Kebidanan
Pada Remaja & Perimenopause
Kutipan Pasal 72:
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
(Undang-Undang N0. 19 Tahun 2022)
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 bulan dan / atau denda paling sedikit (1 juta rupiah),
atau pidana paling lama 7 tahun dan / atau denda paling
banyak 5 milyar rupiah.
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pidana dengan pidana
penjara paling lama lima (5 tahun) dan atau denda paling
lama 500.000.000 rupiah.
Editor:
Irma Maya Puspita
Desain Sampul:
Fulatul Anifah
Tata Letak:
Nova Elok Mardliyana
ASUHAN KEBIDANAN
PADA REMAJA DAN PERIMENOPAUSE
Diterbitkan Oleh :
Penerbit Rena Cipta Mandiri
Anggota IKAPI 322/JTI/2021
Kedungkandang, Malang
Web OMP : penerbit.renaciptamandiri.org
Penulis
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah .............................................. 1
B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) ..................... 1
C. Sub-CPMK/Kompetensi Dasar Mata Kuliah ...................... 2
A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kesehatan
reproduksi pada remaja.
B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi kesehatan reproduksi
(remaja)
2. Ketepatan menjelaskan masalah kesehatan reproduksi
remaja
3. Ketepatan menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja
4. Ketepatan menjelaskan pelayanan kesehatan reproduksi
5. Ketepatan menjelaskan pengetahuan dasar yang perlu
diberikan kepada remaja
6. Ketepatan menjelaskan ruang lingkup kesehatan
reproduksi remaja
7. Ketepatan menjelaskan hak-hak kesehatan reproduksi
remaja
C. Materi Pembelajaran
1. Definisi Kesehatan Reproduksi (Remaja)
a. Reproduksi secara sederhana reproduksi berasal
dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau
menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu
proses kehidupan manusia dalam menghasilkan
keturunan demi kelestarian hidup.
D. Evaluasi
A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan pertumbuhan somatik
pada remaja
B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi remaja
2. Ketepatan menjelaskan ciri-ciri pertumbuhan somatik
remaja
3. Ketepatan menjelaskan hormon-hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan somatik
4. Ketepatan menjelaskan pertumbuhan pada remaja
perempuan dan laki-laki
5. Ketepatan menjelaskan perubahan komposisi tubuh pada
masa pubertas
6. Ketepatan menjelaskan pertumbuhan organ-organ
reproduksi pada remaja
C. Materi Pembelajaran
1. Definisi Remaja
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh
adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja
antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering
disebut masa pubertas. Masa pubertas ditandai dengan
terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi
penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi
Pertumbuhan Gigi
Pertumbuhan gigi geraham ketiga (wisdom teeth)
baru tumbuh setelah dewasa dan mengalami kalsifikasi
yang sempurna sampai umur 25 tahun. Sedangkan
waktu erupsi gigi tetap adalah sebagai berikut :
a. Molar pertama 6-7 tahun
b. Incisor 7-9 tahun
c. Premolar 9-11 tahun
d. Kaninus 10-12 tahun
e. Molar kedua 12-16 tahun
f. Molar ketiga 17-25 tahun
Gambar 1.
Pertumbuhan Tinggi Badan Laki-Laki dan Perempuan
Pertumbuhan Otot
Semua otot mengalami masa pertumbuhan pada
masa pubertas. Otot-otot skeletal berperan membentuk
penampilan fisik luar, terutama pada laki-laki. Hormon
androgen berperan sebagai stimulator pada hipertrofi
otot-otot skeletal, seperti halnya pada atlet yang
mengkonsumsi anabolik steroid. Puncak kecepatan
pertumbuhan otot lebih besar pada laki-laki daripada
perempuan mencapai maksimum pada umur sekitar 20
tahun.
Androgen memegang peran utama dalam kekuatan
otot, maka meningkatnya kekuatan otot berhubungan
erat dengan TKS.
D. Evaluasi
A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan gizi pada remaja
B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan peran gizi pada pertumbuhan
remaja
2. Ketepatan menjelaskan indeks massa tubuh
3. Ketepatan menjelaskan kebutuhan nutrisi remaja (diet
yang direkomendasikan)
4. Ketepatan menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan nutrisi remaja
5. Ketepatan menjelaskan masalah nutrisi pada remaja
C. Materi Pembelajaran
1. Peran Gizi pada Pertumbuhan Remaja
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap
transisi antara masa anak-anak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut WHO adalah 12 – 24 tahun. Tingginya
aktivitas fisik dan aktivitas otak ditambah lagi dengan
masa pertumbuhan yang sedang terjadi, harus dibarengi
oleh konsumsi makanan yang cukup. Sering kali, pada
usia remaja terjadi peningkatan nafsu makan yang besar.
Gizi Seimbang pada masa ini akan sangat menentukan
kematangan mereka di masa depan.
D. Evaluasi
A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan masalah kesehatan
reproduksi dan tumbuh kembang remaja.
B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan gangguan menstruasi pada remaja
2. Ketepatan menjelaskan sindroma premenstruasi
3. Ketepatan menjelaskan pubertas terlambat
4. Ketepatan menjelaskan prekok
5. Ketepatan menjelaskan perilaku seksual remaja
6. Ketepatan menjelaskan kehamilan remaja
7. Ketepatan menjelaskan pengaruh NAPZA pada remaja
C. Materi Pembelajaran
1. Gangguan Menstruasi pada Remaja
Menstruasi merupakan perdarahan dari rahim yang
berlangsung secara periodik dan siklik. Hal tersebut
akibat dari pelepasan (deskuamasi) endometrium akibat
hormon ovarium (estrogen dan progesteron) yang
mengalami perubahan kadar pada akhir siklus ovarium,
biasanya dimulai pada hari ke-14 setelah ovulasi.
Menstruasi merupakan suatu proses alamiah yang biasa
dialami perempuan tetapi hal ini akan menjadi masalah
jika terjadi gangguan menstruasi (Anindita, 2016).
Gangguan menstruasi dapat berupa gangguan lama
dan jumlah darah haid, gangguan siklus haid, gangguan
Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode
berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi adalah
jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan
mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada
wanita normalnya berkisar 21-35 hari dan hanya 10-15%
yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama
menstruasi 3-5 hari, ada yang mencapai 7-8 hari (Prayuni,
Imandiri, & Adianti, 2018)
Penyebab Amenorrhea
Amenorrhea dapat disebabkan oleh beragam
kondisi, mulai dari gangguan organ reproduksi
hingga gangguan hormonal. Berikut ini adalah uraian
mengenai kondisi yang dapat menyebabkan
amenorrhea:
1) Gangguan pada organ reproduksi:
Beberapa gangguan atau kelainan pada
organ reproduksi yang bisa menyebabkan tidak
terjadinya menstruasi adalah:
a. Tidak terbentuknya rahim, leher rahim
(serviks), atau vagina
Gejala Amenorrhea
Menstruasi atau haid adalah proses peluruhan
dinding rahim akibat tidak dibuahinya sel telur.
Kondisi yang umumnya terjadi setiap 21–35 hari
sekali ini ditandai dengan keluarnya darah dari
vagina yang berlangsung selama 1–7 hari.
Normalnya, menstruasi mulai terjadi pada
rentang usia 11–14 tahun dan berhenti saat
memasuki masa menopause. Akan tetapi, pada
penderita amenorrhea, siklus menstruasi tidak
terjadi pada rentang waktu tersebut.
2. Sindrom Premenstruasi
Sindrom premenstruasi adalah kumpulan gejala
tidak menyenangkan berupa gejala fisik, emosional dan
psikologis yang terkait dengan siklus menstruasi wanita.
Biasa muncul 7-14 hari sebelum haid. Gejala tersebut
akan menghilang setelah haid muncul beberapa hari
(Nourjah, 2008 dalam Nurmiaty dkk, 2011). Epidemiologi
Sindrom premenstruasi biasanya dialami 63,1% remaja.
Dari 75% yang mengeluhkan gejala sindrom
premenstruasi, 30% diantaranya memerlukan
pengobatan (Nurmiaty dkk, 2011). Gejala sindroma pra
menstruasi Pre Menstruation Syndrome (PMS) meliputi
gejala psikis dan fisik, yaitu:
a. Gejala emosional: hormon estrogen dan
progesterone menurun menjelang menstruasi.
Penurunan hormon ovarium juga mempengaruhi
produksi hormon di otak, sehingga kemungkinan
akan mempengaruhi hormon yang mempengaruhi
mood atau emosi. Gejala emosional meliputi depresi,
mudah marah, sensitif, mudah menangis, cemas,
bingung, gangguan konsentrasi dan insomnia.
b. Wanita merasa tubuhnya bertambah gemuk, hal ini
dikarenakan peningkatan estrogen sehingga
menyebabkan retensi cairan sehingga badan terasa
agak bengkak.
c. Gejala fisik yang dialami seperti nyeri sendi dan otot,
sakit kepala, cepat lelah, perut kembung, nyeri
Telars Prematur
Istilah telars prematur pertama kali digunakan
oleh Wilkins untuk menyatakan payudara tanpa disertai
tanda-tanda seks sekunder lainnya (isolated=tersendiri)
pada anak perempuan berusia kurang dari 8 tahun. Pada
telars prematur perkembangan payudara dapat terjadi
pada salah satu atau kedua payudara. Prevalensi telars
prematur tertinggi terjadi pada umur dua tahun pertama
kehidupan. Antara tahun 1945-1975 di Amerika Utara
dilaporkan 205 kasus telars prematur. Setelah tahun
1971 jumlah kasus yang dilaporkan cenderung menurun,
kemungkinan disebabkan oleh timbulnya pengetahuan
dan kesadaran bahwa kondisi ini secara klinis lazim
dijumpai dan jinak. Rodriguez, melaporkan 482 kasus
telars prematur pada suatu epidemi di Puerto Rico akibat
mengkonsumsi makanan dan minuman berupa daging
ayam, sapi, babi dan susu yang mengandung preparat
estrogen. Pasquino17 dkk, (1990) melaporkan 48 kasus
telars prematur di Minnesota dari tahun 1940 sampai
1984 dengan angka kejadian 21,2/100.000 orang per
tahun. Dari 48 kasus telars prematur tersebut, 29 orang
anak diantaranya berumur kurang dari 2 tahun. Di
Subbagian Endokrinologi Anak dan Remaja FKUI/RSCM
dari tahun 1987-1991 tercatat dari 682 kasus baru
endokrin, ditemukan 53 (7,8%) kasus kasus telars
prematur.
Klasifikasi
Dalam klasifikasi pubertas prekoks oleh Styne3 telars
prematur digolongkan sebagai variasi perkembangan
pubertas. Sedangkan Sizonenko, menggolongkannya
sebagai pubertas prekoks parsial (inkomplet) yang harus
Etiologi
Studi hormonal belum banyak membantu
menentukan etiologi telars prematur. Beberapa penulis
menemukan bukti adanya pengaruh estrogen sedangkan
yang lain tidak menemukannya. Kadar hormon
gonadotropin yang normal maupun meningkat telah
dilaporkan. Estrogen eksogen juga telah dilaporkan
sebagai penyebab timbulnya perkembangan seksual baik
melalui ingesti, absorpsi melalui kulit atau kontak dengan
lingkungan.
Patogenesis
Patogenesis telars prematur masih kontroversial.
Menurut beberapa penulis telars prematur disebabkan
oleh meningkatnya sensitivitas secara abnormal jaringan
mammae (lokal) terhadap peningkatan sekresi estrogen
fisiologis. Pada beberapa anak perempuan hormonal
spurt cukup untuk menginduksi perkembangan kelenjar
payudara parsial dan juga maturasi derajat tertentu sel
epitel vagina.
Bidlingmaier dkk (dikutip dari Ducharme) melaporkan
bahwa telars prematur mungkin disebabkan oleh sedikit
peningkatan estrogen ovarium sebagai respons terhadap
peningkatan kadar gonadotropin transien. Penulis lain
menduga telars prematur disebabkan oleh produksi
estrogen yang berlebihan secara autonom dari folikel
ovarium yang mengalami transformasi kistik dan
luteinisasi pada tahun pertama hingga keempat
kehidupan. Selain itu telars prematur juga diduga dapat
disebabkan oleh peningkatan produksi estrogen dari
prekursor adrenal. Berdasarkan studi fungsi
Perjalanan alamiah
Perjalanan alamiah telars prematur bervariasi dari
regresi, persistent, progresif tanpa disertai gejala lain
hingga pasien memasuki usia pubertas, ataupun
berkembang menjadi pubertas prekoks sentral.
Beberapa studi tentang perjalanan alamiah telars
prematur di luar negeri dan tentang konklusinya masih
bervariasi.
Mills dkk, melaporkan perjalanan alamiah selama 7
tahun 46 kasus telars prematur. Dari 46 kasus telars
prematur didapatkan 57% di antaranya menetap selama
pengamatan 3-5 tahun, sebanyak 11% bersifat progresif
walaupun tanpa disertai gejala lain, dan 32% mengalami
regresi. Suatu studi retrospektif longitudinal lainnya
memperlihatkan sebagian besar telars prematur akan
mengalami regresi dalam jangka waktu 6 bulan hingga 6
tahun setelah diagnosis ditegakkan. Pada 10% kasus,
telars prematur akan menetap hingga memasuki usia
pubertas.
Illicki dkk. (dikutip dari Pucarelli) dalam pengamatan
jangka panjangnya terhadap 68 kasus telars prematur
mendapatkan regresi payudara terjadi pada 44% kasus
dalam jangka waktu hampir 3 tahun dan pubertas
berlangsung normal sesuai usia. Hanya sebagian kecil
telars prematur yang berkembang menjadi pubertas
prekoks sentral.
Pasquino dkk. mengamati 52 pasien telars prematur
selama 10 tahun dan mendapatkan hasil sebagai berikut:
Diagnosis
Tujuan diagnostik telars prematur adalah untuk
membedakannya dengan pubertas prekoks sentral
sedini mungkin karena tata laksananya yang sangat jauh
berbeda. Sebagaimana telah dijelaskan, efek peningkatan
estrogen pada telars prematur bersifat lokal sehingga
pada telars prematur umumnya tidak akan terlihat efek
sistemik estrogen. Secara klinis akan tampak pola
pertumbuhan linear masih normal tanpa adanya
akselerasi, usia tulang masih sesuai dengan usia
kronologis.
Pada pemeriksaan USG pelvis terlihat uterus
berukuran prepubertal (rasio korpus banding serviks
adalah 1:2), sehingga tidak terjadi menstruasi.
Pemeriksaan hormonal pada telars prematur
memperlihatkan pola prepubertal. Kadar estradiol
berada dalam tingkat prepubertal sesuai dengan usia
pasien, namun kadang-kadang sedikit meningkat. Kadar
Tata laksana
Telars prematur merupakan suatu keadaan yang self
limited dan jarang sekali menjadi pubertas prekoks
sentral. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa telars
prematur yang terjadi pada usia kurang dari 3 tahun
mempunyai prognosis yang baik, karena payudara
umumnya akan mengalami regresi spontan, sehingga
disarankan untuk tidak melakukan pemeriksaan dan
pengobatan yang tidak perlu.
Penjelasan terhadap orangtua merupakan kunci,
bertujuan memberikan keyakinan bahwa sebagian besar
telars prematur bersifat jinak dan tidak perlu khawatir
terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak
selanjutnya. Yang lebih penting pada kasus telars
prematur adalah pemantauan sedini mungkin
kemungkinan terjadinya pubertas prekoks sentral yang
dapat dilakukan baik secara klinis, laboratoris, maupun
dengan pemeriksaan penunjang radiologis. Hal ini sangat
penting agar terapi sedini mungkin dapat segera
dilakukan pada pasien telars prematur yang berkembang
menjadi pubertas prekoks sentral.
Walaupun angka kejadian telars prematur yang
berkembang menjadi pubertas prekoks sangat kecil,
namun dampak yang ditimbulkan oleh pubertas prekoks
sentral sangat besar, meliputi aspek fisis, sosial,
psikologis baik pada pasien maupun pada orangtua. Oleh
sebab itu setiap pasien telars prematur perlu diamati
secara berkala dan teratur kemungkinan berkembang
menjadi pubertas prekoks sentral, sehingga deteksi dini
6. Kehamilan Remaja
Batasan Kehamilan Tidak Diinginkan Kehamilan tidak
diinginkan adalah suatu kondisi dimana pasangan tidak
menginginkan kehamilan akibat dari perilaku seksual
yang disengaja maupun tidak disengaja. Definisi lain
menyebutkan kehamilan yang terjadi saat salah satu atau
kedua belah pihak dari pasangan tidak menginginkan
anak sama sekali atau kehamilan yang sebenarnya
diinginkan tapi tidak pada saat itu, dimana kehamilan
terjadi lebih cepat dari yang telah direncanakan (Sanata
dan Sadewo, 2013).
Frekuensi Dan Distribusi Kejadian kehamilan yang
tidak direncanakan berkisar antara 1,6% dan 5,8%,
banyak dialami oleh ibu berpendidikan sampai SMP
(65,5%), ibu yang tidak bekerja (52,3%), dari status
ekonomi kuantil ke 1 dan 2 (60%), berusia di atas 35
tahun. Berdasarkan status demografi, kehamilan tidak
terencana terjadi pada usia perkawinan dengan usia
Aborsi
Aborsi adalah hilangnya atau gugurnya kehamilan
sebelum umur kehamilan 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram yang berakibat kematian janin
(Wiknjosastro, 2002). Definisi aborsi berdasarkan KUHP
adalah:
1. Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang
lengkap tercapai (38-40 minggu).
2. Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan (berat kurang dari 500 gram
atau kurang dari 20 minggu).
D. Evaluasi
A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi dan psikologi
menopause
B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi menopause
2. Ketepatan menjelaskan tahapan menopause
3. Ketepatan menjelaskan pembagian kelompok usia lanjut
4. Ketepatan menjelaskan tanda dan gejala klinis menopause
5. Ketepatan menjelaskan gizi pada masa perimenopause
C. Materi Pembelajaran
1. Definisi Menopause
Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata
men yang berarti bulan dan peuseis yang berarti
‘penghentian sementara’. Sebenarnya, secara linguistik
kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti
‘masa berhentinya menstruasi. Dalam pandangan medis,
menopause didefinisikan sebagai masa penghentian haid
untuk selamanya. Menopause juga bisa diartikan masa
berhentinya menstruasi untuk selamanya biasanya
menopause terjadi pada wanita 45–55 tahun. Diagnosis
menopause dibuat setelah berhenti menstruasi kurang
lebih satu tahun.
Premenopause
a. Fase dimulainya klimakterium.
b. Siklus haid mulai tidak teratur, perdarahan haid
memanjang, jumlah darah haid meningkat, kadang
disertai nyeri haid.
c. Perubahan endokrinologi : fase folikuler memendek,
kadar estrogen meningkat, kadar FSH meningkat,
fase luteal stabil
Perimenopause
a. Fase peralihan antara premenopause dan pasca
menopause.
b. Tanda : siklus haid tidak teratur (>38 hari/<18 hari)
c. 40% siklus anovulatorio
d. Mulai muncul keluhan klimakterium.
e. Bila ovulasi, kadar progesteron menurun, kadar FSH,
LH dan estrogen bervariasi.
Pasca menopause
a. Masa setelah menopause atau senium yang dimulai
setelah 12 bulan amenorea
b. Kadar estradiol sangat rendah 20-30 pg/ml
c. Kadar hormon FSH & LH tinggi
d. Endometrium menjadi atrofi sehingga haid tidak
mungkin terjadi lagi
Gejala Psikologis
a. Selain gejala fisik seperti yang dikemukakan di atas,
terdapat pula gejala psikis yang menonjol pada
wanita menopause seperti mudah tersinggung,
susah tidur, kecemasan, gangguan daya ingat, stress,
depresi, tertekan, gugup dan kesepian. Ada juga
wanita yang kehilangan harga diri karena
menurunnya daya tarik fisik dan seksual, merasa
tidak dibutuhkan.
b. Semua tanda dan gejala di atas mulai datang pada
waktu yang lebih awal yaitu sekitar 3–5 tahun
sebelum menopause atau sebanding dengan usia
40–45 tahun
A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan kanker serviks
B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi kanker serviks
2. Ketepatan menjelaskan faktor resiko kanker serviks
3. Ketepatan menjelaskan tanda dan gejala kanker serviks
4. Ketepatan menjelaskan diagnosis pada kanker serviks
5. Ketepatan menjelaskan kondisi serviks normal dan kanker
serviks
6. Ketepatan menjelaskan teknis deteksi dini kanker serviks
7. Ketepatan menjelaskan pencegahan kanker serviks
C. Materi Pembelajaran
1. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal
dari serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah
uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan
dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
Serviks Normal :
Halus
Berwarna pink/ merah muda
Ostium Uteri :
Nulipara bulat
Multipara slit/cruciate
Wanita postmenopause -
atrophic
D. Evaluasi
A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan skrining dan
pencegahan kanker serviks dengan metode IVA pada
perempuan
B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi pemeriksaan IVA
2. Ketepatan menjelaskan tujuan pemeriksaan IVA
3. Ketepatan menjelaskan keuntungan pemeriksaan IVA
4. Ketepatan menjelaskan syarat pemeriksaan IVA
5. Ketepatan menjelaskan alat-alat pemeriksaan IVA
6. Ketepatan menjelaskan algoritma diagnosis deteksi dini
dan tata laksana (Program Skrining)
7. Ketepatan menjelaskan alur pemeriksaan IVA
8. Ketepatan menjelaskan cara pembuatan asam asetat
pada pemeriksaan IVA
9. Ketepatan menjelaskan cara membaca hasil IVA
C. Materi Pembelajaran
1. Definisi IVA Test
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah
pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan
asam cuka dengan mata telanjang untuk mendeteksi
abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5%.
IVA merupakan salah satu cara melakukan tes kanker
leher rahim yang mempunyai kelebihan yaitu
A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu melakukan skrining dan pencegahan
kanker serviks dengan metode Pap Smear pada perempuan.
B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi pemeriksaan Pap Smear
2. Ketepatan menjelaskan tujuan pemeriksaan Pap Smear
3. Ketepatan menjelaskan keuntungan pemeriksaan Pap
Smear
4. Ketepatan menjelaskan syarat pemeriksaan Pap Smear
5. Ketepatan menjelaskan alat-alat pemeriksaan Pap Smear
6. Ketepatan menjelaskan algoritma diagnosis deteksi dini
dan tata laksana (Program Skrining) Pap Smear
7. Ketepatan menjelaskan waktu pemeriksaan Pap Smear
8. Ketepatan menjelaskan cara membaca hasil Pap Smear
C. Materi Pembelajaran
1. Definisi Pap Smear
a. Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang
dikembangkan oleh Dr. George N. Papanicolaou
untuk penapisan awal dari kanker serviks/ leher
rahim.
b. Pemeriksaan Pap Smear adalah salah satu metode
pemeriksaan skrining kanker serviks yaitu dengan
D. Evaluasi