Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. N USIA 20 TH P1A0 DENGAN KEBUTUHAN KONSELING ASI
EKSLUSIF DI KP. LABUAN RT 07 RW 003 DESA PPASIRTENJO KEC. SINDANGRESMI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
Praktik Manajemen Kebidanan di Komunitas

Oleh:

NAMA : PIPIT PUSPITASARI


NPM : 19220300193

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. N USIA 20 TH P1A0 DENGAN KEBUTUHAN KONSELING ASI
EKSLUSIF DI KP. LABUAN RT 07 RW 003 DESA PPASIRTENJO KEC. SINDANGRESMI

Telah disahkan

Jakarta,......................2022

Disetujui Oleh,

Menyetujui
Dosen Penanggung Jawab Stase

Putri Agus Febriyani, S.Tr.Keb.,M.Keb


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Individu Keluarga Binaan Asuhan Kebidanan Ibu Menyusui pada Ny. N.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Penulis

mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah

ini.

Oleh karena itu mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam

penyusunan makalah ini, kepada :

1. Dr. H. Jacub selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju;


2. Prof. Dr. Dr. dr. H. M. Hafizurrahman, MPH, selaku Pembina Yayasan Indonesia Maju;
3. Dr. Astrid Novita, SKM.,MKM, selaku PJS Rektor Universitas Indonesia Maju;
4. Susaldi, S.ST.,M.Biomed, selaku PJS Wail Rektor I Bidang Akademik Universitas Indonesia Maju;
5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes, selaku PJS Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik Universitas Indonesia Maju;
6. Hidayani, Am.Keb.,SKM.,MKM, selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas Indonesia Maju;
7. Heddy Hardiana, S.Kep.,M.Kes, selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas Indonesia Maju;
8. Putri Agus Febriyani, S.Tr.Keb.,M.Keb selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Stase 7;
9. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Departemen
Kebidanan Universitas Indonesia Maju yang telah memberikan ilmu pengetahuan, mengarahkan, dan
membimbing penyusun selama mengikuti proses pendidikan;
10. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungannya baik moral maupun materil, sehingga kami
senantiasa bersemangat dan tidak pernah menyerah dalam mengejar cita-cita;
11. Teman-teman Kelompok 6 Praktik Asuhan Kebidanan Komunitas yang selalu kompak dan bersemangat
dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya;
12. Teman-teman seangkatan Profesi Bidan Universitas Indonesia Maju (UIMA) yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu;
13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Keluarga Binaan ini

Penulis menyadari bahwa Laporan kelurga binaan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik,
saran atau masukan dari semua pihak sangat diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi pembacanya.
Jakarta, Juli 2022
Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 3

1.2.1 Tujuan Umum 3

1.2.2 Tujuan Khusus 3

1.3 Manfaat 4

1.3.1 Institusi Pendidikan 4

1.3.2 Lahan Praktek 4

1.3.3 Bagi Mahasiswa 4

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Asi Ekslusif 4

2.1.1 Pengertian 4

2.1.2 Manfaat 9

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Menyususi 12

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

4.1 Teori dan Praktik 18

BAB V PENUTUPAN

5.1 Kesimpulan 20

5.2 Saran 21
Daftar Pustaka

Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang pertama, utama dan

terbaik pada awal usia kehidupan bayi yang bersifat alamiah. ASI ibarat emas

yang diberikan gratis oleh Tuhan karena ASI adalah cairan hidup yang dapat

menyesuaikan kandungan zatnya yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi

(Firmansyah dkk., 2012).

Menurut Global Strategy on Infant and Young Child Feeding,

pemberian makanan yang tepat adalah menyusui bayi sesegera mungkin

setelah lahir, memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan, memberikan

makanan pendamping ASI yang tepat dan adekuat sejak usia 6 bulan, dan

melanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun atau lebih. Pemberian ASI

eksklusif sampai bayi umur 6 bulan sangat menguntungkan karena dapat

melindungi bayi dari berbagai penyakit penyebab kematian bayi. Selain

menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu

mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi kehilangan darah pada

saat haid, mempercepat pencapaian berat badan sebelum hamil, mengurangi

risiko kanker payudara dan kanker Rahim (Widodo, 2011).

Menurut data WHO (2016), cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia

hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014. Pencapaian ASI eksklusif di

Indonesia tahun 2016 sebesar 54%, namun kembali mengalami penurunan di

1
tahun 2017 hanya 35% (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Provinsi Banten

cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif tahun 2019 sebesar 64,55%

meningkat pada tahun 2020 sebesar 68,84% dan pada tahun 2021 menjadi

71,17%, walaupun setiap tahun telah terjadi peningkatan cakupan namun

angka ini masih di bawah target yaitu 80%. Kabupaten Pandeglang sebagai

salah satu kabupaten di Provinsi Banten, dengan kondisi yang cukup

memprihatinkan mencermati rendahnya cakupan ASI eksklusif hanya sekitar

19,88% (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2019).

Studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Labuan yang berada di

Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang, diketahui cakupan ASI eksklusif

pada tahun 2019 sebanyak 205 orang (59%) sedangkan tahun 2020 mengalami

penurunan menjadi 129 orang (46,24%) (Data Puskesmas Labuan, 2020).

Data tersebut menunjukkan masih rendahnya cakupan ASI eksklusif di

wilayah kerja Puskesmas Labuan.

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmodjo (2015) terdapat

berbagai macam faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

diantaranya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, pendidikan, psikologis,

kelainan bayi, kelainan payudara, ketersediaan sumber/fasilitas,

keterjangkauan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Diantara sejumlah faktor yang mempengaruhi rendahnya ASI eksklusif

tersebut, salah satunya yang berperan cukup penting yaitu pengetahuan ibu

tentang ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan pengetahuan Ibu yang kurang

tentang ASI eksklusif menyebabkan gagalnya pemberian ASI eksklusif.


Pengetahuan yang dimiliki ibu umumnya sebatas pada tingkat “tahu”,

sehingga tidak begitu mendalam dan tidak memiliki ketrampilan untuk

mempraktekkannya. Jika pengetahuan Ibu lebih luas dan mempunyai

pengalaman tentang ASI eksklusif baik yang dialami sendiri maupun dilihat

dari teman, tetangga atau keluarga maka ibu akan lebih terinspirasi untuk

mempraktekkannya (Roesli, 2018).

Pengetahuan menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan

motivasi seorang ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan menetap lebih lama dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan (Roesli, 2018). Motivasi pemberian ASI

diartikan sebagai suatu sikap penciptaan situasi yang merangsang kegairahan

ibu-ibu untuk memberikan ASI pada bayinya, sehingga dapat terciptanya

manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi.Kedua faktor tersebut

dimungkinkan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam motivasi

pemberian ASI Eksklusif. Jika tingkat pendidikan ibu rendah maka

pengetahuan ibu tentang ASI juga akan rendah sehingga pemberian ASI

Eksklusif selama 6 bulan tidak akan tercapai. Apalagi ditambah dengan

ketidaktahuan masyarakat tentang lama pemberian ASI Eksklusif yang benar

sesuai dengan yang dianjurkan pemerintah (Roesli, 2018).

Bila bayi tidak diberi ASI Eksklusif memiliki dampak yang tidak baik

bagi bayi. Adapun dampak memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali

lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat ASI Eksklusif (Kemenkes,

2010). Bayi yang diberi ASI akan lebih sehat dibandingkan dengan bayi yang

diberi susu formula.


Berdasarkan wawancara awal dengan 5 orang ibu yang menyusui di

wilayah kerja Puskesmas Labuan diketahui bahwa terdapat 3 orang yang

tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan mereka beranggapan ASI saja

tidak cukup sebab anak masih merasa rewel.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penyusun membahas mengenai “Asuhan Keluarga

Binaan Ibu Nifas ( ASI EKSLUSIF) pada Ny. N di Desa Pasirtenjo RT 07 /RW 003 Kec Sindangresmi”

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dilakukannya keluarga binaan pada Ny. N di Desa Pasirtenjo RT 07 /RW 003 Kec Sindangresmi.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny”N” ibu menyusui
b’Melakukan pengkajian data objektif pada Ny”N” ibu menyusui
c. Melakukan analisa data pada Ny”N” ibu menyusui
d. Melakukan penatalaksanaan pada Ny”N” ibu menyusui
.3 Manfaat
1.3.1 Institusi Pendidikan
Diharapkan penyusun keluarga binaan ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pelajaran, sebagai
bahan evaluasi dalam membuat study kasus dan juga dapat dijadikan sebagai bahan bacaan pustaka.
1.3.2 Institusi Praktek
Dapat memberikan masukan mengenai implementasi asuhan kebidanan pada ibu menyusui, serta sebagai
bahan evaluasi lapangan.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
Dapat memahami manfaat melakukan keluarga binaan serta mengasah keterampilan dalam asuhan
kebidanan pada ibu menysusi agar lebih baik dalam melakukan asuhan secara paripurna
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh

kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (Sri,

2016).

