ditandai dengan bengkak dan nyeri pada

payudara yang terjadi karena peningkatan volume ASI, dan kongesti

limfatik serta vaskular. Kompres daun kol terbukti menurunkan

pembengkakan pada area tubuh yang mengalami bengkak. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres daun kubis

pada ibu nifas dengan nyeri payudara karena bendungan asi. Metode:

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan

studi penelaahan kasus (Case Study). Instrumen yang digunakan adalah

asuhan tujuh langkah varney dan catatan perkembangan menggunakan

Subyektif, Obyektif, Analisa Data, dan Penatalaksanaan (SOAP). Hasil:

Hasil evaluasi dari manajemen kebidanan yang telah dilakukan

pada Ny. D selama 4 hari diperoleh hasil terjadi penurunan skala nyeri 5

menjadi skala nyeri 0 (tidak nyeri). Kesimpulan: Pemberian kompres daun

kubis dapat mengurangi nyeri pada bendungan ASI pada Ibu Nifas karena

kubis kaya akan kandungan sulfur yang diyakini dapat mengurangi

pembengkakan dan peradangan payudara

b. Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Terhadap Pembengkakan

Payudara Pada Ibu Postpartum (Pratiwi et al, 2019)

Masalah yang dapat timbul pada masa nifas dan laktasi adalah

pembengkakan payudara. Dampak pembengkakan payudara adalah rasa

25
ketidaknyamanan pada ibu berupa nyeri, payudara menjadi keras, demam,

bayi sulit menghisap payudara, mastitis, dan abses payudara. Intervensi

untuk meringankan gejala pembengkakan payudara sangat dibutuhkan.

Beberapa pengobatan secara non farmakologis dapat dilakukan salah

satunya yaitu dengan memberikan kompres daun kubis. Studi ini

merupakan suatu tinjauan literatur yang mencoba menggali pengaruh

pemberian kompres daun kubis terhadap pembengkakan payudara pada ibu

postpartum.

Hasil review dari 6 penelitian menunjukkan kompres daun kubis

efektif dalam mengurangi pembengkakan payudara. Hal ini disebabkan

karena daun kubis mengandung asam amino metionin yang berfungsi

sebagai antibiotik dan kandungan lain seperti sinigrin

(Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium, Oxylate heterosides

belerang yang dapat membantu memperlebar pembuluh darah kapiler

sehingga meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk melalui daerah

tersebut dan memungkinkan tubuh untuk menyerap kembali cairan yang

terbendung dalam payudara sehingga dapat mengurangi bengkak payudara

c. Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Dingin (Brassica

Oleracea) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dan Pembengkakan

Payudara Pada Ibu Post Partum (Hasibuan et al, 2021)

Insiden pembengkakan payudara di seluruh dunia adalah 1: 8000.

Payudara yang dilaporkan pembengkakan dari berbagai penelitian

bervariasi, mulai dari 20% hingga 77%. Utama faktor atau penyebab

terjadinya bendungan ASI di Indonesia adalah 2% lelah atau ibu sakit, 5%

26
bayi sakit, 9% bayi tidak disusui, 10% menyusui buruk posisi, puting rata

24%, menyusui bayi tidak sering atau tidak lama sebanyak 47%. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres dingin daun kubis

terhadap mengurangi intensitas nyeri dan pembengkakan payudara pada

ibu post partum di Klinik Pratama Siti Khodijah Marelan Medan Tahun

2021. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas bulan Januari 2021 di

Klinik Pratama Siti Khodijah Medan Medan. sebanyak 20 responden.

Sampel dalam penelitian ini adalah semua post ibu bersalin pada hari

pertama sebanyak 20 responden.

Berdasarkan uji statistik menggunakan uji t nilai Sig 0,000 < 0,05

dan t-hitung 4,562 > t tabel 2,1009 (t tabel 0,025, df = 18), yang berarti ada

pengaruh pengompresan kubis dingin daun untuk mengurangi intensitas

nyeri. dada. Nilai Sig 0,000 < 0,05 dan uji t adalah 6,768 > t tabel 2,1009

(t tabel 0,025, df = 18), artinya ada pengaruh dingin Kompres daun kubis

dalam mengurangi pembengkakan payudara pada ibu nifas di Klinik

Pratama. Siti Khodijah Marelan Medan. Studi ini menyimpulkan bahwa

ada pengaruh kompres dingin daun kubis dalam mengurangi intensitas

nyeri dan pembengkakan payudara pada ibu nifas di Klinik Pratama Siti

Kholijah Marelan, Medan

d. The Effect of Cabbage Leaf Treatment in Alleviating Breast

Engorgement in Postpartum Mother (Khofiyah dan Febrianti, 2020)

Pembengkakan payudara terjadi karena payudara susu tidak

ditanamkan secara memadai. Akibatnya, sisa susu dikumpulkan dalam

pemicu sistem duktus pembengkakan. Jika pembengkakan payudara tidak

27
teratasi, mastitis dan abses payudara akan terjadi. Kajian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh pengobatan daun kubis dalam meringankan

pembengkakan payudara pada ibu postpartum. Penelitian ini melakukan

pra-eksperimen dengan satu kelompok pretest-posttest metode desain.

