Anda di halaman 1dari 805

LAPORAN PRAKTIK KOMUNITAS

DI RW 01 KELURAHAN KEBON BARU


KECAMATAN TEBET KOTA JAKARTA SELATAN
PERIODE TANGGAL 19 JULI -10 AGUSTUS TAHUN 2022

Disusun Oleh
KELOMPOK 1
1. Aan Darma Putri 07210400125
2. Ambar Kuswati 07210200028
3. Dessy Indah Pratiwi 07210400131
4. Eka Meilani 07210200031
5. Eka Pudji Susanti 07210400128
6. Mutiara Halpadma 07210200041
7. Ratna Sari Dewi 07210400123
8. Renny Anggraini 07210400130
9. Rita Zulherni 07210200032
10. Seni Prihatini 07210400129
11. Wahyu Pujiwati 07210400131

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KOMUNITAS


DI RW 01 KELURAHAN KEBON BARU
KECAMATAN TEBET KOTA JAKARTA SELATAN
PERIODE TANGGAL 19 JULI – 10 AGUSTUS TAHUN 2022

Telah disahkan
di Jakarta, tanggal 10 Agustus 2022

Mengesahkan
Koordinator Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Universitas Indonesia Maju

(Retno Sugesti, S.ST ,M.Kes)

I
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KOMUNITAS


DI RW 01 KELURAHAN KEBON BARU
KECAMATAN TEBET KOTA JAKARTA SELATAN
PERIODE TANGGAL 19 JULI – 10 AGUSTUS TAHUN 2022

Telah Disahkan
Jakarta, Tanggal 10 Agustus 2022
Disetujui Oleh,

Menyetujui Menyetujui
Penanggung Jawab Praktik Komunitas Pembimbing Praktik Komunitas

(Lina Nurul Izza, S.Keb, Bd) (Maryam Syarah, S.ST, M.KM)

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya, sehingga saya dapat  menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan Kebidanan Komunitas ini dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan laporan ini tidak lepas
dari bimbingan dan dukungan pihak yang diberikan kepada penulis. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju.
2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrachman, SH, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik
Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
8. Retno Sugesti, S.ST., M.Kes., Selaku Koordinator Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju
9. Maryam Syarah, S.ST, MKM., Selaku Pembimbing Praktik Mata Kuliah
Asuhan Kebidanan Komunitas
10. Seluruh dosen Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Indonesia Maju yang
telah memberikan ilmu pengetahuannya selama duduk di bangku kuliah.
11. Terima kasih kepada orang tua saya yang tidak henti-hentinya mendoakan,
mendukung, memberikan nasihat, semangat serta motivasi dalam penyusunan
penulisan ini.
12. Rekan-rekan seperjuanganku yang saling mendukung dan menyemangati satu
sama lain

III
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan
kesempurnaan laporan ini

Jakarta, 10 Agustus 2022

Kelompok RW 007

IV
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................2
1.3 Manfaat...............................................................................................3
1.4 Kompetensi Praktik.............................................................................3
1.5 Waktu dan Tempat..............................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................5
2.1 Pengertian bidan komunitas................................................................5
2.2 Pengertian Dan Tujuan Kebidanan Komunitas...................................5
2.3 Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan....................6
2.4 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas........................8
2.5 Pemberdayaan Masyarakat...............................................................10
2.6 Sasaran Kebidanan Komunitas.........................................................11
2.7 Tugas Utama Bidan Di Komunitas...................................................13
2.8 Definisi Dan Tujuan Analisis Situasi Kesehatan..............................20
2.9 Variabel Dalam Analisis Situasi Kesehatan......................................21
2.10 Analisis Sosial (Ansos).....................................................................25
BAB III TABULASI DAN ANALISA DATA.....................................................28
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................62
4.1 Pelaksanaan Kegiatan.......................................................................62
4.2 Tahap-Tahap Pelaksanaan.................................................................62
4.3 Partisipasi..........................................................................................63
4.4 Hasil Kegiatan Tindakan Terpilih.....................................................63

V
4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat..................................................63
BAB V PENUTUP.................................................................................................65
5.1 Kesimpulan.......................................................................................65
5.2 Saran..................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................66
LAMPIRAN...........................................................................................................67

VI
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Susunan Acara Pembukaan Praktik Komunitas


Lampiran 2 : Laporan Individu Keluarga Binaan RT 01-11 RW 01
Lampiran 3 : Susunan Acara SMD MMD RW 01
Lampiran 4 : Tabel Hasil Intervensi SMD MMD RW 01
Lampiran 5 : Proposal Pengabdian Masyarakat “Deteksi Dini Kanker Kanker
Serviks”
Lampiran 6 : Susunan Acara Penutupan Praktik Komunitas
Lampiran 7 : Dokumentasi

VII
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan
dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi semua orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Sesuai dengan PERMENKES
Nomor 43 Tahun 2019 Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya
disingkat UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dalam beberapa kurun waktu terakhir, masalah kesehatan mendapat
sorotan yang serius dari berbagai elemen masyarakat. Seiring dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, antusias masyarakat terhadap
kesehatan juga meningkat, masyarakat sudah membuka mata bahwa
kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang dapat menentukan mutu hidup
mereka nantinya. Sudah merupakan suatu kewajiban bagi penyelenggara
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan selalu bertindak
profesional dalam memberikan pelayanan sehingga masyarakat puas dengan
pelayanan kesehatan.
Dalam rangka menghasilkan tenaga yang profesional, maka diperlukan
adanya sumber daya kesehetan yang siap terjun ke lapangan, mengelola
masalah kesehatan di suatu daerah dan memberikan kontribusi dalam
peningkatan kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan semua itu,
Universitas Indonesia Maju (UIMA), khususnya jurusan Program Studi
Kebidanan melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Kebidanan Komunitas
dengan pusat kegiatan di RT. 001-011 RW. 001 Kelurahan Kebon Baru,
Kecamatan Tebet Kota Jakarta Selatan.
Kegiatan PKL Kebidanan Komunitas ini merupakan suatu penerapan
ilmu dan teknologi oleh mahasiswa Jurusan Kebidanan UIMA Tahun Ajaran

1
2022/2023, dalam rangka pemecahan masalah kesehatan dan peningkatan
status kesehatan masyarakat. Dalam prosesnya mahasiswa diharapkan mampu
mengenal masalah, menemukan prioritas masalah dan merumuskan alternatif
dalam pemecahan masalah. Setelah itu menyusun rencana pemecahan
masalah sesuai dengan keahlian yang dimiliki dengan memperhatikan sumber
daya yang ada di masyarakat.
Kegiatan PKL Kebidanan Komunitas ini, diharapkan dapat mencapai
tujuan pendidikan di Jurusan Kebidanan UIMA secara maksimal sehingga
outputnya dapat berperan di berbagai sektor kesehatan masyarakat dan
mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi.
Peningkatan pelaksanaan program kesehatan masyarakat menuntut
peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pengenalan masalah dan
penyebab terjadinya masalah serta alternatif cara pemecahan masalah, yaitu
Perencanaan, Pengolahan Teknis, dan Administrasi serta Penilaian Program
di Tingkat Kelurahan.
Berdasarkan latar belakang di atas oleh karena itu kelompok tertarik
untuk melakukan praktik komunitas di kelurahan Kebon Baru kecematan
Tebet RT 01-011 Rw 001.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti PKL Kebidanan Komunitas di lapangan
mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan bermutu dan
komprehensif kepada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai
dengan budaya setempat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti pratikum asuhan kebidanan komunitas
di lapangan mahasiswa dapat:
a. Menerapkan asuhan kebidanan komunitas pada individu dengan
pendekatan manajemen kebidanan.
b. Menerapkan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga dengan
pendekatan manajemen kebidanan.
c. Menerapkan asuhan kebidanan komunitas pada kelompok dan
masyarakat resiko tinggi dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
d. Mengembangkan pola manajemen dan sikap kepemimpinan yang
tepat dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi.
e. Menggunakan pendekatan penelitian dalam menganalisa dan
menyelesaikan masalah.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1) Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan secara
nyata di wilayah PKL.
2) Mahasiswa mendapat pengalaman dalam menyelenggarakan
PKL serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam
menangani masalah kesehatan yang ada di masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi (PUS) dan (WUS)
3) bekerjasama dengan institusi terkait dalam rangka mengurangi
masalah kesehatan di tingkat Kelurahan.
1.3.2 Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang
kesehatan dan termotivasi untuk bertindak sesuai perilaku hidup sehat.
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan PKL Kebidanan
Komunitas di masyarakat yang akan datang.
1.4 Kompetensi Praktik
Peran Bidan dalam pelayanan di komunitas memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi, lisensi untuk praktek profesiona
akuntabel dan bertanggung jawab. Standar profesi Bidan Kemenkes RI No.
369/MENKES/SK/2017 tentang 9 Standar Kompetensi Bidan :
1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan
2. Prakonsepsi dan KB
3. Asuhan konseling selama persalinan
4. Asuhan selama persalinan dan kelahiran
5. Asuhan pada Ibu nifas dan menyusui
6. Asuhan pada Bayi baru lahir
7. Asuhan pada Bayi dan Balita
8. Kebidanan komunitas
9. Asuhan pada Ibu dengan gangguan reproduksi dan Wanita Menopouse
1.5 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas dilaksanakan
di RT. 001-011 RW. 001 Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet Kota
Jakarta Selatan. Selama kurang lebih 17 hari, mulai tanggal 19 Juli 2022 – 10
Agustus 2022.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN BIDAN KOMUNITAS

Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam


program Pendidikan bidan, diakui oleh negara dimana dia ditempatkan,
telah menyelesaikan Pendidikan kebidanan dan mendapat kualifikasi
untuk didaftarkan dan atau diizinkan secara hukum / sah untuk
melaksanakan praktik. (Mey Elisa,.S.2021).
Menurut WHO (Word Health Organisasi), Bidan adalah seorang
yang diakui secara regular dalam program Pendidikan bidan. Diakui secara
yuridis, ditempatkan dan mendapatkan kualifikasi serta terdaftar disektor
dan memperoleh ijin melaksanakan praktik kebidanan.
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI), bidan adalah seoran
perempuan yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan
yang telah diakui pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku, dicatat (register), dan diberi ijin secara sah
untuk mejalankan praktik. (Yona Septiana & Tia Srimulyawati. 2020)

2.2 PENGERTIAN DAN TUJUAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang


menekankan pada aspekaspek psikososial budaya yang ada di komunitas
(masyakart sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan
pelayanan yang bersifat individual maupun kelompok. Untuk itu bidan
perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi tantangan/kendala
seperti berikut ini.
a. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi
yang merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
b. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.

5
c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan
rujukan.
d. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong
(daerah yang terisolir), kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala
di atas adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi
masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup
perempuan di lokasi tersebut. Tujuan kebidanan komunitas mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini.
1. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya,
sehingga masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta
mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
d. Medukung program-program pemerintah lainnya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.

2.3 PRINSIP PELAYANAN ASUHAN DAN TANGGUNG JAWAB


BIDAN PADA PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut.


1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu
kesehatan masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-
lain yang mendukung peran bidan di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat
dan martabat kemanusiaan klien.
3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai
unit analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah
perempuan, jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki,
jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang
bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnya adalah jumlah
perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan
perumahan/ perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan,
tetapi hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok
ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter,
pekerja sosial, dll.
5. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan
klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan
dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan
komunitas meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan
pelayanan individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan
kemampuan untuk menilai mana tradisi yang baik dan membahayakan,
budaya yang sensitif gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil
gender dan tidak, dan hukum serta norma yang ternyata masih
melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus mampu
bertindak profesional dalam bentuk:
1. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi
dengan tugas kemanusiaan sebagai bidan
2. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non
discriminative (tidak membeda-bedakan), dan memenuhi standar
prosedur kepada semua klien (perempuan, laki-laki, transgender).

2.4 RUANG LINGKUP PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Pelayanan/asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area


praktik bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga,
maupun masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya
dan nilai-nilai masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup
perempuan dan keluarganya. Dalam praktiknya menggunakan pendekatan
pemecahan masalah yang dikenal dengan proses/manajemen kebidanan.
Langkah/proses manajemen kebidanan meliputi hal berikut ini.
1. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap
data yang relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan
kesehatan setiap klien termasuk riwayat kesehatan dan
pemeriksaaan fisik yang teliti.
2. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan
interpretasi data dasar. Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan
harus menentukan rencana untuk mengatasi permasalahan
kesehatan yang ditemuka. Contoh: hasil pemeriksaan Ibu hamil
didapatkan konjungtiva pucat dan pemeriksaan laboratorium
penunjang hasil haemoglobin rendah di bawah normal. Maka ibu
dinyatakan diagnosa hamil dengan anemia.
3. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien. Contoh: Ibu
hamil dengan anemia, maka rencana yang paling tepat adalah
memberikan tablet zat besi untuk meningkatkan kadar
haemoglobin.
4. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu
mengambil keputusan untuk kesehatannya. Bidan melakukan
pendidikan kesehatan terkait dengan kondisi kesehatan yang
ditemukan dengan harapan klien dapat mengikuti anjuran dari
bidan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
5. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien. Setiap rencana
yang akan dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa
apa yang diberikan merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu hamil
yang anemia perlu penambah zat besi untuk kesehatan ibu dan
janin
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah
sebagai berikut.
a. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan
langkah promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil
disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga
kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh
kembang di posyandu.
b. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif
bidan yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada
bayi dan balita serta ibu hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan.
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini
komplikasi melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk
menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal
sehingga dalam proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan
asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan
meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan
kondisi klien
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan)
untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai
contoh adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi pada
klien dengan tindakan persalinan caesar.
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat,
organisasi sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya
untuk mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan
masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat
perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak
diinginkan (KTD), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
prostitusi, korban perkosaan, dan injecting drug user (IDU).

2.5 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang


bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masayarakat
dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah
menggunakan sumber daya/potensi yang mereka miliki, termasuk
partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan
hidup di masyarakat. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan
menghasilakn kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan
yang ada dalam keluarganya, kemudian mampu merencanakan dan
mengambil keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri
tanpa bantuan pihak lain.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan
kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada
keluarga adalah pendekatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).
Artinya bahwa harus ada komunikasi antara bidan dengan masyarakat,
kemudian melalui komunikasi pula bidan memberikan informasi dan
melakukan pendidikan kesehatan. Strategi pemberdayaan masyarakat dan
pemberdayaan perempuan diantaranya dapat ditempuh dengan langkah
sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat tentang
pentingnya kesehatan.
2. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat untuk
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan
oleh pemerintah.
3. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan
kesehatan.
4. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan
kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat.
5. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki
masyarakat secara terbuka (transparan).

2.6 SASARAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan


melalui pelayanan asuhan secara langsung terhadap individu, keluarga,
dan kelompok dalam konteks komunitas. Selain itu juga diperlukan
perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masayarakat
memepengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
Sasaran kebidanan komunitas adalah mulai dari individu, keluarga,
kelompok dan masayarakat.
1. Individu diutamakan pada individu yang ditemukan di klinik,
rumah dan tempat lain dengan masalah kesehatan.
2. Keluarga, dengan mengutamakan keluarga dengan risiko tinggi
terhadap masalah kesehatan tertentu.
3. Kelompok penduduk, diutamakan pada kelompok penduduk
daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil dll.
4. Masyarakat, yaitu dari satuan masyarakat yang terkecil sampai
dengan masayarakat secara keseluruhan.
Strategi intervensi kebidanan komunitas yaitu proses kelompok,
pendidikan kesehatan, dan kerja sama (kemitraan). Kebidanan komunitas
merupkan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang berfokus pada
kebutuhan dasar komunitas. Upaya yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan kerjasama dengan masyarakat adalah dengan cara sebagai
berikut.
1. Mengorganisir masyarakat. Dengan cara melakukan pendekatan
kepada tokoh masyarakat, kunjungan atau tatap muka untuk
menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan kegiatan asuhan
komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Mengajar masyarakat seperti perilaku hidup sehat. Sebagai bidan
yang berperan sebagi pendidik, seyogyanya menerapkan tindakan
preventif dan promotif, salah satunya adalah bagaimana
menginformasikan perilaku hidup sehat pada individu maupun
kelompok. Sebagai contoh adalah memberikan penyuluhan tentang
pentingnya cuci tangan sebelum makan.
3. Membentuk jaringan kerja. Beberapa jaringan kerja bidan di
komunitas antara lain Puskesmas, Polindes, Posyandu, BPM,
dasawisma, kunjungan rumah pasien (Syahlan, 1996). Di
masyarakat banyak tenaga kesehatan maupun non kesehatan,
seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, dukun beranak, kader
kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll. Untuk itu
bekerjasama dalam tim menjadi sangat penting. Dengan demikian
bidan sebagai pimpinan tim diharapkan mampu sebagai pengelola
dan sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas,
sehimgga diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor.
Tujuannya adalah meningkatkan koordinasi dan komunikasi serta
meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah
kesehatan dan memaksimalkan manfaat semua pihak. Jaringan
kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi misalnya
imunisasi, pemberian tablet FE, vitamin A, Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas
sektor (yang melibatkan intitusi luar) misalnya melalui BIAS
(Bulan Imunisasi Anak Sekolah), PAUD dan sebagainya.
4. Memberdayakan pihak lain. Pemberdayaan pihak lain adalah
pemanfaatan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat untuk
diberdayakan, seperti potensi sumber daya alam, potensi desa, dan
sumber daya manusia atau kader kesehatan. Contohnya adalah bila
di suatu desa ditemukan lahan industri maka pabrik atau instansi
terkait terlibat untuk memberikan fasilitas kesehatan yang sifatnya
umum yaitu didirikan tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) bagi
warga yang tidak memiliki sumber air bersih dan pembuangan
hajat di rumahnya.
5. Membicarakan masalah secara terbuka. Melakukan dialog terbuka
atau pertemuan secara formal kepada tokoh masyarakat untuk
menyampikan hasil pendataan tentang status kesehatan
berdasarkan data primer atau data seukunder. Hal ini bertujuan
agar masyarakat dan tokoh terkait mau tahu dan mampu mengatasi
masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong. Contohnya
adalah hasil pendataan tentang masih banyaknya remaja yang putus
sekolah pada usia sekolah.

2.7 TUGAS UTAMA BIDAN DI KOMUNITAS

Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah


pelayanan tersendiri sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang
lain. Peran, fungsi, tugas/tanggung jawab, dan kompetensi bidan
dirumuskan sesuai dengan wewenang yang diberikan pemerintah kepada
bidan dalam melaksanakan tugasnya. Asuhan mendasar kebidanan
komunitas mencakup pencegahan, deteksi dini untuk rujukan, asuhan
kegawatdaruratan, maternal dan neonatal, pertolongan pertama pada
penyakit, pengobatan ringan, asuhan pada kondisi kronik, dan pendidikan
kesehatan. Untuk menangani hal tersebut maka bidan perlu melaksanakan
kegiatan seseuai dengan kewenangannya dalam menjalankan praktik
mandiri.
Bidan mempunyai peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar
dalam melaksanakan asuhan kebidanan komunitas.
1. Peran Bidan
Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan
kesehatan (promosi kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan
pendekatan siklus kehidupan, melakukan kerjasama lintas program
dan lintas sektoral untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di
komunitas serta melakukan rujukan kebidanan bila mana ada kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan demikian, bidan
dituntut harus kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan. Dalam
upaya pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan reproduksi
ibu dan anak, maka bidan memiliki peran sebagai pelaksana,
pengelola, pendidik, dan peneliti (IBI, 2005).
a. Peran sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan
kebidanan kepada wanita dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan
ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neoantus, bayi anak dan
balita, remaja, masa antara, keluarga berencana dan lansia.
Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas
yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan
1. Tugas Mandiri Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal berikut
ini.
a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan.
b) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan
dengan melibatkan mereka sebagai klien. Membuat
rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
c) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama
kehamilan normal.
d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien / keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien/keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana.
h) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan
gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa
klimakterium serta menopause.
i) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan keluarga dan pelaporan asuhan.
2. Tugas Kolaborasi Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama)
bidan, yaitu:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga.
b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
risiko tinggi dan pertolongan pertama pada
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
c) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi
dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
d) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan risiko tinggi serta keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko
tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga.
3. Tugas ketergantungan Tugas-tugas ketergantungan
(merujuk) bidan, yaitu:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan
keluarga.
b) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta
kegawatdaruratan.
c) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta
rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu
dengan melibatkan klien dan keluarga.
d) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada ibu dalam masa nifas yang disertai
penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang
memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang
memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan klien/keluarga.
b. Peran sebagai Pengelola Sebagai pengelola bidan memiliki 2
tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan
tugas partisipasi dalam tim.
1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerjanya.
2) Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk
melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi,
kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di
bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
c. Peran sebagai Pendidik Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas
yaitu:
1) Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
2) Melatih dan membimbing kader.
d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator Bidan melakukan investigasi
atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok, yaitu:
1) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
2) Menyusun rencana kerja pelatihan.
3) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
5) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
6) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
2. Fungsi Bidan
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan
peranannya. Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di
atas, maka fungsi bidan adalah sebagai berikut.
a. Fungsi Pelaksana Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-
hal sebagai berikut.
1) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu,
keluarga, serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa
praperkawinan.
2) Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal,
kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan
dengan risiko tinggi.
3) Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis
tertentu.
4) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko
tinggi.
5) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6) Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
7) Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan
prasekolah
8) Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan
wewenangnya.
9) Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus
gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa
klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.
b. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi
individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung
oleh partisipasi masyarakat.
2) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di
lingkungan unit kerjanya.
3) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor
yang terkait dengan pelayanan kebidanan.
5) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan
kebidanan.
c. Fungsi Pendidik Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1) Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok
masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup
kesehatan serta keluarga berencana.
2) Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan
sesuai dengan bidang tanggung jawab bidan.
3) Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik
di klinik dan di masyarakat.
4) Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
bidang keahliannya.
d. Fungsi Peneliti Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal
sebagai berikut.
1) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang
dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan
kebidanan.
2) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga
berencana.
3. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas
Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan
kegiatan praktik mandiri. Peran bidan di sini sebagai pengelola
kegiatan kebidanan di unit kesehatan ibu dan anak, puskesmas,
polindes, posyandu, klinik, dan praktik bidan perorangan. Bidan di
komunitas harus mengenal kondisi kesehaan masyarakat yang selalu
mengalami perubahan. Kesehatan komunitas dipengaruhi oleh
perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Bidan harus tetap tanggap terhadap
perubahan tersebut.
Keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di
komunitas adalah:
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader kesehatan.
c. Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi.
d. Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan
kewenangannya.
e. Menggunakan teknologi tepat guna.

2.8 DEFINISI DAN TUJUAN ANALISIS SITUASI KESEHATAN

Analisis situasi merupakan proses sistematis untuk melihat fakta,


data atau kondisi yang ada dalam suatu lingkup wilayah. Wilayah ini
berisikan orang, lokasi dan dimensi waktu. Artinya dalam setiap proses
analisis situasi selalu mendasarkan pada ketiga hal tersebut yaitu siapa,
dimana, dan kapan. Analisis situasi ini dimaksudkan untuk melihat fakta
atau data itu bermasalah atau tidak, artinya dengan analisis situasi dapat
ditemukan masalah kesehatan, dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya baik konteks geografis, demografis, sosial, budaya,
ekonomi, bahkan politik. Tujuannya guna mengidentifikasi dan
memahami masalah – masalah ataupun kebutuhan – kebutuhan komunitas.
Tujuan dari analisis situasi kesehatan adalah sebagai berikut.
2. Memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik yang ada di
wilayah dengan mengumpulkan data, menggali permasalahan
kesehatan baik terkait denagn konteks geografis, demografis, sosial,
budaya dan ekononomi bahkan politik.
3. Mempermudah untuk mengidetifkasi dan memahami masalah ataupun
kebutuhan dikomunitas sehingga dapat menentukan prioritas dalam
menyelsaikan masalah.
4. Mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah.
2.9 VARIABEL DALAM ANALISIS SITUASI KESEHATAN

Pada analisis situasi kesehatan ada sejumlah variabel standar yang


harus diperhatikan yaitu sebagai berikut.
1. Status kesehatan Analisis
Status kesehatan akan menghasilkan ukuran-ukuran status kesehatan
secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok umur
penduduk, serta menurut tempat dan waktu. Ukuran yang digunakan
adalah angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas).
Analisis situasi kesehatan antara lain meliputi penyakit yang paling
banyak diderita oleh penduduk, penyakit yang banyak diderita oleh
bayi, jumlah dan penyebab kematian penduduk, jumlah dan penyebab
kematian ibu, bayi dan jumlah berat lahir rendah (BBLR), jumlah
balita gizi buruk, jumlah ibu hamil dengan komplikasi dan penyebab
komplikasi serta jumlah ibu hamil yang anemia.
2. Kependudukan
Analisis kependudukan mencakup jumlah penduduk, struktur umur,
jenis kelamin, mobilitas, pekerjaan, jumlah kepala keluarga (KK),
jumlah wanita usia subur (WUS) dan pertumbuhan penduduk, mata
pencaharian penduduk, agama mayoritras yang dianut, ratarata usia
menikah pertama kali, mobilitas penduduk, organisasi kemasyarakatan
yang ada dan cara penduduk menjaga ketersediaan sumber pangan. Di
desa, data tersebut dapat dilihat di kantor desa berupa monografi desa,
hanya saja perlu di telusuri lagi, karena akurasi dan kekinian datanya
sering tidak valid. Pada informasi penduduk rentan, desa biasanya
tidak punya, maka perlu dibuat sendiri atau bersama-sama dengan desa
mendata warga yang masuk dalam kategori rentan.
3. Pelayanan/upaya kesehatan
Analisis pelayanan kesehatan atau upaya kesehatan meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Analisis ini
menghasilkan data atau informasi tentang input, proses, output dan
dampak dari pelayanan kesehatan. Misalnya untuk mengetahui akses
dan pemanfaatan rumah tangga terhadap sarana pelayanan kesehatan
RS, puskesmas, puskesmas pembantu, dokter praktik, bidan praktik,
dan pelayan kesehatan UKBM yaitu posyandu, poskesdes, dan
polindes/bidan di desa, jumlah dukun bayi yang terlatih dan tidak
terlatih, jenis pelayanan kesehatan khusus bagi remaja, ibu hamil,
lanjut usia dan lain-lain, serta cara menjangkau fasilitas kesehatan
(jarak, waktu, tempuh, jenis transportasi, biaya transportasi dan kondisi
jalan).
4. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah salah satu faktor determinan pada derajat
kesehatan. Perilaku ini meliputi seluruh perilaku seseorang atau
masyarakat yang dapat memberi akibat pada kesehatan, kesakitan atau
kematian. Perilaku ini sangat banyak dipengaruhi oleh pengetahuan,
kepercayaan dan kebiasaan yang dimiliki dan kemungkinannya
berpengaruh pada kesehatan atau kesakitan tubuhnya. Ada beberapa
elemen yang dapat dijelaskan di bawah ini untuk melihat perilaku yang
berakibat pada derajat kesehatan seseorang atau masyarakat. Gaya
hidup yang berkait dengan kesehatan biasanya juga bisa ditujukan
pada pola makan dan input yang masuk melalui mulut. Sedangkan di
sisi lain ada faktor yang perilaku yang berpangaruh pada kejiwaaan,
sehingga memunculkan stress dan akhirnya gangguan fisik.
Sebagai contoh keberadaan perilaku kawin cerai di Lombok,
baisanya istri ditinggalkan begitu saja ketika sedang hamil dan saat
melahirkan. Ini menimbulkan kejiwaaan yang dapat berpengaruh pada
kondisi ibu hamil dan melahirkan, risiko meninggal sangat
memungkinkan. Kebiasaan lain yang berpengaruh pada kesehatan
misalnya adalah pola konsumsi lemak berlebihan, konsumsi rokok,
alkohol, zat aditif (Narkoba) dan perilaku seks yang tidak aman. Selain
itu pola pencarian pengobatan juga memberikan gambaran kebiasaan
masyarakat kemana mereka memilih mencari obat atau pengobatan.
Seringkali pertimbangan ini dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat
setempat, misalnya ke Puskesmas, atau ke mantri kesehatan. Ketika
mereka memilih, ada keterbatasan-keterbatasan sehingga pilihan yang
dijatuhkan menyesuaikan kemampuan yang mereka miliki.
Keterbatasan tersebut dapat berupa terbatas dalam memahami sakit,
terbatas dalam keuangan, terbatas pada informasi tempat layanan
kesehatan, begitu juga dengan kendala geografis dan sulitnya akses
yang tersedia.
Dari keterangan di atas bahwa analisis perilaku kesehatan dapat
memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan
yang meliuti gaya hidup remaja, adat, kepercayaan, norma, maupun
tradisi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan, perilaku sehat dan hiegienis serta
perilaku penduduk dalam pencarian pengobatan.
5. Lingkungan
Lingkungan merupakan keadaan fisik yang berada di luar kita, yang
memiliki interaksi dengan manusia baik disengaja maupun tidak
disengaja. Interaksi timbal balik ini seringkali memberi konsekuensi
yang berakibat pada kesakitan seseorang atau masyarakat. Analisis
lingkungan mencakup aspek fisik, biologis dan sosial. Analisis ini
bertujuan memperoleh informasi tentang keadaan sanitasi lingkungan
di rumah tangga dan komunitas (misalnya air bersih, air limbah,
sampah, penggunaan bahan kimia, ternak/hewan peliharaan,
kepemilikan jamban dalam satu keluarga, jenis jamban yang
digunakan, tipe tempat tinggal, ketersediaann tempat pembuangan
limbah rumah tangga, sumber pencemaran di sekitar rumah) dan
ketersediaan sarana transportasi dan telekomunikasi untuk mengetahui
informasi akses masyarakat terhadap air dan penyehatan lingkungan.
Pada lingkungan sering dipakai sebagai media untuk sarang dan hidup
suatu penyebab penyakit, misalnya nyamuk yang membawa penyakit
malaria atau demam berdarah.
Beberapa elemen yang perlu dilihat terkait dengan lingkungan
antara lain sebagai berikut.
a. Air Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada
kehidupan. Lalu air seperti apa yang diperlukan manusia untuk
kesehatannnya, yaitu air bersih dan sehat. Air bersih mutlak
diperlukan untuk minum, memasak, mandi dan cuci. Desa
memerlukan air untuk irigasi sawah dan perkebunan. Maka jika
saja air bersih dan sehat tidak dapat ditemukan akan berakibat pada
timbulnya penyakit, seperti diare. Masyarakat dalam
mengkomsumsi air bermacam-macam mulai dari air sungai, air tuk
(sumber mata air), telaga, air tadah hujuan, sumur, air dalam
kemasan, pompa, PDAM dan lain-lain.
b. Tempat Buang Air Besar Tempat pembuangan air besar juga
menjadi masalah ketika tempat yang digunakan tidak memenuhi
kesehatan. Jamban merupakan bentuk umum dari standar
pembuangan air besar yang sehat. Bidan perlu mengetahui, sarana
yang digunakan untuk buang air besar di masing-masing kepala
keluarga. Contoh tempat pembuangan air besar antara lain yaitu
septic tank, lobang tanah, kolam, ladang terbuka, sungai, dan
danau/telaga.
c. Lantai Rumah Lantai rumah berupa tanah merupakan indikator
kurang sehat, sebab lantai rumah dari tanah memiliki risiko terkena
penyakit ISPA dan diare. Data tentang lantai rumah menjadi
penting untuk memberi gambaran rencana kegitan dan juga
memberi gambaran kondisi kemiskinan warga. Namun demikian
ada beberapa masyarakat yang memandang lantai rumah
merupakan bentuk budaya, yang mereka anggap cocok dengan
kondisi lingkungan setempat. Contoh beberapa jenis lantai rumah
yang di gunakan di masing – masing rumah tangga yaitu marmer,
ubin/tegel, semen, kayu, bambu, tanah atau batu.
d. Sampah Sampah merupakan produk sisa dari suatu proses produksi
yang setiap hari dihasilkan baik di rumah tangga, pabrik, pasar,
kandang dan lain-lain. Jenis sampah ini yang perlu diketahui, apa
yang diakibatkannya jika sampah tidak dikelola dengan baik. Jika
pengelolaan tidak baik akan berpengaruh pada penyakit ISPA dan
juga diare. Dengan mengenali jenis sampah, jumlah yang
dihasilkan maka akan memudahkan melakukan penyelesaian
berkait dengan sampah. Beberapa jenis sampah dan sumbernya
antara lain sebagai berikut.
1) Sampah organik, yaitu sampah yang berasal dari limbah rumah
tangga, kandang ternak, pasar dan lain-lain.
2) Sampah non organik, yaitu sampah yang berasal dari pasar,
rumah tangga, industri pabrik.
3) Sampah kimia/ beracun yaitu sampah yang berasal dari industri
tambang.

2.10 ANALISIS SOSIAL (ANSOS)

Analisis ini merupakan salah satu metodologi yang dikembangkan


untuk mengetahui dan mendalami realita sosial dengan menggali
hubungan-hubungan historis dan strukturalnya, keterkaitan dengan analisis
situasi kesehatan namun yang membedakan antara analisis sosial dengan
analisi situasi tidak perlu, yang penting adalah saling melengkapi.
Dalam analisis situasi ada semacam tradisi dalam ilmu kesehatan,
dimana analisis ini berkaitan dengan relasi antara independent dengan
dependen (antara faktor determinan dengan derajat kesehatan). Ada
ukuran-ukuran kuantitatif yang jelas, akurat, seperti tertuang dalam
indikator, target, relasi statistik. Sedangkan pada analisis sosial lebih
kepada memberikan gambaran yang jelas (deskripsi) tentang makna yang
ditangkap dari suatu fakta sosial. Tidak menggunakan ukuran kuantitatif,
yang penting fakta sosial diungkap, dijelaskan sehingga oleh setiap orang
dapat dipakai gambaran dan selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan
untuk melangkah lebih lanjut.
Analisis social merupakan usaha memperoleh gambaran yang lebih
lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-
hubungan historis dan strukturalnya. Serangkaian kegiatan membedah
suatu masalah dari berbagai sudut pandang, memetakan situasi yang
berhubungan dengan masalah, dan selanjutnya mengidentifikasi dasar-
dasar penyelesaian masalah (Chambers, 1996). Gambaran ini bisa digali
dari individu, kelompok dan atau organisasi/lembaga sosial yang dianggap
sebagai masalah di komunitas. Berbagai sumber data diharapkan bisa
membantu memberikan data dan informasi berkenaan dengan situasi dan
kondisi masyarakat, termasuk juga menyampaikan kepentingan, motivasi,
sikap dan implikasinya pada persoalan yang ada di masyarakat.
Sebelum masuk pada konsep analisis sosial, perlu dijelaskan
tentang analisis situasi. Dalam pendekatan analisis situasi sebenarnya
sudah menyinggung permasalahanpermasalahan sosial, terutama pada
perilaku sebagai faktor determinan derajat kesehatan. Seperti konsep sehat
(health believe) sangat dipengaruhi oleh pengetahuan atau budaya yang
berkembang di masyarakat. Seorang ibu akan memutuskan melahirkan
anaknya di Puskesmas memerlukan proses yang panjang tapi bisa juga
pendek. Ada faktor kebiasaan, sehingga dengan mudah diputuskan, tetapi
ada faktor lain seperti kepercayaan, keputusan ada di tangan suami, atau
faktor sosial lain yang sering berpengaruh yang menjadikan lama untuk
membuat keputusan.
Dalam analisis sosial, relasi antara fakta menjadi penting karena
setiap fakta seringkali tidak berdiri sendiri. Misalnya kebiasaan merawat
tali pusat bayi dengan dipopok pakai daun sirih tidaklah berdiri sendiri.
Kebiasaan itu didapat dari moyang mereka, dan keyakinan itu yang
menjadikan perilaku semakin mendapat pengesahan. Dalam kasus ini,
relasi yang lain adalah bahwa kenyataan ini bisa juga dilihat banyaknya
tanaman sirih, yang mungkin dihasilkan oleh adanya keputusan bersama
untuk melestarikan tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk obat,
dan sangat mungkin keputusan bersama ini menjadi peraturan desa. Dalam
analisis sosial ini, yang diperlukan adalah kemampuan seseorang dalam
menangkap apa yang dimaksud fakta-fakta sosial, kekayaan sosial dan
relasinya.
Untuk itu dalam melakukan analisis sosial Anda perlu ketahui
elemen-elemen berikut ini.
1. Jumlah penduduk/KK.
2. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur.
3. Mata pencaharian termasuk pembagian kerja antara lelaki dengan
perempuan.
4. Jumlah dusun, RT/RW.
5. Agama dan keyakinan.
6. Lembaga Desa (seperti Pamong Desa, Badan Perwakilan Desa,
Dukuh).
7. Sarana kesehatan yang tersedia seperti Polindes, Posyandu, Bidan,
Mantri Kesehatan, Dokter, Dukun.
8. Perkumpulan ibu-ibu, bapak-bapak, remaja.
9. Iuran pembangunan daerah (IPEDA).
10. Kegiatan ronda malam.
11. Program kebersihan lingkungan desa.
12. Ritual upacara adat (mitoni, tetes, sunat, jagong bayi dan lain-lain).
13. Konsep sehat sakit.
14. Pengertian KB, Aborsi, Kesehatan alat reproduksi.
15. Program kesehatan (Posyandu Balita, Usila).
Jadi, analisis sosial berfungsi untuk mengindentifikasi persoalan-
persoalan kesehatan di komunitas, mencari akar masalah, dan mencari
solusi yang tepat.
BAB III

TABULASI DAN ANALISA DATA

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

JUMLAH
KEPALA R R R R R R R R
N RT RT RT TOTAL
KELUARG T T T T T T T T
O 3 6 11
A 1 2 4 5 7 8 9 10
RT F %
Domisi 100
li 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 %
Ad
Tidak
a
1 Domisi  
li 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100
TOTAL RT
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 %
 100
  TOTAL RW 55 %

Berdasarkan tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Kepala Keluarga


sebanyak 100% ( 55 KK ).

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
N JUMLAH R RT RT RT RT RT RT RT R RT RT TOTAL
ANGGOTA T T

29
KELUARGA
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
F %
RT
19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
1
TOTAL RT 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW 206  100%

Berdasarkan tabel 3.2 Distribusi Frekuensi jumlah anggota keluarga


sebanyak 100% (206 jiwa).

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Yang Memiliki Akte Lahir


Akte R R R R
N RT RT RT RT RT RT RT
Lahir T T T T TOTAL
O 2 3 5 6 8 9 11
RT 1 4 7 10 F %
1 Ya 19 24 19 10 16 19 14 21 20 17 19 198 96%
2 Tidak 0 0 0 6 0 0 0 0 1 0 1 8 4%
TOTAL
  RT 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW  206  100%
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

Berdasarkan tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Yang Memiliki Akte Lahir


sebanyak 96% ( 198 jiwa ) memiliki akte lahir dan yang tidak memiliki Akte lahir
sebanyak 8% (8 jiwa).

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Usia Berdasarka Kesehatan Reproduksi


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
USIA TOTAL
N BERDASARKA RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
O N KESEHATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 F %
REPRODUKSI
1 0-11 bulan (Bayi) 1 1 0 1 3 0 1 0 0 1 1 9 4%
12-59 bulan
2 5 11%
(Balita) 3 2 3 0 0 3 2 1 3 0 22
3 5-11 tahun (Anak) 3 7 4 1 3 4 1 3 1 1 1 29 14%
12-25 tahun
4 3 18%
(Remaja) 2 6 4 2 2 4 1 6 2 5 37
26-45 tahun
6 42%
5 (Dewasa) 9 7 8 6 8 8 8 7 11 9 87
46-65 tahun
3 9%
6 (Lansia) 1 1 0 4 0 0 1 4 3 1 18
> 65 tahun
1 2%
7 (Manula) 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 4
  TOTAL RT 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
20
  TOTAL RW 6 100%

Berdasarkan tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Usia Berdasarkan Kesehatan


Reproduksi terbanyak usia antara 26-45 tahun (dewasa) yaitu 42% ( 87 jiwa) dan
yang terkecil usia > 65 tahun (manula) yaitu 2% ( 4 jiwa ).

Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
JENIS R R R R R R R R R R TOTA
N RT
KELAMIN T T T T T T T T T T L  
O 6
      1 2 3 4 5 7 8 9 10 11  F %
1 LAKI-LAKI 9 16 11 9 6 11 5 10 12 8 8 105 51%
PEREMPUA
10 8 8 7 10 8 49%
2 N 9 11 9 9 12 101
  TOTAL RT 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW                       206  100%
Berdasarkan Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin sebanyak 51%
laki-laki (105 jiwa ) dan perempuan 49% (101 jiwa ).

Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Pengukuran Tekanan Darah Setiap Anggota


Keluarga
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
Pengukura R R R R R R R R TOTA
N RT RT RT
n Tekanan T T T T T T T T L  
O 8 10 11
Darah 1 2 3 4 5 6 7 9  F %
1 Ya     11 14 10 6 10 10 5 16 12 13 10 117 82%
2 Tidak     0 0 0 8 0 2 5 1 5 2 3 26 18%
  TOTAL RT 11 14 10 14 10 12 10 17 17 15 13 143 100%
TOTAL
  RW                         143   100%

Berdasarkan Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Pengukuran Tekanan Darah


Setiap Anggota Keluarga yang mengukur tekanan darah. Sebanyak 82% (117
jiwa) dan yang tidak mengukur tekanan darah sebanyak 18% (26 jiwa).

Table 3.7 Distribusi Frekuensi Pengukuran Berat Badan Setiap


Anggota Keluarga
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
Pengukura TOTA
N RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
n Berat L  
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Badan F  %
1 Ya     19 24 19 2 16 19 6 21 21 17 19 183 89%
2 Tidak     0 0 0 14 0 0 8 0 0 0 1 23 11%
  TOTAL RT 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
TOTAL
  RW                        206 100%

Berdasarkan Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Pengukuran Berat Badan Setiap


Anggota Keluarga sebanyak 89% (183 jiwa) yang mengukur berat badan dan
sebanyak 11% ( 23 jiwa ) tidak mengukur Berat Badan
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Pengukuran Tinggi Badan Setiap Anggota
Keluarga
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
Pengukuran R R R R R R R R R R R TOTAL 
N
Tinggi T T T T T T T T T T T F
O
Badan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 %
1 Ya     19 24 19 2 16 19 8 21 21 17 19 185 90%
2 Tidak     0 0 0 14 0 0 6 0 0 0 1 21 10%
TOTA
    19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206
  L RW 100%
TOTA
  L RW                           206  100%

Berdasarkan tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Pengukuran Tinggi Badan Setiap


Anggota Keluarga,yang paling banyak mengukur Tinggi Badan yaitu 90% ( 185
orang ) sedangkan yang tidak mengukur tinggi badan yaitu 10% (21 orang).

Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Eksklusif dalam


Keluarga
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
ASI R R R
RT RT RT RT RT RT RT RT TOTAL
NO EKSKLUSIF T T T  
2 3 4 6 7 8 10 11
      1 5 9  F %
1 Ya     2 0 2 1 2 0 3 0 0 1 3 14 93%
2 Tidak     0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 7%
TOTAL
    2 0 2 1 3 3 0 0 1 3 15
  RW 0 100%
TOTAL
  RW                           15   100%

Berdasarkan Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Eksklusif dalam


KeluargaSSebanyak 93% (14 bayi) yang diberi ASI Ekslusif, sedangkan 7% (1
bayi) tidak diberi ASI Ekslusif.

Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Dasar


R R R R TOTAL
STATUS RT RT RT RT RT RT RT
NO T T T T
IMUNISASI 2 3 5 7 8 10 11
1 4 6 9 F %
1 LENGKAP 1 0 2 0 0 0 3 1 0 0 2 9 90%
TIDAK
2 1 10%
LENGKAP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
  TOTAL RW 1 0 2 0 0 0 3 1 0 0 3 10 100%
  TOTAL RW 10 100%
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

Berdasarkan Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Dasar,


Sebanyak 90% (9 bayi) di Imunisasi Lengakap, dan 10% ( 1 bayi) tidak lengkap
mendapat imunisasi.

Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Golongan Darah

Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet


NO GOLONGAN RT RT R RT RT RT RT R RT RT RT TOTAL
T T F %
DARAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 A 6 5 0 0 3 0 3 0 2 9 7 35 17%
2 B 4 9 1 0 3 1 5 5 6 2 9 45 22%
3 AB 0 7 0 0 2 0 3 0 0 0 4 16 8%
4 O 8 3 13 0 8 13 2 15 2 6 0 70 34%
5 TIDAK TAHU 1 0 5 16 0 5 1 1 11 0 0 40 19%
  TOTAL RT 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW  206 100%

Berdasarkan Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Golongan Darah, terbanyak


golongan darah O 34% (70 jiwa) dan yang terkecil golongan darah AB yaitu 8%
(16 jiwa).

Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Dalam satu Rumah Ikut
Serta Kegiatan Posyandu
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
IKUT SERTA TOTAL
RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
POSYANDU F %
1 YA 4 3 3 1 3 3 3 0 0 1 3 24 77%
2 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 3 7 23%
  TOTAL RT 4 3 3 1 3 3 3 1 3 1 6 31 100%
  TOTAL RW 31 100%

Berdasarkan Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Dalam satu


Rumah Ikut Serta Kegiatan Posyandu, yang ikut serta kegiatan posyandu
sebanyak 77% (24 anak) dan yang tidak mengikuti kegiatan posyandu 23% ( 7
anak )

Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Cara Pengolahan Sampah Rumah Tangga


N CARA RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT TOTAL
PENGOLAHAN
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SAMPAH F %
1 DIBAKAR 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 3 5%
2 DIANGKUT 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 52 95%
  TOTAL RT 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100%
  TOTAL RW 55 100%
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

Berdasarkan Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Cara Pengolahan Sampah


Rumah Tangga, Ada sebanyak 95% (52 KK) pengolahan sampah dengan
Cara diangkut dan sebanyak 5% ( 3 KK ) pengolahan sampah dengan cara
dibakar.

Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Kegiatan Keluarga


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
R R R R R TOTAL
N KEGIATAN RT RT RT RT RT RT
T T T T T
O KELUARGA 2 4 6 8 10 11
1 3 5 7 9 F %
Koprasi 0 0 0 0 3 0 0 2 1 2 0 8 4%
UP2K 0 0 0 1 1 0 2 3 0 2 0 9 4%
1 YA Arisan 0 5 0 1 5 0 3 4 2 5 2 27 13%
Kerja Bakti 4 5 0 2 4 0 2 2 5 0 4 28 14%
Pengajian 3 5 10 2 3 10 5 3 0 2 3 46 22%
2 TIDAK 12 9 9 10 0 9 2 7 13 6 11 88 43%
  TOTAL RT 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Kegiatan Keluarga, Sebanyak


43% (88 jiwa) yang tidak melakukan kegiatan keluarga sedangkan yang
melakukan kegiatan Koperasi hanya 4% (8 jiwa) .
Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Hubungan dengan Kepala Keluarga
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
HUBUNGAN TOTAL
R
N DENGAN RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
T
O KEPALA 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11
8
KELUARGA F %
KEPALA
1 KELUARGA 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 53 26%
(suami)
2 ISTRI 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 54 26%
3 ANAK 9 14 9 6 6 9 5 11 10 7 9 95 46%
4 AYAH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
5 IBU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1%
6 CUCU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
7 KAKEK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
8 NENEK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
SAUDARA
0
9 KANDUNG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
10 MENANTU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
11 MERTUA 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0,5%
12 PEMBANTU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
ANGGOTA
0 0,5%
13 LAIN 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
  TOTAL RT 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Hubungan dengan Kepala


Keluarga, Sebanyak 46% (95 jiwa) hubungan dengan Kepala keluarga sebagai
anak dan persentase terkecil hubungan dengan Kepala Keluarga yaitu anggota lain
sebanyak 0 % (1 jiwa)
Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
PENDIDIKA R R TOTAL
N RT RT RT RT RT RT RT RT RT
N T T
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9
TERAKHIR 10 11 F %
TIDAK/
1 BELUM 4 6 3 2 4 3 3 2 5 1 5 38 18%
SEKOLAH
BELUM
2 2
TAMAT SD 2 4 4 0 1 4 1 3 1 1 23 11%
TIDAK
3 0
TAMAT SD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0,5%
4 TAMAT SD 2 2 0 6 0 0 1 1 1 2 0 15 7%
5 TAMAT SLTP 1 3 5 0 0 5 1 0 0 4 1 20 10%
TAMAT
6
6 SLTA 0 9 6 8 10 6 0 10 8 2 65 32%
7 D1/D2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
8 D3 6 0 1 0 1 1 6 0 2 1 2 20 10%
9 D4/S1 4 0 0 0 0 0 2 5 3 5 4 23 11%
10 S2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0,5%
11 S3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
  TOTAL KK   5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir,


Persentase terbesar pendidikan terakhir adalah 32% ( 65 jiwa) Tamat SLTA dan
terkecil pendidikan terakhir S2 sebesar 0% ( 1 jiwa)

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Utama


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
N PEKERJAAN R RT R RT R R R RT R R R TOTAL
T T T T T T T T
O 2 4 8
1 3 5 6 7 9 10 11 F %
BELUM ATAU TIDAK
1 7 21%
BEKERJA 4 5 3 4 4 3 3 2 5 2 42
MENGURUS RUMAH
2 4 17%
TANGGA 0 5 5 3 1 5 0 4 1 4 32
PELAJAR/
3 2 23%
MAHASISWA 5 9 6 3 0 6 2 7 3 5 48
4 PENSIUNAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
5 PNS 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 5 2%
6 TNI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
7 POLRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0%
8 PERDAGANGAN 0 1 1 1 2 1 0 0 0 1 0 7 3%
9 PETANI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
10 PETERNAK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
11 INDUSTRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
12 KONSTRUKSI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
13 TRANSPORTASI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
14 KARYAWAN SWASTA 3 4 2 1 8 2 3 6 11 4 5 49 24%
15 KARYAWAN BUMN 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0%
16 KARYAWAN BUMD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
KARYAWAN
0 6%
17 HONORER 6 0 0 0 0 0 6 1 0 0 13
18 BURUH 0 0 2 4 0 2 0 0 0 0 0 8 4%
19 BURUH TANI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
20 BURUH TERNAK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
PEMBANTU RUMAH
0
21 TANGGA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
22 TUKANG CUKUR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
  TOTAL KK                       206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Utama, Terbesar


Pekerjaan utama adalah karyawan swasta 24% (49 jiwa) sedangkan terkecil
pekerjaan utama adalah pegawai BUMN sebanyak 0% (1 jiwa).

Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Status Perkawinan


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
R R TOTAL
N Status RT RT RT RT RT RT RT RT RT
T T
O Perkawinan 2 3 4 5 7 8 9 10 11
1 6 F %
1 Kawin 10 10 10 10 10 10 8 8 10 10 8 104 50%
2 Belum Kawin 9 14 9 6 6 9 5 12 10 7 9 96 47%
3 Cerai Hidup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
4 Cerai Mati 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3 6 3%
5                           0%
  TOTAL KK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Status Perkawinan, Terbanyak


di status kawin sebanyak 50% (104 jiwa) dan terkecil cerai MATI sebanyak 3% (6
jiwa).

Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Usia Menikah Anggota Keluarga Laki-Laki


Dalam satu Keluarga
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
N USIA RT RT R RT RT R RT RT RT R RT TOTAL
MENIKAH
ANGGOTA T T T
O 1 2 4 5 7 8 9 11
KELUARGA 3 6 10
LAKI-LAKI F %
20-35
1 3 51
TAHUN 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 98%
2 < 20 TAHUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
3 > 35 TAHUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2%
  TOTAL KK 52 100%
  TOTAL RW 52 100%

Berdasarkan Tabel 3.20 yaitu distribusi frekuensi usia menikah anggota


keluarga laki-laki dalam satu keluarga kebanyakan pada usia 20-35 tahun yaitu 98
% ( 51 orang ) dan yang paling kecil pada usia > 35 tahun yaitu23 % ( 1 orang ).

Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Usia Menikah Anggota Keluarga Perempuan


Dalam Satu Keluarga
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
USIA TOTAL
MENIKAH
RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
NO ANGGOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 F %
KELUARGA
PEREMPUAN
1 20-35 TAHUN 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 2 50 96%
2 < 20 TAHUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
3 > 35 TAHUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 4%
  TOTAL RW 52 100%

Berdasarkan Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Usia Menikah Anggota


Keluarga perempuan dalam satu keluarga kebanyakan pada usia 20 – 35 tahun
yaitu 96% ( 50 jiwa ) sedangkan yang paling sedikit pada usia >35 tahun yaitu
4% ( 2 jiwa ) .

Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Agama


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
R R TOTAL
N RT RT RT RT RT RT RT RT RT
AGAMA T T
O 1 3 4 5 6 8 9 10 11
2 7 F %
1 ISLAM 11 16 19 16 13 19 14 15 12 17 20 172 84%
2 KRISTEN 4 8 0 0 3 0 0 5 9 0 0 29 14%
3 KATOLIK 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0%
4 HINDU 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 2%
5 BUDHA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
6 KONGHUCU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
KEPERCAYAAN
7 0 0%
TUHAN YME 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
  TOTAL KK 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Agama kebanyakan beragama


Islam yaitu 83% ( 172 jiwa ) sedangkan yang paling rendah Yaitu agama Katolik
yaitu 0% ( 1 jiwa )

Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Dalam Keluarga


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
IKUT SERTA R R TOTAL
RT RT RT RT RT RT RT RT RT
NO KEGIATAN T T
1 3 5 6 7 8 9 10 11 F %
POSYANDU 2 4
Belum punya
1 0
anak 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7 13%
2 1 1 1 1 1 4 1 3 1 1 1 3 18 33%
3 2- 4 anak 3 4 3 2 1 3 1 2 2 3 2 26 47%
4 >5 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2%
5 TIDAK 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 3 5%
  TOTAL KK 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100%
  TOTAL RW 55 100%

Berdasarkan Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Dalam Keluarga


yang paling banyak 2-4 anak yaitu 47% ( 26 KK ) sedangkan yang Paling rendah
pada > 5 orang dan yang belum punya anak masing-masing 2% (1 KK).

Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Merokok


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
R R R R R R R R R R TOTAL
N RT
MEROKOK T T T T T T T T T T
O 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 F %
1 YA 2 5 3 4 4 3 2 2 5 2 4 36 17%
2 TIDAK 17 19 16 12 12 16 12 19 16 15 16 170 83%
  TOTAL KK                       206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang


Merokok, yang paling banyak tidak merokok yaitu 83% (170 jiwa ) sedangkan
Yang merokok yaitu 17% ( 36 jiwa ).

Tabel 3.25 Distribusi Frekuensi Umur Pertamakali Merokok


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
NO UMUR RT R RT R RT R RT RT R RT RT TOTAL
PERTAMA T T T T F %
KALI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 MEROKOK
<13 Tahun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 13-15 Tahun 0 0 3 0 0 3 0 1 0 0 0 7 19%
3 16-18 Tahun 2 0 0 0 0 0 2 1 3 2 0 10 28%
4 >18 Tahun 0 5 0 4 4 0 0 0 2 0 4 19 53%
  TOTAL KK                       36 100%
  TOTAL RW 36 100%

Berdasarkan Tabel 3.25 Distribusi Frekuensi Umur Pertamakali Merokok


yang paling banyak pada usia >18 Tahun yaitu 53 % ( 19 orang ). Sedangkan yang
paling rendah pada usia 13-15 tahun sebanyak 19% ( 7 orang ).

Tabel 3.26 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Rumah


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
JENIS R R R R R R R R R R R TOTAL
N
KEPEMILIKAN T T T T T T T T T T T
O F %
RUMAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
47,3
1 HAK MILIK 3
4 2 0 5 1 0 2 3 5 1 26 %
KONTRAK/ 36,3
2 2
KOST 1 2 2 0 4 2 1 2 0 4 20 %
16,3
2 MENUMPANG 0
0 1 3 0 0 3 2 0 0 0 9 %
  TOTAL KK 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100%
  TOTAL RW 55 100%

Berdasarkan Tabel 3.26 distribusi frekuensi kepemilikan rumah yang paling


banyak adalah hak milik sebanyak 47% ( 26 KK ) dan paling sedikit yaitu
menumpang 16% ( 9 KK ).
Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Luas Kepadatan Rumah
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
LUAS R TOTAL
N RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
KEPADATA T
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
N RUMAH 11 F %
1 YA (≥ 10 M₂) 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 53 96%
TIDAK (≤ 10
2 1
M₂) 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 4%
100
TOTAL KK 5
  5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 %
100
  TOTAL RW 55 %

Berdasarkan Tabel 3.27 distribusi frekuensi luas kepadatan rumah yang


paling banyak adalah dengan luas ≥ 10 M² sebanyak 96% ( 53 KK) dan yang
paling sedikit dengan luas ≤ 10 M² sebanyak 4% ( 2 KK )

Tabel 3.28 Distribusi Frekuensi Jenis Atap Rumah


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
JENIS R TOTAL
N RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
ATAP T
O 1 2 3 4 5 7 8 9 10 11
RUMAH 6 F %
1 GENTING 4 5 0 4 5 0 4 3 0 5 2 32 58%
2 ASBES 1 0 5 1 0 5 1 2 5 0 3 23 42%
3 LAINNYA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL
  KK 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100%
  TOTAL RT 55 100%
Berdasarkan Tabel 3.28 frekuensi jenis atap rumah yang paling banyak
adalah atap rumahnya genting yaitu sebanyak 58% ( 32 KK) sedangkan yang
paling sedikit adalah yang atap asbes sebanyak 42% (23 KK).

Tabel 3.29 Distribusi Frekuensi Jenis Tembok Rumah


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
R R R R R R R R R TOTAL
JENIS TEMBOK RT RT
  T T T T T T T T T
RUMAH 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 F %
1 DINDING BATA 0 0 0 5 5 0 0 0 5 1 2 18 33%
2 DINDING PLESTER 5 5 5 0 0 5 5 5 0 4 3 37 67%
KAYU/PAPAN/
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
TRIPLEKS
100
TOTAL KK 5
  5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 %
100
  TOTAL RW 55 %

Berdasarkan Tabel 3.29 distribusi frekuensi jenis tembok rumah yang paling
banyak yaitu dinding plester 67% ( 37 KK ) sedangkan yang paling sedikit yaitu
yang dinding bata sebanyak 33% (18 KK )

Tabel 3.30 Distribusi Frekuensi Jenis Lantai Rumah


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

JENIS TOTAL
N RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
LANTAI
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RUMAH F %
1 TANAH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 KARPET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
PLASTIK
3 SEMEN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 4%
4 UBIN 0 0 0 4 0 0 0 0 5 3 1 13 24%
5 KERAMIK 5 5 5 1 5 5 5 5 0 1 3 40 72%
  TOTAL KK 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100%
  TOTAL RW 55 100%

Berdasarkan Tabel 3.30 distribusi frekuensi jenis lantai rumah yang paling
banyak lantai keramik sebanyak 73% ( 40 KK ) sedangkan yang paling sedikit
yang dinding rumahnya semen sebanyak 4% (2 KK).

Tabel 3.31 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Sarana Air


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
SARANA R R R R R R R R R TOTAL
N RT RT
AIR T T T T T T T T T
O 2 10
BERSIH 1 3 4 5 6 7 8 9 11 F %
100
1 YA 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 %
2 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
100
TOTAL KK 5
  5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 %
100
  TOTAL RW 55 %

Berdasarkan Tabel 3.31 distribusi frekuensi anggota keluarga sarana air


yaitu semuanya menggunakan air bersih 100% ( 55 KK ).

Tabel 3.32 Distribusi Frekuensi Jenis Sumber Air Minum


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
N JENIS AIR R R R R R R R R R RT R TOTAL
T T T T T T T T T T F %
O MINUM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
AIR
1 3
KEMASAN 5 0 1 3 5 1 5 5 5 5 38 69%
2 AIR MASAK 0 5 4 2 0 4 0 0 0 0 2 17 31%
100
TOTAL KK 5
  5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 %
100
  TOTAL RW 55 %

Berdasarkan Tabel 3.32 distribusi frekuensi jenis sumber air minum yang
paling banyak menggunakan air kemasan 69% ( 38 KK ) dan yang memasak
langsung 31 % ( 17 KK ).

Tabel 3.33 Distribusi Frekuensi Tersedianya Jammban Keluar


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

N TERSEDIANYA RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT TOTAL
O JAMBAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 F %
1 YA 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100%
2 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
  TOTAL KK 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100%
  TOTAL RW 55 100%

Berdasarkan Tabel 3.33 frekuensi tersedianya jamban keluarga sebesar


100% ( 55 KK ).

Tabel 3.34 Distribusi Frekuensi Jamban Keluarga


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

N JENIS RT R RT R RT RT R RT R RT RT TOTAL
T T T T F %
O JAMBAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 KLOSET 1 0 0 5 1 0 1 3 5 5 5 26 47%
2 LEHER ANGSA 4 5 5 0 4 5 4 2 0 0 0 29 53%
3 PLENGSENGAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
  TOTAL KK 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100%
  TOTAL RW 55 100%

Berdasarkan Tabel 3.34 distribusi frekuensi jenis jamban keluarga yang


paling tinggi menggunakan leher angsa yaitu 53% ( 29 KK ) sedangkan yang
paling sedikit menggunakan kloset 47% ( 26 KK ).

Tabel 3.35 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Sering


Mengkonsumsi Sayur Dan Buah
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
MENGKONSUMSI
R R R R
N SAYUR RT RT RT RT RT RT RT TOTAL
T T T T
O DAN BUAH 1 3 5 7 9 10 11
2 4 6 8 F %
SETIAP HARI
1 YA 18 23 19 15 14 19 12 17 21 14 18 190 92%
2 TIDAK 1 1 0 1 2 0 2 4 0 3 2 16 8%
  TOTAL KK 19 24 19                 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.35 Distribusi frekuensi anggota keluarga yang sering


mengkonsumsi sayur dan buah yang terbanyak adalah mengkonsumsi sayur Dan
buah yaitu 92% (190 orang ) sedangkan yang tidak mengkonsumsi sayur dan buah
yaitu 8% ( 16 orang ).
Tabel 3.36 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Melakukan Olah Raga
Rutin
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
N AKTIFITAS RT RT RT R RT RT RT RT RT RT RT TOTAL
T
O FISIK 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11
4 F %
1 YA 18 13 0 0 14 0 3 10 6 5 6 75 36%
2 TIDAK 1 11 19 16 2 19 11 11 15 12 14 131 64%
  TOTAL KK                       206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.36 distribusi frekuensi anggota keluarga melakukan


olah raga rutin yang paling banyak adalah yang tidak melakukan olahraga yaitu
64% ( 131 orang ) sedangkan yang melakukan olah raga rutin 36% ( 75 orang )

Tabel 3.37 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Cuci Tangan Memakai


Sabun
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
MENCUCI
R R R R R
N TANGAN RT RT RT RT RT RT TOTAL
T T T T T
O MEMAKAI 1 3 5 6 8 10
2 4 7 9 11
SABUN F %
1 YA 19 23 19 16 15 19 14 21 21 17 20 204 99%
2 TIDAK 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1%
  TOTAL KK                       206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.37 distribusi frekuensi anggota keluarga cuci tangan


memakai sabun yang lebih banyak adalah mencuci tangan memakai sabun yaitu
99% ( 204 orang ) sedangkan yang mencuci tangan tidak memakai sabun 1% ( 2
orang )

Tabel 3.38 Distrinbusi Frekuensi Kepemilikan Kartu


Di Rw 07 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebetpetir
NO KEPEMILIKAN RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT TOTAL
KARTU
KEPESERTAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
F %
JAMINAN
1 YA 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
2 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
  TOTAL KK                       206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.38 distribusi frekuensi kepemilikan kartu, 100% (206


jiwa) memiliki kartu.

Tabel 3.39 Distribusi Frekuensi Rata-Rata Pendapatan Perbulan


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
R R R R R R R R R R R TOTAL
N PENGHASILA
T T T T T T T T T T T
O N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 F %
1 UMR 0 0 5 0 0 5 1 0 0 3 2 16 29%
2 > UMR 5 5 0 0 5 0 4 5 5 2 3 34 62%
3 < UMR 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 5 9%
100
TOTAL KK 5
  5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 %
100
  TOTAL RW 55 %

Berdasarkan Tabel 3.39 distribusi frekuensi rata-rata pendapatan perbulan


yang paling banyak penghasilan > UMR yaitu 62%( 34 KK ) sedangkan yang
paling sedikit yaitu < UMR 9% ( 5 KK ).

Tabel 3.40 Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosis Tekanan Darah Tinggi


( Hipertensi )
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
PERNAH TOTAL
DIDIAGNOSA
TEKANAN R R R R R
N RT RT RT RT RT RT
DARAH T T T T T
O 1 3 5 7 9 10
TINGGI 2 4 6 8 11
(HIPERTENSI
) F %
1 YA 3 0 1 2 0 1 0 2 2 0 3 14 10%
2 TIDAK 8 14 9 12 10 11 10 15 15 15 10 129 90%
  TOTAL KK 11 14 10 14 10 12 10 17 17 15 13 143 100%
  TOTAL RW 143 100%

Berdasarkan Tabel 3.40 distribusi frekuensi pernah didiagnosis tekanan


darah tinggi ( Hipertensi ) yang paling banyak tidak menderita hipertensi yaitu
90% ( 129 orang ) sedangkan yang mempunyai hipertensi yaitu 10% ( 14 orang ).

Tabel 3.41 Distribusi Frekuensi Minum Obat Hipertensi Secara Teratur


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
MINUM TOTAL
OBAT R
N RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
HIPERTENSI T
O 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11
SECARA 8
TERATUR F %
1 YA 1 0 1 2 0 1 0 2 2 0 3 12 86%
2 TIDAK 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 14%
  TOTAL KK 3 0 1 2 0 1 0 2 2 0 3 14 100%
  TOTAL RW 14 100%
Berdasarkan Tabel 3.41 distribusi frekuensi minum obat hipertensi secara
teratur yang paling banyak minum obat secara teratur yaitu 86% ( 12 orang)
sedangkan yang tidak minum obat secara teratur yaitu 14% (2 orang)

Tabel 3.42 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Asma


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
ANGGOTA R R TOTAL
RT RT RT RT RT RT RT RT RT
NO KELUARGA T T
1 3 4 5 6 7 9 10 11
YANG ASMA 2 8 F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL KK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.42 distribusi frekuensi anggota keluarga yang sakit


asma, 100% ( 206 orang ) tidak sakit asma.

Tabel 3.43 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Batu Ginjal
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
ANGGOTA
KELUARGA
N RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT1 RT1
YANG SAKIT
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
BATU
GINJAL
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 TIDAK 20
19 24 19 16 16 19 14 21 21 17

TOTAL KK 20
  19 24 19 16 16 19 14 21 21 17
  TOTAL RW
Berdasarkan Tabel 3.43 distribusi frekuensi anggota keluarga yang sakit
batu ginjal yang paling banyak tidak menderita batu ginjal yaitu 100% (206
orang).

Tabel 3.44 Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosis Menderita Kencing


Manis (Diabetes Mellitus)
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
PERNAH
TOTAL
DIDIAGNOSIS
N RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
MENDERITA
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KENCING
MANIS F %
1 YA 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 3 1%
2 TIDAK 19 24 19 15 16 19 14 20 20 17 20 203 99%
  TOTAL KK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RT 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.44 distribusi frekuensi pernah Didiagnosis Menderita


Kencing Manis (Diabetes Mellitus) yang paling banyak tidak menderita Kencing
Manis (Diabetes Mellitus) yaitu 99% (203 orang) sedangkan yang paling sedikit
menderita Kencing Manis (Diabetes Mellitus) yaitu 1% (3 orang).

Tabel 3.45 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pernah Didiagnosis


Pneumonia (Radang Paru)
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
PERNAH TOTAL
N RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
DIDIAGNOSA
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
PNEUMONIA F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL KK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.45 distribusi frekuensi Pernah Didiagnosa Pneumonia


(Radang Paru) yang paling banyak tidak didiagnosa pneumonia (radang baru)
yaitu 100% (206 orang).

Tabel 3.46 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Yang Pernah di Diagnosa


Menderita Tuberkulosis (TBC)
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
MENDERITA R R R TOTAL
N RT RT RT RT RT RT RT RT
TUBERKULOSIS T T T
O 2 3 4 5 7 8 9 11
(TBC) 1 6 10 F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL KK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.46 distribusi frekuensi Pernah di Diagnosa Menderita


Tuberkulosis (TBC), 100% 9 (206 orang) tidak pernah di diagnosa menderita
TBC.

Tabel 3.47 Distribusi Frekuensi Pernah Didiagnosa Menderita Penyakit


Kanker Serviks
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
PERNAH DI TOTA
R R R R
DIAGNOSA RT RT RT RT RT RT RT
NO T T T T
MENDERITA 1 3 5 7 9 10 11
2 4 6 8
PENYAKIT F
KANKER
1 SERVIKS
YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 TIDAK 5 5 5 5 5 5 5 4 5 8 5 57 1
  TOTAL KK 5 5 5 5 5 5 5 4 5 8 5 57 1
  TOTAL RW 57 1

Berdasarkan Tabel 3.47 distribusi frekuensi Pernah Didiagnosa Menderita


Penyakit Kanker serviks yang paling banyak tidak didiagnosa Menderita Penyakit
Kanker serviks yaitu 100% (57 orang).

Tabel 3.48 Distribusi Frekuensi Screening Pemeriksaan Kanker Serviks


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

SCREENING TOTAL
TEST RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
NO
KANKER 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SERVIKS F %
1 PAPSMEAR 1 0 0 0 0 0 1 0 5 1 1 9 16%
2 IVA TEST 1 5 2 1 0 2 1 2 0 0 3 17 30%
TIDAK
3 1
PERNAH 3 0 3 4 5 3 3 2 0 7 31 54%
  TOTAL KK 5 5 5 5 5 5 5 4 5 8 5 57 100%
  TOTAL RW 57 100%

Berdasarkan Tabel 4.48 distribusi frekuensi screening pemeriksaan kanker


serviks yang paling banyak tidak pernah screening pemeriksaan kanker serviks
yaitu 54 % (31 orang) sedangkan yang paling sedikit yaitu pemeriksaan papsmear
16% (9 orang)
Tabel 3.49 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Jantung
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
ANGGOTA TOTA
R R R
N KELUARGA RT RT RT RT RT RT RT RT
T T T
O YANG SAKIT 1 3 4 6 7 9 10 11
2 5 8
JANTUNG F
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 TIDAK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 1
  TOTAL KK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 1
  TOTAL RW 206 1

Berdasarkan Tabel 3.49 distribusi frekuensi anggota keluarga yang sakit


jantung yang paling banyak yaitu tidak menderita sakit jantung 100% (206 orang).

Tabel 3.50 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Sakit Stroke


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
ANGGOTA
R R R R TOTAL
N KELUARGA RT RT RT RT RT RT RT
T T T T
O YANG SAKIT 1 3 6 8 9 10 11
2 4 5 7
STROKE F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL KK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.50 distribusi frekuensi anggota keluarga yang sakit


stroke, 100 % ( 206 jiwa ) tidak menderita sakit stroke.
Tabel 3.51 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Pernah Didiagnosa
Menderita Gangguan Jiwa (Skizofrenia)
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
PERNAH DI R R R TOTAL
N RT RT RT RT RT RT RT RT
DIAGNOSA T T T
O 2 3 5 6 7 9 10 11
SKIZOFRENIA 1 4 8 F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100
  TOTAL KK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100
  TOTAL RW 206 100

Berdasarkan Tabel 3.51 distribusi frekuensi Anggota Keluarga yang Pernah


Didiagnosa Menderita Gangguan Jiwa (Skizofrenia) paling banyak yaitu tidak
Didiagnosa Menderita Gangguan Jiwa (Skizofrenia) 100% ( 206 orang ).

Tabel 3.52 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Meminum obat


Gangguan Jiwa Berat Secara Teratur
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
MINUM
OBAT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
NO
SECARA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 TOTAL
TERATUR F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
  TOTAL KK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
  TOTAL RT    

Berdasarkan Tabel 3.52 distribusi frekuensi Anggota Keluarga yang


Meminum obat Gangguan Jiwa Berat Secara Teratur paling banyak yaitu tidak
Meminum obat Gangguan Jiwa Berat Secara Teratur 0% (0 orang) dan yang
Meminum obat Gangguan Jiwa Berat Secara Teratur 0% (0 orang).

Tabel 3.53 Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Yang di Pasung


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
ANGGOTA
RUMAH R R R
RT RT RT RT RT RT RT RT
NO TANGGA T T T TOTAL
2 3 5 6 7 9 10 11
YANG 1 4 8
DIPASUNG F %
1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 TIDAK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL KK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW 206 100%

Berdasarkan Tabel 3.53 distribusi frekuensi Anggota rumah tangga yang di


pasung paling banyak yaitu tidak 100% (186 orang) sedangkan yang paling
sedikit di pasung yaitu 0% (0 orang)

Tabel 3.54 Distribusi Frekuensi penyakit yang dialami 3 bulan terakhir


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

R R TOTAL
N Penyakit yang RT RT RT RT RT RT RT RT RT
T T
O diderita 2 3 4 5 7 8 9 10 11
1 6 F %
1 Demam 0 4 0 0 0 0 2 0 0 6 1 13 6%
2 Diare 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 3 1% 
2 TIDAK 19 20 19 16 16 19 12 21 21 9 18 190 93% 
  TOTAL KK 19 24 19 16 16 19 14 21 21 17 20 206 100%
  TOTAL RW 206 100%
Berdasarkan Tabel 3.54 distribusi frekuensi penyakit yang dialami 3 bulan
terakhir yang paling banyak yaitu tidak menderita penyakit dalam 3 bulan terakhir
93% (190 orang) dan yang paling sedikit diare yaitu 1% (3 orang).

Tabel 3.55 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Perempuan yang


Menggunakan Alat Kontrasepsi KB
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
ANGGOTA
PEREMPUAN R R R
N RT RT RT RT RT RT RT RT
YANG T T T TOT
O 1 2 4 5 6 8 9 10
MENGGUNAKAN 3 7 11
KB F
1 YA 2 5 3 2 5 3 3 3 4 2 3 35
2 TIDAK 2 0 2 2 0 2 1 1 1 3 1 15
3 TIDAK BERLAKU 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
  TOTAL KK 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 52 1
  TOTAL RW 52 1

Berdasarkan Tabel 3.55 distribusi frekuensi anggota keluarga berjenis


kelamin perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi KB paling banyak yang
menggunakan KB yaitu 67% (35 orang) sedangkan yang paling sedikit yaitu tidak
berlaku 4% (2 orang).

Tabel 3.56 Distribusi Frekuensi Waktu Pemakaian KB Saat Ini


Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
WAKTU R R R R R R R R R TOTAL
N RT RT
PEMAKAIAN T T T T T T T T T
O 10 11
KB SAAT INI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 F %
1 < 1 TAHUN 1 0 0 1 1 0 1 1 2 1 0 8 23%
2 1-5 TAHUN 1 1 3 1 4 3 0 0 2 0 2 17 49%
3 > 5 TAHUN 0 4 0 0 0 0 2 2 0 1 1 10 28%
100
TOTAL KK 3
  2 5 3 2 5 3 3 3 4 2 35 %
100
  TOTAL RW 35 %

Berdasarkan Tabel 3.56 distribusi frekuensi Waktu Pemakaian KB Saat Ini


yang paling banyak 1-5 tahun yaitu 49% (17 orang) sedangkan yang paling sedikit
<1 tahun yaitu 23% (8 orang)

Tabel 3.57 Distribusi Frekuensi Tempat Pelayanan Menggunakan Alat


Kontrasepsi (KB)
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
TEMPAT R R R TOTAL
RT RT RT RT RT RT RT RT
NO PELAYANAN T T T
1 3 4 6 7 9 10 11
KB 2 5 8 F %
RUMAH
1 0 4
SAKIT 0 1 0 0 0 0 0 1 2 0 11%
2 PUSKESMAS 2 3 1 1 1 1 3 2 1 0 3 18 51%
3 BPM 0 1 2 1 4 2 0 0 1 2 0 13 37%
4 KLINIK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
LAINNYA
5 0
(APOTEK) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
  TOTAL KK 2 5 3 2 5 3 3 3 4 2 3 35 100%
  TOTAL RW 35 100%

Berdasarkan Tabel 3.57 distribusi frekuensi tempat pelayanan menggunakan


alat kontrasepsi (KB) yang paling banyak puskesmas yaitu 51% (18 orang)
sedangkan yang paling sedikit rumah sakit yaitu 11% (4 orang).
Tabel 3.58 Distribusi Frekuensi Pasangan Usia Subur Berencana Memiliki
Anak
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

PUS
R
N BERENCANA RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
T
O MEMILIKI 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 TOTAL
2
ANAK F %
1 <2 TAHUN 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 20%
2 >2 TAHUN 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 0 10 29%
3 TIDAK 0 4 1 0 3 1 1 3 2 1 2 18 51%
  TOTAL KK 2 5 3 2 5 3 3 3 4 2 3 35 100%
  TOTAL RW 35 100%

Berdasarkan Tabel 3.58 distribusi frekuensi pasangan usia subur berencana


memiliki anak, paling banyak yaitu tidak berencana sebesar 51% ( 18 orang ),
sedangkan yang paling sedikit <2 tahun yaitu 20% (7 orang).

Tabel 3.59 Distribusi Frekuensi Ada Anggota Keluarga Wanita Yang Sedang
Hamil Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
ANGGOTA
R
N KELUARGA RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
T
O WANITA 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 TOTAL
7
HAMIL F %
1 YA 1 0 2 1 0 2 0 0 0 0 0 6 12%
2 TIDAK 4 5 3 4 5 3 4 4 5 5 4 46 88%
  TOTAL KK 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 52 100%
  TOTAL RW 52 100%
Berdasarkan Tabel 3.59 distribusi frekuensi anggota keluarga wanita yang
sedang hamil paling banyak yaitu tidak sedang hamil 88% (46 orang) sedangkan
paling sedikit yang sedang hamil yaitu 12% (6 orang).

Tabel 3.60 Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil Berdasarkan Usia


Kehamilan
Di RW 1 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
IBU HAMIL R R R R
N RT RT RT RT RT RT RT
SESUAI USIA T T T T TOTA
O 2 3 5 7 8 10 11
KEHAMILAN 1 4 6 9 F
TM I (0-12
1 0 3
minggu) 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0  
TM II (13-27
2 0 2
minggu) 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0  
TM III (28-42
3 0 1
minggu) 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
  TOTAL KK 1 0 2 1 0 2 0 0 0 0 0 6
  TOTAL RT 6

Berdasarkan Tabel 3.60 distribusi frekuensi jumlah ibu hamil berdasarkan


usia kehamilan paling banyak TM I (0-12 minggu) yaitu 50% (3 orang) sedangkan
yang paling sedikit TM III (28-43 minggu) yaitu 17% (1 or
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Kegiatan


Masalah utama yang kami temukan di lokasi kebidanan komunitas
adalah permasalahan kesehatan yang dialami oleh masyarakat seperti,
rendahnya frekuensi anggota keluarga yang melakukan aktifitas fisik (64%)
serta Deteksi Dini kanker servik yang masih rendah (54%).
Mengingat waktu, tenaga, biaya dan kemampuan yang kami miliki
maka kami melakukan beberapa tindakan yang terpilih yaitu Penyuluhan
tentang Deteksi Dini kanker Serviks dengan cara PapSmear dan IVA test di
RW 01 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.
4.1.1 Kegiatan individu
Setiap mahasiswa masing-masing mempunyai 1 KK binaan.
Pembinaan dilakukan dengan melakukan konseling, yang terdiri
dari:
1. Konseling tentang metode kontrasepsi jangka Panjang
2. Konseling tentang ASI Eksklusif
3. Konseling tentang gizi seimbang pada ibu hamil
4. Konseling tentang nyeri haid pada remaja
5. Konseling tentang GERMAS
6. Konseling tentang Imunisasi Rutin
7. Konseling tentang MP-ASI
8. Konseling tentang IVA Test
9. Konseling tentang pentingnya SADARI
10. Konseling tentang Senam Lansia
11. Konseling tentang gizi seimbang pada balita
4.2 Tahap-Tahap Pelaksanaan
1. Persiapan alat pemeriksaan
2. Persiapan tempat pemeriksaan
3. Pelaksanan kegiatan pemeriksaan

64
4.3 Partisipasi
4.3.1 Biaya dan Dana
Dalam pelaksanaan kegiatan intervensi mahasiswa Kebidanan
komunitas khususnya kebidanan
4.3.2 Tenaga
Dalam pelaksanaan kebidanan komunitas tenaga berasal dari
masyarakat setempat Rt,Rw, Kader.
4.3.3 Waktu dan material
Seluruh pelaksanaan kegiatan telah disusun waktu dan tempat
yang telah disetujui oleh Kelurahan, kader, tenaga kesehatan, ketua
pemuda di Kebon Baru.
4.4 Hasil Kegiatan Tindakan Terpilih
4.4.1 Penyuluhan tentang Deteksi Dini Kanker Serviks
Masyarakat khususnya Wanita Usia Subur belum pernah
melakukan Deteksi Dini baik PapSmear maupun IVA test, dan
bahkan belum mengetahui manfaat dari pentingnya dilakukan
pemeriksaan tersebut. Penyuluhan tentang Deteksi Dini Kanker
Serviks melalui cara PapSmear dan IVA test, masyarakat sangat
antusias dan berperan aktif melalui diskusi dan tanya jawab.
4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat
4.5.1 Faktor Pendukung
1. Dinas Kesehatan, Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan tebet secara
teknis mendukung baik dalam pelaksanaan PKL Kebidanan
Komunitas UIMA di RT 01 – 011 RW 01 Kelurahan Kebon Baru
Kecamatan Tebet tahun 2022.
2. Bapak Camat, Bapak Lurah, Bidan Desa, Tokoh Masyarakat,
Kader Kesehatan dan Pemuda-pemudi berperan aktif dalam
pelaksanaan PKL Kebidanan Komunitas UIMA di Kebon Baru
RT 01 - 011 RW 01 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
tahun 2022.
3. Ada dukungan dan respon yang baik dari masyarakat atas
kehadiran mahasiswa jurusan kebidanan yang melaksanakan PKL
Kebidanan Komunitas UIMA di Kebon Baru RT 01 - 011 RW 01
Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet tahun 2022
4. Pelaksanaan Kegiatan Musyawarah Masyarakat Kelurahan Kebon
Baru berjalan lancar dan menghasilkan kesepakatan tindakan yang
akan di lakukan selama Kebidanan Komunitas berlangsung.
4.5.2 Faktor Penghambat
1. Minat masyarakat tinggi tapi masyarakat sibuk dengan pekerjaan
masing-masing sehingga untuk mengumpulkan masyarakat agak
susah.
2. Intervensi tidak bisa dilakukan secara merata disetiap rumah
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah pelaksanaan kebidanan komunitas mahasiswa kebidanan
UIMA di RT. 01-011 RW 01 Kelurahan Kebon Barur Kecamatan Tebet
Kota Jakarta Selatan dapat di ambil kesimpulan bahwa masalah kesehatan
yang ada adalah sebagai berikut :
Rendahnya masyarakat yang melakukan skrining kanker servik (54 %),
dan kurang nya kesadaran masyarakat untuk berolahraga secara rutin
(64%).
Dari masalah yang ditemukan diatas maka didapatkan alternatif
pemecahan masalah dengan mengadakan beberapa kegiatan yang
bertujuan untuk mengurangi masalah kesehatan yang ada yang ditemukan
dalam bentuk POA. Pelaksanaan tiap program dilaksanakan sesuai dengan
waktu yang direncanakan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat mengimplementasikan teori
yang sudah didapatkan lebih maksimal dikegiatan praktik
selanjutnya.
5.2.2 Bagi Masyarakat
Dari seluruh kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun non
fisik diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, di
pertahankan dan dikembangkan
5.2.3 Bagi Instansi Kesehatan
Mohon pihak puskesmas dapat menjadikan data-data yang
telah kami peroleh sebagai bahan acuan bagi pihak puskesmas.
5.2.4 Bagi Instutusi pendidikan

67
Diharapkan setelah kegiatan praktik komunitas ini
berakhir dapat menajadi evaluasi untuk praktek komunitas
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mey elisa Safitri, S.KM.,M.Kes & Elvi ra Liesmayani, S.Si.T.,M.Keb. Buku Ajar
Konsep Kebidanan. PT.Nasya Expanding Management (NEM) : Pekalongan
Yona Septina & Tia Srimulyawati. 2020. Pengantar Praktik Ilmu Kebidanan.
Linda Bestari : Bogor
Dwi Ayuni,E. 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Kementrian Kesehatan
Republik,Indonesia.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/
uploads/2018/Asuhan-Kebidanan-Komunitas_SC.pdf
LAMPIRAN

- Susunan Acara Pembukaan Kegiatan Kebidanan Komunitas


- Susunan Acara SMD Dan MMK Kegiatan Kebidanan Komunitas
- Rencana Intervensi Berdasarkan Hasil Survey Mahasiswa Dan Masyarakat 
- Susunan Acara Penutupan Kegiatan Kebidanan Komunitas
- Laporan Hasil Pengabdian Masyarakat “Miniwebinar Deteksi Dini Kanker
Serviks”
- Surat Balasan RW
DAFTAR GAMBAR

Lampiran Gambar 1 Poster miniwebinar


Lampiran Gambar 2 Pembukaan Praktik Kebidanan Komunitas
Lampiran Gambar 3 Pengkajian Praktik Kebidanan Komunitas
Lampiran Gambar 4 SMD/MMK
Lampiran Gambar 5 Miniwebinar Deteksi Dini Kanker Serviks
Lampiran Gambar 6 Penutup Praktik Kebidanan Komunitas
Lampiran Gambar 7 Hasil pretest Miniwebinar Deteksi Dini Kanker Serviks
Lampiran Gambar 8 Hasil postest Miniwebinar Deteksi Dini Kanker Serviks
Lampiran Gambar 9 Sertifikat Miniwebinar Deteksi Dini Kanker Serviks
SUSUNAN ACARA PEMBUKAAN KEGIATAN KEBIDANAN KOMUNITAS
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN UIMA TAHUN 2022

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayatnya
kita dapat berkumpul secara online dalam rangka melaksanankan, acara pembukaan
kegiatan praktek Komunitas, mahasiswa Kebidanan Program Studi Sarjana Terapan
Universitas Indonesia Maju.

Kami ucapkan selamat datang dan terimakasih atas kedatangannya kepada :

1. Yth. Ibu Ratna Sari Dewi selaku kepala Kecamatan Tebet


2. Yth. Ibu Aan Darma Putri selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Tebet
3. Yth. Ibu Eka Pudji Susanti Selaku Kepala Kelurahan Kebon Baru
4. Yth. Ibu Ambar Kuswati Selaku Kepala Departemen Kebidanan Program Studi
Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju
5. Yth. Ibu Eka Meilani Selaku Ketua RW 01
6. Yth. Ibu Rita Zulherni Selaku Ketua RT.01 mewakili RT 1 sampai dengan RT
11
7. Yth. Ibu Renny Anggraini dan Ibu Seni Prihatini selaku Tokoh masyarakat
8. Yth. Ibu Wahyu Pujiwati Selaku Kader, Staf Kelurahan dan para undangan yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya. 
9. Yth. Para Pembimbing dan Dosen dari Universitas Indonesia Maju Serta rekan-
rekan seperjuangan yang saya banggakan namun tidak mengurangi rasa hormat
saya

Untuk memanfaatkan waktu langsung saja saya bacakan susunan acara hari ini.

Adapun susunan acara hari ini adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan
2. Sambutan-sambutan
1. Sambutan yang pertama akan disampaikan oleh Ketua Komunitas
Departemen Kebidanan Program Studi Sarjana Terapan Universitas
Indonesia Maju kepada Ibu Dessy Indah Pratiwi kami persilahkan.
Terimakasih kepada Ibu Dessy Indah Pratiwi atas sambutannya.
2. Sambutan selanjutnya akan disampaikan oleh Kepala Departemen
Kebidanan Program Studi Sarjana Terapan, kepada Ibu Ambar Kuswati
kami persilahkan. Terimakasih kepada Ibu Ambar atas sambutannya.
3. Sambutan yang selanjutnya akan disampaikan oleh Ibu Kepala Kecamatan
Tebet, kepada Ibu Ratna Sari Dewi kami persilahkan. Terimakasih kepada
Ibu Ratna Sari Dewi atas sambutannya. 
4. Sambutan selanjutnya akan disampaikan oleh Kepala Puskesmas
Kecamatan Tebet, kepada Ibu Aan Darma Putri selaku kepala Puskesmas
Kecamatan Tebet kami persilahkan. 
Terimakasih kepada Ibu Aan atas sambutannya. 
5. Sambutan yang selanjutnya akan disampaikan oleh Kepala Kelurahan
Kebon Baru, Kepada Ibu Eka Pudji Susanti kami persilahkan.
Terimakasih kepada Ibu Eka Pudji atas sambutannya.
6. Sambutan yang selanjutnya akan disampaikan oleh Ketua RW 01, Kepada
Ibu Eka Meiliani selaku Ketua RW 01 kami persilahkan. Terimakasih
kepada Ibu Eka Meiliani atas sambutannya.
7. Sambutan yang selanjutnya akan disampaikan oleh Ketua RT 01 sebagai
perwakilan dari RT 1 sampai dengan RT 11, Kepada Ibu Rita Zulherni
selaku Ketua RT 01 kami persilahkan. Terimakasih kepada Ibu Rita atas
sambutannya
8. Sambutan yang selanjutnya akan disampaikan oleh Ibu Renny Anggraini
selaku tokoh masyarakat, kepada Ibu Renny Anggraini kami Persilahkan.
Terimakasih kepada Ibu Renny atas sambutannya 
9. Sambutan yang selanjutnya akan disampaikan oleh Ibu Wahyu Pujiwati
selaku Kader kami persilahkan. Terimakasih kepada Ibu Wahyu atas
sambutannya. 
3. Acara selanjutnya pembacaan doa, yang akan dipimpin oleh Ibu Seni Prihatini,
Kepada Ibu Seni Prihatini kami persilahkan. 
Terimakasih kepada Ibu Seni yang sudah memimpin doa pada hari ini.
4. Beranjak ke acara selanjutnya yaitu peresmian pembukaan Praktek Komunitas
Program Studi Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju oleh Ibu
Ambar Kuswati sebagai Kepala Departemen Kebidanan Program Studi Sarjana
Terapan yang berarti bahwa telah dibukanya kegiatan Praktek Kebidanan
Komunitas di Kelurahan Kebon Baru pada hari ini
5. Penutup
Susunan acara demi acara telah dilaksanakan, kami mohon maaf apabila
terdapat kekurangan dan kesalahan dalam pelaksanaan acara ini. Atas perhatian
dan kesediaan Ibu kami ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb
SUSUNAN ACARA SMD DAN MMK DALAM KEGIATAN PRAKTIK 
KLINIK KEBIDANAN KOMUNITAS MAHASISWA PROGRAM STUDI 
KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN UNIVERSITAS  INDONESIA
MAJU

Assalamualaikum Wr.Wb, Selamat Sore dan Salam Sejahtera untuk kita  semua. 

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat  dan
hidayatnya kita dapat berkumpul bersama di Aula RW 1 Keluraahan Kebon  Baru,
Kecamatan Tebet dalam rangka melaksanankan acara SURVEY MAWAS  DIRI dan
MUSYAWARAH MASYARAKAT KOTA dalam keadaan Sehat  Walafiat .  

Kami ucapkan selamat datang dan terimakasih atas kedatangannya kepada : 

1. Yth. Ibu Dessy Indah Pratiwi Selaku Kepala Kecamatan 


2. Yth. Ibu Renny Anggraini Selaku Kepala Kelurahan 
3. Yth. Ibu Eka Pudji Susanti Selaku Ketua RW 01 Kelurahan Kebon Baru
4. Yth. Ibu Wahyu Pujiwati Selaku Kepala Puskesmas Tebet 
5. Yth. Ibu Ambar Kuswati Selaku Dosen Pembimbing Praktik Komunitas 
Universitas Indonesia Maju 
6. Yth. Ibu Eka Meiliani Selaku Perwakilan dari Ketua RT 
7. Yth. Bapak/ Ibu tamu para undangan yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu namun tidak mengurangi rasa hormat saya yang pada acara hari ini 
akan diwakili oleh Ibu Seni Prihatini. 
8. Yth. Para Pembimbing dan Dosen dari Universitas Indonesia Maju
9. Serta rekan-rekan seperjuangan yang saya banggakan. 

Untuk memanfaatkan waktu, langsung saja saya bacakan susunan acara hari ini
Adapun susunan acara hari ini adalah sebagai berikut: 

1. Pembukaan 
2. Survei Mawas Diri dan Musyawarah Masyarakat Kota. 
3. Pembacaan Hasil Survey Mawas Diri dan Musyawarah Masyarakat Kota  oleh
masing-masing RT 
4. Pemaparan Data Wilayah Berdasarkan Kelurahan, Puskesmas, RT Dan  Hasil
Pendataan Mahasiswa Kebidanan Universitas Indonesia Maju RT.01  sampai
dengan RT.11 
5. Tanya Jawab Hasil Pendataan Mahasiswa Kebidanan Universitas  Indonesia
Maju 
6. Pembacaan Rencana Intervensi berdasarkan hasil survey mahasiswa dan 
masyarakat di RT.01 sampai dengan RT.11 
7. Tanggapan dari Perwakilan Masyarakat Ibu Seni Prihatini 
8. Tanggapan Ketua RW.01 Ibu Eka Pudji Susanti 
9. Tanggapan dari Dosen Pembimbing Praktik Kebidanan Komunitas Ibu  Ambar
Kuswati. 
10. Tanggapan Kepala Puskesmas Ibu Wahyu Pujiwati 
11. Tanggapan dari Kepala Kelurahan Ibu Renny Anggraini 
12. Tanggapan dari Kepala Kecamatan Ibu Dessy Indah Pratiwi
13. Pembacaan Doa oleh Ibu Seni Prihatini 
14. Penutup. 