Menurut (Roesli, 2018) yang dimaksud dengan ASI eksklusif

adalah bayi yang hanya di beri ASI saja tanpa tambahan lain seperti

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air putih dan tanpa

tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit,

bubur nasi dan tim. Lebih lanjut dikatakan bahwa penyusuan ASI

ekslusif dianjurkan untuk jangka waktu empat bulan sampai enam

bulan. Depkes RI (2018) mendefinisikan ASI eksklusif adalah

memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, kecuali obat dan

vitamin. ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa

tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air

putih dan tanpa tambahan makanan padat, misalnya pisang, pepaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim atau makanan lain selain ASI

7
(Nurkhasanah, 2011). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa

makanan dan minuman tambahan lainnya dari bayi lahir sampai bayi

berumur enam bulan dan dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun

(WHO, 2016).

a. Produksi ASI

Proses laktasi atau menyusui adalah proses pembentukan ASI

yang melibatkan hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon

prolaktin selama kehamilan akanmeningkat akan tetapi ASI belum

keluar karena masih terhambat hormon estrogen yang tinggi. Dan pada

saat melahirkan, hormon estrogen dan progesterone akan menurun dan

hormon prolaktin akan lebih dominan sehingga terjadi sekresi ASI

(Astutik, 2014).

Proses pembentukan ASI di mulai sejak awal kehamilan, ASI

(Air Susu Ibu) di produksi karena pengaruh faktor hormonal, proses

pembentukan ASI di mulai dari proses terbentuknya laktogen dan

homon-hormon yang mempengaruhi terbentuknya ASI, proses

pembentukan laktogen dan hormon produksi ASI sebagai berikut

(Astutik, 2014) :

1) Laktogenesis I

Pada fase akhir kehamilan, payudara perempuan memasuki fase

pembentukan laktogenesis I, dimana payudara mulai memproduksi

kolostrum yang berupa cairan kuningkental. Pada fase ini payudara

perempuan juga membentuk penambahan dan pembesaran lobules-


alveolus. Tingkat progesteron yang tinggi dapat menghambat

produksinya ASI. Pada fase ini kolostrum yang keluar pada saat

hamil atau sebelum bayi lahir tidak menjadikan masalah sedikit

atau banyaknya ASI yang akan di produksi (Astutik, 2014).

2) Laktogenesis II

Pada saat melahirkan dan plasenta keluar menyebabkan

menurunnya hormon progesterone, estrogen dan human placental

lactogen (HPL) secara tiba-tiba, akan tetapi kadar hormone

prolaktin tetap tinggi yang menyebabkan produksi ASI yang

berlebih dan fase ini di sebut fase laktogenesi II. Pada fase ini,

apabila payudara dirangsang, kadar prolaktin dalam darah akan

meningkat dan akan bertambah lagi pada peroide waktu 45 menit,

dan akan kembali ke level semula sebelum rangsangan tiga jam

kemudian. Hormon prolaktin yang keluar dapat menstimulasi sel di

dalam alveoli untuk memproduksi ASI, hormon prolaktin juga

akan keluar dalam ASI. Level prolaktin dalam susu akan lebih

tinggi apabila produksi ASI lebih banyak., yaitu pada pukul 2 pagi

sampai 6 pagi, akan tetapi kadarprolaktin akan menurun jika

payudara terasa penuh.Selain hormon prolaktin, hormon lainnya

seperti hormo insulin, tiroksin dan kortisol terdapat dalam proses

produksi ASI, tetapiperan hormon tersebut tidak terlalu dominan.

Penanda biokimiawia mengindikasikan jika proses laktogenesis II

di mulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, akan tetapi ibu yang
setelah melahirkan merasakan payudara penuh sekitar 2-3 hari

setelah melahirkan. Jadi dari proses laktogenesis II menunjukkan

bahwa produksi ASI itu tidak langsung di produksi setelah

melahirkan. Kolostrum yang di konsumsi oleh bayi sebelum ASI,

mengandung sel darah putih dan antibody yang tinggi dari pada

ASI sebenarnya, antibody pada kolostrum yang tinggi adalah

immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang

masih rentan dan mencegah kuman masuk pada bayi. IgA juga

mencegah alergi terhadap makanan, dalam dua minggu setelah

melahirkan, kolostrum akan mulai berkurang dan tidak ada, dan

akan di gaantikan oleh ASI seutuhnya (Astutik, 2014).

3) Laktogenesis III

Fase laktogensis III merupakan fase dimana system control

hormone endokrin mengatur produksinya ASI selama kehamilan

dan beberapa hari setelah melahirkan. Pada saat produksi ASI

mulaistabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini apabila

ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI lebih

banyak. Payudara akan memproduksi ASI lebih banyak lagi jika

ASI sering banyak (Astutik, 2014).

Hormon-hormon pembentuk ASI (Astutik, 2014) :

1) Progesterone

Hormon progesterone ini mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran

alveoli. Tingkat progesteron akan menurun sesaat setelah


melahirkan dan hal ini dapat mempengaruhi produksi ASI berlebih

(Astutik, 2014).

2) Estrogen

Hormon estrogen ini menstimulasi saluran ASI untuk membesar.

Hormon estrogen akan menurun saat melahirkan dan akan tetap

rendah selama beberapa bulan selama masih menyusui. Pada saat

hormon estrogen menurun dan ibu masih menyusui, di anjurkan

untuk menghindari KB hormonal berbasis hormone estrogen

karena kana menghambat produksinya ASI (Astutik, 2014).

3) Prolaktin

Hormon prolaktin merupakan suatu hormon yang di sekresikan

oleh grandula pituitary. Hormon ini berperan dalam membesarnya

alveoli saat masa kehamilan. Hormon prolaktin memiliki peran

penting dalam memproduksi ASI, karena kadar hormon ini

meningkat selama kehamilan. Kadar hormon prolaktin terhambat

olek plasenta, saat melahirkan dan plasenta keluar hormon

progesterone dan estrogen mulai menurun sampai tingkat

dilepaskan dan diaktifkannya hormon prolaktin. Peningkatan

hormon prolaktin akan menghambat ovulasi yang bisa dikatakan

mempunyai fungsi kontrasepsi alami, kadar prolaktin yang paling

tinggi adalah pada malam hari (Astutik, 2014).


4) Oksitosin

Hormon oksitosin berfungsi mengencangkan otot halus pada rahim

pada saat melahirkan dan setelah melahirkan. Pada saat setelah

melahirkan, oksitosin juga mengancangkan otot halus pada sekitar

alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Hormon

oksitosin juga berperan dalam proses turunnya susu let down/milk

ejection reflex. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

keluarnya hormon oksitosin, yaitu :

a) Isapan bayi saat menyusu

b) Rada kenyamanan diri pada ibu menyusui

c) Diberikan pijatan pada punggung atau pijat oksitosin ibu yang

sedang menyusui

d) Dukungan suami dan keluarga pada ibu yang sedang dalam

masa menyusui eksklusif pada bayinya

e) Keadaan psikologi ibu menyusui yang baik (Astutik, 2014).

5) Human Placenta Lactogen (HPL)

Pada saat kehamilan bulan kedua, plasenta akan banyak

mengeluarkan hormon HPL yang berperan dalam pertumbuhan

payudara, putting, dan areola sebelum melahirkan (Astutik, 2014).

b. Pengeluaran ASI

Pada saat payudara sudah memproduksi ASI, terdapat pula

proses pengeluran ASI yaitu dimana ketika bayi mulai menghisap,

terdapat beberapa hormone yang berbeda bekerja sama untuk


pengeluaran air susu dan melepaskannya untuk di hisap. Gerakan

isapan bayi dapat merangsang serat saraf dalam puting. Serat saraf ini

membawa permintaan agar air susu melewati kolumna spinalis ke

kelenjar hipofisis dalam otak. Kelenjar hipofisis akan merespon otak

untuk melepaskan hormon prolaktin dan hormone oksitosin. Hormon

prolaktin dapat merangsang payudara untuk menghasilkan lebih

banyak susu. Sedangkan hormon oksitosin merangsang kontraksi otot-

otot yang sangat kecil yang mengelilingi duktus dalam payudara,

kontraksi ini menekan duktus dan mengelurkan air susu ke dalam

penampungan di bawah areola. Pada saat proses laktasi terdapat dua

reflek yang berperan, yaitu reflek prolaktin dan reflek let down/reflek

aliran yang akan timbul karena rangsangan isapan bayi pada putting

susu (Astutik, 2014).

Berikut ini penjelasan kedua reflek tersebut, yaitu (Astutik,

2014):

1) Reflek Prolaktin

Pada saat akhir kehamilan, hormon prolaktin berperan untuk

pembentukan kolostrum, akan tetapi jumlah kolostrum terbatas

karena aktivitas hormon prolaktin terhambat oleh hormon estrogen

dan hormon progesterone yang kadarnya masih tinggi. Tetapi

setelah melahirkan dan lepasnya plasenta, maka hormon estrogen

dan hormon progesteron akan berkurang. Selain itu denganisapan

bayi dapat merangsang puting susu dan kalang payudara, yang


akan merangsang ujung-ujung saraf sensori yang mempunyai

fungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini akan dilanjutkan

ke hipotalamus melalui medulla spinalis, sehingga hipotalamus

akanmenekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi

prolaktin dan sebaliknya juga akan merangsang pengeluaran

faktor-faktor yang akan memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor

yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis

sehingga dapat dikeluarkannya prolaktin dan hormon prolaktin

dapat merangsang sel-sel alveoli yang fungsinya untuk membuat

air susu. pada ibu menyusui, kadar hormon prolaktin akan

mengalami peningkatan jika ibu bayi dalam keadaan stress

(pengaruh psikis), anastesi, operasi, rangsangan putting susu,

hubungan seksual dan obat-obatan (Astutik, 2014).

2) Reflek Aliran / Let Down

Proses pembentukan prolaktin oleh adenohipofisis, rangsangan

yang berasal dari isapan bayi dan akan dilanjutkan ke hipofisis

posterior yang kemudian akan mengeluarkan hormon oksitosin.

Melalui aliran darah hormon ini akan dibawa ke uterus yang akan

menimbulkan kontrasi pada uerus sehinggat dapat terjadi involusi

dari organ tersebut. Kontraksi yang terjadi tersebut akan

merangsang diperasnya air susu yang telah diproses dan akan

dikeluarkan melalui alveoli kemudian masuk ke sistem duktus dan

dialirkan melalui duktus laktiferus dan kemudian masuk pada


mulut bayi. Pada reflek let down terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhinya dan faktor-faktor yang dapat menghambat let

down reflek. Faktor-faktor yang mempengaruhi reflek let down

tersebut yaitu dengan melihat bayi, mendengar tangisan bayi,

mencium bayi, dan mempunyai pikiran untuk menyusui. Dan

sedangkan faktor-faktor yang menghambat reflek tersebut adalah

ibu bayi yang mengalami stress, kebingungan, pikiran kacau, dan

takut untuk menyusui bayinya serta ibu bayi yag mengalami

kecemasan (Astutik, 2014).

Menurut stadium pembentukan laktasi, ASI terbagi menjadi

tiga stadium, yaitu (Astutik, 2014) :

1) Kolostrum

Kolostrum adalah cairan kental dapat pula encer yang berwarna

kekuningan yang di berikan pertama pada bayi yang megandung

sel hidup menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh

kuman dan bakteri penyakit. Kolostrum juga melapisi usus pada

bayi sehingga terlindung dari kuman dan bakteri penyakit.

Kolostrum yang disekresikan oleh kelenjar dari hari pertama

sampai keempat, pada awal menyusui, kolostrum yang keluar kira-

kira sesendok teh. Pada keadaan normal kolostrum dapat keluar

sekitar 10cc –100cc dan akan meningkat setiap hari sampai sekitar

150-300 ml setiap 24 jam. Kolostrum lebih banyak mengandung

protein, sedangkan kadar karbohidrat dan kadar lemak lebih


rendah. Fungsi dari kolostrum adalah memberikan gizi dan

proteksi, yang terdiri atas zat sebagai berikut (Astutik, 2014):

a) Immunoglobulin tersebut dapat melapisi dinding usus yang

berfungsi mencegah terjadinya penyerapan protein yang

menyebabkan alergi

b) Laktoferin adalah protein yang mempunyai afinitas yang tinggi

terdapat zat besi, kadar laktoferin yang tinggi pada kolostrum

dan air susu ibu adalah terdapat pada hari ke tujuh setelah

melahirkan. Perkembangan bakteri patogen dapat di cegah

dengan zat besi yang terkandung dalam kolostrum dan ASI.

c) Lisosom mempunyai fungsi sebagai antibakteri dan

menghambat perkembangan virus, kadar lisosom pada

kolostrum lebihtinggi dari pada susu sapi.

d) Faktor antitrypsin berfungsi sebagi penghambat kerja tripsin

sehingga dapat menyebabkan immunoglobulin pelindung tidak

akan pecah oleh tripsin

e) Lactobasillus terdapat pada usus bayi dan menghasilkan asam

yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri patogen,

pertumbuhan lactobasillus membutuhkan gula yang

mengandung nitrogen berupa faktor bifidus yang terdapat

dalam kolostrum.
2) Air Susu Masa Peralihan

Air Susu Ibu (ASI) peralihan merupakan ASI yang keluar setelah

keluarnya kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang /

matur. Adapun ciri-ciri dari air susu masa peralihan adalah sebagai

berikut :

a) Peralihan ASI dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur

b) Di sekresi pada hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi

c) Kadar protein rendah, tetapi kandungan karbohidrat dan lemak

semakin tinggi

d) Produksi ASI semakin banyak, dan pada waktu bayi berusia

tiga bulan dapat diproduksi kurang lebih 800ml/hari (Astutik,

2014).

3) Air Susu Matang (Matur)

Air susu matang adalah cairan susu yang keluar dari payudara

ibusetelah masa ASI peralihan. ASI matur berwarna putih

kekuningan. Ciri-ciri dari ASI matur adalah sebagai berikut :

a) ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya

b) Pada ibu yang sehat, produksi ASI akan cukup untuk bayi

c) Cairan berwarna putih kekuninganyang diakibatkan oleh garam

Ca-Casienant, riboflavin, dan karotes yang terdapat di

dalamnya

d) Tidak akan menggumpal jika dipanaskan

e) Mengandung faktor antimikrobal


f) Interferon producing cell

g) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah,

danadanya faktor bifidus.

Jenis-jenis ASI, yaitu sebagai berikut (Astutik, 2014):

1) Foremilk

Foremilk merupakan ASI yang encer yang dapat di produksi pada

awal proses menyusui dengan kadar air tinggi dan mengandung

protein, laktosa serta nutrisi lainnya, akan tetapi kadar lemak pada

foremilk rendah. Foremilk di simpan pada saluran penyimpanan

dan keluar pada awal menyusui. Cairan foremilk lebih encaer

dibandingkan hindmilk, foremilk merupakan ASI yang keluar

pertama dan dapat mengatasi haus pada bayi (Astutik, 2014).

2) Hindmilk

Hindmilk merupakan ASI yang mengandung tinggi lemak dan

memberikan zat tenaga/energi dan diproduksi pada akhir proses

menyusui. ASI hindmilk keluar setelah foremilk, sehingga bisa

dikatakan lain sebagai asupan utama setelah asupan pembukan.

ASI hindmilk sangat banyak, kental dan penuh lemak bervitamin.

Hindmilk mengantung lemak 4 –5 kali dibandingkan dengan

foremilk. Akan tetapi seorang bayi tetap membutuh foremilk dan

hindmilk (Astutik, 2014).

Air Susu Ibu (ASI) yang diproduksi setelah melahirkan pada

hari pertama adalah berupa kolostrum dengan volume 10 –100cc, dan


pada hari ke 2 sampai ke 4 akan meningkat dengan volume sekitar 150

–300ml/24 jam. Produksi ASI setelah 10 hari dan seterusnya

melahirkan sampai bayi berusia tiga bulan atau disebut dengan ASI

matur, ASI dapat berproduksi sekitar 300-800ml/hari, dan ASI akan

terus meningkat pada hari atau minggu seterusnya (Astutik, 2014).

c. Teknik Menyusui

Proses menyusui akan berjalan dengan lancar jika ibu memiliki

keterampilan dalam menyusui, sehingga ASI dapat mengalir dari

payudara ibu ke bayi dengan efektif. Posisi dasar menyusui terdiri dari

posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan

payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui

dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring

(Hegar, 2018). Posisi menyusui yang benar menurut Hegar (2018)

yaitu:

1) Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)

2) Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)

3) Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi

membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi

4) Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik, ada kontak mata

antara ibu dengan bayi

5) Pegang belakang bahu jangan kepala bayi, dan kepala terletak

dilengan bukan didaerah siku.


Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik juga telah dijelaskan

bahwa dagu harus menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir

bawah terputar keluar, lebih banyak areola bagian atas yang terlihat

daripada bagian bawah, dan tidak menimbulkan rasa sakit pada puting

susu (Hegar, 2018). Menyusui bayi sebaiknya dilakukan di setiap saat

bayi membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri

kebutuhannya. Rata-rata bayi menyusui selama 5-15 menit, walaupun

terkadang lebih. Menyusui bayi sesering mungkin sedikitnya lebih dari

8 kali dalam 24 jam dan tidak hanya pada satu payudara melainkan

keduanya secara seimbang, sehingga mendapat stimulasi yang sama

untuk menghasilkan ASI. Menyusui pada malam hari dapat membantu

mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan

terutama pada malam hari (Hegar, 2018).

d. Kendala Pemberian ASI Eksklusif

Kenyataannya tidak sesederhana yang dibayangkan mengenai

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, terdapat kendala dalam

upaya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan

bayi. Beberapa kendala menurut Partiwi dan Purnawati (2008) yang

sering menjadi alasan ibu, yaitu :

1) Produksi ASI kurang.

Ibu merasa ASI kurang padahal sebenarnya cukup hanya ibu yang

kurang yakin dapat memproduksi ASI yang cukup. Berbagai faktor

yang diidentifikasi penyebab kurangnya ASI yaitu:


a) Faktor menyusui : tidak melakukan inisiasi menyusui dini,

jadwal pemberian ASI, memberikan minuman prelaktat (bayi

diberi minum sebelum ASI keluar).

b) Faktor psikologis : persiapan psikologis ibu sangat

mempengaruhi keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak

mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI akhirnya

memang produksi ASI kurang. Stress, khawatir,

ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan

dalam mengsukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran

keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.

c) Faktor fisik ibu seperti : ibu lelah, sakit, ibu yang menggunakan

pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung

hormone, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol,

perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat

mengurangi produksi ASI.

d) Faktor bayi : misalnya bayi sakit, premature, bayi dengan

kelainan bawaan.

2) Ibu kurang memahami cara menyusui yang benar. Kurang

mengerti posisi dan perlekatan pada saat menyusui yang baik

sehingga tidak bisa menghisap secara efektif dan ASI tidak dapat

keluar dengan optimal.

3) Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi susu formula

(relaksasi). Biasanya setelah tidak menyusui beberapa lama


produksi ASI akan berkurang dan bayi akan malas menyusu dari

ibunya.

4) Bayi terlanjur diberi prelactal feeding, seringkali sebelum ASI

keluar bayi sudah diberi air putih, pemberian air gula, air madu

atau susu formula. Hal ini yang menyebabkan bayi malas menyusu,

dan bahan tersebut mungkin akan menyebabkan reaksi alergi.

5) Keadaan payudara berupa kelainan puting susu lecet, putting

tenggelam, bengkak, mendatar atau puting terlalu besar dapat

mengganggu proses menyusui.

6) Kelainan bayi

Bayi yang menderita sakit atau kelainan kongenetal mungkin akan

mengganggu proses menyusu. Beberapa kelainan kongenetal pada

bayi yaitu:

a) Malformasi

Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh

kegagalan atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses

embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau

organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang sehingga

menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap.

Kelainan ini mungkin terbatas hanya pada satu daerah anatomi,

mengenai seluruh organ, atau mengenai berbagai sistem tubuh

yang berbeda.
b) Deformasi

Deformasi terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang

abnormal sehingga mengubah bentuk, ukuran atau posisi

sebagian dari tubuh yang semula berkembang normal, misalnya

kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil).

Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam

uterus ataupun faktor ibu seperti primigravida, panggul sempit,

abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar.

c) Disrupsi

Defek struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada

jaringan yang semula berkembang normal. Berbeda dengan

deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik,

disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau

perlekatan. Kelainan akibat disrupsi biasanya mengenai

beberapa jaringan yang berbeda. Perlu ditekankan bahwa

bahwa baik deformasi maupun disrupsi biasanya mengenai

struktur yang semula berkembang normal dan tidak

menyebabkan kelainan intrinsik pada jaringan yang terkena.

d) Displasia

Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan

kongenital adalah displasia. Istilah displasia dimaksudkan

dengan kerusakan (kelainan struktur) akibat fungsi atau

organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di


seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat

penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai

kelainan produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian besar

disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri

abnormal secara intrinsik, efek klinisnya menetap atau semakin

buruk. Ini berbeda dengan ketiga patogenesis terdahulu.

Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan efek dalam

kurun waktu yang jelas, meskipun kelainan yang

ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi

penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia dapat terus

menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup.

e. Masalah Menyusui

Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama

kehidupan bayi tidaklah sederhana. Beberapa kendala yang sering

menjadi alasan ibu masalah dalam menyusui karena produksi ASI

kurang, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu

ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi), bayi

terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air

gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran),

kelainan yang terjadi pada ibu seperti puting ibu lecet, puting ibu luka,

payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses, ibu hamil lagi

padahal masih menyusui, ibu bekerja, kelainan yang terjadi pada bayi

seperti bayi sakit, abnormalitas bayi (Hegar, 2018).


Masalah yang terkait dalam menyusui terjadi ketika ASI tidak

keluar secara langsung serta rendahnya produksi ASI. Meningkatkan

produksi ASI dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi sesegera

mungkin setelah lahir, menyusui sesering mungkin karena semakin

sering bayi menghisap puting susu maka semakin banyak ASI yang

keluar dengan cara menyusui yang benar (Baskoro, 2018).

f. Manfaat Pemberian ASI

Manfaat yang diperoleh bila bayi menyusui secara ekslusif di

bulan-bulan pertama adalah ASI merupakan bahan makanan alamiah

bagi bayi yang lahir cukup bulan. Selain itu ASI mudah di dapat dan

selalu segar dan bebas dari berbagai macam bakteri, sehingga

kemungkinan terjadinya gangguan saluran pencernaan makanan

menjadi lebih kecil. Bayi yang menyusu sangat jarang di temukan

alergi, di bandingkan bayi yang mendapatkan susu sapi. Selain itu,

gejala muntah dan kolik lebih jarang ditemukan pada bayi yang

mendapatkan ASI (Roesli, 2018).

ASI mengandung taurin, decosahexanoic (DHA) dan

arachidonic (AA). Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak

dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan

penting untuk proses maturasi sel otak. DHA dan AA adalah sel lemak

tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan

untuk pembentukan sel – sel otak optimal. Dipandang dari segi aspek

imunologi, ASI terutama kolostrumnya mengandung immunoglobulin


A (IgA) cukup tinggi. Sekretori Ig A tidak di serap tapi dapat

melumpuhkan bakteri pathogen E.coli dan berbagi virus pada saluran

pencernaan. ASI juga mengandung laktoferin yaitu sejenis protein

yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di

saluran pencernaan, lysosim yaitu enzim yang meliputi bayi terhadap

bakteri (E. Coli dan Salmonella) dan virus. Jumlah Lysosim dalam ASI

300 kali lebih banyak daripada susu sapi (Depkes RI, 2018).

Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi akan membentuk

ikatan kasih sayang ibu dan bayi karena berbagai rangsangan seperti

sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas

karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut

jantung ibu yang sudah di kenal sejak bayi masih dalam rahim.

Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi

akan meningkatkan hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya

akan meningkatkan produksi ASI (Depkes RI, 2018).

Manfaat memberikan ASI bagi ibu diantaranya adalah

mengurangi perdarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan

kesehatan ibu, menunda kehamilan berikutnya dan mengurangi resiko

terkena kanker payudara (Depkes RI, 2018). Ditinjau dari aspek

ekonomi, dengan menyusui secara ekslusif, ibu tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6

bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga

untuk membeli susu formula dan peralatannya.


ASI banyak sekali manfaatnya, keunggulan dan manfaat

menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek

imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis

dan aspek penundaan kehamilan (Ramaiah, 2016) :

1) Aspek Gizi

a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun

sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai

dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu Peses bayi yang

pertama berwarna hitam kehijauan Komposisi Taurin, DHA

dan AA pada ASI

e) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam

ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan

penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada

binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat

terjadinya gangguan pada retina mata.


f) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)

adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated

fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak

yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat

mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.

Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat

dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)

yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan

Omega 6 (asam linoleat).

2) Aspek Imunologik

a) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas

kontaminasi.

b) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya

cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat

melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada

saluran pencernaan.

c) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

d) Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli

dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali

lebih banyak daripada susu sapi.

e) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari

4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu Brochus-Asociated


Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated

Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan dan

Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi

jaringan payudara ibu.

f) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri

ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk

menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3) Aspek Psikologik

a) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu

menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.

Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang

terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama

oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi

ASI.

b) Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan

psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-

bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit

(skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena

bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut

jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4) Aspek Kecerdasan

a) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat

dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat

meningkatkan kecerdasan bayi.

b) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI

memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6

point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi

pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak

diberi ASI.

5) Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan,

menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat

lebih sempurna.

6) Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan

biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan

demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk

membeli susu formula dan peralatannya.

7) Aspek Penundaan Kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi

alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea

Laktasi (MAL).
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI

ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS

No. Registrasi : 001/ /VII/2022 ( Kunjungan Ke 1)


Tanggal Pengkajian : 19-07-2022
Waktu Pengkajian : 17:00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. N
Pengkaji : Pipit Puspitasari

A. DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. H
Umur : 20 th Umur : 25 th
Suku/kebangsaan: Sunda/Indonesia Suku/kebangsaan : Sunda/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : Ds. Labuan Alamat rumah : Ds. Labuan
Telp :- Telp :-

1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan keadaannya baik dan ibu belum mengetahui manfaat ASI
Ekslusif
2. Riwayat Persalinan
 Tempat melahirkan : BPM
 Ditolong oleh : Bidan
 Jenis persalinan : Spontan
 Lama persalinan
 Kala I : 7 jam 0 menit

 Kala II : 1 jam

 Kala III : 10 menit,

 Kala IV : Berlagsung normal, kontraksi uterus baik, jumlah

perdarahan +/- 200cc,


 Ketuban pecah pukul : 17:00
 Amniotomi : Ya / Tidak
 Banyak air ketuban : +/- 400-500 cc
 Komplikasi dalam persalinan : Ada / tidak, Jelaskan jika ada :
 Plasenta
 Lahir spontan : Ya/ Tidak
 Dilahirkan dengan indikasi : Ya / Tidak, Jelaskan jika ada :
 Lengkap, ukuran : - cm Berat : 500 gr
 Kelainan : Tidak Ada
 Panjang tali pusat :-
 Kelainan : Tidak Ada
 Sisa plasenta : ada / tidak
 Perineum
 Utuh : Ya / tidak
 Robekan : Ya /tidak, jika Ya
 Episiotomi : Ya / tidak
 Anastesi : Ya / tidak
 Jahitan dengan :-
 Perdarahan
 Kala I : Normal ml
 Kala II : Normal ml
 Kala III : Normal ml
 Kala IV : Normal ml
 Selama operasi :-
 Tindakan lain :-
 Bayi
 Lahir pukul : 18:15 WIB
 BB : 3400 gr
 PB : 48 cm
 Nilai Apgar : 8/9
 Cacat bawaan : Ya / tidak
 Masa gestasi : 38 mg
 Komplikasi
 Kala I :-
 Kala II :-
 Air ketuban banyaknya : +/- 400-500 cc Warna : jernih

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Baik
c. Tanda – tanda vital :
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 Suhu tubuh : 37 oC
 Pernapasan : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara
 Pengeluaran : Asi (+)
 Puting susu : Menonjol
 Benjolan : Tidak Ada
 Konsistensi :-
b. Uterus
 TFU : 2 jari dibawah pusat
 Konsistensi uterus :-
 Kontraksi uterus : Baik
 Posisi uterus : Baik
c. Pengeluaran lochea
 Warna :-
 Bau : Tidak
 Jumlah : +/- cc
 Konsistensi :-
d. Perineum : Baik
e. Kandung kemih : 400-500
f. Ekstremitas
 Oedema : Tidak
 Kemerahan : Tidak
 Tanda Homan :-
3. Pemeriksaan Penunjang
 HB : - gr%
 Protein urin :-
 Glukosa urin :-
 Golongan darah :

C. ANALISIS DATA
Ny. N usia 20 tahun P1A0 dengan kebutuhan konseling Asi ekslusif
D. PENATALAKSANAAN :
 Inform consent
 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dalam batas normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui mengenai hasil pemeriksaan dalam batas normal
 Menggali pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif
Evaluasi : mengatakan belum mengetahui tentang Asi ekslusif
 Menggali pengetahuan ibu tentang mengenai manfaat teknik menyusui yang baik dan benar
Evaluasi : Ibu mengatakan belum mengetahui mengenai manfaat teknik menyusui yang baik dan benar
 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 21 juli 2022
Evaluasi : Ibu beredia untuk kunjungan ulang pada waktu yang di tentukan
 Mendokumentasikan hasil kunjungan

Pandeglang, 19 Juli 2022

Pengkaji,

(Pipit Puspitasari.)
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI

ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS

No. Registrasi : 001/ /VII/2022 ( Kunjungan Ke 2)


Tanggal Pengkajian : 21-07-2022
Waktu Pengkajian : 15:00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. N
Pengkaji : Pipit Puspitasari

E. DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. H
Umur : 20 th Umur : 25 th
Suku/kebangsaan: Sunda/Indonesia Suku/kebangsaan : Sunda/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : Ds. Labuan Alamat rumah : Ds. Labuan
Telp :- Telp :-

3. Keluhan Utama : Ibu mengatakan keadaannya baik dan ibu belum mengetahui manfaat ASI
Ekslusif
4. Riwayat Persalinan
 Tempat melahirkan : BPM
 Ditolong oleh : Bidan
 Jenis persalinan : Spontan
 Lama persalinan
 Kala I : 7 jam 0 menit

 Kala II : 1 jam

 Kala III : 10 menit,

 Kala IV : Berlagsung normal, kontraksi uterus baik, jumlah

perdarahan +/- 200cc,


 Ketuban pecah pukul : 17:00
 Amniotomi : Ya / Tidak
 Banyak air ketuban : +/- 400-500 cc
 Komplikasi dalam persalinan : Ada / tidak, Jelaskan jika ada :
 Plasenta
 Lahir spontan : Ya/ Tidak
 Dilahirkan dengan indikasi : Ya / Tidak, Jelaskan jika ada :
 Lengkap, ukuran : - cm Berat : 500 gr
 Kelainan : Tidak Ada
 Panjang tali pusat :-
 Kelainan : Tidak Ada
 Sisa plasenta : ada / tidak
 Perineum
 Utuh : Ya / tidak
 Robekan : Ya /tidak, jika Ya
 Episiotomi : Ya / tidak
 Anastesi : Ya / tidak
 Jahitan dengan :-
 Perdarahan
 Kala I : Normal ml
 Kala II : Normal ml
 Kala III : Normal ml
 Kala IV : Normal ml
 Selama operasi :-
 Tindakan lain :-
 Bayi
 Lahir pukul : 18:15 WIB
 BB : 3400 gr
 PB : 48 cm
 Nilai Apgar : 8/9
 Cacat bawaan : Ya / tidak
 Masa gestasi : 38 mg
 Komplikasi
 Kala I :-
 Kala II :-
 Air ketuban banyaknya : +/- 400-500 cc Warna : jernih

F. OBJEKTIF
4. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Baik
c. Tanda – tanda vital :
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 Suhu tubuh : 37 oC
 Pernapasan : 20 x/menit
5. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara
 Pengeluaran : Asi (+)
 Puting susu : Menonjol
 Benjolan : Tidak Ada
 Konsistensi :-
b. Uterus
 TFU : 2 jari dibawah pusat
 Konsistensi uterus :-
 Kontraksi uterus : Baik
 Posisi uterus : Baik
c. Pengeluaran lochea
 Warna :-
 Bau : Tidak
 Jumlah : +/- cc
 Konsistensi :-
d. Perineum : Baik
e. Kandung kemih : 400-500
f. Ekstremitas
 Oedema : Tidak
 Kemerahan : Tidak
 Tanda Homan :-
6. Pemeriksaan Penunjang
 HB : - gr%
 Protein urin :-
 Glukosa urin :-
 Golongan darah :

G. ANALISIS DATA
Ny. N usia 20 tahun P1A0 dengan kebutuhan konseling Asi ekslusif
H. PENATALAKSANAAN :
 Inform consent
 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dalam batas normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui mengenai hasil pemeriksaan dalam batas normal
 Memberikan ibu konseling ASI ekslusif.
Evaluasi : Ibu akan memberikan ASI sajah selama 6 bulan tanpa tambahan makanan pendamping ASI
 Memberitahukan ibu mengenai manfaat teknik menyusui yang baik dan benar seperti: bayi menjadi tenang,
mencegah terjadinya gumoh, mencegah terjadinya agar puting susu tidak lecet.
Evaluasi : Ibu memahami mengenai manfaat teknik menyusui yang baik dan benar
 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 23 juli 2022
Evaluasi : Ibu beredia untuk kunjungan ulang pada waktu yang di tentukan
 Mendokumentasikan hasil kunjungan

Pandeglang, 21 Juli 2022

Pengkaji,

(Pipit Puspitasari.)
https://drive.google.com/file/d/1Pngb6G7QJEOCwnEBaDxOowXkv7oYSVuE/view?usp=sharing
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI

ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS

No. Registrasi : 001/BPM/VII/2022 ( Kunjungan Ke 3)


Tanggal Pengkajian : 23-07-2022
Waktu Pengkajian : 15:00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. N
Pengkaji : Pipit Puspitasari

I. DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. H
Umur : 20 th Umur : 25 th
Suku/kebangsaan: Sunda/Indonesia Suku/kebangsaan : Sunda/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : Ds. Labuan Alamat rumah : Ds. Labuan
Telp :- Telp :-

1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan keadaannya baik dan ibu belum mengetahui manfaat ASI
Ekslusif
2. Riwayat Persalinan
Tempat melahirkan : BPM
Ditolong oleh : Bidan
 Jenis persalinan : Spontan
 Lama persalinan
 Kala I : 7 jam 0 menit

 Kala II : 1 jam

 Kala III : 10 menit,

 Kala IV : Berlagsung normal, kontraksi uterus baik, jumlah

perdarahan +/- 200cc,


 Ketuban pecah pukul : 17:00
 Amniotomi : Ya / Tidak
 Banyak air ketuban : +/- 400-500 cc
 Komplikasi dalam persalinan : Ada / tidak, Jelaskan jika ada :
 Plasenta
 Lahir spontan : Ya/ Tidak
 Dilahirkan dengan indikasi : Ya / Tidak, Jelaskan jika ada :
 Lengkap, ukuran : - cm Berat : 500 gr
 Kelainan : Tidak Ada
 Panjang tali pusat :-
 Kelainan : Tidak Ada
 Sisa plasenta : ada / tidak
 Perineum
 Utuh : Ya / tidak
 Robekan : Ya /tidak, jika Ya
 Episiotomi : Ya / tidak
 Anastesi : Ya / tidak
 Jahitan dengan :-
 Perdarahan
 Kala I : Normal ml
 Kala II : Normal ml
 Kala III : Normal ml
 Kala IV : Normal ml
 Selama operasi :-
 Tindakan lain :-
 Bayi
 Lahir pukul : 18:15 WIB
 BB : 3400 gr
 PB : 48 cm
 Nilai Apgar : 8/9
 Cacat bawaan : Ya / tidak
 Masa gestasi : 38 mg
 Komplikasi
 Kala I :-
 Kala II :-
 Air ketuban banyaknya : +/- 400-500 cc Warna : jernih

J. OBJEKTIF
7. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Baik
c. Tanda – tanda vital :
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 Suhu tubuh : 37 oC
 Pernapasan : 20 x/menit
8. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara
 Pengeluaran : Asi (+)
 Puting susu : Menonjol
 Benjolan : Tidak Ada
 Konsistensi :-
b. Uterus
 TFU : 2 jari dibawah pusat
 Konsistensi uterus :-
 Kontraksi uterus : Baik
 Posisi uterus : Baik
c. Pengeluaran lochea
 Warna :-
 Bau : Tidak
 Jumlah : +/- cc
 Konsistensi :-
d. Perineum : Baik
e. Kandung kemih : 400-500
f. Ekstremitas
 Oedema : Tidak
 Kemerahan : Tidak
 Tanda Homan :-
9. Pemeriksaan Penunjang
 HB : - gr%
 Protein urin :-
 Glukosa urin :-
 Golongan darah :

K. ANALISIS DATA
Ny. N usia 20 tahun P1A0 dengan kebutuhan konseling Asi ekslusif
L. PENATALAKSANAAN :
 Inform consent
 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dalam batas normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui mengenai hasil pemeriksaan dalam batas normal
 Menanyakan Kembali kepada ibu tentang Asi ekslusif
Evaluasi : Ibu mengatakan akan memberikan ASI sajah selama 6 bulan tanpa tambahan makanan pendamping
ASI
 Menanyakan Kembali kepada ibu mengenai manfaat teknik menyusui yang baik dan benar seperti: bayi
menjadi tenang, mencegah terjadinya gumoh, mencegah terjadinya agar puting susu tidak lecet.
Evaluasi : Ibu mampu memahami mengenai manfaat teknik menyusui yang baik dan benar
 Mendokumentasikan hasil kunjungan

Pandeglang, 23 Juli 2022

Pengkaji,

(Pipit Puspitasari.)
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam praktik kebidanan komunitas di RT 11 Desa Labuan Kec

Labuan, pengkaji melakukan kegiatan membina salah satu keluarga, dari

seluruh keluarga yang mempunyai masalah kesehatan khususnya di bidang

kebidanan, lalu pengkaji mengambil kasus pada Ny. N Usia 20 tahun P1A0

asuhan kebidanan ibu nifas dengan kebutuhan konseling Asi ekslusif

Pada tahap pengkajian ini data diperoleh melalui observasi dan

wawancara yang dilakukan secara kunjungan rumah. Kegiatan pengkajian

dilakukan pendekatan keluarga dan waktu yang seefektif mungkin dan

mengunjungi kembali klien. Pengkaji melakukan kunjungan rumah dan

menjalin rasa percaya terhadap keluarga tersebut, melakukan pemeriksaan dan

mengkaji tentang masalah yang ada pada keluarga ini.

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny.N,

bahwa keadaan pada Ny. N semua dalam batas normal dan ibu belum

mengetahui mengenai manfaat ASI Ekslusif, Hal ini kemungkinan disebabkan

karena rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, pengetahuan adalah merupakan hasil tahu,

hal ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor baik formal seperti

pendidikan yang didapat di sekolah maupun non formal. Pengetahuan merupakan

faktor yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Hal ini dikuatkan

oleh penelitian yang dilakukan Rongers dalam Notoadmodjo (2015) yang

mengungkaplan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam

memberikan ASI eksklusif. Semakin baik pengetahuan Ibu tentang manfaat ASI

eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya.
Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang manfaat ASI

eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI

eksklusif (Suharyono, 2012).

Selain pengetahuan faktor lain yang mendorong ibu untuk memberikan

ASI yaitu sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap kesehatan dan ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan.

Hal tersebut dapat diminimalisir dengan adanya pembinaan dan peningkatan

perilaku kesehatan masyarakat yang lebih tepat yaitu dilaksanakan pendidikan

edukasi (pendidikan kesehatan) tentang Asi ekslusif. Pendidikan kesehatan

mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai

pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, agar

intervensi atau upaya efektif. Kemudian untuk meningkatkan pengetahuan tentang

ASI juga perlu dilakukan penyuluhan dan pembinaan tentang manfaat ASI serta

cara memberikan ASI yang benar, sehingga ibu dapat mengerti dan memahami

akan pentingnya memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

ASI eksklusif adalah bayi yang hanya di beri ASI saja tanpa

tambahan lain seperti cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air putih

dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu,

biskuit, bubur nasi dan tim. Lebih lanjut dikatakan bahwa penyusuan ASI

ekslusif dianjurkan untuk jangka waktu empat bulan sampai enam bulan,

(Roesli, 2018).

Berikut ini adalah manfaat yang didapatkan dengan menyusui bagi

bayi, ibu, keluarga, dan Negara

a. Manfaat bagi bayi

Komposisi sesuai kebutuhan, Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan

bayi sampai usia 6 bulan, ASI mengandung zan antibody, Perkembangan

psikomototrik lebik cepat, Menunjang perkembangan kognitif, Menunjang

perkembangan penglihatan, Memperkuat ikatan batin ibu dan anak, Dasar

untuk perkembangan emosi yang hangat, Membentuk sistem pencernaan yang


sehat.

b. Manfaat bagi Ibu

Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya

rahim ke bentuk semula, Ibu yang menyusui dapat meminimalkan

kemungkinan terjadinya kehamilan, Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi

ibu untuk mencurahkan kasih saying pada buah hatinya, Mengurangi

kemungkinan kanker payudara.

c. Manfaat bagi keluarga

Mudah dalam proses pemberiannya, Mengurangi biaya rumah tangga.

Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk

berobat.

d. Manfaat bagi Negara

Pengehematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.

Pengematan devisa dalam hal pembelian susus formula dan perlengkapan

menyusui.

Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1. Telah dilakukan pengkajian data subjektif pada Ny”N” umur 20 tahun

P1A0 dengan kebutuhan konseling asi ekslusif

5.1.2. Telah dilakukan pengkajian data objektif pada Ny”N” umur 20 tahun P1A0

dengan kebutuhan konseling asi ekslusif

5.1.3. Melakukan analisa data pada Ny”N” umur 20 tahun P1A0 dengan

kebutuhan konseling asi ekslusif

5.1.4. Melakukan penatalaksanaan pada Ny”N” umur 20 tahun P1A0 dengan

kebutuhan konseling asi ekslusif

5.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penyusun antara lain:

5.2.1 Lahan Praktek

Agar lebih meningkatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan terhadap

masyarakat sehingga masyarakat lebih mudah mendapatkan pelayanan asuhan

kebidanan pada ibu menysusui yang maksimal terutama dibidang pelayanan

komunitas.

5.2.2 Institusi Pendidikan

Agar meningkatkan kualitas pendidikan dalam asuhan kebidanan

sehingga dapat menghasilkan calon bidan yang professional dan

terampil.
5.2.3 Mahasiswa

Agar mahasiswa lebih meningkatkan kualitas pengetahuan mengenai

asuhan kebidanan pada ibu menysusui dan kemampuannya dalam melakukan

asuhan kebidanan komunitas.


DAFTAR PUSTAKA

Astutik. 2016. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.

Baskoro. 2018. ASI : Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta: Banyu Medika

Dahlan. 2016. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Depkes RI. 2018. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jilid A, Jakarta.

Hastono. 2016. Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: PTRaja Grafindo
Persada.

Hegar. B. 2018. Bedah ASI Kajian dari berbagai sudut Pandang Ilmiah, IDI
Cabang DKI Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pencapaian ASI eksklusif di
Indonesia. Jakarta.
Nurkhasanah. 2011. ASI atau Formula. Jakarta: flash book
Roesli, Utami. 2018. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Santo, et al. 2017. ASI eksklusif: Pengenalan, praktik, dan kemanfaatan-
kemanfaatannya. Jakarta: Diva Press
Sri. 2016. Manajemen Laktasi. Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Cetakan 2.
Jakarta
Partiwi dan Purnawati. 2008. Kendala pemberian ASI eksklusif dalam bedah ASI.
Jakarta: IDAI

Sugiyono. 2016. Statistik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suharyono. 2012. ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

WHO. 2016. Breastfeeding. http://www.who.int/topics/breastfeeding


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASI EKSKLUSIF
Pokok Bahasan : Kebidanan Komunitas
Sub pokok bahasan : ASI Eksklusif
Tempat : Rumah Ny. N
Sasaran : Ibu Menyusui
Waktu : Kamis, 21 Juli 2022 Pukul 15.00 Wib s/d selesai

A. LATAR BELAKANG

Mendapatkan Air Susu Ibu atau ASI adalah proses pemenuhan hak

pertama yang harus diterima oleh anak ketika baru lahir dan sebelum

mendapatkan hak yang lain. Namun pada kenyataannya hak dasar anak ini banyak

yang belum terpenuhi. Penyebabnya bermacam-macam, misalnya karena ASI

belum atau tidak keluar, kondisi ibu yang belum memungkinkan menyusui satu

jam pasca melahirkan maka bayi diberi susu formula. Alasan tersebut sering

digunakan untuk tidak memberikan ASI pada saat bayi baru lahir, sehingga

mengakibatkan bayi tidak terpenuhi haknya. Hal ini banyak terjadi pada bayi

dimanapun, tidak terkecuali di Lampung.

B. TUJUAN
 Tujuan Intruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif diharapkan

ibu dapat mengerti dan memahami manfaat ASI ekslusif bagi ibu dan bagi bayi.

