Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIK STASE

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA IBU NIFAS

Disusun oleh :
HIRDAYANI
Nim : 213001080169

Dosen Pembimbing
Bdn. Devi Arista, S.Keb,.M.Kes
NIDN. 1010300715008

UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN LENGKAP
STASE ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA
Ny. S DENGAN PIJAT OKSITOSIN UNTUK
KELANCARAN ASI DI POKESDES
RANTAU KERMAS
TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan


Stase Nifas Praktik Kebidanan

Jambi, Oktober 2022

Menyetujui,
CI Akademik

Bdn. Devi Arista, S.Keb,. M.kes


NIK. 1010300715008

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN LENGKAP
STASE ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA
Ny. S DENGAN PIJAT OKSITOSIN UNTUK
KELANCARAN ASI DI POKESDES
RANTAU KERMAS
TAHUN 2022

Dipersiapkan dan Disusun Oleh:


Nama : Hirdayani
Nim : 213001080169
\

Mengetahui
CI Akademik

Bdn. Devi Arista,S.Keb,. M.kes


NIDN:1010300715008

Disetujui,
Ka. Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

(Bdn. Devi Arista, S.Keb, M.Kes)


NIDN: 1010300715008

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Stase Nifas Ny.S di Pokesdes Rantau
Kermas. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pengampuh. Penulis
juga menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, laporam ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta
bermakna dalam proses perkuliahan Asuhan kebidanan pada ibu nifas.
Amin.

Jambi, November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan............................................................................................. i
Halaman Pengesahan............................................................................................. ii
Kata Pengantar....................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Akseptor............................................................................ 3
B. Jenis Jenis Akseptor............................................................................. 3
C. Konsep Kontrasepsi............................................................................. 4
D. Macam Macam Kontrasepsi................................................................ 8
E. Konsep Kontrasepsi Suntik DMPA 150mg......................................... 8
F. Asuhan Keluarga Berencana................................................................14
G. Langkah Langkah Suntik IM...............................................................18

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Kasus Terkait.......................................................................................19

BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisa temuan kasus dengan kajian ..................................................22

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................29
B. Saran....................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data laporan yang keluar dari lembaga SDKI tahun 2012

cakupan ASI eksklusif di Indonesia sebesar 42%, angka ini masih di bawah target

WHO yaitu cakupan ASI eksklusif minimal 50%. Cakupan di Indonesia masih di

bawah target yaitu pada bayi 0-6 bulan dengan angka cakupan 61,5% sedangkan

pemberian ASI eksklusif pasa tahun 2012 sebesar 33,6% dan tahun 2013 sebesar

54,3%. (Kemenkes,2014 ).

Masa nifas yaitu masa yang dimulai sejak kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung kira-kira 6 sampai 8 minggu. Masa nifas sangat penting bagi seorang

wanita karena merupakan masa pemulihan untuk mengembalikan alat kandungan

serta fisik ibu ke kondisi seperti sebelum hamil. Nama lain dari masa nifas ialah

masa postpartum, masa puerperium, ataupun masa postnatal. Salah satu perubahan

fisik pada masa nifas adalah payudara membesar karena pembentukan ASI.(Sari

N.E dan Khotimah S 2018).

ASI adalah makanan alami pertama untuk bayi, yang di dalamnya

terkandung semua energi dan nutrisi yang di butuhkan bayi pada bulan pertama

kehidupan, ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan

garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan

utama bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan

3
4

stadium laktasi. Asi agar keluar membutuhkan hormone oksitosin yang

disekresikan oleh glandula pituitari posterior atas rangsangan hisapan bayi.

Oksitosin ini menyebabkan jaringan muskuler sekeliling alveoli berkontaksi agar

mendorong ASI menuju ductus. (Ambarwati E.R, Wulandari D 2010, dan Sari,

Khotimah 2018).

Beberapa masalah dalam menyusui adalah putting susu lecet, payudara

bengkak dan abses payudara atau mastitis beberapa masalah itu dapat

mempengaruhi pada kelancaran ASI, maka perlu adanya upaya untuk

meningkatkan produksi pengeluaran ASI ibu dengan melakukan beberapa upaya

seperti, pemberian Daun katuk, pemberian sari kacang hijau dan pijat oksitosin.

(rahayuningsih, 2020). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayat,

Zelna, Fasilah menggunakan tehnik Purposive Sampling diperoleh 30 sampel.

Dengan hasil 30 responden yang dibagi dua kelompok pada kelompok kontrol

terdapat 5 ibu nifas (16.6%) yang pengeluaran ASI nya lancar 10 responden

(33.3%) yang tidak lancar, sebaliknya pada kelompok intervensi menunjukan 14

responden (46.6%) yang mengalami pengeluaran ASI lancar sedangkan 1 ibu

nifas (3.3%) yang tidak lancar. yang artinya ada hubungan pemberian sayur daun

katuk terhadap kelancaran ASI pada ibu multipara di Puskesmas Caile

Bulukumba. (Nurhidayat, Zelna, Fasilah, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Lidia.,Ayu Sukoco dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Batulicin dengan pree and post test thesign dengan hasil sebelum

diberikan intervensi sari kacang hijau didapatkan hampir seluruhnya (80%)

mengalami ketidak lancaran ASI sesu dah diberikan intervensi sari kacang hijau

sebagian besar (80%) mengalami kelancaran ASI (Lidia., Ayu Sukoco 2019).
5

Penelitian yang dilakukan oleh Maryatul Kiftia menggunakan metode

purposive sampling didapatkan sebanyak 18 orang responden. Dengan hasil

penelitian pvalue 0,001 < 0,05 yang menujukan adanya perbedaan yang signifikan

dari nilai rat-rata sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin (Kiftia, 2015).

Dilihat dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode-metode

tersebut berpengaruh terhadap kelancaran ASI, namun pijat oksitosin adalah

metode yang dipilih karena pijat oksitosin ini merupakan teknik yang mudah

untuk di terapkan langsung kepada ibu dan tidak memiliki dampak yang buruk

kepada ibu dan bayi. Dimana dalam penerapan pijat oksitosin dilakukan pada ibu

post partum hari ke-4 sampai ke-10 (1 minggu), dimana jumlah ASI tersebut di

observasi dan di tampung menggunakan alat botol susu atau gelas ukur, ASI yang

di tampung yaitu ASI sebelum dan sesudah pemijatan pada payudara tersebut

dilakukan pengosongan terlebih dahulu 2 jam sebelum pemijatan ASI di tampung

(pretest) kemudian dilakukan pemijatan oksitosin 15-20 menit setelah di pijat

kemudian di tampung kembali dan dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore (Kiftia N,

2015).

Upaya peningkatan produksi ASI dengan dilakukan pemijatan oksitosin

pada ibu, pijat oksitosin adalah suatu pijatan atau rangsangan pada tulang

belakang, neurotransmitter akan terangsang medulla oblongata langsung

mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarka

oksitosin sehingga menyebabkan payudara mengeluarkan air susu. Pijatan ini juga

akan merileksasi ketegangan, dan menghilangkan stress sehingga dapat akan

membantu pengeluaran air susu ibu di bantu dengan isapan bayi pada putting susu

saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal.(Endah,2011).


6

Penilaian terhadap produksi ASI dapat menggunakan beberapa kriteria

sebagai acuan untuk mengetahui kelancaran produksi ASI. Untuk mengetahui

apakah produksi ASI-nya lancar atau tidak dapat diketahui dari indikator bayi,

meliputi: BB bayi tidak turun melebihi 10% dari BB lahir pada minggu pertama

kelahiran, BAB 1-2 kali pada hari pertama dan kedua dengan warna feses

kehitaman, sedangkan hari ketiga dan keempat minimal 2 kali, warna feses

kehijauan hingga kuning BAK sebanyak 6-8 kali sehari dengan warna urin kuning

dan jernih,dan pada indikator ibu dengan frekuensi menyusui 8-12 kali dalam

sehari serta bayi akan tenang nyenyak setelah menyusui selama 2-3 jam

( Mardiyaningsih, 2010).

Berdasarkan beberapa uraian diatas melihat bahwa pemberian ASI penting

dan agar produksi ASI lancar terdapat beberapa upaya yaitu dengan pemberian

daun katuk , pemberian susu kedelai dan pemberian pijat oksitosin, maka dari itu

berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai

pemberian pijat oksitosin pada ibu post partum dikarenakan pijat oksitosin mudah

di lakukan dan lebih hemat.

B. Tujuan Penulisan

I Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan tindakan asuhan kebidanan secara

continuity of care pada ibu nifas dengan melakukan penerapan pijat

oksitosin terhadap ibu nifas dengan bendungan ASI menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan.

.
7

II Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat mengkaji data pasien

b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa

c. Mahasiswa dapat melakukan tindakan sesuai dengan langkah -

langkah

d. Mahasiswa dapat meng-evaluasi tindakan yang akan dilakukan

e. Mahasiswa dapat memberikan KIE kepada pasien

f. Untuk mengetahui pengaruh dari pijat oksitosin terhadap kelancaran

ASI pada ibu post partum


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Definisi Masa Nifas

Masa nifas atau di sebut puerperium adalah masa pemulihan

kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Masa

nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika

alat-alat kandungannya kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil)

masa nifas berlangsung selama kira-kita 6 minggu selama masa pemulihat

tersebut ibu akan mengalami banyak berbagai perubahan baik secara

fisiologis dan psikologis (febi, elli, siti, 2019 dan Ari sulistyawati, 2015)

2. Periode Masa Nifas

Dalam tahapan masa nifas terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

- Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah di perbolehkan

berdiri dan berjalan, masa puerperium ini adalah keuntungan bagi

ibu yaitu ibu dapat merasa lebih baik dan sehat, faal usus dan

kandung kemih lebih baik.

- Puerperum intermedial Yaitu kepulihan pada seluruh alat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu yaitu meliputi uterus, luka jalan lahir,

serviks, endometrium, serta ligament-ligamen.

5
6

- Remote puerperium Yaitu dimana waktu yang diperlukan untuk

menuju kepulihan dan kesehatan yang sempurna. (febi, elli, siti,

2019).

3. Perubahan Fisik Masa Nifas

- Rasa kram dan mules pada bagian bawah perut akibat penciutan

rahim (involusi).

- Keluarnya sisa darah dari vagina (lochea).

- Kelelahan Karena proses persalinan.

- Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.

- Kesulitan buang air besar dan buang air kecil.

- Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong).

- Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan). (febi, elli, siti, 2019).

4. Perubahan Psikis Masa Nifas

- Perasaan ibu focus pada dirinya yaitu, berlangsung setelah

melahirkan hari ke-2 (fase taking in).

- Dimana ibu merasa kekhawatiran akan ketidakmampuan merawat

bayi, dan muncul perasaan tiba-tiba sedih/baby blues (fase taking

hold hari ke 3-10).

- Muncul rasa percaya diri pada ibu untuk merawat dirinya serta bayi

(fase letting go hari 10- akhir masa nifas). (febi, elli, siti, 2019).
7

5. Pengeluaran Lochea

- Lochea rubra : hari 1-2 yaitu darah segar bercampur sisa-sisa

melahirkan.

- Lochea sanguinolenta : hari 3-7 yaitu darah bercampur lendir dan

berwarna kecoklatan

- Lochea serosa : hari 7-14 yaitu berwarna kekuningan.

- Lochea alba : hari 14- selesai masa nifas yaitu cairan berwarna

putih. (febi, elli, siti, 2019).

6. Komplikasi Pada Masa Nifas

- Pendarahan pervaginam.

- Infeksi masa nifas : infeksi pada vulva, vagina, dan serviks,

endometritis, septikemia, pyemia, peritonitis, salpingitis, ooforitis.

- Sakit kepala, nyeri epigastric, penglihatan kabur.

- Pembengkakan di wajah atau ekstermitas.

- Demam, muntah, rasa sakir waktu buang air kecil.

- Kehilangan nafsu makan.

- Rasa sakit dan merah serta bengkak di area kaki.

- Rasa tiba-tiba sedih / baby bles.

- Payudara sakit, panas dan merah : mastitis, abses payudara. (Ari

sulistyawati, 2015).
8

7. Proses Laktasi Dan Menyusui

a. Anatomi dan fisiologi payudara

Gambar 2.1 Anatomi payudara

Bagian payudara terdiri dari :

o Pabrik ASI (alveoli)

Bentuknya seperti buah anggur, dindingnya terdiri dari sel-

sel yang memproduksi ASI jika dirangsang oleh hormone

prolaktin.

o Saluran ASI (duktus lactiferous)

Yaitu bagian yang berfungsi menyalurkan ASI dari pabrik

ke gudang.

o Gudang ASI (sinus lactiferous)

Tempat tersimpannya ASI yang terletak di bagian bawah

kalang payudara/aerola.

o Otot polos

Yaitu otot yang mengelilingi pabrik ASI, jika ada

rangsangan oksitosin maka otot yang melingkari pabrik ASI akan

mengerut dan menyemprotkan ASI didalamnya dan akan mengalir


9

ke saluran payudara dan berakhir di gudang ASI. (Ari sulistyawati,

2015)

b. Secara makropis payudara ada tiga bagian utama ialah sebagai

berikut:

1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah. Yatu daerah

lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami

pigmentasi.

3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak

payudara. (Reni, 2017).

Gambar 2.1 Bentuk putting normal, pendek, panjang,


terbenam/terbalik

Pada masa kehamilan hormone esterogen dan progesteron

menginduksi perkembangan alveoli dan duktus lactiferous dalam payudara

serta meragsang produksi kolostrum pelepasan ASI di bawah kendali

neuro-endokrin rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap)

akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel


10

myopitel.hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae

melalui duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang kadar produksi

oksitosin oleh kelenjar hypofisis posterior. (Ari sulistyawati, 2015).

8. Pembentukan ASI

Proses pembentukan laktogen dimulai dari sejak hamil dan meliputi proses

sebagai berikut :

a) Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara memasuki fase

laktogenesis I, payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan

kental yang warnanya kekuningan.

b) Laktogenesis II

Setelah melahirkan, keluarnya plasenta membutat turunnya

tinggkat hormone progesterone, esterogen, dan human plasenta

laktogen secara tiba-tiba, tapi hormone prlaktin tetap tinggi, keluarnya

hormone prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk

memproduksi ASI. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa

proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan,

tetapi biasanya para ibu merasakan nya sekitar 50-73 jam (2/3 hari)

setelah melahirkan . artinya, memang produksi ASI tidak langsung

keluar setelah melahirkan.

c) Laktogenesis III

Sistem control hormon endokrin mengatur produksi ASI selama

kehamilan dan beberapa hari setelah persalinan. Ketika produksi ASI

stabil sistem control autokrin di mulai. Pada tahap ini, apabila ASI
11

banyak di keluarkan maka payudara akan memproduksi ASI banyak.

Kesimpulan nya apabila payudara di kosongkan secara menyeluruh

akan meningkatkan taraf produksi ASI, oleh karena itu ASI sangat di

pengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa baik bayi dalam menyusu

dan seberapa sering payudara di kosongkan. (Reni, 2018).

Agar ASI dapat keluar, diperlukan hormone oksitosin yang di

sekresi oleh glandula pituitary pituitary posterior. Proses ini di sebut

juga dengan “let down” reflex. Berdasarkan waktu di produksinya ASI

dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Kolostrum Keluar dihari ke-1 sampai ke-3 kelahiran bayi,

berwarna kekuningan, kental. Kolostrum mengandung zat gizi dan

antibody lebih tinggi daripada ASI matur. Kandungan gizi antara

lain protein 8,5%, lemak 2,5%, sedikit karbohidrat 3,5%, garam

dan mineral 0,4%, air 85,1 %.

2) ASI masa transisi Keluar dari hari ke 4 sampai hari ke 10 kelahiran

bayi. Kadar protein semakin rendah sedangkan kadar lemak,

karbohidrat semakin tinggi, dan volume meningkat.

3) ASI Matur Keluar dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar

karbohidrat ASI relatif stabil. Komponen laktosa (karbohidrat)

adalah kandungan utama dalam ASI sebagai sumber energi untuk

otak. (Muflilah,2017).

9. Proses Pengeluaran ASI

Ketika bayi menghisap, hormon-hormon yang berbeda bekerja

sama untuk menghasilkan air susu dan melepaskan nya untuk di hisap .
12

gerakan hisapan bayi merangsang serat dalam puting. Serat saraf tersebut

membawa permintaan agar air susu melewati kolumna spinalis ke kelenjar

hipofisis ke dalam otak kemudian kelenjar hipofisis merespon pesan ini

dengan melepasnya hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin tersebut

merangsang payudara untuk menghasilkan lebih banyak susu dan oksitosin

sendiri berperan untuk merangsang kontraksi otot-otot yang kecil

mengelilingi duktus dan menekan duktus untuk mengeluarkan susu ke

dalam tempat penampungan yaitu di bawah aerola. Penanada bokimiawi

mengindikasikan bahwa proses lactogenesis II di mulai sekitar 30-40 jam

setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara

penuh sekitar 50-73 jam (2-3hari) setelah melahirkan.(Astutik,2017).

Jumlah pengeluaran ASI kolostrum yang di sekresikan setiap hari

berkisar antara 10-100cc, dengan rata-tara 30 cc. jumlah ASI normal yang

dapat di produksi setiap hari kira-kira 550-1000 cc dan kemudian

meningkat pada hari-hari selanjutnya, (Ambarwati 2010; Dewi 2011).

Pada hasil penelitiannya (Subertusi 2017) bahwa padahasil setelah

melakukan intervensi pemijatan oksitosin bahwa adanya peningkatan

jumlah produksi ASI sebesar 19,2ml, pada hasil penelitian (kiftia 2015)

terdapat peningkatan produksi ASI setelah melakukan intervensi yaitu

dengan jumlah tertinggi 25 ml, dan pada penelitiannya terdapat jumlah

peningkatan ASI tertinggi sebanyak 25 ml (Oktafirnanda, dkk 2019).

10. Komposisi Gizi Dalam ASI

a) Laktosa- 7gr/100ml.
13

b) Lemak- 3,7-4,8gr/100ml

c) Oligosakarida- 10-12 gr/ltr. d. Protein- 0,8-1,0gr/100ml.

1) Laktosa Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI

yang berperan penting sebagai sumber energi. Selain itu laktosa

juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan

dalam perkembangan sistem saraf. Zat gizi ini membantu

penyerapan kalsium dan magnesium di masa pertumbuhan bayi.

2) Lemak Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan

menjadi sumber energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan

suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung komponen asam

lemak esensial yaitu: asam linoleat dan asam alda linolenat yang

akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA. AA dan DHA

sangat penting untuk perkembangan otak bayi.

3) Oligosakarida merupakan komponen bioaktif di ASI yang

berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah

bakteri sehat yang secara alami hidup dalam sistem pencernaan

bayi.

4) Protein Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi

sebagai pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino

tertentu, yaitu taurin, triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa

yang berperan dalam proses ingatan. (khasanah, sulistyawati 2017).

11. Manfaat Pemberian ASI

a. Manfaat ASI bagi Bayi:


14

1) Pemberian ASI pada bayi akan meningkatkan perlindungan

terhadap banyak penyakit seperti radang otak dan diabetes.

2) ASI juga membantu melindungi dari penyakit-penyakit biasa

seperti infeksi telinga, diare, demam, dan melindungi dari Sudden

Infant Death Syndrome (SIDS) atau kematian mendadak pada

bayi.

3) Ketika bayi yang sedang menyusui sakit, mereka perlu perawatan

rumah sakit jauh lebih kecil dibanding bayi yang minum susu

botol.

4) Air susu ibu memberikan zat nutrisi yang paling baik dan paling

lengkap bagi pertumbuhan bayi.

5) Komponen air susu ibu akan berubah sesuai perubahan nutrisi

yang diperlukan bayi ketika ia tumbuh.

6) Air susu ibu akan melindungi bayi terhadap alergi makanan, jika

makanan yang dikonsumsi sang ibu hanya mengandung sedikit

makanan yang menyebabkan alergi.

7) Pemberian ASI akan menghemat pengeluaran keluarga yang

digunakan untuk membeli susu formula dan segala

perlengkapannya.

8) Air susu ibu sangat cocok dan mudah, tidak memerlukan botol

untuk mensterilisasi, dan tidak perlu campuran formula.

9) Menyusui merupakan kegiatan eksklusif bagi ibu dan bayi.

Kegiatan ini akan meningkatkan kedekatan antara anak dan ibu.


15

10) Risiko terjadinya kanker ovarium dan payudara pada wanita yang

memberikan ASI bagi bayinya lebih kecil daripada wanita yang

tidak menyusui. (khasanah, sulistyawati 2017).

b. Manfaat bagi ibu

Manfaat ASI dapat memulihkan kondisi ibu dari proses

persalinan nya pemberian ASI pada hari-hari pertama dapat

memicu kontraksi rahim dengan cepat dan memperlambat

pendarahan, wanita yang menyusui akan lebih cepat pulihdan

kembali pada berat badan sebelum kehamilan,dan akan kecil

kemungkinan nya untuk hamil kembali (kadar prolaktin tinggi

yang menkan hormone FSH dan ovulsi). Pemberian ASI adalah

cara untuk mencurahkan kasih sayang ibu kepada bayi dan bayi

mendapatkan kenyamanan.

c. Manfaat bagi keluarga, masyaakat dan negara

Tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli susu, bayi

sehat keluargapun tidak perlu mengeluarkan biaya untuk perawatan

kesehatan, hemat tenaga untuk keluarga karena ASI selalu siap

sedia, bagi negara yaitu menghemat devisa negara karena tidak

perlu mengeluarkan biaya untuk menginfor susu formula, bayi

sehat negara lebih sehat, dan melangsungkan hidup anak serat

menurunkan angka kematian.

12. Upaya Memperbanyak ASI

Ibu langsung menyusui bayi nya 1 jam pertama setelah lahir

(IMD), penuh kasih sayang kepada bayinya, memberikan kolostrum pada


16

bayinya sesering mungkin, percaya diri, tidak memberikan cairan lain

selain ASI, melaksanakan teknik menyusui yang benar, memelihara

kebersihan payudara, mengonsumsi asupan makan dengan menu

seimbang, beristirahat dengan cukup, menghindari rokok atau minuman

beralkohol, serta memakai bra yang bersih,mengonsumsi tambahan kalori

setidaknya 500 kalori perhari, minum sedikitnya 3 liter perhari.

(Rahayuningsih, 2020).

13. Tanda-Tanda Kelancaran ASI

Tanda bayi cukup ASI, bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari

dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi sering BAB berwarna

kekuningan, bayi tampak puas sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan

tidur cukup. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 12 jam, payudara

ibu terasa kosong setiap sesudah menyusui, ibu mersakan geli karena

aliran ASI setiap bayinya menyusu, bayi bertambah berat badan nya. (Ari

Sulistyawati, 2015) .

14. Masalah Dalam Menyusui

a. Putting susu lecet

Ibu yang mengalami putingnya lecet sering menghentikan proses

menyusuinya, dalam hal ini ibu perlu mengecek bagaimana pelekatan

ibu dan bayi dan cek terdapat infeksi candida di mulut bayi

b. Payudara bengkak

Harus bisa membedakan antara payudara penuh atau payudara

bengkak, payudara penuh akn terasa seperti berat pada payudara, panas

dan keras sedangkan pada bengkak payudara akan terlihat payudara


17

oedema, terasa sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat meski tidak

merah ASI tidak keluar saat di periksa dan saat di hisap serta badan

terasa demam setelah 24 jam.

c. Abses payudara/mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara dan Ada 2 jenis mastitis yaitu

non-infektive yaitu adanya bendungan ASI dan infective mastitis yaitu

telah adanya bakteri dan telah terinfeksi. (Rahayuningsih, 2020).

Beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan :

1) Kompres air hangat.

2) Pemberian antibiotic.

3) Istirahat total .

d. Rangsangan oksitosin dengan dilakukannya pemijatan di tulang

belakang.

Salah satu upaya diatas yaitu dengan merangsang hormone oksitosin

melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan

pada tulang belakang, ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan

ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon

oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar.

B. Pijat Oksitosin

1. Definisi Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. Oksitosin adalah suatu hormon yang

dibentuk oleh sel-sel neuronal nuclei hipotalamik dan di simpan dalam


18

lobus posterior pituitary, hormon ini memiliki kerja mengontraksikan

uterus dan mengejeksi ASI. (Rahayunongsih, 2020).

Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter

akan merangsang medulla oblongata mengirim pesan ke hypothalamus di

hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan

buah dada mengeluarkan air susu. Pijatan ini juga akan merileksasi

ketegangan, dan menghilangkan stress sehingga dapat merangsang

pengeluaran hormon oksitosin dan membantu pengeluaran ASI dibantu

dengan isapan bayi pada putting segera setelah bayi lahir normal dengan

keadaan normal (Enda, 2011).

Pijat oksitosin adalah pijatan tulang belakang yang dimulai pada

tulang belakang servikal sampai tulang belakang torakalis duabelas.

Pijatan in berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat

menenangkan ibu, sehingg ASI dapat keluar sendiri. Pijat oksitosin ini

dapat meningkatkan produksi ASI dengan cara mengurangi tersumbatnya

saluran produksi ASI sehingga memperlancar pengeluaran ASI (Latifah,

2015; Rahayu, 2015).

2. Tujuan Pijat Oksitosin

o Melancarkan produksi ASI.

o Mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI.

o Mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.

(Wijayanti, 2014).

3. Manfaat Pijat Oksitosin


19

o Membantu ibu secara psikologis memberi ketenangan serta tidak

stress

o Membangkitkan rasa percaya diri

o Membantu ibu agar berfikiran baik tentang bayinya

o Meningkatkan produksi ASI

o Melepas lelah

o Ekonomis

o Praktis (Rahayuningsih, 2020).

4. Cara Untuk Menstimulasi Pijat Oksitosin

 Bangkitkan rasa percaya diri pada ibu bahwa ibu mampu dan bisa

memberi ASI dan menyusui dengan lancar.

 Merileksasikan diri ibu misalnya dengan cara menarik nafas untuk

mengurangi rasa cemas dan nyeri.

 Pusatkan perhatian ibu ke bayi.

 Kompres payudara ibu dengan air hangat.

 Lakukan pijat oksitosin.

5. Alat Dan Bahan Pijat Oksitosin

 Meja.

 Kursi.

 Handuk kecil 1 buah.

 Handuk besar 2 buah.

 Baskom berisi air hangat.

 Waslap 2 buah.

 Baby oil.
20

 Kom kecil 1 buah.

 Kassa.

 Gelas penampung ASI.

 Baju ganti untuk ibu.

6. Langkah-Langkah Pijat Oksitosin

a) Sebelum dilakukan pemijatan sebaiknya ibu dalam keadaan tidak

memakai baju dan menyiapkan cangkir di letakan di depan payudara

untuk menampung ASI yang mungkin menetes saat di pijat.

b) Ibu bisa melakukan pengompresan dulu pada payudara.

c) Meminta bantuan kepada orang lain untuk memijat bisa dan lebih baik

dibantu oleh suami.

d) Posisi ibu telungkup di meja atau telungkup pada sandaran kursi.

e) Meminta ibu duduk bersandar kedepan melipat tangannya di atas meja

serta meletakkan kepalanya di atas lengan payudara menggantung

lepas tanpa baju.

f) Cari tulang yang paling menonjol pada tengkuk/leher bagian belakang

(cervical vertebrae 7).

g) Dari titik tonjolan turun ke bawah kurang lebih 2 cm dan kiri kanan

lebih 2 cm.

h) Melakukan pemijatan dengan kepalan tinju dan ibu jari menghadap

kearah atas atau depan.

i) Melakukan tekanan pada pijatan dengan kuat membentuk lingkaran

kecil dengan kedua ibu jari.


21

j) Ibu yang gemuk bisa dengan menggunakan kepalan tulang-tulang di

sekitar punggung tangan.

k) Memijat kearah bawah di kedua sisi tulang belakang, pada saat

bersamaan, dari leher kearah tulang belikat atau sampai batas garis bra,

dapat juga diteruskan sampai ke pinggang.

l) Pijat oksitosin ini dilakukan dengan durasi 2-3 / bisa 15-20 menit.

(Sari, 2017; Rahayuningsih,2020)

Ga

mbar 3. Pijat oksitosin

7. Waktu Dan Pemberi Pijat Oksitosin


22

Pijat ini tidak harus selalu dilakukan oleh petugas kesehatan. Pijat

oksitosin dapat dilakukan oleh suami atau keluarga yang sudah dilatih.

Keberadaan suami atau keluarga selain membantu memijat pada ibu, juga

memberikan suport atau dukungan secara psikologis, membangkitkan rasa

percaya diri ibu serta mengurangi cemas. Sehingga membantu merangsang

pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari,

setiap pagi dan sore. Pijat ini dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari,

2017).

Kunjungan masa nifas Paling sedikitnya 4 kali kunjungan masa

nifas yaitu di lakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan

untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi.

1) Kunjungan 1 (KF I) :

6 jam – 2hari setelah persalinan bertujuan untuk :

- Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri.

- Mendeteksi dan merawat penyebab pendarahan,

- Memberi konseling pada ibu atau anggota keluarga bagaiman

mencegah pendarahan masa nifas katena atonia uteri.

- Pemberian ASI awal.

- Melakukan hubungan baik antar ibu dan anak Menjaga bayi agar

tetap sehat dengan mencegah hipotermi.

2) Kunjungan 2 (KF II) :

Yaitu pada 3-7 hari setelah persalinan bertujuan untuk :

- Memastikan involusi uterus berjalan normal.

- Menilai adanya tanda-tanda infeksi.


23

- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,cairan dan istirahat.

- Memastikan ibu mneyusui dengan baik dan tidak ada tanda

penyulit.

- Memberi konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

perawatan tali pusat, menjaga kehangatan bayi, dan merawat bayi

sehari-hari.

3) Kunjungan 3 (KF III) :

Yaitu 8-28 hari setelah persalinan bertujuan untuk :

- Asuhan pada kunjungan ini sama dengan kunjungan 2

4) Kunjungan 4 (KF IV) :

Yaitu 29-42 hari setelah persalinan bertujuan untuk :

- Menanyakan penyulit-penyulit pada masa nifas yang ibu alami.

- Memberi konseling KB.


1

BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


PADA Ny. H DI POSKESDES RANTAU KERMAS

NAMA MAHASISWA : Hirdayani

NIM : 213001080169

TGL/JAM PENGKAJIAN : 27 Oktober 2022, Jam : 11.49

TEMPAT PENGKAJIAN : POKESDES Rantau Kermas

PEMBIMBING AKADEMIK : Bdn. Devi Arista,S.Keb,. M.kes

I PENGKAJIAN DATA

A. Data Subyektif

Tanggal : 27 Oktober 2022 Pukul : 11:49 wib

1. Identitas Pasien Suami

Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. N

Umur : 36 tahun Umur : 38 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : melayu Suku : melayu

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Rantau Kermas

2. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama


Ibu mengatakan telah melahirkan pada tanggal 20 Oktober 2022 pukul
14.00 WIB. Ibu mengatakan cemas karena
payudaranya terasa penuh, ASI belum lancar dan bayinya tidak mau
menyusu dan rewel.
2

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu dalam keadaan sehat

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak terdapat penyakit menular dan penyakit keturunan
5. Riwayat Haid
Menarche umur : ibu mengatakan pertama menstruasi umur 13thn
Teratur / Tidak :Ibu mengatakan menstruasi teratur setiap bulan.
Siklus :Ibu mengatakan siklus menstruasinya kurang lebih
28 hari
Lamanya : Ibu mengatakan lama menstruasi 6-7 hari
Konsistensi :Ibu mengatakan darah yang keluar berwarna
merah,
encer, dan tidak menggumpal
Keluhan : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri saat menstruasi
dan tidak mengganggu aktivitas
Warna : merah
Bau : khas darah
Haid terakhir tanggal : .......................................................................

6. Riwayat Perkawinan
Kawin kali : ibu mengatakan kawin sah 1 kali
Umur kawin pertama :............................... Umur suami ...................
Umur kawin kedua :............................... Umur suami ...................
Umur perkawinan dengan suami sekarang : ......................................

7. Riwayat Obstetri
Ibu menyatakan, G..... P..... A.....

1) Riwayat Kehamilan, Nifas, dan persalinan yang Lalu


 Riwayat Kehamilan yang lalu
Pemeriksaan Kehamilan
No. Tahun Keluhan Terapi/tindakan
Berapa kali Oleh TT

 Riwayat Persalinan yang lalu

Jenis Anak

persalinan L/ H/ BB Kelahiran Volume Penolong/


No. Tahun Penyulit
P M / plasenta Darah terapi

PB
3

 Riwayat Nifas yang lalu

No Laktasi Penyulit Terapi/tindakan

2) Riwayat Kehamilan sekarang

Pemeriksaan Kehamilan
No. Tahun Keluhan Terapi/tindakan
Berapa kali Oleh TT

3) Riwayat Persalinan Sekarang

Persalinan mulai tanggal 20 Oktober 2022 Jam......................

Jenis persalinan spontan presentasi Kepala janin tunggal

Selaput ketuban pecah spontan/dipecah jam…………

tanggal...........................di ....................................................

Kelahiran placenta :15 menit setelah bayi lahir

Kelengkapan placenta : plasenta lahir lengkap

Ukuran placenta :- Diameter ............. kelainan ..........................

- Tebal ...........................................................

- Berat ...........................................................

- Panjang tali pusat ........................................

- Inersio tali pusat ..........................................


4

Keadaan perineum : Ruptur / episiotomi

Dijahit : dalam 2cm luar 5 cm

Pengobatan : ............................................

luar ...................................................jam....................

.............

Lamanya persalinan :

Kala I 6 jam 10 menit

Kala II 10 menit

Kala III 15 menit

Kala IV 2 jam

Jumlah 8 jam 35 menit

Volume darah yang keluar :

Kala I 20 cc

Kala II 100 cc

Kala III 50 cc

Kala IV 70 cc

Jumlah 240 cc

Keadaan Janin:

Lahir langsng menangis kuat / merintih : bayi menangis kuat

APGAR Skore 1 menit :8 poin 5 menit : 9 Poin

Jenis Kelamin : Perempuan

Berat badan / panjang badan 2,9kg/49cm

Lingkar kepala 35 cm
5

Lingkar dada 37 cm

Lingkar lengan atas 11 cm

Kelainan : tidak ada

8. Riwayat Keluarga Berencana

No Metode/ Tgl/bln/ Tempat Keluhan penanggul Tgl/bln/


. cara thn Pelayanan angan thn
berhenti/al
asan
1 Suntik 01/11/2 Pokesdes Tidak Januari

3bln 021 Rantau ada 2022/

Kermas ingin

menambah

keturunan

9. Pola Kebiasaan

a. Aspek Fisik Biologis

1) Pola Nutrisi

Frekuensi : Ibu mengatakan sehari makan 2 kali

dengan porsi sedang,

Komponen Makanan : nasi, lauk, sayur, air putih 5 gelas/

hari air putih

Makanan Selingan : Biskuit

Makanan Pantang : tidak ada

Alergi Makanan : tidak ada

Volume Minum/Hari : 5 Gelas/hari


6

Jenis Minuman : air putih

2) Pola Eliminasi

Buang Air Besar : 1 kali/hari

Buang Air Kecil : 3 sampai 5 kali/hari

3) Pola Aktifitas dan Istirahat

Aktifitas sehari-hari : hanya aktifitas merawat bayi

Lama Beraktifitas : ...........................................................

Keluhan selama Beraktivitas : ......................................................

Penanggulangan : ...........................................................

Tidur malam dari jam :21.30 sampai jam 05.00

Keluhan : tidak ada

Tidur siang : 1 sampai 2 jam

4) Personal Higiene

Mandi : 2 kali sehari

Menggosok gigi : ya

Mencuci rambut : ya

Memotong kuku : ya

Mengganti pakaian luar/dalam: ya

Membersihkan genetalia : ya

Aspek Mental, Intelektual Sosial, Spiritual

Konsep diri : Ibu mengatakan merasa senang karena persalinannya

lancar dan bayinya sehat

Intelektual : ibu merasa cemas bayi nya tidak dapat nutrisi yang
7

cukup karena ASI nya kurang lancar

Hubungan interpersonal : terbuka

Mekanisme koping : secara diskusi dengan suami dan anggota

keluarga lain

Support sistem : Ibu mengatakan seluruh keluarga mendukung dan

senang atas kelahiran bayinya

Spiritual : ibadah sering

b. Data Psikososial

Penghasilan keluarga per bulan : Rp. 3.000.000

Respon pasien terhadap kelahiran anak sekarang : pasien mengatakan

senang dengan kelahiran anaknya

Respon keluarga terhadap kelahiran anak sekarang : Ibu mengatakan

seluruh keluarga mendukung dan senang atas kelahiran

bayinya

Rencana pengasuhan anak : anak akan di rawat sendiri

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : composmentis.

Berat Badan : 70 kg

Tinggi Badan : 159 cm

Tanda Vital :
8

- Tensi : 110/70 mmHg

- Nadi : 80x per menit

- Suhu : 36.8 c

- Pernafasan: 20 x per menit

Kepala : - Bentuk : simetris

- Rambut : Bersih, warna hitam, rambut bersih, tidak ada

ketombe, tidak rontok.

Muka : - Mata : tidak ada odema, congjungtiva merah muda,

sklera putih

- Hidung : bersih tidak ada benjolan

- Mulut/gigi : Bersih, tidak berbau, tidak ada stomatitis,

tidak ada caries gigi.

- Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen

Leher :tidak ada benjolan

Dada : - Bentuk : Normal, simetris kanan dan kiri

- Payudara : Payudara teraba keras dan penuh

Abdomen : - Bekas Operasi :tidak ada.

- Tinggi Fundus Uteri: 3 jari di bawah pusat

- Kontraksi Uterus: Keras

Ekstremitas atas: tidak ada varises dan udema

Ekstremitas bawah: tidak ada varises dan udema reflek patela +/+

Genitalia : - Luka : ada luka bekas jahitan, laserasi perineum

derajat 1

- Oedem : Tidak bengkak, tidak kemerahan


9

- Jahitan : bersih dan kering

- Lochea :Warna : merah ke kuningan

Volume : 10 cc

Bau : Amis

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : tidak dilakukan

b. Lain-lain : tidak dilakukan

II INTERPRETASI DATA / DIAGNOSA

a. Diagnosa Kebidanan ............................................................

Ny. S P1A0 umur 36 tahun nifas hari ketujuh dengan ASI tidak lancar

Data Dasar :

DS : Ibu mengeluh payudara terasa bengkak dan ASI tidak lancar

DO : ibu postpartum hari ke 7 dengan bendungan ASI

b. Masalah : Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaannya karena ASI

nya tidak lancar

c. Kebutuhan : Informasi tentang keadaan ibu dan memberi support mental

III MENGIDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

Bendungan ASI

IV IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA/KONSULTASI/RUJUKAN

Menyusui bayi sesering mungkin


10

V RENCANA TINDAKAN

Tanggal : 27 Oktober 2022 Pukul : 11.49 WIB

1. Lakukan pemeriksaan keadaan umum, kekesadaran, tanda-tanda vital,

payudara, dan pengeluaran lochea.

2. Beritahu hasil pemeriksaan,

3. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup.

4. Beri informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan

manfaatnya.

5. Beri konseling tentang pijat oksitosin kepada ibu dan keluarga. 6

6. Lakukan pijat oksitosin 2-3 kali sehari kepada ibu.

7. Periksa tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin.

8. Anjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin dan mengajarkan cara

menyusui yang benar.

VI IMPLEMENTASI

Tanggal : 27 Oktober 2022

1. Pukul 10.20 WIB melakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran,

tanda-tanda vital, payudara (pembesaran, puting susu menonjol atau

tidak, ASI/ kolostrum sudah keluar, pembengkakan, radang, benjolan

abnormal), dan pengeluaran lochea.

2. Pukul 10.30 WIB memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ASI

ibu tidak lancar dan memberi dukungan moril. ASI tidak lancar dapat
11

dikarenakan produksi makanan kurang, kebersihan payudara, kurangnya

istirahat, psikis/ kejiwaan dalam keadaan tertekan, dan penggunaan

kontrasepsi yang mengandung estrogen.

3. Pukul 10.40 WIB menganjurkan ibu untuk istirahat cukup

4. Pukul 10.43 WIB memberi informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI

eksklusif dan manfaatnya

5. Pukul 10.50 WIB memberi konseling pijat oksitosin kepada ibu dan

keluarga

6. Pukul 10.55 WIB memberikan pijat oksitosin 2-3 kali sehari kepada ibu.

7. Pukul 11.05 WIB memeriksa tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin.

8. Pukul 11.07 WIB menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin

dan mengajarkan cara menyusui yang benar

VII EVALUASI

Tanggal : 27 Oktober 2022

1) Pukul 10.29 WIB telah dilakukan pemeriksaan pada ibu.

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Vital sign

Tekanan darah : 110/ 70 mmHg

Nadi : 80 x/ menit

Respirasi : 20 x/ menit

Suhu : 37,5oC

d. Mammae

Pembengkakan : Payudara teraba keras dan penuh


12

Tumor : Tidak ada tumor

Simetris : Simetris

Areola : Hiperpigmentasi

Putting susu : Menonjol

e. Kolostrum : ada

f. TFU : 3 jari dibawah pusat

g. Kontraksi : Keras

h. Pengeluaran pervaginam : Lokhea sangunolenta

i. Perinium : Tidak bengkak, tidak kemerahan, laserasi derajat 1, di

jahit.

2) Pukul 10.39 WIB Ibu sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil

pemeriksaan dan kecemasan ibu berkurang.

3) Pukul 10.42 WIB Ibu bersedia istirahat cukup.

4) Pukul 10.46 WIB Ibu dan keluarga paham tentang ASI eksklusif dan

manfaatnya dan bersedia memberikan ASI secara eksklusif.

5) Pukul 10.51 WIB Ibu dan keluarga sudah paham tentang pijat oksitosin.

6) Pukul 10.56 WIB Ibu telah diberikan pijat oksitosin.

7) Pukul 11.06 WIB telah diperiksa tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin.

Ibu akan merasa diperas atau tajam pada payudara saat sebelum meneteki

bayi atau selama meneteki, ASI menetes dari payudara sebelah lain saat

menyusui.

8) Pukul 11.08 WIB Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin dan

dapat melakukan cara menyusui dengan benar.


BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada ibu nifas Ny. S P1A0 umur 36 tahun dengan

ASI tidak lancar yang dilakukan dengan pengumpulan data subyektif dan data

obyektif. Keluhan utama pada kasus ibu nifas dengan ASI tidak lancar

umumnya mengeluh payudara keras, ASI belum keluar, bayinya tidak puas

setelah menyusu, bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras (Marmi,

2014). Pada kasus ibu nifas Ny. S P1A0 umur 36 tahun keluhan yang didapat

ibu mengatakan cemas karena payudaranya terasa penuh, ASI belum lancar,

bayinya tidak mau menyusu, dan bayinya BAB nya Keras.

B. Interfensi Data

Menurut Sulistyawati (2009), masalah pada kasus ibu nifas dengan ASI

tidak lancar adalah ibu merasa bingung/ cemas, sedangkan kebutuhannya

adalah dukungan psikis. Pada kasus Ny.S didapatkan diagnosa kebidanan

yaitu Ny. S P1A0 umur 36 tahun nifas hari ketujuh dengan ASI tidak lancar.

Masalah yang muncul pada Ny. S Ibu mengatakan merasa cemas dengan

keadaannya. Kebutuhan pada Ny. S adalah informasi tentang keadaan ibu dan

memberi support mental. Jadi dalam langkah interpretasi data tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

C. Diagnosa Potensial

Menurut Prawiroharjo (2010), diagnosa potensial pada ibu nifas dengan

ASI tidak lancar adalah bendungan ASI. Pada kasus ibu nifas Ny. S P1A0
28

umur 36 tahun dengan ASI tidak lancar diagnosa potensialnya adalah

bendungan ASI. Pada kasus ini dapat disimpulkan antara teori dan kasus tidak

ada kesenjangan.

D. Antisipasi

Dalam langkah ini antisipasi yang dilakukan pada ibu nifas dengan ASI

tidak lancar menurut Marmi (2014) adalah segera menyusui bayinya sesering

mungkin. Antisipasi pada kasus ibu nifas Ny. S P1A0 umur 36 tahun dengan

ASI tidak lancar adalah menyusui bayinya sesering mungkin. Jadi dalam

langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

E. Perencanaan

Asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien menurut Marmi

(2014). Perencanaan asuhan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar adalah:

 Lakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda

vital, payudara, dan pengeluaran lochea.

 Beritahu ibu hasil pemeriksaan

 Beritahu ibu komplikasi masa nifas

 Anjurkan ibu untuk istirahat cukup

 Berikan informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif

dan manfaatnya

 Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, tanpa

dijadwal.

 Berikan pijat oksitosin setiap 2-3 kali sehari

 Observasi tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin


29

 Observasi cara menyusui ibu dan mengajarkan cara menyusui

yang benar.

 Lakukan kolaborasi dengan keluarga untuk memotivasi klien

dalam pemberian pijat oksitosin pada ibu dan ASI pada bayi

 Beri konseling gizi ibu nifas..

Pada kasus ibu nifas Ny. S P1A0 umur 36 tahun dengan ASI tidak

lancar perencanaan tindakan yang dilakukan sama dengan perencanaan

dalam teori. Jadi dalam tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.

F. Pelaksanaan

Pada langkah ini pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat. Pada kasus ibu nifas Ny. S P1A0 umur 36 tahun dengan

ASI tidak lancar pelaksanaan dilakukan sesuai perencanaan. Jadi dalam tahap

ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

G. Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari proses asuhan kebidanan pada Ny S P1A0

umur 36 tahun dengan ASI tidak lancar dari pengkajian sampai implementasi

data, setelah dilakukan perawatan hasil akhir yang didapatkan keadaan

umum: baik, tekanan darah : 110/ 80 mmHg, nadi: 84 x/ menit, suhu : 37oC,

respirasi: 22 x/ menit, ASI keluar lancar, ibu menyusui bayinya dengan benar,

bayi tidak rewel, keluarga dapat melakukan pijat oksitosin pada ibu dan

mendukung ibu memberikan ASI eksklusif, sehingga dalam langkah ini tidak

ditemukan kesenjangan pada teori dan praktik.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan kebidanan pada Ny S P1A0 umur 36 tahun dengan ASI tidak

lancar dari pengkajian data di dapatkan diagnosa potensial adalah bendungan

ASI. Untuk mencegah terjadinya permasalahan lebih lanjut, maka di lakukan

intervensi pemberian pijat oksitosin yang mana di dapatkan hasilnya ibu

merasa nyaman dan ASI keluar lebih lancar.

B. Saran
1. Lahan Praktik
Diharapkan pelaksanaan asuhan kebidanan tetap memperhatikan

kualitas pelayanan, sebaiknya menyediakan leaflet atau gambar tentang

kebutuhan ibu nifas dan menerapkan metode pijat oksitosin untuk

penatalaksanaan ASI tidak lancar karena pijat oksitosin dapat

memperlancar pengeluaran ASI.

2. Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa lebih meningkatkan ilmu pengetahuan,

lebih banyak membaca buku tentang kesehatan, serta dapat memahami

dan menerapkan tindakan sesuai dengan teori.

3. Institusi Pendidikan

Diharapkan karya tulis ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan

kebidanan pada ibu nifas khususnya dengan ASI tidak lancar


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E, R. Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:


Mitra Candekia Press.
Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Astuti, H,P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta:
Rohima Press.
Astutik, Y.R. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media.
Depkes RI. 2010. Permenkes nomor 1464/ Menkes/ PER/ X/ 2010.
http://www.gizikia.depkes.go.id/
Dinkes Jateng. 2012. Profil Propinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. http://www.depkesjateng.go.id/
Dinkes Jateng. 2015. Profil Propinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. http://www.depkesjateng.go.id/
Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Handayani. 2014. Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum
Pada Asuhan Keperawatan Ny. E dengan Post Partum Sectio Caesarea Atas
Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang Mawar I RSUD dr.Moewardi
Surakarta. Surakarta: STIKes Kusuma Husada.
Handayani, S. Wulandari, R., S. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hidayat, A, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
___________. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan
Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC
Mardiyaningsih. 2010. Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi ASI Ibu Post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Wilayah
Jawa Tengah. Jakarta: FIK UI.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2

Nugroho, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (askeb 3). Yogyakarta:
Nuha Medika. Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta: Salemba Medika.
Saputra, L. Lockhart, A. 2014. Masa Nifas Fisiologis dan Patologis. Manado:
Binarupa Aksara Publisher.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Ibu Nifas.
Yogyakarta: ANDI
_____________. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Surachmindah dan Yulifah. 2013. Konsep Kebidanan untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Ummah, F. 2014. Pijat Oksitosin untuk Mempercepat Pengeluaran ASI pada Ibu
Pasca salin Normal di Dusun Sono Seda Ketanen Kecamatan Panceng
Gresik. Vol.02. No. XVIII. Juni 2014
Priharjo. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Widiyanti, dkk. 2014. Perbedaan Antara Dilakukan Pijatan Oksitosin dan Tidak
Dilakuakan Pijatan Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas di
Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa. Ungaran: Akbid Ngudi Waluyo
Ungaran.
Winkjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Wulandari, dkk. 2014. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum
pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Umum Daerah di Provinsi Kepulauan
Riau. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.
BERITA ACARA
UJIAN BEDSITE TEACHING

Pada Kamis 27 oktober 2022 telah dilaksanakan Ujian Bedsite Teaching Stase
Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas oleh :

Hirdayani
Nama Mahasiwa :
2130010801699
NIM :

Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan

Diketahui, Jambi, 27 Oktober 2022


Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan CI Akademik

Bdn. Devi Arista, S.Keb.,M.Kes Bdn. Devi Arista, S.Keb.,M.Kes


NIK. 1010300715008 NIK. 1010300715008
2

PENILAIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI

Nama : Hirdayani
NIM : 203001070209
Ruangan : POKESDES Rantau Kermas
CI Akademik : Bdn. Devi Arista,S.Keb,. M.kes

NILAI
Dibawah Sesuai Diatas
NO KOMPONEN PENILAIAN (Range Nilai)
Harapan Harapan Harapan
(0-69) (70-79) (80-100)
1 Menunjukkan pemahaman indikasi, anatomi
terkait dan teknik prosedur
2 Mendapatkan informed concent
3 Prosedur persiapan sebelum tindakan
4 Kemampuan teknis
5 Teknik aseptic
6 Manajemen paska tindakan
7 Keterampilan komunikasi
8 Profesionalisme penanganan pasien
9 Kemampuan umum untuk tindakan secara
Keseluruhan
TOTAL N1 N2 N3

Berikan nilai dengan angka pada kolom yang disediakan sesuai dengan
penilaian anda

Nilai : N1+N2+N3 =
9
Diketahui, Jambi, 27 Oktober 2022
Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan CI Akademik

Bdn. Devi Arista, S.Keb.,M.Kes Bdn. Devi Arista, S.Keb.,M.Kes


NIK. 1010300715008 NIK. 1010300715008
3

DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS
4

LEMBAR BIMBINGAN
PRAKTIK KLINIK PROFESI BIDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Nama : Hirdayani
NIM : 203001070209
Ruangan : Poskesdes rantau kermas
Stase : Asuhan Kebidanan Nifas
CI Akademik : Bdn. Devi Arista,S.Keb,. M.kes

No Hari/Tanggal Follow Up Pembimbing TTD CI


Akademik

1.

2.

3.

Diketahui,
Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan

Bdn. Devi Arista,S.Keb.,M.Kes


NIK. 1010300715008

Anda mungkin juga menyukai