Sampel dipilih dengan tidak sengaja sampling dan dianalisis dengan uji t

berpasangan. Instrumen dari penelitian ini adalah skala engorgement enam

poin (SPES).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian

kompres daun kubis untuk meredakan pembengkakan payudara di ibu

nifas dengan p = 0,000. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi referensi

dalam mengobati pembengkakan payudara dengan penanganan

pengobatan daun kubis secara nonfarmakologis terapi.

e. The Effect of Cabbage Leaves Compress on Breast Engorgement in

Postpartum Mother (Apriliana et al, 2021)

Pembengkakan payudara menyebabkan ketidaknyamanan dalam

proses menyusui. Jika tidak diobati, dapat membuat bayi enggan disusui.

Pada gilirannya, dapat menyebabkan susu tersumbat yang mempengaruhi

produksi susu dan menyebabkan mastitis / infeksi kelenjar susu. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres daun kubis terhadap

pembengkakan payudara pada ibu nifas. Metode Pra-eksperimen dilakukan

dengan satu kelompok. Pendekatan desain sebelum dan sesudah tes

diterapkan. Itu Populasi penelitian ini adalah ibu nifas yang mengalami

pembengkakan payudara. Pengambilan sampel berturut-turut adalah

digunakan sebagai teknik pengambilan sampel. Instrumen untuk

28
mengumpulkan data menggunakan lembar observasi dan payudara skala

peringkat pembengkakan berdasarkan Hill dan Humenick '94. Data

tersebut kemudian dianalisis dengan uji Wilcoxon.

Hasil menunjukan bahwa sebagian besar karakteristik responden

yang mengalami pembengkakan payudara adalah postpartum ibu berusia

20–35 tahun, berpendidikan SMP, menganggur atau ibu rumah tangga, dan

ibu multipara. Sebelum dilakukan pemampatan daun kubis, sebagian besar

dari 29 ibu (96,7%) mengalami pembengkakan dalam skala 3 dan menurun

ke skala 2 setelah intervensi. Hasil efek kompres daun kubis pada

payudara engorgement pada ibu nifas efektif dengan nilai p = 0,000. Ada

pengaruh yang signifikan pemberian kompres daun kubis terhadap

pembengkakan payudara pada ibu nifas

f. The Effectiveness of Cabbage Leaf Compress and the Education of

Lactation Management in Reducing Breast Engorgement in

Postpartum (Napisah et al, 2021)

Pembengkakan payudara adalah masalah umum menyusui.

Kombinasi keperawatan intervensi diharapkan dapat mencegah dan

mengurangi pembengkakan payudara segera. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui efektivitas kompres daun kubis dan edukasi terhadap

laktasi manajemen untuk mengurangi pembengkakan payudara pada

postpartum. Penelitian ini merupakan penelitian quasi-experimental

dengan desain non-equivalent control group design. sampelnya adalah 60

ibu nifas (n = 30 kelompok intervensi dan n = 30 kelompok kontrol)

dipilih secara purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah

29
Breast Engorgement Scale. Intervensi yang dilakukan antara lain

pemberian kompres pada payudara wanita payudara menggunakan daun

kubis dan mendidik mereka tentang manajemen laktasi, sedangkan

kelompok kontrol diberikan pengobatan sesuai prosedur standar rumah

sakit. Penelitian dilakukan di rumah sakit rujukan nasional untuk Wilayah

Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Data dianalisis menggunakan uji peringkat

tanda Wilcoxon dan keefektifannya intervensi diuji menggunakan tes skor

NGain.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan skala

pembengkakan payudara sebelum intervensi dengan nilai median ± min

max (3,00 ± 2-6) dan setelah median ± min max (2,00 ± 1-2), sedangkan

pada kelompok kontrol skala pembengkakan payudara sebelum perlakuan

menunjukkan median adalah ± min-max (2,00 ± 2-5) dan setelah

perlakuan, adalah ± min-max (2,00 ± 1-5). Itu efektivitas intervensi adalah

77,56%. Intervensi kombinasi kompres daun kubis dan pendidikan

manajemen laktasi efektif dalam mengurangi pembengkakan payudara

pada postpartum. Intervensi ini dapat digunakan sebagai alternative

intervensi untuk mengatasi masalah pembengkakan payudara pada wanita

postpartum, terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia, karena

daun kubis murah dan mudah didapatkan di pasar tradisional. Penelitian

lebih lanjut diharapkan untuk melakukan penelitian tentang desain

kualitatif untuk memahami pengalaman perempuan setelah intervensi dan

kemungkinannya untuk menerapkan intervensi ini di rumah.

30
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM

RS/PUSKESMAS/BPM : PMB Ema Malini Pj. Ruangan :


NOMOR RM : Tanggal/Pukul pengkajian : 20 Desember 2021
Mahasiswa : Dwi Kartika Nurfa Sumber Informasi tempat pelayanan
NIM : PO71242210046 Teman √ Orang tua/keluarga
Pembimbing : Dewi Nopiska Lilis, M.Keb Nakes : …..  Sendiri
A BIODATA
1. Nama klien/Ibu : Ny. Y Nama suami : Tn. F
Umur : 23 Tahun Umur : 26 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : RT.18 Talang Belido Alamat : RT. 18 Talang Belido
No. Telp/HP : 0812-7230-3561 No. Telp/HP :-

Penanggung jawab
Nama : Tn. F Pekerjaan : Petani
Umur : 26 Tahun Alamat : RT. 18 Talang Belido
Hubungan dengan klien: Suami No. Telp/HP :-

ALASAN KUNJUNGAN/KELUHAN :
Ny. Y umur 23 tahun mengatakan baru melahirkan 2 hari yang lalu. Ny. Y mengeluh mengalami
pembengkakan payudara diakibatkan karena kurangnya pemberian ASI secara adekuat , terasa
panas, keras, dan tidak nyaman saat menyusui serta ASI tidak keluar secara optimal,

2 Form ini digunakan pada pasien baru dengan postpartum


3 Riwayat perkawinan :
Perkawinan ke : .....1.................. Tahun ke : .....3 tahun..................
Usia saat kawin : .......21 tahun................ tahun P1..... A0......H0.....

4 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

No Tgl Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Anak Keadaan


Penyulit
Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Kel/BB Anak Sek
1. Ini

31
5 Riwayat persalinan sekarang
Tempat melahirkan : RS Puskesmas BPM Polindes  Rumah sendiri
Penolong persalinan : SpOG Dokter umum  Bidan non-nakes : ...................................

Jenis persalinan :  Spontan, blk, kepala  lain-lain : ...........................................
Selaput ketuban : √
 Pecah spontan KPD : .....................jam

 Dipecahkan indikasi ..........................................................................
Air ketuban : jernih keruh mekanium
√
Lamanya persalinan :

Kala I :....... Kala II:............ Kala III : ....... .....

Komplikasi persalinan
Perdarahan > 500 cc Retensio plasenta Sisa plasenta Antonia uteri
 Robekan jalan lahir......derajat 2..................................... lain-lain : tidak ada
Riwayat kelahiran bayi :
Tanggal ...18/12/2021 Pukul..06.30 wib Jenis kelamin : ..laki-laki...
BB : ...3300......gram PB : .....49......cm,
Masa gestasi : ...39-40....... minggu lain-lain : .-....

6 Riwayat penyakit/operasi yang lalu: (jenis penyakit, operasi, dimana dan kapan) …...............

7 Riwayat penyakit keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita sakit
Kanker Penyakit hati Hipertensi DM Penyakit ginjal
TBC Epilepsi Kelainan bawaan Alergi Hamil kembar
Penyakit jiwa  Lain-lain : …tidak ada...........…………

8 Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi


Infentilitas infeksi virus PMS Servisitis kronis Endrometriosis
Myoma Polip servix Kanker kandungan Operasi kandungan
Perkosaan
 Lain-lain : …tidak ada........... ……

9 Genogram (bila memungkinkan)

10 Riwayat Keluarga Berencana


Metode KB yang pernah dipakai : Lama :
Komplikasi/masalah : -

32
11 Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat
Makan : ..........2........ kali/hari ;
Minum : ...........7/8...... gelas/hari ;
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi :
nasi, sayur, lauk, buah, air putih, susu............................................................................
Jenis pantangan :
tidak ada.....................................................................................................................
(bila terdapat gangguan pada pola ma-mi, hitung secara kuantitas/kualitas di lembar lain)
Pola Eliminasi : BAK : 4 kali/hari
BAB : 1 kali/hari

Kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi :


Tidak
ada.....................................................................................................................................................

Pola istirahat : Tidur : 6-7 jam/hari : Tidur terakhir jam : ..22.00..........Wib


Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini :
......diharapkan............................................

Social support dari :  Suami;  Orang tua;  Mertua;  Keluarga lain


Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat & Psikososial
tidak ada...........................................................................................
B DATA OBYEKTIF
1 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum :
Tanda-tanda vital : TD 120/70 mmHg √ P 22 x/mnt N 82 x/mnt S 36,8oC
Turgor :  Baik Kurang Jelek
Mata : Seklera : √ Ikterus  Tidak Ikterus
Konjungtiva : Pucat  merah muda
Penghilatan :  Jelas Kabur Lain-lain ..................
Alat bantu : Kacamata Kontak-lens
Muka : Hiperpigmentasi Edema  Tdk. Tampak kelainan
Lain-lain: ..........………..........................................................
Payudara :  Simetris Asimetris Kemerahan Bengkak Benjolan
Puting susu : Datar  Menonjol Ke dalam Lecet Kotor
Areola mammae : Bersih Kotor Hiperpigmentasi
Pengeluaran asi :  Kolostrum Tidak tampak

Jantung :  Bunyi jelas teratur Lain-lain ...........................


Paru-paru :  Bunyi nafas bersih Lain-lain ...........................

Ekstremitas :  tidak tampak cacat cacat varises edema kedua


tungkai
Refleks patella : +/+ kanan/kiri....................
Akral : Dingin Pucat Kebiruan  Hangat /normal

Abdomen
- Hepar/lien : tidak teraba lain-lain …Tidak ada kelainan
- Luka operasi : ada bersih kotor tanda infeksi  tidak ada
- Fundus uteri :  teraba, pertengahan simfisis
tidak teraba  kontraksi
- Lain- lain : …… …………………………………

33
Ano-genetalia
- Perdarahan : mengalir √ merembes Jumlah ………±150 cc…………….
- Vulva : edema hematoma
- Perineum : utuh  ruptur  jahitan belum merapat  bersih
kotor tanda-tanda infeksi jahitan menyatu
- lokhia :  rubra sanguinolenta  serosa purulenta
√ bau amis bau menyengat lain-lain
- Hemorroid : tidak ada ada jelaskan……………………………………………
- Fistel :  tidak ada ada jelaskan……………………………………………
Lain-lain :…-………………………………………………………………….
Pemeriksa Penunjang
Lab : HB 11 gr………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………….
Lain-lain :
…………………………………………………………………………….………………………
3 Hal-hal lain yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum pada format

C Diagnosis/masalah

Ny. Y umur 23 tahun P0A0H1 Postpartum hari kedua

Jambi, Desember 2021


Pembimbing Lahan Mahasiswa

(Ema Malini, AM.Keb) (Dwi Kartika Nurfa)

Mengetahui Dosen
Pembimbing Akademik

(Dewi Nopiska Lilis, M.Keb)

34
CATATAN PERENCANAAN
D NAMA &
TANGGAL/ DIAGNOSA/
PERENCANAAN PARAF
PUKUL MASALAH

20 Ny. Y umur 23 1) Lakukan pemeriksaan pada ibu


Desember tahun P0A0H1 2) Beritahu ibu seluruh hasil pemeriksaan
2021 Postpartum 3) Jelaskan pada ibu dan suami tentang apa itu
hari kedua bendungan ASI dan tata cara penanganan
bendungan ASI yang benar
An 4) Berikan konseling tentang penyebab keluhan yang
ibu alami dan berikan dukungan/ support pada ibu
5) Beritahu ibu tindakan yang dilakukan dalam
bendungan ASI yaitu :
a. Melepas bra pada payudara ibu
b. Melakukan pijat oksitosin 5-10 menit
c. Kompres payudara menggunakan air hangan
dengan menempelkan waslap yang sudah
dibasahi dengan air hangat pada payudara yang
sakit selama 5-10 menit
d. Mengeluarkan ASI dari payudara setiap kali.
Dapat dilakukan dengan langsung menyusui
pada bayi atau dengan memerah ASI
e. Memastikan Kompres payudara menggunakan
air dingin selama 5-10 menit
f. Bersihkan payudara
g. Memberikan obat paracetamol 500 mg, bila
terdapat perubahan peningkatan suhu pada ibu
h. Memakaikan kembali bra, penggunaan bra
dianjurkan yang menopang payudara ibu

35
i. Mencuci tangan
j. Memberitahu jadwal kunjungan ulang untuk
dilakukan observasi pasca tindakan
6) Anjurkan ibu untuk mengkompres Daun Kubis
Dingin untuk mengurangi rasa nyeri dan
mengurangi pembengkakan payudara pada ibu
post partum
7) Anjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi
nafas untuk mengurangi nyeri akibat
pembengkakan payudara
8) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang yaitu Protein sangat
dibutuhkan oleh ibu sebagai sumber zat tenaga dan
pengatur untuk proses pemulihan
9) Beritahu pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
10) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
11) Lakukan pendokumentasian

36
CATATAN PELAKSANAAN

NAMA : Ny. Y NO. RM :


UMUR : 23 Tahun TANGGAL : 20 Desember 2021
Diagnosis/masalah
Ny. Y umur 23 tahun P0A0H1 Postpartum hari kedua
TANGGAL / CATATAN PELAKSANAAN NAMA &
PUKUL PARAF
20 Desember 1) Melakukan pemeriksaan pada ibu
2021 2) Memberitahu ibu seluruh hasil pemeriksaan
3) Menjelaskan pada ibu dan suami tentang apa itu bendungan
ASI dan tata cara penanganan bendungan ASI yang benar
4) Memberikan konseling tentang penyebab keluhan yang ibu
alami dan berikan dukungan/ support pada ibu
5) Memberitahu ibu tindakan yang dilakukan dalam
penanganan bendungan ASI yaitu :
a. Melepas bra pada payudara ibu
b. Melakukan pijat oksitosin 5-10 menit
c. Kompres payudara menggunakan air hangan dengan
menempelkan waslap yang sudah dibasahi dengan air
hangat pada payudara yang sakit selama 5-10 menit
d. Mengeluarkan ASI dari payudara setiap kali. Dapat
dilakukan dengan langsung menyusui pada bayi atau
dengan memerah ASI
e. Memastikan Kompres payudara menggunakan air
dingin selama 5-10 menit
f. Bersihkan payudara
g. Memberikan obat paracetamol 500 mg, bila terdapat
perubahan peningkatan suhu pada ibu
h. Memakaikan kembali bra, penggunaan bra dianjurkan
yang menopang payudara ibu

37
i. Mencuci tangan
j. Memberitahu jadwal kunjungan ulang untuk dilakukan
observasi pasca tindakan
6) Menganjurkan ibu untuk mengkompres Daun Kubis
Dingin untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi
pembengkakan payudara pada ibu post partum
7) Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi nafas
untuk mengurangi nyeri akibat pembengkakan payudara
8) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang yaitu Protein sangat
dibutuhkan oleh ibu sebagai sumber zat tenaga dan
pengatur untuk proses pemulihan
9) Memberitahu pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
10) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
11) Melakukan pendokumentasian

38
CATATAN EVALUASI

NAMA : Ny. Y UMUR : 23 Tahun Tanggal : 20 Desember 2021

DIAGNOSIS : Ny. Y umur 23 tahun P0A0H1 Postpartum hari kedua

TANGGAL / CATATAN EVALUASI NAMA DAN


PUKUL PARAF
20 Desember 2021 1. Informed consent telah dilakukan
2. Ibu dan suami mengerti dengan hasil
pemeriksaan.
3. Ibu dan suami mengerti tentang penjelasan
yang diberikan
4. Konseling tentang keluhan bendungan ASI
dan dukungan/ support pada ibu dan suami
telah dilakukan dan mau mengikuti saran
yang diberikan oleh petugas kesehatan.
5. Ibu telah selesai melakukan dan mengerti
cara melakukan penanganan bendungan
ASI yang benar
6. Ibu dan suami mengerti dan mau
mengkompres kubis dingin daerah yang
terasa nyeri
7. Ibu dan suami mau untuk melakukan teknik
relaksasi nafas
8. Ibu mau untuk mengikuti pola hidup gizi
seimbang guna memenuhi kebutuhan
nutrisiibu dan suami.
9. Ibu dan suami mengerti tanda-tanda bahaya
masa nifas
10. Ibu dan suami sepakat untuk tidak stress
dan istirahat yang cukup
11. Dokumentasi telah dilakukan

Jambi, Desember 2021


Mengetahui Dosen
Pembimbing Mata Kuliah

Dewi Nopiska Lilis, M.Keb

39
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan

Pustaka dan studi kasus dalam proses asuhan. Pembahasan ini disusun berdasarkan teori

dari asuhan nyata dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari

tujuh Langkah Varney yaitu: pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau

masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan

segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan

asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan

A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Pengkajian tentang identitas ibu dan suami (nama, umur, pekerjaan,

agama, suku dan alamat) penting dilakukan karena menurut Hani (2011:87)

identifikasi (mengenal) Klien dan menetukan status sosial ekonomi yang harus

kita ketahui, misalnya untuk menentukan anjuran anjuran apa yang akan

diberikan..

Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan

laboratorium pengkajian secara umum telah dilakukan. Menurut Varney

(2006:27) bahwa langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang

menyeluruh. Data dasar ini meliputi riwayat, pemeriksaan fisik, melihat catatan

terbaru atau catatan sebelumnya dan melihat data laboratorium serta

membandingkan dengan hasil studi.

Berdasarkan data Pengkajian pada kasus Ny.Y bahwa diketahui Ny. Y umur

23 tahun mengatakan baru melahirkan 2 hari yang lalu. Ny. Y mengeluh

40
mengalami pembengkakan payudara diakibatkan karena kurangnya pemberian

ASI secara adekuat , terasa panas, keras, dan tidak nyaman saat menyusui serta

ASI tidak keluar secara optimal, Ibu melahirkan tanggal 18 Desember 2021

pukul 06.30 WIB, dengan jenis kelamin laki- laki, berat badan lahir 3300 gram.

Selain data subyektif, juga dilakukan pengumpulan data obyektif meliputi :

pemeriksaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TTV : TD : 120/70

mmHg, N : 82x/menit, S : 36.8oC, RR : 22x/menit.

Nyeri tersebut disebabkan oleh adanya bendungan payudara karena

peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan payudara

dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan payudara dapat terjadi

karena adanya penyempitan duktus blatiferus pada payudara ibu dan dapat

terjadi pula bila ibu memiliki kelainan putting susu terbenam (Rukiyah et al,

2010:348).

Keluhan utama pada kasus Ny. Y merupakan hal yang biasa terjadi yang

dialami oleh ibu selama masa awal menyusui. Payudara bengkak umumnya

terjadi satu atau dua minggu pertama setelah melahirkan. Peningkatan aliran

darah ke payudara bersama dengan lonjakan suplai ASI dapat menyebabkan

pembengkakan. Tahap pembengkakan ini umumnya mulai membaik dalam

beberapa hari jika ibu dapat melakukan penanganan yang benar. Pada kasus ini

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

kasus.

41
B. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Diagnosa yang ditegakkan sesuai daftar nomeklatur kebidanan tentang

masa nifas. Berdasarkan dalam konsep dasar bahwa dalam menegakkan suatu

diagnosa/ masalah kebidanan harus berdasarkan pada pendekatan asuhan

kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif

dan objektif.

Pada pemeriksaan luka Ny. Y mengeluh mengalami pembengkakan

payudara diakibatkan karena kurangnya pemberian ASI secara adekuat , terasa

panas, keras, dan tidak nyaman saat menyusui serta ASI tidak keluar secara

optimal. Berdasarkan studi kasus diagnose kebidanan berasal dari data dasar

yaitu dari data subyektif dan data obyektif sehingga muncul diagnosa kebidanan

Ny. Y umur 23 tahun P0A0H1 Postpartum hari kedua dengan Masalah pada

kasus yaitu ibu merasa cemas dengan keadaannya. Sehingga Kebutuhan yang

diberikan pada kasus Ny. Y yaitu pemberian konseling tentang keluhan

bendungan asi yang dialaminya serta cara penanganan bendungan asi yang benar

dan memberikan dukungan moril dari suami, keluarga dan bidan

Berdasarkan pada kasus diatas diagnosa kebidanan, masalah dan

kebutuhan yang timbul sudah sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus

C. Langkah III : Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Langkah ketiga merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi

diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada

42
langkah ini penulis mengindentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial

berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi.

Identiifikasi diagnosis potensial yaitu mengantisipasi segala sesuatu yang

mungkin terjadi (Mangkuji et al, 2013). Langkah ini membutuhkan antisipasi

bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar

terjadi dilakukan asuhan yang aman.

Berdasarkan asuhan yang diberikan pada Ny. Y yaitu tidak ada masalah

potensial pada Ny.Y karena keluhan seperti payudara bengkak, nyeri, dan ASI

yang tidak lancar merupakan hal yang biasa terjadi yang dialami oleh ibu selama

masa awal menyusui. Kasus Ny. Y diagnosa potensial yang muncul tidak terdapat

tanda infeksi atau masalah yang berkelanjutan

D. Langkah IV : Identifikasi Tindakan Segera atau Kolaborasi

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter

segera melakukan konsultasi atau melakukan penanganan bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Tindakan yang

dilakukan berdasarkan data baru yang diperoleh secara terus-menerus dan

dievaluasi supaya bidan dapat melakukan tindakan segera dengan tujuan agar

dapat mengatisipasi masalah yang mungkin muncul sehubungan dengan keadaan

yang dialami ibu (Varney, 2008).

Berdasarkan asuhan yang diberikan pada Ny. Y diketahui bahwa Tidak

ada penangan tindakan segera pada Ny. Y karena tidak ada kasus

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera selama masa nifas. Tindakan

43
segera yang dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya kegawatdaruratan yang

terjadi. Tidak memerlukan tindakan segera hanya diperlukan konseling tentang

teknik menyusui yang benar (Soepardan, 2008).

E. Langkah V : Rencana Asuhan Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini, informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi. Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosis kebidanan

dan masalah potensial yang akan terjadi. Setiap rencana asuhan haruslah

disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan klien agar dapat dilaksanakan

dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana

tersebut.

Berdasarkan diagnosa atau masalah pada kasus Ny. Y maka disusun

rencana asuhan seperti seperti Memberitahu ibu seluruh hasil pemeriksaan.

Menurut Saifudin (2010:44) memperoleh pelayanan kesehatan berhak untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatannya.

Menjelaskan pada ibu dan suami tentang apa itu bendungan ASI dan tata

cara penanganan bendungan ASI yang benar. Menurut Damayanti, (2020)

Bendungan ASI merupakan pembendungan air susu karena penyempitan duktus

laktiferus atau kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna.

Strategi untuk mengurangi pembengkakan payudara secara non farmakologis

dapat dilakukan dengan akupuntur, perawatan payudara tradisional (kompres

44
panas dikombinasikan dengan pijatan), daun kubis, kompres panas dan dingin

secara bergantian, kompres dingin, dan terapi ultrasound (Zuhana, 2010)

Memberikan konseling tentang penyebab keluhan yang ibu alami dan

berikan dukungan/ support pada ibu. Pembengkakan payudara merupakan hal

yang sering terjadi pada hari kedua sampai hari kesepuluh postpartum. Sebagian

besar pasien merasakan payudara bengkak, merah, keras, nyeri dan terasa panas.

Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain tidak dilakukannya

rawat gabung sehingga terjadi pemisahan ibu dan anak, dan adanya teknik

menyusui yang tidak benar dan efektif (Damayanti, 2020) Ibu tak perlu kahwatir

karena dengan melakukan penanganan yang tepat seprti kompres dingin maka

ibu akan segera sembuh dan dengan mobilisasi dini secara perlahan ibu akan

mampu beradaptasi dengan nyeri yang dirasakannya dan akan membantu proses

penyembuhan dengan cepat.

Memberitahu ibu tindakan yang dilakukan dalam penanganan bendungan

ASI yaitu : melepas bra pada payudara ibu, melakukan pijat oksitosin 5-10

menit, kompres payudara menggunakan air hangan dengan menempelkan

waslap yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit selama

5-10 menit, mengeluarkan ASI dari payudara setiap kali dapat dilakukan dengan

langsung menyusui pada bayi atau dengan memerah ASI, Memastikan kompres

payudara menggunakan air dingin selama 5-10 menit, bersihkan payudara,

memberikan obat paracetamol 500 mg, bila terdapat perubahan peningkatan

suhu pada ibu, memakaikan kembali bra, penggunaan bra dianjurkan yang

menopang payudara ibu

45
Menganjurkan ibu untuk mengkompres Daun Kubis Dingin untuk

mengurangi rasa nyeri dan mengurangi pembengkakan payudara pada ibu post

partum. Menurut Cicilia et al, (2021) Pencegahan bendungan ASI tidak hanya

dengan perawatan payudara, namun bisa dengan pemberian metode non

farmakologi. Metode non farmakologis merupakan pengendalian nyeri yang

lebih efektif dan tanpa efek yang merugikan. Pemberian terapi non farmakologis

secara promosi atau preventif bisa dipertimbangkan menjadi pilihan untuk

membantu memandirikan pasien dalam mengatasi masalah breast engorgement

pada ibu postpartum. Salah satu terapi komplementer sebagai strategi untuk

mengurangi pembengkakan payudara dapat dilakukan dengan pemberian

kompres daun kubis dingin.

Menurut Deswani (2014) Perawatan payudara menggunakan kompes

daun kubis tersebut merupakan suatu tindakan untuk merawat payudara terutama

pada masa nifas (masa menyusui) untuk mengurangi pembengkakan payudara,

apabila perawatan payudara dengan kompres daun kubis dilakukan dengan baik

maka pembengkakan payudara akan berkurang. Langkah-langkah dalam

melakukan perawatan payudara yang baik adalah kompres payudara dengan

kubis yang segar dan sudah dicuci menggunakan air mengalir selama 30 menit,

lakukan sebanyak 3 kali sehari dalam 4 hari

Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi nafas untuk

mengurangi nyeri akibat pembengkakan payudara. Teknik relaksasi merupakan

salah satu teknik non farmakologi yang digunakan untuk mengurangi nyeri

dengan merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri (Tamsuri,

2012). Setelah dilakukan relaksasi nafas dalam ibu mengalami penurunan rasa

46
nyeri karena ibu merasa lebih tenang dan rileks sehingga implus nyeri yang

dirasakan berkurang, Hal ini sesuai dengan teori bahwa relaksasi dapat

membantu mengurangi nyeri (Potter & Perry, 2006).

Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi

seimbang yaitu Protein sangat dibutuhkan oleh ibu sebagai sumber zat tenaga dan

pengatur untuk proses pemulihan. Menurut Imasrani et al, (2016) Pola makan

adalah salah satu penentu keberhasilan ibu dalam menyusui. Sehingga ibu yang

menyusui perlu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Nutrisi yang

seimbang akan menghasilkan gizi yang baik dan berkualitas. Dalam tubuh

terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu

diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu tidak mengandung cukup zat gizi yang

diperlukan pada akhirnya kelenjar - kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu

tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh

terhadap produksi ASI

Memberitahu pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas seperti

pengeluaran lochea berbau, demam, nyeri perut berat, kelelahan atau sesak,

bengkak pada tangan, wajah dan tungkai, sakit kepala hebat, pandangan kabur,

nyeri pada payudara. Apabila ditemukan tanda bahaya diharapkan untuk dapat

segera ke petugas kesehatan.

Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Menurut Haeriaty (2010)

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian dalam keberhasilan menyusui yaitu

diantaranya adalah keadaan fisik dan mental sang ibu yang ditunjang oleh

keadaan nutrisi, istirahat yang cukup serta beberapa faktor lainnya, termasuk

dukungan dari suami, keluarga dan lingkungannya.

47
F. Langkah VI : Pelaksanaan

Asuhan Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana asuhan

yang telah dibuat sebelumnya, yang sesuai dengan kebutuhan ibu. Menurut

Varney (2007:27) rencana asuhan menyeluruh seperti dilaksaankan secara

efesiensi dan aman.

Berdasarkan asuhan yang diberikan pada Ny. Y bahwa pada langkah

pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan

yang telah dibuat sebelumnya yaitu menjelaskan pada ibu dan suami tentang apa

itu bendungan asi dan tata cara penanganan bendungan asi yang benar,

memberikan konseling tentang keluhan bendungan asi dan memberikan

dukungan/ support pada ibu, memberitahu ibu tindakan yang dilakukan dalam

bendungan asi, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

mengandung gizi seimbang yaitu Protein sangat dibutuhkan oleh ibu sebagai

sumber zat tenaga dan pengatur untuk proses pemulihan, menganjurkan ibu

untuk mengkompres Daun Kubis Dingin untuk mengurangi rasa nyeri dan

mengurangi pembengkakan payudara pada ibu post partum, menganjurkan ibu

untuk melakukan teknik relaksasi nafas untuk mengurangi nyeri akibat

pembengkakan payudara serta menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan asuhan pada

Ny. Y, semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya

dengan baik dan tidak menemukan hambatan yang berarti karna adanya kerja

sama dan penerimaan yang baik dari klien dan keluarga yang kooperatif.

48
G. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan dan hasil pemeriksaan selama

melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh adalah hasil pengamatan dan

pemeriksaan. Sesuai dengan langkah-langkah evaluasi menurut Varney

(2007:28) evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah.

Evaluasi asuhan pada kasus Ny. Y umur 23 tahun dengan penangnan

bendungan ASI bahwa setelah melakukan asuhan kebidanan menggunakan saun

kubis dingin yaitu ibu tidak mengalami komplikasi, ASI telah teratasi yang

ditandai dengan keadaan payudara ibu telah normal dan bayi telah menyusu

dengan baik.

Keberhasilan asuhan ini juga ditandai dengan pemahaman ibu mengenai

cara dan teknik menyusui yang baik dan benar, serta dapat menyusui bayinya

secara lancar. Semua data hingga penatalaksanaan telah didokumentasikan

49
BAB V

PENUTUP

Setelah mempelajari teori dan pengalaman langsung yang diperoleh dari lahan

praktik melalui kasus Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny.Y dengan Bendungan

ASI. Maka pada BAB ini penulis menarik kesimpulan dan saran saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan pengkajian data didapatkan data Subjektif data Objektif. Pada

kasus Ny. Y mengeluh mengalami pembengkakan payudara diakibatkan

karena kurangnya pemberian ASI secara adekuat, payudara terasa panas,

keras, dan tidak nyaman saat menyusui serta ASI tidak keluar secara optimal

2. Pada interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan Berdasarkan asuhan

pada kasus bahwa Ny. Y umur 23 tahun P0A0H1 Postpartum hari kedua

3. Diagnosa atau masalah potensial pada kasus Ny. Y bahwa Tidak ada masalah

potensial pada Ny. Y karena keluhan seperti payudara bengkak, nyeri, dan

ASI yang tidak lancar merupakan hal yang biasa terjadi yang dialami oleh ibu

selama masa awal menyusui

4. Pelaksanaan tindakan segera pada kasus Ny.Y bahwa tidak ada penangan

tindakan segera karena tidak ada kasus kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan segera selama

5. Rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny.Y dengan teknik menyusui

dengan hasil merencanakan asuhan berdasarkan diagnosa/ masalah aktual dan

masalah potensial yang dapat terjadi

50
6. Pelaksanaan asuhan yang telah direncankan pada Ny.Y dengan hasil yaitu

semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya

dengan baik tanpa adanya hambatan.

7. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan bahwa Ny.Y telah

memahami semua penjelasan dan ibu tidak mengalami komplikasi, ASI telah

teratasi yang ditandai dengan keadaan payudara ibu telah normal dan bayi

telah menyusu dengan baik

B. Saran

1. Bagi Lahan praktik

Diharapkan PMB Ema Malini dapat meningkatkan mutu pelayanan

kebidanan yang sudah baik dan menerapkan Asuhan Masa Nifas serta dapat

menerapkan asuhan kebidanan yang berkesinambungan (Continuity of care)

dengan tujuan untuk menurunkan Angka Kematian pada Ibu dan Bayi.

2. Untuk Poltekkes Kemenkes Jambi

a. Diharapkan dapat Memberikan bimbingan tentang praktik pelayanan

kebidanan sehingga diharapkan mahasiswa dapat memperbanyak

pengalaman dalam menangani berbagai kasus dalam kebidanan.

b. Diharapkan institusi juga memfasilitasi buku referensi di perpustakaan

sehingga mahasiswa dapat lebih mudah mengakses wawasan baru dari

sumber-sumber buku sesuai yang dibutuhkan

51
DAFTAR PUSTAKA

Apriani et al. 2018. Efektivitas Penatalaksanaan Kompres Daun Kubis (Brassica


Oleracea Var. Capitata) Dan Breast Care Terhadap Pembengkakan Payudara
Bagi Ibu Nifas. Maternal Vol. Ii No 4 - Oktober 2018

Apriliana et al, 2021. The Effect of Cabbage Leaves Compress on Breast Engorgement
in Postpartum Mother. Open Access Maced J Med Sci. 2021 Mar 05;
9(T4):124-128.

Cicilia et al, 2021. Literature Review : Teknik Komplementer pada Penanganan


Bendungan ASI. Univesitas Ngudi Waluyo, Program Studi Kebidanan Program
Sarjana

Damayanti et al. 2020. Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Dingin sebagai
Terapi Pendamping Bendungan ASI terhadap Skala Pembengkakan dan
Intensitas Nyeri Payudara serta Jumlah ASI pada Ibu Postpartum di RSUD
Bangil. Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 2 Bulan Agustus –
November 2020, Halaman 54 - 66

Dianti. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan Asi Di Bpm
Masquroh Endang Witdanarti, Am. Keb Pringapus Kabupaten Semarang.
Program Studi D Iii Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Ngudi
Waluyo.

Eliyanti et al. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Puting Susu Lecet Di
Bpm Suhartini, Sst Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Jurnal Ilmiah
Kebidanan, Vol 3 No 2 September 2017 ISSN : 2477-4383

Hasibuan et al, 2021. Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Dingin (Brassica
Oleracea) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dan Pembengkakan Payudara
Pada Ibu Post Partum. Journal Of Health, Education and Literacy, 2021 3(2)

Imasrani. 2016. Kaitan Pola Makan Seimbang Dengan Produksi Asi Ibu Menyusui.
Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Khofiyah dan Febrianti. 2020. The Effect of Cabbage Leaf Treatment in Alleviating
Breast Engorgement in Postpartum Mother. Advances in Health Sciences
Research, volume 3

Khusna. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan Asi Di Bpm Ida
Riyani Magelang Tahun 2015. Prodi Kebidanan Jenjang Diploma III STIKES
‘Aisyiyah Yogyakarta

Khusharini. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Denganketidakefektifan


Pemberian Asi Dirs Panti Waluya Sawahan. Prodi D-III Keperawatan, STIKes
Panti Waluya Malang

52
Lestari et al. 2020. Studi Kasus Pada Ibu Nifas Dengan Asi Belum Lancar Di Praktik
Mandiri Bidan Lilis Sulistyowati. Health Sciences Journal Vol 4 (No 2)
(2020): 33 – 37

Napisah et al, 2021. The Effectiveness of Cabbage Leaf Compress and the Education of
Lactation Management in Reducing Breast Engorgement in Postpartum. Open
Access Maced J Med Sci. 2021 Nov 10; 9(T6):106-110.

Pratiwi et al, 2019. Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Terhadap


Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum. Jurnal Kesehatan Qamarul
Huda ,Volume 7, Nomor 2 Desember 2019

Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Rohmah et al, 2019. Efektivitas Kompres Daun Kubis (Brassica Oleracea) terhadap
Skala Pembengkakan Payudara pada Ibu Post Partum di PMB Endang Kota
Kediri. Jurnal of Qualityin Women’s Health. Vol.2 No.2 September. 2019

Sari dan Putri. 2020. Efektivitas Kompres Daun Kubis Dan Breast Care Terhadap
Pengurangan Pembengkakan Payudara Pada Ibu Nifas. Maternal Child Health
Care Journal. Volume 2. No.2 (July,2020)

Untari dan Purnanto. 2021. Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis (Brassica
Oleracea Var.Capitata) Pada Ibu Nifas Dengan Nyeri Bendungan Asi. Journal
of TSCNers Vol.6 No.2 Tahun 2021

Varney, H.,Kriebs, J.M., Carolyn, L.G. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1.
Jakarta:EGC

Widia dan Pangestu. 2019. Pengaruh Kompres Daun Kubis (Brassica Oleracea Var.
Capitata) Terhadap Pembengkakan Payudara (Breast Engorgement) Pada Ibu
Nifas. Jurnal Darul Azhar Vol 8, No.1 Agustus 2019 – Februari 2020, Hal : 45
- 51

Winknjosastro H, Saifuddin AB. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Zuhana. 2017. Perbedaan Efektifitas Daun Kubis Dingin (Brassica Oleracea Var.
Capitata) Dengan Perawatan Payudara Dalam Mengurangi Pembengkakan
Payudara (Breast Engorgement) Di Kabupaten Pekalongan. Jurnal Ilmiah
Bidan, Vol.Ii, No.2, 2017

53

Anda mungkin juga menyukai