Untuk mempersingkat waktu maka kita langsung beranjak ke acara pertama  yaitu:  

1. Pembukaan 

Marilah kita awali acara ini dengan membaca:

BASMALAH  (Bismillahirrahmanirrahiim) 
2. Meningkat ke acara selanjutnya yaitu Survey Mawas Diri dan  Musyawarah
Masyarakat Kota yang akan di pandu oleh Ibu Ratna Sari  Dewi selaku
Moderator pada acara hari ini, Kepada Ibu Ratna Sari  Dewi saya persilahkan. 

Moderator : 

Assalamualaikum Wr.Wb  
Perkenalkan Nama saya Ratna Sari Dewi, saya mahasiswa D4 Kebidanan  Universitas
Indonesia Maju. Pada kesempatan ini saya akan memandu acara SMD  dan MMK.
SMD itu adalah Kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian  masalah kesehatan
oleh sekelompok masyarakat setempat di bawah bimbingan  petugas kesehatan,
sedangkan MMK itu adalah pertemuan perwakilan masyarakat  kota yang membahas
hasil survey mawas diri dan merencanakan penanggulangan  masalah kesehatan yang
diperoleh dari hasil SMD.  

Lalu tujuannya untuk apa? Tujuannya adalah masyarakat mengenal kesehatan


di wilayahnya, masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatannya, 
masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan 

Sebelum acara dimulai dimohon ketua RT, Kader, dan perwakilan warga setiap  RT
dipersilahkan untuk duduk sesuai RTnya masing-masing. (Mengarahkan  Setiap RT) 

Selanjutnya Rekan-rekan saya akan membagikan Kuisioner Diagnosa Edukatif 


Masalah Kesehatan & Kuisioner Rencana Intervensi, untuk ibu bapak isi dan 
selanjutnya dibacakan oleh setiap perwakilan RT. (Diberikan waktu diskusi 10  menit) 

1. Pembacaan Hasil Kuisioner Diagnosa Edukatif Masalah Kesehatan & 


Kuisioner Rencana Intervensi yang di sampaikan oleh Ketua RT  masing-
masing dari RW 01 diwakilkan oleh Ibu Rita Zulherni dan Ibu Seni
Prihatini. 
2. Pemaparan Data Wilayah dari Hasil Pendataan Mahasiswa Kebidanan 
Universitas Indonesi Maju yang akan dipresentasikan oleh PJ Data  yaitu Ibu
Eka Meiliani dan Aan Darma Putri. Kepada rekan-rekan  yang sudah saya
sebutkan namanya satu persatu saya persilahkan 
3. Tanya Jawab Hasil Pendataan Mahasiswa Kebidanan UIMA mengenai 
pendataan masyarakat RT.01 sampai dengan RT.11 dipandu oleh PJ  Data
4. Pembacaan Rencana Intervensi berdasarkan hasil survey mahasiswa  dan
masyarakat RT.01 sampai dengan RT.11 oleh Ibu Rita Zulherni. Kepada
Ibu Rita Zulherni saya persilahkan. 
5. Kepada Ibu Seni Prihatini selaku Perwakilan Masyarakat Kelurahan  Kebon
Baru kami persilahkan untuk memberikan tanggapan.  Terimakasih kepada
Ibu Seni Prihatini atas tanggapan yang telah  diberikan. 
6. Selanjutnya, Kepada Ibu Eka Pudji Susanti selaku ketua RW.01 Kelurahan
Kebon Baru Kecamatan Tebet kami persilahkan untuk  memberikan
tanggapan.  Terimakasih kepada Ibu Eka Pudji Susanti atas tanggapan yang
telah  diberikan. 
7. Kepada Ibu Ambar Kuswati Selaku Dosen Pembimbing Praktik  Kebidanan
Komunitas kami persilahkan untuk memberikan tanggapan.  Terima Kasih
kepada Ibu Ambar Kuswati atas tanggapan yang telah  diberikan. 
8. Kepada Ibu Wahyu Pujiwati Selaku Kepala Puskesmas kami  persilahkan
memberikan tanggapan. Terimakasih kepada Ibu Wahyu Pujiwati atas
tanggapan yang telah  diberikan. 
9. Kepada Ibu Renny Anggraini Selaku Kepala Kelurahan kami  persilahkan
memberikan tanggapan.  Terimakasih kepada Ibu Renny Anggraini atas
tanggapan yang telah  diberikan. 
10. Kepada Ibu Dessy Indah Pratiwi Selaku Kepala Kecamatan kami 
persilahkan memberikan tanggapan. Terimakasih kepada Ibu Dessy Indah
Pratiwi atas tanggapan yang  telah diberikan. 
3. Terima kasih kepada Ibu Ratna Sari Dewi selaku moderator kegiatan  Survey
Mawas Diri dan Musyawarah Masyarakat Kota. 
4. Untuk acara selanjutnya adalah pembacaan do'a yang akan dibacakan  oleh Ibu
Seni Prihatini, Kepada Ibu Seni Prihatini kami persilahkan. Terima kasih untuk
Ibu Seni Prihatini semoga do'a yang telah  dipanjatkan, akan menjadi berkah
kita semua dan dikabulkan oleh  Allah SWT. (Amiin) 
5. Penutup 

Marilah kita tutup acara ini dengan membaca HAMDALLAH. 


(Alhamdulillah) 
Demikianlah serangkaian acara Survey Mawas Diri dan  Musyawarah
Masyarakat Kota Telah kita lalui bersama, semoga apa  yang telah kita
sajikan bisa bermanfaat khususnya untuk masyarakat  RW01 Kelurahan
Kebon Baru maupun bagi kami sebagai  mahasiswi kebidanan
Universitas Indonesia Maju. Untuk itu atas  kehadiran dan partisipasi
bapak ibu kami ucapkan terima kasih. 

WASSALAMUALAIKUM WB.WR 
Rencana Intervensi Berdasarkan Hasil Survey Mahasiswa dan Masyarakat 
1. Rencana Intervensi dari RT.01 oleh Dessy Indah Pratiwi
Kegiatan : Penyuluhan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Tanggal Pelaksanaan : 30 Juli 2022 Pk.15.00 WIB 
Tempat Pelaksanaan : Sekretariat RW.01 
Sasaran : Pasangan Usia Subur 

2. Rencana Intervensi dari RT.02 oleh Ambar Kuswati 


Kegiatan : Penyuluhan Mengenai Pemberian ASI Eksklusif
Tanggal Pelaksanaan : 31 Juli 2022 Pk.10.00 WIB 
Tempat Pelaksanaan : Sekretariat RW.01 
Sasaran : Ibu Menyusui 

3. Rencana Intervensi dari RT.03 oleh Ratna Sari Dewi 


Kegiatan : Penyuluhan Gizi Seimbang pada Ibu Hamil
Tanggal Pelaksanaan : 30 Juli 2022 Pk.13.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Sekretariat RW.01 
Sasaran : Ibu Hamil 

4. Rencana Intervensi dari RT.04 oleh Eka Pudji Susanti


Kegiatan : Penyuluhan Disminorhea pada Remaja
Tanggal Pelaksanaan : 31 Juli 2022 Pk.16.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Sekretariat RW.01 
Sasaran : Remaja 

5. Rencana Intervensi dari RT.05 oleh Renny Anggraini 


Kegiatan : Penyuluhan GERMAS 
Tanggal Pelaksanaan : 31 Juli 2022 Pk.08.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Sekretariat RW.01 
Sasaran : Seluruh Warga RT.05 

6. Rencana Intervensi dari RT.06 oleh Seni Prihatini 


Kegiatan : Penyuluhan Imunisasi Rutin 
Tanggal Pelaksanaan : 1 Agustus 2022 Pk. 10.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Posyandu RW.01 
Sasaran : Ibu yang Memiliki Bayi dan Baduta

7. Rencana Intervensi dari RT.07 oleh Eka Meiliani 


Kegiatan : Penyuluhan Pemberian Makanan Pendamping ASI 
Tanggal Pelaksanaan : 31 Juli 2022 Pk.10.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Rumah Warga RT.07 
Sasaran : Ibu yang Memiliki Bayi dan Balita

8. Rencana Intervensi dari RT.08 oleh Wahyu Pujiwati


Kegiatan : Penyuluhan IVA Test 
Tanggal Pelaksanaan : 30 Juli 2022 Pk.16.00 WIB 
Tempat Pelaksanaan : Sekretariat RW.01 
Sasaran : Wanita Usia Subur 

9. Rencana Intervensi dari RT.09 oleh Mutiara Halpadma


Kegiatan : Penyuluhan Pentingnya Perilaku SADARI
Tanggal Pelaksanaan : 31 Juli 2022 Pk.10.00 WIB 
Tempat Pelaksanaan : Sekretariat RW.01 
Sasaran : Remaja dan Wanita Usia Subur

10. Rencana Intervensi dari RT.10 oleh Aan Darma Putri


Kegiatan : Penyuluhan Senam Lansia 
Tanggal Pelaksanaan : 31 Juli 2022 Pk.07.00 WIB 
Tempat Pelaksanaan : Sekretariat RW.01 
Sasaran : Lansia 

11. Rencana Intervensi dari RT.11 oleh Rita Zulherni


Kegiatan : Penyuluhan Gizi Seimbang pada Balita
Tanggal Pelaksanaan : 1 Agustus 2022 Pk.10.00 
Tempat Pelaksanaan : Posyandu RW.01 
Sasaran : Ibu yang Memiliki Bayi dan Balita 
Acara RW
Kerja Bakti Membersihkan Lingkungan dan Pengadaan Fogging dari
Puskesmas
Tanggal Pelaksanaan : 30 Juli 2022 Pk.07.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Lingkungan RT Masing-Masing Warga
Sasaran : Seluruh Warga RW.01

Bakti Sosial dengan mengadakan miniwebinar


Tanggal Pelaksanaan : 6 Agustus 2022 Pk 09.00-11.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : zoom (online)
Sasaran : Wanita Pasangan Usia Subur RW 01
SUSUNAN ACARA PENUTUPAN KEGIATAN KEBIDANAN 
KOMUNITAS MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
UIMA TAHUN 2022 

Assalamualaikum Wr.Wb 

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayat-Nya kita 
dapat berkumpul secara online dalam rangka melaksanankan, Acara Penutup Kegiatan
Praktek Komunitas, mahasiswa Kebidanan Program Studi Sarjana  Terapan Universitas
Indonesia Maju dalam keadaan sehat walafiat. Sholawat serta  salam kami haturkan
kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. 

Saya Mutiara Halpadma, akan menjadi pembawa acara pada hari ini. Kami
ucapkan selamat datang dan terimakasih atas kedatangannya kepada : 
1. Yth. Ibu Wahyu Pujiwati selaku Kepala Kelurahan Kebon Baru
2. Yth. Ibu Renny Anggraini selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Tebet
3. Yth. Ibu Ambar Kuswati selaku Dekan Kebidanan Program Studi  Sarjana
Terapan Fakultas Vokasi Universitas Indonesia Maju 
4. Yth.Ibu Eka Meiliani selaku Dosen Pembimbing Kebidanan Komunitas 
Program Studi Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju 
5. Yth. Ibu Dessy Indah Pratiwi selaku Ketua Pelaksana 
6. Yth. Bapak/Ibu, Staf Kelurahan dan para undangan yang tidak dapat saya 
sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat saya.
7. Yth. rekan-rekan seperjuangan yang saya banggakan namun tidak mengurangi 
rasa hormat saya 

Untuk memanfaatkan waktu langsung saja saya bacakan susunan acara hari ini. 

Adapun susunan acara hari ini adalah sebagai berikut: 

1. Menyanyikan lagu Indonesia Raya 


2. Pembukaan 
3. Sambutan-sambutan
4. Presentasi Laporan Intervensi Kegiatan Praktik Komunitas Mahasiswa 
Universitas Indonesia Maju 
5. Pembacaan Doa 
6. Penutup 

1. Sebelum kita mulai acara ini marilah kita menyanyikan lagu Indonesia Raya, 
hadirin dimohon untuk bersikap sempurna. 
2. Pembukaan 
Marilah kita bersama-sama membaca Basmallah untuk kelancaran acara pada 
hari ini, Bismillahirrahmanirrohim. 
3. Sambutan-sambutan 
a. Sambutan yang pertama akan disampaikan oleh Ketua Pelaksana
Kegiatan  Komunitas, Kepada Ibu Dessy Indah Pratiwi kami
persilahkan. Terima kasih kepada Ibu Dessy Indah Pratiwi atas
sambutannya. 
b. Sambutan berikutnya akan disampaikan oleh Kepala Departemen 
Kebidanan Program Studi Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju, 
Kepada Ibu Ambar Kuswati kami persilahkan. 
Terima kasih kepada Ibu Ambar Kuswati atas sambutannya. 
c. Sambutan berikutnya akan disampaikan oleh Dosen Pembimbing 
Kebidanan Komunitas Program Studi Sarjana Terapan Universitas 
Indonesia Maju, Kepada Ibu Eka Meiliani kami persilahkan. 
Terima kasih kepada Ibu Eka Meiliani atas sambutannya. 
d. Sambutan berikutnya akan disampaikan oleh Kepala Puskesmas 
Kecamatan Tebet, Kepada Ibu Renny Anggraini kami persilahkan.
Terima kasih kepada Ibu Renny Anggraini atas sambutannya. 
e. Sambutan berikutnya akan disampaikan oleh Kepala Kelurahan Kebon 
Baru Kecamatan Tebet, Kepada Ibu Wahyu Anggaini kami persilahkan.
Terima kasih kepada Ibu Wahyu Anggraini atas sambutannya. 
4. Acara selanjutnya yaitu Presentasi Laporan Intervensi Kegiatan Praktik 
Kebidanan Komunitas Mahasiswa Universitas Indonesia Maju. Acara ini
akan dipandu oleh Moderator kita Ibu Seni Prihatini, kepada Ibu Seni Prihatini
kami  persilahkan.
 

Moderator: Seni Prihatini 


Terima kasih kepada MC yang sudah memberikan kesempatan kepada saya  untuk
memandu acara Presentasi Laporan Intervensi Kegiatan Komunitas  Mahasiswa
Kebidanan Universitas Indonesia Maju di Kelurahan Kebon Baru  Kecamatan Tebet. 
Presentasi ini merupakan Presentasi Laporan Intervensi Kegiatan Komunitas 
Mahasiswa Kebidanan UIMA di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet yang  akan
dipresentasikan oleh Sdri. Ratna Sari Dewi dari mahasiswi UIMA. Kepada  Sdri. Ratna
Sari Dewi saya persilahkan. 

Presenter: Ratna Sari Dewi 

Terima kasih kepada Moderator yang sudah memberikan waktu untuk saya 
mempresentasikan hasil Kegiatan Kebidanan Komunitas di Kelurahan Kebon Baru 
Kecamatan Tebet. 
"Presentasi Laporan Intervensi Kegiatan Kebidanan Komunitas Mahasiswa 
Universitas Indonesia Maju." 
Demikian presentasi yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas waktunya, 
acara akan saya kembalikan kepada Moderator. 

Moderator: Seni Prihatini 

Terima kasih kepada Ibu Ratna yang sudah mempresentasikan hasil Laporan 
Intervensi Kegiatan Kebidanan Komunitas Mahasiswa Universitas Indonesia Maju. 
Selanjutnya kita akan dengarkan bersama tanggapan hasil presentasi dari  Mahasiswi
UIMA. 
Selanjutnya adalah sesi diskusi dan tanggapan dari Bapak/ Ibu sekalian. Pada  sesi
ini kami akan membuka forum tanya jawab. Kepada Bapak/Ibu dipersilahkan  untuk
bertanya mengenai hasil laporan yang telah kami presentasikan dan kami juga 
mempersilahkan kepada Bapak/Ibu untuk memberikan komentar dan tanggapan. 
"Apakah bapak/ibu sudah dapat menerima hasil laporan kami?" Jika bapak/ibu
sudah dapat menerima hasil laporan kami, kami mengucapkan  terima kasih,
selanjutnya kami persilahkan kepada 
1. Ibu Wahyu Pujiwati selaku Kepala Kelurahan Kebon Baru
2. Ibu Renny Anggraini selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Tebet
3. Ibu Eka Meiliani selaku Dosen Pembimbing Koordinator Praktik
Komunitas 
Presentasi Laporan Intervensi Kegiatan Kebidanan Komunitas Mahasiswa 
Universitas Indonesia Maju di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet telah  selesai
dilakukan. Acara selanjutnya saya kembalikan kepada MC. 

MC: Mutiara Halpadma 

Terima kasih kepada Ibu Seni Prihatini selaku Moderator kegiatan acara  Presentasi
Laporan Intervensi Kegiatan Kebidanan Komunitas Mahasiswa  Universitas Indonesia
Maju di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet hari ini. 
Acara selanjutnya adalah pembacaan do'a yang akan dibacakan oleh Ibu Rita 
Zulherni, kepada Ibu Rita Zulherni kami persilahkan. Terima kasih untuk Ibu Rita 
Zulherni atas do'a yang telah dibacakan. Semoga do'a yang telah dipanjatkan akan 
menjadi berkah bagi kita semua dan dikabulkan oleh Allah SWT. Aamiin. 
Susunan acara demi acara telah dilaksanakan, marilah kita tutup acara pada hari 
ini dengan membaca Hamdallah. Alhamdulillahirabbil'alamiin. Demikianlah
serangkaian acara Presentasi Laporan Intervensi Kegiatan  Mahasiswa Universitas
Indonesia Maju telah kita lalui bersama, semoga apa  yang telah kami lakukan dalam
kegiatan praktik komunitas ini bisa bermanfaat  khususnya untuk masyarakat RW 01
Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet maupun bagi kami sebagai mahasiswi
kebidanan Universitas Indonesia Maju.  Untuk itu atas kehadiran dan partisipasi bapak
dan ibu kami ucapkan terima kasih.
Kami segenap mahasiswa Universitas Indonesia Maju mohon maaf atas segala 
kekurangan dan kekhilafan. 
Wassalamualaikum Wr. Wb

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

“DETEKSI DINI KANKER SERVIKS”


Oleh
Nama Ketua :
Dessy Indah Pratiwi _ 07210400131
Anggota :
12. Ambar Kuswati 07210200028
13. Eka Meilani 07210200031
14. Rita Zulherni 07210200032
15. Mutiara Halpatma 07210200041
16. Ratna Sari Dewi 07210400123
17. Aan Darmaputri 07210400125
18. Wahyu Pujiwati 07210400126
19. Eka Pudji susanti 07210400128
20. Seni Prihatini 07210400129
21. Renny Anggraini 07210400130

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : “Deteksi Dini dan Kanker Serviks”

2. Bidang : Pengabdian Masyarakat

3. Nama mitra : Perempuan Usia Subur & Wanita Usia Subur

4. Ketua Pelaksana :
Nama : Dessy Indah Pratiwi Amd.Keb
Bidang Keahlian : Bidan
Alamat : Kebon Baru, RT/RW 03/01 kec.
Tebet Jakarta Selatan

5. Anggota Tim Pelaksana


1 Ambar Kuswati 6 Aan Darmaputri
2 Eka Meilani 7 Wahyu Pujiwati
3 Rita Zulherni 8 Eka Pudjisusanti
4 Mutiara Halpatma 9 Seni Prhiatini
5 Ratna Sari Dewi 10 Renny Anggraini

6. Lokasi Kegiatan
a. Wilayah Mitra : Kebon Baru
b.Kabupaten / Kota : Jakarta Selatan
c. Provinsi : DKI Jakarta

7. Jangka Waktu Pelaksana : 09.00 WIB - 11.00 WIB

8. Biaya Total : 500.000,-


Jakarta, 5 Agustus 2022
Mengetahui,
Kepala Dekan Fakultas Vokasi Ketua Pelaksana

(Hidayani, Am Keb, SKM, MKM) (Dessy Indah Pratiwi)


Menyetujui
Dosen Pembimbing Praktik

(Maryam Syarah, S.ST, MKM)


RINGKASAN

WHO melaporkan bahwa di dunia setiap tahunnya terdapat 8,2 juta kematian
disebabkan oleh kanker dalam dekade 5 tahun terakhir. Angka kejadian dan angka
kematian akibat kanker leher rahim (cancer cervix) di dunia menempati urutan
kedua setelah kanker payudara pada perempuan. Hampir 80 % kasus berada di
negara berkembang terutama menyerang usia reproduktif. (Rasjidi, 2010) Dunia
saat ini diperkirakan lebih dari 1 juta perempuan menderita kanker serviks dan 3 -
7 juta perempuan menderita lesi prakanker derajat tinggi (High Grade Dysplasia)
(Globocan cancer fact sheet). Menurut International Agency for Research On
Cancer (IARC), 85 % kasus kanker di dunia pada tahun 2012 dengan kasus
kematian sebanyak 266.000 terjadi di negara berkembang, dan Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah penderita kanker serviks
kedua terbesar setelah Cina. Indonesia saat ini berada pada kondisi transisi
epidemiologi, yang mana kasus penyakit menular masih belum menurun seperti
yang diharapkan, demikian juga penyakit tidak menular kasusnya mulai
meningkat setiap tahunnya. (Rasjidi, 2010)
Di Indonesia diperkirakan terdapat 15.000 kasus baru kanker serviks setiap
tahunnya, dengan angka kematian diperkirakan 7.500 kasus pertahun. Insidensi
kanker serviks di Jakarta 100/100.000. Mortalitas kanker serviks ini masih tinggi
karena ± 90 % kasus terdiagnosis pada stadium invasif bahkan lanjut hingga
terminal. Pada tahun 2025 diperkirakan kasus baru kanker serviks di Indonesia
akan meningkat sebesar 74 %, sementara prevalensinya akan meningkat sebesar
49 %. (DepKes RI, 2007)
Kanker serviks termasuk jenis kanker dengan kategori mudah dicegah dan
diobati, namun seringkali pasien datang untuk berobat pada kondisi stadium
lanjut, sehingga kejadian kematian menjadi tinggi. Deteksi dini kanker serviks
meliputi program skrining yang terorganisasi dengan sasaran pada kelompok usia
yang tepat dan sistem rujukan yang efektif di semua tingkat pelayanan kesehatan.
Beberapa metode yang dapat digunakan meliputi program pemeriksaan sitologi
berupa tes Pap’s smear, pemeriksaan sitologi cairan dan pemeriksaan DNA HPV.
Selain itu pemeriksaan Inspeksi Visual Acetat (IVA) merupakan metode yang
dapat dilakukan secara massal dan terbilang murah serta menjawab kendala pada
metode tes Pap’s smear.(Wariah, 2021)
Pengabdian Masyarakat dengan metode Daring dalam bentuk webinar ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan wanita
dalam menangani dan mencegah kanker serviks dengan melakukan Deteksi secara
dini serta agar dapat mewujudkan derajat kesehatan diri sendiri selain itu untuk
memperkenalkan UIMA ke pada masyarakat luas. Pengabdian Masyarakat akan
dilaksanakan pada Hari Sabtu, 6 Agustus 2022 dengan metode Daring melalui
Live Zoom.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan proposal kegiatan Pengabdian Masyarakat melalui
kegiatan Webinar Kesehatan dengan tema “Deteksi Dini Kanker Serviks” .
Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini merupakan salah satu bagian dari Tri
Dharma Perguruan Tinggi yang harus dilaksanakan oleh civitas akademika khusus
para Mahasiswa UIMA. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan,
termasuk didalamnya melakukan kegiatan yang sesuai dengan judul pengabdian
masyarakat. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju.

2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrachman, SH, MPH, selaku Pembina
Yayasan Indonesia Maju.

3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia


Maju.

4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik


Universitas Indonesia Maju.

5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik


Universitas Indonesia Maju.

6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi


Universitas Indonesia Maju.

7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi


Universitas Indonesia Maju.

8. Retno Sugesti, S.ST., M.Kes., Selaku Koordinator Program Studi


Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju

9. Maryam Syarah, S.ST, MKM., Selaku Pembimbing Praktik Mata Kuliah


Asuhan Kebidanan Komunitas
10. Seluruh dosen Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Indonesia Maju
yang telah memberikan ilmu pengetahuannya selama duduk di bangku
kuliah.

11. Terima kasih kepada orang tua saya yang tidak henti-hentinya mendoakan,
mendukung, memberikan nasihat, semangat serta motivasi dalam
penyusunan penulisan ini.

12. Rekan-rekan seperjuanganku yang saling mendukung dan menyemangati


satu sama lain

Semoga proposal ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf apabila ada kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan di masa depan.

Jakarta, 6 Agustus 2022

Ketua Pelaksana
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................
RINGKASAN.................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. Analisa Situasi...........................................................................................
B. Permasalahan Mitra...................................................................................
C. Solusi Permasalahan..................................................................................
D. Target Luaran.............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................
A. Kanker Serviks...........................................................................................
B. Pencegahan dan Deteksi Dini Pap Smear dan IVA.................................
1. Inspeksi visual asam asetat (IVA)...........................................................
2. Pap smear.................................................................................................
BAB III METODE PELAKSANAAN.........................................................................
A. Rencana Kegiatan....................................................................................
B. Kualifikasi Anggota Tim Pelaksana........................................................
BAB IV JADWAL KEGIATAN..................................................................................
A. Jadwal Kegiatan.......................................................................................
B. Pembicara................................................................................................
C. Susunan Acara.........................................................................................
D. Kepanitiaan..............................................................................................
E. Anggararan Dana.....................................................................................
BAB V PEMBAHASAN..............................................................................................
A. Hasil yang di capai...................................................................................
B. Keberlanjutan Program............................................................................
BAB VI PENUTUP......................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Analisa Situasi

Kesehatan merupakan kebutuhan dan hak setiap insan agar dapat


mewujudkan kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. hal ini hanya
dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok
berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ,kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Oleh karena itu perlu diselengarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif) ,penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitative) yang diselenggarakan secara menyeluruh ,terpadu dan
kesinambungan .dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat serta
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka diperlukan strategi promosi
kesehatan baik kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan khususnya kepada
masyarakat.
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks dan
merupakan salah satu penyebab kematian pada wanita. Penyebab dari kanker
serviks adalah infeksi Human Vapiloma Virus (HPV). HPV ditularkan melalui
hubungan seksual dan ditemukan pada 95% kasus kanker serviks.
Data dari WHO (World Health Organization), kanker merupakan
penyebab kematian nomor 4 di dunia. Pada tahun 2012 kematian akibat
kanker serviks diperkirakan lebih dari 270.000 setiap tahunnya, lebih dari 85%
terjadi di negara berkembang dan jumlah wanita penderita baru kanker serviks
berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu
kasus kanker serviks. Kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan
prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 0,8%.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi kanker di
Indonesia adalah 1,4% per 1000 penduduk. Prevalensi kanker tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta 4,1%, diikuti Jawa Tengah 2,1%, dan Bali 2%.
Salah satu kanker pada perempuan dengan kejadian yang tertinggi di
Indonesia adalah kanker serviks. Capaian deteksi dini kanker leher Rahim/
serviks terbanyak di Kota Yogyakarta (46,83%) dan paling sedikit pada
Kabupaten Bantul (9,03%) dengan rata-rata di DIY 17,71%.
Program pemerintah mengenai deteksi dini kanker serviks sudah
tercantum didalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
796/MENKES/SK/VII/2010 kanker serviks. Program deteksi dini kanker
serviks yang dimaksud dalam peraturan ini yaitu pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA). Pemerintah menargetkan, pada tahun 2014 pencegahan
dan penanggulangan kanker serviks dapat menjangkau hampir seluruh
provinsi. Pada tahun 2014 25% kabupaten/kota dapat melakukan deteksi dini
terhadap kanker serviks dengan sasaran 80% wanita usia subur (WUS)
berumur 30-49 tahun telah melakukan deteksi dini kanker serviks.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Tabulasi di Kelurahan Kebon Baru
bahwa pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks masih kurang.
Kelurahan Kebun Baru menunjukan hasil bahwa pengetahuan tentang deteksi
dini kanker serviks masih rendah. Berdasarkan uraian di atas maka kelompok
tertarik untuk melakukan Mini Webinar “ Deteksi Dini Kanker Serviks”
terhadap Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur dengan Metode IVA
dan Papsmear di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Kota Jakarta
Selatan, 2022.

B. Permasalahan Mitra

Umumnya mereka tidak mendapatkan informasi yang benar sehingga yang


dibayangkan adalah efek negatif yang akan dialami setelah melakukan pemeri
ksaan IVA dan papsmear.
Salah satu cara untuk untuk mengetahui kanker servik ialah dilakukannya
deteksi dini kanker serviks seperti pemeriksaan IVA dan papsmear, cara
mengubah kognitifnya melalui edukasi menggunakan audio –visual dan
booklet sebagai media. Hasil Penelitian Khademol-hosseini pada tahun 2017
dan teori Glanz mengungkapkan bahwa edukasi dengan penerapan Health
Belief Model, sangat efektif meningkatkan Pengetahuan secara signifikan.

C. Solusi Permasalahan

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut


di era new normal yang harus diterapkan adalah dengan membentuk sikap
baru, Aktifitas Fisik seperti Olahraga, menjalankan/ mencari hobi baru,
kemudia karakteristik Sosial dengan melakukan bertemu dengan teman
dengan mengikuti protocol ( menggunakan masker, tidak berkerumun,
menghindari tempat yang terlalu ramai), Tidak bersikap egosi, focus hanya
pada diri sendiri, peduli pada kesehatan orang lain dan empati, serta
membentuk cara berpikir dengan mempertimbangkan resiko dan bahaya
menghindari tingkah laku yang merugikan.
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan meneteskan asam asetat (asam
cuka) pada permukaan mulut rahim. Teknik ini dinilai terjangkau, mudah,
hanya memerlukan alat sederhana, dan hasilnya bisa langsung didapatkan.
Pemeriksaan Pap smear sebaiknya dilakukan setiap dua tahun, sejak
usia 21 tahun. Setelah usia 30 tahun, tes ini dapat dilakukan setiap tiga tahun.
Di Indonesia, pemeriksaan Pap smear dianjurkan bagi wanita usia subur yang
sudah menikah atau aktif secara seksual. Wanita usia subur yaitu dalam
rentang usia 20-45 tahun.Pemeriksaan Pap smear dapat dikombinasikan
dengan tes yang lebih spesifik untuk mendeteksi Human Papillomavirus
(HPV), terutama pada wanita 30 tahun ke atas.

D. Target Luaran

a. Target
Target pada kegiatan pengabdian masyarakat dalam rangka acara M
ini Webinar tentang “Deteksi Dini Kanker Serviks” dalam mengetahui sej
ak dini Kanker Servik pada Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia
Subur (PUS).
b. Luaran
Kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai salah satu
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai Deteksi Dini Kanker
Serviks pada Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS)
di Mini Webinar Kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Serviks

1. Definisi
Kanker Serviks adalah kanker yang menyerang jaringan serviks.
Serviks merupakan organ yang menghubungkan vagina dengan rahim
(ESMO, 2010; Yayasan Kanker Indonesia, 2014; CDC, 2015).
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks,
kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula
tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau keduanya (Nurwijaya, 2010).
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak
menyerang wanita Indonesia pada usia pertengahan (30-50 tahun). Usia
30-50 tahun merupakan puncak usia produktif perempuan, sehingga
wanita dengan kanker serviks pada usia tersebut akan memberikan efek
pada kualitas hidup secara fisik dan kesehatan seksual (Fitriana,
Ambarini, 2012)
2. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) (Rasjidi, 2009; ESMO, 2010; Yayasan Kanker Indonesia,
2014; CDC, 2015). Proses terjadinya karsinoma serviks sangat erat
hubungannya dengan proses metaplasia. Perubahan biasanya terjadi
pada daerah sambungan skuamous kolumnar atau daerah transformasi
(Rasjidi, 2009).
HPV ditularkan melalui kontak kulit dengan area yang terinfeksi
HPV, melalui hubungan seksual (American Cancer Society, 2016). HPV
mempunyai lebih dari 150 jenis, 13 diantaranya adalah penyebab kanker
yang dikenal sebagai tipe risiko tinggi. HPV yang mempunyai risiko
tinggi penyebab kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18. HPV tipe ini
ditularkan melalui kontak seksual dan kebanyakan orang terinfeksi HPV
sesaat setelah onset aktivitas seksual, namun untuk menjadi kanker
membutuhkan waktu bertahun-tahun (WHO, 2016; American Cancer
Society, 2016).
3. Gejala
Kanker serviks sering tidak menimbulkan tanda dan gejala. Gejala
akan muncul jika sudah memasuki stadium kanker serviks. Gejala-gejala
yang ditimbulkan penyakit kanker serviks menurut “Kanker Serviks”,
(2015); Smart, (2013); Mardjikoen, (2007 dalam Fitriana, Ambarini, 2012)
adalah :
a. Gejala awal
1) Pendarahan vagina yang abnormal, berupa pendarahan setelah
berhubungan seksual, pendarahan diluar siklus menstruasi atau
pendarahan pasca menopause.
2) Menstruasi banyak dan berlangsung lebih dari 7 hari
3) Keputihan banyak yang berlebihan dan berbau tidak sedap.
4) Nyeri saat berhubungan seksual
b. Gejala pada stadium lanjut
1) Anoreksia, berat badan menurun,dan mudah merasa lelah
2) Nyeri pada panggul, pinggang, dan tungkai
3) Gangguan eliminasi
4) Salah satu kaki mengalami pembengkakan
5) Vagina mengeluarkan urine atau feses.
4. Faktor Resiko
Wanita yang mempunyai risiko tinggi terserang kanker serviks
menurut American Cancer Society (2016); CDC (2016); Rasjidi (2009),
adalah :
a. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Human Papilloma Virus (HPV) dapat menginfeksi sel-sel di
permukaan kulit, dan mereka yang melapisi alat kelamin, anus,
mulut, dan tenggorokan. HPV dapat menyebar dari satu orang ke
orang lain melalui kontak kulit ke kulit. Salah satu cara HPV
menyebar adalah melaui hubungan seks, termasuk seks vaginal, anal,
dan bahkan oral. Infeksi HPV pada wanita tidak semua bisa
menyebabkan kanker serviks. Virus ini akan hilang dengan
sendirinya apabila wanita yang terinfeksi virus HPV memiliki sistem
kekebalan tubuh yang baik.
Ada 150 jenis HPV yang dikelompokan menjadi jenis HPV
berisiko rendah dan HPV beririko tinggi. Jenis HPV berisiko rendah
merupakan penyebab kutil pada bibir atau lidah, sekitar organ
kelamin wanita dan laki-laki dan di daerah anus. HPV tipe berisiko
rendah jarang menyebabkan kanker. Jenis HPV lainnya disebut tipe
risiko tinggi karena sangat terkait dengan kanker. Tipe HPV yang
mempunyai risiko tertinggi terjadinya kanker serviks adalah tipe HPV
16 dan HPV 18. Waktu yang dibutuhkan dari infeksi HPV risiko-
tinggi sampai terjadinya kanker adalah 15 tahun.
b. Merokok
Wanita yang merokok mempunyai risiko dua kali lipat lebih tinggi
terkena kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak merokok.
Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dapat dijumpai pada
lendir serviks wanita yang merokok. Para peneliti percaya bahwa zat
ini dapat merusak DNA sel serviks dan dapat berkontribusi pada
perkembangan kanker serviks. Merokok juga membuat system
kekebalan tubuh kurang efektif dalam melawan infeksi HPV
c. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
Human Immunodeficiency Virus (HIV), adalah virus yang
menyebabkan AIDS, merusak sistem kekebalan tubuh sehingga
wanita penderita AIDS memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi HPV
yang bisa menyebabkan kanker serviks. Wanita dengan penyakit
autoimun yang menkonsumsi obat untuk menekan respon kekebalan
tubuh juga berisiko terserang kanker serviks.
d. Infeksi Chlamidia
Chlamidia adalah jenis bakteri yang dapat menginfeksi sistem
reproduksi, menyebar melalui kontak seksual. Infeksi chlamidia dapat
menyebabkan peradangan panggul dan infertilitas.
e. Hubungan seksual
Berdasarkan etiologi infeksinya, wanita dengan pasangan seksual
lebih dari satu dan wanita yang memulai berhubungan seksual
sebelum usia 18 tahun mempunyai risiko lima kali lipat terkena
kanker serviks. Hal ini disebabkan karena sel-sel mukosa pada
serviks belum matang. Sel-sel mukosa wanita baru matang pada usia
20 tahun ke atas. Sehingga jika wanita melakukan hubungan seksual
pada usia dibawah 18 tahun sel-sel serviks masih rentan terhadap
rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar yang
bisa menyebabkan sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi sel
kanker.
f. Kanker partner
Wanita yang memiliki pasangan tidak disirkumsisi memiliki
risiko tinggi terserang kanker serviks. Laki-laki yang melakukan
sirkumsisi memiliki kemungkinan lebih kecil terjangkit virus HPV.
Hal ini menurut Pradipta (2007 dalam Syatriani, 2011) disebabkan
karena laki-laki yang tidak disirkumsisi smegma pada preposiumnya
akan menjadi tempat berkumpulnya bakteri dan virus yang akan
menularkan ke pasangan seksualnya ketika berhubungan seksual.
g. Riwayat ginekologi
Hamil di usia kurang dari 17 tahun dan melahirkan anak
lebih dari tiga juga merupakan risiko tinggi terkena kanker serviks,
apalagi dengan jarak kelahiran yang terlalu pendek. Hal ini
diperkirakan karena terlalu sering melahirkan akan menimbulkan
perlukaan di jalan lahir, sehingga berisiko tinggi terinfeksi HPV.
h. Diethylstilbesterol (DES)
DES merupakan obat hormonal yang diberikan untuk wanita
hamil sekitar tahun 1940-1971 bertujuan untuk mencegah keguguran.
Obat ini telah terbukti dapat memicu kanker serviks.
i. Kontrasepsi peroral
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama
meningkatkan risiko kanker serviks. Penelitian menunjukkan bahwa
semakin lama wanita memakai kontrasepsi oral, risiko kanker serviks
semakin meningkat. Risiko ini akan turun lagi setelah kontrasepsi oral
berhenti, dan kembali normal sekitar 10 tahun setelah berhenti.
Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker serviks
karena jaringan serviks merupakan salah satu sasaran yang disukai
hormon steroid perempuan.
j. Status ekonomi
Wanita dengan kelas ekonomi paling rendah memiliki faktor
risiko lima kali lebih besar daripada wanita di kelas ekonomi paling
tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan wanita dengan kelas ekonomi
paling rendah tidak memiliki akses yang mudah ke pelayanan
kesehatan
k. Diet
Wanita yang diet rendah buah dan sayuran memiliki risiko
tinggi terkena kanker serviks.

B. Pencegahan dan Deteksi Dini Pap Smear dan IVA

Deteksi lesi pra kanker terdiri dari berbagai metode, antara lain :
1. Inspeksi visual asam asetat (IVA)
Deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA adalah metode
menggunakan asam acetat 5% yang diusapkan pada permukaan serviks
dan diinterpretasikan dengan melihat perubahan warna putih yang
terjadi setelah larutan asam asetat didiamkan selama 1 menit
a. Pengertian IVA
IVA atau inspeksi visual asam asetat adalah salah satu
bentuk deteksi dini kanker serviks secara visual menggunakan
asam asetat yang sudah diencerkan, berarti melihat serviks dengan
mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan
asam setat 3-5%. Daerah yang tidak normal akan berubah warna
dngan batas tegas menjadi putih (acetowhite), yang
mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi
prakanker. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan setahun sekali
b. Kelebihan pemeriksaan IVA
Kelebihan tes IVA adalah biaya murah, dapat dilakukan di
pelayanan tingkat primer, dapat dilakukan kapan saja dalam siklus
menstruasi, termasuk saat menstruasi, dan saat asuhan nifas atau
paska keguguran. Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada
perempuan yang dicurigai memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS
c. Sasaran pemeriksaan IVA
Sasaran pemeriksaan IVA adalah wanita usia di atas 20 tahun
dan pernah melakukan hubungan seksual. Namun prioritasnya adalah
pada usia wanita 30-50 tahun dengan target 50% wanita sampai tahun
2019
d. Tahapan pemeriksaan IVA
Tahapan pemeriksaan IVA adalah sebagai beriku:
1) Persiapan
Persiapan alat. Alat yang harus disiapkan yaitu:
a) Spekulum
b) Lampu
c) Larutan asam asetat 3-5%
d) Kapas lidi
e) Sarung tangan
f) Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan
Persiapan pasien. Persiapan pasien meliputi:
a) Memastikan identitas, memeriksa status dan kelengkapan
inform consent pasien
b) Pasien diminta untuk menanggalkan pakaian dari pinggang
hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan
c) Memposisikan pasien dalam posisi litotomi
d) Menutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain.
2) Pelaksanaan IVA
Langkah-langkah dalam pelaksanaan IVA yaitu:
a) Cuci tangan dan memakai sarung tangan
b) Membersihkan genetalia eksterna dengan air DTT
c) Masukkan spekulum dan tampakkan serviks hingga terlihat jelas
d) Bersihkan serviks dari cairan, darah, sekret dengan kapas lidi
bersih
e) Periksa serviks sesuai langkah berikut:
1) Terdapat kecurigaan kanker atau tidak: Jika ya, pasien
dirujuk, pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan. Jika
pemeriksaan oleh dokter obsgyn, lakukan biopsi.
2) Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi Sambungan
Skuamo Kolumnar (SSK) Jika SSK tidak tampak, maka
dilakukan pe`meriksaan mata telanjang tanpa asam asetat,
lalu beri kesimpulan sementara, yaitu hasil negatif namun
SSK tidak tampak. Pasien disarankan untuk melakukan
pemeriksaan selanjutnya lebih cepat atau pap smear
maksimal 6 bulan lagi.
3) Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan
kapas lidi yang sudah divelupkan ke dalam asam asetat 3-
5% ke seluruh permukaan serviks.
4) Menunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah
ada bercak putih (acetowhite epithelium) atau tidak
5) Jika tidak (IVA negatif), menjelaskan kepada pasien
kapan harus kembali untuk menguulangi pemeriksaan
IVA
6) Jika ada (IVA positif), tentukan metode tata laksana yang
akan dilakukan
f) Mengeluarkan spekulum
g) Membuang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai
lainnya ke dalam container (tempat sampah) yang tahan bocor,
sedangkan alat-alat yang dapat digunakan kembali, rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
h) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus
melakukan pemeriksaan lagi serta rencana tata laksana jika
diperlukan.
2. Pap smear
Pap smear merupakan suatu metode deteksi dini kanker serviks
sederhana yang paling popular dan merupakan standar pemeriksaan
deteksi dini kanker serviks. Sitologi apusan pap adalah ilmu yang
mempelajari se-sel lepas atau deskuamasi dari system ginekologi
wanita, meliputi sel-sel lepas vagina, serviks,endoserviks, dan
endometrium. Sitologi apusan pap dapat digunakan untu evaluasi
sitohormonal, mendiagnosis peradangan, identifikasi organisme
penyebab peradangan, mendiagnosis lesi prakanker (NIS) dan kanker
serviks dni maupun invasif.33 Pemeriksaan pap smear dapat dilakukan
oleh wanita yang sudah menikah atau sudah pernah berhubungan
seksual secara rutin paling tidak setahun sekali.
a. Pengertian
Pap smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah
dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-
kaelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Fitria, 2007). Pap
smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas dari sistem
alat kandungan wanita (Lestadi, 2009).
b. Tujuan tes Pap smear
1) Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat
berkembang menjadi kanker serviks.
2) Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim
bagi seseorang yang belum menderita kanker.
3) Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel
kanker leher rahim.
4) Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.
c. Manfaat pap smear
1) Evaluasi Sitohormonal
Evaluasi sitohormonal Penilaian hormonal pada seorang wanita
dapat dievaluasi melalui pemeriksaan pap smear yang bahan
pemeriksaanya adalah sekret vagina yang berasal dari dinding
lateral vagina sepertiga bagian atas.
2) Mendiagnosis peradangan
Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat
didiagnosa dengan pemeriksaan pap smear . Baik peradangan akut
maupun kronis. Sebagian besar akan memberi gambaran perubahan
sel yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan organisme
penyebabnya. Walaupun kadang-kadang ada pula organisme yang
tidak menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan pap smear
3) Identifikasi organisme penyebab peradangan
Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman
yang sebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat
bagi organ tersebut. Pada umumnya organisme penyebab
peradangan pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pap
smear, sehingga berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut,
dapat diperkirakan organisme penyebabnya
4) Mendiagnosis kelainan prakanker
Kanker leher rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasif) pap
smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat
pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker leher
rahim.Pap smaer yang semula dinyatakan hanya sebagai alat
skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat
diagnostik prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh dengan
ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik
sitologi tidak dapat mengantikan diagnostik histopatologik sebagai
alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnosik sitologi
kanker leher rahim harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan
histopatologi jaringan biobsi leher rahim, sebelum dilakukan
tindakan sebelumya
5) Memantau hasil trapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau
gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus
kanker leher rahim yang telah diobati dengan radiasi, memantau
adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi,
memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim yang
telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.
6) Faktor-faktor yang mempengaruhi pap smear menurut Fitria
(2007)
a) Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering
ditemukan pada usia 35-55 tahun dan memiliki resiko 2-3 kali
lipat untuk menderita kanker leher rahim. Semakin tua umur
seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya
proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi
pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami
kemunduran, sehingga pada usia lebih lama kemungkinan jatuh
sakit (Fitria, 2007).
b) Sosial ekonomi
Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi
keganasan pada sel-sel mulut rahim, hal ini karena ketidak
mampuan melakukan pap smear secara rutin (Fitria, 2007).
c) Paritas
Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2
orang atau jarak persalinan terlampau dekat mempunyai resiko
terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada leher
rahim. Jika jumlah anak menyebabkan perubahan sel abnormal
dari epitel pada mulut rahim yang dapat berkembang pada
keganasan (Fitria, 2007).
d) Wanita yang dianjurkan tes pap smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear
biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak
menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami
aktivitas seksualnya memeriksakan diri, berikut ini adalah
wanita-wanita sasaran tes pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
1) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda
sudah menikah atau belum menikah namun aktivitas
seksualnya sangat tinggi.
2) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti
pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HIV
atau kutil kelamin.
3) Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
4) Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB. e. Pap
tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
5) Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun
dengan catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih
sering menjalankan pap smear. g. Sesering mungkin
jika hasil pap smear menunjukkan abnormal sesering
mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker
maupun kanker serviks
e) Tempat pemeriksaan pap smear menurut Sukaca 2009 dapat
dilakukan di:
1) Rumah sakit pemerintah.
2) Rumah sakit swasta.
3) Laboratorium swasta, dengan harga yang cukup
terjangkau.
4) Tempat-tempat yang menyediakan fasilitas pap smear.
Bila hasil pada pasien pap smear ternyata positif, maka harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan biobsy terarah dan patologi.
Pap smear sudah dapat menemukan kanker leher rahim.
Meskipun masih ada tingkat pra kanker (stadium dini).
Dengan pemeriksaan ini bisa memberikan harapan
kesembuhan 100%. Sebaliknya pada penderita yang datang
terlambat, harapan untuk sembuhpun terlampau sulit.
f) Syarat pengambilan bahan
Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan
mendiagnosis lesi prakanker dan kanker leher rahim, dapat
menghasilkan interprestasi sitologi yang akurat bila
memenuhi syarat (Romauli dan Vindari , 2011) yaitu:
1) Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher
rahim.
2) Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu
diluar masa haid, yaitu sesudah hari siklus haid
ketujuh sampai dengan masa pramenstruasi.
3) Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar
masa haid dan dicurigai penyebabnya kanker leher
rahim, sediaan pap smear harus dibuat saat itu
walaupun ada perdarahan.
4) Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda
sampai selesai pengobatan.
5) Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina
(pembersihan vagina dengan zat lain), memasukkan
obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks
sekurang-kurangnya 24 jam, sebaiknya 48 jam.
6) Klien yang sudah menopause, pap smear dapat
dilakukan kapan saja
g) Kendala Pap Smear (Romauli dan Vindari. 2011)
Dilakukan diatas hanya 5% perempuan di Indonesia
yang bersedia melakukan pemeriksaan pap smear banyak
kendala. hal tersebut terjadi antara lain:
1) Kurangnya tenaga terlatih untuk pengambilan sediaan.
2) Tidak tersedianya peralatan dan bahan untuk
pengambilan sediaan.
3) Tidak tersedianya sarana pengiriman sediaan.
4) Tidak tersedianya laboratorium pemprosesan sediaan
serta tenaga ahli sitologi.
h) Syarat pendeteksian pap smear
Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan saat
melakukan pap smear menurut (Sukaca, 2009) yaitu:
1) Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan
sebelum menstruasi sebelumnya.
2) Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada
petugas mengenai aktivitas seksualnya.
3) Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1
hari sebelum pengambialn bahan pemeriksaan.
4) Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh
dilakukan dalam 24 jam sebelumnya.
5) Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak
menunjang pemeriksaan pap smear
i) Langkah -langkah pengambilan sampel pap smear
1) Persiapan pasien
 Melakukan informent concent.
 Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur
ginekologi dan lampu sorot.
 Menganjurkan klien membuka pakaian bagian
bawah.
 Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur
ginekologi dengan posisi litotomi.
2) Persiapan alat
 Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan
seperti hanscun, speculum cocor bebek, spatula
ayre yang telah dimodifikasi, lidi kapas atau
cytobrush, kaca objek glass, botol khusus berisi
alkohol 95%, cytocrep atau hair spray, tampon
tang, kasa steril pada tempatnya, formuler
permintaan pemeriksaan sitologi pap smear, lampu
sorot, waskom berisi larutan klorin 0,5%, tempat
sampah, tempat tidur ginekologi, sampiran.
 Menyusun perlengkapa/bahan secara
ergonomisMencuci tangan dengan sabun dibawah
air mengalir dengan metode tujuh langkah dan
mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.,
Mengunakan hanscun steril.Melakukan vulva
higyene. Memperhatikan vulva dan vagina apakah
ada tanda-tanda infeksi.Memasang speculum
dalam vagina.Masukkan spatula ayre kedalam
mulut rahim, dengan ujung spatula yang berbentuk
lonjong, apus sekret dari seluruh permukaan
porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan
mengerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar
melingkar 3600.
3) Pelaksanaan
a) Mencuci tangan dengan sabun dibawah air
mengalir dengan metode tujuh langkah dan
mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.
b) Mengunakan hanscun steril.
c) Melakukan vulva higyene.
d) Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada
tanda-tanda infeksi.
e) Memasang speculum dalam vagina.
f) Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim,
dengan ujung spatula yang berbentuk lonjong,
apus sekret dari seluruh permukaan porsio serviks
dengan sedikit tekanan dengan mengerakkan
spatel ayre searah jarum jam, diputar melingkar
3600 .
g) Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca
object glass secukupnya, jangan terlalu tebal dan
jangan terlalu tipis.
h) Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan
cara:
Fiksasi Basah Fiksasi basah dibuat setelah
sediaan diambil, sewaktu secret masih segar
dimasukkan kedalam alkohol 95%. Setelah
difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat
diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam
keadaan keringterfiksasi atau dapat pula
sediaan dikirim dalam keadaan terendam cairan
fiksasi didalam botol.
Fiksasi Kering Fiksasi kering dibuat setelah
sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih
seger disemprotkan cytocrep atau hair spray
pada object glass yang mengandung asupan
secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca
object glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan.
Kemudian keringkan sediaan dengan
membiarkannya diudara terbuka selama 5-10
menit. Setelah kering sediaan siap dikirimkan
ke laboratorium sitologi untuk diperiksa
bersamaan dengan formulir permintaan.
i) Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa
steril dengan menggunakan tampon tang.
j) Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-
lahan.
k) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai
dilakukan.
l) Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan
sarung tangan (merendam dalam larutan clorin
0,5%).
m) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir
dengan metode tujuh langkah.
n) Temui klien kembali.
o) Mencatat hasil tindakan dalam status.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Rencana Kegiatan

1. Tempat dan Waktu


Pengabdian ini akan di laksanakan dengan Metode Daring
melalui Mini Webinar Kesehatan, Kegiatan ini berlangsung pada hari
Sabtu, 6 Agustus 2022.
2. Bahan dan Alat
Bahan yang di gunakan dalam kegaitan ini meliputi: aplikasi
ZOOM, Wifi, Laptop, flayer, alat tulis.
3. Prosedur Kerja
Pemateri memfokuskan pembelajaran pada pemeriksaan IVA, Pap s
mear untuk meningkatkan Pengetahuan, Kesadaran dan kemampuan
wanita dalam mengahadapi Deteksi Dini Kanker Serviks dengan
mengikuti Mini Webinar Kesehatan Melalui Live Zoom.
4. Pelaksana Kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan ini di laksanakan sesuai dengan kesepakatan
antara Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS) dan
bidan di Indonesia dengan tahapan pelaksanaan.
Tahap pelaksanaan dalam penyuluhan ini di bagi menjadi dua
tahap. Tahapan pertama adalah memberikan penyuluhan tentang
Deteksi Dini Kanker Serviks. Tahapan kedua adalah tanya jawab
dengan Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS)
yang mengikuti mini webinar ini.

B. Kualifikasi Anggota Tim Pelaksana

Personil yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari seorang Dosen
UIMA Ketua Pelaksana dan 10 orang anggota. Personil tim pelaksana
berasal dari disiplin ilmu kebidanan.
Maryam Syarah, S.ST, MKM sebagai dosen di Universitas Indonesia
Maju dan Dessy Indah Pratiwi A.Md.Keb sebagai ketua tim pelaksana. Angg
ota mahasiswa Universitas Indonesia Maju yang bersangkutan terlibat dalam
berbagai kegiatan pengabdian masyarakat kepada Permpuan Usia Subur (PU
S) dan Wanita Usia Subur (WUS).
BAB IV
JADWAL KEGIATAN

A. Jadwal Kegiatan

No Jadwal Kegiatan Agustus


4 5 6 7
1. Perencanaan
2. Penyusunan proposal
3. Penyajian Proposal
4. Kegiatan Penyuluhan
5. Penyusunan Laporan
6. Pengumpulan laporan

B. Pembicara

MC : Mutiara Halpadma
Moderator : Renny Anggraini
Narasumber 1 : Maryam Syarah M S.ST.,M.KM.
Narasumber 2 : Mutiara Halpadma Amd.Keb
C. Susunan Acara

No Waktu Agenda Penanggung jawab


1. 09.00 – 09.10 WIB Pembukaan MC (Mutiara
Halpadma)
2. 09.10-10.00 WIB Penyampaian Pembicara
Materi 1. Maryam
1. Deteksi Syarah, S.ST,
Dini Kanker M.KM
Serviks metode 2. Mutiara
iva test Halpadma Amd.keb
2. Deteksi
Dini Kanker
Serviks metode
pap smear
3. 10.00-10.45 WIB Diskusi dan Moderator (Renny
tanya jawab, Anggraini)
door prize untuk
5 orang
4. 10.45-11.00 WIB Penutup MC

D. Kepanitiaan

TIM PELAKSANA

Ketua : Dessy Indah Pratiwi

Sekretaris : 1. Aan Darma Putri

2. Ratna Sari Dewi

Bendahara : Seni Prihatini


Seksi Acara : 1. Renny Anggraini
2. Eka Pudji Susanti
3. Ambar Kuswati
Administasi dan IT : 1. Eka Meilani

2. Wahyu Pujiwati

Doa : Rita Zulherni

Narasumber 1. Maryam Syarah M, S.ST, M.KM

2. Mutiara Halpadma

E. Anggararan Dana

Rincian Rincian Satuan Jumlah


Perlengkapan
Kesekretariatan+LPJ - -
Desaign sertifikat dan Logo
- -
Sewa Zoom - -
ATK - - 150.000
Acara
Pembicara 1 - - -
Pembicara 2 - - -
Doorprice 5 orang 50.000 250.000
Lain-lain - - 100.000
Total Kebutuhan Anggaran Rp. 500.000-
BAB V

PEMBAHASAN

A. Hasil yang di capai

Webinar telah dilaksanakan pada hari sabtu, 06 Juli 2022 pada pukul 09.00-
11.00 WIB,menggunakan media Zoom meeting, terdapat 26 peserta dari total
keseluruhan 40 peserta yang mengikuti mini webinar adalah sasaran WUS
(Wanita Usia Subur ) yang wajib melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks yaitu dengan rentang usia 30-50 tahun. 14 peserta lainnya adalah wanita
usia subur dengan usia dibawah 30 tahun.
Jumlah peserta yang mendaftar sudah mencapai 100% dari target peserta yaitu
30 orang. Pelaksana mini webinar berjalan dengan tertib dan mendapatkan respon
baik dari peserta mini webinar yang zoom meeting
Pemaparan Materi tentang Deteksi Dini Kanker Serviks, narasumber pertama
memaparkan materi mengenai pemeriksaan IVA test dan narasumber kedua
memaparkan materi mengenai pemeriksaan papsmear. Peserta menyimak materi
yang disampaikan, diawali dengan pembukaan yaitu salam perkenalan,
menyampaikan maksud, tujuan dan kontrak waktu. Selanjutnya melakukan
penggalian informasi melalui pretest dan postest pada google form .
Dari 40 peserta yang melakukan pendaftaran 100% mengisi link daftar hadir
dan link evaluasi maka dapat di simpulkan 100% peserta mengikuti webinar dari
awal hingga akhir acara. Berdasarkan hasil evaluasi webinar didapatkan hasil
yang memuaskan dan respon positif dari segi materi, narasumber dan audio.
Namun perlu sedikit meningkatkan terkait masalah sinyal .
Hasil evaluasi pretest dari total jumlah 40 peserta terdapat 19 peserta
menjawab benar semua. Kesimpulannya, peserta belum memahami betul tentang
deteksi dini kanker serviks, setelah diberikan materi pada hasil postest ada
peningkatan pengetahuan peserta terhadap materi yang diberikan yaitu dari 40
peserta yang mengikuti postest ada 32 peserta yang menjawab benar semua.

B. Keberlanjutan Program

Berdasarkan hasil miniwebinar wanita hebat “Deteksi Dini Kanker Serviks”


akan mengadakan Program webinar lanjutan berdasarkan saran dari peserta
webinar yang mengisi formulir evaluasi.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dicapai bahwa dapat disimpulkan


webinar yang di selenggarakan oleh Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Fakultas Vokasi dengan Tema “DETEKSI DINI
KANKER SERVIKS” berjalan dengan baik dan mendapatkan respon
positif. Materi yang disampaikan oleh narasumber dapat dipahami oleh
peserta karena berdasarkan hasil pretest dan postest terdapat peningkatan
pengetahuan.

B. Saran

Diharapkan dalam mini webinar selanjutnya untuk dapat membahas


lebih dalam tentang Deteksi Dini Kanker Serviks .
DAFTAR PUSTAKA

Rasjidi I, 2010a. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto


Rasjidi I, 2009. Epidemiologi Kanker Serviks. International journal of cancers
Vol. III, no. 3.
Rasjidi I, 2010b. Manual PraKanker Serviks. Jakarta. Sagung Seto
Wariah, Uway, 2021. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Metode Inspeksi Visual
Asam Asetat DENGAN Kriteria Malcolm Baldrige. Makasar: Yayasan Barcode
LAMPIRAN
PEMBUKAAN
PENGKAJIAN
SMD/MMD
MINIWEBINAR

PENUTUPAN
Hasil Pretest Peseta Miniwebinar
Hasil Postest Peserta Miniwebinar

Sertifikat Miniwebinar
RUKUN WARGA. 01
KELURAHAN LEBAK BULUS KECAMATAN CILANDAK
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
JL. Adhyaksa II no.36 Rt 05 RW 01 Lebak Bulus, Cilandak, Jak-Sel
Kode Pos: 12440

Nomor. : 033-F/I/III/08/2022
Perihal : Surat Keterangan Telah melakukan Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Yang Bertanda Tangan di bawah ini :


Nama : Sugia Mulyata
Jabatan : Ketua RW 01

Menerangkan Bahwa :
1. Maryam Syarah Mardiyah, S.ST., MKM
2. Aan Darma Putri 07210400125
3. Ambar Kuswati 07210200028
4. Dessy Indah Pratiwi 07210400131
5. Eka Meilani 07210200031
6. Eka Pudji Susanti 07210400128
7. Mutiara Halpadma. 07210200041
8. Ratna Sari Dewi 07210400123
9. Renny Anggraini 07210400130
10. Rita Zulherni 07210200032
11. Seni Prihatini 07210400129
12. Wahyu Pujiwati 07210400131

Telah Melakukan Kegiatan Pengabdian Masyarakat pada warga RW 01 berupa


Mini Webinar Deteksi Dini Kanker Serviks di RW 01 Lebak Bulus Jakarta
Selatan pada tanggal 6 Agustus 2022. Demikian Surat Keterangan ini kami
berikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 5 Agustus 2022


Ketua RW 01 Lebak Bulus
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN PRAKTIK KLINIK ASUHAN

KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY. R UMUR 36 TAHUN

DENGAN KONSELING KB IUD DI RT 01 RW 01

KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN TEBET

TAHUN 2022

Oleh:

NAMA: Dessy Indah Pratiwi

NPM 07210400131

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

JAKARTA

TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN PRAKTIK KLINIK ASUHAN

KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY. R UMUR 36 TAHUN

DENGAN KONSELING KB IUD DI RT 01 RW 01

KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN TEBET

TAHUN 2022

Disusun Oleh: Dessy Indah Pratiwi

Telah Disahkan di Jakarta

Pada Tanggal 10 Agustus 2022

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan RT 01 RW 01

Maryam Syarah Mardiyah, S.ST, MKM

i
KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Alhamdulillahi rabbil alamin. Puji

syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya kami

dapat menyelesaikan ”Laporan Individu Keluarga Binaan Praktik Klinik Asuhan

Kebidanan Komunitas Pada Ny. R umur 36 tahun dengan konseling KB IUD Di

Rt 01 Rw 01 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Tahun 2022” dengan baik

dan tepat waktu.

Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya

menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju.

2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrachman, SH, MPH, selaku Pembina Yayasan

Indonesia Maju.

3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.

4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas

Indonesia Maju.

5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik Universitas

Indonesia Maju.

6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas

Indonesia Maju.

7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas

Indonesia Maju.

ii
8. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes Selaku Koordinator Program Studi Kebidanan Program

Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju.

9. Maryam Syarah Mardiyah, S.ST, MKM selaku dosen pembimbing praktik

kebidanan komunitas

10. Hidayani, SKM, MKM selaku dosen responsi laporan praktik kebidanan komunitas

11. Nurainih, SST, M.Kes, SH, MM selaku CI responsi laporan praktik kebidanan

komunitas

12. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Program Studi Kebidanan Program Sarjana

Terapan Universitas Indonesia Maju.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik agar saya dapat

memperbaiki laporan ini dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1Latar Belakang......................................................................................................1
1.2Tujuan...................................................................................................................4
1.3Manfaat.................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................6
2.1Teori atau Konsep Dasar Komunitas....................................................................6
2.2Konsep Dasar Keluarga........................................................................................9
2.3Konsep Dasar Keluarga Binaan..........................................................................11
2.4Pengertian KB IUD...............................................................................................13
2.5Jenis KB IUD.....................................................................................................13
2.6Cara Kerja KB IUD............................................................................................14
2.7Keuntungan dan Kerugian KB IUD...................................................................14
2.8Efek Samping KB IUD.......................................................................................16
2.9Kontraindikasi KB IUD......................................................................................18
2.10Prosedur Pemasangan KB IUD........................................................................18
2.11Prosedur Pencabutan KB IUD..........................................................................20
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................21
3.1Kunjungan Keluarga Binaan ke-1 dilakukan tanggal 21 Juli 2022......................21
3.2Kunjungan Keluarga Binaan ke-2 dilakukan tanggal 23 Juli 2022......................27
3.3Kunjungan Keluarga Binaan ke-3 dilakukan tanggal 26 Juli 2022......................28
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................32
4.1Pengkajian Data Subjektif..................................................................................32
4.2Pengkajian Data Objektif...................................................................................33
4.3Perumusan Diagnosa..........................................................................................34
4.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi...........................................................................34
BAB V PENUTUP..................................................................................................36
5.1Kesimpulan.........................................................................................................36
5.2Saran...................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................1
LAMPIRAN..............................................................................................................3

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki masalah dalam

jumlah penduduk. Sensus Penduduk (SP) 2020 mencatat penduduk Indonesia pada

September 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa. Sejak Indonesia menyelenggarakan SP

yang pertama pada tahun 1961, jumlahpenduduk terus mengalami peningkatan. Hasil

SP 2020 dibandingkan dengan SP 2010 memperlihatkan penambahan jumlah penduduk

sebanyak 32,56 juta jiwa atau rata-rata sebanyak 3,26 juta setiap tahun 1.Undang-Undang

(UU)Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kepen-dudukan dan

Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa pembangunan keluarga adalah upaya

mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia

ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melaluipromosi perlindungan dan bantuan

sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. UU ini mendukung

program KB sebagai salah satu upaya mewujudkan keluarga sehat dan

berkualitas. Pengaturan kehamilan dalam Program KB dilakukan dengan

menggunakan alat kontrasepsi2. Dilihat dari jenis kelamin, metode kontrasepsi

perempuan yang digunakan jauh lebih besar dibanding dengan metode kontrasepsi

laki-laki. Metode perempuan sebesar 93,66%, sementara metode laki-laki hanya

1
sebesar 6,34%. Ini menunjukan bahwa partisipasi laki-laki dalam menggunakan alat

kontrasepsi masih sangat kecil. Penggunaan alat kontrasepsi masih dominan dilakukan

oleh perempuan2). Cakupan peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi modern

tahun 2018 dari seluruh jumlah peserta KB modern, hanya 17,8% diantaranya yang

menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu AKDR, Implan dan

Metode Operatif Wanita (MOW). Sedangkan 82,19% lainnya pengguna KB non MKJP
3
Prevalensi pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang mengalami penurunan padahal

sebenarnya alat kontrasepsi jangka panjang khususnya AKDR merupakan alat

kontrasepsi yang efektif dengan potensi jangka panjang, dapat dipakai oleh semua

perempuan dalam masa reproduksi4. AKDR merupakan pilihan kontrasepsi yang

terbaik bagi sebagian besar wanita jika dibandingkan dengan metode lain 5. AKDR

memiliki angka kegagalan 0,6-0,8 kehamilan per 100 wanita selama satu tahun

pertama penggunaan dan sangat efektif sampai 10 tahun serta membutuhkan biaya yang

ekonomis6. Keuntungan penggunaan AKDR yaitu dapat diterima masyarakat

dengan baik, pemasangan tidak memerlukan teknis medis yang sulit, kontrol

medis yang ringan dan pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik 7,

dinegara berkembang seperti Bangladesh penggunaan alat kontrasepsi pada

perempuan usia reproduktif (15-49) dari 47.105 perempuan usia reproduktif yang

menggunakan KB yaitu Suntik 10,7%, Pil 23,1%, MOW 1,0%, Implan 1,5%,

AKDR 0,5%8.

Menurut Badan dan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),

KB aktif di antara Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2019 sebesar 62,5%,

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 63,27%. Sementara

target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ingin dicapai

2
tahun 2019 sebesar 66%. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2017 juga menunjukan angka yang lebih tinggi pada KB aktif yaitu

sebesar 63,6%. KB aktif tertinggi terdapat di Bengkulu yaitu sebesar 71,4% dan yang

terendah di Papua Barat sebesar 25,4%. Terdapat 11 (sebelas) provinsi dengan

cakupan KB aktif mencapai target RPJMN yaitu Provinsi Bengkulu, Kalimantan

Selatan, Lampung, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Bali, Kalimantan Tengah,

Sumatera Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo, Jawa Barat. Sebagian besar

peserta KB Aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan sangat

dominan dibanding metode lainnya, dimana suntikan (63,7%), pil (17,0%), AKDR

(7,4%), Implant (7,4%), Metode Operasi Pria (MOP) (0,5%), MOW (2,7%),

Kondom (1,2%). Padahal suntikan dan pil termasuk dalam metode kontrasepsi

jangka pendek sehingga tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam pengendalian

kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya (Kementerian Kesehatan

RI, 2019).

Menurut Data Badan Pusat Statistik di DKI Jakarta jumlah PUS yang

merupakan peserta KB aktif sebanyak 1.463.483. Menurut data April 2019, jakarta

selatan merupakan kota ke 2 terendah setelah jakarta pusat rata-rata pertumbuhan

jumlah peserta KB aktif di DKI Jakarta. Di Jakarta Selatan sendiri jumlah PUS tahun

2021 yaitu 457.071. PUS yang ber-KB secara aktif 268.897. Berdasarkan data akhir

Desember 2021 peserta KB IUD yang aktif sebanyak 63.970, MOW sebanyak 9668,

MOP 1.586, Kondom 15.092, Implant 19.352, suntik 100.173, pil 59.056 9. Dari data

badan pusat statistik pada Tahun 2021 jumlah PUS 457.071 dan orang yang memakai

IUD sebanyak 63.970 orang presentasenya 0,13%. Cakupan KB IUD yaitu 14% dari

jumlah PUS sedangkan pemakainya masih sebanyak 0,13 %. Dari data kecamatan

3
tebet cakupan IUD masih rendah. Jumlah PUS diambil dari jumlah KK di kelurahan

kebon baru tahun 2019 sebanyak 7455. Berdasarkan data buku registrasi KB Praktik

Mandiri Bidan (PMB) Ratna di kelurahan kebon baru selama tahun 2021 hanya 3,5 %

atau 12 orang yang menggunakan akseptor KB AKDR, sementara itu metode banyak

yang dipilih yaitu suntik sebanyak 300 orang (87,7%) dan metode lainnya pil

sebanyak 30 orang (8,7%).Selain dari itu masyarakat juga banyak yang tidak

menggunakan AKDR karena banyak mitos yang beredar di masyarakat tentang

AKDR dengan persepsi yang negatif misalnya AKDR bisa berpindah –pindah

tempat, ketidaknyamanan dalam berhubungan, merasa takut benda asing

dimasukkan kedalam rahim dan lain sebagainya. Dari beberapa rumor itu banyak

masyarakat takut untuk menggunakan AKDR.10

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan asuhan kebidanan komunitas pada Ny. R dengan

konseling KB IUD di RT 01 RW 01 Kel. Kebon Baru Kec. Tebet.

2. Tujuan Khusus

1.Melaksanakan pengkajian data subjektif pada Ny. R di Kelurahan Kebon

Baru Kecamatan Tebet

2.Melaksanakan pengkajian data objektif pada Ny. R di Kelurahan Kebon

Baru Kecamatan Tebet

3.Melaksanakan perumusan diagnosa atau masalah kebidanan pada Ny. R di

Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

4
4.Melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi Ny. R di Kelurahan Kebon

Baru Kecamatan Tebet

1.3 Manfaat

1. Bagi Keluarga Binaan

Dapat menambah pengetahuan bagi keluarga sehingga diharapkan dapat

menjadi bekal dalam memilih alat kontrasepsi

2. Bagi Mahasiswa

Memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat ke

dalam kondisi nyata di lapangan tentang bidan komunitas, serta menambah

wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi penulis agar lebih

meningkatkan kinerja di lapangan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan program

pembelajaran agar menghasilkan lulusan bidan profesional dan memiliki

kompetensi dibidangnya.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori atau Konsep Dasar Komunitas

1. Pengertian

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada aspekaspek

psikososial budaya yang ada di komunitas (masyakart sekitar). Maka seorang bidan dituntut

mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun kelompok. Untuk itu bidan

perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini.

a. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang

merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.

b. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.

c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.

d. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah

yang terisolir), kumuh, padat, dll.

Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas adalah

bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan

kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut.

2. Tujuan Pelayanan Komunitas

Tujuan kebidanan komunitas menurut Kemenkes 2018, yaitu mencakup tujuan umum

dan tujuan khusus berikut ini:

a. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga masyarakat

mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan

masalahnya secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai

dengan tanggung jawab bidan.

2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,

perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.

3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko

kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.

4) Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.

5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh

masyarakat setempat atau terkait.

3. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan

Kebidanan Komunitas

Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut.

a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan

masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang

mendukung peran bidan di komunitas.

b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan

martabat kemanusiaan klien.

c. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit


analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,

jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah

balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan.

Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1

kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.

d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil

kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian,

kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.

e. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.

Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah

kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas

Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut.

a. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan langkah

promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk

melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan balita

dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.

b. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang

dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu

hamil.

c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan

diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui

keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus

kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses rujukan


tidak mengalami keterlambatan.

d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan bidan

melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan meminimalisir intervensi

yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien

e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan

bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk

mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah bidan

melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan tindakan persalinan

caesar.

f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi

sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk

mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.

Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi seperti

Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune Deficiency Syndrome

(AIDS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan Injecting Drug User

(IDU).

2.2 Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terdiri atas kepala keluarga dn beberapa

orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.


2. Struktur keluarga

Menurut Karwati (2012), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya adalah:

a. Patrilineal

Keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ibu.

c. Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelaurga

sedarah istri.

d. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga kawinan

Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.3 Konsep Dasar Keluarga Binaan

1. Pengertian
Pembina dapat diartikan bantuan dari seseorang atau sekelompok orang

yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi

pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga

tercapai apa yang diharapkan.

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak

belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya

anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga.

Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas

sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk menggambarkan derajat

kesehatan digunakan indikator kualitas utama seperti angka kematian,

kesakitan, kelahiran, status gizi dan lain-lain.

Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai derajat kesehatan

yang optimal. Jika masyarakat sudah menciptakan hidup sehat maka derajat

masyarakatpun meningkat. Untuk itu perlu adanya suatu pendekatan dalam

meningkatkan peran serta masyarakat, salah satunya melalui pendekatan asuhan

kebidanan komunitas. Melalui pendekatan asuhan kebidanan komunitas dapat

meningkatkan pengetahuan dan motivasi masyarakat sehingga dapat memacu

masyarakat untuk mampu dan mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.
Keluarga adalah dua atau lebih dari duaindividu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan ataupengangkatan dan mereka hidup

dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satusama lain, dan di dalam perannya

masing – masing menciptakan sertamempertahankan kebudayaan.

2. Kriteria Keluarga Binaan

Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan keluarga

binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk resiko tinggi dalam bidag

kesehatan :

a. Mudah dijangkau

b. Komunikasi dengan baik

c. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan kesehatan dan

keperawatan yang diberikan

d. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah

e. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu

f. Daerah tersebut tidak terlalu rawan.

3. Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat

a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan penerapan

perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan, prasarana dan

sarana kesehatan.

c. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.

d. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi

kesehatan secara penuh agar lebih tahan terhadap penyakit.

e. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak dan juga


melindungi masyarakat dari pencemaran.

2.4 Pengertian KB IUD

Suatu alat yang dimasukkan ke dalam Rahim sangat efektif, revesibel dan berjangka

panjang, dapat di pakai oleh semua perempuan usai reproduksi.AKDR atau IUD sipiral

adalah suatu alat yang di masukkan ke dalam Rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi11

2.5 Jenis KB IUD

Jenis IUD menurut Handayani11 dikategorikan menjadi 2 yaitu :

1. AKDR non hormonal Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena

berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama

yang terbuat dari benang sutera dan logam sampai generasi plastik (polietilen), baik

yang ditambah obat ataupun tidak.

a. Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi 2 :

1) Bentuk terbuka (oven device). Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7.

Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.

2) Bentuk tertutup (closed device) Misalnya. : Ota-Ring, Atigon, dan Graten

Berg Ring.

b. Menurut Tambahan atau Metal

1) Medicatet IUD. Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya

kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8

tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3

tahun).

2) Un Medicated IUD Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf- T Coil,


Antigon.

2. IUD yang mengandung hormonal IUD yang mengandung hormonal terdiri dari :

a. Progestasert-T = Alza T

1) Panjang 36 mm,lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam

2) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg

progesterone per hari

3) Tabung insersinya terbentuk lengkung 4) Teknik insersi : plunging

(Modified Withdrawal)

b. LNG-20

1) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari

2) Sedang di teliti di Finlandia

3) Angka kegagalan/kehamilan agak terendah : <0,5 per 100 wanita per tahun )

4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan

ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainya, karena 25% mengalami

amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit.

2.6 Cara Kerja KB IUD

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi.

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR

membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan

mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus7


2.7 Keuntungan dan Kerugian KB IUD

Keuntungan:

a. Efektifitas tinggi

b. Akdr dapat efektif segera setelah pemasangan

c. Metode jangka panjang (10 tahun produksi dan cut-380a dan tidak perlu di

ganti).

d. Sangat efektif dan tidak perlu di ingat-ingat.

e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

f. Meningkatkam kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil

g. Tidak ada efek samping hormonal

h. Dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak

terjadi infeksi)

i. Dapat di gunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)

j. Tidak ada interaksi dengan obat-obat

k. Membantu mencegah kehamilan ektopik terganggu7

Kerugian:

a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang

selama 3 bulan).

b. Haid lebih lama dan banyak

c. Perdarah (spotting) antar menstruasi

d. Saat haid lebih sakit7

Komplikasi Lain:

a. Tidak mencegah HIV/AIDS

b. Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau perempuan yang berganti
pasangan.

c. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai

AKDR

d. Tidak mencegah kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah

kehamilan normal.12

2.8 Efek Samping KB IUD

Efek samping yang terjadi pada pengguna kontrasepsi IUD13, yaitu:

1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang

setelah 3 bulan). Perubahan siklus haid merupakan suatu keadaan siklus haid

yang berbeda dengan yang sebelumnya, yang diukur mulai dari siklus

menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal, yang dapat berkisar

kurang dari batas normal sekitar 22– 35 hari11

2. Haid lebih lama dan banyak Perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih

lama dari normal (lebih dari 8 hari). Pada keadaan ini AKDR tidak perlu

dilepaskan kecuali bila pendarahan terus berlangsung sampai lebih dari 8 –10

minggu11

3. Perdarahan spotting atau perdarahan bercak antara menstruasi11

4. Keputihan Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya keputihan yang

mungkin merupakan akibat dari terjadinya reaksi awal terhadap adanya benda

asing11

5. Saat haid lebih sakit (disminorea) Nyeri haid (disminorea) merupakan suatu rasa

tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali

disertai rasa mual 14.


6. Perdarahan Umumnya setelah pemasangan IUD, terjadi perdarahan sedikit –

sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid,

perdarahan yang sedikit – sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor, keluhan

yang sering terdapat pada pemakaian IUD ialah perdarahan banyak dapat

disertai bekuan darah dalam siklus normal (menorrhagia), spotting metroraghia

(perdarahan diluar siklus haid)14.

7. Rasa nyeri dan kejang di perut Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi

segera setelah pemasangan IUD, biasanya rasa nyeri ini berangsur – angsur

hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan

jalan memberi analgetik, jika keluhan berlangsung terus, sebaiknya IUD diganti

dengan ukuran yang lebih kecil 14

8. Gangguan pada suami Kadang – kadang suami dapat merasakan adanya benang

IUD sewaktu bersenggama, ini disebabkan oleh benang IUD yang keluar dari

porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk mengurangi atau

menghilangkan keluhan ini, benang IUD yang terlalu panjang dipotong sampai

kira-kira 3 cm dari porsio, sedang jika benang IUD terlalu pendek, sebaiknya

IUD akan diganti, biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang 14

9. Ekspulsi (pengeluaran sendiri) 14 . Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau

seluruh. Ekspulsi biasanya terjadi pada waktu haid, yang dipengaruhi oleh :

a. Umur dan Paritas : Pada paritas yang rendah 1 atau 2, kemungkinan ekspulsi

dua kali lebih besar dari pada paritas 5 atau lebih, demikian pula pada wanita

muda ekspulsi lebih sering terjadi dari pada wanita yang umurnya lebih tua.

b. Lama Pemakaian : Ekspulsi paling sering terjadi pada tiga bulan pertama

setelah pemasangan, setelah itu angka kejadian menurun dengan tajam


c. Ekspulsi sebelumnya : Pada wanita yang pernah mengalami ekspulsi lagi

ialah kira – kira 50%. Jika terjadi ekspulsi, pasangkanlah IUD dari jenis yang

sama, tetapi dengan ukuran yang lebih besar dari pada sebelumnya, dapat

juga diganti dengan IUD jenis lain.

d. Jenis dan Ukuran : Jenis dan ukuran IUD yang dipasang sangat

mempengaruhi ekspulsi, makin besar ukuran IUD makin kecil kemungkinan

terjadinya ekspulsi.

e. Faktor psikis : Oleh karena mortalitas uterus dapat dipengaruhi oleh faktor

psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada wanita – wanita

yang emosional dan ketakutan, yang psikis labil. Wanita – wanita seperti ini

penting diberikan penjelasan yang cukup sebelum dilakukan pemasangan

IUD.

2.9 Kontraindikasi KB IUD

1. Sedang Hamil

2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui

3. Sedang menderita infeksi alat genital

4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus

septic.

5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak Rahim yang dapat

mempengaruhi kavum uteri.

6. Kanker alat genital12.


2.10 Prosedur Pemasangan KB IUD

Saat yang baik untuk pemasangan IUD/AKDR

1. Sewaktu haid sedang berlangsung karena

a. Serviks membuka sedikit dan terasa lembut

b. Perdarahan, tidak ada nyeri perut bagian bawah

2. Segera setelah abortus asal tidak ada tanda infeksi

3. Setelah melahirkan :

a. Segera saat post partum

b. 1 hari post portum

c. 40 hari post partum

Pemeriksaan lanjutan (Follow Up)

a. Hari ke-7 (1 minggu) setelah pemasangan

b. Akhir bulan I

c. Akhir bulan III

d. Setiap 1 tahun

e. Bila ada keluhan15

Prosedur pemasangan KB IUD:

a. Penderita tidur terlentang di meja ginekologi.

b. Vulva dibersihkan dengan kapas lisol, betadine, hibiscrub atau

lainnya.

c. Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan besar dan

arah rahim.

d. Duk steril di pasang di bawah bokong.


e. Spekulum cocor bebek di pasang, sehingga serviks tampak.

f. Serviks-porsio dibersihkan dengan kapas betadine atau lisol

atau lainnya.

g. Dilakukan sodage untuk menentukan dalam-panjang rahim dan

arah posisi rahim.

Pemasangan Copper T Seven Copper

a. Bungkus Copper T di buka.

b. IUD-nya dimasukkan ke dalam introdusor melalui ujungnya sampai batas tertentu

dengan memakai sarung tangan steril.

c. Introdusor dengan IUD terpasang dimasukkan ke dalam rahim sampai menyentuh

fundus uteri dan ditarik sedikit.

d. Pendorong selanjutnya mendorong IUD hingga terpasang.

e. Introdusor dan pendorongnya ditarik. 7

2.11 Prosedur Pencabutan KB IUD

Mengeluarkan IUD biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang IUD

yang keluar dari ostium uteri eksternum (OUE) dengan dua cara yaitu dengan

pinset atau dengan cunam jika benang IUD tampak di luar OUE. Bila benang tidak

tampak di luar OUE, keberadaan IUD dapat di periksa melalui ultrasonografi atau

foto rontgen.15 Bila IUD masih in situ dalam kavum uteri, IUD dapat dikeluarkan

dengan pengait IUD. Kalau ternyata IUD sudah mengalami translokasi masuk ke

dalam rongga perut (cavum peritoni) pengangkatan IUD dapat dilakukan dengan
laparoskopi atau minilaparotomi. Bila benang IUD tidak terlihat, maka hal tersebut

disebabkan oleh :

a. Akseptor menjadi hamil.

b. Perforasi uterus.

c. Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor.

d. Perubahan letak IUD, sehingga benang IUD tertarik ke dalam rongga uterus 14
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kunjungan Keluarga Binaan ke-1 dilakukan tanggal 21 Juli 2022

FORMAT DOKUMENTASI

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB

No. Registrasi : 001

Tanggal Pengkajian : 21 Juli 2022

Waktu Pengkajian : 13.00

Tempat Pengkajian : Rumah Ny. R

Pengkaji : Dessy Indah Pratiwi

A. Data Subjektif

Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. J

Umur : 36 tahun Umur : 37 tahun

Agama : Kristen Agama : Kristen

Suku : Batak Suku : Batak


Pendidikan : D3 Pendidikan : S1

Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Wirausaha

Alamat : Kebon Baru RT 1/1

1. Alasan datang: Ibu mengatakan belum pernah ber-KB dan tidak ada rencana

menambah anak lagi

2. Keluhan utama: tidak ada keluhan

3. Riwayat menstruasi: Ibu mengatakan menarche usia 14 tahun, HPHT 13 juli

2022, lamanya menstruasi 6 hari, banyaknya darah haid perhari adalah 3x

ganti pembalut dalam sehari, siklus haid 28 hari, teratur.

4. Riwayat obstetri: Ibu mengatakan telah 2x melahirkan tidak pernah

keguguran. Kehamilan pertama lahir tahun 2015 secara sectio cesaria di RS

Evasari oleh bidan dan dokter berat badan saat lahir 2600 gram panjang 46

cm jenis kelamin perempuan, penyulit saat melahirkan yaitu karena CPD,

ASI ekslusif selama 5 bulan. Kehamilan kedua lahir tahun 2019 secara

sectio cesaria di RS Omni oleh bidan dan dokter berat badan saat lahir 2780

gram panjang 48 cm jenis kelamin laki-laki, penyulit saat melahirkan yaitu

karena riwayat SC dan CPD, ASI ekslusif selama 22 bulan. Ibu mengatakan

lama pernikahan 8.5 tahun.

5. Riwayat ginekologi: Ibu mengatakan tidak pernah menderita Penyakit

Menular Seksual (PMS) ataupun penyakit infeksi dan tumor pada alat

reproduksi
6. Riwayat kesehatan: Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit

menular, menurun dan menahun. Ibu tidak mengidap penyakit seperti

jantung, asma, stroke, kanker, HIV/AIDS, Hepatitis, TBC, hipertensi,

diabetes melitus, radang panggul dsb. Pada keluarga ibu, orang tua tidak

mempuyai riwayat penyakit menurun, menular dan menahun.

7. Riwayat psikososial: Ibu mengatakan tidak mengalami gangguan psikologi,

ibu melakukan ibadah 1 minggu sekali di gereja, ibu mengikuti acara arisan

di lingkungan kerja dan rumah

8. Riwayat KB: Ibu mengatakan belum pernah KB sama sekali

9. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola istirahat: tidak ada gangguan, istirahat 2 jam pada siang hari dan 8

jam pada malam hari

b. Pola aktivitas: pekerjaan sehari-hari yang ibu lakukan adalah bekerja

sejak pukul 07.00 – 16.00 WIB di hari senin-jumat, sabtu-minggu ibu

mngerjakan pekjerjaan rumah, serta menyempatkan olahraga bulu

tangkis setiap 1 minggu 1x

c. Pola eliminasi: Ibu BAK sebanyak kurang lebih 6x sehari, BAB 1x sehari

dengan warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, tidak ada keluhan

d. Pola nutrisi: Ibu makan teratur, 3x sehari dengan porsi satu piring nasi

dengan lauk yang bervariasi/berganti-ganti setiap hari, satu mangkok

sayur serta buah. Ibu minum air putih kadang mengkonsumsi susu atau

kopi.
e. Pola personal hygiene: Ibu mandi 2x sehari, menggosok gigi 2x sehari,

ganti celana dalam 2x sehari, keramas 2 hari sekali

f. Pola hubungan seksual: Ibu mengatakan tidak ada keluhan, dan rutin

melakukan hubungan seksual 2-3x seminggu

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Umum

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Denyut nadi : 82 kali/menit

Frekuensi nafas : 19 kali/menit

Suhu tubuh : 36,4 0


C

3. Pemeriksaan Antropometri

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 155 cm

IMT : 20.8kg/m2,normal

4. Pemeriksaan Fisik

Wajah : simetris, bentuk oval, tidak ada oedema

Mata : simetris, tidak ada kelainan

Mulut : normal, bersih, tidak ada caries


Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada

pembesaran kelenjar limfa, tidak ada pembesaran vena

jugularis

Dada : payudara simetris, tidak ada benjolan, tidak ada

pengeluaran, paru-paru tidak ada ronki, jantung tidak ada

mur-mur

Abdomen : tidak ada pembesaran, terdapat bekas luka operasi, tidak

ada pembesraan hepar

Ekstremitas : simetris, refleks patela +, tidak ada oedema dan tidak ada

varises

Anogenitalia : inspeksi keadaan vagina tidak ada radang/infeksi, tidak

ada pengeluaran vagina, tidak ada benjolan, tidak ada

varises, inspekulo serviks tidak dilakukan

5. Pemeriksaan Penunjang: Hb tidak dilakukan, papsmear atau iva test tidak

dilakukan

C. Analisis Data

Ny. R, 36 tahun, P2A0, calon akseptor KB IUD

D. Penatalaksanaan

1. Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan. Ibu

bersedia dilakukan pemeriksaan

2. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik,


yaitu BB: 50 kg, TB: 155 cm, TD: 110/70 mmhg, N 82 x/m, R: 19

x/m, S: 36,4 0C. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan

3. Meminta ibu untuk mengerjakan pretest yang sudah disiapkan. Ibu

bersedia

4. Menjelaskan tentang KB jangka panjang. Ibu memilih dijelaskan

lebih lanjut tentang KB IUD dan mengerti dengan penjelasan yang

diberikan

5. Menjelaskan tentang KB IUD. Ibu mengerti dengan penjelasan

yang diberikan

6. Menjelaskan jenis-jenis KB IUD. Ibu mengerti dengan penjelasan

yang diberikan

7. Menjelaskan cara kerja KB IUD. Ibu mengerti dengan penjelasan

yang diberikan

8. Menjelaskan efektivitas KB IUD. Ibu mengerti dengan penjelasan

yang diberikan

9. Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan

10. Menjelaskan efek samping KB IUD. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan

11. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi KB IUD. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan

12. Melakukan pendokumentasian

13. Mendiskusikan kunjungan ulang di tanggal 23 Juli 2022 untuk


melakukan evaluasi.

3.2 Kunjungan Keluarga Binaan ke-2 dilakukan tanggal 23 Juli 2022

A. Data Subyektif

Ibu mengatakan masih bingung dan ragu memilih KB IUD dan akan

mendiskusikan dengan suaminya

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

2. Pemeriksaan Umum

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Denyut nadi : 81 kali/menit

Frekuensi nafas : 20 kali/menit

Suhu tubuh : 36,3 0C

C. Analisis Data

Ny. R, 36 tahun, P2A0, calon akseptor KB IUD

D. Penatalaksanaan
1. Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan. Ibu

bersedia dilakukan pemeriksaan

2. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, yaitu

TD: 110/80 mmhg, n: 81 x/m, R: 20 x/m, S: 36,3 0C. Ibu mengerti

dengan hasil pemeriksaan

3. Menanyakan kepada ibu apa yang membuat ibu masih bingung dalam

menentukan KB yang akan digunakan.

4. Mengajak suami berdiskusi dalam menentukan KB yang akan

digunakan ibu. Suami mengerti dan memahami apa yang disampaikan

oleh bidan.

5. Mendiskusikan kunjungan ulang di tanggal 26 Juli 2022 untuk

melakukan evaluasi kembali.

6. Hasil evaluasi: ibu dan suami mengerti dan memahami apa yang

disampaikan oleh bidan serta bersedia untuk melakukan kunjungan

ulang.

7. Melakukan pendokumentasian

3.3 Kunjungan Keluarga Binaan ke-3 dilakukan tanggal 26 Juli 2022

A. Data Subyektif

Ibu mengatakan sudah memutuskan KB apa yang akan digunakan dan

suami pun menyetujui. Ibu akan memasang KB IUD ke fasilitas kesehatan

terdekat
B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

2. Pemeriksaan Umum

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Denyut nadi : 78 kali/menit

Frekuensi nafas : 18 kali/menit

Suhu tubuh : 36,20C

C. Analisis Data

Ny. R, 36 tahun, P2A0, calon akseptor KB IUD

D. Penatalaksanaan

1. Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan. Ibu

bersedia dilakukan pemeriksaan

2. Memberitahu ibu bahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti

3. Menjelaskan kapan bisa memasang dan melepas KB IUD. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan

4. Menjelaskan prosedur pemasangan dan pelepasan KB IUD. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan.


5. Anjurkan ibu untuk menunggu haid berikutnya dan melakukan

pemasangan hari ke 3-5 setelah menstruasi untuk memastikan ibu

tidak hamil. Ibu mengerti

6. Anjurkan ibu untuk berhubungan seksual dengan menggunakan

kondom terlebih dahulu. Ibu mengerti

7. Men jelaskan waktu kontrol IUD. Ibu mengerti dengan penjelasan

yang diberikan

8. Menjelaskan cara memeriksan benang IUD sendiri di rumah. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan

9. Menjelaskan kapan menemui bidan di luar jadwal kontrol. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan

10. Meminta ibu untuk mengerjakan postest yang sudah disiapkan. Ibu

bersedia

11. Hasil evaluasi: ibu mengerti dan memahami apa yang disampaikan

oleh bidan serta merasa senang karena dapat menentukan KB IUD

copper T untuk digunakan.

12. Melakukan dokumentasi

Jakarta,26 juli 2022

Pengkaji,

( Dessy Indah Pratiwi )


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, mahasiswa akan membandingkan praktek dengan teori

belajar lapangan di Kelurahan Kebon Baru RT/RW 01/01 khususnya pada keluarga

Ny. R.

Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil pendekatan

dan tabulasi data, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah bersama

keluarga Ny. R sesuai dengan prioritas masalah.

4.1 Pengkajian Data Subjektif

Data subyektif diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada Ny. R.

Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien dengan teknik

wawancara. Data ini berupa keluhan atau persepsi subjektif pasien terhadap status

kesehatannya. Data subjektif ini diperoleh dengan anamnesa terhadap klien.

Pengumpulan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara

keseluruhan16.

Penulis melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. R berdasarkan proses

pengkajian data subjektif pada Ny. R didapatkan bahwa Ny. R umur 36 tahun

belum pernah ber-KB dan berencana tidak memiliki anak lagi. Dengan demikian

32
penulis telah melakukan pengumpulan data subjektif  menggunakan metode yang

sesuai dengan teori maka tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.

4.2 Pengkajian Data Objektif

Data objektif diperoleh melalui hasil pemeriksaan oleh petugas kesehatan

yang dilakukan pada Ny. R. Data objektif adalah data yang didapat dari

pengamatan, observasi, pengukuran, atau pemeriksaan fisik dengan beberapa

metode oleh petugas kesehatan. Pemeriksaan fisik meliputi penampilan dan

emosional ibu, pengukuran fisik (TB, BB, Lila), tanda-tanda vital (TD, N, R, S),

Pemeriksaan kepala, wajah, leher, dada, abdomen, genetalia, tungkai 16. Penulis

melakukan pemeriksaan fisik melalui observasi secara langsung pada Ny.R dan

ditemukan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik.

Penulis melakukan asuhan pada Tanggal 21-26 Juli 2022. Ny.R usia 36

tahun, Keadaan Umum baik, Kesadaran Composmentis, memiliki Berat Badan 50

kg, Tinggi Badan 155 cm, TD: 110/70 mmHg, N:82 x/m, R: 19 x/m, S: 36,4 C dan

pemeriksaan head to toe dalam batas normal.

Dengan demikian penulis melakukan pengumpulan data objektif

menggunakan metode yang sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dengan praktek.

4.3 Perumusan Diagnosa

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, langkah

berikutnya yaitu menganalisa data yaitu menentukan masalah kesehatan yang

33
dialami oleh Ny.R. Masalah yang dialami Ny.R yaitu tidak berencana memiliki

anak lagi dan tidak mengetahui KB apa yang cocok dengannya.

Pada langkah ini, identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan

intepretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang

sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan

masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena

masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan

penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh

wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Diagnosa

kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik

kebidanandan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan16.

Dalam mengidentifikasi diagnosa/masalah harus berdasarkan data dasar

yang meliputi data subjektif dan data objektif. Dengan demikian analisa data

dilakukan sesuai dengan teori sehingga disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dengan praktik.

4.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan penatalaksanaan

terhadap masalah/diagnosa yang telah teridentifikasi dan diantisapasi. Rencana

asuhan yang menyeluruuh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi

dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan

34
terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu

merujuk klien. Setiap rencana asuhan haruslah disetuji oleh kedua belah pihak,

yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga

akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam

asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan

pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang

akan dilakukan klien16.

Setelah dilakukan konseling menggunakan Alat Bantu Pengambil

Keputusan ber-KB (ABPK) pada Ny.R usia 36 tahun, Ny. R dapat mengetahui

tentang pengertian KB IUD, jenis-jenis KB IUD, cara kerja KB IUD, efektivitas

KB IUD, keuntungan dan keruguian KB IUD, efek samping KB IUD, indikasi dan

kontraindikasi KB IUD, prosedur pemasangan KB IUD serta prosedur pelepasan

KB IUD.

Setelah diketahui hasil dari konseling, Ny.R memilih menggunakan KB

IUD jenis copper T dan akan melakukan pemasanagn di fasilitas kesehatan

terdekat. Penulis menyarankan agar melakukan kontrol IUD per 6 bulan sekali serta

mengecek benang IUD sendiri di rumah.

Dengan demikian penatalaksanaan dan evaluasi yang dilakukan sesuai

dengan teori sehingga disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori

dengan praktik.

35
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.R umur 36 tahun dalam

melakukan konseling KB IUD menggunakan media Alat Bantu Pengambilan

Keputusan ber-KB (ABPK) yang dimulai dari pengkajian data sampai evaluasi

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengkajian data subjektif yang diperoleh dari hasil wawancara didapatkan

data Ny. R usia 36 tahun belum pernah ber-KB dan tidak berencana

memiliki anak lagi.

2. Pengkajian data objektif yang diperoleh dari hasil observasi didapatkan data

Ny. R usia 36 tahun memiliki hasil pemeriksaan baik dan dalam batas

normal

3. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Ny.R 36 tahun

dengan calon akseptor KB IUD. Kebutuhan yang muncul yaitu

memberikan KIE kepada Ny. R tentang alat kontrasepsi jangka panjang.

4. Penatalaksanaan dan evaluasi yang sudah dilakukan dengan konseling

kepada Ny.R dengan media Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB

(ABPK). Ny.R sudah memahami dan mengerti tentang alat kontrasepsi apa

36
yang cocok digunakan olehnya. Ny.R dan suami telah memutuskan untuk

menggunakan KB IUD jenis Copper T. Ny.R akan melakukan pemasangan

di fasilitas kesehatan terdekat diantar oleh suaminya. Dari hasil diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa keluarga binaan yang telah dilakukan berhasil.

5.2 Saran

1. Bagi Keluarga Binaan

Dengan diadakannya kunjungan ini diharapkan keluarga dapat

mengenali alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD.

2. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan lebih dapat menggali lebih dalam lagi mengenai

kesehatan keluarga dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan

kebidanan pada keluarga.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah pengetahuandan referensi laporan keluarga binaan

terkait asuhan pada akseptor KB IUD di perpustakaan.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Statistik BP. Berita resmi statistik. Bps. Go. Id.

2. Pusat  Data  dan  Informasi  Kementerian  Kesehatan  RI. InfoDATIN : Situasi

Dan Analisis Keluarga Berencana. Pusat Data Dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI; 2014.

3. Kementerian Kesehatan. Pusat  Data  Dan  Informasi  Kementerian  Kesehatan 

RI. Pusdatin; 2014.

4. Lubis Rosni. Hubungan Faktor Pelayanan Keluarga Berencana Dengan Pemilihan

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Jurnal Global Health Science. 2017;1:48-52.

5. Suryanti Yuli. Fakto-Faktor  Yang  Berhubungan  Dengan  Penggunaan  Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang Wanita Usia Subur. Jambura Journal of Health

Sciences and Research. 2019;1(1):20-29.

6. Ratnawati C. Faktor-Faktor  yang  Berhubungan  dengan  Kurangnya Penggunaan

Alat Kontrasepsi IUD di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa.

Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Published online 2019.

7. Manuaba IGBF. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. EGC; 2010.

8. United Nations -Department of Economic and Social Affairs. Contraceptive Use

by Method 2019 -Data Booklet. Published online 2019:25.

9. Badan Pusat Statistik. Jumlah Pasangan Usia Subur dan Peserta KB Aktif

Menurut Kabupaten_Kota di Provinsi DKI Jakarta. Published online 2021.

Accessed July 25, 2022. https://jakarta.bps.go.id/indicator/30/527/1/jumlah-


pasangan-usia-subur-dan-peserta-kb-aktif-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-

dki-jakarta.html

10. Rostianingsih D, Yuanti Y, Nisa H, et al. FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PEMAKAIAN ALAT

KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR). http://sosains.greenvest.co.id

11. Handayani S. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. pustaka rihama; 2010.

12. Figi Julia Fatmala. Asuhan Kebidanan Komprehensif Keluarga Berencana Ny

’’F’’ Di Wilayah Kerja Pmb Y Kabupaten Jember. Published Online November

15, 2021.

13. Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Efek Samping Kontrasepsi Iud 2.1.1 Pengertian Efek

Samping.

14. A.B Str Dan Ghw. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Vol 3. 4th Ed. Pt

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.; 2014.

15. Rusdania. Rusdania 70400115048. Manajemen Asuhan Kebidanan Keluarga

Berencana  Pada Ny”A”Akseptor Kb Iud Dengan Spotting Dan Erosi Portio Di

Puskesmas Pallangga  Tanggal 03 September - 13 Oktober  2018. Published

Online 2018. Accessed July 25, 2022.

Http://Repositori.Uin-Alauddin.Ac.Id/14199/1/Rusdania%2070400115048.Pdf

16. Yulizawati, Insani AA, Sinta B LL, Andriani F. Buku Ajar Asuhan Kebidanan

Pada Persalinan.; 2019. www.indomediapustaka.com

 
LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Acara Kegiatan (SAK)

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Dokumentasi
SATUAN ACARA KEGIATAN

KELUARGA BINAAN

KONSELING KB IUD

Praktik Komunitas

Oleh:

NAMA: Dessy Indah Pratiwi

NPM: 07210400131

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

TAHUN 2022
SATUAN ACARA KEGIATAN

KONSELING KB IUD

DI KELURAHAN KEBON BARU RT/RW 01/001

TEMA : KB dan Kontrasepsi

SASARAN : Ny. Ronika

MATERI POKOK : KONSELING KB IUD

WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT

TEMPAT : Rumah Pasien

PELAKSANA. : Dessy Indah Pratiwi

A. Tujuan Instruksional

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan konseling ibu diharapkan memahami dan mengetahui

tentang KB IUD serta mau menggunakan KB IUD

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan konseling ibu diharapkan mampu:

a. Menjelaskan kembali pengertian tentang KB IUD

b. Menjelaskan kembali kekurangan dan kelebihan KB IUD

c. Menjelaskan kembali jenis-jenis KB IUD

d. Menjelaskan Apa indikasi dan kontra indikasi KB IUD

e. Menjelaskan tentang kapan menggunakan KB IUD


B. Pelaksanaan

a. Tempat

Rumah pasien

b. Waktu

Kamis, 21 Juli 2022

C. Metode dan Media

Metode : konseling dan tanya jawab

Media : Alat bantu pengambil keputusan ber-Kb

D. Langkah Kegiatan

No Tahap kegiatan Kegiatan penyuluhan Kegiatan Pasien dan

Kesehatan keluarga

1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Mahasiswa

(5 menit) 2. Menyebutkan nama da mengucapkam salam.

nasal instansi. 2. Mahasiswa

3. Menjelaskan tujuan. memperkenalkan diri

4. Mengkaji tingkat
pengetahuan pasien dan kepada pasien.

keluarga tentang KB IUD 3. Mahasiswa menjelaskan

tujuan konseling.

4. Mahasiswa mengajukan

pertanyaan tentang KB

IUD

2 Pembahasan 1. Menjelaskan tentang KB 1. Mahasiswa memberikan

(20 menit) IUD. konseling tentang KB

2. Memberikan kesempatan IUD

pada pasien untuk 2. Mahasiswa memberikan

menanyakan hal yang kesempatan kepada

kurang dimengerti. pasien untuk

menanyakan hal-hal

yang kurang jelas.

3 Penutup 1. Mengevaluasi tujuan 1. Mahasiswa melakukan

(5 menit) konseling KB IUD evalusi tentang tujuan

2. Mengucapkan konseling KB IUD

terimakasih atas 2. Mahasiswa

perhatian yang mengucapkan

diberikan dan terimakasih kepada

memberikan salam pasien dan salam

penutup. penutup.

E. Evaluasi
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.R umur 36 tahun dalam

melakukan konseling KB IUD menggunakan media Alat Bantu Pengambilan

Keputusan ber-KB (ABPK) yang dimulai dari pengkajian data sampai

evaluasi maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Ny.R sudah memahami

dan mengerti tentang alat kontrasepsi apa yang cocok digunakan olehnya.

Ny.R dan suami telah memutuskan untuk menggunakan KB IUD jenis

Copper T. Ny.R akan melakukan pemasangan di fasilitas kesehatan terdekat

diantar oleh suaminya. Dari hasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

keluarga binaan yang telah dilakukan berhasil.

F. Materi

1. Pengertian IUD

Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk –T terbuat

dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat

dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim

untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan

biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai di keluarkan lagi.

IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara

merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit di tempuh oleh sperma

(Kusmarjadi, 2019).

2. Jenis-Jenis IUD

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah:

a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana

pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan

tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan)

yang cukup baik (Imbarwati, 2017).

b. Copper- 7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk

memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter

batang vertical 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga

luas permukaaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga

halus pada IUD Copper- T.

c. Multi load

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua

tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari

ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat

tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk

menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu

standar, small, dan mini.

d. Lippes load

IUD ini terbuat dari polyethelen, berbentuk huruf spiral atau huruf

S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada

ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut

ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang

biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm

(benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang


putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.

Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi

perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab

terbuat dari bahan plastik.

3. Kekurangan dan Kelebihan KB IUD

1. Kekurangan KB IUD

a. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi

menular

b. Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama

dan banyak, perdarahan antar mestruasi, saat haid lebih sakit

c. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari

setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau

diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding

uterus ( sangat jarang apabila pemasangan benar ).

d. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering

berganti pasangan

f. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS

memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.

g. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam

pemasangan AKDR

h. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan AKDR. Biasanya menghilang selama 1-2 hari


i. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas

terlatih yang dapat melepas

j. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

2. Kelebihan KB IUD

a. Sangat efektif mencegah kehamilan

b. Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun

c. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

d. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

e. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak

terjadi infeksi)

f. Dapat digunakan sampai menopause

g. Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)

h. Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)

i. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia produksi

j. Mengurangi kunjungan ke klinik

4. Indikasi dan Kontraindikasi KB IUD

1. Indikasi KB IUD

a. Usia reproduktif

b. Keadaan nulipara

c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan

kontrasepsi

e. Resiko rendah dari IMS

f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi


g. Gemuk ataupun kurus

2. Kontra Indikasi KB IUD

a. Hamil atau diduga hamil

b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit

kelamin

c. Pernah menderita radang rongga panggul

e. Riwayat kehamilan ektopik

f. Penderita kanker alat kelamin

G. Daftar Pustaka/Referensi

1. Imbarwati. 2017. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

Jakarta Buku Kedokteran, EGC

2. Kusmarjadi, Dkk. 2019. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Trans

Info Media

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT

KONTRASEPSI IUD DAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR IUD


A. IDENTITAS DIRI

Nama :

Usia :

Pendidikan :

Jumlah Anak :

B. PETUNJUK PENGISIAN

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda ceklis pada salah satu

pertanyaan, benar (B) salah (S)

NO PERNYATAAN B S

1. Kontrasepsi IUD adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan dengan alat di masukan ke lengan

2. IUD dapat digunakan bagi wanita yang ingin alat kontrasepsi

jangka pendek/sementara

3. Cara kerja IUD yaitu menghambat bertemunya sperma dan

ovum/sel telur

4. IUD tidak mengurangi kemampuan sperma untuk menjadi

mandul

5. Yang diperbolehkan menggunakan IUD adalah wanita yang

masih kategori usia reproduktif (usia masih dapat hamil)

6. Wanita hamil boleh menggunakan IUD

7. Wanita yang mengalami perdarahan tidak diperbolehkan

menggunakan IUD
8. Wanita dengan resiko tinggi IMS dapat menggunakan IUD

9. IUD tidak boleh digunakan bagi wanita yang mengalami

kanker payudara

10. IUD mudah digunakan dan dapat dipasang sendiri


HASIL PRETEST
(Benar 7, Salah 3)
HASIL POST TEST
(Benar 10, Salah 0)
DOKUMENTASI

KUNJUNGAN KE - 1

KUNJUNGAN KE - 2

KUNJUNGAN KE - 3
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN PRAKTIK KLINIK
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY D UMUR 49 TAHUN
KONSELING IVA TEST DI RT 08 RW 01 KELURAHAN
KEBON BARU KECAMATAN TEBET
TAHUN 2022

Oleh:

WAHYU PUJIWATI

07210400126

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN PRAKTIK KLINIK


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY D UMUR 49 TAHUN
KONSELING IVA TEST DI RT 08 RW 01 KELURAHAN
KEBON BARU KECAMATAN TEBET
TAHUN 2022

Disusun Oleh:

WAHYU PUJIWATI

07210400126

Telah Disahkan di Jakarta

Pada Tanggal 10 Agustus 2022

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan RT 08 RW 01

(Maryam Syarah Mardiyah, S.ST, MKM)

1
KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Alhamdulillahi rabbil alamin.


Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan ”Laporan Individu Keluarga Binaan
Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Ny D Umur 49th P
Tentang Konseling IVA Test Di Rt 08 Rw 01 Kelurahan Kebon Baru
Kecamatan Tebet Tahun 2022” dengan baik dan tepat waktu.

Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada:
13. Drs. H. A. Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju.
14. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrachman, SH, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
15. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
16. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju.
17. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik
Universitas Indonesia Maju.
18. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
19. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
20. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes Selaku Koordinator Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju.
21. Maryam Syarah Mardiyah, S.ST, MKM selaku pembimbing Asuhan
Kebidanan Komunitas Program Studi DIV Kebidanan Universitas Indonesia
Maju yang telah membimbing penulis.
22. Ernita Prima Noviyani, S.ST, M.Kes selaku Dosen Penguji Asuhan Kebidanan
Komunitas Program Studi DIV Kebidanan Universitas Indonesia Maju.

2
23. Nurainih, SST, M.Kes, SH, MM selaku CI Asuhan Kebidanan Komunitas
Program Studi DIV Kebidanan Universitas Indonesia Maju.
24. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Program Profesi Departemen Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
25. Terimakasih kepada orang tua dan anak anak saya yang tidak henti hentinya
mendoakan, mendukung, memberikan nasehat, semangat serta motivasi dalam
penyusunan penulisan ini.
26. Rekan rekan seperjuangan ku yang saling mendukung dan menyemangati satu
sama lain.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik agar saya dapat
memperbaiki laporan ini dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

Wahyu Pujiwati

07210400126

3
DAFTAR ISI

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya-upaya untuk memperluas jangkauan dan mendekatkan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu pelayanan yang
baik, berkelanjutan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Salah satu upaya
kesehatan pengembangan yang dilakukan dengan program perkesmas.
Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan
salah satu upaya puskesmas yang mendukung peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dengan memadukan ilmu/ praktik keperawatan
dengan kesehatan masyarakat lewat dukungan peran serta aktif
masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (1).

Dalam dunia modern ini, kesehatan adalah hal yang perlu


mendapat perhatian lebih, terutama pada wanita. Setiap wanita perlu
mewaspadai setiap masalah dan gangguan kesehatan yang dialami agar
tak menjadi lebih buruk. Salah satu masalah dan gangguan kesehatan yang
kerap dialami oleh banyak wanita adalah gangguan kesehatan reproduksi
wanita. Salah satu penyakit yang sering dikeluhkan menyerang kesehatan
reproduksi wanita adalah kanker serviks (2).

5
Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization
(WHO), Kanker serviks adalah kanker paling sering keempat pada wanita
dengan perkiraan 570.000 kasus baru pada 2018 mewakili 6,6% dari
semua kanker wanita. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi
di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat kematian yang
tinggi dari kanker serviks secara global dapat dikurangi melalui
pendekatan komprehensif yang mencakup pencegahan, diagnosis dini,
penyaringan yang efektif dan program pengobatan. Saat ini ada vaksin
yang melindungi dari jenis human papilloma virus yang menyebabkan
kanker dan secara signifikan dapat mengurangi risiko kanker serviks (3).

Menurut data Globocan, International Agency for Research on


Cancer (IARC), beban kanker global diperkirakan telah meningkat
menjadi 18,1 juta kasus baru dan 9,6 juta kematian ditahun 2018. Pada
pria, kanker paru-paru menempati urutan pertama, dan kanker prostat
urutan kedua dalam insiden di Negara maju dan berkembang. Pada
wanita, tingkat kejadian untuk kanker payudara jauh melebihi kanker
lainnya di Negara maju dan berkembang, di ikuti oleh kanker kolorekteral
di Negara maju dan kanker serviks di Negara berkembang. Kanker
payudara juga merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada
wanita (15,0%), di ikuti oleh kanker paru-paru (13,8%), dan kanker
kolorektal (9,5%). Kanker serviks menempati urutan keempat, dengan
insiden (6,6%) dan mortalitas (7,5%) (4).

Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan kedua dari semua


jenis kanker pada wanita. Angka estimasi insiden rate kanker serviks di
beberapa kota antara lain: Jakarta 100/100.000; Bali 152/100.000;
Tasikmalaya 360/100.000; Sidoarjo 49/100.000. Insidens kanker leher
rahim di Indonesia sebesar 16 per 100.000 perempuan. Tingginya
prevalensi dan insiden kanker leher rahim di Indonesia maka Komite
Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) yang dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
02.02MENKES/389/2014 dan dibentuk pada 17 Oktober 2014 memiliki
tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat
6
kanker di Indonesia dengan mewujudkan penanggulangan kanker yang
terintegritas, melibatkan semua unsur pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Salah satu yang menjadi perhatian khusus Komite
Penanggulangan Kanker Nasional (KPPN) adalah pengembangan upaya
deteksi dini (5).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia, sampai dengan tahun


2017 sudah dilakukan deteksi dini kanker leher rahim terdapat 3.040.116
perempuan usia 30- 50 tahun (2,98%) di Indonesia. Pemeriksaan
dilakukan dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) atau Pap
Smear, dimana telah ditemukan 105.418 IVA positif, 3.601 curiga kanker
leher rahim

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2015-2016,


cakupan pemeriksaan IVA dan SADANIS di Jakarta Pusat sebanyak
6.524 orang (4%), Jakarta Utara sebanyak 2.539 orang (0.9%), Jakarta
Barat sebanyak 7.422 orang (1.8 %), Jakarta Selatan sebanyak 12.510
orang (3.5%), Jakarta Timur sebanyak 17.017 orang (3.7%), dan
Kepulauan Seribu sebanyak 76 orang (1.9%). Sedangkan cakupan pap
smear di Jakarta puskesmas sebanyak 784 orang (0.5%), Jakarta Utara
sebanyak 104 orang (0.03%), Jakarta Barat sebanyak 1.356 orang (0.3%),
Jakarta Selatan sebanyak 264 orang (0.07%), dan Jakarta Timur sebanyak
1.576 orang (0.33%) (6).

Data di rw 01 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet cakupan


IVA test belum ada, disebabkankan Wanita Usia Subur di rw 01 belum
melakukan skrening kanker serviks.

1.2 Tujuan

a.Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan komunitas pada Ny D
penyuluhan tentang IVA test di RT 08 RW 01 Kel. Kebon Baru
Kecamatan Tebet.

7
b.Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada Ny D di rt 08 rw 01
Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.
2. Melaksanakan pengkajian data objektif pada Ny D di rt 08 rw 01
Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.
3. Melaksanakan perumusan diagnosa atau masalah kebidanan pada
Ny D di  rt 08 rw 01 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi Ny D di rt 08 rw 01
Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.

1.3 Manfaat

a.Bagi Keluarga Binaan


Dapat menambah pengetahuan bagi keluarga sehingga diharapkan
dapat menjadi bekal dalam pencegahan kanker servik.
b.Bagi Mahasiwa
Memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat ke
dalam kondisi nyata di lapangan tentang bidan komunitas, serta
menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi penulis agar
lebih meningkatkan kinerja di lapangan.
c.Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan program
pembelajaran agar menghasilkan lulusan bidan profesional dan memiliki
kompetensi dibidangnya.

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

4.1 Teori Konsep Dasar Komunitas

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan


pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat
sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang
bersifat individual maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan
strategi-strategi untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini (7).
1. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang
merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
2. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
3. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
4. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah
yang terisolir), kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas
adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah
dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di
lokasi tersebut (8).

5. Tujuan Pelayanan Komunitas


Tujuan kebidanan komunitas menurut Kemenkes 2018 (9), yaitu
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini:

a.Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya,
sehingga masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta
mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.

9
b.Tujuan Khusus
1)Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas
sesuai dengan tanggung jawab bidan.
2)Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
3)Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan
risiko kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
4)Medukung program-program pemerintah lainnya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
5)Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan
tokoh masyarakat setempat atau terkait.
6. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada
Pelayanan Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut:

a.Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu


kesehatan masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-
lain yang mendukung peran bidan di komunitas.
b.Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat
dan martabat kemanusiaan klien.
c.Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai
unit analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah
perempuan, jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah
neonatus, jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa
ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnya adalah jumlah perempuan
usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/
perkantoran.
d.Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan,
tetapi hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok
ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja
sosial, dll.
e.Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan
klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan

10
dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
7. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut.

g. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan


langkah promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil
disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga
kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang
di posyandu.
h. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan
yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan
balita serta ibu hamil.
i. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan
diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi
melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani
kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam
proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.
j. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan
bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan
meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi
klien
k. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk
mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah
bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan
tindakan persalinan caesar.

l. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi


sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk
mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.
Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi
seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD),
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban

11
perkosaan, dan Injecting Drug User (IDU).

12
4.2 Teori Konseling

1. Pengertian

Kata Konseling juga berasal dari bahasa Inggris, yaitu councelling


dengan akar kata councel yang artinya penyuluhan. Kata penyuluhan
juga digunakan untuk beberapa fungsi, antara lain penyuluhan pertanian
dan penyuluhan kesehatan, serta penyuluhan agama. Oleh karena
penggunaan kata penyuluhan sebagai terjemahan councelling dalam
bidang-bidang tersebut sangat berbeda dengan yang dimaksud dari
penyuluhan dalam bidang psikologi, maka kemudian banyak ahli lebih
memilih menyerap kata councelling tersebut ke dalam dalam bahasa
Indonesia menjadi konseling, karena yang dimaksud dengan konseling
dalam psikologi adalah teknis layanan pembimbingan psikologis.

Prayitno dan Erman Amti mengatakan konseling individu adalah


sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara
konselor dan klien. Dalam hubungan itu dicermati dan diupayakan
pengentasan masalahnya, semampu dengan kekuatan klien itu sendiri.
Dalam kaitan itu, konseling dianggap sebagai upaya layanan yang paling
utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien. Bahkan
dikatakan bahwa konseling merupakan “jantung hatinya” pelayanan
bimbingan secara menyeluruh. Apabila layanan konseling telah
memberikan jasanya, maka masalah klien akan teratasi secara efektif dan
upaya-upaya bimbingan lainnya tinggal mengikuti atau berperan sebagai
pendamping (10).

2. Tujuan Konseling

13
Konseling individu memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Secara umum tujuan konseling adalah supaya klien dapat
mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju, melalui terlaksananya
tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian, dan kebahagiaan
hidup. Secara khusus, tujuan konseling tergantung dari masalah yang
dihadapi oleh masing masing klien (11).

3. Prinsip-prinsip Konseling Individual (12)

a. Setiap konselor harus menghormati kejujuran klien untuk


bertemu dengannya karena meminta pertolongan.

b. Konselor harus menjelaskan persyaratan konseling kepada


klien seperti tempat dan hari bertemu, periode masing-masing sesi
dan jenis-jenis pekerjaan rumah yang harus dilakukan.

c. Konselor harus merujukkan klien itu kepada konselor yang


lain jika kasus yang ditangani di luar pengalamannya.

d. Konselor harus memberitahu klien bahwa semua informasi


yang diberikan adalah sulit (rahasia).

e. Konselor bisa meminta pandangan dari konselor-konselor


lain jika ditemukan kesulitan-kesulitan dalam kasus yang
dikendalikannya. 

f. Konselor harus bertanggung jawab mencari lembaga referensi jika


didapati kliennya mulai mengancam keselamatan orang lain.

4. Prosedur Pelaksanaan Konseling Individu (13)

Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1)
tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja);
dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan

14
a. Tahap Awal

Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga


berjalan sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada
tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya:

1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan


klien (rapport). Kunci keberhasilan membangun hubungan
terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling
terutama azas kesukarelaan, keterbukaan, kerahasiaan dan
kegiatan.

2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan


konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan
diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah
klien.

3) Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha


menjajagi atau menaksir kemungkinan masalah dan merancang
bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan
semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang
sesuai bagi antisipasi masalah.

4) Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara


konselor dengan klien, berisi:

a) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang


diinginkan oleh klien dan konselor tidak berkebaratan.

b) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien

c) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya


peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan
konseling dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.

b. Inti (Tahap Kerja)

15
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling
selanjutnya adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap
ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:

1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam.


Penjelajahan masalah dimaksudkan agar klien mempunyai
perspektif dan alternatif baru terhadap masalah yang sedang
dialaminya.

2) Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-


sama klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.

3) Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara. Hal ini bisa


terjadi jika:

a) Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau


waancara konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk
mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang
dihadapinya.

b) Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik


konseling yang bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi
yang jujur, ikhlas dan benar-benar peduli terhadap klien.
c) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan
yang telah dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh
pihak konselor maupun klien.
c. Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan,
yaitu:
1) Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil
proses konseling.
2) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling
sebelumnya.

16
3) Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian
segera).
4) Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu:


a. Menurunnya kecemasan klien
b. Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan
dinamis
c. Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya
d. Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang
jelas
e. Skenario Studi Kasus Konseling Individu

4.3 Teori Kanker Serviks

1. Pengertian

Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim) adalah tumor ganas yang


tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang
wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam
rahim (14).

2. Penyebab

Kanker serviks disebabkan oleh Human Pappiloma Virus atau


lebih dikenal dengan virus HPV. Virus kanker serviks bersifat spesifik
dan hanya atau epitel mulut rahim. Infeksi virus HPV kelamin bagian
luar vagina dan di sekitar anus (14).

3. Gejala

17
Kanker serviks sering tidak menimbulkan tanda dan gejala. Gejala
akan muncul jika sudah memasuki stadium kanker serviks. Gejala-gejala
yang ditimbulkan penyakit kanker serviks adalah (15):
c. Gejala awal
5) Pendarahan vagina yang abnormal, berupa pendarahan setelah
berhubungan seksual, pendarahan diluar siklus menstruasi atau
pendarahan pasca menopause.
6) Menstruasi banyak dan berlangsung lebih dari 7 hari
7) Keputihan banyak yang berlebihan dan berbau tidak sedap.
8) Nyeri saat berhubungan seksual
d. Gejala pada stadium lanjut
6) Anoreksia, berat badan menurun,dan mudah merasa lelah
7) Nyeri pada panggul, pinggang, dan tungkai
8) Gangguan eliminasi
9) Salah satu kaki mengalami pembengkakan
10) Vagina mengeluarkan urine atau feses.

4. Faktor Resiko
Wanita yang mempunyai risiko tinggi terserang kanker serviks
adalah (16) :
l. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Human Papilloma Virus (HPV) dapat menginfeksi sel-sel di
permukaan kulit, dan mereka yang melapisi alat kelamin, anus, mulut,
dan tenggorokan. HPV dapat menyebar dari satu orang ke orang lain
melalui kontak kulit ke kulit. Salah satu cara HPV menyebar adalah
melaui hubungan seks, termasuk seks vaginal, anal, dan bahkan oral.
Infeksi HPV pada wanita tidak semua bisa menyebabkan kanker
serviks. Virus ini akan hilang dengan sendirinya apabila wanita yang
terinfeksi virus HPV memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.
Ada 150 jenis HPV yang dikelompokan menjadi jenis HPV
berisiko rendah dan HPV beririko tinggi. Jenis HPV berisiko rendah
merupakan penyebab kutil pada bibir atau lidah, sekitar organ kelamin

18
wanita dan laki-laki dan di daerah anus. HPV tipe berisiko rendah
jarang menyebabkan kanker. Jenis HPV lainnya disebut tipe risiko
tinggi karena sangat terkait dengan kanker. Tipe HPV yang
mempunyai risiko tertinggi terjadinya kanker serviks adalah tipe HPV
16 dan HPV 18. Waktu yang dibutuhkan dari infeksi HPV risiko-
tinggi sampai terjadinya kanker adalah 15 tahun.
m. Merokok
Wanita yang merokok mempunyai risiko dua kali lipat lebih
tinggi terkena kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak
merokok. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dapat dijumpai
pada lendir serviks wanita yang merokok. Para peneliti percaya bahwa
zat ini dapat merusak DNA sel serviks dan dapat berkontribusi pada
perkembangan kanker serviks. Merokok juga membuat system
kekebalan tubuh kurang efektif dalam melawan infeksi HPV
n. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
Human Immunodeficiency Virus (HIV), adalah virus yang
menyebabkan AIDS, merusak sistem kekebalan tubuh sehingga
wanita penderita AIDS memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi HPV
yang bisa menyebabkan kanker serviks. Wanita dengan penyakit
autoimun yang menkonsumsi obat untuk menekan respon kekebalan
tubuh juga berisiko terserang kanker serviks.
o. Infeksi Chlamidia
Chlamidia adalah jenis bakteri yang dapat menginfeksi sistem
reproduksi, menyebar melalui kontak seksual. Infeksi chlamidia dapat
menyebabkan peradangan panggul dan infertilitas.
p. Hubungan seksual
Berdasarkan etiologi infeksinya, wanita dengan pasangan seksual
lebih dari satu dan wanita yang memulai berhubungan seksual
sebelum usia 18 tahun mempunyai risiko lima kali lipat terkena
kanker serviks. Hal ini disebabkan karena sel-sel mukosa pada
serviks belum matang. Sel-sel mukosa wanita baru matang pada usia
20 tahun ke atas. Sehingga jika wanita melakukan hubungan seksual

19
pada usia dibawah 18 tahun sel-sel serviks masih rentan terhadap
rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar yang
bisa menyebabkan sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi sel
kanker.
q. Kanker partner
Wanita yang memiliki pasangan tidak disirkumsisi memiliki
risiko tinggi terserang kanker serviks. Laki-laki yang melakukan
sirkumsisi memiliki kemungkinan lebih kecil terjangkit virus HPV.
Hal ini disebabkan karena laki-laki yang tidak disirkumsisi smegma
pada preposiumnya akan menjadi tempat berkumpulnya bakteri dan
virus yang akan menularkan ke pasangan seksualnya ketika
berhubungan seksual.
r. Riwayat ginekologi
Hamil di usia kurang dari 17 tahun dan melahirkan anak lebih
dari tiga juga merupakan risiko tinggi terkena kanker serviks, apalagi
dengan jarak kelahiran yang terlalu pendek. Hal ini diperkirakan
karena terlalu sering melahirkan akan menimbulkan perlukaan di jalan
lahir, sehingga berisiko tinggi terinfeksi HPV.
s. Diethylstilbesterol (DES)
DES merupakan obat hormonal yang diberikan untuk wanita
hamil sekitar tahun 1940-1971 bertujuan untuk mencegah keguguran.
Obat ini telah terbukti dapat memicu kanker serviks.
t. Kontrasepsi peroral
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama
meningkatkan risiko kanker serviks. Penelitian menunjukkan bahwa
semakin lama wanita memakai kontrasepsi oral, risiko kanker serviks
semakin meningkat. Risiko ini akan turun lagi setelah kontrasepsi oral
berhenti, dan kembali normal sekitar 10 tahun setelah berhenti.
Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker serviks
karena jaringan serviks merupakan salah satu sasaran yang disukai
hormon steroid perempuan.
u. Status ekonomi

20
Wanita dengan kelas ekonomi paling rendah memiliki faktor
risiko lima kali lebih besar daripada wanita di kelas ekonomi paling
tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan wanita dengan kelas ekonomi
paling rendah tidak memiliki akses yang mudah ke pelayanan
kesehatan
v. Diet
Wanita yang diet rendah buah dan sayuran memiliki risiko tinggi
terkena kanker serviks.

4.4 Pencegahan dan Deteksi Dini IVA

Deteksi lesi pra kanker dengan metode IVA (17) :

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

1. Pengertian IVA

IVA atau inspeksi visual asam asetat adalah salah satu bentuk
deteksi dini kanker serviks secara visual menggunakan asam asetat yang
sudah diencerkan, berarti melihat serviks dengan mata telanjang untuk
mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam setat 3-5%. Daerah
yang tidak normal akan berubah warna dngan batas tegas menjadi putih
(acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin
memiliki lesi prakanker. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan setahun
sekali

2. Kelebihan pemeriksaan IVA

Kelebihan tes IVA adalah biaya murah, dapat dilakukan di


pelayanan tingkat primer, dapat dilakukan kapan saja dalam siklus
menstruasi, termasuk saat menstruasi, dan saat asuhan nifas atau paska
keguguran. Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada perempuan yang
dicurigai memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS

3. Sasaran pemeriksaan IVA

21
Sasaran pemeriksaan IVA adalah wanita usia di atas 20 tahun dan
pernah melakukan hubungan seksual. Namun prioritasnya adalah pada
usia wanita 30-50 tahun
4. Tahapan pemeriksaan IVA
Tahapan pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut:
a. Persiapan alat dan bahan
Persiapan alat. Alat yang harus disiapkan yaitu:
1) Spekulum
2) Lampu
3) Larutan asam asetat 3-5%
4) Kapas lidi
5) Sarung tangan
6) Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan
b. Persiapan pasien. Persiapan pasien meliputi:
1) Memastikan identitas, memeriksa status dan kelengkapan inform
consent pasien
2) Pasien diminta untuk menanggalkan pakaian dari pinggang hingga lutut
dan menggunakan kain yang sudah disediakan
3) Memposisikan pasien dalam posisi litotomi
4) Menutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain.
5. Pelaksanaan IVA
Langkah-langkah dalam pelaksanaan IVA yaitu:
a. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
b. Membersihkan genetalia eksterna dengan air DTT
c. Masukkan spekulum dan tampakkan serviks hingga terlihat jelas
d. Bersihkan serviks dari cairan, darah, sekret dengan kapas lidi
bersih
e. Periksa serviks sesuai langkah berikut:
1) Terdapat kecurigaan kanker atau tidak: Jika ya, pasien
dirujuk, pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan. Jika pemeriksaan
oleh dokter obsgyn, lakukan biopsi.
2) Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi Sambungan Skuamo

22
Kolumnar (SSK) Jika SSK tidak tampak, maka dilakukan
pemeriksaan mata telanjang tanpa asam asetat, lalu beri
kesimpulan sementara, yaitu hasil negatif namun SSK tidak
tampak. Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan
selanjutnya lebih cepat atau pap smear maksimal 6 bulan lagi.
3) Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas
lidi yang sudah divelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke
seluruh permukaan serviks.
4) Menunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah ada
bercak putih (acetowhite epithelium) atau tidak
5) Jika tidak (IVA negatif), menjelaskan kepada pasien kapan
harus kembali untuk menguulangi pemeriksaan IVA
6) Jika ada (IVA positif), tentukan metode tata laksana yang
akan dilakukan
a) Mengeluarkan spekulum
b) Membuang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya
ke dalam container (tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan
alat-alat yang dapat digunakan kembali, rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
c) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus
melakukan pemeriksaan lagi serta rencana tata laksana jika
diperlukan.

6. Jadwal IVA menurut program skrining WHO adalah:

a. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun.

b. Kalau fasilitas memungkinkan,lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55


tahun.

c. Kalau fasilitas tersedia lebih,lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun.

d. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia
25-60 tahun.

e. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup
memiliki dampak yang signifikan.

f. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila:hasil (+) adalah 1 tahun

23
sekali dan bila hasil (-) adalah 5 tahun sekali.

24
BAB III

TINJAUAN KASUS

7.1 Kunjungan Keluarga Binaan ke-1 dilakukan tanggal 22 Juli 2022

No. Registrasi : 05
Tanggal Pengkajian : 22 Juli 2022
Waktu Pengkajian : 16.00 wib
Tempat Pengkajian : Rumah Warga
Pengkaji : Wahyu Pujiwati

A. Data Subjektif
Nama Ibu : ny D Nama Suami : tn S
Umur : 49 th Umur : 58 th
Agama : islam Agama : islam
Suku : jawa Suku : sunda
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Pekerjaan : guru
Alamat : Rt 08 rw 01 Kel. Kebon Besar Kec. Tebet

1. Alasan datang: ingin melakukan Konseling tentang kanker servik


2. Keluhan utama: Belum pernah mengetahui tentang Kanker serviks
3. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi: haid sejak usia 12th, lama haid 8-10 hari, siklus 28-
30 hari, ganti pembalut 3-4 kali sehari
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

25
A Penyu Anak
n lit
Penolo
a Tempat Usia Jenis keha
Tgl / Thn ng Jenis
k persalin keha persalina milan BB/ Keada
persalinan persalin kelam
an milan n / PB an
an in
k persal
e inan
1 16/5/1997 RS Aterm Spontan Bidan Tidak Laki 3200/ Sehat
ada laki 49

2 16/10/1999 RS Aterm Spontan Bidan Tidak Laki 3000/ Sehat


ada laki 48

3 18/09/2002 RS aterm Spontan Bidan Tidak Perem 3100/ Sehat


ada puan 48

4. Riwayat ginekologi: pernah tindakan operasi mioma geburt


5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu: penyakit yang di derita selama ini tidak ada
b. Riwayat kesehatan keluarga: dikeluarga ada yang menderita penyakit
Diabetes Melitus (orangtua/ Ibu)
6. Riwayat pernikahan: menikah 1kali, lama pernikahan 25th
7. Riwayat psikososial: saat ini baik baik saja
8. Riwayat KB: ibu berKB IUD, lama nya 15th
9. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola istirahat: tidur ± 6-7 jam sehari
b) Pola aktivitas: mengikuti olahraga 1 kali seminggu
c) Pola eliminasi: BAK 5-6x/hari, BAB 1 x/hari
d) Pola nutrisi: makan 2-3x/hari di selingi snack. Mengkonsumsi sayuran
dan buah

26
e) Pola personal hygiene: mandi 2x/ hari, mengganti pakaian dalam
2-3x/hari
f) Pola hubungan seksual: melalukan hubungan seks 1x/minggu

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : comphosmentis

2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 130/80mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 35,6 0
C
3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 59 kg
Tinggi badan : 157 cm
LILA : 25 cm
IMT : 23,9 kg/m2
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak oedem
Mata : sklera tidak ikterik, conjunctiva tidak anemis
Mulut : caries ada,
Leher : tidak ada pembesaran kelenja thyroid,tidak ada
pembesaran kelenjar limfe
Dada : payudara simetris, tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran hati
Ekstremitas Atas : simetris,
Ekstremitas Bawah : simetris, tidak ada oedem, tidak ada varises di
kaki kanan dan kiri
Anogenitalia : tidak di lakukan

27
5. Pemeriksaan Penunjang : tidak di lakukan

C. Analisis Data
Ny D Wanita Usia Subur, P3A0 umur 49 th

D. Penatalaksanaan
1. Memakai alat pelindung diri (masker)
Evaluasi: ibu telah menggunakan masker
2. Membina hubungan baik dengan ibu
Evaluasi: ibu telah melakukannya dengan petugas
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah di lakukan kepada ibu
Evaluasi: ibu mengerti dengan hasil pemeriksaannya
4. Menginformasikan tentang kanker serviks seperti: pengertian,
penyebab dan gejala kanker serviks
Evaluasi: ibu mengerti dengan informasi yang telah diberikan
5. Mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan menjaga pola
makan dengan gizi seimbang
Evaluasi: ibu berjanji akan melakukan nya
6. Memberitahu ibu bahwa akan melakukan kunjungan ke 2 tanggal 28
Juli 2022
Evaluasi: ibu mengetahui dan bersedia menerima
7. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi: semua Asuhan Kebidanan didokumentasikan

7.2 Kunjungan Keluarga Binaan ke-2 dilakukan tanggal 28 Juli 2022

E. Data Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan takut untuk melakukan IVA test

F. Data Objektif
3. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis

28
4. Pemeriksaan Umum
Tensi : 120/80mmhg
Denyut nadi : 84 kali/menit
Frekuensi nafas : 19 kali/menit
Suhu tubuh : 36,10C

5. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 59 kg
Tinggi badan : 157 cm
IMT : 23,9

G. Analisis Data
Ny D Wanita Usia Subur, P3A0 umur 49 th

H. Penatalaksanaan
1. Memakai alat pelindung diri (masker)
Evaluasi: ibu telah memakai masker
2. Membina hubungan baik dengan ibu
Evaluasi: ibu telah melakukannya dengan petugas
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah di lakukan
Evaluasi: ibu mengerti dengan hasil pemeriksaannya
4. Menjelaskan tentang IVA test seperti: Pengertian IVA test, Kelebihan
pemeriksaan IVA, Tahapan pemeriksaan IVA dan Pelaksanaan IVA
Evaluasi: ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan
5. Mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan menjaga pola
makan dengan gizi seimbang
Evaluasi: ibu berjanji akan melakukan nya
6. Memberitahu ibu bahwa akan melakukan kunjungan ke 2 tanggal 30 Juli
2022
Evaluasi: ibu mengetahui dan bersedia menerima
7. Melakukan pendokumentasian

29
Evaluasi: semua Asuhan Kebidanan didokumentasikan

7.3 Kunjungan Keluarga Binaan ke-3 dilakukan tanggal 30 Juli 2022

E. Data Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ingin melakukan IVA test

F. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : comphosmentis

2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 130/80mmHg
Denyut nadi : 82 kali/menit
Frekuensi nafas : 19 kali/menit
Suhu tubuh : 35,7 0
C

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 59 kg
Tinggi badan : 157 cm
LILA : 25 cm
IMT : 23,9 kg/m2

G. Analisis Data
Ny D Wanita Usia Subur, P3A0 umur 49 th

H. Penatalaksanaan
1. Memakai alat pelindung diri (masker)
Evaluasi: ibu telah memakai masker
2. Membina hubungan baik dengan ibu
Evaluasi: ibu telah melakukannya dengan petugas

30
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah di lakukan
Evaluasi: ibu mengerti dengan hasil pemeriksaannya
4. Menjelaskan kembali tentang IVA test
Evaluasi: ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan
5. Mengingatkan ibu untuk menjaga pola hidup sehat,
mengatur pola aktifitas dan istirahat dan makan dengan
pola gizi seimbang
Evaluasi: ibu berjanji akan melakukan nya
6. Mengingatkan ibu untuk melakukan pemeriksaan IVA
Evaluasi: ibu akan melakukan IVA test
7. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi: semua Asuhan Kebidanan didokumentasikan

31
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, mahasiswa akan membandingkan praktek dengan


teori belajar lapangan di Kelurahan Kebon Baru RT/RW 08/01 khususnya pada
Ny. D.
Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil
pendekatan dan tabulasi data, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan
masalah bersama Ny. D sesuai dengan prioritas masalah.

32
4.1 Pengkajian Data Subjektif

Data subyektif diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada


Ny. D. Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien
dengan teknik wawancara, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Data ini
berupa keluhan atau persepsi subjektif pasien terhadap status
kesehatannya. Data subjektif ini diperoleh dengan anamnesa terhadap
klien. Penulis melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. D didapatkan
bahwa Ny D umur 49th belum pernah melakukan pemeriksaan IVA test.

Dengan demikian penulis telah melakukan pengumpulan data


subjektif  menggunakan metode yang sesuai dengan teori maka tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.

4.2 Pengkajian Data Objektif

Data objektif diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada Ny


D. Data objektif adalah data yang didapat dari pengamatan, observasi,
pengukuran, atau pemeriksaan secara langsung pada Ny D dan tidak
ditemukan kelainan bahwa Ny D dalam keadaan baik (18). Penulis
melakukan asuhan 3x. kunjungan 1 pada tanggal 22 Juli 2022, keadaan
umum baik, kesadaran comphosmentis, BB 59kg, TB 157cm, tanda tanda
vital Tekanan Darah: 130/80 mmHg, Denyut nadi: 80 kali/menit,
Frekuensi nafas: 20kali/menit, Suhu tubuh: 35,60C dan pemeriksaan head
to toe dalam batas normal. Kunjungan 2 tanggal 28 Juli 2022 keadaan
umum baik, kesadaran comphosmentis, tanda tanda vital Tensi:
120/80mmhg, Denyut nadi: 84 kali/menit, Frekuensi nafas: 19 kali/menit,
Suhu tubuh: 36,10C dan Kunjungan 3 pada tanggal 30 Juli 2022 keadaan
umum baik, kesadaran comphosmentis, tanda tanda vital Tekanan Darah:
130/80mmHg, Denyut nadi: 82 kali/menit, Frekuensi nafas: 19 kali/menit,
Suhu tubuh: 35,7 0C0. Penulis melakukan pemantauan kesehatan Ny D,
karena sebelumnya belum pernah melakukan skrining dan tidak

33
mengetahui tentang metode IVA test, maka penulis melakukan konseling
kepada Ny D.
Dengan demikian penulis melakukan pengumpulan data objektif
menggunakan metode yang sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek.

4.3 Perumusan Diagnosa

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, langkah


berikutnya yaitu menganalisa data yaitu menentukan masalah kesehatan
yang dialami oleh Ny D. Masalah kesehatan yang dialami Ny D lebih
menekankan pada upaya promotif dan preventif dengan cara memberikan
penyuluhan Kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
Kesehatan dalam rangka merubah hidup sehat.
Dengan demikian analisa data dilakukan sesuai dengan teori
sehingga disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktik.

4.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan pada Ny D, menggunakan media


leaflet dan ceramah, tanya jawab dan diskusi dengan tenaga Kesehatan
mulai terlihat bahwa Ny D sudah mulai mengerti apa itu IVA test.
Dengan demikian penatalaksanaan dan evaluasi yang dilakukan
sesuai dengan teori sehingga disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktik.

BAB V

PENUTUP

34
5.3 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny D umur 49th dalam melakukan


penyuluhan yang dimulai dari pengkajian data sampai evaluasi maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :

5. Pengkajian data subjektif yang diperoleh dari hasil wawancara


didapatkan data Ny D umur 49th dan belum pernah melakukan
skrining IVA test.
6. Pengkajian data objektif yang diperoleh dari hasil observasi
didapatkan data Ny D umur 49th tidak mengetahui tentang metode
IVA test.
7. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Ny D umur
49th didapatkan masalah Kesehatan yang lebih di tekankan pada
upaya promotif dan preventif

8. Penatalaksanaan dan evaluasi yang sudah dilakukan dengan


penyuluhan IVA test Ny D mengerti dan akan melakukan skrening
IVA test.

5.4 Saran

H. Bagi Keluarga Binaan


Dengan diadakannya kunjungan ini diharapkan keluarga dapat mengetahui
tentang penting skrening IVA test dan selalu menjaga Kesehatan keluarga dan
lingkungannya

I. Bagi Mahasiswa
Petugas Kesehatan diharapkan agar tetap mempertahankan dan meningkatkan
asuhan kebidanan yang telah ada serta selalu menerapkan teori teori yang telah di
dapatkan dan di sesuaikan dengan kondisi di lapangan, dapat menggali lebih dalam
lagi mengenai kesehatan keluarga dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan
kebidanan pada keluarga.

J. Bagi Institusi Pendidikan


Lebih meningkatkan lagi kualitas mahasiswanya dengan teori teori di bangku
kuliah yang akan terjun ke masyarakat di masa depan nanti. Selalu bersabar
membimbing mahasiswanya di bangku kuliah maupun di lapanagan.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. I Made Mertajaya, Adventus MR. YA. Modul Perawat Kesehatan


Masyarakat (Perkesmas). Jakarta: UKI; 2019.
2. Sibagariang E. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: CV. Trans Indo
Med. 2016;
3. WHO. Cervical Cancer [Internet]. 2019 [cited 2022 Jul 27]. Available
from: https://www.who.int/cancer/prevention/diagnosis-screening/cervical-
cancer/en/
4. (IARC) IA for R on C. Latest global cancer data: Cancer burden rises to
18.1 million new cases and 9.6 million cancer deaths in 2018 [Internet].
2018. [cited 2022 Jul 27]. Available from:
https://www.iarc.who.int/featured-news/latest-global-cancer-data-cancer-
burden-rises-to-18-1-million-new-cases-and-9-6-million-cancer-deaths-in-
2018/#:~:text=Questions and Answers-,Latest global cancer data%3A
Cancer burden rises to 18.1 million,the globa
5. Parapat FT, Susanto HS, Saraswati LD. Faktor Faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Metode Inspeksi
Visual Asam Asetat Di Puskesmas Candiroto Kabupaten Temanggung. J
Kesehat Masy. 2016;4(4):363–70.
6. Omeoo. Ibu Negara Meninjau Pelaksanaan Pekan Deteksi Dini Kanker
Pada Perempuan Di DKI Jakarta [Internet]. 2016 [cited 2022 Jul 27].
Available from: http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-
penyakit-diabetes-melitus-dan-gangguan-metabolik/ibu-negara-meninjau-
pelaksanaan-pekan-deteksi-dini-kanker-pada-perempuan-di-dki-jakarta
7. Montenssori M. The Absorbent Mind, Pikiran Yang Mudah Menyerap.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013.
8. Kesehatan D. Tahap Perkembangan Balita, dan Profil Kesehatan RI.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2016.
9. Kemenkes. Praktik Kebidanan Komunitas. Jakarta: BBPSDM; 2018.

53
10. & P, Amti E. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. 3rd ed. Jakarta:
Rineka Cipta; 2015. 288–289 p.
11. Hartono & Boy Soedarmadji. Psikologi Konseling. Jakarta: Prenadamedia
Group; 2012. 307 p.
12. Lubis NL. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group; 2012.
13. Miamuhammadmediabki. TAHAP-TAHAP KONSELING INDIVIDU
[Internet]. 2017. Available from:
https://miamuhammadmediabki.wordpress.com/2017/06/12/tahap-tahap-
konseling-individu/
14. Masriadi. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: CV. Transinfo;
2016.
15. Wulan M. Hubungan Karakteristik Individu Dan Dukungan Keluarga
Dengan Kualitas Hidup Penderita Kanker Serviks. Midwifery J Kebidanan.
:60–6.
16. Saslow D, Solomon D, Lawson HW, Killackey M, Kulasingam SL, Cain J,
et al. American Cancer Society, American Society for Colposcopy and
Cervical Pathology, and American Society for Clinical Pathology screening
guidelines for the prevention and early detection of cervical cancer. Am J
Clin Pathol. 2012;137(4):516–42.
17. Kemenkes. Buku Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan
Deteksi Dini Kenker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2015. 16–18 p.
18. Mulyanti D&. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: BBPSDM; 2017.
19. RI D. Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2012.
20. Rasjidi. Deteksi Dini Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: CV.
Sagung Seto; 2015.

53
SATUAN ACARA KEGIATAN

KELUARGA BINAAN DI RT 08 RW 01 KELURAHAN KEBON BARU


KECAMATAN TEBET

Praktik Komunitas

Oleh:

NAMA : WAHYU PUJIWATI


NPM : 07210400126

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022

1
SATUAN ACARA KEGIATAN

TEMA : KANKER SERVIKS


SASARAN : Wanita Usia Subur (WUS)
MATERI POKOK : Konseling IVA test
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 menit
TEMPAT : Rumah Warga
PELAKSANA : Wahyu Pujiwati

B. Tujuan Instruksional
3. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan konseling di harapkan ibu memahami, mengetahui dan
melakukan Pemeriksaan IVA test

4. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah di berikan konseling diharapkan ibu mampu untuk:
a. Menjeaskan kembali pengertian dari kanker serviks
b. Menjeaskan kembali penyebab kanker serviks
c. Menjeaskan kembali gejala kanker serviks
d. M
e. Menjelaskan kembali Faktor Resiko Kanker servix
f. Menjeaskan kembali pengertian dari IVA test

C. Pelaksanaan
1. Tempat : Rumah Warga
2. Waktu : 30 menit

D. Metode dan Media


1. Metode : Konseling dan Tanya Jawab
2. Media : Sabtu, 30 Juli 2022

2
E. Langkah Kegiatan
No Tahap Kegiatan penyuluhan Evaluasi pada pasien
Kegiatan Kesehatan dan keluarga
1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Ibu menjawab salam.
(5 menit) 2. Menyebutkan nama 2. Ibu dapat mengenal
dan asal instansi. petugas kepada
3. Menjelaskan tujuan. pasien.
4. Mengkaji tingkat 3. Ibu dapat menjelaskan
pengetahuan pasien tujuan konseling.
dan keluarga tentang 4. Ibu menjawab
Kanker Servik pertanyaan tentang
Kanker servik yang
ibu ketahui
2 Pembahasan 1. Menjelaskan tentang: 1. Ibu dapat menjawab
(20 menit) pengertian, penyebab, konseling tentang
gejala, faktor resiko, kanker servik dan
kanker servik dan IVA test
pengrtian IVA test 2. Ibu diberikan
2. Memberikan kesempatan untuk
kesempatan pada menanyakan hal-hal
pasien untuk yang kurang jelas.
menanyakan hal yang
kurang dimengerti.
3 Penutup 1. Mengevaluasi tujuan 1. Ibu dapat menjelaskan
(5 menit) konseling IVA test tentang tujuan
2. Mengucapkan konseling IVA test,
terimakasih atas sebagai evaluasi
perhatian yang di konseling yang di
berikan dan berikan.

3
memberikan salam 2. Mahasiswa
penutup. mengucapkan terima
kasih kepada keluarga
atas kesempatan yang
diberikan dan salam
penutup.

F. Evaluasi
1. Sebelum di berikan Binaan (Konseling)
Ibu belum mengerti tentang kanker serviks dan IVA test.
2. Sesudah di berikan Binaan (Konseling)
a. Responden dapat menjelaskan tentang kanker serviks.
b. Responden dapat menjelaskan kembali tujuan pemeriksaan IVA test.

G. Materi
1. Pengertian Kanker Servik
Kanker servik (Kanker leher Rahim) adalah tumbuhnya sel sel tidak normal
(abnormal) tidak terkendali pada leher rahim sehingga mendesak dan merusak
jaringan sekitarnya (19).
2. Penyebab kanker serviks
Kanker serviks disebabkan oleh Human Pappiloma Virus atau lebih dikenal
dengan virus HPV.
3. Gejala Kanker Serviks
a) Kanker servik pada stadium dini sering tidak menunjukan gejala atau tanda
tanda yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali.
b) Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain:
1) perdarahan sesudah melakukan hubungan,
2) keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
3) perdarahan sesudah menopause

4
4) pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuningan, berbau atau bercampur
darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.
4. Faktor Resiko Kanker Servik
a) Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda
b) Sering berganti ganti pasangan seksual
c) Melahirkan banyak anak
d) Kebiasaan merokok (resiko 2 kali lebih besar)
e) Defisiensi vitamin A,C,E
5. Pengertian IVA test
Pemeriksaan IVA adalah metode yang lebih mudah, sederhana, dan mampu
terlaksana sehingga screening dapat dilakukan dengan cakupan yang lebih luas.
Dengan demikian, diharapkan temuan kanker serviks dini bisa lebih banyak
karena kemampuan IVA dalam mendeteksi dini pada kanker serviks telah
dibuktikan oleh berbagai penelitian (20).

H. Daftar Pustaka/Referensi
1. I Made Mertajaya, Adventus MR. YA. Modul Perawat Kesehatan Masyarakat
(Perkesmas). Jakarta: UKI; 2019.
2. Sibagariang E. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: CV. Trans Indo Med. 2016;
3. WHO. Cervical Cancer [Internet]. 2019 [cited 2022 Jul 27]. Available from:
https://www.who.int/cancer/prevention/diagnosis-screening/cervical-cancer/en/
4. (IARC) IA for R on C. Latest global cancer data: Cancer burden rises to 18.1
million new cases and 9.6 million cancer deaths in 2018 [Internet]. 2018. [cited
2022 Jul 27]. Available from: https://www.iarc.who.int/featured-news/latest-
global-cancer-data-cancer-burden-rises-to-18-1-million-new-cases-and-9-6-
million-cancer-deaths-in-2018/#:~:text=Questions and Answers-,Latest global
cancer data%3A Cancer burden rises to 18.1 million,the globa
5. Parapat FT, Susanto HS, Saraswati LD. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Metode Inspeksi Visual Asam Asetat

5
Di Puskesmas Candiroto Kabupaten Temanggung. J Kesehat Masy.
2016;4(4):363–70.
6. Omeoo. Ibu Negara Meninjau Pelaksanaan Pekan Deteksi Dini Kanker Pada
Perempuan Di DKI Jakarta [Internet]. 2016 [cited 2022 Jul 27]. Available from:
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-melitus-dan-
gangguan-metabolik/ibu-negara-meninjau-pelaksanaan-pekan-deteksi-dini-kanker-
pada-perempuan-di-dki-jakarta
7. Montenssori M. The Absorbent Mind, Pikiran Yang Mudah Menyerap.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013.
8. Kesehatan D. Tahap Perkembangan Balita, dan Profil Kesehatan RI. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2016.
9. Kemenkes. Praktik Kebidanan Komunitas. Jakarta: BBPSDM; 2018.
10. & P, Amti E. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. 3rd ed. Jakarta: Rineka
Cipta; 2015. 288–289 p.
11. Hartono & Boy Soedarmadji. Psikologi Konseling. Jakarta: Prenadamedia Group;
2012. 307 p.
12. Lubis NL. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group; 2012.
13. Miamuhammadmediabki. TAHAP-TAHAP KONSELING INDIVIDU [Internet].
2017. Available from:
https://miamuhammadmediabki.wordpress.com/2017/06/12/tahap-tahap-
konseling-individu/
14. Masriadi. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: CV. Transinfo; 2016.
15. Wulan M. Hubungan Karakteristik Individu Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Penderita Kanker Serviks. Midwifery J Kebidanan. :60–6.
16. Saslow D, Solomon D, Lawson HW, Killackey M, Kulasingam SL, Cain J, et al.
American Cancer Society, American Society for Colposcopy and Cervical
Pathology, and American Society for Clinical Pathology screening guidelines for
the prevention and early detection of cervical cancer. Am J Clin Pathol.
2012;137(4):516–42.

6
17. Kemenkes. Buku Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi
Dini Kenker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI; 2015. 16–18 p.
18. Mulyanti D&. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: BBPSDM; 2017.
19. RI D. Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2012.
20. Rasjidi. Deteksi Dini Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: CV. Sagung Seto;
2015.

7
JOB SHEET

TEMA : KANKER SERVIKS


SASARAN : Wanita Usia Subur (WUS)
MATERI POKOK : Konseling IVA Test
WAKTU/ PERTEMUAN : Hari Sabtu, tanggal 30 Juli 2022 jam 16.00 wib
TEMPAT : Rumah warga
PELAKSANA : Wahyu pujiwati
PROGRAM STUDI : Asuhan Kebidanan Komunitas

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Setelah mempelajari pelayanan diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menyiapkan perlengkapan dan bahan yang di perlukan untuk melakukan
konseling
2. Melakukan konseling sesuai dengan daftar tilik dan jobbsheet
3. Melakukan pendokumentasian
B. DASAR TEORI SINGKAT
IVA test adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga Kesehatan yang sudah di
latih dengan pemeriksaan leher Rahim secara visual menggunakan asam asetat yang
sudah di encerkan, berarti melihat leher Rahim dengan mata telanjang untuk
mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat.
C. PETUNJUK
Bagi mahasiswa
1. Baca dan pelajari lembaran kerja yang tersedia
2. Siapkan alat dan bahan secara lengkap sebelum tindakan di mulai
3. Ikuti petunjuk instruksi
4. Tanyakan kepada instruktur bila terdapat hal hal yang kurang di mengerti atau di
pahami
5. Laporkan hasil kerja setelah melakukan latihan
D. KESELAMATAN KERJA
1. Patuhi prosedur pekerjaan

8
2. Berikan informasi yang baik dan benar
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
Persiapan
1. Menyiapkan tempat yang nyaman

PROSEDUR TINDAKAN

No Langkah dan Key point Ilustrasi gambar


1 Persiapan alat
 Pena
 Buku konseling
 Alat bantu konseling (Leaflet)
2 Mahasiswa memperkenalkan diri

3 Melakukan anamnesa

4 Melakukan pemeriksaan tanda


tanda vital

5 Menjelaskan pengertian kanker


serviks:
Kanker servik (Kanker leher
Rahim) adalah tumbuhnya sel sel
tidak normal (abnormal) tidak
terkendali pada leher rahim
sehingga mendesak dan merusak

9
jaringan sekitarnya
6 Menjelaskan penyebab kanker
serviks:
Kanker serviks disebabkan oleh
atau lebih dikenal dengan virus
HPV
7 Menjelaskan gejala kanker
serviks:
Kanker servik pada stadium dini
sering tidak menunjukan gejala
atau tanda tanda yang khas,
bahkan tidak ada gejala sama
sekali.
Gejala yang sering timbul pada
stadium lanjut antara lain:
perdarahan sesudah melakukan
hubungan, keluar keputihan atau
cairan encer dari kelamin wanita,
perdarahan sesudah menopause,
pada tahap lanjut dapat keluar
cairan kekuningan, berbau atau
bercampur darah, nyeri panggul
atau tidak dapat buang air kecil.

10
8 Menjelaskan faktor resiko kanker
servik:
 Sering berhubungan seks pada
usia muda
 Sering berganti ganti
pasangan seksual
 Sering menderita infeksi di
area kelamin
 Melahirkan banyak anak
 Kebiasaan merokok ( resiko 2
kali lebih besar
 Defisiensi vitamin A,C,E

9 Menjelaskan pengertian IVA test:


pemeriksaan leher Rahim secara
visual menggunakan asam asetat
yang sudah di encerkan, berarti
melihat leher Rahim dengan mata
telanjang untuk mendeteksi
abnormalitas setelah pengolesan
asam asetat.

10 Memberikan kesempatan ibu


untuk bertanya

11
11 Melakukan pendokumentasian

12
LAMPIRAN

Gambar 1. Leaflet IVA

13
Gambar 2. Kunjungan 1

Gambar 3. Kunjungan 2

Gambar 4. Kunjungan 3

14
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny.W USIA 23 TAHUN G1P0A0


HAMIL 10 MINGGU DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DIKELURAHAN KEBON BARU TEBET JAKSEL
TAHUN 2022

Oleh:

NAMA : RATNA SARI DEWI


NPM : 07210400123

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022

15
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny.W USIA 23 TAHUN G1P0A0


HAMIL 10 MINGGU DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DIKELURAHAN KEBON BARU TEBET JAKSEL
TAHUN 2022

Telah disahkan

Jakarta, Tanggal 10 Agustus 2022

Disetujui Oleh,
Menyetujui
Pembimbing Paktik Komunitas

(Maryam Syarah Mardiyah, S.ST.,M.KM)

16
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Keluarga Binaan dengan
judul kasus yaitu Asuhan Kebidanan Pada Ny.W Usia 23 Tahun G1P0A0 Hamil 10
Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Kelurahan Kebon Baru, Tebet Jakarta
Selatan Tahun 2022. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
kerjasama dan arahan dari semua pihak sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan serta bimbingan dari
semua pihak, dan tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada:
1. Drs. H.A Jacub Chatib, selaku ketua Yayasan Universitas Indonesia Maju
2. Prof.Dr.Dr.dr.H.M.Hafizurrachman.,SH.,MPH, sebagai Pembina Yayasan
Universitas Indonesia Maju
3. Dr.Astrid Novita, SKM.,MKM, selaku Rektor Universitas Indonesia Maju
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas
Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik Universitas
Indonesia Maju.
6. Hidayani, AM.Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
8. Retno Sugesti, S.ST,M.Kes Selaku Koordinator Program Sarjana Terapan
Kebidanan.
9. Maryam Syarah Mardiyah, S.ST.,M.KM, selaku dosen pembimbing Praktik
Komunitas
10. Ernita Prima Noviyani,S.ST.,M.Kes selaku dosen responsif pada praktik komunitas,
yang telah memberikan masukan dan arahan.

17
11. Nurainih, S.ST,Bdn,M.Kes,SH,MH.Kes,, selaku CI Responsif pada praktik
komunitas, yang telah memberikan masukan dan arahan.

12. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Fakultas
Vokasi Universitas Indonesia Maju
13. Seluruh teman-teman kelompok Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Fakultas
Vokasi Universitas Indonesia Maju, yang telah berbagi, saling dukung dan
memberikan masukan terbaik dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan serta keterbatasan sehingga masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
selanjutnya.

Jakarta, …….2022

Penulis

18
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Atau Dasar Komunitas
2. Pengertian Kehamilan
3. Tanda Kehamilan
4. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Ibu Hamil
5. Pengertian Hyperemesis Gravidarum
6. Etiologi
7. Tanda dan Gejala Hiperemesi Gravidarum
8. Patofisiologi
9. Pemeriksaan Diagnostik Hyperemesis Gravidarum Tingkat 1
10. Penatalaksanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

19
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun
psikososial seorang wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi
dan janinnya. Banyak faktor yang mempengaruhi kehamilan dari dalam maupun dari
luaryang dapat menimbulkan masalah terutama bagi yang pertama kali hamil.
Kehamilan yang sehat merupakan kondisi yang diharapkan oleh setiap wanita dan
keluarga, dalam kondisi ini kehamilan yang sehat juga mempunyai peranan penting
bukan hanya untuk kesehatan ibu tetapi juga hanya untuk kesehatan pertumbuhan
dan perkembangan bayi dalam kandungan (1)
Mual dan muntah pada kehamilan terjadi karena pengaruh hCG, penurunan
tonus otot-otot traktus digestivus sehingga seluruh traktus digestivus mengalami
penurunan kemampuan bergerak. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah
yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari
karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.(2)
Jumlah kejadian Hiperemesis Gravidarum mencapai 12,5 % dari jumlah
seluruh kehamilan di dunia (WHO, UNICEF, 2017). Ibu hamil yang mengalami
Hiperemesis Gravidarum mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia
dengan angka kejadian yang beragam yaitu mulai dari 0,3% di Swedia, 0,5% di
California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan,
dan 1,9% di Turki.(3)
Di indonesia keluhan mual dan muntah terjadi pada 60- 80% primigravida dan
40-60 % multigravida, satu diantara seribu kehamilan gejala - gejala ini menjadi
berat. Hasil pengumpulan data tingkat pusat, Subdirektorat kebidananan dan
kandungan, Subdirektorat Kesehatan keluarga tahun 2016 dari 325 Kabupaten/Kota
menunjukkan bahwa sebesar 20,44% ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
berat dirujuk dan harus mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut (SDKI,

1
2017). Sedangkan angka kejadian Hiperemesis Gravidarum di Indonesia adalah
mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan.(4)
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah dengan intensitas lebih
dari 10 kali dalam 24 jam sering terjadi sampai gestasi sekitar 16 minggu. Mual dan
muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak enak sampai muntah yang
berkepanjangan. Dalam kedokteran sering dikenal morning sickness karena
munculnya sering kali pagi hari. Mual dan muntah diperberat oleh makanan yang
baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang tidak stabil.
Beberapa faktor penyebab kejadian hyperemesis gravidarum meliputi faktor
predisposisi terdiri dari usia, paritas, pekerjaan, pendidikan, molahidatidosa dan
kehamilan ganda, faktor organik seperti alergi, masuknya vilikorialis sirkulasi,
perubahan metabolic akibat kehamilan dan resistensi ibu yang menurun, faktor
psikologis seperti stress, dukungan suami, ketidaksiapan untuk hamil atau kehamilan
ini adalah kehamilan yang belum diinginkan, kekhawatiran bayi yang dilahirkan
tidak sesuai dengan keinginan seperti jenis kelamin yang diinginkan kedua
pasangan.(5)
Dampak dari Hyperemesis Gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan
wanita, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus,
berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta malformasi pada bayi baru lahir
oleh karena itu dukungn keluarga sangat penting bagi ibu yang sedang hamil.
Terkadang ibu hamil dihadapkan pada rasa kecemasan dan ketakutan akan
gangguan yang di hadapi pada masa kehamilannya.
Di DKI Jakarta angka kejadian Hyperemesis Gravidarum terdapat 56,60% ibu
hamil dari 121.000 dengan hiperemesis gravidarum. Berdasarkan studi pendahuluan
yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan dalam 1 keluarga dari 5 KK yang
didata diKelurahan Kebon Baru terdapat 1 ibu hamil tri mester 1 yang sedang
mengeluhkan mual muntah sehingga memicu tidak nafsu makan. Berdasarkan
fenomena atau masalah tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan pada keluarga tersebut yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.W
Usia 23 Tahun G1P0A0 Hamil 10 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di
Kelurahan Kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan Tahun 2022”.

2
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny.W Usia 23
Tahun G1P0A0 Hamil 10 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di
Kelurahan Kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan Tahun 2022.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu Melakukan pengkajian data Subjektif pada Ny.W Usia 23 Tahun
G1P0A0 Hamil 10 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Kelurahan
Kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan Tahun 2022.
2) Mampu Melakukan pengkajian data Objketif pada Ny.W Usia 23 Tahun
G1P0A0 Hamil 10 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Kelurahan
Kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan Tahun 2022.
3) Mampu menegakkan diagnosa dan mendeteksi secara dini komplikasi yang
mungkin terjadi pada Ny.W Usia 23 Tahun G1P0A0 Hamil 10 Minggu Dengan
Hiperemesis Gravidarum Di Kelurahan Kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan
Tahun 2022.
4) Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan sesuai prioritas
permasalahan dan evaluasi pada Ny.W Usia 23 Tahun G1P0A0 Hamil 10
Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Kelurahan Kebon Baru, Tebet
Jakarta Selatan Tahun 2022.
3. Manfaat
a. Bagi Pasien dalam Keluarga Binaan
Memberikan pengetahuan kepada klien (ibu hamil) agar dapat lebih memahami
dan tahu mengenai tanda tanda bahaya kehamilan khususnya Hyperemesis
gravidarum dan diharapkan pada klien mampu melakukan asuhan yang diberikan
atau dianjurkan oleh petugas kesehatan.
b. Bagi Bidan

3
Memberikan pengalaman secara nyata dan sebagian perbandingan teori dan
praktik dalam penerapan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Hyperemesis
Gravidarum.

c. Bagi Institusi
Dapat memberikan masukan dalam system pendidikan terutama untuk tambahan
materi perkuliahan dan memberikan informasi bagi mahasiswa selanjutnya dalam
melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Hyperemesis Gravidarum.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4.5 Teori atau Konsep Dasar Komunitas


8. Pengertian
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan
pada aspekaspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyakart sekitar).
Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat
individual maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-
strategi untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini.(1)
e. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang
merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
f. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
g. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
h. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang
terisolir), kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas
adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi
tersebut.
9. Tujuan Pelayanan Komunitas
Tujuan kebidanan komunitas menurut Kemenkes 2018, yaitu mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini:
c. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga masyarakat
mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan
masalahnya secara mandiri.
d. Tujuan Khusus

5
6) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan.
7) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
8) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
9) Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
10) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.
10. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut.(1)
f. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
g. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
h. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah
Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita,
jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan.
Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1
kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.
i. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian,
kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
j. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.
Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah
kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
11. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas

6
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai
berikut.(1)
m. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan langkah
promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan balita
dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
n. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang
dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu
hamil.
o. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan
diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui
keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses rujukan
tidak mengalami keterlambatan.
p. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan bidan
melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan meminimalisir intervensi
yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien
q. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk
mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah bidan
melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan tindakan persalinan
caesar.
r. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,
kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan
individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi
bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB),
kusta, Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), Kehamilan
Tidak Diinginkan (KTD), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
prostitusi, korban perkosaan, dan Injecting Drug User (IDU).
4.6 Konsep Dasar Keluarga
3. Definisi keluarga

7
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terdiri atas kepala keluarga dn beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.(1)
4. Struktur keluarga
Menurut Karwati (2012), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah:
f. Patrilineal
Keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
g. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
h. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelaurga
sedarah istri.
i. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
j. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
4.7 Konsep Dasar Keluarga Binaan
4. Pengertian
Pembina dapat diartikan bantuan dari seseorang atau sekelompok orang
yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi
pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai
apa yang diharapkan.(1)

8
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga.
Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas
sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk menggambarkan derajat
kesehatan digunakan indikator kualitas utama seperti angka kematian, kesakitan,
kelahiran, status gizi dan lain-lain.
Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Jika masyarakat sudah menciptakan hidup sehat maka derajat
masyarakatpun meningkat. Untuk itu perlu adanya suatu pendekatan dalam
meningkatkan peran serta masyarakat, salah satunya melalui pendekatan asuhan
kebidanan komunitas. Melalui pendekatan asuhan kebidanan komunitas dapat
meningkatkan pengetahuan dan motivasi masyarakat sehingga dapat memacu
masyarakat untuk mampu dan mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Keluarga adalah dua atau lebih dari duaindividu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan ataupengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satusama lain, dan di dalam perannya
masing – masing menciptakan sertamempertahankan kebudayaan.
5. Kriteria Keluarga Binaan
Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan keluarga
binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk resiko tinggi dalam bidag
kesehatan :
g. Mudah dijangkau
h. Komunikasi dengan baik
i. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang diberikan
j. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah

9
k. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu
l. Daerah tersebut tidak terlalu rawan.
6. Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
f. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat.
g. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan, prasarana dan
sarana kesehatan.
h. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.
i. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi
kesehatan secara penuh agar lebih tahan terhadap penyakit.
j. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
4. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di
mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga
ke-40).(6)
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama
haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal
periode antepartum. Sebaliknya periode prenatal adalah kurun waktu terhitung sejak
hari pertama haid terakhir hingga kelahiran bayi yang menandai awal periode
pascanatal (Varney, Kriebs, dan Gegor, 2017). Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam
3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan
kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai
9 bulan.(1)
Kehamilan adalah masa mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40

10
minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu disebut
sebagai kehamilan matur (cukup bulan), dan bila lebih dari 43 minggu disebut
sebagai kehamilan post matur. Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu disebut
kehamilan premature. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi 3 bagian,
masingmasing: kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu), kehamilan
triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu), dan kehamilan triwulan terakhir
(antara 28 sampai 40 minggu). Janin yang dilahirkan dalam trimester terakhir telah
viable (dapat hidup).(7)
Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun
psikososial seorang wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi
dan janinnya. Banyak faktor yang mempengaruhi kehamilan dari dalam maupun dari
luaryang dapat menimbulkan masalah terutama bagi yang pertama kali hamil.
Kehamilan yang sehat merupakan kondisi yang diharapkan oleh setiap wanita dan
keluarga, dalam kondisi ini kehamilan yang sehat juga mempunyai peranan penting
bukan hanya untuk kesehatan ibu tetapi juga hanya untuk kesehatan pertumbuhan
dan perkembangan bayi dalam kandungan (1)
5. Tanda Kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan:(1)
a. Kerja jantung janin
Denyut jantung janin, dengan stetoskop pada usia kehamilan 18 hingga 20
minggu, dengan Doppler pada usia kehamilan 10 minggu, tapi lebih sering di
minggu ke 12.
b. gerakan janin
Gerakan janin terdeteksi oleh pemeriksa setelah usia kehamilan sekitar 20
minggu.
c. Deteksi kehamilan
Secara ultrasonografik (USG) Setelah 6 minggu, denyut jantung sudah
terdeteksi. Kantung gestasi mulai dapat dilihat sejak usia kehamilan 4-5 minggu
sejak menstruasi terakhir. Dan pada minggu ke-8, usia gestasi dapat diperkirakan
secara cukup akurat.(8)
6. Perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu hamil

11
Tanda perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu hamil:(6)
a. Perubahan fisiologi dalam kehamilan
1) Perubahan pada organ reproduksi
a) Vagina dan Vulva Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami
perubahan. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva
tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda
chadwick, sebagai persiapan persalinan (Wiknjosastro, 2014).
b) Ovarium Pada permulaan kehamilan, masih terdapat corpus Luteum
sampai terbentuknya plasenta kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus
luteum ini mengeluarkan hormon estrogendan progesteron yang lambat
laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta. (Hanifa, 2014)
c) Uterus Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah
pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.
Pada minggu-minggu pertama istmus uteri mengadakan hipertropi seperti
korpus uteri, inilah yang membuat istmus menjadi panjang dan lebih lunak
(tanda Hegar) (Wiknjosastro, 2015)
d) Serviks Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormon estrogen. Serviks uteri mengandung lebih banyak jaringan ikat
yang banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen yang meningkat
dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi
lunak (Wiknjosastro, 2015)
e) Mammae Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen dan progesteron. Dibawah pengaruh
hormon tersebut terbentuk lemak disekitar alveolus, sehingga mammae
menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar dan lebih tegak dan
tampak lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena
hiperpigmentasi. Glandula montgomery tampak lebih jelas menonjol di
permukaan areola mammae (Wiknjosastro, 2015).
2) Perubahan Fisiologis:
Trimester 1
a) Nyeri pada pembesaran payudara

12
b) Kelelahan
c) Sering kencing
d) Mual muntah
e) Pertumbuhan janin di atas symfisis pubis dapat dirasakan mulai kehamilan
12 minggu.
b. Perubahan Psikologi
1) Perubahan psikologi trimester 1 (masa penentuan)
a) Terjadi fluktuasi lebar asfek emosional sehingga beresiko tinggi untuk
terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman, serba salah, perasaan
campur aduk (perasaan jengkel, dan tidak nyaman)
b) Sebagian besar (80%) ibu merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan,
defresi dan kesedihan.
c) Pada awal kehamilannya, ibu berharap tidak membenci
kehamilannya/perasaan embivalen terhadap kenyataan kehamilannya
d) Ada perasaan cemas karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu
e) Perasaan bahagia/suka cita bagi ibu yang mengharapkan kehamilannya
f) Menginginkan perhatian yang lebih, kebutuhan kasih sayang yang besar
serta cinta kasih tampa seks.
g) Terbuka atau diam-diam bahkan cendrung menyembunyikan ambivalensi
atau perasaan negatifnya
h) Menerima atau menolak perubahan fisik
i) Perasaan ambivalensi terakhir dengan sendirinya ketika ibu mulai
menerima kehamilannya
j) Beberapa wanita hamil menyembunyikan perubahan fisiknya demi
keamanan dan privasinya
k) Menuntut kebutuhan kasih sayang yang besar dari orang sekitarnya.
7. Pengertian Hyperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah terjadi pada awal kehamilan
hingga usia 16 minggu. Pada keadaan mual dan muntah yang berat, dapat terjadi
dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit dan ketosis. Hiperemesis Gravidarum
atau biasa disebut morning sickness merupakan keluhan mual muntah berlebihan

13
pada wanita hamil yang wajar terjadi pada kehamilan muda (trimester 1). Disebut
morning sickness karena biasanya terjadi pada pagi hari. Hal ini dapat terjadi
sepanjang hari.rata-rata wanita mulai mengalami morning sickness pada minggu ke 4
atau ke 6 setelah menstruasii terakhir.(8)
Mual dan muntah merupakan hal yang umum terjadi pada awal kehamilan
(trimester I). Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, oleh karena disebut
juga sebagai morning sickness, namun tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada
siang dan malam hari.Defenisi yang umum untuk Hiperemesis Gravidarum yaitu
mual dan muntah lebih dari tiga kali sehari dengan ketonuria (keton dalam urin) dan
kehilangan berat badan lebih dari 5 % berat badan sebelum hamil. Mual dan muntah
yang terjadi pada wanita hamil trimester I dan trimester II dapat berlangsung sampai
4 bulan yang dapat mengganggu keadaan umum ibu hamil sehari-hari, kondisi ini
disebut Hiperemesis Gravidarum.(9)
8. Etiologi ( Sebab )
Etiologi dari Hiperemesis Gravidarum adalah sebagai berikut :(10)
a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa ( Kegagalan pembentukan
janin ), diabetes dan, mengandung anak perempuan,dan kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG.
b. Pernah mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya.
c. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan lain
sebagainya.
d. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, dan lain sebagainya.
9. Tanda Dan Gejala Hiperemesis Gravidarum
Menurut berat ringannya gejala, hperemesis gravidarum dapat dibagi dalam tiga
tingkatan:(2)
1) Tingkat I
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini
klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100x/menit, tekanan darah sistol

14
menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah
kering, dan mata cekung.
2) Tingkat II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering
dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun suhu tubuh kadang-
kadang naik, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.

3) Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu
meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan
terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esophagus,
lambung dan retina.
10. Patofisiologis ( Gejala )
Hiperemesis Gravidarum terjadi akibat rasa mual terjadi akibat kadar ekstrogen
yang meningkat dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, yang
biasanya terjadi pada ibu hamil yaitu mual-mual, muntah berkepanjangan, pusing,
jantung berdebar, sulit menelan kanan dan minuman, mengeluarkan air liur secara
berlebihan, sangat sensitif tetapi mual dan muntah yang terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, serta penurunan klorida urin
yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke
jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.(11)
Hiperemesis Gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis
dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan
lemak dan protein. Karena pembakaran lemak yang kurang sempurna maka
mengakibatkan terbentuknya badan keton didalam darah yang dapat menambah
beratnya gejala klinik. Muntah yang dikeluarkan oleh ibu mengandung sebagian
cairan lambung, serta elektrolit natrium, kalium dan kalsium. Terjadinya penurunan

15
kalium menyebabkan mual dan muntah ibu menjadi lebih berat karena kurangnya
kalium dalam keseimbangan tubuh. Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan
tubuh semakin berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang
kemudian memperlambat peredaran darah sehingga konsumsi O2 dan makanan
menjadi berkurang. Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan dapat menimbulkan
kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keaadaan janin dan juga ibu.(12)
11. Pemeriksaan Diagnostik ( Diagnosa ) Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1
Klien Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkosis hipokloremik. Faktor psikologis merupakan
faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-
muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati. Disamping dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung, dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Namun kadang
dokter perlu melakukan pemeriksaan detil seperti urine atau usg untuk memastikan
benar menderita hipemesis gravidarum atau penyebab lainnya dan juga penyebab
gejala yang sama.(13)
12. Penatalaksanaan ( Pengobatan/Mengatasinya )
a. Pencegahan dengan informasi dan edukasi tentang gaya hidup juga dapat
membantu mencegah stress dan istirahat dapat mengurangi muntah. Penerangan
bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis.
b. Nasehat dianjurkan makan dengan porsi kecil tapi lebih sering, seperti makanan
yang menimbulkan mual dan muntah dihindari. Makanan harus kaya akan
karbohidrat dan rendah lemak.
c. Terapi obat menggunakan vitamin (B1 & B6), anti muntah (mediamer B6,
Drammamin, avopreg, avomin, torecan, primperan), dan antasida.
d. Nasehat pengobatan : banyak minum dan hindari minuman atau makanan yang
asam untuk mengurangi iritasi lambung.
e. Hiperemesis Gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di Rumah Sakit
f. Istirahat baring.

16
g. Isolasi dan Therapi psikologik.
h. Penambahan cairan; berikan infus dekstrosa atau glukosa 5%-10% sebanyak 2-3
liter dalam 24 jam.
i. Observasi cairan yang masuk dan keluar dangan pemasangan kateter.
j. Observasi keadaan umum dan tanda vital.
k. Beri obat-obatan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

SOAP KUNJUNGAN Ke- 1

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

No. Registrasi : 001


Tanggal Pengkajian : 19 Juli 2022
Waktu Pengkajian : Pkl. 09.15 wib
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Ratna Sari Dewi

A. DATA SUBYEKTIF

IDENTITAS
Nama Klien : Ny.W Nama Suami : Tn. R
Umur : 23 Tahun Umur : 25 Tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia

17
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. M1 Tebet

1. Alasan Kunjungan saat ini


• Keluhan
Pada saat ibu dikunjungi, ibu mengatakan sedang dalam keadaan hamil,
mengeluh mual muntah dalam sehari bisa sampai 5-6 kali muntah dalam
sehari dan sering mual, tidak nafsu makan sedikit makan dan kadang
langsung dimuntahkan, tidak suka bau bumbu dapur pasti mual dan ketika
muntah kadang kepala langsung pusing.
2. Riwayat kehamilan ini :
2.1 Riwayat Menstruasi
Hari pertama haid terakhir tanggal : 10-05-2022 pasti
Taksiran Persalinan : 17 -02-2023
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 3 X ganti pembalut/hari.
Siklus : 28 hari, teratur
Warna : Merah
2.2 Tanda-tanda kehamilan (trimester)
Hasil tes kehamilan (jika dilakukan)
Tanggal : 05 Juli 2022
Hasil : positif / negatif
2.3 Pergerakan fetus dirasakan pertama kali
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : -
2.4 Keluhan yang dirasakan (ada)
• Rasa lelah : ada
• Mual dan muntah: ada
• Panas, mengigil : tidak
• Sakit kepala berat/terus menerus : tidak

18
• Penglihatan kabur : tidak
• Rasa nyeri/panas waktu BAK : tidak
• Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : tidak
• Pengeluaran pravaginam : cairan, lendir, darah, keputihan : tidak
• Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak
• Oedema :

2.5 Diet/makan
Sebelum Hamiil Sesudah Hamil
Makan
a. Frekuensi : 3 x/hari 2 x/hari
b.Jenis : Nasi,sayur,lauk pauk Nasi,sayur, lauk
pauk,
Minum
a. Frekuensi : 7 x/hari 7 x/hari
b.Jenis : air putih, teh Air putih
Keluhan : tidak ada Tidak ada

2.6 Pola Eliminasi


BAB : 1 x sehari BAB : 1 x
sehari
Konsistensi : padat Konsistensi : padat
Warna : kuning Warna : kuning
2.7 Aktifitas sehari-hari
Pola istirahat dan tidur : Siang 1 jam, malam 8 jam.
Seksualitas : 2 x dalam seminggu 1 x dalam 2 minggu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

19
2.8 Riwayat Imunisasi TT
TT1 :-
TT2 :-
TT3 :-
TT4 :-
TT5 :-
2.9 Kontrasepsi yang pernah digunakan : Belum Pernah BerKB

3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Penyakit Anak
Tgl/Tahun Tempat Usia Jenis
No Penolong Kehamilan& Jenis
Persali-nan Pertolongan Kehamilan Persalinan BB TB Keadaan
Persalinan Kelamin
1 Ini

4. Riwayat Kesehatan
4.1 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita :
• Jantung : tidak ada
• Tekanan darah tinggi : tidak ada
• Hepar : tidak ada
• Diabetes melitus : tidak ada
• Anemia berat : tifak ada
• Penyakit hubungan seksual dan HIV/ AIDS : tidak ada
• Campak : tidak ada
• Malaria : tidak ada
• Tuberkulosis : tidak ada
• Gangguan mental : tidak ada
• Operasi : tidak ada
• Lain-lain : tidak ada
4.2 Prilaku kesehatan

20
• Penggunaan alkohol/obat-obatan sejenisnya : Tidak
• Obat-obatan /jamu yang sering digunakan : Tidak
• Merokok, makan sirih : Tidak
• Irigasi vagina/ganti pakaian dalam : Tidak
5. Data Psikososial
5.1 Status perkawinan : Menikah
Jumlah : 1kali
Lama perkawinan : 1 tahun

5.2 Susunan keluarga yang tinggal serumah :

Umur Hubungan
No Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Keterangan
tahun Keluarga
1 Laki-Laki 25 Tahun Suami SMP Wiraswasta Suami

2 Perempuan 23 Tahun Istri SMP Ibu Rumah Tangga Ibu Hamil

5.3 Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami


5.4 Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan : Iya
5.5 Jenis kelamin yang diharapkan : Apa saja
5.6 Respon Ibu terhadap kehamilan : Senang
5.7 Dukungan suami dan keluarga : Suami mendukung dengan
kehamilan ibu
5.8 Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas : ibu
dan keluarga tidak ada menganut kepercayaan apapun tentang kehamilan,
persalinan dan nifas
6. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Di dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit keturunan, penyakit
kronis dan penyakit menular lainnya

21
B. OBJEKTIF :
1. Keadaan umum : Baik kesadaran : compos mentis
2. Keadaan emosional : stabil
3. Tanda-tanda vital
Tekanandarah : 100/70 mmHg Denyut nadi : 80 x / menit
Suhu tubuh : 36,5 ◦C Pernafasan : 20 x / menit
4. Tinggi badan : 150 cm Berat badan : 65 kg
5. Kenaikan berat badan selama hamil: -

6. Pemeriksaan fisik
4.1 Muka : oval
kelopak mata : simetris
Konjungtiva : merah
Sklera : tidak icterik
Mulut dan gigi : bersih tidak terdapat caries
4.2 Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
4.3 Kelenjar getah benning : tidak terdapat pembengkakan
4.4 Dada :
Jantung : Normal
Paru : Normal, tidak terdapat sesak nafas
Payudara : Pembesaran : sesuai masa kehamilan
Puting susu : menonjol
Simetris : Ya
Benjolan/tumor : tidak ada
Pengeluaran : tidak ada
Rasa nyeri : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
4.5 Punggung dan pinggang : Tidak nyeri
4.6 Posisi tulang belakang : lordosis
4.7 Ekstremitas atas dan bawah odema : tidak

22
Kekakuan sendi : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Varises : tidak ada

Refleks : positif
LILA : 25 cm
Abdomen :
⮚ Inspeksi
Bentuk : bulat memanjang
bekas luka operasi : tidak ada
Stric Gravidarum : tidak ada
 Palpasi : Teraba balotemen
 Auskultasi : Belum terdengar

4.8 Ano-ganital
4.8.1 Inspeksi (Tidak dilakukan)
4.8.2 Periksa dalam (Tidak dilakukan)
Serviks dan vagina (jika ada indikasi)

Pemeriksaan Laboratorium
Riwayat dilihat dari buku KIA Ibu:
Tanggal : 05 Juli 2022
Tashpack : (+)
Darah : Hb : 11,5 gr% Golongan darah :B
Urine Protein : (-) Gula darah sewaktu : 82
Pemeriksaan penunjang lain: hbsag : - vdrl : - hiv : non reaktif

C. ANALISIS DATA :
Ny. W Usia 23 tahun G1P0A0 Hamil 10 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum

D. PENATALAKSANAAN :
1. Memakai alat perlindungan Diri (Masker, Gawn, Handscoon)

23
Ev: Alat pelindung diri telah digunakan
2. Melakukan informconcent dan membina hubungan baik dengan ibu
Ev: Telah dilakukan inform concent
3. Meminta ibu untuk mengerjakan pretest yang sudah disiapkan
Ev: Ibu bersedia mengerjakan pretest ( hasil benar 4 dari 10 pertanyaan )
4. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam
keadaan baik
Ev: Ibu senang mendengarnya
5. Menjelaskan kepada ibu penyebab ketidak nyamanan bahwa mual dan muntah
pada awal kehamilan merupakan proses fisiologis.
Ev: ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
6. Menganjurkan ibu untuk makan dengan porsi kecil tapi lebih sering
Ev: ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan
7. Menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang menimbulkan mual dan
muntah
Ev : ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan
8. Menganjurkan ibu miring kiri atau kanan kemudian duduk perlahan dan
setelah merasa kuat baru dapat berdiri jika ibu merasa pusing saat bangun
tidur
Ev : ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan
9. Mengajurkan makanan harus kaya akan karbohidrat dan rendah lemak,
Mekonsumsi susu dan vitamin B6 seperti telur, ikan, pisang, wortel dan lain-
lain
Ev: ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan
10. Menganjurkan ibu minum sedikit tapi sering dan hindari minuman atau
makanan yang asam untuk mengurangi iritasi lambung.
Ev: ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan
11. Memberitahu ibu bahwa akan datang untuk kunjungan ulang lusa
mengevaluasi keadaan ibu serta memberikan therapy dengan kolaborasi
dengan dokter.
Ev: Ibu mengetahui dan bersedia di kunjungi 2 hari lagi

24
12. Medokumentasikan hasil pemeriksaan
Ev : Tindakan yang telah di lakukan telah di dokumentasikan

Jakarta, 19 Juli 2022

Pengkaji

(Ratna Sari
Dewi)

SOAP KUNJUNGAN Ke 2

Tanggal Pengkajian : 21 Juli 2022


Waktu Pengkajian : Pkl. 09.15 wib
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Ratna Sari Dewi

A. SUBJEKTIF

Alasan Kunjungan saat ini


Keluhan Saat ini:
Ibu mengatakan masih mual, muntah 3-4 kali dalam sehari dan makan sudah
mau sedikit-sedikit tapi masih mual.

B. OBJEKTIF :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg Denyut nadi : 80 x / menit
25
Suhu tubuh : 36,5 ◦C Pernafasan : 20 x / menit
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : bersih
Mata : cekung konjungtiva : merah muda
Mulut : bersih tidak ada pembengkakan gusi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : simetris, puting susu menonjol
Abdomen : Palpasi ballotemen ( + )
C. ANALISA DATA
Ny. W Usia 23 Tahun G1P0A0 Hamil 10 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum
Ballatement ( + )

D. PENATALAKSANAAN
1. Memakai alat perlindungan Diri (Masker, Gawn, Handscoon)
Ev: Alat pelindung diri telah digunakan
2. Informconcent dan membina hubungan baik dengan ibu
Ev: Telah dilakukan inform concent
3. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan
baik
Ev: Ibu senang mendengarnya
4. Menjelaskan kepada ibu penyebab ketidaknyamanan bahwa mual dan muntah pada
awal kehamilan merupakan proses fisiologis.
Ev: Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan
5. Memberitahu ibu tanda bahaya pada TM I seperti (Mual muntah berlebihan, keluar
darah pervaginam, mata tiba-tiba kabur, sakit kepala yang nyeri hebat), jika terjadi
salah satu hal tersebut segera kefasilitas kesehatan terdekat.
Ev: ibu mengetahui dan mengerti dengan penjelasan yang diberikan
6. Menganjurkan kembali ibu untuk tetap makan dengan porsi kecil tapi lebih sering
Ev: ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan
7. Menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang menimbulkan mual dan
muntah seperti yang asam-asam dan pedas.
Ev : ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan

26
8. Mengajurkan makanan harus kaya akan karbohidrat dan rendah lemak,
Mekonsumsi susu dan vitamin B6 seperti telur, ikan, pisang, wortel dan lain-lain
Ev: ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan
9. Menganjurkan ibu minum sedikit tapi sering dan hindari minuman atau makanan
yang asam untuk mengurangi iritasi lambung dan juga minuman bergas dihindari.
Ev: ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan
10. Memberikan Terapi oral kepada ibu (Vitamin B6)
Ev: Ibu akan minum obat vitamin B6 yang diberikan
11. Memberitahu ibu bahwa akan datang untuk kunjungan ulang dua hari kemudian
dan akan mengevaluasi keadaan ibu.
Ev: Ibu mengetahui dan bersedia di kunjungi 2 hari lagi
12. Medokumentasikan hasil pemeriksaan
Ev : Tindakan yang telah di lakukan telah di dokumentasikan

Jakarta, 21 Juli 2022

Pengkaji

(Ratna Sari
Dewi)

27
SOAP KUNJUNGAN Ke 3

Tanggal Pengkajian : 24 Juli 2022


Waktu Pengkajian : Pkl. 09.15 wib
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Ratna Sari Dewi

A. SUBJEKTIF

Alasan Kunjungan saat ini


Keluhan Saat ini:
Ibu mengatakan sudah tidak muntah lagi, mual sudah mulai jarang, dan sudah
bisa masuk makanan yang dimakan sedikit-sedikit tapi sering.
B. OBJEKTIF :
1. Keadaan umum : Baik

28
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg Denyut nadi : 80 x / menit
Suhu tubuh : 36,5 ◦C Pernafasan : 20 x / menit
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : bersih
Mata : cekung konjungtiva : merah muda
Mulut : bersih tidak ada pembengkakan gusi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : simetris, puting susu menonjol
Abdomen : Palpasi ballotemen ( + )
C. ANALISA DATA
Ny. W usia 23 tahun G1P0A0 Hamil 10 minggu
Ballatement (+)

D. PENATALAKSANAAN

a. Memakai alat perlindungan Diri (Masker, Gawn, Handscoon)


Ev: Alat pelindung diri telah digunakan
b. Inform concent dan membina hubungan baik dengan ibu
Ev : Telah dilakukan inform concent
c. Meminta Ibu untuk mengisi posttest yang telah disiapkan
Ev: Ibu bersedia mengisi posttest ( hasil postest benar 10 dari 10 pertanyaan )
d. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan
baik
Ev: Ibu senang mendengarnya
e. Menjelaskan kepada ibu penyebab ketidaknyamanan bahwa mual dan muntah pada
awal kehamilan merupakan proses fisiologis.
Ev: ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
f. Menganjurkan kembali ibu untuk tetap makan dengan porsi kecil tapi lebih sering

29
Ev: ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan
g. Menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang menimbulkan mual dan
muntah seperti yang asam-asam dan pedas.
Ev : ibu akan mengikuti anjuran yang disarankan
h. Mengajurkan makanan harus kaya akan karbohidrat dan rendah lemak,
Mekonsumsi susu dan vitamin B6 seperti telur, ikan, pisang, wortel dan lain-lain
Ev: ibu akan mengikuti anjuran yang di sarankan
i. Menganjurkan ibu minum sedikit tapi sering dan hindari minuman atau makanan
yang asam untuk mengurangi iritasi lambung dan juga minuman bergas dihindari.
Ev: ibu akan mengikuti anjuran yang di sarankan
j. Memberitahu ibu jika Obat habis dan masih mual muntah kembali segera kontrol
ketenaga kesehatan terdekat.
Ev: Ibu mengetahui dan bersedia kontrol jika mual muntah kembali
k. Memberitahu ibu bahwa jika tidak ada keluhan lagi 1 bulan lagi untuk kunjungan
ulang atau periksa ketenaga kesehatan terdekat.

Ev: Ibu mengetahui dan bersedia melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi
l. Medokumentasikan hasil pemeriksaan
Ev : Tindakan yang telah di lakukan telah di dokumentasikan

Jakarta, 24 Juli 2022

Pengkaji

(Ratna Sari Dewi)

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, penulis akan membandingkan praktek dengan teori belajar
lapangan di Kelurahan Kebon Baru Tebet Jaksel Tahun 2022 khususnya pada keluarga
Ny. W. Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil pendekatan
dan tabulasi data, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah bersama keluarga
Ny. W sesuai dengan prioritas masalah:
1. Pengkajian Subjektif
Hiperemesis Gravidarum atau biasa disebut morning sickness merupakan
keluhan mual muntah berlebihan pada wanita hamil yang wajar terjadi pada
kehamilan muda (trimester 1). Hal ini dapat terjadi sepanjang hari.rata-rata wanita

31
mulai mengalami morning sickness pada minggu ke 4 atau ke 6 setelah menstruasi
terakhir. Oleh karena itu ibu masuk dalam katagori kehamilan yang tidak terlalu
beresiko tinggi karena mual, muntah masih batas normal.
Kontak pertama dengan Ny. W pada tanggal 19 Juli 2022 mengatakan usianya
sekarang 23 tahun, mengatakan dalam keadaan hamil dan kehamilan saat ini adalah
kehamilan yang pertama dan tidak pernah keguguran. Umur kehamilan ibu 10
minggu, sudah pernah periksa kebidanan Tashpack pada tanggal 5 juli hasilnya
positif. ibu mengatakan mual - muntah dan pusing di pagi hari. (9)
Data subyektif diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada Ny. W.
Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien dengan teknik
wawancara, keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya. Data ini berupa
keluhan atau persepsi subjektif pasien terhadap status kesehatannya. Data subjektif
ini diperoleh dengan anamnesa terhadap klien. Penulis melakukan pengkajian data
subjektif yaitu pengkajian data subjektif didapatkan bahwa Ny.W usia 23 Tahun,
mengatakan sedang hamil anak pertama dan suka mual muntah. Dengan demikian
penulis telah melakukan pengumpulan data subjektif  menggunakan metode yang
sesuai dengan teori maka tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.

2. Pengkajian Objektfif
Pada awal kunjungan tamnggal 19 Juli 2022 Pada pemeriksaan fisik di dapatkan
keadaan umum ibu baik, tekanan darah normal, dan pemeriksaan fisik secara
keseluruhan masih batas normal. Kunjungan Kedua pada tanggal 21 Juli 2022 ibu
mengatakan masih ada mual dan sedikit muntah namun sudah mau mulai teratasi,
pemeriksaan fisik tekanan darah sudah mulai normal, pemeriksaan fisik sesecara
keseluruhan normal. Pada kunjungan Ketiga tanggal 24 Juli 2022 ibu mengatakan
masi mual tapi sudah tidak muntah lagi, hasil pemeriksaan keadaan umum baik,
tekanan darah normal dan pemeriksaan fisik secara keseluruhan normal. Dengan
demikian penulis telah melakukan pengumpulan data subjektif menggunakan metode
yang sesuai dengan teori maka tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan
praktek.

32
3. Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian subjektif dan objektif maka penulis melakukan langkah
berikutnya yaitu menganalisa data untuk menentukan masalah kesehatan yang
dialami Ny. W yaitu dengan Diagnosa Ny.W usia 23 Tahun G1P0A0 Hamil 10
Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum.
4. Pentalaksanaan dan Evaluasi
Kunjungan pertama tanggal 19 Juli 2022 Ibu di beri konseling tentang
mengatasi dan pengobatan hiperemesis gravidarum, mengatasinya dengan informasi
dan edukasi tentang gaya hidup juga dapat membantu mencegah stress dan istirahat
dapat mengurangi muntah. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses fisiologis. Menganjurkan makan dengan porsi kecil tapi lebih sering, seperti
makanan yang menimbulkan mual dan muntah dihindari, Makanan harus kaya akan
karbohidrat dan rendah lemak, Terapi obat akan dikolaborasi dengan dokter terlebih
dahulu,banyak minum dan hindari minuman atau makanan yang asam untuk
mengurangi iritasi lambung, Istirahat yang cukup.
Kunjungan Kedua pada tanggal 21 Juli 2022 ibu mengatakan masih ada mual
dan sedikit muntah namun sudah mau mulai teratasi, pemeriksaan fisik tekanan darah
sudah mulai normal, pemeriksaan fisik sesecara keseluruhan normal. Pada kunjungan
kedua ini ibu diingatkan lagi cara mengatasi mual dan muntah Ibu di beri konseling
tentang mengatasi dan pengobatan hiperemesis gravidarum, mengatasinya dengan
informasi dan edukasi tentang gaya hidup juga dapat membantu mencegah stress dan
istirahat dapat mengurangi muntah. Menganjurkan makan dengan porsi kecil tapi
lebih sering, seperti makanan yang menimbulkan mual dan muntah dihindari (pedas
dan asam) memberi ibu terapi obat mediamer ( B 6 ) untuk di minum secara teratur.
Kemudian memberitahu ibu untuk kontrol lagi bila masih ada keluhan dan obatnya
habis.
Pada kunjungan Ketiga tanggal 24 Juli 2022 ibu mengatakan masi mual tapi
sudah tidak muntah lagi, hasil pemeriksaan keadaan umum baik, tekanan darah
normal dan pemeriksaan fisik secara keseluruhan normal dan ibu berterimakasih
kepada mahasiswa bidan yang telah memberikan solusi dan therapi sehingga mual
dan muntahnya sudah mulai menghilang. Dari hasil penatalaksanna yang diberikan

33
oleh pengkaji kepada pasien Ny. W dengan Hiperemesis gravidarum, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.

BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Sudah dilakukan pengkajian data Subjektif pada Ny.W Usia 23 Tahun G1P0A0
Hamil 10 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Kelurahan Kebon Baru,
Tebet Jakarta Selatan Tahun 2022.
b. Sudah dilakukan pengkajian data Objketif pada Ny.W Usia 23 Tahun G1P0A0
Hamil 10 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Kelurahan Kebon Baru,
Tebet Jakarta Selatan Tahun 2022.
c. Sudah didapatkan diagnosa pada asuhan kebidanan dikomunitas pada laporan
keluarga binaan yaitu Ny.W Usia 23 Tahun G1P0A0 Hamil 10 Minggu Dengan
Hiperemesis Gravidarum Di Kelurahan Kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan
Tahun 2022.

34
d. Telah dilakukan penatalaksanaan dan dievaluasi bahwa hasil akhir adalah
permasalahan dapat teratasi dengan baik.

2. Saran
a. Bagi Ibu Hamil (keluarga Binaan)
Agar ibu dapat menjelaskan pengalaman di dapatkan ibu hamil yang lain dan
bisa menjadi motivator terhadap ibu hamil yang lain agar mau memriksa
kehamilannya kepada tenaga kesehatan dan ibu mengetahui tentang hiperemesis
gravidarum.
b. Bagi Bidan
Dapat menambahkan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Asuhan
Kebidanan pada ibu hamil trimester 1 dengan hiperemesis Gravidarum
c. Bagi Institusi
Agar menjadi bahan tambahan mahasiswi kebidanan dalam melakukan
penatalaksanaan pad aibu Hamil dnegan hiperemesis gravidarum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ai Yeyeh. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba medika; 2017.

2. Mochtar R. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi. Jakarta:


EGC; 2017.

3. WHO. Angka Kehamilan dan Kelahiran Dunia. 2018;

4. Arisdiani T dkk. Tingkat Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I


Dikabupaten Kendal. J Kebidanan Malakbi. 2020;1 No 2.

5. Warsuli dkk. Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis


Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
2016;

6. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo; 2017.

35
7. Walyani ES. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogjakarta: Pustaka Baru Press;
2019.

8. I Gde Bagus. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencaa Untuk
Pendidikan Bidan. EGC, editor. Jakarta: Manuaba; 2017.

9. Safari FRN. Hubungan Karakteristik dan Psokologis Ibu Hamil dengan


Hiperemesis Gravidarum Di RSUD H. ABD. Manan Simatupang Kisaran. Wahana
Inov [Internet]. 2017;6(1):202–12. Available from: https://penelitian.uisu.ac.id/wp-
content/uploads/2017/09/23.-Fifi-Ria-Ningsih.pdf

10. Rofi’ah S, Widatiningsih S, Arfiana A. Studi Fenomenologi Kejadian Hiperemesis


Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. J Ris Kesehat. 2019;8(1):41.

11. Rorrong JF, Wantania JJE, Lumentut AM. Hubungan Psikologis Ibu Hamil dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum. e-CliniC. 2021;9(1):218–23.

12. Masruroh, Retnosari. I. Hubungan Antara Umur Ibu Dan Gravida Dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Rsud Ambarawa Kabupaten Semarang.
MUSWIL IPEMI Jateng [Internet]. 2016;(September):151–6. Available from:
https://ppnijateng.org/wp-content/uploads/2016/11/PROSIDING-MUSWIL-II-
IPEMI-JATENG_MAGELANG-17-SEPTEMBER-2016.215-222.pdf

13. Manuaba. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan KB. Jakarta: EGC; 2017.

14. Wardani RK. Efektifitas Konsumsi Air Tebu Kombinasi Dengan Air Jahe
Terhadap Hiperemesis Gravidarum Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sidomulyo Pekanbaru. Al-Insyirah Midwifery J Ilmu Kebidanan (Journal
Midwifery Sci. 2020;9(1):36–41.

36
37
LAMPIRAN
SATUAN ACARA KEGIATAN

KELUARGA BINAAN

Praktik Komunitas

Oleh:

NAMA : RATNA SARI DEWI


NPM : 07210400123

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
SATUAN ACARA KEGIATAN

TEMA : Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum


SASARAN : Ibu Hamil
MATERI POKOK : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan
Hiperemesis Gravidarum Trimester I
WAKTU/ PERTEMUAN : 20 Juli 2022/2
TEMPAT : Rumah Pasien
PELAKSANA : RATNA SARI DEWI

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Mengetahui distribusi Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Trimester 1 umur kehamilan
10 minggu Dengan Hiperemesisi Gravidarum di kelurahan Kebon Baru Tebet, Jaksel
Tahun 2022.

2. Tujuan Instruksional Khusus


1. Mengetahui Pengertian Hiperemesis Gravidarum
2. Mengetahui Penyebab Hiperemesis Gravidarum
3. Mengetahui Gejala Hiperemesis Gravidarum
4. Mengetahui Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
5. Mengetahui Pengobatan Hiperemesis Gravidarum
6. Mengetahui Cara Mengatasi Hiperemesis Gravidarum

B. Pelaksanaan
1. Tempat
Dirumah Pasien Di Kelurahan Kebon Baru Tebet, Jaksel
2. Waktu
20 Juli 2022
C. Metode dan Media
1. Metode
Konseling dan Tanya Jawab dengan menggunakan Leaflet
2. Media (Leaflet)/Jobsheet/Daftar Tilik
D. Langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan Konseling Kegiatan Ibu
NO
Kegiatan Hamil
.
Memberikan
Konseling
1. Memberikan salam Menjawab salam.
1 Pembukaan Mendengarkan
(Waktu : 5 2. Menjelaskan identitas
menit)
Mendengarkan dan
3. Menjelaskan Tujuan
memperhatikan
2 Pembahasan 1. Menjelas tentang pengertian Mendengar dan
Hiperemesis Geavidarum mengerti

(Waktu : 15 Mendengar dan


menit) 2. Menjelaskan Penyebab mengerti
Hiperemesis Gravidarum
3. Menjelaskan Gejala Hiperemesis Mendengar dan
Gravidarum mengerti
4. Menjelaskan Diagnosis Mendengar dan
Hiperemesis Gravidarum mengerti
5. Menjelaskan Pengobatan Mendengar dan
Hiperemesis Gravidarum mengerti
6. Menjelaskan Cara Mengatasi Mendengar dan
Hiperemesis Gravidarum mengerti
7. Memberi kesempatan pada Menanggapi, dan
pasien dan keluarga untuk cukup jelas
bertanya tentang hal yang
kurang mengerti

3 Penutupan Mengucapkan terimakasih atas Menjawab salam


(Waktu : 5 Perhatian yang Diberikan dan
menit) memberi salam

E. Evaluasi
1. Struktural
a. Persiapan tempat dan alat
b. Persiapan waktu (kontrak waktu)
2. Proses
Selama memberikan penjelasan saat konseling sesuai prosedur yang telah disediakan.
3. Hasil
a. Mampu memahami pengertian Hiperemesis Gravidarum.
b. Mampu memahami Penyebab Hiperemesis Gravidarum.
c. Mampu memahami Gejala Hiperemesis Gravidarum
d. Mampu memahami Diagnosis Hiperemesis Gravidarum.
e. Mahasiwa mampu memahami Pengobatan Hiperemesis Gravidarum.
f. Mahaiswa mampu memahami Cara Mengatasi Hiperemesis Gravidarum

F. Materi
1. Pengertian HEG
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah terjadi pada awal kehamilan hingga
usia 16 minggu. Pada keadaan mual dan muntah yang berat, dapat terjadi dehidrasi,
gangguan asam basa dan elektrolit dan ketosis. Hiperemesis Gravidarum atau biasa
disebut morning sickness merupakan keluhan mual muntah berlebihan pada wanita
hamil yang wajar terjadi pada kehamilan muda (trimester 1). Disebut morning sickness
karena biasanya terjadi pada pagi hari. Hal ini dapat terjadi sepanjang hari.rata-rata
wanita mulai mengalami morning sickness pada minggu ke 4 atau ke 6 setelah
menstruasii terakhir.(1)
2. Etiologi
Etiologi dari Hiperemesis Gravidarum adalah sebagai berikut :(2)
l. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa ( Kegagalan pembentukan
janin ), diabetes dan, mengandung anak perempuan,dan kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG.
m. Pernah mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya.
n. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan lain
sebagainya.
o. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, dan lain sebagainya.

3. Patofisiologi
Hiperemesis Gravidarum terjadi akibat rasa mual terjadi akibat kadar ekstrogen yang
meningkat dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, yang biasanya
terjadi pada ibu hamil yaitu mual-mual, muntah berkepanjangan, pusing, jantung
berdebar, sulit menelan kanan dan minuman, mengeluarkan air liur secara berlebihan,
sangat sensitif tetapi mual dan muntah yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, serta penurunan klorida urin yang selanjutnya
menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan
menyebabkan tertimbunnya zat toksik.(3)
4. Pemeriksaan Diagnostik
Klien Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkosis hipokloremik. Faktor psikologis merupakan faktor
utama, disamping pengaruh hormonal. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak, dapat merusak hati. Disamping dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan
lambung, dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Namun kadang dokter perlu
melakukan pemeriksaan detil seperti urine atau usg untuk memastikan benar menderita
hipemesis gravidarum atau penyebab lainnya dan juga penyebab gejala yang sama.(4)
5. Penatalaksanaan
a. Pencegahan dengan informasi dan edukasi tentang gaya hidup juga dapat
membantu mencegah stress dan istirahat dapat mengurangi muntah. Penerangan
bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis.
b. Nasehat dianjurkan makan dengan porsi kecil tapi lebih sering, seperti makanan
yang menimbulkan mual dan muntah dihindari. Makanan harus kaya akan
karbohidrat dan rendah lemak.
c. Terapi obat menggunakan vitamin (B1 & B6), anti muntah (mediamer B6,
Drammamin, avopreg, avomin, torecan, primperan), dan antasida.
d. Nasehat pengobatan : banyak minum dan hindari minuman atau makanan yang
asam untuk mengurangi iritasi lambung.
e. Hiperemesis Gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di Rumah Sakit
f. Istirahat baring.
g. Isolasi dan Therapi psikologik.
h. Penambahan cairan; berikan infus dekstrosa atau glukosa 5%-10% sebanyak 2-3
liter dalam 24 jam.
i. Observasi cairan yang masuk dan keluar dangan pemasangan kateter.
j. Observasi keadaan umum dan tanda vital.
k. Beri obat-obatan.

G. Daftar Pustaka/Referensi
1. I Gde Bagus. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencaa Untuk
Pendidikan Bidan. EGC, editor. Jakarta: Manuaba; 2017.
2. Rofi’ah S, Widatiningsih S, Arfiana A. Studi Fenomenologi Kejadian Hiperemesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. J Ris Kesehat. 2019;8(1):41.
3. Rorrong JF, Wantania JJE, Lumentut AM. Hubungan Psikologis Ibu Hamil dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum. e-CliniC. 2021;9(1):218–23.
4. Manuaba. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan KB. Jakarta: EGC; 2017.

JOB SHEET

Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan


Mata kuliah : Asuhan Kebidanan Pada Komunitas
Objektif Siwa:
1. Setelah mengikuti keluarga binaan,ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat
mengatasi hiperemesis gravidarum.
2. Ibu hamil dapat mengatasi hiperemesis gravidarum secara benar sesuai prosedur yang telah
di berikan job sheet

Dasar Teori
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah terjadi pada awal kehamilan hingga usia 16
minggu. Pada keadaan mual dan muntah yang berat, dapat terjadi dehidrasi, gangguan asam
basa dan elektrolit dan ketosis (Wahid, 2017).

Etiologi ( Sebab )
Menurut Saputri (2017), etiologi dari Hiperemesis Gravidarum adalah
sebagai berikut :
1. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa ( Kegagalan pembentukan janin) diabetes
dan, mengandung anak perempuan,dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
2. Pernah mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya

Patofisiologis ( Gejala )
Hiperemesis Gravidarum terjadi akibat rasa mual terjadi akibat kadar ekstrogen yang meningkat
dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, yang biasanya terjadi pada ibu hamil
yaitu mual-mual, muntah berkepanjangan, pusing, jantung berdebar, sulit menelan kanan dan
minuman, mengeluarkan air liur secara berlebihan, sangat sensitif tetapi mual dan muntah yang
terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, serta
penurunan klorida urin yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi
perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik (Kusuma dan Nurarif,
2017).

Pemeriksaan Diagnostik ( Diagnosa )


klien Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda,
bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkosis hipokloremik. Faktor psikologis merupakan faktor utama, disamping pengaruh
hormonal. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati. Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung, dengan akibat perdarahan gastrointestinal. (Kenneth, 2017) Namun
kadang dokter perlu melakukan pemeriksaan detil seperti urine atau usg untuk memastikan
benar menderita hipemesis gravidarum atau penyebab lainnya.

Penatalaksanaan ( Pengobatan/Mengatasinya )
1. Pencegahan dengan informasi dan edukasi tentang gaya hidup juga dapat membantu
mencegah stress dan istirahat dapat mengurangi muntah. Penerangan bahwa kehamilan dan
persalinan merupakan proses fisiologis.
2. Nasehat dianjurkan makan dengan porsi kecil tapi lebih sering, seperti makanan yang
menimbulkan mual dan muntah dihindari. Makanan harus kaya akan karbohidrat dan
rendah lemak.
3. Terapi obat menggunakan vitamin (B1 & B6), anti muntah (mediamer B6, Drammamin,
avopreg, avomin, torecan, primperan), dan antasida.
4. Nasehat pengobatan : banyak minum dan hindari minuman atau makanan yang asam untuk
mengurangi iritasi lambung.

DAFTAR TILIK PASIEN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Petunjuk:
YA = dikerjakan
(Memperjelaskan langkah-langkah atau tugas sesuai prosedur standar atau pedoman )
TIDAK = Tidak dikerjakan
(Memperjelaskan langkah-langkah atau tugas oleh mahasiswa pada waktu dilakukan evaluasi)
NO LANGKAH KEGIATAN YA TIDAK

1 Apakah melakukan anamnesa ?

2 Apakah melakukan pemeriksaan fisik dan obstreti ?

3 Apakah mahasiwa  menjelaskan pengertian, penyebab,


gejala, dan komplikasi Hiperemesis Gravidarum?
4 Apakah pada kasus Hiperemesis gravidarum Ringan, mahasi
swa melakukan Konseling tentang mengatasi Hiperemesis
Gravidarum seperti Mekonsumsi susu dan vitamin, makan
sedikit-sedikit tapi sering , istirahat cukup, dan cara
mengurangi pusing saat bangun tidur ?
5 Apakah mahasiswa menganjurkan untuk kontrol  lagi  kalau
ada keluhan ?
6 Apakah mahasiwa  memberi
obat untuk mengurangi mual dan muntah ?

DOKUMENTASI
KUNJUNGAN 1 KUNJUNGAN 2

KUNJUNGAN 3

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEHAMILAN DAN

HYPEREMESIS GRAVIDARUM

A. IDENTITAS DIRI
Nama :

Usia :

Pendidikan :

Jumlah Anak :

B. PETUNJUK PENGISIAN

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda ceklis pada salah satu

pertanyaan, benar (B) salah (S)

N PERNYATAAN B S

1. Hyperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada

awal kehamilan hingga usia hamil 16 minggu

2. Setiap ibu hamil pasti mengalami hyperemesis gravidarum

3. Mual muntah yang terjadi pada ibu hamil disebabkan karena

adanya perubahan hormon kehamilan

4. Mual muntah dapat diatasi dengan makan makanan yang rasanya

tajam ( pedas, asam)

5. Kelelahan dapat memperparah gejala hyperemesis gravidarum

6. Bila terjadi mual muntah lebih dari 10 kali perhari ibu hamil harus

segera konsul ke bidan/ dokter

7.  Mual muntah yang parah bisa menyebabkan keguguran

8.  Pada ibu hamil yang mual muntah dianjurkan sedikit minum

9.  Pada ibu hamil yang mual muntah dianjurkan banyak


mengkonsumsi teh manis

10. Pada ibu hamil yang mual muntah dianjurkan makan sedikit sedikit

tapi sering
PRE TEST :

BENAR 4

SALAH 6
POST TEST :

BENAR : 10

SALAH : 0
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN ASUHAN
KEBIDANAN PADA BY.A.BELUM MELENGKAPI
IMUNISASI RUTIN LENGKAP DI RT 11 RW 01
KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN
TEBET JAKARTA SELATAN TAHUN 2022

Oleh:

NAMA : Rita Zulherni


NPM : 07210200032

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU


2022
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN ASUHAN
KEBIDANAN PADA BY.A BELUM MELENGKAPI
IMUNISASI RUTIN LENGKAP DI RT 11 RW 01
KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN
TEBET JAKARTA SELATAN TAHUN 2022

Oleh:

NAMA : Rita Zulherni


NPM : 07210200032

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN


ASUHAN KEBIDANAN PADA BY .A BELUM MELENGKAPI IMUNISASI
RUTIN LENGKAP

Telah disahkan Jakarta,

10 Agustus 2022

Disetujui Oleh,

Menyetujui
Pembimbing Paktik Komunitas

(Maryam Sharah Mardiyah ,SST,MKM)


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat allah


SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan keluarga binaan ini .Dalam Penyelesaian laporan
keluarga binaan ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dan pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Drs.H.A.Jacub Chatib,selaku ketua Yayasan Universitas Indonesia Maju
2. Prof.Dr.Dr.dr.H.M.Hafizurrachman .MPH,SH, selaku Pembina Yayasan Universitas
Indonesia Maju.
3. Dr.Astrid Novita ,SKM.MKM selaku Ketua Universitas Indonesia Maju
4. Susaldi ,S.ST,M.Biomed selaku Wakil Ketua 1Bid.Akademik &Inovasi Universitas
Indonesia Maju.
5. Dr.Rindu,SKM.,M.Kes selaku Wakil Ketua II Bid.Sumber Daya & Keuangan
Universitas Indonesia Maju .
6. Hidayani ,Am.Keb ,SKM,MKM selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas Indonesia
Maju
7. Hedy Hardiana,S Kep.,M.Kes,Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju
8. Retno Sugesti ,S,ST,M.Kes selaku Koordinator Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju .
9. Meinasari Kurnia Dewi,S.ST.,M.Kes,Selaku Penanggung Jawab Praktik Komunitas.
10. Maryam Syarah ,S.ST,M.KM Selaku Dosen Pembimbing Praktik Klinik Komunitas
11.Enita Prima Noviyani, S.ST.,M.Kes .Selaku Dosen Penguji Praktik Klinik Komunitas
12.Nurainih ,S.ST.Bdn,M.Kes.SH Selaku CI Lahan Praktik Klinik Komunitas .
13.Seluruh dosen Sarjana Terapan Kebibanan Universitas Indonesia Maju yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya selama duduk dibangku kuliah .
14.Terimakasih kepada orang tua saya yang tidak henti-hentinya
mendoakan ,mendukung ,memberikan nasehat ,semangat serta motivasi dalam
penyusunan penulisan ini.
15.Rekan -rekan seperjuanganku yang saling mendukung dan menyemangati satu
sama lain, semoga Allah SWT, senantiasa memberikan limpahan rahmat dan kasih
sayangnya kepada kita semua. Kami menyadari Laporan Keluarga Binaan ini masih
memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna namun harapan penulis semoga
laporan keluarga binaan ini bermanfaat kepada seluruh pembaca.

Jakarta ,Juli 2022

Rita Zulherni
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 3
1.3 Manfaat Penulisan 3
1.4 Kompetensi Praktik 4
1.5 Waktu dan Tempat 5

BAB II TINJAUAN TEORI 6


2.1 Pengertian Bidan Komunitas 6
2.2 Pengertian Dan Tujuan Kebidanan Komunitas 6
2.3 Prisip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas 7
2.4 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas 8
2.5 Pemberdayaan Masyarakat 11
2.6 Sasaran Kebidanan Komunitas 12
2.7 Tugas Utama Bidan Di Komunitas 14
2.8 Definisi Dan Tujuan Analisis Situasi Kesehatan 19
2.9 Variabel Dalam Analisis Situasi Kesehatan 20
2.10 Analisis Sosial (ANSOS) 24
2.11 Masalah yang di angkat 26
2.12 Imunisasi Rutin Lengkap 27

BAB III TINJAUAN KASUS 29


3.1 Pengkajian 29

BAB IV PEMBAHASAN 36
4.1 Pembahasan 36

BAB V PENUTUP 37
5.1 Kesimpulan 37
5.2 Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN
BUKTI DOKUMENTASI
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Pemberian Imunisasi 28


Tabel 2 Jadwal Imunisasi Lanjutan pada anak baduta 28
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 41
Gambar 2 41
Gambar 3 41
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1 Informed concent 40


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan kekebalan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga
bila suatu saat terjangkit penyakit tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan.
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu di wujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang di maksud dalam UUD
1945 melalu pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.Keberhasilan pembangunan Kesehatan sangat di pengaruhi oleh
tersedianya sumber daya manusia yang sehat ,terampil dan ahli ,serta di susun dalam
satu program Kesehatan dengan perencanaan terpadu yang di dukung oleh data dan
informasi epidemiologi yang valid. Sesuai dengan PERMENKES Nomor 12 Tahun
2017.
Pembangunan bidang Kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban
ganda (double burden) ,yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit
degeneratif. Pembrantasan penyakit sangat sulit karena penyebarannya tidak
mengenal batas wilayah administrasi .Imunisasi merupakan salah satu Tindakan
pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain yang terbukti sangat cost
effective .Dengan Imunisasi berbagai penyakit bisa di atasi.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ,Imunisasi


merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang
merupakan salah satu kegiatan prioritas kementrian Kesehatan RI sebagai salah satu
bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals
(SDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak. Masalah lain yang
harus dihadapi adalah munculnya Kembali PD3I yang sebelumnya telah berhasil
di tekan dan penyakit menular baru yang tadinya tidak di kenal .Penyelenggaraan
Imunisasi mengacu pada kesepakatan -kesepakatan Internasional untuk pencegahan
dan pembrantasan penyakit antara lain :

1. WHO Tahun 2012 merekomendasikan rencana aksi global tahu 2011-2012


menetapkan cakupan Imunisasi nasional minimal 90%, cakupan Imunisasi di
Kabupaten / Kota minimal 80%, eradikasi polio tahun 2020, eliminasi campak dan
rubella serta introduksi vaksin baru.
2. Beberapa penyakit yang bisa di cegah dengan Imunisasi diantaranya adalah TBC,
Hepatitis B, Polio, Campak Rubella ,Difteri Tetanus dan Pertusis. Anak yang sudah
diberikan imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut,
yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian.

Capaian Imunisasi global menurun dari 86% tahun 2019 menjadi 83% tahun
2020.Di Tahun 2020 jumlah anak yang tidak lengkap status imunisasinya sebanyak
3,4 juta (sumber WHO Immunization Global) Pandemi Covid-19 sangat berdampak
sekali terhadap capaian imunisasi dunia dan di Indonesia ,Untuk Trend Cakupan
Imunisasi Dasar Lengkap ( UCI) Universal Chilrd Imunization di Indonesia tahun
2019 : 93,7% tahun 2020 : 84,2% dan Tahun 2021 : 84,2% Untuk DKI Jakarta
Pencapaian Imunisasi Dasar Rutin Lengkap (UCI) Tahun 2019 : 98,1% Tahun 2020 :
98,8 % dan Tahun 2021 : 99,6%. Untuk capaian UCI (Universal Chield Imunization)
di tingkat kota/kabupaten adalah tahun 2019: 98,5% .Dalam rangka menghasilkan
tenaga yang profesional, maka di perlukan adanya sumber daya kesehatan yang siap
terjun kelapangan, mengelola masalah kesehatan di suatu daerah dan memberikan
kontribusi dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan semua itu,
Universitas Indonesia Maju (UIMA), khususnya jurusan Program Studi Kebidanan
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Kebidanan Komunitas dengan Pusat
kegiatan di RT 011 RW 001 Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet Kota Jakarta
Selatan. Kegiatan Komunitas ini merupakan suatu penerapan ilmu dan teknologi oleh
mahasiswa Jurusan Kebidanan UIMA Tahun Ajaran 2022/2023, dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat.
Peningkatan pelaksanaan program kesehatan masyarakat menuntut peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan dalam pengenalan masalah dan penyebab terjadinya
masalah serta alternatif cara pemecahan masalah, yaitu Perencanaan, Pengolahan
Teknis dan Administrasi serta Penilaian Program di Tingkat RT.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan komunitas pada By.A, memberikan
edukasi mengenai pentingnya memberikan imunisasi rutin lengkap sebagai
upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat
penyakit yang dapat di cegah dengan Imunisasi (PD3I).
2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada By.A di Kelurahan


Kebon Baru Kecamatan Tebet.
b. Melaksanakan pengkajian data objektif pada By.A di Kelurahan Kebon
Baru Kecamatan Tebet.
c. Melaksanakan perumusan diagnosa atau masalah kebidanan pada By.A
di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi pada By.A di
Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.
1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Keluarga Binaan

Meningkatkan Pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya by. A


mendapatkan Imunisasi Rutin secara Lengkap
1.3.2 Bagi Lahan Praktik

Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi bidan dalam melakukan


asuhan kebidanan pada By.A agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan.

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan program


pembelajaran agar menghasilkan lulusan bidan profesional
yang memiliki kemampuan dan kompetensi yang baik
dibidangnya.

1.4 Kompetensi Praktik

Peran Bidan dalam pelayanan di komunitas memiliki kompetensi dan


kualifikasi untuk diregister,sertifikasi ,lisensi untuk praktek profesional,
akuntabel dan bertanggung jawab .standar profesi Bidan Kemenkes RI
No.369/MENKES /SK/2017 tentang 9 Standar Kompetensi Bidan :

1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan ketrampilan

2. Prakonsepsi dan KB

3. Asuhan konseling selama persalinan

4. Asuhan selama persalinan dan kelahiran

5. Asuhan pada Ibu nifas dan menyusui .

6. Asuhan pada Bayi baru lahir


7. Asuhan pada Bayi dan Balita

8. Kebidanan Komunitas

9. Asuhan pada Ibu dengan gangguan reproduksi dan wanita Menopouse.

1.5 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas dilaksanakan di RT


001-011 RW 001 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Kota Jakarta Selatan.
Selama kurang lebih 17 hari ,mulai tanggal 19 Juli 2022 -10 Agustus 2022.
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bidan Komunitas


Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara reguler dalam program
Pendidikan bidan ,diakui oleh negara dimana dia ditempatkan ,telah menyelesaikan
Pendidikan kebidanan dan mendapakan kualifikasi untuk didaftarkan dan atau
diizinkan secara hukum /sah untuk melaksanakan praktik .(Mey Elisa ,S.2021)
Menurut WHO (Word Health Organisasi) ,Bidan adalah seorang yang diakui
secara reguler dalam program Pendidikan bidan .Diakui secara yuridis,ditempatkan
dan mendapatkan kualifikasi serta terdaftar disektor dan memperoleh ijin
melaksanakan praktik kebidanan.
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ,bidan adalah seorang perempuan yang
telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah
dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku ,dicatat (registrasi ) ,dan
diberikan ijin secara sah untuk menjalankan praktik .(Yona Septiana & Tia Sri
mulyawati .2020).

2.2 Pengertian Dan Tujuan Kebidanan Komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada aspek
-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat sekitar ). Maka
seorang Bidan di tuntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual
maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi -strategi untuk
mengatasi tantangan /kendala seperti berikut ini :
a. Sosial budaya seperti ketidak adilan gender ,Pendidikan ,tradisi yang
merugikan ekonomi, seperti kemiskinan.
b. Politik dan Hukum, seperti ketidak adilan sosial.

c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.


d. Lingkungan ,seperti air bersih ,daerah konflik ,daerah kantong (daerah
yang terisolir,kumuh ,padat dll)

Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan /kendala di atas adalah


bangkitnya / lahirnya Gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi
kebutuhan Kesehatan serta kualitas hidup perempuan dilokasi tersebut. Tujuan
kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini :
1. Tujuan Umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya Kesehatan perempuan diwilayah kerjanya ,sehingga masyarakat
mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil,pertolongan persalinan ,perawatan
nifas dan perinatal secara terpadu.
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,
persalinan, nifas dan perinatal.
d. Mendukung Program -program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.

2.3 Prisip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas

Prinsip pelayananasuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut .


1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu Kesehatan
masyarakat ,social ,psikologi ,ilmu kebidanan dan lain -lain yang
mendukung peran bidan dikomunitas
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusian klien .
3. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,
jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah
balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan.
Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1
kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian,
kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
5. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.
Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja
yang menjadi tanggung jawabnya.
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas meliputi
kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga, dan
masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai mana tradisi yang baik
dan membahayakan, budaya yang sensitif gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat
yang adil gender dan tidak, dan hukum serta norma yang ternyata masih melanggar
hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus mampu bertindak profesional dalam
bentuk:
1. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas
kemanusiaan sebagai bidan.
2. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative (tidak
membeda-bedakan), dan memenuhi standar prosedur kepada semua klien
(perempuan,laki-laki,transgender).
2.4 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas

Pelayanan / asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area praktik


bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga, maupun
masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan nilai-nilai
masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan
keluarganya. Dalam praktiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dikenal dengan proses / manajemen kebidanan. Langkah / proses manajemen
kebidanan meliputi hal berikut ini.
1. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data yang
relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan setiap klien
termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang teliti.
2. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar.
Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan rencana untuk
mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka. Contoh : hasil pemeriksaan Ibu
hamil didapatkan konjungtiva pucat dan pemeriksaan laboratorium penunjang
hasil haemoglobin rendah di bawah normal. Maka ibu dinyatakan diagnosa hamil
dengan anemia.
3. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien. Contoh: Ibu hamil dengan
anemia, maka rencana yang paling tepat adalah memberikan tablet zat besi untuk
meningkatkan kadar haemoglobin.
4. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil
keputusan untuk kesehatannya. Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait
dengan kondisi kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien dapat mengikuti
anjuran dari bidan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
5. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien. Setiap rencana yang akan
dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa apa yang diberikan
merupakan kebutuhanya.
Contoh: ibu hamil yang anemia perlu penambah zat besi untuk kesehatan ibu dan
janin Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai
berikut.
a. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan langkah promotif
dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan balita dilakukan
pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
b. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat
dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan diharapkan
mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui keterampilan
tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan
neonatal sehingga dalam proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan bidan
melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan meminimalisir intervensi yang
berlebihan sesuai dengan kondisi klien
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan bekerjasama
dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk mengobservasi kemajuan
kesehatan klien. Sebagai contoh adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi
pada klien dengan tindakan persalinan caesar.
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,
kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan individu ke
lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa stigma
masyarakat perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan (KTD), kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan injecting drug
user (IDU).
2.5 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat persuasif


dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
perilaku, dan kemampuan masayarakat dalam menemukan, merencanakan dan
memecahkan masalah menggunakan sumber daya/potensi yang mereka miliki,
termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan
hidup di masyarakat. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan menghasilakn
kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada dalam
keluarganya, kemudian mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa bantuan pihak lain.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di
bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga adalah pendekatan
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Artinya bahwa harus ada komunikasi
antara bidan dengan masyarakat, kemudian melalui komunikasi pula bidan
memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan. Strategi pemberdayaan
masyarakat dan pemberdayaan perempuan diantaranya dapat ditempuh dengan
langkah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
2. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah.
3. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan.
4. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai
dengan kultur budaya masyarakat setempat.
5. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara
terbuka (transparan).
2.6 Sasaran Kebidanan Komunitas

Pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui pelayanan


asuhan secara langsung terhadap individu, keluarga, dan kelompok dalam konteks
komunitas. Selain itu juga diperlukan perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masayarakat
memepengaruhi keluarga, individu dan kelompok. Sasaran kebidanan komunitas
adalah mulai dari individu, keluarga, kelompok dan masayarakat.
1. Individu diutamakan pada individu yang ditemukan di klinik, rumah dan tempat
lain dengan masalah kesehatan.
2. Keluarga, dengan mengutamakan keluarga dengan risiko tinggi terhadap masalah
kesehatan tertentu.
3. Kelompok penduduk, diutamakan pada kelompok penduduk daerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu
hamil dll.
4. Masyarakat, yaitu dari satuan masyarakat yang terkecil sampai dengan
masayarakat secara keseluruhan. Strategi intervensi kebidanan komunitas yaitu
proses kelompok, pendidikan kesehatan, dan kerja sama (kemitraan).
Kebidanan komunitas merupkan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang berfokus
pada kebutuhan dasar komunitas. Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
kerjasama dengan masyarakat adalah dengan cara sebagai berikut.
1. Mengorganisir masyarakat. Dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh
masyarakat, kunjungan atau tatap muka untuk menjelaskan maksud dan tujuan
dilakukan kegiatan asuhan komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Mengajar masyarakat seperti perilaku hidup sehat. Sebagai bidan yang berperan
sebagi pendidik, seyogyanya menerapkan tindakan preventif dan promotif, salah
satunya adalah bagaimana menginformasikan perilaku hidup sehat pada individu
maupun kelompok. Sebagai contoh adalah memberikan penyuluhan tentang
pentingnya cuci tangan sebelum makan.
3. Membentuk jaringan kerja. Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas antara lain
Puskesmas, Polindes, Posyandu, BPM, dasawisma, kunjungan rumah pasien
(Syahlan, 1996). Di masyarakat banyak tenaga kesehatan maupun non kesehatan,
seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, dukun beranak, kader kesehatan,
perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll. Untuk itu bekerjasama dalam tim
menjadi sangat penting. Dengan demikian bidan sebagai pimpinan tim diharapkan
mampu sebagai pengelola dan sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di
komunitas, sehimgga diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor.
Tujuannya adalah meningkatkan koordinasi dan komunikasi serta meningkatkan
kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan dan
memaksimalkan manfaat semua pihak. Jaringan kerjasama yang dilaksanakan di
dalam satu instansi misalnya imunisasi, pemberian tablet FE, vitamin A,
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan sebagainya. Sedangkan kerjasama
lintas sektor (yang melibatkan intitusi luar) misalnya melalui BIAS (Bulan
Imunisasi Anak Sekolah), PAUD dan sebagainya.
4. Memberdayakan pihak lain. Pemberdayaan pihak lain adalah pemanfaatan fasilitas
dan potensi yang ada di masyarakat untuk diberdayakan, seperti potensi sumber
daya alam, potensi desa, dan sumber daya manusia atau kader kesehatan.
Contohnya adalah bila di suatu desa ditemukan lahan industri maka pabrik atau
instansi terkait terlibat untuk memberikan fasilitas kesehatan yang sifatnya umum
yaitu didirikan tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) bagi warga yang tidak memiliki
sumber air bersih dan pembuangan hajat di rumahnya.
5. Membicarakan masalah secara terbuka. Melakukan dialog terbuka atau pertemuan
secara formal kepada tokoh masyarakat untuk menyampikan hasil pendataan
tentang status kesehatan berdasarkan data primer atau data seukunder. Hal ini
bertujuan agar masyarakat dan tokoh terkait mau tahu dan mampu mengatasi
masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong. Contohnya adalah hasil
pendataan tentang masih banyaknya remaja yang putus sekolah pada usia sekolah.
2.7 Tugas Utama Bidan Di Komunitas

Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah pelayanan


tersendiri sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang lain. Peran, fungsi,
tugas/tanggung jawab, dan kompetensi bidan dirumuskan sesuai dengan wewenang
yang diberikan pemerintah kepada bidan dalam melaksanakan tugasnya. Asuhan
mendasar kebidanan komunitas mencakup pencegahan, deteksi dini untuk rujukan,
asuhan kegawatdaruratan, maternal dan neonatal, pertolongan pertama pada penyakit,
pengobatan ringan, asuhan pada kondisi kronik, dan pendidikan kesehatan. Untuk
menangani hal tersebut maka bidan perlu melaksanakan kegiatan seseuai dengan
kewenangannya dalam menjalankan praktik mandiri. Bidan mempunyai peran,
fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan asuhan kebidanan
komunitas.
1. Peran Bidan Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan
(promosi kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan pendekatan siklus kehidupan,
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk mengatasi masalah
kesehatan yang ada di komunitas serta melakukan rujukan kebidanan bila mana
ada kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan demikian, bidan
dituntut harus kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan. Dalam upaya
pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan reproduksi ibu dan anak, maka
bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti (IBI,
2005).
a. Peran sebagai Pelaksana Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan
kebidanan kepada wanita dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir, nifas, neoantus, bayi anak dan balita, remaja, masa
antara, keluarga berencana dan lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga
kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan
1. Tugas Mandiri Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal berikut ini.
a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan.
b) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan
mereka sebagai klien. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan
bersama klien.
c) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien / keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana.
h) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi
dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause.
i) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga
dan pelaporan asuhan.
2. Tugas Kolaborasi Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
c) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
d) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko
tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi
serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga.
3. Tugas ketergantungan Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
b) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus
kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan.
c) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
d) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam
masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan klien/keluarga.
b. Peran sebagai Pengelola Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas
pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerjanya.
2) Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan
program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta
tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah
kerjanya.
c. Peran sebagai Pendidik Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu:
1) Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
2) Melatih dan membimbing kader.
d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator Bidan melakukan investigasi atau penelitian
terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, yaitu:
1) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
2) Menyusun rencana kerja pelatihan.
3) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
5) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
6) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program
kerja atau pelayanan kesehatan.
2. Fungsi Bidan Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan
peranannya. Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi
bidan adalah sebagai berikut.
a. Fungsi Pelaksana Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai
berikut.
1) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta
masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
2) Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan
dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3) Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
5) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6) Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
7) Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
8) Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
9) Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan
menopause sesuai dengan wewenangnya.
b. Fungsi Pengelola Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,
keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
2) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit
kerjanya.
3) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait
dengan pelayanan kebidanan.
5) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
c. Fungsi Pendidik Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1) Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat
terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga
berencana.
2) Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan
bidang tanggung jawab bidan.
3) Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat.
4) Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
d. Fungsi Peneliti Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut.
1) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan
sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

3. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat


melaksanakan kegiatan praktik mandiri. Peran bidan di sini sebagai pengelola
kegiatan kebidanan di unit kesehatan ibu dan anak, puskesmas, polindes, posyandu,
klinik, dan praktik bidan perorangan. Bidan di komunitas harus mengenal kondisi
kesehaan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komunitas
dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Bidan harus tetap tanggap terhadap perubahan tersebut. Keterampilan
tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di komunitas adalah:
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.

b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader kesehatan.

c. Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi.

d. Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan kewenangannya.

e. Menggunakan teknologi tepat guna.

2.8 Definisi Dan Tujuan Analisis Situasi Kesehatan

Analisis situasi merupakan proses sistematis untuk melihat fakta, data atau
kondisi yang ada dalam suatu lingkup wilayah. Wilayah ini berisikan orang, lokasi
dan dimensi waktu. Artinya dalam setiap proses analisis situasi selalu mendasarkan
pada ketiga hal tersebut yaitu siapa, dimana, dan kapan. Analisis situasi ini
dimaksudkan untuk melihat fakta atau data itu bermasalah atau tidak, artinya dengan
analisis situasi dapat ditemukan masalah kesehatan, dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya baik konteks geografis, demografis, sosial, budaya, ekonomi,
bahkan politik. Tujuannya guna mengidentifikasi dan memahami masalah – masalah
ataupun kebutuhan – kebutuhan komunitas. Tujuan dari analisis situasi kesehatan
adalah sebagai berikut.
1. Memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik yang ada di wilayah
dengan mengumpulkan data, menggali permasalahan kesehatan baik terkait
denagn konteks geografis, demografis, sosial, budaya dan ekononomi bahkan
politik.
2. Mempermudah untuk mengidetifkasi dan memahami masalah ataupun kebutuhan
dikomunitas sehingga dapat menentukan prioritas dalam menyelsaikan masalah.
3. Mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah.

2.9 Variabel Dalam Analisis Situasi Kesehatan

Pada analisis situasi kesehatan ada sejumlah variabel standar yang harus
diperhatikan yaitu sebagai berikut.
1. Status kesehatan Analisis Status kesehatan akan menghasilkan ukuran-ukuran
status kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok umur
penduduk, serta menurut tempat dan waktu. Ukuran yang digunakan adalah angka
kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas). Analisis situasi kesehatan
antara lain meliputi penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk, penyakit
yang banyak diderita oleh bayi, jumlah dan penyebab kematian penduduk, jumlah
dan penyebab kematian ibu, bayi dan jumlah berat lahir rendah (BBLR), jumlah
balita gizi buruk, jumlah ibu hamil dengan komplikasi dan penyebab komplikasi
serta jumlah ibu hamil yang anemia.
2. Kependudukan Analisis kependudukan mencakup jumlah penduduk, struktur
umur, jenis kelamin, mobilitas, pekerjaan, jumlah kepala keluarga (KK), jumlah
wanita usia subur (WUS) dan pertumbuhan penduduk, mata pencaharian
penduduk, agama mayoritras yang dianut, ratarata usia menikah pertama kali,
mobilitas penduduk, organisasi kemasyarakatan yang ada dan cara penduduk
menjaga ketersediaan sumber pangan. Di desa, data tersebut dapat dilihat di kantor
desa berupa monografi desa, hanya saja perlu di telusuri lagi, karena akurasi dan
kekinian datanya sering tidak valid. Pada informasi penduduk rentan, desa
biasanya tidak punya, maka perlu
dibuat sendiri atau bersama-sama dengan desa mendata warga yang masuk dalam
kategori rentan.
3. Pelayanan/upaya kesehatan Analisis pelayanan kesehatan atau upaya kesehatan
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Analisis ini
menghasilkan data atau informasi tentang input, proses, output dan dampak dari
pelayanan kesehatan. Misalnya untuk mengetahui akses dan pemanfaatan rumah
tangga terhadap sarana pelayanan kesehatan RS, puskesmas, puskesmas pembantu,
dokter praktik, bidan praktik, dan pelayan kesehatan UKBM yaitu posyandu,
poskesdes, dan polindes/bidan di desa, jumlah dukun bayi yang terlatih dan tidak
terlatih, jenis pelayanan kesehatan khusus bagi remaja, ibu hamil, lanjut usia dan
lain-lain, serta cara menjangkau fasilitas kesehatan (jarak, waktu, tempuh, jenis
transportasi, biaya transportasi dan kondisi jalan).
4. Perilaku kesehatan Perilaku kesehatan adalah salah satu faktor determinan pada
derajat kesehatan. Perilaku ini meliputi seluruh perilaku seseorang atau masyarakat
yang dapat memberi akibat pada kesehatan, kesakitan atau kematian. Perilaku ini
sangat banyak dipengaruhi oleh pengetahuan, kepercayaan dan kebiasaan yang
dimiliki dan kemungkinannya berpengaruh pada kesehatan atau kesakitan
tubuhnya. Ada beberapa elemen yang dapat dijelaskan di bawah ini untuk melihat
perilaku yang berakibat pada derajat kesehatan seseorang atau masyarakat. Gaya
hidup yang berkait dengan kesehatan biasanya juga bisa ditujukan pada pola
makan dan input yang masuk melalui mulut. Sedangkan di sisi lain ada faktor yang
perilaku yang berpangaruh pada kejiwaaan, sehingga memunculkan stress dan
akhirnya gangguan fisik. Sebagai contoh keberadaan perilaku kawin cerai di
Lombok, biasanya istri ditinggalkan begitu saja ketika sedang hamil dan saat
melahirkan. Ini menimbulkan kejiwaaan yang dapat berpengaruh pada kondisi ibu
hamil dan melahirkan, risiko meninggal sangat memungkinkan. Kebiasaan lain
yang berpengaruh pada kesehatan misalnya adalah pola konsumsi lemak
berlebihan, konsumsi rokok, alkohol, zat aditif (Narkoba) dan perilaku seks yang
tidak aman. Selain itu pola pencarian
pengobatan juga memberikan gambaran kebiasaan masyarakat kemana mereka
memilih mencari obat atau pengobatan. Seringkali pertimbangan ini dipengaruhi
oleh kebiasaan masyarakat setempat, misalnya ke Puskesmas, atau ke mantri
kesehatan. Ketika mereka memilih, ada keterbatasan-keterbatasan sehingga pilihan
yang dijatuhkan menyesuaikan kemampuan yang mereka miliki. Keterbatasan
tersebut dapat berupa terbatas dalam memahami sakit, terbatas dalam keuangan,
terbatas pada informasi tempat layanan kesehatan, begitu juga dengan kendala
geografis dan sulitnya akses yang tersedia. Dari keterangan di atas bahwa analisis
perilaku kesehatan dapat memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan yang
meliuti gaya hidup remaja, adat, kepercayaan, norma, maupun tradisi yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan, perilaku sehat dan hiegienis serta perilaku penduduk dalam pencarian
pengobatan.
5. Lingkungan Lingkungan merupakan keadaan fisik yang berada di luar kita, yang
memiliki interaksi dengan manusia baik disengaja maupun tidak disengaja.
Interaksi timbal balik ini seringkali memberi konsekuensi yang berakibat pada
kesakitan seseorang atau masyarakat. Analisis lingkungan mencakup aspek fisik,
biologis dan sosial. Analisis ini bertujuan memperoleh informasi tentang keadaan
sanitasi lingkungan di rumah tangga dan komunitas (misalnya air bersih, air
limbah, sampah, penggunaan bahan kimia, ternak/hewan peliharaan, kepemilikan
jamban dalam satu keluarga, jenis jamban yang digunakan, tipe tempat tinggal,
ketersediaann tempat pembuangan limbah rumah tangga, sumber pencemaran di
sekitar rumah) dan ketersediaan sarana transportasi dan telekomunikasi untuk
mengetahui informasi akses masyarakat terhadap air dan penyehatan lingkungan.
Pada lingkungan sering dipakai sebagai media untuk sarang dan hidup suatu
penyebab penyakit, misalnya nyamuk yang membawa penyakit malaria atau
demam berdarah.
Beberapa elemen yang perlu dilihat terkait dengan lingkungan antara lain sebagai
berikut.
a. Air Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada kehidupan. Lalu air
seperti apa yang diperlukan manusia untuk kesehatannnya, yaitu air bersih dan
sehat. Air bersih mutlak diperlukan untuk minum, memasak, mandi dan cuci. Desa
memerlukan air untuk irigasi sawah dan perkebunan. Maka jika saja air bersih dan
sehat tidak dapat ditemukan akan berakibat pada timbulnya penyakit, seperti diare.
Masyarakat dalam mengkomsumsi air bermacam-macam mulai dari air sungai, air
tuk (sumber mata air), telaga, air tadah hujuan, sumur, air dalam kemasan, pompa,
PDAM dan lain-lain.
b. Tempat Buang Air Besar Tempat pembuangan air besar juga menjadi masalah
ketika tempat yang digunakan tidak memenuhi kesehatan. Jamban merupakan
bentuk umum dari standar pembuangan air besar yang sehat. Bidan perlu
mengetahui, sarana yang digunakan untuk buang air besar di masing-masing
kepala keluarga. Contoh tempat pembuangan air besar antara lain yaitu septic tank,
lobang tanah, kolam, ladang terbuka, sungai, dan danau/telaga.
c. Lantai Rumah Lantai rumah berupa tanah merupakan indikator kurang sehat, sebab
lantai rumah dari tanah memiliki risiko terkena penyakit ISPA dan diare. Data
tentang lantai rumah menjadi penting untuk memberi gambaran rencana kegitan
dan juga memberi gambaran kondisi kemiskinan warga. Namun demikian ada
beberapa masyarakat yang memandang lantai rumah merupakan bentuk budaya,
yang mereka anggap cocok dengan kondisi lingkungan setempat. Contoh beberapa
jenis lantai rumah yang di gunakan di masing – masing rumah tangga yaitu
marmer, ubin/tegel, semen, kayu, bambu, tanah atau batu.
d. Sampah Sampah merupakan produk sisa dari suatu proses produksi yang setiap
hari dihasilkan baik di rumah tangga, pabrik, pasar, kandang dan lain-lain. Jenis
sampah ini yang perlu diketahui, apa yang diakibatkannya jika sampah tidak
dikelola dengan baik. Jika pengelolaan tidak baik akan berpengaruh pada penyakit
ISPA dan juga diare. Dengan mengenali jenis sampah, jumlah yang dihasilkan
maka akan
memudahkan melakukan penyelesaian berkait dengan sampah. Beberapa jenis
sampah dan sumbernya antara lain sebagai berikut.
1) Sampah organik, yaitu sampah yang berasal dari limbah rumah tangga, kandang
ternak, pasar dan lain-lain.
2) Sampah non organik, yaitu sampah yang berasal dari pasar, rumah tangga,
industri pabrik.
3) Sampah kimia/ beracun yaitu sampah yang berasal dari industri tambang.

2.10 Analisis Sosial (ANSOS)

Analisis ini merupakan salah satu metodologi yang dikembangkan untuk


mengetahui dan mendalami realita sosial dengan menggali hubunganhubungan
historis dan strukturalnya, keterkaitan dengan analisis situasi kesehatan namun yang
membedakan antara analisis sosial dengan analisi situasi tidak perlu, yang penting
adalah saling melengkapi.
Dalam analisis situasi ada semacam tradisi dalam ilmu kesehatan, dimana
analisis ini berkaitan dengan relasi antara independent dengan dependen (antara
faktor determinan dengan derajat kesehatan). Ada ukuranukuran kuantitatif yang
jelas, akurat, seperti tertuang dalam indikator, target, relasi statistik. Sedangkan pada
analisis sosial lebih kepada memberikan gambaran yang jelas (deskripsi) tentang
makna yang ditangkap dari suatu fakta sosial. Tidak menggunakan ukuran kuantitatif,
yang penting fakta sosial diungkap, dijelaskan sehingga oleh setiap orang dapat
dipakai gambaran dan selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan untuk melangkah
lebih lanjut.
Analisis social merupakan usaha memperoleh gambaran yang lebih lengkap
tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan
strukturalnya. Serangkaian kegiatan membedah suatu masalah dari berbagai sudut
pandang, memetakan situasi yang berhubungan dengan masalah, dan selanjutnya
mengidentifikasi dasar-dasar penyelesaian masalah (Chambers, 1996). Gambaran ini
bisa digali dari individu, kelompok dan atau organisasi/lembaga sosial yang dianggap
sebagai masalah di komunitas. Berbagai sumber data diharapkan bisa membantu
memberikan data dan informasi berkenaan dengan situasi dan kondisi masyarakat,
termasuk juga menyampaikan kepentingan, motivasi, sikap dan implikasinya pada
persoalan yang ada di masyarakat.
Sebelum masuk pada konsep analisis sosial, perlu dijelaskan tentang analisis
situasi. Dalam pendekatan analisis situasi sebenarnya sudah menyinggung
permasalahanpermasalahan sosial, terutama pada perilaku sebagai faktor determinan
derajat kesehatan. Seperti konsep sehat (health believe) sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan atau budaya yang berkembang di masyarakat. Seorang ibu akan
memutuskan melahirkan anaknya di Puskesmas memerlukan proses yang panjang
tapi bisa juga pendek. Ada faktor kebiasaan, sehingga dengan mudah diputuskan,
tetapi ada faktor lain seperti kepercayaan, keputusan ada di tangan suami, atau faktor
sosial lain yang sering berpengaruh yang menjadikan lama untuk membuat
keputusan.
Dalam analisis sosial, relasi antara fakta menjadi penting karena setiap fakta
seringkali tidak berdiri sendiri. Misalnya kebiasaan merawat tali pusat bayi dengan
dipopok pakai daun sirih tidaklah berdiri sendiri. Kebiasaan itu didapat dari moyang
mereka, dan keyakinan itu yang menjadikan perilaku semakin mendapat pengesahan.
Dalam kasus ini, relasi yang lain adalah bahwa kenyataan ini bisa juga dilihat
banyaknya tanaman sirih, yang mungkin dihasilkan oleh adanya keputusan bersama
untuk melestarikan tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk obat, dan sangat
mungkin keputusan bersama ini menjadi peraturan desa. Dalam analisis sosial ini,
yang diperlukan adalah kemampuan seseorang dalam menangkap apa yang dimaksud
fakta- fakta sosial, kekayaan sosial dan relasinya.
Untuk itu dalam melakukan analisis sosial Anda perlu ketahui elemen-elemen berikut
ini.
1. Jumlah penduduk/KK.
2. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur.
3. Mata pencaharian termasuk pembagian kerja antara lelaki dengan perempuan
4. Jumlah dusun, RT/RW.
5. Agama dan keyakinan.
6. Lembaga Desa (seperti Pamong Desa, Badan Perwakilan Desa, Dukuh).
7. Sarana kesehatan yang tersedia seperti Polindes, Posyandu, Bidan, Mantri
Kesehatan, Dokter, Dukun.
8. Perkumpulan ibu-ibu, bapak-bapak, remaja.
9. Iuran pembangunan daerah (IPEDA).
10. Kegiatan ronda malam.
11. Program kebersihan lingkungan desa.
12. Ritual upacara adat (mitoni, tetes, sunat, jagong bayi dan lain-lain).
13. Konsep sehat sakit.
14. Pengertian KB, Aborsi, Kesehatan alat reproduksi.
15. Program kesehatan (Posyandu Balita, Usila).

Jadi, analisis sosial berfungsi untuk mengindentifikasi persoalanpersoalan kesehatan di


komunitas, mencari akar masalah, dan mencari solusi yang tepat.

2.11 Masalah yang di angkat

a. Imunisasi Program

Imunisasi Program adalah Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang


sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat di cegah dengan Imunisasi
.Imunisasi Program terdiri atas Imunisasi rutin lengkap .Imunisasi tambahan
(lanjutan) dan imunisasi khusus. Menteri dapat menetapkan jenis imunisasi
Program selain yang di atur dalam peraturan Menteri ini dengan
mempertimbangkan rekomendasi dari Komite Penasehat Ahli Imunisasi
Nasional (Indonesia Technical Advisory Group on Immunization). Introduksi
Imunisasi baru kedalam Imunisasi program dapat di awali dengan kampanye
atau demonstrasi program di lokasi terpilih sesuai dengan epidemiologi
penyakit
.Imunisasi di berikan pada sasaran yang sehat untuk itu sebelum di berikan
Imunisasi di perlukan skrining untuk menilai kondisi sasaran.
Prosedur skrining sasaran meliputi : 1. Kondisi sasaran
2. Jenis dan manfaat Vaksin yang diberikan
3. Akibat bila tidak di Imunisasi
4. Kemungkinan KIPI dan Upaya yang harus
dilakukan
5. Jadwal Imunisasi berikutnya

2.12 Imunisasi Rutin Lengkap

a. Imunisasi Dasar

Imunisasi yang di berikan dari bayi lahir sampai usia 1 tahun sesuai jadwal yang
sudah ditentukan, PERMENKES RI.2017
Tabel 1.Jadwal Pemberian Imunisasi
Umur Jenis Interval Minimal
untuk jenis Imunisasi
yang sama

0-24 jam Hepatitis B

1 Bulan BCG,Polio 1

2 Bulan DPTHB-Hib1,Polio 2 1 Bulan

3 Bulan DPTHB-Hib2,Polio 3 1 Bulan

4 Bulan DPTHB-Hib3,Polio 4,IPV 1 Bulan

9 Bulan Campak Rubella

b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin
terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta ,anak usia sekolah dan
Wanita usia subur (wus) termasuk ibu hamil .

Tabel 2.Jadwal Imunisasi Lanjutan pada anak baduta


Umur Jenis Imunisasi Interval Minimal
setelah imunisasi
dasar
18 bulan DPTHB-Hib 12 Bulan dari DPTHB-Hib 3

18 bulan Campak Rubella (MR) 6 Bulan dari dosis pertama


Campak Rubella (MR)
29

BAB III
TINJAUAN KASUS

LAPORAN MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI,BALITA DAN


ANAK USIA SEKOLAH

No.Registrasi:01769508
Tanggal Pengkajian : 24 Juli 2022
Waktu Pengkajian : 14.00 wib
Tempat Pengkajian : Rumah By.A
Pengkajian : Rita Zulherni

PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama anak : By.A
Tanggal : 10 Maret 2022
lahir : 4 bulan
Umur : Laki-laki
Jenis :2
kelamin
Anak ke-
2. Identitas
Orangtua Nama : Ny.L Nama Ayah :
Ibu Tn.A
Umur : 28 Tahun Umur :
Tahun
Agama : Islam Agama :
Islam
Suku : Jawa Suku :
Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan :
SMA
Pekerjaan : Buruh Pekerjaan :
Alamat : RT 11/01 Kelurahan Kebon Buruh
Baru

3. Alasan datang
Ibu mau konsultasi tentang Imunisasi bayi
4. Keluhan utama
Ibu mengatakan anak nya baru di Imunisasi pada waktu lahir saja

1. Riwayat kesehatan
a. Tanggal lahir :10 Maret 2022
b. Tempat :Puskesmas
c. Penolong :Bidan
d. Jenis persalinan: Normal

2. Riwayat
pertumbuhan
BB:7,4 kg
PB:66 cm
LK:38 cm

3. Riwayat perkembangan
(belum pernah melakukan kunjungan )

4. Riwayat imunisasi
1.HB0 Tanggal 10 Maret 2022

5. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat
Tidur 10-12 jam sehari

b) Pola aktivitas
Seperti biasa di rumah saja

c) Pola eliminasi
BAK :4-5 kali
sehari BAB: 1 kali
sehari

d) Pola nutrisi
Asi
Eksklusif

e) Pola personal hygiene


.mandi 2 kali sehari
A. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :
Baik
Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Umum
Denyut nadi : 88-90 kali/menit
Frekuensi nafas : 24-28 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 0C

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 7,4 kg
Tinggi badan : 66 cm
IMT :N
Status gizi
a. BB/U : [ ] Gizi buruk; [ ] Gizi kurang; [ v ] Gizi baik; [ ] Gizi
lebih
b. PB atau TB/U : [ ] Sangat pendek; [ ] Pendek; [ v] Normal; [ ] Tinggi
c. BB/PB atau TB: [ ] Sangat kurus; [ ] Kurus; [ v ] Normal; [ ] Gemuk
d. IMT/U : [ ] Sangat kurus; [ ] Kurus; [ v] Normal; [ ] Gemuk; [ ]
Obesitas
Lingkar kepala : 38 cm; [ v] Normal; [ ] Mikrosefali; [ ] Makrosefali

4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Bulat
Mata : konjungtifa normal
Telinga : bersih
Hidung : agak sedikit pesek
Mulut : bersih
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer
Dada : Normal
Abdomen : Tidak ada
pembesaran Ekstremitas Atas : Normal
Ekstremitas Bawah: Normal
Anogenitalia :
Normal

5. Skrining Perkembangan Anak


e. KPSP : Formulir usia 4 bulan ; Skor :9
Perkembangan anak
❑ Sesuai (v)
❑ Meragukan:
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
❑ Penyimpangan
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
f. TDD : Formulir usia _:_4 bulan_; Jumlah jawaban TIDAK

Daya dengar(tidak di lakukan)


❑ Normal
❑ Curiga ada gangguan
g. TDL : Baris E terkecil yang masih terlihat mata kanan _; mata
kiri
Daya lihat
❑ Normal(tidak di lakukan)
❑ Curiga ada gangguan
h. KMME : Jumlah jawaban YA
Mental emosional
❑ Normal(tidak di lakukan)
❑ Curiga ada gangguan

6. Pemeriksaan atas indikasi


a. M-CHAT :
❑ Risiko tinggi autis
❑ Risiko rendah autis
❑ Gangguan lain
b. GPPH :
❑ Kemungkinan GPPH
❑ Bukan GPPH

7. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang

B. Analisis Data

By.A. usia :4 Bulan,Belum melengkapi Imunisasi Rutin Lengkap


C. Penatalaksanaan
1. Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan pada
By.A,Ny.L setuju dilakukan pemeriksaan
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan vital sign .Memberitahukan bahwa hasil
pemeriksaan dalam batas normal dan By.A dalam keadaan baik .Ny. L sudah
mengerti mengenai hasil pemeriksaan .
3. Memberikan Pertanyaan Terbuka pada Ny.L sebutkan Lima Imunisasi Rutin
lengkap .
4. Menjelaskan mengenai Pentingnya By.A di imunisasi Rutin Lanjutan ,Ny.L
mendengarkan dengan seksama dan mengerti dengan penjelasan yang di
berikan .
5. Menjelaskan macam-macam Imunisasi yang harus diberikan kepada By.A,
Ny.L mendengarkan dengan seksama dan mengerti dengan penjelasan yang
diberikan .
6. Mendiskusikan kunjungan ulang di tanggal 29 Juli 2022i
7. Hasil Evaluasi menunjukan bahwa Ny.L belum mengetahui dan
mengerti tentang Pentingnya Imunisasi diberikan pada By.A ,dan
Ny.L bersedia dilakukan kunjungan ulang
8. Melakukan Pendokumentasian
3.2 Kunjungan Keluarga Binaan Hari ke 2 di lakukan tanggal 29 Juli 2022 pukul : 13.00
wib .

A.Data Subjektif :
Ibu mengatakan bersedia By.A di
Imunisasi

B.Data Objektif :
K/U Bayi baik ,kesadaran
composmentis S: 36,5 C, RR:26x/m
C.Analisa Data
By.A Usia 4 bulan bersedia untuk di Imunisasi.

D.Penatalaksanaan:
1. Melakukan informed consent untuk di lakukan Imunisasi
2. Memberi tahu Ny.L bahwa hasil pemeriksaan By.A dalam keadaan baik
3. Melakukan pendekatan pada Ny.L agar merasa nyaman saat diberikan edukasi
mengenai Lima Imunisasi Rutin Lengkap ,Ny.L mengerti dengan penjelasan yang di
berikan .
4. Memberitakan edukasi kepada Ny.L efek setelah diberikan
Imunisasi ,Ny.L mengerti dengan penjelasan yang diberikan .
5. Mendiskusikan kunjungan ulang di tanggal 30 Juli 2022 untuk mengevaluasi
mengenai pengetahuan Ny.L tentang edukasi yang diberikan .
6. Hasil evaluasi yaitu Ny.L
mengerti dan bersedia By.A untuk
di berikan imunisasi .
7. Melakukan
Pendokumentasian
3.3. Kunjungan Keluarga Binaan Hari ke 3 dilakukan tanggal 30 Juli 2022

pukul :13.00
A. Data Sabjektif : Ibu mengatakan ,By.A akan melengkapi Imunisasi
yang tertinggal
B. Data Objektif : K/U bayi : baik ,kesadaran composmentis ,S: 36,8C,
RR:28x/menit
C. Analisa data : By.A Usia 4 bulan dengan Imunisasi BCG,Polio1 dan DPTHB-
HIb 1
D.Penatalaksanaan:

1. Melakukan informed consent untuk dilakukan Imunisasi


2. Memberi tahu Ny.L imunisasi yang diberikan pada By.A aman dan kondisi By.A
masih dalam kondisi baik
3. Memberitahu Ny.L indikasi dan kontraindikasi setelah By.A diberikan
Imunisasi ,Ny .L mengerti penjelasan yang diberikan ..
4. Memberi tahu ibu apabila demam tidak turun berikan obat demam sesuai
dengan anjuran dokter,Ny.L mengerti dan akan melaksanakan ajuran dari Bidan

5. Hasil evaluasi By.A sudah diberikan Imunisasi dan bersedia datang kembali 1
bulan lagi ke Fasilitas Kesehatan untuk melanjutkan Imunisasi berikutnya
6. Melakukan pendokumentasian.
36

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini mahasiswa akan membandingkan praktik dengan teori


belajar dilapangan di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Kota Jakarta Selatan
khususnya pada By.A

Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil pendataan dan


tabulasi data ,telah dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah bersama dengan
Ny.L sesuai dengan prioritas masalah.

Kunjungan rumah yang di lakukan kepada keluarga binaan Bayi. A Yang pada
waktu pendataan di temukan belum di berikan Imunisasi .Pada saat pendataan umur
bayi 4 bulan di lakukan pemeriksaan bayi sehat pertumbuhan dan perkembangan
susuai dengan usia bayi BB:7,3 kg.PB:66 cm,LK:38 cm ,Asuhan Kebidanan yang di
berikan pada By.A tentang Imunisasi Rutin Lengkap

4.1.Pengkajian Data Subjektif

Data subjektif diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada Ny.L Data
subjektif di peroleh dari hasil pengkajian terhadap By.A teknik wawancara
keluarga ,konsultasi dan tenaga kesehatan lainnya .Data iniberupa keluhan atau
persepsi subjektif pasien terhadap status kesehatannya .Data subjektif ini di peroleh
dengan anamnesa terhadap klien .Penulis melakukan pengkajian data subjektif pada
By.A berdasarkan proses pengkajian data subjektif didapat dari By.A dan Ny.L belum
mengetahui tentang pentingnya imunisasi untuk By.A .Berdasarkan teori pengetahuan
menurut Dewi M (2012) Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga .Dengan diberikannya edukasi ,Ny.L telah
berada di tingkat evaluasi .yaitu mampu mengaplikasikan ilmu yang diberikan .Dengan
demikian penulis telah melakukan pengumpulan data subjektif dengan metode yang
sesuai dengan teori ,maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik
.

4.2.Pengkajian Data Objektif


Data objektif diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada By.A sesuai yang
ditemukan oleh Dinarti& Yuli (2017) .Data objektif adalah data yang didapat dari
pengamatan ,observasi ,pengukuran atau pemeriksaan fisik dengan beberapa
metode ,minsalnya frekuensi nadi ,pernafasan ,tekanan darah ,edema ,berat badan
tingkat kesadaran .Penulis melakukan pemeriksaan fisik melalui observasi secara
langsung pada By.A dan ditemukan bahwa tanda-tanda vital dan status gizi dalam
keadaan baik .Penulis melakukan asuhan pada tanggal 24 Juli 2022 Penulis melakukan
wawancara. Dengan demikian penulis melakukan pengumpulan data objektif
menggunakan metode yang sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dengan praktik .

4.3.Perumusan Diagnosa

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif ,langkah berikutnya yaitu
menganalisa data yaitu menentukan masalah kesehatan yang dialami By.A umur 4
bulan. Sebelum dilakukan pengkajian tidak diketahui tingkat pengetahuan Ny.L
mengenai Pentingnya melengkapi Imunisasi Rutin Lengkap .

.
37

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan komunitas pada By.A mahasiswa


kebidanan Universitas Indonesia Maju (UIMA) di RT 01-011 RW 01 Kelurahan
Kebon Baru Kecamatan Tebet Kota Jakarta Selatan dapat diambil kesimpulan bahwa
masalah kesehatan yang di temukan waktu melakukan pendataan di RT 011 RW 01 :
Masih ada bayi usia 4 bulan belum di lakukan Imunisasi dasar .Dari masalah yang di
temukan maka didapat alternatif pemecahan masalah dengan melakukan kunjungan
rumah ,melakukan pendekatan dan memberikan informasi dengan melakukan
konseling imunisasi secara wawancara dengan memakai buku KIA dan liflet
Imunisasi.
Imunisasi adalah Suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat
terjangkit dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan .
Asuhan pada bayi usia 4 bulan ,jenis kelamin laki-laki ,BB:7,3 kg,PB:66 cm ,LK
:38 cm yang di lanjutkan dengan asuhan kepada bayi adalah memberikan konseling
Imunisasi .

5.2 SARAN

1 Bagi Keluarga Binaan

Diharapkan keluarga dapat mengetahui tentang pentingnya Imunisasi untuk bayi


dan anak balita .

2 Bagi Lahan Praktik

Sebagai bahan masukan bagi lahan praktik agar dapat meningkatkan edukasi dan
dapat memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat secara meny
3 Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan setelah kegiatan praktik komunitas ini berakhir dapat menjadi
evaluasi untuk praktek komunitas selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mey elisa Safitri ,SKM ,M.Kes &Elvi ra Liesmayani ,S.Si.T,.M.Keb .


2. Buku Ajar Konsep Kebidanan .PT.Nasya Expanding Management (NEM): Pekalongan
Yona Septina &Tia Srimulyawati, 2020. Pengantar Praktik Ilmu Kebidanan. Linda Bestari :
Bogor
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia .Praktik Kebidanan Komunitas BPPSDM.Jakarta
;2018
4. Dwi Ayuni ,E.2018 .Asuhan Kebidanan Komunitas. Kementrian Kesehatan Republik,
Indonesia,
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2018/AsuhanKebidananKomu
nitas SC.pdf
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI no.12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
6. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi ,Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
,Kementrian Kesehatan RI,2016
7. Khairani P:Situasi Stunting di Indonesia Topik Terkait Topik Utama
8. Khairani.Situasi Stunting di Indonesia .Jendela data dan Inf Kesehatan
(Internet ).2020:,208(5):1-34.Available from;https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/buletin/buletin-Situasi-Stunting-di Indonesia _opt.pdf
9. Ambar ,Eny .Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogjakarta: 2016
10. Wiknjosastro,H.,2012,Ilmu Kebidanan Edisi ke -4. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,Jakarta .
11. Departemen Kesehatan Tahap Perkembangan Balita,dan Profil kesehatan RI.2016
12. Buku Wiyono ,S.Sudarsono .Atmadja ,DG.Filsafat Ilmu .Malang :Madani;2014
13. Buku Wan Nuku Ajar Onkologi Klinis.Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
; 2013
14. Buku Widyastuti ,Y.Rahmawati ,A. Purmaningrum,YE.Kesehatan
Reproduksi .Yogyakarta: 2013
15. Departemen Kesehatan Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar .Jakarta Departemen Kesehatan Republik
Indonesia ; 2012
LAMPIRAN

Surat Persetujuan Orang Tua /Wali atas vaksin terhadap anak

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap :………………………
Usia :………………………
Jenis Kelamin :………………………
Alamat :………………………..
No.NIK / register :……………………..

Dalam hal ini bertindak sebagai Orang Tua /wali


dari : Nama Lengkap :……………………….
Tanggal Lahir :………………………….
Jenis Kelamin :…………………………
Alamat :………………………..

Dengan ini menyatakan Bahwa :


1. Saya memberikan PERSETUJUAN untuk di lakukan Imunisasi kepada
anak saya
2. Saya telah memahami Informasi dan penjelasan yang telah di sampaikan
oleh dokter/perawat /bidan /tenaga medis lainnya
Demikian persetujuan ini saya berikan sesungguhnya dengan penuh kesadaran dan tampa
paksaan dari pihak manapun
Jakarta ,Juli 2022

(orang tua bayi A)


BUKTI DOKUMENTASI

Video dan photo-photo selama pengambilan kasus

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3

VID-20220803-WA0
003.mp4
(untuk membuka video klik 2x)
SATUAN ACARA KEGIATAN KELUARGA BINAAN By.A BELUM
MELENGKAPI IMUNISASI RUTIN LENGKAP DI RT 11 RW 01
KELURAHAN KEBON BESAR KECAMATAN

TEBET JAKARTA SELATAN TAHUN 2022

Praktik Komunitas

Oleh:

NAMA : Rita Zulherni


NPM 07210200032

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
SATUAN ACARA KEGIATAN

TEMA : ASUHAN KEBIDANAN PADA


BY.A BELUM MELENGKAPI
IMUNISASI RUTIN LENGKAP

SASARAN : By .A

MATERI POKOK : KONSELING IMUNISASI RUTIN


LENGKAP

WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT

TEMPAT : RUMAH BY.A

PELAKSANA : RITA ZULHERNI

A. Tujuan Instruksional

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan keseling ibu di harapka memahami dan mengetahui
tentang imunisasi untuk bayi dan baduta serta mau membawa anaknya
untuk di imunisasi

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan konseling imunisasi Ny.L diharapkan mampu :

a. Menjelaskan Kembali tentang pengertian tentang imunisasi rutin


lengkap

b. Menjelaskan Kembali keuntungan bagi ibu dan anak kalau di imunisasi.


c. Menjelaskan Kembali macam-macam imunisasi pada bayi dan anak
baduta.

d. Menjelaskan Kembali indikasi dan kontraindikasi setelah di imunisasi

e. Menjelaskan kepada ibu jadwal imunisasi pada bayi dan anak baduta
A. Pelak
sanaa
n

1. Tempat
Rumah pasien

2. Waktu
Sabtu 30 Juli 2022

2 Metode dan Media


2.1 Metode : konseling dan tanya jawab,diskusi

2.2 Media : Job sheet ,daftar tilik,Leaflet


3 Langkah Kegiatan

No Tahap Kegiatan Kegiatan Kegiatan Pasien dan


.
Keluarga
Penyuluhan
Kesehatan
1. Pembukaan (5 1.Mengucapkan salam 1.Mahasiswa
menit) 2.Menyebutkan nama mengucapkan salam
dan asal instansi 2.Mahasiswa
3.Menjelaskan tujuan . memperkenalkan
4.Mengkaji
diri kepada ibu bayi
tingkat pengetahuan ibu dan keluarga .
bayi dan keluarga 3.Mahasiswa
tentang imunisasi menjelaskan
tujuan Konseling
4.Mahasiswa
mengajukan
pertanyaan

tentang
Imunisasi
2. Pembahasan (20 Menjelaskan 1.Mahasiswa
menit tentang
memberikan
Imunisasi
) 2.Memberikan konseling tentang
kesempatan pada ibu
Imunisasi
bayi untuk
menanyakan hal yang 2.Mahasiswa
kurang dimengerti
memberikan
kesempatan
kepada ibu
bayi
untuk
menanyakan hal-
hal
yang kurang jelas
3. Penutup (5 menit) 1. Mengevaluasi tujuan 1.Mahasiswa
konseling Imunisasi melakukan
2. Mengucapk evaluasi
an terimakasih atas tentang
perhatian yang tujuan
diberikan dan konseling Imunisasi
memberikan salam 2.Mahasiswa
penutup mengucapkan
terimakasih kepada
ibu bayi dan
salam
penutup

4 Evaluasi
Sebelum dilakukan asuhan kebidanan pada By.A umur 4 bulan dengan
memberikan konseling dan wawancara tentang Imunisasi Rutin Lengkap pada
bayi dengan menggunakan media leaflet yang dimulai dari pengkajian data
sampai evaluasi maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

a.Ny.L mampu memahami pengertian dari Imunisasi

b.Ny.L mampu memahami manfaat dari Imunisasi

c.Ny.L mampu memahami kapan dan usia berapa By.A diberikan Imunisasi

5 Materi

Imunisasi adalah Suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap sesuatu penyakit sehingga bila suatu saat
terjangkit dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan. Pelayanan Imunisasi dapat diberikan di Posyandu, Puskesmas, Bidan
Praktek Mandiri, Rumah Sakit dan Faskes lainnya. .
6 Daftar Pustaka/Referensi
1. Peraturan Menteri Kesehatan Repuklik Indonesia no.12 Tahun 2017
2. Buku Informasi dan Edukasi Imunisasi Lanjutan Pada Anak Kemenkes R.I (2018)
JOB SHEET

TEMA : IMUNISASI RUTIN LANJUTAN

SASARAN : By.A
MATERI POKOK : KONSELING IMUNISASI RUTIN

WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT


TEMPAT : RUMAH PASIEN

PELAKSANA. : RITA ZULHERNI


PROGRAM STUDI : SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS
INDONESIA MAJU

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA

1. Mahasiswa mampu menyiapkan bahan atau peralatan yang


dibutuhkan tentang Imunisasi Rutin Lengkap dan Lanjutan

2. Mahasiswa mampu melakukan edukasi pemberian Imunisasi Rutin


Lanjutan secara urut dan benar sesuai dengan prosedur yang ada.
B. DASAR TEORI SINGKAT
Imunisasi dapat di lakukan di fasilitas kesehatan yang melayani imunisasi
Imunisasi Program adalah Imunisasi yang di wajibkan kepada seseorang
sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah
dengan Imunisasi .Imunisasi Program terdiri atas Imunisasi Rutin Lengkap

,Imunisasi Tambahan (Lanjutan ) dan Imunisasi Khusus .


C. PETUNJUK

1. Melakukan Informed consent


2. Memberikan Informasi dengan baik dan benar
3. Melakukan Pendokumentasian
4. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik
5. Ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
6. Bekerja secara hati-hati dan teliti
7. Demonstrasikan cara penyuntikan yang aman.
D. KESELAMATAN KERJA

1.Patuhi prosedur pekerjaan


2.Letakkan peralatan pada tempat nya dan terjangkau oleh petugas
3.Berikan Informasi dengan baik dan benar

4.Bertindak dengan lembut dan hati-hati pada saat melakukan


tindakan.
E. PROSEDUR PELAKSANAAN

1.Mempersiapkan pasien dan memberikan edukasi dan demonstrasi tentang


pemberian Imunisasi.
2.Menjaga kenyamanan dan menjaga privacy pasien .

PROSEDUR TINDAKAN
N Langkah dan Key point Ilustrasi gambar
o
1. Sapa klien dengan
ramah dan
perkenalkan diri anda
dan tanyakan
kedatangannya
Key point:
.Mempersilakan ibu
bayi duduk dengan
nyaman dan membina
hubungan baik
2. Melakukan
Pengkajian Key
point:
.Menayakan Informasi

3. Menyiapkan alat dan


bahan secara baik dan
benar
Key point:
.Dekatkan alat dan
bahan
4. .
M
e
m
b
e
r
i
k
a
n

P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

k
o
n
s
e
l
i
n
g
.
M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

p
e
n
g
e
r
t
i
a
n

I
m
u
n
i
s
a
s
i
.
M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

t
e
n
t
a
n
g

m
a
c
a
m
-
m
a
c
a
m

I
m
u
n
i
s
a
s
i
.
M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

t
e
n
t
a
n
g

m
a
n
f
a
a
t

d
a
n

k
e
u
n
t
u
n
g
a
n

I
m
u
n
i
s
a
s
i
.
M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

t
e
n
t
a
n
g

I
n
d
i
k
a
s
i

d
a
n

k
o
n
t
r
a

i
n
d
i
k
a
s
i

I
m
u
n
i
s
a
s
i
.
M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

u
s
i
a

b
e
r
a
p
a

a
j
a
a
n
a
k

d
i
b
e
r
i
k
a
n

i
m
u
n
i
s
a
s
i
5. M
e
l
a
k
u
k
a
n

E
v
a
l
u
a
s
i
h
a
s
i
l

k
o
n
s
e
l
i
n
g

y
a
n
g

s
u
d
a
h

d
i

s
a
m
p
a
i
k
a
n
K
e
y

p
o
i
n
t
:
1
.
M
e
n
a
n
y
a
k
a
n
a
p
a
k
a
h

i
b
u

s
u
d
a
h

m
e
n
g
e
r
t
i

a
p
a

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
i

j
e
l
a
s
k
a
n

2
.
M
e
n
a
n
y
a
k
a
n

a
p
a
k
a
h

a
d
a

y
a
n
g

i
n
g
i
n

d
i

t
a
n
y
a
k
a
n
6. Dokumentasi dan
beritahukan hasilnya
kepada ibu

F. Daftar Pustaka/Referensi

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.12 Tahun 2017

2.Buku Informasi dan Edukasi Imunisasi Lanjutan Pada Anak ,Kemenkes


RI (2018)
DAFTAR TILIK

PENILAIAN
0 Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan belum
sempurna
2 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan
sempurna
Beri tanda ceklist () pada kolom penilaian
N Langkah Kegiatan Penilai
o. an
0 1 2
Persiapan Tempat
1. Menyediakan Tempat yang nyaman v
untuk melakukan konseling
PERSIAPAN ALAT
2 Alat bantu untuk melakukan konseling v
PERSIAPAN PASIEN
3 Sambut ibu bayi dengan ramah v
4 Perkenalkan diri v
5 Persilakan ibu bayi duduk dan ciptakan v
suasanan yang nyaman
6 Jelaskan maksud dan tujuan kunjungan v
PELAKSANAAN KONSELING
7 Menjelaskan Pengertian Imunisasi v
8 Menjelaskan tentang macam-macam Imunisasi v
9 Menjelaskan manfaat dan keuntungan Imunisasi v
10 Menjelaskan Tentang Indikasi dan v
Kontraindikasi Imunisasi
11 Menjelaskan usia berapa aja anak harus v
di Imunisasi
EVALUASI
12 Evaluasi hasil konseling yang sudah di sampaikan

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN


PRAKTEK KLINIK ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn S REMAJA
DENGAN ANEMIA RINGAN RT 01 RW 001
KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN TEBET
TAHUN 2022

Oleh:

NAMA : EKA MEILANI


NPM : 07210200031

PROGAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022

2
LEMBAR PERSETUJUAN 

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN 


PRAKTEK KLINIK ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn S REMAJA
DENGAN ANEMIA RINGAN RT 01 RW 001
KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN TEBET
TAHUN 2022

Disusun oleh :
Eka Meilani

Telah disahkan di
Jakarta, Tanggal 10 Agustus 2022

Disetujui Oleh, 

Menyetujui
Pembimbing Paktik Komunitas

(Maryam Syarah Mardiyah, S.ST.,MKM)

3
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunianya dapat menyelesaikan Laporan Keluarga Binaan
Praktek Klinik Asuhan Kebidanan Pada Nn. S Dengan Anemia Ringan di
RT 01 RW 001 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Tahun 2022 dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Pada Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju.
2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrachman, SH, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas
Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik
Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
8. Retno Sugesti, S.ST., M.Kes., Selaku Koordinator Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju
9. Maryam Syarah Mardiyah, S. ST., MKMsekalu pembimbing praktik Komunitas
10. Ernita Prima Noviyani, S.ST, M.Kes selaku Penguji praktik Komunitas
11. Nurainih, S. ST, Bdn, M.Kes, SH, MH.Kes selaku CI lahan praktik Kumunitas
12. Seluruh dosen Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Indonesia Maju yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya selama duduk di bangku kuliah.

4
13. Terima kasih kepada orang tua saya, suami dan anak-anak yang tidak henti-
hentinya mendoakan, mendukung, memberikan nasihat, semangat serta motivasi
dalam penyusunan penulisan ini.
14. Rekan-rekan seperjuanganku yang saling mendukung dan menyemangati satu sama
lain.

Penulis menyadari bahwa laporan individu Keluarga masih belum sempurna,


tetapi kami telah berusaha dengan kemampuan yang ada untuk menyajikan yang terbaik,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan
laporan ini, Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Jakarta, 29 Juli 2022

5
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.2.1. Tujuan Umum 2
1.3. Manfaat 3
1.3.1. Bagi Keluarga Binaan 3
1.3.2. Bagi Tenaga Kesehatan 3
1.3.3. Bagi Instansi 3
BAB II. TINJAUAN TEORI 5
2.1. Teori atau Konsep Dasar Komunitas 5
2.1.1. Pengertian Komunitas 5
2.2. Konsep Dasar Keluarga 7
2.2.1. Definisi keluarga 7
2.3. Konsep Dasar Keluarga Binaan 8
2.3.1. Pengertian Keluarga Binaan 8
2.4. Pengertian Remaja dan Anemia 10
2.4.1. Remaja 10
2.4.2. Anemia 11
2.4.3. Jenis-Jenis Anemia 12
2.4.4. Penyebab Anemia 14
2.4.5. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia 17

6
BAB III. TINJAUAN KASUS 18
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN ANEMIA RINGAN 18
3.1. Kunjungan Keluarga binaan ke-1 dilakukan pada Tanggal 21 Juli 2022 18
3.1.1. Data Subjektif 18
3.1.2. Data Objektif 20
3.1.3. Analisis Data 22
3.1.4. Penatalaksanaan 22
3.2. Kunjungan Keluarga binaan ke-2 dilakukan pada Tanggal 23 Juli 2022 22
3.2.1. Data Subjektif 22
3.2.2. Data Objektif 22
3.2.3. Analisis Data 23
3.2.4. Penatalaksanaan 23
3.3. Kunjungan Keluarga binaan ke-3 dilakukan pada Tanggal 1 Agustus 2022 24
3.3.1. Data Subjektif 24
3.3.2. Data Objektif 24
3.3.3. Analisis Data 24
3.3.4. Penatalaksanaan 24
BAB IV 26
PEMBAHASAN 26
4.1. Pengkajian Data Subjektif 26
4.2. Pengkajian Data Objektif 26
4.3. Perumusan Diagnosa 27
4.4. Penatalaksanaan dan Evaluasi 27
BAB V 28
PENUTUP 28
5.1. Kesimpulan 28
5.2. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 1 31
SATUAN ACARA KEGIATAN 31
JOB SHEET 34
DAFTAR TILIK 37
BUKTI DOKUMENTASI 39

7
BAB I 
PENDAHULUAN 

1.1. Latar belakang 

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang
tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita
anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan
Afrika. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa anemia
merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern ini, dimana kelompok
yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak usia sekolah,
dan remaja. Prevalensi anemia remaja di negara-negara berkembang sebesar 27%,
sedangkan di negara maju sebesar 6%.
Sejalan dengan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004,
menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada remaja putri usia 10-18 tahun ialah
sebesar 57,1%. Sedangkan menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia
di Indonesia sebesar 21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di
pedesaan serta 18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok
umur, penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan sebesar 18,4%
pada kelompok umur 15-24 tahun.
Anemia adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah
merah yang lebih rendah dari nilai normal, yaitu hemoglobin <12g/dL untuk
remaja. Anemia yang sering terjadi adalah anemia disebabkan oleh kekurangan
asupan zat besi. Kekurangan zat besi tidak terbatas pada remaja, status sosial
ekonomi pedesaan yang rendah, tetapi juga menunjukkan peningkatan prevalensi di
masyarakat yang makmur dan berkembang.(1)
Masalah Kesehatan dan gizi pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) menjadi fokus perhatian karena tidak hanya berdampak pada angka
kesakitan dan kematian pada ibu dan anak, melainkan juga memberikan
konsekuensi kualitas hidup individu yang bersifat permanen sampai usia dewasa.
Timbul masalah gizi pada anak usia dibawah dua tahun erat kaitannya dengan
persiapan Kesehatan dan gizi seorang perempuan untuk menjadi calon ibu,
termasuk rematri.(2)

1
Rematri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi
besi. Hal ini disebabkan banyaknya zat besi yang hilang selama menstruasi. Selain
itu diperburuk oleh kurangnya asupan zat besi, dimana zat besi pada rematri sangat
dibutuhkan tubuh untuk percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Belakang ini
masalah kesehatan dan gizi di Indonesia pada periode 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) menjadi fokus perhatian karena tidak hanya berdampak pada
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak, melainkan juga memberikan
konsekuensi kualitas hidup individu yang bersifat permanen sampai usia dewasa.
Anemia mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak
berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan
daya konsentrasi, serta penurunan kemampuan belajar, sehingga
menurunkan prestasi belajar sekolah. Anemia tidak menular, tetapi tetap
berbahaya. Remaja berisiko tinggi menderita anemia, khususnya kurang
zat besi karena remaja mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.
Dalam pertumbuhan, tubuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah banyak, dan
di antaranya adalah zat besi. Bila zat besi yang dipakai untuk pertumbuhan
kurang dari yang diproduksi tubuh, maka terjadilah anemia.
Rematri lebih mudah menderita anemia, karena Rematri yang
memasuki masa pubertas mengalami pertumbuhan pesat sehingga
kebutuhan zat besi juga meningkat untuk meningkatkan pertumbuhannya.
Rematri seringkali melakukan diet yang keliru yang bertujuan untuk
menurunkan berat badan, diantaranya mengurangi asupan protein hewani
yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin darah. Rematri yang
mengalami haid akan kehilangan darah setiap bulan sehingga membutuhkan
zat besi dua kali lipat saat haid. Rematri juga terkadang mengalami
gangguan haid seperti haid yang lebih panjang dari biasanya atau darah haid
yang keluar lebih banyak dari biasanya.(3)

1.2. Tujuan 

2
1.2.1.Tujuan Umum
Setelah mengadakan kegiatan pada keluarga binaan diharapkan dapat
menerapkan berbagai keterampilan yang berkaitan dengan mata kuliah
asuhan kebidanan komunitas.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada Nn. S di 
Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.
b. Melaksanakan pengkajian data objektif pada Nn. S di  Kelurahan
Kebon Baru Kecamatan Tebet.
c. Melaksanakan perumusan diagnosa atau masalah kebidanan pada
Nn. S di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi Nn. S Kelurahan
Kebon Baru kecamatan Tebet.

1.3. Manfaat 

1.3.1. Bagi Keluarga Binaan


Dapat menambah pengetahuan bagi keluarga sehingga
diharapkan dapat menjadi bekal dalam memantau perkembangan
remaja

1.3.2.Bagi Tenaga Kesehatan


Memberikan gambaran mengenai keadaan kesehatan
masyarakat disana sehingga memudahkan dalam penyuluhan
kesehatan dan mengubah perilaku hidup bersih dan sehat. 

1.3.3.Bagi institusi
Hasil penyuluhan ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
dan referensi dalam kegiatan belajar mengajar dan sebagai sumber

3
bacaan dan dapat dijadikan sebagai buku sumber untuk kepustakaan
institusi.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Teori atau Konsep Dasar Komunitas

2.1.1. Pengertian Komunitas

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang


menekankan pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas
(masyakart sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan
pelayanan yang bersifat individual maupun kelompok. Untuk itu bidan
perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi tantangan/kendala
seperti berikut ini.(4)
a. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang
merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
b. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
d. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah
yang terisolir), kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di
atas adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi
masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup
4
perempuan di lokasi tersebut.5
1. Tujuan Pelayanan Komunitas
Tujuan kebidanan komunitas menurut Kemenkes 2018, yaitu
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini:
a. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khusunya kesehatan perempuan
diwilayah kerjanya, sehingga masyarakat mampu mengenali
masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan masalahnya
secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan
komunitas sesuai dengan tanggung jawab bidan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil,
pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perinatal
secara terpadu.
3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan
dengan risiko kehamilan, persalinan, nifas, dan
perinatal.
4) Medukung program-program pemerintah lainnya
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
pada ibu dan anak.
5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan
dan tokoh masyarakat setempat atau terkait.
2. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada
Pelayanan Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah
sebagai berikut.
a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu
kesehatan masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan
lain-lain yang mendukung peran bidan di komunitas.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung

5
harkat dan martabat kemanusiaan klien.
c. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi
sebagai unit analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran
(jumlah perempuan, jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah
laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia)
dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan.
Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT
atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.
d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya
bidan, tetapi hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK,
kelompok ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat,
PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
e. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan
kebidanan klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas
berhubungan dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas
adalah sebagai berikut.
a. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan
langkah promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil
disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di
tenaga kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan
tumbuh kembang di posyandu.
b. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif
bidan yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada
bayi dan balita serta ibu hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan.
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini
komplikasi melalui keterampilan tambahan yang dimiliki
untuk menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan
neonatal sehingga dalam proses rujukan tidak mengalami

6
keterlambatan.
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan
asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan
meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan
kondisi klien
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan
bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter
kandungan) untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien.
Sebagai contoh adalah bidan melakukan perawatan pasca
operasi pada klien dengan tindakan persalinan caesar.

f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat,


organisasi sosial, kelompok masyarakat yang melakukan
upaya untuk mengembalikan individu ke lingkungan
keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa
stigma masyarakat perlu dikurangi seperti Tuberculosis
(TB), kusta, Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan,
dan Injecting Drug User (IDU).

2.2. Konsep Dasar Keluarga

2.2.1. Definisi keluarga


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terdiri atas kepala keluarga dn beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
1. Struktur keluarga
Menurut Karwati (2012), struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, diantaranya adalah:
a. Patrilineal

7
Keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
kelaurga sedarah istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.3. Konsep Dasar Keluarga Binaan

2.3.1.Pengertian Keluarga Binaan


Pembina dapat diartikan bantuan dari seseorang atau sekelompok
orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui
materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan,
sehingga tercapai apa yang diharapkan.(5)
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak
tempat anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam
keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial
dari tiap anggota keluarga.(4)

8
Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan
kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk
menggambarkan derajat kesehatan digunakan indikator kualitas utama
seperti angka kematian, kesakitan, kelahiran, status gizi dan lain-lain.
Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Jika masyarakat sudah menciptakan hidup sehat
maka derajat masyarakatpun meningkat. Untuk itu perlu adanya suatu
pendekatan dalam meningkatkan peran serta masyarakat, salah satunya
melalui pendekatan asuhan kebidanan komunitas. Melalui pendekatan
asuhan kebidanan komunitas dapat meningkatkan pengetahuan dan
motivasi masyarakat sehingga dapat memacu masyarakat untuk mampu dan
mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Keluarga adalah dua atau lebih dari duaindividu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan ataupengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satusama lain, dan di
dalam perannya masing – masing menciptakan sertamempertahankan
kebudayaan.
1. Kriteria Keluarga Binaan
Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan
keluarga binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk resiko
tinggi dalam bidag kesehatan :
a. Mudah dijangkau
b. Komunikasi dengan baik
c. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan
kesehatan dan keperawatan yang diberikan
d. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah
e. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu
f. Daerah tersebut tidak terlalu rawan.
2. Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan,

9
prasarana dan sarana kesehatan.
c. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.
d. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai
potensi kesehatan secara penuh agar lebih tahan terhadap
penyakit.
e. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak dan
juga melindungi masyarakat dari pencemaran.

2.4. Pengertian Remaja dan Anemia

2.4.1. Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescent berasal dari bahasa
latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan.
Anak dianggap dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali, 2011).
Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang penting. Masa remaja
adalah suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang
sejak berakhir masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Bagian dari
masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi
badan terus bertambah, sedangkan masa dewasa antara lain proses kematangan
semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang
ditandai dengan kemampuan berfikir secara abstrak. Berdasarkan umur kronologis
dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu sebagai
beikut (6):
1. Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah jika anak
berusia 12 sampai 24 tahun
2. Usia remaja menurut Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23
Tahun 2002 adalah 10–18 tahun
3. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja
adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10–18 tahun (untuk
anak perempuan) dan 12–20 tahun (untuk anak laki-laki)

10
4. Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 mengenai
Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21
tahun dan belum menikah
5. Menurut Undang-undang tentang Perburuhan, anak dianggap remaja
apabila telah mencapai umur 16–18 tahun atau sudah menikah dan
mempunyai tempat untuk tinggal
6. Menurut Undang-undang tentang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974,
anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah,
yaitu umur 16 tahun (untuk anak perempuan) dan 19 tahun (untuk
anak laki-laki)
7. Menurut Pendidikan Nasional (Diknas), anak dianggap remaja bila
anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah
Menengah

2.4.2. Anemia

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu
komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen
dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh
jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan
otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan
kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan
protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan
suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan
sesuai dengan penyebabnya.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin,
hematokrit dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal sebagai akibat
dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan esensial. Anemia
dikatakan sebagai suatu kondisi tidak mencukupinya cadangan zat besi
sehingga terjadi kekurangan penyaluran zat besi ke jaringan tubuh. Tingkat
kekurangan zat besi yang lebih parah dihubungkan dengan anemia yang
secara klinis ditentukan dengan turunnya kadar hemoglobin sampai kurang
dari 11,5 gr/dL. Anemia defisiensi besi merupakan penyakit darah yang

11
paling sering pada bayi dan anak, serta wanita hamil. Secara sederhana
dapatlah dikatakan bahwa, defisiensi besi dapat terjadi bila jumlah yang
diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit, ketidakcukupan
besi ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi,
berkurangnya zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat
besi. Bila hal tersebut berlangsung lama maka defisiensi zat besi akan
menimbulkan anemia.(6)
Tabel 1. Klasifikasi anemia menurut kelompok usia
Non Anemia
Populasi Anemia
Ringan Sedang Berat
(g/dl)
Anak 6 – 59 11 10.0 - 10.9 7.0 - 9,9 < 7.0
bulan
Anak 5 – 11 11,5 11.0 - 11.4 8.0 - < 8.0
tahun 10.9
Anak 12 - 14 12 11.0 - 11.9 8.0 - < 8.0
tahun 10.9
Perempuan 12 11.0 - 11.9 8.0 - < 8.0
tidak hamil ( ≤ 10.9
15 tahun )
Ibu hamil 11 10.0 – 7.0 - 9.9 < 7.0
10.9
Laki-laki ≥ 15 13 11.0 – 8.0 –10.9 < 8.0
tahun 12.9

2.4.3. Jenis-Jenis Anemia

2.4.3.1. Anemia Defisiensi Zat Besi


Anemia yang paling banyak terjadi utamanya pada remaja putri
adalah anemia akibat kurangnya zat besi. Zat besi merupakan bagian dari
molekul hemoglobin. Oleh sebab itu, ketika tubuh kekurangan zat besi
produksi hemoglobin akan menurun. Meskipun demikian, penurunan
hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dalam
tubuh sudah benar-benar habis.

2.4.3.2. Anemia Defisiensi Vitamin C

12
Anemia karena kekurangan vitamin C merupakan anemia yang
jarang terjadi. Anemia defisiensi vitamin C disebabkan oleh kekurangan
vitamin C yang berat dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan
vitamin C biasanya adalah kurangnya asupan vitamin C dalam makanan
sehari hari. Salah satu fungsi vitamin C adalah membantu mengasorbsi zat
besi, sehingga jika terjadi kekurangan 24 vitamin C, maka jumlah zat besi
yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia.

2.4.3.3. Anemia Makrositik


Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin
B12 atau asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan
berukuran besar (makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang
normal atau lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean
Corpuscular Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah.
Sekitar 90% anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa.
Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan
vitamin B12 juga mempengaruhi sistem saraf sehingga penderita anemia
ini akan merasakan kesemutan ditangan dan kaki, tungkai dan kaki serta
tangan seolah mati rasa. Gejala lain yang dapat terlihat diantaranya adalah
buta warna tertentu termasuk warna kuning dan biru, luka terbuka dilidah
atau lidah seperti terbakar, penurunan berat badan, warna kulit menjadi
lebih gelap, dan mengalami penurunan fungsi intelektual.

2.4.3.4. Anemia Hemolitik


Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh
lebih cepat dari normal dimana umur sel darah merah normalnya adalah
120 hari. Pada anemia hemolitik umur sel darah merah lebih pendek
sehingga sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan sel darah merah.

2.4.3.5. Anemia Sel Sabit


Anemia sel sabit (sickle cell anemia) dalah suatu penyakit
keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk
sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel
darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen)

13
yang bentuknya abnormal sehingga mengurangi jumlah oksigen
dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit. Sel
yang berbentuk sabit akan menyumbat dan merusak pembuluh darah
terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang, dan organ lainnya serta
menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel sabit
ini rapuh dan dapat pecah pada saat melewati pembuluh darah yang
pada akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan organ bahkan
kematian.

2.4.3.6. Anemia Aplastik


Anemia aplastik merupakan jenis anemia yang berbahaya,
karena dapat mengancam jiwa. Anemia aplastik terjadi apabila
sumsum tulang tempat pembuatan darah merah terganggu. Kejadian
anemia aplastik menyebabkan terjadinya penurunan produksi sel
darah (eritrosit, leukosit dan trombosit). Anemia aplastik terjadi
karena disebabkan oleh bahan kimia, obat-obatan, virus dan terkait
dengan penyakit-penyakit yang lain.

2.4.4. Penyebab Anemia


Anemia umumnya disebabkan oleh
a. Perdarahan kronik,
b. Gizi yang buruk atau
c. Gangguan penyerapan nutrisi oleh usus.
d. Juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kekurangan darah.

Faktor risiko terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan


di bandingkan kaum pria. Cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih
sedikit daripada pria sedangkan kebutuhan per harinya justru lebih tinggi.
Seorang wanita atau remaja putri akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi
melalui ekskresi secara normal pada saat mentruasi.
Berikut ini tiga kemungkinan dasar penyebab anemia:
a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan

14
Hal ini bisa disebut sebagai anemia hemolitik yang muncul saat sel darah
merah dihancurkan lebih cepat dari normal (umur sel darah merah
normalnya 120 hari). Sehingga 13 sumsum tulang penghasil sel darah
merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.
b Kehilangan darah
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia disebabkan oleh
perdarahan berlebihan, pembedahan atau permasalahan dengan
pembekuan darah. Kehilangan darah yang banyak karena menstruasi
pada remaja atau perempuan juga dapat menyebabkan anemia.
Semua faktor ini akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi,
karena zat besi dibutuhkan untuk membuat sel darah merah baru.
c Produksi sel darah merah yang tidak optimal
Hal ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darah
merah dalam jumlah cukup yang dapat diakibatkan infeksi virus,
paparan terhadap kimia beracun atau obat-obatan (antibiotik,
antikejang atau obat kanker). Penyebab anemia gizi besi pada remaja
putri dapat juga terjadi karena asupan besi yang tidak cukup, adanya
gangguan absorbsi besi, kehilangan darah yang menetap, penyakit
dan kebutuhan meningkat, yaitu sebagai berikut:
1) Asupan zat besi yang tidak cukup
Masa remaja merupakan masa penting dalam pertumbuhan. Apabila,
makanan yang dikonsumsi tidak mengandung zat besi dalam jumlah
cukup, maka kebutuhan tubuh terhadap zat besi tidak terpenuhi, ini
dikarenakan rendahnya kualitas dan kuantitas zat besi pada makanan
yang kita konsumsi. Kurangnya konsumsi sayuran dan buah-
buahaan serta lauk pauk akan meningkatnya risiko terjadinya anemia
zat besi. Remaja yang belum sepenuhnya matang baik secara fisik,
kognitif, dan masih dalam masa pencarian identitas diri, cepat
dipengaruhi lingkungan. Keinginan memiliki tubuh yang langsing,
membuat remaja membatasi makan. Aktivitas remaja yang padat
menyebabkan mereka makan di luar rumah atau hanya makan
makanan ringan, yang sedikit mengandung zat besi, selain itu dapat
menggangu atau menghilangkan nafsu makan.
2) Defisiensi asam folat

15
Pemberian asam folat sebesar 35% menurunkan risiko anemia.
Defisiensi asam folat terutama menyebabkan gangguan
metabolisme DNA, akibatnya terjadi perubahan morfologi inti
sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah seperti sel
darah merah, sel darah putih serta sel epitel lambung dan usus.
Kekurangan asam folat menghambat pertumbuhan,
menyebabkan anemia megaloblastik dan gangguan darah
lainnya, peradangan lidah (glositis) dan gangguan saluran
cerna (Almatsier, 2009).
3) Gangguan absorbsi
Zat besi yang berasal dari makanan dan masuk kedalam tubuh
diperlukan proses absorbsi. Proses tersebut dipengaruhi oleh
jenis makanan, dimana zat besi terdapat. Absorbsi zat besi
dapat lebih ditingkatkan dengan pemberian vitamin C, hal ini
dikarenakan karena faktor reduksi dari vitamin C. Zat besi
diangkut melalui dinding usus dalam senyawa dengan asam
amino atau dengan vitamin C. Karena itu, sayuran segar dan
buah-buahan baik dikonsumsi untuk mencegah anemia. Hal ini
dikarenakan bukan bahan makanannya yang mengandung gizi
besi, tetapi karena kandungan vitamin C yang mempermudah
absorbsi zat besi. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi zat
besi sampai 4 kali lipat. Tidak hanya vitamin C saja yang dapat
mempermudah absorbi zat besi, protein juga ikut
mempermudah absorbsi zat besi. Kadang faktor yang
menentukan absorbsi pada umumnya lebih penting dari jumlah
zat besi dalam makanan. Tanin yang terdapat pada teh dapat
menurunkan absorbsi zat besi sampai dengan 80%. Minum teh
satu jam setelah makan dapat menurunkan absorbsi hingga
85%.
4) Perdarahan
Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia
yang disebabkan oleh perdarahan saluran cerna yang lambat

16
karena polip, neoplasma, gastritis, varises esophagus dan
hemoroid. Selain itu perdarahan juga dapat berasal dari saluran
kemih seperti hematuri, perdarahan pada saluran napas seperti
hemaptoe. Perdarahan yang terjadi membuat hilangnya darah
dalam tubuh, biasanya setelah mengalami perdarahan, maka
tubuh akan mengganti cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3
hari, akibatnya konsentrasi sel darah merah menjadi rendah.
Jika tidak ada perdarahan kedua konsentrasi sel darah merah
menjadi stabil dalam waktu 3-6 minggu. Saat kehilangan darah
kronis, proses absorbsi zat besi dari usus halus untuk
membentuk hemoglobin dalam darah terhambat. Sehingga,
terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit
hemoglobin yang menimbulkan keadaan anemia.
5) Kecacingan
Infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada dinding
usus, akibatnya sebagian darah akan hilang dan akan
dikeluarkan dari tubuh bersama tinja. Setiap hari satu ekor
cacing tambang akan menghisap 0,03 sampai 0,15 ml darah
dan terjadi terus-menerus sehingga kita akan kehilangan darah
setiap harinya, hal ini yang menyebabkan anemia.
6) Peningkatan kebutuhan zat besi
Kebutuhan zat besi wanita lebih tinggi dari pada pria karena
terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50- 80 cc
setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30-40 mg. Remaja
yang anemia dan kurang berat badan lebih banyak melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan
dengan wanita dengan usia reproduksi aman untuk hamil.

2.4.5. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

17
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi
antara lain:
a. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang
cukup secara rutin pada usia remaja
b. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas,
makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam
askorbat) untuk meningkatkan abssorbsi besi dan menghindari atau
mengurangi minum kopi, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat
dan minum susu pada saat makan.
c. Suplementasi besi, remaja dosis 1 mg/kgBB/hari
d. Untuk meningkatkan absobsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi
bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat,
multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium. 20
e. Skrining anemia, pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan
pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi.

18
BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA
REMAJA DENGAN ANEMIA
RINGAN

3.1. Kunjungan Keluarga binaan ke-1 dilakukan pada Tanggal 21 Juli 2022

Kunjungan pertama

No Regiater : 001
Tanggal Pengkajian : 21 Juli 2022
Waktu Pengkajian : 14.00 – 14.30
Tempat Pengkajian : Rumah pasien
Pengkaji : Eka Meilani
3.1.1. Data Subjektif
a. Identitas Remaja
Nama : Nn. S
Umur : 17 Tahun
Anak ke : Pertama (tunggal)
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl H Djawahir/40 RT 017/006
a. Identitas Orang Tua
Nama Ibu :T Nama Suami : -
Umur : 43 Tahun Umur : -
Agama : Islam Agama : -
Suku : Sunda Suku
: -
Pendidikan : SLTP Pendidikan : -

19
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Pekerjaan : -
Alamat : Jl H Djawahir/40 RT 017/006
b. Alasan datang
Pendataan Keluarga sehat
c. Keluhan utama
Kadang mengeluh pusing, cepet leleh.
d. Riwayat obstetri
Menarche umur : 13 Tahun
Siklus : 28 Hari. Teratur
Lama : 7 Hari
Sifat Darah : Encer
Bau : Normal
Flour Albus : Tidak
HPHT : 7 Juli 2022
e. Riwayat ginekologi
Klien tidak pernah mengalami sakit yang berhubungan dengan sistem
reproduksi wanita (rahim, vagina dan ovarium).
f. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan remaja
Klien mengatakan sering pusing, dalam kondisi kelelahan atau tidak.
2) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menurun
seperti kanker, diabetes mellitus, kelainan bawaan, epilepsi,
penyakit hati, penyakit ginjal, hamil kembar, hipertensi, penyakit
jiwa, tuberculosis ( TBC ) dan alergi.
g. Riwayat psikososial
Klien merasa cemas dengan pusing yang dialaminya.
h. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola Istirahat
Tidur Siang
Lama : 1 - 2 jam
Keluhan : Tidak ada
Tidur Malam
20
Lama : 8-9 jam
Keluhan : Tidak ada
j. Pola aktifitas
Sekolah
k. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi :1 kali/hari
Konsistensi : Lunak
Warna : Normal
Keluhan : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 7-8 kali/hari
Konsistensi : Jernih
Warna : Kuning jernih
Keluhan : Tidak ada
l. Pola nutrisi
Makan
Frekuensi : 2-3 kali/hari
Jenis : Nasi, lauk, sayur dan lauk
Porsi : Normal
Pantangan : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
Minum
Frekuensi : 8 - 9 kali/hari
Jenis : Air putih
Porsi : Normal
Pantangan : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
m. Pola personal hygiene
Mandi : 2 kali/hari
Ganti Pakaian : 3 kali/hari
Gosok Gigi : 3 kali/hari

21
Keramas : 3 kali/minggu

3.1.2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos metis
b. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 78 kali/menit
Frekuensi nafas : 22 kali/menit
Suhu tubuh : 36,8 C
c. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 150 cm
LILA : 25 cm
IMT : 20,81 kg/m2
d. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak ada oedema
Mata
Sklera : Putih
Konjungtiva : agak pucat
Mulut
Lidah : Tidak ada kelainan
Gigi : Tidak ada lubang dan karang gigi
Leher
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembengkakan
Pembuluh Limfe : Tidak ada kelainan
Dada
Letak Payudara : Simetris
Kelainan : Tidak ada
Abdomen
Bentuk : Simetris

22
Luka operasi : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
Ekstremitas Atas
Tangan : Tidak oedema
Varices : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
Ekstremitas Bawah
Kaki : Tidak oedema
Varices : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
Anogenitalia
Anogenitalia : Tidak ada varices
Hemoroid : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
e. Pemeriksaan Penunjang
Rencana dilakukan pemeriksaan HB di kunjungan kedua

3.1.3. Analisis Data


Nn. S Remaja 17 tahun dengan anemia ringan

3.1.4. Penatalaksanaan
a. Membina hubungan baik dengan klien.
b. Mendampingi klien mengisi informed consent . Klien setuju untuk
mengisi informed consent.
c. Melakukan pemeriksaan kepada klien. Klien bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan.
d. Menginformasikan kepada klien hasil pemeriksaan saat ini. Klien
mengetahui hasil pemeriksaan.
e. Menjelaskan kepada ibu pentingnya mengetahui keadaan anemia iya atau
tidak pada remaja. Ibu mengerti.
f. Mengingatkan pada ibu untuk tetap memberikan asupan gizi seimbang
kepada anaknya. Ibu bersedia untuk memenuhi asupan gizi seimbang.

23
g. Mengingatkan untuk kunjungan ulang dan pemeriksaan Hb, 3 hari di
tanggal 23 juli 2022. Klien bersedia untuk kunjungan ulang
h. Hasil evaluasi: ibu mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh
bidan serta bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.
i. Melakukan pendokumentasian

3.2. Kunjungan Keluarga binaan ke-2 dilakukan pada Tanggal 23 Juli 2022

3.2.1. Data Subjektif


Ibu mengatakan bahwa anaknya mengeluh sedikit pusing, cepet leleh.

3.2.2. Data Objektif


a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos metis
b. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Denyut nadi : 78 kali/menit
Frekuensi nafas : 22 kali/menit
Suhu tubuh : 36,8 C

c. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 150 cm
LILA : 25 cm
IMT : 20,81 kg/m2
d. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan HB : 11gr/dl

24
3.2.3. Analisis Data
Nn. S Remaja 17 tahun dengan anemia ringan

3.2.4. Penatalaksanaan
a. Membina hubungan baik dengan klien
b. Mendampingi klien mengisi informed consent. Klien setuju untuk
mengisi informed consent.
c. Melakukan pemeriksaan kepada klien. Klien bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan.
d. Menginformasikan kepada klien hasil pemeriksaan saat ini. Klien
mengetahui hasil pemeriksaan.
e. Menjelaskan kepada klien bahwa penting untuk melakukan pemeriksaan
terkait status anemia iya atau tidak.
f. Menganjurkan klien untuk mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi
( seperti Hati, ikan, daging dan ungags) untuk meningkatkan kadan Hb.
Klien bersedia.
g. Memberi klien tablet fe dan meminumnya secara teratur. Klien
menyetujui dan mengikuti saran petugas.
h. Mengingatkan untuk pemeriksaan Hb ulang. Klien bersedia untuk
pemeriksaan Hb ulang
i. Mendiskusikan kunjungan ulang di tanggal 1 Agustus 2022 untuk
melakukan pemeriksaan.
j. Hasil evaluasi: ibu mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh
bidan serta bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.
k. Melakukan pendokumentasian

3.3. Kunjungan Keluarga binaan ke-3 dilakukan pada Tanggal 1 Agustus 2022

3.3.1. Data Subjektif


Ibu mengatakan bahwa anaknya dalam keadaan sehat.

3.3.2. Data Objektif

25
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos metis
b. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 78 kali/menit
Frekuensi nafas : 22 kali/menit
Suhu tubuh : 36,8 C
c. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 150 cm
LILA : 25 cm
IMT : 20,81 kg/m2

3.3.3. Analisis Data


Remaja 17 tahun dengan anemia ringan

3.3.4. Penatalaksanaan
a. Membina Hubungan Baik dengan Klien
b. Mendampingi klien mengisi informed consent. Klien setuju untuk mengisi
informed consent.
c. Melakukan pemeriksaan kepada klien. Klien bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan.
d. Menginformasikan kepada klien hasil pemeriksaan saat ini. Klien
mengetahui hasil pemeriksaan.
e. Menganjurkan klien untuk mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi untuk
meningkatkan kadan Hb. Klien bersedia.
f. Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi tablet fe dan meminumnya secara
teratur. Klien menyetujui dan mengikuti saran petugas.
g. Memberitahukan efek samping konsumsi tablet fe. Klien mengetahui efek
samping konsumsi fe.
h. Menganjurkan klien untuk datang ke fasilitas Kesehatan jika anaknya
mengeluh gejala yang sama.

26
i. Hasil evaluasi: ibu mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh
bidan serta merasa senang karena anaknya dalam keadaan baik.
j. Melakukan pendokumentasian

BAB IV  
PEMBAHASAN 

Pada pembahasan ini, mahasiswa akan membandingkan praktek dengan


teori belajar lapangan di Kelurahan Kebon Baru RT 01 RW 001 khususnya pada
keluarga Ny. T.
Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil pendekatan dan
tabulasi data, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah bersama
keluarga Ny. T sesuai dengan prioritas masalah.

27
4.1. Pengkajian Data Subjektif

Data subyektif diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada


keluarga Ny. T. Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien
dengan teknik wawancara, keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya.
Data ini berupa keluhan atau persepsi subjektif pasien terhadap status
kesehatannya. Data subjektif ini diperoleh dengan anamnesa terhadap klien.
Penulis melakukan pengkajian data subjektif pada keluarga Ny. T khususnya
pada Nn. S berdasarkan proses pengkajian data subjektif pada Nn. S
didapatkan bahwa An. S umur 17 tahun mengeluh pusing dan cepat Lelah.
Dengan demikian penulis telah melakukan pengumpulan data subjektif 
menggunakan metode yang sesuai dengan teori maka tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek.

4.2. Pengkajian Data Objektif

Data objektif diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada Nn. S.


Data objektif adalah data yang didapat dari pengamatan, observasi,
pengukuran, atau pemeriksaan fisik dengan beberapa metode. Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran. Penulis melakukan pemeriksaan fisik melalui observasi secara
langsung pada Nn. S dan ditemukan bahwa status gizi dalam keadaan baik.
Penulis melakukan asuhan pada Tanggal 21 Juli – 1 Agustus 2022. Nn. S
usia 17 tahun, memiliki Berat Badan 50 kg, Tinggi Badan 155 cm. Penulis
melakukan pemantauan status anemia dengan pemeriksaan HB merupakan
salah satu alat skrining/ deteksi yang diwajibkan oleh Depkes untuk
digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer.
Dengan demikian penulis melakukan pengumpulan data objektif
menggunakan metode yang sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek.
4.3. Perumusan Diagnosa

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, langkah


berikutnya yaitu menganalisa data yaitu menentukan masalah kesehatan

28
yang dialami oleh Nn. S Masalah kesehatan yang dialami Nn. S yaitu
Remaja dengan Anemia rendah
Dengan demikian analisa data dilakukan sesuai dengan teori sehingga
disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

4.4. Penatalaksanaan dan Evaluasi

Setelah dilakukan skrining pada Nn. S 17 Tahun, Nn. S mau mengikuti


pemeriksaan HB, mengkonsumsi tablet tambah darah, memgkonsumsi
makanan gizi seimbang.
Setelah diketahui hasil dari skrining tumbuh kembang, penulis
menyarankan agar selalu melakukan skrining ke fasilitas Kesehatan, dengan
demikian penatalaksanaan dan evaluasi yang dilakukan sesuai dengan teori
sehingga disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktik.

29
BAB V
PENUTUP  

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Nn. S umur 17 Tahun


dalam melakukan skrining anemia iya atau tidak yang dimulai dari
pengkajian data sampai evaluasi maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian data subjektif yang diperoleh dari hasil wawancara
didapatkan data Nn. S umur 17 Tahun dan belum melakukan skrining
status anemia.
2. Pengkajian data objektif yang diperoleh dari hasil observasi didapatkan
data Nn. S umur 17 Tahun memiliki Riwayat sering pusing dan cepat
lelah.
3. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Nn. S umur 17
Tahun dengan pertumbuhan normal. Kebutuhan yang muncul yaitu
pemantauan skrining anemia.

4. Penatalaksanaan dan evaluasi yang sudah dilakukan dengan


pemeriksaan HB kepada Nn. S. Setelah dilakukan pemeriksaan HB
ternyata didapatkan status anemia ringan. Pemberian tablet tambah
darah dan konsumsi gizi seimbang akan memperbaiki keaadan HB,
jawaban YA yang artinya bahwa status anemia ringan pada Nn. N
sesuai dengan klasifikasi anemia dan tidak terjadi penyimpangan. Nn. S
kooperatif, mau mendengarkan perintah dan mampu melaksanakan
dengan baik. Dari hasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
binaan yang telah dilakukan berhasil.

5.2. Saran

1. Bagi Keluarga Binaan


Dengan diadakannya kunjungan ini diharapkan keluarga dapat
mengenali perkembangan Kesehatan remaja.
2. Bagi Mahasiswa

30
Mahasiswa diharapkan lebih dapat menggali lebih dalam lagi mengenai
kesehatan keluarga dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan
kebidanan pada keluarga.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah pengetahuan laporan keluarga binaan terkait asuhan
pada Remaja dengan Anemia Ringan di perpustakaan.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Referensi Metode-orkes-ku Dalam Mengidentifikasi Potensi Kejadian Anemia Gizi


pada remaja Putri. Yogyakarta: CV Mine Perum Ngestiharjo; 2019.
2. Handayani S. Asuhan Kebidanan pada Remaja. CV Eureka Media Aksara; 2022.
3. Ambarwati. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta; 2016.
4. Montessori, M. 2013. The Absorbent Mind, Pikiran Yang Mudah Menyerap. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2013
5. Departemen Kesehatan. Tahap Perkembangan Balita, dan Profil kesehatan RI. 2016
6. Departemen Kesehatan. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Din Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2012
7. Kementerian Kesehatan RI. Praktik Kebidanan Komunitas. Jakarta: BPPSDM; 2018.
8. Imbarwati. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. EGC; 2017.
9. dr. C. Anemia Gizi, Masalah dan Pencegahannya. Kalika; 2012.
10. Fajrian Noor Kusnadi Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kejadian
Anemia Remaja Putri JHM 2021 Vol 03 http://jurnalmedikahutama.com
11. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Puteri Dan Wanita Usia
Subur (WUS) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018
SATUAN ACARA KEGIATAN, JOBSHEET, DAFTAR TILIK REMAJA DENGAN ANEMIA
RINGAN

Praktik Komunitas

Disusun Oleh:

NAMA : EKA MEILANI


NPM : 07210200031

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022

LAMPIRAN 1
SATUAN ACARA KEGIATAN

TEMA : Remaja Dengan Anemia Ringan


SASARAN : Nn. S
MATERI POKOK : Amenia
WAKTU/ PERTEMUAN : 21 Juli 2022
TEMPAT : Rumah Klien
PELAKSANA : Eka Meilani

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan konseling, Nn. S diharapkan memahami dan mengetahui tentang anemia
serta mau mengikuti anjuran pola nutrisi yang baik
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan konseling klien diharapkan mampu:
a. Menjelaskan kembali pengertian tentang anemia
b. Menjelaskan kembali penyebab anemia
c. Menjelaskan kembali gejala anemia

No Tahap kegiatan Kegiatan penyuluhan Kesehatan Kegiatan Pasien dan


keluarga
1 Pembukaan  1. Mengucapkan salam 1. Mahasiswa
(5 menit) 2. Menyebutkan nama dan mengucapkam
asal instansi. salam.
3. Menjelaskan tujuan. 2. Mahasiswa
4. Mengkaji tingkat memperkenalkan diri
pengetahuan pasien dan kepada pasien.
keluarga tentang anemia 3. Mahasiswa
menjelaskan tujuan
konseling.
4. Mahasiswa
mengajukan
pertanyaan tentang
anemia

2 Pembahasan 1. Menjelaskan tentang 1. Mahasiswa


( 20 menit) anemia. memberikan
2. Memberikan kesempatan konseling tentang
pada pasien untuk anemia
menanyakan hal yang 2. Mahasiswa
kurang dimengerti. memberikan
kesempatan kepada
pasien untuk
menanyakan hal-hal
yang kurang jelas. 

3 Penutup d. Mengevaluasi tujuan f. Mahasiswa


(5 menit) konseling anemia melakukan evalusi
e. Mengucapkan terimakasih tentang tujuan
atas perhatian yang konseling anemia
diberikan dan memberikan g. Mahasiswa
salam penutup. mengucapkan
terimakasih kepada
pasien dan salam
penutup.

B. Pelaksanaan
1. Tempat
Tempat : Rumah Klein
2. Waktu
Waktu  : Kamis 21 Juli 2022
C. Metode dan Media
1. Metode : Konseling dan tanya jawab
2. Media : Job sheet, daftar tilik, Lembar balik
D. Langkah Kegiatan

Proses
1) Selama penyuluhan pasien (keluarga binaan) memperhatikan penjelasan yang
disampaikan.
2) Selama penyuluhan pasien (keluarga binaan) bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan.
3) Selama penyuluhan pasien (keluarga binaan) aktif menjawab pertanyaan yang diajukan
Hasil
1) Klien dapat menjelaskan kembali tentang pengertian anemia, jenis anemia dan
pencegahan anemia.
2) Klien dapat menjelaskan kembali tujuan pemeriksaan status anemia Iya atau Tidak.
3) . Klien dapat mengetahui hasil pemeriksaan status anemia Iya atau Tidak.
E. Evaluasi
Sebelumnya ibu dan anak belum paham tentang anemia, setelah diberikan penjelasan dan
konseling, keduanya sudah memahami tentang anemia

F. Materi
1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam
sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke
seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan
fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala
antara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas.
Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah
merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan
penanggulangannya dilakukan sesuai dengan penyebabnya.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah
merah lebih rendah dari nilai normal sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa
unsur makanan esensial. Anemia dikatakan sebagai suatu kondisi tidak mencukupinya
cadangan zat besi sehingga terjadi kekurangan penyaluran zat besi ke jaringan tubuh.
Tingkat kekurangan zat besi yang lebih parah dihubungkan dengan anemia yang secara
klinis ditentukan dengan turunnya kadar hemoglobin sampai kurang dari 11,5 gr/dL.
Anemia defisiensi besi merupakan penyakit darah yang paling sering pada bayi dan anak,
serta wanita hamil. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa, defisiensi besi dapat
terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit,
ketidakcukupan besi ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi,
berkurangnya zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi. Bila hal
tersebut berlangsung lama maka defisiensi zat besi akan menimbulkan anemia.(6)
Tabel 1. Klasifikasi anemia menurut kelompok usia
Non Anemia
Populasi Anemia
Ringan Sedang Berat
(g/dl)
Anak 6 – 59 11 10.0 - 10.9 7.0 - 9,9 < 7.0
bulan
Anak 5 – 11 11,5 11.0 - 11.4 8.0 - < 8.0
tahun 10.9
Anak 12 - 14 12 11.0 - 11.9 8.0 - < 8.0
tahun 10.9
Perempuan 12 11.0 - 11.9 8.0 - < 8.0
tidak hamil ( ≤ 10.9
15 tahun )
Ibu hamil 11 10.0 – 7.0 - 9.9 < 7.0
10.9
Laki-laki ≥ 15 13 11.0 – 8.0 –10.9 < 8.0
tahun 12.9

2. Penyebab Anema
Anemia umumnya disebabkan oleh
b. Perdarahan kronik,
c. Gizi yang buruk atau
d. Gangguan penyerapan nutrisi oleh usus.
e. Juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kekurangan darah.

Faktor risiko terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di bandingkan
kaum pria. Cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit daripada pria
sedangkan kebutuhan per harinya justru lebih tinggi. Seorang wanita atau remaja putri
akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal pada saat
mentruasi.
Berikut ini tiga kemungkinan dasar penyebab anemia:
a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan
Hal ini bisa disebut sebagai anemia hemolitik yang muncul saat sel darah merah
dihancurkan lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya 120 hari). Sehingga
13 sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan
sel darah merah.
b Kehilangan darah
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia disebabkan oleh perdarahan
berlebihan, pembedahan atau permasalahan dengan pembekuan darah. Kehilangan
darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau perempuan juga dapat
menyebabkan anemia. Semua faktor ini akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan
zat besi, karena zat besi dibutuhkan untuk membuat sel darah merah baru.
c Produksi sel darah merah yang tidak optimal
Hal ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darah merah dalam
jumlah cukup yang dapat diakibatkan infeksi virus, paparan terhadap kimia beracun
atau obat-obatan (antibiotik, antikejang atau obat kanker). Penyebab anemia gizi
besi pada remaja putri dapat juga terjadi karena asupan besi yang tidak cukup,
adanya gangguan absorbsi besi, kehilangan darah yang menetap, penyakit dan
kebutuhan meningkat, yaitu sebagai berikut:
1) Asupan zat besi yang tidak cukup
Masa remaja merupakan masa penting dalam pertumbuhan. Apabila, makanan yang
dikonsumsi tidak mengandung zat besi dalam jumlah cukup, maka kebutuhan tubuh
terhadap zat besi tidak terpenuhi, ini dikarenakan rendahnya kualitas dan kuantitas zat
besi pada makanan yang kita konsumsi. Kurangnya konsumsi sayuran dan buah-
buahaan serta lauk pauk akan meningkatnya risiko terjadinya anemia zat besi. Remaja
yang belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, dan masih dalam masa
pencarian identitas diri, cepat dipengaruhi lingkungan. Keinginan memiliki tubuh
yang langsing, membuat remaja membatasi makan. Aktivitas remaja yang padat
menyebabkan mereka makan di luar rumah atau hanya makan makanan ringan, yang
sedikit mengandung zat besi, selain itu dapat menggangu atau menghilangkan nafsu
makan.
2) Defisiensi asam folat
Pemberian asam folat sebesar 35% menurunkan risiko anemia. Defisiensi asam
folat terutama menyebabkan gangguan metabolisme DNA, akibatnya terjadi
perubahan morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah
seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel epitel lambung dan usus.
Kekurangan asam folat menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia
megaloblastik dan gangguan darah lainnya, peradangan lidah (glositis) dan
gangguan saluran cerna (Almatsier, 2009).
3) Gangguan absorbsi
Zat besi yang berasal dari makanan dan masuk kedalam tubuh diperlukan
proses absorbsi. Proses tersebut dipengaruhi oleh jenis makanan, dimana zat
besi terdapat. Absorbsi zat besi dapat lebih ditingkatkan dengan pemberian
vitamin C, hal ini dikarenakan karena faktor reduksi dari vitamin C. Zat besi
diangkut melalui dinding usus dalam senyawa dengan asam amino atau dengan
vitamin C. Karena itu, sayuran segar dan buah-buahan baik dikonsumsi untuk
mencegah anemia. Hal ini dikarenakan bukan bahan makanannya yang
mengandung gizi besi, tetapi karena kandungan vitamin C yang mempermudah
absorbsi zat besi. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi zat besi sampai 4
kali lipat. Tidak hanya vitamin C saja yang dapat mempermudah absorbi zat
besi, protein juga ikut mempermudah absorbsi zat besi. Kadang faktor yang
menentukan absorbsi pada umumnya lebih penting dari jumlah zat besi dalam
makanan. Tanin yang terdapat pada teh dapat menurunkan absorbsi zat besi
sampai dengan 80%. Minum teh satu jam setelah makan dapat menurunkan
absorbsi hingga 85%.
4) Perdarahan
Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia yang disebabkan
oleh perdarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis,
varises esophagus dan hemoroid. Selain itu perdarahan juga dapat berasal dari
saluran kemih seperti hematuri, perdarahan pada saluran napas seperti
hemaptoe. Perdarahan yang terjadi membuat hilangnya darah dalam tubuh,
biasanya setelah mengalami perdarahan, maka tubuh akan mengganti cairan
plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari, akibatnya konsentrasi sel darah merah
menjadi rendah. Jika tidak ada perdarahan kedua konsentrasi sel darah merah
menjadi stabil dalam waktu 3-6 minggu. Saat kehilangan darah kronis, proses
absorbsi zat besi dari usus halus untuk membentuk hemoglobin dalam darah
terhambat. Sehingga, terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit
hemoglobin yang menimbulkan keadaan anemia.
4) Kecacingan
Infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus, akibatnya
sebagian darah akan hilang dan akan dikeluarkan dari tubuh bersama tinja.
Setiap hari satu ekor cacing tambang akan menghisap 0,03 sampai 0,15 ml
darah dan terjadi terus-menerus sehingga kita akan kehilangan darah setiap
harinya, hal ini yang menyebabkan anemia.
6) Peningkatan kebutuhan zat besi
Kebutuhan zat besi wanita lebih tinggi dari pada pria karena terjadi menstruasi
dengan perdarahan sebanyak 50- 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi
sebesar 30-40 mg. Remaja yang anemia dan kurang berat badan lebih banyak
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan
dengan wanita dengan usia reproduksi aman untuk hamil.
3.Pencegahan dan Penanggulangan Anemia
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain:
b. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara
rutin pada usia remaja
c. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut
disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan
abssorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh es, minuman ringan yang
mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
d. Suplementasi besi, remaja dosis 1 mg/kgBB/hari
e. Untuk meningkatkan absobsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu, kopi,
teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate
dan kalsium. 20
f. Skrining anemia, pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk
skrining anemia defisiensi besi.
JOB SHEET

TEMA : Remaja Dengan Anemia Ringan


SASARAN : Nn. S
MATERI POKOK : Anemia Ringan
WAKTU/ PERTEMUAN : 21 Juli 2022
TEMPAT : Rumah Klein
PELAKSANA. : Eka Meilani
PROGRAM STUDI : Kebidanan Program Sarjana Terapan

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa mampu menjelaskan konseling tentang anemia ringan
B. DASAR TEORI SINGKAT
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah
dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit
yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen
diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan otak
dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam
melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah
merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan
penanggulangannya dilakukan sesuai dengan penyebabnya.

C. PETUNJUK
1. Melakukan informend consent
2. Memberikan informasi dengan baik dan benar
3. Melakukan pendokumentasian
4. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik
5. ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
6. Bekerja secara hati-hati dan teliti.

D. KESELAMATAN KERJA
1. Patuhi prosuder pekerjaan
2. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
3. Berikan informasi dengan baik dan benar.

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Mempersiapkan pasien dan memberikan penjelasan tentang konseling anemia rendah
2. Menjaga kenyamanan dan privacy pasien

PROSEDUR TINDAKAN
No Langkah dan Key point Ilustrasi gambar
1. Sapa klien dengan ramah dan
perkenalkan diri dan tanyakan
kedatanggannya
Key point:
Mempersilahkan ibu
duduk dengan nyaman
dan membina hubungan
baik.

2. Melakukan pengkajian
Key point:
Menanyakan informasi
3. Menyiapkan alat dan bahan secara
baik dan benar
Key point:
● Dekatkan alat dan bahan
● Pemberian Tablet tambah
darah

4 Memberikan pelayanan
konseling
● Memberikan pelaksanaan
konseling tentang anemia
● Menjelaskan pengertian
anemia
● Menjelaskan tentang
jenis-jenis anemia
● Menjelaskan tentang
penyebab anemia
● Menjelaskan tentang
pencegahan dan
penanggulangan anemia
rendah
5 Melakukan Evaluasi hasil
konseling yang sudah di
sampaikan
6 Dokumentasikan dan beritahukan
hasil kepada ibu

DAFTAR TILIK

PENILAIAN
0 Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan belum sempurna
2 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan sempurna

Beri tanda ceklist () pada kolom penilaian


No Langkah Kegiatan Penilaian
. 0 1 2
PERSIAPAN TEMPAT
1 Menyediakan tempat yang nyaman untuk
melakukan konseling
PERSIAPAN ALAT
2 Alat bantu untuk melakukan konseling
PERSIAPAN PASIEN
3 Sambut pasien dengan ramah
4 Perkenalkan diri
5 Persilahkan pasien duduk dan ciptakan suasana
yang nyaman
6 Jelaskan maksud dan tujuan kunjungan
PELAKSANAAN KONSELING
7 Menjelaskan pengertian Anemia
8 Menjelaskan tentang jenis-jenis Anemia
9 Menjelaskan penyebab Anemia
10 Menjelaskan tentang pencegahan dan
penanggulangan anemia

EVALUASI
12 Evaluasi hasil konseling yang sudah di sampaikan
13 Menanyakan pada pasien apakah sudah mengerti
dengan penjelasan yang di sampaikan
14 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya
15 Meminta ibu untuk mengulangi inti dari penjelasan
yang di sampaikan
TOTAL SKOR :
NILAI = TOTAL SKOR X100=NILAI AKHIR
17

BUKTI DOKUMENTASI 
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. A REMAJA UMUR 18 TAHUN


DENGAN DISMENOREA

Oleh:
NAMA : Eka Pudji Susanti

NPM : 07210400128

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. A REMAJA UMUR 18 TAHUN


DENGAN DISMENOREA

Telah disahkan
Jakarta, 10 Agustus 2022

Disetujui Oleh,
Menyetujui
Pembimbing Paktik Komunitas

(Maryam Syarah Mardiyah, S.ST., MKM)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah dan nikmatnya, penulis mampu menyelesaikan penyusunan laporan
keluarga binaan berjudul ” Laporan Individu Keluarga Binaan Asuhan Kebidanan
Pada Nn. A Remaja Umur 18 Tahun Dengan Dismenorea”.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW. Penyusunan laporan keluarga binaan ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis bermaksud
untuk mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju
2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrahman, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku PJS Rektor Universitas Indonesia
Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku PJS Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku PJS Wakil Rektor II Bidang Non-
Akademik
Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
8. Ernita Prima Noviyani, S.ST., M.Kes Selaku penguji pada laporan
keluarga binaan.
9. Nurainih, S.ST, Bdn, M.Kes, SH, MH Selaku CI Penguji pada laporan keluarga binaan
10. Seluruh dosen Pendidikan Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju
yang telah memberikan ilmu pengetahuannya selama duduk di bangku
kuliah
11. Terima kasih kepada orang tua saya yang tidak henti-hentinya mendoakan
mendukung, memberikan nasihat, semangat serta motivasi dalam
penyusunan penulisan ini.
12. Rekan-rekan seperjuanganku yang saling mendukung dan menyemangati
satu sama lain.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan.Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi
semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 08 Agustus 2022

Eka Pudji Susanti


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Manfaat 5
BAB II TINJAUAN TEORI 6
A. Definisi Remaja 6
B. Menstruasi 6
C. Definisi Disminore 7
D. Klasifikasi Disminore 8
E. Patofisiologi Disminore 8
F. Gejala Disminore 9
G. Penatalaksaan Disminore 10
BAB III TINJAUAN KASUS 13
A. SOAP Kunjungan Pertama 13
B. SOAP Kunjungan Kedua 17
C. SOAP Kunjungan Ketiga 19
BAB IV PEMBAHASAN 21
BAB IV PENUTUP 24
A. Kesimpulan 24
B. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Satuan Acara Kegiatan 28


Job Sheet 36
Tilik 38
Pendokumentasian 39
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,


remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah remaja di
seluruh dunia mencapai 1,8 miliar dan di Indonesia sekitar 63 juta
pemuda atau 26 % dari total populasi 238 juta. Remaja merupakan
masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang mengalami masa
pertumbuhan cepat dan pubertas. Pada fase tersebut, terjadi
pertumbuhan fisik disertai perkembangan mental-kognitif, psikis, juga
terjadi proses tumbuh kembang reproduksi yang mengatur fungsi
seksualitas.
Salah satu tanda wanita mengalami pubertas, yaitu dengan
terjadinya menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada perempuan
sekitar usia 10 tahun, namun bisa lebih dini maupun lebih lambat. Pada
masa itu, banyak remaja perempuan yang mengalami gangguan
menstruasi yang disebut dengan dismenorea atau nyeri haid.
Dismenorea terdiri dari dismenorea primer dan dismenorea sekunder.
Dismenorea primer terjadi dengan tidak didasari kondisi patologis,
sedangkan dismenorea sekunder didasari dengan keadaan patologis.
Dismenorea merupakan salah satu penyebab yang paling sering terjadi
untuk tidak masuk sekolah karena menimbulkan ketidaknyamanan yang
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Angka kejadian nyeri dismenore tahun 2020 di dunia sangat besar.
Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami nyeri
menstruasi. Di Amerika Serikat angka persentase nya sekitar 60%.
Klein dan Litt (2018) menemukan Studi epidemiologi pada populasi
remaja (berusia 12-17 tahun) di Amerika Serikat angka kejadian
(prevalensi)
dismenore mencapai 59,7%. Studi ini juga menemukan dismenore
menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah dengan tingkat
nyeri yang dikeluhkan oleh remaja antara lain 12% berat, 37% sedang,
dan 49% ringan. Jika dibandingkan dengan kasus remaja tidak masuk
sekolah karena dismenore, di Swedia lebih tinggi yaitu sekitar 72%
dibandingkan dengan di Amerika Serikat yang angka kasusnya lebih
rendah yaitu sekitar 14 %.
Prevalensi kejadian dismenorea di Indonesia sekitar 107.673 jiwa
(64,25%), yang terdiri dari 59.671 jiwa (54,89%) mengalami
dismenorea primer dan 9.496 jiwa (9,36%) mengalami dismenorea
sekunder (Herawati, 2017). Dismenore primer dialami oleh 60% - 75%
remaja. Gejala yang dirasakan adalah kram di perut bagian bawah
(umumnya berlangsung 8-72 jam) yang menjalar ke punggung dan
sepanjang paha. Selain itu, tidak disertai dengan peningkatan jumlah
darah haid dan puncak rasa nyeri sering kali terjadi pada saat
perdarahan masih sedikit. Biasanya timbul sesaat sebelum dan sesudah
menstruasi, dan mencapai puncaknya pada 24 jam pertama dan 2 hari
kemudian akan menghilang.4 Prevalensi di jakarta tahun 2015
prevalensi dismenore primer adalah 87,5% dengan nyeri ringan
20,48%, nyeri sedang 64,76%, dan nyeri parah 14,76%. Prevalensi
dismenore sekunder adalah 12,5%. Jumlah populasi wanita di DKI
Jakarta berdasarkan hasil sensus tahun 2015 sebanyak 4.735.126 jiwa
atau 49,3% dijakarta barat presentase remaja
akhir sebesar 25,12%.
Dismenorea perlu dilakukan penanganan yang baik. Karena kondisi
ini merupakan salah satu penyebab gejala endometriosis yang dapat
mengakibatkan penurunan kesehatan, kualitas hidup dan kesuburan
wanita. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenorea,
yaitu dengan pemberian pendidikan kesehatan, pemberian obat
analgetik, terapi hormonal, terapi dengan obat nonsteroid
antiprostaglandin dan dilatasi kanalis servikalis. Selain itu dapat juga
dilakukan dengan terapi non farmakologi, yaitu dengan melakukan
berendam air hangat dengan mencampurkan garam, melakukan
relaksasi dengan yoga, mengatur pola makan, dan memijat dengan
essential oil lavender.
Penyebab terjadinya nyerihaid/ dismenore ini belum diketahui
pasti, tetapi etiologi dari dismenore primer salah satunya yaitu factor
psikis kejiwaan (stress).Sedangkan dari beberapa teori penyebab
dismenore primer disebutkan bahwa kontraksi myometrium akan
menyebabkan iskemia pada uterus sehingga menyebabkan rasa nyeri.
Kontraksi myometrium tersebut disebabkan oleh sintesis prostaglandin.
Prostaglandin disebut dapat mengurangi atau menghambat sementara
suplai darah ke uterus, yang menyebabkan uterus mengalami
kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kontraksi myometrium dan
terasa nyeri .Penyebab dismenore lainnya yaitu factor endokrin,
kelainan organic, factor kejiwaan atau gangguan psikis, factor
konstitusi, dan factor alergi. Sedangkan factor risiko terjadinya
dismenore primer ialah menarche pada usia lebih awal, belum pernah
hamil dan melahirkan, lama menstruasi lebih dari normal 7 hari, dan
umur.Wanita yang menderita dismenore primer biasanya wanita yang
mengkonsumsi alcohol, perokok, tidak pernah berolahraga, dan stress.
Dalam hal ini penulis mengambil kasus pada Remaja Nn. A
sebagai bukti pelaksanaan praktek kebidanan komunitas dan
melaksanakan implementasi sesuai dengan prioritas masalah.
Diharapkan Remaja lebih mengerti dan memahami tentang
Dismenorea.

1.2. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah mampu memberikan asuhan
kebidanan secara kontinu melalui pendekatan pendampingan
dalam keluarga
binaan praktik manajemen pelayanan kebidanan di komunitas
Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penulisan ini adalah agar dapat melakukan:


a) Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data
subjektif secara komunitas melalui pendekatan pendampingan
dalam keluarga binaan praktik manajemen pelayanan
kebidanan di komunitas Tahun 2022.
b) Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data
Objektif secara komunitas melalui pendekatan pendampingan
dalam keluarga binaan praktik manajemen pelayanan
kebidanan di komunitas Tahun 2022
c) Mampu Menginterpretasukan data yang meliputi dignose
kebidanan dan masalah secara komunitas melalui pendekatan
pendampingan dalam keluarga binaan praktik manajemen
pelayanan kebidanan di komunitas Tahun 2022
d) Mampu memberikan konseling mengenai edukasi disminore
secara komunitas melalui pendekatan pendampingan dalam
keluarga binaan praktik manajemen pelayanan kebidanan di
komunitas Tahun 2022.

1.3. Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini tidak mencipatakan teori baru tetapi untuk menambah
wawasan bagi pembaca.

2. Manfaat Praktis

Studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagain alternatif Asuhan


Kebidanan secara kontinu melalui pendekatan pendampingan dalam
keluarga binaan praktik manajemen pelayanan kebidanan di
komunitas
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Kebidanan Komunitas Dengan Pendekatan Keluarga


Binaan Asuhan Kebidanan Keluarga adalah serangkaian kegiatan yang
merupakan implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan melalui
praktik kebidanan dengan sasaran keluarga dan ditujukan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan pendekatan
asuhan
kebidanan.
Adapun tanggung jawab bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan di komunitas adalah: pelayanan yang diberikan harus sesuai
dengan tugas dan kewenangan, memberdayakan keluarga untuk mampu
memecahkan masalah keluarganya, asuhan harus melibatkan keluarga,
seluruh asuhan harus terdokumentasi dengan baik, dan tidak segan
berkoordinasi dengan tim pelayanan kesehatan lain (interprofessional
collaboration practice) sehingga masalah kesehatan pada keluarga dapat
diatasi secara komprehensif pada ANC, INC, BBL, PNC, Bayi dan balita.
2.2 Definisi Remaja

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal


dari bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala
memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode
lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila
sudah mampu mengadakan reproduksi. Masa remaja adalah masa
peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu
yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting
menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut
adalah pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan
lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu
karakteristik
di dalam diri remaja yang membuat remaja relatiflebih bergejolak
dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress
period)
Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung
banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas. Sedangkan,
masa remaja dimulai dari usia 12 – 21 tahun, selanjutnya untuk remaja
indonesia menggunakan batasan usia 11 – 24 tahun dan belum menikah.

2.3 Menstruasi

Menstuasi adalah proses alamiah yang terjadi pada setiap


perempuan. Menstruasi merupakan pedarahan yang teratur dari uterus
sebagai tanda bahwa organ kandungnya telah berfungsi dengan matang.
Pada umumnya, remaja akan mengalami menarche pada usia 12 sampai
16 tahun. Periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek,
misalnya psikologi dan lain sebagainya. siklus menstruasi selama 2-7
hari, fisiologi menstruasi yaitu:
a. Stadium menstruasi. Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari.Pada
saat itu, endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul
perdarahan. Hormonhormon ovarium berada pada kadar paling
rendah.
b. Stadium poliferasi. Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari.Dimulai
sejak berhentinya darah menstruasi sampai hari ke-14.Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase poliferasi di mana terjadi
pertumbuhan dari desidua fungsional yang mempersiapkan uterus
untuk perlekatan janin. Dalam fase ini endometrium tumbuh
kembali.Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur
dari indung telur (disebut ovulasi).
c. Stadium sekresi. Stadium sekresi berlangsung 11 hari.Masa sekresi
adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan memengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (pelekatan janin ke
rahim).
d. Stadium premenstruasi. Stadium yang berlangsung selama 3 hari.Ada
infiltrasi sel-sel darah putih, bisa sel bulat. Stroma mengalami
disintegrasi dengan hilangnya cairan dan sekret sehingga akan terjadi
kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi vasokontriksi,
kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah.

2.4 Definisi Disminore

Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, kata dys


yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno yang berarti bulan, dan orrhea
yang berarti aliran. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu
haid atau menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan
pengobatan yang yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit didaerah
perut maupun panggul. Gangguan menstruasi yang paling sering
dikeluhkan adalah nyeri sebelum, saat atau sesudah menstruasi. Nyeri
tersebut timbul akibat adanya hormon prostagladin yang membuat otot
uterus (rahim) berkontraksi. Bila nyerinya ringan dan masih dapat
beraktivitas berarti masih wajar. Namun, bila nyeri yang terjadi sangat
hebat sampai mengganggu aktivitas ataupun tidak mampu melakukan
aktivitas, maka termasuk pada gangguan. Nyeri dapat dirasakan di daerah
perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung.
Dismenore yang sering terjadi adalah dismenore fungsional
(wajar) yang terjadi pada hari pertama atau menjelang hari pertama akibat
penekanan pada kanalis servikalis (leher rahim). Biasanya dismenore
akan menghilang atau membaik seiring hari berikutnya menstruasi.
Dismenore yang non fungsional (abnormal) menyebabkan nyeri hebat
yang dirasakan terus menerus, baik sebelum, sepanjang menstruasi
bahkan sesudahnya
2.5 Klasifikasi Disminore dan Tingkat Dismenore

● Dismenore dibedakan menjadi dua macam, yaitu:


a. Dismenore primer (spasmodik) Dismenore primer biasanya dimulai
pada saat seseorang wanita berumur 2-3 tahun setelah menarche dan
mencapai maksimalnya pada usia 15-25 tahun. Frekuensinya
menurun sesuai dengan pertambahan usia dan biasanya berhenti
setelah melahirkan
b. Dismenore sekunder Dismenore sekunder biasanya baru muncul
kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti
infeksi rahim, kista/polip, tumor di sekitar kandungan, kelainan
kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan di
sekitarnya

Nyeri dapat dirasakan sebelum, selama dan sesudah haid. Penyebab


terjadinya dismenorea sekunder bisa diakibatkan oleh salpingitis kronis,
yaitu infeksi yang lama pada saluran penghubung rahim (uterus) dengan
kandung telur (ovarium). Kondisi ini paling sering ditemukan pada
wanita berusia 30-45 tahun. Cara penanganannya perlu dilakukan
konsultasi dokter serta pengobatan dengan antibiotik dan anti radang
●Tingkat derajat dismenore yaitu :
a. Dismenore ringan terjadi di skala nyeri 1 - 4
b. Dismenore sedang terjadi diskala nyeri 5 - 6
c. Dismenore berat terjadi diskala nyeri 7 - 10

2.6 Patofisiologi Disminore

Dismenore primer diakibatkan oleh prostaglandin yang merupakan


stimulus miometrium poten dan vasokontriktor pada endometrium. Kadar
prostaglandin yang tinggi dapat meningkatkan derajat nyeri pada saat
menstruasi, tingginya kandungan prostaglandin yang mencapai tiga kali
diawali dari proses proliferal sampai dengan proses luteal. Sehingga
adanya peningkatan prostaglandin dapat meningkatkan tonus miometrium
dan kontraksi uterus, menghasilkan hormon pituitari posterior
(vasopresin) terlibat didalam proses peluruhan pada saat menstruasi.
Selain itu faktor psikis dan pola tidur dapat berpengaruh dengan
timbulnya dismenore.
Pada saat masa subur terjadi peningkatan serta terjadi penurunan
hormon pada fase follikuler (pembentukan sel telur), kemudian terjadi
peningkatan pada pertengahan fase follikuler dimana terdapat kadar FSH
(Follicle Stimulating Hormone) sehingga dapat merangsang follikel agar
memproduksi hormon estrogen. Pada saat kadar progesteron menurun
terjadi peningkatan hormon estrogen. Pada saat terjadinya penurunan
kadar progesteron akan diikuti kenaikan kadar prostaglandin di
endometrium. Terjadinya peningkatan kontraksi pembulu darah
diakibatkan oleh prostaglandin yang telah disintesis dari luruhnya
endometrium di miometrium sehingga peningkatan kontraksi tersebut
mangakibatkan penurunan aliran darah dan memicu proses iskemi
sehingga terjadi nekrosis (kematian sel) pada sel dan jaringan di
dalamnya.

Penurunan kadar progesteron dapat menyebabkan ketidak stabilan


membran lisosom dan pelepasan enzim, prostaglandin terjadi akibat
penurunan kadar progesteron dalam jumlah banyak. Hormon progesteron
yang rendah diakibatkan oleh suatu regresi korpus luteum sehingga
menyebabkan terganggunya stabilitas pelepasan enzim fosfolipase dan
membran lisosom dimana berperan sebagai perantara prostaglandin
dengan melalui proses aktivitas fosfolipase sehingga menyebabkan
terjadi hidrolisis senyawa fosfolipid dan menghasilkan asam arakidonat.
Terjadinya dismenore primer akibat dari hasil metabolisme asam
arakidonat. Asam arakidonat memeliki dua cara metabolisme yaitu jalur
lipoksigenase dan jalur siklooksigenase sehingga menghasilkan
prostaglandin, tromboksan dan leukotrien selain itu dapat berperan dalam
timbulnya rasa sakit pada saat menstruasi

2.7 Gejala Disminore

Gejala dismenore dapat bervariasi pada setiap wanita. Namun secara


umum, tanda dan gejala paling khas dari dismenore, yaitu:
a. Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menyebar sampai
ke punggung bawah, dan paha bagian dalam
b. Nyeri haid muncul 1–2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal
menstruasi
c. Rasa sakit terasa intens atau konstan.

Bagi beberapa wanita akan mengalami beberapa gejala lain yang


muncul bersamaan sebelum atau saat siklus menstruasi datang. Berikut
gejala penyerta lainnya yang sering dikeluhkan wanita ketika

menstruasi :

a. Perut kembung
b. Diare
c. Mual dan muntah
d. Sakit kepala
e. Pusing
f. Lemah, lesu, dan tidak bertenaga
g. Sulit tidur
h. Mudah tersinggung
i. Sakit pada daerah payudara

2.8 Penatalaksaan Disminore

Penatalaksanaan yang dapat dilaksanakan untuk pasien dismenore


adalah:

a. Penjelasan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan


yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Penjelasan dapat dilakukan
dengan diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan, kegiatan, dan
lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid
atau adanya hal-hal yang dilarang mengenai haid. Nasihat mengenai
makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga dapat membantu
mengurangi dismenore

b. Pemberian obat analgetic

Banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat diberikan sebagai


terapi simptomatik. Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat
ditempat tidur dan kompres hangat pada perut bawah untuk
mengurangi keluhan. Obat analgetik yang sering diberikan aadalah
kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Terapi farmakologi untuk
mengurangi nyeri menstruasi antara lain: dengan pemberian obat
analgetik, terapi hormonal, obat nonsteroid prostagladin, dilatasi
kanalis servikalis. Obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi
nyeri menstruasi diantaranya : pereda nyeri (analgesik) golongan
Non Steroid Anti Inflamasi (NSAI)

c. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini


bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan
yang terjadi benar-benar dismenore primer atau jika diperlukan untuk
membantu penderita untuk melaksanakan pekerjaan penting pada
waktu haid tanpa gangguan

d. Terapi non farmakologi menurut, yaitu:


1) Mengatur pola makan dengan gizi seimbang
2) Meningkatkan konsumsi sayur- sayuran hijau, buah, daging dan
ikan sebagai sumber makanan yang mengandung vitamin B6
3) Mengkonsumsi makanan berserat, seperti wortel, seledri,
brokoli, daun selada, buah berry, alpukat, mangga, almond,
oatmeal dan roti gandum
4) Mengurangi makanan yang mengandung garam dan kafein
5) Mengkonsumsi minuman herbal (kayu manis, kedelai, cengkeh,
jahe madu, kunyit asam).
6) Berolahraga ringan, seperti berjalan santai atau bersepeda.
7) Mandi air hangat atau kompres air hangat di daerah perut bagian
bawah dengan botol kompres.
8) Mengkonsumsi suplemen yang mengandung vitamin E (biji
matahari, almond, alpukat, mangga), vitamin B6, omega 3, dan
magnesium.
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA
REMAJA

I. KUNJUNGAN PERTAMA

No. Registrasi 01
Tanggal Pengkajian : 25-07-2022
Waktu Pengkajian : 13.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Eka Pudji
Susanti

A. Data Subjektif

Identitas Remaja
Nama : Nn. Anisa
Umur : 18 Tahun
Anak ke : 03
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kebon Baru RT 04 RW 01

Identitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny. Idah Nama Suami : Tn. Ahmad
Umur : 49 Tahun Umur : 59 Tahun
Agama : Islam Agama : ISlam
Suku : Betawi Suku : Betawi
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kebon Baru RT 04 RW 01
1. Alasan datang
Bidan datang ingin melakukan kunjungan rumah keluarga binaan, remaja
sedang mengalami disminore
2. Keluhan utama
remaja sedang mengalami disminore
3. Riwayat obstetric
Nona tidak mempunyai riwayat obstetric
4. Riwayat ginekologi
Infeksi pada vagina : Tidak ada
Pap Smear : Tidak Pernah
Pembedahan pada kemaluan : Tidak ada
Pembedahan pada payudara : Tidak ada
5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan remaja
● Jantung : Tidak ada
● Tekanan darah tinggi : tidak ada
● Hepar : tidak ada
● Diabetes melitus : tidak ada
● Anemia : Tidak ada
● Penyakit hubungan seksual dan HIV/ AIDS : tidak ada
● Campak : tidak ada
● Malaria : tidak ada
● Tuberkulosis : tidak ada
● Gangguan mental : tidak ada
● Operasi : tidak ada
● Riwayat Riwayat kecelakaan/ perdarahan : Tidak ada
● Riwayat transfuse : Tidak ada
● Gangguan Ginjal : Tidak ada
● Lain-lain : tidak ada
b. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada penyakit
keturunan
6. Riwayat psikososial
Emosi : Stabil
Tanggapan remaja terhadap keadaan dirinya : Khawatir
Pengetahuan tentang penyakit yang diderita : Tidak mengetahui
Hubungan dengan orang tua : baik
Hubungan dengan teman : baik
Hubungan dengan tetangga : baik
Pengambil keputusan dalam keluarga : ayah

7. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat
Tidur siang : 1-2 Jam
Tidur malam : 7 jam
b) Pola aktivitas
nona mengatakan sebagai pelajar dan membantu ibu di rumah
c) Pola eliminasi
BAK : 8 kali sehari BAB : 1 kali sehari
d) Pola nutrisi
● Makan
Frekuensi : 3 kali sehari
Jenis : nasi, sayur, tahu, tempe, ikan, telur dan lainnya
● Minum
Frekuensi : 8 gelas sehari
Jenis : air putih dan teh manis

e) Pola personal hygiene


Mandi : 2 kali sehari
Keramas : 1 kali dalam 2 hari
Perawatan kuku : seminggu sekali
Sikat gigi : 3 kali sehari ( pagi, siang dan sebelum tidur)
Kebersihan vulva : Setiap BAB dan BAK
B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 83 kali/menit
Frekuensi nafas : 23 kali/menit
Suhu tubuh : 36,7 0C
3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 22,2 kg/m2
4. Pemeriksaan Fisik : Tidak Dilakukan pemeriksaan
5. Pemeriksaan Penunjang : Tidak Dilakukan pemeriksaan

C. Analisis Data

Nn. A Remaja Usia 18 Tahun Dengan Disminore


D. Penatalaksanaan

1. Melakukan skring covid 19, evaluasi : tidak di dapatkan tanda dan gejala
covid 19
2. Melakukan inform consent tindakan yang akan dilakukan, evaluasi : nona
mengerti dan menandatangani surat inform consent.
3. Melakukan Pendataan KK dan pengisian kuisioner. Evaluasi : Sudah
dilakukan
4. Melakukan perjanjian kunjungan ulang tanggal 26 Juli 2022 untuk
dilakukan edukasi mengenai Dismonore Pada Remaja. Evaluasi: Sudah
dilakukan
5. Melakukan pendokumentasian SOAP
II. SOAP KUNJUNGAN KEDUA

No. Registrasi 01
Tanggal Pengkanjian : 26-07-2022
Waktu Pengkajian : 12.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Eka Pudji
Susanti
Kunjungan : 2 (Kedua)

A. DATA SUBJEKTIF

Nn. A mengatakan tidak tentang Disminore dan cara menangani nya


B. DATA OBJEKTIF

Keadaan : baik Kesadaran :


umum composmen
tis
TD : 110/70 mmHg Nadi : 82
x/menit,
Suhu : 36,5◦C pernafasan : 21
x/menit,
BB : 56 kg TB : 150 cm
C. ANALISA DATA

Nn. A Usia 18 Tahun Dengan Kebutuhan konseling Disminore


D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan inform consent tindakan yang akan dilakukan, evaluasi : nona


mengerti dan menandatangani surat inform consent
2. Melakukan pemeriksaan fisik. Evaluasi : Nona bersedia
dilakukan pemeriksaan
3. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang dilakukan yaitu
T : 110/70 mmHg Nadi :
D 86x/m
Rr : 21 x/m Suhu : 36,5
4. Menginformasikan kepada nona tentang gejala yang dialami adalah
disminore yaitu keluhan kram yang menyakitkan dan umumnya muncul
saat
sedang haid atau menstruasi untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang
tidak diperlukan lagi. Evaluasi: Nona mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
5. Menjelaskan kepada nona mengapa terjadi disminore yaitu Kadar
prostaglandin yang tinggi dapat meningkatkan derajat nyeri pada saat
menstruasi. Evaluasi : Nona mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6. Menjelaskan kepada nona mengenai gejala disminore yaitu Perut
kembung, Diare, Mual dan muntah, Sakit kepala, Pusing, Lemah, lesu, dan
tidak bertenaga, Sulit tidur, Mudah tersinggung dan Sakit pada daerah
payudara. Evaluasi : Nona mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
7. Menganjurkan nona untuk memakan makanan gizi seimbang yaitu makan
yang mengandung karbohidrat seperti nasi, gandum dan jagung, protein
hewani seperti ikan, ayam, telur, protein nabati seperti tahu, tempe,
kacang- kacangan, sayur dan buah. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih
banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan makanan yang
berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam, selain itu bahan
makanan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat besi. dan
banyak mengkomsumsi air putih sebanyak 8 gelas perhari. Evaluasi: Nona
mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan melaksanakannya.
8. Menganjurkan nona Berolahraga dan banyak bergerak akan memperlancar
aliran darah dan tubuh akan terangsang untuk memproduksi endorfin yang
bekerja mengurangi rasa sakit dan menimbulkan rasa gembira. Evaluasi :
Nona mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan
melaksanakannya.
9. Menganjurkan nona untuk melakukan kompres hangat untuk meredakan
rasa nyeri karena Suhu yang hangat dapat membuat sirkulasi darah lancar,
vaskularisasi lancer dan terjadinya relaksasi pada otot karena otot
mendapat nutrisi berlebih yang dibawa oleh darah sehingga kontraksi otot
menurun. Evaluasi : nona mengerti dan akan melakukan apa yang
disarankan.
10. Memberikan terapi obat penghilang nyeri atau analgetik bila diperlukan.
11. Menganjurkan nona untuk menerapkan pola hidup sehat adalah
menghindari stres yang dapat menimbulkan kecemasan, memiliki pola
makan yang teratur, istirahat cukup, tidak merokok, tidak meminum-
minuman keras, tidak makan makanan dan minuman yang mengandung
kafein, meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging ikan dan yang
mengandung vitamin B6. Evaluasi: Nona mengerti dengan penjelasan
yang diberikan dan akan melaksanakan.
12. Menganjurkan nona untuk konsul dengan dokter apabila nyeri yang
dirasakan tidak hilang lebih dari 3 hari. Evaluasi : Nona mengerti
13. Menganjurakan nona untuk menjaga personal hygiene yaitu tidak
membiarkan celana dalam lembab, kering dan bersih dan menganjurkan
nona mengunkan celana dalam berbahan katun yang menyerap keringat.
Evaluasi : Nona mengerti dan akan melaksanakan.
14. Melakukan pendokumentasian SOAP.

III. SOAP KUNJUNGAN KETIGA

No. Registrasi 01
Tanggal Pengkanjian : 27-07-2022
Waktu Pengkajian : 12.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Eka Pudji
Susanti
Kunjungan : 3 (Tiga)
A. DATA SUBJEKTIF

Nn. A mengatakan sudah mengerti mengenai Disminore dan sudah


melakukan mengurangi rasa nyeri disminore

B. DATA OBJEKTIF

Keadaan umum : baik Kesadaran :


composmentis
TD : 110/70 mmHg Nadi : 82 x/menit,
Suhu : 36,5◦C pernafasan : 21 x/menit,
BB : 56 kg TB : 150 cm

C. ANALISA DATA

Nn. A Usia 18 Tahun Dengan Kebutuhan konseling Disminore


D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan inform consent tindakan yang akan dilakukan, Evaluasi : Nona


mengerti dan menandatangani surat inform consent
2. Melakukan pemeriksaan fisik, evaluasi : nona bersedia dilakukan
pemeriksaan
3. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang dilakukan yaitu
T : 110/70 mmHg Nadi :
D 86x/m
Rr : 21 x/m Suhu : 36,5
4. Menginformasikan kepada nona tentang gejala disminore. Evaluasi: Nona
mengerti dengan penjelasan yang diberikan
5. Menjelaskan kepada nona mengapa terjadi disminore yaitu Kadar
prostaglandin yang tinggi. Evaluasi : Nona mengerti
6. Menjelaskan kepada nona mengenai gejala disminore. Evaluasi :
Nona mengerti dengan penjelasan yang sudah diberikan dan dapat
menjelaskan ulang
7. Menganjurkan nona untuk memakan makanan gizi seimbang. Evaluasi:
Nona mengerti dan sudah melaksanakan dengan makanan gizi seimbang
8. Menganjurkan nona Berolahraga dan banyak bergerak. Evaluasi : Nona
mengerti dan akan melaksanakan
9. Mengajarkan dan memberikan kompres hangat.pada daerah yang nyeri
bagian perut bawah. Evaluasi : Nona mau dan melakukan apa yang
diajarkan
10. Menganjurkan nona untuk menerapkan pola hidup sehat. Evaluasi: Nona
mengerti dan akan melaksanakan
11. Menganjurkan nona untuk menjaga personal hygiene. Evaluasi : Nona
mengerti dan sudah melaksanakan
12. Melakukan pendokumentasian SOAP.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini mahasiswa akan membandingkn praktek dan teori


belajar dilapangan dKkelurahan Kebon baru KecamatanTebet Jakarta Selatan di
Rt 004/ Rw 001khususnya pada Nn.A.

Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil


pendekatan dan tabulasi data ditemukan langkah-langkah pemecahan masalah
pada Nn.A sesuai dengan prioritas masalah.

4.1. Pengkajian Data Subjektif

Data subjektif yang diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada


Nn.A. data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien dengan teknik
wawancara. data berupa keluhan dan persepsi subjektif terhadap status
kesehatannya.data subjektif ini diperoleh dengan anamnesa terhadap klien Nn.A
secara keseluruhan.

Penulis melakukan pengkajian data subjektif pada Nn.A berdasarkan


proses pengkajian data subjektif pada Nn.Adidapatkan bahwa Nn.A usia 18 th
sedang mengalami nyeri haid atau dismenore. Dengan demikian penulis
melakukan pengumpulan data subjektif menggunakan metode yang sesuai teori
maka tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

4.2. Pengkajian Data Objektif

Data objektif diperoleh melalui hasil pemeriksaan oleh petugas kesehatan


yang dilakukan pada Nn.A . Data objektif adalah data yang didapat dari
pengamatan,observasi,pengukuran dan pemeriksaan fisik dengan beberapa metode
oleh petugas kesehatan. Pemeriksaan fisik meliputipenampilan dan emosional
pada Nn.A pengukuran fisik [TB,BB,LILA], tanda-tanda vital [TD,N,S,R],
pemeriksaan wajah leher,dada,abdomen,genetalia,tungkai. penulis melakukan
pemeriksaan fisik melalui observasi secara langsung pada Nn,A danditemukan
dalam keadaan baik.
Penulis melakukan asuhan kebidanan pada tanggal 25-27 juli 2022 pada
Nn.A usia 18 th Keadaan umum : baik Kesadaran : Composmentis BB;56kg,
TB:150cm, TD;110/70mmhg, N;82x/mnt, S; 36,5 c, R: 21x/mnt. pemeriksaan lain
dalam batas normal.

Dengan demikian penulis melakukan pengumpulan data objektif menggunakan


metode yang sesuai dengan teori dan praktek sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek

4.3. Perumusan Diagnosa

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan data objektif langkah


berikutnya yaitu menganalisa data yaitu menentukan masalah kesehatan
yang dialami Nn.A masalah yang dialami Nn.A yaitu Nyeri Haid atau
Dismenore.

Pada langkah ini identifikasi trhadap diagnosa /masalah berdasarkan


interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. data dasar
yang sudah dikumpulkan diinterpretsikan sehingga dapat. merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik.

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya berkaitan karena masalah tidak


dapatdan didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
masalah sering berkaitan dengan hal yang sedang dialami oleh wanita yg
diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan bidan dalam lingkup


praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan. dalam
mengidntifikasikan diagnosa/masalah harus berdasarkan data subjektif
dan data objektif. Dengan demikian analisa data dilakukan sesuai dengan
teori sehingga disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek.

4.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi

Pada langkah ini direncanakan Asuhan kebidanan yang


menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini
merupakan penatalaksanaan terhadap masalah / diagnosa yang telah
teridentifikasi dan diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasikan. setiap rencana asuhan
haruslah disetujui oleh kedua pihak agar dapat dilaksanakan dengan
efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut.

Setelah dilakukan konseling dengan menggunakan alat bantu


leaflet pada Nn.A usia 18 th.

Nn.A dapat mengetahui dan mengerti tenteng pengertian dismenore, tanda


dan gejala dismenore, cara mengurangi dan penatalaksanaan pada nyeri
haid atau dismenore, cara menjaga kebersihan diri atau personal hygiene
pada saat haid. Dan setelah mengetahui dari hasil konseling serta sudah
diberikan tata laksana untuk mengurangi nyeri haid pada Nn.A
dirumahnya.

Dengan demikian penatalaksanaan dan evaluasi yang dilakukan sesuai


dengan teori sehingga disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan teori
dan praktek.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Setelah penulisan melakukan asuhan keluarga binaan pada Nn.A maka di dapatkan
kesimpulan :
1. Dilakukan kunjungan pertama pada keluarga binaan dengan
mengindentifikasi masalah pada Keluarga Binaan Nn. A

2. Dilakukan kunjungan kedua dimana dilakukan Perencaan penangan


Masalah yang ada pada Keluarga Binaan Nn. A
3. Dilakukan kunjungan ketiga dimana dilakukan Pelaksanaan asuhan
kebidanan dan evaluasi pada keluarga binaan Nn. A

5.2 SARAN

1. Bagi KK Binaan

Kepada keluarga yang di bina, agar apa yang di berikan baik


dalam bentuk pelayanan maupun penyuluhan supaya dapat di terapkan
untuk masa- masa yang akan datang sehingga keluarga akan lebih
mandiri dan bertanggung jawab terhadap kesehatan diri dan keluarga.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih memperbanyak literatur - literatur khususnya buku-buku
kebidanan menurut Varney sehingga mahasiswa dapat lebih memahami
dan dapat menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Dapat menyatukan
persepsi dalam penyusunan asuhan kebidanan dengan SOAP. Agar tetap
mempertahankan kesabarannya dalam membimbing mahasiswa yang
seringkali tidak menerapkan teori yang ada dan mengalami kejenuhan
dalam melakukan aktifitas kuliah
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar tetap mempertahankan dan meningkatkan asuhan kebidanan


yang telah ada, dan selalu menerapkan teori-teori yang telah didapatkan
dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Sehingga tetap tercermin citra
bidan yang profesional
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes. Pemuda Rumuskan Keterlibatan Bermakna


Dalam Pembangunan Kesehatan.
2019.https://www.kemkes.go.id/article/print/19032200001/pemuda-
rumuskan-keterlibatan-bermakna-dalam-pembangunan-kesehatan.html
2. Febrianti, S., & Muslim, F. R. Penyuluhan Upaya Remaja Putri Dalam
Mengatasi Dismenorea Di SMK YBKP3 Tarogong Kidul Garut. Jurnal
Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat, 1, Nomor 2(2), 2018.83–
91.
3. Fira, H., & Kusumawati, N. Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
penurunan skala nyeri dismenore pada remaja putri di Desa Pulau Jambu
wilayah kerja Puskesmas Kuok. Jurnal Kesehatan Masyarakat 5(4), 2021.
400– 407.
4. Novia, I., & Puspitasari, N. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian
Kusta. The Indonesian Journal of Public Health. 2018.
5. Hidayah, N., Rustanto, & Fatma, I. Pengaruh abdominal stretching
exercise terhadap penurunan dismenore pada siswi remaja di Madrasah
Aliyah Hasyim Asy’ari Bangsri Kabupaten Jepara. The 5Th Urecol
Proceding.2017. 7(1). 3812-3842.
6. Imran, V., & Etriyanti. The effect of giving boiled water turmeric
(curcumin) acid (tamarindus indica) againt intesity haid pain (dismenore)
in class X class X students MAN 2 Padang in 2020. Jurnal Kesehatan
Saintika Meditory, 2020. 3, 1–8.
7. Junengsih. Praktik Kebidanan Komunitas. Jakarta: Kemenkes. 2018.
8. Putro, K. Z. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.
APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 2017. Vol. 17, No. 1, 1-
8.
9. Rosyida, D. A. C. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.
Yogyakarta: PT Pustaka Baru.2019.
10. Larasati TA, Alatas F. Dismenore primer dan faktor risiko dismenore
primer pada remaja. Majority. 2016; 5(3): 79-84.
11. Beddu, S., Mukarramah, S., & Lestahulu, V. Hubungan Status Gizi dan
Usia Menarche dengan Dismenore Primer pada Remaja Putri. The
Southeast Asian Journal of Midwifery, 2015. 1(1), 16–21.
12. Teknik, E., Dan, Y., Stretching, A., Mahasiswi, P., Fakultas, D. I.,
Kesehatan, I., & Magelang, M. Efektivitas teknik yoga dan abdominal
stretching exercise terhadap intensitas nyeri haid ( dismenore) pada
mahasiswi di fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah
magelang. 2019.
13. Widyastuti, et al. Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta: Fitramaya.2012.
14. Aisya, Megawati. Hubungan Gaya Hidup Dengan kejadian Menarche.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. 2016.
15. Gumilar, R.A, Arif W, dan Wachidah Y. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri
Tentang Penanganan Dismienore di SMP 2 kartasuara. 2014.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA KEGIATAN

TEMA : Konseling Disminore


SASARAN : Nn. A
MATERI POKOK : Konseling Disminore pada Remaja
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 menit
TEMPAT : Rumah Pasien
PELAKSANA : Eka Pudji Susanti

A. Tujuan Instruksiona

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan konseling nona diharapkan memahami dan mengetahui
tentang Disminore pada Remaja dan mau melaksanan saran untuk
mengatasi disminore pada remaja

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan konseling ibu diharapkan mampu:


a. Menjelaskan kembali pengertian tentang Disminore
b. Menjelaskan kembali Patofisiologi Disminore
c. Menjelaskan kembali Gejala Disminore
d. Menjelaskan kembali penanganan disminore pada remaja
B. Pelaksanaan

1. Tempat
Tempat : Rumah Pasien
2. Waktu

Waktu : 27 Juli 2022


C. Metode dan Media

1. Metode : konseling dan tanya jawab


2. Media : Job sheet, daftar tilik dan leafleat
D. Langkah Kegiatan

N Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan Pasien dan


o kegiatan Kesehatan keluarga
1 Pembuka 1. Mengucapkan salam 1. Mahasiswa
an (5 2. Menyebutkan nama da mengucapkam
menit) nasal instansi. salam.
3. Menjelaskan tujuan. 2. Mahasiswa
Mengkaji memperkenalkan
tingkat diri kepada pasien.
pengetahuan pasien 3. Mahasiswa
dan menjelaskan tujuan
keluarga tentang disminore konseling.
pada remaja 4. Mahasiswa
mengajukan
pertanyaan
tentang
disminore pada remaja
2 Pembahas 1. Menjelaskan 1. Mahasiswa
an (20 memberikan konseling
menit) tentang disminore pada
remaja Memberikan tentang disminore
kesempatan pada pasien pada remaja
untuk menanyakan hal Mahasiswa
yang kurang dimengerti. memberikan
kesempatan
kepada
pasien

untuk
menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
3 Penutu 1. Mengevaluasi 1. Mahasiswa melakukan
p (5 evalusi tentang tujuan
menit) tujuan konseling disminore konseling disminore
pada remaja pada
remaja
2. Mengucapkan terimakasih 2. Mahasiswa
atas perhatian yang mengucapkan
diberikan dan memberikan terimakasih
salam penutup.
kepada pasien dan
salam
penutup.

E. Evaluasi
Sebelum diberikan edukasi Nn. A tidak mengerti disminore pada remaja dan
setelah diberikan edukasi Nn. A mengerti mengenai disminore pada remaja
dan mau menerapkan apa yang disarankan oleh bidan

F. Materi

1. Pengertian Disminorea
Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, kata dys
yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno yang berarti bulan, dan orrhea
yang berarti aliran. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu
haid atau menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan
pengobatan yang yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit didaerah
perut maupun panggul. Gangguan menstruasi yang paling sering
dikeluhkan adalah nyeri sebelum, saat atau sesudah menstruasi. Nyeri
tersebut timbul akibat adanya hormon prostagladin yang membuat otot
uterus (rahim) berkontraksi. Bila nyerinya ringan dan masih dapat
beraktivitas berarti masih wajar. Namun, bila nyeri yang terjadi sangat
hebat sampai mengganggu aktivitas ataupun tidak mampu melakukan
aktivitas, maka termasuk pada gangguan. Nyeri dapat dirasakan di daerah
perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung.
Dismenore yang sering terjadi adalah dismenore fungsional (wajar)
yang terjadi pada hari pertama atau menjelang hari pertama akibat
penekanan pada kanalis servikalis (leher rahim). Biasanya dismenore
akan menghilang atau membaik seiring hari berikutnya menstruasi.
Dismenore yang non
fungsional (abnormal) menyebabkan nyeri hebat yang dirasakan terus
menerus, baik sebelum, sepanjang menstruasi bahkan sesudahnya

2. Patofisiologi Disminore

Dismenore primer diakibatkan oleh prostaglandin yang merupakan


stimulus miometrium poten dan vasokontriktor pada endometrium. Kadar
prostaglandin yang tinggi dapat meningkatkan derajat nyeri pada saat
menstruasi, tingginya kandungan prostaglandin yang mencapai tiga kali
diawali dari proses proliferal sampai dengan proses luteal. Sehingga
adanya peningkatan prostaglandin dapat meningkatkan tonus miometrium
dan kontraksi uterus, menghasilkan hormon pituitari posterior (vasopresin)
terlibat didalam proses peluruhan pada saat menstruasi. Selain itu faktor
psikis dan pola tidur dapat berpengaruh dengan timbulnya dismenore
Pada saat masa subur terjadi peningkatan serta terjadi penurunan
hormon pada fase follikuler (pembentukan sel telur), kemudian terjadi
peningkatan pada pertengahan fase follikuler dimana terdapat kadar FSH
(Follicle Stimulating Hormone) sehingga dapat merangsang follikel agar
memproduksi hormon estrogen. Pada saat kadar progesteron menurun
terjadi peningkatan hormon estrogen. Pada saat terjadinya penurunan kadar
progesteron akan diikuti kenaikan kadar prostaglandin di endometrium.
Terjadinya peningkatan kontraksi pembulu darah diakibatkan oleh
prostaglandin yang telah disintesis dari luruhnya endometrium di
miometrium sehingga peningkatan kontraksi tersebut mangakibatkan
penurunan aliran darah dan memicu proses iskemi sehingga terjadi
nekrosis (kematian sel) pada sel dan jaringan di dalam nya
3. Gejala Disminore

Gejala dismenore dapat bervariasi pada setiap wanita. Namun secara


umum, tanda dan gejala paling khas dari dismenore, yaitu:
a. Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menyebar
sampai ke punggung bawah, dan paha bagian dalam
b. Nyeri haid muncul 1–2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal
menstruasi
c. Rasa sakit terasa intens atau konstan.

Bagi beberapa wanita akan mengalami beberapa gejala lain yang


muncul bersamaan sebelum atau saat siklus menstruasi datang. Berikut
gejala penyerta lainnya yang sering dikeluhkan wanita ketika
menstruasi :
a. Perut kembung
b. Diare
c. Mual dan muntah
d. Sakit kepala
e. Pusing
f. Lemah, lesu, dan tidak bertenaga
g. Sulit tidur
h. Mudah tersinggung
i. Sakit pada daerah payudara

4. Penanganan Disminore Pada Remaja

Penatalaksanaan yang dapat dilaksanakan untuk pasien dismenore


adalah :
a. Penjelasan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Penjelasan dapat
dilakukan dengan diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan, kegiatan,
dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai
haid atau adanya hal- hal yang dilarang mengenai haid. Nasihat
mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga dapat
membantu mengurangi dismenore
b. Pemberian obat analgetik
Banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat diberikan sebagai
terapi simptomatik. Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat ditempat
tidur dan kompres hangat pada perut bawah untuk mengurangi
keluhan. Obat analgetik yang sering diberikan aadalah kombinasi
aspirin, fenasetin, dan kafein. Terapi farmakologi untuk mengurangi
nyeri menstruasi antara lain: dengan pemberian obat analgetik, terapi
hormonal, obat nonsteroid prostagladin, dilatasi kanalis servikalis.
Obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi nyeri menstruasi
diantaranya : pereda nyeri (analgesik) golongan Non Steroid Anti
Inflamasi (NSAI)
c. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini
bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan
yang terjadi benar-benar dismenore primer atau jika diperlukan untuk
membantu penderita untuk melaksanakan pekerjaan penting pada
waktu haid tanpa gangguan
d. Terapi non farmakologi, yaitu:
1) Mengatur pola makan dengan gizi seimbang
2) Meningkatkan konsumsi sayur- sayuran hijau, buah, daging dan
ikan sebagai sumber makanan yang mengandung vitamin B6
3) Mengkonsumsi makanan berserat, seperti wortel, seledri, brokoli,
daun selada, buah berry, alpukat, mangga, almond, oatmeal dan
roti gandum
4) Mengurangi makanan yang mengandung garam dan kafein
5) Mengkonsumsi minuman herbal (kayu manis, kedelai, cengkeh,
jahe madu, kunyit asam).
6) Berolahraga ringan, seperti berjalan santai atau bersepeda.
7) Mandi air hangat atau kompres air hangat di daerah perut bagian
bawah dengan botol kompres.
8) Mengkonsumsi suplemen yang mengandung vitamin E (biji
matahari, almond, alpukat, mangga), vitamin B6, omega 3, dan
magnesium.

G. Daftar Pustaka/Referensi

1. Larasati TA, Alatas F. Dismenore primer dan faktor risiko dismenore


primer pada remaja. Majority. 2016; 5(3): 79-84.
2. Teknik, E., Dan, Y., Stretching, A., Mahasiswi, P., Fakultas, D. I.,
Kesehatan, I., & Magelang, M. Efektivitas teknik yoga dan abdominal
stretching exercise terhadap intensitas nyeri haid ( dismenore) pada
mahasiswi di fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah
magelang. 2019.
3. Novia, I., & Puspitasari, N. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian
Kusta. The Indonesian Journal of Public Health. 2018.
JOB SHEET

TEMA : KONSELING DISMINOREA


SASARAN : Nn. A
MATERI POKOK : KONSELING DISMINOREA
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT
TEMPAT : RUMAH PASIEN
PELAKSANA. : EKA PUDJI SUSANTI
PROGRAM STUDI : PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SARJANA
TERAPAN KEBIDANAN

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA

Mahasiswa mampu menjelaskan konseling tentang Disminorea


B. DASAR TEORI SINGKAT

Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau menstruasi
yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang yang
ditandai dengan nyeri atau rasa sakit didaerah perut maupun panggul.
Gangguan menstruasi yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri sebelum,
saat atau sesudah menstruasi. Nyeri tersebut timbul akibat adanya hormon
prostagladin yang membuat otot uterus (rahim) berkontraksi

C. PETUNJUK

1. Melakukan informend consent


2. Memberikan informasi dengan baik dan benar
3. Melakukan pendokumentasian
4. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik
5. ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
6. Bekerja secara hati-hati dan teliti.
D. KESELAMATAN KERJA

1. Patuhi prosuder pekerjaan


2. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
3. Berikan informasi dengan baik dan benar.
E. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Mempersiapkan pasien dan memberikan penjelasan tentang Disminore


2. Menjaga kenyamanan pasien

PROSEDUR TINDAKAN

N Langkah dan Key point Ilustrasi gambar


o
1. Sapa klien dengan ramah dan
perkenalkan diri anda dan tanyakan
kedatanggannya
Key point:
Mempersilahkan ibu duduk dengan

nyaman dan membina hubungan baik.

2. Melakukan
pengkajian Key
point: Menanyakan
informasi
3. Menyiapkan alat dan bahan secara
baik dan benar
Key point:
Dekatkan alat dan bahan
4. Memberikan Edukasi
● Memberikan pelaksanaan konseling
● Menjelaskan pengertian Disminorea
● Menjelaskan tentang
patofisiologi diminore
● Menjelaskan tentang Gejala
disminore
● Menjelaskan tentang
Penatalaksanaan
disminore
5. Melakukan Evaluasi hasil konseling
yang sudah di sampaikan

6. Dokumentasikan dan beritahukan


hasil kepada ibu

F. Daftar Pustaka/Referensi
1. Larasati TA, Alatas F. Dismenore primer dan faktor risiko dismenore primer
pada remaja. Majority. 2016; 5(3): 79-84.
2. Teknik, E., Dan, Y., Stretching, A., Mahasiswi, P., Fakultas, D. I.,
Kesehatan, I., & Magelang, M. Efektivitas teknik yoga dan abdominal
stretching exercise terhadap intensitas nyeri haid ( dismenore) pada
mahasiswi di fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah magelang.
2019.
3. Novia, I., & Puspitasari, N. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian
Kusta. The Indonesian Journal of Public Health. 2018.
DAFTAR TILIK

PENILAIAN
0 Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan belum
sempurna
2 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan
sempurna

Beri tanda ceklist () pada kolom penilaian


N Langkah Kegiatan Penilaian
o. 0 1 2
PERSIAPAN TEMPAT
1 Menyediakan tempat yang nyaman untuk
melakukan konseling
PERSIAPAN ALAT
2 Alat bantu untuk melakukan konseling
PERSIAPAN PASIEN
3 Sambut pasien dengan ramah
4 Perkenalkan diri
5 Persilahkan pasien duduk dan ciptakan suasana
yang nyaman
6 Jelaskan maksud dan tujuan kunjungan
PELAKSANAAN KONSELING
7 Menjelaskan pengertian Diminorea pada remaja
8 Menjelaskan tentang patofisiologi Diminorea pada
remaja
9 Menjelaskan gejala Diminorea pada remaja
10 Menjelaskan penatalaksaan Diminorea pada
remaja
11 Menjelaskan tentang penanganan disminore
EVALUASI
12 Evaluasi hasil konseling yang sudah di sampaikan
13 Menanyakan pada pasien apakah sudah mengerti
dengan penjelasan yang di sampaikan
14 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya
15 Meminta ibu untuk mengulangi inti dari
penjelasan
yang di sampaikan
TOTAL SKOR :
NILAI = TOTAL SKOR X100=NILAI AKHIR
BUKTI DOKUMENTASI

Kunjungan Pertama

Kunjungan Kedua
Kunjungan Ketiga

Link Video :
https://drive.google.com/file/d/15xviVwexmZzUVBUWaO9kBgGfNVk
8Tyku/view?usp=sharing
Media :
HALAMAN JUDUL

LAPORANINDIVIDUKELUARGA BINAANKOMUNITAS

ASUHAN KEBIDANAN IBU MENYUSUI PADA Ny. N NIPAS 39


DENGAN PUTTING DATAR DI RT 02 RW 01
MAHASISWA SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
KELURAHAN KEBON BARU
KECAMATAN TEBET
JAKARTA SELATAN
TAHUN2022

DisusunOleh:
Ambar Kuswati
NPM07210200028

PROGRAMSTUDI SARJANA TERAPANKEBIDANAN


UNIVERSITASINDONESIA MAJU
TAHUN2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN KOMUNITAS

ASUHAN KEBIDANAN IBU MENYUSUI PADANy. N NIPAS 39


DENGAN PUTTING DATAR DI RT 02 RW 01
MAHASISWA SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
KELURAHAN KEBON BARU
KECAMATAN TEBET
JAKARTA SELATAN
TAHUN2022

DisusunOleh:
Ambar Kuswati
NPM07210200028

Telah Disetujui di Jakarta


Tanggal, 10 Agustus 2022

Menyetujui,
DosenPembimbing

Maryam Syarah Mardiyah,S.ST,M.KM


KATA PENGANTAR

Pujisyukurpenulispanjatkanatas kehadiratTuhanYang MahaEsakarena

atasberkahdanhidayah-Nya sehingga penulisdapatmenyelesaikanLaporan

IndividuKeluarga BinaanAsuhanKebidananIbu Menyusuipada Ny. N dengan

putting datar di Kebon Baru Rt 02 Rw 01 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan

Tebet Jakarta Selatan.

Penulismenyadaribahwa dalampenyusunanlaporaninimasihbanyak terdapat

kekurangan. Penulis mengharapkankritik dan saran dari berbagai pihak

yangsifatnyamembangun demikesempurnaan makalah ini.

Olehkarenaitumengucapkanterimakasihkepadaberbagaipihakyang telah

membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, kepada:

1. Drs. H. Jakub Chatib, Selaku Ketua YayasanIndonesia Maju Jakarta.

2. P r o f Dr.Dr.dr.H. M.Hafizurrachman, S H , MPH,Selaku P e m b i n a

Yayasan Indonesia Maju.

3.DR. Astrid Novita, SKM, MKM SelakuRektor Universita Indonesia Maju.

Jakarta.

4. Susaldi,SST,M Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik

UniversitasIndonesia Maju Jakarta.

5. Dr Rindu, SKM, M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non Akademik

Universitas Indonesia Maju Jakarta

6. Hidayani,Am.Keb,SKM,MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi

UniversitasIndonesia Maju Jakarta.

7. Hedy Herdiana, S.Kep, M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi

Universitas Indonesia Maju Jakarta


8. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes, Selaku Koordinator Program Studi Kebidanan

Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju Jakarta

9. Maryan Syarah Mardiyah, SST, MKM Selaku Pembimbing Asuhan Kebidanan

Komunitas Program Study DIV Kebidanan Universitas Indonesia Maju Jakarta

10. Ernita Prima Noviyanti, SST, M.Kes Selaku Dosen Responsi Asuhan

Kebidanan Komunitas Program Study DIV Kebidanan Universitas Indonesia

Maju Jakarta

11. Seluruh Staff dan Dosen Program Studi Diploma IV Kebidanan Universitas

Indonesi Maju Jakarta.

Semogabantuanyangtelah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari

Allah SWT dan semoga Pedoman Penyusunan Skripsi ini dapat bermanfaat

Jakarta, 12 Agustus 2022

Penyusun

Ambar Kuswati
DAFTARISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... 1
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................... 2
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 6
1.2 Tujuan....................................................................................................................... 8
1.3 Manfaat .................................................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 10
2.1 Tekhnik Menyusui ................................................................................................... 10
2.2 Tekhnik Menyusui yang Benar................................................................................. 12
2.3 Posisi Menyusui yang Benar..................................................................................... 15
BAB III HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS....................... 16
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................. 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 28
5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 28
5.2 Saran ........................................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 30
DOKUMENTASI .......................................................................................................... 31
A. FORMAT PENGKAJIAN ....................................................................................... 32
B. PRASAT KOMPETENSI ........................................................................................ 38
AP (Acuan Praktik) SAK .............................................................................................. 45
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

United Nation Childrens fund (UNICEF) dan World health Organization

(WHO) merekomendasikan sebaiknya anak disusui hanya air susu ibu

(ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya diberikan

sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dan dilanjutkan sampai

anak berumur 2 tahun (WHO 2005).

Menurut laporan UNICEF tahun 2011 dalam World Breastfeeding

Week sebanyak 136.700.000 bayi dilahirkan di seluruh dunia dan hanya

32,6% dari mereka mendapat ASI secara eksklusif pada usia 0 sampau 6

bulan pertama. ASI sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, namun belum

terlaksanan sepenuhnya, diperkirakan 85% ibu-ibu di dunia tidak

memberikan ASI secara optimal. Pada tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif

di India saja sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27%,

dna di Myanmar 24%.

Pada Riskesdas 2013, informasi tentang pemantauan anak diperoleh

dari frekuensi penimbangan anak umur 6-59 bulan selamaenam bulan

terakhir. Idealnya dalam 6 bulan anak balita ditimbang minimal enak kali.
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk

mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (Growth faltering) secara dini.

Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan

sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat

seperti Posyandu, Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan

yang lain (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Pasal 6 berbunyi

“Setiap Ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi

yang dilahrikannya”. Tujuan PP RI tersebut adalah untuk menjamin

pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan

sampai dengan berusia 6 bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangannya, dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga,

masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI

Eksklusif (Kurnia, 2017).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Republik Indonesia selama 3

tahun berturut-turut yaitu 2014, 2015, dan 2016 capaian ASI Eksklusif di

Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan. Capaian ASI Eksklusif

Indonesia pada tahun 2014 berada pada angka 52,3%, kemudian

mengalami peningkatan ditahun 2015 ialah 55,7%. Sedangkan pada tahun

2016 capaian ASI Eksklusif di Indonesia mengalami penurunan yaitu

menjadi 54,0%.

Berdasarkan data dari Profil Dinas Kesehatan DKI Jakarta memiliki

presentasi pemberian ASI eksklusif terendah di pulau Jawa pada tahun

2021, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Presentasenya


pemberian ASI eksklusif di ibu kota mencapai 65.63 %. Angka ini

menurun 5.23 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Presentasi pemberian

ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Jakarta Timur tahun 2020

sebanyak 74.32 % (BPS, 2021)

Menyusuiadalah prosespemberian susupadaanakbayiatau anak

kecildenganairsusuibu(ASI) daripayudaraibu.Bayimenggunakan

refleksmenghisapuntukmendapatkandanmenelansusu.Air susuibu (ASI)

merupakansuatujenismakananyangmencukupiseluruhunsur kebutuhan

bayibaikfisik,psikologi,socialmaupun spiritual.ASI mengandung

nutrisi,hormone,unsurekekebalan,factor pertumbuhan,anti

alergisertaantiinflamasi.Zat-zatantiinfeksiyang terkandung dalamASI

membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat

hubungan penting antaramenyususidengan penjarangan kehamilan (KB).

KeunggulanASItersebutperluditunjangdengancarapemberianASI

yangbenar,antaralainpemberianASIsegerasetelahlahiratauIMD(30

menitpertama bayiharussudahdisusukan). Kemudianpemberian ASI saja

sampai umur 6 bulan (ASI Ekslusif) selanjutnya pemberian ASI sampai 2

tahundengan pemberian makananpendamping ASIyang benar. Sehingga

diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan yang benar. Agar setiapibu dapat

menyusui sendiri bayinya.

Teknikmenyusuiterdiridariposisi menyusuidan

perlekatanbayipadapayudarayang

tepat,yang,bilateknikmenyusuitidakbenardapat menyebabkanputting lecet

dan ibu menjadi engganmenyusui danbayi jarangmenyusu.Selain iyuibu

harusmenemukanposisiyang sesuaiselamapemberianASI,bayijuga
harusberadadalamposisiyang nyamanuntukmempermudahmenjangkau

putting. Setiap perempuan tentunya memiliki bentuk tubuh yang berbeda

termasuk putting datar yang disebabkan oleh banyak hal seperti lemak di

payudara, ukuran panjang saluran ASI, perubahan bentuk putting saat

kehamilan dan setelah melahirkan serta kepadatan jaringan ikat di bagian

bawah putting.(Rahayu, 2020)

Berdasarkanuraianlatarbelakang diataspenyusunmembahas

mengenaiAsuhanKebidananIbuMenyusuipadaRt 02 Rw 01 Kelurahan Kebon Baru

Kecamatan Tebet Jakarta Selatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Dilakukannya keluargabinaan padaNy. N dengan putting datar di Rt 02 Rw

01 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Jakarta Selatan.

1.2.2 TujuanKhusus
a. Dilakukan pengkajian data subjektif padaNy. N dengan

Puting datar di Rt 02 Rw 01 Kelurahan Kebon Baru

Kecamatan Tebet Jakarta Selatan

b. Dilakukan pengkajian data obyektif padaNy. N dengan puting datar

Di Rt 02 Rw 01 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Jakarta

Selatan

c. Dilakukan a n a l i s a padaNy N dengan puting datar di Rt 02 Rw 01

Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Jakarta Selatan

d. Dilakukan pelaksanaan dan evaluasi yang akan diberikan


Pada Ny N dengan puting datar di Rt 02 Rw 01 Kelurahan Kebon Baru

Kecamatan Tebet Jakarta Selatan

1.3 Manfaat

1.3.1 Klien dan keluarga

Diharapkanklien dan keluarga dapatdijadikansebagai bahan

tambahanpelajaran,cara menyusui dengan posisi dan pelekatan yang

benar pada bayi dengan payudara ibu putting datar.

1.3.2 InstitusiPendidikan

Diharapkan penyusun keluarga binaan ini dapat dijadikan sebagai bahan

tambahan pelajaran, sebagai bahan evaluasi dalam membuat study kasus

dan juga dapat dijadikan sebagai bahan bacaan pustaka.

1.3.3 Tenaga Kesehatan

Dapatmemberikan masukan mngenai implementasi asuhan kebidanan pada

ibu menyusui serta sebagai bahan evaluasi lapangan


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 TEKNIK MENYUSUI


1. Pengertian Menyusui

Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana

keduanyamembutuhkan waktudankesabaranuntukpemenuhan nutrisipada

bayi.Menyusuiadalah prosespemberian susupada anakbayi atau anak

kecildenganair susu ibu (ASI) dari payudaraibu.

Caramenyusuisangatmempengaruhi kenyamananbayimenghisap

airsusu.Bidan atauperawatperlumamberikanbimbinganpada ibudalam

tentangcara-caramenyusuiyang sebenarnyaagartidakmenimbulkan masalah.

2. Manfaat Menyusui

Berikutiniadalahmanfaatyang didapatkandengan menyusuibagi bayi,

ibu, keluarga, danNegara

a. Manfaat bagi bayi

1. Komposisi sesuai kebutuhan.

2. Kalori dari ASImemenuhi kebutuhan bayi sampai usia6 bulan.

3. ASImengandungzanantibody.

4. Perkembangan psikomototrik lebik cepat.

5. Menunjangperkembangan kognitif.

6. Menunjangperkembangan penglihatan.

7. Memperkuat ikatan batin ibu dan anak.

8. Dasar untuk perkembanganemosiyanghangat.


9. Membentuk sistem pencernaanyangsehat.

b. Manfaat bagi Ibu

1. Mencegah perdarahanpontanapersalinan dan mempercepat kembalinya

rahimkebentuk semula.

2. Ibu yangmenyusui dapatmeminimalkankemungkinanterjadinya

kehamilan.

3. Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih

sayingpadabuah hatinya.

4. Mengurangi kemungkinan kanker payudara.

c. Manfaat bagi keluarga

1. Mudah dalam proses pemberiannya.

2. Mengurangi biayarumah tangga.

3.BayiyangmendapatASIjarangsakit,sehinggadapatmenghemat biayauntuk

berobat.

d. Manfaat bagi Negara

1. Pengehematan untuk subsidi anak sakitdan pemakaian obat-obatan.

2. Pengematan devisa dalam hal pembelian susus formula dan

perlengkapan menyusui.

3. Mendapatkan sumberdayamanusia(SDM)yangberkualitas.

2.2 Payudara

1. Pengertian

Payudara merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk memproduksi

ASI dan meningkatkan gairah seksual. Organ tubuh ini berbentuk dari

kumpulan jaringan, kelenjar syaraf dan pembuluh darah (Alodokter. 2021)

2. Fakta tentang payudara


Ada delapan tentang payudara :

a. Pertumbuhan payudara berbeda beda namun organ ini mulai berkembang

pada masa pubertas yaitu saat usia 8-13 tahun.

b. Ukuran payudara kiri dan kana tidak sama. Kondisi ini biasanya pada fase

Pertumbuhan payudara ketika salah satu payudara berkembeng dengan

cepat. Namun bila ukuran payudara dirasa sangat berbeda/benjolan dan

nyeri dapat berkonsultasi dengan dokter.

c. Menyusui dapat menurunkan resiko kanker payudara. Proses menyusui atau

ASI diketahui dapat menurunkan resiko terjadinya kanker payudara pada

wanita. Hal ini karena menyusui dapat mencegah terjadinya penyumbatan

pada kelenjar payudara dan menghilangkan sel yang berpotensi menjadi

kanker payudara.

d. Kanker payudara juga bisa menyerang pria yaitu obesitas, berusia diatas 60

tahun dan riwayat kanker payudara dalam keluarga.

e. Menyusui bisa memberikan rangsangan bagi wanita. Pada saat menyusui,

beberapa wanita bisa terangsang. Kondisi ini merupakan respon alamia

terhadap aktifnya hormon prolaktin dan oksitosinpada saat menyusui.

f. Ukuran payudara bisa berubah setiap bulan. Kondisi tersebut disebakan

oleh perubahan beberapa kadar hormon selam siklus menstruasi.

g. Tidak semua benjolan adalah kanker payudara. Sekitar 80-85 % dari

benjolan di payudara bersifat jinak dan bukan kanker.

h. Merokok bisa membuat payudara kendor. Hal ini terjadi karena zat

berbahaya yang terkandung di dalam rokok bisa merusak protein yang

dibutuhkan untuk menjaga kekencangan payudara.


2.3 Putting datar

1. Pengertian

Puting datar bukanlah kondisi langka, karena ini dialami oleh sekitar

10-20 % wanita di dunia. Berbeda dengan putting pada umumnya, putting

datar tidak terlihat menonjol dari area sekitarnya (areola) dan biasanya terlihat

tidak akan menonjol saat dirangsang (Alodokter. 2020)

2. Jenis putting payudara anatara lain :

a. Putting yang masuk /terbenam ke dalam (inverted nipple)

b. Putting yang datar (flat nipple)

c. Bentuk seperti pelahan dengan ujung tonjolan putting yang keluar

d. Putting yang menonjol keluar (Alodokter. 2017)

3. Langkah-langkahmenyusui yangbenar

Teknik atau cara menyusui a d a 7 cara memberikan ASI

kepadabayi dengan putting susu datardengan benar (Rahayu. 2022)

a. Keluarkan ASI menggunakantangansebelummulai menyusui. Terkadang

putting keras dan rata tidak terjadi ketika payudara penuh dengan susu.

Untuk itu ibu bisa coba untuk mengeluarkan ASI menggunakan tangan

dahulu sebelum mulai menyusui. Berikut caranya :

1. Pegang payudara dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain

buat bentuk hurup C dengan ibu jari dan telunjuk, kemudian letakkan

di dekat areola

2. Perah dengan lembut dan lepaskan tekanannya.

b. Merangsang putting agar bisa menegang atau ereksi, sehingga ibu bisa

menyusui bayinya. Berikut caranya :


1.Tempatkan ibu jari dan telunjuk di ujung bagian areola (area gelap di

sekitar putting susu).

2. Pijat dengan lembut dan lakukan secara perlahan.

3.Lakukan cara tersebut di kedua payudara ibu

c.Gunakan pompa ASI untuk membantu menarik putting. Bisa

menggunakan pompa ASI manual atau elektri.

d. Gunakan alat atau perangkat yang bisa menarik putting. Alat ini bekerja

dengan cara melonggarkan jaringan di sekitar putting dan membantu

menariknya keluar.

e.Gunakan nipple shild atau cangkang pelindung putting. Nipple shild

berfungsi mendorong pelekatan yang baik saat bayimenyusu, serta

membantu menarik keluar putting yang rata. Ibu bisa menaruhnya di bawah

pakaian yang dikenakan sehari hari serta menggunakan diantara menyusui.

f. Menstimulasi putting dengan tehnik Hoffman tahun 2017. Berikut caranya :

1. Letakan jari telujuk dan ibu jari dikedua sisi putting.

2. Tekan jari jari dengan kuat ke dalam jaringan payudara.

3. Setelah itu regangkan areola mamae dengan lembut ke setiap arah.

g.Memegang payudara saat menyusui agar pelekatan bisa terjadi dengan baik.

Berikut caranya :

1.M e m e g a n g p a y u d a r a d e n g a n m e m b e n t u k h u r u p C .

Akan memungkinkan ibu untuk mengontrol gerakan payudara dan juga

memudahkan ibu mengarahkan putingsehingga lebih pas dimulut bayi

dengan cara meletakkan ibu jari dan telunjuk di belakang areola atau

bagian hitam disekitar payudara.


2. M e m e g a n g p a y u d a r a d e n g a n m e m b e n t u k h u r u f V ,

caranya ibu hanya menggunakan jari telunjuk dan

jari tengah, sehingga membentuk seperti gunting

disekitar areola dan putting Kemudian tekan

kedua jari dengan lembut ke arah dada, tentunya

untuk membantu mengeluarkan ASI dari putting

2.4 Posisi Menyusui yang benar

Dalammenyusui,terdapatmacamposisimenyusui,cara menyusui

yang tergolong biasadilakukan adalah dengan duduk, berdiriatau

berbaring.Adapunposisikhususyang berkaitandengansituasitertentu,

sepertiibupascaoperasiCaesar.Bayidiletakandisamping kepalaibu

denganposisikakidiatas.Menyusuibayikembar dilakukandengancara

sepertimemegang bolabiladisusuibersamaan,yaitudipayudarakiridan

kanan.PadaASIyangmemancar(penuh),bayiditengkurapkandiatas dada

ibu,tanganibusedikitmenahankepalabayi,sehingga denganposisi inibayi

tidak tersedak. ( IDAI, 2013 )

Gambar Posisi Menyusui


BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS

KUNJUNGAN PERTAMA

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN

KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

No. Registrasi : 044-22

Tanggal Pengkajian : 21-07-2022

Waktu Pengkajian : 16.00 wib

Tempat Pengkajian : Kebon Baru Rt 002 Rw 01 Kel. Kebon Baru Kec Tebet

Jak Sel

Pengkaji : Ambar Kuswati

A. Data Subjektif

Nama Ibu : Ny N Nama Suami : Tn K

Umur : 31 tahun Umur : 41 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Mengurus rumah tangga Pekerjaan : Swasta


Alamat : Jl Mini 3 Rt 005/003 Kel Bambu Apus Kec Cipayung

Jakarta Timur

1. Alasan datang : Mau konsultasi ASI

2. Keluhan utama : Ibu mengatakan sudah melahirkan anak ke 3 tanggal 12-

06-2022, usia anak 39 hari, dengan puting susu mendatar sehingga anak nya

kesulitan menyusu.

3. Riwayat obstetri

a. Riwayat menstruasi : Masih darah nipas

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Penyulit

Tahun Tempat Jenis Kehamil


No U Penolong JK BB PB
lahir Bersalin persalinan an/
K
Persalin

an/

Ni

fas

1 2011 PKM 40 Normal Bidan Tidak ada L 3.2 49

2 2016 PKM 39 Normal Bidan Tidak ada P 2.8 48

3 2022 PKM 39 Normal Bidan Tidak ada L 3.0 50

4. Riwayat ginekologi : Tidak ada keputihan

5. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga : Tidak ada ashma, hipertensi, DM

6. Riwayat psikososial : Ibu merawat anak sendiri

7. Riwayat KB : KB 3 bulan selama 10 tahun

8. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat : Tidur malam 6 jam, tidur siang 1 jam

b) Pola aktivitas : Mengurus rumah tangga

c) Pola eliminasi : BAB 1 x sehari, BAK 4-5 x sehari

d) Pola nutrisi : Makan 3-4 x sehari, minum 7-8 x sehari

e) Pola personal hygiene : Mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, keramas 3

x seminggu

f) Pola hubungan seksual : Masih masa nipas

B. Data Objektif

1. Peneriksaan Umum

Keadaan umum : Baik Kesadaran: Kompos Mentis

2. Pemeriksaan Umum

Tekanan Darah : 110/80 mmHg Denyut nadi : 72 kali/menit

Frekuensi nafas : 24 kali/menit Suhu tubuh :36.20C

3. Pemeriksaan Antropometri

Berat badan sekarang : 65 kg Berat badan saat hamil : 75kg

Penurunan berat badan : 10kg Tinggi badan : 155 cm

IMT : 27.06 kg/m2 LILA : 28 cm

4. Pemeriksaan Fisik

Wajah : Tidak pucat dan tidak ada oedem

Mata : Konjungtiva tidak icterik, Sklera tidak anemis

Mulut : Tidak ada sariawan dan caries gigi

Leher : Tidak ada benjolan


Dada : Payudara membesar simetris, putting susu tidak menonjol,

ada pengeluaran asi, tidak ada nyeri tekan

Abdomen : Tidak ada luka operasi

Ekstremitas : Kaki tidak ada oedem dan tidak ada varices

Anogenitalia : Tidak dilakukan

5. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

C. Analisis Data

Ny. N usia31 th P3 A0 nipas hari 39 dengan putting datar.

Tindakan segera yangharus dilakukan padaNy. Npenanganan pelekatan

dan posisi menyusu bayi ke payudara ibu..

D. Penatalaksanaan

1. Melakukan informed consent kepada ibu. Sudah dilakukan ibu bersedia

menjadi klien

2. Petugas menggunakan APD sesuai dengan prokes. Sudah dilakukan

menggunakan masker

3. Beritahukan ibu hasil pemeriksaan saat ini, bahwa keadaan ibu baik

dalam batas normal. Sudah dilakukan

4. Beritahuibumengenaimanfaatteknikmenyusuiyang baikdan benar.

Sudah dilakukan agar putting susu keluar dengan stimulasi,

pelekatan,

niple shild dan di pompa dengan menggunakan alat manual atau

listrik

5. Ajarkanibumengenaiteknikmenyusuiyang baik dan benar posisi dan

pelekatan bayi secara teori. Sudah dilakukan cara posisi ibu

memegang bayi dan pelekatan bayi menyusu ke payudara ibu


6. Beritahuibuuntukmemberikan ASI ekslusif selama 6 bulan. Ibu

bersedia memberikan asi sampai 6 bulan.

7. Dokumentasikanhasil kunjungan. Sudah dilakukan dokumentasi

8. Membuat janji untuk kunjungan. Sudah dilakukan kunjungan kedua

pada tanggal 25 juli 2022

Jakarta, 21-07-2022

Pengkaji,

( Ambar Kuswati )

KUNJUNGAN KEDUA

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN

KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

No. Registrasi : 044-22

Tanggal Pengkajian : 25-07-2022


Waktu Pengkajian : 16.00 wib

Tempat Pengkajian : Kebon Baru Rt 002 Rw 01 Kel Kebon Baru Kec Tebet

Jak Sel

Pengkaji : Ambar Kuswati

A Data Subjektif

Nama Ibu : Ny N Nama Suami : Tn K

Umur : 31 tahun Umur : 41 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Mengurus rumah tangga Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl Mini 3 Rt 005/003 Kel Bambu Apus Kec Cipayung

Jakarta Timur

1. Alasan datang : Kunjungan rumah

2. Keluhan utama : Ibu mengatakan kurang istirahat, bayi belum bisa

menyusu dengan baik sehingga anak nya rewel malam.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik Kesadaran : Kompos Mentis

2. Pemeriksaan Umum

Tekanan Darah : 100/70 mmHg Denyut nadi : 68 kali/menit

Frekuensi nafas : 20 kali/menit Suhu tubuh :36.50C


3. Pemeriksaan Antropometri

Berat badan sekarang : 65 kg Berat badan saat hamil : 75kg

Penurunan berat badan : 10 kg Tinggi badan : 155 cm

IMT : 27.06 kg/m2 LILA : 28 cm

4. Pemeriksaan Fisik

Wajah : Tampak lelah dan tidak ada oedem

Mata : Konjungtiva tidak icterik, Sklera tidak anemis

Mulut : Tidak ada sariawan dan caries gigi

Leher : Tidak ada benjolan

Dada : Payudara membesar simetris, putting susu tidak

menonjol,ada pengeluaran asi, tidak ada nyeri tekan

Abdomen : Tidak ada luka operasi

Ekstremitas : Kaki tidak ada oedem dan tidak ada varices

Anogenitalia : Tiidak dilakukan

5. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

C. Analisis Data

Ny. N usia 31 th P3 A0 nipas hari 43 dengan putting datar kunjungan

kedua. Tindakan segera yangharus dilakukan padaNy. Ntidak ada.

D. Penatalaksanaan

1. Petugas menggunakan APD sesuai prokes. Sudah dilakukan

2. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan saat ini, bahwa keadaan ibu baik

dalam batas normal. Sudah dilakukan ibu senang mendengarnya.


3. Menganjurkan ibu banyak istirahat dan suami membantu dirumah. Sudah

dilakukan dan suami siaga

4. Mengajarkanibumengenaiteknikmenyusui posisi dan pelekatan yang baik

dan benar secara langsung. Sudah dilakukan ibu dengan sendiri bisa

menyusui bayi.

5. Memberitahu ibu untuk makan tinggi kalori dan protein seperti ikan,

daging, tahu, tempe dan banyak makan sayuran hijau setiap hari. Sudah

dilakukan ibu tidat ada alergi makanan

6. Dokumentasikanhasil kunjungan kedua. Sudah dilakukan dokumentasi

7. Membuat janji untuk kunjungan ketiga. Sudah dilakukan pada tanggal 27

Juli 2022 jam 16.00 wib

Jakarta, 25-07-2022

Pengkaji,

( Ambar Kuswati )

KUNJUNGAN KETIGA

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN

KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


No. Registrasi : 044-22

Tanggal Pengkajian : 27-07-2022

Waktu Pengkajian : 16.00 wib

Tempat Pengkajian : Kebon Baru Rt 002 Rw 01 Kel Kebon Baru Kec Tebet

Jak Sel

Pengkaji : Ambar Kuswati

A Data Subjektif

Nama Ibu : Ny N Nama Suami : Tn K

Umur : 31 tahun Umur : 41 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Mengurus rumah tangga Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl Mini 3 Rt 005/003 Kel Bambu Apus Kec Cipayung

Jakarta Timur

1. Alasan datang : Kunjungan rumah

2. Keluhan utama : Ibu mengatakan sudah bisa istirahat, bayi sudah

bisa menyusu dengan baik sehingga anak nya tidak rewel malam.
B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik Kesadaran : Kompos Mentis

2. Pemeriksaan Umum

Tekanan Darah : 120/70 mmHg Denyut nadi : 70 kali/menit

Frekuensi nafas : 20 kali/menit Suhu tubuh : 36 0C

3. Pemeriksaan Antropometri

Berat badan sekarang : 63 kg Berat badan saat hamil : 75 kg

Penurunan berat badan: 12 kg Tinggi badan : 155 cm

IMT : 27.06 kg/m2 LILA : 28 cm

4. Pemeriksaan Fisik

Wajah : Tampak segar dan tidak ada oedem

Mata : Konjungtiva tidak icterik, Sklera tidak anemis

Mulut : Tidak ada sariawan dan caries gigi

Leher : Tidak ada benjolan

Dada : Payudara membesar simetris, putting susu tidak menonjol, ada

pengeluaran asi, tidak ada nyeri tekan

Abdomen : Tidak ada luka operasi

Ekstremitas : Kaki tidak ada oedem dan tidak ada varices

Anogenitalia : Tidak dilakukan

5. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan


C. Analisis Data

Ny. N usia 31 th P3 A0 nipas hari 45 dengan putting datar.

Tindakan segera yangharus dilakukan padaNy. Ntidak ada.

D. Penatalaksanaan

1. Menggunakan APD sesuai prokes. Sudah dilakukan

menggunakan masker

2. Memberitahukan hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan baik dan

dalam batas

normal. Sudah dilakukan ibu bahagia

3. Melihat ibumelakukan teknikmenyusui posisi dan pelekatan

yang baik dan benar. Sudah dilakukan ibunya sendiri tanpa

bantuan orang lain.

4. Memberitahuibuuntukmemberikan ASI sampai bayi melepas

sendiri, ASI ekslusif sampai usia 6 bulan. Sudah

dilakukan

5. Melihat ibu untuk makan tinggi kalori dan protein seperti ikan,

daging, tahu,

tempe dan banyak makan sayuran hijau setiap hari. Sudah dilakukan makan

TKTP

6. Menganjurkan ibu untuk ber-KB. Sudah dilakukan ibu bersedia

dan akan ber-

KB ke puskesmas terdekat.

7. Dokumentasikanhasil kunjungan ketiga. Sudah dilakukan

dokumentasi
Jakarta, 27-07-2022

Pengkaji,

( Ambar Kuswati )
BAB IV

PEMBAHASAN

DalampraktikkebidanankomunitasdiRT02 RW 01Desa Kebon Baru,

pengkajimelakukankegiatanmembinasalahsatukeluarga,dariseluruh keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan khususnya di bidang kebidanan, lalu

pengkajimengambil kasus asuhan kebidanan ibu menyusui padaNy. Nusia 31

tahun P3 A0 nipas hari 39 denganputting datar.

Pada tahappengkajianinidata subyektif Ny N diperoleh

melaluiobservasidanwawancara yang

dilakukansecarakunjunganrumah.Kegiatanpengkajiandilakukan pendekatan

danwaktuyang seefektifmungkindanmengunjungikembaliklien.

Pengkajimelakukanpembinaan,kunjungan danmenjalinrasapercayaterhadap

keluargatersebut,melakukanpemeriksaandanmengkajitentangmasalahyang

adapadakeluargaini.

Setelahdilakukanpengkajiandata objektif padaNy.N,bahwa keadaanpada Ny.

Nsemuadalambatasnormaldanibubelum mengetahui mengenailangkah-

langkahteknikmenyusuiyang baikdanbenar. Didapatkan payudara ibu keluar ASI

dan tampak putting datar

Pada keluarga binaaniniterdapat analisa yangmempengaruhiderajat kesehatan

yaitu ibu mempunyai anak ketiga usia anak

39haridengan putingdatar
Setelah melakukan penatalaksanaan dan evaluasi diharapkan ibu dapat

mengaplikasikanataumenerapkanlangkah-langkahteknikmenyusuiyangbaik

danbenar, keluargadiharapkan ikut membantuibu mengetahui pentingnyadan

manfaat dari teknik menyusuiyangbaik dan benar.

Darihasildatayang didapatbahwatidakadanyakesenjanganantarateoridan

praktikasuhan kebidananteknikmenyusuiyangkurang benardengan hasilyang

didapat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

PadaasuhankebidananNy. N didapatkanbahwa h asilkunjungan

asuhankebidananibumenyusui dengan keluhan puting datar dan hasil

pemeriksaan sepertiTTV:TD110/10mmHg,N82X/m,

S36,80C,R26X/mdalambatasnormal.

Padapemeriksaanpayudara

didapatkanhasilpengeluaranASIlancar,putingd a t a r ,aerola

kecoklatan,tidakadabendunganpadaASI dan tidak ada nyeri

tekandandalambatasnormal.

Pada analisa didapatkan Ny. N usia 31 tahun P3 A0 nipas hari 39

dengan putting datar dan

belumdapatmelakukanteknikmenyusuidenganbaikdanbenar karena

kesulitan untuk menyusu ke ibu.

Dari masalah hal diatas dilakukan penyuluhan mengenai

stimulasi, pelekatan bayi menyusu ke ibu, pompa

Asi secara manual /elektri dan menggunakan niple

s h i l d / c a n g k a n g p e l i n d u n g p u t t i n g ,manfaat m a k a n a n

TKTP bagi ibu menyusui.

Bidanperlumamberikanbimbinganpadaibutentang cara-

caramenyusuiyang sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah.

Penatalaksanaanyangtelah dilakukan antaralain:


a. Memberikan informasi mengenai teknik menyusui yang baik dan

benar posisi dan pelekatan, manfaat makan TKTP bagi ibu menyusui,

rencana KB yang akan diputuskan dengan suami.

b. Hasilkonselingtentangteknikmenyususiyangbaikdanbenarpada Ny. N

usia 31 tahun mampu mengaplikasikan mengenai teknik menyusui

dengan baik dan benar pada posis dan pelekatan bayi. Ibu , rencana KB

IUD ke Puskesmas terdekat.

5.2 Saran

Adapun saranyangingindisampaikan oleh penyusun antaralain:

a. Klien

Agar memberikan ASI eksklusif (selama 6 bulan ) dengan

memperhatikan posisi dan pelekatan bayi menyusu ke ibu meskipun

dengan putting datar dan keluarga ikut membantu dan memberi

dukungan dalam pelaksanaan ASI eksklusif dan segera ber-KB IUD.

b. InstitusiPendidikan

Agar meningkatkankualitas pendidikandalamasuhankebidanan

sehinggadapat menghasilkancalonbidanyang profesionaldan terampil.

c. Tenaga Kesehatan

Agar lebihmeningkatkanpelayanan danfasilitaskesehatan terhadap

masyarakatsehingga masyarakatlebihmudahmendapatkan pelayanan

asuhan kebidanan padaibu menysusuiyang maksimal terutama

dibidangpelayanan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Amini, Ni Wayan. DKK. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Balita dan anak

Prasekolah. Yogyakarta :

Ardiyan, Kurnia Fajrin. 2017. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan

Perkembangan Bayi

Krisyanti. W, 2014. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika

Notoatmojo, S.2013. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

Rahayu Lilik Susilowati. 2022 Tujuh Cara Aman Dan Nyaman Menyusui Dengan

Putting datar. Jakarta : POMAMA

Roesli, U. 2012. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:Pustaka Medika

Rulina Suradi. 2013. Posisi dan Pelekatan Menyusui dan Menyusu Yang Benar.

UNICEF: IDAI

Sulistyawati. A. 2014 .Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nipas. Yogyakarta
LAMPIRANDOKUMENTASI

20
DOKUMENTASI

A. FORMAT PENGKAJIAN

No. Registrasi : 044-22

Tanggal Pengkajian : 21-07-2022

Waktu Pengkajian : 16.00 wib

Tempat Pengkajian : Kebon Baru Rt 002 Rw 01 Kel. Kebon Baru Kec Tebet

Jak Sel

Pengkaji : Ambar Kuswati

1. IdentitasIbu
Nama :Ny. N
Umur : 31 tahun
Suku/Bangsa : Jawa
Agama :Islam
Pendidikan :SLTA
Pekerjaan :IRT
Alamat :Gg. MiniRt 02 Rw 01 Desa Kebon Baru
Telp : 08990751756
3. Anamnesa
a. Keadaan umumIbu : Baik
b.Riwayat Persalinan
No. Anak Ke Jenis petugas Tempat
Persalinan Persalinan
1 1 Spontan BIDAN PMB
2 2 Spontan Bidan Puskesmas

3 3 Spontan Bidan Puskesmas

c. Pola Kebutuhan Sehari-hari


1) Nutrisi
Porsi makan sehari-hari:
Jenis : Bervariasi
Makanan pantang : Tidak ada
Pola minum : 8 gelas perhari
Masalah : Tidak ada

2) Eliminasi
a) BAK
Frekuensi :Normal
Jumlah :4-5xsehari
Warna :Keruh
Keluhan :Tidak ada
b) BAB
Frekunsi : Padat
Jumlah :1xsehari
Warna :Kecoklatan
Keluhan :Tidak ada
3) Istirahat
Siang :2 jam
Malam :8 jam
Keluhan :Tidak ada
4) Aktivitas :IRT
5) Personal hygine : Baik

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU :Baik
Kesadaran :Composmentis
PB :160 cm
BB :66 kg
Vital Sign
TD :110/80 mmHg
N :82x/m
S :36,5 0C
R :26X/m

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala :simetris, dan tidak adanyeri tekan

Muka :tidak pucat dan tidak adaodema

Mata :simetris,konjungtivatidak pucat, Scleratidak ikterik

Hidung :bersih tidak adapolip, dan tidak adanyeri tekan

Bibir :simetris, tidak pucat, tidak adastomatitis

Telinga :simetris, bersih tidak adapengeluaran dantidakadanyeri tekan

Leher :tidak adapembesaran kelenjar venajugularis,getah bening,tyroid

Abdomen :adaada luka beks operasi

Ekstremitas :simeris, tidak adaodema

3. Pemeriksaan

penunjang :

Tidak Ada

C. Analisa Data

Ny. Nusia 31 tahun P3 A0 nipas hari 39 dengan puting tidak menonjol.

D. Planning
1. Memberitahukanibuhasilpemeriksaansaatinibahwakeadaanibubaik dan

dalam batas normal.

Ev : ibumengerti akan kondisinya.

2. Memberitahukanibukembalimengenaiteknikmenyusuiyangbaikdan benar.

Ev : ibu mampu melakukan teknik menyusui dengan baik.


3. Menganjurkan ibu untukmemberikan ASItanpadiwaktu.

Ev: ibu akan memberikan ASItanpadiwaktu.

4. Dokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah

diberikan.

Ev:mendokumentasikansemuahasilpemeriksaandanasuhanyangtelah

diberikan.

Pelaksana Mengetahui Pembimbing

Ambar Kuswati Maryan Syarah

Mardiyah,S.ST,M.KM
KunjunganKeluarga BinaanII

Asuhankebidananibumenyusuipada Ny. N diDesa Kebon Baru Rt

02 Rw 01, Senin 25 Juli 2022, pukul 16.00 WIB. Ibu

mengatakansehatdantidakada keluhan.Dilakukanpemeriksaanobjektif

pada Ny. Ndandidapatkanpemeriksaanyaitukeadaanumum:baik,

kesadaran:composmentis.TD110/80mmHg,N82X/m,R26X/m,S 360C.

Pada pemeriksaansistematissemua keadaanbaikdandalambatasnormal.

Diagnosa: Ny. Nusia 31 tahun P3 A0 nipas hari 43

denganputing tidak menonjol.

Planing asuhankebidananyang diberikanpadaNy. Nyaitu:

Memberitahukanibuhasilpemeriksaansaatinibahwakeadaanibubaik

dandalambatas normal.Ev :ibumengertiakankondisinya.

Memberitahukanibukembalimengenaiteknikmenyusuiyang baikdan

benar. Ev : ibu mampu melakukan teknikmenyusui dengan baik.

MenganjurkanibuuntukmemberikanASI tanpadiwaktu.Ev:ibuakan

memberikan ASI tanpa diwaktu. Dokumentasikan semua hasil


pemeriksaandanasuhanyang telahdiberikan.Ev:mendokumentasikan

semua hasilpemeriksaandan asuhanyangtelah diberikan.

Pelaksana Mengetahui Pembimbing

Ambar Kuswati Maryan Syarah

Mardiyah,S.ST,M.KM

KunjunganKeluarga BinaanIII

Asuhankebidananibumenyusuipada Ny. N diDesa Kebon Baru

Rt02 Rw 01, Rabu 27 Juli 2022, pukul 16.00 WIB. Ibu mengatakan

kondisinya baik dan tidak ada keluhan dalam teknik

menyusui.Laludilakukanpemeriksaanobjektif pada Ny. N denganhasil

pemeriksaankeadaanumum:baik,kesadaran:composmentis.TD110/70mm

Hg,N82X/m,R26X/m,S360C. Padapemeriksaansistematissemua

keadaanbaikdandalambatas normal.

Diagnosa:Ny. Nusia 31tahun P3 A0 nipas hari 45 dengan putting

tidak menonjol.

Planning asuhan kebidananyang diberikan padaNy. Nyaitu:

Memberitahukanibuhasilpemeriksaansaatinibahwakeadaanibubaik

dandalambatas normal.Ev :ibumengertiakankondisinya.

Memberitahukanibukembalimengenaiteknikmenyusuiyang baikdan
benar. Ev:ibumampumelakukanteknikmenyusuidenganbaik.

MenganjurkanibuuntukmemberikanASI tanpadiwaktu.Ev:ibuakan

memberikan ASI tanpa diwaktu. Dokumentasikan semua hasil

pemeriksaandanasuhanyang telahdiberikan.Ev:mendokumentasikan

semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan

Pelaksana Mengetahui Pembimbing

Ambar Kuswati Maryan Syarah

Mardiyah,S.ST,M.KM

SATUAN ACARA KEGIATAN

TEMA : Konseling Menyusui

SASARAN : Ibu Nipas

MATERI POKOK : Putting Datar dan Posisi Menyusui

WAKTU/ PERTEMUAN : 21 Juli 2022

TEMPAT : Rumah pasien

PELAKSANA : Ambar Kuswati

A. Tujuan Instruksional

1. Tujuan Instruksional Umum : Meningkatkan pengetahuan pasien

tentang ASI eksklusif sehingga pasien mampu dan dapat melakukan menyusui
bayi dengan benar dengan cara posis dan pelekatan bayi menyusu ke ibu,

Menstimulasikan dan Merubah perilaku pasien agar lebih baik dalam

meningkatkan ASI eksklusif sendiri di kehidupan sehari-harinya khususnya

pada PUS di Kebon Baru Rt 002/001 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet

Jakarta Selatan

2. Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah mendapatkan KIE tentang ibu menyusui, peserta mampu :

1. Menjelaskan Pengertian dari Menyusui

2. Menjelaskan Manfaat Menyusui

3. Menjelaskan Pengertian Payudara

4. Peserta mampu melakukan tehnik - tehnik bila putting datar posisi dan

pelekatan ibu menyusui yang benar.

B. Pelaksanaan

1. Tempat : di Kebon Baru Rt 002/001 Kelurahan Kebon

Baru Kecamatan Tebet Jakarta Selatan

2. Waktu : 16.00 Wib

C. Metode dan Media

1. Metode : Metode atau strategi yang digunakan adalah

mendatangi langsung rumah pasien,

ceramah, tanya jawab, demonstrasi.

2. Media :

1. Laptop

2. Video tutorial

3. Ppt
4. Lembar ceklis

D. Langkah Kegiatan

Tahap Wa Kegiatan Kegiatan Peserta Media

ktu

Pembu 3 • Mem • M

kaan men buka e

it kegia n

tan j

deng a

an w

men a

guca b

sala s

m a

• Mem l

perk a

enalk m

an

diri • Me

nde

nga

rka
n

Pelaks 10 Menjelaskan tentang : - L

anaan men  Memperhatikan A

it Pe P

 O

M P

- Pp

 t

M - T

ut

 or

M ial

- Le

ba

ce

kli

Penutu 2 • Men • M

p men guca e

it pkan n
terim d

a e

kasih n

atas g

pera a

n r

peser k

ta a

• Men n

utup

kegia • M

tan e

deng n

an j

sala a

m w

m
E. Evaluasi

Bentuk : Lisan dan praktik

Jenis : Tanya Jawab dan lembar ceklis

Jenis Pertanyaan :

1. Apa yang dimaksud dengan Menyusuif?

2. Apa Manfaat ASI?

3. Apa yang dimaksud Payudara?

4. Apa yang dimaksud dengan putting datar?

5. Bagaimana posisi menyusui?

F. Materi :

Menyusuiadalah prosespemberian susupada anakbayiatau anak

kecildenganairsusuibu(ASI) daripayudaraibu.Bayimenggunakan

refleksmenghisapuntukmendapatkandanmenelansusu.Air susuibu (ASI)

merupakansuatujenismakananyangmencukupiseluruhunsur kebutuhan

bayibaikfisik,psikologi,socialmaupun spiritual.ASI mengandung

nutrisi,hormone,unsurekekebalan,factor pertumbuhan,anti

alergisertaantiinflamasi.Zat-zatantiinfeksiyang terkandung dalamASI

membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat

hubungan penting antaramenyususidengan penjarangan kehamilan (KB).

KeunggulanASI tersebutperluditunjang dengancarapemberian

ASIyangbenar,antaralainpemberianASI segerasetelahlahiratauIMD

(30menitpertamabayiharussudahdisususkan).Kemudianpemberian ASI
sajasampaiumur6bulan(ASIEkslusif)selanjutnyapemberianASI sampai 2

tahundengan pemberian makananpendamping ASIyang benar. Sehingga

diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan yang benar. Agar setiapIBU dapat

menyusui sendiri bayinya.

Langkah-langkahmenyusui yangbenarsebagai berikut:

a.Cucitanganyang bersihdengansabun,sebelummenyusuibersihkan puting

susudanareoladengankapasDTT,langkahselanjutnyaASI

dikeluarkansedikitkemudiandioleskanpadaputingsusudanareola

sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan

menjagakelembaban putingsusu

b. Bayi diletakkan menghadap payudara.

1.Ibududukatauberbaring santai.Biladuduklebihbaikmenggunakan

kursiyang rendahagarkakiibutidaktergantung danpunggung ibu

bersandar padasandarankursi.

2. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada

lengkungsikuibu danbokongbayiterletakpadalengan.Kepala bayi

tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak

tangan ibu.

3.Satutanganbayidiletakandibelakang badanibu,danyang satudi depan.

4.Perutbayimenempelbadanibu,kepalabayimenghadappayudara

(tidak hanyamembelokkan kepala bayi).

5. Telingadan lengan bayiterletakpadasatugarislurus.

6.Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.


c.Payudaradipegangdenganibujaridiatasdanjariyanglainmenopang di

bawah, jangan menekan putingsusu atauareolanyasaja.

d.Bayidiberirangsanganuntukmembukamulut(rootingreflex)dengan cara:

1. Menyentuh pipi dengan putingsusu.

2. Menyentuh sisimulutbayi.

e. Setelahbayimembuka mulut,dengancepatkepala bayididekatkanke

payudaraibu dengan putingserta areola dimasukkan kemulut bayi.

1.Usahakansebagianbesarareoladapatmasukke dalammulutbayi,

sehinggaputing susuberadadibawahlangit-langitdanlidahbayi

akanmenekanASI keluardaritempatpenampunganASIyang terletak

di bawah areola.

f. Setelahmenyusuipada satupayudara sampaiterasakosong,sebaiknya

ganti menyusui padapayudarayanglain.

g. Caramelepas isapan bayiyaitu:

1. Jarikelingking ibudimasukkankemulutbayimelaluisudutmulut bayi.

2. Dagu bayi ditekan kebawah.

h.Setelahselesaimenyusui,ASI dikeluarkansedikitkemudiandioleskan

pada putingsusudanareola sekitarnya.Biarkankering dengan

sendirinya.

i.Menyendawakanbayiuntukmengeluarkanudara darilambungsupaya bayi

tidak muntah. Cara menyendawakan bayi,yaitu:

1.Bayidigendong tegakdenganbersandarpadabahuibukemudian

punggungnyaditepuk perlahan-lahan.
2. Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya

ditepuk perlahan-lahan.

G. Daftar Pustaka

Krisyanti. W, 2014. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha


Medika

Notoatmojo, S. 2013. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Roesli, U. 2012. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif.


Jakarta:Pustaka Medika

Rulina Suradi. 2013. Posisi dan Pelekatan Menyusui dan Menyusu Yang
Benar. UNICEF : IDAI

Sulistyawati. A. 2014 .Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nipas.


Yogyakarta

Jakarta, 27 Juli 2022

(Ambar Kuswati)

JOB SHEET

TEMA : Menyusui
SASARAN : Ny. N
MATERI POKOK : Ibu Menyusui Dengan Putting Datar
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT
TEMPAT : Rumah Pasien
PELAKSANA. : Ambar Kuswati
PROGRAM STUDI : DIPLOMA IV KEBIDANAN

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa mampu menjelaskan konseling tentang Ibu Menyusui

B. DASAR TEORI SINGKAT


Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana
keduanyamembutuhkan waktudankesabaranuntukpemenuhan nutrisipada
bayi.Menyusuiadalah prosespemberian susupada anakbayi atau anak
kecildenganair susu ibu (ASI) dari payudaraibu

C. PETUNJUK
1. Melakukan informend consent
2. Memberikan informasi dengan baik dan benar
3. Melakukan pendokumentasian
4. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik
5. ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
6. Bekerja secara hati-hati dan teliti.

D. KESELAMATAN KERJA
1. Patuhi prosuder pekerjaan
2. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
3. Berikan informasi dengan baik dan benar.

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Mempersiapkan pasien dan memberikan penjelasan tentang konseling
Menyusui
2. Menjaga kenyamanan dan privacy pasien
PROSEDUR TINDAKAN
N Langkah dan Key point Ilustrasi gambar
o
1 Sapa klien dengan ramah dan
perkenalkan diri anda dan
tanyakan kedatanggannya
Key point:
● Mempersilahkan ibu
duduk dengan nyaman
dan membina hubungan
baik.

2 Melakukan pengkajian
Key point:
● Menanyakan informasi

3 Menyiapkan alat dan bahan


secara baik dan benar
Key point:
● Dekatkan alat dan bahan

● Memberikan pelaksanaan
konseling
● Menjelaskan pengertian
ASI Eksklusif
● Menjelaskan tentang
waktu melakukan ASI
Eksklusif
● Menjelaskan tentang
tehnik Menyusui

● Menjelaskan tentang
manfaat ASI

● Menjelaskan tentang
contohIbuMenyusui

5 Melakukan Evaluasi hasil


konseling yang sudah di
6 Dokumentasikan dan beritahukan
hasil kepada ibu

GAMBAR
KEGIATAN
1. Menyiapkan alat
- Handuk
- Bantal

2. Mencuci tangan
3. Keluarkan ASI
menggunakantangansebelummulai
menyusui. Terkadang putting keras dan rata
tidak terjadi ketika payudara penuh dengan
susu. Untuk itu ibu bisa coba untuk
mengeluarkan ASI menggunakan tangan
dahulu sebelum mulai menyusui.

4. Merangsang putting agar bisa menegang


atau ereksi, sehingga ibu bisa menyusui
bayinya.

5. Gunakan pompa ASI untuk membantu


menarik putting, bisa menggunakan pompa
ASI manual atau elektri.
6. Gunakan alat atau perangkat yang bisa
menarik putting

7. Gunakan nipple shild atau cangkan pelindung


putting.

8. Menstimulasi putting dengan tehnik


Hoffman.
9. Memegang payudara saat menyusui agar
pelekatan bisa terjadi dengan baik

10. Posisikhususyang
berkaitandengansituasitertentu,
sepertiibupascaoperasiCaesar.Bayidiletakand
isamping kepalaibu denganposisikakidiatas
11. Posisi menyusuibayikembar
dilakukandengancara sepertimemegang
bolabiladisusuibersamaan,yaitudipayudarakir
idan kanan.
12. Posisi
PadaASIyangmemancar(penuh),bayiditengk
urapkandiatas dada
ibu,tanganibusedikitmenahankepalabayi,sehi
ngga denganposisi inibayi tidak tersedak

F. Daftar Pustaka/Referensi

Krisyanti. W, 2014. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha


Medika

Notoatmojo, S. 2013. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Roesli, U. 2012. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif.


Jakarta:Pustaka Medika

Rulina Suradi. 2013. Posisi dan Pelekatan Menyusui dan Menyusu Yang
Benar. UNICEF : IDAI
Sulistyawati. A. 2014 .Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nipas.
Yogyakarta

LEMBAR CEKLIS

MENYUSUI

Tanggal Penilain :21 Juli 2021 jam 16.00 WIB

Nama Klien :Ny N

Nama Penilaian : Ambar Kuswati


PENILAIAN :

Nilai 0 (nol) : Perlu perbaikan. Langkah atau tugas tidak

dikerjakan.

Nilai 1 (dua) : Mampu. Langkah dikerjakan tetapi kurang

tepat.

Nilai 2 (tiga) : Mahir. Langkah dikerjakan degan benar, tepat

dan tanpa ragu-ragu sesuai prosedur.

Berikan tanda ceklist ( √ ) pada kolom penilaian

NO NILAI

. LANGKAH 0 1 2

1. Menyiapkan alat

Cermin

Bantal     

 2. Mencuci tangan 

 3. Keluarkan ASI menggunakantangansebelummulai


menyusui. Terkadang putting keras dan rata tidak
terjadi ketika payudara penuh dengan susu. Untuk itu
ibu bisa coba untuk mengeluarkan ASI menggunakan

tangan dahulu sebelum mulai menyusui.
 4. Merangsang putting agar bisa menegang atau ereksi,

sehingga ibu bisa menyusui bayinya.
 5. Gunakan pompa ASI untuk membantu menarik

putting, bisa menggunakan pompa ASI manual atau
elektri.
 6. 
Gunakan alat atau perangkat yang bisa menarik putting
 7. 
Gunakan nipple shild atau cangkan pelindung putting.
 8. 
Menstimulasi putting dengan tehnik Hoffman.
 9. Memegang payudara saat menyusui agar pelekatan bisa

terjadi dengan baik
 10.
Posisikhususyang berkaitandengansituasitertentu,
sepertiibupascaoperasiCaesar.Bayidiletakandisamping

kepalaibu denganposisikakidiatas.
 11. Posisi menyusuibayikembar dilakukandengancara

sepertimemegang

bolabiladisusuibersamaan,yaitudipayudarakiridan kanan. 

 12. Posisi
PadaASIyangmemancar(penuh),bayiditengkurapkandi
atas dada

ibu,tanganibusedikitmenahankepalabayi,sehingga
denganposisi inibayi tidak tersedak

Nilai batas lulus = 75 %

Nilaiyangdidapat
Nilai = x 100%
( Jumlahaspekyangdinilai ×2)

Total Nilai = 96.2 %

Mengetahui :

(Ambar Kuswati)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Ny N

Umur : 31 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl Mini 3 Rt 005/003 Kel Bambu Apus Kec Cipayung Jak Tim

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa setelah memperoleh penjelasan sepenuhnya,

menyadari, memahami dan mengerti tentang tujuan, manfaat dan resiko yang mungkin

timbul dalam penelitian, serta sewaktu waktu dapat mengundurkan diri dari

keikutsertaannya, maka saya akan SETUJU ikut serta dalam penelitian.

KELUARGA BINAAN

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan

Jakarta, 21-07-2022

Peneliti Yang

menyatakan

(Ambar Kuswati) ( Ny N )
KUNJUNGANASUHAN KEBIDANAN I TANGGAL 21-07-2022
KUNJUNGANASUHAN KEBIDANAN II TANGGAL 25-07-2022
KUNJUNGANASUHAN KEBIDANAN III TANGGAL 27-07-2022
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN KOMUNITAS
PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KETIDAKNYAMANAN PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III
DI RT 01 RW 01 KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN TEBET
TAHUN 2022
Oleh:

Aan Darma Putri


07210400125

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN KOMUNITAS


PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KETIDAKNYAMANAN PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III
DI RT 01 RW 01 KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN TEBET
TAHUN 2022

Disusun Oleh:

Telah Disahkan di Jakarta

Pada Tanggal 10 Agustus 2022

Menyetujui,
Pembimbing Lapangan RT 01 RW 01

Maryam Syarah Mardiyah, S.ST., MKM


KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Alhamdulillahi rabbil


alamin. Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan ”Laporan Individu Keluarga Binaan
Komunitas Praktik Asuhan Kebidanan Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Di Rt
01 Rw 01 Kelurahan Kebon baru Kecamatan Tebet Tahun 2022” dengan baik dan
tepat waktu.

Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju.
2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrachman, SH, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas
Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik Universitas
Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
8. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes Selaku Koordinator Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju.
9. Maryam Syarah Mardiyah, S.ST, MKM selaku pembimbing stase 7 yang telah
membimbing penulis.
10. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program
Profesi Departement Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik agar saya dapat memperbaiki laporan ini
dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Tujuan...............................................................................................................3

1.3 Manfaat.............................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................6


2.1 Teori atau Konsep Dasar Komunitas ...............................................................6

2.1 Konsep Dasar Keluarga.....................................................................................8

2.2 Konsep Dasar Keluarga Binaan........................................................................8

2.3 Asuhan Kebidanan............................................................................................10

2.4 Kehamilan.........................................................................................................11

2.5 Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III.................12

2.6 Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III dan cara mengatasinya...........15
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................20

3.1 Kunjungan Keluarga Binaan ke-1 dilakukan tanggal 22 Juli 2022...................20

3.2 Kunjungan Keluarga Binaan ke-2 dilakukam tanggal 29 Juli 2022..................24

3.3 Kunjungan Keluarga Binaan ke-3 dilakukan tanggal 6 Agustus 2022.............25

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................27
4.1 Pengkajian Subjektif.........................................................................................27

4.2 Pengkajian Objektif...........................................................................................27

4.3 Analisa Data .....................................................................................................28


4.4 Pelaksanaan dan Evaluasi.................................................................................28
BAB V PENUTUP....................................................................................................30

5.1 Kesimpulan.......................................................................................................30

5.2 Saran..................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Federasi Obstetri Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai


fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28
hingga ke 40).
Nyeri pungung merupakan nyeri yang terjadi pada area lumbosacral.
Intensitasnya meningkat seiring pertambahan usia kehamilan karena terjadi
pergeseran pusat gravitasi dan perubahan postur tubuh akibat berat uterus yang
membesar. Nyeri punggung saat kehamilan disebabkan terjadinya perubahan
struktur anatomis dan hormonal. Perubahan anatomis terjadi karena peran tulang
belakang semakin berat, untuk menyeimbangkan tubuh dengan membesarnya
uterus dan janin. Penyebab lainnya yaitu terjadi peningkatan hormone relaksin
yang menyebabkan ligament tulang belakang tidak stabil sehingga mudah
menjepit pembuluh darah dan serabut syaraf (American Pregnancy Organisation,
2014).
Angka kejadian nyeri punggung pada masa kehamilan adalah 48-90%.
Sebanyak 50% ibu hamil yang disurvei di Inggris dan Skandinavia dilaporkan
menderita nyeri punggung, di Australia sebanyak 70% (WHO, 2011). Di
Indonesia didapatkan bahwa 68% ibu hamil mengalami nyeri punggung dengan
intensitas sedang, dan 32% ibu hamil mengalami nyeri punggung dengan
intensitas ringan (Sinclair, 2010) .
Di Indonesia terdapat 373.000 ibu hamil, yang mengalami nyeri puggung
dalam menghadapi persalinan sebanyak 107.000 orang (28.7%). populasi di
Provinsi Jakarta terdapat 67.976 ibu hamil. Sedangkan yang mengalami nyeri
punggung dalam menghadapi persalinan 35.587 orang (52,3 %) (Depkes, 2008).
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun
2016 jumlah ibu hamil di Provinsi DKI Jakarta tahun 2016 sebesar 35.437 orang
(Kemenkes RI, 2016).
Menurut hasil laporan National Vital Statistic Report Data 2 Kesehatan
Indonesia tahun 2016. Jumlah ibu hamil di Provinsi Jawa Barat tahun 2016
jumlah ibu hamil adalah 145.098 orang sedangkan untuk Provinsi Lampung
jumlah ibu hamil pada tahun 2016 adalah sebanyak 22.964 orang (Kemenkes,
2016).
Sejumlah penelitian mengenai nyeri punggung terkait kehamilan sekitar
25% sampai 90%, sebagian besar penelitian memperkirakan bahwa 50% dari
wanita hamil akan menderita nyeri punggung. Sepertiga dari mereka akan
menderita nyeri hebat, yang akan mengurangi kualitas hidup mereka. 80% wanita
hamil yang menderita nyeri punggung saat hamil mengatakan bahwa itu
mempengaruhi rutinitas sehari-hari mereka dan 10% dari mereka melaporkan
bahwa mereka tidak dapat berkerja (Katonis et al., 2011).
Dampak keluhan nyeri punggung pada ibu hamil trimester III ibu merasa
tidak nyaman beraktivitas atau aktivitas terganggu, mengalami perubahan bentuk
struktur tubuh, mengalami nyeri punggung jangka panjang sehingga
meningkatkan kecenderungan nyeri punggung pasca partum dan beresiko
menderita thrombosis vena (Setiawati et al., 2019). Umumnya gangguan nyeri
punggung pada ibu hamil bersifat fisiologis, namun dapat berubah menjadi
patologi apabila tidak diatasi dengan tepat. Sehingga ibu hamil yang mengalami
nyeri punggung harus diberikan asuhan dan penanganan yang tepat (Dewi et al.,
2018).
Keluhan nyeri punggung yang dialami oleh ibu hamil tentunya tidak bisa
dibiarkan begitu saja. Salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan selama
kehamilan adalah dengan melakukan olahraga ringan seperti senam hamil
(Megasari, 2015). Senam hamil berfungsi untuk memperkuat stabilitas inti tubuh
yang akan membantu memelihara kesehatan serta meminimalkan risiko trauma
tulang belakang ataupun jatuh pada saat hamil. Senam hamil dapat meringankan
keluhan nyeri punggung yang dirasakan oleh ibu hamil karena terdapat gerakan
yang dapat memperkuat otot abdomen (Rahayu dan Yunarsih, 2019). Contoh
gerakan senam hamil yang dapat dilakukan berupa gerakan tangan dan kaki,
panggul, pinggang, lutut, dan posisi berdiri, jongkok, membungkuk, merangkak,
dan terlentang (Sindhu, 2014).
1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum :
Mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. D
Usia 31 Tahun G2P1A0 Hamil 28 Minggu Dengan Nyeri Punggung Di
Kelurahan Kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan Tahun 2022.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data Subjektif pada Ny. D Usia 31 Tahun
G2P1A0 Hamil 28 Minggu dengan Nyeri Punggung Di Kelurahan
Kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan 2022.
b. Mampu melakukan pengkajian data Objektif pada Ny. D Usia 31 Tahun
G2P1A0 Hamil 28 Minggu dengan Nyeri Punggung Di Kelurahan
Kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan 2022.
c. Mampu menegakkan diagnosa dan mendeteksi secara dini komplikasi
yang mungkin terjadi pada Ny. D Usia 31 Tahun G2P1A0 Hamil 28
Minggu dengan Nyeri Punggung Di Kelurahan Kebon Baru, Tebet
Jakarta Selatan 2022.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan sesuai prioritas
permasalahan dan evaluasi pada Ny. D Usia 31 Tahun G2P1A0 Hamil
28 Minggu dengan Nyeri Punggung Di Kelurahan Kebon Baru, Tebet
Jakarta Selatan 2022.

1.3 Manfaat

1. Bagi Keluarga Binaan


Dapat menambah pengetahuan bagi keluarga sehingga diharapkan dapat
menjadi bekal dalam memantau perkembangan pada anak.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan pengalaman secara nyata dan sebagian perbandingan teori
dan praktik dalam penerapan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Nyeri
Punggung.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan program
pembelajaran agar menghasilkan lulusan bidan profesional dan memiliki
kompetensi dibidangnyaBAB II

\
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori atau Konsep Dasar Komunitas

1. Pengertian
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan
pada aspekaspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyakart
sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang
bersifat individual maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan
strategi-strategi untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini.
a. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang
merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
b. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
d. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah
yang terisolir), kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas
adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi
tersebut.5
2. Tujuan Pelayanan Komunitas
Tujuan kebidanan komunitas menurut Kemenkes 2018, yaitu mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini:
a. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga masyarakat
mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan
masalahnya secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
4) Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.
3. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut.
a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
c. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,
jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah
balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan.
Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1
kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.
d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian,
kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
e. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.
Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja
yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai
berikut.
a. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan langkah
promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan balita
dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
b. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang
dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu
hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan
diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui
keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses rujukan
tidak mengalami keterlambatan.
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan bidan
melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan meminimalisir intervensi
yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk
mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah bidan
melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan tindakan persalinan
caesar.

f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi

sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk

mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.

Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi seperti

Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune Deficiency Syndrome

(AIDS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan Injecting Drug User

(IDU).

2.2 Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terdiri atas kepala keluarga dn beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.6
2. Struktur keluarga
Menurut Karwati (2012), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelaurga
sedarah istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.3 Konsep Dasar Keluarga Binaan

1. Pengertian
Pembina dapat diartikan bantuan dari seseorang atau sekelompok orang
yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi
pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga
tercapai apa yang diharapkan.7
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya
anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga.8
Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas
sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk menggambarkan derajat
kesehatan digunakan indikator kualitas utama seperti angka kematian,
kesakitan, kelahiran, status gizi dan lain-lain.
Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Jika masyarakat sudah menciptakan hidup sehat maka derajat
masyarakatpun meningkat. Untuk itu perlu adanya suatu pendekatan dalam
meningkatkan peran serta masyarakat, salah satunya melalui pendekatan asuhan
kebidanan komunitas. Melalui pendekatan asuhan kebidanan komunitas dapat
meningkatkan pengetahuan dan motivasi masyarakat sehingga dapat memacu
masyarakat untuk mampu dan mandiri dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Keluarga adalah dua atau lebih dari duaindividu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan ataupengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satusama lain, dan di dalam perannya
masing – masing menciptakan sertamempertahankan kebudayaan.
2. Kriteria Keluarga Binaan
Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan keluarga
binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk resiko tinggi dalam bidag
kesehatan :
a. Mudah dijangkau
b. Komunikasi dengan baik
c. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang diberikan
d. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah

e. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu


f. Daerah tersebut tidak terlalu rawan.
3. Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan, prasarana dan
sarana kesehatan.
c. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.
d. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi
kesehatan secara penuh agar lebih tahan terhadap penyakit.
e. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.

2.4 Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan
kepada klien, yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan, khususnya dalam
KIA atau KB.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggungjawab bidan
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan dan/atau
masalah kebidanan meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan keluarga
berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan
masyarakat (Asrinah, dkk, 2017).
1. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap keadaan yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan
metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data
objektif, A adalah analis/assessment dan P adalah planning. SOAP merupakan
catatan yang sederhana, jelas, logis dan singkat.
2. Standar Asuhan Kebidanan Menurut Kepmenkes RI No 938/Menkes/2007
Standar asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan
kebidanan.

2.5 Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi,
migrasi, spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai
dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo,2012).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa masa kehamilan adalah masa yang terjadi
akibat bertemunya sel sperma dan ovum sehingga membentuk zigot yang terus
berkembang hingga menjadi janin sampai aterm berlangsung dalam 40 minggu
dan dibagi dalam 3 triwulan.
2. Proses kehamilan
a. Fertilisasi
Proses kehamilan dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel telur dan sel
sperma.
b. Pembelahan
Setelah itu zigot membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel, 8 sel
sampai dengan 16 sel disebut Blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari membentuk buah arbei dan 16 sel
disebut Morula (4hari). Saat morula memasuki rongga rahim, cairan mulai
menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada massa sel
dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan terbentuk rongga
disebut blastokista (4 ½ - 5 hari). Sel bagian dalam disebut embrioblas dan sel
di luar disebut trofoblas. Zona pellusida 9 menghilang sehingga trofoblas bisa
masuk dinding Rahim dan siap berimplantasi (5 ½ - 6 hari ) dalam bentuk
blastokista tingkat lanjut.
c. Nidasi
Nidasi atau implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah dibuahi
(pada stadium blastokista) ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan.
(Ummi Hani, 2010).

2.6 Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
Pada vagina ketebalan mukosa meningkat, jaringan ikat mengendor dan
hipertropi sel otot polos mengakibatkan dinding vagina memanjang
(Romauli, 2011) 10 Pada akhir kehamilan, serviks menjadi lunak sekali,
porsio menjadi pendek (lebih dari setengahnya mendatar), sehingga dapat
dimasuki dengan mudah oleh satu jari. Serviks yang demikian disebut
serviks yang matang dan merupakan syarat untuk persalinan. Pembuluh
darah dinding vagina bertambah, sehingga warna selaput lendirnya membiru
(tanda Chadwick). Kekenyalan bertambah, sebagai persiapan persalinan.
Getah dalam vagina biasanya brtambah dalam kehamilan, reaksinya asam
dengan pH 3,5-6,0. Reaksi asam ini disebakan terbentuknya asam laktat
sebagai hasil penghancuran glikogen yang berada dalam sel-sel epitel vagina
oleh Lactobacillus doderlain. Reaksi asam punya sifat bakterisida (Romauli,
2011).
b. Sistem Payudara
Pertumbuhan kelenjar mamae meningkatan ukuran payudara. Pada
kehamilan 32 minggu warna cairan agak putih seperti susu yang encer.
Setelah usia kehamilan lebih dari 32 minggu cairan keluar lebih kental,
warna kuning dan banyak mengandung lemak yang disebut kolustrum.
c. Sistem Endokrin
Perubahan ini meliputi human chorionic gonadotropin (hCG),
progesterone, estrogen, prolactin, oksitoksin, tiroksin, insulin, kortisol dan
aldosterone. hCG, progesteron dan estrogen merupakan hormon paling
berpengaruh dalam kehamilan.
d. Sistem Perkemihan
Pada kehamilan Trimester III kepala janin turun ke pintu atas panggul.
Keluhan sering kencing timbul karena kandung kemih tertekan kembali.
Perubahan ini membuat ureter bisa menampung urin volume lebih besar dan
memperlambat laju aliran urin.
e. Sistem Pencernaan
Pada Trimester III biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon
progesteron yang meningkat. Selain itu perut kembung juga sering terjadi
karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang
mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan.
f. Sistem Kardiovaskuler
Volume darah meningkat, jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah sehingga terjadi pengenceran darah. Selama
kehamilan, dengan adanya peningkatan volume darah pada hampir semua
organ dalam tubuh, maka terlihat adanya perubahan pada sistem
kardiovaskular (Dewi, vivian 2012)
g. Sistem Integumen
Pada kulit terjadi perubahan pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh Melanophore Stimulating Hormon (MSH) lobus hipofisis anterior
dan pengaruh kelenjar suprarenal. Hiperpigmentasi terjadi pada striae
gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra,
cloasma gravidarum. Dapat meningkat akibat sinar matahari (Mauaba,
2010).
h. Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh
Laju metabolisme basal pada wanita hamil dalam kehamilan akhir
meningkat 15-25% dari pada nilai normal, masukan nutrisi harus cukup
untuk mengatasi aktifitas fisiologis tambahan ini. Penambahan berat badan
tergantung pada berat badan sebelum kehamilan. Kenaikan berat badan (BB)
selama kehamilan ditentukan dengan menghitung indeks masa tubuh (IMT).
Kenaikan berat badan terlalu banyak tanda adanya retensi air yang
berlebihan, atau keadaan yang disebut praedema dan gejala dini toksemia
gravidarum. Kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg dan sampai akhir
kehamilan 11-12 kg.
i. Sistem Persarafan
1) Kompresi saraf panggul atau stasis vaskuler akibat pembesaran uterus
menyebabkan perubahan sensoris ditungkai bawah.
2) Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan saraf atau
kompresi akar saraf.
3) Edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunnel
syndrome pada trimester akhir kehamilan.
4) Akroestensia (rasa baal dan gatal ditangan) yang timbul akibat posisi
bahu yang membungkuk dirasakan oleh beberapa wanita selama hamil
yang berkaitan dengan tarikan pleksus brakhialis.
5) Nyeri kepala akibat ketegangan umum terjadi saat ibu cemas. Nyeri
kepala ringan, rasa ingin pingsan (sinkop) terjadi pada awal kehamilan.
Ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural, atau hipoglikemia.
6) Hipokalsemia dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuskular
seperti kram otot (Kamariyah, dkk, 2014).
f. Sistem Pernapasan
Pada 32 minggu ke atas usus tertekan uterus yang membesar ke arah
diafragma sehingga mengakibatkan sulit bernafas.
g. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil
menyebabkan postur dan cara berjalan berubah. Berat uterus dan isinya
menyebabkan perubahan titik pusat gravitasi dan garis bentuk tubuh.
Lengkung tulang belakang berubah bentuk mengimbangi pembesaran
abdomen. Sikap tubuh lordosis merupakan keadaan yang khas karena
kompensasi posisi uterus yang membesar dan menggeser berat ke belakang
lebih tampak pada masa trimester III yang menyebabkan rasa sakit bagian
tubuh belakang karena meningkatnya beban (Rukiyah, 2010). (Dewi dan
vivian, 2012).
2. Perubahan Psikologis
Ibu Hamil pada Trimester III Trimester ketiga sering disebut periode
menunggu dan waspada. Terkadang ibu merasa khawatir bayinya akan lahir
sewaktu-waktu atau takut bila bayi tidak normal. Kebanyakan ibu bersikap
melindungi dan menghindari orang atau benda yang dianggapnya bahaya. Rasa
tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali, banyak ibu merasa aneh dan
jelek. Ibu merasa sedih karena akan terpisah dari bayi dan kehilangan perhatian
khusus. Trimester III adalah saat persiapan aktif menjadi orang tua. Keluarga
mulai menduga jenis kelamin bayinya dan akan mirip siapa. Bahkan sudah
memilih nama. BB ibu meningkat, perasaan tidak nyaman karena janin membesar,
perubahan konsep diri (tidak mantap, merasa terasing, tidak dicintai, merasa tidak
pasti, takut, senang karena kelahiran bayi) (Ummi Hani, 2010).

2.7 Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III dan cara mengatasinya
Menurut Romauli (2011:149) Ketidaknyamanan ibu hamil pada Trimester III,
adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan Frekuensi berkemih
Frekuensi kemih meningkat pada trimester ketiga sering dialami wanita hamil
karena presentasi janin akan menurun masuk kedalam panggul dan menimbulkan
tekanan langsung pada kandung kemih.
Peningkatan frekuensi berkemih disebabkan oleh tekanan uterus karena
turunnya bagian bawah janin sehingga kandung kemih tertekan, kapasitas
kandung kemih berkurang dan mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat
(Manuaba, 2010).
Sering buang air kecil merupakan suatu perubahan fisiologis dimana terjadi
peningkatam sensitivitas kandung kemih dan pada tahap selanjutnya merupakan
akibat kompresi pada kandung kemih.
Untuk mengantisipasi terjadinya tanda – tanda bahaya tersebut yaitu:
- Minum air putih yang cukup (± 8-12 gelas/hari)
- Menjaga kebersihan disekitar alat kelamin
- Kosongkan kadung kemih ketika ada dorongan
- Perbanyak minum pada siang hari dan kurangi minum di malam hari jika
mengganggu tidur
- Hindari minum kopi atau teh sebagai diuresis
- Berbaring miring kiri saat tidur untuk meningkatkan diuresis dan tidak perlu
menggunakan obat farmakologis (Hani, 2011 : 59) .
2. Sakit punggung Atas dan Bawah
Nyeri punggung saat kehamilan trimester tiga umumnya terjadi karena
punggung ibu hamil harus menopang bobot tubuh yang lebih berat. Rasa nyeri ini
juga dapat disebabkan hormon relaksin yang mengendurkan sendi di antara
tulang-tulang di daerah panggul. Kendurnya sendi-sendi ini bisa memengaruhi
postur tubuh dan memicu nyeri punggung. Pada beberapa kondisi, bobot bayi
yang begitu berat juga bisa menyebabkan nyeri vagina.
Untuk mengatasi hal tersebut, Bumil bisa melakukan tips berikut ini:
- Melakukan olahraga dan latihan panggul. Saat hamil, olahraga dan latihan
panggul dan melakukan peregangan kaki secara rutin, dinilai efektif untuk
mengurangi nyeri punggung Bumil.
- Meletakkan bantal di punggung saat tidur untuk mendukung punggung dan
perut Bumil. Jika Bumil tidur dengan posisi miring, letakkan bantal di antara
tungkai.
- Duduk dengan tegak dan gunakan kursi yang menopang punggung dengan
baik.
- Menggunakan sepatu yang nyaman. Bumil bisa memilih sepatu dengan hak
rendah, karena sepatu model ini lebih baik untuk menopang punggung.
- Mengompres punggung dengan handuk hangat.
3. Hiperventilasi dan sesak nafas
Peningkatan aktivitas metabolis selama kehamilan akan meningkatkan
karbondioksida. Hiperventilasi akan menurunkan karbon dioksida. Sesak nafas
terjadi pada trimester III karena pembesaran uterus yang menekan diafragma.
Selain itu diafragma mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan.
Jika ibu hamil mengalami hal demikian, cobalah lakukan hal-hal berikut:
- Topang kepala dan bahu dengan bantal ketika tidur.
- Lakukan olahraga ringan secara rutin untuk memperbaiki posisi tubuh,
sehingga paru-paru bisa mengembang dengan baik.
- Jika keluhan berlanjut segera hubungi dokter.
4. Edema Dependen
Terjadi karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada
ekstrimitas bawah karena tekanan uterus membesar pada vena panggul pada saat
duduk/ berdiri dan pada vena cava inferior saat tidur terlentang. Edema pada kaki
yang menggantung terlihat pada pergelangan kaki dan harus dibedakan dengan
edema karena preeklamsi.
5. Nyeri ulu hati
Ketidaknyamanan ini mulai timbul menjelang akhir trimester II dan bertahan
hingga trimester III.
Penyebab :
a. Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan
peningkatan jumlah progesteron.
b. Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus
yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan tekanan
uterus.
c. Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat dan
penekanan oleh uterus yang membesar.
Untuk menghindarinya, ada beberapa langkah yang bisa ibu hamil lakukan, yaitu:
- Teliti dalam memilih makanan. Jauhi makanan yang asam, pedas, berminyak,
atau berlemak, dan jauhi minuman yang mengandung kafein.
- Makanlah dengan frekuensi lebih sering namun dengan porsi yang sedikit.
Jangan makan sambil berbaring atau mendekati waktu tidur.
6. Kram tungkai
Terjadi karena asupan kalsium tidak adekuat, atau ketidakseimbangan rasio dan
fosfor. Selain itu uterus yang membesar memberi tekanan pembuluh darah
panggul sehingga mengganggu sirkulasi atau pada saraf yang melewati foramen
doturator dalam perjalanan menuju ekstrimitas bawah.
7. Konstipasi
Pada kehamilan trimester III kadar progesteron tinggi. Rahim yang semakin
membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah sehingga terjadi
konstipasi. Konstipasi semakin berat karena gerakan otot dalam usus diperlambat
oleh tingginya kadar progesterone (Romauli, 2011).
Perencanaan yang dapat diberikan pada ibu hamil dengan keluhan konstipasi
adalah tingkatkan intake cairan minimum 8 gelas air putih setiap hari dan serat
dalam diet misalnya buah, sayuran dan minum air hangat, istirahat yang cukup,
melakukan olahraga ringan ataupun senam hamil, buang air besar secara teratur
dan segera setelah ada dorongan (Hani, 2011 : 55).
8. Kesemutan dan baal pada jari
Perubahan pusat gravitasi menyebabkan wanita mengambil postur dengan
posisi bahu terlalu jauh kebelakang sehingga menyebabkan penekanan pada saraf
median dan aliran lengan yang akan menyebabkan kesemutan dan baal pada jari-
jari.
9. Insomnia
Disebabkan karena adanya ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar,
pergerakan janin dan karena adanya kekhawatiran dan kecemasan
BAB III

TINJAUAN KASUS
3.1 Kunjungan 1
No. Registrasi :
Tanggal Pengkajian : 22 Juli 2022
Waktu Pengkajian : 17.00
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Aan Darma Putri
1. Data Subjektif
Nama Ibu : Dian Lestari Nama Suami : Gita Sugiarto
Umur : 31 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Cidodol RT001/01
a. Alasan dating :-
b. Keluhan utama Ibu mengatakan nyeri bagian punggung
c. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi
Menarche: 13 Tahun
Lama: 5 – 7 hari
Banyak: 2-3x ganti softex sehari
Siklus: 30 hari
Dismenorea: Awal haid
Flour Albus: Kadang - Kadang
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Penyulit
Kehamila
No Tahu Temp UK Jenis Penolong JK B PB
n/
n at persalin B
Persalina
lahir Bersali an
n/
n
Nifa
s

1. 2014 BPM Aterm Normal Bidan Tidak ada Perem 2500gr 48cm
puan

2. Hamil
ini

3) Riwayat kehamilan saat ini


HPHT: 08 – 1 – 2022
HPL: 15 – 10 - 2022
Usia Kehamilan: 28 minggu
TT: TT1
Goldar: A/+
d. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti kista, miom,
kanker rahim, endometriosis.
e. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
Ibu mengatakan ibu dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit serius
seperti diabetes, jantung, asma, hipertensi, hepatitis.
Ibu mengatakan pada usia kehamilan 3 bulan pernah dirawat 2 hari
dikarenakan HEG pada hamil ini.
f. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan sangat senang dan Bahagia atas kehamilannya
g. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan.
h. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola istirahat
Tidur malam: 6 - 7 jam/hari
Tidur siang: 1 – 2 jam/hari
2) Pola aktivitas
Ibu melakukan kegiatan sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah
tangga
3) Pola eliminasi
BAK: 7 – 9 x/hari
BAB: 1x sehari
4) Pola nutrisi
Makan: 3xsehari (Nasi, Sayur, Lauk)
Minum: ± 2 liter
5) Pola personal hygiene
Mandi sehari 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti pakaian dalam 2x
sehari, keramas 2x seminggu
6) Pola hubungan seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1x seminggu dengan
suami
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : compose mentis
b. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut nasi : 88 kali/menit
Frekuensi nafas : 18 kali/menit

Suhu tubuh : 36.7 0C


c. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan sekarang : 47 kg
Berat badan sebelum hamil : 38 kg
Pertambahan berat badan : 9 kg
Tinggi badan : 156 cm
IMT : 19.5 kg/m2
LILA : 24 cm
d. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Simetris, tidak ada oedem
Mata : Simetris ka/ki, sklera tidak icterus ka/ki, konjungtiva merah muda
ka/ki
Mulut : Simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada gigi
caries
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
Dada : Simetris ka/ki, Mamae membesar ka/ki, Putting menonjol ka/ki,
Tidak oedem ka/ki, ASI keluar -/-
Abdomen :
LI : Bagian fundus teraba keras dan lunak kesan bokong
LII : Bagian kanan ibu teraba bagian – bagian kecil kesan ekstremitas,
bagian kiri ibu teraba seperti papan kesan punggung
LIII : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting kesan kepala
LIV : Bagian terendah janin belum masuk panggaul (konvergen)
Perlimaan : belum masuk panggul
McDonald : 27 cm
TBJ : 1000 gram
DJJ : 143 x/m
Ekstremitas : Simetris ka/ki, Jari lengkap ka/ki, Kuku bersih ka/ki, Reflek
patella + ka/ki,
Anogenitalia : Tidak dilakukan pengkajian
e. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Analisa Data
Ny. D usia 31 tahun dengan G2P1A0 H 28 minggu dengan nyeri punggung

Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala

4. Penatalaksanaan
a. Melakukan inform consent dengan pasien.
Pasien menyetujui dan mengisi inform consent.
b. Membina hubungan baik dengan pasien
Mahasiswa dan pasien membina hubungan dengan baik.
c. Melakukan anamnese terhadap pasien.
Mahasiswa melakukan anamnaese yang sudah tercatat di data subyektif.
d. Melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien.
Mahasiswa melakukan pemeriksaan TTV, leopold dan djj pada pasien.
e. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien.
Mahasiswa memberitahu hasil pemeriksaan dalam batas normal semua.
f. Melakukan konseling tentang ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III
Mahasiswa melakukan konseling dan pasien menyimak dengan baik.
g. Memberitahu pasien tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III dan jika
mengalami salah satu tanda bahaya kehamilan pada trimester III segera ke
fasilitas Kesehatan
Pasien faham jika mengalamai salah satu tanda bahaya kehamilan trimester
III segera ke fasilitas kesehatan.
h. Memberitahu pasien jika nyeri di bagian punggung adalah hal wajar bagi ibu
hamil terutama di trimester III dikarenakan perubahan bentuk pada tulang
belakang ibu hamil seiring dengan membesarnya kehamilan ibu
Pasien berkurang rasa khawatirnya tentang nyeri pada punggung.
i. Menganjurkan pasien untuk menggunakan korset kehamilan, kompres hangat
dan mengurangi aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi nyeri pada tulang
belakang.
Pasien akan mempertimbangkan untuk menggunakan korset kehamilan dan
akan melakukan kompres hangat jika terasa nyeri.
j. Menganjurkan pasien untuk yoga untuk mengurangi rasa nyeri pada punggung.
Pasien akan mengikuti yoga di seling dengan kegiatan sehari-hari dengan
mengikuti arahan bidan.
k. Menganjurkan pasien untuk tetap melakukan protokol Kesehatan seperti tetap
memaikai masker saat keluar rumah dan cuci tangan dengan sabun.
Pasien mengerti dan akan tetap melakukan protokol Kesehatan.
l. Mengingatkan untuk kunjungan kedua pada tanggal 29 Juli 2022
Pasien menyetujui kunjungan kedua pada tanggal tersebut.
m. Melakukan dokumentasi.
Mahasiswa melakukan dokumentasi.
3.2 Kunjungan II
Tanggal : 29 Juli 2022
Jam : 16.00
1. Data Subyektif

Ny.D mengatakan tidak menggunakan korset kehamilan karena merasa belum


perlu, sudah kompres hangat dengan bantal panas saat terasa nyeri dan sudah
melakukan yoga dirumah sehingga nyeri pada punggung sedikit berkurang. Ny D
juga mengatakan Gerakan janin sangat baik dan 2 hari ini mengalami sulit tidur
pada malam hari.
2. Data Objektif

Keadaan umum : Baik Kesadaran : composmentis


Keadaan : Stabil TD : 110/70 mmHg

Nadi : 88x/menit Suhu : 36,7 0C


Pernafasan : 18x/menit
TFU : 27cm , puka, presentasi kepala, belum masuk panggul
DJF : 142x/menit
3. Assasment
Ny. D Usia 31 th G2P1A0 Hamil 29 minggu dengan nyeri punggung sudah
berkurang dan sulit tidur
Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala
4. Planning
a. Membina hubungan baik dengan pasien.
Mahasiswa dan pasien membina hubungan yang baik.
b. Mengevaluasi keluhan Ny D yaitu nyeri punggung
Nyeri tulang kemaluan pada pasien sudah mulai berkurang karena sudah
menggunakan bantal hangat untuk nyeri punggung dan yoga.
c. Melakukan konseling tentang ketidaknyamanan kehamilan trimester III.
Pasien menyimak dengan baik saat konseling diberikan.
d. Mempersilahkan Ny D untuk bertanya tentang materi yang disampaikan
Pasien menanyakan beberapa pertanyaan.
e. Menganjurkan kepada Ny D untuk mencoba istrahat cukup dan
menghidari hal-hal yang membuat ibu stress sehingga sulit tidur.
Pasien mengerti.
f. Menganjurkan Ny.D untuk tetap melakukan aktifitas seperti biasa dan
menganjurkan untuk tetap makan-makanan yang bergizi.
Pasien mengerti.
g. Mengingatkan Ny D untuk kunjungan ketiga pada tanggal 06 Agustus
2022
Pasien menyetujui kunjungan ulang di tanggal tersebut

3.3 Kunjungan III


Tanggal : 06 Agustus 2022
Jam : 17.00
1. SUBJEKTIF

Ny.D mengatakan nyeri punggung sudah sangat berkurang dan sudah


beberapa hari ini merasa tidur sudah mulai baik dan tidur lebih awal.
2. OBJEKTIF

Keadaan umum : Baik Kesadaran : composmentis


Keadaan : Stabil TD : 110/70 mmHg

Nadi : 88x/menit Suhu : 36,7 0C


Pernafasan : 18x/menit
TFU : 28 cm , puka, presentasi kepala, belum masuk panggul
DJF : 142x/menit
3. ASSASSMENT

Ny. D Usia 31 th G2P1A0 Hamil 30 minggu dengan keluhan nyeri punggung


sudah berkurang
Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala
4. PLANNING
1. Membina hubungan yang baik dengan Ny D
Mahasiswa dan pasien membina hubungan dengan baik.
2. Mengevaluasi keluhan nyeri tulang punggung dan sulit tidur pada Ny D
Pasien mengatakan nyeri tulang punggung sudah sangat berkurang dan
sudah mulai tidur dengan baik.
3. Melakukan konseling tentang tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III.
Pasien menyimak dengan seksama.
4. Mempersilahkan Ny D untuk bertanya tentang materi yang disampaikan.
Pasien menanyakan beberapa pertanyaan.
5. Mengingatkan untuk tetap menjaga pola istirahat.
Pasien mengerti
6. Menginformasikan Ny D bahwa aka nada pemeriksaan labolatorium pada
usia kehamilan 32 minggu
Pasien mengerti dan akan melakukan pemeriksaan labolatorium
7. Menginformasikan kepada Ny D untuk melakukan pemeriksaan rutin 1x
seminggu pada kehamilan trimester III untuk memantau Kesehatan ibu dan
janin.
Pasien mengerti dan akan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin
8. Mengucapkan terimakasih karena sudah bersedia menjadi pasien dan
meminta maaf jika sudah mengganggu waktu Ny D
Pasien juga berucap terimakasih karena sudah sharing beberapa ilmu.
9. Melakukan dokumentasi
Mahasiswa melakukan dokumentasi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas anatara kesenjangan teori dengan praktek
yang ditemukan di lapangan yaitu pengkajian Asuhan Kebidanan Komunitas
terhadap Ny. D dengan keluhan Nyeri Punggung pada kehamilan trimester III
dengan menggunakan metode SOAP yaitu :
1. Pengkajian Subjektif
Berdasarkan teori, data subjektif itu adalah Data yang diperoleh
melalui wawancara, keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya
terhadap pasien secara langsung. Data ini, berupa keluhan atau persepsi
subjektif ini diperoleh dengan anamnesa terhadap klien.
Pada kasus ini Ny. D ini Penulis mendapatkan data subjektif dari
hasil wawancara langsung dengan Ny. D yang mengatakan atau
mengeluhkan adanya nyeri punggung pada saat kunjungan I ini yaitu
pada usia kehamilan 28 minggu yang berarti masuk pada Trimester III.
Berdasarkan Roumaulli Ketidaknyamanan yang paling sering
terjadi pada Ibu hamil Trimester III yaitu nyeri punggung. Nyeri
punggung ini biasanya akan meningkat instesitasnya seiring usia
kehamilan karena nyeri punggung ini merupakan akibat dari pergeseran
pusat gravitasi.
Sehingga berdasarkan teori tersebut maka keluhan nyeri punggung yang
dirasakan oleh Ny. D G2P1A0 Hamil 28 Minggu yang ini adalah hal
yang normal.
Berdasarkan Data diatas maka pengkajian data subjektif terhadap Ny. D
sudah sesuai dengan teori.
2. Pengkajian Data Objektif
Data Objektif ini diperoleh dari hasil pemeriksaan, baik secara fisik,
hasil pemeriksaan hasil laboratorium atau pemeriksaan penunjang
lainnya.
Pada 3x kunjungan 22 Juli 2022, secara keseluruhan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan KU : Baik, TD : Normal, dan pemeriksaan fisik secara
keseluruhan masih batas normal.
Berdasarkan data tersebut tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dengan praktek.
3. Analisa Data
Setelah dilakukan Pengkajian Subjektif dan Objektif maka Penulis
melakukan langkah berikutnya yaitu menganalisa data untuk melakukan
masalah kesehatan yang Ny. D yaitu dengan diagnosa 31 Tahun Hamil
28 Minggu dengan Nyeri Panggung.
4. Pelaksanaan dan Evaluasi
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan
perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnose yang
ada. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan untuk merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien.
Terapi nonfarmakologi dilakukan dengan cara pengaturan
kompres hangat, yoga, mandi air hangat, dukungan emosional dan
keluarga.
Sesuai dengan pernyataan diatas pada klien diberikan
perencanaan asuhan yaitu Konseling tentang tanda ketidaknyamanan
Trimester III dan cara mengatasinya.
Pelaksanaan yang dilakukan pada Ny. D di PMB. Aan,
A.Md.Keb pada tanggal 22 Juli 2022 menggunakan apa yang sudah
ditetapkan dalam perencanaan sesuai dengan kewenangan yang sudah
berlaku. Sehingga pelaksanaan pada asuhan kebidanan Ny. D telah
dilakukan dengan baik, perencanaan yang telah dibuat sesuai tujuan
sehingga dapat tercapai. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu
keadaan umum : baik, kesadaran : compos mentus, TN : TD : 110/70
mmHg, RR 20 X/mnt, N. 88 x/mnt, Sh. 36,7 oc.
Menjelaskan pada ibu mengenai keluhan yang dialaminya saat ini
yaitu nyeri punggung yang sering terjadi pada ibu hamil trimester III,
menganjurkan ibu untuk kompres hangat dan melakukan yoga dirumah.
Memberikan ibu penyuluhan tentang ketidaknyamanan pada
Trimester III, kebutuhan nutrisi ibu hamil , pola istirahat dan aktifitas.
Pada lahan praktek dilakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. D
yang sudah disesuaikan dengan teori penanganan yang tepat dan efisien.
Sehingga tidak akan terjadi masalah-masalah yang akan menghambat
terjadinya kehamilan.
Pada langkah ini dilaksanakan evaluasi sebagai proses akhir dan
asuhan untuk mengetahui hasil kefektifan dari asuhan yang diberikan.
Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah
diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan
yang telah diberikan. Dengan harapan, hasil evealuasi proses sama
dengan hasil evaluasi secara keseluruhan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Sudah dilakukan pengkajian data Subjektif pada Ny. D Usia 31 Tahun G2P1A0
Hamil 28 Minggu Dengan Nyeri Punggung Di Kelurahan Kebon Baru, Tebet
Jakarta Selatan Tahun 2022.
2. Sudah dilakukan pengkajian data Objektif pada Ny. D Usia 31 Tahun G2P1A0
Hamil 28 Minggu Dengan Nyeri Punggung Di Kelurahan Kebon Baru, Tebet
Jakarta Selatan Tahun 2022.
3. Sudah didapatkan diagnosa pada asuhan kebidanan dikomunitas pada laporan
keluarga binaan yaitu Ny. D Usia 31 Tahun G2P1A0 Hamil 28 Minggu
Dengan Nyeri Punggung Di Kelurahan Kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan
Tahun 2022.
4. Telah dilakukan penatalaksanaan dan dievaluasi bahwa hasil akhir adalah
permasalahan dapat teratasi dengan baik.
5.2 Saran
1. Bagi Ibu Hamil (keluarga binaan)
Agar Ibu dapat menjelaskan pengalaman di dapatkan ibu hamil yang lain dan
bisa menjadi motivator terhadap ibu hamil yang lain agar mau memeriksa
kehamilannya kepada tenaga kesehatan dan ibu mengetahui tentang Nyeri
Punggung.
2. Bagi Bidan
Dapat menambahkan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Asuhan
Kebidanan pada ibu hanil Trimester III dengan Nyeri Punggung.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Agar menjadi bahan tambahan mahasiswi kebidanan dalam melakukan
penatalaksanaan pada ibu hamil dengan Nyeri Punggung.
DAFTAR PUSTAKA

American College of Obstetricians and Gynecologists, 2016. management of preterm


labor. [Online] Available at: http://emedicine.medscape.com/article/975909-
treatment#showall [Accessed 5 September 2016].
Curtis BG. 2015. Kehamilan : Apa Yang Anda Hadapi Minggu Per Minggu. Jakarta :
EGC.
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Ibu Hamil, Jakarta; 2011
Manuaba, Ida AC dan Ida BG. 2010.Ilmu Kebidanan dan KB Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta: EGC.
Mediarti D, Sulaiman, Rosnani dan Jawiah. 2014. Pengaruh Yoga Antenatal Terhadap
Pengurangan Keluhan Ibu Hamil Trimester III.Jurnal kedokteran dan kesehatan,
1(1) : 47-53.
Pane, dr. Merry Dame Cristy, 2019, www.alodokter.com
Putra.2016.Cara Mudah Melahirkan. Yogyakarta : Laksana.
Romauli S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.
Yogyakarta: Nuhu Medika.
Resmi D, Saputro S dan Runjati. 2016. Pengaruh Yoga Terhadap Nyeri Punggung
Bawah Pada IbuHamil Trimester III. Jurnal Ilmu Kesehatan.
Romauli S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.
Yogyakarta: Nuhu Medika.
Sinclair M,Close C, McCullough J,Hughes C, Liddle D.How Do Women Manage
Pregnancy-Related Low Back And/Or Pelvic Pain. The Royal College Of
Midwives 12(3): 76-82.2014.https//www.rcm.org.uk.
Ummah, Faizul. “Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil Ditinjau dari Mekanik dan Paritas di
Desa Ketanen Panceng Kabupaten Gresik.” SURYA, 2012: Vol.03.No.XII:32-
38.
Varney, H. 2010 . Buku Ajar Asuhan Kebidanan . Jakarta: EGC
World Health Organization. The World Medicine Situation 2011 3ed. Rational Use of
Medicine. Geneva

LAMPIRAN
SATUAN ACARA KEGIATAN

KELUARGA BINAAN
KONSELING KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN TRIMESTER III

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 7


Praktik Manajemen Kebidanan di Komunitas

Oleh:

AAN DARMA PUTRI


07210400125

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2022
SATUAN ACARA KEGIATAN

TEMA : Ketidaknyaman Ibu Hamil

SASARAN : Ibu Hamil Trimester III

MATERI POKOK : Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III

WAKTU/ PERTEMUAN : 22 Juli 2022

TEMPAT : BPM Aan

PELAKSANA : Aan Darma Putri

A. Tujuan Instruksional

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti pertemuan ini, diharapkan Ny D dapat memahami dan

mengetahui tentang ketidaknyamanan ibu hamil trimester III dan cara mengatasinya.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah penyuluhan diharapkan peserta mampu :

a. Responden dapat mengatasi ketidaknyaman pada kehamilan trimester III

b. Responden dapat tidak terlalu khawatir dengan kehamilan yang di alami dan

dapat mengerti apa perubahan tubuh yang di alami

B. Pelaksanaan

1. Tempat: PMB Aan

2. Waktu: 16:00 WIB

C. Metode dan Media

1. Metode: Penyuluhan, Tanya Jawab

2. Media: Leaflet, Jobsheet dan Daftar Tilik, Dopler


D. Langkah Kegiatan

No Tahap kegiatan Kegiatan penyuluhan Kegiatan Pasien dan


Kesehatan keluarga
1 Pembukaa(5 1. Mengucapkan salam. 1. Mahasiswa
menit) 2. Memperkenalkan diri. mengucapkam salam.
n 3. Menjelaskan tujuan 2. Mahasiswa
datang ke klinik memperkenalkan diri
4. Melakukan kontrak kepada pasien.
waktu dengan pasien. 3. Mahasiswa menjelaskan
5. Melakukan inform tujuan pasien datang
consent kepada pasien. keklinik
4. Mahasiswa menjelaskan
akan ada 3x kunjungan
dan waktu pelaksanaan
dirundingkan bersama.
5. Pasien menyetujui
inform consent yang
diberikan oleh
mahasiswa.
2 Pembahasan 1. Menjelaskan definisi ibu 1. mendengarkan dan
(15 menit) hamil trimester III menyimak
2. Menjelaskan
ketidaknyamanan pada
ibu hamil trimester III
3. Memberikan kesempatan
pasien untuk bertanya.
3 Penutup 1. Mengevaluasi materi 1. Mahasiswa melakukan
(5 menit) ketidaknyaman evalusi materi
kehamilan trimester III ketidaknyamanan
2. Mengingatkan kembali kehamilan trimester III
ada kunjungan ke 2 di kepada pasien.
tanggal 15 September 2. Mahasiswa
2021. mengingatkan jadwal
3. Mengucapkan kunjungan ke 2.
terimakasih untuk 3. Mahasiswa
kesediaannya menjadi mengucapkan
pasien dan mengucap terimakasih dan salam
salam. kepada pasien.

E. Evaluasi
1. Struktural
a. Persiapan tempat dan alat
b. Persiapan Waktu (Kontrak waktu)
c. Persiapan SAP, Jobsheet dan Daftar Tilik
2. Proses
a. Selama penyuluhan pasien (keluarga binaan) memperhatikan penjelasan yang
disampaikan.
b. Selama penyuluhan pasien (keluarga binaan) bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan.
c. Selama penyuluhan pasien (keluarga binaan) aktif menjawab pertanyaan yang
diajukan
3. Hasil
a. Responden dapat menjelaskan kembali definisi kehamilan trimester III.
b. Responden dapat menjelaskan kembali apa saja ketidaknyamanan pada ibu hamil
trimester III.

F. Materi
1. Definisi ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III
Ibu hamil Trimester III akan mengalami gangguan ketidaknyamanan,
ketidaknyamanan ibu hamil trimester III diantaranya peningkatan frekuensi berkemih,
konstipasi, hiperventilasi, sesak nafas, nyeri ulu hati, kram tungkai, kesemutan pada
jari, insomnia dan nyeri punggung (Thomson 2010).
Nyeri punggung merupakan salah satu ketidaknyamanan yang sering di alami ibu
hamil. Hal ini di sebabkan karena proses membesarnya uterus sehingga menyebabkan
pusat gravitasi berpindah ke arah depan,dan posisi berdiri menjadi lordosis. Postur
tubuh yang tidak tepat akan memaksa peregangan tambahan dan kelelahan pada
tubuh, terutama pada bagian belakang, sehingga akan menyebabkan terjadinya nyeri
pada bagian punggung ( Putra, 2016).
Reaksi nyeri punggung yang dirasakan pada ibu hamil, sangat bergantung pada
tahapan usia kehamilan (pertumbuhan uterus) yang sejalan dengan perkembangan
janin dan semakin tua usia kehamilan semakin besar risiko nyeri punggung. Hormon-
hormon yang dilepaskan selama masa kehamilan ikut berperan dalam menyebabkan
nyeri punggung pada ibu (Curtis, 2015). Hal ini di sebabkankarena terjadi
perengangan pada sendi dan ligament yang terdapat pada tulang belakang (Purwati,
2015).
Nyeri punggung apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kualitas
hidup ibu hamil menjadi buruk. Masalah ini akan berkelanjut dalam bentuk cedera
kambuhan atau muncul terus menerus dalam kondisi lebih beruk sesuai dengan
perjalanan usia kahamilannya ( Kantonis, 2011).
Penanganan nyeri punggung trimester III saat hamil sangat diperlukan untuk
mengurangi ketidaknyamanan. Diantaranya yaitu terapi non fakmakologi adalah
untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan penanganan berdasarkan
penangan fisik sepertimobilisasi, kompres air hangat, istirahat dan yoga. Adapun
terapi farmakologi adalah untuk menanggulangi dengan cara memblokade transmisi
stimulan nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan mengurangi respon kortikal
terhadap nyeri seperti pemberian paracetamol. Upaya untuk mengatasi keluhan nyeri
punggung yaitu pemberian terapi non farmakologi seperti yoga lebih dapat mengatasi
nyeri punggung karena jauh lebih aman di bandingkan dengan terapi farmakologi
(Resmi, dkk 2016).
2. Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III dan cara mengatasinya
Menurut Romauli (2011:149) Ketidaknyamanan ibu hamil pada Trimester III,
adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan Frekuensi berkemih
Frekuensi kemih meningkat pada trimester ketiga sering dialami wanita hamil
karena presentasi janin akan menurun masuk kedalam panggul dan menimbulkan
tekanan langsung pada kandung kemih.
Peningkatan frekuensi berkemih disebabkan oleh tekanan uterus karena
turunnya bagian bawah janin sehingga kandung kemih tertekan, kapasitas
kandung kemih berkurang dan mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat
(Manuaba, 2010).
Sering buang air kecil merupakan suatu perubahan fisiologis dimana terjadi
peningkatam sensitivitas kandung kemih dan pada tahap selanjutnya merupakan
akibat kompresi pada kandung kemih.
Untuk mengantisipasi terjadinya tanda – tanda bahaya tersebut yaitu:
- Minum air putih yang cukup (± 8-12 gelas/hari)
- Menjaga kebersihan disekitar alat kelamin
- Kosongkan kadung kemih ketika ada dorongan
- Perbanyak minum pada siang hari dan kurangi minum di malam hari jika
mengganggu tidur
- Hindari minum kopi atau teh sebagai diuresis
- Berbaring miring kiri saat tidur untuk meningkatkan diuresis dan tidak perlu
menggunakan obat farmakologis (Hani, 2011 : 59) .
b. Sakit punggung Atas dan Bawah
Nyeri punggung saat kehamilan trimester tiga umumnya terjadi karena
punggung Bumil harus menopang bobot tubuh yang lebih berat. Rasa nyeri ini
juga dapat disebabkan hormon relaksin yang mengendurkan sendi di antara
tulang-tulang di daerah panggul. Kendurnya sendi-sendi ini bisa memengaruhi
postur tubuh dan memicu nyeri punggung. Pada beberapa kondisi, bobot bayi
yang begitu berat juga bisa menyebabkan nyeri vagina.
Untuk mengatasi hal tersebut, Bumil bisa melakukan tips berikut ini:
- Melakukan olahraga dan latihan panggul. Saat hamil, olahraga dan latihan
panggul dan melakukan peregangan kaki secara rutin, dinilai efektif untuk
mengurangi nyeri punggung Bumil.
- Meletakkan bantal di punggung saat tidur untuk mendukung punggung dan
perut Bumil. Jika Bumil tidur dengan posisi miring, letakkan bantal di antara
tungkai.
- Duduk dengan tegak dan gunakan kursi yang menopang punggung dengan
baik.
- Menggunakan sepatu yang nyaman. Bumil bisa memilih sepatu dengan hak
rendah, karena sepatu model ini lebih baik untuk menopang punggung.
- Mengompres punggung dengan handuk hangat.
c. Hiperventilasi dan sesak nafas
Peningkatan aktivitas metabolis selama kehamilan akan meningkatkan
karbondioksida. Hiperventilasi akan menurunkan karbon dioksida. Sesak nafas
terjadi pada trimester III karena pembesaran uterus yang menekan diafragma.
Selain itu diafragma mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan.
Jika ibu hamil mengalami hal demikian, cobalah lakukan hal-hal berikut:
- Topang kepala dan bahu dengan bantal ketika tidur.
- Lakukan olahraga ringan secara rutin untuk memperbaiki posisi tubuh,
sehingga paru-paru bisa mengembang dengan baik.
- Jika keluhan berlanjut segera hubungi dokter.
d. Edema Dependen
Terjadi karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada
ekstrimitas bawah karena tekanan uterus membesar pada vena panggul pada saat
duduk/ berdiri dan pada vena cava inferior saat tidur terlentang. Edema pada kaki
yang menggantung terlihat pada pergelangan kaki dan harus dibedakan dengan
edema karena preeklamsi.
e. Nyeri ulu hati
Ketidaknyamanan ini mulai timbul menjelang akhir trimester II dan bertahan
hingga trimester III.
Penyebab :
1) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan
peningkatan jumlah progesteron.
2) Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus
yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan tekanan
uterus.
3) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat dan
penekanan oleh uterus yang membesar.
Untuk menghindarinya, ada beberapa langkah yang bisa ibu hamil lakukan,
yaitu:
- Teliti dalam memilih makanan. Jauhi makanan yang asam, pedas, berminyak,
atau berlemak, dan jauhi minuman yang mengandung kafein.
- Makanlah dengan frekuensi lebih sering namun dengan porsi yang sedikit.
Jangan makan sambil berbaring atau mendekati waktu tidur.
f. Kram tungkai
Terjadi karena asupan kalsium tidak adekuat, atau ketidakseimbangan rasio
dan fosfor. Selain itu uterus yang membesar memberi tekanan pembuluh darah
panggul sehingga mengganggu sirkulasi atau pada saraf yang melewati foramen
doturator dalam perjalanan menuju ekstrimitas bawah.
g. Konstipasi
Pada kehamilan trimester III kadar progesteron tinggi. Rahim yang semakin
membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah sehingga terjadi
konstipasi. Konstipasi semakin berat karena gerakan otot dalam usus diperlambat
oleh tingginya kadar progesterone (Romauli, 2011).
Perencanaan yang dapat diberikan pada ibu hamil dengan keluhan konstipasi
adalah tingkatkan intake cairan minimum 8 gelas air putih setiap hari dan serat
dalam diet misalnya buah, sayuran dan minum air hangat, istirahat yang cukup,
melakukan olahraga ringan ataupun senam hamil, buang air besar secara teratur
dan segera setelah ada dorongan (Hani, 2011 : 55).
h. Kesemutan dan baal pada jari
Perubahan pusat gravitasi menyebabkan wanita mengambil postur dengan
posisi bahu terlalu jauh kebelakang sehingga menyebabkan penekanan pada saraf
median dan aliran lengan yang akan menyebabkan kesemutan dan baal pada jari-
jari.
i. Insomnia
Disebabkan karena adanya ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar,
pergerakan janin dan karena adanya kekhawatiran dan kecemasan

G. Daftar Pustaka/Referensi
Curtis BG. 2015. Kehamilan : Apa Yang Anda Hadapi Minggu Per Minggu.
Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida AC dan Ida BG. 2010.Ilmu Kebidanan dan KB Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC.
Pane, dr. Merry Dame Cristy, 2019, www.alodokter.com
Putra.2016.Cara Mudah Melahirkan. Yogyakarta : Laksana.
Romauli S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.
Yogyakarta: Nuhu Medika.
Resmi D, Saputro S dan Runjati. 2016. Pengaruh Yoga Terhadap Nyeri Punggung
Bawah Pada IbuHamil Trimester III. Jurnal Ilmu Kesehatan.
JOB SHEET

TEMA : Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester III


SASARAN : Ny “Dian”
MATERI POKOK : Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester III
WAKTU/ PERTEMUAN : 25 menit
TEMPAT : BPM Aan
PELAKSANA : Aan Darma Putri
PROGRAM STUDI : Program Studi Pendidikan Sarjana Terapan Bidan

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA


1. Mempersiapkan peralatan, bahan dan perlengkapan yang digunakan untuk melakukan
konseling ketinyaknyamanan kehamilan trimester III dengan tepat.
2. Mendokumentasikan langkah-langkah dalam konseling ketidaknyaman dan cara
mengatasinya pada kehamilan trimester III secara sistematis sesuai dengan prosedur
dan daftar tilik serta memperhatikan keselamatan kerja.
B. DASAR TEORI SINGKAT
Adanya ketidaknyamanan pada kehamilan trimester III dan bagaimana cara
mengatasinya dengan tepat sesuai keluhan yang dirasakan oleh pasien dan untuk
mengurangi kecemasan pada ibu hamil terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
C. PETUNJUK
1. Baca dan pelajari lembar kerja yang tersedia.
2. Siapkan alat dan bahan secara lengkap dan terjangkau.
3. Melakukan inform consent.
4. Menyampaikan konseling dengan benar dan tepat.
5. Ikuti petunjuk sesuai jobsheet.
6. Bekerja secara hati – hati dan teliti.
7. Melakukan dokumentasi.

C. KESELAMATAN KERJA
1. Mematuhi protokol kesehatan.
2. Meletakan peralatan yang ada pada tempat yang mudah terjangkau oleh petugas.
3. Berikan informasi dengan baik dan benar.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Mempersiapkan pasien dan memberikan penjelasan tentang tanda bahaya ibu hamil
trimester III.
2. Menjaga kenyamanan dan privasi pasien.
E. PROSEDUR TINDAKAN
NO LANGKAH KLINIK ILUSTRASI GAMBAR
1 Menyiapkan alat.
a.Leaflet
b.Tensi
c.Dopler
d.Gel
e.Medline
f. Pulpen
2. Mencuci tangan.
Menggunakan teknik 6 langkah cuci tangan
menggunakan cairan antiseptic atau sabun.

3. Persiapan Pasien
a. Memberikan salam dan sapa kepada
pasien.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur
kunjungan pada pasien.
c. Melakukan kontrak waktu dengan
pasien.
d. Melakukan inform consent ke pasien.
4. Memposisikan pasien dengan nyaman.
Pasien duduk saat dilakukan anamnese dan
konseling. Pasien tiduran saat dilakukan
pemeriksaan ttv dan leopold.

5. Melakukan pengkajian.
Melakukan anamneses ke pasien.
6.  Melakukan pemeriksaan TTV, leopold, dan
DJJ.
Mendekatkan alat dan bahan

7. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada


pasien.
Memberitahu pasien bahwa hasil
pemeriksaan pasien dan janin dalam
keadaan sehat.

8. Melakukan konseling terhadap keluhan


yang ibu hamil rasakan (ketidaknyamanan
pada ibu hamil trimester III)
a. Menjelaskan tanda-tanda
ketidaknyaman pada ibu hamil
b. Menjelaskan cara mengatasi keluhan
yang dialami
c. Memberi kesempatan pasien untuk
bertanya tentang materi.
d. Melakukan evaluasi setelah konseling
kepada pasien.
9. Merapikan pasien dan alat.
Merapikan tempat tidur dan alat

10. Mencuci tangan.


Menggunakan teknik 6 langkah cuci tangan
menggunakan cairan antiseptic atau sabun.

11. Melakukan dokumentasi.


Melakukan dokumentasi di format.

F. Daftar Pustaka/Referensi
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
DAFTAR TILIK
PENILAIAN
0 Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan belum sempurna
2 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan sempurna

Beri tanda ceklist () pada kolom penilaian


PENILAIAN
No Langkah Kerja
0 1 2
1. Persiapan alat dan bahan
a. Leaflet
b. Tensi
c. Dopler
d. Gel
e. Medline
f. Pulpen
2. Mencuci tangan
Persiapan Pasien
3. Memberikan salam dan sapa kepada pasien.
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur kunjungan kepada
pasien.
5. Melakukan kontrak waktu dengan pasien.
6. Melakukan inform consent ke pasien.
7. Memposisikan pasien dengan nyaman.
8. Melakukan pengkajian.
9. Melakukan pemeriksaan TTV, Leopold dan DJJ.
10. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien.
Melakukan Konseling.
11. Menjelaskan definisi tanda bahaya kehamilan
12. Menjelaskan materi yang akan disampaikan.
13. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya.
14. Melakukan evaluasi setelah pemberian konseling.
15. Merapikan pasien dan alat.
16.
Mencuci tangan.
17. Melakukan dokumentasi.

JUMLAH
NILAI = TOTAL SKOR X100=NILAI AKHIR
17
KETERANGAN
Aan Darma Putri
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA TENTANG PENTINGNYA
PERILAKU SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
PADA REMAJA DI KELURAHAN KEBON BARU
KECAMATAN TEBET
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH
MUTIARA HALPADMA
07210200041

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN


ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA TENTANG PENTINGNYA
PERILAKU SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
PADA REMAJA DI KELURAHAN KEBON BARU
KECAMATAN TEBET
TAHUN 2022

Disusun Oleh Mahasiswi Praktik Kebidanan Komunitas:

MUTIARA HALPADMA
NPM: 07210200041

Telah disahkan  

Jakarta, Tanggal 10 Agustus 2022

Disetujui Oleh,
Menyetujui
Pembimbing Paktik Komunitas

(Maryam Syarah Mardiyah, S.ST, MKM)


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Puji syukur penulis


panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan "Laporan Individu Keluarga Binaan Asuhan
Kebidanan pada Remaja Tentang Pentingnya Perilaku Sadari Sebagai
Deteksi Dini Kanker Payudara pada Remaja di Kelurahan Kebon Baru
Kecamatan Tebet Tahun 2022". Adapun penyusunan Laporan Keluarga Binaan
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Praktik Kebidanan
Komunitas. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan dan keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik materil maupun moril penyusunan Laporan Keluarga Binaan
praktik komunitas ini dapat berjalan dengan baik.
Untaian rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada
keluarga dan sahabat tercinta yang senantiasa memberikan doa, semangat,
motivasi, dorongan dan kasih sayang yang tiada terhingga.
Dalam penyusunan Laporan Keluarga Binaan ini penulis juga telah
mendapat banyak bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. H. A. Jacub Chatib selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju
2. Prof. Dr. Dr. H. M. Hafizurrachman, SH, MPH selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM selaku Rektor Universitas Indonesia Maju
4. Susaldi, S.ST, M.Biomed selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju
5. Dr. Rindu, SKM, M.Kes selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik
Universitas Indonesia Maju
6. Hidayani, Am.Keb, SKM, MKM selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju
7. Hedy Hardiana, S.Kep, M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Univesitas Indonesia Maju
8. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes selaku Koordinator Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju
9. Maryam Syarah Mardiyah, S.ST, MKM selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu, tenaga,dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan Laporan Keluarga Binaan ini.
10. Ernita Prima Noviyani, S.ST., M.Kes selaku dosen penguji
11. Nurainih, SST, M.Kes, SH, MM selaku CI
12. Seluruh dosen Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Indonesia Maju yang
telah memberikan ilmu pengetahuannya selama duduk di bangku kuliah.
13. Terima kasih kepada orang tua saya yang tidak henti-hentinya mendoakan,
mendukung, memberikan nasihat, semangat serta motivasi dalam
penyusunan Laporan Keluarga Binaan ini.
14. Teman-teman bimbingan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
Laporan Keluarga Binaan ini yang senantiasa saling menyemangati
menghibur, dan membantu dalam menyelesaikan tugas praktik komunitas ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-
besarnya apabila dalam penulisan laporan masih terdapat kekurangan. Serta kritik
dan saran dipelukan demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga Laporan Keluarga
Binaan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis.

Jakarta, Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I PENDAHULUAN 8

1.1. Latar Belakang 8

1.2. Tujuan 9

1.3. Manfaat 9

BAB II TINJAUAN TEORI 11


2.1 Konsep Dasar Komunitas 11

2.2 Konsep Dasar Keluarga 14

2.3 Konsep Dasar Keluarga Binaan 14

2.4 Konsep Dasar Pengetahuan 16

2.5 Konsep Dasar Perilaku 19

2.6 Konsep Dasar Remaja 21

2.7 Konsep Dasar Kanker Payudara 21

2.8 Konsep Dasar Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 23

BAB III TINJAUAN KASUS 29

3.1 Kunjungan Keluarga Binaan Ke-1 29

3.2 Kunjungan Keluarga Binaan Ke-2 31

3.3 Kunjungan Keluarga Binaan Ke-3 32

BAB IV PEMBAHASAN 34
4.1 Pengkajian Data Subjektif 34

4.2 Pengkajian Data Objektif 34

4.3 Perumusan Diagnosa 35

4.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi 35

BAB V PENUTUP 37

5.1 Kesimpulan 37

5.2 Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN
BUKTI DOKUMENTASI
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahap 1 Melihat Bentuk Payudara di Cermin 23


Gambar 2.2 Tahap 2 Periksa Payudard dengan diangkat Kedua Tangan 24
Gambar 2.3 Tahap 3 Berdiri di Depan Cermin Tangan disamping 24
Gambar 2.4 Tahap 4 Menegangkan Otot Bagian dengan Berkacak 25
Gambar 2.5 Tahap 1 Persiapan Melakukan SADARI 25
Gambar 2.6 Tahap 2 Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip 26
Gambar 2.7 Tahap 3 Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar 26
Gambar 2.8 Tahap 4 Pemeriksaan Cairan di Puting Payudara 27
Gambar 2.9 Tahap 5 Memeriksa Ketiak 27
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan suatu golongan penyakit yang ditimbulkan oleh sel
tunggal yang tumbuh abnormal dan tidak terkendali, sehingga dapat menjadi
tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat.
Merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat serta tidak terkendali. Kanker bisa terjadi dimana saja, dari berbagai
jaringan, dalam berbagai organ.1
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di
seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh
kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah
penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya.2
Kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker
terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian
petama akibat kanker. Data Glocoban tahun 2020, jumlah kasus baru kanker
payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru
kanker di Indonesia, Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai
lebih dari 22 ribu jiwa kasus.2
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes
Kementrian Kesehatan RI memperoleh data prevalensi kanker tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta (4,1‰) diikuti Jawa Tengah (2,1‰), Bali (2‰),
Bengkulu, dan DKI Jakarta masing-masing 1,9 ‰.3
Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang
cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga
mengubar norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Gaya hidup dan
perkembangan zaman adalah faktor penting yang sangat mempengaruhi
remaja dalam terkena resiko kanker payudara.4
Pengenalan penyakit kanker menjadi penting karena untuk menurunkan
kasus baru kanker diperlukan upaya pencegahan dan deteksi dini yang akan
lebih mudah dilakukan ketika faktor resiko dan gejala kanker sudah dikenali.
Kesembuhan akan semakin tinggi jika Ca Mammae ditemukan dalam
stadium dini, yang biasanya masih berukuran kecil. Usaha yang bisa
dilakukan adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).5
Pemerintah telah mencanangkan SADARI sebagai program nasional
pada tanggal 21 April 2008. Program SADARI adalah salah satu upaya
penanganan terhadap penyakit kanker payudara secara dini. Dengan
melakukan SADARI angka kematian akibat kanker payudara dapat
diturunkan hingga 20%.4
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada remaja di Kelurahan Kebon
Baru Kecamatan Tebet diketahui bahwa lebih masih banyak remaja yang
belum mengetahui mengenai perilaku sadari sebagai deteksi dini kanker
payudara.
Oleh karena itu penulis melakukan asuhan kebidanan praktik komunitas
mengenai perilaku sadari sebagai deteksi dini kanker payudara pada remaja.
Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik, terutama pada remaja
putri di Kecamatan Tebet mampu melakukan pencegahan dan deteksi dini
kanker payudara dengan menerapkan perilaku SADARI dalam kehidupan
sehari-hari.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan komunitas pada Nn. R
memberikan edukasi mengenai pentingnya perilaku SADARI sebagai
upaya deteksi dini pencegahan kanker payudara di Kelurahan Kebon
Baru Kecamatan Tebet.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada Nn. R di Kelurahan
Kebon Baru Kecamatan Tebet.
b. Melaksanakan pengkajian data objektif pada Nn. R di Kelurahan
Kebon Baru Kecamatan Tebet.
c. Melaksanakan perumusan diagnose atau masalah kebidanan pada
Nn. R di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi pada Nn. R di
Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Remaja Binaan
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya
perilaku SADARI untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1.3.2 Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi bidan dalam melakukan
asuhan kebidanan pada remaja agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan.
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan program
pembelajaran agar menghasilkan lulusan bidan professional yang
memiliki kemampuan dan kompetensi yang baik dibidangnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Komunitas
2.1.1 Pengertian
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang
menekankan pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di
komunitas (masyarakat sekitar). Seorang bidanan dituntut mampu
memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun keolompok.
Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi
tantangan atau kendala seperti berikut6
a. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi
yang merugikan ekonomi, seperti kemiskinan.
b. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan
rujukan.
d. Lngkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong
(daerah yang terisolir), kumuh, padat, dll
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan atau
kendala di atas adalah bangkitnya atau lahirnya gerakan masyarakat
untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta
kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut.7
2.1.2 Tujuan Pelayanan Komunitas
Tujuan kebidanan komunitas menurut Kemenkes 2018, yaitu
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya Kesehatan perempuan di wilayah kerjanya,
sehingga masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan
serta mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan.
2) Meningkatkan mutu Kesehatan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
4) Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokok
masyarakat setempat atau terkait.
2.1.3 Prinsip Pelayanan Asuhan dan Tanggung Jawab Bidan pada
Pelayanan Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai
berikut:
a. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu
kesehatan masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-
lain yang mendukung peran bidan di komunitas.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat
dan martabat kemanusiaan klien.
c. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai
unit analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (Jumlah
perempuan, jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki,
jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang
bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnya adalah jumlah
perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 Kelurahan/ kawasan
perumahan/ perkantoran.
d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan,
tetapi hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok
ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter,
pekerja sosial, dll.
e. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan
klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan
dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
2.1.4 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan di Komunitas
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas
adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan
langkah promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil
disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga
kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang
di posyandu.
b. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan
yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan
balita serta ibu hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan
diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi
melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani
kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam
proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan
asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan
meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi
klien.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan)
untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh
adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien
dengan tindakan persalinan caesar.
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat,
organisasi sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya
untuk mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan
masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat perlu
dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired  Immune
Deficiency Syndrome (AIDS), Kehamilan Tidak Diinginkan
(KTD), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban
perkosaan, dan Injecting Drug User (IDU).
2.2 Konsep Dasar Keluarga
2.2.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.8
2.2.2 Struktur Keluarga
Menurut Karwati (2012), struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya adalah:
Patrilineal adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis keturunan ayah.
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis keturunan ibu.
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.3 Konsep Dasar Keluarga Binaan
2.3.1 Pengertian
Pembina dapat diartikan bantuan dari seseorang atau
sekelompok orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang
lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan
kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan.9
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak
tempat anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam
keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga.10
Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan
dan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk
menggambarkan derajat kesehatan digunakan indikator kualitas utama
seperti angka kematian, kesakitan, kelahiran, status gizi dan lain-lain.
Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Jika masyarakat sudah menciptakan hidup
sehat maka derajat masyarakatpun meningkat. Untuk itu perlu adanya
suatu pendekatan dalam meningkatkan peran serta masyarakat, salah
satunya melalui pendekatan asuhan kebidanan komunitas. Melalui
pendekatan asuhan kebidanan komunitas dapat meningkatkan
pengetahuan dan motivasi masyarakat sehingga dapat memacu
masyarakat untuk mampu dan mandiri dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing–masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
2.3.2 Kriteria Keluarga Binaan
Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan
keluarga binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk risiko
tinggi dalam bidang Kesehatan:
a. Mudah dijangkau
b. Komunikasi dengan baik
c. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan
Kesehatan dan keperawatan yang diberikan
d. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah
e. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu
f. Daerah tersebut tidak terlalu rawan
2.3.3 Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan,
prasarana dan sarana kesehatan.
c. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.
d. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai
potensi kesehatan secara penuh agar lebih tahan terhadap penyakit.
e. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
2.4 Pengetahuan
2.4.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil "tahu" dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terhadap objek terjadi melalu panca indra manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.11
2.4.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dicakup di dalam domain kognitif 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (redcall) terhadap situasi yang sangat
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah.11
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.11
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan
sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode-
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.11
d. Analisis (analisys)
Analisis adalah kemampuan untuk menyatakan materi atau objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.11
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada.11
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian
ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria
yang telah ada.11
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor Internal
(1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya
hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup.11
(2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan.11
(3) Umur
Menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja.11
b. Faktor Eksternal
(1) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan perilaku
orang atau sekelompok.11
(2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.11
2.4.4 Alat untuk Memperoleh Pengetahuan
Sejalan dengan sumber pengetahuan itu, Surajiyo dengan
merujuk pendapat John Hospers dalam bukunya berjudul "An
Introduction to Philosophical Analysis", mengemukakan ada enam hal
sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
a. Pengalaman inderawi (Sence of experience), merupakan alat yang
paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan yang berupa alat untuk menangkap obyek dari luar
diri manusia melalui kekuatan indera. Kesalahan atau kekhilafan
akan terjadi apabila ada ketidaknormalan pada alat-alat inderawi
itu.12
b. Nalar (Reason), salah satu corak berpikir dengan menggabungkan
dua pemikiran yakni cara berpikir deduksi dan induksi yang
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan baru.12
c. Otoritas (Authority), merupakan kekuasaan yang sah dimiliki
seseorang dan diakui oleh anggota kelompoknya. Otoritas
merupakan salah satu sumber pengetahuan bagi kelompoknya
karena disampaikan oleh orang yang berwibawa.12
d. Intuisi (Intuition) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
dan melalui proses kejiwaan mampu membuat pernyataan berupa
pengetahuan. Dengan demikian intuisi merupakan sumber
pengetahuan, karena kemampuan pribadi seseorang yang memiliki
semacam "insting" yang kuat.12
e. Wahyu (Revelation), pengetahuan yang dianugerahkan Tuhan
melalui kitab-kitab suci. Seseorang yang mempunyai pegetahuan
melalui Wahyu secara dogmatik akan dilaksanakan secara baik.
Wahyu dapat dikatakan sebagai sumber pengetahuan, karena kita
mengenal sesuatu melalui kepercayaan.12
Keyakinan (Faith), suatu kemampuan yang ada pada diri
manusia melalui kepercayaan. Oleh karena itu memang sulit untuk
membedakan antara pengetahuan yang bersumber dari Wahyu dan
pengetahuan yang bersumber pada keyakinan. Perbedaannya mungkin
bahwa pengetahuan bersumber dari Wahyu diikuti secara dogmatik
melalui norma-norma agama. Dibalik itu pengetahuan yang bersumber
pada keyakinan merupakan pematangan (maturation) dari
kepercayaan.12
2.5 Perilaku
2.5.1 Pengertian
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau
suatu tindakan yang dapat diamati maupun tidak. Perilaku merupakan
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.13
2.5.2 Faktor Perilaku
Faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) merupakan respon
yang berasal dari lingkungan, baik lingkungan fisik dan faktor
dalam bentuk sosia budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.13
Faktor dari dalam diri seseorang (faktor internal) merupakan seseorang
itu merespon stimulus dari luar seperti pengamatan, persepsi,
motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya.13
2.5.3 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan
seseorang baik yang diamati (observable) maupun yang tidak dapat
diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup
mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan
lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit
atau terkena masalah kesehatan.13
2.5.4 Klasifikasi Perilaku
Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku
kesehatan dan membedakannya menjadi tiga, yakni:
a. Perilaku Sehat (Healthy Behavior)
Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan.13
b. Perilaku Sakit (Illness Behavior)
Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan
seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan atu
keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau teratasi masalah
kesehatan yang lain.13
c. Perilaku Peran Orang Sakit (The Sick Role Behavior)
Dari sesi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran yang
mencakup hak-haknya (right), dan kewajiban sebagai orang sakit
(obligation). Menurut Becker hak dan kewajiban orang yang
sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit (the sick
role behavior).13
2.6 Remaja
2.6.1 Pengertian
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-
24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan
belum menikah, jika telah menikah maka tergolong ke dalam dewasa.
Menurut BKKBN usia seseorang dikatakan remaja adalah 10-19
tahun.14
2.7 Kanker Payudara
2.7.1 Pengertian
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,sehingga terjadi
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi
pada jaringan payudara.1
2.7.2 Anatomi Payudara
Payudara (mamma) yang dimiliki pria dan wanita adalah sama
sampai masa pubertas (11-13 tahun) karena hormon estrogen dan
hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara. Pada wanita
perkembangan payudara sangat aktif sedangkan pada pria kelenjar dan
duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak
sempurna. Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal
mengakibatkan payudara cenderung mengalami pertumbuhan
neoplastik yang bersifat jinak maupun ganas. Yang bersifat ganas
berupa kanker. Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja
dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar
dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Dalam menentukan
lokasi kaker payudara, payudara dibagi menjadi empat kuadran, yaitu
kuadran lateral (pinggir atas), lateral bawah, medial (tengah atas), dan
median bawah.1
2.7.3 Etiologi
Etiologi kanker mammae masih belum jelas, tetapi data
menunjukkan terdapat kaitan erat dengan faktor berikut:15
a. Riwayat keluarga dan gen terkait karsinoma mammae
b. Reproduksi
c. Kelainan kelenjar mammae
d. Penggunaan obat di masa lalu
e. Radiasi peng-ion
f. Diet dan gizi
2.7.4 Pengobatan Kanker Payudara
Pengobatan kanker payudara tergantung tipe dan stadium yang
dialami penderita. Pada umumnya seseorang diketahui menderita
penyakit kanker payudara ketika sudah stadium lanjut. Hal tersebut
dikarenakan tentang kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan
deteksi dini.
Pengobatan kanker payudara itu sendiri meliputi pembedahan,
kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah
terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini bertujuan untuk
memusnahkan kanker atau membatsi perkembangan penyakit serta
menghilangkan gejala-gejalanya.1
2.7.5 Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara bertujuan unltuk menurunkan
insidensi kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan
angka kematian akibat kanker payudara itu sendiri. Pencegahan yang
paling efektif bagi penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan
dan deteksi dini, begitu pula pada kanker payudara.16
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu
bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat
melalui upaya untuk menghindarkan diri dari paparan berbagai
faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.16
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki
risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder
dilakukan dengan melakukan deteksi dini melalui beberapa metode
seperti mammografi atau SADARI (periksa payudara sendiri).16
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier yaitu pencegahan yang lebih diarahkan kepada
individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan
yang tepat pada kanker payudara sesuai stadiumnya akan dapat
mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup
penderita. Pencegahan tertier penting untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan.16
2.8 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
2.8.1 Pengertian
Pemeriksaan Payudara Sendiri adalah pemeriksaan payudara
sendiri untuk dapat menemukan adanya benjolan abnormal.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas
kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya. American Cancer
Society dalam proyek screening kanker payudara menganjurkan
pemeriksaan SADARI walaupun tidak dijumpai keluhan apapun.
Dengan melakukan deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar
25-30% . Dalam melakukan deteksi dini SADARI diperlukan minat
dan kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk meningkatkan kualitas
hidup serta menjaga kualitas hidup lebih baik.1
2.8.2 Melihat Perubahan dihadapan Cermin
Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara
(simetris atau tidak). Cara melakukan:
Gambar 2.1 Tahap 1 Melihat Bentuk Payudara di Cermin
Sumber: Kanker Payudara dan Sadari (2013)
Melihat perubahan bentuk dan besarnya, perubahan putting
susu, serta kulit payudara di depan cermin. Sambil berdiri tegak di
depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah di samping badan. 16
Gambar 2.2 Tahap 2 Periksa Payudara
Dengan Mengangkat Kedua Tangan

Sumber: Kanker Payudara dan Sadari (2013)


Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala.
Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit, perlekatan tumor terhadap
otot atau fascia di bawahnya atau kelainan pada kedua payudara.
Kembali amati perubahan yang terjadi pada payudara Anda, seperti
perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan, perubahan bentuk puting
atau perubahan kulit menjadi kasar.16
Gambar 2.3 Tahap 3 Berdiri di Depan Cermin,
Tangan di Samping

Sumber: Kanker Payudara dan Sadari (2013)


Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan
dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan
pada payudara.16
Gambar 2.4 Tahap 4 Menegangkan Otot Bagian Dada
dengan Berkacak Pinggang

Sumber: Kanker Payudara dan Sadari (2013)


Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak
pinggang/ tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan
otot di daerah axilla. Lalu perhatikan apakah ada kelainan seperti diatas.
Masih dengan posisi demikian, bungkukkan badan dan tandai apakah
ada perubahan yang mencurigakan perubahan atau kelainan pada
puting.16
2.8.3 Melihat Perubahan Bentuk Payudara dengan Berbaring
Gambar 2.5 Tahap 1 Persiapan Melakukan Sadari

Sumber: Kanker Payudara dan Sadari (2013)


Dimulai dari payudara bagian kanan, berbaring menghadap ke
kiri dengan membengkokkan kedua lutut Anda. Letakkan bantal atau
handuk mandi yang telah dilipat di bawah bau sebelah kanan untuk
menaikkan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan
kanan Anda di bawah kepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk
memeriksa payudara kanan. Gunakan telapak jari-jari Anda untuk
memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara Anda
dengan menggunakan Vertical Strip dan Circular membentuk sudut 90
derajat.16
Gambar 2.6 Tahap 2 Pemeriksaan Payudara
dengan Vertical Strip

Sumber: Kanker Payudara dan Sadari (2013)


Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari
tulang selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis
tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda.
Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian
putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda
perlahan-lahan ke bawah bra-line dengan putaran ringan dan tekan kuat
disetiap tempat. Dibagian bawah bra-line, bergerak kurang lebih 2 cm
ke arah kiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan
memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikui
pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.16
Gambar 2.7 Tahap 3 Pemeriksaan Payudara
dengan Cara Memutar

Sumber: Kanker Payudara dan Sadari (2013)


Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang
besar. Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan
yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai
ke puting payudara. Lakukan sebanyak dua kali. Sekali dengan tekanan
ringan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah
areola mammae.16
3
Gambar 2.8 Tahap 4 Pemeriksaan Cairan di Puting Payudara

Sumber: Kanker Payudara dan Sadari (2013)


Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda
untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.16
Gambar 2.9 Tahap 5 Memeriksa Ketiak

Sumber: Kanker Payudara dan Sadari (2013)


Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak
Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba
benjolan abnormal atau tidak.16
3.1.1 Program dari American Cancer Society
American Cancer Society dalam programnya menganjurkan
sebagai berikut:
a. Wanita > 20 tahun melakukan SADARI tiap 3 bulan
b. Wanita > 35-40 tahun melakukan mammografi
c. Wanita > 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli
d. Wanita > 50 tahun check up rutin/ mammografi setiap tahun
Wanita yang mempunyai faktor risiko tinggi (misalnya ada yang
menderita kanker) pemeriksaan ke dokter lebih rutin dan lebih sering.1
3.1.2 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Ketika Mandi
Periksa payudara sewaktu Anda mandi. Tangan daat lebih
mudah bergerak pada kulit yang basah. Mulailah dengan
melakukan pemijatan dibawah ketiak dan berputar (kearah dalam)
dengan menggerakkan ujung jari-jari Anda. Lakukan pemijatan ini
pada kedua payudara.1
Berbaring
Berbaring dan letakkan sebuah bantal kecil dibawah
pundak kanan (Untuk memeriksa payudara kiri). Letakkan tangan
kanan anda dibawah kepala. Cara pemeriksaan sama dengan pada
saat mandi. Lakukan hal yang sama untuk pemeriksaan payudara
kanan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Kunjungan Keluarga Binaan Ke-1 dilakukan tanggal 22 Juli 2022

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA
No Registrasi : 001
Tanggal Pengkajian : 22 Juli 2022
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Nn. R
Pengkaji : Mutiara Halpadma

PENGKAJIAN
Data Subjektif
Identitas Remaja
Nama : Nn. R
Umur : 20 Tahun
Anak ke : 2 (Dua)
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga
Alamat : Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet
Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. M Pekerjaan : IRT
Umur : 45 Tahun Alamat : Tegal
Agama : Islam Nama Ayah : Tn. T
Suku : Jawa Umur : 50 Tahun
Pendidikan : SMP Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alasan Datang: Remaja mengatakan tidak mengetahui mengenai deteksi dini
kanker payudara dan cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
Keluhan Utama: Tidak Ada Keluhan
Riwayat Obstetri: Remaja mengatakan belum menikah dan tidak pernah
hamil
Riwayat Ginekologi: Remaja mengatakan tidak pernah berhubungan seksual
dan tidak pernah menderita penyakit menular seksual (PMS) ataupun
penyakit infeksi dan tumor pada orga132n reproduksi
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Remaja: Remaja mengatakan tidak ada alergi obat,
tidak memiliki riwayat penyakit menular, tidak pernah mengidap
penyakit seperti asma, jantung, hepatitis, hipertensi, diabetes melitus,
dsb
b. Riwayat Kesehatan Keluarga: Orang tua dan keluarga tidak pernah
menderita penyakit menular, menurun, dan menahun.
Riwayat Psikososial: Remaja mengatakan tidak mengalami gangguan
psikologis, tidak mengkonsumsi obat rutin, tidak memiliki kepercayaan
yang membutuhkan perhatian khusus
Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola Istirahat: Tidak ada gangguan pola istirahat dan tidur
b. Pola Aktivitas: Pekerjaan sehari-hari sebagai asisten rumah
tangga dari Pk.08.00 - Pk.19.30 menjaga balita, setiap hari
tidur siang dari Pk.13.30 - Pk.15.00, dan bermain setiap sore
bersama anak-anak di Taman
c. Pola Eliminasi: BAB dan BAK dalam batas normal
d. Pola Nutrisi: Makan 3 kali sehari 1 porsi bervariasi lauk dan
makanan, mengkonsumsi buah dan sayur serta minum susu.

1
e. Pola Personal Hygiene: Mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali
sehari, mengganti baju dan celana dalam 2 kali sehari.
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compose Mentis
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 82 kali/menit
Frekuensi Nafas : 20 kali/menit
Suhu Tubuh : 36,8 0C
Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan : 63 Kg
Tinggi Badan : 163 cm
IMT : 23,7 Kg/m2 (Normal)
Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak ada bengkak atau oedema
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
Mulut : Bersih, tidak ada caries, tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
dan kelenjar thyroid
Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
pengeluaran pada puting, tidak ada retraksi,
tidak ada ronki dan mur-mur
Abdomen :Tidak ada pembesaran hepar, tidak ada kelainan,
tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas Atas : Simetris, Tidak ada oedema
Ekstremitas Bawah : Simetris, Reflek Patella + kiri dan kanan, tidak
ada oedema dan tidak ada varises.

2
Anogenitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Analisis Data
Nn. R 20 Tahun Pro Edukasi SADARI

3
Penatalaksanaan
Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan. Remaja setuju
dilakukan pemeriksaan.
Melakukan pemeriksaan fisik dan vital sign. Memberitahukan bahwa hasil
pemeriksaan dalam batas normal dan remaja dalam keadaan baik.
Remaja sudah mengerti mengenai hasil pemeriksaan.
Memberikan pertanyaan pre test kepada remaja dan remaja telah mengisi
kuesioner pre test yang diberikan.
Menjelaskan mengenai kanker payudara. Remaja mendengarkan dengan
seksama dan mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Menjelaskan kepada remaja bahwa penting untuk mengetahui tentang
deteksi dini kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara
sendiri.
Mendiskusikan kunjungan ulang di Tanggal 24 Juli 2022
Hasil Evaluasi: Hasil pre test menujukkan bahwa remaja belum mengetahui
dan mengerti mengenai deteksi dini kanker payudara dan bersedia untuk
dilakukan kunjungan ulang.
Melakukan pendokumentasian
3.2. Kunjungan Keluarga Binaan Ke-2 dilakukan tanggal 24 Juli 2022

A. Data Subjektif
Nn. R mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini, Nn. R masih
belum memahami mengenai cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compose Mentis
2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg

4
Denyut Nadi : 88 kali/menit
Frekuensi Nafas : 20 kali/menit
Suhu Tubuh : 37,0 0C
C. Analisis Data
Nn. R usia 20 Tahun Pro Edukasi SADARI
D. Penatalaksanaan
1. Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Memberi tahu remaja bahwa hasil pemeriksaan dalam keadaan baik.
3. Melakukan pendekatan dengan remaja agar remaja merasa nyaman saat
diberikan edukasi mengenai perilaku SADARI.
4. Menjelaskan mengenai pemeriksaan payudara sendiri sebagai deteksi
dini kanker payudara pada remaja. Remaja mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
5. Memberikan edukasi dan memperagakan mengenai cara melakukan
pemeriksaan payudara sendiri sambil dipraktikkan oleh remaja. Remaja
mampu melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
6. Mendiskusikan kunjungan ulang di tanggal 26 Juli 2022 untuk
mengevaluasi mengenai pengetahuan remaja tentang edukasi yang
diberikan.
7. Hasil evaluasi yaitu remaja mengerti dan memahami apa yang telah
disampaikan oleh bidan dan bersedia untuk dilakukan kunjungan ulang.
8. Melakukan pendokumentasian
3.3. Kunjungan Keluarga Binaan Ke-3 dilakukan tanggal 26 Juli 2022
A. Data Subjektif
Nn. R mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini, Nn. R sudah
mulai memahami mengenai deteksi dini kanker payudara.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik

5
Kesadaran : Compose Mentis
2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 82 kali/menit
Frekuensi Nafas : 20 kali/menit
Suhu Tubuh : 36,7 0C
C. Analisis Data
Nn. R usia 20 Tahun Pro Edukasi SADARI
D. Penatalaksanaan
1. Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan
2. Memberitahu remaja bahwa hasil pemeriksaan dalam keadaan baik
3. Menjelaskan kepada remaja bahwa akan dilakukan evaluasi hasil
edukasi mengenai pemeriksaan payudara sendiri
4. Memberikan lembaran post test mengenai perilaku SADARI
5. Hasil evaluasi adalah skor post test meningkat dibandingkan dengan pre
test saat sebelum dilakukan edukasi mengenai pemeriksaan payudara
sendiri. Remaja telah mampu melakukan pemeriksaan payudara sendiri
6. Melakukan pendokumentasian

6
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, mahasiswa akan membandingkan praktik dengan teori


belajar lapangan di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Kota Jakarta Selatan
khususnya pada Nn. R
Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil
pendekatan dan tabulasi data, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah
bersama dengan Nn. R sesuai dengan prioritas masalah.
4.1. Pengkajian Data Subjektif
Data subjektif diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada Nn.
R. Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien dengan teknik
wawancara, keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya. Data ini berupa
keluhan atau persepsi subjektif pasien terhadap status kesehatannya. Data
subjektif ini diperoleh dengan anamnesa terhadap klien. Penulis melakukan
pengkajian data subjektif pada Nn. R berdasarkan proses pengkajian data
subjektif didapatkan bahwa Nn. R belum mengetahui tentang deteksi dini kanker

payudara dengan cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Berdasarkan


teori pengetahuan menurut Dewi M (2012) Pengetahuan merupakan hasil "tahu"
dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dengan
diberikannya edukasi, remaja telah berada di tingkat Evaluasi, yaitu mampu
mengaplikasikan ilmu yg diberikan. Dengan demikian penulis telah melakukan
pengumpulan data subjektif dengan metode yang sesuai dengan teori, maka tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktik.
4.2. Pengkajian Data Objektif
Data objektif diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada Nn. R.
Sesuai yang ditemukan oleh Dinarti & Yuli (2017) Data objektif adalah data

7
yang didapat dari pengamatan, observasi, pengukuran, atau pemeriksaan fisik
dengan beberapa metode. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah,
edema, berat badan, tingkat kesadaran. Penulis melakukan pemeriksaan fisik
melalui observasi secara langsung pada Nn. R dan ditemukan bahwa tanda-tanda
vital dan status gizi dalam keadaan baik.
Penulis melakukan asuhan pada tanggal 22 Juli 2022. Penulis
memberikan lembaran pre test untuk mengetahui tingkat pengetahuan Nn. R
mengenai deteksi dini kanker payudara dengan cara melakukan pemeriksaan
payudara sendiri. Nn. R belum pernah mendapatkan informasi mengenai perilaku
SADARI sebelumnya. American Cancer Society dalam programnya
menganjurkan wanita yang berusia diatas 20 tahun untuk melakukan
pemeriksaan payudara sendiri setiap 3 bulan sekali.
Dengan demikian penulis melakukan pengumpulan data objektif
menggunakan metode yang sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktik.
4.3. Perumusan Diagnosa
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, langkah
berikutnya yaitu menganalisa data yaitu menentukan masalah kesehatan yang
dialami Nn. R umur 20 Tahun. Sebelum dilakukan pengkajian tidak diketahui
tingkat pengetahuan Nn. R mengenai perilaku SADARI. Setelah dilakukan
pengkajian dan menjawab pertanyaan dari kuesioner diketahui bahwa Nn. R
belum mengetahui mengenai pemeriksaan payudara sendiri sebagai deteksi dini
kanker payudara. Menurut Dewi M (2012) Tahu diartikan sebagai mengingat
suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Oleh sebab itu, ini adalah
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Dengan demikian Analisa
data dilakukan sesuai dengan teori sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktik.
4.4. Penatalaksanaan dan Evaluasi

8
Setelah diberian edukasi mengenai kanker payudara dan bagaimana cara
melakukan deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaa payudara sendiri,
Nn. R telah mampu melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Penulis
menyarankan bahwa Nn. R untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri
setiap 3 bulan. Menurut Dewi M (2012) Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Dengan demikian
penatalaksanaan dan evaluasi yang dilakukan sesuai dengan teori sehingga
disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

9
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Nn. R umur 19 Tahun
dilakukan pengkajian sampai evaluasi maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengkajian data subjektif diperoleh dari hasil wawancara didapatkan data
Nn. R umur 20 Tahun telah bekerja dan belum mengetahui mengenai
kejadian kanker payudara.
2. Pengkajian data objektif diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan
didapatkan data bahwa Nn. R dengan status gizi baik dan tidak memiliki
riwayat penyakit apapun
3. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Nn. R umur 19 Tahun
dengan keadaan normal. Kebutuhan yang muncul yaitu edukasi mengenai
deteksi dini kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara
sendiri
4. Penatalaksanaan dan evaluasi sudah dilakukan dengan memberikan
pertanyaan sebelum dilakukan edukasi, kemudian memberikan edukasi
mengenai kejadian kanker payudara, memberikan edukasi mengenai tata
cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri, remaja telah memahami dan
telah mampu melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebagai deteksi dini
kanker payudara dengan bukti jawaban post test dengan skor lebih tinggi
dibandingkan skor saat pre test. Dari hasil diatas dapa ditarik kesimpulan
bahwa keluarga binaan yang telah dilakukan berhasil.
5.2 Saran
1. Bagi Keluarga Binaan
Dengan dilakukannya kunjungan keluarga binaan ini diharapkan remaja
lebih peduli dan mengenali kesehatan pada dirinya.
2. Lahan Praktik

10
Sebagai bahan masukan bagi lahan praktik agar dapat meningkatkan edukasi
dan dapat memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat secara
menyeluruh
3. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah pengetahuan laporan keluarga binaan terkait asuhan
kebidanan pada remaja dengan pemantauan di perpustakaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulyani, NS. Nuryani. Kanker Payudara dan PMS pada Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2013
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sumber:
https://www.kemkes.go.id/article/view/22020400002/kanker-payudara-paling-
banyak-di-indonesia-kemenkes-targetkan-pemerataan-layanan-kesehatan.html
(diakses tanggal 29 Juli 2022)
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas). 2017
4. Harnianti. Sakka. Saptaputra. Studi Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Halu Oleo Tahun
2016. 2016
5. Bott R. Data dan Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker. Igarss 2014
6. Montessori, M. The Absorbent Mind, Pikiran Yang Mudah Menyerap.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013
7. Departemen Kesehatan.  Tahap Perkembangan Balita, dan Profil kesehatan RI.
2016
8. Departemen Kesehatan. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2012
9. Ambarwati, Eny. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogjakarta: 2016
10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Praktik Kebidanan Komunitas.
BPPSDM. Jakarta ; 2018.
11. Buku: Dewi M. Teori Pengukuran, Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: 2012
12. Buku: Wiyono, S. Sudarsono. Atmadja, DG. Filsafat Ilmu. Malang: Madani;
2014
13. Buku: Notoatmodjo, S,. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012

12
14. Buku: Widyastuti, Y. Rahmawati, A. Purmaningrum, YE. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: 2013
15. Buku: Wan. Nuku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013
16. Buku: Olfah, Y. Mendiri, K. Badiah, A. Kanker Payudara dan Sadari. Yogyaarta:
2013

13
14
LAMPIRAN
Lampiran 1. SAK (Satuan Acara Kegiatan)

Lampiran 2. Job Sheet

Lampiran 3. Daftar Tilik

Lampiran 4. Media Edukasi

Lampiran 5. Kuesioner

Lampiran 6. Hasil Kuesioner

15
SATUAN ACARA KEGIATAN
KELUARGA BINAAN

Praktik Komunitas

Oleh:

Mutiara Halpadma
07210200041

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI

16
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022

17
SATUAN ACARA KEGIATAN

TEMA : Deteksi Dini Kanker Payudara


SASARAN : Nn. R
MATERI POKOK : Edukasi Pemeriksaan Payudara Sendiri
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 Menit
TEMPAT : Rumah Nn. R
PELAKSANA : Mutiara Halpadma
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan edukasi mengenai cara pemeriksaan payudara sendiri,
Nn.R diharapkan memahami dan mampu mempraktekkan tahapan
pemeriksaan sendiri dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ada
secara rutin.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan edukasi, Nn.R diharapkan mampu:
a. Menjelaskan kembali mengenai pengertian SADARI
b. Menyebutkan tujuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
c. Menjelaskan kapan waktu SADARI dapat dilakukan
d. Mendemonstrasikan cara SADARI yang benar
B. Pelaksanaan
1. Tempat : Rumah Nn.R
2. Waktu : Minggu, 24 Juli 2022
C. Metode dan Media
1. Metode : Ceramah, Demonstrasi, Diskusi, Tanya Jawab
2. Media : Daftar Tilik, Job Sheet, Kuesioner, Leaflet

18
D. Langkah Kegiatan

No Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pasien dan


Kegiatan Kesehatn Keluarga
1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Pasien membalas salam
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Pasien menerima
3. Menjelaskan tujuan kehadiran mahasiswa
dengan baik
3. Pasien memahami tujuan
dengan baik
2 Pembahasan 1. Menjelaskan dan 1. Mahasiswa
(20 menit) mepraktikkan tentang mendengarkan dan
SADARI dan manfaat memperhatikan dengan
melakukan SADARI baik
2. Memberi kesempatan 2. Pasien mengajukan
pada pasien untuk pertanyaan
menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
3 Penutup 1. Mengevaluasi tujuan 1. Pasien mampu
(5 menit) penyuluhan kesehatan menjawab dan
2. Mengucapkan menjelaskan kembali
terimakasih atas 2. Pasien membalas
perhatian yang salam
diberikan dan memberi
salam penutup
E. Evaluasi
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Nn. R umur 20 Tahun
dengan melakukan edukasi dan demonstrasi Pemeriksaan Payudara Sendiri

19
menggunakan media leaflet yang dimulai dari pengkajian data sampai evaluasi
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Nn. R mampu memahami pengertian SADARI
b. Nn. R mampu memahami manfaat SADARI
c. Nn. R mampu memahami kapan saja melakukan SADARI
d. Nn. R mampu mendemonstrasikan langkah-langkah SADARI dengan benar
sesuai dengan prosedur yang ada.
Dari hasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga binaan telah
berhasil dilakukan.
F. Materi
1. Deteksi Dini Kanker Payudara
Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan periksa
payudara sendiri (SADARI), mammografi, USG payudara serta operasi
pengambilan jaringan bila diperlukan. SADARI adalah suatu cara yang
efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada payudara,
sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.
Pemeriksaan payudara dilakukan antara hari ke 7 menstruasi hingga hari ke
10 disaat jaringan payudara tidak terlalu sensitif. Biasanya dilakukan sekali
dalam satu bulan pada wanita yang telah berusia 20 tahun untuk melakukan
SADARI.
2. Tujuan dari Pemeriksaan Payudara Sendiri
Tujuan SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker
payudara dengan mengamati payudara dari depan sisi kiri dan sisi kanan,
apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, puting bersisik dan pengeluaran
cairan, nanah, atau darah. Disetiap gerakan SADARI cermati perubahan
bentuk, ukuran payudara, permukaannya, serta puting. Meskipun 8 dari 10
benjolan pada payudara bersifat jinak, namun jika menemukan benjolan atau
perubahan payudara segera periksakan ke dokter. Semua perempuan

20
memiliki resiko untuk terkena kanker payudara, namun risiko tersebut lebih
besar dimiliki oleh:
a. Menstruasi dini (< 12 tahun) atau terlambat menopause (>50 tahun)
b. Hamil di usia tua
c. Tidak menyusui
d. Kontrasepsi oral
e. Pola hidup tidak sehat
f. Faktor genetik

21
3. Manfaat dari Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri
a. Mendeteksi adanya tumor dalam ukuran kecil
b. Mendeteksi adanya kanker payudara stadium dini
c. Mencegah penyakit kanker payudara
d. Menemukan adanya kelainan pada payudara
e. Menurunkan angka kematian wanita akibat kanker payudara
4. Cara Pencegahan Kanker Payudara
a. Membatasi konsumsi alkohol
b. Menjaga berat badan ideal
c. Jangan menggunakan bra yang terlalu ketat terlalu lama
d. Menggabungkan aktivitas fisik kedalam kehidupan sehari-hari
e. Mengonsumsi makanan kaya serat dan rendah lemak
f. Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran
G. Daftar Pustaka
Yayu Putri, dkk. 2021. Kesehatan Reproduksi Wanta Sepanjang Siklus
Kehidupan, Banyumas: Amerta Media.
Saryono, Dyah Pramitasari Roischa. 2014. Perawatan Payudara. Yogyakarta:
Nuha Medika

22
JOB SHEET

TEMA : EDUKASI SADARI


SASARAN : NN. RISKI
MATERI POKOK : EDUKASI PEMERIKSAAN PAYUDARA
SENDIRI (SADARI)
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT
TEMPAT : RUMAH PASIEN
PELAKSANA : MUTIARA HALPADMA
PROGRAM STUDI : PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA


1. Mahasiswa mampu menyiapkan bahan atau peralatan yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan (SADARI) secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan edukasi pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) secara urut dan bena sesuai dengan prosedur yang ada
B. DASAR TEORI SINGKAT
Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan periksa payudara
sendiri (SADARI), mammografi, USG payudara serta operasi pengambilan
jaringan bila diperlukan. SADARI adalah suatu cara yang efektif untuk
mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada payudara, sebenarnya dapat
diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Pemeriksaan payudara
dilakukan antara hari ke 7 menstruasi hingga hari ke 10 disaat jaringan payudara
tidak terlalu sensitif. Biasanya dilakukan sekali dalam satu bulan pada wanita
yang telah berusia 20 tahun untuk melakukan SADARI.
Tujuan SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara
dengan mengamati payudara dari depan sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada
benjolan, perubahan warna kulit, puting bersisik dan pengeluaran cairan, nanah,

23
atau darah. Disetiap gerakan SADARI cermati perubahan bentuk, ukuran
payudara, permukaannya, serta puting. Meskipun 8 dari 10 benjolan pada
payudara bersifat jinak, namun jika menemukan benjolan atau perubahan
payudara segera periksakan ke dokter. Semua perempuan memiliki resiko untuk
terkena kanker payudara, namun risiko tersebut lebih besar dimiliki oleh:
1. Menstruasi dini (< 12 tahun) atau terlambat menopause (>50 tahun)
2. Hamil di usia tua
3. Tidak menyusui
4. Kontrasepsi oral
5. Pola hidup tidak sehat
6. Faktor genetik
Manfaat Melakukan SADARI adalah:
1. Mendeteksi adanya tumor dalam ukuran kecil
2. Mendeteksi adanya kanker payudara stadium dini
3. Mencegah penyakit kanker payudara
4. Menemukan adanya kelainan pada payudara
5. Menurunkan angka kematian wanita akibat kanker payudara
Pencegahan Kanker Payudara:
1. Membatasi konsumsi alkohol
2. Menjaga berat badan ideal
3. Jangan menggunakan bra yang terlalu ketat terlalu lama
4. Menggabungkan aktivitas fisik kedalam kehidupan sehari-hari
5. Mengonsumsi makanan kaya serat dan rendah lemak
6. Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran
C. PETUNJUK
1. Melakukan informed consent
2. Memberikan informasi dengan baik dan benar
3. Melakukan pendokumentasian

24
4. Siapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI)
5. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik
6. Ikuti petunjuk yang ada pada Job Sheet
7. Bekerja secara hati-hati dan teliti
8. Demonstrasikan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

25
D. KESELAMATAN KERJA
1. Penuhi prosedur pekerjaan
2. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
3. Bertindak dengan lembut dan hati-hati pada saat melakukan tindakan
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Mempersiapkan pasien dan memberikan edukasi dan demonstrasi tentang
deteksi dini kanker payudara
2. Menjaga kenyamanan dan menjaga privacy pasien
F. PROSEDUR TINDAKAN

1 Persiapan alat:
a. Cermin
b. Penerangan
c. Bantal

2 Mencuci tangan

3 Menanggalkan pakaian dan juga bra


yang digunakan sehingga telanjang
dada.
4 Lihat pada cermin, melihat perubahan
bentuk dan besarnya payudara,
perubahan puting susu, serta kulit
payudara di depan kaca. Sambil berdiri
tegak depan cermin, posisi kedua
lengan lurus kebawah disamping badan

26
5 Periksa payudara dengan tangan
diangkat di atas kepala. Dengan
maksud untuk melihat tarikan kulit atau
perlekatan tumor terhadap otot.

27
6 Berdiri tegak di depan cermin dengan
tangan di samping kanan dan kiri.
Miringkan badan ke kanan dan kiri
untuk melihat perubahan pada
payudara.

7 Menegangkan otot-otot bagian dada


dengan berkacak pinggang/ tangan
menekan pinggul untuk menegangkan
otot di daerah ketiak.

8 Dengan cara berbaring: Dimulai dari


payudara kanan. Berbaring menghadap
ke kiri dan menggunakan bantal untuk
mengganjal bagian punggung.

9 Memeriksa seluruh bagian payudara


dengan cara vertikal, dari tulang
selangka di bagian atas ke payudara di
bagian bawah.

28
10 Berawal dari bagian atas payudara,
lakukan putaran dari luar ke dalam
menuju puting.

29
11 Menggunakan kedua tangan, kemudian
tekan payudara untuk melihat adanya
cairan abnormal dari puting payudara.

12 Letakkan tangan kanan ke samping dan


rasakan ketiak dengan teliti, apakah
teraba benjolan abnormal atau tidak

13 Cuci tangan
14 Evaluasi

G. Daftar Pustaka/ Referensi


1. Yayu Putri, dkk. 2021. Kesehatan Reproduksi Wanta Sepanjang Siklus
Kehidupan, Banyumas: Amerta Media.
2. Saryono, Dyah Pramitasari Roischa. 2014. Perawatan Payudara. Yogyakarta:
Nuha Medika

30
DAFTAR TILIK

PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

PENILAIAN
0 Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan belum sempurna
2 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan sempurna

Beri tanda ceklist (√) pada kolom penilaian


Penilaian
No Langkah Kegiatan
0 1 2
1 Persiapan alat
2 Mencuci tangan
3 Menanggalkan pakaian dan juga bra yang digunakan
sehingga telanjang dada.
4 Lihat pada cermin, melihat perubahan bentuk dan
besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit
payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan
cermin, posisi kedua lengan lurus kebawah disamping
badan
5 Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala.
Dengan maksud untuk melihat tarikan kulit atau
perlekatan tumor terhadap otot.
6 Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan di samping
kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk
melihat perubahan pada payudara.
7 Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak
pinggang/ tangan menekan pinggul untuk menegangkan
otot di daerah ketiak.

31
8 Dengan cara berbaring: Dimulai dari payudara kanan.
Berbaring menghadap ke kiri dan menggunakan bantal
untuk mengganjal bagian punggung.
9 Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara
vertikal, dari tulang selangka di bagian atas ke payudara
di bagian bawah.
10 Berawal dari bagian atas payudara, lakukan putaran dari
luar ke dalam menuju puting.
11 Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara
untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting
payudara.
12 Letakkan tangan kanan ke samping dan rasakan ketiak
dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak
13 Cuci tangan
14 Evaluasi

32
MEDIA EDUKASI

33
34
35
KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA
TENTANG SADARI
A. Identitas Diri
Nama :
Usia :
Pendidikan :
B. Petunjuk Pengisian
a. Bacalah dengan cermat semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini
b. Pilihlah salah satu jawaban a, b, atau c pada jawaban yang anda anggap
paling tepat dengan melingkarinya (O)

1. Apakah pemeriksaan payudara dengan SADARI untuk mendeteksi benjolan


dipayudara dapat dilakukan sendiri oleh setiap wanita?
a. Tidak dapat dilakukan sendiri
b. Ya, dapat dilakukan sendiri
c. Tidak tahu
2. Mengapa SADARI perlu dilakukan?
a. SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara
b. SADARI sebagai pemeriksaan lanjutan kanker payudara
c. SADARI sebagai pengobatan kanker payudara
3. SADARI dianjurkan dilakukan sejak usia?
a. 30 tahun
b. 20 tahun
c. 40 tahun
4. Kapan sebaiknya SADARI secara rutin dilakukan?
a. Satu minggu setelah haid
b. Satu hari setelah haid
c. Pada saat haid
5. SADARI dilakukan dengan menggunakan?

36
a. Alat pendeteksi khusus
b. Dengan alat USG
c. Secara manual dengan menggunakan tangan
6. Apakah benar SADARI dapat dilakukan dengan posisi berdiri, berbaring, dan
pada saat mandi?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
7. Apakah pemeriksaan SADARI pada saat inspeksi (melihat) payudara harus
dilakukan dihadapan cermin?
a. Tidak dihadapan cermin
b. Harus dihadapan cermin
c. Dapat didepan cermin dan dapat tidak didepan cermin
8. Untuk meraba payudara kanan tangan yang digunakan adalah?
a. Tangan kanan
b. Tangan kiri
c. Kedua tangan kanan dan kiri
9. Untuk meraba payudara kiri tangan yang digunakan adalah?
a. Tangan kanan
b. Tangan kiri
c. Kedua tangan kanan dan kiri
10. Tahapan pemeriksaan lengkap payudara sendiri terdiri dari?
a. Melihat payudara - meraba payudara - meraba ketiak
b. Meraba payudara - melihat payudara - meraba ketiak
c. Meraba ketiak - melihat payudara - meraba payudara
11. Jika didapatkan benjolan atau kelainan pada payudara, sebaiknya tindakan kita
selanjutnya adalah?
a. Dibiarkan saja
b. Diperiksakan ke dokter

37
c. Tidak tahu

38
PRE TEST
(Skor: 8/11 = 72,7 %)

POST TEST
(Skor: 11/11 = 100%)

39
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN ASUHAN KEBIDANAN PADA
BALITA A DENGAN DEFISENSI BESI USIA 42 BULAN DI RT 06/01
KKELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN TEBET JAKARTA
SELATAN TAHUN 2022

Oleh:
Seni Prihatini
07210400129

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
TAHUN 2022

40
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN


ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA“A” USIA 42 BULAN
DENGAN DEFISIENSI BESI

Telah disahkan
Jakarta , 10 Agustus 2022
Disetujui Oleh ,
Menyetujui
Pembimbing Praktek Komunitas

(Maryam Syarah Mardiyah, S.ST, MKM)

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah dan karunianya , penulis mampu menyelesaikan penyusunan laporan
keluarga binaan berjudul ‘’ Laporan Individu Keluarga Binaan Asuhan Kebidanan
Pada Balita A Usia 42 bulan Dengan Defisiensi Besi.
Sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW. Penyusunan laporan keluarga binaan ini tidak lepas dari dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk
mengucapkan terimaksih kepada ;
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku ketua Yayasan Universitas Indonesia Maju
2. Prof.Dr.Dr.H.M.Hafizurrahman, MPH, selaku Pembina Yayasan
Universitas Indonesia Maju .
3. Dr.Astrird Novita, SKM,MKM, Selaku Rektor Univertsitas Indonesia
Maju.
4. Susaldi,S.ST,M.Biomed Selaku Wakil Rektor 1 Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non Akademik
Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, AmKeb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S. Kep , M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju
8. Ernita Prima Noviyani , S.ST, M.Kes Selaku penguji pada laporan
keluarga binaan.
9. Nuraini, S.ST, Bdn, M.Kes, SH, MHKes selaku CI penguji pada laporan
keluarga binaan
10. Seluruh Dosen Pendidikan Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju
yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama duduk di bangku kuliah.

2
11. Rekan-rekan seperjuanganku yang saling mendukung dan menyemangati
satu sama lain Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga
penulisan ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentin

Jakarta, 10 Agustus 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................................3
1.3 Manfaat ...........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI ...............................................................................5


2.1 Pengertian Ash.Komunkitas ............................................................................5
2.2 Defenisi Anemia...............................................................................................5
2.3 Macam-macam Anemia ..................................................................................6
2.4 Gejala Anemia ................................................................................................6
2.5 Penatalaksanaan Anemia.................................................................................8
BAB III ...............................................................................................................13
HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS.......................13
3.1 Pengkajian......................................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................17
4.1 Pengkajian Data Subjektif..............................................................................18
4.2 Pengkajian Data Objektif...............................................................................18
4.3 Perumusan Diagnosa .....................................................................................18
4.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi..................................................................18
BAB V Penutup ................................................................................................20
5.1 Kesimpulan .................................................................................................20
5.2 Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................22
LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anemia adalah keadaan yang ditandai dengan berkurangnya hemoglobin


dalam tubuh. Hemoglobin adalah suatu metaloprotein yaitu protein yang
mengandung zat besi di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Anemia defisiensi besi
adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan besi yang digunakan
untuk sintesis hemoglobin (Hb). Gejala dari anemia secara umum adalah
lemah, tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat dan cepat, jantung
berdebar, dan roaring in the ears). Banyak faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya anemia defisiensi besi yaitu kebutuhan yang meningkat, asupan
zat besi yang kurang, infeksi, dan perdarahan saluran cerna dan juga terdapat
faktor-faktor lainnya. Anemia defisiensi besi dapat di diagnosis dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan
anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan pemberian zat besi secara
oral, secara intramuskular dan transfusi darah.

Anemia merupakan keadaan dimana seseorang memiliki kadar


hemoglobin (Hb) <13g/dL pada laki-laki atau <12g/dL pada perempuan.
Penyakit ini merupakan penyebab kecacatan tertinggi kedua di dunia dimana
sekitar 25% orang di dunia ini terkena anemia. Diperkirakan bahwa setengah
dari populasi penderita anemia tersebut terkena Anemia Defisiensi Besi
(ADB). ADB merupakan anemia yang timbul akibat berkurangnya cadangan
besi dalam tubuh. Penyakit ini dikaitkan oleh kelompok berisiko yaitu
wanita, ibu hamil, anak balita-remaja, dan faktor sosio-ekonomi yang rendah.
Penyakit ini memiliki gejala klinis seperti anemia pada umumnya dan dapat
ditemukan gejala khas seperti kuku sendok, stomatitis angularis, disfagia,
dan atropi papil lidah. Diagnosis dapat dilakukan melalui pemeriksaan darah

1
lengkap, apusan darah tepi, dan status besi pada pasien. Prinsip utama dalam
penanganan ADB yaitu suplementasi zat besi dan atasi penyebab terjadinya
ADB, serta pemberian transfusi darah dengan indikasi tertentu. Apabila ADB
tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menyebabkan gangguan pada
kognitif, penurunan aktivitas, dan perubahan tingkah laku pada pasien.
Menurut WHO pada tahun 2012, prevalensi anemia tertinggi pada balita
(6-59 bulan) sebesar 42,6%. Prevalensi anemia di Indonesia tahun 2011 pada
balita (6-59 bulan) sebesar 32%. Anemia balita di Indonesia, berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebesar 27,7%.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 anemia pada balita mengalami
kenaikan menjadi 28,1%.
Di Indonesia, anemia defisiensi besi masih merupakan masalah gizi utama,
disamping tiga masalah gizi lainnya yaitu (1) Kurang Energi Protein (KEP);
(2) Kurang Vitamin A (KVA) dan (3) Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY). Menurut data Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa
secara nasional prevalensi anemia sebesar 21,7%. Berdasarkan jenis kelamin
didapatkan bahwa proporsi anemia pada perempuan sedikit lebih tinggi yaitu
23,9% dibandingkan pada laki-laki yaitu 18,4%. Sedangkan prevalensi
anemia pada anak usia 5-14 tahun sebanyak 26,4%.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah mampu memberikan asuhan kebidanan secara
kontinu melalui pendekatan pendampingan dalam keluarga binaan praktik
manajemen pelayanan kebidanan di komunitas Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan ini adalah agar dapat melakukan:
a. Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data subjektif secara
komunitas melalui pendekatan pendampingan dalam keluarga binaan
praktik manajemen pelayanan kebidanan di komunitas Tahun 2022.

2
b. Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data Objektif secara
komunitas melalui pendekatan pendampingan dalam keluarga binaan
praktik manajemen pelayanan kebidanan di komunitas Tahun 2022.

c. Mampu Menginterpretasukan data yang meliputi dignose kebidanan dan


masalah secara komunitas melalui pendekatan pendampingan dalam
keluarga binaan praktik manajemen pelayanan kebidanan di komunitas
Tahun 2022.

d. Mampu memberikan konseling mengenai gizi seimbang pada balita.

e. Secara komunitas melalui pendekatan pendampingan dalam keluarga


binaan praktik manajemen pelayanan kebidanan di komunitas Tahun 2022.

1.3. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini tidak mencipatakan teori baru tetapi untuk menambah
wawasan bagi pembaca.
2. Manfaat Praktis
Studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagain alternatif
Asuhan Kebidanan secara kontinu melalui pendekatan
pendampingan dalam keluarga binaan praktik manajemen
pelayanan kebidanan di komunitas.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Kebidanan Komunitas Dengan Pendekatan Keluarga Binaan

Asuhan Kebidanan Keluarga adalah serangkaian kegiatan yang merupakan


implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan melalui praktik kebidanan
dengan sasaran keluarga dan ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami keluarga dengan pendekatan asuhan kebidanan.
Adapun tanggung jawab bidan dalam memberikan asuhan kebidanan di
komunitas adalah: pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan tugas dan
kewenangan, memberdayakan keluarga untuk mampu memecahkan masalah
keluarganya, asuhan harus melibatkan keluarga, seluruh asuhan harus
terdokumentasi dengan baik, dan tidak segan berkoordinasi dengan tim pelayanan
kesehatan lain (interprofessional collaboration practice) sehingga masalah
kesehatan pada keluarga dapat diatasi secara komprehensif pada ANC, INC, BBL,
PNC, Bayi dan balita.
2.2 Definisi Anemia
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah
dalam darah. (WHO,2015). National Institute of Health(NIH) Amerika 2011
menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah
merah yang cukup(Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).
2.3 Macam – macam Anemia
Berikut adalah beberapa macam anemia yang umum ditemui:
1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling umum terjadi.
Kondisi ini terjadi akibat tubuh kekurangan zat besi, yaitu komponen penting
dalam pembentukan sel darah merah.
Sejumlah kondisi bisa menyebabkan anemia defisiensi besi, termasuk pola makan
rendah zat besi, kehamilan, perdarahan kronis seperti akibat luka di saluran cerna

4
atau menstruasi, gangguan penyerapan zat besi, efek samping obat-obatan, hingga
penyakit tertentu, seperti kanker, radang usus, dan miom.
Kondisi umumnya ditangani dengan konsumsi suplemen zat besi dan menjalani
pola makan tinggi zat besi. Selain itu, penyebab anemia defisiensi besi juga perlu
diatasi.
2. Anemia defisiensi vitamin B12 dan Folat
Tubuh membutuhkan vitamin B12 dan folat (vitamin B9) untuk membuat sel
darah merah baru. Kekurangan salah satu atau kedua vitamin tersebut bisa
menyebabkan anemia defisiensi vitamin B12 dan folat.
Jenis anemia ini dapat terjadi akibat pola makan rendah kandungan kedua vitamin
tersebut. Selain itu, anemia kekurangan vitamin juga bisa terjadi karena tubuh
sulit atau gagal menyerap folat ataupun vitamin B12. Kondisi ini juga disebut
anemia pernisiosa.
Penanganan anemia ini umumnya berupa perubahan pola makan, serta pemberian
suplemen vitamin B12 dan asam folat untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan
kedua asupan tersebut.
3. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi saat kerusakan sel darah merah terjadi lebih cepat
daripada kemampuan tubuh untuk menggantinya dengan sel darah sehat yang
baru.
Penyebab anemia hemolitik cukup beragam, mulai dari penyakit keturunan,
seperti thalasemia dan G6PD, penyakit autoimun, infeksi, efek samping obat,
hingga gangguan pada katup jantung.
Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan penyebab terjadinya
anemia hemolitik. Penanganan yang diberikan bisa berupa transfusi darah,
pemberian obat-obatan kortikosteroid, atau operasi.
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik merupakan anemia yang perlu diwaspadai karena berisiko tinggi
mengancam nyawa. Kondisi ini terjadi saat tubuh tidak dapat menghasilkan sel
darah merah dalam jumlah cukup akibat gangguan di sumsum tulang, yaitu
produsen sel darah di dalam tubuh.

5
Anemia aplastik dapat diturunkan dari orang tua, namun bisa juga terjadi akibat
infeksi, efek samping obat-obatan, penyakit autoimun, terapi radiasi pada kanker,
serta paparan zat beracun.
Kondisi ini umumnya diatasi dengan pemberian antibiotik dan antivirus jika
terdapat infeksi, transfusi darah, transplantasi sumsum tulang, atau pemberian
obat penekan daya tahan tubuh.
5. Anemia sel sabit
Anemia sel sabit terjadi akibat kelainan genetik yang membuat sel darah merah
berbentuk seperti sabit. Sel- sel ini mati terlalu cepat sehingga tubuh tidak pernah
memiliki sel darah merah yang cukup.
Selain itu, bentuk sel darah abnormal ini juga membuatnya lebih kaku dan lengket
sehingga bisa menghalangi aliran darah. Pemberian obat dapat dilakukan untuk
mencegah kondisi bertambah parah. Namun, satu-satunya cara mengatasi anemia
jenis ini adalah dengan transplantasi sumsum tulang.
Beberapa jenis anemia ini ada yang dapat dicegah, namun ada pula yang tidak
dapat dicegah (anemia yang diturunkan dari orang tua ke anak).
Jika merasakan gejala-gejala anemia, sebaiknya periksakanlah diri ke dokter
untuk memastikannya. Dokter dapat mengidentifikasi jenis anemia yang Anda
derita, seperti macam-macam anemia di atas. Dengan begitu, Anda bisa
memperoleh penanganan yang tepat sesuai dengan hal yang menyebabkan anemia
Anda.
2.4 Gejala Anemia
Gejala Anemia pada Anak
Anemia pada anak di tahap awal sering kali menunjukkan gejala yang tidak khas,
bahkan ada anak dengan anemia yang tidak merasakan keluhan atau gejala apa
pun.
Karena susah dikenali, banyak kasus anemia pada anak yang baru terdeteksi
ketika sudah terjadi komplikasi, misalnya gangguan tumbuh kembang atau
gangguan pada organ tertentu, seperti jantung, otak, dan ginjal
Akan tetapi, biasanya sebelum kondisinya parah, anak-anak yang mengalami
anemia akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala berikut:

6
1. Terlihat lemas atau lelah
2. Terlihat malas bermain atau berinteraksi dengan orang di sekitarnya
3. Kulit pucat atau kekuningan
4. Mata menguning
5. Jantung berdebar
6. Sesak napas
7. Sakit kepala, pusing, atau nyeri di tulang atau bagian tubuh tertentu
8. Sering terkena infeksi
9. Luka sulit sembuh
10. Pada anak yang sudah duduk di bangku sekolah, anemia juga bisa
menimbulkan keluhan berupa kesulitan belajar atau sulit berkonsentrasi di
kelas.

Mengingat tanda dan gejala anemia pada anak sering kali tidak khas dan bisa
menyerupai penyakit lainnya, sebaiknya jika Anda mendapati beberapa keluhan di
atas pada anak Anda, segeralah periksakan ke dokter agar dapat dipastikan
penyebabnya.
Dalam menentukan penyebab dan jenis anemia pada anak, dokter perlu
melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, seperti tes darah, aspirasi sumsum
tulang, hingga pemeriksaan genetik jika anemia dicurigai disebabkan oleh
kelainan genetik.
Penanganan Anemia pada Anak yang Tepat
Penanganan anemia pada anak akan disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut ini
adalah beberapa penanganan yang dapat dilakukan oleh dokter untuk mengatasi
anemia pada anak:
1. Pemberian suplemen zat besi dan vitamin
Jika anemia pada anak disebabkan oleh kekurangan zat besi atau vitamin tertentu,
seperti folat dan vitamin B12, maka dokter akan meresepkan suplemen zat besi
atau vitamin tersebut dalam bentuk sirup, tablet, atau puyer. Dosis pemberian
suplemen pada anak akan disesuaikan dengan berat badan dan usia anak.
2. Pemberian antibiotik atau obat cacing

7
Pada anemia yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan memberikan
antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab infeksi tersebut. Sedangkan, jika
penyebabnya adalah infeksi cacing, maka dokter akan memberikan obat cacing
untuk anak.
Anemia pada anak biasanya akan membaik setelah infeksi teratasi. Namun, untuk
mempercepat pemulihan, berikanlah anak makanan yang bergizi, terutama
makanan yang mengandung zat besi dan vitamin B12.
3. Penghentian atau penggantian jenis obat penyebab anemia
Bila anemia pada anak disebabkan oleh efek samping obat yang rutin
dikonsumsinya, maka dokter akan menghentikan atau mengganti obat tersebut
dengan obat lain yang tidak menimbulkan efek samping anemia. Sebelum
memutuskan hal ini, dokter tentunya akan mempertimbangkan manfaat dan risiko
penggunaan obat tersebut.

4. Transfusi darah
Jika anemia yang dialami anak sudah parah, dokter mungkin akan menyarankan
transfusi darah. Selain itu, transfusi darah juga biasanya akan rutin dilakukan pada
anak dengan anemia akibat penyakit tertentu, seperti thalasemia dan anemia sel
sabit
5. Transplantasi sumsum tulang
Metode ini dilakukan untuk mengatasi anemia pada anak yang disebabkan oleh
gangguan pada sumsum tulang dan anemia aplastik. Dokter juga biasanya
menyarankan transplantasi sumsum tulang untuk mengobati anemia pada anak
yang disebabkan oleh kanker darah.
Pada kasus tertentu, anemia pada anak harus ditangani dengan operasi. Untuk
menentukan langkah penanganan anemia yang tepat pada anak, beserta risiko dan
efek sampingnya, Anda perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.

2.5 Penatalaksanaan Anemia

8
Faktor Risiko Anemia pada Anak
Ada beragam faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang anak terkena anemia,
antara lain:
1. Kelainan genetik, misalnya pada penyakit thalasemia dan anemia sel sabit
2. Kekurangan gizi atau nutrisi tertentu, seperti kekurangan zat besi atau
vitamin (asam folat dan vitamin B12)
3. Penyakit tertentu, seperti penyakit autoimun, gangguan sumsum tulang,
anemia hemolitik, hipotiroidisme, dan gagal ginjal
4. Infeksi kronis
5. Efek samping obat-obatan atau paparan bahan kimia tertentu
6. Cedera atau luka berat
7. Kanker, seperti kanker darah (leukemia)

Gejala Anemia pada Anak Anemia pada anak di tahap awal sering kali
menunjukkan gejala yang tidak khas, bahkan ada anak dengan anemia yang tidak
merasakan keluhan atau gejala apa pun.
Karena susah dikenali, banyak kasus anemia pada anak yang baru terdeteksi
ketika sudah terjadi komplikasi, misalnya gangguan tumbuh kembang atau
gangguan pada organ tertentu, seperti jantung, otak, dan ginjal.
Akan tetapi, biasanya sebelum kondisinya parah, anak-anak yang mengalami
anemia akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala berikut;
a) Terlihat lemas atau lelah
b) Terlihat malas bermain atau berinteraksi dengan orang di sekitarnya
c) Kulit pucat atau kekuningan
d) Mata menguning
e) Jantung berdebar
f) Sesak napas
g) Sakit kepala, pusing, atau nyeri di tulang atau bagian tubuh tertentu
h) Sering terkena infeksi
i) Luka sulit sembuh

9
Pada anak yang sudah duduk di bangku sekolah, anemia juga bisa menimbulkan
keluhan berupa kesulitan belajar atau sulit berkonsentrasi di kelas.
Mengingat tanda dan gejala anemia pada anak sering kali tidak khas dan bisa
menyerupai penyakit lainnya, sebaiknya jika Anda mendapati beberapa keluhan di
atas pada anak Anda, segeralah periksakan ke dokter agar dapat dipastikan
penyebabnya.
Dalam menentukan penyebab dan jenis anemia pada anak, dokter perlu
melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, seperti tes darah, aspirasi sumsum
tulang, hingga pemeriksaan genetik jika anemia dicurigai disebabkan oleh
kelainan genetik.
Penanganan Anemia pada Anak yang Tepat
Penanganan anemia pada anak akan disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut ini
adalah beberapa penanganan yang dapat dilakukan oleh dokter untuk mengatasi
anemia pada anak:
1. Pemberian suplemen zat besi dan vitamin
Jika anemia pada anak disebabkan oleh kekurangan zat besi atau vitamin tertentu,
seperti folat dan vitamin B12, maka dokter akan meresepkan suplemen zat besi
atau vitamin tersebut dalam bentuk sirup, tablet, atau puyer. Dosis pemberian
suplemen pada anak akan disesuaikan dengan berat badan dan usia anak.
Selain pemberian suplemen, dokter juga akan menganjurkan Anda untuk
memberikan Si Kecil makanan yang kaya akan zat besi atau vitamin. Hal ini
bertujuan untuk membantu tubuh anak menghasilkan hemoglobin dan sel darah
merah yang cukup.
2. Pemberian antibiotik atau obat cacing
Pada anemia yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan memberikan
antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab infeksi tersebut. Sedangkan, jika
penyebabnya adalah infeksi cacing, maka dokter akan memberikan obat cacing
untuk anak.
Anemia pada anak biasanya akan membaik setelah infeksi teratasi. Namun, untuk
mempercepat pemulihan, berikanlah anak makanan yang bergizi, terutama
makanan yang mengandung zat besi dan vitamin B12.

10
3. Penghentian atau penggantian jenis obat penyebab anemia
Bila anemia pada anak disebabkan oleh efek samping obat yang rutin
dikonsumsinya, maka dokter akan menghentikan atau mengganti obat tersebut
dengan obat lain yang tidak menimbulkan efek samping anemia. Sebelum
memutuskan hal ini, dokter tentunya akan mempertimbangkan manfaat dan risiko
penggunaan obat tersebut.
4. Transfusi darah
Jika anemia yang dialami anak sudah parah, dokter mungkin akan menyarankan
transfusi darah. Selain itu, transfusi darah juga biasanya akan rutin dilakukan pada
anak dengan anemia akibat penyakit tertentu, seperti thalasemia dan anemia sel
sabit.
5. Transplantasi sumsum tulang
Metode ini dilakukan untuk mengatasi anemia pada anak yang disebabkan oleh
gangguan pada sumsum tulang dan anemia aplastik. Dokter juga biasanya
menyarankan transplantasi sumsum tulang untuk mengobati anemia pada anak
yang disebabkan oleh kanker darah.
Pada kasus tertentu, anemia pada anak harus ditangani dengan operasi. Untuk
menentukan langkah penanganan anemia yang tepat pada anak, beserta risiko dan
efek sampingnya, Anda perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.

11
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA A
DENGAN DEFISIENSI BESI DI RT 06/01 KELURAHAN KEBON BARU
KECAMATAN TEBET JAKARTA SELATAN
TAHUN 2022

No. Registrasi : 01


Tanggal Pengkajian : 22 juli 2022
Waktu Pengkajian : jam 13.00 WIB
Tempat Pengkajian : Di rumah pasien
Pengkaji : Seni prihatini

PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama anak : An. A
Tanggal lahir : 23/12/2018
Umur : 42 bulan
Jenis kelamin : Pr
Anak ke- : 1

12
0. Identitas Orangtua
Nama Ibu : Septi M Nama Ayah : Tn.M
Umur : 23 thn Umur : 23 thn
thnAgama : Islam Agama
: Islam
Suku : Betawi Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan :- Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kebon baru Rt 06 Rw 01

3.1 Kunjungan keluarga binaan I,dilakukan pada tanggal 22 juli 2022


3.2 Alasan datang
Bidan datang ingin melakukan kunjungan rumah keluarga binaan, Balita A
2 hari yang lalu dari dokter, karena anaknya demam.
Hasil laboratorium tgl 20 Juli 2022, Hb 10 gr dl.
3.3. Keluhan utama :
Tidak ada keluhan
3.4 Riwayat kesehatan
a. Tanggal lahir  : 23 Desember 2018
b. Tempat  : RS kecamatan Pesanggrahan
c. Penolong  : Bidan
d. Jenis persalinan : Spontan
e. Riwayat kehamilan :keterangan dari ibu pada usía kehamilansekitar
30 inggu,ibu diberikan tranfusi darah.
3.5 Riwayat pertumbuhan : - Tanggal 22-6-2020:
(bisa melihat di KMS) - BB : 7,5 Kg
- PB : 66 cm
- Tanggal 23-7-2020 :
- BB : 7,8 Kg
- PB : 66 cm
- Tanggal 23-9-2020

13
- BB : 8,3 Kg
- PB : 70cm
- Tangal 21-10-2021
- BB : 10 Kg
- PB : 86 cm

6. Riwayat perkembangan
(jika sebelumnya sudah pernah melakukan pemeriksaan tumbuh
kembang, tuliskan hasilnya)
7. Riwayat imunisasi : Lengkap
8. Pola kebiasaan sehari-hari : Bermain
a. Pola istirahat :
● Tidur siang 1 jam
● Tidur malam 7-8 jam

b. Pola aktivitas : Bermain

c. Pola eliminasi :
● BAB 1- 2 kali/hari
● BAK 4-5 kali

d. Pola nutrisi :
● Makan 3x sehari
● Minum 6-8 cangkir

e. Pola personal hygiene :


Mandi 2x sehari
Ganti pakaian 3 – 4 kali

B. Data Objektif

14
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

0. Pemeriksaan Umum
Denyut nadi : 90 kali/menit
Frekuensi nafas : 35 kali/menit
Suhu tubuh : 36,7 0C

0. Pemeriksaan Antropometri (tidak dialakukan pemeriksaan)


Berat badan : 10 kg
Tinggi badan : 86 cm
IMT : -
Status gizi
0. BB/U : [  ] Gizi buruk; [√] Gizi kurang; [  ] Gizi
baik;
[  ] Gizi lebih
a. PB atau TB/U : [  ] Sangat pendek; [  ] Pendek; [ √ ]
Normal;
[  ] Tinggi
b. BB/PB atau TB: [  ] Sangat kurus; [  ] Kurus; [ √ ] Normal;
[  ] Gemuk
c. IMT/U : [  ] Sangat kurus; [  ] Kurus; [ √ ] Normal;
[  ] Gemuk;
[  ] Obesitas
Lingkar kepala : 47 cm; [  ] Normal; [  ] Mikrosefali; [  ]
Makrosefali

0. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Oval
Mata : sclera agak pucat

15
Telinga : Baik
Hidung : Baik
Mulut : Baik
Leher   : Baik
Dada : Baik
Abdomen : Baik
Ekstremitas Atas : Baik
Ekstremitas Bawah : Baik
Anogenitalia : Baik

0. Skrining Perkembangan Anak


e. KPSP : Formulir usia _______; Skor ____ 
Perkembangan anak
● Sesuai
● Meragukan: 
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
● Penyimpangan
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
f. TDD : Formulir usia _______; Jumlah jawaban TIDAK
_____
Daya dengar
● Normal
● Curiga ada gangguan 
g. TDL : Baris E terkecil yang masih terlihat mata kanan
___; mata kiri ___
Daya lihat
● Normal
● Curiga ada gangguan
h. KMME : Jumlah jawaban YA ____

16
Mental emosional
● Normal
● Curiga ada gangguan
0. Pemeriksaan atas indikasi
0. M-CHAT : 
● Risiko tinggi autis
● Risiko rendah autis
● Gangguan lain
b. GPPH : 
● Kemungkinan GPPH
● Bukan GPPH

0. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan

C. Analisis Data
Balita A, Usia 42 bulan dengan anemia ringan.

D. Penatalaksanaan
1. Melakukan pendataan KK dan infrom consen
2. Melakukan hubungan baik dengan ibu balita
3. Melakukan informasi kunjungan ulang tanggal 23 juli 2022 untuk
dilakukan edukasi mengenai gizi seimbang pada bayi dan balita
4. Pendokumentasian
3.2 Kunjungan keluarga binaan ke 2,dilakukan pada tanggal 23juli 2022.

A. Data subyektif
Ibu mengatakan sudah melaksanakan sesuai yang telah diberikan penkes
tentang gizi seimbang pada balita.

17
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
2. Pemeriksaan umum :

Denyut nadi : 94 kali/menit


Frekwensi napas :35 kali/menit
Suhu badan :36,3 C
C. Analisa data
Balita A usía 42 bulan dengan anemia ringan
D. Penatalaksaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaa anaknya pada hari ini,
Denyut nadi : 94 kali/menit
Pernapasan : 35 kali/menit
Suhu badan : 36,3 C
2. Memberitahu ibu,untuk selalu memberikan makanan yang sehat
sesuai dengan porsi yang seimbang.
3. Hasil evaluasi,orangtua dan keluarga mengerti dan memahami apa
yang disampaikan oleh bidan serta bersedia untukdilakukan
kunjungan ulang.
4. Melakukan pendokumentasian.

3.3.Kunjungan keluarga binaan ke 3, dilakukan pada tanggal 24 juli 2022.


A. Data Subjektif
Ibu mengatakan sudah melakukan,apa yang telah diberikan penjelasan
tentang pentingnya gizi seimbang.

B.Data Objektif
Pemeriksaan umum ;
Keadaan umum : baik

18
Kesadaran : composmentis
Denyut nadi : 95 kali/menit
Frekwensi napas : 35 kali/menit
Suhu badan : 35,5 C

C.Analisa Data.
Balita A,usía 42 bulan dengan anemia ringan

D.Penatalaksaan.
1. Memberitahu pada orangtua dan keluarga,tentang kondisi anaknya dalam
keadaan baik, ibu sudah mengerti.
2. Menjelaskan untuk tetap melakukan pemberian makanan yang sehat,
seperti memasak sayuran yang berwarna,bayam,sawi,wortel,kacang-
kacangan,ati ayam,telur ,dll.
3. Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan vitamin/suplemen yang
dianjurkan oleh dokter, ibu sudah mengerti.
4. Menganjurkan pada ibu agar membawa anaknya untuk rutin datang ke
posyandu, ibu sudah mengerti.
5. Melakukan pendokumentasian.

Dampak Defisiensi Zat Besi pada Anak


Zat besi menjadi salah satu kandungan yang cukup penting bagi tubuh,
dengan terpenuhinya kebutuhan zat besi, maka tubuh akan mampu
meproduksi sel darah merah (hemoglobin) yang sehat. Pada kondisi
defesiensi zat besi, menyebabkan tubuh kesulitan memproduksi sel daráh
merah (hemoglobin) yang berfunsi mengalirkan oksigen ke seluruh tubh
tanpa pasokan oksigen yang cukup ke seluruh tubh meyebabkan tubuh
tidak dapt berfunsi secara optimal.

19
SOAP KUNJUNGAN Ke 2
Tanggal Pengkajian : 23 Juli 2022
Waktu Pengkajian : Pkl. 13.00 wib
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Seni Prihatini
A. SUBJEKTIF
Alasan Kunjungan saat ini
Keluhan Saat ini
Ibu mengatakan mengatakan sudah mencoba memberikan gizi seimbang pada
anaknya sesuia petunjuk dari bidan.
B. OBJEKTIF :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
Denyut nadi : 94 x / menit
Suhu tubuh : 36,3 ◦C Pernafasan : 35 x / menit
4. Pemeriksaan Fisik
Berat Badan : 10 kg
Panjang Badan : 86 cm
Wajah : normal
Mata : sclera agak pucat
Telinga : normal
Hidung : normal
Mulut : normal
Leher : normal
Dada : normal
Abdomen : normal
Ekstremitas Atas : normal
Anogenitalia : normal

20
C. ANALISA DATA
Balita A usía 42 bulan dengan anemia ringan
D.Penatalaksanaan
a. Menjalin hubungan saling percaya.
Evaluasi : Alhamdulilah ibu percaya.
b. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada Ny.S bahwa anaknya dalam keadaan
sudah lebih baik.
Evaluasi : Ibu senang mendengarnya.
c. Mempertanyakan kepada ibu apakah sudah mengerti tentang gizi seimbang.
Evaluasi : Ibu mengerti apa itu gizi seimbang.
d. Mempertanyakan kepada ibu apakah vitamin yang diberikan sudah sesuai
dengan anjuran dokter
Evaluasi : Ibu sudah memberikan vitamin sesuai anjuran dokter.
e. Mengevaluasi Kembali kepada ibu informasi tentang edukasi gizi seimbang
yang telah diberikan.
Evaluasi : ibu sudah dapat mengulang tentang apa itu gizi seimbang.
SOAP KUNJUNGAN Ke 3
Tanggal Pengkajian : 24 Juli 2022
Waktu Pengkajian : Pkl. 13.00 wib
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji :Seni prihatini
A. SUBJEKTIF

Alasan Kunjungan saat ini


Keluhan Saat ini:
Ibu mengatakan anaknya sudah diberikan gizi seimbang pada anaknya dan
anaknya mau makan dengan baik, ibu merasa senang.
B. OBJEKTIF :
1.Keadaan umum : Baik
2.Kesadaran : compos mentis
3.Tanda-tanda vital
Denyut nadi : 94 x / menit

21
Suhu tubuh : 36,3 ◦C Pernafasan : 35 x / menit
4.Pemeriksaan Fisik
Berat Badan : 10 kg
Panjang Badan : 86 cm
Wajah : normal
Mata : normal
Telinga : normal
Hidung : normal
Mulut : normal
Leher : normal
Dada : normal
Abdomen : normal
Ekstremitas Atas : normal
Anogenitalia : normal
C. ANALISA DATA
Balita A usía 42 bulan dengan anemia ringan
D.Penatalaksanaan
a.Menjalin hubungan saling percaya.
Evaluasi : Alhamdulilah ibu semakin percaya.
b.Memberitahukan hasil pemeriksaan pada Ny.S bahwa anak dalam keadaan baik.
Evaluasi : Ibu senang mendengarnya.
c.Memberikan pertanyaan kepada ibu tentang gizi seimbang.
Evaluasi : Ibu menjawab pertanyaan yang diberikan tentang gizi seimbang.
d.Memberikan rewad kepada ibu bahwa sudah mengerti tentang gizi seimbang.
Evaluasi : Ibu merasa sangat senang sekali.
e.Mengevaluasi Kembali kepada ibu informasi tentang gizi seimbang.
yang telah di berikan.
Evaluasi : ibu sudah dapat mengulang tentang apa itu gizi seimbang.

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan bertujuan untuk merumuskan kesenjangan antara jurnal dan


kasus nyata pada praktek manajemen pelayanan kebidanan di komunitas secara
konseling defisiensi besi balita A yang dilaksanakan pada tanggal 22 juli 2022 –
24 juli 2022 di rumah pasien dengan menggunakan standar asuhan kebidanan
yang teridiri dari pengkajian merumuskan diagnosa kebidanan, melakasanakan
asuhan kebidanan dan melakukan evaluasi, serta pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan métode soap.
Berdasarkan kunjungan pertama tanggal 22 juli 2022, bidan datang dengan
tujuan memeberikan penjelasan mengenai gizi seimbang untuk bayi dan balita.
Bidan melakukan pengumpulan data, KK dan dilakukan perjanjian kepada ibu
tanggal 23 juli 2022 untuk kunjungan ulang melakukan kegiatan keluarga binaan
yaitu tentang penyuluhan gizi untuk balita.
Kunjungan ke dua pada tanggal 23 juli 2022 bidan datang kerumah
keluarga binaan dan menyakan apakah ibu dari balita A sudah mengerti mengenai
anemia ringan dan gizi seimbang.
Memberikan penjelasan atau edukasi tentang anemia dan gizi seimbang.
Gejala anemia ringan, pemberian asupan makanan/gizi seimbang, memastikan
ibudari balita A sudah mengerti tentang anemia ringan dan pentinganya gizi

23
seimbang untuk balita dan ibu mengatakan akan berusaha melaksanakan saran
yang telah diberikan tentang gizi seimbang.
Kunjungan ke tiga tanggal 24 juli 2022
Bidan datang kembali kerumah balita A dan menanyakan pada ibu apakah sudah
memberikan makanan dengan porsi yang sesuai dengan gizi seimbang yang
dibutuhkan pada masa balita, dan ibu dapat menjelaskan dengan baik.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keluarga binaan pada balita A,maka didapat
kesimpulan :
1. Dilakukan kunjungan I pada keluarga dengan mengindentifikasi masalah
pada keluarga binaan balita A.
2. Dilakukan kunjungan ke 2 dimana dilakukan perencanaan penangan
masalah yang ada pada keluarga binaan balita A.
3. Dilakukan kunjungan ke 3 dimana dilakukan pelaksanaan asuhan
kebidanan dan evaluasi pada keluarga binaan.

5.2 Saran
1. Bagi keluarga binaan

Dengan di adakanya kunjungan ini diharapkan keluarga dapat mengetahui


tentang pentingnya gizi seimbang dan selalu menjaga Kesehatan keluarga
dan lingkunganya.
2. Bagi mahasiswa diharapkan agar meningkatkan asuhan kebidanan yang
telah ada serta selalu menerapkan teori – teori yang telah di dapat dan
disesuaikan dengan kondisi lapangan, dapat menggali lebih lagi mengenai

24
Kesehatan keluarga dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan
kebidanan pada keluarga.
3. Bagi isntitusi Pendidikan

Lebih meningkatkan kulitas mahasiswanya dengan teori – teori di bangku


kuliah yang akan terjung ke masyarakat di masa depan nanti.
Selalu bersabar membimbing mahasiswanya di bangku kuliah maupun di
Lapangan

DAFTAR PUSTAKA

1. Putrihantini P, Erawati M. HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN


ANEMIA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA
SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) SUSUKAN 04
UNGARAN TIMUR. 2013;1(2):5.

2. Sandrianti M. Merck Pediatric Forum 2018: Tatalaksana Perawatan


Anemia dan Rinitis untuk Peningkatan Kualitas Hidup Anak dan
Keluarga.2018:3.
3. World Health Organization. Global Anaemia Reduction Efforts among
Women of Reproductive Age: Impact, Achievement of Targets and the
Way Forward for Optimizing Efforts. World Health Organization; 2020.
Accessed December 2, 2021.
https://apps.who.int/iris/handle/10665/336559
4. Mumpuni P, Widjanarko B, Indraswari R. GAMBARAN PERILAKU
ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN ANEMIA PADA
ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN CINDEREJO KOTA
SURAKARTA. JURNAL

5. WHO. 2015. The global prevalence of anaemia in 2011. Geneva: World


Health Organization.

25
6. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
7. Leite MS, Cardoso AM, Coimbra CE, et al. Prevalence of anemia and
associated factors among indigenous children in Brazil: results from
the First National Survey of Indigenous People’s Health and Nutrition.
Nutrition Journal. 2013;12:69. doi:10.1186/1475-2891-12-69.
8. Fitriany J, Saputri AI, Ilmu S, Anak K. ANEMIA DEFISIENSI BESI.
AVERROUS J Kedokt dan Kesehat Malikussaleh [Internet]. 2018 Nov
5 [cited 2022 Aug 11];4(2):1–14. Available from:
https://ojs.unimal.ac.id/averrous/article/view/1033

9. Arya NP, Anak Y, Gede A, Pratama W. ANEMIA DEFISIENSI BESI:


DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA. Ganesha Med [Internet]. 2022
Jun 5 [cited 2022 Aug 12];2(1):49–56. Available from:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/GM/article/view/47015

10. Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: EGC

11. Adriani, M & Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

12. Marmi, 2014. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

13. Merryana, 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana. Jakarta.

14. Cunningham. FG. Et al. (2013). Obstetri Williams (Williams


Obstetri).Jakarta : EGC

26
SATUAN ACARA KEGIATAN

KELUARGA BINAAN DI RT 06/01 KELURAHAN KEBON BARU


KECAMATAN TEBET KONSELING GIZI SEIMBANG TAHUN 2022

Praktik Komunitas

Oleh:

NAMA : SENI PRIHATINI


NPM : 07210400129

27
PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022

SATUAN ACARA KEGIATAN

TEMA : Gizi seimbang pada bayi dan balita


SASARAN : Balita A
MATERI POKOK : Konseling tentang gizi seimbang
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 menit
TEMPAT : Rumah pasien
PELAKSANA : Seni Prihatini

A. Tujuan Instruksional

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah ibu balita A diberikan pen-kes tentang gizi seimbang diharapkan
ibu dapat memahami dan mengetahui tentang manfaat gizi seimbang

2. Tujuan Instruksional khusus

Setelah ibu diberikan penkes diharapkan ;


a.Menjelaskan kembali pengertian tentang gizi seimbang

28
b.Menjelaskan apa yang terjadi dengan kondisi yang sedang dialami oleh
anaknya.
c.Menjelaskan kembali apa yang terjadi apabila bayi atau balita
mengalami gizi yg kurang.
d.Menjelaskan tentang kebutuhan gizi yang diperlukan oleh balita A.
e.Menjelaskan pentingnya balita A untuk rutin mengikuti posyandu
f.Menjelaskan jadwal untuk control ulang kedokter.

B. Pelaksanaan
1. Tempat : Rumah Pasien
2. Waktu : 22 Juli 2022
C. Metode dan Media
1. Metode ; konseling dan tanya jawab
2. Media : Alat bantu gizi seimbang, Job sheet, daftar tilik.

D. Langkah Kegiatan
No Tahap Kegiatan Penyuluhan Evaluasi Pada Pasien dan
. Kegiatan Kesehatan Keluarga
1. Pembukaan 1. Mengucap salam 1. Ibu menjawab salam
(5 menit) 2. Menyebutkan 2. Ibu dapat mengenal petugas
nama dan asal 3. Ibu dapat menjelaskan
Instansi tujuan konseling
3. Menjelaskan 4. Ibu dapat menjawab tentang
tujuan pertanyaan gizi seimbang yang
4. Mengkaji tingkat dan kondisi anaknya yang
pengetahuan ibu diketahui ibu
dan keluarga
tentang gizi
seimbang dan
anemia

29
2. Pembahasan 1. Menjelaskan tentang 1. Ibu dapat menjawab
(15 menit) gizi seimbang untuk balita konseling tentang gizi
2. Meberikan kesempatan seimbang
pada orang tua untuk 2. Ibu diberikan kesempatan
menanyakan hal yang unguk menanyakan hal – hal
kurang mengerti yang kurang jelas

3. Penutup 1.Menevaluasi tujuan 1.Ibu dapat menjelaskan


(15 menit) konseling gizi seimbang tentang tujuan konseling gizi
2.mengucapkan seimbang, sebagai evaluasi
terimakasih atas kesedian konseling ibu diberikan
waktu yang diberikan gambar untuk mencoba menu
oleh orang tua pada balita
3.Salam 2.Tanya jawab
3.Bidan mengucapkan
terimakasih pada orang tua dan
keluarga atas waktu yang
diberikan
4.Salam

E. Evaluasi
1. Warga sudah diberikan penyuluhan tentang gizi seimbang
2. Warga sangat antusias mendengarkan dan bertanya
3. Warga sudah mengerti tentang gizi seimbang

F. Materi
Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 165 juta anak usia
dibawah lima tahun mengalami gizi buruk dan memiliki resiko meninggal
dari anak gizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang

30
normal. sedangkan di indonesia jumlah balita yang mengalami kekurangan
gizi sebesar 3,7 juta. Kurang gizi telah membuat ribuan anak di Negara
berkembang meninggal dan menderita setiap tahun. Kurang gizi tidak hanya
menyebabkan masalah dalam usia muda,tetapi dapat berlanjut hingga masa
dewasa. Kurang gizi pada usia muda menyebabkan gagalnya pertumbuhan
dengan karakteristik pendek dan atau kurus. Bila kondisi ini tidak
diintervensi,maka diusia dewasa kondisi gizi kurang yang bersifat kronis
dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit degeneratif. Gizi sangat
berpengaruh terhadap kecerdasan dan produktivitas kerja. Gizi buruk pada
balita dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik
dan kecerdasan. Pertumbuhan dan perkembangan otak hampir 80% terjadi
dalam kandungan sampai usia 2 tahun, sehingga masalah gizi sangat
berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan. Makanan dengan gizi seimbang
akan lebih menyehatkan tubuh, karena zat-zat penting yang dibutuhkan oleh
tubuh akan terpenuhi. zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur yang
terdapat pada makanan yang bergizi nantinya akan mensuplai ke tubuh
manusia. Dengan terpenuhinya asupan makanan yang cukup secara kuantitas
ataupun kualitas yang mengandung berbagai zat gizi serta dapat menyimpan
zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh, maka akan sangat bermanfaat
untuk pertumbuhan dan produktivitas. Adanya penyuluhan kesehatan tentang
gizi seimbang kepada ibu balita akan sangat besar pengaruhnya karena bukan
hanya faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi gizi seorang anak tetapi
pengetahuan juga dapat mempengaruhi sebab seorang ibu tentunya akan lebih
memperhatikan asupan gizi untuk anak-anaknya.

G. Daftar Pustaka/Referensi
1. Putrihantini P, Erawati M. HUBUNGAN ANTARA
KEJADIAN ANEMIA DENGAN KEMAMPUAN
KOGNITIF ANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH
DASAR NEGERI (SDN) SUSUKAN 04 UNGARAN

31
TIMUR. 2013;1(2):5.

2. Sandrianti M. Merck Pediatric Forum 2018: Tatalaksana


Perawatan Anemia dan Rinitis untuk Peningkatan Kualitas
Hidup Anak dan Keluarga.2018:3.
3. World Health Organization. Global Anaemia Reduction
Efforts among Women of Reproductive Age: Impact,
Achievement of Targets and the Way Forward for Optimizing
Efforts. World Health Organization; 2020. Accessed
December 2, 2021.
https://apps.who.int/iris/handle/10665/336559
4. Mumpuni P, Widjanarko B, Indraswari R. GAMBARAN
PERILAKU ORANGTUA DALAM UPAYA
PENCEGAHAN ANEMIA PADA ANAK SEKOLAH
DASAR DI SDN CINDEREJO KOTA SURAKARTA.
JURNAL

5. WHO. 2015. The global prevalence of anaemia in 2011.


Geneva: World Health Organization.
6. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
7. Leite MS, Cardoso AM, Coimbra CE, et al. Prevalence of
anemia and associated factors among indigenous children in
Brazil: results from the First National Survey of Indigenous
People’s Health and Nutrition. Nutrition Journal. 2013;12:69.
doi:10.1186/1475-2891-12-69.
8. Fitriany J, Saputri AI, Ilmu S, Anak K. ANEMIA
DEFISIENSI BESI. AVERROUS J Kedokt dan Kesehat
Malikussaleh [Internet]. 2018 Nov 5 [cited 2022 Aug
11];4(2):1–14. Available from:
https://ojs.unimal.ac.id/averrous/article/view/1033

32
9. Arya NP, Anak Y, Gede A, Pratama W. ANEMIA
DEFISIENSI BESI: DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA.
Ganesha Med [Internet]. 2022 Jun 5 [cited 2022 Aug
12];2(1):49–56. Available from:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/GM/article/view/470
15

10. Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta:
EGC

11. Adriani, M & Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi


Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

12. Marmi, 2014. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

13. Merryana, 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana.


Jakarta.

14. Cunningham. FG. Et al. (2013). Obstetri Williams (Williams


Obstetri).Jakarta : EGC

33
JOB SHEET

TEMA : Konseling gizi seimbang untuk balita


SASARAN : Ibu yang mempunyai balita
MATERI POKOK : Konseling Gizi seimbang
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 menit
TEMPAT : Rumah pasien Rt 06/01
PELAKSANA. : Seni Prihatini
PROGRAM STUDI : Pendidikan Sarjana Terapan

1. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Petugas Kesehatan mampu menjelaskan konseling tentang gizi seimbang dan
defisiensi besi.

2. DASAR TEORI SINGKAT


Anemia lebih dikenal oleh masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Secara
global, penderita anemia mencapai 2,3 miliar. Asia dan Afrika tercatat
memiliki prevalensi kejadian anemia tertinggi yaitu 85% yang dialami oleh
wanita dan anak-anak.  Sekitar 50% diantaranya mengalami anemia defisiensi
besi (ADB). Anak usia dini masih sangat membutuhkan pemenuhan akan gizi
seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin termasuk
zat besi (Fe). Fe berperan dalam proses pembentukan eritrosit, sintesa

34
hemoglobin, dan suplai oksigen ke seluruh jaringan. Kekurangan Fe dapat
menyebabkan Anemia Defisiensi Besi (ADB). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kejadian anemia pada anak usia dini (5-12 tahun) berdasarkan
formula indeks Mentzer. Penelitian bersifat desktiptif dengan
pendekatan cross-sectional study yang dilakukan di RSIA Sitti Khadijah
Makassar berdasarkan data sekunder (rekam medis) selama dua tahun. Besar
sampel yang digunakan yaitu 80 data yang diperoleh melalui tehnik purposive
sampling. Berdasarkan perhitungan formula indeks Mentzer diperoleh hasil
penelitian sekitar 85% orang anak yang mengalami anemia defisiensi besi
(ADB), Thalassemia sebanyak 8,75% orang anak, dan normal sebanyak
6,25%. Penyakit ADB pada anak usia dini perlu penanganan yang cepat
dengan melihat faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian ADB.

3. PETUNJUK
1. Memberikan informasi dengan baik dan benar
2. Melakukan pendokumentasian
3. Pelajari lembar kerja dengan baik
4. Ikuti petunjuk pada job sheet
5. Bekerja secara hati – hati dan teliti

4. KESELAMATAN KERJA
1. Patuhi prosedur pekerjaan
2. Letakan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
3. Berikan informasi dengan baik dan benar

5. PROSEDUR PELAKSANAAN
PROSEDUR TINDAKAN
No Langkah dan Key point Ilustrasi gambar

35
1. Sapa klien dengan ramah, 
perkenalkan diri anda dan
jelaskan maksud kunjungan anda.
Key point:
● Menyapa ibu dengan lembut
dan sopan santun
● Membina hubungan baik.

2. Melakukan pengkajian 
Key point:
● Menanyakan informasi

3. Menyiapkan alat dan bahan


secara baik dan benar
Key point: 
● Dekatkan alat dan bahan

36
4. Melaksanakan konseling dengan
menjelaskan materi tentang Gizi
seimbang dan defisiensi besi
kepada ibu
Key Point:
● Menjelaskan pengertian gizi
seimbang dan defisiensi besi
● Menjelaskan tentang jenis-
jenis Gizi seimbang dan
defisiensi besi
● Menjelaskan tentang
kekurangan dan kelebihan
Gizi seimbang dan defisiensi
besi
● Menjelaskan tentang waktu
pemberian Gizi seimbang
dan defisiensi besi
● Menjelaskan tentang cara
mengolah Gizi seimbang dan
defisiensi besi

6. Daftar Pustaka/Referensi

1. Putrihantini P, Erawati M. hubungan antara kejadian anemia dengan


kemampuan kognitif anak usia sekolah di sekolah dasar negeri (sdn)
susukan 04 ungaran timur. 2013;1(2):5.

2. Sandrianti M. Merck Pediatric Forum 2018: Tatalaksana Perawatan


Anemia dan Rinitis untuk Peningkatan Kualitas Hidup Anak dan
Keluarga.2018:3.

37
3. World Health Organization. Global Anaemia Reduction Efforts among
Women of Reproductive Age: Impact, Achievement of Targets and the
Way Forward for Optimizing Efforts. World Health Organization; 2020.
Accessed December 2, 2021.
4. https://apps.who.int/iris/handle/10665/336559
5. Mumpuni P, Widjanarko B, Indraswari R. gambaran perilaku orangtua
dalam upaya pencegahan anemia pada anak sekolah dasar di sdn cinderejo
kota surakarta. jurnal

6. WHO. 2015. The global prevalence of anaemia in 2011. Geneva: World


Health Organization.
7. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
8. Leite MS, Cardoso AM, Coimbra CE, et al. Prevalence of anemia and
associated factors among indigenous children in Brazil: results from the
First National Survey of Indigenous People’s Health and Nutrition.
Nutrition Journal. 2013;12:69. doi:10.1186/1475-2891-12-69.
9. Fitriany J, Saputri AI, Ilmu S, Anak K. ANEMIA DEFISIENSI BESI.
AVERROUS J Kedokt dan Kesehat Malikussaleh [Internet]. 2018 Nov 5
[cited 2022 Aug 11];4(2):1–14. Available from:
https://ojs.unimal.ac.id/averrous/article/view/1033

10. Arya NP, Anak Y, Gede A, Pratama W. anemia defisiensi besi: diagnosis
dan tatalaksana. Ganesha Med [Internet]. 2022 Jun 5 [cited 2022 Aug
12];2(1):49–56. Available from:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/GM/article/view/47015

11. Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: EGC

12. Adriani, M & Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

38
13. Marmi, 2014. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

14. Merryana, 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana. Jakarta.

15. Cunningham. FG. Et al. (2013). Obstetri Williams (Williams


Obstetri).Jakarta : EGC

39
40
41
42
DAFTAR TILIK

PENILAIAN
0 Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan belum sempurna
2 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan sempurna

Beri tanda ceklist (√) pada kolom penilaian.


Penilaian
No. Langkah Kegiatan
0 1 2
PERSIAPAN TEMPAT
1. Meminta ijin kepada ibu dan keluarganya untuk melakukan
konseling
PERSIAPAN ALAT
2. Alat bantu untuk melakukan konseling yaitu job sheet dan
leaflet
PERSIAPAN PASIEN
3. Mengucapkan salam
4. Perkenalkan diri
5. Jelaskan maksud dan tujuan konseling
6. Ciptakan suasana yang nyaman
PELAKSANAAN KONSELING
7. Menjelaskan pengertian Gizi seimbang dan defisiensi besi
8. Menjelaskan kekurangan dan kelebihan Gizi seimbang dan
defisiensi besi
9. Menjelaskan jenis-jenis Gizi seimbang dan defisiensi besi
10. Menjelaskan waktu pemberian Gizi seimbang dan defisiensi besi
11. Menjelaskan cara mengolah Gizi seimbang dan defisiensi besi
12. Menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien

43
Penilaian
No. Langkah Kegiatan
0 1 2
13. Melihat kontak mata dengan klien selama konseling berlangsung
14. Sopan santun selama konseling berlangsung
EVALUASI
15. Evaluasi hasil konseling yang sudah di sampaikan
16. Menanyakan pada pasien apakah sudah mengerti dengan
penjelasan yang di sampaikan
17. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
18. Meminta ibu untuk mengulangi inti dari penjelasan yang di
sampaikan
19. Menutup konseling dengan mengucapkan salam
TOTAL SKOR :
NILAI = TOTAL SKOR X 100 = NILAI AKHIR
17

44
LAMPIRAN

Surat Persetujuan Orang Tua /Wali atas konseling edukasi


Saya yang bertanda tangan di bawah
ini: Nama Lengkap :
………………………
Usia :………………………

Jenis Kelamin :………………………

Alamat :………………………

No.NIK / register :…………………….

Dalam hal ini bertindak sebagai Orang Tua


/wali dari :
Nama Lengkap :………………………….
Tanggal Lahir :………………………….

Jenis Kelamin :………………………….

Alamat :………………………….
Dengan ini menyatakan Bahwa :

1. Saya memberikan PERSETUJUAN untuk di lakukan konseling


kesehatan
2. Saya telah memahami Informasi dan penjelasan yang telah di
sampaikan oleh dokter/perawat /bidan /tenaga medis lainnya
Demikian persetujuan ini saya berikan sesungguhnya dengan penuh
kesadaran dan tampa paksaan dari pihak manapun.
Jakarta ,Juli 2022

(orang tua balita A)

45
Pernyataan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang
1. Gizi seimbang terdiir dari : kabohidrat,protein,buah – buahan,sayuran,
Kacang – kacangan dan susu
2. Makanan pokok terdiri dari : nasi, jagung, sagu, ubi, singkong
3. Lauk hewani terdiri dari : ikan, telur, ati ayam/sapi, daging
4. Lauk nabati terdiri dari : tempe, tahu, kacang – kacangan
5. Kekurangan zat besi pada balita
bisa menimbulkan anemia, balita
akan terlihat : pucat pada kulit, lemah, dan anak sering sakit
6. Memberikan asupan gizi berupa
Zat besi, vit B 12 dan folat : mencegah terjadinya anemia
7. Beberapa makanan yang
mengandung zat besi : daging, ikan, kacang – kacangan, sayuran hijau
dan merah, susu

46
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ny. S
DENGAN MP ASI RT 05 RW 01 KELURAHAN KEBON
BARU KECAMATAN TEBET JAKARTA SELATAN
TAHUN 2022

Disusun Oleh :
Renny Anggraini
NPM 07120400130

47
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU TAHUN 2022

48
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN


ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ny. S DENGAN MP ASI RT 05 RW 01
KELURAHAN KEBON BARU KECAMATAN TEBET JAKARTA
SELATAN TAHUN 2022

Disusun Oleh :
Renny Anggraini
NPM 07210400130

Telah Disetujui di
Jakarta,
Tanggal 10 Agustus 2022

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

(Maryam Syarah Mardiyah ,S.ST,MKM)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Individu Keluarga Binaan Asuhan Kebidanan MP ASI pada Ny. S
di Rt 05 Rw 01 Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Jakarta Selatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Oleh karena itu mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, kepada :
1. Drs. H. Jakub Chatib, Selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju Jakarta.
2. Prof. Dr. Dr. HM. Hafizurrachman,SH, MPH, Selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita SKM, MKM, Selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademi Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Ketua Ketua Program Studi DIV
Kebidanan Universitas Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu SKM.,M.Kes selaku wakil Rektor II Bidang Non-Akademi
Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani , SKM, MKM selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Maju Dan Dosen Penguji Asuhan Kebidanan Komunitas.
7. Hedy Hardiana, S. Kep.,M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
8. Retno Sugesti, S.ST., M.Kes selaku Koordinator Program Studi
Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju.
9. Maryam Syarah Mardiyah , SST, MKM Selaku Pembimbing Asuhan
Kebidanan Komunitas Program Studi DIV Universitas Indonesia Maju
Jakarta.

2
10. Nuraini, SST, Bdn, M.Kes, SH, MHKes selaku CI penguji Asuhan
Kebidanan Komunitas
11. Seluruh Staff dan Dosen Program Studi Diploma IV Universitas
Indonesia Maju.
12. Terima kasih kepada orangtua saya yang tidak henti-hentinya
mendoakan, mendukung, memberikan nasihat, semangat serta motivasi
dalam penyusunan penulisan laporan ini.
13. Rekan-rekan seperjuanganku yang sangat mendukung dan
menyemangati satu sama lain.
Semoga apa yang diberikan mendapatkan balasan yang setimpal
dari Allah SWT dan semoga
Pedoman Penyusunan Skripsi ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 10 Agustus 2022

Penyusun

Renny Anggraini

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian MP ASI

2.2 Kekurangan dan Kelebihan MP ASI

2.3 Jenis – jenis MP ASI

2.4 Waktu yang tepat memberikan MP ASI

2.5 Cara Mengolah MP ASI……………………………………….8

BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

BAB IV PEMBAHASAN

3
4.1 Pengkajian Data Subjektif

4.2 Pengkajian Data Objektif

4.3 Perumusan Diagnosa

4.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi

BAB V Penutup

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN
\

1.1 Latar Belakang

Pemberian MPASI yang dini masih sering terjadi di


negara negara ASEAN. Berdasarkan data ASEAN tahun 2012
bahwasanya tingkat kematian bayi masih tinggi seperti di
Malaysia 4,2%, Philipina 1,2 % dan di Thailand 2.2 %. 3 Di
Asia Tenggara juga angka kematian bayi masih terbilang
tinggi.4 Berdasarkan data data dapat dikatakan masalah gizi
pada anak perlu diperhatikan, salah satunya upaya pemberian
MP ASI yang tepat pada bayi.
Munculnya masalah kesehatan akibat kesalahan
pemberian MP-ASI secara tidak langsung akan mempengaruhi
status gizi pada bayi. Di Indonesia pada rentang tahun 2007 –
2013 angka gizi kurang mencapai 19,6. Dari data Riskesdas
2013 kasus bayi dengan BBLR statusnya sebesar 10,2 persen,
belum mencapai target WAS sebesar 7,1 persen dan cakupan
ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan masih 42 persen, belum juga
mencapai target WAS sebesar 50 persen. Hal ini menunjukkan
58 persen masyarakat belum mempraktikkan ASI eksklusif,
bisa jadi tidak memberi ASI sama sekali atau memberi MP-ASI
sebelum usia 6 bulan.5
Sebelum genap usia 6 bulan usianya, bayi hanya bisa
mencerna ASI. Apabila diberi MP ASI, usus bayi belum
mampu mengolah zat makanan karena enzim

1
pencernaan bayi belum diproduksi secara maksimal.
Alhasil, bayi rentan menderita diare jika
tetap diberi MPASI sebelum berusia 6 bulan.6

2
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Dilakukannya keluarga binaan pada Ny. S di Rt 07 Rw 01


Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet Jakarta Selatan
diharapkan memahami , mengetahui dan melaksanakan tentang
pemberian MP ASI.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada By. Ny. S di


Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
2. Melaksanakan pengkajian data objektif pada By. Ny. S di
Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
3. Melaksanakan perumusan diagnosa atau masalah kebidanan pada
By. Ny. S di Kelurahan Kebon Baru Kecamatan Tebet
4. Melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi By. Ny. S di
Kelurahan Kebon Baru KecamatanTebet.

1.3 Manfaat

1.3.1 Institusi Pendidikan


Diharapkan penyusun keluarga binaan ini dapat dijadikan sebagai
bahan tambahan pelajaran, sebagai bahan evaluasi dalam membuat
study kasus dan juga dapat dijadikan sebagai bahan bacaan pustaka.

3
1.3.2 Institusi Praktek
Dapat memberikan masukan mengenai implementasi asuhan
kebidanan pada ibu tentang MP ASI, serta sebagai bahan evaluasi
lapangan.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
Dapat memahami manfaat melakukan keluarga binaan serta
mengasah keterampilan dalam asuhan kebidanan pada ibu tentang
MP ASI agar lebih baik dalam melakukan asuhan secara paripurna.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kebidanan Komunitas

Kebidanan komunitas merupakan gabungan dari beberapa istilah


yaitu bidan di komunitas, kebidanan, komunitas, dan kebidanan
komunitas. Dari beberapa istilah tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut.
Bidan dikomunitas adalah bidan yang bekerja memberikan
pelayanan kepada keluarga dan masyarakat di suatu wilayah tertentu.
Kebidanan mencakup segala pengetahuan yang dimiliki bidan dan
bentuk-bentuk kegiatan pelayanan yang dilakukan dengan tujuan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi.1
Komunitas artinya masyarakat terbatas yang mempunyai
persamaan nilai, perhatian, yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografis yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga. Misalnya kelompok ibu hamil, ibu nifas, kelompok bayi, dan
kelompok balita.
Kebidanan komunitas adalah bentuk-bentuk pelayanan kebidanan
yang dilakukan di luar bagian atau pelayanan berkelanjutan yang
diberikan di rumah sakit dengan menekankan kepada aspek-aspek
psikososial budaya yang ada di masyarakat.

2.2 Keluarga Binaan

5
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikitan aturan dan emosional dan individu mempunyai
peran masing–masing yang merupakan bagian dari keluarga.7
Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas termasuk di dalamnya
adalah penyuluhan dan nasihat tentang kesehatan, pemeliharaan
kesehatan lansia , pengobatan sederhana bagi ibu dan balita, perbaikan
gizi keluarga, imunisasi ibu dan anak, pertolongan persalinan serta
pelayanan KB. Yang menjadi sasaran kebidanan komunitas yaitu ibu
(prahamil, hamil, bersalin, nifas), anak (bayi baru lahir, balita, anak pra
sekolah, remaja), keluarga (wanita dengan gangguan sistem reproduksi),
masyarakat. Yang menjadi sasaran utama adalah ibu dan anak dalam
keluarga.8

2.2 Pengertian MP-ASI

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau


minuman selain ASI yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada
bayi selama periode penyapihan (complementary feeding) yaitu pada saat
makanan/minuman lain diberikan bersama pemberian ASI (WHO).
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016), MP-ASI adalah
makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan
kepada anak usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain
ASI.5
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya,
sesuai dengan kemampuan bayi.9

2.4 Kekurangan dan Kelebihan MP-ASI


1. Kekurangan MP-ASI
a. Proses pembuatan dan penyajian MP-ASI rumahan memerlukan
waktu yang cukup lama, sehingga terkesan repot.
6
b. MP-ASI rumahan juga sulit dibawa-dibawa dan memerlukan
persiapan khusus jika ingin membawanya.
c. Membuat MP-ASI sendiri dapat meningkatkan kemungkinan
menelan nitrat, karena pada umumnya sayuran dan buah-buahan
mentah mengandung nitrat.
d. Kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah bahan baku yang
kurang baik, mengandung residu pestisida, serta kurang steril
dalam proses penyiapannya.
e. Zat gizi dalam MP-ASI yang ibu buat sendiri juga kurang terukur,
sehingga ibu tidak tahu pasti jumlah zat gizi seperti vitamin dan
mineral yang ada dalam makanan yang dimakan buah hati, karena
saat proses pemasakan suhu dan waktu yang digunakan juga tidak
terukur, sehingga menyebabkan hilang atau rusaknya zat gizi
seperti vitamin dan mineral dalam bahan makanan.

2. Kelebihan MP-ASI
a. Membuat sendiri makanan untuk bayi memang sedang populer
dikalangan ibu-ibu masa kini. Dengan memasak sendiri, ibu
merasa puas dan tahu apa saja yang masuk ke dalam mulut buah
hati.
b. Ibu-ibu percaya bahwa MP-ASI buatan sendiri lebih bergizi dan
aman bila dibandingkan dengan MP-ASI instan, karena
penggunaan bahan baku segar serta proses memasak yang dapat
dikontrol dan disesuaikan.10

2.5 Jenis-Jenis MP-ASI


Di dalam masyarakat, terdapat beberapa jenis MP-ASI, yaitu:
1. Makanan saring
Makanan saring, makanan saring adalah makanan yang
dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih

7
kasar dari makanan lumat halus, contoh : bubur susu, bubur sumsum,
pisang saring/dikerok, pepaya saring, nasi tim saring, dan lain-lain.
2. Makanan lunak
Makanan lunak, makanan lunak adalah makanan yang dimasak
dengan banyak air dan tampak berair, contoh : bubur nasi, bubur ayam,
nasi tim, pure kentang, dan lain-lain.
3. Makanan padat
Makanan padat, makanan padat adalah makanan lunak yang tidak
nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh :
lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, dan lain-lain.11

2.6 Waktu Yang Tepat Memberikan MP-ASI


1. Anak dapat duduk dan menahan kepalanya sendiri dengan tegap.
2. Menunjukkan ketertarikan terhadap makanan. Dan mulai mencoba
meraih makanan.
3. Menunjukkan tanda-tanda lapar atau tidak tenang walaupun ibu telah
memberikan ASI secara rutin.

A. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI bayi 9


bulan
1. Di usia 9 bulan mulai bisa memberikan makanan dengan nasi tim.
2. Tekstur bisa dicincang halus atau disaring kasar. Tekstur ini bisa
meningkat menjadi semakin kasar sampai makanan bisa dipegang
atau diambil dengan tangan anak sendiri
3. Ukuran MP-ASI yakni setengah mangkuk (250 ml) per porsi makan
atau 300 kkal.
4. Gunakan mangkuk khusus yang berukuran 250 ml untuk
memastikan jumlah asupan bayi cukup setiap kali makan.
5. Takaran MP-ASI bayi 9 bulan adalah adalah 7 sendok makan per
hari atau sekitar 3 sendok makan per porsi.
6. Frekuensi pemberian MP-ASI 9 bulan adalah 3-4 kali per hari.

8
7. Dapat diberikan makanan camilan atau selingan sebanyak 1 sampai 2
kali per hari, tergantung nafsu makan si Kecil.
8. Kenalkan anak dengan variasi makanan baru dan jangan menyerah
bila anak menolak makan. Tawarkan hingga 10 sampai 15 kali untuk
dapat diterima dan dimakan dengan baik oleh si Kecil.
9. Perlu bersabar dan tidak memaksa bayi untuk makan.
10. Batasi pemberian jus karena mengandung gula dalam jumlah
cukup banyak. Berikan buah potong kecil-kecil yang teksturnya
lembut sebagai pengganti jus, misalnya melon, mangga, atau apel.12

B. Tips mengatasi bayi 9 bulan yang GTM, menurut Kepala Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM, Dr.dr.Aryono Hendarto, Sp.A (K):
1. Gunakan nampan besar dan letakkan makanan bayi di atasnya
Cara pemberian MP-ASI ini mungkin akan terkesan kotor dan
berantakan. Perlu tahu bahwa cara ini dapat membantu bayi
menyentuh makanannya sendiri. Selain itu, bayi juga lebih tertarik
dengan makanan padat.
2. Dukung Si Kecil untuk menyentuh makanan
Terus mendukung dan mengajak Si Kecil untuk mulai menyentuh
MP-ASI 9 bulan yang sudah disiapkan. Berikan contoh bahwa
makanan tersebut bisa diambil dan dimakan. Namun, juga tidak
boleh memaksakannya. Bisa mengajaknya bercanda dan jangan
khawatir bila si kecil menggunakan makanan mereka sebagai
mainan. Semakin antusias bayi memegang makanan, maka semakin
besar peluang pemberian MP-ASI akan sukses.
3. Berikan makanan keras untuk meningkatkan sensor
Salah satu makanan keras yang bisa diberikan pada bayi 9 bulan
adalah wortel. Dapat menyajikan wortel setengah matang yang
dikukus. Tekstur wortel akan sedikit keras. Wortel tidak akan
digunakan untuk makan, melainkan untuk membantu merangsang
anak menggigit, mengunyah, dan menggerakkan lidahnya.13

9
2.7 Cara Mengolah MP-ASI
a. Tekstur MP-ASI 9 bulan
1. Untuk menu MP-ASI 9 bulan, ibu dapat memberikan makanan yang
dicincang halus atau juga disaring kasar. Ini sekaligus membantu
sistem pencernaan dan mulut bayi untuk bekerja lebih baik.
2. Pada usia ini juga disarankan memberikan lebih banyak finger
foods. Hal ini juga untuk membantu koordinasi gerak bayi, juga rasa
ingin tahunya yang tinggi. Di usia ini tidak jarang melihat mereka
memasukan benda apapun ke dalam mulutnya.
b. Rasa dalam MP-ASI bayi 9 bulan
1. Banyak orangtua yang bertanya, apakah pada usia ini diperbolehkan
menambah gula dan garam ke dalam menu MP-ASI anak? Menurut
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) hal itu tidak dilarang, hanya
saja perlu diperhatikan takarannya.
2. Untuk mengetahui rasa, orangtua/ibu dapat mencoba menu MP-ASI
sebelum diberikan ke Si Kecil. Jika terasa agak hambar, maka
pemberian gula atau garam sebaiknya hanya diberikan seujung
cubitan jari. Mengenalkan rasa alami pada anak memang sebaiknya
dari bahan makanan yang diberikan.
c. Porsi MP-ASI 9 bulan
1. Selain porsinya lebih banyak dari usia 8 bulan, frekuensi pemberian
MP-ASI juga biasanya meningkat menjadi 3-4 kali dalam sehari.
Bayi membutuhkan 700-900 kalori setiap hari, 400 diantaranya
diperoleh lewat ASI.
2. Untuk porsi yang disarankan sebanyak 125-175 ml, atau mulai 1,2
sampai ¾ mangkuk makan mereka. Sedangkan waktu pemberian
makan, usahakan tidak lebih dari 30 menit.
3. Namun, pada usia ini juga biasanya terjadi mood makan yang
berubah-ubah. Mungkin hari ini Si Kecil mau makan banyak,
besoknya tidak mau dan berubah lagi lusa. Hal ini wajar karena bayi

10
sedang belajar mengenal rasa dan tekstur makanan.

d. Bahan makanan MP-ASI 9 Bulan


1. Pada dasarnya, semua bahan makanan dapat diberikan dalam menu
MP-ASI usia 9 bulan. Namun biasanya, yang paling sering
memberikan bayam, brokoli, wortel, alpukat, keju, telur, dan aneka
protein hewani dalam menu.
2. Kombinasikan berbagai bahan itu dapat diberikan agar mencukupi
kebutuhan nutrisi mereka. Jika timbul alergi terhadap salah satu
bahan makanan, Mom dapat mencari penggantinya dan berkonsultasi
dengan dokter segera.

e. Jadwal MP-ASI 9 bulan


1. Contoh jadwal MP-ASI 9 bulan yang dapat Mom terapkan pada
mereka.
2. Sarapan, berikan sereal dengan telur orak-arik, buah potong atau
ASI. Dapat juga bisa mengenalkan roti yang dicampur dengan susu.
3. Camilan bisa berikan keju yang dipotong dadu, pastikan potongan
tidak besar dan tekstur tidak keras.
4. Makan siang bisa berikan nasi tim, sayur dan daging yang dimasak
matang.
5. Camilan sore bisa berikan potongan buah seperti melon, semangka,
pisang, pepaya atau mangga.
6. Makan malam Si Kecil bisa mencoba nasi tim ayam atau ikan,
brokoli dan wortel kukus dengan pasta atau bubur kentang.
7. Jangan lupa untuk memberikan ASI 2-3 kali di sela-sela pemberian
MP-ASI, biasanya waktu siang dan malam menjelang tidur.14
f. Resep MP-ASI 9 bulan
Salah satu resep MP-ASI bayi 9 bulan yang menjadi favorit adalah nasi
tim. Bisa menggunakan aneka bahan seperti jamur, ikan, daging ayam
dan sapi atau hati.

11
Berikut menu dan cara membuatnya.
Bahan:
20 gram beras.
30 gram daging ayam cincang (bisa diganti sesuai selera).
20 gram jamur, diiris kecil.
25 gram tomat, cincang
30 gram tahu, cincang.
5 gram keju, parut.
650 ml air.

Cara Membuat:
1. Rebus besar dengan air bersama daging ayam cincang dan tahu
hingga mengental.
2. Masukkan tomat dan jamur, masak hingga sayur matang dan lebih
kental. Masukkan keju parut, aduk, kemudian angkat.
3. Diamkan hingga agak dingin dan nasi tim ayam jamur siap disajikan.

12
BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN
ANAK USIA PRASEKOLAH

No. Registrasi : 3/XI/2022


Tanggal Pengkajian : 23 Juli 2022
Waktu Pengkajian : 09.00
Tempat Pengkajian : Rumah warga
Pengkaji : Renny Anggraini

3.1 PENGKAJIAN
A.Data Subjektif
1. Identitas
Nama anak : By. Ny.S
Tanggal lahir : 21 Oktober 2021
Umur : 9 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke- :1

2. Identitas Orangtua
Nama Ibu : Ny.S Nama Ayah : Tn.B
Umur : 27 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

13
Alamat : RT 05/01 Kelurahan Kebon Baru
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan
3. Alasan datang : anak susah makan
4. Keluhan utama : sulit makan

5. Riwayat kesehatan
a. Tanggal lahir : 21 Oktober 2021
b. Tempat : Jakarta
c. Penolong : Bidan
d. Jenis persalinan : Normal
6. Riwayat pertumbuhan : Normal
(bisa melihat di KMS)
7. Riwayat perkembangan
(jika sebelumnya sudah pernah melakukan pemeriksaan tumbuh
kembang, tuliskan hasilnya)
8. Riwayat imunisasi : HEPATITIS HB0, BCG, POLIO 1 - 4, PENTA 1-
3
9. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola istirahat : Siang 2 -3 jam Malam 10 jam
b) Pola aktivitas : aktif sekali
c) Pola eliminasi : BAB 2X sehari BAK : 6 kali sehari
d) Pola nutrisi : asi dan makan biscuit kadang-kadang
e) Pola personal hygiene : mandi 2-3 kali sehari

B.Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
2. Pemeriksaan Umum
Denyut nadi : 100 kali/menit
Frekuensi nafas : 60 kali/menit

14
Suhu tubuh : 36 0C
3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 7500 gram
Tinggi badan : 74 cm

a. BB/U : [ ] Gizi buruk; [ ] Gizi kurang; [ √ ] Gizi baik; [ ]


Gizi lebih
b. PB atau TB/U : [ ] Sangat pendek; [ ] Pendek; [ √ ]
Normal; [ ] Tinggi
c. BB/PB atau TB : [ ] Sangat kurus; [ ] Kurus; [√ ] Normal; [
] Gemuk
d. IMT/U : [ ] Sangat kurus; [ ] Kurus; [ √ ] Normal; [
] Gemuk; [ ] Obesitas
e. Lingkar kepala : 41,5 cm; [ √ ] Normal; [ ] Mikrosefali; [ ]
Makrosefali

4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : normal
Mata : normal
Telinga : normal
Hidung : normal
Mulut : normal
Leher : normal
Dada : normal
Abdomen : normal
Ekstremitas Atas : normal
Ekstremitas Bawah:
Anogenitalia : normal

5. Skrining Perkembangan Anak


f. KPSP : Formulir usia __-_____; Skor ___-_

15
Perkembangan anak ( tidak dilakukan pemeriksaan )
( )Sesuai
( )Meragukan:
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
Penyimpangan
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
g. TDD : Formulir usia ___-____; Jumlah jawaban TIDAK
__-___
Daya dengar ( tidak di lakukan pemeriksaan )
( √ ) Normal
( )Curiga ada gangguan
h. TDL : Baris E terkecil yang masih terlihat mata kanan
___; mata kiri ___
Daya lihat ( tidak dilakukan pemeriksaan )
( √ ) Normal
( ) Curiga ada gangguan
i. KMME : Jumlah jawaban YA ____
Mental emosional ( tidak dilakukan pemeriksaan )
( √ ) Normal
( ) Curiga ada gangguan

6. Pemeriksaan atas indikasi


a. M-CHAT : ( tidak di lakukan pemeriksaan )
❑ Risiko tinggi autis
❑ Risiko rendah autis
❑ Gangguan lain
b. GPPH : ( tidak dilakukan pemeriksaan )
❑ Kemungkinan GPPH
❑ Bukan GPPH

16
7. Pemeriksaan Penunjang : tidak di lakukan

C. Analisis Data : Bayi Ny.S usia 9 bulan dalam keadaan pertumbuhan


sesuai dengan usia

D.Penatalaksanaan
a. Menjalin hubungan saling percaya.
Evaluasi : Alhamdulilah ibu percaya.
b. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada Ny.S bahwa bayi dalam
keadaan baik.
Evaluasi : Ibu senang mendengarnya.
c. Memberitahukan ibu tentang apa itu MP ASI.
Evaluasi : Ibu mengerti apa apa itu MP ASI.
d. Memberikan informasi kapan MP ASI diberikan.
Evaluasi : Ibu mengerti kapan saat yang baik MP ASI diberikan.
e. Memberikan informasi tentang tahapan MP ASI.
Evaluasi : Ibu Mengerti tahapan pemberian MP ASI
f. Memberikan informasi tentang pengolahan MP ASI.
Evaluasi : Ibu padaham sedikit mengerti tentang cara mengolah
MP ASI.
g. Mengevaluasi Kembali kepada ibu informasi tentang MP ASI yang
telah di berikan.
Evaluasi : ibu sudah dapat mengulang tentang apa itu MP ASI.

17
SOAP KUNJUNGAN Ke 2

Tanggal Pengkajian : 24 Juli 2022


Waktu Pengkajian : Pkl. 16.00 wib
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Renny Anggraini

A. SUBJEKTIF

Alasan Kunjungan saat ini


Keluhan Saat ini:
Ibu mengatakan sudah mulai mengerti dalam pemberian MPASI .

B. OBJEKTIF :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
Denyut nadi : 100 x / menit
Suhu tubuh : 36,5 ◦C Pernafasan : 30 x /
menit
4. Pemeriksaan Fisik
Berat Badan : 7500 gram
Panjang Badan : 74 cm
Wajah : normal
Mata : normal
Telinga : normal
Hidung : normal
Mulut : normal
Leher : normal

18
Dada : normal
Abdomen : normal
Ekstremitas Atas : normal
Anogenitalia : normal

C. ANALISA DATA
Bayi Ny.S usia 9 bulan dalam keadaan pertumbuhan sesuai dengan
usia.

D.Penatalaksanaan
a. Menjalin hubungan saling percaya.
Evaluasi : Alhamdulilah ibu percaya.
b. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada Ny.S bahwa bayi dalam
keadaan baik.
Evaluasi : Ibu senang mendengarnya.
c. Mempertanyakan kepada ibu apakah sudah mengerti tentang
MPASI. Evaluasi : Ibu mengerti apa itu MP ASI.
d. Mempertanyakan kepada ibu apakah sudah mencoba membuat
menu Makanan MPASI.
Evaluasi : Ibu sudah mencoba dalam pembuatan menu MPASI.
e. Mempertanyakan kepada ibu apakah ibunya sulit untuk pembuatan
menu MPASI.
Evaluasi : Ibu paham dan bisa dalampembuatan MP ASI
f. Mengevaluasi Kembali kepada ibu informasi tentang MP ASI yang
telah di berikan.
Evaluasi : ibu sudah dapat mengulang tentang apa itu MP ASI.

SOAP KUNJUNGAN Ke 3

Tanggal Pengkajian : 25 Juli 2022

19
Waktu Pengkajian : Pkl. 16.00 wib
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Pengkaji : Renny Anggraini

D. SUBJEKTIF

Alasan Kunjungan saat ini


Keluhan Saat ini:
Ibu mengatakan bayi sudah mau mencoba MP ASI yang diberikan dan
ibu merasa senang bayinya mau makan dengan baik.

E. OBJEKTIF :
1.Keadaan umum : Baik
2.Kesadaran : compos mentis
3.Tanda-tanda vital
Denyut nadi : 100 x / menit
Suhu tubuh : 36,5 ◦C Pernafasan : 30 x /
menit
4.Pemeriksaan Fisik
Berat Badan : 7500 gram
Panjang Badan : 74 cm
Wajah : normal
Mata : normal
Telinga : normal
Hidung : normal
Mulut : normal
Leher : normal
Dada : normal
Abdomen : normal
Ekstremitas Atas : normal
20
Anogenitalia : normal

F. ANALISA DATA
Bayi Ny.S usia 9 bulan dalam keadaan pertumbuhan sesuai dengan
usia.

G.Penatalaksanaan

a.Menjalin hubungan saling percaya.


Evaluasi : Alhamdulilah ibu semakin percaya.
b.Memberitahukan hasil pemeriksaan pada Ny.S bahwa bayi dalam keadaan baik.
Evaluasi : Ibu senang mendengarnya.
c.Memberikan pertanyaan kepada ibu tentang MPASI.
1. Apa aitu MPASI?
Jawab: Makanan selain ASI
2.Kapan Waktu yang tepat memberikan MPASI?
Jawab: Usia diatas 6 bulan
3.Cara mengolah MPASI?
Jawab: a. Pilih bahan makanan
b.Takaran
c. Porsi
d. Jadwal Pemberian
Evaluasi : Ibu menjawab pertanyaan yang diberikan tentang MP ASI.
d.Memberikan rewad kepada ibu bahwa sudah mengerti tentang MPASI
Evaluasi : Ibu merasa sangat senang sekali.
e.Mengevaluasi Kembali kepada ibu informasi tentang MP ASI yang telah di
berikan. Evaluasi : ibu sudah dapat mengulang tentang apa itu MP ASI.

21
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam praktik kebidanan komunitas di RT 05 RW 01 Kelurahan


Kebon Baru Kecamatan, pengkaji melakukan kegiatan membina salah satu
keluarga, dari seluruh keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
khususnya di bidang kebidanan, lalu pengkaji mengambil kasus pada
By. Ny. S dengan asuhan kebidanan tentang MP ASI.
Pemberian makanan Pendamping ASI (MPASI) atau susu formula
merupakan salah satu periode penting dalam 1000 hari pertama kehidupan
seorang anak.15
Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil
pendekatan dan tabulasi data, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan
masalah bersama keluarga By.Ny. S sesuai dengan prioritas masalah.

4.1 Pengkajian Data Subjektif


Data subyektif diperoleh melalui wawancara secara langsung
kepada keluarga By. Ny. S. Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian
terhadap pasien dengan teknik wawancara. Data ini berupa keluhan atau
persepsi subjektif pasien terhadap status kesehatannya. Data subjektif ini
diperoleh dengan anamnesa terhadap klien. Penulis melakukan
pengkajian data subjektif pada By. Ny. S dan suami berdasarkan proses
pengkajian data subjektif pada By. Ny. S didapatkan bahwa Ny. S umur
27 tahun belum paham tentang pemberian MPASI. Dengan demikian
penulis telah melakukan pengumpulan data subjektif  menggunakan

22
metode yang sesuai dengan teori maka tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dengan praktek.

4.2 Pengkajian Data Objektif


Data objektif diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada
Ny. S. Sesuai yang dikemukakan oleh Dinarti & Yuli (2017) Data
objektif adalah data yang didapat dari pengamatan, observasi,
pengukuran, atau pemeriksaan fisik dengan beberapa metode. Misalnya
suhu badan, tinggi badan. Penulis melakukan pemeriksaan fisik melalui
observasi secara langsung pada Bayi Ny.R dan ditemukan bahwa kondisi
bayi Ny.S dalam keadaan baik.
Penulis melakukan asuhan pada Tanggal 23-25 Juli 2022. Bayi
Ny.S usia 9 bulan, memiliki Berat Badan 7500 gram, Tinggi Badan 74
cm. Penulis melakukan konseling tentang pemberian MPASI pada By
Ny.S karena Ny.s sebelumnya belum paham didalam pemberian MPASI
juga tidak mengetahui apa saja makanan yang boleh dimakan dan
makanan yang tidak boleh dimakan oleh bayi usia 9 bulan. Maka penulis
melakukan asuhan konseling edukasi kepada By Ny.S.
Dengan demikian penulis melakukan pengumpulan data objektif
menggunakan metode yang sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek.

4.3 Perumusan Diagnosa


Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, langkah
berikutnya yaitu menganalisa data yaitu menentukan masalah kesehatan
yang dialami oleh By Ny.S. Masalah yang dialami By Ny.S yaitu saat ini
tidak ada masalah hanya saja bayi Ny S susah untuk mulai memberikan
MPASI.

23
Dengan demikian analisa data dilakukan sesuai dengan teori
sehingga disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktik.

4.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi


Setelah dilakukan konseling edukasi pada Ny.S usia 27 tahun,
Ny. S sudah mengerti tentang cara pemberian MPASI,kandungan gizi
makanan apa saja yang harus diberikan dalam pemberian MPASI, cara
mengolah makanan MPASI pada bayi usia 9 bulan,kapan harus diberikan
MPASI, jadwal pemberian MPASI sehari berapa kali wajib diberikan
pada bayi.
Setelah diketahui hasil dari konseling edukasi pada Ny.S berjanji
akan mulai mencoba di rumah dalam mengolah makanan Pendamping
untuk bayinya, memilih jenis makanan yang cocok untuk dikonsumsi si
bayi usia 9 bulan. Dengan demikian penatalaksanaan dan evaluasi yang
dilakukan sesuai dengan teori sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktik.

24
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keluarga binaan pada


keluarga Ny. S didapatkan hasil kesimpulan :
1. Kesehatan By. Ny. S tidak ada masalah sehingga komplikasi
dapat dideteksi secara dini.
2. Pada waktu kunjungan keluarga binaan pada By. Ny. S
berlangsung normal dan tidak ada komplikasi.
3. Informasi yang di berikan berupa pentingnya pemberian MP
ASI, tujuan dan manfaat serta hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian MP ASI.
5.2 Saran
1. Bagi keluarga binaan
Kepada keluarga yang di bina agar apa yang diberikan
baik dalam bentuk pelayanan maupun penyuluhan agar dapat
diterapkan untuk masa – masa yang akan dating sehingga
keluarga akan lebih mandiri dan bertanggung jawab akan
Kesehatan diri dan keluarga.
2 .Bagi Kader RT 05 RW 01 Kelurahan Kebon Baru
Diharapkan para kader RT lebih memperhatikan dan
mendata terkait Kesehatan dan kesejahteraan warga RT05
sehingga dapat dilakukan tindak lanjut leh pihak-pihak yang
bersangkutan dan dapat meningkatkan kualitas Kesehatan dan
kesejahteraan warga RT 05 RW 01 Kelurahan Kebon Baru.

25
3 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah pengetahuan dan referensi laporan keluarga
binaan terkait asuhan kebidanan komunitas tentang MP ASI di
perpustakaan.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Retna, Eny Ambarwati. Asuhan Kebidanan Komunitas. Cetakan Pertama.


Yogyakarta: Nuha Medika; 2012

2. Yulifah, Rita. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika;


2012

3. Asosiasi Dietisien Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Persatuan


Ahli Gizi Indonesia. Penuntun Diet Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2014

4. Rahmawati, R. Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Kurang Dari 6


Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. 2014

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Kesehatan Ibu dan


Anak, Jakarta: Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International
Cooperation Agency). 2014

6. Mufida, L., Widyaningsih, T. D., & Maligan, J. M.. Prinsip Dasar MPASI
Untuk Bayi Usia 6-24 Bulan. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No
4, hlm.1646-1651, September 2015

7. Runjati. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC; 2013.

8. Nurhasanah, Gambaran Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan


Pendamping Asi Pada Bayi Dan Anak Usia 6-24 Bulan Di Puskesmas
Pauh Tahun 2015, Vol. 10, No. 1, Oktober 2015 Hal. 45. 2015

9. Nurhasanah, Gambaran Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan


Pendamping Asi Pada Bayi Dan Anak Usia 6-24 Bulan Di Puskesmas
Pauh Tahun 2015, Vol. 10, No. 1, Oktober 2015 Hal. 45. 2015

10. Fischa, S A , Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping


ASI Dengan Status Gizi Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Juwiring
Klaten. Naskah Publikasi. 2016

11. Kharie, WH, Menu Sehat Pilihan untuk Bayi, Anak Kita, Jakarta. 2012
27
12. Sulistyoningsih, H. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2013

13. Fitriana, Pengetahuan Dan Praktek Keluarga Sadar Gizi Ibu Balita, Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 4 (4), hal 23-25 2013.

14. Maryunani, Anik. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas


(Pospartum).2013

15. Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2016

28
SATUAN ACARA KEGIATAN
KELUARGA BINAAN DI RT 005 RW 01 KELURAHAN KEBON BARU
KECAMATAN TEBET KONSELING MP-ASI TAHUN 2022

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan


Praktik Manajemen Kebidanan di Komunitas

Oleh:

NAMA : RENNY ANGGRAINI


NPM : 07210400130

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


KEBIDANAN UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
TAHUN 2022
SATUAN ACARA KEGIATAN
KONSELING TENTANG MP-ASI
DI RT 005 RW 001 KELURAHAN KEBON BARU
KEC.TEBET JAKSEL

TEMA : Pemberian MP-ASI


SASARAN : Ibu yang memiliki bayi 9 bulan
MATERI POKOK : Konseling Pemberian MP-ASI
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 Menit
TEMPAT : Rumah Kader RT.005/001
PELAKSANA : Renny Anggraini

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan konseling ibu diharapkan memahami, mengetahui dan
melaksanakan tentang pemberian MP-ASI.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan konseling ibu diharapkan mampu:
a. Menjelaskan kembali pengertian tentang MP-ASI
b. Menjelaskan kembali kekurangan dan kelebihan MP-ASI
c. Menjelaskan kembali jenis-jenis MP-ASI
d. Menjelaskan kembali waktu pemberian MP-ASI
e. Menjelaskan kembali cara mengolah MP-ASI

2. Pelaksanaan
a. Tempat
Rumah Pasien Rt.05/Rw.01 Jaksel
b. Waktu
Sabtu, 23 Juli 2022

1
3. Metode dan Media
Metode : Konseling dan tanya jawab
Media : Job sheet dan leaflet

4. Langkah Kegiatan
Kegiatan penyuluhan Evaluasi pada pasien dan
No Tahap kegiatan
Kesehatan keluarga
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Ibu menjawab salam.
(5 menit) 2. Menyebutkan nama dan 2. Ibu dapat mengenal
asal instansi. petugas kepada pasien.
3. Menjelaskan tujuan. 3. Ibu dapat menjelaskan
4. Mengkaji tingkat tujuan konseling.
pengetahuan pasien dan 4. Ibu menjawab
keluarga tentang pertanyaan tentang MP-
Pemberian MP-ASI ASI yang ibu ketahui

2. Pembahasan 1. Menjelaskan tentang MP- 1. Ibu dapat menjawab


(15 menit) ASI. konseling tentang MP-
2. Memberikan kesempatan ASI
pada pasien untuk 2. Ibu diberikan
menanyakan hal yang kesempatan untuk
kurang dimengerti. menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
3. Penutup 1. Mengevaluasi tujuan 1. Ibu dapat menjelaskan
(10 menit) konseling MP-ASI tentang tujuan konseling
2. Mengucapkan terimakasih MP-ASI, sebagai
atas perhatian yang evaluasi konseling yang
diberikan dan memberikan diberikan, serta bersedia
salam penutup. mencoba menu Leaflet
yang diberikan.
2. Tanya jawab
3. Bidan mengucapkan
terima kasih kepada
keluarga atas
kesempatan yang
diberikan dan salam
penutup.

2
5. Evaluasi
1. Warga sudah diberikan penyuluhan tentang MP-ASI
2. Warga sangat antusias mendengarkan dan bertanya
3. Warga sudah mengerti tentang MP-ASI
6. Materi
a) Pengertian MP-ASI
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman selain ASI yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada
bayi selama periode penyapihan (complementary feeding) yaitu pada saat
makanan/minuman lain diberikan bersama pemberian ASI (WHO)
(Asosiasi Dietisien Indonesia, 2014).
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016), MP-ASI adalah
makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan
kepada anak usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya,
sesuai dengan kemampuan bayi (Mufida, dkk. 2015).

b) Kekurangan dan Kelebihan MP-ASI


3. Kekurangan MP-ASI
f. Proses pembuatan dan penyajian MP-ASI rumahan memerlukan
waktu yang cukup lama, sehingga terkesan repot.
g. MP-ASI rumahan juga sulit dibawa-dibawa dan memerlukan
persiapan khusus jika ingin membawanya.
h. Membuat MP-ASI sendiri dapat meningkatkan kemungkinan
menelan nitrat, karena pada umumnya sayuran dan buah-buahan
mentah mengandung nitrat.
i. Kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah bahan baku yang
kurang baik, mengandung residu pestisida, serta kurang steril
dalam proses penyiapannya.

3
j. Zat gizi dalam MP-ASI yang ibu buat sendiri juga kurang terukur,
sehingga ibu tidak tahu pasti jumlah zat gizi seperti vitamin dan
mineral yang ada dalam makanan yang dimakan buah hati, karena
saat proses pemasakan suhu dan waktu yang digunakan juga tidak
terukur, sehingga menyebabkan hilang atau rusaknya zat gizi
seperti vitamin dan mineral dalam bahan makanan.
4. Kelebihan MP-ASI
c. Membuat sendiri makanan untuk bayi memang sedang populer
dikalangan ibu-ibu masa kini. Dengan memasak sendiri, ibu
merasa puas dan tahu apa saja yang masuk ke dalam mulut buah
hati.
d. Ibu-ibu percaya bahwa MP-ASI buatan sendiri lebih bergizi dan
aman bila dibandingkan dengan MP-ASI instan, karena
penggunaan bahan baku segar serta proses memasak yang dapat
dikontrol dan disesuaikan.

c) Jenis-Jenis MP-ASI
Di dalam masyarakat, terdapat beberapa jenis MP-ASI, yaitu:
4. Makanan saring
Makanan saring, makanan saring adalah makanan yang
dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih
kasar dari makanan lumat halus, contoh : bubur susu, bubur sumsum,
pisang saring/dikerok, pepaya saring, nasi tim saring, dan lain-lain.
5. Makanan lunak
Makanan lunak, makanan lunak adalah makanan yang dimasak
dengan banyak air dan tampak berair, contoh : bubur nasi, bubur ayam,
nasi tim, pure kentang, dan lain-lain.
6. Makanan padat
Makanan padat, makanan padat adalah makanan lunak yang tidak
nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh :

4
lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, dan lain-lain (Proverawati,
2013).

d) Waktu Yang Tepat Memberikan MP-ASI


4. Anak dapat duduk dan menahan kepalanya sendiri dengan tegap.
5. Menunjukkan ketertarikan terhadap makanan. Dan mulai mencoba
meraih makanan.
6. Menunjukkan tanda-tanda lapar atau tidak tenang wa;aupun ibu telah
memberikan ASI secara rutin.
● Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI bayi 9
bulan
1. Di usia 9 bulan mulai bisa memberikan makanan dengan nasi tim.
2. Tekstur bisa dicincang halus atau disaring kasar. Tekstur ini bisa
meningkat menjadi semakin kasar sampai makanan bisa dipegang
atau diambil dengan tangan anak sendiri.
3. Ukuran MP-ASI yakni setengah mangkuk (250 ml) per porsi makan
atau 300 kkal.
4. Gunakan mangkuk khusus yang berukuran 250 ml untuk
memastikan jumlah asupan bayi cukup setiap kali makan.
5. Takaran MP-ASI bayi 9 bulan adalah adalah 7 sendok makan per
hari atau sekitar 3 sendok makan per porsi.
6. Frekuensi pemberian MP-ASI 9 bulan adalah 3-4 kali per hari.
7. Dapat diberikan makanan camilan atau selingan sebanyak 1 sampai 2
kali per hari, tergantung nafsu makan si Kecil.
8. Kenalkan anak dengan variasi makanan baru dan jangan menyerah
bila anak menolak makan. Tawarkan hingga 10 sampai 15 kali untuk
dapat diterima dan dimakan dengan baik oleh si Kecil.
9. Perlu bersabar dan tidak memaksa bayi untuk makan.
10. Batasi pemberian jus karena mengandung gula dalam jumlah
cukup banyak. Berikan buah potong kecil-kecil yang teksturnya
lembut sebagai pengganti jus, misalnya melon, mangga, atau apel.

5
4. Tips mengatasi bayi 9 bulan yang GTM, menurut Kepala Departemen
Ilmu Kesehatan Anak RSCM, Dr.dr.Aryono Hendarto, Sp.A (K):
1. Gunakan nampan besar dan letakkan makanan bayi di atasnya
Cara pemberian MP-ASI ini mungkin akan terkesan kotor dan
berantakan. Perlu tahu bahwa cara ini dapat membantu bayi
menyentuh makanannya sendiri. Selain itu, bayi juga lebih tertarik
dengan makanan padat.
2. Dukung Si Kecil untuk menyentuh makanan
Terus mendukung dan mengajak Si Kecil untuk mulai menyentuh
MP-ASI 9 bulan yang sudah disiapkan. Berikan contoh bahwa
makanan tersebut bisa diambil dan dimakan. Namun, juga tidak
boleh memaksakannya. Bisa mengajaknya bercanda dan jangan
khawatir bila si kecil menggunakan makanan mereka sebagai
mainan. Semakin antusias bayi memegang makanan, maka semakin
besar peluang pemberian MP-ASI akan sukses.
3. Berikan makanan keras untuk meningkatkan sensor
Salah satu makanan keras yang bisa diberikan pada bayi 9 bulan
adalah wortel. Dapat menyajikan wortel setengah matang yang
dikukus. Tekstur wortel akan sedikit keras. Wortel tidak akan
digunakan untuk makan, melainkan untuk membantu merangsang
anak menggigit, mengunyah, dan menggerakkan lidahnya.

5) Cara Mengolah MP-ASI


b. Tekstur MP-ASI 9 bulan
5. Untuk menu MP-ASI 9 bulan, ibu dapat memberikan makanan yang
dicincang halus atau juga disaring kasar. Ini sekaligus membantu
sistem pencernaan dan mulut bayi untuk bekerja lebih baik.
6. Pada usia ini juga disarankan memberikan lebih banyak finger
foods. Hal ini juga untuk membantu koordinasi gerak bayi, juga rasa
ingin tahunya yang tinggi. Di usia ini tidak jarang melihat mereka
memasukan benda apapun ke dalam mulutnya.

6
b. Rasa dalam MP-ASI bayi 9 bulan
7. Banyak orangtua yang bertanya, apakah pada usia ini diperbolehkan
menambah gula dan garam ke dalam menu MP-ASI anak? Menurut
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) hal itu tidak dilarang, hanya
saja perlu diperhatikan takarannya.
8. Untuk mengetahui rasa, orangtua/ibu dapat mencoba menu MP-ASI
sebelum diberikan ke Si Kecil. Jika terasa agak hambar, maka
pemberian gula atau garam sebaiknya hanya diberikan seujung
cubitan jari. Mengenalkan rasa alami pada anak memang sebaiknya
dari bahan makanan yang diberikan.
d. Porsi MP-ASI 9 bulan
1. Selain porsinya lebih banyak dari usia 8 bulan, frekuensi pemberian
MP-ASI juga biasanya meningkat menjadi 3-4 kali dalam sehari.
Bayi membutuhkan 700-900 kalori setiap hari, 400 diantaranya
diperoleh lewat ASI.
2. Untuk porsi yang disarankan sebanyak 125-175 ml, atau mulai 1,2
sampai ¾ mangkuk makan mereka. Sedangkan waktu pemberian
makan, usahakan tidak lebih dari 30 menit.
3. Namun, pada usia ini juga biasanya terjadi mood makan yang
berubah-ubah. Mungkin hari ini Si Kecil mau makan banyak,
besoknya tidak mau dan berubah lagi lusa. Hal ini wajar karena bayi
sedang belajar mengenal rasa dan tekstur makanan.
d. Bahan makanan MP-ASI 9 Bulan
1. Pada dasarnya, semua bahan makanan dapat diberikan dalam menu
MP-ASI usia 9 bulan. Namun biasanya, yang paling sering
memberikan bayam, brokoli, wortel, alpukat, keju, telur, dan aneka
protein hewani dalam menu.
2. Kombinasikan berbagai bahan itu dapat diberikan agar mencukupi
kebutuhan nutrisi mereka. Jika timbul alergi terhadap salah satu
bahan makanan, Mom dapat mencari penggantinya dan berkonsultasi
dengan dokter segera.

7
f. Jadwal MP-ASI 9 bulan
1. Contoh jadwal MP-ASI 9 bulan yang dapat Mom terapkan pada
mereka.
2. Sarapan, berikan sereal dengan telur orak-arik, buah potong atau ASI.
Dapat juga bisa mengenalkan roti yang dicampur dengan susu.
3. Camilan bisa berikan keju yang dipotong dadu, pastikan potongan
tidak besar dan tekstur tidak keras.
4. Makan siang bisa berikan nasi tim, sayur dan daging yang dimasak
matang.
5. Camilan sore bisa berikan potongan buah seperti melon, semangka,
pisang, pepaya atau mangga.
6. Makan malam Si Kecil bisa mencoba nasi tim ayam atau ikan, brokoli
dan wortel kukus dengan pasta atau bubur kentang.
7. Jangan lupa untuk memberikan ASI 2-3 kali di sela-sela pemberian
MP-ASI, biasanya waktu siang dan malam menjelang tidur.
g. Resep MP-ASI 9 bulan
Salah satu resep MP-ASI bayi 9 bulan yang menjadi favorit adalah nasi
tim. Bisa menggunakan aneka bahan seperti jamur, ikan, daging ayam
dan sapi atau hati. Berikut menu dan cara membuatnya.
Bahan:
20 gram beras.
30 gram daging ayam cincang (bisa diganti sesuai selera).
20 gram jamur, diiris kecil.
25 gram tomat, cincang
30 gram tahu, cincang.
5 gram keju, parut.
650 ml air.
Cara Membuat:
4. Rebus besar dengan air bersama daging ayam cincang dan tahu
hingga mengental.

8
5. Masukkan tomat dan jamur, masak hingga sayur matang dan lebih
kental. Masukkan keju parut, aduk, kemudian angkat.
6. Diamkan hingga agak dingin dan nasi tim ayam jamur siap disajikan.

7. Daftar Pustaka/Referensi

1. Runjati. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC; 2013.

2. Nurhasanah, Gambaran Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan


Pendamping Asi Pada Bayi Dan Anak Usia 6-24 Bulan Di Puskesmas
Pauh Tahun 2015, Vol. 10, No. 1, Oktober 2015 Hal. 45. 2015

3. Nurhasanah, Gambaran Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan


Pendamping Asi Pada Bayi Dan Anak Usia 6-24 Bulan Di Puskesmas
Pauh Tahun 2015, Vol. 10, No. 1, Oktober 2015 Hal. 45. 2015

4. Fischa, S A , Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping


ASI Dengan Status Gizi Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Juwiring
Klaten. Naskah Publikasi. 2016

5. Kharie, WH, Menu Sehat Pilihan untuk Bayi, Anak Kita, Jakarta. 2012

6. Sulistyoningsih, H. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:


Graha Ilmu. 2013

9
Leaflet MP-ASI Bayi Usia 9 Bulan

5
Leaflet MP-ASI Bayi Usia 9 Bulan

6
Leaflet MP-ASI Bayi Usia 9 Bulan

7
Leaflet MP-ASI Bayi Usia 9 Bulan

8
KUNJUNGAN ASUHAN KEBIDANAN I

9
KUNJUNGAN ASUHAN KEBIDANAN II

10
KUNJUNGAN ASUHAN KEBIDANAN III

11

Anda mungkin juga menyukai