 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)

Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif, diharapkan ibu mampu :


1. ibu mampu menjelaskan pengertian ASI Eksklusif
2. ibu mampu menjelaskan kandungan ASI
3. ibu mampu menjelaskan keuntungan ASI untuk ibu
4. ibu mampu menjelaskan keuntungan ASI untuk bayi
5. ibu mampu menjelaskan teknik cara menyusui yang benar
6. ibu mampu menjelaskan cara pemberian dan penyimpanan ASI bagi ibu yang bekerja
7. ibu mampu memahami masalah dalam menyusui dan penanganannya

C. PELAKSANAAN KEGIATAN

Metode
 Konseling
 Tanya jawab

Media dan alat

 Buku KIA

Waktu dan tempat

Hari / Tanggal : Kamis. 21 Juli 2022


Pukul : 15.00 Wib s/d selesai
Tempat : Rumah Ny N

Materi Penyuluhan (Terlampir)


1. Pengertian ASI Eksklusif
2. Kandungan ASI
3. Keuntungan ASI untuk ibu
4. Keuntungan ASI untuk bayi
5. Teknik cara menyusui yang benar
6. Cara pemberian dan penyimpanan ASI bagi ibu yang bekerja
7. Masalah dalam menyusui dan penanganannya

Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan

1. Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam Kata-kata/


 Memperkenalkan  Mendengarkan kalimat
diri dan menyimak
 Menyampaikan  Bertanya
tentang tujuan mengenai
pokok materi perkenalan dan
 Menyampaikan tujuan jika ada
pokok pembahasan yang kurang jelas
Kontrak waktu
Penyampaian Materi
2. Pelaksanaan 25  Menjelaskan  Mendengarkan Lembar
menit Pengertian ASI penjelasan dan balik
Eksklusif menyimak
 Menjelaskan
kandungan ASI
 Menjelaskan
keuntungan ASI
untuk ibu
 Menjelaskan
keuntungan ASI
untuk bayi
 Menjelaskan teknik
cara menyusui yang
benar
 Menjelaskan cara
pemberian dan
penyimpanan ASI
bagi ibu yang
bekerja
 Memahami masalah
dalam menyusui dan
penanganannya

a.
3. Penutup 10  Memberikan  Bertanya Kata-kata/
menit kesempatan bertanya kalimat
D.Kriteria Evaluasi
Sebelum dan sesudah diberikan binaan

MATERI

A. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan (Depkes RI, 2004
ASI Eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI secara eksklusif saja,

tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan

tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur

dan nasi tim (Utami,2005)

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan

tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi

berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh

pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI

baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara (WHO,2001)

Jadi dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa

makanan dan minuman tambahan lain pada bayi serta dapat diberikan sampai bayi

berusia 2 tahun.

B. KANDUNGAN ASI

ASI mengadung:

 Laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus

laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat untuk:

 Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

 Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat

menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis

vitamin.

 Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.

 Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti calsium,

magnesium.

 ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-

6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4,


Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.

 ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada

bayi.

Komposisi ASI tiap 100 ml dan perbandingannya dengan susu sapi.

KADAR ZAT GIZI ASI SUSU SAPI

PROTEIN 12 gr 3,3 gr

LEMAK 3,8 gr 3,8 gr

LAKTOSA 7,0 gr 4,8 gr

KALORI 75,0 Kal 66,0 Kal

VITAMIN A 53,0 KI 34,0 KI

VITAMIN B1 0,11 mgr 0,42 mgr

VITAMIN C 43,0 mgr 1,8 mgr

KALSIUM 30,0 mgr 125,0 mgr

BESI 0,15 mgr 0,1 mgr

Perbedaan antara ASI dengan susu formula

Perbedaan ASI Susu Formula

Komposisi ASI mengandung zat-zat gizi, antara Tidak seluruh zat gizi yang
lain:faktor pembentuk sel-sel otak, terkandung di dalamnya
terutama DHA, dalam kadar tinggi. dapat diserap oleh tubuh
ASI juga mengandung whey (protein bayi. Misalnya, protein
utama dari susu yang berbentuk cair) susu sapi tidak mudah
lebih banyak daripada kasein (protein diserap karena
utama dari susu yang berbentuk mengandung lebih banyak
gumpalan) dengan perbandingan 65:35. casein. Perbandingan
whey: casein susu sapi
adalah 20:80.

Nutrisi Mengandung imunoglobulin dan kaya Protein yang dikandung


akan DHA (asam lemak tidak polar oleh susu formula berguna
yang berikat banyak) yang dapat bagi bayi lembu tapi
membantu bayi menahan infeksi serta kegunaan bagi manusia
membantu perkembangan otak dan sangat terbatas lagipula
selaput mata. immunoglobulin dan gizi
yang ditambah di susu
formula yang telah
disterilkan bisa berkurang
ataupun hilang.

Pencernaan Protein ASI adalah sejenis protein yang Tidak mudah dicerna:
lebih mudah dicerna selain itu ada serangkaian proses
sejenis unsur lemak ASI yang mudah produksi di pabrik
diserap dan digunakan oleh bayi. Unsur mengakibatkan enzim-
elektronik dan zat besi yang dikandung enzim pencernaan tidak
ASI lebih rendah dari susu formula berfungsi. Akibatnya lebih
tetapi daya serap dan guna lebih tinggi banyak sisa pencernaan
yang dapat memperkecil beban ginjal yang dihasilkan dari proses
bayi. Selain itu ASI mudah dicerna metabolisme yang
bayi karena mengandung enzim-enzim membuat ginjal bayi harus
yang dapat membantu proses bekerja keras. Susu
pencernaan antara lain lipase (untuk formula tidak mengandung
menguraikan lemak), amilase (untuk posporlipid ditambah
menguraikan karbohidrat) dan protease mengandung protein yang
(untuk menguraikan protein). tidak mudah dicerna yang
bisa membentuk sepotong
susu yang membeku
sehingga berhenti di perut
lebih lama oleh karena itu
taji bayi lebih kental dan
keras yang dapat
menyebabkan susah BAB
dan membuat bayi tidak
nyaman.

Kebutuhan Dapat memajukan pendirian hubungan Kekurangan menghisap


ibu dan anak. ASI adalah makanan payudara: mudah menolak
bayi, dapat memenuhi kebutuhan bayi, ASI yang menyebabkan
memberikan rasa aman kepada bayi kesusahan bayi
yang dapat mendorong kemampuan menyesuaikan diri atau
adaptasi bayi. makan terlalu banyak,
tidak sesuai dengan prinsip
kebutuhan.

Ekonomi Lebih murah: menghemat biaya alat- Biaya lebih mahal: karena
alat, makanan, dll yang berhubungan menggunakan
dengan pemeliharaan, mengurangi alat,makanan, pelayanan
beban perekonomian keluarga. kesehatan, dll. Untuk
memelihara sapi. Biaya ini
sangat subjektif yang
menjadi beban keluarga.

Kebersihan ASI boleh langsung diminum jadi bias Polusi dan infeksi:
menghindari penyucian botol susu yang pertumbuhan bakteri di
tidak benar ataupun hal kebersihan lain dalam makanan buatan
yang disebabkan oleh penyucian tangan sangat cepat apalagi di
yang tidak bersih oleh ibu. Dapat dalam botol susu yang
menghindari bahaya karena pembuatan hangat biarpun makanan
dan penyimpanan susu yang tidak yang dimakan bayi adalah
benar. makanan bersih akan tetapi
karena tidak mengandung
anti infeksi, bayi akan
mudah mencret atau kena
penularan lainnya.

Ekonomis Tidak perlu disterilkan atau lebih Penyusuan susu formula


mudah dibawa keluar, lebih mudah dan alat yang cukup untuk
diminum, minuman yang paling segar menyeduh susu.
dan suhu minuman yang paling tepat
untuk bayi.

Penampilan Bayi mesti menggerakkan mulut untuk Penyusuan susu formula


menghisap ASI, hal ini dapat membuat dengan botol susu akan
gigi bayi menjadi kuat dan wajah mengakibatkan penyedotan
menjadi cantik. yang tidak puas lalu
menyedot terus yang dapat
menambah beban ginjal
dan kemungkinan menjadi
gemuk.

Pencegahan Bagi bayi yang beralergi, ASI dapat Bagi bayi yang
menghindari alergi karena susu formula alergiterhadap susu
seperti mencret, muntah, infeksi formula tidak dapat
saluran pernapasan, asma, bintik-bintik, menghindari mencret,
pertumbuhan terganggu dan gejala muntah,infeksi saluran
lainnya. napas, asma, kemerahan,
pertumbuhan terganggu
dan gejala lainnya yang
disebabkan oleh susu
formula.

Kebaikan Dapat membantu kontraksi rahim ibu, Tidak dapat membantu


bagi ibu lebih lambat datang bulan sehabis kontraksi rahim yang dapat
melahirkan sehingga dapat ber-KB membantu pengembalian
alami. Selain itu dapat menghabiskan tubuh ibu jadi rahim perlu
kalori yang berguna untuk dielus sendiri oleh ibu.
pengembalian postur tubuh ibu. Tidak dapat memperlambat
Berdasarkan biodata statistik, ibu yang waktu datang bulan yang
menyusui ASI lebih rendah dapat menghasilkan cara
kemungkinan menderita kanker KB alami. Berdasarkan
payudara, kanker rahim dan keropos biodata statistik, ibu yang
tulang. menyusui susu formula
lebih tinggi kemungkinan
menderita kanker
payudara.

(dr. Suririnah,2009)

C. Keuntungan ASI untuk Ibu

 Mengurangi insiden kanker payudara


Hal ini terjadi karena pada saat menyusui hormon esterogen mengalami

penurunan, sementara itu tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon esterogen tetap

tinggi dan inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena

tidak adanya keseimbangan hormon esterogen dan progesterone.

 Mencegah perdarahan pasca persalinan

Perangsangan pada payudara ibu oleh isapan bayi akan diteruskan ke otak

dan ke kelenjar hipofisis yang akan merangsang terbentuknya hormone oksitosin.

Oksitosin membantu mengkontraksikan kandungan dan mencegah terjadinya

perdarahan pasca persalinan.

 Mengurangi anemia

Menyusui eklusif akan menunda masa subur yang artinya menunda haid.

Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan akan mengurangi

angka kejadian anemia

 Dapat digunakan sebagai metode KB sementara

Menyusui secara eklusif dapat menjarangkan kehamilan. Rata-rata jarak

kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak menyui

adalah 11 bulan.Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon

untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. ASI yang dapat

digunakan sebagai metode KB sementara dengan syarat: bayi berusia belum

berusia 6 bulan, ibu belum haid kembali dan ASI diberikan secara eklusif.
 Mempercepat kembali ke berat semula

Selama hamil, ibu menimbun lemak dibawah kulit. Lemak ini akan

terpakai untuk membentuk ASI, sehingga apabila ibu tidak menyusui, lemak

tersebut akan tetap tertimbun dalam tubuh.

 Steril, aman dari pencemaran kuman

 Selalu tersedia dengan suhu yang sesuai dengan bayi

 Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan virus

 Tidak ada bahaya alergi

D. Keuntungan ASI untuk bayi


 ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.

 ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.

 ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Kontak kulit dini akan berpengaruh terhadap perkembangan bayi.

Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih saying dengan memberikan susu

formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar.

Interaksi yang timbul waktu menyusi antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa

aman bagi bayi. Perasaan aman sangat penting untuk membangun dasar

kepercayaan bayi (basic sense of trust) yaitu dengan mulai mempercayai oranglain

(ibu), maka selanjutnya akan timbul rasa percaya pada diri sendiri.
 Mengupayakan pertumbuhan yang baik

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik

setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal yang baik, dan mengurangi

kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberikan penyuluhan tentang ASI dan

laktasi, turunya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak

ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan. Hal ini karena kelompok ibu-ibu tersebut

segera memberikan ASI setelah melahirkan. Frekuensi menyusu yang sering

(tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan

lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.

E. Teknik menyusui yang benar

Teknik menyusui perlu diperhatikan, karena sangat menentukan

keberhasilan dalam mempertahahankan menyusui dan memperbanyak produksi

ASI.

 Posisi ibu menyusui

 Duduk dengan posisi enak dan santai kalau perlu pakailah kursi

yang ada sandaran punggung dan lengan.

 Gunakan bantal untuk mengganjal bayi, agar jarak bayi tidak

terlalu jauh dari payudara

 Memasukkan puting susu

 Bila menyusukan mulai dengan payudara kanan, letakkanlah

kepala bayi pada siku bagian dalam lengan kanan, badan bayi

mengahadap ke badan ibu.


 Lengan kiri bayi di letakkan di seputar pinggang ibu, tangan kanan

ibu memegang pantat / paha kanan bayi.

 Sanggahlah payudara kanan ibu dengan keempat jari tangan kiri

dibawahnya, dan ibu jari diatasnya, tetapi tidak diatas

bagian yang berwarna hitam ( aerola mamae )

 Sentuhlah mulut bayi dengan putting susu

 Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar-lebar

 puting susu secepatnya kedalam mulut sampai daerah berwarna

hitam

 Melepaskan hisapan bayi

Setelah selesai menyusukan bayi selama 10 menit, lepaskanlah isapan bayi

dengan cara:

 Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi

 Dengan menekan dagu bayi kebawah

 Dengan menutup lubang hidung bayi

 Jangan menarik puting susu untuk melepaskannya

 Menyendawakan bayi

Setelah hisapan bayi dilepaskan, sendawakan bayi sebelum menyusukan

dengan payudara yang lain, dengan cara :

 Sandarkan bayi dipundak ibu tepuklah punggungnya dengan pelan

sampai keluar sendawa

 Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu, sambil digosok


punggungnya.

 Cara pemberian dan penyimapanan ASI untuk ibu yang bekerja

Cara Pemberian :

Sebelum berangkat bekerja, ibu menyusu bayinya kemudian setelah

menyusui,ibu memeras ASI untuk disimpan,dengan aturan ASI dapat bertahan

selama 6 jam jika disimpan dalam suhu ruangan,ASI dapat bertahan selama 24

jam jika disimpan dalam lemari es (kulkas),dan ASI dapat bertahan selama 6

bulan jika disimpan dalam freezer kulkas. Untuk ASI yang disimpan dalam

freezer,beberapa jam sebelum disusukan harus dikeluarkan terlebih dahulu untuk

dihangatkan dengan cara direndam dengan air hangat,tanpa harus dihangatkan

secara langsung dengan api karena apabila dihangatkan dengan api secara

langsung maka akan merusak kandungan gizi dalam ASI.

Cara Penyimpanan :

 Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula);

atau wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan

dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik.

 Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun

plastik styrofoam.

 Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.

o Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai

batas waktu yang diijinkan ( + 2 minggu).

 Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama

semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk

membekukan makanan).
 Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6)

F. Masalah dalam Menyusui dan Penanganannya

1. ASI kurang

Seringkali ibu merasa produksi ASInya kurang padahal sebenarnya tidak, apalagi

bila bayinya sering menangis, ibu tergesa-gesa ingin memberikan tambahan susu

formula.

Penanganannya :

 Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi

 Menyusuilah dengan sabar

 Menyusui secara bergantian antara kedua payudara

 Minimalkan penggunaan alat (misal : dot) karena akan

membingungkan bayi dan akhirnya mengurangi rangsangan untuk

memproduksi ASI

2. Bayi Bingung Puting

Bayi yang mendapatkan susu formula bergantian dengan ASI akan mengalami

nipple confusion sehingga waktu menyusu ibunya sering terputus-putus bahkan kadang-

kadang menolak menyusu ibunya.

Penanganannya :

 Ibu harus mengusahakan pemberian ASI eksklusif

 Menyusui dengan cara yang benar

 Menyusui lebih lama dan sering

3. Payudara Bengkak
Pada hari-hari pertama, seringkali menyusui kurang efektif sehingga ASI

mengumpul di dalam payudara, menekan pembuluh darah dan saluran limfe. Hal ini

mengakibatkan payudara menjadi bengkak dan nyeri.

Untuk menghindari hal tersebut lakukanlah :


 Susui bayi segera setelah bayi lahir

 Susui menurut kehendak bayi, jangan dijadwalkan

 Susui bayi dengan menggunakan tehnik menyususi yang benar

 Keluarkan sisa ASI dengan tangan atau pompa

Penanganannya:
 Bayi disusukan untuk menghindari pembengkakan

 Berikan kompres dingin untuk menguragi nyeri

 Lakukan pengurutan atau massage payudara

4. Puting payudara nyeri

Rasa sakit akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan

putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang. Cara menanganinya:

 Posisi menyusui sudah benar

 Mulai menyusui pada putting susu yang tidak sakit,

guna membantu mengurangi sakit pada putting susu yang sakit.

 Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI. Oleskan diputing

susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai

puting susu kering.

5. Puting payudara lecet

Puting payudara yang lecet dapat dirawat dengan:


 Ibu dapat memberikan ASI pada keadaan luka yang tidak begitu

sakit.

 Mengoleskan kolostrum atau ASI disekitar puting susu dan

sesudah menyusui.

 Puting susu diistirahatkan selama kurang lebih 1 x 24 jam.

 Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan

dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena

nyeri

 Meminumkan ASI pada bayi dengan menggumakan sendok bersih

selama masa istirahat.

 Tidak diperbolehkan mencuci payudara dengan menggunakan

sabun.

6. Mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara akibat infeksi. Biasanya terjadi pada

minggu-minggu pertama setelah melahirkan yang tersumbat atau luka pada putting yang

terinfeksi.

Penanganannya:
 Kompres air hangat

 Ibu tetap menyusui bayinya pada payudara yang tidak terinfeksi

 Cukup istirahat

 Minum air putih minimal 2 liter/hari

 Minum anti biotic

 Lakukan perawatan payudara


DAFTAR PUSTAKA

Kristiyansari Weni, 2009,ASI, Menyusui & Sadari, Nuha Medika, Yogyakarta


Suradi, Rululina dkk,2008, Manfaat Asi dan Menyusui,Fakultas Kedokteran Universirtas
Indonesia, Jakarta
Kartika, 2008. Sehat Setelah Melahirkan. Cetakan ke-1. Yogyakarta: Kawan Kita.
Roesli Utami,2001, Asi Ekslusif, Pustaka Bunda,Jakarta
FKUI, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Cetakan 1, 2002, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
http: //depkes.go.id

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai