Anda di halaman 1dari 481

LAPORAN STASE 7

PRAKTIK MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN DI


KOMUNITAS

OLEH :

1. NETI HERAWATI 19210200032


2. RINI KURNIASARI 19210200080
3. ASRI SURYATI 19210200037
4. SITI HAPSAH 19210200016
5. NANDA LISTI N I9210200028
6. SAHAENI UJI 19210200042

PROGRAN STUDI PENDIDIKAN BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS
INDONESIA MAJU
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN STASE 7

PRAKTIK MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Oleh:

1. Neti Herawati
2. Rini Kurniasari
3. Asri Suryati
4. Siti hpsah
5. Nanda Listi Nurmala
6. Sahaeni Uji

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di hadapan tim penguji.

Tanggal, 4 Agustus 2022

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Stase

Retno Puji Astuti, S.ST.M/Keb


NIDN. 0310098102

2
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN STASE 7

PRAKTIK MANAJEMAEN PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Oleh :

1. Neti Herawati
2. Rini Kurniasari
3. Asri Suryati
4. Siti hpsah
5. Nanda Listi Nurmala
6. Sahaeni Uji
Telah diujikan pada tanggal 04 bulan Agustus tahun 2022 di hadapan tim penguji Program
Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Vokasi Universitas Indonesia
Maju (UIMA) dan di nyatakan lulus

Jakarta, 4 Agustus 2022

KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi Dini

Agus santi Br.G. S,ST.M.Kes Gaidha K Pangestu, S.Tr.Keb.M.Keb


NIDN. 0317119410 NIDN. 317088406
Menyetujui,
Mengesahkan,
Dosen Penaggung Jawab Stase

Retno Puji Astuti, S.ST.M.Keb


NIDN. 0310098102

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah dan nikmatnya, penulis mampu menyelesaikan penyusunan proposal
Praktik Manajemen Kebidanan di Komunitas dengan Kegiatan Webinar Kesehatan
dengan judul Generasi Sehat Dan Kuat dengan Imunisasi Dasar Lengkap.
Kegiatan webinar ini merupakan salah satu tugas stase 7 Praktik Manajemen
Kebidanan di Komunitas Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Universitas
Indonesia Maju (UIMA).

Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi


Muhammad SAW. Penyusunan proposal Praktik Manajemen Kebidanan di
Komunitas ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis bermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju

2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrahman, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu,SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II BidangNon-Akademik
Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.

7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi


Universitas Indonesia Maju.

8. Fanni Hanifa, S.ST., M.Keb., Selaku Koordinator Program Studi Pendidikan


Profesi Bidan Universitas Indonesia Maju

9. Salfia Darmi, S.ST M.Keb , selaku dosen pembimbing Praktik Manajemen


Kebidanan di Komunitas
10 Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

iv
Program Profesi Departemen Kebidanan Universitas Indonesia Maju (UIMA)
yang telah memberikan ilmu pengetahuan, mengarahkan dan membimbing
penulis selama mengikuti proses Pendidikan.
11 Kepala Desa, Aparat desa, TOMA,Kader yang telah mendukung kegiatan kami
selama di Desa Sukadame Kec. Pagelaran.
12 Orang tua, suami dan anak anak tercinta yang tidak henti hentinya mendoakan,
mendukung serta membantu dengan tulus dan ikhlas
13 Teman teman Profesi Bidan Universitas Indonesia Maju (UIMA) yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan webinar mini ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan.Oleh karena itu, penulis mengharap
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat
berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 04 Agustus 2022

Penulis

v
LAPORAN KOMUNITAS STASE 7 :

PRAKTIK MANAJEMEN KEBIDANAN DI KOMUNITAS


KELOMPOK 8 DI RW 03 DESA SUKADAME

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 7


Praktik Manjemen Kebidanan di Komunitas

Oleh:

1. NETI HERAWATI 19210200032


2. RINI KURNIASRI 19210200080
3. NANDA LISNI NURMALA 19210200028
4. SAHAENI UJI 19210200042
5. SITI HAPSAH 19210200016
6. ASRI SURYATI 19210200037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

2022
vi
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KOMUNITAS STASE 7 :

PRAKTIK MANAJEMEN KEBIDANAN DI KOMUNITAS


KELOMPOK 8 DI RW 03 DESA SUKADAME

Oleh:

1. NETI HERAWATI 19210200032


2. RINI KURNIASRI 19210200080
3. NANDA LISNI NURMALA 19210200028
4. SAHAENI UJI 19210200042
5. SITI HAPSAH 19210200016
6. ASRI SURYATI 19210200037

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk diprsentasikan di


hadapan tim penguji

Jakarta, 04 agustus 2022

Mengetahui

Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb

NIDN: 0310098102

LAPORAN KOMUNITAS STASE 7 :

vii
PRAKTIK MANAJEMEN KEBIDANAN DI KOMUNITAS
KELOMPOK 8 DI RW 03 DESA SUKADAME

Oleh:
1. NETI HERAWATI 19210200032
2. RINI KURNIASRI 19210200080
3. NANDA LISNI NURMALA 19210200028
4. SAHAENI UJI 19210200042

5. SITI HAPSAH 19210200016


6. ASRI SURYATI 19210200037

Telah diprsentasikan pada tanggal 04 Bulan Agustus Tahun 2022 di hadapan tim penguji
program setudi Pendidikan profesi bidan program propesi fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.

Tanggal, 04 agustus 2022


Menyetujui

KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan Dan Deteksi Dini

Agus Santi Br.G,S,ST,M.Kes Gaidha K P,S.Tr.Keb,M.Keb

NIDN: 317088406 NIDN: 0317119401

Mengesahkan
Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb

NIDN: 0310098102

KATA PENGANTAR
viii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan
nikmatnya, penulis mampu menyelesaikan penyusunan Laporan praktik Asuhan
Kebidanan Komunitas. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW.

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Stase 7 Pendidikan
Profesi Bidan Program Propesi . Penyusunan Laporan praktik Asuhan Kebidanan
Komunitas tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis bermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju

2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrahman, MPH, selaku Pembina Yayasan Indonesia
Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas
Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu,SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II BidangNon-Akademik
Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.

7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
8. Fanni Hanifa, S.ST., M.Keb., Selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Profesi Indonesia Maju Jakarta.
9. Salfia Darmi SST, M,Kes selaku Dosen Pembimbing Stase 7 Asuhan kebidanan
Komunitas
10. Aprilia Nency,SST,M.Kes Selaku Dosen Penguji Stase 7 asuhan kebidanan .
11. Ria Magdalena SSiT Selaku CI stase 7 asuhan kebidanan komunitas
12. Seluruh dosen dan staff Pengajar program setudi Pendidikan profesi bidan
,program profesi fakultas Vokasi Universitas Indonesia Maju (UIMA) yang Telah
memberikan ilmu pengetahuan, mengarahkan dan membimbing penulis selama
mengikuti proses pendidikan
13. Teman-teman kelompok8 Praktik Asuhan Kebidanan Komunitas yang selalu
kompak dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.

ix
14. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan di Universitas Indonesia Maju.
15. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan keluarga
binaan ini yang tidak dapat saya sabutkan satu – satu.

Pandeglang,4 Agustus 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL....................................................................................................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Tujuan ........................................................................................................... 3
1. Tujuan Umum ........................................................................................ 3
2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 3
C. Waktu dan Tempat ....................................................................................... 3
1. Waktu .................................................................................................... 3
2. Tempat ................................................................................................... 3

BAB II PROFIL WILAYAH

A. Profil Desa Sukadame………………………………………..


B. Jumlah Penduduk Desa Sukadame…………………………
C. Stuktur Organisasi Desa Sukadame………………………..
D. Peta Wilayah……………………………………………………..
E. Profil Puskesmas……………………………………………..

BAB III HASIL PENDATAAN WILAYAH……………………………

A. Data Keluarga ..................................................................................................


B. Data PHBS .......................................................................................................
C. Data Siklus Hidup Perempuan .........................................................................
D. Data Surveilans ................................................................................................

BAB IV INTERVENSI
A. Rencana Intervensi……………………………………………
xi
B. Pelaksanaan…………………………………………………
C. Evaluasi kegiatan……………………………………….
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………….
Daftar Pustaka

xii
DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga

3.2 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anggota

3.3 Tabel Distribusi Frekuensi Yang Memiliki Akte Lahir

3.4 Tabel Ditribusi Frekuensi Usia Berdasarkan Kesehatan Refroduksi

3.5 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

3.6 Tabel Distribusi Frekuensi Pengukuran Tekanan Darah Setiap Anggota Keluarga

3.7 Tabel Distribusi Frekuensi Pengukuran Berat Badan Setiap Anggota Keluarga

3.8 Tabel Distribusi Frekuensi Pengukuran Tinggi Badan Setiap Anggota Keluarga

3.9 Tabel Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Dalam Keluarga

3.10 Tabel Distribusi Frekuensi Status Imunisasu Dasar

3.11 Tabel Distribusi Frekuensi Golongan Darah

3.12 Tabel Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Dalam Satu Rumah Ikut Serta
Kegiatan Posyandu

3.13 Tabel Distribusi Frekuensi Cara Pengolahan Sampah Rumah Tangga

3.14 Tabel Distribusi Frekuensi Kegiatan Keluarga

3.15 Tabel Distribusi Frekuensi Status Perkawinan

3.16 Tabel Distribusi Frekuensi Usia Menikah Anggota Keluarga Laki-laki Dalam
Satu Keluarga

3.17 Tabel Distribusi Frekuensi Usia Menikah Anggota Keluarga Perempuan Dalam
1
3
Satu Keluarga

3.18 Tabel Distribusi Frekuensi Agama

3.19 Tabel Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Dalam Keluarga

3.20 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Merokok

3.21 Tabel Distribusi Frekuensi Umur Pertama Kali Merokok

3.22 Tabel Distribusi Frekuensi Kepemilikan Rumah

3.23 Tabel Distribusi Frekuensi Luas Kepadatan Rumah

3.24 Tabel Distribusi Frekuensi jenis Atap Rumah Terluas

3.25 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Tembok Rumah

3.26 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Lantai Rumah

3.27 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Sarana Air

3.28 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Sumber Air Minum

3.29 Tabel Distribusi Frekuensi Tersedianya Jamban Keluarga

3.30 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Jamban Keluarga

3.31 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Sering Mengkonsumsi


Sayur Dan Buah

3.32 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Melakukan Olahraga Rutin

3.33 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Cuci Tangan Memakai Sabun

3.34 Tabel Distribusi Frekuensi Kepemilikan Kartu JKN

3.35 Tabel Distribusi Frekuensi Rata-rata Pendapatan Perbulan


1
4
3.36 Tabel Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosis Tekanan Darah Tinggi
(Hipertensi )

3.37 Tabel Distribusi Frekuensi Minum Obat Hipertensi Secara Teratur

3.38 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Sakit Asma

3.39 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Sakit Batu Ginjal

3.40 Tabel Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosis Menederita Kencing Manis


(Diabetesmelitus)

3.41 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pernah Didiagnosis Pneumonia


(Radang Paru)

3.42 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pernah Didiagnosa Menderita


Tuberkulosis (TBC)

3.43 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pernah Didiagnosa Menderita


Penyakit Kanker Serviks

3.44 Tabel Distribusi Frekuensi Screening Pemeriksaan kanker Serviks

3.45 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Sakit Jantung

3.46 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Sakit Stroke

3.47 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Pernah Didiagnosa


Menderita Gangguan Jiwa (Skizofrenia)

3.48 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Meminum Obat Gangguan
Jiwa Berat Secara Teratur

3.49 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Yang Dipasung

3.50 Tabel Distribusi Frekuensi Penyakit Yang Dialami 3 Bulan Terakhir

3.51 Tabel Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Perempuan Yang Menggunakan

1
5
Alat Kontrasepsi KB

3.52 Tabel Distribusi Frekuensi Tempat Pelayanan Menggunakan Alat Kontrasepsi


KB

3.53 Tabel Distribusi Frekuensi Waktu Pemakaian KB Saat Ini

3.54 Tabel Distribusi Frekuensi Pasangan Usia Subur Berencana Memiliki Anak

3.55 Tabel Distribusi Frekuensi Ada Anggota Keluarga Wanita Yang Sedang Hamil

3.56 Tabel Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

1
6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat setinggi-tingginya yang dilaksanakan dengan sasaran meningkatkan
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mulai dari promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif secara berkesinambungan. Oleh karena itu keberhasilan tujuan
pembangunan kesehatan akan sangat tergantung kepada kualitas pelayanan kesehatan serta
tenaga kesehatan sebagai sumber daya yang utama1 .

Dalam Undang-Undang no 36 tahun 2014 dikatakan bahwa Tenaga kesehatan


adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan salah satunya
adalah profesi bidan2 .

Menurut Undang undang Kebidanan N0 14 Tahun2019, Bidan adalah seorang


perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi
di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kualifikasi untuk diregister,
sertifikasi danatau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Komunitas berasal dari Bahasa latin yaitu comunicans atau kesamaan, communis
yang artinya sama, public, banyak dan community yang artinya masyarakat setempat.
Menurut J. H. Syahlan bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Menurut United Kingdom Central Council for Nursing
Midwifery Health, para praktisi bidan yang berbasis komunitas harus dapat memberikan
supervise ynag dibutuhkan oleh perempuan selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan
BBL secara komprehensif3 .

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang ditujukan


kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,peningkatan
kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
1
7
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kebidanan. Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk
pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat.
Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit atau institusi. Kebidanan
komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan di
rumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan
komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam kehamilan dan
persalinan karena tugasnya adalah bersama-sama perempuan sebagai partner untuk
menerima secara positif pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung
keluarga agar dapat mengambil keputusam atau pilihan secara individual berdasarkan
infromasi yang telah diberikan3 .

Dalam UU No.4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan dinyatakan bahwa Peran Bidan
adalah sebagai pemberi ,Pengelola dalam pelayanan kebidanan selain itu bidan juga
berperan sebagai penyuluh dan konselor, pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik,
Penggerak peran serta Masyarakat dan Pemberdayaan perempuan, dan juga sebagai
peneliti. Bidan sebagai tenaga professional dapat memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarkat terutama ibu dan anak dalam menanggulangi berbagai permasalahan
kesehatan ibu dan anak di masyarakat. kat secara mandiri, pada kasus nyata dan pendapat
pengalaman nyata kebidanan terkini.

Praktik Kebidanan Komunitas merupakan salah satu upaya peningkatkan mutu


pendidikan, dengan mengaplikasikan semua kemampuan Kognitif, Afektif, Komunikatif
dan Motorik yang di dapat di bangku kuliah dan laboratorium untuk dipraktikan langsung
ke masyarakat, mahasisiwi akan mampu menerapkan teori yang sama dalam hal
kebidanan komunitas4 .

Dalam hal ini Sekolah Profesi Bidan Fakultas Vokasi Universitas Indonesia Maju
( UIMA ) memilih wilayah Desa Sukadame kec Pagelaran Kabupaten Pandeglang sebagai
Lahan Kegiatan praktek Kebidanan Komunitas bagi Mahasiswi Profesi Bidan, sehingga
mahasiswi dapat menerapkan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh dibangku
kuliah.

1
8
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui gambaran secara umum status kesehatan masyarakat di wilayah
Desa Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang., terutama
status kesehatan ibu dan anak sebagai salah satu langkah awal dalam
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
b. Mahasiswi mampu menerapkan ilmu pengetahuan serta keterampilan dan
sikap yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswi mampu memperoleh gambaran tentang keadaan wilayah di Desa
Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang., meliputi keadaan
demografis, keadaan kesehatan ibu dan anak serta KB.
b. Mahasiswi mampu bersosialisasi dengan masyarakat.
c. Mahasiswi mampu mengenal masalah kesehatan yang ada dimasyarakat
terutama masalah kesehatan ibu dan anak serta mampu menanggulangi
masalah tersebut.
d. Mahasiswi mampu menerapkan pelayanan kebidanan khususnya pelayanan
kebidanan komunitas secara langsung pada keluarga binaan.
e. Meningkatkan produktivitas keluaraga dalam meningkatkan mutu
kehidupannya dengan mampu merubah perilaku yang dapat mengganggu
kesehatannya serta membiasakan diri untuk hidup sehat.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


1. Waktu
Waktu pelaksanan kegiatan praktik komunitas ini dilaksanakan pada tanggal
21 -22 Juli 2022

2. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanan kegiatan praktik komunitas ini dilaksanakan di wilayah
Desa Sukadame, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten
1
9
BAB II

PROFIL WILAYAH

A. PROFIL DESA SUKADAME


Desa Sukadame merupakan suatu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Pagelaran

Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten yang meliputi beberapa kampung yaitu : Kp. Bojong

Kondang,Kp.Kahuripan, Kp.Margahayu,Kp.Ciupas, adapun Jarak orbitasi sebagai berikut ke

Jarak dari Kecamatan : 1 Km

Jarak dari Ibukota Kabupaten : 44 Km

Jarak dari Ibukota Provinsi : 86 km

Jarak dari Ibukota Negara : 156 Km

Dan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Kartasana

Sebelah Timur : Desa Surakarta

Sebelah Selatan : Desa Ciawi Kecamatan Patia

Sebelah Barat : Desa Pagelaran

Desa Sukadame terbagi dalam 2 (dua) Rukun Warga (RW) dan 4 (empat) Rukun
Tetangga (RT) dengan Luas Wilayah 396,9 Ha

B. JUMLAH PENDUDUK DESA SUKADAME 2486 JIWA YANG TERDIRI DARI :


Jumlah Penduduk : 2.665 Jiwa
Jumlah Penduduk laki-laki : 1357 jiwa
Jumlah Penduduk Perempuan : 1308 Jiwa
Jumlah Kepala Keluarga : 724 KK

STRUKTUR ORGANISASI DESA SUKADAME

20
1. Jumlah Perangkat Desa

Laki-laki Perempuan Jumlah

9 Orang 2 Orang 11 Orang

Kepala Desa : Asep saepullah S.Sos

Sekretaris Desa : agus murdiana, S. Pd

Kepala Seksi Pemerintahan : Muhidin, SE

Kepala Seksi Pelayanan : Nurdiani

Kepala Seksi Kesra : Ihah holihah

Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum : Neng sri

Kepala Urusan Keuangan : Maryati

Kepala Urusan Perencanaan : Neni neliani

Kepala Dusun :

1. Dusun 1 : Arman fauzi

2. Dusun 2 : Kurdi

2. Jumlaah Lembaga Pelayanan Masyarakat

a. LPM : 9 Orang

b. Karang Taruna : 9 Orang

c. PKK : 9 Orang

d. BPD : 7 Orang

21
C. PETA WILAYAH

22
D. PROFIL PUSKESMAS

1. Gambaran Wilayah Kerja

Puskesmas Pagelaran merupakan Puskesmas Induk, dengan memiliki wilayah


kerja binaan 13 Desa. Dengan jumlah Penduduk tahun 2021 sebesar 35.645 Jiwa
terdiri dari Laki –laki 18.255 jiwa, Perempuan 17.390 jiwa dan jumlah Kepala
Keluarga 8.539, RT 277, RW 67 dengan Luas Wilayah 4.753 Ha dengan Pesawahan
yang membentang 2.487 Km² dan ketinggian dari permukaan laut + 1-7 M. wilayah
Kecamatan Pagelaran secara umum merupakan dataran dengan ketinggian 0-500
MDPL, dengan curah hujan berkisar antara 25 mm-679 mm. Hujan terjadi hampir
setiap bulan, curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Februari (656 mm) dan curah
hujan paling sedikit terjadi pada bulan Juni (170 mm) dengan rata-rata hari hujan 22
hari perbulannya. Jarak Puskesmas Pagelaran ke Ibu Kota Kabupaten atau RSUD
Kabupaten adalah ±40 – 45 Km yang dapat ditempuh dalam perjalanan 1 - 1,5 jam.
Ke Kota Provinsi atau RS Rujukan Provinsi Banten berjarak sekitar ± 50 – 55 Km
dengan waktu tempuh 2 jam perjalanan. dan batas kecamatan Pagelaran :

2. Batas Wilayah UPT Puskesmas Pagelaran

Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Labuan dan selat sunda

Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Cikedal

Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Cisata

Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Patia

Data Penduduk Kecamatan Pagelaran Tahun 2021

Penduduk : 35.645 orang

Laki – laki : 18.255 orang

Perempuan : 17.390 orang

Rumah tangga : 10.042 orang

23
3. Peta Wilayah Kecamatan Pagelaran

24
BAB III

HASIL PENDATAAN WILAYAH

A. DATA KELUARGA

Tabel 3.01 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga

JUMLAH
KEPALA
NO KELUARGA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
RT F %
Domisili 10 10 10 10 10 10 60 100%
Ada Tidak
1 0%
Domisili 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.1 Dstribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga


didapatkan dari 60 kk terdapat 60 kk (100%) yang berdomisili dan 0 kk (0%) tidak
domisili.

Table 3.02 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

JUMLAH
ANGGOTA
NO KELUARGA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL

F %
RT
41 32 38 42 38 47 238 100%
1
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

25
Berdasarkan Tabel 3.02 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga didapatkan dari 60 kk sebanyak 238 jiwa.

Table 3.03 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Memiliki Akte


Kelahiran

Akte Lahir TOTAL


NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
RT F %
Ya 31 12 18 20 20 30 131 55%
1 Tidak 10 20 20 22 18 17 107 45%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.03 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Memiliki


Akte Kelahiran berdasakan Jiwa yang ada didalam satu rumah didapatkan dari
238 jiwa terdapat 131 jiwa (55%) yang memiliki akte kelahiran dan 107 jiwa
(45%) yang tidak memiliki akte kelahiran

Table 3.04 Distribusi Frekuensi Usia Berdasarkan Jenis Kelamin

TOTAL
JENIS KELAMIN RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
F %
LAKI-LAKI 24 22 20 18 20 25 129 54%
PEREMPUAN 17 10 18 24 18 22 109 46%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

26
Berdasarkan Tabel 3.04 Distribusi Frekuensi Usia Berdasarkan Jenis Kelamin
didapatkan dari 238 jiwa terdapat 129 jiwa (54%) yang memiliki jenis kelamin
laki-laki dan 109 jiwa (46%) yang memiliki jenis kelamin perempuan.

Table 3.05 Distribusi Frekuensi Pengukuran Tekanan Darah Setiap Anggota


Keluarga

Pengukuran TOTAL
RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
Tekanan Darah F %
Ya 15 10 12 15 15 20 87 57%
Tidak 9 5 8 14 17 13 66 43%
TOTAL RT 24 15 20 29 32 33 153 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.05 Distribusi Frekuensi Pengukuran Tekanan Darah Setiap


Anggota Keluarga berdasarkan usia >=15 tahun didapatkan dari 153 jiwa terdapat
87 jiwa (57%) yang dilakukan pengukuran tekanan darah dan 66 jiwa (43%) yang
tidak dilakukan pengukuran tekanan darah.

Table 3.06 Distribusi Frekuensi Pengukuran Berat Badan Setiap Anggota


Keluarga

Pengukuran Berat TOTAL


RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
Badan F %
Ya 31 12 15 18 22 30 128 54%

Tidak 10 20 23 24 16 17 110 46%


TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

27
Berdasarkan Tabel 3.06 Distribusi Frekuensi Pengukuran Berat Badan Setiap
Anggota Keluarga berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 308 jiwa terdapat 128
jiwa (42%) yang dilakukan pengukuran berat badan dan 180 jiwa (58%) yang
tidak dilakukan pengukuran berat badan.

Table 3.07 Distribusi Frekuensi Pengukuran Tinggi Badan Setiap Anggota


Keluarga

Pengukuran Tinggi TOTAL


RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
Badan F %
Ya 31 12 15 18 22 30 128 54%

Tidak 10 20 23 24 16 17 110 46%


TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.07 Distribusi Frekuensi Pengukuran Tinggi Badan Setiap


Anggota Keluarga berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 128
jiwa (54%) yang dilakukan pengukuran tinggi badan dan 110 jiwa (46%) yang
tidak dilakukan pengukuran tinggi badan.

Tabel 3.08 Distribusi Frekuensi Golongan Darah

GOLONGAN TOTAL
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
DARAH F %
1 A 5 2 3 6 3 4 23 10%
2 B 4 1 4 3 5 6 23 10%
3 AB 5 1 8 6 3 5 28 12%

4 O 7 2 3 7 5 4 28 12%
5 TIDAK TAHU 20 26 20 20 22 28 136 57%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

28
Berdasarkan Tabel 3.08 Distribusi Frekuensi Golongan Darah berdasarkan jumlah
jiwa didapatkan dari 235 jiwa terdapat 23 jiwa (10%) dengan golongan darah A, 23
jiwa (10%) dengan golongan darah B, 28 jiwa (12%) dengan golongan darah AB,
28 jiwa (12%) dengan golongan darah O, dan 136 jiwa (59%) golongan darah tidak
diketahui.

Tabel 3.09 Distribusi Frekuensi Kegiatan Keluarga

KEGIATAN TOTAL
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
KELUARGA F %
Koprasi 0 0 0 0 0 0 0 0%

UP2K 0 0 0 0 0 0 0 0%
1 YA Arisan 0 0 0 0 0 0 0 0%
Kerja Bakti 10 8 7 10 9 8 52 22%
Pengajian 8 17 8 6 7 6 52 22%
2 TIDAK 23 7 23 26 22 33 134 56%

TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%


TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.09 Distribusi Frekuensi Kegiatan Keluarga berdasarkan


jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 0 jiwa (0%) mengikuti kegiatan
koprasi, 0 jiwa (0%) mengikuti kegiatan UP2K, 0 jiwa (0%) mengikuti kegiatan
arisan, 52 jiwa (22%) mengikuti kegiatan kerja bakti, 52 jiwa (22%) mengikuti
kegiatan pengajian dan 134 jiwa (56%) tidak mengikuti kegiatan keluarga.

Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Hubungan dengan Kepala Keluarga

HUBUNGAN
DENGAN RT RT RT RT RT RT
NO KEPALA TOTAL
1 2 3 4 5 6
KELUARGA F %

29
KEPALA
1 KELUARGA 10 10 10 10 10 10 60 25%
(suami)
2 ISTRI 10 10 10 10 10 10 60 25%
10
3 ANAK 21 12 17 17 15 24 45%
6
4 AYAH 0 0 1 0 0 0 1 0%
5 IBU 0 0 0 2 0 1 3 1%
6 CUCU 0 0 0 0 0 0 0 0%

7 KAKEK 0 0 0 0 0 0 0 0%
8 NENEK 0 0 0 0 0 0 0 0%
SAUDARA
0 0 0 0 0 0 0 0%
9 KANDUNG
10 MENANTU 0 0 0 3 0 0 3 1%
11 MERTUA 0 0 0 0 3 2 5 2%
12 PEMBANTU 0 0 0 0 0 0 0 0%

ANGGOTA
0 0 0 0 0 0 0 0%
13 LAIN

23 100
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47
8 %

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Hubungan Dengan Kepala Keluarga


berdarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa yang memiliki hubungan dengan
kepala keluarga terdapat 60 jiwa (25%) kepala keluarga (suami), 60 jiwa (25%)
istri, 106 jiwa (45%) anak, 1 jiwa (0%) ayah, 3 jiwa (1%) ibu, 0 jiwa (0%) cucu, 0
jiwa (0%) kakek, 0 jiwa (0%) saudara kandung, 3 jiwa (1%) menantu, 5 jiwa (2%)
mertua, 0 jiwa (0%) pembantu dan 0 jiwa (0%) anggota lain.

Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir

30
PENDIDIKAN TOTAL
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
TERAKHIR F %
TIDAK/ BELUM
1 11 2 10 7 11 8 49 21%
SEKOLAH
BELUM TAMAT
2 6 8 10 8 5 4 41 17%
SD
TIDAK TAMAT
3 0 0 2 4 0 5 11 5%
SD
4 TAMAT SD 7 5 12 15 5 10 54 23%

5 TAMAT SLTP 9 8 1 0 3 6 27 11%


6 TAMAT SLTA 6 7 3 8 8 10 42 18%
7 D1/D2 0 2 0 0 1 1 4 2%
8 D3 0 0 0 0 3 1 4 2%
9 D4/S1 2 0 0 0 2 2 6 3%

10 S2 0 0 0 0 0 0 0 0%
11 S3 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir berdasarkan


jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 49 jiwa (21%) tidak/belum sekolah,
41 jiwa (17%) belum tamat SD, 11 jiwa (5%) tidak tamat SD, 54 jiwa (23%) tamat
SD, 27 jiwa (11%) tamat SLTP, 42 jiwa (18%) tamat SLTA, 4 jiwa (2%) D1/D2, 4
jiwa (2%) D3, 6 jiwa (2%) D4/S1, 0 jiwa (0%) S2, dan 0 jiwa (0%) S3.

31
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Utama

TOTAL
NO PEKERJAAN RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
F %

BELUM ATAU TIDAK


1 2 2 2 0 4 3 13 7%
BEKERJA

MENGURUS RUMAH
2 2 1 2 0 3 5 13 7%
TANGGA

3 PELAJAR/MAHASISWA 3 2 6 22 4 3 40 21%
4 PENSIUNAN 0 0 1 1 0 0 2 1%
5 PNS 4 2 0 0 1 3 10 5%
6 TNI 0 0 0 0 0 0 0 0%
7 POLRI 0 0 0 0 0 0 0 0%

8 PERDAGANGAN 3 4 2 3 6 7 25 13%
9 PETANI 10 10 10 2 4 12 48 25%
10 PETERNAK 2 6 2 3 0 0 13 7%
11 INDUSTRI 0 0 0 0 0 0 0 0%
12 KONSTRUKSI 0 0 0 0 0 0 0 0%
13 TRANSPORTASI 4 3 1 2 1 0 11 6%

14 KARYAWAN SWASTA 0 0 0 0 0 0 0 0%
15 KARYAWAN BUMN 0 0 0 0 0 0 0 0%
16 KARYAWAN BUMD 0 0 0 0 0 0 0 0%
KARYAWAN
17 0 0 0 0 0 0 0 0%
HONORER
18 BURUH 0 0 5 2 4 6 17 9%
19 BURUH TANI 0 0 0 0 0 0 0 0%

20 BURUH TERNAK 0 0 0 0 0 0 0 0%
PEMBANTU RUMAH
0 0 0 0 0 0 0 0%
21 TANGGA

32
22 TUKANG CUKUR 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 30 30 31 35 27 39 192 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Utama berdasarkan jumlah


jiwa usia > =10 didapatkan dari 192 jiwa terdapat 13 jiwa (7%) belum atau tidak
bekerja, 13 jiwa (7%) mengurus rumah tangga, 40 jiwa (21%) pelajar/mahasiswa,
2 jiwa (1%) pensiunan, 10 jiwa (5%) PNS, 0 jiwa (0%) TNI, 0 jiwa (0%) POLRI,
25 jiwa (13%) perdagangan, 48 jiwa (25%) petani, 13 jiwa (7%) peternak, 0 jiwa
(0%) industri, 0 jiwa (0%) konstruksi, 11 jiwa (6%) transportasi, 0 jiwa (0%)
karyawan swasta, 0 jiwa (0%) karyawan BUMN, 0 jiwa (0%) karyawan BUMD, 0
jiwa (0%) karyawan honorer, 17 jiwa (9%) buruh, 0 jiwa (0%) buruh tani, 0 jiwa
(0%) buruh ternak, 0 jiwa (0%) pembantu rumah tangga dan 0 jiwa (0%) tukang
cukur.

Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Status Perkawinan

Status TOTAL
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
Perkawinan F %
1 Kawin 20 20 20 20 20 20 120 50%
2 Belum Kawin 21 12 18 22 18 27 118 50%
3 Cerai Hidup 0 0 0 0 0 0 0 0%
4 Cerai Mati 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Status Perkawinan berdasarkan


jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 120 jiwa (50%) kawin, 118 jiwa
(50%) belum kawin, 0 jiwa (0%) cerai hidup dan 0 jiwa (0%) cerai mati.

Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Usia Menikah Anggota Keluarga Laki-Laki


Dalam satu Keluarga

33
USIA TOTAL
MENIKAH
NO ANGGOTA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
KELUARGA F %
LAKI-LAKI
1 20-35 TAHUN 8 10 6 8 7 7 46 39%

2 < 20 TAHUN 2 0 4 2 3 2 13 11%


3 > 35 TAHUN 10 10 10 10 10 9 59 50%

TOTAL RT 118 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Usia Menikah Anggota Keluarga


Laki-Laki Dalam Satu Keluarga berdasarkan jumlah PUS didapatkan dari 118
jumlah PUS terdapat 46 (39%) usia menikah 20-35 tahun, 13 (11%) <20 tahun dan
59 (50%) >35 tahun.

Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Agama

TOTAL
NO AGAMA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
F %

1 ISLAM 41 32 38 42 38 47 238 100%


2 KRISTEN 0 0 0 0 0 0 0 0%
3 KATOLIK 0 0 0 0 0 0 0 0%
4 HINDU 0 0 0 0 0 0 0 0%
5 BUDHA 0 0 0 0 0 0 0 0%
6 KONGHUCU 0 0 0 0 0 0 0 0%
KEPERCAYAAN
7 0 0 0 0 0 0 0 0%
TUHAN YME
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

34
Berdasarkan Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Agama berdasarkan jumlah jiwa
didapatkan dari 238 jiwa terdapat 238 jiwa (100%) islam, 0 jiwa (0%) kristen, 0
jiwa (0%) katolik, 0 jiwa (0%) hindu, 0 jiwa (0%) budha, 0 jiwa (0%) konghucu
dan 0 jiwa (0%) kepercayaan tuhan YME.

Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Dalam Keluarga Ikut Serta
Kegiatan Posyandu

IKUT SERTA
NO KEGIATAN RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
POSYANDU F %
Belum punya
1 0 0 0 0 0 0 0 0%
anak
2 1 anak 2 3 2 2 4 1 14 23%

3 2- 4 anak 8 6 7 7 4 7 39 65%
4 > 5 anak 0 1 1 1 2 2 7 12%
5 TIDAK ikut 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Dalam Keluarga ikut
kegiatan posyandu berdasarkan jumlah KK didapatkan dari 60 KK terdapat 0 (0%)
belum punya anak, 14 (23%) 1 anak, 39 (65%) 2-4 anak, 7 (12%) > 5 anak dan 0
(0%) tidak ikut.

Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Rumah

JENIS TOTAL
NO KEPEMILIKAN RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
RUMAH F %
1 HAK MILIK 10 10 10 10 10 10 60 100%
2 KONTRAK/KOST 0 0 0 0 0 0 0 0%

35
2 MENUMPANG 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Rumah berdasarkan


jumlah bangunan rumah didapatkan dari 60 rumah terdapat 60 rumah (100%) hak
milik, 0 rumah (0%) kontrak/kost dan 0 rumah (0%) menumpang.

Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Kartu

KEPEMILIKAN
TOTAL
KARTU
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
KEPESERTAAN
F %
JAMINAN

1 YA 10 12 8 12 14 16 72 30%

2 TIDAK 31 20 30 30 24 31 166 70%

TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Kartu berdasarkan


jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 72 jiwa (30%) memiliki kartu
kepesertaan jaminan dan 166 jiwa (70%) tidak memiliki kartu kepesertaan jaminan.

Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Rata-Rata Pendapatan Perbulan

TOTAL
NO PENGHASILAN RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
F %
1 UMR 7 7 5 7 7 7 40 67%
2 > UMR 2 1 3 2 1 1 10 17%
3 < UMR 1 2 2 1 2 2 10 17%

TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%

36
TOTAL RW

Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Rata-Rata Pendapatan Perbulan berdasarkan


jumlah KK didapatkan dari 60 KK terdapat 40 KK (67%) penghasilan UMR, 10
(17%) > UMR dan 10 jiwa (17%) < UMR.

B. DATA PHBS

Table 3.20 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Eksklusif dalam


Keluarga

TOTAL
ASI EKSKLUSIF RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
F %
Ya 2 1 2 1 1 2 9 60%
Tidak 1 1 1 1 2 0 6 40%
TOTAL RT 3 2 3 2 3 2 15 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Eksklusif


Dalam Anggota Keluarga berdasarkan usia 7-23 bulan didapatkan dari 15
jiwa usia 7-23 bulan terdapat 9 jiwa (60%) yang diberikan asi ekslusif dan
6 jiwa (40%) yang tidak diberikan asi ekslusif.

37
Table 3.21 Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Dasar

STATUS TOTAL
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
IMUNISASI F %

1 LENGKAP 5 0 3 2 4 3 17 35%
2 TIDAK LENGKAP 6 2 7 5 7 5 32 65%
TOTAL RT 11 2 10 7 11 8 49 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Dasar


berdasarkan jumlah usia 12-23 bulan didapatkan dari 49 bayi terdapat 17
bayi (35%) dengan status imunisasi lengkap dan 32 bayi (65%) dengan
status imunisasi tidak lengkap.

Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Dalam satu Rumah Ikut
Serta Kegiatan Posyandu

IKUT SERTA
NO KEGIATAN RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
POSYANDU F %
1 YA 6 2 4 2 4 5 23 47%

2 TIDAK 5 0 6 5 7 3 26 53%
TOTAL RT 11 2 10 7 11 8 49 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Dalam Satu Rumah
Ikut Serta Kegiatan Posyandu berdasarkan jumlah usia 0-59 bulan didapatkan dari
49 usia 0-59 bulan terdapat 23 (47%) ikut serta kegiatan posyandu dan 26 (53%)
tidak ikut serta kegiatan posyandu.

Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Cara Pengolahan Sampah Rumah Tangga

NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL

38
CARA
PENGOLAHAN
SAMPAH F %
1 DIBAKAR 3 4 6 4 5 6 28 47%
2 DIANGKUT 7 6 4 6 5 4 32 53%
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Cara Pengolahan Sampah Rumah


Tangga berdasarkan jumlah KK didapatkan dari 60 KK terdapat 28 KK (47%)
dengan cara dibakar dan 32 KK (53%) dengan cara diangkut.

Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Merokok

TOTAL
NO MEROKOK RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
F %

1 YA 10 11 23 12 14 9 79 33%
2 TIDAK 31 21 15 30 24 38 159 67%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Merokok


berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 79 jiwa (33%) merokok
dan 159 jiwa (67%) tidak merokok.

Tabel 3.25 Distribusi Frekuensi Umur Pertama kali Merokok

UMUR TOTAL
PERTAMA
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
KALI F %
MEROKOK
1 <13 Tahun 0 0 0 0 0 0 0 0%

39
2 13-15 Tahun 4 5 5 4 5 4 27 34%
3 16-18 Tahun 8 8 9 9 10 8 52 66%
4 >18 Tahun 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 12 13 14 13 15 12 79 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.25 Distribusi Frekuensi Umur Pertama kali Merokok


berdasarkan jumlah jiwa yang merokok didapatkan dari 79 jiwa yang merokok
terdapat 0 jiwa (0%) <13 tahun, 27 jiwa (34%) 13-15 tahun, 52 jiwa (66%) 16-18
tahun, 0 jiwa (0%) >18 tahun.

Tabel 3.26 Distribusi Frekuensi Luas Kepadatan Rumah

LUAS TOTAL
NO KEPADATAN RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
RUMAH F %
1 YA (≥ 10 M₂) 8 9 7 8 8 8 48 80%
2 TIDAK (≤ 10 M₂) 2 1 3 2 2 2 12 20%
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.26 Distribusi Frekuensi Luas Kepadatan Rumah berdasarkan


jumlah bangunan rumah didapatkan dari 60 rumah terdapat 48 rumah (80%) dengan
luas ≥ 10 M₂ dan 12 rumah (20%) ≤ 10 M₂.

Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Jenis Atap Rumah Terluas

JENIS ATAP TOTAL


NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
RUMAH F %
1 GENTING 8 10 10 10 10 10 58 97%
2 ASBES 2 0 0 0 0 0 2 3%
3 LAINNYA 0 0 0 0 0 0 0 0%

40
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Jenis Atap Rumah Terluas


berdasarkan jumlah bangunan rumah didapatkan dari 60 rumah terdapat 58 rumah
(97%) jenis atap rumah genting, 2 rumah (3%) jenis atap rumah asbes, dan 0 rumah
(0%) lainnya.

41
Tabel 3.28 Distribusi Frekuensi Jenis Tembok Rumah

JENIS TOTAL
NO TEMBOK RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
RUMAH F %
DINDING
1 1 0 0 2 0 2 5 8%
BATA
DINDING
2 9 10 10 8 10 8 55 92%
PLESTER
KAYU/PAPAN
3 0 0 0 0 0 0 0 0%
/ TRIPLEKS
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.28 Distribusi Frekuensi Jenis Tembok Rumah berdasarkan


jumlah bangunan rumah didapatkan dari 60 rumah terdapat 5 rumah (8%) jenis
tembok rumah dinding bata, 55 rumah (92%) jenis tembok rumah dinding plester
dan 0 rumah (0%) jenis tembok rumah kayu/papan/tripleks.

Tabel 3.29 Distribusi Frekuensi Jenis Lantai Rumah

JENIS LANTAI TOTAL


NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
RUMAH F %
1 TANAH 0 0 0 0 0 0 0 0%
KARPET
2 0 0 0 0 0 0 0 0%
PLASTIK
3 SEMEN 1 1 1 2 1 2 8 13%

4 UBIN 2 1 1 2 2 1 9 15%
5 KERAMIK 7 8 8 6 7 7 43 72%
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

42
Berdasarkan Tabel 3.29 Distribusi Frekuensi Jenis Lantai Rumah berdasarkan
jumlah bangunan rumah didapatkan dari 60 rumah terdapat 0 rumah (0%) jenis
lantai rumah tanah, 0 rumah (0%) jenis lantai rumah karpet plastik, 8 rumah (13%)
jenis lantai rumah semen, 9 rumah (15%) jenis lantai rumah ubin dan 43 rumah
(72%) jenis lantai rumah keramik.

Tabel 3.30 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Sarana Air

SARANA AIR TOTAL


NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
BERSIH F %
1 YA 10 10 10 10 10 10 60 100%

2 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.30 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Sarana Air


berdasarkan jumlah bangunan rumah didapatkan dari 60 rumah terdapat 60 rumah
(100%) memiliki sarana air bersih dan 0 rumah (0%) tidak memiliki sarana air
bersih.

Tabel 3.31 Distribusi Frekuensi Jenis Sumber Air Minum

JENIS AIR TOTAL


NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
MINUM F %
1 AIR KEMASAN 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 AIR MASAK 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.31 Distribusi Frekuensi Jenis Sumber Air Minum berdasarkan
jumlah bangunan rumah didapatkan dari 60 rumah terdapat 0 rumah (0%) jenis air
minum air kemasan dan 60 rumah (100%) jenis air minum air dimasak.

43
Tabel 3.32 Distribusi Frekuensi Tersedianya Jamban Keluarga

TERSEDIANYA TOTAL
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
JAMBAN F %

1 YA 10 10 10 10 10 10 60 100%
2 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.32 Distribusi Frekuensi Tersedianya Jamban Keluarga


berdasarkan jumlah bangunan rumah didapatkan dari 60 rumah terdapat 60 rumah
(100%) tersedia jamban dan 0 rumah (0%) tidak tersedia jamban.

Tabel 3.33 Distribusi Frekuensi Jenis Jamban Keluarga

TOTAL
NO JENIS JAMBAN RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
F %
1 KLOSET 7 8 8 8 9 9 49 82%

2 LEHER ANGSA 3 2 2 2 1 1 11 18%


3 PLENGSENGAN 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.33 Distribusi Frekuensi Jenis Jamban Keluarga berdasarkan


jumlah bangunan rumah didapatkan dari 60 rumah terdapat 49 rumah (82%) jenis
jamban kloset, 11 rumah (18%) jenis jamban leher angsa dan 0 rumah (0%) jenis
jamban plengsengan.

Tabel 3.34 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang sering


Mengkonsumsi Sayur dan Buah

44
MENGKONSUMSI
SAYUR TOTAL
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
DAN BUAH
SETIAP HARI F %
1 YA 38 30 34 38 36 44 220 92%
2 TIDAK 3 2 4 4 2 3 18 8%
TOTAL RT 238 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.34 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang sering


Mengkonsumsi Sayur dan Buah berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa
terdapat 220 jiwa (92%) mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dan 18 jiwa (8%)
tidak mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.

45
Tabel 3.35 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Melakukan Olahraga
Rutin

AKTIFITAS TOTAL
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
FISIK F %
1 YA 38 28 34 40 34 45 219 92%
2 TIDAK 3 4 4 2 4 2 19 8%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.35 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Melakukan


Olahraga Rutin berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 219 jiwa
(92%) melakukan aktifitas fisik dan 19 jiwa (8%) tidak melakukan aktifitas fisik.

Tabel 3.36 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Cuci Tangan Memakai


Sabun

MENCUCI
TANGAN TOTAL
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
MEMAKAI
SABUN F %
1 YA 36 28 35 37 36 44 216 91%
2 TIDAK 5 4 3 5 2 3 22 9%

TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%


TOTAL RW

Tabel 3.36 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Cuci Tangan Memakai Sabun
berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 216 jiwa (91%) mencuci
tangan dengan sabun dan 22 jiwa (9%) tidak mencuci tangan dengan sabun.

C. DATA SIKLUS HIDUP PEREMPUAN

46
Table 3.37 Distribusi Frekuensi Usia Berdasarkan Kesehatan Reproduksi

USIA
BERDASARKAN
NO KESEHATAN RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
REPRODUKSI F %

1 0-11 bulan (Bayi) 3 2 3 2 3 4 17 7%


2 12-59 bulan (Balita) 8 0 7 5 8 6 34 14%
3 5-11 tahun (Anak) 6 10 8 6 5 4 39 16%
12-25 tahun
4 4 7 10 8 7 10 46 19%
(Remaja)
26-45 tahun
20 13 7 16 8 16 80 34%
5 (Dewasa)
46-65 tahun
0 0 3 5 4 7 8%
6 (Lansia) 19
> 65 tahun
0 0 0 0 3 0 1%
7 (Manula) 3
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Table 3.37 Distribusi Frekuensi Usia Berdasarkan Kesehatan


Reproduksi didapatkan dari 238 jiwa terdapat 17 jiwa (7%) bayi, 34 jiwa (14%)
balita, 39 jiwa (16%) anak, 46 jiwa (19%) kategori remaja, 80 jiwa (33%) kategori
dewasa, 19 jiwa (8%) kategori lansia, 3 jiwa (1%) kategori manula.

Tabel 3.38 Distribusi Frekuensi Usia Menikah Anggota Keluarga Perempuan


Dalam satu Keluarga

47
USIA TOTAL
MENIKAH
NO ANGGOTA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
KELUARGA F %
PEREMPUAN
1 20-35 TAHUN 6 5 3 4 6 6 30 25%

2 < 20 TAHUN 4 5 6 6 4 4 29 25%


3 > 35 TAHUN 10 10 9 10 10 10 59 50%
TOTAL RT 118 100%

Berdasarkan Tabel 3.38 Distribusi Frekuensi Usia Menikah Anggota Keluarga


Perempuan Dalam satu Keluarga berdasarkan jumlah PUS didapatkan dari 118
jumlah PUS terdapat 30 (25%) 20-35 tahun, 29 (25%) <20 tahun dan 59 (50%) >35
tahun.

Tabel 3.39 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Perempuan yang


Menggunakan Alat Kontrasepsi KB

ANGGOTA
PEREMPUAN
NO YANG RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
MENGGUNAKAN
KB F %
1 YA 5 4 8 7 5 6 35 58%
2 TIDAK 5 6 2 3 5 4 25 42%
3 TIDAK BERLAKU 0 0 0 0 0 0 0 0%

TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.39 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Perempuan yang


Menggunakan Alat Kontrasepsi KB berdasarkan jumlah PUS didapatkan dari 60
jumlah PUS terdapat 35 PUS (58%) menggunakan KB, 25 PUS (42%) tidak
menggunakan KB dan 0 (0%) tidak berlaku.

48
Tabel 3.40 Distribusi Frekuensi Waktu Pemakaian KB Saat Ini

WAKTU TOTAL
NO PEMAKAIAN KB RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
SAAT INI F %
1 < 1 TAHUN 1 2 5 4 3 4 19 54%
2 1-5 TAHUN 2 1 2 2 1 1 9 26%
3 > 5 TAHUN 2 1 1 1 1 1 7 20%

TOTAL RT 5 4 8 7 5 6 35 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.40 Distribusi Frekuensi Waktu Pemakaian KB Saat Ini


berdasarkan jumlah pengguna kb saat ini didapatkan dari 35 pengguna KB terdapat
19 (54%) dengan waktu pemakaian KB saat ini < 1 tahun, 9 (26%) dengan waktu
pemakaian KB saat ini 1-5 tahun dan 7 (20%) dengan waktu pemakaian KB saat ini
> 5 tahun.

Tabel 3.41 Distribusi Frekuensi Tempat Pelayanan Menggunakan Alat


Kontrasepsi (KB)

TEMPAT TOTAL
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
PELAYANAN KB F %
1 RUMAH SAKIT 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 PUSKESMAS 1 1 2 2 2 3 11 31%
3 BPM 4 3 6 5 3 3 24 69%
4 KLINIK 0 0 0 0 0 0 0 0%

LAINNYA
5 0 0 0 0 0 0 0%
(APOTEK) 0

TOTAL RT 5 4 8 7 5 6 35 100%
TOTAL RW

49
Berdasarkan Tabel 3.41 Distribusi Frekuensi Tempat Pelayanan Menggunakan Alat
Kontrasepsi (KB) berdasarkan PUS yang ber-KB didapatkan dari 35 PUS yg ber-
KB terdapat 0 PUS (0%) tempat pelayanan KB di Rumah Sakit, 11 PUS (31%)
tempat pelayanan KB di puskesmas, 24 PUS (69%) tempat pelayanan KB di BPM,
0 PUS (0%) tempat pelayanan KB di klinik, 0 PUS (0%) tempat pelayanan KB
lainnya (apotek).

Tabel 3.42 Distribusi Frekuensi Pasangan Usia Subur Berencana Memiliki


Anak

PUS BERENCANA
NO MEMILIKI RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
ANAK F %

1 <2 TAHUN 0 0 1 2 1 0 4 11%


2 >2 TAHUN 5 4 7 5 4 6 31 89%
3 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 5 4 8 7 5 6 35 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.42 Distribusi Frekuensi Pasangan Usia Subur Berencana


Memiliki Anak berdasarkan PUS yang ber-KB didapatkan dari 35 PUS terdapat 4
PUS (11%) berencana memiliki anak <2 tahun, 31 PUS (89%) berencana memiliki
anak >2 tahun dan 0 PUS (0%) tidak berencana memiliki anak.

Tabel 3.43 Distribusi Frekuensi Ada Anggota Keluarga Wanita Yang Sedang
Hamil

ANGGOTA
KELUARGA
NO WANITA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
HAMIL F %
1 YA 1 0 1 1 0 1 4 7%

50
2 TIDAK 9 10 9 9 10 9 56 93%
TOTAL RT 10 10 10 10 10 10 60 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.43 Distribusi Frekuensi Ada Anggota Keluarga Wanita Yang
Sedang Hamil berdasarkan jumlah perempuan usia 10-54 yang sudah menikah
menikah dan belum menopause didapatkan dari 60 perempuan terdapat 4 (7%)
sedang hamil dan 56 (93%) tidak hamil.

Tabel 3.44 Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil Berdasarkan Usia


Kehamilan

IBU HAMIL
NO SESUAI USIA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
KEHAMILAN F %

1 TM I (0-12 minggu) 0 0 1 0 0 0 1 25%


TM II (13-27
2 1 0 0 0 0 1 2
minggu) 50%
TM III (28-42
3 0 0 0 1 0 0 25%
minggu) 1
TOTAL RT 1 0 1 1 0 1 4 75%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.44 Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil Berdasarkan Usia
Kehamilan didapatkan dari 4 ibu hamil terdapat 1 ibu hamil (25%) TM (0-12
minggu), 2 ibu hamil (50%) TM II (13-27 minggu) dan 1 ibu hamil (25%) TM III
(28-42 minggu).

D. DATA SURVEILANS

Tabel 3.45 Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosis Tekanan Darah Tinggi


(Hipertensi)

51
TEKANAN
DARAH TOTAL
NO TINGGI RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6

(HIPERTENSI) F %

1 YA 4 6 3 2 4 3 22 14%

2 TIDAK 20 9 17 27 28 30 131 86%

TOTAL RT 24 15 20 29 32 33 153 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.45 Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosis Tekanan Darah


Tinggi (Hipertensi) berdasarkan jumlah usia >15 tahun didapatkan dari 153 (14%)
pernah didiagnosis tekanan darah tinggi (hipertensi) dan 131 (86%) tidak pernah
didiagnosis tekanan darah tinggi (hipertensi).

Tabel 3.46 Distribusi Frekuensi Minum Obat Hipertensi Secara Teratur

MINUM OBAT
TOTAL
HIPERTENSI
NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
SECARA
F %
TERATUR
1 YA 4 6 3 2 4 3 22 100%

2 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 4 6 3 2 4 3 22 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.46 Distribusi Frekuensi Minum Obat Hipertensi Secara


Teratur berdasarkan jumlah penderita hipertensi didapatkan dari 22 (100%) minum
obat hipertensi secara teratur dan 0 (0%) tidak minum obat hipertensi secara teratur.

Tabel 3.47 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Asma

NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL

52
ANGGOTA
KELUARGA
YANG ASMA F %
1 YA 2 1 3 0 2 13 21 9%
2 TIDAK 39 31 35 42 36 34 217 91%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.47 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Asma
berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 21 jiwa (9%) anggota
keluarga yang asma dan 217 jiwa (91%) anggota keluarga yang tidak asma.

Tabel 3.48 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Batu Ginjal

ANGGOTA
KELUARGA TOTAL
NO YANG RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
SAKIT BATU
F %
GINJAL
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 41 32 38 42 38 47 238 100%

TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%


TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.48 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Batu
Ginjal berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 0 jiwa (0%) sakit
batu ginjal dan 238 jiwa (100%) tidak sakit batu ginjal.

Tabel 3.49 Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosis Menderita Kencing


Manis (Diabetes Mellitus)

53
PERNAH
DIDIAGNOSIS TOTAL
NO MENDERITA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
KENCING
F %
MANIS
1 YA 2 2 3 1 2 2 12 5%
2 TIDAK 39 30 35 41 36 45 226 95%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.49 Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosis Menderita


Kencing Manis (Diabetes Mellitus) berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238
jiwa terdapat 12 jiwa (5%) pernah didiagnosis menderita kencing manis dan 226
jiwa (95%) tidak pernah didiagnosis menderita kencing manis.

Tabel 3.50 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pernah Didiagnosis


Pneumonia (Radang Paru)

PERNAH
DIDIAGNOSA
NO PNEUMONIA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
(RADANG
PARU) F %
1 YA 3 2 2 2 1 1 11 5%

2 TIDAK 38 30 36 40 37 46 227 95%


TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.50 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pernah Didiagnosis


Pneumonia (Radang Paru) berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa
terdapat 11 jiwa (5%) pernah didiagnosis pneumonia (radang paru) dan 227 jiwa
(95%) tidak pernah didiagnosis pneumonia (radang paru).

54
Tabel 3.51 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Pernah di Diagnosa
Menderita Tuberkulosis (TBC)

MENDERITA TOTAL
NO TUBERKULOSIS RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
(TBC) F %

1 YA 1 0 1 0 1 0 3 1%
2 TIDAK 40 32 37 42 37 47 235 99%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.51 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Pernah di


Diagnosa Menderita Tuberkulosis (TBC) berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari
238 jiwa terdapat 3 jiwa (1%) pernah di diagnosa menderita tuberkulosis (TBC) dan
235 jiwa (99%) tidak pernah di diagnosa menderita tuberkulosis (TBC).

Tabel 3.52 Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosa Menderita Penyakit


Kanker Serviks

PERNAH DI
DIAGNOSA TOTAL
NO MENDERITA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
PENYAKIT
F %
KANKER
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 10 8 14 20 14 18 84 100%

TOTAL RT 10 8 14 20 14 18 84 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.52 Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosa Menderita


Penyakit Kanker Serviks berdasarkan jumlah perempuan usia 10-54 tahun yang
sudah menikah dan belum menopause didapatkan dari 84 perempuan yang diperiksa
terdapat 0 perempuan (0%) pernah didiagnosa menderita penyakit kanker serviks

55
dan 84 perempuan (100%) tidak pernah didiagnosa menderita penyakit kanker
serviks.

56
Tabel 3.53 Distribusi Frekuensi Screening Pemeriksaan Kanker Serviks

SCREENING TEST TOTAL


NO KANKER RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
SERVIKS F %
1 PAPSMEAR 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 IVA TEST 1 0 1 1 1 1 5 6%
3 TIDAK PERNAH 8 8 13 19 13 17 78 94%

TOTAL RT 9 8 14 20 14 18 83 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.53 Distribusi Frekuensi Screening Pemeriksaan Kanker


Serviks berdasarkan jumlah perempuan usia 10-54 tahun yang sudah menikah dan
belum menopause didapatkan dari 83 perempuan yang diperiksa terdapat 0
perempuan (0%) pernah periksa papsmear, 5 perempuan (6%) pernah periksa IVA
test, 78 perempuan (94%) tidak pernah periksa.

Tabel 3.54. Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Jantung

ANGGOTA
KELUARGA
NO YANG RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
SAKIT JANTUNG F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.54. Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Jantung
berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 0 jiwa (0%) sakit jantung
dan 238 jiwa (100%) tidak sakit jantung.

57
Tabel 3.55 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Stroke

ANGGOTA
KELUARGA
NO YANG RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
SAKIT STROKE F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 41 32 38 42 38 47 238 100%

TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%


TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.55 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Stroke
berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat 0 jiwa (0%) yang sakit
stoke dan 238 jiwa (100%) tidak sakit stroke.

Tabel 3.56 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Pernah Didiagnosa


Menderita Gangguan Jiwa (Skizofrenia)

PERNAH DI
NO DIAGNOSA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
SKIZOFRENIA F %

1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.56 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Pernah


Didiagnosa Menderita Gangguan Jiwa (Skizofrenia) berdasarkan jumlah jiwa
didapatkan dari 238 jiwa terdapat 0 jiwa (0%) pernah didiagnosa skizofrenia dan
238 jiwa (100%) tidak pernah didiagnosa skizofrenia.

58
Tabel 3.57 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Meminum obat
Gangguan Jiwa Berat Secara Teratur

MINUM OBAT
NO SECARA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
TERATUR F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RT 0 0 0 0 0 0 0 0%

TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.57 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Meminum


Obat Gangguan Jiwa Berat Secara Teratur berdasarkan jumlah penderita gangguan
jiwa didapatkan 0 (0%) minum obat secara teratur dan 0 (0%) tidak minum obat
secara teratur.

Tabel 3.58 Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Yang di Pasung

ANGGOTA
NO RUMAH TANGGA RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 TOTAL
YANG DIPASUNG F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0%

TOTAL RT 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.58 Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Yang di


Pasung berdasarkan jumlah jiwa didapatkan 0 jiwa (0%) dipasung dan 0 jiwa (0%)
tidak dipasung.

59
Tabel 3.59 Distribusi Frekuensi penyakit yang dialami 3 bulan terakhir

Penyakit yang TOTAL


NO RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6
diderita F %

1 Demam 5 6 3 4 4 5 27 11%
2 Diare 5 2 4 3 6 7 27 11%
2 TIDAK 31 24 31 35 28 35 184 77%
TOTAL RT 41 32 38 42 38 47 238 100%
TOTAL RW

Berdasarkan Tabel 3.59 Distribusi Frekuensi penyakit yang dialami 3 bulan terakhir
berdasarkan jumlah jiwa didapatkan dari 238 jiwa terdapat27 jiwa (11%) menderita
demam, 27 jiwa (11%) menderita diare dan 184 jiwa (77%) tidak menderita
penyakit.

60
BAB IV

ANALISA MASALAH

A. Analisa temuan hasil kegiatan pendataan

1. Data Keluarga
Berdasarkan hasil analisa yang telah peneliti lakukan pada bulan juli 2022,
menunjukan bahwa dari 6 RT, distribusi frekuensi berdasarkan jumlah
kepala keluarga diperoleh hasil 100% yang berdomisili dan 0% tidak
domisili, distribusi frekuensi berdasarkan jumlah anggota keluarga
diperoleh hasil 238 jiwa, distribusi frekuensi anggota keluarga yang
memiliki akte kelahiran diperoleh hasil 55% yang memiliki akte kelahiran
dan 45% yang tidak memiliki akte kelahiran, distribusi frekuensi usia
berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil 54% yang memiliki jenis
kelamin laki-laki dan 46% yang memiliki jenis kelamin perempuan,
distribusi frekuensi pendidikan terakhir diperoleh hasil 21% tidak/belum
sekolah, 17% belum tamat SD, 5% tidak tamat SD, 23% tamat SD, 11%
tamat SLTP, 18% tamat SLTA, 2% D1/D2, 2% D3, 2% D4/S1, 0% S2,
dan 0% S3, distribusi frekuensi pekerjaan utama diperoleh hasil 7% belum
atau tidak bekerja, 7% mengurus rumah tangga, 21% pelajar/mahasiswa,
1% pensiunan, 5% PNS, 0% TNI, 0% POLRI, 13% perdagangan, 25%
petani, 7% peternak, 0% industri, 0% konstruksi, 6% transportasi, 0%
karyawan swasta, 0% karyawan BUMN, 0% karyawan BUMD, 0%
karyawan honorer, 9% buruh, 0% buruh tani, 0% buruh ternak, 0%
pembantu rumah tangga dan 0% tukang cukur, distribusi frekuensi status
perkawinan diperoleh hasil 50% kawin, 50% belum kawin, 0% cerai hidup
dan 0% cerai mati, distribusi frekuensi usia menikah anggota keluarga
laki-laki dalam satu keluarga diperoleh hasil 39% usia menikah 20-35
tahun, 11% <20 tahun dan 50% >35 tahun, distribusi frekuensi agama
100% islam, 0% kristen, 0% katolik, 0% hindu, 0% budha, 0% konghucu

61
dan 0% kepercayaan tuhan YME, distribusi frekuensi jumlah anak dalam
keluarga ikut kegiatan posyandu 0% belum punya anak, 23% 1 anak, 65%
2-4 anak, 12% > 5 anak dan 0% tidak ikut, distribusi frekuensi kepemilikan
kartu diperoleh hasil 30% memiliki kartu kepesertaan jaminan dan 70%
tidak memiliki kartu kepesertaan jaminan.

2. DATA PHBS
Distribusi frekuensi pemberian asi eksklusif dalam anggota keluarga
berdasarkan usia 7-23 bulan 60% yang diberikan asi ekslusif dan 40%
yang tidak diberikan asi ekslusif, distribusi frekuensi status imunisasi
dasar berdasarkan jumlah usia 12-23 bulan diperoleh hasil 35% dengan
status imunisasi lengkap dan 65% dengan status imunisasi tidak lengkap,
distribusi frekuensi kepala keluarga dalam satu rumah ikut serta kegiatan
posyandu berdasarkan jumlah usia 0-59 bulan diperoleh hasil 47% ikut
serta kegiatan posyandu dan 53% tidak ikut serta kegiatan posyandu,
distribusi frekuensi cara pengolahan sampah rumah tangga 47% dengan
cara dibakar dan 53% dengan cara diangkut, distribusi frekuensi anggota
keluarga yang merokok diperoleh hasil 33% merokok dan 67% tidak
merokok, distribusi frekuensi anggota keluarga sarana air berdasarkan
jumlah bangunan rumah didapatkan dari 60 rumah terdapat 60 rumah
(100%) memiliki sarana air bersih dan 0 rumah (0%) tidak memiliki sarana
air bersih, distribusi frekuensi tersedianya jamban keluarga diperoleh hasil
100% tersedia jamban dan 0% tidak tersedia jamban, distribusi frekuensi
anggota keluarga yang sering mengkonsumsi sayur dan buah diperoleh
92% mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dan 8% tidak
mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari, distribusi frekuensi anggota
keluarga melakukan olahraga rutin 92% melakukan aktifitas fisik dan 8%
tidak melakukan aktifitas fisik, distribusi frekuensi anggota keluarga cuci
tangan memakai sabun diperoleh hasil 91% mencuci tangan dengan sabun
dan 9% tidak mencuci tangan dengan sabun.

62
3. DATA SIKLUS HIDUP PEREMPUAN

Distribusi frekuensi usia berdasarkan kesehatan reproduksi diperoleh hasil


7% bayi, 14% balita, 16% anak, 19% kategori remaja, 33% kategori
dewasa, 8% kategori lansia, 1% kategori manula, distribusi frekuensi usia
menikah anggota keluarga perempuan dalam satu keluarga diperoleh hasil
25% 20-35 tahun, 25% <20 tahun dan 50% >35 tahun, distribusi frekuensi
anggota keluarga perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi KB
diperoleh hasil 58% menggunakan KB, 42% tidak menggunakan KB dan
0% tidak berlaku, distribusi frekuensi waktu pemakaian KB saat ini
diperoleh hasil 54% dengan waktu pemakaian KB saat ini < 1 tahun, 26%
dengan waktu pemakaian KB saat ini 1-5 tahun dan 20% dengan waktu
pemakaian KB saat ini > 5 tahun,

4. DATA SURVEILANS
Distribusi frekuensi pernah didiagnosis tekanan darah tinggi (Hipertensi)
diperoleh hasil 14% pernah didiagnosis tekanan darah tinggi (hipertensi)
dan 86% tidak pernah didiagnosis tekanan darah tinggi (hipertensi),
distribusi frekuensi anggota keluarga yang sakit asma diperoleh hasil 9%
anggota keluarga yang asma dan 91% anggota keluarga yang tidak asma,
distribusi frekuensi anggota keluarga yang sakit batu ginjal diperoleh hasil
0% sakit batu ginjal dan 100% tidak sakit batu ginjal, distribusi frekuensi
pernah didiagnosis menderita kencing manis (Diabetes Mellitus) diperoleh
hasil 5% pernah didiagnosis menderita kencing manis dan 95% tidak
pernah didiagnosis menderita kencing manis, distribusi frekuensi anggota
keluarga yang pernah di diagnosa menderita tuberkulosis (TBC) diperoleh
hasil 1% pernah di diagnosa menderita tuberkulosis (TBC) dan 99% tidak
pernah di diagnosa menderita tuberkulosis (TBC).

B. Identifikasi Survey Mawas Diri (SMD)


Berdasarkan hasil pendataan dari 6 RT terdapat 60 KK dengan 238 jiwa terdiri
dari jenis kelamin laki-laki 129 jiwa (54%) dan perempuan 109 jiwa (46%)

63
Berdasarkan analisa data PHBS diperoleh masalah kesehatan di Desa
Sukadame yaitu :

1. Terdapat 65% bayi/balita dengan status imunisasi tidak lengkap.


2. Terdapat 53% tidak ikut serta kegiatan posyandu

Berdasarkan Analisa data siklus hidup perempuan diperoleh masalah


kesehatan di Desa Sukadame yaitu :

1. Masih terdapat PUS sebanyak 42% yang tidak menggunakan KB


2. Terdapat 54% PUS menggunanakan KB dengan waktu pemakaian KB
saat ini < 1 tahun (akseptor KB jangka pendek)

Berdasarkan Analisa data Surveilans diperoleh masalah kesehatan di Desa


Sukadame yaitu :

1. Masih terdapat 14% anggota keluarga didiagnosis tekanan darah tinggi


(hipertensi)
2. Masih terdapat 9% anggota keluarga yang didiagnosis asma
3. Masih terdapat 5% anggota keluarga yang didiagnosis kencing manis

64
BAB IV

INTERVENSI

A. RENCANA INTERVENSI
1. Rencana intervensi masing- masing RT
1) RT 01
a. Lakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi karena di
RT 01 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap masih rendah yaitu
sebanyak 54,5 % bayi tidak mendapatkan Imunisasi Dasar
Lengkap.
b. Lakukan penyuluhan tentang pentingnya ber-KB karena
sebanyak 50 % PUS di RT 01 tidak Ber-KB
2) RT 02
a. Lakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi karena di
RT 02 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap masih rendah yaitu
sebanyak 100 % bayi tidak mendapatkan Imunisasi Dasar
Lengkap
3) RT 03
Lakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi karena di RT 03
cakupan Imunisasi Dasar Lengkap masih rendah yaitu sebanyak
63,6 % bayi tidak mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap.

4) RT 04
a. Lakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi karena di
RT 04 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap masih rendah yaitu
sebanyak 71,4 % bayi tidak mendapatkan Imunisasi Dasar
Lengkap
5) RT 05
a. Lakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi karena di RT
05 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap masih rendah yaitu

65
sebanyak 63,6 % bayi tidak mendapatkan Imunisasi Dasar
Lengkap.
b. Lakukan penyuluhan tentang pentingnya ASI Ekslusif pada Bayi
0-6 karena cakupan ASI Ekslusif masih rendah sebanyak 66,6 %
Bayi tidak ASI Ekslusif
c. Lakukan penyuluhan tentang pentingnya ber _ KB karena
sebanyak 50 % PUS tidak ber-KB.
6) RT 06
a. Lakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi karena di
RT 06 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap masih rendah yaitu
sebanyak 62,5 % bayi tidak mendapatkan Imunisasi Dasar
Lengkap.
b. Lakukan penyuluhan pada wus tentang pentingnya
mendeteksi dini adanya kanker serviks dengan cara
melakukan pemeriksaan Iva test karna sebanyak 94,0 % yang
belum pernah melakukan pemeriksaan iva test

2. Rencana Intervensi RW

1. Masalah PHBS di RW 01 Desa Sukadame

a. Terdapat 65% bayi/balita dengan status imunisasi tidak lengkap.

Rencana Intervensi

1) Koordinasi dengan apparat Desa dan Tokoh Masyarakat

2) Penyuluhan tentang pentingnya posyandu dan Imunisasi Dasar


Lengkap

3) Koordinasi dengan program terkait dsi tingkat Puskesmas yaitu


Program Gizi dan Imunisasi

66
4) Ikut serta dalam kegiatan posyandu

2.Masalah siklus hidup perempuan kesehatan di Desa Sukadame yaitu

b. Masih terdapat PUS sebanyak 42% yang tidak menggunakan KB


c. Terdapat 54% PUS menggunanakan KB dengan waktu pemakaian KB
saat ini < 1 tahun (akseptor KB jangka pendek)

Rencana Intervensi

Koordinasi dengan DP3AKB Kecamatan

Koordinasi dengan Pos KB dan Sub KB

Rencana Safari KB

3. Masalah kesadaran perempuan untuk memeriksakan diri tentang deteksi


Dini Kanker Sevik yaitu:

Masih terdapat perempuan yang belum di periksa IVA Tes sebanyak 94 %

Rencana Interveni

Penyuluhan pada Wanita Usia Subur tentang pentingnya deteksi Dini


kanker Servik

B. PELAKSANAAN
1. Pelaksanaan masing- masing RT
1. RT 01
Melakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi karena
di RT 01 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap masih rendah
yaitu sebanyak 54,5 % bayi tidak mendapatkan Imunisasi
Dasar Lengkap.

Melakukan penyuluhan tentang pentingnya ber-KB karena


sebanyak 50 % PUS di RT 01 tidak Berkb

67
2. RT 02
1) Melakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi
karena di RT 02 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
masih rendah yaitu sebanyak 100 % bayi tidak
mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap
3. RT 03
Melakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi karena
di RT 03 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap masih rendah
yaitu sebanyak 63,6 % bayi tidak mendapatkan Imunisasi
Dasar Lengkap.

4. RT 04
1) Melakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi
karena di RT 04 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
masih rendah yaitu sebanyak 71,4 % bayi tidak
mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap
5. RT 05
1) Melakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi
karena di RT 05 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
masih rendah yaitu sebanyak 63,6 % bayi tidak
mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap.
2) Melakukan penyuluhan tentang pentingnya ASI
Ekslusif pada Bayi 0-6 karena cakupan ASI Ekslusif
masih rendah sebanyak 66,6 % Bayi tidak ASI
Ekslusif
3) Melakukan penyuluhan tentang pentingnya ber _ KB
karena sebanyak 50 % PUS tidak ber-KB.
6. RT 06
1) Melakukan penyuluhan tentang imunisasi pada bayi
karena di RT 06 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
masih rendah yaitu sebanyak 62,5 % bayi tidak
mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap.

68
2) melakukan penyuluhan pada wus tentang pentingnya
mendeteksi dini adanya kanker serviks dengan cara
melakukan pemeriksaan Iva test karna sebanyak 94,0
% yang belum pernah melakukan pemeriksaan iva
test

2. Pelaksanaan RW
1. Melakukan Koordinasi dengan apparat Desa dan Tokoh Masyarakat
2. MelakukanPenyuluhan tentang pentingnya posyandu dan Imunisasi Dasar
Lengkap.
3. Melakukan Koordinasi dengan program terkait di tingkat Puskesmas yaitu
Program Gizi dan Imunisasi.
4. Mengikuti kegiatan posyandu yang dilakukan di desa Sukadame.
5. Melakukan Koordinasi dengan DP3AKB Kecamatan.
6. Melakukan Koordinasi dengan Pos KB dan Sub KB.
7. Melaksanakan Safari KB.
8. Melakukan Koordinasi dengan Puskesmas Yaitu Program PTM.
9. Mengikuti dalam Kegiatan Posbindu.

C. EVALUASI KEGIATAN

69
70
B
A
B
V
P
E
N
U
T
U
P

A. KESIMPULAN

Setelah pelaksanaan Kebidanan Komunitas Mahasiswa Profesi Kebidanan


Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju di RT 01-06 RW 01 Desa Sukadame Kecamatan
Pagelaran Kabupaten Pandeglang.dapat diambil kesimpulan bahwa masalah
terbanyak yang ada di wilayah adalah :

1. Terdapat 65% bayi/balita dengan status imunisasi tidak lengkap.


2. sebanyak 42% PUS yang tidak menggunakan KB .
3. 94 % WUS yang tidak melakukan screening IVA Tes deteksi kanker
leher Rahim.

4. Terdapat 66,6% bayi yang cakupan ASI Ekslusif masih rendah, Bayi
tidak ASI Ekslusif

71
Dari masalah yang ditemukan maka didapatkan intervensi
pemecahan masalah yang telah didiskusikan dalam SMD dan MMD,
serta intervensi sudah dilakukan sesuai jadwal yang disepakati.

B. SARAN
1. Bagi Masyarakat
Dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan baik fisik maupun non
fisik diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, semoga dapat
dipertahankan dan dikembangkan.

2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiwa dapat mengimplementasikan teori yang
sudah didapatkan dalam kegiatan praktik selanjutnya.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan setelah kegiatan praktik komunitas ini berakhir
dapat menjadi evaluasi untuk praktik komunitas selanjutnya.

4. Bagi Instansi Kesehatan


Semoga data yang kami peroleh dapat dijadikan sebagai
bahan acuan pemantauan kesehatan masyarakat

72
LAPORAN MINI WEBINAR

CIPTAKAN GENERASI SEHAT DENGAN IMUNISASI DASAR


LENGKAP

A. PENDAHULUAN

Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan


tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh
sehingga tubuh dapat tahan terhadap penyakit, baik sedang mewabah maupun
yang berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya1 .

Peranan imunisasi tidak lepas dari peranan pelakunya, seperti pemberi


imunisasi, penerima, ibu penerima sehingga pemahaman pelaku tentu saja
sangat dibutuhkan. Masalah pengertian dan pemahaman ibu dalam program
imunisasi bayinya tidak akan menjadi halangan yang besar jika pengetahuan
yang memadai tentang hal itu diberikan. Pengetahuan ibu tentang imunisasi akan
membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi. Hal ini juga merupakan
faktor dominan dalam keberhasilan imunisasi. Dengan pengetahuan baik yang
ibu miliki maka kesadaran agar bayinya mendapat imunisasi akan meningkatkan
dan memengaruhi status imunisasi2 .

Sejak penetapan the Expanded Program on Immunisation (EPI) oleh World


Health Organization (WHO), cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5%
hingga mendekati 80% di seluruh dunia.3 Berdasarkan data terakhir WHO
sampai saat ini, angka kematian balita akibat penyakit infeksi yang seharusnya
dapat dicegah dengan imunisasi masih terbilang tinggi. Terdapat kematian balita
sebesar 1,4 juta jiwa per tahun yang antara lain disebabkan oleh batuk rejan
294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%), dan campak 540.000 (38%).4

Di Indonesia sendiri, United Nations International Children's Emergency

73
Fund (UNICEF) mencatat sekitar 30.000−40.000 anak setiap tahun menderita
serangan campak. Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia merupakan
salah satu dari 10 negara yang termasuk angka tinggi kasus anak tidak
diimunisasi, yakni sekitar 1,3 juta anak.4
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa upaya untuk

meminimalkan kematian bayi dan anak di suatu negara merupakan salah satu

tantangan yang sangat besar. Imunisasi adalah tindakan yang efektif dalam

mengurangi penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksin dan untuk

mencapai hal ini diperlukan cakupan imunisasi yang tinggi sehingga akan

meningkatkan kesehatan anak. Dengan demikian, penyakit dan kematian anak

diharapkan akan berkurang.5

Sesuai Universal Childhood Immunization (ICU) oleh WHO, sejak tahun

1977 pemerintah Indonesia menerapkan Program Pengembangan Imunisasi

(PPI) yang mewajibkan pemberian lima imunisasi dasar lengkap (LIL) bagi

anak berusia di bawah satu tahun. Lima imunisasi dasar lengkap mencakup

pemberian 5 jenis vaksin, yaitu imunisasi BCG sebanyak 1 kali, hepatitis B

(HepB) 3 kali, DPT 3 kali, polio 3 kali, dan campak 1 kali.5

Status sosial ekonomi rendah terkadang menghasilkan keadaan yang

kurang mendukung seperti sarana dan prasarana transportasi yang kurang

memungkinkan mencegah penyelesaian imunisasi dasar lengkap. Selain itu,

penerimaan setiap program sangat bergantung pada sikap orangtua terhadap

imunisasi.5 Imunisasi tidak lengkap ini dikaitkan dengan faktor-faktor

sosiodemografi dan ekonomi misalnya usia ibu, status perkawinan, tingkat

pendidikan, serta status pekerjaan ibu dan keluarga. Pemberian imunisasi

74
adalah cara untuk menggunakan sumber daya secara efisien yang dapat

meningkatkan cakupan imunisasi dan mengurangi timbulnya penyakit yang

dapat dicegah oleh vaksin.6

Pemberian imunisasi kadang menimbulkan efek samping. Rasa ketakutan

pada vaksinasi menjasi lebih dominan dibanding dengan ketakutan terhadap

penyakitnya, padahal akibat dari penyakit jelas lebih membahayakan dibanding

dengan dampak imunisasi. Efek samping vaksinasi ini dikenal dengan Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat

maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan

saraf, serta reaksi lainnya. Reaksi lokal ditandai dengan rasa nyeri di tempat

suntikan, bengkak kemerahan di tempat suntikan, dan demam atau ruam.

Berdasarkan masalah yang di atas maka penulis tertarik untuk


melaksanakan Kegiatan Webinar Kesehatan judul Ciptakan Generasi Sehat
dengan Imunisasi Dasar Lengkap di Desa Sukadame Kecamatan Pagelaran
tahun 2022

B. TUJUAN

1. Dasar Pelaksanaan
a. Undang undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Perguruan Tinggi.
b. Untuk Memenuhi persyaratan dalam pengambilan ijazah.

2. Maksud dan Tujuan


a. Dengan adanya webinar ini, kami mengaharapkan kader dan orang tua
dapat meningkatkan pengetahuan tentang Imunisasi Dasar Lengkap
b. Meningkatkan partisipasi kader dan orang tua untuk dapat membawa
bayinya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi Dasar Lengkap

75
C. HASIL YANG DIHARAPKAN
Dari kegiatan webinar ini, diharapkan kader dan orang tua yang memiliki bayi
memiliki pengetahuan dan meningkatkan pengetahuan tentang Imunisasi Dasar
Lengkap.

D. SASARAN KEGIATAN
Target peserta dari webinar berjumlah 30 orang, yang terdiri dari:
1. Kader
2. Orang tua yang memiliki bayi

E. NAMA KEGIATAN
Jenis kegiatan akan dilaksanakan yakni “Webinar Mini”

F. TEMA KEGIATAN
Ciptakan Generasi Sehat dengan Imunisasi Dasar Lengkap

G. BENTUK KEGIATAN
Adapun bentuk kegiatan adalah berupa Seminar online dengan diselingi tanya
jawab antara pemateri dan audien.

H. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Seminar ini akan dilaksanakan pada:


1. Topik : Ciptakan Generasi Sehat dengan Imunisasi Dasar Lengkap

2. Hari, tanggal: Selasa , 30 Agustus 2022

3. Waktu : 13.30 WIB – Selesai

4. Tempat : Aplikasi komunikasi visual jarak jauh Zoom Cloud Meetings

76
I. SUMBER DANA

Terlampir

J. NARASUMBER, MATERI DAN JUMLAH JAM

Adapun Narasumber dalam dalam acara ini yaitu sebagai berikut:

No Nama Materi Waktu Metode Jumlah


Jam
1 Salfia Darmi, Opening Speech SESI 1 Ceramah, 20
S.ST., M.Kes
Menit

2 Neti Herawati, Ciptakan Generasi SESI 2 Ceramah, 60


S.ST Sehat dengan
menit
Imunisasi Dasar
Lengkap
3 Asri Suryati, S.ST Ciptakan Generasi SESI 3 Tanya 30
Sehat dengan Jawab menit
Imunisasi Dasar
Lengkap
Total 110
menit

K. SUSUNAN ACARA

Terlampir

L. STRUKTUR KEPANITIAAN

Terlampir

M. HASIL YANG DICAPAI DAN BERKELANJUTAN

1. Hasil yang dicapai


Webinar yang telah dilaksanakan pada hari Jumat, 30 Agustus 2022
pada pukul 13.30 – 15.30 WIB, menggunakan media Zoom Meeting
terdapat 30 0rang peserta yang melakukan registrasi awal. Pada saat
pelaksanaan peserta webinar mini sesuai dengan yang registrasi awal yaitu

77
30 peserta, yang terdiri dari kader kesehatan dan mayarakat yang
mempunyai bayi dan balita. Jumlah peserta yang mendaftar sudah melebihi
100% dari target yang sudah di tentukan oleh penyelenggara.

Pelaksanaan webinar berjalan dengan tertib dan mendapatkan respon


yang sangat baik dari peserta webinar. Pemaparan materi dari Narasumber
pertama Opening Speech dari dosen pembimbing UIMA sangat jelas dan di
sambut dengan antusias oleh peserta webinar. Di lanjutkan oleh meteri inti
yaitu penyampaian materi yang berjudul Ciptakan Generasi Sehat
dengan Imunisasi Dasar Lengkap, penjelasan materi dan sesi tanya jawab
selama kurang lebih 60 menit, dan para peserta yang ikut berpartisipasi
dapat menyimak dengan sangat antusias pemaparan yang di sampaikan, hal
ini dapat di lihat dengan peran serta aktif peserta webinar di mana banyak
pertanyaan dari peserta webinar. Panitia dalam pelaksanaan webinar
memberikan reward berupa dorprize pulsa 25 ribu pada 3 peserta pertama
yang bertanya , 2 dorprize pulsa 25 ribu bagi peserta yang bisa menjawab
pertanyaan dari narasumber. Sedangkan bagi anggota yang aktif lainnya di
berikan di berikan reward pulsa sebesar 15 ribu.

Seluruh peserta yang melakukan pendaftaran 30 peserta yang mengisi


link daftar hadir dan link evaluasi di akhir webinar. Berdasarkan analisa
jumlah peserta yang telah mengisi formulir evaluasi maka dapat
disimpulakan seluruh peserta mengikuti webinar dari awal hingga akhir
acara.

Dari hasil evaluasi webinar didapatkan hasil yang memuaskan dan


respon antusias peserta dari segi Materi, Narasumber sesi Diskusi dan tanya
jawab. Namun kami masih menyadari masih banyak yang harus di perbaiki
dan di tingkatkan.

2. Keberlanjutan Program
Berdasarkan hasil Webinar tersebut, peserta berharap adanya Webinar
serupa yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

78
N. EVALUASI DAN REKOMENDASI

1. EVALUASI

Dari segi persiapan panitia untuk setiap Job Desk nya sudah berjalan
dengan baik dan lancar. Walaupun persiapan dilakukan secara daring dalam
setiap rapat sebelum pelaksanaan.

2. REKOMENDASI

Untuk ke depannya segala kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan


dapat ditangani lebih awal dan diperbaiki untuk progres pelaksanaan yang lebih
baik. Komunikasi antar panitia inti dengan sie-sie, dan komunikasi antar sie
harus dijaga lebih baik lagi. Selain itu, harus ada inovasi-inovasi konsep baru
pada Webinar atau kegiatan berikutnya agar peserta yang di capai lebih banyak
lagi.

O. PENUTUP

Demikian Laporan Pertanggung jawaban kegiatan Webinar dengan tema


“Ciptakan Generasi Sehat dengan Imunisasi Dasar Lengkap” Tahun 2022
ini disusun sebagaimana mestinya dan diharapkan menjadi acuan dalam
penyelenggaraan kegiatan berikutnya serta sebagai pertimbangan berbagai pihak
dalam memberikan bantuan dalam terealisasinya kegiatan ini. Segala kesalahan
dalam penyusunan proposal dikarenakan keterbatasan kemampuan kami. Untuk
itu dengan segala kerendahan hati kami sampaikan permohonan maaf dan atas
segala bantuan dan dukungan dari semua pihak kami sampaikan terima kasih.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan keberkahan untuk kita
semua sehingga kegiatan ini mendapatkan bimbingan-Nya dan dapat tercapai
hasil yang diharapkan dan dapat berguna untuk kita semua terlebih untuk
kampus kita tercinta.

79
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. (2017). Pedoman pemantauan dan penanggulangan kejadian


ikutanpasca imunisasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

2. Kemenkes RI. (2017). Imunisasi lanjutan pada anak. Jakarta: Kementerian


KesehatanRI.

3. Kemenkes RI. (2018). Profil kesehatan Indonesia tahun 2018. Jakarta:


KementerianKesehatan RI

4. Kowass, I. N. (2017). Hubungan penerapan manajemen terpadu balita sakit


(MTBS):status imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi (usia
2-12bulan) di Puskesmas Bahu. E-journal Keperawatan (e-Kep), 5(1).

5. Kusumawati, E. (2017). Pengaruh pemberian buli-buli hangat pada daerah


aksila danlipatan paha terhadap penurunan demam pasca imunisasi DPT hari
ke – 3 padabayi usia 2-6 bulan di desa Wajak Kabupaten Malang. Jurnal
KesehatanMasyarakat, 5, 25-32.

6. Mulyani, S. (2018). Pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada


bayi.JMJ, 6(1), 45-55

80
Lampiran 1

SUSUNAN ACARA WEBINAR

WAKTU ACARA PETUGAS

12.30- 13.00 Registrasi peserta Siti Hapsah

13.15- 13.20 Pembukaan Rini Kurniasari (


(Moderator)

13.20 – 13.30 Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Nanda Listi Nurmal

13.30- 13.50 Opening Speech Salfia darmi, S.ST., M.Kes

14.00- 15.00 Materi Neti Herawati

“CIPTAKAN GENERASI SEHAT


DENGAN IMUNISASI DASAR”

15.00- 15,30 Tanya jawab peserta dan door prize Asri Suryati
(3 Penanya)

15.30-15.35 Closing Speech Rini Kurniasari

15.35-13.40 Penutup Rini Kurniasari

81
Lampiran 2

TIM PELAKSANA

Pembimbing : Salfia Darmi ,S.ST ,M.Kes

MC/Moderator : Rini Kurniasari/Sahaeni Uji

Ketua : Neti Herawati

:
Sekertaris Siti Hapsah
:
Bendahara Sahaeni Uji

:
Nara Sumber/ Pembicara Neti Herawati
Asri suryati

Host Rini Kurniasari

Seksi Perlengkapan Nanda Lisni Nurmala

Seksi Dokumentasi Sahaeni Uji

Seksi Humas Nanda Lisni Nurmala

82
Lampiran 3

ANGGARAN BIAYA WEBINAR

Rincian Rincian Satuan jumlah

Operator 1 100 0000 100 000

Sewa Zoom 1 - -

Pembicara 1 1 - -

Open speech 1 - -

Humas 1 100 000 100 000

Doorprice 5 orang 25.000 125.000

5 orang 15.000 75.000

ATK 1 200.000 200.000

Makan & Minum 6 Orang 50.000 300.000

Total Kebutuhan Anggaran Rp.900. 000

Pemasukan

Rincian Rincian Satuan Jumlah

Kontribusi Mahasiswa 6 100.000 600.000

Donatur 2 50.000 100.000

Praktek Mandiri Bidan 4 50.000 200.000

Total Pemasukan 900.000

Saldo Keuangan 00,00

83
Lampiran 4

Flayer dan Backron

Lampiran 5

84
Dokumentasi

85
86
87
Lampiran 6

88
Bukti Transfer Pulsa

89
90
91
LAPORAN KELUARGA BINAAN
NETI HERAWATI

NPM: 19210200032

92
LAPORAN STASE 7

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA BINAAN PADA


NY “T” DENGAN KEBUTUHAN KONSELING ASI EKSLUSIF DI RT 05 RW
01 DESA SUKADAME KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN
PANDEGLANG

TAHUN 2022

Oleh:

NETI HERAWATI

NPM: 19210200032

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

JAKARTA

2022

93
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STASE 7

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA BINAAN PADA


NY “T” DENGAN KEBUTUHAN KONSELING ASI EKSLUSIF DI RT 05 RW
01 DESA SUKADAME KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN
PANDEGLANG

TAHUN 2022

Disusun Oleh:
NETI HERAWATI
NPM: 19210200032

Jakarta, 04 Agustus 2022

Mengetahui,
Penagnggung Jawab Stase

Retno Puji Astuti, S.ST, M.Keb


NIDN: 42904920

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN STASE 7

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA BINAAN PADA


NY “T” DENGAN KEBUTUHAN KONSELING ASI EKSLUSIF DI RT 05 RW
01 DESA SUKADAME KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN
PANDEGLANG

TAHUN 2022

Oleh:

NETI HERAWATI

NMP; 19210200032

Telah dipresentasikan pada tanggal 04 bulan Agustus tahun 2022 dihadapan tim
penguji Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju
Tanggal, 04 Agustus 2022

Menyetujui,
KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi Dini

Agus Santi Br. G., S.ST, M.Kes. Gaidha K Pangestu, S.Tr.Keb, M.Keb

NIDN. 0317088406 NIDN.0317119401

Mengesahkan,

Dosen Penanggung Jawab Stase

Retno Puji Astuti, S.ST., M.Keb

NIDN. 0310098102

ii
KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Alhamdulillahi rabbil alamin.


Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan laporan Individu Keluarga Binaan dengan judul ”Praktik
Asuhan kebidanan komunitas keluarga binaan pada Ny, T dengan kebutuhan
konseling ASI ekslusif di RT 05 RW 01 Desa Sukadame Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pandeglang” dengan baik dan tepat waktu.

Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju.


2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrachman, SH, MPH selaku Pembina Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed selaku Pjs Wakil Rektor I Bidang Akademik & Inovasi
Universitas Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM., M.Kes selaku Pjs Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya &
Keuangan Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S.Kep, M.Kes Selaku Wakil Dosen Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju
8. Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi Universitas Indonesia Maju.
9. Salfia Darmi, S.ST, M.Kes selaku pembimbing stase 7 yang telah membimbing
penulis.
10. Aprilya Nency,S.ST,M.Kes selaku Penguji laporan stase 7
11. Ria Magdalena Darmanik S,SiT selaku CI serta seluruh Dosen dan Staff Pengajar
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Universitas Indonesia
Maju.

iii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Dengan tangan terbuka Penulis menerima segala saran
dan kritik demi memperbaiki laporan ini.

Jakarta, 04 Agustus 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Tujuan .......................................................................................................................2

1.3 Manfaat .....................................................................................................................3


BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................ 4

2.1 Teori atau Konsep Dasar Komunitas .........................................................................4

2.2 Konsep Dasar Keluarga Binaan.................................................................................9

2.3 Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) ......................................................12

2.4 Cara Pengukuran KPSP...........................................................................................13

2.5 Formulir KPSP ........................................................................................................15


BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................................14

3.1 Kunjungan Keluarga Binaan ke-1 dilakukan tanggal 20 Juli 2022 .........................14

3.2 Kunjungan Keluarga Binaan ke-2 dilakukan tanggal 24 juli 2022 .........................15

3.3 Kunjungan Keluarga Binaan ke-3 dilakukan tanggal 28 juli 2022 ..........................16
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................17

BAB V PENUTUP..........................................................................................................19

5.1 Kesimpulan .............................................................................................................19


5.2 Saran .......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunitas bidan adalah bidan yang melakukan pelayanan kebidanan kepada
keluarga dan masyarakat disuatu wilayah tertentu. Adapun bentuk pelayanannya
adalah memberikan survive seperti bantuan, konseling atau bimbingan untuk
perempuan selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan pada bayi baru lahir.
Pelayanan kebidanan komunitas merupakan upaya yang dilakukan oleh bidan untuk
pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam keluarga dan
masyarakat (Teta Puji Rahayu, 2019).
World Health Organitation (WHO), pada tahun 2019 melaporkan bahwa sebanyak
585.000 perempuan meninggal saat hamil atau persalinan. Sebab 99% kematian ibu
akibat permasalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.
Resiko kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450
kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika di bandingakan dengan resiko
kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara berkembang (WHO, 2019).
Berdasarkan data hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2018
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2018 dilaporkan sebesar
305 per 100.000 kelahiran hidup (KH), dimana penyebab utamanya adalah perdarahan
post partum (30,3%) yang diikuti dengan infeksi (22,5%). Kematian ibu masih di
dominasi oleh empat penyebab utama yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi dalam
kehamilan (HDK) 27,1%, pre-eklamsia berat (PEB) 20% dan infeksi (7,3%).
Sementara penyebab AKB tertinggi adalah BBLR 38,94% dan asfiksia 27,97%
(Kemenkes RI, 2019).
AKI dan AKB masih menjadi masalah di Provinsi Banten dengan data yang
ditunjukkan bahwa AKI di Banten meningkat dari 168,8 per 100.000 KH pada tahun
2011 menjadi 308 per 100.000 KH di tahun 2020, sementara AKB meningkat dari
29,5 per 1.000 KH menjadi 32 per 1.000 KH (Dinkes Prov. Banten, 2020).
Dinas Kabupaten Pandeglang menunjukkan hasil laporan dari 36 Puskesmas
bahwa jumlah kasus kematian ibu dan bayi masih cukup tinggi pada 2019 yaitu 178
kasus dari 18.273 KH, menurun di tahun 2020 menjadi 143 kasus dari 23.110 KH
(Dinkes Kab. Pandeglang, 2021).

1
Salah satu tingginya angka kematian bayi (AKB) diperkirakan adanya kaitan

dengan perilaku pemberian Air susu ibu. Bayi baru lahir yang tidak diberikan ASI
ekslusif dan di berikan pengganti ASI / susu formula akan relatif mudah terserang diare
dan allergi, ancaman kekurangan gizi dan dapat meningkatkan resiko infeksi. Menurut
United Nations International Childrens Emergency fund (UNUCEF), ASI ekslusif
dapat menekan kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 30.000
kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa
di cegah melalui pemberian ASI ekslusif selama enam bulan sejak sejam pertama sejak
kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi
(Fitria,2017).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, persentase pemberian ASI


eksklusif bayi berusia 0-5 bulan sebesar 71,58% pada 2021. Angka ini menunjukkan
perbaikan dari tahun sebelumnya yang sebesar 69,62%. Namun, sebagian besar
provinsi masih memiliki persentase pemberian ASI ekslusif di bawah rata-rata
nasional
Berdasarkan Profil Dinkes Provinsi Banten tahun 2021, presentase pemberian ASI
eksklusif pada bayi sebesar 71,17% angka ini menunjukkan perbaikan yang signifikan
dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 68,84%. Data dari dinas Kesehatan
Kabupaten Pandeglang untuk capaian Asi Eksklusif pada tahun 2021 sebesar 72,06%
dan angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 67,
10%.
Data yang diperoleh dari Puskesmas Picung periode Januari-Desember tahun 2021
ditemukan dari 308 ibu nifas sebanyak 19 orang (6,16%) ibu yang mengalami putting
susu lecet pada saat menyusui. Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan
bayi menghisap air susu. Bidan atau perawat perlu mamberikan bimbingan pada ibu
dalam tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah.

1.2. Tujuan Umum


a. Tujuan Umum

Dilakukannya keluarga binaan pada Ny. T di RT 05 RW 01 Desa Sukadame


Kecamatan Pagelaran.

2
b. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. T dengan kebutuhan
konseling ASI ekslusif
2. Melakukan pengkajian data objektif pada Ny. T dengan kebutuhan
konseling ASI ekslusif
3. Melakukan penegakan diagnosa pada pada Ny. T dengan kebutuhan
konseling ASI ekslusif
4. Melakukan penatalaksanaan pada Ny. T dengan kebutuhan konseling ASI
ekslusif
5. Melakukan evaluasi pada Ny. T dengan kebutuhan konseling ASI ekslusif.
1.3. Manfaat

a. Institusi Pendidikan

Diharapkan penyusun keluarga binaan ini dapat dijadikan sebagai bahan


tambahan pelajaran, sebagai bahan evaluasi dalam membuat study kasus dan
juga dapat dijadikan sebagai bahan bacaan pustaka.

b. Institusi Praktek

Dapat memberikan masukan mengenai implementasi asuhan kebidanan pada


ibu menyusui, serta sebagai bahan evaluasi lapangan.

c. Bagi Mahasiswa

Dapat memahami manfaat melakukan keluarga binaan serta mengasah


keterampilan dalam asuhan kebidanan pada ibu menyusui agar lebih baik
dalam melakukan asuhan secara paripurna.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori atau Konsep Dasar Komunitas


1. Pengertian
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada aspek-aspek
psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat sekitar). Maka seorang Bidan dituntut
mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun kelompok. Untuk itu bidan
perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini. 4

a. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang merugikan Ekonomi,
seperti kemiskinan.
b. Politik dan hukum, seperti ketidak adilan sosial.
c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
d. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang terisolir),
kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan Bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas adalah
bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan
kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut. 5

2. Tujuan Pelayanan Komunitas


Tujuan kebidanan komunitas menurut Kemenkes 2018, yaitu mencakup tujuan umum dan
tujuan khusus berikut ini:

a. Tujuan umum
Seorang Bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya
kesehatan perempuan di wilayah kerjanya, sehingga masyarakat mampu mengenali
masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.

b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan tanggung
jawab Bidan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas
dan perinatal secara terpadu.
3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,
4
persalinan, nifas, dan perinatal.
4) Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian pada ibu dan anak.
5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat setempat
atau terkait.
3. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut.

a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat, sosial,
psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran bidan di komunitas.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat
kemanusiaan klien.
c. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis. Populasi bisa
berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-
laki, jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri
oleh bidan. Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/
kawasan perumahan/ perkantoran.
d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya Bidan, tetapi hasil kerjasama
dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat,
PLKB, Dokter, pekerja sosial, dll.
e. Sistem pelaporan Bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik. Sistem pelaporan
kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung
jawabnya.
4. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut.

a. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan langkah promotif dalam


setiap asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
di tenaga kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang di Posyandu.
b. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif Bidan yang dapat dilakukan
adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan diharapkan mempunyai
kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui keterampilan tambahan yang dimiliki
untuk menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses
rujukan tidak mengalami keterlambatan.
5
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan Bidan melakukan
pendekatan secara fisiologis, dengan meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai
dengan kondisi klien
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan Bidan bekerjasama dengan tenaga
kesehatan lain (dokter kandungan) untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai
contoh adalah Bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan tindakan
persalinan caesar.

f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial, kelompok


masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan individu ke lingkungan keluarga
dan masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi seperti
Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), Kehamilan
Tidak Diinginkan (KTD), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban
perkosaan, dan Injecting Drug User (IDU).

2.2 Konsep Dasar Keluarga Binaan


1. Pengertian
Pembinaan dapat diartikan sebagai bantuan dari seseorang atau sekelompok orang yang
ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan
dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan. 7

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan
mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang
intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga.

Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas sumber daya
manusia. Sebagaimana lazimnya untuk menggambarkan derajat kesehatan digunakan indikator
kualitas utama seperti angka kematian, kesakitan, kelahiran, status gizi dan lain-lain.

Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Jika
masyarakat sudah menciptakan hidup sehat maka derajat masyarakatpun meningkat. Untuk itu
perlu adanya suatu pendekatan dalam meningkatkan peran serta masyarakat, salah satunya
melalui pendekatan asuhan kebidanan komunitas. Melalui pendekatan asuhan kebidanan
komunitas dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi masyarakat sehingga dapat memacu
masyarakat untuk mampu dan mandiri dalam
6 meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing – masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.

2. Kriteria Keluarga Binaan


Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan keluarga binaan, terutama
keluarga-keluarga yang termasuk resiko tinggi dalam bidang kesehatan :

a. Mudah dijangkau
b. Komunikasi dengan baik
c. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan kesehatan dan keperawatan yang
diberikan
d. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah
e. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu
f. Daerah tersebut tidak terlalu rawan.
3. Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan, prasarana dan sarana kesehatan.
c. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.
d. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatan secara
penuh agar lebih tahan terhadap penyakit.
e. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak dan juga melindungi masyarakat
dari pencemaran.

2.3 ASI Ekslusif


2.3.1 Pengertian ASI Ekslusif

Asi ekslusif adalah pemberian ASI tanpa pemberian makanan lain pada umur 0-6 bulan. Selama kitu bayi
tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain, seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih.
Pada pemberian ASI ekslusif , bayi juga tidak di berikan makanan tambahan seeprti pisang, biskuit, bubur
nasi, tim, dan sebagainya. ASI ekslusif diharapkan dapat di berikan sampai 6 bulan. Pemberian ASI secara
benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan, bayi memerlukan makanan tambahan tetapi
pemberian ASI dapat di lanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun (Maryunani,2012).

7
ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang di butuhkan selama 6 bulan pertama hidupnya, sehingga
pemberian ASI ekslusif dapat mengurangi tingkat kematian pada bayi yang di sebabkan sebagai penyakit
yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan
membantu menjarangkan kelahiran. Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI ekslusif
selama 6 bulan pertama di dasarkan ada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup Bayi,
pertumbuhan dan perkembangannya ( Maryunani,2012).

2.3.2 Manfaat ASI Ekslusif bagi bayi dan ibu

Pemberiian ASI secara ekslusif, yaitu tidak di campur apapun selama 6 bulan berturut-turut, memberikan
banyak manfaat pada Bayi antara lain:

a. Kesehatan

kandungan anti body yang terdapat dalam ASI tetap paling baik sepanjang masa. Oleh karena itu, bayi yang
mendapat ASI ekslusif lebuh sehat dan lebih kuat di banding yang tidak mensapat ASI. ASI juga mampu
mencegah terjadinya kanker limfomaligna (kanker kelenjar). ASI juga menghindarkan anak dari busung lapar
/ malnutrisi. Sebab komponen gizi ASI paling lengkap, termasuk protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin
dan zat-zat penting lainnya. ASI adalah cairan hidup yan mampu di serap dan di gunakan tubuh dengan cepat.
Manfaat ini tetap di peroleh meski status gizi ibu kurang.

b. Kecerdasan
Manfaat bagi kecerdasa bayi, antara lain karena :

Dalam ASI terkandung DHA terbaik, selain lactosa yang berfungsi untuk proses mielinisasi otak.

1. Seperti di ketahui mielinisasi otak adalah salah satu proses pematangan otak agar bisa berfungsi optimal.

2. Saat ibu memberikan ASI, terjadi pula proses stimulasi yang merangsang terbentuknya networking antar
jaringan otak hingga menjadi lebih baik dan terjalin semurna.

3. Ini terjadi melalui suara, tatapan mata, detak jantung, elusan, pancaran dan rasa ASI.

c. Emosi

1) Pada saat di susui, bayi berada dalam dekapan ibu.

2) Hal ini akan merangsang terbentuknya “Emotional Intelligece / EI”.

3) Selain itu, ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada buah hatinya.

4) Doa dan harapan yang di dengungkan ke telinga bayi/ anak selama proses menyusuipun akan mengasah
kecerdasan spiritual anak.
8
Berikut ini adalah proses pemberian ASI yang bermanfaat juga bagi Ibu, antara lain:

a..ASI ekslusif adalah diet alami bagi ibu

dengan memberikan ASI ekslusif, berat badan Ibu yang bertambah selama hamil akan segera kembali
mendekati berat semula. Naiknya hormon oksitocin selama menyusui menyebabkan kontraksinsemua otot
polos, termasuk otot-otot uterus. Karena hali ini berlangsung terus mnerus, nilainya hampirsama dengan
senam perut. Dengan demikian, memberikan AI juga membentu memperkecil ukuran rahim ke ukran
sebelum hamil. Demikian juga halnya dengan aktifitas bangun malam untk menyusui bayi yang haus dan
mengganti popok basahnya, serta dengan olahraga.

Berbagai kegiatan seperti menggendong, memberikan makan, dan mengajak bermain juga merupakan
kegiatan yang dapat menurunkan berat badan.

Dengan demikian, menyusui (ASI) dapat membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih
cepat.

b. Mengurangi resiko anemia

1) Pada saat memberikan ASI, otomatis resiko perdarahan paska bersalin berkurang.

2) Naiknya kadar hormon oksitocin selama menyusui akan menyebabkan otot polos mengalami kontraksi

3) Kondisi inilah yang mengakibatkan uterus mengecil sekaligus menghentikan perdarahan.

4) Perlu diketahui, perdarahan yang berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu
penyebab anemia.

5) Demikian, memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang
berarti menguranginresiko perdarahan.

c. Mecegah kanker
1) Dalam berbagai penelitian di ketahui bahwa ASI dapat mencegah kanker, khusunya kanker payudara.

2) Pada saat meyusui tersebut, hormon setrogen mengalami penurunan.

3) Sementara tanpa aktifitas menyusui kadar hormon estrogen tetap tinggi dan hal inilah yang di duga
menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan antara estrogen dan progesteron.

d. Manfaat ekonomis
1). Dengan menyusui, ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli susu / suplemen bagi bayi.
9
2). Cukup dengan ASI ekslusif, kebiutuhan bayi selama 6 bulan terpenuhi dengan sempurna.

3). Selain itu ibu tidakmperlu repot untuk mensterilakan peralatan bayi seperti dot, cangkir, gelas atau sendok
untuk memberikan susu pada bayi (Maryunani,2012)

2.3.3 Beberapa kendala pemberian ASI ekslusif

Ada beberapa kendala yang membuat ASI tidak bisa di berikan secara ekslusif. ASI terpaksa tidak di berikan
secara ekslusif jika :

a. Ibu terinfeksi HIV, mengidap TBC aktif dan Hepatitis B aktif

b. Puting Ibu terlalu masuk sehingga tidak mungkin dihiap bayi sehingga menghambat pemberian ASI.
Beberapa kasus puting mendelep/ masuk ke dalam masih bisa di atasi. Hanya perlu waktu bagi bayi untuk
bereksplorasi dan belajar mengisap pada putingbpayudara ibu dengan kondidi seperti itu. Sebenarnya, bentuk
puting seperti apapun semestinya tidak sampai mengusik reflex isap yang merupakan reflex dasar bayi.

c. Bayi karena berbagai sebab harus mendapat perawatan terpisah dari ibunya dalam jangka waktu lama. Bayi
seperti ini tetap di mungkinkan mendapat ASI, meskipun tentu saja sudah tidak ekslusif lagi. Bayi juga
membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar megiap ASI dari Ibunya (Maryunani,2012)

2.3.4 Resiko pemberian cairan tambahan


Memberi cairan sebelum bayi berusia 6 bulan beresiko membahayakan kesehatan. Resiko-resiko tersebut
antara lain:

a. Tambahan cairan meningkatkan resiko kekurangan gizi


b. Mengganti ASI dengan cairan yang sedikit atau tidak bergizi berdampak buruk pada kondisi bayi, daya
tahan tubuhnya, pertumbuhan dan perkembangannya.
c. Konsumsi air putih atau cairan lain meskipun dalam jumlah sedikit akan membuat bayi merasa kenyang
sehungga bayi tidak mau menyusu, padahal ASI kaya dengan gizi yang sempurna untuk bayi.
d. Penelitian menunjukkan bahwa memberi air putih sebagai tambahan cairan sebelum bayi berusia 6 bulan
dapat mengurangi asupan ASI hingga 11%.
e. Pemberian air atau air manis dalam minggu pertama kelahiran bayi berhubungan dengan turunnya berat
badan bayi yang lebih banyak dan tinggal di Rumah Sakit lebih lama (Maryunani,2012).

2.3.5 Cara mencapai ASI Ekslusif


WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI
ekslusif, antara lain:

a. Menyusui dalam satu jam pertama kelahiran 1


0
b. Menyusui secara ekslusif, hanya ASI, artinya tidak di tambah makana atau minuman lain, bahkan air putih
sekalipun,
c. Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang dan malam
d. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng
e. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan di saat tidak bersama anak
f. Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang (Maryunani,2012)

2.3.6 Langkah keberhasilan menyusui


Pentingnya pemberian ASI ekslusif telah di tuangkan dalam intruksi Presiden No 14 tahun 1974
tentang perbaikan menu makanan Rakyat dan kepmenkes No 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang
pemberian ASI secara ekslusif pada bayi di Indonesia. Peraturan terbaru ini di sertai dengan 10
Langkah Menuju Keberhaslan Menyusui (LMKM) yang meliputi:

1). Sarana pelayanan kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan peningkatan pemberian Air susu Ibu (PP-
ASI) tertulis yang secara rutin di komunikasikan kepada semua peugas.

2). Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan
kebijakan tersebut.

3). Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya di mulai sejak masa
kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.

4). Membant ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang di lakukan di ruang bersalin.
Apabila ibu mendapat oprasi caesar , bayi di susui setelah 30 menit ibu sadar.

5). Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu di pisah
dari bayi atas indikasi medis.

6). Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.

7. melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.

8). Membantu ibu menyusui semau ibu tanpa pembatasan terhadap lama dan frekwensi menyusui.

9). Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang di beri ASI.

10). Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebar
ketika pulang dari rumah sakit/rumah bersalin/ sarana pelayanan kesehatan.

1
1
2.4 Kesiapan Ibu
2.4.1 Mempersiapkan fisik dan mental Ibu

a. Persiapan fisik

Persiapan fisik dapat dilakukan pada kunjungan pertama pada saat pemeriksaan ante natal adalah dengan
pemeriksaan payudara , terutama puting susu dan ngizi ibu.

1). Pemeriksaan Payudara

• Pemeriksaan payudara pada seorang Ibu hamil pada pemeriksaan ante natal perlu di periksa keadaan puting
susu.

• Pada kunjungan pertama perlu di lakukan untuk mengenali adanya kelainan payudara yang di lakukan
dengan cara inspeksi ( puting susu meninjol, darat/masuk), palpasi apakah ada benjolan.

• Pada ibu hamil perlu di lakukan perawatan payudara karena proses laktasi di mulai sejak masa kehamilan.
Perawatan payudara terdiri dari pemeriksaan payudara, persiapan puting susu untuk menguatkan,
melenturkan dan mengatasi puting susu yang terpendam ( inverted nipples) dan massase payudara.

2). Tujuan perawatan payudara

• Memelihaar hygiene payudara

• Melenturkan dan menguatkan puting susu

• Mengatasi puting susu datar/ terbenam supaya dapat menyembul keluar

3). Teknik persiapan puting susu dapat di lakukan dengan beberapa cara antara lain

Dengan perlahan menarik puting susu dan areola untuk membentuk dot bila putung susu mudah di tarik berarti
lentur, tertarik sedikit berarti kurang lentur dan masuk ke dalam berarti puting susu masuk ke dalam.

Bila puting susu terbenam atau tidak lentur maka

• Perlu di jelaskan npada ibu bahwa puting terbenam bukan berarti ada kelainan atau abnormal.

• Hanay puting susu yang datar atau terbenam akan menyulitkan proses menyusui nanti dan perlu di perbaiki
sebelum lahir.

• Yakinkan pada ibu bahwa ibu masih bisa menyusui bayinga, karena bayi sebenarnya menyusui pada
payudara ibu bukan pada puting ibu.

1
2
• Untuk menonjolakn puting susu bisa di gunakan pompa atau spuit 25 ml yang di modifikasi atau dengan
geakan Hoftman , yang caranya dengan menggunakan telunjuk/ibu jari daerah di sekitar puting susu di urut
ke arah yang berlawanan.

4). Memantau gizi Ibu

Keadaan gizi ibu perlu dimerhatikan, mulai trimester ke dua ibu perlu mengkonsumsi kalori ekstra sebanyak
300 kalori. Kalori ekstra ini selain untuk pertumbuhan janin, pembesaran uterus, pembentukan lasenta,
penambah volume darah ibu, akan di simpan sebagai lemak untuk persediaan pembentukan ASI kelak.

b. Persiapan mental/psikologis

Dalam menyusui yang paling penting daripada menyiapkan fisik (payudara) adalah
menyiapkan mental atau psikologis ibu. Persiapan mental atau psikologis ini sangat
penting karena sikap atau keputusan ibu yang positif terhadap pemberian ASI harus
dihayati ibu dalam masa kehamilan atau sebelum hamil. Karena proses menyusui bagi ibu
merupakan proses penghayatan terhadap kodrat kewanitaannya. Sikap ibu terhadap
pemberian ASI di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengalaman sendiri atau orang
lain, pengalaman menyusui dalam keluarga atau kerabat, adat kebiasaan dan kepercayaan
menyusui di daerah masing-masing.

Di sampingb itu faktor ketidaktahuan dan pengaruh modernisasi dengan semakin banyaknya
produk-produk susu formula yang mempromosikan keunggulannya juga mempengaruhi ibu untuk
menyusui bayinya atau tidak. Padahal menyusui sendiri adalah hal yang paling penting setelah
melahirkan. Peran ibu sangat menentukan kelangsungan hidup bayinya dan peran ini perlu
dipersiapkan, salah satunya dengan memberikan ASI pada bayinya.

1
3
2.4.2 Persiapan Ibu bekerja Untuk pemberian ASI Ekslusif

Untuk memberikan ASI eksklusif, ibu jauh-jauh hari sebelumnya sudah


harus menyiapkan diri dan bayinya, apalagi jika bayinya tersebut merupakan anak
pertama didalam keluarga.

Persiapan pertama adalah mental ibu untuk meninggalkan bayi dan


menumpuk rasa percaya diri dan percaya bahwa bayinya akan baik-baik saja selama
ditinggal pergi. Persiapan kedua, ibu belajar dan mempersiapkan diri memerah
ASI-nya. Memerah ASI bisa dimulai pada saat bayi tertidur dan payudara sudah
mulai membengkak, maka segera perahlah ASI lalu disimpan dalam botol dengan
diberi label tanggal pemerahan dan disimpan dalam freezer, atau bisa diberikan
pada saat bayinya terbangun, atau bisa juga disimpan dalam lemari es untuk
diberikan keesokan harinya.

Persiapan berikutnya adalah persiapan yang benar-benar membutuhkan


kerjasama yang baik dan sangat membutuhkan pemahaman yang sama. Apalagi
kalau bayi akan ditinggalkan pada ibu atau ibu mertua yang masih punya asumsi
yang kolot. Untuk itu, sangat dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti
dokter, bidan, perawat atau petugas kesehatan lainnya, suami, keluarga, kerabat,
dan teman dekat agar wanita hamil dan ibu yang melahirkan nbersedia menyusui
bayinya. Informasi-informasi akan pentingnya ASI juga selalu disebarkan baik
dimedia massa, tempat kerja,pengajian dan lain-lain (Maryunani,2014)

2.4.3 Mempersiapkan Pemberian ASI dan Gizi bagi Ibu

Langkah awal dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah kejiawaan dari ibu sendiri. Sedapat
mungkin ibu harus dalam kondisi tenang dan sebaiknya menghindari ketegangan dari masalah.
Hygiene perorangan atau kesejahteraan puting susu sebaiknya tidak di sentuh dengan tangan yang
belum di cuci, penggunaan sapu tangan atau bantalan disposible sebaiknya dikenakan dalam waktu
sesingkat mungkin.

Langkah selanjutnya adalah mempersipakan ibu dengan kebutuhan nutrisi yang cukup dan bergizi
tinggi, terutama dari bahan sayur mayur. Tidak harus yang mahal tapi tetap bergizi, bahkan kita bidsa

1
4
menyiapkan sendiri sayur mayur yang adal di lahan kita. Selai nilai gizinya yang tinggi juga bebas
dari bahan kimia yang akan membahayakan sel-sel tubuh manusia.

Menambah jumlah makanan saja tidak akan menambah suplay ASI. Walau demikian bila ibu kurang
gizi, ibu harus meningkatkan konsumsi untuk menjaga kesehatan dan menambah energi ibu sendiri.
Beberapa ibu menyusui merasakan lebih haus daripada biasanya, terutama menjelang waktu
penyusuan. Ibumenyusui perlu minum untuk menghilangkan hausnya.

Meskipun demikian mengkonsumsi cairan lebih daripada pemenuhan haus tersebut


tidak akan meningkatkan suplai ASI. Persiapan lainnya, sebaiknya pada kehamilan
memasuki bulan ke 7, pada calon ibu dianjurkan untuk menyiapkan diri menyusukan
bayinya. Setiap kali sesudah mandi, gosoklah puting susu dengan handuk basah secara
perlahan-lahan. Bagi para ibu yang puting susunya masuk ke dalam ( tenggelam)
hendaknya di gosok secara perlahan dengan minyak dan handuk. Bila puting susunya
telah keluar teruskan uaya tersebut setiap kali sehabis mandi agar kulit putung susu
menjadi kuat sehingga mencegah retak-rerak pada puting susu di kemudian hari (
Widuri,2013).

2.4.4 Waktu Dalam Pemberian ASI Ekslusif

Kebanyakan bayi yang menyusu ASI akan diberi ASI 8 - 12 kali dalam 24

jam. Biasanya bayi memiliki kebutuhan menyusu pada satu waktu dalam sehari

(pagi atau malam), namun bayi yang baru lahir cenderung ingin menyusu setiap

satu atau dua jam dalam 24 jam. Ibu bisa melepaskan isapan bayi dari satu

payudara setelah 20 menit, dan memberikan payudara yang lain (Mulyani,2018 ).

Tidak ada batasan seberapa lama atau sering seorang ibu harus menyusui

bayinya. Pada awalnya, bayi akan disusui sekitar setiap dua sampai tiga jam. Pada

masa awal ini, bayi biasanya akan menghisap selama 5-20 menit pada setiap
payudara, bisa lebih cepat atau lebih lama tergantung keinginan bayi (
Mulyani,2018).

Lambung bayi yang baru lahir itu kecil sekali. Akibatnya, mereka meminum
ASI sedikit demi sedikit, dan sering (karena ASI sangat mudah dicerna dan diserap).
Oleh karena itu, biarkanlah bayi mengatur1 kapan mereka mau menyusui. Tidak ada
5
kata “jarak antar minum terlalu sebentar”, karena saat bayi mengatur asupan ASI
mereka, payudara akan mengatur produksi ASI secara otomatis ( Mulyani,2018).

Jarak antar minum setidaknya 45 menit adalah normal bagi bayi baru lahir. Lambat
laun jarak antar minum akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia hingga
2-3 jam sekali. Namun suatu waktu bayi akan mengalami lonjakan perumbuhan (
Growth spurts) selama 2-3 hari. Growth sputrs seringakali terjadi pada usia 3
minggu, 6 minggu, 3 bulan dan 6 bulan. Saat itu bayi akan membutuhkan banyak

ASI dari pada sebelumnya., sehingga bayi akan meminta lebih serig bahkan setiap
setengah jam selama 2-3 hari itu. Hal ini tidalk menjadi soal, maka ikuti saja
keinginan bayiseberapa seringpun karena payudara ibu akan beradaptasi dengan
membuat ASI lebih banyak lagi ( Mulyani,2018)

1
6
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada BAB ini penulis mengkaji klien atas nama Ny. T usia 24 tahun di RT 05 RW
01 Desa Sukadame Kecamatan Pagelaran. Penulis datang ke rumah klien tanggal
11 Agustus 2022 pukul 16.00 WIB. Metode penulisan pada tinjauan kasus ini
menggunakan Asuhan Kebidanan SOAP.

KUNJUNGAN 1

Hari/Tanggal : Senin, 11 Agustus 2022

Tempat : Rumah Ny. T

Pukul : 16.00 WIB

Pengkaji : Neti Herawati

I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Identitas / Biodata
Nama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. U

Umur : 24 Tahun Umur : 28 Tahun

Suku : Sunda Suku : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : Tsanawiah Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kp. Bojong kondang RT 05 RW 01 Desa Sukadame


Kecamatan Pagelaran
2. Keluhan Utama :
Ibu tidak memberikan ASI ekslusif pada bayinya karena menurut ibu
produksinya ASI sedikit

3. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan sah, kawin 1 kali
b. Menikah umur 20 tahun. Dengan suami umur 24 tahun. Lama
pernikahan 4 tahun. Memiliki 2 orang anak.
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : usia 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lama : 6 - 7 hari
d. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut per hari
e. Teratur /tidak teratur : Teratur
f. Sifat darah : Encer
g. Dismenorhe : Tidak
h. Riwayat Persalinan :
Tgl/ Temp Umur Jenis Penolo A Nifas Keadaa
Thn at Kehamilan Persalinan ng n n Anak
N
Persal Persal a Sekaran
O
inan inan k g

JK BB PB Keada Men
an yusu
i

1 28- PMB 38 minggu Spontan Bidan L 2900 49 Norm 2 Hidup


01- gr cm al Tahu
2019 n

2 30- PKM 39 minggu Spontan Bidan L 3000 50 Norm Hidup


07- gra al
2022 m

1
8
5. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan selama kurang
lebih 2 tahun dan sekarang Ibu berencana akan menjadi akseptor
Implant.
6. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan pernah mengalami hypertensi pada saat melahirkan
anak ke 2.
Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak ada riwayat penyakit serius seperti
jantung, diabetes,hipertensi,TBC dan tidak ada riwayat penyakit
menular seksual.

7. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar


a. Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur dan lauk.
Minum air putih kurang lebih 1,5 liter/hari.
b. Pola eliminasi
BAB : Ibu BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning
kecoklatan
BAK :Ibu BAK 5-6 kali sehari, warna kuning, jernih, bau khas
feses
c. Pola istirahat
Ibu mengatakan tidur malam sekitar 8 jam dan tidur siang sekitar 1,5
jam.
d. Pola hygine
Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 3x
seminggu dan ganti pakaian dalam 2x sehari.
e. Pola seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual dengan baik dengan
suaminya.
f. Pola aktifitas

1
9
Ibu mengatakan setiap pagi menyapu, mengepel, memasak dan
merawat bayi dan anak pertamanya.
B. OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Keadaan emosional : Baik
4. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg Denyut nadi : 86x/m

Suhu tubuh : 36,4 ◦C Pernafasan : 24x/m

Tinggi badan : 155 cm Berat badan : 50 kg

5. Pemeriksaan fisik
6.1 Kepala
 Warna rambut : Hitam
 Tekstur : Lurus
 Luka : Tidak Ada
 Kebersihan : Baik
6.2 Muka
 Oedema : Tidak Ada
 Pucat : Tidak Ada
 Cloasma gravidarum : Tidak Ada
 Oedema : Tidak Ada
 Konjungtiva : Tidak Anemis (warna merah muda)
 Sklera : Tidak ikhterik (putih, tidak pucat)
6.3 Hidung
 Kebersihan : Bersih
 Radang : Tidak Ada
6.4 Gigi/mulut :
 Lidah dan geraham : Normal
 Stomatits : Normal

2
0
 Tonsil : Normal
 Caries : Normal
 Karang gigi : Tidak Ada
6.5 Telinga
 Kebersihan : Bersih
 Radang : Tidak Ada
 Pendengaran : Baik
6.6 Leher
 Kelenjer tiroid : Tidak Ada
 Kelenjar lymfa : Tidak Ada
 Vena jugularis : Tidak Ada
6.7 Dada
 Bunyi jantung : tidak ada kelainan bunyi jantung
 Bunyi paru : tidak Ada kelainan bunyi paru
6.8 Payudara
 Pembesaran : +/+
 Striae : Negative
 Putting : Menonjol
 Areola : +/+
 Benjolan : Tidak Ada
 Pengeluaran : Ada
 Kebersihan : Baik

1. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

II. Analisis Data


Ny. T umur 24 tahun P2A0 dengan kebutuhan konseling Asi Ekslusif

III. Masalah Potensial

2
1
Tidak ada

IV. Tindakan Segera


Melakukan Konseling kepada Ny. T tentang Asi Ekslusif

V. Perencanaan
1. Beritahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada Ny. T
2. Fasilitasi Informed consent
3. Beritahu Ny. T untuk dijadikan sebagai keluarga binaan
4. Beritahu kepada Ny. T bahwa akan dilakukan kunjungan kedua pada
tanggal 14 Agustus 2022.
5. Dokumentasi hasil kunjungan.
VI. Pelaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada Ny. T
2. Memfasilitasi informed consent
3. Meminta Ny. T untuk dijadikan sebagai keluarga binaan
4. Memberitahu kepada Ny. T bahwa akan dilakukan kunjungan kedua pada
tanggal 14 Agustus 2022.
5. Mendokumentasikan hasil kunjungan.
VII.Evaluasi
1. Ny. T mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepadanya
2. Ny. T menyetujui untuk dijadikan sebagai keluarga binaan
3. Ny. T setuju untuk dilakukan kunjungan kedua pada tanggal 11 Agustus
2022.
4. Sudah dilakukan dokumentasi hasil kunjungan.

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. T Kunjungan ke-2

Hari/Tanggal : Kamis, 14 Agustus 2022

Tempat : Rumah Ny. T

Pukul : 15.30 WIB

2
2
Pengkaji : Neti Herawati

A. Subjektif (S)
Ny. T mengatakan ingin sekali tidak lagi memberikan susu formula dan hanya

memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya.

B. Objektif (O)
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit

Pernafasan : 21x/menit Suhu : 36,1 C

C. Assesment (A)
Ny. T umur 24 tahun P2A0 dengan kebutuhan konseling Asi Ekslusif

D. Planning (P)
1. Memberitahu ibu hasil anamnesa dan pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi
baik, ibu memahami
2. Memfasilitasi informed consent, ibu menyetujui untuk di lakukan konseling
3. Memberikan konseling ASI ekslusif, ibu memahami dan ibu berencana
akan memberikan ASI eklsusif pada bayinya.
4. Menjelaskan tentang pijat oksitosin , ibu memahami dan ibu bersedia untuk
di lakukan pijat oksitocin.
5. Memberitahu kepada Ny. T bahwa akan dilakukan kunjungan Ketiga pada
tanggal 18 Agustus 2022.
6. Mendokumentasikan hasil kunjungan kedua.

2
3
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. T Kunjungan ke-3

Hari/Tanggal : Jumat, 18 Agustus 2022

Tempat : PMB Herfirra

Pukul : 16.00 WIB

Pengkaji : Neti Herawati

A. Subjektif (S)
Ibu mengatakan dalam keadaan sehat dan semakin yakin bisa memberikan Asi Ekslusif kepada

bayinya

Objektif (O)

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit

Pernafasan : 18x/menit Suhu : 37,2 C

B. Assesment (A)
Ny. T umur 24 tahun P2 A0 dengan kebutuhan konseling Asi Ekslusif dan sejak 3 hari yang
lalu tidak lagi memberikan ASI ekslusif pada bayinya.

C. Planning (P)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, ibu memahami
2. Mengajari ibu Teknik menyusui yang benar, ibu memahami dan dapat melakukannya
3. Mengajarkan pada keluarga cara melakukan pijat oksitosin, suami mengerti dan bisa
melakukannya
4. Melakukan pemijatan oxytosin untuk memperlancar ASI, Ibu merasa rilek setelah di
lakukan pijat oksitosin.
5. Mendokumentasikan hasil kunjungan ketiga.

2
4
BAB IV

PEMBAHASAN

Hari Jumat, pukul 16.00 WIB, tanggal 11 Agustus 2022 dilakukan kunjungan pertama di
kediaman keluarga Tn. U. Sebelum melakukan kunjungan, penulis menyiapkan alat tulis,
format pengkajian, dan beberapa alat kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa
persiapan yang disiapkan adalah instrumen/format pengkajian data keluarga yang telah disusun
secara sistematis serta alat tulis yang mendukung serta alat kesehatan yang diperlukan saat
melakukan pemeriksaan (Elly Dwi Wahyuni, 2018). Selanjutnya penulis melakukan pendataan
di rumah keluarga Tn. U. Pendataan dilakukan dengan cara wawancara dan diawali dengan
mengkaji identitas keluarga secara umum, seperti nama, usia, agama, suku, pendidikan terakhir,
pekerjaan, alamat, keluhan saat ini, riwayat perkawinan, riwayat menstruasi, riwayat persalinan,
riwayat KB, riwayat kesehatan dan penyakit keluarga, dan riwayat pemenuhan kebutuhan dasar.
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa wawancara bisa dilaksanakan di dalam lingkungan
rumah atau di luar rumah, diawali dengan mengkaji identitas keluarga secara umum seperti data
anggota keluarga, mulailah dengan menanyakan nama istri atau suami, nama anak-anak atau
anggota keluarga di rumah sehingga sesuatu data yang lebih spesfisik tentang kesehatan
anggota keluarga Pertanyaan diajukaan seputar nama, usia, jenis kelamin, hubungan keluarga,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penyakit yang sedang diderita, kondisi saat ini, serta
jenis jaminan kesehatan (Elly Dwi Wahyuni, 2018).

Berdasarkan hasil kunjungan pertama didapatkan data subjektif yaitu Ny. T berumur 24
tahun, beragama islam, bersuku Sunda, pendidikan terakhir Tsanawiyah, pekerjaan ibu rumah
tangga, bertempat tinggal di KP. Bojong kondang RT 05 RW 01 Desa Sukadame Kecamatan
Pagelaran. Ny. T memilik suami bernama Tn. U yang berusia 28 tahun, beragama islam,
bersuku Sunda, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan Wiraswata. Ny. T mengatakan berencana
akan menggunakan KB Implant bila selesai masa nifas , Ny. T mengatakan telah menikah 1
kali saat usia 20 tahun dan saat ini lamanya pernikahan ± 4 tahun. Ny. T mengatakan menarche
saat usia 13 tahun, memiliki siklus haid 28 hari, lama haid sekitar 6 -7 hari, tidak ada
dismenorea serta biasa mengganti softex ± 3x sehari. Ny. T mengatakan pernah melahirkan 2
kali, belum pernah keguguran, dan saat ini anaknya sehat. Ny. T mengatakan sebelum
kehamilan yang ke 2 menggunakan KB suntik 3 bulan ini ± 2 tahun sejak anak pertama sampai
hamil anak ke 2. . Ny. T juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan pada
saat melahirkan anak ke 2 dan Ny. T melahirkan di Puskesmas. Dalam keluarganya Ny. T tidak
ada riwayat penyakit apapun. Tn. U mengatakan pemenuhan kebutuhan dasar keluarganya baik.

2
5
Setelah melakukan pengkajian, penulis mendapatkan masalah yaitu Ny. T tidak
memberikan Asi Ekslusif pada bayinya dikarnakan Ny.T merasa bahwa ASI yang keluar dari
payudaranya hanya sedikit, Ny. T memberikan susu formula pada bayinya selain ASI. Saat
anak pertama diberikan Asi ekslusif sampai 2 tahun. Hal tersebut sesuai dengan teori ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi baru
lahir sampai usia 6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. ASI
dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama
bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2011 World
Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama
enam bulan pertama kehidupan bayi adalah yang terbaik.

Hari Jumat, tanggal 14 agustus 2022 dilakukan kunjungan kedua di kediaman keluarga
Tn. U. Penulis kembali melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap Ny. T. Didapatkan
data subjektif bahwa Ny. T mengatakan ingin sekali memberikan Asi Ekslusif kepada bayinya
dan tidak lagi memberikan susu formula.

Data objektif yang didapatkan yaitu semua dalam keadaan normal. Hal tersebut sesuai
dengan teori bahwa Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik,
terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI
mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada
6 bulan pertama kehidupannya. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.

Penatalaksanaan yang di berikan penulis adalah memberikan konseling tentang ASI


ekslusif dimana hal ini sesuai dengan teori bahwa bayi di bawah usia 6 bulan hanya di berikan
ASI saja ( maryunani 2012). Selama proses konseling Ny. T kooperatif dengan menyimak
penjelasan yang di sampaikan, terdapat kontak mata dan konseling dilakukan ditempat yang
nyaman. Selama pemberian konseling tidak ada kesenjangan antara pengkaji dan Ny. T. Setelah
konseling dilakukan penulis melakukan evaluasi dengan cara memberikan kesempatan kepada
Ny. T untuk menanyakan hal yang belum dimengerti serta penulis meminta Ny. T untuk
kembali mengulang materi yang telah dijelaskan.

Selain itu penulis juga memberikan penyuluhan tentang pijat oksitosin sesuai dengan
keluhan Ny T bahwa ASI yang keluar dari payudaranya sedikit dan tidak mencukupi buat
bayinya. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pijat oksitosin akan membuat ibu rilek, nyaman dan
menambah produksi Air Susu Ibu (Ridawati,2019).

2
6
Sesuai dengan keluhan ibu bahwa ASI yang keluar dari payudara ibu sedikit sekali maka
penulispun memberikan penyuluhan tentang pijat oksitosin dimana pijat oksitosin merupakan
stimulasi yang dapat diberikan untuk memicu pengeluaran ASI ( Ridawati, 2019).

Hari jumat tanggal 18 Agustus 2022 penulis melakukan kunjungan ketiga. Penulis
mendapatkan data subjektif bahwa Ny. T mengatakan saat ini dalam keadaan sehat dan semakin
yakin dapat memberikan Asi Ekslusif dan tidak lagi memberikan susu formula pada bayinya.
Selanjutnya penulis mendapatkan data objektif keadaan umum Ny. T baik, kesadaran
composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, P : 21 x/M, s : 36,1° C. Setelah data subjektif
dan objektif didapatkan, penulis memberikan penjelasan tentang cara menyusui yang benar
pada Ny. T, selama penulis menjelaskan Ny. T kooperatif dengan menyimak penjelasan yang
di sampaikan, terdapat kontak mata dan konseling dilakukan ditempat yang nyaman. Selama
pemberian konseling tidak ada kesenjangan antara pengkaji dan Ny. T. Setelah konseling
dilakukan penulis melakukan evaluasi dengan cara memberikan kesempatan kepada Ny. T
untuk menanyakan hal yang belum dimengerti serta penulis meminta Ny. T untuk kembali
mengulang materi yang telah dijelaskan.

Penulis melakukan pemijatam oksitosin pada ibu serta mengajarkannya pada suami cara
melakukan pijat oksitosin. Hal,ini sesuai dengan teori yang menatakan bahwa pijat oksitosin
merupakn pemijatan pada tulang belakang yang di mulai dari tulang belakang sampai tulang
costae ke lima.sampai ke enam dan merupakan usaha untuk maerangsang hormone prolactin
dan oksitosin setelah melahirkan sehngga pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI (Ridawati,2019).

2
7
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan pada Ny. T usia 24 tahun dengan kebutuhan konseling ASI
Ekslusif, maka penulis menyimpulkan :

1. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. T di Rt 05 RW 01 Desa Sukadame Kecamatan


Pagelaran.
2. Mampu melakukan perumusan diagnosa pada Ny. T di RT 05 RW 01 Desa Sukadame
Kecamatan Pagelaran.
3. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada Ny. T Di di RT 05 RW 01 Desa Sukadame
Kecamatan Pagelaran.
4. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. T Di di RT 05 RW 01 Desa Sukadame Kecamatan
Pagelaran.
5. Mampu melakukan pendokumentasian.
5.2 Saran
Berdasarkan kunjungan yang sudah dilaksanakan maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut :

a.Bagi Keluarga Binaan

Agar tetap konsekwen dalam meberikan ASI ekslusif pada bayinya sampai usia
bayi 6 bulan serta gizi ibu selama terpenuhi selama menyusui.

b.Bagi Mahasiswa

Agar tetap mempertahankan dan meningkatkan asuhan kebidanan yang telah


ada, dan selalu menerapkan teori-teori yang telah didapatkan dan disesuaikan dengan
kondisi lapangan.

c.Bagi Institusi
Agar lebih memperbanyak literatur - literatur khususnya buku-buku kebidanan
menurut Varney sehingga mahasiswa dapat lebih memahami dan dapat menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien. Serta tetap mempertahankan kesabarannya dalam

2
8
membimbing mahasiswa yang seringkali tidak menerapkan teori yang ada dan
mengalami kejenuhan dalam melakukan aktifitas kuliah.

2
9
DAFTAR PUSTAKA

1. Survey Demografi Kesehatan Indonesia. 2018. Profil Kesehatan republik


Indonesia. Jakarta

2. Dinkes Provisi Banten. 2020. Profil Kesehatan Provinsi Banten. Direktorat


Kesehatan Keluarga Provinsi banten 2020.

3. Dinkes Kabupaten Pandeglang. Profil kesehatn Kabupaten Pandeglang.


Pandeglang: 2021

4. Montessori, M. 2013. The Absorbent Mind, Pikiran Yang Mudah Menyerap.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013

5. Departemen Kesehatan. Tahap Perkembangan Balita, dan Profil kesehatan RI.


2016

6. Ambarwati, Eny. 2016. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogjakarta:

7. Depkes, 2005. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.

8. Depkes RI, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan


Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui, Jakarta.

9. Baskoro, A, 2008. ASI Panduan Praktis Ibu menyusui, Banyu media.

10. Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara.

11. Nurrezki, Wilis, dkk. 2014.Buku AjarAsuhan KebidananNifas (Askeb 3).


Yogyakarta. Nuha Medika.

12. Rukiyah, Yeyeh,2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta. Trans Info Media.

13. Soetjiningsih. 1997. Asi Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.Jakarta. Nuha


Medika

53
ACARA KEGIATAN, JOBSHEET, DAFTAR TILIK ................

DISUSUN OLEH:

NETI HERAWATI
19210200032

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
JAKARTA
2022

53
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif


Sasaran : Ny. T
Nama Penyaji : Neti Herawati
Hari/tanggal : Kamis, 14 Agustus 2022
Jam : 15.00 sd 16.20 WIB
Waktu : 20 menit
Tempat : Desa Sukadame
Acara Kegiatan : Penyuluhan Kesehatan

A. JUDUL
Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif

B. SASARAN
Semua ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui.

C. POKOK BAHASAN
Pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

D. SUB POKOK BAHASAN


1. Pengertian ASI Eksklusif
2. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif bagi bayi
3. Manfaat menyusui bagi ibu
4. Dampak apabila tidak diberi ASI Eksklusif
5. Cara menyimpan ASI
6. Teknik menyusui yang benar
7. Masalah dalam menyusui dan cara mengatasinya.
E. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan ibu dapat mengerti dan memahami pentingnya
pemberian ASI Eksklusif.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan:
1. Ibu dapat menjelaskan pengertian dari ASI Eksklusif

2. Ibu dapat menyebutkan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi bayi,

3. Ibu dapat menyebutkan manfaat menyusui bagi ibu,

4. Ibu dapat menjelaskan dampak kalau tidak diberi ASI Eksklusif

5. Ibu dapat menjelaskan cara penyimpanan ASI

6. Ibu dapat menjelaskan Cara Menyusui yang benar

7. Ibu dapat menyebutan masalah dalam menyusui dan cara mengatasinya

F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

G. MATERI
Terlampir
1. Ibu dapat menyebutkan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi bayi,

2. Ibu dapat menyebutkan manfaat menyusui bagi ibu,


3. Ibu dapat menjelaskan dampak kalau tidak diberi ASI Eksklusif

4. Ibu dapat menjelaskan cara penyimpanan ASI


5. Ibu dapat menjelaskan Cara Menyusui yang benar
6. Ibu dapat menyebutan masalah dalam menyusui dan cara mengatasinya

H. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

I. MATERI
Terlampir

J. KEGIATAN DAN WAKTU PENYULUHAN

No Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Waktu


1 Pendahuluan
a. Penyampaian salam a. Membalas salam 5 menit
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Menjelaskan topic penyuluhan c. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan d. Memperhatikan
2 Penyampaian materi
1. Materi 1. Memperhatikan penjelasan 10 menit
1. Pengertian ASI Eksklusif
dan mencermati materi
2. Manfaat Pemberian ASI
Eksklusif bagi bayi
3. Manfaat menyusui bagi ibu
4. Dampak apabila tidak diberi
ASI Eksklusif
5. Cara menyimpan ASI 2.
6. Teknik menyusui yang benar Bertanya
3.
Memperhatikan jawaban
7. Masalah dalam menyusui dan
cara
mengatasinya

2. Memberikan kesempatan untuk


bertanya
3. Menjawab pertanyaan peserta
3 Penutup
a. Menyimpulkan hasil penyuluhan a. Memperhatikan 5 menit
b. Mengakhiri dengan salam b. Menjawab salam
K. MEDIA
Leaflet (terlampir)

L. EVALUASI
a. Prosedur : Tanya jawab
b. Jenis dan bentuk tes : Pertanyaan lisan
c. Butir-butir soal : 1. Apakah pengertian dari ASI Eksklusif?
2. Apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi dan ibu?

3. Bagaimana dampak kalau tidak diberi ASI Eksklusif?


4. Bagaimana cara penyimpanan ASI?

5. Bagaimana cara Menyusui yang benar?


6. Apa sajakah masalah dalam menyusui dan penangannya?

M. REFERENSI
Depkes, 2005. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di
Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Depkes RI, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan


Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui, Jakarta.

Baskoro, A, 2008. ASI Panduan Praktis Ibu menyusui, Banyu media


Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusatara.

LAMPIRAN MATERI

53
MATERI PENYULUHAN

PENTINGNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

A. PENGERTIAN ASI EKLUSIF


ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi tambahan tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu. Pemberian ASI secara eksklusif ini
dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6
bulan (Roesli, 2005).

ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman lain kepada
bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan (Depkes RI, 2005). Pada tahun 2002 World Health

Organization menyatakan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi
adalah yang terbaik. Dengan demikian ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu
cukup 4 bulan) sudah tidak berlaku lagi. Menyusui eksekusif adalah memberikan hanya ASI
segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum (Depkes RI,
2007)

B. MANFAAT PEMEBRIAN ASI EKSKLUSIF BAGI BAYI


Mengapa harus diberikan sampai usia 6 bulan
1. Gizi ASI sudah cukup memenuhi kebutuhan bayi
2. Pencernaan bayi hanya sesuai untuk ASI
3. Penting untuk perkembangan anak
4. Makanan lain secara tidak langsung dapat mengurangi produksi ASI
Manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi bayi
1. ASI sebagai nutrisi terbaik
2. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi
3. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
4. Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh. Zat kekebalan yang
terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare)

53
5. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan
6. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
7. Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih
sayang ibunya
(Roesli, 2005)

C. MANFAAT MENYUSUI BAGI IBU


a. Merangsang kembalinya kondisi rahim kebentuk dan ukuran semula, sehingga dapat
mengurangi perdarahan setelah melahirkan
b. Pemberian ASI yang optimal menyebabkan pengeluaran ASI juga optimal
c. Pemberian ASI Eksklusif menjarangkan kelahiran, karena ASI dapat menekan
kesuburan
d. Ekonomis (tidak mengeluarkan biaya)
e. Mengurangi terjadinya kemungkinan kanker payudara
f. Menimbulkan rasa bangga dan bahagia
g. Dapat diberikan kapan dan dimana saja
h. Praktis dan efisien.
i. Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi
(Roesli, 2005).

D. DAMPAK APABILA TIDAK DI BERI ASI EKSKLUSIF


a. Menurunnya daya tahan tubuh bagi bayi sehingga bayi rentan terhadap penyakit

b. Bayi tidak mendapatkan makanan bergizi dan berkualitas sehingga menghambat


pertumbuhan, perkembangan serta kecerdasan otak

c. Hubungan kasih sayang antara bayi dan ibu tidak terjalin secara dini.

E. CARA MENYIMPAN ASI


1. ASI baru dipompa segera ditempatkan pada lemari pendingin dan tidak disimpan lebih
dari 72 jam.
2. ASI disimpan dalaam botol yang steril. Diberi label tanggal dan jam simpan.

53
3. Pompa ASI langsung kedalam kantong pembeku.
4. Cairkan ASI beku dengan menempatkan pada wadah yang tertutup dalam mangkuk
berisi air hangat dalam waktu 30 menit.
5. Di udara terbuka atau bebas tahan 6-8 jam.
6. Di lemari es(4 °C) tahan 24 jam.
7. Di lemari pendingin atau beku (-18°C) tahan 6 bulan.

F. TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR


Menurut Baskoro (2008) cara menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
1. Cucilah tangan sebelum meneteki.
2. Mengoleskan ASI sedikit di putting dan sekitar areola payudara.
3. Ibu duduk dengan kursi bersandar dan rendah atau berbaring.
4. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.
5. Bayi dipegang belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi pada lengkung siku
ibu, bokong ditahan dengan telapak tangan., kepala bayi tidak menengadah.
6. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, yang satu di depan badan ibu.
7. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Ibu menatap dengan kasih sayang.
10. Payudara dipegang dengan ibu jari, jari yang lain berada di bawah.
11. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan menyentuh pipi dan putting susu
atau menyentuh sisi mulut bayi.
12. Setelah bayi membuka mulut, kepala bayi didekatkan pada payudara.
13. Usahakan sebagian besar areola payudara masuk kedalam mulut bayi.
14. Setelah bayi mulai menghisap tidak perlu dipegang atau disangga.
15. Melepas isapan bayi Jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
dagu bayi ditekan ke bawah.
16. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu
dan areola sekutarnya. Biarka kering dengan sendirinya.
17. Menyendawakan bayi : Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggung ditepuk perlahan – lahan atau bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan – lahan
G. Masalah Dalam Menyusui dan cara Mengatasinya
53
1. Putting susu datar atau terbenam (pijat dengan ibu jari dan telunjuk pada puting susu
menuju ke arah yang berlawanan)
2. Putting susu tidak lentur (lakukan latihan seperti cara mengatasi putting susu yang
terbenam).
3. Putting susu lecet
a. kalau lecet tidak terlalu berat, ibu bisa terus menyusui bayi.
putting susu diolesi ASI dan biarkan mengering
b. Menggunakan BH yang tidak terlalu ketat.
c. apabila nyeri hebat, atau luka makin berat, putting susu yang sakit diistirahatkan
sampai memungkinkan untuk kembali menyusui bayi
d. Selama putting susu yang bersangkutan diistirahatkan, ASI dikeluarkan oleh ibu
dengan tangan.
4. Payudara bengkak
a. bayi disusui sampai payudara harus kosong.
b. gunakan BH yang dapat menopang dengan nyaman.
c. kompres dingin dapat mengurangi rasa tidak enak.
d. ASI dapat diperas sedikit dengan tangan, frekuensi pengeluaran harus lebih sering.
Dalam waktu 1-2 hari keluhan akan reda.

53
JOB SHEET

REFERENSI

Setelah membaca job sheet ibu mampu

mempersiapkan alat dan perlengkapan serta bahan menyusui yang akan digunakan dengan cepat
dan benar sesuai urutan.

Dengan menggunakan bahan dan alat yang telah disediakan,ibu dapat mendemonstrasikan cara
menyusui yang benar sesuai dengan job sheet yang telah diberikan

INDIKATOR

1. Nurrezki, Wilis, dkk. 2014.Buku AjarAsuhan KebidananNifas (Askeb 3).


Yogyakarta. Nuha Medika
2. Rukiyah,Yeyeh. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta. Trans Info Media
3. Soetjiningsih. 1997. AsiPetunjukUntukTenagaKesehatan.Jakarta. Nuha Medika

53
DASAR TEORI

Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil
menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf
sekalipun dapat menyusui anaknya dengan baik. Keberhasilan menyusui didukung oleh
persiapan psikologis, yang dilakukan sejak masa kehamilan. Persiapan ini sangat berarti
karena keputusan atau sikap ibu yang positif terhadap pemberian ASI harus sudah terjadi
oada saat kehamilan, atau bahkan sebelumnya. Sikap ibu terhadap pemberian ASI
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, antara lain : adat. Kebiasaan dalam keluarga,
kepercayaan tentang menyusui, pengalaman menyusui pada kelahiran anak sebelumnya,
pengetahuan ibu tentang manfaat ASI, dukungan dokter, dan petugas kesehatan lainnya
terutama untuk ibu yang baru pertama kali hamil.

Kapan ibu mulai menyusui :


i. Susuilah bayi sesegera mungkin, paling baik segera dalam waktu 30 menit setelah
melahirkan
ii. Sentuhlah mulut bayi dengan puting susu, sehingga bayi terangsang untuk
menghisap meskipun ASI belum keluar
iii. Isapan bayi akan merangsang keluarnya ASI
iv. Pemberian ASI saja cukup untuk bayi berumur 0-6 bulan, ini yang disebut
pemberian ASI eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah bahan makanan alami, ideal dan fisiologis yang
mengandung nutrient lengkap dengan komposisi yang sesuai bagi bayi dalam bulan-bulan
pertama kehidupan mereka. Dalam pemberian ASI dikenal tehnik-tehnik dalam menyusui
yang apabila tehnik ini tidak diperhatikan dengan benar, akan menimbulkan kesulitan
dalam memberikan ASI, seperti ASI yang tidak keluar ataupun puting ibu yang lecet. Untuk
itu perlu dipelajari tehnik dalam menyusui untuk menanggulangi hal-hal yang telah
disebutkan diatas.

53
PETUNJUK

1 Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik


2 Siapkan alat dan perlengkapan serta bahan sesuai dengan urutan penggunaanya atau
secara ergonomis
3 Ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
4 Melakukan tehnik menyusuidilakukan mahasiswa secara individu secara tepat sesuai
dengan prosedur pelaksanaan
5 Tanyakan pada dosen bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti atau dipahami

KESELAMATAN KERJA

1 Patuhiprosedurtindakan
2 Pusatkanperhatianpadapekerjaandankeselamatanbayi
3 Pastikan ibu dalam keadaan rileks pada saat dilakukan tindakan
4 Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
5 Perhatikan tehnik menyusui dan keadaan bayi
6 Jaga privasi pasien pada saat melakukan tindakan

ALAT

 Bra dengankancingpembuka di depandannyamandigunakan


 Pakaiandengankancingdepan
 Handuk kecil
 Baskomberisi air matang (hangat)
 Kursi yang mempunyaisandaran
 Bantaluntukmenopang
BAHAN

Phantom payudara
Phantom bayi

53
PROSEDUR PELAKSANAAN

No LangkahTindakandan
Key Point
Gambar
1 Memberikan informed consent padaibu

Key Point

Pastikan ibu
mengertidanusahakanseramahmungkin

2 Menyiapkanalatdanbahansesuaidenganu
rutannya

Key Point
Letakkanpadatempat yang
mudahdijangkauolehpetugas

3 Mencucitangandengansabundibawah
air yang
mengalirdankeringkandenganhandukbe
rsih

Key Point
Pastikan tangan bersih dan kering

53
4 Memakaipakaiandan bra yang
memudahkandalammenyusui

Key Point
Pakaiandan bra yang
mempunyaikancingpembuka di depan

5 Pilihposisi yang nyamanuntukmenyusui

Key Point
Gunakankursi yang lebihrendah agar
kaki
ibutidakmenggantung&mempunyaisand
aran

6 Bersihkan payudara dengan handuk


kecil yang telah dibasahi dengan air
matang (hangat)

Key Point

dengancaramemutardariataskebawahun
tukmenjadakebersihanpayudara

7 Oleskansedikit ASI pada putting dan


areola

Key point
Masasepayudarauntukmengeluarkansed
ikit ASI

53
8 Baringkanbayidiatasbantaldenganposisis
alingberhadapan

Key Point
Hadapkanbayikeperutibuataupayudara

9 Pegangbayipadabelakangbahunyadenga
nsatulengandankepalabayipadalengkun
gsikuibu

Key Point

Posisitanganbayisepertimemelukibu,
kepalabayitidakbolehmenengadah

10 Menyentuhpipidansisimulutbayi
(berirangsangan) untukmembukamulut

Key point
Janganmemaksauntukmembukamulutba
yi

53
11 Segeramasukkan putting dan areola
kemulutbayi

Key Point
Usahakansebagianbesar areola
payudaramasukkemulutbayi

12. Topangpayudaradengantangankiriatauta
ngankanan

Key Point
Empatjarimenahanbagianbawah
areola &ibujaridiatasmammae

13 Lepaskan putting
susudarimulutdengantidakmenariknya

Key Point

53
Masukkanjarikelingkingibukemulutbayi
melaluisudutmulutataudagubayiditekan
kebawah

14. Ulangitindakanpadalangkah ke-7

Key point

Keluarkan ASI
sedikitkemudiandioleskanpada putting
susudan areola sekitarnya.

Biarkankeringdengansendirinya

15. Sendawakanbayi

Key Point
-
bayidigendongtegakbersandarpadabahu
ibukemudianpunggungnyaditepukperlah
an-lahan

-bayitidurtengkurap di pangkuanibu,
kemudianpunggungnyaditepukperlahan-
lahan

16 Membereskandanmerapihkankembalise
muaalatdanibu

53
Key point

Pastikansemuasudahberesdanrapi

17 Mencuci tangan di kran atau air


mengalir setelah melakukan tindakan

Key Point
Pastikan tangan sudah bersih

18 Membuat dokumentasi tindakan yang


telah dilakukan

Key Point
Catat hasi ldengan benar

53
EVALUASI

Ibu mendemonstrasikan tehnik menyusui secara individual dengan kriteria :


Menyusun peralatan sesuai dengan urutan atau tahap pemakaian

Melakukan langkah-langkah kerja secara sistematis

53
Daftar Tilik Konseling ASI EKSLUSIF

PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF

PENILAIAN
NO LANGKAH
KEGIATAN 0 1

A. PERSIAPAN
PERSIAPAN TEMPAT
1. Menyediakan tempat yang nyaman dan aman untuk melakukan
Konseling

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


2. Persiapan Alat
Alat tulis, pena dan buku
Alat bantu untuk melakukan konseling

PERSIAPAN PASIEN
3. Sambut pasien dan pendamping dengan ramah
4. Perkenalkan diri

5. Persilahkan pasien duduk dan ciptakan suasana yang nyaman


6. Menanyakan maksud dan tujuan kunjungan klien

7. Tanyakan riwayat menyusui sebelumnya Ibu


menyusui ASI Ekslusif atau tidak? ASI
keluar banyak atau tidak?

Ada masalah dalam menyusui atau tidak, jika ada tanyakan apa
masalahnya?

B. PELAKSANAAN KONSELING

53
8. Menjelaskan Pengertian ASI Eksklusif
ASI adalah makanan/nutrisi yang terbaik untuk bayi yang berasal atau
diproduksi oleh payudara ibu.

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan makanan atau


minuman lain pada bayi berumur 0-6 bulan.

Dalam 100 mililiter ASI terkandung berbagai nutrisi. Antara lain 1,2
gram protein, 3,8 gram lemak, 7 gram laktosa, 0,15 miligram besi, 0,11
miligram vitamin B1, 4,3 dan miligram vitamin C. Dengan kandungan
ini, ASI adalah makanan yang paling sempurna bagi bayi.

53
Menjelaskan tentang manfaat ASI eksklusif
Manfaat ASI bagi bayi
Nutrisi yang sesuai untuk bayi

Mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, mengandung enzim pencernaan (maka
bayi sering merasa lapar), zat gizi yang tedapat dalam ASI antara lain: lemak,
karbihidrat, protein, garam, mineral, serta vitamin

Mengandung zat protektif


Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang
mengalami sakit.

Mempunyai efek psikologi yang menguntungkan


Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi.

Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik, bayi yang


mendapatkan ASI akan memiliki tumbuhan kembang yang baik.

Mengurangi kejadian karies dentis


Insidensi karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi
disbanding dengan bayi yang mendapat ASI.

Mengurangi kejadian maloklosi

Penyebab maloklosi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong kedepan


akibat menyusui dengan botol dan dot.

Manfaat ASI untuk IBU


Mencegah perdarahan pasca persalinan
Mempercepat involusi uterus Mengurangi
anemia

Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara


Memberikan rasa dibutuhkan

Sebagai metode KB sementara


Syarat :

Bayi berusia belum 6 bulan dan


Ibu belum haid kembali dan Bayi
diberi ASI eksklusif

53
Aspek psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan.

53
Manfaat ASI untuk Keluarga
Aspek Ekonomi yaitu Menghemat biaya.
Aspek Psikologi yaitu kebahagiaan keluarga bertambah.

Aspek Kemudahan yaitu menyusui sangat praktis, dapat dilakukan dimana


saja dan kapan saja.

Manfaat ASI untuk Negara


Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Mengurangi subsidi untuk rumah sakit atau kesehatan.
Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.

Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.


Mengurangi polusi

Mengurangi morbiditas & mortalitas anak


Menghasilkan SDM yang bermutu

10. Menjelaskan tentang komposisi Gizi dalam ASI

ASI memiliki komposisi gizi untuk bayi yaitu protein, lemak, karbohidrat,
mineral, vitamin (vitamin A, D, E, K, B dan C), Semua zat ini terdapat secara
proposional dan seimbang satu dengan yang lainnya.

53
11. Menjelaskan Stadium ASI
ASI terdiri dari 3 stadium, yaitu:
ASI kolostrum:
Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket, dan berwarna
kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,
nitrogen, sel darahputih, dan antibody yang tinggi dari pada ASI matur,
mengandung rendah lemak laktosa, kolostrum keluar pertama kali sampai hari
ke 4.

ASI transisi
ASI transisi atau ASI peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama
dua minggu.

ASI matur

ASI matur yaitu ASI yang keluar pada hari 10-seterusnya, serta mempunyai
kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air.

53
12. Menjelaskan cara menyusui yang benar dan Memberitahu klien tentang
pentingnya kandungan Foremilk dan Hindmilk pada ASI. Menyusi yang
benar yaitu Ketika menyusui ibu dianjurkan Jangan berpindah - pindah
payudara sebelum payudara yang disusukan benar - benar terasa lunak dan
lembut (terasa kosong/ASI habis), setelah satu payudara sudah terasa kosong,
barulah ibu menyusukan bayinya ke satu payudaranya lagi. karena disitulah
bayi akan memperoleh foremilk dan hindmilk.

Foremilk

Foremilk merupakan air susu yang keluar di awal menyusui, warnanya putih
bening dan terlihat encer. Kandungannya yaitu protein, laktosa dan mineral
dengan kadar yang memiliki rendah lemak. Foremilk berfungsi memuaskan
rasa haus bayi tetapi kurang mengenyangkan, sebagai sumber energy dan
perkembangan otak bayi.

Hindmilk

Hindmilk merupakan ASI yang diproduksi pada akhir proses menyusui dan air
susunya yang berwarna putih dan kental, Hindmilk banyak mengandung
kandungan lemak dan memberikan banyak energi pada bayi hingga
menimbulkan rasa kenyang yang lebih tahan

lama dan untuk meningkatkan berat badan bayi.

13. Menjelaskan Anjuran Pemberian ASI


0-6 bulan : ASI Eksklusif memenuhi 100% kebutuhan bayi, jadi bayi tidak
membutuhkan makanan pendamping, bayi hanya membutuhkan ASI saja.

6-12 bulan : ASI memenuhi 60-70%, kebutuhan, jadi bayi perlu makan
pendamping ASI yang adekuat

> 12 bulan : ASI hanya memenuhi 30% kebutuhan. ASI tetap diberikan
untuk keuntungan lainnya berdampingan dengan makanan

atau minuman pendamping.

14. Menjelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI


Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI
8 kali pada 2-3 minggu pertama.

Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna

53
menjadi muda pada hari kelima setelah lahir.
Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8x sehari.
Saat buang air besar (BAB), apabila BAB bayi berwarna kuning dan berbiji-
biji itu tandanya bayi sudah mendapat cukup ASI.

Payudara terasa lebih lembek dan terasa kosong ketika sehabis menyusui.

Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan
grafik pertumbuhan.

Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu akan bangun dan tidur dengan


cukup dan pulas.

15. Menjelaskan tentang upaya memperbanyak ASI


Mengompres payudara sebelum dan sesudah menyusui.

Menyusui bayi setiap 2 jam sekali, siang dan malam hari dengan lama
menyusui 10-15 menit di setiap payudara.

Konsumsi makanan penambah produksi ASI seperti daun katuk, pepaya,


bayam, dan wortel.

Minum air putih 10-12 gelas perhari


Posisi menyusui yang benar, nyaman dan aman.

C. EVALUASI
16. Evaluasi hasil konseling yang sudah disampaikan

17. Menanyakan kepada klien apakah sudah mengerti tentang


penjelasan yang telah disampaikan

18. Motivasi Klien untuk ASI Ekslusif

19. Memberikan kesempatan kepada klien apakah ada pertanyaan yang


ingin ditanyakan.

20. Meminta ibu untuk mengulangi inti dari penjelasan yang telah
Disampaikan

21. Anjurkan Klien untuk datang kembali jika ada keluhan mengenai
pemberian ASI Ekslusif.

D. DOKUMENTASI

TOTAL SKOR :

i
ii
DOKUMENTASI

iii
iv
v
LAPORAN KELBIN SITI HAPSAH

vi
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”A” DENGAN KONSELING KB MKJP
DI KAMPUNG BOJONG KONDANG RT 001 RW 04 DESA SUKADAME,
KEC PAGELARAN, KAB PANDEGLANG, BANTEN TAHUN 2022

OLEH:

SITI HAPSAH

NPM. 19210200016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

PROGRAM PROFESI FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

2022

vii
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”A” DENGAN KONSELING KB MKJP
DI KAMPUNG BOJONG KONDANG RT 001 RW 04 DESA SUKADAME,
KEC PAGELARAN, KAB PANDEGLANG, BANTEN TAHUN 2022

OLEH:

SITI HAPSAH

NPM. 19210200016

Telah diprsentasikan pada tanggal …. Bulan… Tahun 2022 di hadapan tim penguji program setudi
Pendidikan profesi ,bidan program propesi fakultas Vokasi Universitas Indonesia Maju.

Tanggal, Juli 2022


Menyetujui

KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan Dan Deteksi Dini

Agus Santi Br.G,S,ST,M.Kes Gaidha K P,S.Tr.Keb,M.Keb

NIDN NIDN

Mengesahkan

Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb

NIDN: 0310098102
vii
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”A” DENGAN KONSELING KB MKJP
DI KAMPUNG BOJONG KONDANG RT 001 RW 04 DESA KADU
SUKADAME, KEC PAGELARAN, KAB PANDEGLANG, BANTEN
TAHUN 2022

OLEH:

SITI HAPSAH

NPM. 19210200016

Telah Disahkan di :

Jakarta, 4 Agustus 2022

Menyetujui

Dosen Paenaggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb

NIDN: 0310098102

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat meyelesaikan Laporan Individu Keluarga
Binaan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.”A” Dengan Konseling Kb Mkjp
Di Kampung Bojong Kondang Rt 001 Rw 04 Desa Kadu Sukadame, Kec Pagelaran,
Kab Pandeglang, Banten Tahun 2022

” dengan baik dan tepat waktu.

Dalam menyusun laporan ini, penulis menghadapi beberapa hambatan dan


tantangan. Tetapi hal ini tidak mengurangi semangat dalam melaksanakan dan
menyelesaikan semua rangkaian kegiatan Kebidanan Komunitas di RW 04 Desa
Sukadame, Kec Pagelaran, Kab Pandeglang, Banten yang dilaksanakan pada tanggal 21
sampai 22 Juli 2022.

Pada kesempatan kali ini ijinkan penulis menyampaikan ucapan terimakasih


yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan
dukungan baik moril dan support kepada :

16. Drs. H. Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju.


17. DR. Dr. dr. Hafizurrachman, MPH selaku Pembina Yayasan Indonesia Maju.
18. DR. Astrid Novita, SKM, selaku Rektor Indonesia Maju Jakarta (STIKIM)
19. Susaldi, S. ST.,Biomed selaku Wakil Rektor I Bid Akademik dan Inovasi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Maju (STIKIM)

20. Dr. Rindu, SKM, M.Kes, selaku Wakil Rektor II Bid Sumber Daya Keuangan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

21. Hidayani, Am.Keb, SKM, MKM selaku Dekan Fakultas Vokasi Indonesia Maju

22. Hedy Herdiana ,S.Kep,M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Indonesia Maju

23. Fanni Hanifah, S.ST, M. Kes selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Profesi
Indonesia Maju Jakarta.

24. Salfia Darmi SST, M,Kes selaku Dosen Pembimbing Stase 7 Asuhan kebidanan

x
Komunitas

25. Aprilia Nency,SST,M.Kes Selaku Dosen Penguji Stase 7 asuhan kebidanan .

26. Ria Magdalena SSiT Selaku CI stase 7 asuhan kebidanan komunitas

27. Seluruh dosen dan staff Pengajar program setudi Pendidikan profesi bidan ,program
profesi fakultas Vokasi Universitas Indonesia Maju (UIMA) yang Telah memberikan
ilmu pengetahuan, mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti proses
Pendidikan

28. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungannya baik moral maupun
materil sehingga penulis senantiasa bersemangat dan tidak pernah menyerah dalam
mengejar cita-cita.

29. Teman-teman kelompok 1 Praktik Asuhan Kebidanan Komunitas yang selalu kompak
dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.

30. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan di Universitas Indonesia Maju.

31. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan keluarga
binaan ini yang tidak dapat saya sabutkan satu – satu.

Penulis menyadari bahwa laporan yang disusun ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, mohon kritik dan yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan dating.
Semoga Laporan Kebidanan Komunitas ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 4 Agustus 2022

Siti Hapsah

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Tujuan
1. Tujuan Umum ................................................................................................. 2
2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 2
C. Manfaat ................................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga ....................................................................................... 4
2. Karakteristik Keluarga ............................................................................... 4
3. Bentuk Keluarga......................................................................................... 5
4. Fungsi Keluarga ......................................................................................... 6
5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan ................................................ 7
B. Teori atau Konsep Dasar Komunitas
1. Pengertian Kebidanan Komunitas ............................................................. 8
2. Tujuan Asuhan Kebidanan Komunitas ..................................................... 9
3. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas ............................................................................... 10
4. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Komunitas.................................... 11
C. KB .................................................................................................................. 13
D. Kontrasepsi ..................................................................................................... 14
E. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) ................................................ 14
F. Langkah Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas.......................... 19

xii
BAB III HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS
A. Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke-1 ......................................... 22
B. Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke-2 ......................................... 22
C. Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke-3 ......................................... 22

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................... 26
B. Saran............................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 - SOAP Kujungan Ke-1

Lampiran 2 - SOAP Kunjungan Ke-2

Lampiran 3 - SOAP Kunjungan Ke-3

Lampiran 4 - Informed Consend

Lampiran 5 – Job Sheet

Lampiran 6 – Prosedur Pelaksanaan

Lampiran 7 - SAP

Lampiran 8 – Materi Konseling KB MKJP

Lampiran 9 – Daftar Tilik

Lampiran 10 – Media Konseling

xi
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan merupakan suatu


keadaan sehat yang utuh baik secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya
keadaan bebas dari sakit, penyakit atau kecacatan yang memungkinkan setiap orang
dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan merupakan hakdasar
manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia, disamping itu kesehatan juga merupakan karunia tuhan. Oleh karena itu,
kesehatan perlu dipeliharadan ditingkatkan kualitasnya serta di lindungi dari
ancaman yang merugikan.

Menurut UU RI No.36 Tahun 2014 tentang kesehatan, pembangunan


kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya sebagai inventasi bagi pembangunan sumber daya manusiayang
produktif secara sosial dan ekonomis.

Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. (BKKBN, 2015)

Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-
laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini pasangan usia subur
harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka
kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval
kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan
kualitas generasi yang akan datang. (Manuaba.2015)

Menurut BKKBN, peserta KB aktif di antara Pasangan Usia Subur (PUS)


tahun 2020 sebesar 67,6%. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar

1
5
63,31% berdasarkan data Profil Keluarga Indonesia Tahun 2019. ( Pusat Data dan
Informasi KEMENKES RI, 2020)

Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi pemberian


KIE, konseling, penapisan kelayakan medis, pemberian kontarsepsi, pemasangan
atau pencabutan, dan penanganan efek samping atau komplikasi dalam upaya
mencegah kehamilan. Pelayanan kontrasepsi yang diberikan meliputi kondom,
pil, suntik, pemasangan atau pencabutan implan, pemasangan atau pencabutan alat
kontrasepsi dalam rahim, pelayanan tubektomi, dan pelayanan vasektomi. ( Pusat
Data dan Informasi KEMENKES RI, 2020)

MKJP adalah metode kontrasepsi jangka panjang untuk menunda,


menjarangkan kehamilan serta menghentikan kesuburan yang digunakan dalam
jangka panjang. Selain itu, MKJP lebih rasional dan mempunyai efek samping
sedikit . Jenis MKJP, AKDR/ IUD, Implant, Vasektomo, Tubektomi. (BKKBN,
2017)

Dalam hal ini penulis mengambil kasus pada keluarga Ny. A pada RW 04
Desa Sukadame, Kec Pagelaran, Kab Pandeglang, Banten sebagai bukti
pelaksanaan praktek kebidanan komunitas dan melaksanakan implementasi sesuai
dengan prioritas masalah. Diharapkan keluarga lebih mengerti dan memahami
tentang Keluarga berencana.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas Tentang Konseling
Keluarga Berencanan MKJP pada Ibu Ny “A“ RW 04 Desa Sukadame, Kec
Pagelaran, Kab Pandeglang, Banten

2. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian kepada Ny “A“ Di RW 04
2. Melaksanakan perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan kepada
Ny “A“
3. Melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan kepada Ny “A“
4. Melaksanakan asuhan kebidanan kepada Ny “A“

1
6
5. Melaksanakan evaluasi kepada Ny “A“
6. Melaksanakan pencatatan asuhan kebidanan kepada Ny “A“
C. Manfaat
1. Bagi Keluarga Binaan
Sebagai bahan masukan dan dapat menjadi suatu pengetahuan bagi keluarga Ny.A
untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah
kesehatan secara mandiri sehingga terciptanya keluarga yang berkualitas, sehat
dan sejahtera.

2. Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman langsung kepada masyarakat dalam menerapkan
manajemen kebidanan dan memberikan asuhan kebidanan pada keluarga
berencana sehingga pada saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara
sistematis yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang akan
memberikan dampak menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

3. Bagi Institusi Pendidikan


1. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan praktik kebidanan
komunitas dilapangan setelah mendapatkan teori yang lengkap dalam mata
kuliah Kebidanan Komunitas agar mendapatkan lulusan Sarjana Terapan
Kebidanan yang memiliki kompetensi dan professional.
2. Mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab kesenjangan
antara teori dan praktek sebagai bahan analisa untuk pendidikan praktik
kebidanan komunitas yang akan datang.

1
7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Defisnisi Keluarga
Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau
perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsifungsi instrumental
mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang
berada dalam suatu jaringan (Lestari, 2012)

Tumbuh kembangnya beberapa aspek manusia baik fisik atau psikis,


sosial dan spiritual, yang paling menentukan bagi keberhasilan kehidupannya,
sangat ditentukan oleh lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang
kondusif menentukan optimalisasi perkembangan pribadi, penyesuaian diri,
kemampuan bersosialisasi, kecerdasan, kreativitas, moral, juga peningkatan
kapasitas diri menuju batas-batas kebaikan dankesempurnaan dalam ukuran
kemanusiaan. Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling awal dikenal
dan dekat dengan anak, hal ini menjadikan peranan keluarga dalam pendidikan
dan proses pembentukan pribadi tampak dominan. Karena pada dasarnya
manusia itu memiliki potensi yang positif untuk berkembang akan tetapi
potensi itu bisa teraktualisasikan atau tidak, sangat ditentukan oleh peran
pendidikan dalam keluarga. (Subianto, J. 2013).

2. Karakteristik keluarga adalah (Lestari, 2012) :


1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing- masing mempunyai
peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
3. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
4. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

1
8
3. Bentuk Keluarga
Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut (Friedman, 2013):
1. Keluarga inti
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah,
seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak.

Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab
sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang tua adopsi,
biasanya menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi orang
tua maupun anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan
kasihsayangnya bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah
keluarga yang sangat menginginkan mereka.

Keluarga besar (Extended Family)


Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah
tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak / adik, dan keluarga
dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki
pilihan model pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka.
Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga dengan kepala rumah tangga duda atau janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah.

2. Dewasa lajang yang tinggal sendiri.


Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk
jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat,
jaringan ini dapat terdiri atas teman – teman seperti mereka yang sama – sama
tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup bertetangga. Hewan
pemeliharaan juga dapat menjadi anggota keluarga yang penting.

3. Keluarga orang tua tiri


Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan
peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering
kali individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baruterbentuk ini
beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota

1
9
keluarga harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak-
anak seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas
perkembangan mereka.

4. Keluarga binuclear
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari
sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan
paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang
dihabiskan dalam setiap rumah tangga.

4. Fungsi Keluarga
Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain (Wirdhana et al.,
2013) :

1. Fungsi Keagamaan Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak


mengenal, menanamankan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-
nilai agama, sehingga bisa menjadi insan-insan yang agamis, berakhlak baik
dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fungsi Sosial Budaya Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada
seluruh anggota keluarganya dalam mengembangkan kekayaan sosial budaya
bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang Fungsi keluarga dalam memberikan landasan
yang kokoh terhadap hubungan suami dengan istri, orang tua dengan anak-
anaknya, anak dengan anak, serta hubungan kekerabatan antar generasi
sehingga keluarga menjadi tempat utama bersemainya kehidupan yang punuh
cinta kasih lahir dan batin.
4. Fungsi Perlindungan Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya
dalam menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap
anggota keluarganya.
5. Fungsi Reproduksi Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan
keturunannya yang sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat menunjang
kesejahteraan umat manusia secara universal.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan Fungsi keluarga dalam memberikan peran
dan arahan kepada keluarganya dalam mendidikketurunannyasehingga dapat
menyesuaikan kehidupannya di masa mendatang.

2
0
7. Fungsi Ekonomi Fungsi keluarga sebagaiunsur pendukung kemandirian dan
ketahanan keluarga.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan
kepada setiap anggota keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara
serasi, selaras, dan seimbang sesuai dengan aturan dan daya dukung alam dan
lingkungan yang setiap saat selalu berubah secara dinamis.

5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman & Betan
(2013) adalalah sebagai berikut :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga


Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang
dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.
Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2. Membuat keputusan tindakan yang tepat


Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga
tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit


Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan


perawatannya).
b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c. Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).

2
1
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
1. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c. Pentingnya hiegine sanitasi.
d. Upaya pencegahan penyakit.
e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
f. Kekompakan antar anggota kelompok.
2. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Keberadaan fasilitas keluarga.
b. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
c. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
d. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

B. Teori atau Konsep Dasar Komunitas


1. Pengertian Kebidanan Komunitas
Menurut UU No.36 tahun 2014 pengertian Bidan adalah tenaga kesehatan
yang dikelompokkan ke dalam tenaga kebidanan, memiliki kewenangan untuk
melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berasal dari kata
dasar communis yang artinya masyarakat, publik atau banyak orang. Wikipedia
Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian komunitas sebagai sebuah kelompok
sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki
ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu- individu
di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi,

2
2
kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. (Ambar Kusumastuti,
“Peran Komunitas dalam Interaksi Sosial Remaja di Komunitas Angklung
Yogyakarta”, Skrpsi (Yogyakarta: UNY, 2014)

Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan KebidananKomunitas
adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan
ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas
dilakukan diluar rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas dapat juga
merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan dirumah sakit
dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan
komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam
kehamilan dan persalinan karena tugasnya adalah bersama-sama perempuan
sebagai partner untuk menerima secara positif pengalaman proses kehamilan dan
persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat mengambil keputusan atau
pilihan secara individual berdasarkan informasi yang telah diberikan. (Buku Ajar
Kebidanan komunitas, 2017)

Tujuan kebidanan komunitas yaitu mewujudkan derajat kesehatan


masyarakat dengan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dan kesehatan keluarga
dengan membangun kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan
kesehatan yang terkait dengan kebidanan di komunitasnya. (Ambarwati dan
Rismintari, 2015).

2. Tujuan Asuhan Kebidanan Dikomunitas


1. Tujuan umum
Mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan
perempuan diwilayah kerja bidan sehingga masyarakat mampu mengenali
masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.

2
3
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai tangguang
jawab bidan
b. Meningkatkan pelayanan mutu ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas, dan perinatal secara terpadu
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan,
persalinan, nifas, dan perinatal
d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kematian ibu dan anak
e. Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.

3. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan


Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut :
1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung
peran bidan di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.
Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala
Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia)
dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnyaadalah jumlah
perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/
perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader
kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
5. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik. Sistem
pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang
menjadi tanggung jawabnya.

24
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas
meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu,
keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai
mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya yang sensitif gender dan
tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil gender dan tidak, dan hukum serta norma
yang ternyata masih melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus
mampu bertindak profesional dalam bentuk :

1. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas


kemanusiaan sebagai bidan.
2. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative
(tidak membeda-bedakan), dan memenuhi standar prosedur kepada semua
klien (perempuan, laki-laki, transgender).

4. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Komunitas


Pelayanan asuhan asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area praktik
bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga, maupun
masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan nilai-nilai
masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan
keluarganya. Dalam praktiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah
yang dikenal dengan proses atau manajemen kebidanan. Langkah atau proses
manajemen kebidanan meliputi hal berikut ini :

1. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data yang


relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan setiap klien
termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang teliti.
2. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar.
Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan rencana untuk
mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka. Contoh: hasil pemeriksaan
Ibu hamil didapatkan konjungtiva pucat dan pemeriksaan laboratorium
penunjang hasil haemoglobin rendah di bawah normal. Makaibu dinyatakan
diagnosa hamil dengan anemia.
3. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien. Contoh: Ibu hamil dengan
anemia, maka rencana yang paling tepat adalah memberikan tablet zat besi

25
untuk meningkatkan kadar haemoglobin.

4. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil


keputusan untuk kesehatannya. Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait
dengan kondisi kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien dapat
mengikuti anjuran dari bidan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
5. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien. Setiap rencana yang akan
dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa apa yang diberikan
merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu hamil yang anemia perlu penambah zat
besi untuk kesehatan ibu dan janin.
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai
berikut :

1. Peningkatan kesehatan (promotif)


Bidan lebih mengutamakan langkah promotif dalam setiap asuhannya,
seperti ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di
tenaga kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang
di posyandu.

2. Pencegahan (preventif)
Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat dilakukan adalah
pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.

3. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan.


Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi
melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses rujukan
tidak mengalami keterlambatan.

4. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan.


Dalam memberikan asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis,
dengan meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi
klien.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).


Pada masa pemulihan bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
(dokter kandungan) untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien.

26
Sebagai contoh adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien
dengan tindakan persalinan caesar.

6. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,


kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan
individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi
bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta,
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak
diinginkan (KTD), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi,
korban perkosaan, dan injecting drug user (IDU).

C. KB
1. Pengertian KB
Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode
kontrasepsi adalah mencegah sperma laki laki mencapai dan membuahi telur
wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
(melekat) dan berkembang didalam rahim (Purwoastuti, 2015).

2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluargakecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. (Sulistyawati, 2013).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomer 87 tahun 2014 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pengembangan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, tujuan KB adalah:

1. Mengatur kehamilan yang diinginkan


2. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
3. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
4. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek Keluarga
Berencana
27
5. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak
kehamilan

D. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasesi
Kontrasepsi adalah upaya yang diambil dalam mengatur dan mengontrol angka
kelahiran bayi dalam masyarakat (Kemenkes RI, 2012)

Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan yaitu:


1. Tujuan umum: pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan
KB yaitu dihayatinya NKKBS.
2. Tujuan pokok: penurunan angka kelahiran yang bermakna.
Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan
tiga fase untuk mencapai sasaran, yaitu:

a. Fase menunda perkawinan/kesuburan


b. Fase menjarangkan kehamilan
c. Fase menghentikan kehamilan atau kesuburan
Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak
akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua.

2. Cara Kerja Kontrasepsi


Bermacam –macam tetapi pada umumnya mempunyai fungsi sebagai
berikut:

1. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.


2. Melumpuhkan sperma.
3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma
3. Macam-macam Metode Kontrasepsi
Metode kontrasepsi meliputi kontrasepsi oral (pil pengontrol kehamilan), kondom
dan preparat yang menghentikan atau membunuhsperma pada saat bersentuhan
(sperimisida-pada busa vagina, krem, jel ),pencabutan sebelum ejakulasi,
diafragma, penutup leher rahim ,metode kalender, kontrasepsi implantasi,
kontrasepsi suntikan dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Kontrasepsi

28
dapat digunakan oleh pasangan suami istri yang secara fisik dapat hamil dan
memiliki hubungan seks dengan seseorang lawan jenisnya namun

tidak ingin memiliki bayi pada saat itu. Setelah mempelajari tentang kegunaan dan
berbagai metode kontrasepsi, seseorang dapat memilih metode yang paling cocok.

E. MKJP (METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG)


1. Pengertian MKJP
MKJP adalah alat kontrasepsi untuk menunda, menjarangkan kehamilan serta
menghentikan kesuburan yang digunakan dalam jangka panjang. Selain itu,MKJP
lebih rasional dan mempunyai efek samping sedikit . Jenis MKJP, AKDR/ IUD,
Implant, Vasektomo, Tubektomi(BKKBN, 2017)

2. Manfaat MKJP
1. Efektif mencegah kehamilan hingga 99%
2. Jangka waktu pemakaian lebih lama
3. Biaya terjangkau
4. Tidak mempengaruhi produksi ASI
5. Tidak ada perubahan fungsi seksual
6. Merencanakan kehamilan dan masa depan anak
7. Mencegah resiko kematian ibu saat melahirkan

3. Jenis MKJP
A. Alat kontrasepsi DALAM Rahim (IUD)
1) Profil
a. Sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10
tahun : Cut-380A)
b. Haid menjadi lebih lama dan banyak
c. Pemasangan dan pencabutan membutuhkan pelatihan
d. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar PMS
2) Jenis
a. AKDR Cut-380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T,
disebulungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu)

29
b. AKDR yang lain beredar di Indonesia adalah NOVA T (Schering)
3) Mekanisme kerja
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilitas
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
4) Indikasi
a. Usia reproduksi
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui banyinya
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak mengehendaki metode hormonal
i. Tidak menyukai untuk mengingat ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
5) Kontraindikasi
a. Sedang hamil atau di duga hamil
b. Perdrahan pervaginam yang belum jelas diketahui penyebanya
c. Sedang menderita infeksi genetalia
d. Kelainan bawaan uterus yang abnormal/tumor jinak rahim yang
dapat dipengaruhi kavum uteri
e. Penyakit trofoblas yang ganas
f. Diketahui menderita TBC pelvic
g. Kanker alat genetalia
h. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
6) Efek samping
a. Amenore
b. Kejang

30
c. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
d. Benang yang hilang
e. Adanya pengeluaran cairan dari vagina/di curigai adanya PRP
7) Waktu penggunaan
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak
hamil
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan
metode amenore laktasi (MAL)
d. Perlu diingat angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau
selama 48 jam pascapersalinan
e. Setelah abortus atau keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
apabila tidak gejala infeksi
f. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
8) Cara pemasangan AKDR
a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakuakn dan mempersilakan
klien mengajukan pertanyaan
b. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakitpada
beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahubila
sampai pada langkah- langkah tersebut
c. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya
d. Periksa genetalia eksterna
e. Lakukan pemeriksaan speculum
f. Lakukan pemeriksaan panggul
g. Lakukan pemeriksaan mikroskopik
h. Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan
sterilnya
i. Masukkan speculum dan usap vagina dan serviks dengan larutan
antiseptic
j. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
k. Masukkan sonde uterus
l. Pasang AKDR Copper T 380A

31
B. Implant
1) Profil
a. Dua kapsul tipis, fleksibel berisi levonorgestrel (LNG) yang
disipkan di bawah kulit lengan atas seseorang wanita
b. Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena,
Indoplant atau Implanon
c. Nyaman
d. Dapat di pakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
e. Pemasangan dan pencabutan oleh bidan/dokter terlatih
f. Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
2) Cara Kerja
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi
3) Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
4) Keuntungan kontrasepsi
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Bebas dari pengaruh estrogen
f. Tidak mengganggu kegiatan senggama
g. Tidak mengganggu ASI
5) Keuntungan Non kontrasepsi
a. Mengurangi nyeri haid
b. Mengurangi jumlah darah haid
c. Mengurangi/ memperbaiki anemia
d. Melindungi terjadinya kanker endometrium
e. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
f. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul

32
C. Tubektomi (Pada Perempuan)
Tindakan operasi pengikatan atau pemotongan pada saluran telur wanita.
Metode ini untuk pasangan usia subur yang tidak menginginkan anak lagi.
Efektif mencegah kanker ovarium. Tindakan dilakukan di Rumah Sakit.

D. Vasektomi (Pada Laki-Laki)


Ketika bersenggama cairan mani yang keluar tidak mengandung sperma
karena adanya sayatan kecil dan pengikat pada salurannya. Biaya murah,
sekali tindakan dan dapat segera beraktivitas. Vasektomi tidak
mempengaruhi kejantanan pada pria.

F. Langkah- Langkah Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Di Komunitas


Langkah-langkah proses penatalaksanaan ini pada hakikatnya sudahmenjelaskan
dengan jelas pengertian masing-masing. Namun untuk pendokumentasian di
komunitas lebih diarahkan kepada masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
Adapun langkah langkahnya sebagai berikut (Elly, 2018)

1. Identifikasi Masalah
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan, bidan melakukan identifikasi untuk
mengatasi keadaan dan masalah kesehatan masyarakat di desanya, terutama
masalah kesehatan ibu dan anak, untuk itu perlu dilakukan pengumpulan data
yang valid dan akurat. Berdasarkan data, pengumpulan dilaksanakan secara
langsung ke masyarakat (data subyektif) diperoleh langsung dari informasi
masyarakat melalui wawancara dan (data obyektif) yang diperoleh dari hasil
observasi, pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga,masyarakat dan
lingkungannya.

a. Hal – hal yang perlu diidentifikasi di masyarakat antara lain sebagai berikut :
1) Identitas Keluarga
2) Faktor lingkungan
3) Komunikasi, transportasi dan informasi
4) Pelayanan kesehatan dan sosial
5) Data Kesehatan ibu (kesehatan ibu hamil, kesehatan ibu nifas, ibu

33
menyusui, keluarga berencana
6) Data Neonatus, bayi dan balita
7) Data anak usia sekolah ( 5 – 12 tahun)
8) Data remaja
9) Data senium atau menopause ( 65 tahun)
10) Data lansia (59 – 65 tahun)
11) Data sosial budaya ( sarana peribadatan, pemeluk agama atau
kepercayaan)
b. Hal – hal yang perlu diidentifikasi di keluarga binaan antara lain sebagai
berikut :
1) Identitas keluarga (nama, usia, jenis kelamin, hubungan keluarga,
pendidikan, golongan darah)
2) Penghasilan Kepala keluarga tetap per bulan
3) Kepemilikan jaminan kesehatan
4) Jarak rumah dengan pelayanan kesehatan
5) Alat transportasi keluarga
6) Kepemilikan sarana dan prasarana (adanya jamban sehat, ketersediaan air
bersih, pembuangan sampah limbah rumah tangga)
7) Pengetahuan.
2. Analisis Data
Seluruh data yang dikumpulkan, yang relevan, digunakan sebagai bahan untuk
analisa. Dari data yang terkumpul diperoleh informasi tentang:

a. Hubungan antara penyakit atau status kesehatan dengan lingkungan,


keadaan sosial budaya (perilaku) pelayanan kesehatan yang ada, serta faktor
– faktor keturunan yang berpengaruh terhadap kesehatan.
b. Masalah – masalah kesehatan (termasuk penyakit) ibu dan anak balita.
c. Masalah utama kesehatan ibu dan anak serta penyebabnya.
d. Faktor – faktor pendukung dan penghambat bila upaya perbaikan kesehatan
ibu dan anak balita serta KB dilakukan.
3. Perumusan Masalah
Setelah data di analisa, selanjutnya dirumuskan masalah kesehatan masyarakat.
Dalam penyusunan masalah kesehatan, seseorang harus selalu mengacu pada
tipologi masalah kesehatan, yaitu sebagai berikut :

34
a. Ancaman kesehatan, adalah yang dapat meningkatkan terjadinya penyakit,
kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.

b. Kurang atau tidak sehat, adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan.


c. Situasi krisis, adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga
dalam menyesuaikan diri.
4. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas
masalah kesehatan keluarga. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan
keluarga, disasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut :

a. Sifat masalah, dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan, keadaan sakit


atau kurang sehat, situasi krisis.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah maksudnya kemungkinan keberhasilan
untuk mengurangi masalah atau menvegah masalah bila dilakukan intervensi
kesehatan.
c. Potensi masalah untuk dicegah maksudnya sifat dan beratnya masalah yang
akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan kesehatan.
d. Masalah yang menonjol maksudnya cara keluarga melihat dan menilai
maslah dalam hal berat dan mendesaknya masalah tersebut untuk diatasi
melalui intervensi kesehatan.
5. Perencanaan
Langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan kesehatan keluarga. Rencana
kesehatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan bidan untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan yang telah teridentifikasi.

6. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan bidan di komunitas mencakup rencana pelaksanaan
yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

7. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui keteapatan atau kesempurnaan antara
hasil yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu
kegiatan dikatakan berhasil apabila evaluasi menunjukkan data yang sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai.

35
BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS

A. Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke 1 Pada Ny.A Tanggal 21 JULI


2022 RW 04 Desa Sukadame, Kec Pagelaran, Kab Pandeglang, Banten Hari Kamis tanggal
21 Juli 2022 dilakukan kunjungan pertama ke rumah Ny.A. Pengkaji melakukan pengkajian
pada Ny.A dengan metode wawancara menggunakanasuhan kebidanan yaitu SOAP.
Dari hasil anamnesa didapatkan hasil Data Subjektif :
Ny.A umur 31 tahun, agama islam, suku sunda, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah
tangga. Suami Ny.A bernama Tn. F berusia 30 tahun, agama islam, pendidikan terahir
SMA, suku sunda, pekerjaan Karyawan swasta. Ny. A telah menikah selama 9 tahun
dan memiliki 2 orang anak. Didapatkan masalah potensial pada Ny.A yaitu sudah 2
tahun KB suntik 3 bulan berat badannya selalu naik (BB sebelum KB 49 kg, setelah
KB 58 kg) dan mens tidak teratur serta tidak ingin memiliki anak lagi. Memberitahu
ibu efek samping dari suntuk KB 3 bulan, diantaranya adalah menstruasi yang tidak
teratur. Selanjutnya pengkaji meminta izin kepada Ny.A bahwa akan menjadi keluarga
binaan dan Ny.A bersedia. Pengkaji memberitahu bahwa akan melakukan kunjungan
kedua pada hari Jumat tanggal 22 Juli 2022 jam 15.30 WIB.

B. Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke 2 Pada Ny.A


Hari Senin tanggal 25 Juli 2022 pukul 15.30 WIB dilakukan kunjungan kedua pada
Ny.A untuk melakukan pemeriksaan fisik.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan : keadaan umum baik, kesadaran


Composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36,3 derajat celcius. Pemeriksaan fisik : mata
simetris ka/ki, tidak ada secret, konjungtiva merah mud aka/ki, sclera tidak ikterik
ka/ki, hidung tidak ada polip, tidak ada secret, mulut : lidah bersih, gigi tidak ada
caries, tidak ada stomatitis, teling : simetris ka/ki, tidak ada serumen ka/ki, dada
simetris ka/ki, reflek patella positif ka/ki, ekstremitas bawah simetris ka/ki, jari kaki
lengkap ka/ki, kuku bersih ka/ki.

36
Setelah pemeriksaan dilakukan, pengkaji memberitahu hasil pemeriksaan kepada Ny.A
bahwa saat ini Ny.A dalam keadaan sehat dan normal. Serta menganjurkan untuk tetap
menjaga kesehatan, dan tetap menerapkan protocol kesehatan.

C. Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke-3 Pada Ny.A


Hari Sabtu tgl 30 Juli 2022 pukul 10.00 dilakukan kunjungan ketiga kepada Ny.A
dengan tujuan konseling dan penyuluhan KB MKJP.

Konseling dilakukan dengan menggunakan media Lembar Balik KB dengan materi


KB IUD, Implant, Tubektomi, Vasektomi. Materi yang disampaikan tentang manfaat
KB MKJP, efek samping dan efektifitas KB MKJP.

Disela-sela konseling, Ny.A diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan


apabila ada yang tidak dimengerti dari apa yang disampaikan oleh pengkaji. Ny.A
mengajukan beberapa pertanyaan terkait KB MKJP.

Hasil yang diperoleh setelah dilakukan konseling dan penyuluhan, Ny.A memahami
materi yang disampaikan dan akan melakukan diskusi dengan suaminya untuk
mengambil keputusan KB apa yang akan digunakan dengan salah satu jenis KB MKJP.
Pengkaji berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada Ny.A karena telah bersedia
meluangkan waktunya.

37
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kunjungan pertama yang dilakukan kepada Ny.A didapatkan


data sunjektif, yaitu Ny.A berusia 31 tahun, agama islam, suku sunda, pendidikan terahir
SD, pekerjaan ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Di Kampung Bojong Kondang Rt
001 Rw 04 Desa Kadu Sukadame, Kec Pagelaran, Kab Pandeglang, Banten Ny.A
memiliki suani bernama Tn.F berusia 30 tahun, agama islam, pendidikan terahir SMA,
suku sunda, pekerjaan Karyawan swasta

Ny.A mengatakan menarche pada usia 12 tahun, memiliki siklus haid 28 hari, lama
haid 7-8 hari, mengganti pembalut 2-3 kali sehari. Ny.A telah menikah selama 9 tahun
dan sudah memiliki 3 orang anak dengan jenis kelamin anak pertama perempuan usia 8
tahun, anak kedua perempuan usia 5 tahun, anak ketiga perempuan usia 2 tahun. Pada saat
ini Ny.A menggunakan KB suntik 3 bulan dan sudah berlangsung selama 2 tahun, dan
tidak ingin memiliki anak lagi.

Dari hasil data objektif didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
TD 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,5 derajat celcius, BB
58 kg, TB 153,5cm.

Setelah melakukan observasi didapatkan masalah didalam keluarga Ny.A yaitu,


mens tidak teratur selama menggunakan KB suntik 3 bulan dan BB terus bertambah. Ny.A
ingin sekali mens teratur, mengganti metode kontrasepsi tetapi masih bingung untuk
menggunakan kontrasepsi apa yang sesuai dengan keinginannya.

Dari penjelasan Ny.A, penulis memutuskan untuk menjadikan Ny.A sebagai


keluarga binaan dan memberikan konseling terkait KB MKJP. Hal ini sesuai dengan teori
Yusuf, dkk (2016) konseling individu adalah hubungan yang dilakukan secaratatap muka
antara konselor dengan klien, yang mana konselor sebagai seseorang yang memiliki
kompetensi khusus memberikan suatu situasi belajar kepada klien yang sebagai orang
normal untuk dibantu dalam mengetahui dirinya sendiri, situasi yang dihadapi dan masa
depan, sehingga klien dapat menggunakan potensinya untuk mencapai kebahagiaan
pribadi maupun social dan lebih lanjut klien akan belajar mengenai bagaimana
memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan di masa depan.

38
Selanjutnya pada kunjungan ketiga penulis memberikan konseling kepada Ny.A
tentang KB MKJP. Konseling yang diberikan yaitu tentang Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang yang diantaranya yaitu dengan menggunakan IUD, Implat, Tubektomo dan
Vasektomi. Selama proses konseling, Ny.A menyimak dengan baik apa yang disampaikan
penulis dan kooperatif dengan menyampaikan beberapa pertanyaan kepadapenulis disela-
sela konseling saat sedang dilaksanakan. Setelah konseling dilakukan penulis melakukan
evaluasi dengan menanyakan keputusan Ny.A terkait KB atau metode apa yang akan
digunakan oleh Ny.A, lalu Ny.A menjawab akan melakukan diskusi dahulu dengan
suaminya.

Setelah memberikan asuhan dan konseling tentang Kb MKJP, penulis melakukan


pendokumentasian dari kunjungan pertama sampai kunjungan ketiga dengan
menggunakan manajemen kebidanan SOAP.

39
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan kebidanan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang merupakan


implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan melalui praktik kebidanan dengan
sasaran keluarga dan ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami
keluarga dengan pendekatan asuhan kebidanan. Setelah melakukan asuhan pada Ny.
A usia 31 tahun dengan konseling KB MKJP, maka penulis menyimpulkan :

1. Telah mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny.
A usia 31 tahun.
2. Telah mampu melakukan pengkajian diagnosa, masalah dan kebutuhan pada
Ny.A usia 31 tahun.
3. Telah mampu melakukan asuhan kebidanan pada Ny.A usia 31 tahun
4. Telah mampu memberikan konseling tentang KB MKJP kepada Ny.A usia
31 tahun.
5. Telah mampu melakukan evaluasi pada hasil asuhan yang diberikan dengan
metode SOAP pada Ny.A usia 31tahun.

B. Saran
Berdasarkan kunjungan yang sudah dilaksanakan maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Keluarga Binaan


Diharapkan Ibu memahami dan mengerti penjelasan yang telah diberikan serta ibu
menggunakan KB MKJP.

2. Bagi Mahasiswa

40
Agar menerapkan manajemen kebidanan dan memberikan asuhan kebidanan serta
memberikan konseling dan penyuluhan dilakukan secara sistematis sehingga pada
saat bekerja di lapangan dapat menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan.

3. Bagi Institusi
Agar mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab kesenjangan
antara teori dan praktek sebagai bahan analisa untuk pendidikan praktik kebidanan
komunitas.

4. Bagi Tenaga Kesehatan


Agar Tenaga Kesehatan tetap terus melakukan pembinaan, konseling, dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dengan bekerja sama
dengan lintas sector terkait yang ada di wilayah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

41
DAFTAR PUSTAKA

Ambar Kusumastuti. (2014) Peran Komunitas dalam Interaksi Sosial Remaja di


Komunitas Angklung Yogyakarta, Yogyakarta: UNY.

BKKBN. (2015). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke-. 5. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan

BKKBN. (2017). Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Lebih Aman dan Pasti.
Retrieved from https://keluargaindonesia.id/infografik/metode-kontrasepsi-jangka-
panjang-mkjp- lebih-aman-dan-pasti

Fauziah, S.ST.,M.Kes. (2020). Buku Ajar Praktik Asuhan Pelayanan Keluarga


Berencana. Jawa Tengah: Cv.Pena Persada

Friedman, M M., Bowden, V R., Jones, E G.(2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga
Riset, Teori, dan Praktik, Edisi 5. EGC: Jakarta

Handayani, Sih Rini Dan Triwik Sri Mulyati. (2017). Bahan Ajar Kebidanan
Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan RI.(2012). Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana.
Jakarta: Kemenkes RI; 2012

Kementerian Kesehatan RI. (2015). INFODATIN Situasi Dan Analisis Keluarga


Berencana. Jakarta. 2015

Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik
Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.

Manuaba, Ida Bagus. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Marylyn M. Friedman.(2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, Dan
Praktek. Jakarta : EGC

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 87 tahun 2014. Perkembangan


Kependudukan dan Pengembangan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem
Informasi Keluarga

Purwoastuti, T. E., dan E. S. Walyani. (2015). Panduan Maeri Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Subianto, J. (2013). Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembentukan


karakter berkualitas. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8(2).

Sulistyawati, Ari. (2013). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika

Wahyuni, E. D. (2018) Asuhan Kebidanan Komunitas. KEMENKES RI Pusat Pendidikan


Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Wirdhana,I., et al..(2012). Komunikasi Efektif Orang tua dengan Remaja.


Jakarta:BKKBN

UU RI NO.36 TAHUN 2014 Tentang Kesehatan


LAMPIRAN
LAMPIRAN

Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Ny.A Dengan Konseling KB MKJP di Di


Kampung Bojong Kondang Rt 001 Rw 04 Desa Kadu Sukadame, Kec Pagelaran,
Kab Pandeglang, Banten

Kunjungan I
Tempat : KP BOJONG KONDANG RT 001 RW 04 DESA SUKADAME
Pada Tanggal : 21 JULI 2022
Pukul : 13.00 WIB
Nama Pengkaji : SITI HAPSAH

I. Pengumpulan Data

A. Data Subyektif

1. Identitas / Biodata

Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. F

Umur : 31 Tahun Umur : 32 Tahun

Suku : Sunda Suku : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan


Swasta

Alamat : Di Kampung Bojong Kondang Rt 001 Rw 04 Desa Kadu


Sukadame, Kec Pagelaran, Kab Pandeglang, Banten

Keluhan Utama :Ibu mengatakan bahwa mens tidak lancar dan berat badan
selalu naik selama menggunakan kontrasepsi KB suntik 3 bulan

1) Riwayat Perkawinan
a. Riwayat perkawinan sah, kawin 1 kali
b. Menikah usia 23 tahun dengan suami usia 22 tahun. Lama pernikahan 9 tahun,
memiliki 2orang anak.
2) Riwayat Menstruasi
a. Menarche : usia 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lama : 6 - 7 hari
d. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut per hari
e. Teratur /tidak teratur : Teratur
f. Sifat darah : Encer
g. Dismenorhoe : tidak
h. Riwayat Persalinan :

NO Tgl/Thn Tempat Umur Jenis Penolong Anak Nifas Keadaan


Partus Partus Kehamilan Partus Anak
JK BB PB Keadaan Menyusui Sekarang
1 2014 RB 39 mgg spontan Bidan L 3200 49 Sehat/ 2 tahun Sehat/
Normal Normal
2 20121 RB 38 mgg spontan Bidan L 3150 49 Sehat/ 1 tahun Sehat/
Normal Normal

3. Riwayat KB
Ibu mengatakan KB suntik 3 bulan
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit serius seperti jantung,
diabetes,hipertensi, TBC dan tidak ada riwayat penyakit menular seksual.

5. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan keluarga tidak ada riwayat penyakit serius seperti jantung,
diabetes,hipertensi,TBC dan tidak ada riwayat penyakit menular seksual.

6) Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar


a. Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur dan lauk. Minum air
putih kurang lebih 1,5 liter.

b. Pola eliminasi
1. BAB : Ibu BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning
kecoklatan
2. BAK :Ibu BAK 5-6 kali sehari, warna kuning, jernih, bau khas feses
c. Pola istirahat
Ibu mengatakan tidur malam sekitar 7-8 jam, jarang tidur siang
d. Pola hygine
Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 3x
seminggu dan ganti pakaian dalam 2x sehari.

e. Pola seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual dengan baik dengan
suaminya.

f. Pola aktifitas
Ibu mengatakan setiap pagi menyapu, mengepel, memasak dan menemani
anaknya sekolah online.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis

TB : 153,5 cm

BB : 58 kg

Tanda-Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/m

N : 80 x/m S : 36,5 C

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe, tidak ada odema
Mata : Simetris Ka/Ki, konjungtiva merah muda Ka/Ki, sklera tidak ikterus

Ka/Ki, tidak ada odema Ka/Ki


Muka : Simetris, tidak odema

Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret


Telinga : Simetris Ka/Ki, tidak ada serumen Ka/Ki

Mulut/gigi : bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, lidah bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran

vena jungularis
Payudara : Simestris Ka/Ki, tidak ada benjolan Ka/Ki, puting menonjol
Ka/Ki

Abdomen : Simetris, tidak ada bekas luka operasi


Genetalia : Tidak dilakukan
Anus : Tidak dilakukan
Ekstermitas Atas : Simetris kanan kiri Ka/Ki, jari lengkap Ka/Ki, kuku bersih
Ka/Ki, tidak ada oedema Ka/Ki, tidak ada varises Ka/Ki, pergerakan baik Ka/Ki
dan refleks patella positif Ka/Ki

Ekstermitas Bawah : Simetris kanan kiri Ka/Ki, jari lengkap Ka/Ki, kukubersih
Ka/Ki, tidak ada oedema Ka/Ki, tidak ada varises Ka/Ki, pergerakanbaik Ka/Ki
dan refleks patella positif Ka/Ki

3. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

II. Analisis Data


Ny. A umur 32 tahun P3A0 Akseptor Kb suntik 3 bulan
III. Masalah Potensial
Mens tidak teratur dan BB naik selama menggunakan kontrasepsi suntik KB 3
bulan

IV. Tindakan Segera


Melakukan Konseling kepada Ny.A tentang KB MKJP
V. Perencanaan
1. Beritahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada Ny.A.
2. Edukasi ibu tentang efek samping KB suntik 3 bulan
3. Beritahu Ny.S bahwa akan dijadikan keluarga binaan
4. Beritahu kepada Ny. A bahwa akan dilakukan kunjungan kedua pada tanggal
25 Juli 2022
5. Dokumentasi hasil kunjungan.

VI. Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada Ny.A.
2. Memberikan edukasi tentang efek samping Kb suntik 3 bulan bahwa salah satu
efek samping KB suntik 3 bulan yaitu mens tidak teraur.
3. Memberitahu kepada Ny.A bahwa akan dijadikan keluarga binaan
4. Memberitahu kepada Ny. A bahwa akan dilakukan kunjungan kedua
padatanggal 17 Juli 2022
5. Mendokumentasikan hasil kunjungan.

VII. Evaluasi
1. Ny. A sudah tahu dan mengerti hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada Ny.A.
2. Ny. Amengerti dan faham bahwa efek samping KB suntik 3 bulan salah satunya
yaitu mens tidak teratur
3. Ny.A bersedia untuk menjadi keluarga binaan
4. Ny. A sudah tahu dan bersedia akan dilakukan kunjungan kedua pada tanggal
25 Juli 2022
5. Sudah dilakukan dokumentasi hasil kunjungan.

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An. K Kunjungan ke-2


Hari/Tanggal : Senin, 25 Juli 2022
Tempat : Di Kampung Bojong Kondang Rt 001 Rw 04 Desa Kadu Sukadame,
Kec Pagelaran, Kab Pandeglang, Banten

Pukul : 15.30 WIB

Pengkaji : Siti Hapsah


A. Subjektif (S)
Ibu mengatakan dalam keadaan sehat wal afiat
B. Objektif (O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

Tensi : 110/80 mmHg Nadi : 78x/menit


Pernafasan : 22x/menit Suhu : 36,3 C

C. Assesment (A)
Ny. A umur 32 tahun P3A0 Akseptor Kb suntik 3 bulan
D. Planning (P)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa Ny.A keadaan baik dan
normal
Ev : ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa Ny.A dalam keadaan baik dan
normal
2. Memberitahu Ny.A agar tetap menjaga kesehatan dan menerapkan protocol
kesehatan.
Ev : Ny.A mengerti dan bersedia menjaga kesehatan dan menerapkan protocol
kesehatan.

3. Mendokumentasikan hasil kunjungan kedua.


Ev : pendokumentasian dilakukan.

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An. K Kunjungan ke-3


Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Juli 2022
Tempat : Di Kampung Bojong Kondang Rt 001 Rw 04 Desa Kadu Sukadame,
Kec Pagelaran, Kab Pandeglang, Banten

Pukul : 10.00 WIB


Pengkaji : Siti Hapsah
A. Subjektif (S)
Ibu mengatakan dalam keadaan sehat wal afiat
B. Objektif (O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

Tensi : 100/80 mmHg Nadi : 82x/menit


Pernafasan : 20x/menit Suhu : 36,5 C

C. Assesment (A)
Ny. A umur 31 tahun P3A0 Akseptor Kb suntik 3 bulan
D. Planning (P)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa Ny.A dalam keadaan
baik.

Ev : ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa dalam keadaan baik.


2. Memberikan konseling/ penyuluhan tentang KB MKJP (pengertia,manfaat,
jenis-jenis KB MKJP, efek samping dan efektivitas).
Ev : Ny.A mengerti dan faham tentang KB MKJP (pengertia, manfaat,
jenis-jenis KB MKJP, efek samping dan efektivitas).

3. Memberikan kesempatan kepada Ny.A untuk bertanya


Ev : Ny.A bertanya tentang IUD dan implant dan berkata akan melakukan
diskusi dengan suaminya terkait KB apa yang akan digunakan selanjutnya
dengan memilih salah satu jenis KB MKJP

4. Mengucapkan terimakasih kepada Ny.A dan keluarga karena sudah


bersedia meluangkan waktunya dan menjadi keluarga binaan.
Ev : Ny.A berterimakasih karena sudah diberikan informasi dan ilmu
tentang KB MKJP.

5. Mendokumentasikan hasil kunjungan ketiga.


Ev : pendokumentasian dilakukan.
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
MENJADI KELUARGA BINAAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ACIH
Usia : 31 tahun
Alamat : Kp Bojong Kondang
Menyetujui untuk menjadi klien dalam asuhan kebidanan keluarga binaan dan menyetujui
jika ada pemeriksaan medis atau kegiatan lain yang akan dilakukan oleh :

Nama : Siti Hapsah

NPM :19210200016

Program Studi : Profesi Bidan

Kegiatan : Asuhan Kebidanan pada Keluarga Binaan


Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa tersebut, bersama dengan ini saya
menyatakan tidak keberatan untuk menjadi klien dan akan memberikan informasi yang
sebenar-benarnya sebagaimana yang diperlukan.

Demikian pernyataan ini dibuat tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun,
agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pandeglang, Agustus 2022

Responden

( )
JOB SHEET

Mata Kuliah/ Praktikum : Asuhan Kebidanan Komunitas


Kode Mata Kuliah/ Sks : 3 SKS
Materi Pokok : KB MKJP
Semester : 8 (Delapan)
Sasaran : Akseptor KB
Waktu/ Pertemuan : 30 Menit
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

1. Setelah Mengikuti Konseling, Mahasiswa Dapat Mengerti Dan Memahami Tentang


Prosedur Melakukan Konseling KB MKJP.
2. Mahasiswa Dapat Melakukan Konseling Secara Individu Sesuai Dengan Teori.

DASAR TEORI SINGKAT

MKJP adalah alat kontrasepsi untuk menunda, menjarangkan kehamilan serta


menghentikan kesuburan yang digunakan dalam jangka panjang. Selain itu, MKJP lebih
rasional dan mempunyai efek samping sedikit. Jenis MKJP, AKDR/ IUD, Implant,
Vasektomi, Tubektomi.

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN


1. Lembar Balik KB
PROSEDUR PELAKSANAAN

NO LANGKAH KLINIK ILUSTRASI GAMBAR

1 Memberi salam dan memperkenalkan diri

Key point :

Sapa dan berikan salam kepada klien


secara sopan dan santun.Memperkenalkan
diri dengan jelas nama da nasal institusi
untuk lebih membina hubungan baik
dengan klien

2 Menjelaskan tujuan datang ke rumah klien

Key point :

Memberitahu kepada klien bahwa akan


melakukan konseling tentang KB MKJP.

3 Mencuci Tangan
Key point :
Melakukan cuci tangan 6 langkah dengan
cairan antiseptik
4 Menyiapkan Alat
Key point :
Menyiapkan lembar balik

5 Melakukan konseling tentang KB MKJP

Key point :

Pengertian, manfaat, jenis-jenis KB


MKJP, efektifitas dan efek samping

7 Mempersilahkan klien untuk bertanya


Key point :

Memberikan kesempatan kepada klien


disela-sela konseling/penyuluhan
8 Menutup konseling dengan memberikan
salam

Key point :

Berterima kasih kepada klien karena


sudah meluangkan waktunya dan
mengucapkan salam
SAP ( SATUAN ACARA PENYULUHAN )

Topik : KB MKJP
Sasaran : Akseptor KB
Hari/ Tanggal : 22 Juli 2022
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ny.A RT … RW 04 Desa Sukadame

1. Karakteristik Peserta
a. Jumlah Peserta : 1 peserta
b. Pendidikan : SMA

2. Tujuan Penyuluhan
a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan konseling/ penyuluhan tentang KB MKJP.
b. Tujuan Khusus
1. Ibu dapat menjelaskan tentang KB MKJP
2. Ibu dapat menjelaskan jenis-jenis KB MKJP
3. Ibu dapat menetukan pilhan KB yang akan digunakan kedepannya
3. Materi Penyuluhan
Terlampir
4. Metode
a) Ceramah
b) Tanya jawab
5. Media
Lembar Balik KB
6. Kegiatan Penyuluhan

NO Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


Pembukaan 1. Memberi salam 1. Klien menjawab salam
( 5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Klien mendengarkan dengan
3. Menjelaskan tujuan kunjungan seksama
3. Klien mengerti dengan tujuan
kunjungan yang disampaikan

Isi 1. Menjelaskan tentang 1. Klien mendengar dan mengerti


(20 menit) pengertian KB MKJP,manfaat, penjelasan yang di berikan.
jenis-jenis KB MKJP,
efektivitas dan efek samping
KB MKJP
2. Memberikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya
2. Klien bertanya.
Penutup 1. Mengevaluasi, ngucapkan 1. Klien memperhatikan
(5 menit) terimakasih kepada klienkarena
sudah meluangkanwaktunya
2. Memberikan salam penutup

2. Klien mejawab salam

7. Evaluasi
1. Pelaksanaan
1. Hari/ Tanggal : 26 September 2021
2. Waktu : 30 menit
3. Tempat : Rumah Ny.A Di Kampung Bojong Kondang Rt 001 Rw 04 Desa
Kadu Sukadame, Kec Pagelaran, Kab Pandeglang, Banten
4. Jumlah Peserta : 1 peserta
5. Respon terhadap penyuluhan :
a. Pertanyaan yang di ajukan peserta : 3 pertanyaan
b. Pertanyaan yang diajukan :
a) Apakah pada saat pemasangan KB IUD sakit?
b) Bagaimana bentuk Implant ?
c) Apakah perbedaan Implant yang 1 kapsil dengan yang 2 kapsul
Materi KB MKJP

MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) adalah alat kontrasepsi untuk


menunda, menjarangkan kehamilan serta menghentikan kesuburan yang digunakan
dalam jangka panjang. Selain itu, MKJP lebih rasional dan mempunyai efek
samping sedikit.

Manfaat MKJP
1. Efektif mencegah kehamilan hingga 99%
2. Jangka waktu pemakaian lebih lama
3. Biaya terjangkau
4. Tidak mempengaruhi produksi ASI
5. Tidak ada perubahan fungsi seksual
6. Merencanakan kehamilan dan masa depan anak
7. Mencegah resiko kematian ibu saat melahirkan

Jenis MKJP
A. Alat kontrasepsi DALAM Rahim (IUD)
1) Profil
a) Sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10
tahun : Cut-380A)
b) Haid menjadi lebih lama dan banyak
c) Pemasangan dan pencabutan membutuhkan pelatihan
d) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
e) Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar PMS
2) Jenis
a) AKDR Cut-380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T,
disebulungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu)

b) AKDR yang lain beredar di Indonesia adalah NOVA T (Schering)


3) Mekanisme kerja
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri
c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilitas
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
4) Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Keadaan nulipara
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui banyinya
f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g) Risiko rendah dari IMS
h) Tidak mengehendaki metode hormonal
i) Tidak menyukai untuk mengingat ingat minum pil setiap hari
j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
5) Kontraindikasi
a) Sedang hamil atau di duga hamil
b) Perdrahan pervaginam yang belum jelas diketahui penyebanya
c) Sedang menderita infeksi genetalia
d) Kelainan bawaan uterus yang abnormal/tumor jinak rahim yang dapat
dipengaruhi kavum uteri
e) Penyakit trofoblas yang ganas
f) Diketahui menderita TBC pelvic
g) Kanker alat genetalia
h) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
6) Efek samping
a) Amenore
b) Kejang
c) Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
d) Benang yang hilang
e) Adanya pengeluaran cairan dari vagina/di curigai adanya PRP
7) Waktu penggunaan
a) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
b) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore
laktasi (MAL)
d) Perlu diingat angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama
48 jam pascapersalinan
e) Setelah abortus atau keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak gejala infeksi
f) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
8) Cara pemasangan AKDR
a) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakuakn dan mempersilakan klien
mengajukan pertanyaan
b) Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada
beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila
sampai pada langkah- langkah tersebut
c) Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya
d) Periksa genetalia eksterna
e) Lakukan pemeriksaan speculum
f) Lakukan pemeriksaan panggul
g) Lakukan pemeriksaan mikroskopik
h) Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya
i) Masukkan speculum dan usap vagina dan serviks dengan larutan
antiseptic
j) Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
k) Masukkan sonde uterus
l) Pasang AKDR Copper T 380A
B. Implant
1) Profil
a) Dua kapsul tipis, fleksibel berisi levonorgestrel (LNG) yang
disipkan di bawah kulit lengan atas seseorang wanita
b) Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant
atau Implanon
c) Nyaman
d) Dapat di pakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
e) Pemasangan dan pencabutan oleh bidan/dokter terlatih
f) Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
2) Cara Kerja
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c) Mengurangi transportasi sperma
d) Menekan ovulasi
3) Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
4) Keuntungan kontrasepsi
a) Daya guna tinggi
b) Perlindungan jangka panjang
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e) Bebas dari pengaruh estrogen
f) Tidak mengganggu kegiatan senggama
g) Tidak mengganggu ASI
5) Keuntungan Non kontrasepsi
a) Mengurangi nyeri haid
b) Mengurangi jumlah darah haid
c) Mengurangi/ memperbaiki anemia
d) Melindungi terjadinya kanker endometrium
e) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
f) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
C. Tubektomi (Pada Perempuan)
Tindakan operasi pengikatan atau pemotongan pada saluran telur wanita.
Metode ini untuk pasangan usia subur yang tidak menginginkan anak lagi.
Efektif mencegah kanker ovarium. Tindakan dilakukan di Rumah Sakit.

D. Vasektomi (Pada Laki-Laki)


Ketika bersenggama cairan mani yang keluar tidak mengandung sperma karena
adanya sayatan kecil dan pengikat pada salurannya. Biaya murah, sekalitindakan
dan dapat segera beraktivitas. Vasektomi tidak mempengaruhi kejantanan pada
pria.
DAFTAR TILIK

KONSELING KB MKJP

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai berikut :
0. Kurang : Bila langkah klinik tidak dilakukan
1. Cukup : Langkah klinik dilakukan tetapi tidak mampu mendemonstrasikan sesuai prosedur
2. Mampu : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang terampil atau kurang Cek dalam
mendemonstrasikan dan waktu yang diperlukan relative lebih Lama menyelesaikan
tugas
3. Baik : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang percaya diri.
Kadang- Kadang tampak cemas dan memerlukan waktu yang dapat
dipertanggung jawabkan

4. Sangat Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan tepat sesuai dengan teknik dalam lingkup
kebidanan dan waktu efisien

PENILAIAN
No Langkah Kerja

A PERSIAPAN

PERSIAPAN TEMPAT

Tempat yang nyaman, aman dan bersih

PERSIAPAN ALAT

Lembar Balik KB

TINDAKAN

Mengucap salam
Memperkenalkan diri

Mencuci tangan

Menjelaskan maksud dan tujuan konseling

Menjelaskan pengertian KB MKJP, manfaat,

jenis-jenis Kb MKJP, efektiitas dan efek


samping KB MKJP
Mempersilahkan ibu untuk bertanya jika ada
yang ingin ditanyakan

Mengucapkan terima kasih kepada ibu dan


berpamitan dengan mengucapkan salam
TEKNIK

Teruji menjelaskan secara sistematis


Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti,
sopan dan santun selama konseling

Kontak mata selama konseling berlangsung


Memberikan kesempatan untuk klien bertanya
dan memberikan umpan balik

Menutup konseling dengan mengucapkan salam

Melakukan pendokumentasian

JUMLAH
NILAI

KETERANGAN

NILAI = ∑SKOR YANG DIDAPATKAN X 100% = ...


15

Jakarta, Juli 2022

Pembimbing

(Madinah, S.ST,.M.K.M)
LEMBAR BALIK KB
Foto Dokumentasi Kegiatan

 Kunjungan Ke 1 Hari Kamis Tanggal 21 Juli 2022

73
LAPORAN KELUARGA BINAAN
SAHAENI UJI

74
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. I USIA 36 TAHUN P3 A0
AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI RT 01 RW 01 DESA
SUKADAME KECAMATAN PAGELARAN

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 7 Praktik Manajemen
Kebidanan di Komunitas

Oleh:

NAMA: SAHAENI UJI

NPM: 19210200042

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
TAHUN 2022

75
LEMBAR PERSETUJUAN

Oleh:
NAMA : SAHAENI UJI
NPM : 19210200042

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan


di hadapan tim penguji.

Tanggal, 04 agustus 2022

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb

NIDN: 0310098102

1
LEMBAR PENGESAHAN

Oleh:

NAMA : SAHAENI UJI


NPM : 19210200042

Telah dipresentasikan pada tanggal 04 Agustus 2022 di hadapan tim penguji


Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.

Jakarta, 04 Agustus 2022

Menyetujui,

KBK Dosen Komunitas dan Ilmu KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi
Teknologi Dini

Agus Santi Br.G,S,ST,M.Kes Gaidha K P,S.Tr.Keb,M.Keb

NIDN: 0317088406 NIDN: 0317119401

Mengesahkan,

Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb

NIDN: 0310098102

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya


dapat menyelesaikan Laporan Individu Keluarga Binaan Praktik Klinik Stase 7
Pada Ny. I Usia 36 Tahun P3A0 Akseptor KB Suntik 3 Bulan Di RT 01 RW 01 Desa
Sukadame Kecamatan Pagelaran Tahun 2022.

Laporan ini telah saya susun dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada:

1. Drs. H. A. Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju


2. Prof. Dr. Dr. dr. H. M. Hafizurrahman, S. H, M. P. H, selaku Pembina
Yayasan Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, S. K. M, M. K. M, selaku Rektor Universitas Indonesia
Maju.
4. Susaldi, S. S. T, M. Biomed, selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, S. K. M, M. Kes, selaku Wakil Rektor II Bidang Non Akademik
Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am. Keb, S. K. M, M. K. M, selaku Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S. Kep, M. Kes, selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universias Indonesia Maju.
8. Fanni Hanifa, S. ST, M. Keb, selaku kordinator Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Universias Indonesia Maju.
9. Salfia Darmi S. ST, M. Kes selaku Dosen Pembimbing Stase 7 Asuhan
Kebidanan Komunitas.
10. Salfia Darmi, S. ST, M. Kes, selaku Dosen responsi stase 7.
11. Ria Magdalena, S. SiT selaku CI response stase 7 Asuhan

3
12. Seluruh dosen Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Universitas
Indonesia Maju yang telah memberikan ilmu pengetahuannya selama duduk
di bangku kuliah.
13. Seluruh aparat Desa Menes, Ketua RW 01, Ketua – ketua RT di RW 01, tokoh
masyarakat, kader dan seluruh masyarakat RW 01 yang sudah menerima dan
membantu pelaksanaan praktik komunitas kami.
14. Rekan-rekan seperjuangan yang saling mendukung dan menyemangati satu
sama lain.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran
dan kritik agar saya dapat memperbaiki laporan ini dan mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

4
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan .............................................................................................. 3
C. Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Teori atau Konsep Dasar Puskesmas ....................................................... 5
B. Langkah-langkah Pendokumentasian Asuhan Kebidanan di Komunitas... 7
C. Konsep Dasar Keluarga Binaan ................................................................. 10
D. Keluarga berencana.................................................................................... 12
E. Konseling Keluarga Berencana .................................................................. 29
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Kunjungan Keluarga Binaan Pertama......................................................32
B. Kunjungan Keluarga Binaan Kedua ........................................................37
C. Kunjungan Keluarga Binaan ketiga .........................................................38
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .............................................................................................. 39
B. Perumusan Diagnosa .............................................................................. 40
C. Asuhan Kebidanan ................................................................................. 40
D. Evaluasi .................................................................................................. 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 41
B. Saran ...................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 43

5
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


Lampiran II: Job Sheet
Lampiran III: Daftar Tilik
Lampiran IV: Dokumentasi

6
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah

jumlah kepadatan penduduk yang sangat besar, Indonesia menduduki urutan

keempat dengan penduduk terbanyak di dunia dengan jumlah penduduk 255. 461.

686 jiwa sehingga banyak upaya yang dipilih atau diprogramkan oleh pemerintah

Indonesia untuk mengurangi kepadatan penduduk tersebut dengan cara melakukan

program Keluarga Berencana atau dikenal dengan singkatan KB yaitu program

pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap keluarga. Program KB di

Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui keberhasilannya di

tingkat Internasional. Hal ini terlihat dari angka kesertaan ber-KB meningkat dari

26% pada tahun 2017, menjadi 50% pada tahun 2018, dan terakhir menjadi 57%

pada tahun 2019. 1

Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sebesar 1, 49 % per tahun. Laju

pertumbuhan penduduk dapat ditekan melalui optimalisasi dan revitalisasi

pelaksanaa program Keluarga Berencana (KB) yang saat ini dikelola oleh Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2018). Program KB

dilakukan dengan penggunaan berbagai jenis alat kontrasepsi untuk Pasangan Usia

Subur (PUS) karena merupakan peluang perempuan untuk bisa hamil dan

melahirkan anak. 2 KB dilaksanakan dengan berbagai macam metode kontrasepsi

sederhana seperti kondom, pantang berkala dan koitus interuptus. Metode

kontrasepsi efektif hormonal seperti pil, susuk, dan suntikan. Metode kontrasepsi

7
efektif mekanis seperti IUD dan Implant. Dan metode kontrasepsi mantap seperti

metode operasi wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP)3 .

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui

demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan

salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang

sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus

menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah

metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak

dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual

dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi.

Selain itu mengetahui jenis KB apa saja yang digunakan dan efek samping

yang ditimbulkan oleh pasangan usia subur, faktor yang mempengaruhi pemilihan

alat kontrasepsi seperti pengetahuan, dan keterpaparan media informasi. Gambaran

kepesertaan KB dapat digunakan sebagai data awal perencanaan pengadaan alat

kontrasepsi dan minat pasangan usia subur terhadap metode kontrasepsi tertentu

yang paling dominan diminati. Salah satu peranan penting bidan adalah

meningkatkan jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat

sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan bidan. 4

B. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. I usia 36 tahun

P3A0 akseptor KB suntik 3 bulan di RT 01 RW 01 Desa Menes.

8
2. Tujuan Khusus

1. Melaksanakan pengkajian pada Ny. I usia 36 tahun P3A0

akseptor KB suntik 3 bulan di RT01 RW 01 Desa Sukadame

2. Melaksanakan perumusan diagnosa pada Ny. I usia 36 tahun

P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan di RT 01 RW 01 Desa

Sukadame.

3. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. I usia 36 tahun P3A0

akseptor KB suntik 3 bulan di RT01 RW 01 Desa Sukadame.

4. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada Ny. I usia 36

tahun P3A0 akseptor KB suntik 3 bulan di RT01 RW 01 Desa

Sukadame.

5. Melaksanakan dokumentasi asuhan kebidanan pada Ny. I usia 36

tahun P3A0 akseptor KB suntik 3 bulan di RT01 RW 01 Desa

Sukadame.

C. Manfaat

1. Bagi Keluarga

Dapat menambah pengetahuan bagi keluarga sehingga diharapkan dapat

menjadi bekal dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan dalam

keluarganya, sehingga tercipta keluarga sehat yang mandiri.

2. Bagi Mahasiswa

Memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat ke dalam

kondisi nyata di lapangan tentang bidan komunitas, serta menambah

9
wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi penulis agar lebih

meningkatkan kinerja di lapangan.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan yang

lebih baik.

10
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori atau Konsep Dasar Komunitas


5. Pengertian
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan
pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat
sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang
bersifat individual maupun kelompok. 5

Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan


khusus berikut ini:
1) Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya,
sehingga masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta
mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.
2) Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.

11
6. Prinsip Pelayanan Asuhan dan Tanggung Jawab Bidan pada
Pelayanan Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai
berikut:
f. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu
kesehatan masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan
lain-lain yang mendukung peran bidan di komunitas.
g. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung
harkat dan martabat kemanusiaan klien.
h. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai
unit analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah
perempuan, jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki,
jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang
bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnya adalah jumlah
perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan
perumahan/ perkantoran.
i. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan,
tetapi hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok
ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter,
pekerja sosial, dll.
j. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan
klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan
dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
7. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan di Komunitas
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah
sebagai berikut:
g. Peningkatan kesehatan (promotif). Bidan lebih mengutamakan
langkah promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil
disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga
kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh
kembang di posyandu.

12
h. Pencegahan (preventif). Salah satu contoh tindakan preventif
bidan yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada
bayi dan balita serta ibu hamil.
i. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan.
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini
komplikasi melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk
menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal
sehingga dalam proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.
j. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan
asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan
meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi
klien
k. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan)
untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh
adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien
dengan tindakan persalinan caesar. 5

B. Langkah- Langkah Pendokumentasian Asuhan Kebidanan di


Komunitas

1. Pengkajian
2) Persiapan
Adapun persiapan yang disiapkan adalah instrumen/format
pengkajian data keluarga yang telah disusun secara sistematis serta
alat tulis yang mendukung serta alat kesehatan yang diperlukan saat
melakukan pemeriksaan.
3) Pelaksanaan
Wawancara bisa dilaksanakan di dalam lingkungan rumah
atau di luar rumah, diawali dengan mengkaji identitas keluarga
secara umum seperti data anggota keluarga, mulailah dengan
menanyakan nama istri atau suami, nama anak-anak atau anggota

13
keluarga di rumah sehingga sesuatu data yang lebih spesfisik tentang
kesehatan anggota keluarga Pertanyaan diajukaan seputar nama,
usia, jenis kelamin, hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan,
golongan darah, penyakit yang sedang diderita, kondisi saat ini, serta
jenis jaminan kesehatan. Catat seluruh informasi tersebut ke dalam
data anggota keluarga. Data yang terkumpul dari tahap pengkajian
berupa data subyektif dan data objektif. Data subjektif diperoleh
dari hasil wawancara dengan keluarga, selain itu wawancara bisa
dilakukan dengan kader kesehatan dan lingkungan sekitar untuk
mendukung data yang diperoleh.
4) Pelaporan
Semua data yang terkumpul selama proses pengkajian
dikumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk penyusunan
laporan. Laporan disusun sesuai dengan urutan-urutan dalam
pengkajian.
2. Analisis Data
Praktik merumuskan diagnosa asuhan kebidanan terdiri dari 2
langkah, yaitu langkah pertama mengidentifikasi dan menganalisis data
senjang hasil pengkajian keluarga, dan tahap kedua yaitu menegakkan
diagnosa. Merumuskan diagnosa dan/atau masalah harus melibatkan
keluarga, oleh karena itulah mengapa keluarga merupakan latar
belakang sebagai sasaran pelayanan kebidanan. Menganalisis data
yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikan secara akurat dan
logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan pada
keluarga yang tepat. Menurut definisi, masalah adalah terdapatnya
kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu,
cara perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas
menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan
secara kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif. Hasil analisis
tersebut dirumuskan sebagai syarat dapat ditetapkan masalah kesehatan

14
ibu dan anak pada keluarga di komunitas. Perumusan diagnosa
dan/atau masalah dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria yaitu:
a. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan,
b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi keluarga/klien, serta
c. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
3. Penentuan Skala Prioritas
Setelah menentukan masalah atau diagnosa kebidanan pada
keluarga, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah
kesehatan dan kebidanan pada keluarga. Hal-hal yang perlu Anda
perhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut.
a. Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan kebidanan yang
ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus.
b. Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam
kehidupan keluarga, seperti masalah penyakit atau masalah
kesehatan ibu dan anak.
c. Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap
asuhan kebidanan yang akan diberikan.
d. Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka
hadapi.
e. Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah
kesehatan/kebidanan pada keluarga.
f. Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
g. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk kelompok risiko
tinggi.
4. Pelaksanaan Asuhan/ Implementasi
Bentuk pelaksanaan kegiatan, bisa berupa kegiatan pelayanan yang
bersifat mandiri, kolaborasi maupun rujukan sesuai lingkup wewenang
bidan. Sedangkan prinsip -prinsip dalam implementasi asuhan
kebidanan pada keluarga di komunitas, yaitu sebagai berikut.
a. Rencana penatalaksanaan disusun berdasarkan prioritas masalah.

15
b. Penatalaksanaan dilakukan secara bertahap/urgensi masalah.
c. Tentukan tujuan atau goal bersama keluarga yang dapat diukur,
realistis ada batasan waktu.
d. Asuhan ditentukan berdasarkan sifat masalah dan sumber yang
tersedia.
e. Pelibatan seluruh anggota keluarga dan memberdayakan keluarga
untuk mampu memecahkan masalah.
f. Implementasi harus memperhatikan nilai dan norma yang berlaku
dalam keluarga tersebut.
g. Implementasi dilakukan berorientasi pada pemecahan masalah yang
paling mudah dan paling murah.
h. Asuhan yang diberikan sesuai dengan tugas dan kewenangan bidan.
5. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketepatan dan kesempurnaan antara
hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengkajian
dinyatakan berhasil bila evaluasi menunjukkan data yang sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Bila kegiatan berhasil mencapai tujuan maka
identifikasi dilakukan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadi
masalah lain yang timbul akibat keberhasilan tersebut. 5

C. Konsep Dasar Keluarga Binaan


4. Pengertian
Pembinaan dapat diartikan bantuan dari seseorang atau
sekelompok orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok
orang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat
mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan.
6

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak


tempat anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam
keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

16
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga. 7

Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan


dan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk
menggambarkan derajat kesehatan digunakan indikator kualitas utama
seperti angka kematian, kesakitan, kelahiran, status gizi dan lain-lain.
Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Jika masyarakat sudah menciptakan hidup
sehat maka derajat masyarakat pun meningkat. Untuk itu perlu adanya
suatu pendekatan dalam meningkatkan peran serta masyarakat, salah
satunya melalui pendekatan asuhan kebidanan komunitas. Melalui
pendekatan asuhan kebidanan komunitas dapat meningkatkan
pengetahuan dan motivasi masyarakat sehingga dapat memacu
masyarakat untuk mampu dan mandiri dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain,
dan di dalam perannya masing – masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.
5. Kriteria Keluarga Binaan
Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan
keluarga binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk resiko
tinggi dalam bidang kesehatan:
g. Mudah dijangkau
h. Komunikasi dengan baik
i. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan
kesehatan dan keperawatan yang diberikan
j. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah

k. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu

17
l. Daerah tersebut tidak terlalu rawan. 7

6. Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat


a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan,
prasarana dan sarana kesehatan.
c. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.
d. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai
potensi kesehatan secara penuh agar lebih tahan terhadap
penyakit.
e. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak dan
juga melindungi masyarakat dari pencemaran.

D. Keluarga Berencana

1. Pengertian KB

Menurut WHO (World Health Organization) Expert Committee 1970,

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri

untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur interval

diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan

dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. 8

Keluarga Berencana dalam Undang-Undang no 52 tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga adalah upaya

mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur

kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak

reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

18
Tujuan kebijakan keluarga berencana berdasarkan Undang-Undang No

52 tahun 2009 meliputi:

a. Mengatur kehamilan yang diinginkan

b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi

dan anak.

c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan,

konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi.

d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan laki-laki dalam praktek

keluarga berencana.

e. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya menjarangkan

jarak kelahiran.

Sehubungan dengan hal tersebut, tujuan reproduksi yang

direkomendasikan antara lain:

a. Menunda kehamilan pada pasangan muda, ibu yang belum

berusia 20 tahun, atau klien yang memiliki masalah

kesehatan.

b. Mengatur jarak kehamilan pada klien yang berusia antara 20

sampai 35 tahun, atau

c. Pada klien yang berusia lebih dari 35 tahun diharapkan tidak

hamil lagi.

d. Mengatur jumlah anak yaitu klien yang telah memiliki anak

> 2 diharapkan tidak hamil lagi. 8

19
2. Macam-macam Jenis Kontrasepsi

Terdapat beberapa jenis atau metode kontrasepsi, yaitu sebagai

berikut: 8

a. Senggama Terputus

Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama

dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat

kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma

dikeluarkan di luar.

Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami

belum tentu tahu kapan spermanya keluar.

b. Pantang Berkala (sistem berkala)

Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada

saat istri dalam masa subur. Selain sebagai sarana agar cepat

hamil, kalender juga difungsikan untuk sebaliknya alias

mencegah kehamilan.

Cara ini kurang dianjurkan karena sukar dilaksanakan dan

membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu, kadang juga

istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap

bulan.

c. Metode Amenore Laktasi

Metode KB sementara yang mengandalkan pemberian ASI

eksklusif Mal dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:

1) Ibu belum mentruasi bulanan

20
2) Bayi disususi secara penuh (ASI Eksklusif) dan sering

disusui lenih dari 8x sehari, siang dan malam.

3) Bayi kurang dari 6 bulan

Cara Kerja: Mekanisme kerja utama dengan cara

Mencegah pelepasan telur dari ovarium. Sering menyusui secara

sementara mencegah pelepasan hormon alami yang dapat

menyebabkan ovulasi.

Keuntungan:

1) Tidak memberi beban biaya untuk KB dan untuk makanan

bayi.

2) Efektivitasnya tinggi

3) Segera efektif

4) Tidak mengganggu hubungan seksual

5) Tidak ada efek samping secara sistemik

6) Tidak perlu pengawasan medis

7) Tidak perlu obat / alat

8) Bayi mendapatkan kekebalan pasif

9) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk

10) Mengurangi perdarahan

11) Meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi

d. Kondom

Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah

kehamilan yang sudah populer di masyarakat. Kondom adalah

21
suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak

berpori, dipakai untuk menutupi penis yang berdiri (tegang)

sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah

dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat

mencegah penularan penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS.

Manfaat pemakaian kontrasepsi kondom:

1) Efektif bila digunakan dengan benar

2) Tidak mengganggu produksi ASI

3) Tidak mengganggu kesehatan klien

4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik

5) Murah dan dapat dibeli secara umum

6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan

khusus.

7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi

lainnya harus ditunda

e. Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat

dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan menutup serviks.

Jenis kontrasepsi diafragma:

1) Flat spring (flat metal band)

2) Coil spring (coiled wire)

3) Arching spring)

22
Cara kerja kontrasepsi diafragma: Menahan sperma agar

tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian

atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida.

Manfaat kontrasepsi diafragma:

1) Efektif bila digunakan dengan benar

2) Tidak mengganggu produksi ASI

3) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah

terpasang sampai 6 jam sebelumnya

4) Tidak mengganggu kesehatan klien

5) Tidak mengganggu kesehatan sistemik

f. Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)

digunakan untuk menon-aktifkan atau membunuh sperma. Jenis

kontrasepsi spermisida:

1) Aerosol

2) Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvablefilm

3) Krim

Cara kerja kontrasepsi spermisida: Menyebabkan sel

membrane sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma

dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Manfaat kontrasepsi spermisida:

1) Efektif seketika (busa dan krim)

2) Tidak mengganggu produksi ASI

23
3) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain

4) Tidak mengganggu kesehatan klien

5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik

6) Mudah digunakan

7) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual

8) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan

khusus

g. KB Suntik

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah

terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. 8

1) KB Suntik 1 bulan (kombinasi)

Adalah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat dan

5 mg esestradiol sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan

sekali (Cyclofem). Dan 50 mg roretindron enantat dan 5mg

Estradional Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan

sekali

Keuntungan menggunakan KB Suntik

a) Praktis, efektif dan aman dengan tingkat keberhasilan

lebih dari 99%.

b) Tidak membatasi umur

c) Obat KB suntik yang 3 bulan sekali (Progesteron

saja) tidak mempengaruhi ASI dan cocok untuk ibu

menyusui

24
Keterbatasan menggunakan KB Suntik

a) Di bulan-bulan pertama pemakaian terjadi mual,

pendarahan berupa bercak di antara masa haid, sakit

kepala dan nyeri payudara

b) Tidak melindungi dari IMS dan HIV AIDS

Kontra Indikasi:

a) Wanita usia 35 tahun yang merokok aktif

b) Ibu hamil atau diduga hamil

c) Pendarahan vaginal tanpa sebab

d) Penderita jantung, stroke, lever, darah tinggi dan

kencing manis

e) Sedang menyusui kurang dari 6 minggu

f) Penderita kanker payudara

2) KB Suntikan 3 bulan.

Depo Depo-provera ialah 6-alfa-metroksiprogesteron

yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai

efek progesterone yang kuat dan sangat efektif. Obat ini termasuk

obat depot. Noristerat termasuk dalam golongan kontrasepsi ini.

Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti kontrasepsi

hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk program

postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi.

Keuntungan KB suntik 3 bulan

a) Resiko terhadap kesehatan kecil.

25
b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

d) Jangka panjang

e) Efek samping sangat kecil

f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

Keterbatasan KB suntik 3 bulan

a) Gangguan haid. Siklus haid memendek atau

memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,

spotting, tidak haid sama sekali.

b) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu

c) Permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering

d) Terlambatnya kembali kesuburan setelah

penghentian pemakaian

e) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan

jangka panjang

f) Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan

densitas tulang

g) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido,

gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan

jerawat.

Yang boleh menggunakan Kontrasepsi suntik

26
progestin.

Hampir semua perempuan dapat dengan aman dan efektif

menggunakan KB suntik 3 bulan, termasuk perempuan

yang:

a) Telah atau belum memiliki anak.

b) Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan

berusia lebih dari 40 tahun.

c) Baru saja mengalami keguguran.

d) Merokok tanpa melihat usia perempuan maupun

jumlahrokok yang dihisap.

e) Sedang menyusui, mulai segera setelah 6 minggu

setelah melahirkan.

f) Terkena HIV, sedang atau tidak sedang dalam terapi

ARV.

Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik

progestin (3 bulan):

a) Menyusui dan melahirkan kurang dari 6 minggu.

b) Tekanan darah sangat tinggi (tekanan sistolik ≥ 160

mmHg atau tekanan diastolik ≥ 100 mmHg)

c) Mengalami penggumpalan darah akut pada vena dalam

di kaki atau paru.

d) Riwayat penyakit jantung atau sedang menderita

penyakit jantung terkait obstruksi atau penyempitan

27
pembuluh darah.

e) Riwayat stroke.

f) Memiliki faktor risiko multipel untuk penyakit

kardiovaskular arteri seperti diabetes dan hipertensi.

g) Mengalami perdarahan vaginal yang tidak diketahui.

h) Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu

dan tidak kambuh.

i) Diabetes selama lebih dari 20 tahun atau mengalami

kerusakan pembuluh darah arteri, ginjal atau sistem

saraf karena diabetes.

j) Menderita sirosis hati atau tumor hati.

k) Menderita systemic lupus erythematosus (SLE)

h. KB Pil

Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil

telah diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita

yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan

sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur.

Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya

keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi

para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin

menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6

bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan

disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain. 8

28
Jenis-jenis kontrasepsi Pil

1) Pil gabungan atau kombinasi

Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu

hormon estrogen dan progestin. Pil gabungan mengambil

manfaat dari cara kerja kedua hormon yang mencegah

kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara

teratur.

Jenis – jenis pil kombinasi:

a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progesterone dalam dosis yang sama,

dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.

b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormone aktif estrogen/progesterone

dalam dua dosis yang berbeda adalah estrogen dan

progesteron, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.

c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormone aktif estrogen/progesterone

dalam tiga dosis yang berbeda adalah mengandung

berbagai dosis progestin. Pada sejumlah jenis obat

tertentu, dosis estrogen didalam ke 21 pil aktif

bervariasi. Maksud dari variasi ini adalah

mempertahankan besarnya dosis pada pasien

29
serendah mungkin selama siklus dengan tingkat

kemampuan dalam pencegahan kehamilan yang

setara.

2) Pil khusus – Progestin (pil mini)

Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin

sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama

dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah

sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit

pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah

lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga

menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.

Kontra indikasi Pemakaian Pil. Kontrasepsi pil tidak

boleh diberikan pada wanita yang menderita hepatitis,

radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker

kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises,

perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis,

pembesaran kelenjar gondok (struma), penderita sesak

napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada

sebelah kepala).

Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping

berupa perdarahan di luar haid, rasa mual, bercak hitam di

pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang

30
vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat

badan.

i. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum

wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat

efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi

ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi,

kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita

yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini.

Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh

informasi yang lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini. 8

Jenis-jenis AKDR:

1) Copper-T

AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di

mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga

halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek

antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.

2) Copper-7

AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk

memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran

diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan

kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200

31
mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus

pada jenis Coper-T.

3) Multi Load

AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene)

dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang

fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3, 6 cm.

Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas

permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah

efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small

(kecil), dan mini.

4) Lippes Loop

AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya

seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan

kontrol, dipasang benang pada ekornya.

Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut

ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm

(benang biru), tipe B 27, 5 mm 9 (benang hitam), tipe C

berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal,

benang putih) untuk tipe D.

Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang

rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini

ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau

penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

32
j. Kontrasepsi Implant

Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di

bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di

bawah kulit lengan atas sebelah dalam.

Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus

plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk

dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung

jenis susuk yang akan dipakai.

Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut

akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep

kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi

migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3

tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun. 8

k. Kontrasepsi Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita).

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur

wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan

mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada

pria, yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan

telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat

kontrasepsi yang konvensional.

Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena kemungkinan untuk

menjadi hamil kecil sekali. Faktor yang paling penting dalam

pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari akseptor.

33
Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada wanita

yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau

hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian,

dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi.

Yang harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan

untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya,

untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau

lebih.

l. Kontrasepsi vasektomi

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan

kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa

deferensia alur transportasi sperma terhambat dan proses

fertilisasi tidak terjadi.

Indikasi kontrasepsi vasektomi: Vasektomi merupakan

upaya untuk menghentikan fertilis dimana fungsi reproduksi

merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan

pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.

Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan

vasektomi

1) Infeksi kulit pada daerah operasi

2) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi

kesehatan klien

3) Hidrokel atau varikokel

34
4) Hernia inguinalis

5) Filarisasi(elephantiasis)

6) Undesensus testikularis

7) Massa intraskotalis

8) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang

menggunakan antikoaglansia.

E. Konseling Keluarga Berencana


1. Pengertian
Konseling adalah proses komunikasi antara seseorang (konselor)
dengan orang lain (pasien), dimana konselor sengaja membantu klien dengan
menyediakan waktu, keahlian, pengetahuan dan informasi tentang akses pada
sumber-sumber lain. 9

Konselor membantu klien membuat keputusan atas masalah yang ada,


proses ini dilaksanakan secara terus menerus. 9 Konseling yang berhasil
adalah disaat pemberian konseling dapat membantu peserta KB dalam
memilih dan menggunakan metode KB yang sesuai untuk mereka. 10

2. Tujuan
Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal: 9

b. Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.


c. Memilih metode KB yang diyakini.
d. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif.
e. Memulai dan melanjutkan KB.
f. Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB
yang tersedia.
g. Memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu dalam
pengambilan keputusan secara tepat.

35
h. Membantu pemenuhan kebutuhan klien meliputi menghilangkan
perasaan yang menekan/mengganggu dan mencapai kesehatan
mental yang positif.
i. Menjamin pilihan yang cocok, penggunaan cara yang efektif, dan
kelangsungan yang lama.

3. Langkah-langkah
Sebelum menerapkan langkah-langkah konseling KB, konselor
hendaknya memperhatikan beberapa sikap yang baik selama konseling,
sikap ini dikenal sebagai SOLER yaitu:
S: Face your clients squarely (menghadap ke klien) dan Smile/ nod at
client (senyum/ mengangguk ke klien)
O: Open and non-judgemental facial expression (ekspresi muka
menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai)
L: Lean towards client (tubuh condong ke klien)
E: Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak mata/ tatap
mata sesuai cara yang diterima budaya setempat)
R: Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat). 9

Pada konseling KB terdapat enam langkah konseling yang sudah


dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan langkah konseling
KB SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena
petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.
SA: SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinka klien untuk membangun
rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang dapat dibantu serta
jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman KB dan kesehatan reproduksi serta
yang lainnya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.

36
Dengan memahami kebutuhan, pengetahuan dan keinginan klien, kita
dapat membantunya.
U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan jelaskan mengenai
kontasepsi yang mungkin diingini oleh klien dan jenis kontasepsi yang
ada.
TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan kebutuhannya.
Dorong klien untuk menunjukan keinginannya dan mengajukan
pertanyaan. Tanggapi secara terbuka dan petugas mempertimbangkan
kriteria dan keinginan klienterhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan
apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihannya
tersebut.
J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan,
perlihatkan alat/obat kontasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat
tersebut digunakan dan cara penggunaannya. Lalu pastikan klien untuk
bertanya atau menjawab secara terbuka.
U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buat perjanjian
kepada klien untuk kembali lagi melakukan pemeriksaan lanjutan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

37
BAB III

TINJAUAN KASUS

Kunjungan I Keluarga Binaan pada Tanggal 27 Juli 2022

No. Registrasi : 10002324


Tanggal Pengkajian : 27 Juli 2022
Waktu Pengkajian : 11. 00 wib
Tempat Pengkajian : RT 01/ RW 01 Desa Sukadame
Pengkaji : Sahaeni uji

A. Data Subjektif
Nama Ibu : Ny. I Nama Suami : Tn. I
Umur : 36 Tahun Umur : 37 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : RT 01/01 Desa Sukadame

1. Keluhan utama
Ibu tidak ada keluhan dan ingin ber KB
2. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Nyeri Haid : Tidak pernah
Banyak dan lam : 3-4 kali ganti pembalut per hari dan
lamanya 6-7 hari
Teratur/Tidak Teratur : Teratur

38
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Penyulit Anak
Anak Tgl / Thn Tempat Usia Jenis kehamilan
Penolong Jenis
ke persalinan persalinan kehamilan Persalinan BB/ PB Menyusui
/ persalinan kelamin

1. 3-03-2016 BPM 9 bln Normal Bidan Tidak ada L 3400/50 ASI 2 th

2. 14-5-2019 PKM 9 bln Normal Bidan Tidak ada L 3300/50 ASI 2 th

3. 2 -6-2022 PKM 9 bln Normal Bidan Tidak ada L 3200/50 ASI

3. Riwayat ginekologi
Tidak pernah mengalami penyakit reproduksi.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit menular dalam keluarga:
Ibu/keluarga tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,
Campak, HIV
b. Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga:
Ibu tidak mempunyai penyakit keturunan seperti Asma dan ibu /keluarga
tidak mempunyai penyakit Jantung, Diabetes, Hipertensi
5. Riwayat psikososial
Status perkawinan : Kawin
Jumlah : 1 kali
Lama perkawinan : 10 tahun
6. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB Suntik
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola istirahat
Siang : sekitar 30 menit
Malam : Tidur malam sekitar 4jam
b. Pola aktivitas
Aktifitas sehari-hari sebagai IRT
c. Pola eliminasi

39
BAB: 1 x sehari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan
BAK: 5-6 x sehari, warna kuning jernih

d. Pola nutrisi
Makan sehari 3 kali porsi sedang dengan menu nasi, sayur, lauk
Minum 12-14 gelas sehari dan tidak ada pantangan
e. Pola personal hygiene
Mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti baju 2x sehari dan keramas
2x seminggu.
f. Pola hubungan seksual
Seksualitas: Belum berhubungan badan setelah melahirkan
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 22 kali/menit

Suhu tubuh : 36, 7 0C


3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan: 58 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 25, 8 kg/m2
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Simetris
b. Mata
Kelopak mata : Tidak ada oedema
Konjungtiva : Tidak pucat
Sklera : Putih tidak kuning
c. Mulut

40
Lidah bersih, tidak tampak stomatitis, tonsil normal, dan tidak
tampak karang gigi dan caries
d. Leher
Kelenjar thyroid : Tidak tampak pembesaran
Kelenjar getah benning : Tidak tampak pembesaran
e. Dada:
Jantung : Bunyi jantung normal dan teratur
Paru : Normal tidak ada mengi atau stridor
Payudara :
Pembesaran : Normal
Puting susu : Menonjol
Simetris : Ya / Tidak
Benjolan/tumor : Tidak ada
Pengeluaran : ASI
Rasa nyeri : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
f. Abdomen
Konsistensi : Lunak
TFU : Tidak teraba
Pembesaran liver : Tidak ada
Kandung kemih : Kosong
g. Ekstremitas :
Kekakuan sendi : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
h. Anogenitalia :
Vulva vagina
Varices : Tidak tampak
Luka : Tampak luka parut perineum
Kemerahan : Tidak tampak
Nyeri : Tidak nyeri

41
Pengeluaran pervaginam : Lochea alba
Inspeculo Portio / Serviks : Tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam Portio / servik, Tumor / Benjolan, Nyeri: Tidak
dilakukan
5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
C. Analisis Data
Ny 1 usia 36 tahun P3A0 nifas 40 hari dengan kebutuhan konseling KB.
D. Penatalaksanaan
1. Menerapkan prokes Covid-19. Bidan memakai APD
2. Melaksanakan inform concent pada ibu. Inform consent telah dilakukan
dan ditandatangani.
3. Membina hubungan baik dengan Ibu. Ibu sangat kooperatif dalam
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan bidan
4. Mengatakan pada Ibu bahwa hasil pemeriksaan dalam keadaan baik TD:
100/80 mmHG, N: 80 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36, 7 °C, BB: 58. Ibu
mengerti tentang hasil pemeriksaan
5. Memuji Ibu yang sudah memberikan ASI eksklusif, dan memotivasinya
agar melanjutkan hingga usia 6 bulan. Ibu siap dan akan melanjutkan
pemberian ASI nya hingga 2 tahun.
6. Menjelaskan kepada Ibu pentingnya ikut KB. Ibu tertarik dan akan
meminta persetujuan suami.
7. Menjelaskan bahwa Ny. I dijadikan keluarga binaan, dan akan dikunjungi
pada tanggal 30 Juli 2022. Ibu menyetujui
8. Melakukan pendokumentasian. Pendokumentasian telah dilakukan.

42
Pandeglang, 27 Juli 2022

Pengkaji

Sahaeni Uji

43
Kunjungan kedua pada Ny. I
Pada tanggal: 30 Juli 2022 Pukul: 11. 00 WIB

S: Ibu mengatakan ingin ber KB.

O: KU baik, kesadaran composmentis, TTV: TD 100/80 mmhg, N 81x/menit, R


22x/menit, S 36, 5,

A: Ny I umur 36 tahun P3A0 nifas 44 hari dengan kebutuhan konseling KB

P:

1. Menerapkan prokes Covid-19. Bidan memakai APD


2. Melaksanakan inform concent pada ibu. Inform consent telah dilakukan.
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan dalam keadaan baik TD: 100/80 mmHg, N:
81 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36 °C. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan
4. Menjelaskan mengenai berbagai metode kontrasepsi. Ibu memilih KB suntik
3 bulan.
5. Menjelaskan secara rinci mengenai KB suntik 3 bulan: cara kerja dan cara
memakainya, kelebihan dan kekurangan menggunakan alat kontrasepsi
suntik 3 bulan yaitu aman untuk ibu menyusui, digunakan setiap 3 bulan
sekali, tidak mengganggu hubungan seksual, jika ingin berhenti cukup
hentikan pemakaiannya. Efek samping nya yaitu berupa sakit kepala,
kenaikan berat badan, nyeri payudara, spooting dan menstruasi tidak teratur.
Ibu mampu menjelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan menggunakan
alat kontrasepsi suntik 3 bulan.
6. Melakukan pendokumentasian. Pendokumentasian telah dilakukan

Pandeglang, 1 Agustus 2022

Sahaeni Uji

44
Kunjungan III, Pada Ny. I

Pada tanggal: 8 Agustus 2022 Pukul: 11. 00 WIB

S: Ibu mengatakan tidak ada keluhan setelah KB suntik 3 bulan pada tanggal 1
Agustus 2022.

O: Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD: 110/70 mmhg, N:


83x/menit, S 36, 8 R 24x/menit. BB 58 kg

A: P3 A0 akseptor KB baru suntik 3 bulan

P: 1.

1. Melaksanakan inform concent pada ibu. Inform consent telah dilakukan


2. Melakukan cuci tangan dan memakai APD level 1
3. Mengatakan pada ibu bahwa hasil pemeriksaan dalam keadaan baik TD:
110/70 mmHG, N: 83 x/menit, R: 24 x/menit, S: 36, 8°C. Ibu senang
mendengarnya.
4. Mengingatkan ibu kembali mengenai efek samping yang mungkin terjadi
yaitu berupa sakit kepala, kenaikan berat badan, nyeri payudara, spooting dan
menstruasi tidak teratur. Ibu mampu mengingat efek samping yang mungkin
terjadi.
5. Mengingatkan ibu untuk disuntik kembali pada tanggal 25 Oktober 2022 atau
bila ada keluhan. Ibu memahami dan akan datang sesuai jadwal suntik ulang.
6. Melakukan pendokumentasian. Pendokumentasiaan telah dilakukan.

Pandeglang, 8 Agustus 2022

Sahaeni Uji

45
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, penulis akan membandingkan praktek dengan teori


belajar lapangan di RT 01/RW 01 khususnya pada keluarga Ny. I
Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil
pendekatan dan tabulasi data, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah
bersama keluarga Ny. I sesuai dengan prioritas masalah.
A. Pengkajian

Pemilihan Ny. I sebagai keluarga binaan karena termasuk keluarga risiko


tinggi dalam bidang kesehatan karena Ny. I usia 36 tahun dalam kondisi nifas 40
hari dan belum pernah memakai kontrasepsi, kondisi ekonominya rendah karena
suami hanya bekerja sebagai buruh tidak tetap. Memenuhi kriteria sesuai teori yang
menyebutkan ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan
keluarga binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk resiko tinggi dalam
bidang kesehatan: mudah dijangkau, komunikasi dengan baik, minat dan tanggapan
keluarga positif terhadap pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan,
termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah. f

Data subyektif diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada


keluarga Ny. I. Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien
dengan teknik wawancara, keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya. Data
ini berupa keluhan atau persepsi subjektif pasien terhadap status kesehatannya. 5

Data subjektif ini diperoleh dengan anamnesa terhadap klien. Penulis melakukan
pengkajian data subjektif pada keluarga Ny. I khususnya pada Ny. I berdasarkan
proses pengkajian data subjektif didapatkan bahwa Ny. I usia 36 tahun P3A0 nifas
40 hari, menyusui bayinya dan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi. Pada
saat ini mengemukakan ingin memakai KB suntik namun belum tahu tentang
bagaimana KB suntik itu. Dengan demikian penulis telah melakukan pengumpulan
data subjektif menggunakan metode yang sesuai dengan teori maka tidak

46
ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.

Dari data objektif didapat hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum, tanda-
tanda vital dan hasil pemeriksaan yang lain dalam keadaan normal, sehingga tidak
ada kontra indikasi untuk pemakaian KB suntik 3 bulan sesuai dengan teori bahwa
suntik KB 3 bulan dapat digunakan oleh ibu menyusui 6 minggu setelah
melahirkan, tidak hipertensi dan tidak mempunyai riwayat penyakit pembuluh
darah. 8

B. Perumusan Diagnosa
Dari data yang diperoleh saat melakukan kunjungan rumah, dengan hasil dari
pengumpulan data secara subyektif dan obyektif penulis menentukan diagnosa
yaitu Ny. I umur 36 tahun P3A0 calon akseptor baru KB suntik 3 bulan. Dengan
masalah yang telah dirumuskan bersama keluarga sehingga sesuai dengan
kebutuhan yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi dan tentang
jenis-jenis KB sehingga kebutuhan yang diperlukan Ny. 1 adalah konseling
tentang KB.

Dengan demikian analisa data dilakukan sesuai dengan teori sehingga


disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

C. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. I sesuai kebutuhan Ibu saat itu
yaitu penjelasan mengenai berbagai metode kontrasepsi yang ada, dan membiarkan
ibu untuk memilih metode yang diinginkan.

Pada kunjungan yang kedua, setelah mendapatkan persetujuan dari suami


NY. I memilih kontrasepsi suntik 3 bulan, dilanjutkan dengan menjelaskan secara
rinci mengenai metode yang dipilih oleh Ibu. Hal ini sesuai dengan langkah
konseling SATU TUJU. 9

Dengan demikian penatalaksanaan asuhan disimpulkan sesuai kebutuhan dan


tidak ada kesenjangan dengan teori.

D. Evaluasi

47
Dari seluruh intervensi yang dilakukan sudah terlihat perubahan perilaku
yang terjadi pada Ny. i yaitu ibu mau menjadi akseptor KB suntik 3 bulan pada
tanggal 1 Agustus 2022 dan akan kunjungan ulang berikutnya pada tanggal 25
Oktober 2022. Hal ini sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

48
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah mempelajari teori dan pengalaman langsung tentang asuhan
kebidanan di komunitas keluarga binaan dengan masalah utama Ny. I usia 36 tahun
P3A0 akseptor KB baru suntik 3 bulan bertempat tinggal di RT 01/01, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengkajian data pada Ny. I usia 36 tahun P3A0 nifas 44 hari
belum pernah memakai metode kontrasepsi. Ibu belum mengetahui
informasi mengenai KB.
2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Ny. I usia 36 tahun
P3A0 akseptor KB baru suntik 3 bulan. Kebutuhan yang muncul adalah
kebutuhan konseling KB.
3. Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. I adalah
langkah konseling SATU TUJU dengan mempraktekkan sikap yang baik
selama berinteraksi dengan Ibu.
4. Ny. I selama proses pembinaan menunjukkan antusias saat menerima
penjelasan dan aktif menjawab atau bertanya. Ny. I telah menjadi akseptor
KB suntik 3 bulan, sehingga disimpulkan tujuan pembinaan keluarga
berhasil
5. Telah mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan akseptor KB baru suntik
3 bulan dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan.

B. SARAN

1. Bagi Keluarga.
Agar suami pun berperan aktif dalam mencari informasi kesehatan
khususnya KB, karena KB merupakan tanggung jawab bersama.

49
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mengenai asuhan kebidanan komunitas.
3. Bagi Puskesmas
Agar meningkatkan jadwal kunjungan rumah, terutama kepada
keluarga bermasalah.

50
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes, RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia; 2016
2. Rismawati, S. Unmet Need: Tantangan Program Keluarga Berencana Dalam
Menghadapi Ledakan Penduduk Tahun 2030. [Online]. ; 2014. Available
from: http: //repository. unpad. ac. id/19758/1/ARTIKEL-UNMET-NEED.
pdF.
3. Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan Jakarta: EGC; 2012.
4. Anggraeni Y, Martini. Pelayanan Keluarga Berencana Yogyakarta: Rohima
Press; 2012.
5. Elly Dwi Wahyuni. Bahan Ajar Kebidanan Asuhan Kebidanan Komunitas.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018
6. Ambarwati, Eny. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogjakarta: 2016
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Praktik Kebidanan Komunitas.
BPPSDM. Jakarta ; 2018.
8. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana.
Jakarta. 2021
9. Matahari, Ratu, dkk. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.
Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta. 2018
10. BKKBN. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Nomor 24 Tahun 2017 tentang Pelayanan Keluarga Berencana
Pasca Persalinan dan Pasca keguguran. Diakses pada tanggal 24 September
2021 melalui https: //www. bkn. go. id. 2017

51
LAMPIRAN

52
LAMPIRAN I
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KONSELING METODE KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN
PADA NY. I P3A0 DI RT 01 RW 01 DESA SUKADAME

Judul/pokok bahasan : Alat Kontrasepsi

Sub judul/sub pokok bahasan : Alat Kontasepsi Suntik 3 Bulan

Waktu : 1 x 20 menit

Tempat : Rumah Ny. I

Sasaran : Ny. 1 (36 Tahun)

A. Tema

Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan

B. Tujuan Instruksional Umum

Diharapkan Setelah diadakan penyuluhan ini Ny. I dapat memahami kontasepsi suntik 3 bulan.
Setelah dilakukan penyuluhan, Ny. I tertarik ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.

C. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, Ny. I dapat mengetahui tentang:

1. Mengetahui cara kerja KB suntik 3 bulan


2. Mengetahui keuntungan dan kekurangan KB suntik 3 bulan
3. Mengetahui siapa saja yang boleh memakai memakai KB suntik 3 bulan

D. Rencana Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kunjungan II

Hari / tanggal : 30 Juli 2022

Tempat : Rumah Ny. I

Pukul : 16. 00 WIB s/d selesai

E. Sasaran
53
“Ny. I (36 Tahun)”
F. Media dan Alat
1. Buku KIA
2. Lembar Balik
G. Kegiatan penyuluhan
Kunjungan III
NO Hari/ Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan Sasaran
Tanggal

1. Minggu 2 Pembukaan 1. Menjawab salam


menit 1. Memberi salam 2. Mendengarkan
8-8- 2022 2. Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan penjelasan
penyuluhan
2. 10 Pelaksanaan Memperhatikan apa yang
menit 1. Menjelaskan: disampaikan
a. cara kerja
b. Keuntungan Bertanya
c. Keterbatasan
d. Yang boleh memakai
e. Yang tidak boleh memakai
KB suntik 3 bulan
2. Memberi kesempatan bertanya

3. 6 Evaluasi Mendengarkan
menit 1. Merangkum penjelasan yang sudah Bertanya
disampaikan Menyampaikan pendapat
2. Menanyakan kembali apa yang sudah
dijelaskan
3. Memberi kesempatan bertanya kembali
4. Menanyakan tindak lanjut
4. 2 Terminasi Mendengarkan
menit 1. Mengucapkan terima kasih atas peran Menjawab salam
serta
2. Mengucapkan salam penutup

H. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
I. Materi (Deskripsi Materi Terlampir)

J. Evaluasi
Dengan menanyakan kembali kepada ibu:
1. Bagaimana cara kerja KB suntik 3 bln?

54
Jawaban: Menghalangi ovulasi, merubah lender serviks menjadi kental, menimbulkan
perubahan pada endometrium sehingga tidak memungkinkan terjadi nidasi, merubah
kecepatan transportasi ovum melalui tuba.
2. Apa keuntungan dan kerugian KB suntik 3 bulan?
Jawaban: Keuntungan: Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi, metode jangka panjang,
tidak mempengaruhi hubungan seksual, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI,
mencegah kanker endometriu
Kerugian: Perubahan siklus haid, ketergantungan kepada tenaga medis untuk
pemakaiannya, penambahan berat badan, pengembalian kesuburan agak lama setelah
dihentikan pemakaian, Tidak melindungi dari IMS.
3. Siapa saja yang boleh memakai KB suntik 3 bulan?
Jawaban: Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum mempunyai anak, Ingin
menggunakan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi, menyusui dan membutuhkan
alat kontrasepsi yang sesuai, post abortus, anemia defisiensi besi, sering lupa minum pil
KB, mendekati menopause.

K. Daftar Pustaka
1. Abdul Bari Saifuddin. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Cetakan Ketiga.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2016
2. Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 2012
3. Taufika, Lucky Yuhedi. Titik Kurniawati. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB.
Jakarta: EGC. 2013
Lampiran Materi SAP

A. Pengertian

Suntik KB 3 bulan adalah kontrasepsi hormonal yang mengandung hormon progestin namun
tidak mengandung estrogen diberikan setiap 3 bulan dengan cara suntik intramuscular (di daerah
bokong).
B. Cara Kerja

Cara kerja kontasepsi suntik 3 bulan yaitu:

1. Menghalangi ovulasi dengan jalan menekan pembentukan LH.


2. Merubah lender serviks menjadi kental sehingga menghambat penetrasi sperma.
55
3. Menimbulkan perubahan pada endometrium sehingga tidak memungkinkan terjadi nidasi.
4. Merubah kecepatan transportasi ovum melalui tuba.

C. Cara Pemberian

Cara pemberian kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu:

1. Waktu pasca persalinan (Post partum)

Dapat diberikan post partum 6 – 8 minggu pada pasca salin asal dipastikan ibu tidak
hamil atau belum melakukan cortus.
2. Pasca keguguran (Post abortus)
Dapat diberikan setelah kuretase atau 30 hari pasca abortus asal ibu tidak hamil.

Depo provera disuntikkan secara ini pada muskulus gluteus agak dalam. Sebelum diberikan
obat dikocok dulu sampai seluruh obat kelihatan betul-betul larut dan tercampur. Suntikan
diberikan setiap 3 bulan.

D. Efektivitas
Efektivitasnya tinggi, cara pemberiannya sederhana, cukup aman. Angka kegagalannya 0 – 0,
8kehamilan/100 perempuan.
E. Keuntungan

Keuntungan penggunaan kontrasepsi 3 bulan yaitu:

1. Sangat efektif

2. Pencegahan kehamilan jangka panjang

3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

4. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

5. Efek samping sedikit

6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

7. Membantu mencegah kanker endometrium

8. Mencegah kejadian kanker jinak payudara

9. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul


F. Kekurangan

56
Kekurangan dari penggunaan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan yaitu:

1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:

a. Siklus haid yang memendek atau memanjang

b. Perdarahan banyak atau sedikit

c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak

d. Tidak haid sama sekali

2. Klien bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali suntikan).

3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

4. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B


atau infeksi HIV.

5. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.


G. Efek Samping
1. Gangguan haid
2. Depresi
3. Keputihan
4. Jerawat
5. Perubahan berat badan
6. Pusing dan sakit kepala
7. Hematoma
H. Indikasi
Indikasi penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu:
1. Usia reproduksi.
2. Telah memiliki anak ataupun belum mempunyai anak.
3. Ingin menggunakan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan alat kontrasepsi yang sesuai.
5. Post abortus.
6. Anemia defisiensi besi.
7. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
8. Sering lupa menggunakan pil.
9. Mendekati usia menopause.

57
LAMPIRAN II JOB SHEET

NAMA PEKERJAAN : Penyuntikan KB Progestin


UNIT : Ruang Pelayanan KIA/KB
WAKTU/PERTEMUAN : 20 Menit
REFERENSI :

a. Abdul Bari Saifuddin. Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2016

b. Taufika, Lucky Yuhedi. Titik Kurniawati. 2013. Buku


Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC.

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

Setelah mengikuti kegiatan di laboratorium mahasiswa mampu:

1. Melakukan penyuntikkan alat kontrasepsi progestin 3 bulan.

2. Menerapkan kegiatan penyuntikkan alat kontrasepsi progestin 3 bulan.


DASAR TEORI SINGKAT

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan
hormonal.
KB suntik merupakan salah satu kontrasepsi yang popular. Kontrasepsi suntik yang digunakan
adalah long-acting progestin, yaitu Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang noristrat
dan Depomedroksi progesterone acetat (DMPA) dengan nama dagang Depo provera.

58
Suntikan progestin (Depomedroksi Progesteron Asetat) sangat efektif, aman, dapat dipakai oleh
semua perempuan usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan, cocok
untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

PETUNJUK
1. Baca dan pelajari lembaran kerja yang tersedia.

2. Siapkan alat dan bahan secara lengkap sebelum tindakan dimulai.

3. Ikutilah petunjuk instruktur.

4. Tanyakan pada instruktur bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti

KESELAMATAN KERJA

1. Jagalah kesterilan alat dan bahan yang digunakan, serta letakkan peralatan sesuai dengan
fungsinya.

2. Pakailah peralatan sesuai dengan fungsinya.

3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu.

4. Perhatikan teknik penyuntikan.

PEKERJAAN LABORATORIUM

1. Peralatan dan Bahan

a. Bak instrument steril


b. Hand schoen
c. Baki dengan alasnya
d. Timbangan Berat Badan
e. Tensimeter dan stetoskop
f. Spuit 3 cc
g. Needle ukuran 23
h. Kapas alkohol/DTT dalam tempatnya
i. Obat kontrasepsi depo medroksiprogesteron 3 ml
j. Bengkok
k. Tempat sampah/safety box

59
2. Prosedur Tindakan
a. Persiapan:
1) Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan, serta susunlah secara ergonomis.

2) Siapkan lingkungan untuk menjaga privacy pasien.

3) Persiapan pasien:

 Informed consent
 Pastikan klien telah mengerti prosedur dan tujuan

b. Langkah-langkah Tindakan

LANGKAH KERJA ILUSTRASI / GAMBAR

1. Persiapan Alat

a. Bak instrument steril

b. Hand schoen

c. Baki dengan alasnya

d. Timbangan Berat Badan

e. Tensimeter dan stetoskop

f. Spuit 3 cc

g. Needle ukuran 23

h. Kapas alkohol/ DTT dalam tempatnya

i. Obat kontrasepsi depo


medroksiprogesteron 3 ml

j. Bengkok

k. Tempat sampah & safety box

Key point:
Susun peralatan secara ergonomis

60
2. Menyambut ibu dengan ramah
Key Point:
Menjalin komunikasi yang baik dengan
klien dengan cara: Berikan salam dan
panggil klien dengan namanya.

3. Memberitahu klien tindakan yang akan


dilakukan

Key point:
Gunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan. Dengarkan keluhan ibu
dan jawab pertanyaan.
4. Melakukan penimbangan berat badan
dan memeriksa tekanan darah ibu

Key point:
Jika berat badan ibu > 70 kg dan tekanan
darah ibu tinggi > 160/100mmHg, maka
ibu tidak bolehmenggunakan kontrasepsi
suntik/hormonal lainnya, alihkan ibu
untuk memilih kontrasepsi lain.
5. Mencuci tangan dan mengeringkan
dengan handuk
Key point:
Cuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air yang mengalir

6. Mengambil spuit isi dengan obat yang


akan disuntikan:
l. Buka dan buang tutup vial yang
menutupi karet.
m. Buka bungkus spuit
n. Balikkan vial dengan mulut ke
bawah, masukkan cairan suntik ke

61
dalam spuit, masukkan semua obat
ke dalam spuit jangan ada yang
tersisa.
o. Gunakan jarum yang sama untuk
menghisap dan menyuntikan pada
klien (dengan tehnik pengambilan
yang benar, tidak akan mengurangi
ketajaman jarum)
p. Jika spuit sudah terisi semua,
keluarkan udara dari pipa suntik,
jangan sampai terdapat udara dalam
pipa spuit pada saat penyuntikan.
Key Point:

Aspirasi dengan benar jangan sampai


terdapat udara.

7. Mengatur posisi klien untuk


penyuntikan obat, ibu bisa duduk atau
berbaring
Key point:
Pastikan posisi ibu dalam keadaan

nyaman, penolong mudah melakukan


tindakan.

8. Memakai sarung tangan


Key point:
Tunjukan teknik antiseptik dalam
memakai hand schoen

9. Membersihkan daerah yang akan


disuntik dengan kapas alkohol.

Key point:
Usap dengan satu usapan

62
10. Menyuntikan jarum di daerah
penyuntikan dengan arah tegak lurus
hingga mencapai daerah otot atau
secara IM dalam 90⁰ di 1/3 SIAS
daerah muskulus gluteus maksimus
atau deltoideus. Apabila daerah
penyuntikan terlalu dangkal maka
penyerapan obat akan lambat dan tidak
bekerja segera dan efektif.

Key point:
Posisi menyuntik 90⁰ secara IM di 1/3
SIAS di daerah muskulus gluteus

11. Sebelum penyuntikan obat, perlahan-


lahan tarik sedikit pompa, bila
ada darah masuk ke dalam pipa
suntik, tarik keluar jarum dan
suntikkan di tempat lain/bagian otot di
dekatnya
Key point:

Aspirasi sebelum obat dimasukkan


12. Melakukan kembali aspirasi, apabila
tidak terdapat darah, masukkan obat
secara perlahan-lahan
Key point:
Aspirasi kemballi jika tidak terdapat
darah, masukkan obat.

13. Mengangkat keluar jarum suntik dan


bersihkan kulit sekali lagi dengan
kapas alkohol

63
14. Membuang spuit yang telah dipakai
ketempat sampah khusus/safety box
Key point:
Membuang spuit dan jarum ke dalam
safety box

15. Merapikan ibu dan peralatan


Key point:

 Rapikan dan Bantu ibu memperbaiki


pakaiannya sehingga ia merasa
nyaman
 Bereskan peralatan yang telah
digunakan dan buang semua bahan
yang telah digunakan
16. Mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir, lalu mengeringkannya
Key point:
Mencuci tangan kembali setelah
melakukan tindakan

64
17. Menulis di buku catatan dan kartu
peserta KB mengenai tindakan yang
telah dilakukan dan merencanakan
tanggal penyuntikan berikutnya.
Key point:

Lakukan pencatatan hasil pemeriksaan


dan tindakan secara lengkap

Lampiran III
DAFTAR TILIK
KONSELING KELUARGA BERENCANA
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai berikut:
0. Kurang : Bila langkah klinik tidak dilakukan
1. Cukup : Langkah klinik dilakukan tetapi tidak mampu mendemonstrasikan
sesuai prosedur
2. Mampu : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang terampil atau kurang
Cek dalam mendemonstrasikan dan waktu yang diperlukan relative lebih Lama
menyelesaikan tugas
3. Baik : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang percaya diri.
Kadang- Kadang tampak cemas dan memerlukan waktu yang dapat
dipertanggung jawabkan
4. Sangat Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan tepat sesuai dengan
teknik dalam lingkup kebidanan dan waktu efisien

PENILAIAN
No Langkah Kerja
0 1 2 3 4
65
A PERSIAPAN
PERSIAPAN TEMPAT
1 Tempat yang nyaman
PERSIAPAN ALAT
2 Leaflet, Kalender dan Pensil
B TINDAKAN
3 Mengucap salam
4 Memperkenalkan diri
5
Mencuci tangan
6 Menjelaskan maksud dan tujuan konseling
7 Menjelaskan pengertian perencanaan kehamilan
Menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
8 perencaan kehamilan
Menjelaskan pola nutrisi yang mendukung
9 perencanaan kehamilan
10 Menjelaskan cara menghitung masa subur
11 Mempersilahkan ibu untuk bertanya jika ada
yang ingin ditanyakan
12 Meminta ibu untuk mengulangi kembali
penjelasan yang telah di sampaikan.
13 Mengucapkan terima kasih kepada ibu dan
berpamitan dengan mengucapkan salam
C TEKNIK
14 Teruji menjelaskan secara sistematis
15 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti,
sopan dan santun selama konseling
16 Kontak mata selama konseling berlangsung
17 Memberikan kesempatan untuk klien bertanya
dan memberikan umpan balik
18 Menutup konseling dengan mengucapkan salam
19 Melakukan pendokumentasian
JUMLAH

66
NILAI
KETERANGAN

NILAI = ∑SKOR YANG DIDAPATKAN X 100% =. .


19

LAMPIRAN IV
DAFTAR TILIK PENYUNTIKAN KB PROGESTIN

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sbb:
: Bila langkah klinik tidak dilakukan
0. Kurang
1. Cukup : Langkah klinik dilakukan tetapi tidak mampu mendemonstrasikan
sesuai prosedur
: Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang terampil atau
kurang cekatan dalam mendemonstrasikan dan waktu yang diperlukan
3.
relatif lebih lama menyelesaikan tugas
Baik
: Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang percaya diri.
4. Sangat kadang-kadang tampak cemas dan memerlukan waktu yang dapat
baik dipertanggungjawabkan

PENILAIAN
No. LANGKAH KERJA
0 1 2 3 4

1. Persiapan tempat/lingkungan
Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih

67
Persiapan alat
 Obat / suntikan KB Progestin
 Handscoon (sebagai proteksi diri)
 Korentang
 Spuit 3cc
2.  Kapas alkohol dan kapas DTT
 Bengkok
 Tensi meter, Stetoskop
 Timbangan berat badan
 Buku catatan dan register KB
 Informed consent
 Larutan klorin 0, 5%
3. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah dan
tanyakan maksud dan tujuan kedatangan pasien
4. Menanyakan alasan klien menggunakan KB suntik

Menanyakan keadaan klien, yaitu:


 Usia ibu saat ini
 Menanyakan riwayat gravida, paritas, jumlah anak hidup
5. danusia anak terkecil
 Riwayat menstruasi (HPHT, siklus, durasi, volume)
 Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya
 Riwayat hubungan seksual terakhir
Menanyakan riwayat kesehatan klien, meliputi:
6.  Apakah klien dalam masa menyusui kurang dari 6 minggu
dan 6 bulan?
 Apakah klien sedang menderita perdarahan pervaginam
yang belum diketahui penyebabnya?
 Apakah klien sedang menderita penyakit hati akut
(virus hepatitis)?
 Apakah klien berusia > 35th dan merokok (tanyakan
juga keluarga)?
 Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
mengganggu kerja hormon (obat epilepsi,
tuberkolosan, dan antibiotik berspektum luas)?
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung?
 Apakah klien mempunyai riwayat terjadi stroke?
 Apakah klien mempunyai riwayat tekanan
darah
 >180/110mmhg?
 Apakah klien mempunyai riwayat kelainan pembuluh
darah yang menyebabkan sakit kepala/migraine?
 Apakah klien mempunyai riwayat kencing manis
dengan komplikasi atau kencing manis >20 th?
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit
karsinoma(terutama payudara)?
7. Melakukan konseling awal
8. Melakukan informed consent

68
9. Menganjurkan pasien menimbang berat badan
10 Mengukur tekanan darah pasien
11. Menganjurkan pasien tidur di tempat tidur
12. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
13. Mendekatkan alat-alat
14. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
15 Memakai handscoon
16. Memeriksa tanggal kadarluasa obat suntik dalam botol dosis
tunggal
17. Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan
18. Mengocok botol/ vial dengan baik sehingga menjadi
homogen, ingat hindari terjadinya gelembung-gelembung udara
Buka dan buang tutup logam atau plastik vial yang menutupi
19. karet (jangan sampai tersentuh, namun apabila tersentuh hapus
karet bagian atas di bagian atas vial dengan kapas alkohol dan
biarkan
kering)
Buka kemasan spuit sekali pakai, kencangkan jarum dengan
20 memegang pangkal jarum dalam keadaan tutup jarum masih
terpasang
Tusukan jarum suntik kedalam vial melalui penutup karet, putar
21. vial hingga terbalik dengan mulut vial kebawah, masukan cairan
suntik dalam spuit, jaga agar ujung jarum tetap dalam cairan,
jangan memasukan udara ke dalam alat suntik
Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial
22. dan pegang alat suntik, dalam posisi tegak, ketuk tabung alat suntik
kemudian secara perlahan-lahan tekan pendorong ketanda
batas dosis, cabut jarum dari vial
Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikan
23. pada klien (dengan tehnik pengambilan yang benar, tidak akan
mengurangi ketajaman jarum)
Membebaskan daerah yang akan di suntik (musculus gluteus
24. kuadran luar) dari pakaian dan menentukan lokasi penyuntikan
(temukan SIAS dan os coccygeus tarik garis lurus dan tentukan
1/3 bagian atas SIAS) sebagai tempat penyuntikan
25. Bersihkan kulit daerah suntikan dengan kapas yang dicelupkan
dengan air DTT dengan melingkar kearah luar, biarkan kering
26. Menusukan jarum hingga pangkal jarum suntik secara IM
27. Melakukan aspirasi dengan menarik penghisap spuit
28. Jika tidak terlihat darah terhisap, suntikan obat secara perlahan-
lahan hingga habis dan cabut jarum
Tekan sebentar daerah bekas suntikan dengan kapas DTT yang
29. baru
agar obat suntikan tidak keluar dari bekas suntikan (bukan
memasase)
Jangan memasase / memijat daerah suntikan, jelaskan pada pasien
30. bahwa dengan tindakan tersebut dapat mempercepat pelepasan
69
obat dari tempat suntikan dengan akibat masa efektif
kontrasepsinya
menjadi lebih pendek
Sedot larutan klorin kedalam spuit untuk membilas spuit dan
31. jarum kemudian buang spuit tanpa ditutup kedalam tempat
sampah khusus(jarum tidak mudah tembus)
32. Merapikan pasien
33. Membereskan alat
34. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian rendam
dalam larutan klorin
35. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan
36. Mendokumentasikan hasil tindakan
37. Melakukan konseling akhir (jangan lupa menyampaikan
kunjungan ulang 12 minggu kemudian)
SKOR NILAI = ∑ NILAI X 100%
62

Jakarta, Agustus 2022

Dosen Pembimbing

Salfia Darmi S. St, M. Kes

70
Lampiran V Dokumentasi

LAPORAN KELBIN ASRI SURYATI


LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN

71
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY. E UMUR 45
TAHUN DENGAN KEBUTUHAN KONSELING IVA TEST DI KP
BOJONG KONDANG RT 001 RW 001 DESA SUKADAME
KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PANDEGLANG
TAHUN 2022

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 7


Praktik Manajemen Kebidanan di Komunitas

Oleh:

NAMA : ASRI SURYATI


NPM : 19210200037

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS VOKASI

72
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022

73
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Individu Keluarga Binaan dengan judul

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY. E UMUR


45 TAHUN DENGAN KEBUTUHANKONSELING IVA
TEST DI KP BOJONG KONDANG RT 001 RW 001 DESA
SUKADAME KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN
PANDEGLANG TAHUN 2022

Oleh

NAMA: ASRI SURYATI

NIPM: 19210200037

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di


hadapan Tim Penguji

Tanggal, Agustus 2022

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb


NIDN: 0310098102

7
4
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Individu Keluarga Binaan dengan judul
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY. E UMUR 45 TAHUN
DENGAN KEBUTUHAN KONSELING IVA TEST PADA NY. E DI KP
BOJONG KONDANG RT 001 RW 001 DESA SUKADAME KECAMATAN
PAGELARAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2022

Oleh

NAMA: ASRI SURYATI


NPM: 19210200037

Telah di presentasikan pada tanggal Agustus 2022 di hadapan tim penguji Program
Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju

Jakarta, Agustus 2022


Menyetujui
KBK Dosen Komunitas dan Ilmu KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi
Teknologi Dini

Agus Santi Br.G,S,ST,M.Kes Gaidha K P,S.Tr.Keb,M.Keb

NIDN: 0317088406 NIDN: 0317119401

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb


NIDN: 0310098102

7
5
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah dan nikmatnya, penulis mampu menyelesaikan penyusunan laporan
Individu keluarga binaan berjudul “ Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Ny. E
Umur 45 Tahun Dengan Kebutuhan Konseling IVA Test di Kp Bojong
Kondang RT 001 RW 001 Desa Sukadame Kec Pagelaran Kabupaten
Pandeglang Tahun 2022 “. Shalawat serta salam senantiasa tercurah, kami
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis bermaksud
untuk mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. H. Jakub Chatib sebagai Ketua Yayasan Indonesia Maju


2. Prof. Dr. Dr. dr. H. M. Hafizurrachman, MPH, Selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju
3. Dr. Astrid Novita SKM, MKM selaku Rektor Universitas Indonesia Maju
4. Susaldi, S. ST, M. Biomed selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju
5. Dr. Rindu, SKM, M.Kes selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik
Universitas Indonesia Maju
6. Ibu Hidayani, Am .Keb, SKM, MKM selaku Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S.Kep. M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
8. Ibu Fanni Hanifa, S.ST., M. Keb., Selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Universitas Indonesia Maju
9. Ibu Aprilya Nency, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan masukannya yang sangat bermanfaat dalam
penyusunan laporan ini
10. Ibu Salfia Darmi, S.ST, M.Kes selaku dosen responsi dalam presentasi
laporan seminar kasus ini dan juga memberikan arahan dan masukannya

4
11. Ibu Ria Magdalena Damanik, S.SiT selaku CI responsi dalam presentasi
laporan seminar kasus ini dan juga memberikan arahan serta masukannya
12. Seluruh dosen Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Universitas
Indonesia Maju yang telah memberikan ilmu pengetahuannya selama
duduk di bangku kuliah.
13. Ny E, yang bersedia menjadi klien dan dijadikan sebagai sarana diskusi
dalam memecahkan permasalahan yang di hadapi dalam keluarga binaan.
14. Terimakasih kepada orang tua, suami dan anak anak yang tidak henti-
hentinya mendoakan, mendukung, memberikan nasihat, semangat serta
motivasi dalam penyusunan penulisan ini.
15. Rekan-rekan seperjuangan yang banyak mendukung dan memberikan
semangat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Semoga laporan ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Agustus 2022

Penulis

5
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN i

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

BAB 1

PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belaknag 1
1.2. Tujuan 4
1.3. Manfaat 4

BAB II

TINJAUAN TEORI 6
2.1. Teori atau Konsep Dasar Komunitas...................................................... 6
2.2. Konsep Dasar Keluarga Binaan ............................................................. 9
2.3. Kanker Serviks 11
2.3.1. Pengertian Kanker Serviks 11
2.3.2. Penyebab Kanker Serviks 11
2.3.3. Tanda dan Gejala Kanker Serviks 13
2.3.4. Pencegahan Kanker Serviks 13
2.3.5. Deteksi Dini Pada Kanker Serviks 15
2.4. Test Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) 16

6
2.4.1. Pengertian Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) 16
2.4.2. Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan IVA Test 17
2.4.3. Waktu Pemeriksaan IVA Test 17
2.4.4. Syarat Pemeriksaan IVA Test 18

BAB III

TINJAUAN KASUS 19
3.1. Kunjungan Keluarga Binaan Ke 1 19
3.2. Kunjungan Keluarga Binaan Ke 2… .................................................... 23
3.3. Kunjungan Keluarga Binaan Ke 3 25

BAB IV

PEMBAHASAN 27

BAB V

PENUTUP 29
5.1. Kesimpulam ------------------------------------------------------------- 29
5.2. Saran -------------------------------------------------------------------- 29

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 32

BUKTI DOKUMENTASI 34

7
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1. Latar Belakang


Saat ini perkembangan penduduk terjadi di dunia, terutama
perkembangan dalam dunia kesehatan. Tetapi masalah kesehatan merupakan
ancaman bagi negara - negara yang sedang berkembang sehingga masalah
kesehatan menjadi tidak terkontrol. Salah satu penyakit yang mengalami
peningkatan adalah kanker. Stigma masyarakat yang percaya tentang mitos
kanker salah satunya bahwa tidak ada yang dapat di lakukan terkait dengan
kanker. Hal ini menyebabkan seseorang takut apabila seseorang di diagnosis
kanker. Penyakit kanker sendiri sebenarnya dapat dicegah, diobati dan
disembuhkan jika di ketahui lebih dini tanda dan gejala kanker. 1

World Health Organization ( WHO ) mencatat jumlah penderita


kanker di dunia pada tahun 2020 mencapai 19,3 juta kasus dengan angka
kematian sampai 10 juta jiwa. Angka ini meningkat dibanding tahun 2018
yang mencatat 18,1 juta kasus dengan jumlah kematian 9,6 jiwa. Internasional
Agency for Research on Cancer (IARC), dan internasional bentukan badan
kesehatan dunia (WHO), memperkirakan jumlah penderita kanker di dunia
akan terus naik hingga 30,2 juta kasus pada tahun 2024.

Dari 19,3 juta kasus kanker di dunia, penyakit kanker yang paling
banyak di derita adalah kanker payudara sebanyak 11,7%, kemudian kanker
paru 11,4 %,kanker usus besar atau rektum sebesar 10%,kanker prostat
7,3%,kanker perut 5,6%, kanker hati 4,7%, kanker leher rahim 3,1 %, dan
kanker lainnya 46%. Adapun sebarannya di Asia 49,3%, Eropa 22,8%,
AmerikaUutara 13,3%, Amerika Latin dan Caribben 7,6%, Afrika 5,7%,

1
dan di Oceania 1,3%. 2
Khusus di Indonesia Globocan 2020 menyebutkan ada 396.914 kasus
kanker dengan tingkat kematian 145 jiwa per 100.000 penderita. Rincian
jumlah penderitanya yaitu kanker payudara sebanyak 65.858 kasus,

2
kemudian kanker leher rahim 36.633 kasus, kanker paru 34.783 kasus, kanker
usus besar atau rektum 34.189 kasus, kanker hati 21.392 kasus, kanker
nasofaring 19.943 kasus, kanker getah bening 16.125 kasus, kanker darah
14.979 kasus, kanker rahim 14.896 kasus, kanker prostat 13.53 kasus, kanker
tiroid 13.114 kasus dan sisanya menderita kanker lainnya.2

Menurut Profil Kesehatan Provinsi Banten, jumlah penderita kanker


serviks positif mencapai 1,29%, di Kabupaten Pandeglang sendiri jumlah
kejadian kanker serviks mencapai 0, 23 per 100.000 perempuan. 3

Kanker serviks termasuk penyebab utama kematian wanita di dunia.


Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang dan berada
di urutan ke 10 di negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia,
kanker serviks berada di posisi pertama dari 10 kanker terbanyak. Indonesia
merupakan negara dengan kanker serviks terbesar di dunia. Sebanyak 52 juta
perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks, sementara 36 persen
perempuan dari seluruh penderita kanker adalah pasien kanker serviks.
Sebanyak 15.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi dengan angka
kematian 7.500 kasus per tahun.

Kanker serviks terjadi jika sel-sel berada di daerah serviks membelah


tidak terkendali sehingga menjadi abnormal dan kemudian hingga
membentuk tumor. Penyebab kelainan sel-sel pada serviks tersebut dapat
disebabkan karena inveksi Human Paviloma Virus (HPV). Selain itu, ada juga
beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks, yaitu
faktor sosiodemografi (usia, status sosial ekonomi) dan faktor aktivitas
seksual (usia pertama kali berhubungan seksual, pasangan seksual berganti-
ganti dan tidak disirkumsisi, paritas, kurang menjaga kebersihan genital),
merokok, riwayat penyakit kelamin, riwayat keluarga penderita kanker
serviks, trauma kronis serviks, penggunaan pembalut dan pantyliner,
dietilstilbestrol (DES) dan penggunaan kontrasepsi oral.4

3
Selain faktor-faktor di atas, faktor gen juga turut memengaruhi
terjadinya kanker. Rasjidi mengatakan bahwa gen merupakan informasi
genetika yang di turunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Artinya, perempuan yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker lebih


berisiko terkena kanker termasuk kanker serviks di banding dengan
perempuan yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker. 4

Meskipun ganas dan dapat menyebabkan kematian, kanker serviks


dapat dicegah. Pencegahan dapat di lakukan dengan berbagai cara seperti
mengontrol perilaku seksual diri sendiri dan pasangan, memerhatikan
kontrasepsi yang di gunakan,tidak merokok, serta mengkonsumsi makanan
yang bergizi. Karena penyakit ini sangat dikaitkan dengan HPV, maka infeksi
virus ini dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi.5

Di samping itu, upaya deteksi dini juga dapat di lakukan, yaitu dengan
menjalani tes pap smear dan tes IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat).
IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) adalah suatu metode yang di gunakan
untuk mendeteksi secara diri lesi pra kanker dengan menggunakan kapas lidi
yang telah di celupkan ke dalam asam cuka atau asam asetat dengan
konsentrasi 3-5% yang nantinya akan diolehkan pada vagina tepatnya pada
daerah portio dengan teknik pengolesan searah jarum jam. Skrining IVA
efektif memberikan kontribusi untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas
yang terkait dengan keganasan kanker serviks.5

Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana


pasangan (laki- laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal
terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini
pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya
yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga
jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan
kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang. (Manuaba.2015)

Dalam beberapa studi klinis, skirining IVA telah menunjukkan


kepekaan klinis mulai dari 41% - 92%, mendekati standar kolposkopi.6

4
Berdasarkan data yang di peroleh dari hasil pendataan dalam praktek
kebidanan komunitas di Kp Bojong Kondang RT 001 RW 001 Desa
Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang diperoleh data, dari
10 WUS sebagian besar yaitu sebanyak 9 orang ( 90 % ) belum pernah
melakukan screening pemeriksaan kanker serviks dan 1 orang (10%) pernah
melakukan pemeriksaan IVA. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan
tentang pemeriksaan IVA test dapat mendeteksi secara dini kanker serviks.

Penulis mengambil kasus keluarga binaan Ny. E di Kp. Bojong


Kondang RT 001 RW 001 Desa Sukadame Kec. Pagelaran, Kab. Pandeglang,
sebagai bukti pelaksanaan praktek kebidanan dalam pembinaan keluarga
dengan memberikan konseling tentang pemeriksaan IVA test.

5
Di harapkan dengan dibuatnya laporan keluarga binaan untuk klien
dengan konseling pemeriksaan IVA ini, tenaga kesehatan dapat memberi
asuhan yang tepat dan benar tentang pemeriksaan IVA test dan dapat
mengurangi angka kesakitan serta kematian karena kanker serviks di
masyarakat.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan komunitas kepada Ny E
dengan memberikan konseling tentang IVA test untuk mewujudkan
keluarga yang sehat dan terbebas dari kanker serviks.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Dapat melaksanakan pengkajian data subjektif pada Ny. E umur
45 tahun di Kp Bojong Kondang RT 001 RW 001 Desa
Sukadame Kec Pagelaran Kab Pandeglang Tahun 2022.
b. Dapat melaksanakan pengkajian data obyektif pada Ny. E umur
45 tahun di Kp Bojong Kondang RT 001 RW 001 Desa
Sukadame Kec Pagelaran Kab Pandeglang Tahun 2022.
c. Dapat membuat diagnosa kebidanan pada Ny. E umur 45 tahun
di Kp Bojong Kondang RT 001 RW 001 Desa Sukadame Kec
Pagelaran Kab Pandeglang Tahun 2022.
d. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi kegiatan
sesuai dengan perencanaan pada Ny. E umur 45 tahun di Kp
Bojong Kondang RT 001 RW 001 Desa Sukadame Kec
Pagelaran Kab Pandeglang Tahun 2022
1.3. Manfaat
1. Bagi Keluaga Binaan

6
Bagi ibu diharapkan hasil konseling ini dapat menambah informasi
dan menambah pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan IVA
test untuk mendeteksi secara dini kanker serviks.

2. Manfaat bagi masyarakat


Diharapkan dapat membantu masyarakat dalam menemukan
masalah yang ada pada dirinya serta membantu dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar. Meningkatkan peran serta dan partisipasi
masyarakat terhadap kesehatan individu dan lingkungan. Sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, dapat
membantu masyarakat juga dalam mengambil keputusan terhadap
hal yang menyangkut kesehatan diri keluarga dan lingkungan.

3. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat
kedalam kondisi nyata di lapangan tentang bidan komunitas, serta
menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi penulis
agar lebih meningkatkan kinerja di lapangan.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori atau Konsep Dasar Komunitas


2.1.1 Pengertian
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan
pada aspek aspek psikososial budaya yang ada di komunitas
(masyakart sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu
memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun kelompok.
Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk
mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini.

a. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang


merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
b. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
d. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah
yang terisolir), kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di
atas adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi
masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup
perempuan di lokasi tersebut.

2.1.2 Tujuan Pelayanan Komunitas


Tujuan kebidanan komunitas, yaitu mencakup tujuan umum dan
tujuan khusus berikut ini:

a. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya,
sehingga masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta
mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.
8
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
4) Medukung program-program pemerintah lainnya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.

2.1.3 Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan

Pada Pelayanan Kebidanan Komunitas


Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai
berikut.

a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan


masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat
dan martabat kemanusiaan klien.
c. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,
jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus,
jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri
oleh bidan. Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1
RT atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.
d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi
hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu
pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja
9
sosial, dll.
e. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan
klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan
wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

2.1.4 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas


Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah
sebagai berikut.

a. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan langkah


promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan
balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
b. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan
yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita
serta ibu hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan
diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi
melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses
rujukan tidak mengalami keterlambatan.
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan
bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan meminimalisir
intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk
mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah
bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan tindakan
persalinan caesar.

10
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi

sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk

mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.

Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi

seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), kekerasan

dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan

Injecting Drug User (IDU).

2.2 Konsep Dasar Keluarga Binaan


2.2.1 Pengertian
Pembina dapat diartikan bantuan dari seseorang atau sekelompok
orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain
melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan
kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan.

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak


tempat anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam
keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga.

Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan


dan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk
menggambarkan derajat kesehatan digunakan indikator kualitas
utama seperti angka kematian, kesakitan, kelahiran, status gizi dan
lain-lain.

11
Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Jika masyarakat sudah menciptakan hidup

sehat maka derajat masyarakatpun meningkat. Untuk itu perlu adanya


suatu pendekatan dalam meningkatkan peran serta masyarakat, salah
satunya melalui pendekatan asuhan kebidanan komunitas. Melalui
pendekatan asuhan kebidanan komunitas dapat meningkatkan
pengetahuan dan motivasi masyarakat sehingga dapat memacu
masyarakat untuk mampu dan mandiri dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang


tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing – masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

2.2.2 Kriteria Keluarga Binaan


Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan
keluarga binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk resiko
tinggi dalam bidang kesehatan :

a. Mudah dijangkau
b. Komunikasi dengan baik
c. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan kesehatan
dan keperawatan yang diberikan
d. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah

e. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu


f. Daerah tersebut tidak terlalu rawan.

2.2.3 Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat


a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.

12
b. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan, prasarana
dan sarana kesehatan.
c. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.

d. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai


potensi kesehatan secara penuh agar lebih tahan terhadap penyakit.
e. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran

2.3 Kanker Serviks


2.3.1 Pengertian Kanker Serviks

Pengertian Kanker serviks adalah suatu proses keganasan


yang terjadi pada leher rahim, sehingga jaringan di sekitarnya tidak
dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan
tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi
berulang - ulang.

Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari


sel leher rahim normal menjadi sel abnormal yang kemudian
membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim yang abnormal ini
dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat
jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan dapat
menyebar.4 Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim dengan
hiperplasi sel jaringan sekitar sampai menjadi sel yang membesar,
menjadi borok/luka yang mengeluarkan cairan yang berbau busuk.

2.3.2 Penyebab Kanker Serviks


Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti,
beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain yaitu:

1. HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil


genetalia (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui
13
hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV
tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90 - 99% jenis kanker serviks di

sebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui hubungan


seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi.

2. Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan


tubuh dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi HPV pada leher rahim.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin
muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, maka
semakin besar risiko untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan
penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks
pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih
besar dari pada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun,
selain itu sperma yang mengandung komplemen histone dapat
bereaksi dengan DNA sel leher rahim. Sperma yang bersifat
alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan neoplasia sel leher
rahim.
4. Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks
menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner
seksual 6 orang atau lebih
5. Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan
meningkatkan insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker
serviks) meskipun tidak langsung. Di duga mempercepat
perkembangan progresivitas lesi. Pemakaian pil KB lebih dari
6 tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker serviks.
Penjelasan yang rasional atas fenomena ini adalah karena
kontrasepsi oral menginduksi eversi epitel kolumnar sehingga
meningkatkan atipia pada wanita, menurunkan kadar asam folat
darah sehingga terjadi perubahan megaloblastik sel epitel leher
rahim dan dapat meningkatkan efek ekspresi onkoprotein virus.

14
6. Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi
kanker serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah
dibandingkan dengan wanita kulit putih lainnya. Mereka
menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-laki yang tidak di
sirkumsisi lebih banyak menyebabkan Kanker serviks karena
hygiene penis tidak terawat, di mana terdapat kumpulan-
kumpulan smegma.7
Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel
leher rahim normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri
tanpa terkendali. Sel leher rahim yang abnormal ini dapat berkumpul
menjadi tumor. Beberapa faktor predisposisi yang dihubungkan dengan
kejadian kanker serviks antara lain HPV, merokok, hubungan seksual
pertama dilakukan pada usia dini, berganti-ganti pasangan seksual,
pemakaian alat kontrasepsi.7

2.3.3 Tanda dan Gejala Kanker Serviks

Adapun tanda dan gejala dari kanker serviks yaitu: Flour


albus (keputihan) merupakan gejala yang sering di temukan getah
yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat
infeksi dan nekrosis jaringan, perdarahan yang dialami segera
setelah bersenggama (perdarahan kontak). 7

2.3.4 Pencegahan Kanker Serviks


Deteksi dini yang dapat dilakukan pada kanker serviks antara
lain dilakukan dengan cara Pap smear, Biopsi dan pemeriksaan
dengan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) yang juga merupakan
alternatif skrining untuk kanker serviks. Upaya pencegahan yang
paling umum adalah menghindarkan diri dari faktor risiko seperti:

15
1. Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah
penularan penyakit infeksi menular seksual.
2. Menghindari merokok, kandungan nikotin dalam rokok pun
dapat mengakibatkan Kanker serviks.
3. Menghindari mencuci vagina dengan anti septik tidak dilakukan
secara rutin, kecuali bila ada indikasi infeksi yang membutuhkan
pencucian dengan antiseptik. Obat tersebut dapat membunuh
kuman, termasuk kuman bacillus doderlain di vagina yang
mempertahankan pH vagina.
4. Jangan pernah menaburi talk pada vagina yang terasa gatal atau
kemerahan, di khawatirkan serbuk talk tersebut akan terserap
masuk ke dalam vagina dan lama kelamaan berkumpul
kemudian mengendap menjadi benda asing yang bisa berubah
menjadi sel kanker
5. Diet rendah lemak. Di ketahui bahwa timbulnya kanker
berkaitan erat dengan pola makan, lemak memproduksi hormon
estrogen, dan endometrium yang sering bersinggungan dengan
hormon estrogen mudah berubah menjadi kanker.
6. Memenuhi kecukupan gizi tubuh terutama betakaroten, vitamin
C, dan asam folat. Ketiga zat ini dapat memperbaiki dan
memperkuat mukosa kanker serviks. Oleh karena itu, rajinlah
mengkonsumsi wortel, buah-buahan yang mengandung vitamin
C dan makanan hasil laut
7. Hubungan seks terlalu dini, idealnya hubungan seks di lakukan
setelah perempuan benar-benar matang. Ukuran pematangan
bukan hanya dilihat dari datangnya menstruasi, tetapi juga
bergantung pada pematangan sel-sel mukosa yang terdapat di
selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Sel-sel mukosa akan
matang setelah perempuan berusia 20 tahun ke atas, maka
hendaknya perempuan yang berumur di bawah 16 tahun tidak
melakukan hubungan seks, meskipun sudah menikah

16
8. Menghindari berganti-ganti pasangan karena berisiko
kemungkinan tertularnya penyakit kelamin semakin besar.
9. Penggunaan estrogen, risiko terkena kanker serviks juga dialami
oleh perempuan yang terlambat menopause. Sebab rangsangan
terhadap endometrium lebih lama, sehingga endometrium sering
terkena estrogen dan kemungkinan munculnya kanker rahim.7

2.3.5 Deteksi Dini Pada Kanker Serviks


Deteksi dini yang dapat di lakukan pada kanker serviks
antara lain dilakukan dengan cara Pap smear, Biopsi dan
pemeriksaan dengan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) yang juga
merupakan alternatif skrining untuk kanker serviks.

Metode pemeriksaan deteksi dini yang ditemukan oleh para


ahli yang mampu mendeteksi adanya kelainan pada leher rahim
merupakan lompatan raksasa di bidang ilmu kedokteran, karena
tingkat penyembuhan dan penanggulangan kanker serviks telah
mencapai 80%. Ada pun cara metode-metode dalam deteksi dini
pada Kanker serviks antara lain yaitu:

1. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini Kanker


serviks, test ini mendeteksi adanya perubahan - perubahan sel
leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan
mengambil cairan pada leher rahim dengan spatula kemudian
di lakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis
adanya kanker serviks. Jika di temukan hasil pap smear yang
abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa
kolposkopi. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan
pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk
mengamati secara langsung permukaan Kanker serviks dan
bagian Kanker serviks yang abnormal. Dengan
17
kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaan leher
rahim, kemudian di lakukan biopsy pada lesilesi tersebut

2. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear.


Teknik yang biasa di lakukan adalah punch biopsy yang tidak
memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang
menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui
kelainan yang ada pada kanker serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau
hanya tumor saja (Prayetni, 2014)
3. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) tes merupakan alternatif
skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan praktis
di laksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter
ginekologi, bidan praktek dan lain - lain. Prosedur
pemeriksaannya sangat sederhana skrining untuk kanker
serviks. Tes sangat mudah dan praktis di laksanakan,
sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan
praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat
sederhana, permukaan leher rahim diolesi dengan asam
asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan
Kanker serviks yang tidak normal.8

2.4 Test Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)


2.4.1 Pengertian Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) merupakan cara
sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. 8
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara
melihat langsung dengan mata telanjang dengan menggunakan
larutan asam asetat 3-5%.9 Pemeriksaan IVA merupakan
pemeriksaan skrining alternatif dari PAP SMEAR karena relatif

18
murah, praktis, sangat mudah untuk di laksanakan dan peralatan
yang di gunakan juga sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan selain dokter ginekologi. Pada pemeriksaan ini dilakukan
dengan cara melihat serviks yang telah di berikan asam asetat 3-5%
secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan asam asetat akan
terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat di amati secara
langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Di
butuhkan waktu sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan
pada jaringan epitel. Serviks yang di beri larutan asam asetat 5%
akan merespon lebih cepat dari pada larutan 3%. Efek akan
menghilang sekitar 50-60 detik, sehingga dengan pemberian asam
asetat akan didapatkan hasil gambaran serviks yang normal (merah
homogen) dan bercak putih (dysplasia).

Inspeksi Visual Asam Asetat ( IVA ) merupakan metode


yang digunakan untuk dteksi dini kanker servik yang murah dengan
menggunakan asam asetat 3-5%, yang alatnya menggunakan
spekulum dan mengamati / melihat leher rahim yang telah dipulas
dengan asam asetat atau asam cuka 3-5%, tergolong sederhana dan
memiliki keakuratan 90% ( Kemenkes, 2015).

2.4.2 Sasaran dan Interval IVA

Sasaran pemeriksaan IVA adalah dianjurkan bagi semua


perempuan berusia antara 30 sampai dengan 50 tahun, yang
memiliki faktor resiko seperti resiko tinggi IMS akan dapat
meningkatkan nilai prediktif positif dari IVA. Karena angka
penyakit lebih tinggi pada kelompok usia tersebut, maka lebih besar
kemungkinan untuk mendeteksi lesi pra-kanker, sehingga
meningkatkan efektifitas biaya dari program pengujian dan
mengurangi kemungkinan pengobatan yang tidak perlu ( Kemenkes,
2015 ).

19
Sejumlah faktor resiko berhubungan dengan perkembangan
kanker serviks sebagai berikut :

1. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual ( usia


< 20 tahun )

2. Memiliki banyak pasangan seksual

3. Riwayat pernah mengalami Infeksi Menular Seksual ( IMS )

4. Ibu atau saudara perempuan yang memiliki riwayat kanker


serviks

5. Hasil Pap smear sebelumnya tidak normal

6. Wanita perokok

7. Wanita yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh dan


( HIV/AIDS ).

Menggunakan kortikosteroid secara kronis ( misalnya


pengobatan asma atau lupus ) beriko lebih tinggi terjadinya kanker
leher rahim jika mereka memiliki HPV ( Rubin, 1999 ).

WHO mengindikasikan skrining deteksi dini kanker serviks


dilakukan pada kelompok berikut ini :

a. Setiap perempuan yang berusia antara 25 – 35 tahun, yang belum


pernah menjalani tes sebelumnya, atau pernah menjalani tes 3
tahun sebelumnya atau lebih.

b. Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes


sebelumnya.

c. Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam,


perdarahan pasca senggama atau perdarahan pasca menopause
atau mengalami tanda dan gejala abnormal lainnya.

d. Perempuan yang ditemukan ketidak normalan pada leher


rahimnya.

20
Sedangkan untuk interval skrining WHO
merekomendasikan :

a. Bila skrining hanya mungkin dilakukan 1 kali seumur hidup maka


sebaiknya dilakukan pada perempuan antara usia 35 – 45 tahun.

b. Untuk perempuan usia 25 – 45 tahun, bila sumber daya


memungkinkan, skrining hendaknya dilakukan tiap 3 tahun
sekali.

c. Untuk usia diatas 50 tahun, cukup dilakukan 5 tahun sekali.

d. Bila 2 kali berturut-turut hasil skrining sebelumnya negatif,


perempuan usia diatas 65 tahun, tidak perlu menjalani skrining.
Tidak semua perempuan direkomendasikan melakukan skrining
setahun sekali.

2.4.3 Tujuan dan manfaat pemeriksaan IVA test


Tujuan melakukan pemeriksaan IVA adalah untuk
mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk
mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.

Manfaat melakukan pemeriksaan IVA adalah mendeteksi


secara dini potensi kanker serviks (kanker mulut rahim). Semakin
cepat terdeteksi, semakin mudah di obati. Dengan demikian, Ibu
akan terhindar dari kematian akibat ganasnya kanker.

2.4.4 Waktu pemeriksaan IVA test


Waktu dilakukan pemeriksaan IVA Program Skrining Oleh
WHO : Skrining pada setiap wanita minimal 1 X pada usia 35-40
tahun. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada
usia 35 - 55 tahun. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun
pada usia 35 - 55 tahun. Ideal dan optimal pemeriksaan di

21
lakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25 - 60 tahun. Skrining yang
di lakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang cukup signifikan. Di Indonesia, anjuran untuk
melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil
negatif (-) adalah 5 tahun.11

2.4.5 Syarat pemeriksaan IVA test


Adapun syarat yang harus di perhatikan ketika akan
melalukan IVA test, yaitu:

2.4.5.1 Sudah pernah melakukan hubungan seksual


2.4.5.2 Tidak sedang datang bulan
2.4.5.3 Tidak sedang hamil
2.4.5.4 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

2.4.6 Kategori Pemeriksaan IVA


Menurut Laila Nurrana ( 2010 ) ada beberapa kategori yang
dapat dipergunakan untuk pemeriksaan IVA yaitu sebagai berikut :
1) IVA Negatif = serviks normal
2) IVA Radang = serviks dengan radang ( servisitis ), atau kelainan
jinak lainnya ( polip serviks )
3) IVA Positif = ditemukan bercak putih ( acetowhite epithelium ).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker
serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada
diagnosis serviks prakanker ( displasia ringan – sedang – berat
atau kanker serviks insitu ).
4) IVA-Kanker Serviks = pada tahap ini pun, untuk upaya
penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan
bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila
ditemukan masih pada stadium invasif dini ( stadium IB-IIA ).
Menurut M. Farid Aziz, ( 2006 ), kategori penemuan IVA
dilihat dari kategori gejala sebagai berikut :
1) Normal : Licin, merah muda, bentuk portio normal

22
2) Atipik : Servisitis ( inflamasi, hiperemis ) banyak flour ektopion
polip atau ada cervicalwart. Plak atau bercak putih ( epitel
acetiwhite )
3) Abnormal ( indikasi lesi prakanker serviks ) pertumbuhan seperti
bunga kol
4) Serviks terdapat perdarahan

2.4.7 Kelebihan Pemeriksaan IVA


Menurut M. Farid Aziz, ( 2006 ), sebagai suatu pemeriksaan
skrining alternatif, pemeriksaan IVA memiliki beberapa manfaat
lebih jika dibandingkan dengan pemeriksaan yang sudah ada yaitu
sebagai berikut :
1) Lebih mudah dan murah
2) Peralatan yang dibutuhkan lebih sederhana
3) Hasil pemeriksaan dapat segera diperoleh sehingga tidak
memerlukan kunjungan ulang.
4) Cakupannya lebih luas
5) Pada tahap penapisan tidak dibutuhkan tenaga skinner untuk
memeriksa sediaan sitologi.

23
BAB III

TINJAUAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY.E


DENGAN KEBUTUHAN KONSELING IVA TES

No. Registrasi 012


Tanggal Pengkajian : 28 Juli 2022
Waktu Pengkajian : 14.00 Wib
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. E
Pengkaji : Asri Suryati

A. Data Subjektif

Nama Ibu : Ny. E Nama Suami :Tn. A

Umur : 45 tahun Umur : 50 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Sunda Suku : Sunda

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kp. Bojong Kondang RT 001/ RW 001 Desa

Sukadame Kec Pagelaran Kab Pandeglang

1. Keluhan utama
Ibu mengatakan belum mengetahui dan belum pernah melakukan
pemerikasaan IVA test.

2. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi

24
Menarche usia 12 tahun, siklus 28 hari, teratur, lamanya 6-7
hari, banyaknya 3-4 kali pembalut

Dismenorea tidak ada

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Anak
Tgl /
Thn Tempat Usia Jenis Penyulit
Anak Penolong Jenis
persalin persalin kehamil persali kehamilan/ BB/ Keada
ke persalinan kelam
an an an nan persalinan PB an
in

1 21 Rumah Aterm Normal Bidan Tidak ada Laki-l 2900 Hidup


aki
Januari gr/ 49
1991 cm

3. Riwayat ginekologi
Keputihan berwarna bening sebelum menstruasi, tidak gatal,tidak
berbau

Tidak ada IMS


4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu
Tidak sedang dan pernah menderita penyakit menular, keturunan
dan menahun

Belum pernah melakukan pemeriksaan Hepatitis, IMS dan


HIV/AIDS

b. Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada dan tidak sedang menderita penyakit menular, turunan
atau menahun

5. Riwayat pernikahan
Pernikahan yang pertama baik bagi istri maupun suami
6. Riwayat psikososial
25
Hubungan suami istri dan keluarga kedua belah pihak baik
7. Riwayat KB
Pernah menggunakan metode Pil KB selama ± 7 tahun, kemudian
menggantinya dengan KB implant selama 3 tahun ini.

8. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat
Tidur malam 7-8 jam siang istirahat kurang lebih 1 jam
b) Pola aktivitas
Melakukan pekerjaan rumah tangga
c) Pola eliminasi
Bab 1 x sehari, konsistensi padat, warna kuning kecoklatan, tidak
ada keluhan

Bak 4-5 x sehari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan


d) Pola nutrisi
Makan sehari 3x dengan menu nasi, ikan, sayur dan buah kadang-
kadang

Minum 7-8 gelas sehari, air putih


e) Pola personal hygiene
Mandi sehari 2 x. menggosok gigi sehari 2x, mencuci rambut 3x
seminggu, mengganti pakaian sehari 2x.

f) Pola hubungan seksual


Hubungan seksual 2 minggu sekali, karena suami bekerja di
Jakarta, dan pulang 2 minggu sekali

26
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis
2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut nadi : 83 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36.5 0C

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 155 cm


LILA : 24 cm
IMT : 21,3 kg/m2
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah
muda

Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, gusi


tidak berdarah, tidak ada caries

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe


dan vena jugularis

Dada : Bunyi jantung dan paru-paru normal


Abdomen : Simetris, tidak ada luka bekas operasi,
tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas Atas :Tidak ada odema, telapak tangan tidak


pucat
Ekstremitas Bawah : Tidak ada odema, tidak ada varices
Anogenitalia : Tidak di lakukan karena ibu tidak bersedia

27
5. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

C. Analisis Data
Ny. E 45 tahun, keadaan baik dengan kebutuhan konseling IVA test

D. Penatalaksanaan
1. Dengan kondisi dimasa pademi covid 19 Melakukan prokes :
Melakukan cuci tangan, wajib memakai masker bagi klien
2. Bidan mengunakan APD
3. Melakukan informed consent untuk melakukan pemeriksaan dan
persetujuan menjadi keluarga binaan, informed consent sudah di
tanda tangani

4. Menjelasakan hasil pemeriksaan,bahwa saat ini ibu dalam keadaan


baik yaitu: TD : 110/80 mmhg, N: 83 x/ menit, R: 20 x/menit, S:
36.5 0 c, hasil pemerikasaan fisik tidak ada kelainan.( ibu mengerti )
5. Menyepakati kunjungan ulang tanggal 02 Agustus 2022 untuk
memberikan materi konseling tentang pemeriksaan IVA test, ibu
sepakat untuk diberikan konseling pada tanggal 02 Agustus 2022
6. Melakukan pendokumentasian. (dokumentasi sudah dilakukan)

Kunjungan ke- 2 tanggal 02 Agustus 2022

S Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan siap untuk menerima


:
konseling IVA test sesuai kesepakatan.
O : KU baik, kesadaran composmetis, TD 120 / 70 mm hg, Pernafasan
19 X / menit, Suhu 36 5 0 C, pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.

A : Ny, E 45 tahun keadaan baik, dengan kebutuhan konseling IVA test

P : 1. Dengan kondisi dimasa pademi covid 19 Melakukan prokes : petugas


dan klien melakukan cuci tangan dan wajib memakai masker

28
2. Bidan mengunakan APD
3. Menjelasakan hasil pemeriksaan yaitu tanda-tanda vital normal
TD : 120 / 70 mm hg ,Pernafasan 19 x / menit, Suhu 36 5 0 C,dan
hasil pemeriksaan fisik tidak ada kelaianan
4. Menjelaskan pada ibu tentang kanker serviks, kanker serviks
adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher Rahim.
Penyebabnya adalah Human Papiloma Virus (HPV), virus
penyebab kutil genetalia (kandilomata akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Faktor penyebab lain
adalah merokok,hubungan seksual diusia dini, perilaku seksual
berganti-ganti pasangan, pemakain Pil KB lebih dari 6 tahun,
suami yang tidak di sirkumsisi. Adapun tanda dan

gejalanya antara lain adalah keputihan yang berbau busuk dan


perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara
penggunaan kondom, menghindari merokok, menghindari
mencuci vagina dengan antiseptik secara rutin, jangan menaburi
talk pada vagina bila gatal atau kemerahan, menghindari
melakukan hubungan seksual pada usia dini, menghindari
bergonta-ganti pasangan, menghindari penggunaan hormone
estrogen yang terlalu lama. Adapun skriining yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi dini kanker Rahim adalah dengan
pemeriksaan pap smear, IVA test dan biopsi ( ibu mengerti ).

5. Memberikan konseling pada ibu tentang pemeriksaan IVA test,


IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara
melihat langsung dengan mata telanjang dengan menggunakan
larutan asam asetat 3-5%. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat
(IVA) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher
rahim sedini mungkin. Manfaat melakukan pemeriksaan IVA
adalah mendeteksi secara dini potensi kanker serviks (kanker
mulut rahim). Semakin cepat terdeteksi, semakin mudah diobati.
Dengan demikian, Ibu akan terhindar dari kematian akibat

29
ganasnya kanker rahim. (ibu mengerti)
6. Menjelaskan jadwal skrining pemeriksaan IVA :Skrining pada
setiap wanita minimal 1 X pada usia 35-40 tahun Kalau fasilitas
memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun.
Kalau fasilitas tersedia lebih baik lakukan tiap 5 tahun pada usia
35-55 tahun. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3
tahun pada wanita usia 25-60 tahun. Bila hasil positif (+) adalah
1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun. (ibu mengerti)

7. Menjelaskan syarat syarat dilakukan pemeriksaan IVA test yaitu


:sudah pernah melakukan hubungan seksual, tidak sedang datang
bulan, tidak sedang hamil, 24 jam sebelumnya tidak melakukan
hubungan seksual. (ibu mengerti)
8. Menyepakati untuk kunjungan ulang tanggal 05 Agustus 2022
pukul 15.00 wib. Ibu setuju untuk dikunjungi tanggal 05 Agustus
2022 pukul 15.00 wib.
9. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
(dokumentasi sudah dilakukan)

Kunjungan ke -3, tanggal 05 Agustus 2022


S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
O : KU baik, kesadaran composmetis, TD 110 / 70 mmhg, Pernafasan

20 X / menit, Suhu 36 5 0 C, pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.


A : Ny. E 45 tahun, dengan keadaan baik, dengan kebutuhan konseling IVA test
p : 1. Dengan kondisi dimasa pademi covid 19 Melakukan prokes : Melakukan
cuci tangan, wajib memakai masker bagi klien

2. Bidan mengunakan APD


3. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa tanda - tanda vital dalam
keadaan normal yaitu TD 110/70 mmhg, Pernafasan 20 X / menit,
Suhu 36 5 0 c, dan hasil pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.
4. Melakukan evaluasi hasil konseling dengan memberikan pertanyaan
30
langsung kepada ibu mengenai pengertian IVA tes, manfaat IVA tes,
waktu untuk pemeriksaan IVA tes dan syarat di lakukannnya IVA test.
(Hasil evaluasi ibu sudah memahami tentang IVA test dan akan
melakukan pemeriksaan IVA test di Puskesmas Pagelaran)

5. Menganjurkan ibu untuk selalu menerapkan pola hidup sehat dengan


makan maknan dengan gizi seimbang, istirahat yang cukup dan olah
raga secara teratur. (ibu mengerti)
6. Menganjurkan kepada ibu menjaga personal hygiene terutama organ
intim untuk mencegah penyakit menular seksual. (ibu mengerti).
7. Melakukan pendokumentasian (dokumentasi sudah dilakukan)

Pandeglang, 05 Agustus 2022

Pengkaji,

( Asri Suryati )

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesa di dapatkan data bahwa Ny. E belum


mengetahui dan belum pernah melakukan pemeriksaan IVA test untuk
mendeteksi secara dini kanker seviks,selain itu juga dari hasil anamnesa
riwayat KB, ibu pernah menggunakan Pil KB selama ± 7 tahun, dimana
penggunaan Pil KB yang terlalu lama lebih dari 6 tahun merupakan salah satu
faktor menjadi penyebab timbulnya kanker serviks, hal ini sesuai dengan
teori, bahwa penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan meningkatkan insiden
NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker serviks) meskipun tidak langsung.
Diduga mempercepat perkembangan progresivitas lesi. Pemakaian Pil KB
suntik lebih dari 6 tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker serviks.
Penjelasan yang rasional atas fenomena ini adalah karena kontrasepsi oral
menginduksi eversi epitel kolumnar sehingga meningkatkan atipia pada
wanita, menurunkan kadar asam folat darah sehingga terjadi perubahan
megaloblastik sel epitel leher rahim dan dapat meningkatkan efek ekspresi
onkoprotein virus.

Berdasarkan hal tersebut, pada kunjungan pertama tanggal 28 Juli


2022, pengkaji Melakukan asuhan dengan memberikan penjelasan tentang
kanker serviks dan merencanakan untuk memberikan konseling tentang IVA
test ,dan ibu setuju untuk dilakukan konseling pada kunjungan ke-2 yaitu
tanggal 02 Agustus 2022.

Pada kunjungan ke -2 pegkaji melakukan konseling tentang IVA test,


teori yang di berikan pada saat konseling yaitu pengertian IVA test, manfaat
IVA test, waktu pemeriksaan IVA test dan syarat pemeriksaan IVA test

32
Pada kunjungan ke-3 yaitu tanggal 05 Agustus 2022, pengkaji
melakukan evaluasi hasil konseling IVA test kepada ibu dengan memberikan
pertanyaan secara lisan, dan hasilnya ibu sudah memahami tentang IVA test
yang di tandai dengan ibu dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar.
Dan ibu akan melakukan pemeriksaan IVA test di Puskesmas Pagelaran.

Setelah dilakukan pemeriksaan IVA test diharapkan bidan dapat


mengetahui secara awal deteksi dini kanker serviks, dengan tanda dan gerjala
awal seperti keputihan yang tak kunjung sembuh, sehingga mengurangi
angka peningkatan kematian ibu yang dikarenakan oleh kanker serviks.
Gejala awal kanker serviks adalah keputihan yang berulang dan tidak
sembuh-sembuh. Meskipun sudah melakukan pengobatan, namun keputihan
ini tidak kunjung sembuh, keputihan ini disertai dengan bau yang tidak sedap,
gatal dan panas. Keputihan yang harus diwaspadai adalah jika keputihan
terjadi bersamaan dengan penyakit kelamin, misalnya gonorhoe ( kencing
nanah ) dan sifilis ( Nur Cahyo, 2014 ).

Asuhan yang diberikan sudah sesuai dimana asuhan yang di berikan


sesuai dengan kebutuhan klien. Sebelum memberikan konseling tentang
pemeriksaan IVA test, penulis memberikan penkes tentang kanker serviks,
kemudian penulis memberikan konseling dan diakhir pertemuan melakukan
evaluasi, dimana hasil evaluasi Ny E sudah faham tentang pemeriksaan IVA
test. Penkes dan konseling yang di berikan sudah sesuai dengan teori tentang
kanker serviks dan pemeriksaan IVA test.

33
BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Setelah pengkaji melakukan Asuhan Kebidanan Komunitas
Keluarga Binaan sebanyak 3 kali pertemuan dengan Ny E, dengan
memberikan konseling tentang IVA test maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :

1. Pengkajian data subyektif yang diperoleh dari hasil wawancara


didapatkan data bahwa Ny E belum mengetahui tentang kanker servix
dan belum pernah melakukan pemeriksaan IVA test.
2. Pengkajian data obyektif yang diperoleh didapatkan data bahwa Ny E
dalam kondisi baik.
3. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Ny E umur 45 tahun
dengan kebutuhan konseling pemeriksaan IVA test.
4. Penatalaksanaan dan evaluasi yang sudah dilaksanakan dengan cara
melakukan konseling tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA test,
Ny E mampu menjelaskan kembali tentang materi konseling yang sudah
diberikan dan berjanji akan melakukan pemeriksaan IVA test di
Puskesmas Pagelaran .

5.2. SARAN
5.2.1. Bagi Keluarga Binaan
Agar selalu menjaga kesehatan keluarga dan lingkungananya, dan
segera memeriksakan diri jika ada masalah kesehatan ke fasilitas
kesehatan, serta ibu dapat melakukan pemeriksaan IVA test sesuai
dengan yang dijadwalkan petugas.

5.2.2 Bagi Mahasiswa

34
Diharapkan lebih meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai
asuhan kebidanan komunitas pada keluarga binaan dan dapat
memberikan

konseling tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA test kepada


masyarakat lain khususnya wanita usia subur.

5.2.3 Bagi Lahan Praktek


Dapat lebih meningkatkan upaya promotif dan preventif dalam
mendeteksi dini kanker serviks, melalui penyuluhan baik di
posyandu, posbindu dan kelas ibu, serta dapat menyertakan
pemeriksaan IVA test pada saat kegiatan safari KB.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Situasi Penyakit Kanker di Indonesia. 2019


2. Globocan. International Agency for Research on Cancer: World Health
Organization. 2020.
3. Kemenkes RI. Kebidanan Komunitas.2018
4. Kemenkes RI. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
Jakarta. 2016
5. Profil Dinas Kesehatan Propinsi Banten. 2020
6. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang. 2020
7. Rasjidi,I. Onkologi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2018.
8. Suryati, R dan Vindari, A.V. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswa
Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. 2018.
9. Rasjidi,1. Onkologi Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2019.
10. Sukaca, E.B. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks. Yogyakarta:
Genius Printika. 2019
11. Karyus A, Putri DU, Baharza S. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Ca
Serviks terhadap Motivasi Pemeriksaan IVA pada Wanita Pasangan Usia
Subur. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. Apr
4;10(2):195-200. 2020.
12. Delia, Wijaya. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik. Yogyakarta:
Sinar Kejora. 2019.
13. Bertiani. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks (Leher Rahim).
Yogyakarta: Genius Printika. 2018.
14. Meilani dkk. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik, edisi
3. Fitramaya, Yogyakarta. 2017.

36
LAMPIRAN

Dokumentasi Foto

37
SATUAN ACARA KEGIATAN
KELUARGA BINAAN

KONSELING PEMERIKSAAN IVA TEST

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 7


Praktik Manajemen Kebidanan di Komunitas

Oleh:

NAMA: ASRI SURYATI


NPM19210200037

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA
MAJU 2022

35
SATUAN ACARA KEGIATAN

TEMA : Skreening Deteksi Dini Kanker


serviks

SASARAN : Ny E
MATERI POKOK : Pemeriksaan IVA Test
WAKTU/ PERTEMUAN : 15.00– 15.30 WIB
TEMPAT : Rumah Ny.E
PELAKSANA : Asri Suryati

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan konseling Ny E mampu memahami tentang
pemeriksaan IVA test untuk deteksi dini kanker serviks.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan konseling selama 30 menit, sasaran mampu
menjelaskan tentang materi yang disampaikan.

B. Pelaksanaan
1. Tempat : Rumah Ny. E
2. Waktu 15.00 – 15.30 WIB
C. Metode dan Media
1. Metode : Ceramah
2. Media : Job sheet dan daftar tilik, lembar balik

36
D. Langkah Kegiatan

Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan Pasien dan


No
kegiatan Kesehatan keluarga

1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Mahasiswa


(5 menit) 2. Menyebutkan nama mengucapkam salam.
da nasal instansi. 2. Mahasiswa
3. Menjelaskan tujuan. memperkenalkan diri
4. Mengkaji tingkat kepada pasien.
pengetahuan pasien 3. Mahasiswa menjelaskan
dan keluarga tentang tujuan konseling.
pemeriksaan IVA test 4. Mahasiswa mengajukan
pertanyaan tentang
pemeriksaan IVA test

2 Pembahasan 1. Menjelaskan tentang 1. Mahasiswa


(20 menit) pemeriksaan IVA test memberikan konseling
2. Memberikan tentang pemeriksan
kesempatan pada IVA test
pasien untuk 2. Mahasiswa
menanyakan hal yang memberikan
kurang dimengerti. kesempatan kepada
pasien untuk
menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
3 Penutup 1. Mengevaluasi tujuan 1. Mahasiswa melakukan
(5 menit) konseling evalusi tentang tujuan
pemeriksaaan IVA konseling pemeriksaan
test IVA test
2. Mengucapkan 2. Mahasiswa
terimakasih atas mengucapkan
perhatian yang terimakasih kepada
diberikan dan pasien dan salam
memberikan salam penutup.
penutup.

E. Evaluasi
Sebelum dan sesudah diberikan konseling berupa pertanyaan langsung

37
F. Materi
1. Pengertian IVA Test

2. Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan IVA Test


3. Waktu Pemeriksaan IVA Test
4. Syarat dilakuakan IVA Test

G. Daftar Pustaka/Referensi
1. Karyus A, Putri DU, Baharza S. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Ca
Serviks terhadap Motivasi Pemeriksaan IVA pada Wanita Pasangan Usia
Subur. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. 2020 Apr
4;10(2):195-200.
2. Suryati, R dan Vindari, A.V. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswa
Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. 2018

38
JOB SHEET

TEMA : Deteksi Dni Kanker serviks


SASARAN : Ny. E
MATERI POKOK : Konseling Pemeriksaan IVA Test
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 Menit
TEMPAT : Rumah Pasien
PELAKSANA. : Asri Suryati
PROGRAM STUDI : Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa mampu menjelaskan konseling tentang pemeriksaan IVA test

B. DASAR TEORI SINGKAT


Inpeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Bertiani, 2013). IVA
merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
dengan mata telanjang menggunakan larutan asam asetat 3-5% .1

C. PETUNJUK
1. Melakukan informend consent
2. Memberikan informasi dengan baik dan benar
3. Melakukan pendokumentasian
4. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik
5. Ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
6. Bekerja secara hati-hati dan teliti.

39
D. KESELAMATAN KERJA

1. Patuhi prosuder pekerjaan


2. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
3. Berikan informasi dengan baik dan benar.

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Mempersiapkan pasien dan memberikan penjelasan tentang konseling
pemeriksaan IVA test
2. Menjaga kenyamanan dan privacy pasien

PROSEDUR TINDAKAN
N Langkah dan Key point Ilustrasi gambar
o

1 Sapa klien dengan ramah dan


perkenalkan diri anda dan
tanyakan kedatanggannya
Key point:

● Mempersilahkan ibu
duduk dengan nyaman
dan membina
hubungan baik.

2 Melakukan pengkajian
Key point:

● Menanyakan
informasi

40
3 Menyiapkan alat dan bahan
secara baik dan benar

Key point:
● Dekatkan alat dan
bahan

4 ● Memberikan
pelaksanaan konseling
● Menjelaskan
pengertian
pemeriksaan IVA test

● Menjelaskan tujuan
dan manfaat
pemeriksaan IVA test
● Menjelaskan tentang
waktu pemeriksaan
IVA tset

41
● Menjelaskan tentang
syarat pemeriksaan
IVA test

Melakukan Evaluasi hasil


konseling yang sudah di
sampaikan
5

Dokumentasikan dan
6 beritahukan hasil kepada ibu

42
4. Daftar Pustaka/Referensi
1. .Karyus A, Putri DU, Baharza S. Efektivitas Penyuluhan
Kesehatan Ca Serviks terhadap Motivasi Pemeriksaan IVA
pada Wanita Pasangan Usia Subur. Jurnal Ilmiah Permas:
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. 2020 Apr 4;10(2):195-200.

2. Suryati, R dan Vindari, A.V. Kesehatan Reproduksi buat


Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. 2018

DAFTAR

TILIK

PENILAIAN

0 Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan

1 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan belum sempurna

2 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan sempurna

Beri tanda ceklist () pada kolom penilaian

No Penilaian
Langkah Kegiatan
. 0 1 2

PERSIAPAN TEMPAT

Menyediakan tempat yang nyaman untuk melakukan


1
konseling

PERSIAPAN ALAT

2 Alat bantu untuk melakukan konseling

PERSIAPAN PASIEN

3 Sambut pasien dengan ramah


4 Perkenalkan diri

Persilahkan pasien duduk dan ciptakan suasana yang


5
nyaman

6
Jelaskan maksud dan tujuan kunjungan
43
PELAKSANAAN KONSELING
7 Menjelaskan pengertian pemeriksaan IVA test
8 Menjelaskan tujuan dan manfaat IVA test

9 Menjelaskan waktu pemeriksaan IVA test


10 Menjelaskan syarat dilakukannya IVA test
EVALUASI

11 Evaluasi hasil konseling yang sudah di sampaikan


Menanyakan pada pasien apakah sudah mengerti
12
dengan penjelasan yang di sampaikan
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
13
bertanya

Meminta ibu untuk mengulangi inti dari penjelasan


14
yang di sampaikan
TOTAL SKOR :

NILAI = TOTAL SKOR X100=NILAI AKHIR

44
45
LAPORAN KELBIN
NANDA LISTI NURMALA

46
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA BINAAN PADA BY. S USIA 9
BULAN DENGAN KEBUTUHAN IMUNISASI DI RT 003 RW 01
DESA SUKADAME KECAMATAN PAGELARAN TAHUN 2022

Oleh:

NAMA : NANDA LISNI NURMALA


NPM : 19210200028

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022

LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA BINAAN PADA BY. S USIA 9
BULAN DENGAN KEBUTUHAN IMUNISASI DI RT 003 RW 01
DESA SUKADAME KECAMATAN PAGELARAN TAHUN 2022

Oleh:
47
NAMA : NANDA LISNI NURMALA
NPM : 19210200028

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di


hadapan tim penguji.

Tanggal, 2022

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb

NIDN: 0310098102

48
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA BINAAN PADA BY. S USIA 9
BULAN DENGAN KEBUTUHAN IMUNISASI DI RT 003 RW 01
DESA SUKADAME KECAMATAN PAGELARAN TAHUN 2022

Oleh:

NAMA : NANDA LISNI NURMALA


NPM : 19210200028

Telah dipresentasikan pada tanggal … Agustus 2022 di hadapan tim penguji


Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.

Tanggal, 2022
Menyetujui,

KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi Dini

Agus Santi Br. G., S.ST, Gaidha K Pangestu, S.Tr.Keb.,


M.Kes. M.Keb
NIDN NIDN

Mengesahkan,

Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb

NIDN: 0310098102

49
KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Alhamdulillahi rabbil alamin.


Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyelesaikan ” Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga Binaan Pada
By. S Usia 9 Bulan Dengan Kebutuhan Imunisasi Di Rt 003 Rw 01 Desa Sukadame
Kecamatan Pagelaran Tahun 2022’’
” dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada:

32. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju

33. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrahman, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
34. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
35. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju.
36. Dr. Rindu,SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II BidangNon-Akademik
Universitas Indonesia Maju.
37. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.

38. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
39. Fanni Hanifa, S.ST., M.Keb., Selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Profesi Indonesia Maju Jakarta.
40. Salfia Darmi S.ST, M,Kes selaku Dosen Pembimbing Stase 7 Asuhan
kebidanan Komunitas
41. Aprilia Nency,S.ST,M.Kes Selaku Dosen Penguji Stase 7 asuhan kebidanan .
42. Ria Magdalena SSiT Selaku CI stase 7 asuhan kebidanan komunitas
43. Seluruh dosen dan staff Pengajar program setudi Pendidikan profesi bidan
,program profesi fakultas Vokasi Universitas Indonesia Maju (UIMA) yang
Telah memberikan ilmu pengetahuan, mengarahkan dan membimbing penulis
selama mengikuti proses pendidikan

Pandeglang agustus 2022

50
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI .........................................................................................................51

DAFTAR TABEL...................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ............................................. Error! Bookmark not defined.

BAB I .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ...................................................... Error! Bookmark not defined.

A. LATAR BELAKANG.......................................... Error! Bookmark not defined.0

B. TUJUAN ............................................................................................................... 11

C. MANFAAT ........................................................................................................... 12

BAB II................................................................................................................... 13

TINJAUAN TEORI .............................................................................................13

A. KONSEP DASAR KOMUNITAS.........................................................................13

B. KONSEP DASAR KELUARGA BINAAN ..........................................................15

C. IMUNISASI................................................................................................17

BAB III ....................................................................... Error! Bookmark not defined.

TINJAUAN KASUS .................................................. Error! Bookmark not defined.

A. KUNJUNGAN PERTAMA ................................... Error! Bookmark not defined.

B. KUNJUNGAN KEDUA ........................................ Error! Bookmark not defined.

C. KUNJUNGAN KETIGA ....................................... Error! Bookmark not defined.

BAB IV ..................................................................................................................41

PEMBAHASAN ...................................................................................................41

BAB V ....................................................................................................................43

PENUTUP .............................................................................................................43

A. KESIMPULAN ......................................................................................................43

B. SARAN ..................................................................................................................43
51
DAFTAR PUSTAKA ................................................ Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.

52
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Tabel 2 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Bawah Dua Tahun


(Baduta)

53
DAFTAR GAMBAR (BILA ADA)

54
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan


Lampiran 2 Job Sheet
Lampiran 3 Leaflet imunisasi
Lampiran 4 Leaflet Imunisasi
Lampiran 5 Daftar Tilik
Lampiran 6 Kuesioner Pretest/Post Test
Lampiran 7 Dokumentasi

55
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya yang dilaksanakan dengan sasaran meningkatkan
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mulai dari promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara berkesinambungan. Oleh karena itu
keberhasilan tujuan pembangunan kesehatan akan sangat tergantung kepada
kualitas pelayanan kesehatan serta tenaga kesehatan sebagai sumber daya yang
utama1 .

Dalam Undang-Undang no 36 tahun 2014 dikatakan bahwa Tenaga


kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan salah satunya adalah profesi bidan2 .

Menurut Undang undang Kebidanan N0 14 Tahun2019, Bidan adalah


seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan.

Komunitas berasal dari Bahasa latin yaitu comunicans atau kesamaan,


communis yang artinya sama, public, banyak dan community yang artinya
masyarakat setempat. Menurut J. H. Syahlan bidan komunitas adalah bidan yang
bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Menurut United
Kingdom Central Council for Nursing Midwifery Health, para praktisi bidan
yang berbasis komunitas harus dapat memberikan supervise ynag dibutuhkan
oleh perempuan selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL secara
komprehensif3 .

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
56 keterjangkauan pelayanan kesehatan
penyakit,peningkatan kesehatan menjamin
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan kebidanan komunitas
adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah
kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan
komunitas dilakukan di luar rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas
dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan di
rumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran.
Bidan komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam
kehamilan dan persalinan karena tugasnya adalah bersama-sama perempuan
sebagai partner untuk menerima secara positif pengalaman proses kehamilan dan
persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat mengambil keputusam atau
pilihan secara individual berdasarkan infromasi yang telah diberikan3 .

Praktik Kebidanan Komunitas merupakan salah satu upaya peningkatkan


mutu pendidikan, dengan mengaplikasikan semua kemampuan Kognitif, Afektif,
Komunikatif dan Motorik yang di dapat di bangku kuliah dan laboratorium untuk
dipraktikan langsung ke masyarakat, mahasisiwi akan mampu menerapkan teori
yang sama dalam hal kebidanan komunitas4 .

Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi


dengan memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap
penyakit khususnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit
infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yangditimbulkannya akan
berkurang5.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan komunitas pada By. S usia 9
bulan dengan imunisasi campak di RT 03 RW 01 Desa Sukadame Kecamatan
Pagelaran

2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada By. S di Desa
Sukadame Kecamatan Pagelaran
b. Melaksanakan pengkajian data objektif pada By, S di Desa
Sukadame Kecamatan Pagelaran
c. Melaksanakan perumusan diagnosa atau masalah kebidanan pada
By, S di Desa Sukadame Kecamatan
57 Pagelaran
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi By,S di Desa
Sukadame Kecamatan Pagelaran.
C. Manfaat
1. Bagi Keluarga Binaan
Dapat menambah pengetahuan bagi keluarga sehingga diharapkan dapat
membawa anak nya ke posyandu untuk di berikan imunisasi dan menjadi bekal
dalam memantau perkembangan pada anak.

2. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat ke dalam
kondisi nyata di lapangan tentang bidan komunitas, serta menambah wawasan,
pengetahuan dan keterampilan bagi penulis agar lebih meningkatkan kinerja di
lapangan.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan program pembelajaran
agar menghasilkan lulusan bidan profesional dan memiliki kompetensi
dibidangnya.

58
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori atau Konsep Dasar Komunitas


8. Pengertian
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada
aspek aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyakart sekitar).
Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat
individual maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-
strategi untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini. 4

e. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang


merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
f. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
g. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
h. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang
terisolir), kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas
adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi
tersebut.5

9. Tujuan Pelayanan Komunitas


Tujuan kebidanan komunitas menurut Kemenkes 2018, yaitu mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini:

c. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga masyarakat
mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan
masalahnya secara mandiri.

d. Tujuan Khusus
6) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan.
7) Meningkatkan mutu 59
pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
8) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
9) Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
10) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.
10. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut.

k. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan


masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung
peran bidan di komunitas.
l. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
m. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah
Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita,
jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnya
adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan
perumahan/ perkantoran.
n. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian,
kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
o. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.
Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja
yang menjadi tanggung jawabnya.
11. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai
berikut.

l. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan langkah


promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan balita
dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
m. Pencegahan (preventif) Salah satu60
contoh tindakan preventif bidan yang dapat
dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
n. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan
diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui
keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses rujukan tidak
mengalami keterlambatan.
o. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan bidan
melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan meminimalisir intervensi
yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien
p. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan bekerjasama
dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk mengobservasi
kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah bidan melakukan
perawatan pasca operasi pada klien dengan tindakan persalinan caesar.

q. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,

kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan

individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi

bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB),

kusta, Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), Kehamilan Tidak

Diinginkan (KTD), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi,

korban perkosaan, dan Injecting Drug User (IDU).

B. Konsep Dasar Keluarga Binaan


7. Pengertian
Pembina dapat diartikan bantuan dari seseorang atau sekelompok orang yang
ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan
dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang
diharapkan.7

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak


belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga. 8
61
Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas
sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk menggambarkan derajat
kesehatan digunakan indikator kualitas utama seperti angka kematian, kesakitan,
kelahiran, status gizi dan lain-lain.

Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai derajat kesehatan


yang optimal. Jika masyarakat sudah menciptakan hidup sehat maka derajat
masyarakatpun meningkat. Untuk itu perlu adanya suatu pendekatan dalam
meningkatkan peran serta masyarakat, salah satunya melalui pendekatan asuhan
kebidanan komunitas. Melalui pendekatan asuhan kebidanan komunitas dapat
meningkatkan pengetahuan dan motivasi masyarakat sehingga dapat memacu
masyarakat untuk mampu dan mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

Keluarga adalah dua atau lebih dari duaindividu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan ataupengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satusama lain, dan di dalam perannya
masing – masing menciptakan sertamempertahankan kebudayaan.

8. Kriteria Keluarga Binaan


Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan keluarga
binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk resiko tinggi dalam bidag
kesehatan :

m. Mudah dijangkau
n. Komunikasi dengan baik
o. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang diberikan
p. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah

q. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu


r. Daerah tersebut tidak terlalu rawan.
9. Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
f. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat.
g. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan, prasarana dan
sarana kesehatan.
h. Meningkatkan kualitas lembaga dan62pelayanan kesehatan.
i. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi
kesehatan secara penuh agar lebih tahan terhadap penyakit.
j. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.

C. Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah


penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
bayi dan balita (Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi merupakan upaya kesehatan
masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit
berbahaya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Imunisasi
merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah terjadinya
penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (Senewe et al., 2017).

Jadi Imunisasi ialah tindakan yang dengan sengaja memberikan antigen


atau bakteri dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan
menimbulkan kekebalan, sehingga hanya mengalami gejala ringan apabila terpapar
dengan penyakit tersebut.

2. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung


terlihat. Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka kejadian
penyakit, kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat memberikan perlindungan kepada
individu namun juga dapat memberikan perlindungan kepada populasi

Imunisasi adalah paradigma sehat dalam upaya pencegahan yang paling


63
efektif (Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk
masa depan karena dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi,
dengan adanya imunisasi dapat memberikan perlindunga kepada indivudu dan
mencegah seseorang jatuh sakit dan membutuhkan biaya yang lebih mahal.

3. Hambatan imunisasi

Perbedaan persepsi yang ada di masyarakat menyebabkan hambatan


terlaksananya imunisasi. Masalah lain dalam pelaksanakan imunisasi dasar lengkap
yaitu karena takut anaknya demam, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan,
tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/ repot (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Pemahaman mengenai imunisasi bahwa imunisasi dapat menyebabkan efek


samping yang membahayakan seperti efek farmakologis, kealahan tindakan atau
yang biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti nyeri pada
daerah bekas suntikan, pembengkakan lokal, menggigil, kejang hal ini
menyebabkan orang tua atau masyarakat tidak membawa anaknya ke pelayanan
kesehatan sehingga mengakibatkan sebagian besar bayi dan balita belum
mendapatkan imunisasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

10. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

Berdasarkan Info Datin Kementerian Kesehatan (2017), penyakit yang


dapat dicegah dengan imunisasi yaitu :

Pada imunisasi wajib antara lain: polio, tuberculosis, hepatitis B, difteri,


campak rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital rubella
syndrome/CRS)

Pada imunisasi yang dianjurkan antara lain: tetanus, pneumonia (radang


paru), meningitis (radang selaput otak), cacar air. Alasan pemberian imunisasi pada
penyakit tersebut karena kejadian di Indonesia masih cukup tinggi dapat dilihat dari
banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I)

Pada imunisasi lain disesuaikan terhadap kondisi suatu negara tertentu

11. Imunisasi di Indonesia

64
Di Indonesia program imunisasi yang terorganisasi sudah ada sejak tahun
1956, pada tahun 1974 dinyatakan bebas dari penyakit cacar (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Kegiatan imunisasi dikembangkan menjadi
PPI (Program Pengembangan Imunisasi) pada tahun 1977, dalam upaya mencegah
penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta
Hepatitis B (Permenkes, 2017).

Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi khususnya dalam bidang


kesehatan mendorong peningkatan kualitas pelayanan imunisasi ditandai dengan
penemuan beberapa vaksin baru seperti Rotavirus, Jappanese Encephalitis, dan lain-lain.
Selain itu perkembangan teknologi juga telah menggabungkan beberapa jenis vaksin
sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi,
mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015).

12. Jenis Imunisasi Dasar

a. Imunisasi BCG

1) Pengertian

• Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC), yaitu penyakit paru-

paru yang sangat menular.

• Imunisasi BCG adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah

dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat

seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru) atau

TBC tulang.

• Imunisasi BCG adalah pemberian vaksin yang sangat mengandalkan kuman

TBC yang dilemahkan.

2) Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang
65
(booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang
dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga

memerlukan pengulangan.

• Usia Pemberian Imunisasi

Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya di bawah 2 (dua) bulan.

Jika diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan dilakukan tes Mantoux

(tuberkulin) terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan

kuman kuman

Myobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinansi dilakukan bila hasil tes-

nya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang

ke rumah, segera setelah lahir bayi di imunisasi BCG.

• Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi

penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau penyuntikan

pada paha.

• Tanda Keberhasilan

Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) di daerah bekas suntikan

setelah satu atau dua minggu kemudian., yang berubah menjadi pastula,

kemudian pecah menjadi ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak

diiringi panas (demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan

jaringan parut. Jikapun indurasi (benjolan) tidka timbul, hal ini tidak perlu

dikhawatirkan. Karena kemungkinan cara penyuntikan yang salah, mengingat

cara penyuntikannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk kedalam

kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja

dalam kadar rendah. Imunisasi tidak66perlu diulang, karena di daerah endemi


TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapatkan

vaksinasi alamiah.

• Efek Samping Imunisasi

Umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan

kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau diselangkangan

bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.

• Kontra-Indikasi Imunisasi

Imunisasi BCG tidka dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau

menunjukkan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit

kulit yang berat/menahun.

b. Imunisasi DPT

1) Pengertian

Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT diberikan

untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut ini:

• Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya

karena menimbulkan tenggorokan tersumbat dna kerusakan jantung yang

menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja

• Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernafasan), yang disebut juga

batuk rejan atau batuk 100 hari karena sakitnya bisa mencapai100 hari atau 3

bulan lebih. Gejala penyakit ini sangat khas, yaitu batuk yang bertahap,

panjang dan lama disertai bunyi

“whoop”/berbunyi dan dikahiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau


67
penderita dapat meninggal karena kesulitan nafas.
• Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut

terkunci/terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau dibuka.

Imunisasi DPT merupakan imunisasi dengan memberikan vaksin yang

mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan

masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toxoid).

2) Pemberian Imunisasi dan Usia Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan,

4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi di usia 18 bulan

dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 2 tahun, diberikan imunisasi TT.

3) Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intramuskular (I.M) atau i.m).

4) Efek Samping Imunisasi

Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam “sumeng” saja

dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-

pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari,

atau bila masih demam dapat diberikan

obat penurun panas bayi. Atau bisa juga dengan memberikan minum cairan

lebih banyak dan tidak memakaikan pakaian terlalu banyak.

5) Kontra-Indikasi Imunisasi

Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai

penyakit atau kelainan saraf bak bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi,

menderita kelainan saraf yang betu;-betul berat atau habis dirawat karena

infeksi otak, anak-anak yang sedang demam/sakit keras dan yang mudah
68
mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma.
c. Imunisasi Polio

1) Pengertian

• Imunisasi Polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu penyakit radang yang

menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki.

• Imunisasi Polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak

(kandungan vaksin polio adalah virus yang dilemahkan).

2) Pemberian Imunisasi

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio

massal atau Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah

dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah

overdosis dalam imunisasi.

3) Usia Pemberian Imunisasi

Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0

bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Kecuali

saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.

4) Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi polio melalui oral/mulut (Oral Poliomyelitis

Vaccine/OPV). Di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang

melalui suntikan (disebut Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV).

5) Efek Samping Imunisasi

Hampir tidak ada efek samping. Hanya


69 sebagian kecil saja yang mengalami
pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasus-nyapun sangat jarang.
6) Kontra-Indikasi Imunisasi

Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti

demam tinggi (di ats 38o C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit

gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak

dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang

menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak

diberikan imunisasi polio.

7) Tingkat Kekebalan

Bisa mencekal penyakit polio hingga 90%.

d. Imunisasi Campak

1) Pengertian

• Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.

• Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbil/measles). (Kandungan

vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan).

• (Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya.

Namun seing bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun

sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi

penyakit campak mudah menular dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah

gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Namun,

untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena

campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi).


70
2) Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 kali.

3) Usia Pemberian Imunisasi

Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan

pemberiannya sesuai jadwal. Selain karean antibodi dari ibu sudah menurun di

usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika

sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada

usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

4) Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui subkutan.

5) Efek Samping Imunisasi

Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisiasi. Mungkin terjadi demma

ringan dan terdapat efek kemerahan/bercak merah pada pipi di bawah telinga

pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat

pembengkakan pada tempat penyuntikan.

6) Kontra-Indikasi Imunisasi

Kontra-indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak:

 Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam.


 Dengan penyakit gangguan kekebalan.
 Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan.
 Dengan kekurangan gizi berat.
 Dengan penyakit keganasan.
 Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin
(antibiotik).

e. Imunisasi Hepatitis B

71
1) Pengertian
• Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat

merusak hati.

• Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit hepatitis, yang kendungannya adalah HbsAg dalm bentuk

cair.

2) Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali.

3) Usia Pemberian Imunisasi

Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi

dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.

Kemudian dilanjutkan pada saat bayi barusia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan.

Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap penyakit hepatitis B, selain imunisasi

yang diberikan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi

tambahan dengan imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum usia 24

jam.

4) Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara intramuskular

(I.M atau i.m) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero=otot-otot

di bagian depan; lateral=otot bagian luar).

Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas

vaksin.

5) Tanda Keberhasilan
72
Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Tetapi dapat dilakukan

pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan

memeriksa/mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila

kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500 tahan 5 tahun;

di atas 200 tahan 3 tahun. Tetapi bilaangkanya hanya 100, maka dalam setahun

akan hilang. Sementara bila angka nol berarti bayi harus disuntik ulang 3 kali

lagi.

6) Efek Samping Imunisasi

Umumnya tidak terjad. Jika-pun terjadi (namun sangat jarang), berupa keluhan

nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dna pembengkakan.

Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.

7) Kontra-Indikasi Imunisasi

Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.

8) Tingkat Kekebalan

Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari

95% bayi mengalami respons imun yang cukup.

f. Vaksin Kombinasi

Vaksin kombinasi adalah gabungan beberapa antigen tunggal satu jenis produk

antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda. Misalnya

73
Vaksin kombinasi DPT/Hb adalah gabungan antigen-antigen D-P-T dengan

antigen Hb untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus,dan Hb (Depkes

RI, 2008). Alasan utama pembuatan vaksi kombinasi adalah:

1) Kemasan vaksin kombinasi lebih praktis dibandingkan dengan vaksin

monovalen, sehingga mempermudah pemberian maka dapat lebih

meningkatkan cakupan imunisasi.

2) Mengurang ferkuensi kunjungan ke fasilitas kesehatan sehingga

mengurangi biaya pengobatan.

3) Mengurangi biaya pengadaan vaksin.

4) Memudahkan penambahan vaksin baru ke dalam program imunisasi yang

telah ada.

5) Untuk mengejar imunisai yang terlambat.

6) Biaya lebih murah (Maryunani, 2010)

Jadwal Imunisasi

Pemberian imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor

yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari lahir

sampai awal masa kanak-kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupakan

bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Kebanyakan dari imunisasi

adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit

yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang

anak. Walaupun pengalaman

74
sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena

biasanya akan mendapatkan suntikan), tetapi rasa sakit sementara akibat

suntikan bertujuan untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.

Menurut Permenkes RI no 12 tahun 2017, jadwal imunisasi dasar dan

lanjutan sebagai berikut:

a. Jadwal Imunisasi Dasar


Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Umur Jenis Interval minimal untuk


jenis Imunisasi yang sama
0-24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak

(Sumber : Permenkes RI,


2017)

Catatan :

1) Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam

pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam

sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian

75
Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.

2) Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik

Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum

dipulangkan.

3) Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat

diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes

mantoux.

4) Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1,

DPT-HB- Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval

sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status T2.

5) IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016.

6) Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat

diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun.

b. Imunisasi Lanjutan
Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak
Bawah Dua Tahun (Baduta)

Umur Jenis Imunisasi Interval minimal setelah imunisasi


dasar
DPT-HB-Hib 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3

18 bulan Campak 6 bulan dari Campak dosis


pertama

(Sumber : Permenkes RI,


2017)

76
Catatan :

1) Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan

Campak dapat diberikan langsung dalam rentang usia 18-24 bulan.

2) Baduta yang telah lengkap imunisasi dasar dan mendapatkan

imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status

imunisasi T3.

77
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN
ANAK USIA PRASEKOLAH

a. Kunjungan Keluarga Binaan ke-1 dilakukan tanggal 22 Juli 2022


No. Registrasi : kunjungan rumah
Tanggal Pengkajian : 22-07-22
Waktu Pengkajian : 10:00 WIB
Tempat Pengkajian : rumah pasien

Pengkaji : nanda lisni nurmala

PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama anak : BY.S
Tanggal lahir : 12-12-2021
Umur : 9 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke- :3

2. Identitas Orangtua
Nama Ibu : Ny R Nama Ayah : Tn M
Umur : 35 Tahun Umur : 38 Th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Jawa
Pendidikan : Sd Pendidikan : sd
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sukadame

78
3. Alasan datang : melakukan kunjungan kelbin

4. Keluhan utama : Tidak ada

5. Riwayat kesehatan
a. Tanggal lahir :12-12-2021
b. Tempat : puskesmas
c. Penolong : Bidan
d. Jenis persalinan : Spontan

6. Riwayat pertumbuhan
(Ibu belum pernah melakukan pemeriksaan tumbuh kembang bayi di
Puskesmas/Posyandu)
7. Riwayat perkembangan
(jika sebelumnya sudah pernah melakukan pemeriksaan tumbuh kembang,
tuliskan hasilnya)
8. Riwayat imunisasi
Belum pernah di imunisasi
9. Pola kebiasaan sehari-hari :

a. Pola istirahat :
1. Pagi 2 jam
2. Siang 2 jam
3. Malam 9 jam
Pola aktivitas :
Anak suka bermain seperti memegang mainan sendiri memasukan dan
mengeluarkan mainan kedalam kotak, sudah mulai berdiri, dan berjalan beberapa
langkah, bergerak dengan aktif seperti meniru mengelap mulut kalo abis makan
b. Pola eliminasi : BAB : 2 Kali sehari
: BAK : 7 Kali sehari
c. Pola nutrisi : Makan 1-2 x sehari tekstur seperti bubur. Masih diberikan
Asi Perah dan tambahan susu formula dengan menggunakan dot
d. Pola personal hygiene :
1. Anak mandi 2-3 hari sekali, seneng sekali main air. Setelah
main dan saat tidur siang dilap dengan air hangat
2. Keramas setiap mandi selalu keramas. Bisa 2-3 x/hari.

79
3. Mengganti baju 4x/hari

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Umum
Denyut nadi : 120kali/menit
Frekuensi nafas : 28 kali/menit
Suhu tubuh : 36,70 C

3. Pemeriksaan Antropomet
Berat badan :9
kg
Tinggi badan : 77
cm
IMT : 15,2
Status gizi
a. BB/U : [9] Gizi buruk; [x ] Gizi kurang; [√ ] Gizi baik; [x] Gizi
lebih
b. PB atau TB/U : [ ] Sangat pendek; [x ] Pendek; [ x ] Normal; [√ ]
Tinggi
c. BB/PB atau TB: [ ] Sangat kurus; [ x ] Kurus; [x ] Normal; [√ ]
Gemuk
d. IMT/U : [ 15,2 ] Sangat kurus; [x ] Kurus; [ x ] Normal; [√ ]
Gemuk; [x ] Obesitas Lingkar kepala: 36 cm; [ √ ] Normal; [ √]
Mikrosefali; [x ] Makrosefali

4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Bulat, muka tidak pucat,dan tidak bengkak.
Mata : Sklera tidak kuning, konjungtivatidak pucat
Telinga : Bersih dan tidakada benjolan
Hidung : Bersih tidak ada lender
Mulut : Mukosa bibir tidak pucat,Mukosa tidak kering
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar paratiroid
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dingding dada
Abdomen : Tidak ada pembesaran hepar dan limfe

80
Ekstremitas Atas : Gerakan aktif, kuku tidak pucat
Ekstremitas Bawah: Gerakan aktif , kuku tidak pucat
Anogenitalia : Bersih

5. Skrining Perkembangan Anak


e. KPSP : Formulir usia _____1 bulan__; Skor ____
Perkembangan anak
 Sesuai Meragukan:
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
 Penyimpangan
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
f. TDD : Formulir usia _______; Jumlah jawaban TIDAK _____

Daya dengar
 Normal
 Curiga ada gangguan
g. TDL : Baris E terkecil yang masih terlihat mata kanan ___; mata
kiri ___
Daya lihat
 Normal
 Curiga ada gangguan
h. KMME : Jumlah jawaban YA ____
Mental emosional
 Normal
 Curiga ada gangguan

6. Pemeriksaan atas indikasi


a. M-CHAT :
 Risiko tinggi autis
 Risiko rendah autis
 Gangguan lain
b. GPPH :
 Kemungkinan GPPH
 Bukan GPPH

7. Pemeriksaan Penunjang : -

C. Analisis Data
By, s usia 9 bulan dengan kebutuhan imunisasi

81
D. Penatalaksanaan
Kunjungan Pertama :

Pada tanggal 22 Juli 2022, Jam 10.00 WIB

1) Menggunakan APD (masker). Bidan telah menggunakan


masker.
2) Memperkenalkan diri pada ibu. Ibu telah mengenal Bidan.
3) Menjalin rasa percaya. Ibu dan bidan sudah menjalin rasa
percaya.
4) Menjelaskaan tujuan dari pendataan yang dilakukan. Ibu
sudah mengetahui tujuan dari pendataan yang dilakukan
5) Melakukan informed choice dan informed consent. Ibu
sudah bersedia untuk menjadi keluarga binaan.
6) Memutuskan bersama ibu rencana untuk melakukan
konseling Imunisasi pada bayinya yang berusia 9 bulan. Ibu
bersedia untuk dilakukan konseling Imunisasi
7) Menginformasikan pada ibu untuk rencana kunjungan
ulang yaitu pada tanggal 24 Juli 2022. Ibu bersedia untuk
dilakukan kunjungan ulang.

b. Kunjungan Keluarga Binaan ke-2 dilakukan tanggal 24 Juli 2022


CATATAN PERKEMBANGAN
No. Registrasi : kunjungan rumah
Tanggal Pengkajian : 24-07-22
Waktu Pengkajian : 13:00 WIB
Tempat Pengkajian : rumah binaan

Pengkaji : nanda lisni nurmala

A. Data Subyektif

kunjungan rumah binaan

82
B. Data Obyektif

A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

B. Pemeriksaan Umum
Denyut nadi : 90kali/menit
Frekuensi nafas : 30kali/menit
Suhu tubuh : 36,70 C

C. Pemeriksaan Antropomet
Berat badan :9
Tinggi badan :77 cm
IMT : 15,2

D. Analisis Data

An s usia 9 bulan dengan kebutuhan konseling imunisasi


E. Penatalaksanaan

Kunjungan Kedua

Pada tanggal 24 Juli 2022, Jam 13.00 WIB


1) Menggunakan APD (Masker). Bidan sudah memakai masker.
2) Menjelaskan pada ibu tentang pengertian, manfaat juga efek samping
imunisasi.
-Ibu sudah mengerti mengenai pengertian, manfaat dan efek samping
imunisasi.
3) Menjelaskan pada ibu tentang usia yang tepat pemberian imunisasi pada bayi,
cara pemberian serta tempat ibu bisa melakukan imunisasi
-Ibu sudah mengerti tentang usia yang tepat pemberian imunisasi pada bayi,
cara pemberian serta tempat ibu bisa melakukan imunisasi
4) Memberikan leaflet tentang pengertian manfaat efek samping dan kapan
imunisasi bisa di berikan

83
-Ibu sudah menerima leaflet tentang pengertian,manfaat,efek samping dan
kapan imunisasi bisa di berikan.
5) Memberikan ibu waktu untuk bertanya bila kurang jelas. Ibu sudah cukup
jelas mengenai materi yang dijelaskan.
6) Menginformasikan pada ibu untuk rencana kunjungan ulang, untuk
melakukan evaluasi ulang tentang imunisasi untuk bayinya. Rencana
kunjungan tanggal 02 Juli 2022 jam 09.00 WIB. Ibu bersedia untuk dilakukan
kunjungan ulang.

c. Kunjungan Keluarga Binaan ke-3 dilakukan tanggal 02 agustus 2022


CATATAN PERKEMBANGAN

No. Registrasi : kunjungan rumah


Tanggal Pengkajian : 02-08-22
Waktu Pengkajian : 09:00 WIB
Tempat Pengkajian : rumah binaan

Pengkaji : nanda lisni nurmala

A. Data Subjektif
Alasan datang : kunjungan rumah binaan

a. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

Pemeriksaan Umum
Denyut nadi : 120kali/menit
Frekuensi nafas : 30kali/menit
Suhu tubuh : 36,70 C

Pemeriksaan Antropomet
Berat badan :9

84
Tinggi badan :77 cm
IMT : 15,2

C. Analisis Data

An s usia 9 bulan dengan kebutuhan konseling imunisasi


- Penatalaksanaan
Kunjungan Ketiga

Pada tanggal 02 Agustus 2022, Jam 00.00 WIB

1) Memakai APD (Masker). Bidan telah memakai masker.


2) Menanyakan kabar dan kondisi ibu, bayi serta keluarga.
Ibu, bayi dan keluarga dalam keadaan sehat.
3) Mencoba menanyakan apakah hari ini bersedia untuk
membawa anak nya imunisasi di posyandu yang telah
direncanakan sebelumnya.
Ibu mengatakan siap dan bersedia
4) Melakukan evaluasi tentang pengertian, manfaat dan efek
samping imunisasi serta kapan waktu yang pas untuk anak
di imunisasi
Ibu telah mengetahui dan paham tentang pengertian manfaat
dan efek samping imunisasi serta kapan waktu yang pas
untuk anak di imunisasi
5) Melakukan imunisasi
6) menanyakan bagaimana reaksi bayi ibu setelah di berikan
imunisasi.
Ibu mengatakan bayinya baik baik saja tidak terjadi efek samping
demam atau ruam kemerahan di daerah penyuntikan
7) Memberikan pertanyaan tentang imunisasi. Ibu bisa
menjawab dengan baik

85
8) Menjelaskan pada ibu tentang akhir kunjungan serta
mengingatkan ibu untuk tetap mengunjugi Posyandu. Ibu
mengerti untuk melakukan posyandu.

Jakarta, 02 agustus 2022

Pengkaji,

86
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan pada By. s usia 9 bulan,
sebelumnya telah dilakukan pengkajian yang terdiri data subjektif dan objektif. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada kesenjangan antara teori dan praktik
yang ada dilahan binaan.
Pada kasus yang didapatkan dari hasil pengkajian keluarga binaan terhadap
By. s usia 9 bulan, didapatkan hasil bahwa berdasarkan pengukuran berat badan dan
tinggi badan diketahui BB 9000 gr dengan TB 77 cm, sehingga hasil perhitungan
IMT adalah 15,3. Hasil perhitungan IMT By. s usia 9 bulan menunjukkan bahwa
By. s berada dalam kategori kurang.
Menurut teori yang dikemukakan oleh (Mardianti & Farida, 2020 Imunisasi
merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penularan penyakit dan
upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita. Imunisasi
merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah
beberapa penyakit berbahaya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah
terjadinya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (Senewe et al.,
2017).

Menurut teori (Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi adalah paradigma


sehat dalam upaya pencegahan yang paling efektif Imunisasi merupakan investasi
kesehatan untuk masa depan karena dapat memberikan perlindungan terhadap
penyakit infeksi, dengan adanya imunisasi dapat memberikan perlindunga kepada
indivudu dan mencegah seseorang jatuh sakit dan membutuhkan biaya yang lebih
mahal.

Berdasarkan data subjektif dan objektif yang penulis peroleh pada kunjungan
pertama didapatkan bahwa pada riwayat Imunisasi By. B usia 9 bulan, diketahui
bahwa bayi tidak di imunisasi sejak lahir hingga usia 9 bulan, karna merasa takut
dengan efek samping pasca imunisasi dan setelah di lakukan kunjungan ulang dan

87
memberikan konseling kepada ibu by s, ibu by,s bersedia dan mau membawa by
nya ke posyandu untuk imunisasi campak .
Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori
dengan kejadian di lahan binaan dan konseling yang dilakukan oleh penulis dapat
meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi dasar lengkap

88
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sudah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada By. S usia
9 bulan dengan kebutuhan Imunisasi di RT 003 RW 01 Desa Sukadame
Kecamatan Pagelaran
2. Sudah dilakukan interpretasi data pada By. S usia 9 bulan dengan
kebutuhan Imunisasi di RT 003 RW 01 Desa Sukadame Kecamatan
Pagelaran
3. Sudah dilakukan penatalaksanaan / KIE pada By. s usia 9 bulan dengan
kebutuhan Imunisasi di RT 003 RW 01 Desa Sukadame Kecamatan
Pagelaran
4. Sudah dilakukan telaah kasus dan hasil pada By. s usia 9 bulan dengan
kebutuhan Imunisasi di RT 003 RW 01 Desa Sukadame Kecamatan
Pagelaran
B. SARAN
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat lebih aktif lagi dalam berpartisipasi pada
kegiatan posyandu dan mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan
puskesmas.
2. Tenaga Kesehatan
Sebaiknya pemberian konseling atau pendidikan kesehatan secara berkala
kepada masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya, baik
secara individu, kelompok maupun pendekatan kekeluargaan
sangatlah dibutuhkan guna menambah informasi tentang pentingnya
Imunisasi dasar lengkap atau mengingat kembali kesehatan yang lebih
mengena pada masyarakat dengan dibantu pihak-pihak lain yang
bersangkutan.

89
DAFTAR PUSTAKA

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk 2018-2023 Rancangan Akhir Rencana Strategis


2. Elly Dwi Wahyuni, S.ST., M.Keb 2018 Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia,Asuhan Kebidanan Komunitas
3. Muhammad Azmi 2017, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah,
(Yogyakarta: Belukar,),
4. Nurul Hidayah, Hetty Maria Sihotang, Wanda Lestar 2018 Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Tahun
2017 Jurnal Endurance 3(1) 153
5. Hayatun Mahli Ismail Novia Rizana 2021 Pemberian Hubungan Imunisasi
Dasar Lengkap Pada Bayi 0-9 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Peudada
Kabupaten Bireuen Jurnal Assyifa' Ilmu Keperawatan Islami (2021)
6. Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Buku ajar imuniasi. In
Kementerian Kesehatan RI. penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-
indonesia.
8. Mardianti, M., & Farida, Y. 2020. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Rengasdengklok Selatan Kabupaten
Karawang. Jurnal Kebidanan Indonesia : Journal of Indonesia Midwifery,
11(1), 17.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku ajar imuniasi. In
Kementerian Kesehatan RI
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Profil kesehatan
indonesia, https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/PROFIL_KESEHATAN_2018_1.pdf
11. IDAI. 2020. Jadwal imunisasi anak umur 0-18 tahun, rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), tahun 2020 (p. 2020).
12. Permenkes. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi

90
Lampiran 1 Satuan Acara Kegiatan

SATUAN ACARA KEGIATAN


KONSELING IMUNISASI DASAR LENGKAP
DI DESA SUKADAME RT/RW 03/001

TEMA : Imunisasi Dasar Lengkap


SASARAN : Ny. Rohimah
MATERI POKOK : Konseling Imunisasi dasar lengkap
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT
TEMPAT : Rumah Pasien
PELAKSANA. : Nanda Lisni Nurmala

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan konseling ibu diharapkan memahami dan mengetahui
tentang Imunisasi dasar lengkap serta bersedia untuk bayi nya di imunisasi
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan konseling ibu diharapkan mampu:
a. Menjelaskan kembali pengertian tentang Imunisasi
b. Menjelaskan kembali kekurangan dan kelebihan Imunisasi
c. Menjelaskan kembali jenis-jenis Imunisasi
d. Menjelaskan Apa indikas dan kontra indikasi Imunisasi
e. Menjelaskan tentang kapan Pemberian Imunisasi
B. Pelaksanaan
a. Tempat
Rumah pasien
b. Waktu
minggu, 24 juli 2022

C. Metode dan Media

91
Metode : konseling dan tanya jawab
Media : Job sheet, daftar tilik
D. Langkah Kegiatan
No Tahap kegiatan Kegiatan penyuluhan Kegiatan Pasien dan
Kesehatan keluarga
1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Mahasiswa
(5 menit) 2. Menyebutkan nama dan mengucapkam salam.
asal instansi. 2. Mahasiswa
3. Menjelaskan tujuan. memperkenalkan diri
4. Mengkaji tingkat kepada pasien.
pengetahuan pasien dan 3. Mahasiswa menjelaskan
keluarga tentang Imunisasi tujuan konseling.
4. Mahasiswa mengajukan
pertanyaan tentang
Imunisasi

2 Pembahasan 1. Menjelaskan tentang 1. Mahasiswa memberikan


(20 menit) Imunisasi dasar lrngkap konseling tentang
2. Memberikan kesempatan Imunisasi dasar lengkap
pada pasien untuk 2. Mahasiswa memberikan
menanyakan hal yang kesempatan kepada pasien
kurang dimengerti. untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.

3 Penutup 1. Mengevaluasi tujuan 1. Mahasiswa melakukan


(5 menit) konseling Imunisasi evalusi tentang tujuan
2. Mengucapkan konseling,manfaat juga
terimakasih atas pemberian Imunisasi
perhatian yang 2. Mahasiswa
diberikan dan mengucapkan
memberikan salam terimakasih kepada
penutup. pasien dan salam
penutup.

E. Evaluasi
Sebelum dan sesudah diberikan binaan
F. Materi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

92
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017)..

2. Jenis-Jenis imunisasi

Jenis Imunisasi yang dipakai di Indonesia antara lain adalah:

a. Imunisasi BCG
b. Imunisasi DPT
c. Imunisasi Polio
d. Imunisasi Campak
e. Imunisasi Hepatitis B
f. Vaksin Kombinasi

3. Kelemahan dan Kelebihan imunisasi

1. Kekurangan imunisasi

a. Perbedaan persepsi yang ada di masyarakat

menyebabkan hambatan terlaksananya imunisasi.

Masalah lain dalam pelaksanakan imunisasi dasar

lengkap yaitu karena takut anaknya demam, sering

sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi

jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/ repot

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

b. Pemahaman mengenai imunisasi bahwa imunisasi

dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan

seperti efek farmakologis, kealahan tindakan atau yang

93
biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

seperti nyeri pada daerah bekas suntikan,

pembengkakan lokal, menggigil, kejang hal ini

menyebabkan orang tua atau masyarakat tidak

membawa anaknya ke pelayanan kesehatan sehingga

mengakibatkan sebagian besar bayi dan balita belum

mendapatkan imunisasi (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2017).

c. Kelebihan imunisasi
a. menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan

maupun kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi.

b. Imunisasi tidak hanya dapat memberikan perlindungan

kepada individu namun juga dapat memberikan

perlindungan kepada populasi

c. Imunisasi adalah paradigma sehat dalam upaya

pencegahan yang paling

4. Indikasi dan Kontraindikasi Imunisasi

a Kontra indikasi dalam pemberian imunisasi ada 3 yaitu:

1. Analfilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat

merupakan kontra indikasi mutlak terhadap dosis vaksin

berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari

94
38®C merupakan pemberian DPT atau HB1 dan campak.

2. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan

tanda-tanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lain

sebaiknya diberikan.

3. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadapat pemberian

imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan

vaksin, tetapi mintalah ibu kembali ketika bayi telah sehat

(Proverawati, 2017).

5. Waktu yang tepat dalam pemberian imunisasi dasar lengkap

1. Vaksin BCG (Bacillius Calmette Guerine) Diberikan pada

umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang

lebih luas. Departemen Kesehatan menganjurkan pemberian

BCG pada umur antara 0-12 bulan.

2. Hepatitis B Diberikan segera setelah lahir, mengingat

vaksinisasi hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang

sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui

transmisi maternal dari ibu pada bayinya.

3. DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus) Diberikan 3 kali sejak umur

2 bulan (DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu)

dengan interval 4-8 minggu.

4. Polio Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program

pengembangan imunisasi (PPI) sebagai tambahan untuk

mendapatkan cakupan yang tinggi.

95
5. Campak rutin dilanjutkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-

kutan dalam Pada umur 9 bulan (Proverawati,2017)

G. Daftar Pustaka/Referensi
1. Nurul Hidayah, Hetty Maria Sihotang, Wanda Lestar 2018 FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR
LENGKAP PADA BAYI TAHUN 2017 Jurnal Endurance 3(1) 153
2. Hayatun Mahli Ismail Novia Rizana 2021 Pemberian Hubungan
Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi 0-9 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Peudada Kabupaten Bireuen Jurnal Assyifa' Ilmu
Keperawatan Islami (2021)
Lampiran 2 Job Sheet

JOB SHEET

TEMA : KONSELING IMUNISASI DASAR


LENGKAP
SASARAN : NY. R
MATERI POKOK : KONSELING Imunisasi
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT
TEMPAT : Rumah Pasien
PELAKSANA. : Nanda Lisni Nurmala
PROGRAM STUDI : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa mampu menjelaskan konseling tentang IMUNISASI DASAR
LENGKAP
B. DASAR TEORI SINGKAT

Imunisasi berarti menginduksi agar terbentuk imunitas atau

kekebalan dengan berbagai cara baik aktif maupun pasif. Sedangkan

vaksinasi adalah tindakan pemberian vaksin (Ranuh, 2008). Menurut

96
Kamus Kedokteran Dorland (2012), vaksinasi hanya berarti

menyuntikkan "suspensi mikroorganisme dilemahkan atau dibunuh,

diberikan untuk pencegahan atau pengobatan penyakit menular."

C. PETUNJUK
1. Melakukan informend consent
2. Memberikan informasi dengan baik dan benar
3. Melakukan pendokumentasian
4. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik
5. ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
6. Bekerja secara hati-hati dan teliti.
D. KESELAMATAN KERJA
1. Patuhi prosuder pekerjaan
2. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
3. Berikan informasi dengan baik dan benar.

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Mempersiapkan pasien dan memberikan penjelasan tentang konseling
IMUNSASI DASAR LENGKAP
2. Menjaga kenyamanan dan privacy pasien

97
PROSEDUR TINDAKAN
No. Langkah dan Key point Ilustrasi Gambar
1. Sapa klien dengan ramah,
perkenalkan diri anda dan
jelaskan maksud kunjungan
anda.
Key point:
● Menyapa ibu dengan lembut
dan sopan santun
● Membina hubungan baik.

2 Melakukan pengkajian
Key point:
● Menanyakan informasi

3 Menyiapkan alat dan bahan


secara baik dan benar
Key point:
● Dekatkan alat dan bahan
● Memberikan lembar
pertanyaan sebelum
dilakukan konseling

98
No. Langkah dan Key point Ilustrasi Gambar
4 Melaksanakan konseling
dengan menjelaskan materi
tentang imunisasi dasar lengkap
kepada ibu
Key Point:
● Menjelaskan pengertian
imunisasi dasar lengkap
● Menjelaskan tentang
kekurangan dan kelebihan
imunisasi dasar lengkap
● Menjelaskan tentang
indikasi/kontra indikasi
imunisasi dasar lengkap
● Menjelaskan waktu yang
tepat memberikan imunisasi
dasar lengkap

5 Melakukan evaluasi hasil


konseling yang sudah di
sampaikan
Key Point:
 Menanyakan apakah ibu
sudah mengerti apa yang telah
dijelaskan
 Menanyakan apakah ada yang
ingin ditanyakan
 Memberikan lembaran
pertanyaan setelah dilakukan
konseling

99
No. Langkah dan Key point Ilustrasi Gambar
6 Dokumentasikan, beritahukan
hasil kepada ibu dan menutup
penyuluhan dengan senyum dan
sopan santun

A. Daftar Pustaka/Referensi

1. Nurul Hidayah, Hetty Maria Sihotang, Wanda Lestar 2018 FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
PADA BAYI TAHUN 2017 Jurnal Endurance 3(1) 153

2. Hayatun Mahli Ismail Novia Rizana 2021 Pemberian Hubungan Imunisasi


Dasar Lengkap pada bayi 0-9 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Peudada
Kabupaten Bireuen Jurnal Assyifa' Ilmu Keperawatan Islami (2021)

10
0
Lampiran 3 leaflet Imunisasi dasar lengkap

10
1
Lampiran 4 leaflet imunisasi dasar lengkap

10
2
Lampiran 3 Daftar Tilik

DAFTAR TILIK
PENILAIAN
0 Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan belum sempurna
2 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan sempurna

Beri tanda ceklist (√) pada kolom penilaian.


Penilaian
No. Langkah Kegiatan
0 1 2
PERSIAPAN TEMPAT
1. Meminta ijin kepada ibu dan keluarganya untuk
melakukan konseling
PERSIAPAN ALAT
2. Alat bantu untuk melakukan konseling yaitu job sheet
dan leaflet
PERSIAPAN PASIEN
3. Mengucapkan salam
4. Perkenalkan diri
5. Jelaskan maksud dan tujuan konseling
6. Ciptakan suasana yang nyaman
Pelaksanaan Pretest
7. Memberikan lembaran pertanyaan yang di isi oleh ibu
sebelum dilakukan konseling
PELAKSANAAN KONSELING
8. Menjelaskan pengertian imunisasi dasar lrngkap
9. Menjelaskan kekurangan dan kelebihan imunisasi
dasar lengkap
10. Menjelaskan tentang kontraindikasi imunisasi dasar
lengkap

10
3
Penilaian
No. Langkah Kegiatan
0 1 2
11. Menjelaskan waktu pemberian imunisasi dasar
lengkap
12. Menjelaskan efek samping yang terjadi pasca
imunisasi
13. Menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien
14. Melihat kontak mata dengan klien selama konseling
berlangsung
15. Sopan santun selama konseling berlangsung
EVALUASI
16. Evaluasi hasil konseling yang sudah di sampaikan
17. Menanyakan pada pasien apakah sudah mengerti
dengan penjelasan yang di sampaikan
18. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya
19. Meminta ibu untuk mengulangi inti dari penjelasan
yang di sampaikan
20. Memberikan lembaran pertanyaan yang di isi oleh ibu
setelah dilakukan konseling
21. Menutup konseling dengan mengucapkan salam
TOTAL SKOR :
NILAI = TOTAL SKOR X 100 = NILAI AKHIR
17

10
4
Lampiran 4 Kuesioner Pretest/Post Test

KUESIONER PRE TEST/POST TEST

” ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA BINAAN PADA BY.


S USIA 9 BULAN DENGAN KEBUTUHAN IMUNISASI DI RT 003 RW 01
DESA SUKADAME KECAMATAN PAGELARAN TAHUN 2022’’

A. Identitas Diri
Nama : Ny. r
Usia : 35 Tahun
Pendidikan Terakhir : sd

B. Pertanyaan Pre Test imunisasi dasar lengkap

1. Apakah pengertian imunisasi ?


Jawaban : vaksin untuk bayi

2. Pada usia berapakah anak boleh di berikan imunisasi?


Jawaban : sejak 1 bulan

3. Menurut ibu, apa saja manfaat imunisasi?


Jawaban :agar tidak sakit

4. Menurut ibu, apa saja efek samping imunisasi ?


Jawaban :membuat anak rewel

5. Sebutkan tempat pelayanan yang menyediakan imunisasi?


Jawaban :posyandu

C. Pertanyaan Post Test imunisasi dasar lengkap

1. Apakah pengertian imunisasi ?


Jawaban : Imunisasi adalah suatu upaya untuk meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap suatu penyakit

2. Pada usia berapakah anak boleh di berikan imunisasi?


Jawaban : sejak 0-9 bulan dan di lanjut pada usia 18 dan 24 bulan

3. Menurut ibu, apa saja manfaat imunisasi?


Jawaban : untuk menurunkan angka kejadian penyakit,
kecacatan juga kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.

10
5
4. Menurut ibu, apa saja efek samping imunisasi ?
Jawaban : efek samping yang terjadi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
seperti nyeri pada daerah bekas suntikan, pembengkakan lokal, menggigil, demam

5. Sebutkan tempat pelayanan yang menyediakan imunisasi?


Jawaban :posyandu, puskesmas, pmb bidan

-Terima Kasih Atas Kerjasaman

10
6
LINK VIDEO :

10
7
https://drive.google.com/drive/folders/1- nNiGm6ptikMozFHNm6pt4PzwLXnv4i-

44

10
8
LAPORAN KENLBIN

RINI KURNIASARI

10
9
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY. S USIA 23


TAHUN DENGAN MASA MENYUSUI DI RT. 002/RW. 001
KP. BOJONG KONDANG

DESA SUKADAME KECAMATAN PAGELARAN KABUPTEN


PANDEGLANG PROVINSI BANTEN TAHUN 2022

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 7 Praktik


Manajemen Kebidanan di Komunitas

Disusun Oleh :

NAMA: RINI KURNIASARI

NPM: 19210200080

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS VOKASI

TAHUN 2022

11
0
LEMBAR PERSETUJUAN

Disusun Oleh:
NAMA: RINI KURNIASARI
NPM: 19210200080

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di


hadapan tim penguji.

Tanggal, 2022

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb

NIDN: 0310098102

iii
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA: RINI KURNIASARI


NPM: 19210200080

Telah dipresentasikan pada tanggal … bulan … tahun … di hadapan tim penguji


Progam Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi fakultas Vokasi

Tanggal, 2022
Menyetujui,

KBK Dosen Komunitas dan Ilmu KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi
Teknologi Dini

Agus Santi Br.G,S,ST,M.Kes Gaidha K P,S.Tr.Keb,M.Keb

NIDN: 0317088406 NIDN: 0317119401

Mengesahkan,

Dosen Penanggung Jawab Stase

Reto Puji Astuti, S.ST.Keb. M.Keb

NIDN: 0310098102

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu
Keluarga Binaan Asuhan Kebidanan Komunitas pada Ny. S P1A0 Usia 23 Tahun
dengan Masa Menyusui di Kp. Bojong Kondang RT. 002 RW. 001 Desa Sukadame
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak


terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari


berbagai pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada:

1. Drs. H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju.


2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrachman, SH, MPH selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik & Inovasi
Universitas Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM., M.Kes selaku Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya &
Keuangan Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
7. Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Program Profesi Universitas Indonesia Maju.
8. Ria Magdalena Damanik, S.SiT selaku CI Responsif stase 7 Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Universitas Indonesia Maju.
9. Aprilya Nency, S.ST., M.Kes selaku Dosen Responsif stase 7 Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Universitas Indonesia Maju.

v
10. Salfia Darmi S.ST., M.Kes Selaku pembimbing stase 7 Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Universitas Indonesia Maju yang
telah membimbing penulis.
11. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Departemen Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju yang
telah memberikan ilmu pengetahuan, mengarahkan dan pembimbing penulis
selama mengikuti proses pendidikan

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Keluarga Binaan ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk perbaikan
kedepannya.

Pandeglang, Agustus 2022

Rini Kurniasari

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .....................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................................................1

B. Tujuan ..................................................................................................................................3

C. Manfaat ................................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................5

1. Teori atau Konsep Dasar Komunitas ...................................................................................5

2. Konsep Dasar Keluarga Binaan ...........................................................................................8

3. Pengertian Menyusui .........................................................................................................10

4. Nutrisi Ibu mennyusui .......................................................................................................15

5. ASI Ekslusif .......................................................................................................................15

6. Pendokumentasian Metode SOAP .....................................................................................16

BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................................14

A. Kunjungan Keluarga Binaan ke-1 dilakukan tanggal 22 Juli 2022 .......................................18

B. Kunjungan Keluarga Binaan ke-2 dilakukan tanggal 25 Juli 2022 ........................................25

C. Kunjungan Keluarga Binaan ke-3 dilakukan tanggal 28 Juli 2022 ........................................28

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................................31

BAB V PENUTUP .................................................................................................................34

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................34

5.2 Saran ..................................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA

5.35.3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya yang dilaksanakan dengan sasaran
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mulai
dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara berkesinambungan.
Oleh karena itu keberhasilan tujuan pembangunan kesehatan akan sangat
tergantung kepada kualitas pelayanan kesehatan serta tenaga kesehatan sebagai
sumber daya yang utama1 .

Bidan dikomunitas adalah bidan yang bekerja memberikan pelayanan


kepada keluarga dan masyarakat di suatu wilayah tertentu. Kebidanan
mencakup segala pengetahuan yang dimiliki bidan dan bentuk-bentuk kegiatan
pelayanan yang dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi
denganupaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit,peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan
kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan
terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat.

Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit atau


institusi. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan
dari pelayanan yang diberikan di rumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu
dan bayi dalam proses kelahiran.

Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas termasuk didalamnya adalah


penyuluhan dan nasihat tentang kesehatan, pemeliharaan kesehatan lansia,
pengobatan sederhana bagi ibu dan balita, perbaikan gizi keluarga,
1
imunisasi ibu dan anak, pertolongan persalinan serta pelayanan KB. Yang
menjadi sasaran kebidanan komunitas yaitu ibu (prahamil, hamil, bersalin,
nifas), anak (bayi baru lahir, balita, anak pra sekolah, remaja), keluarga (wanita
dengan gangguan sistem reproduksi), masyarakat. Yang menjadi sasaran utama
adalah ibu dan anak dalam keluarga.

Menyusui adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau anak kecil
dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks
menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Air susu ibu (ASI)
merupakan suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi.
Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi
terhadap penyakit, selain itu terdapat hubungan penting antara menyusui
dengan penjarangan kehamilan (KB). Keunggulan ASI tersebut perlu di
tunjang dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI
segera setelah lahir atau IMD 30 menit pertama bayi harus sudah di sususkan).
Kemudian pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan (ASI Ekslusif)
selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan
pendamping ASI yang benar. Sehingga diperlukan usaha-usaha atau
pengelolaan yang benar. Agar setiap IBU dapat menyusui sendiri bayinya.

Menyusui adalah proses yang alami. Namun demikian, menyusui perlu


dipelajari antara lain, belajar bagaimana memegang bayi agar dapat menyusu
dengan baik dan mengatur posisi tubuh agar merasa nyaman selama menyusui.
Teknik menyusui terdiri dari posisi menyusui dan perlekatan bayi pada
payudara yang tepat, yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan menyusui dan pengeluaran ASI. Dimana bila teknik menyusui
tidak benar dapat menyebabkan puting lecet dan ibu menjadi enggan menyusui
dan bayi jarang menyusu. Selain itu posisi yang sesuai selama pemberian ASI,
sangat berpengaruh dalam keberhasilan menyusui.

2
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penyusun tertarik melakukan
keluarga binaan Asuhan Kebidanan Komunitas pada Ny. S P1A0 usia 23

tahun dengan Masa Menyusui di Kp. Bojong Kondang RT. 002 RW. 001 Desa
Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan komunitas pada Ny. S P1A0
usia 23 tahun dengan Masa Menyusui di Kp. Bojong Kondang RT. 002 RW.
001 Desa Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang.

2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada Ny. S P1A0 usia 23 tahun
dengan Masa Menyusui di Kp. Bojong Kondang RT. 002 RW. 001 Desa
Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang.
b. Melaksanakan pengkajian data objektif pada Ny. S P1A0 usia 23 tahun
dengan Masa Menyusui di Kp. Bojong Kondang RT. 002 RW. 001 Desa
Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang.
c. Melaksanakan perumusan diagnosa atau masalah kebidanan pada Ny.
S P1A0 usia 23 tahun dengan Masa Menyusui di Kp. Bojong Kondang RT.
002 RW. 001 Desa Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi pada Ny. S P1A0 usia 23
tahun dengan Masa Menyusui di Kp. Bojong Kondang RT. 002 RW. 001 Desa
Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang.

C. Manfaat
1. Bagi Keluarga Binaan
Dapat menambah pengetahuan bagi keluarga sehingga diharapkan
dapat menjadi bekal dalam memantau perkembangan pada anak.

2. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat
kedalam kondisi nyata dilapangan tentang bidan komunitas, serta
menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi penulis agar
lebih meningkatkan kinerja dilapangan.

3
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan program
pembelajaran agar menghasilkan lulusan bidan profesional dan kompeten.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori atau Konsep Dasar Komunitas


1. Pengertian
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang
menekankan pada aspek aspek psikososial budaya yang ada dikomunitas
(masyakart sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan
pelayanan yang bersifat individual maupun kelompok. Untuk itu bidan
perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi tantangan/kendala
seperti berikut ini4 .

a. Sosial budaya seperti ketidak adilan gender, pendidikan, tradisi yang


merugikan ekonomi, seperti kemiskinan.
b. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
d. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong
(daerah yang terisolir), kumuh, padat dan lain-lain.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala
di atas adalah bangkitnya/lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi
masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup
perempuan di lokasi tersebut5 .

2. Tujuan Pelayanan Komunitas


Tujuan kebidanan komunitas menurut Kemenkes 2018, yaitu
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini:

a. Tujuan umum
Seorang Bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerjanya,
sehingga masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta
mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.

b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas
5
sesuai dengan tanggung jawab bidan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan
risiko kehamilan, persalinan, nifas dan perinatal.
4) Medukung program-program pemerintah lainnya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan
tokoh masyarakat setempat atau terkait.
3. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada
Pelayanan Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai
berikut.

a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan


masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat
dan martabat kemanusiaan klien.
c. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,
jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus,
jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri
oleh bidan. Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1
RT atau 1 kelurahan/kawasan perumahan/ perkantoran.
d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi
hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu
pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial dan
lain-lain.
e. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan
klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan

6
dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah
sebagai berikut:

a. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan langkah


promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan ditenaga kesehatan. Bayi dan
balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
b. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan
yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita
serta ibu hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan
diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi
melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses
rujukan tidak mengalami keterlambatan.
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan
bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan meminimalisir
intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk
mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah
bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan tindakan
persalinan caesar.

f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi

sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk

mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.

Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi

7
seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), kekerasan

dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan dan

Injecting Drug User (IDU).

B. Konsep Dasar Keluarga Binaan


1. Pengertian
Pembina dapat diartikan bantuan dari seseorang atau sekelompok
orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui
materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan,
sehingga tercapai apa yang diharapkan.7

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat


anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga
umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial
dari tiap anggota keluarga.8

Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan


kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk
menggambarkan derajat kesehatan digunakan indikator kualitas utama
seperti angka kematian, kesakitan, kelahiran, status gizi dan lain-lain.

Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai derajat


kesehatan yang optimal. Jika masyarakat sudah menciptakan hidup sehat
maka derajat masyarakatpun meningkat. Untuk itu perlu adanya suatu
pendekatan dalam meningkatkan peran serta masyarakat, salah satunya
melalui pendekatan asuhan kebidanan komunitas. Melalui pendekatan
asuhan kebidanan komunitas dapat meningkatkan pengetahuan dan

8
motivasi masyarakat sehingga dapat memacu masyarakat untuk mampu dan
mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Keluarga adalah dua atau lebih dari duaindividu yang tergabung


karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satusama lain, dan di
dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan.

2. Kriteria Keluarga Binaan


Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan
keluarga binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk resiko tinggi
dalam bidag kesehatan:

1. Mudah dijangkau.
2. Komunikasi dengan baik.
3. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang diberikan.
4. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah.

5. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu.


6. Daerah tersebut tidak terlalu rawan.
3. Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan, prasarana
dan sarana kesehatan.
c. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.
d. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai
potensi kesehatan secara penuh agar lebih tahan terhadap penyakit.
e. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
4. Langkah-Langkah Asuhan Kebidanan Pada Keluarga:
a. Membina hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga
b. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah
kesehatan keluarga.
9
c. Menganalisa data untuk menentukan masalah kesehatan keluarga,
dengan melakukan pengelompokan data.
d. Merumuskan masalah dan mengelompok kan masalah dengan
mengacu pada tipologi dan sifat masalah kesehatan keluarga dengan
kriteria.
e. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga
untuk melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
f. Menentukan skala prioritas masalah kesehatan keluarga dengan
mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan keluarga.
g. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada keluarga sesuai dengan
urutan prioritas masalah yang telah disusun dengan langkah- langkah
yang sistematis.
h. Melaksanakan/mengimplementasikan asuhan kebidanan pada
keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun.
i. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
j. Meninjau kembali masalah kesehatan keluarga yang belum teratasi
dan merumuskan kembali rencana asuhan kebidanan yang baru.

C. Teori Menyusui
1. Pengertian Menyusui
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana
keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi
pada bayi. Menyusui adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau
anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu1 .

Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap


air susu. Bidan perlu mamberikan bimbingan pada ibu dalamtentang cara-
cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah1 .

2. Manfaat Menyusui
a. Manfaat bagi bayi
1) Komposisi sesuai kebutuhan.
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.
10
3) ASI mengandung zan antibody.
4) Perkembangan psikomototrik lebik cepat.
5) Menunjang perkembangan kognitif.
6) Menunjang perkembangan penglihatan.

7) Memperkuat ikatan batin ibu dan anak.


8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
9) Membentuk sistem pencernaan yang sehat1 .
b. Manfaat bagi Ibu
1) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat
kembalinyarahim ke bentuk semula.
2) Ibu yang menyusui dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya
kehamilan.
3) Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan
kasih saying pada buah hatinya.
4) Mengurangi kemungkinan kanker payudara1 .
c. Manfaat bagi keluarga
1) Mudah dalam proses pemberiannya.
2) Mengurangi biaya rumah tangga.
3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya untuk berobat1 .
d. Manfaat bagi Negara
1) Pengehematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-
obatan.
2) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui.
3) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas1 .

3. Dampak yang Timbul Jika Tidak Menyusui dengan Benar


Wahyuningsih (2019)
1) Putting susu ibu menjadi lecet
2) ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi

11
ASI
3) Bayi enggan menyusu, bayi menjadi kembung.
4) Pemberian ASI tidak adekuat, pemberian ASI yang tidak adekuat
dapat mengakibatkan payudara bengkak karena sisa-sisa ASI pada
duktus.

4. Tekhnik Menyusui yang Benar


Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.

a. Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut:


1) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, sebelum menyusui bersihkan
puting susu dan areola dengan kapas DTT, langkah selanjutnya ASI
dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola
sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu.
2) Letakkan bayi menghadap perut ibu atau payudara, mulailah menyusui
dari payudara yang terakhir belum dikosongkan.
3) Jika payudara besar, pegang payudara dengan ibu jari dan jari lainnya
menopang bagian payudara.
4) Rangsang bayi menggunakan jari yang didekatkan ke sisi mulut bayi
(bisa menggunakan kelingking).
5) Dekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian
masukkan puting dan areola ke mulut bayi.
6) Setelah payudara yang dihisap terasa kosong, lepaskan isapan bayi
dengan menekan dagu ke bawah atau jari kelingking ibu ditempelkan
ke mulut bayi. Susui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan.
7) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola
sekitarnya, kemudian biarkan kering dengan sendirinya (jangan
dilap). Baru memakai bra.
8) Sendawakan bayi.

12
9) Selalu minum air putih minimal 1 gelas setelah menyusui2 .
b. Posisi Menyusui
1) Seluruh badan bayi tersangka dengan baik, jangan hanya leher dan
kepala saja.
2) Kepala dan tubuh bayi lurus.
3) Badan bayi menghadap ke dada ibu.
4) Badan bayi dekat dengan ibu2 .
c. Perlekatan Bayi Yang Benar Saat Menyusu
1) Sentuh bibir bayi sehingga bayi membuka lebar mulutnya.
2) Dekatkan bayi sehingga dagu dan bibir bawah menempel pada
payudara
3) Areola mamae ibu usahakan sebanyak mungkin masuk ke dalam
mulut bayi2 .

5. Tanda bayi cukup ASI


a. Bayi langsung tidur karena ASI merangsang hormone endorphin
b. BAK lebih dari 6 kali sehari,dengan warna tidak mpekat dan bau
menyengat
c. Bayi akan melepas sendiri mulutnya dari payudara ibu ketika sudah
puas
d. Pada Trimester I setiap bulan Berat Badan bayi naik 500 gram
sampai 1000 gram
e. Bayi akan BAB 2 kali/hari dengan warna kuning atau gelap dan akan
berwarna cerah setrelah hari ke 15 kehidupan bayi2 .

6. Posisi Menyusui yang benar

Posisi bayi saat menyusu menjadi penentu keberhasilan pemberian ASI


dan mencegah keluhan pada puting susu, pastikan ibu memeluk bayinya
dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya
terutama pada ibu muda (JNPK-KR 2018)

13
Dalam menyusui, terdapat macam posisi menyusui, cara menyusui
yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau
berbaring. Adapun posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu,
seperti ibu pasca operasi Caesar. Bayi diletakan di samping kepala ibu
dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di payudara kiri dan
kanan3 .

Gambar Posisi Menyusui

14
D. Nutrisi Ibu Menyusui
Makanan sehat dan bergizi sangat dibutuhkan ibu pasca melahirkan, untuk
membantu melawan syndrome baby blues. Makanan bergizi tinggi untuk
membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI. Selama menyusui
membutuhkan tambahan nutrisi lebih dari 500 kalori untuk memproduksi ASI.
Makanan diperlukan dengan gizi seimbang dan beragam makanan terutama
sayuran berwarna hijau, makanan mengandung kalsium dan zat besi2 .

Bagi ibu menyusui mengkonsumsi makanan dan minuman sehat sangatlah


penting sebagai salah satu upaya menjaga peningkatan produksidan kualitas
ASI. Adapun menu sehat bagi ibu menyusui adalah sebagai berikut:

1. Makan nasi, lauk pauk, sayur dan buah.


2. Minum Air putih, jus buah, susu, sari kacang hijau, sari kedelai dan lain-
lain.

E. ASI Ekslusif
Bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,
air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim, selama
6 bulan5 .

1. Manfaat ASI Eksklusif


a. Sebagai nutrisi lengkap.
b. Meningkatkan daya tahan tubuh.
c. Meningkatkan kecerdasan mental dan emosional yang stabil serta
spiritual yang matang diikuti perkembangan sosial yang baik.
d. Mudah dicerna dan diserap.
e. Gigi, langit- langit dan rahang tumbuh secara sempurna.
f. Memilik komposisi lemak, karbohidrat, kalori, protein dan
Vitamin.

15
g. Perlindungan penyakit infeksi melipitiotitis media akut, daire dan
saluran pernafasan.
h. Perlindungan alergi karena dalam ASI mengandung antibodi.
i. Memberikan rangsang intelegensi dan saraf.
j. Meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal
2. Manfaat Menyusui Bagi Ibu
a. Terjalin kasih sayang.
b. Membantu menunda kehamilan (KB alami).
c. Mempercepat pemulihan kesehatan.
d. Mengurangi risiko perdarahan dan kanker payudara.
e. Lebih ekonomis dan hemat.
f. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.
g. Secara psikologi memberikan kepercayaan diri.
h. Memiliki efek perilaku ibu sebagai ikatan ibu dan bayi.
i. Memberikan kepuasan ibu karena kebutuhan bayi dapat dipenuhi2 .

F. Pendokumentasian Metode SOAP


Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan,
pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur
tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien
terhadap semua asuhan yang telah diberikan4 .

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai


asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, didalamnya tersirat
proses berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai
langkah-langkah manajemen kebidanan4 .

Yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah SOAP, yang merupakan salah
satu metode pendokumentasian yang ada. SOAP merupakan singkatan dari :

1) Subjektif (S) : Menggambarkan pendokumentasian hasil


pengumpulan data klien melalui anamnesa
2) Obyektif (O) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan

16
fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostic lain
yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung
assessment.

3). Assessment (A): Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan


interprestasi data subyektif dan obyektif suatu identifikasi,
diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa lain. Masalah
potensial, tindakan segera/ kolaborasi.
4). Pelaksanaan (P) : Menggambarkan pendokumentasian dari perencaaan
dan evaluasi berdasarkan assessment.

17
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Kunjungan Keluarga Binaan ke-1 dilakukan tanggal 22 Juli 2022


Tanggal Pengkajian : 22 Juli 2022
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. S
Pengkaji : Rini Kurniasari

A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. E
Umur : 23 thn Umur : 24 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp Kp. Bojong Kondang RT. 002 RW. 001

Desa Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten


Pandeglang Provinsi Bante

2. Keluhan utama
Ibu sudah melahirkan anak ke 1 secara spontan, mengeluh kalau
menyusui anaknya lama dan setelah menyusui puting susu terasa perih
dan ibu ingin mengetahui cara menyusui yang benar.

3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklusnya : 28 hari
Lamanya : 6 hari
Banyaknya : 2- 3 x ganti pembalut/hari
Konsitensi : Normal

4. Riwayat kesehatan

18
Riwayat penyakit menular dalam keluarga : Tidak ada
Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga : Tidak ada

5. Perilaku kesehatan :
Penggunaan alkohol / obat sejenisnya : Tidak ada

Obat/jamu yang sering digunakan : Tidak ada


Rokok, makan sirih : Tidak ada
Irigasi vagina : Tidak ada
6. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
No Tanggal UK Tempat Jenis Penol Penyu JK BB PB Riwayat Ket.
Partus Partus Partus ong lit Menyusui

1. 18-07-2022 Aterm PM B Spontan Bidan Tidak ♂ 2900 g 48 IM D Sehat


ada
dilakukan

7. Riwayat kontrasepsi
- Kontrasepsi yang pernah digunakan : -
- Kontrasepsi terakhir sebelum hamil : Tidak KB
- Keluhan dalam penggunaan kontrasepsi :-
8. Riwayat hamil ini
 Pemeriksaan pertama kali pada kehamilan : 01-01-2022
 Tempat periksa hamil : PMB
 Frekuensi selama hamil : 8 kali
 Immunisasi TT 1 2022
 Keluhan mual dan muntah : Ada
 Keluhan pusing : Ada
 Muntah : Ada
 Oedem : Tidak ada
 Nyeri perut : Tidak ada
 Penglihatan kabur : Tidak ada
 Gerakan janin pertama kali : usia kehamilan 3 bulan
 Rasa gatal vulva dan vagina : Tidak ada
9. Aktivitas sehari-hari
1). Diet/makan
19
 Makan sehari-hari : 3x sehari, makan nasi,lauk,sayur,buah
 Ngidam : Ada ngidam tetapi tidak sering
 Pantangan tehadap makanan : Tidak ada pantangan makan
2). Pola eliminasi :
 BAK : 5-8 x/ hari Warna : Kuning
 BAB : 1x/ hari Konsistensi : Lembek
3). Pola istirahat dan tidur :
 Siang : 1 jam
 Malam : 8 jam
4) Pola seksulitas : 2x seminggu
5) Aktifitas sehari-hari : mengurus rumah tangga
10. Riwayat Psiko-sosial
1) Status perkawinan : Kawin
2) Usia perkawinan : 1 tahun
3) Kegiatan spiritual : sholat 5 waktu
4) Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
5) Keinginan ibu memberikan ASI eksklusif: Iya, ibu mengerti tentang ASI
Eksklusif dan ingin memberikan hanya ASI sampai bayi 6 bulan,
6) Rencana ibu memberikan ASI: 2 tahun.

A. OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

 Keadaan umum : Baik

 kesadaran : Composmentis

 Keadaan emosional : Normal

 Vital sign :
 TD : 120/80 mmHg Nadi : 84 x/i
 RR : 20 x/i Suhu : 36,6 0 C

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
 Warna rambut : Hitam
20
 Tekstur : Halus
 Luka : Tidak ada
 Kebersihan : Bersih
b. Muka
 Oedema : Tidak oedema
 Pucat : Tidak pucat
 Cloasma gravidarum : Tidak ada
c. Mata
 Oedema : Tidak ada
 Konjungtiva : Merah muda
 Sklera : Putih
d. Hidung
 Kebersihan : Bersih
 Radang : Tidak ada
e. Gigi/mulut :
 Lidah dan geraham : Bersih
 Stomatits : Tidak ada
 Tonsil : Tidak ada
 Caries : Tidak ada
 Karang gigi : Tidak ada
f. Telinga
 Kebersihan : Bersih
 Radang : Tidak ada peradangan pada telinga
 Pendengaran : Normal
g. Leher
 Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
 Kelenjar lymfa : Tidak ada pembengkakan kelenjar lymfa
 Vena jugularis : Normal
h. Dada
 Bunyi jantung : Reguler
 Bunyi paru : Normal
i. Payudara
 Pembesaran : Payudara penuh oleh ASI
21
 Striae : Tidak ada striae
 Putting : Puting menonjol
 Areola : Hitam
 Benjolan : Tidak ada benjolan
 Pengeluaran : Kolostrum sudah keluar
 Kebersihan : Bersih
j. Abdomen
 Bekas luka operasi : Tidak ada bekas luka operasi
 Bentuk perut : Simetris
 Kandung kemih : Kosong
 Kontraksi uterus : Kuat
 Oedema : Tidak ada oedema
 TFU : tidak teraba
k. Ekstremitas
 Oedema tangan dan jari : Tidak oedema
 Oedema kaki : Tidak oedema
 Betis merah/lembek/keras : Tidak ada
 Varises : Tidak ada varises
 Reflek patella ka/ki : +/+
l. Anogenital
 Inspeksi
 Vulva/vagina
- Varises : Tidak ada varises
- Kemerahan : Tidak ada kemerahan
- Luka : Tidak ada luka
- Oedema : Tidak ada oedema
 Perineum : Tidak ada luka
m. Punggung / pinggang dan anus
 Posisi tulang belakang : Normal
 Hemoroid : Tidak ada hemoroid
3. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

22
B. ANALISIS DATA:
Ny. S usia 23 tahun P1A0 rencana kebutuhan konseling menyusui.

C. PENATALAKSANAAN:
1. Melakukan persetujuan untuk dijadikan keluarga binaan dan tindakan pada
ibu, ibu menyetujui untuk dijadikan kelurga binaan serta tindakan yang akan
dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan menginformasikan pada ibu hasil
pemeriksaannya keadaan umum baik. Ibu sudah mengetahui hasil
pemeriksaanya.
3. Menjelaskan pada ibu bahwa bayi menyusu lama dan perih pada payudara
yang ibu rasakan di sebabkan karena posisi dan perlekatan saat menyusui
yang kurang tepat. Ibu mengerti dan meminta bidan untuk mengajarkannya.
4. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu Bayi diletakkan
menghadap payudara, ibu duduk atau berbaring santai, perut bayi menempel
badan ibu, kepala bayi menghadap payudara Bayi diberi rangsangan untuk
membuka mulut (rooting reflex) dengan cara, menyentuh pipi/sisi mulut
bayi dengan puting susu. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala
bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putingserta areola dimasukkan ke
mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut
bayi. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
5. Menjelaskan pada ibu manfaat posisi dan perlekatan saat menyusui dengan
benar yaitu puting susu tidak lecet, perlekatan menyusu pada bayi kuat
sehinggan ASI keluar banyak, bayi menjadi tenang. Ibu mengerti.
6. Menjelaskan pada ibu tanda bayi cukup ASI yaitu Bayi langsung tidur, BAK
lebih dari 6 kali sehari, bayi akan melepas sendiri mulutnya dari payudara
ibu ketika sudah puas, Berat Badan bayi naik 500 gram sampai 1000 gram
pada trimester 1, bayi akan BAB 2 kali/hari dengan warna kuning. Ibu

23
mengerti penjelasan yang diberikan.

7. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan nutrisi ibu yaitu makan nasi, lauk
pauk, sayuran dan buah. Tidak ada makanan yang dipantang masa menysui.
Ibu mengerti.
8. Menjelaskan pada ibu tentang ASI Ekslusif yaitu bayi hanya di berikan ASI
sampai usia bayi 6 bulan tampa di berikan makanan apapun karena
kebutuhan bayi cukup dipenuhi oleh ASI. Ibu mengerti.
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat untuk memulihkan kondisinyaa, ibu mau
melakukannya.
10. Menjadwalkan kunjungan yang kedua pada tanggal 25-07-2022. Ibu
bersedia untuk dikunjungi kembali.
11. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan. Dokumentasikan SOAP sudah
dilakukan.

Pandeglang, 22-07-2022

Pengkaji,

Rini Kurniasari

24
CATATAN PERKEMBANGAN

B. Kunjungan Keluarga Binaan ke-2 dilakukan tanggal 25 Juli 2022


Tanggal Pengkajian : 25-07-2022
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. S
S : 1. Keluhan Utama : tidak ada keluhan, Ibu sudah mempraktekkan posisi
menyusui yang diajarkan.
2. Riwayat Menyusui : bayi hanya disusui dengan ASI saja dan tidak
diberikan makanan apapun, menyusui secara bergantian kanan dan kiri.
Bayi disusui sesuai dengan keinginan bayi.
3. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi : makan 3-4 kali/hari menu nasi+sayur+ lauk, minum 8-10 gelas/
hari. Ibu tidak ada tarak makan. Setiap hari minum 1 kapsul multivitamin
dari bidan.
b. Eliminasi : BAK 5-6 kali, BAB 1x/hari.
c. Istirahat : pada malam hari lebih banyak terjaga karena menyusu dan
siang hari tidur ketika bayi tidur.
d. Personal Hygiene : Ganti pembalut 3-4 kali/hari, mandi 2-3 kali/hari
e. Ibu tidak minum jamu.

25
O : Tanda-tanda Vital:
K/U : baik, kesadaran : CM, Keadaan emosional : stabil
TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,7 0C
Hasil Pemeriksaan Fisik :

1. Wajah
Tidak terlihat oedem, tidak terlihat pucat.
2. Mata
Konjunctiva tidak pucat, sclera terlihat putih.
3. Leher
Tidak teraba pembengkakan pada kelenjar tiroid dan limfe, tidak terlihat
bendungan pada vena jugularis.

26
4. Payudara
terlihatsimetris, terlihat bersih, tidak terlihat retraksi dinding dada,terlihat
hiperpigmentasi pada areola mammae, terlihat puting susu menonjol
(+)/(+), ASI (+)/(+), tidak teraba massa, tidak nyeri tekan.

5. Abdomen
Tidak terlihat luka bekas operasi.
6. Genetalia (Tidak di periksa)
7. Ekstremitas
Atas : kuku sianosis (-)/(-), oedema (-)/(-)

Bawah : kuku sianosis (-)/(-), oedema (-)/(-), varises (-)/(-),


tanda homan (-)/(-)

A : Ny. S usia 23 th P1A0 rencana kebutuhan konseling menyusui.

P :
1. Melakukan persetujuan tindakan pada ibu, ibu menyetujui tindakan yang
akan dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan memberitahu ibu hasil pemeriksaan
k/u baik, TD110/70 mmHg, N 80 x/menit, R 24 x/menit, S 36,7 0 C . Ibu
sudah mengetahui hasil pemeriksaanya.
3. Menilai serta mengkaji kembali ibu cara menyusui yang benar. Ibu dapat
mempraktikkan cara menyusui yang benar yaitu, ibu rilex, posisi ibu
nyaman. Jika dengan duduk, meletakkan kepala pada siku, pegang
bokong bayi dengan telapak tangan yang digunakan untuk memangku
bayi, Areola payudara Sebagian besar masuk ke mulut bayi. Perlekatan
mulut bayi baik dimana bagian areola ibu tidak terlihat.
4. Menyarankan pada ibu untuk tidur ketika bayi tidur agar ibu
mendapatkan istirahat yang cukup, sehingga produksi ASI bertambah
banyak. Ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.
5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
bervariasi, agar produksi ASI banyak dan berkwalitas, tidak ada makan

27
yang dipantang pada masa nipas. Ibu mau melaksanakan anjuran yang
diberikan.

6. Memotivasi ibu untuk tetap mempertahankan menyusui bayinya secara


eksklusif. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi hingga bayi
berusia 6 bulan. Ibu memahami penjelasan yang diberikan dan bersedia
mengikuti anjuran yang diberikan.
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan payudaranya agar tetap
bersih dan kering dan menggunakan BH yang menyokong payudara. Ibu
bersedia mengikuti anjuran bidan.
8. Memberitahu ibu kunjungan ketiga pada tanggal 28-07-2022. Ibu
mengetahui dan menyetujui untuk kunjungan ketiga.
9. Melakukan dokumentasi SOAP. Dokumentasi sudah dilakukan.

Pandeglang, 25-07-2022

Pengkaji,

(Rini Kurniasari)

28
CATATAN PERKEMBANGAN

C. Kunjungan Keluarga Binaan ke-3 dilakukan tanggal 28 Juli 2022


Tanggal Pengkajian : 28-07-2022
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. S
S : 1 Keluhan Utama : tidak ada keluhan, Ibu sudah mempraktekkan posisi
menyusui yang diajarkan.
2 Riwayat Menyusui: bayi hanya disusui dengan ASI saja dan tidak
diberikan makanan apapun, menyusui secara bergantian kanan dan kiri.
Bayi disusui sesuai dengan keinginan bayi.
3 Pola Kebiasaan
a. Nutrisi : makan 3-4 kali/hari menu nasi+sayur+lauk, minum 8-10 gelas/
hari. Ibu tidak ada tarak makan. Setiap hari minum 1 kapsul
multivitamin dari bidan.
b. Eliminasi: BAK 5-6 kali, BAB 1x/hari.
c. Istirahat : pada malam hari lebih banyak terjaga karena bayi menyusu
dan siang hari tidur ketika bayi tidur.
d. Personal Hygiene: Ganti pembalut 3-4 kali/hari, mandi 2-3 kali/hari
e. Ibu tidak minum jamu.

29
O : Tanda-tanda Vital:
K/U : baik, kesadaran: CM, Keadaan emosional: stabil
TD : 110/70 mmHg, N: 80 x/menit, R : 24 x/menit, S: 36,7 0C
Hasil Pemeriksaan Fisik:

C. Wajah
Tidak terlihat oedem, tidak terlihat pucat
D. Mata
Konjunctiva tidak pucat, sclera terlihat putih
E. Leher
Tidak teraba pembengkakan pada kelenjar tiroid dan limfe, tidak terlihat
bendungan pada vena jugularis.

30
4. Payudara
terlihatsimetris, terlihat bersih, tidak terlihat retraksi dinding dada, terlihat
hiperpigmentasi pada areola mammae, terlihat puting susu menonjol tidak
lecet, (+)/(+), ASI (+)/(+), tidak teraba massa, tidak nyeri tekan.

5. Abdomen
tidak terlihatluka bekas operasi
6. Genetalia (Tidak di periksa)
7. Ekstremitas
Atas : kuku sianosis (-)/ (-), oedema (-)/ (-)

Bawah : kuku sianosis (-)/ (-), oedema (-)/ (-), varises (-)/ (-),
tanda homan (-)/ (-)

A : Ny. S usia 23 tahun P1A0.

P :
1. Melakukan persetujuan tindakan pada ibu, ibu menyetujui tindakan yang
akan dilakukan.
2. Melakukan pemertiksaan fisik dan memberitahu ibu hasil pemeriksaan k/u
baik, ibu sedikit pucat karena kemungkinan ibu kurang tidur TD110/70
mmHg, N 80 x/menit, R 24 x/menit, S 36,7 0 C. Ibu sudah mengetahui hasil
pemeriksaanya.
3. Menayakan apakah ada yang perlu ibu konsultasikan kembali tentang
menyusui. Ibu sangat senang, menyusui merupakan suatu hal yang
menyenangkan, ibu tidak merasa perih lagi pada payudara setalah
menyusui, ibu merasa sangat menikmati masa masa menyusui. Ibu
bertemakasih kepada bidan
4. Memotivasi ibu untuk tetap mempertahankan menyusui bayinya secara
eksklusif. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi hingga bayi berusia
6 bulan. Ibu memahami penjelasan yang diberikan dan bersedia mengikuti
anjuran yang diberikan.
5. Mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan payudaranya agar tetap bersih
dan kering dan menggunakan BH yang menyokong payudara. Ibu bersedia
31
mengikuti anjuran bidan.

6. Memberitahu ibu bahwa ini kunjungan yang terakhir dan mengucapkan


terimakasih dengan kerjasama ibu selama menjadi keluarga binaan. Ibu
mengerti dan merasa senang menjadi keluarga binaan.
7. Melakukan dokumentasi SOAP. Dokumentasi sudah dilakukan.

Pandeglang, 28 -07-2022

Pengkaji,

(Rini Kurniasari)

32
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, mahasiswa akan membandingkan teori dengan


praktek dilapangan yaitu praktek keluarga binaan pada keluarga Ny. S usia 23
tahun P1A0 rencana kebutuhan konseling menyusui yang beralamat di Kp. Bojong
Kondang RT. 002 RW. 001 Desa Sukadame Kecamatan Pagelaran Kabupaten
Pandeglang

Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil


pendekatan dan tabulasi data, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan
masalah bersama keluarga Ny. S sesuai dengan prioritas masalah.

A. Pengkajian Data Subjektif

Data subyektif diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada


keluarga Ny. S. Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien
dengan teknik wawancara kepada keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan
lainnya. Data ini berupa keluhan atau persepsi subjektif pasien terhadap status
kesehatannya. Data subjektif ini diperoleh dengan anamnesa terhadap klien.

Penulis melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. S, didapatkan


bahwa Ny. S mengeluh belum mengerti tentang teknik menyusui yang baik dan
benar, Ny. S sudah melahirkan anak ke 1 secara spontan, mengeluh kalau
menyusui anaknya lama dan setelah menyusui puting susu terasa perih.

Dengan demikian penulis telah melakukan pengumpulan data subjektif


menggunakan metode yang sesuai dengan teori maka tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek.

B. Pengkajian Data Objektif

33
Data objektif diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada Ny. S.
Sesuai yang dikemukakan oleh Dinarti & Yuli (2017). Data objektif adalah data
yang didapat dari pengamatan, observasi, pengukuran, atau pemeriksaan fisik
dengan beberapa metode. Misalnya Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan,

Berat Badan, Tinggi Badan, Lingkar Kepala dan lain-lain. Penulis melakukan
pemeriksaan fisik melalui observasi secara virtual pada Ny. S dan ditemukan
bahwa Hasil k/u baik, kesadaran CM, Keadaan emosional stabil, TD 110/70
mmHg, N 80 x/menit, R 24 x/menit, S 36,70 C ,pemeriksaan fisik dalam batas
normal dan status gizi dalam keadaan baik.

Dengan demikian penulis melakukan pengumpulan data objektif


menggunakan metode yang sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek.

C. Perumusan Diagnosa

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, langkah


berikutnya yaitu menganalisa data yaitu menentukan masalah kesehatan yang
dialami oleh Ny. S sesuai dengan hasil data Subyektif dan data obyektif.
Perumusan diagnose yaitu Ny. S umur 23 tahun rencana kebutuhan konseling
menyusui. Sesuai dengan teori bahwa analisa masalah menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data subyektif dan obyektif
suatu identifikasi, diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa lain. Masalah
potensial, tindakan segera/kolaborasi.

Dengan demikian analisa data dilakukan sesuai dengan teori sehingga


disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

D. Penatalaksanaan dan Evaluasi

Penatalaksanaan yang di lakukan pada Ny. S yaitu menjelaskan pada


ibu bahwa bayi menyusu lama dan perih pada payudara yang ibu rasakan
disebabkan karena posisi dan perlekatan saat menyusui yang kurang tepat. Hal
ini sesuai dengan teori perlekatan yang benar sebagian besar areola dapat masuk
kedalam mulut bayi menutup penuh areoala, pada saat menghisap tidak
menimbulkan bunyi.
34
Menurut JNPK-KR 2018 Posisi bayi saat menyusu menjadi penentu
keberhasilan pemberian ASI dan mencegah keluhan pada puting susu,
pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan
jika ibu memerlukannya terutama pada ibu muda. Sesuai asuhan yang di
berikan yaitu mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar yaitu Bayi
diletakkan menghadap payudara, ibu duduk atau berbaring santai, perut bayi
menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara Bayi diberi rangsangan
untuk membuka mulut (rooting reflex) dengancara menyentuh pipi/sisi mulut
bayi dengan puting susu. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala
bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke
mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi.

Pengkaji juga memberitahu pada ibu tentang ASI Ekslusif yaitu bayi
hanya diberikan ASI sampai usia bayi 6 bulan tampa di berikan makanan
apapun karena kebutuhan bayi cukup dipenuhi oleh ASI. Sesuai dengan teori
mufdlilah tahun 2017 ASI Ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi dan tim, selama 6 bulan.

Menurut peneliti penelitian terdahulu sesuai dengan penatalaksanaan


yang dilakukan oleh pengkaji. Dengan demikian dapat disimpulkan
penatalaksanaan dan evaluasi yang dilakukan sesuai dengan teori sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

35
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. S umur 23 tahun
yang dimulai dari pengkajian data sampai evaluasi maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengkajian data subjektif yang diperoleh dari hasil wawancara


didapatkan data Ny. S umur 23 tahun dan belum mengetahui tentang
cara menyusui yang baik dan benar.
2. Pengkajian data objektif yang diperoleh dari hasil observasi
didapatkan data Ny. S umur 23 tahun di dapatkan hasil pemeriksaan
dalam batas normal.
3. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Ny. S umur
23 tahun dengan kebutuhan konseling cara menyusui yang baik
dan benar.
4. Penatalaksanaan dan evaluasi yang sudah dilakukan dengan
memberikan edukasi tentang ASI Eklusif, manfaat menyusui, posisi
menyusui yang baik dan benar, cara perlekatan yang betul, dan cara
menilai kecukupan ASI pada Bayi dan gizi pada ibu menyusui. Ny.
S kooperatif, mau mendengarkan edukasi dan akan
melaksanakannya.
Dari hasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga binaan
yang telah dilakukan berhasil.

B. Saran
1. Bagi Keluarga Binaan
Dengan diadakannya kunjungan ini diharapkan keluarga
dapat membantu menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga
binaan, khususnya pada ibu yang sedang menyusui diharapkan
mampu menyusui bayinya dengan baik dan benar.

2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih dapat menggali lebih dalam lagi
tentang masalah kesehatan yang dihadapi pasien dan meningkatkan
pengetahuan sehingga mampu melakukan penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu menyusui.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Untuk menambah revensi laporan keluarga binaan terkait asuhan
pada ibu menyusui di
perpustakaan.
Daftar Pustaka

1. Ambarwati, Retna Eni. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogjakarta: Buku


Kesehatan.

2. Dewi, Vivian Nanny Lia & Sunarsih, tri. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas. Jakarta: Salemba medika.

3. Damayanti. 2019. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika


Maryunani, Anik. 2019. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Pospartum) .
Jakarta:TIM

4. Suherni, dkk. 2019. Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya

5. JNPK-KR, 2019. Asuhan esensial bagi ibu bersalin dan bayi baru lahir serta
penatalaksanaan komplikasi segera pasca persalinan dan nipas; Asosiasi
pelatihan klinik organisasi profesi

6. Mufdlilah, dkk. 2017. Buku pedoman pemberdayaan ibu menyusui pada


program asi eksklusif. Yogyakarta

7. Kemenkes, RI. 2019. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional


Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia.

8. Riksani, Ria. 2019. Keajaiban ASI. Jakarta: Dunia Sehat.


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Cara Menyusui yang baik dan benar

Sasaran : Ibu menyusui Ny. S

Hari/ Tanggal : 22 Agustus 2022 Waktu : 30 menit


Tempat : Rumah Ny. S

1. Karakteristik Peserta

a. Jumlah Peserta : 1 Orang

b. Pendidikan Terakhir : SD

2. Tujuan Penyuluhan

a. Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan ibu dapat mengetahui tentang
posisi dan pelekatan menyusui yang baik dan benar.

b. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, diharapkan :
1 .Ibu dapat menjelaskan Definisi menyusui

2. Ibu dapat menjelaskan Manfaat Menyusui


4 Ibu dapat menjelaskan posisi dan pelekatan saat menyusui.
3. Materi Penyuluhan : Terlampir
4. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
5. Media : Lembar Balik

6. Kegiatan penyuluhan

No. Tahap Kegiatan Waktu

1. Mengucap salam
2. Perkenalan
3. Pendekatan dengan ibu
1. Pembukaan 5 menit
4. Menggali pengetahuan ibu tentang
posisi dan pelekatan saat mrenyusui
1. Menjelaskan tentang pengertian Menyusui,
Manfaat Menyusui, dan posisi pelekatan
ytang benar
2. Memberi kesempatan ibu untuk
bertanya.
3. Mengevaluasi materi untuk
2. Pengembangan 15 menit
4. mengetahui apakah ibu sudah memahami
materi yang disampaikan.

1. Menyimpulkan hasil penyuluhan


2. Ucapan terima kasih dan salam
3. Penutup penutup 10 menit

7. Evaluasi

a. Struktural
1) Persiapan tempat
2) Persiapan waktu (kontrak waktu)
b. Proses
Selama konseling ibu aktif dalam bertanya
c. Hasil
1) Ibu mampu menjelaskan Definisi Menyusui
2) Ibu mampu menjelaskan Manfaat Menyusui
3) Ibu mampu menjelaskan Prinsip Pemberian ASI.
MATERI PENYULUHAN MENYUSUI

1. Pengertian Menyusui
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana
keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi
pada bayi. Menyusui adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau
anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu1 .

Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap


air susu. Bidan perlu mamberikan bimbingan pada ibu dalamtentang cara-
cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah1 .

2. Manfaat Menyusui
a. Manfaat bagi bayi
1) Komposisi sesuai kebutuhan.
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.
3) ASI mengandung zan antibody.
4) Perkembangan psikomototrik lebik cepat.
5) Menunjang perkembangan kognitif.
6) Menunjang perkembangan penglihatan.

7) Memperkuat ikatan batin ibu dan anak.


8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
9) Membentuk sistem pencernaan yang sehat1 .
b. Manfaat bagi Ibu
1) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat
kembalinya rahim kebentuk semula.
2) Ibu yang menyusui dapat meminimalkan kemungkinan
terjadinya kehamilan.
3) Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan
kasih saying pada buah hatinya.
4) Mengurangi kemungkinan kanker payudara1 .
c. Manfaat bagi keluarga
1) Mudah dalam proses pemberiannya.
2) Mengurangi biaya rumah tangga.
3) Bayi yang mendapat ASI, jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya untuk berobat1 .
d. Manfaat bagi Negara
1) Pengehematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-
obatan.
2) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui.

3) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas1 .

3. Dampak yang Timbul Jika Tidak Menyusui dengan Benar


Wahyuningsih (2019).
a. Putting susu ibu menjadi lecet.
b. ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi
ASI.
c. Bayi enggan menyusu, bayi menjadi kembung.
d. Pemberian ASI tidak adekuat, pemberian ASI yang tidak adekuat
dapat mengakibatkan payudara bengkak karena sisa-sisa ASI pada
duktus.

4. Tekhnik Menyusui yang Benar


Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.

a. Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut:


1) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, sebelum menyusui
bersihkan puting susu dan areola dengan kapas DTT, langkah
selanjutnya ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting
susu.
2) Letakkan bayi menghadap perut ibu atau payudara, mulailah
menyusui dari payudara yang terakhir belum dikosongkan.
3) Jika payudara besar, pegang payudara dengan ibu jari dan jari
lainnya menopang bagian payudara.
4) Rangsang bayi menggunakan jari yang didekatkan ke sisi mulut
bayi (bisa menggunakan kelingking).
5) Dekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian
masukkan puting dan areola ke mulut bayi
6) Setelah payudara yang dihisap terasa kosong, lepaskan isapan
bayi dengan menekan dagu kebawah atau jari kelingking ibu
ditempelkan ke mulut bayi. Susui berikutnya mulai dari
payudara yang belum terkosongkan.
7) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola
sekitarnya, kemudian biarkan kering dengan sendirinya (jangan
dilap). Baru memakai bra
8) Sendawakan bayi.
9) Selalu minum air putih minimal 1 gelas setelah menyusui2 .
b. Posisi Menyusui
1) Seluruh badan bayi tersangka dengan baik, jangan hanya leher
dan kepala saja.
2) Kepala dan tubuh bayi lurus.
3) Badan bayi menghadap ke dada ibu.
4) Badan bayi dekat dengan ibu2 .
c. Perlekatan Bayi Yang Benar Saat Menyusu.
1) Sentuh bibir bayi sehingga bayi membuka lebar mulutnya.
2) Dekatkan bayi sehingga dagu dan bibir bawah menempel pada
payudara
3) Areola mamae ibu usahakan sebanyak mungkin masuk ke
dalam mulut bayi2 .
5. Tanda bayi cukup ASI
a. Bayi langsung tidur karena ASI merangsang hormone endorphin.
b. BAK lebih dari 6 kali sehari, dengan warna tidak pekat dan bau
menyengat.
c. Bayi akan melepas sendiri mulutnya dari payudara ibu ketika sudah
puas.
d. Pada Trimester I setiap bulan Berat Badan bayi naik 500 gram
sampai 1000 gram.
e. Bayi akan BAB 2 kali/hari dengan warna kuning atau gelap dan
akan berwarna cerah setrelah hari ke 15 kehidupan bayi2 .

6. Posisi Menyusui yang benar

Posisi bayi saat menyusu menjadi penentu keberhasilan pemberian


ASI dan mencegah keluhan pada puting susu, pastikan ibu memeluk
bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu
memerlukannya terutama pada ibu muda (JNPK-KR 2018).

Dalam menyusui, terdapat macam posisi menyusui, cara menyusui


yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau
berbaring. Adapun posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu,
seperti ibu pasca operasi Caesar. Bayi diletakan di samping kepala ibu
dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di payudara kiri dan
kanan3 .

Gambar Posisi Menyusui


7. Nutrisi Ibu Menyusui
Makanan sehat dan bergizi sangat dibutuhkan ibu pasca
melahirkan,untuk membantu melawan syndrome baby blues. Makanan
bergizi tinggi untuk membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas
ASI. Selama menyusui membutuhkan tambahan nutrisi lebih dari 500
kalori untuk memproduksi ASI. Makanan diperlukan dengan gizi
seimbang dan beragam makanan terutama sayuran berwarna hijau,
makanan mengandung kalsium dan zat besi2 .
Bagi ibu menyusui mengkonsumsi makanan dan minuman sehat
sangatlah penting sebagai salah satu upaya menjaga peningkatan
produksidan kualitas ASI. Adapun menu sehat bagi ibu menyusui
adalah sebagaiberikut: makan nasi, lauk pauk, sayur dan buah, minum

air putih, jus buah, susu, sari kacang hijau, sari kedelai dan lain-lain.
DAFTAR TILIK

KONSELING ASI EKSKLUSIF

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai berikut :
1. Kurang : Bila langkah klinik tidak dilakukan
2. Cukup : Langkah klinik dilakukan tetapi tidak mampu mendemonstrasikan sesuai prosedur

3. Mampu : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang terampil atau kurang cekatan
dalammendemonstrasikan dan waktu yang diperlukan relative lebih lama.

4. Baik : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang percaya diri, kadang-Kadang tampak
cemas dan memerlukan waktu yang dapat dipertanggungjawabkan
5. Sangat Baik :Langkah klinik dilakukan dengan benar dan tepat sesuai dengan teknik dalam lingkup
kebidanan dan waktu efisien

PENILAIAN
No Langkah Kerja
0 1 2 3 4

A PERSIAPAN

PERSIAPAN TEMPAT

1 Tempat yang nyaman

PERSIAPAN ALAT

2 Lembar balik, Pulpen atau Pensil

B TINDAKAN

3 Mengucap salam

4 Memperkenalkan diri

5 Menjelaskan maksud dan tujuan konseling

6 Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif

Menjelaskan manfaat ASI Eksklusif untuk ibu


dan bayi
7

8 Menjelaskan tentang prinsip pemberian ASI


Mempersilahkan ibu untuk bertanya jika ada yang
9 ingin ditanyakan

Meminta ibu untuk mengulangi kembali


10 penjelasan yang telah di sampaikan.

Mengucapkan terima kasih kepada ibu dan


11 berpamitan dengan mengucapkan salam

C TEKNIK

12 Teruji menjelaskan secara sistematis

Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti,


13 sopan dan santun selama konseling

14 Kontak mata selama konseling berlangsung

Memberikan kesempatan untuk klien bertanya dan


15 memberikan umpan balik

16 Menutup konseling dengan mengucapkan salam

17 Melakukan pendokumentasian

JUMLAH

NILAI

KETERANGAN

NILAI = ∑SKOR YANG DIDAPATKAN X 100% = ...


19

Jakarta, Juli 2022


Pembimbing

(Salfia Darmi, SST, M.Kes)


PROSEDUR PELAKSANAAN

NO LANGKAH KLINIK ILUSTRASI GAMBAR


1 Memberi salam dan memperkenalkan
diri

Key point :

Sapa dan salam kepada klien secara


sopan dan santun. Menyebutkan nama
dan dari kampus mana agar membina
hubungan baik dengan klien

2 Menjelaskan tujuan datang ke rumah


klien

Key point :

Memberitahu kepada klien bahwa akan


melakukan konseling posisi danh

pelekatan saat menyusui


3 Menyiapkan Alat
Key point :
Menyiapkan lembar balik, pensil/pulpen

4 Melakukan konseling Posisi dan antrer


Amirol

Key point :
Menjelaskan tentang pengertian
Menyusui,, Manfaat Menytusui, dan
Posisi dan pelekatan yang bener

7 Mempersilahkan klien untuk bertanya dan menjelaskan


kembali materi yang telah di sampaikan

Key point :

Klien dapat menjelaskan kembali materi yang


disampaikan

8 Menutup konseling dengan memberikansalam

Key point :

Berterima kasih kepada klien danmengucapkan


salam
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
MENJADI KELUARGA BINAAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ny Surensih
Usia : 23 tahun
Alamat : Kp Bojong Kondang RT/RW 002/001 Desa Sukadame

Menyetujui untuk menjadi klien dalam asuhan kebidanan keluarga binaan dan
menyetujui jika ada pemeriksaan medis atau kegiatan lain yang akan dilakukan
oleh:

Nama : Rini Kurniasari

NPM 19210200088

Program Studi : Propesi Bidan

Kegiatan : Asuhan Kebidanan pada Keluarga Binaan

Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa tersebut, bersama dengan


ini saya menyatakan tidak keberatan untuk menjadi klien dan akan memberikan
informasi yang sebenar-benarnya sebagaimana yang diperlukan.

Demikian pernyataan ini dibuat tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak
manapun, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pandeglang, Juli 2022

Responden

(Surensih)
DOKUMENTASI

22, 25 & 28
JULI 2022
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai