Anda di halaman 1dari 122

Asuhan

Kebidanan
Pada Remaja & Perimenopause
Kutipan Pasal 72:
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
(Undang-Undang N0. 19 Tahun 2022)
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 bulan dan / atau denda paling sedikit (1 juta rupiah),
atau pidana paling lama 7 tahun dan / atau denda paling
banyak 5 milyar rupiah.
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pidana dengan pidana
penjara paling lama lima (5 tahun) dan atau denda paling
lama 500.000.000 rupiah.

Jangan lupa, di balik setiap karya terdapat hak cipta penulis,


perjuangan keras penerbit dan hukum negara yang
melindunginya. Dengan membeli buku asli, artinya kita
menghargai penulis serta mendukungnya untuk
menciptakan karya selanjutnya.
Asuhan
Kebidanan
Pada Remaja & Perimenopause

Irma Maya Puspita


Fulatul Anifah
Asta Adyani
Annisa’ Wigati Rozifa

Editor:
Irma Maya Puspita

Desain Sampul:
Fulatul Anifah

Tata Letak:
Nova Elok Mardliyana
ASUHAN KEBIDANAN
PADA REMAJA DAN PERIMENOPAUSE

Copyright © Penerbit Rena Cipta Mandiri, 2022


Penulis: Irma Maya Puspita, Fulatul Anifah, Asta Adyani,
Annisa’ Wigati Rozifa; Editor: Irma Maya Puspita; Desain
Sampul: Fulatul Anifah;
Tata Letak: Nova Elok Mardliyana;

Diterbitkan Oleh :
Penerbit Rena Cipta Mandiri
Anggota IKAPI 322/JTI/2021
Kedungkandang, Malang
Web OMP : penerbit.renaciptamandiri.org

Referensi | Non Fiksi | R/D


vii + 110 hlm.; 15,5 x 23 cm
ISBN: 978-623-5431-21-5
Cetakan 1, 2022

Dilarang mereproduksi atau memperbanyak seluruh atau


sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara
apa pun tanpa izin dari penerbit.
© Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2014

All Right Reserved

ii I .... Remaja dan Perimenopause


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Remaja dan Perimenopause. Penulisan Buku Ajar
ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran baik
bagi dosen pengajar maupun mahasiswa.
Dengan adanya Buku Ajar ini penulis berharap dapat
dijadikan referensi dan meningkatkan motivasi serta suasana
akademik di lingkungan kampus.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya yang selalu
memberikan kesempatan pengembangan bagi dosen
dalam melaksanakan tugas tri dharma perguruan tinggi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surabaya yang selalu memberikan
motivasi dan arahan pada penulis.
3. Ketua Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surabaya yang selalu memberi motivasi dan arahan pada
penulis.
4. Dosen Program Studi S1 Kebidanan dan Pendidikan
Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surabaya yang selalu memberikan
inspirasi kepada penulis.
5. Seluruh Mahasiswa Program Studi S1 Kebidanan dan
Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya atas dukungan dan
motivasinya.

iii I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Penulis sangat berharap semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Masukan dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan dimasa
yang akan datang.

Surabaya, November 2022

Penulis

iv I .... Remaja dan Perimenopause


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................ ii


TIM PENYUSUN................................................................................ iii
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................... v

PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah .............................................. 1
B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) ..................... 1
C. Sub-CPMK/Kompetensi Dasar Mata Kuliah ...................... 2

MATERI 1 KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI PADA


REMAJA .............................................................................................. 3
A. Sub-CPMK ................................................................................. 3
B. Indikator Pembelajaran ......................................................... 3
C. Materi Pembelajaran .............................................................. 3
D. Evaluasi...................................................................................... 14

MATERI 2 PERTUMBUHAN SOMATIK PADA REMAJA ............... 17


A. Sub-CPMK ................................................................................. 17
B. Indikator Pembelajaran ......................................................... 17
C. Materi Pembelajaran .............................................................. 17
D. Evaluasi...................................................................................... 29

MATERI 3 GIZI PADA REMAJA........................................................ 31


A. Sub-CPMK ................................................................................. 31
B. Indikator Pembelajaran ......................................................... 31
C. Materi Pembelajaran .............................................................. 31

v I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


D. Evaluasi...................................................................................... 39

MATERI 4 MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN


TUMBUH KEMBANG REMAJA ....................................................... 41
A. Sub-CPMK ................................................................................. 41
B. Indikator Pembelajaran ......................................................... 41
C. Materi Pembelajaran .............................................................. 41
D. Evaluasi...................................................................................... 78

MATERI 5 FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI MENOPAUSE .............. 79


A. Sub-CPMK ................................................................................. 79
B. Indikator Pembelajaran ......................................................... 79
C. Materi Pembelajaran .............................................................. 79
D. Evaluasi...................................................................................... 88

MATERI 6 KANKER SERVIKS........................................................... 89


A. Sub-CPMK ................................................................................. 89
B. Indikator Pembelajaran ......................................................... 89
C. Materi Pembelajaran .............................................................. 89
D. Evaluasi...................................................................................... 96

MATERI 7 SKRINING DAN PENCEGAHAN KANKER SERVIKS


DENGAN METODE IVA PADA PEREMPUAN............................... 97
A. Sub-CPMK ................................................................................. 97
B. Indikator Pembelajaran ......................................................... 97
C. Materi Pembelajaran .............................................................. 97
D. Evaluasi...................................................................................... 104

vi I .... Remaja dan Perimenopause


MATERI 8 SKRINING DAN PENCEGAHAN KANKER SERVIKS
DENGAN METODE PAP SMEAR PADA PEREMPUAN ............... 105
A. Sub-CPMK ................................................................................. 105
B. Indikator Pembelajaran ......................................................... 105
C. Materi Pembelajaran .............................................................. 105
D. Evaluasi...................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 109

vii I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Pendahuluan

A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah


Mata Kuliah Asuhan Kebidanan pada Remaja dan
Perimenopause merupakan mata kuliah pada semester 4,
yang terdiri dari 2 sks, 1 sks teori dan 1 sks praktikum yang
ditempuh dalam 14 kali pertemuan. Buku ini dapat digunakan
sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam memahami
konsep asuhan kebidanan pada remaja dan perimenopause.
Buku ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa
tentang pertumbuhan somatik pada remaja, konsep dasar
kesehatan reproduksi pada remaja, gizi pada remaja,
perkembangan psikososial dan kognitif pada remaja, masalah
kesehatan reproduksi pada remaja, penanganan dan
pencegahan masalah remaja, promosi dan edukasi dalam
bidang kesehatan reproduksi remaja, evidence based terkait
asuhan kebidanan pada remaja, fisiologi dan psikologi
menopause, ketidaknyamanan umum dan masalah pada
masa perimenopause serta penatalaksanaannya, skrining dan
pencegahan kanker pada sistem reproduksi perempuan.

B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)


Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu kebidanan
yang meliputi konsep asuhan kebidanan pada remaja dan
perimenopause secara sistematis dalam menganalisis
masalah dan pemilihan alternatif pemecahan masalah, serta
mengembangkan KIE dan promosi kesehatan yang
berhubungan dengan kesehatan perempuan pada tahap

1 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


perkembangan siklus reproduksinya dengan menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan dan bertanggung jawab atas
pekerjaannya.

C. Sub-CPMK/Kompetensi Dasar Mata Kuliah


1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kesehatan
reproduksi pada remaja (C2, A2)
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pertumbuhan somatik
pada remaja (C2, A3)
3. Mahasiswa mampu menjelaskan gizi pada remaja (C2, A3)
4. Mahasiswa mampu menjelaskan masalah kesehatan
reproduksi dan tumbuh kembang remaja (C2, A3)
5. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi dan psikologi
menopause (C3, A3)
6. Mahasiswa mampu menjelaskan kanker serviks (C3, A3)
7. Mahasiswa mampu melakukan skrining dan pencegahan
kanker serviks dengan metode IVA pada perempuan (C4,
A3)
8. Mahasiswa mampu melakukan skrining dan pencegahan
kanker serviks dengan metode Pap Smear pada
perempuan (C4, A3)

2 I .... Remaja dan Perimenopause


1 Konsep Dasar Kesehatan
Reproduksi pada Remaja

A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kesehatan
reproduksi pada remaja.

B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi kesehatan reproduksi
(remaja)
2. Ketepatan menjelaskan masalah kesehatan reproduksi
remaja
3. Ketepatan menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja
4. Ketepatan menjelaskan pelayanan kesehatan reproduksi
5. Ketepatan menjelaskan pengetahuan dasar yang perlu
diberikan kepada remaja
6. Ketepatan menjelaskan ruang lingkup kesehatan
reproduksi remaja
7. Ketepatan menjelaskan hak-hak kesehatan reproduksi
remaja

C. Materi Pembelajaran
1. Definisi Kesehatan Reproduksi (Remaja)
a. Reproduksi secara sederhana reproduksi berasal
dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau
menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu
proses kehidupan manusia dalam menghasilkan
keturunan demi kelestarian hidup.

3 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


b. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal
yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem
reproduksi.
c. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi
sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses
reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian
sehat disini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga
sehat secara mental serta sosial kultural.
2. Masalah Kesehatan Reproduksi
Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi
perhatian pada beberapa tahun terakhir ini karena
beberapa alasan:
a. Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual
dan kesehatan reproduksi remaja muncul ke
permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi
HIV di dunia terjadi pada remaja. Demikian pula
halnya dengan kejadian IMS yang tertinggi di remaja,
khususnya remaja perempuan, pada kelompok usia
15-29.
b. Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia
di bawah 20 tahun menurun, jumlah kelahiran pada
remaja meningkat karena pendidikan seksual atau
kesehatan reproduksi serta pelayanan yang
dibutuhkan.
c. Bila pengetahuan mengenai KB dan metode
kontrasepsi meningkat pada pasangan usia subur
yang sudah menikah, tidak ada bukti yang
menyatakan hal serupa terjadi pada populasi remaja.
d. Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan
menjadi dasar perilaku yang sehat pada tahapan
selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi
pada program kesehatan reproduksi remaja akan

4 I .... Remaja dan Perimenopause


bermanfaat selama hidupnya.
e. Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini
lebih dari separuh populasi dunia berusia di bawah
25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
remaja
Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
meliputi
a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (kemiskinan,
tingkat pendidikan yang rendah dan pengetahuan
tentang perkembangan seksual dan reproduksi, serta
tempat tinggal di daerah terpencil).
b. Faktor budaya dan lingkungan (praktek tradisional,
kepercayaan banyak anak banyak rejeki).
c. Faktor psikologis (akibat dari keretakan orang tua,
depresi, kehilangan rasa kebebasan).
d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran
reproduksi pasca penyakit menular seksual).
4. Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Pelayanan kesehatan reproduksi yang
direkomendasikan adalah:
a. Konseling, informasi dan pelayanan Keluarga
Berencana (KB)
b. Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk:
pelayanan aborsi yang aman, pelayanan bayi baru
lahir/ neonatal)
c. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan
penyakit menular seksual (PMS), termasuk
pencegahan kemandulan
d. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi
remaja (KRR)
e. Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai
kesehatan reproduksi

5 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


5. Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja
a. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat
reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja)
b. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin
serta bagaimana merencanakan kehamilan agar
sesuai dengan keinginannya dan pasangannya
c. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta
dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi
d. Bahaya penggunaan obat obatan/narkoba pada
kesehatan reproduksi
e. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku
seksual
f. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
g. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
termasuk memperkuat kepercayaan diri agar
mampu menangkal hal-hal yang bersifat negative
h. Hak-hak reproduksi
6. Ruang lingkup kesehatan reproduksi
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
b. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran
reproduksi termasuk PMS-HIV/AIDS,
c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi,
d. Kesehatan reproduksi remaja,
e. Pencegahan dan penanganan infertile,
f. Kanker pada usia lanjut,
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya
kanker servik, mutilasi genital, fistula, dan lain-lain.

Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial


dan Komprehensif
Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di
Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan Reproduksi
mencakup 5 (lima) komponen atau program terkait, yaitu
Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program Keluarga

6 I .... Remaja dan Perimenopause


Berencana, Program Kesehatan Reproduksi Remaja,
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan Program
Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut. Pelaksanaan
Kesehatan Reproduksi dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle
approach) agar diperoleh sasaran yang pasti dan
pelayanan yang jelas berdasarkan kepentingan sasaran
atau klien dengan memperhatikan hak reproduksi
mereka. Saat ini, kesehatan reproduksi di Indonesia yang
diprioritaskan baru mencakup empat komponen atau
program, yaitu: Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir,
Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja,
serta Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS.
Pelayanan yang mencakup 4 komponen atau
program tersebut disebut Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah dengan
pelayanan Kesehatan Reproduksi untuk Usia Lanjut,
maka pelayanan yang diberikan akan mencakup seluruh
komponen Kesehatan Reproduksi, yang disebut
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK).
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial
(PKRE) bertumpu pada pelayanan dari masing-masing
program terkait yang sudah ada di tingkat pelayanan
kesehatan dasar. Ini berarti bahwa Paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial bukan suatu program
pelayanan yang baru maupun berdiri sendiri, namun
berupa keterpaduan berbagai pelayanan dari program
yang terkait, dengan tujuan agar sasaran atau klien
memperoleh semua pelayanan secara terpadu dan
berkualitas, termasuk dalam aspek komunikasi, informasi
dan edukasi.

7 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Ruang Lingkup Program Kesehatan Reproduksi Remaja:
Secara garis besar ruang lingkup program KRR meliputi:
a. Perkembangan seksualitas dan resiko (termasuk
pubertas, anatomi dan fisiologi organ reproduksi dan
kehamilan tidak diinginkan) dan penundaan usia
kawin,
b. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan
AIDS,
c. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika,
Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya),
d. Masalah-masalah remaja yang terkait dengan
dampak dari resiko TRIAD KRR seperti: kenakalan
remaja, perkelahian antar remaja dan lain-lain.
7. Hak-hak kesehatan reproduksi remaja
Berdasarkan hasil Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan, disepakati hal-hal
reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan
bagi individu secara utuh, baik kesehatan rohani dan
jasmani, meliputi:
a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan
reproduksi
b. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan
kesehatan reproduksi
c. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan
reproduksi
d. Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan
f. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan
dengan kehidupan reproduksinya
g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan
buruk termasuk perlindungan dari pelecehan,
perkosaan, kekerasan, penyiksaan seksual

8 I .... Remaja dan Perimenopause


h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi
i. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
k. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi
dalam berkeluarga dan kehidupan kesehatan
reproduksi
l. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi
dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi.

Di bawah ini keadaan dan masalah beberapa komponen


kesehatan reproduksi yang dapat memberikan gambaran
umum tentang keadaan kesehatan reproduksi yaitu sebagai
berikut:
1. Komponen kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas
merupakan kurun kehidupan wanita yang paling tinggi
risikonya karena dapat membawa kematian, dan makna
kematian seorang ibu bukan hanya satu anggota
keluarga tetapi hilangnya kehidupan sebuah keluarga.
Dalam rangka mengurangi terjadinya kematian ibu
karena kehamilan dan persalinan, harus dilakukan
pemantauan sejak dini agar dapat mengambil tindakan
yang cepat dan tepat sebelum berlanjut pada keadaan
kebidanan darurat. Upaya intervensi yang dilakukan
dapat berupa pelayanan antenatal, pelayanan persalinan
atau partus dan pelayanan postnatal atau masa nifas.
Informasi yang akurat perlu diberikan atas ketidaktahuan
bahwa hubungan seks yang dilakukan, akan
mengakibatkan kehamilan, dan bahwa tanpa
menggunakan kontrasepsi kehamilan yang tidak

9 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


diinginkan bisa terjadi. Dengan demikian tidak perlu
dilakukan pengguguran yang dapat mengancam jiwa.
Masalah kematian ibu merupakan masalah kompleks
yang diwarnai oleh derajat kesehatan, termasuk status
kesehatan reproduksi dan status gizi ibu sebelum dan
selama kehamilan. Sekitar 60% ibu hamil dalam keadaan
yang mempunyai satu atau lebih keadaan “4 terlalu”
(terlalu muda, kurang dari 20 tahun; tua, lebih dari 35
tahun; sering, jarak antar-anak kurang dari 2 tahun;
banyak, lebih dari 3 anak). Prevalensi infeksi saluran
reproduksi diperkirakan juga cukup tinggi karena
rendahnya hygiene perorangan dan paparan penyakit
menular seksual (PMS) yang meningkat. Kejadian
kematian ibu juga berkaitan erat dengan masalah sosial-
budaya, ekonomi, tradisi dan kepercayaan masyarakat.
Hal ini pada akhirnya menjadi latar belakang kematian
ibu yang mengalami komplikasi obstetri, yaitu dalam
bentuk “3 terlambat”, diantaranya:
a. terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil
keputusan di tingkat keluarga;
b. terlambat mencapai tempat pelayanan kesehatan;
c. terlambat mendapat penanganan medis yang
memadai di tempat pelayanan kesehatan.
Permasalahan kesehatan ibu tersebut merupakan
refleksi dari masalah yang berkaitan dengan kesehatan
bayi baru lahir. Angka kematian bayi (AKB) kematian pada
masa perinatal/neonatal pada umumnya berkaitan
dengan kesehatan ibu selama hamil, kesehatan janin
selama di dalam kandungan dan proses pertolongan
persalinan yang diterima ibu atau bayi, yaitu asfiksia,
hipotermia karena prematuritas/BBLR, trauma persalinan
dan tetanus neonatorum.

10 I .... Remaja dan Perimenopause


2. Komponen Keluarga Berencana
Promosi keluarga berencana (KB) dapat ditujukan
pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu sekaligus
kesejahteraan keluarga. Calon suami-istri agar
merencanakan hidup berkeluarga atas dasar cinta kasih,
serta pertimbangan rasional tentang masa depan yang
baik bagi kehidupan suami istri dan anak-anak mereka
serta masyarakat. Keluarga berencana bukan hanya
sebagai upaya atau strategi kependudukan dalam
menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan
daya dukung lingkungan tetapi juga merupakan strategi
bidang kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan
ibu melalui pengaturan jarak dan jumlah kelahiran.
Pelayanan yang berkualitas juga perlu ditingkatkan
dengan lebih memperhatikan pandangan klien atau
pengguna pelayanan. Komponen Pencegahan dan
Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) (termasuk
Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS).
Jenis infeksi saluran reproduksi (ISR) dibagi menjadi 3
kategori yaitu:
a. Penyakit Menular Seksual (PMS) meliputi infeksi
klamidia, gonorrhea, trikomoniasis, sifilis, ulkus mole,
herpes kelamin, dan infeksi human
immunodeficiency virus (HIV);
b. Infeksi endogen karena pertumbuhan berlebihan
kuman yang biasanya ada di saluran reproduksi
wanita normal, seperti vaginosis bacterial dan
kandidiasis vulvovaginal;
c. Infeksi iatrogenik, yaitu infeksi yang terjadi karena
dilakukannya tindakan medis.
Upaya pencegahan dan penanggulangan ISR di
tingkat pelayanan dasar masih jauh dari yang diharapkan.
Upaya tersebut baru dilaksanakan secara terbatas di
beberapa provinsi, berupa upaya pencegahan dan

11 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


penanggulangan PMS dengan pendekatan sindrom
melalui pelayanan KIA/KB. Hambatan sosial-budaya
sering mengakibatkan ketidaktuntasan dalam
pengobatannya, sehingga menimbulkan komplikasi ISR
yang serius seperti kemandulan, keguguran, dan
kecacatan pada janin. Pencegahan dan penanganan
infeksi ditujukan pada penyakit dan gangguan yang
berdampak pada saluran reproduksi. Baik yang
disebabkan penyakit infeksi yang non PMS, seperti
tuberculosis, malaria, filariasis, dan lain sebagainya,
maupun penyakit infeksi yang tergolong penyakit
menular seksual (PMS), seperti gonorrhoea, sifilis, herpes
genital, chlamydia, dan sebagainya, ataupun kondisi
infeksi yang berakibat infeksi rongga panggul (pelvic
inflammatory diseases/ PID) seperti alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR), yang dapat berakibat seumur hidup pada
wanita maupun pria, misalnya kemandulan serta akan
menurunkan kualitas hidupnya. Salah satu yang juga
sangat mendesak saat ini adalah upaya pencegahan PMS
yang fatal yaitu infeksi virus Human Immunodeficiency
Virus (HIV).
3. Komponen kesehatan reproduksi remaja
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan
reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja, yang
ditandai dengan terjadi peralihan dari masa anak menjadi
dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan
fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini
ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder
dan berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan
remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses
reproduksi tetapi belum dapat
mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi
tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling, serta
pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi

12 I .... Remaja dan Perimenopause


masalah kesehatan reproduksi remaja ini.
Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada
remaja dapat dikelompokkan sebagai menjadi:
a. kehamilan tidak dikehendaki, yang seringkali
menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan
komplikasinya;
b. kehamilan dan persalinan usia muda yang
menambah risiko kesakitan dan kematian ibu;
c. Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS.
Masalah kesehatan reproduksi remaja selain
berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh
terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi
serta kesejahteraan sosial dalam jangka panjang.
Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya
berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga
terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada
akhirnya.
4. Komponen usia lanjut
Masalah kesehatan usia lanjut semakin meningkat
bersamaan dengan bertambahnya persentase penduduk
usia lanjut. Masalah prioritas pada kelompok ini antara
lain meliputi gangguan pada masa menopause,
osteoporosis, kanker prostat, dan penyakit
kardiovaskular serta penyakit degeneratif, yang dapat
berpengaruh terhadap organ reproduksi. Di samping itu,
kekurangan gizi dan gangguan otot serta sendi sering
memperburuk keadaan tersebut. Melengkapi siklus
kehidupan keluarga, komponen ini akan mempromosikan
peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat
menjelang dan setelah akhir kurun usia reproduksi
(menopause/ andropause). Upaya pencegahan dapat
dilakukan melalui skrining keganasan organ reproduksi
misalnya kanker rahim pada wanita, kanker prostat pada

13 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


pria serta pencegahan defisiensi hormonal dan akibatnya
seperti kerapuhan tulang dan lain-lain.

D. Evaluasi

Puskesmas X terletak di kota besar, memiliki cakupan


wilayah yang luas dengan penduduk yang padat. 30%
penduduknya adalah remaja, 20%nya adalah lansia. Sisanya
bayi/balita, anak dan dewasa. Program puskesmas yang
paling berkembang adalah kesehatan ibu dan anak, KB,
kesehatan remaja dan lansia. Sasaran program tersebut
berdasarkan Kriteria WHO. Puskesmas tersebut hanya
membina 3 SMU/ sederajat dan 1 SLTP/sederajat di wilayah
kerjanya dengan berbagai masalah kesehatan yang telah
ditangani. Langkah awal Puskesmas X adalah memberikan
pendidikan seks di sekolah-sekolah secara bertahap yaitu
berupa pengenalan untuk siswa SMP dan materi lanjut untuk
SMA.
1. Pelayanan kesehatan reproduksi Puskesmas A termasuk
jenis pelayanan:
a. Pelayanan kesehatan reproduksi esensial
b. Pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif
c. Pelayanan kesehatan reproduksi paripurna
d. Pelayanan kesehatan reproduksi dasar
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkelanjutan
2. Dasar pertimbangan dan strategi diangkatnya program
kesehatan reproduksi remaja di Puskesmas A adalah…
a. Kehamilan dapat terjadi jika melakukan hubungan
seksual tanpa alat kontrasepsi
b. Untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga
c. Pencegahan dan penanganan infeksi seksual
reproduksi
d. Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan
reproduksi remaja

14 I .... Remaja dan Perimenopause


e. Untuk meningkatkan kualitas hidup hingga usia
lanjut
3. Sasaran sekunder program KRR Puskesmas A adalah…
a. Kelompok remaja berusia 10 – 19 tahun di sekolah
maupun di luar sekolah
b. Orang tua, keluarga yang mempunyai anak remaja
c. Petugas kesehatan di sekolah yang ditunjuk
Puskesmas
d. Petugas lintas sektoral dan LSM terkait kegiatan
reproduksi remaja
e. Organisasi masyarakat yang sukarela bergerak di
bidang remaja
4. Fenomena kesehatan remaja yang timbul pada program
KRR di Puskesmas A adalah…
a. Remaja aktif seksual yang telah mencapai
kematangan mental dan sosial
b. Risiko berganti-ganti pasangan seksual
c. Kondisi remaja sesuai dengan usia reproduksi sehat
d. Mudah terinfeksi penyakit
e. Percobaan pengguguran kandungan pada tenaga
medis

15 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


16 I .... Remaja dan Perimenopause
2 Pertumbuhan Somatik
pada Remaja

A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan pertumbuhan somatik
pada remaja

B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi remaja
2. Ketepatan menjelaskan ciri-ciri pertumbuhan somatik
remaja
3. Ketepatan menjelaskan hormon-hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan somatik
4. Ketepatan menjelaskan pertumbuhan pada remaja
perempuan dan laki-laki
5. Ketepatan menjelaskan perubahan komposisi tubuh pada
masa pubertas
6. Ketepatan menjelaskan pertumbuhan organ-organ
reproduksi pada remaja

C. Materi Pembelajaran
1. Definisi Remaja
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh
adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja
antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering
disebut masa pubertas. Masa pubertas ditandai dengan
terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi
penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi

17 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ
seksual).
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan
dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt),
timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
terjadi perubahan-perubahan psikologis serta kognitif.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja,
sebagai berikut:
a. Menurut World Health Organization (WHO) remaja
adalah jika anak berusia 12 sampai 24 tahun.
b. Usia remaja menurut UU perlindungan anak no. 23
tahun 2002 adalah 10–18 tahun.
c. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya
mendefinisikan remaja adalah bila seorang anak
telah mencapai umur 10–18 tahun (untuk anak
perempuan) dan 12–20 tahun (untuk anak laki-laki).
d. Menurut UU no. 4 tahun 1979 mengenai
kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang
belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
e. Menurut UU Perburuhan, anak dianggap remaja
apabila telah mencapai umur 16–18 tahun atau
sudah menikah dan mempunyai tempat untuk
tinggal.
f. Menurut UU Perkawinan no. 1 tahun 1974, anak
dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk
menikah, yaitu umur 16 tahun (untuk anak
perempuan) dan 19 tahun (untuk anak laki-laki).
g. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak
sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat
lulus Sekolah Menengah.
2. Ciri-ciri Pertumbuhan Somatik Remaja
Pada masa pra remaja pertumbuhan lebih cepat
daripada masa prasekolah, keterampilan dan intelektual

18 I .... Remaja dan Perimenopause


makin berkembang, senang bermain berkelompok
dengan teman berjenis kelamin sama. Anak perempuan
2 tahun lebih cepat memasuki masa remaja
dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini terjadi
pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan yang disebut
sebagai pacu tumbuh adolesent, terjadi pertumbuhan
yang pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda
seks sekunder.
a. Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis
pubertas
Sistem regulasi hormon di hipotalamus, pituitari,
kelamin (gonad) dan kelenjar adrenal akan
menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif
pada masa pra pubertas sampai dewasa. Keadaan
ini mengakibatkan pertumbuhan tinggi dan berat
badan yang cepat; perubahan komposisi tubuh dan
jaringan; timbulnya tanda-tanda seks primer dan
sekunder, dan hasilnya adalah boy into a man, dan
girl into a woman.
b. Perubahan somatik sangat bervariasi tergantung
masing-masing individu
Tanner mengatakan bahwa seseorang dapat
membuat generalisasi dari masa pubertas
dikarenakan variasi tersebut.
c. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat
timbulnya perubahan-perubahan selama pubertas
tetapi setiap remaja mengikuti siklus urutan yang
sama dalam pertumbuhan somatiknya.
d. Timbulnya ciri - ciri seks sekunder merupakan
manifestasi somatik dari aktivitas gonad dan dibagi
dalam beberapa tahap yang berurutan yang oleh
Tanner disebut sebagai “sexual maturity rating” atau
Tingkat Kematangan Seksual (TKS)

19 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


e. Pertumbuhan somatik pada remaja, mengalami
perubahan dalam ukuran dan umur mulainya
remaja, hal ini dikarenakan adanya perbaikan gizi
dan lingkungan.

Ciri Pasti Pertumbuhan Somatik


1) Peningkatan massa tulang
2) Peningkatan massa otot
3) Peningkatan massa lemak
4) Kenaikan berat badan
5) Perubahan biokimia baik pada laki-laki maupun
perempuan

Terdapat kekhususan (sex specific), seperti:


a. Pertumbuhan payudara pada remaja perempuan
b. Pertumbuhan rambu pada kumis dan jenggot pada
remaja laki-laki

Kecepatan Pertumbuhan (Growth Tempo)


a. Remaja tumbuh pada kecepatan yang bervariasi
sehingga terjadi variasi ukuran dan bentuk yang
pada masa sebelumnya (masa anak) masih belum
tampak.
b. Remaja yang tumbuh dengan kecepatan lebih pesat
akan tumbuh lebih tinggi daripada remaja yang
tumbuh dengan kecepatan yang lambat.
c. Faktor genetik berperan lebih dari 50% dari semua
faktor.

Pertumbuhan Tinggi Badan, Tulang, dan Gigi :


a. Tumbuh bertambah besar (growing up) adalah ciri
khas yang tampak mencolok pada pubertas. Segera
sebelum pubertas, kecepatan pertumbuhan
tinggi badan (height velocity) menurun; kemudian

20 I .... Remaja dan Perimenopause


selama pubertas terjadi akselerasi secara mendadak
yang disebut pacu tumbuh (height spurt).
b. Pada kurva kecepatan tinggi badan tampak kurva
naik (akselerasi) yang berlangsung sekitar 2 tahun
mencapai puncaknya, kemudian menurun
(deselerasi) yang berlangsung sekitar 3 tahun.
c. Anak yang tinggi cenderung tumbuh menjadi dewasa
yang tinggi dan anak yang pendek cenderung
tumbuh menjadi dewasa pendek.

Pertumbuhan Gigi
Pertumbuhan gigi geraham ketiga (wisdom teeth)
baru tumbuh setelah dewasa dan mengalami kalsifikasi
yang sempurna sampai umur 25 tahun. Sedangkan
waktu erupsi gigi tetap adalah sebagai berikut :
a. Molar pertama 6-7 tahun
b. Incisor 7-9 tahun
c. Premolar 9-11 tahun
d. Kaninus 10-12 tahun
e. Molar kedua 12-16 tahun
f. Molar ketiga 17-25 tahun

3. Hormon-Hormon yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Somatik
Pertumbuhan melibatkan interaksi antara endokrin
dan sistem tulang. Banyak hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan, termasuk hormon pertumbuhan (GH),
tiroksin, insulin, dan kortikosteroid. Sedangkan maturasi
tulang dipengaruhi oleh hormon tiroid, androgen,
adrenal, dan seks steroid, terutama estrogen. Kelebihan
hormon-hormon ini maturasi cepat, jika defisiensi �
pubertas terlambat.

21 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Pertumbuhan merupakan interaksi antara sistem
endokrin dan sistem tulang. Sistem endokrin atau
hormon yang berperan dalam pertumbuhan antara lain:
a. Growth hormone (GH) atau somatotropin,
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dengan
mengendalikan pertumbuhan tulang, otot dan organ.
Hormon ini memberikan stimulasi lebih lanjut
terhadap sel untuk berkembang biak.
b. Tiroksin, mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
dengan mengontrol metabolisme dalam tubuh.
c. Insulin, mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
dengan menyebabkan sel otot dan adiposit
menyerap glukosa dari sirkulasi darah melalui
transporter glukosa.
d. Kortikosteroid, mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan melalui perubahan lintasan
metabolisme karbohidrat, protein dan lipid, serta
modulasi keseimbangan antara air dan cairan
elektrolit tubuh; serta berdampak pada seluruh
sistem tubuh seperti sistem kardiovaskular,
muskuloskeletal, saraf, kekebalan, dan fetal termasuk
mempengaruhi perkembangan dan kematangan
paru pada masa janin.
e. Leptin, mempengaruhi komposisi tubuh dengan
mengatur berat tubuh, fungsi metabolisme dan
reproduksi.
f. Paratiroid, mempengaruhi mineralisasi tulang
melalui peningkatan resorpsi kalsium dari tulang,
peningkatan reabsorbsi kalsium di ginjal,
peningkatan absorbsi kalsium di saluran cerna oleh
vitamin D.
g. 1,25-dihydroxy-vitamin D, mempengaruhi
mineralisasi tulang, pro diferensiasi terhadap
berbagai jenis sel tubuh.

22 I .... Remaja dan Perimenopause


h. Kalsitonin, mempengaruhi mineralisasi tulang
dengan menghambat resorpsi tulang.

4. Pertumbuhan pada Remaja Perempuan dan Laki-Laki


Pertumbuhan pada Remaja Perempuan:
Sebelum mulai pacu tumbuh, remaja perempuan
tumbuh dengan kecepatan 5,5 cm/tahun (4-7,5 cm).
Sekitar 2 tahun setelah mulainya pacu tumbuh (umur 9
tahun), remaja perempuan mencapai PHV-nya dengan
kecepatan sekitar 8 cm/ tahun (6-10,5 cm).
Kecepatan maksimal dicapai 6-12 bulan sebelum
menarche dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa
bulan. Kemudian kecepatan pertumbuhan linier
mengalami deselerasi untuk 2 tahun berikutnya atau
lebih.
Gambaran yang paling dini dan terpenting dari
pertumbuhan tulang pada remaja perempuan adalah
pertumbuhan pada lebar panggul selama pubertas.
Pertumbuhan remaja perempuan lebih kecil pada
berbagai dimensi tubuhnya, maka lebar panggul tampak
tidak proporsional (tampak lebih besar) dari pada remaja
laki-laki.
Pertumbuhan pada Remaja Laki-Laki:
Bahu yang lebih lebar, pinggul yang lebih sempit, kaki
yang lebih panjang, dan relatif lebih panjang pada
ekstremitas atas, adalah dimorfisme yang khas pada
remaja laki-laki. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh
hormon androgen.
Sebelum mulai pacu tumbuh, kecepatan
pertumbuhan linier remaja laki-laki sekitar 5 cm/tahun
(3,5-6,5 cm). Pertumbuhan ini berlangsung terus sampai
sekitar 2 tahun, dimana pada saat itu remaja perempuan
telah mengalami pacu tumbuh.

23 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Saat pertumbuhan remaja perempuan mengalami
deselerasi, justru remaja laki-laki mulai terjadi akselerasi
pertumbuhan, mencapai PHV lebih dari 9 cm/th (7-12
cm/th).
Perbedaan tinggi badan akhir remaja laki-laki dan
perempuan sekitar 12-13 cm, disebabkan oleh 2 hal,
yaitu :
a. Remaja laki-laki terlambat 2 th dalam mencapai pacu
tumbuh, maka terdapat penundaan 2 th penutupan
tulang (epifisis), sehingga remaja laki-laki
mengalami masa pra pubertas lebih lama 2 th
dibandingkan perempuan. Akibatnya, mereka hampir
10 cm lebih tinggi pada saat awal pacu tumbuh.
b. Selama pacu tumbuh, remaja laki-laki memiliki PHV
lebih besar daripada remaja perempuan.

Gambar 1.
Pertumbuhan Tinggi Badan Laki-Laki dan Perempuan

Pertumbuhan Berat Badan


Pada masa pra sekolah, kenaikan berat badan rata-
rata 2 kg/th. Kemudian pertumbuhan mulai berakhir dan
dimulai pacu tumbuh pra adolesen dengan rata-rata
kenaikan BB 3-3,5 kg/th � pacu tumbuh adolesen.
Dibandingkan dengan anak laki-laki, pacu tumbuh anak
perempuan dimulai lebih cepat yaitu sekitar umur 8

24 I .... Remaja dan Perimenopause


tahun, sedangkan anak laki-laki baru pada umur sekitar
umur 10 tahun. Tetapi pertumbuhan anak perempuan
lebih cepat berhenti daripada anak laki-laki. Anak
perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi,
sedangkan pada anak laki-laki berhenti tumbuh pada
umur 20 tahun.

Pertumbuhan Otot
Semua otot mengalami masa pertumbuhan pada
masa pubertas. Otot-otot skeletal berperan membentuk
penampilan fisik luar, terutama pada laki-laki. Hormon
androgen berperan sebagai stimulator pada hipertrofi
otot-otot skeletal, seperti halnya pada atlet yang
mengkonsumsi anabolik steroid. Puncak kecepatan
pertumbuhan otot lebih besar pada laki-laki daripada
perempuan mencapai maksimum pada umur sekitar 20
tahun.
Androgen memegang peran utama dalam kekuatan
otot, maka meningkatnya kekuatan otot berhubungan
erat dengan TKS.

Pertumbuhan Jantung, Paru dan Viscera


Percepatan pertumbuhan jantung laki-laki dan
perempuan sama. Puncak kecepatan pertumbuhan
jantung terjadi bersamaan dengan PHV. Paru-paru
bertambah besar dan panjang selama masa pubertas.
Puncak kecepatan pertumbuhan diameter paru terjadi
bersamaan dengan PHV, tetapi penambahan panjang
paru-paru terjadi pada 6 bulan kemudian. Pertumbuhan
paru-paru pada laki-laki dan perempuan sama.
Organ-organ viscera abdominal termasuk hati dan
ginjal mengalami percepatan pertumbuhan sejalan
dengan pertumbuhan somatik pada umumnya.
Pertumbuhan organ-organ di dalam tubuh sesuai

25 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


dengan tubuh seseorang dan pada perempuan
mempunyai organ yang lebih kecil dari pada laki-laki.
Pertumbuhan pada organ seperti hati, pankreas, adrenal,
ovarium dan testis masih tumbuh untuk beberapa lama
setelah pertumbuhan tulang berhenti.

Pertumbuhan Jaringan Lemak


Remaja laki-laki terjadi kehilangan lemak terutama
anggota gerak selama masa pacu tinggi badan,
sedangkan pada remaja perempuan terjadi perubahan
yang kontinu selama masa pubertas. Pertumbuhan
jaringan lemak melambat sampai anak berumur 6 tahun.
Jaringan lemak akan bertambah lagi pada anak
perempuan umur 8 tahun dan pada anak laki-laki umur
10 tahun sampai menjelang awal pubertas. Setelah itu
pertambahan jaringan lemak pada laki-laki berkurang,
sedangkan pada perempuan terus bertambah dan
mengalami reorganisasi hingga dicapai bentuk tubuh
perempuan dewasa.

5. Pertumbuhan Organ-Organ Reproduksi pada Remaja


Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh
perubahan sistem hormonal tubuh yang terjadi selama
proses pubertas. Perubahan hormonal akan
menyebabkan terjadinya:
a. Pertumbuhan rambut pubis dan menarche pada
anak perempuan.
b. Pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan
rambut di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta
terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh,
meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, dan
timbulnya jerawat.

26 I .... Remaja dan Perimenopause


Organ-organ reproduksi mengikuti pola genital,
dimana pertumbuhannya lambat pada masa anak-anak,
kemudian pesat pada masa pubertas.
Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan:
a. Meningkatnya volume testis, ukuran testis menjadi
lebih dari 3 ml, pengukuran testis dilakukan dengan
memakai alat yang disebut Orkidometer Prader.
Pembesaran testis umumnya terjadi pada usia 9
tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran penis.
b. Pembesaran penis terjadi secara bersamaan dengan
pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai pada
usia 16-17 tahun.
c. Perubahan suara terjadi karena bertambah
panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring
dan pengaruh testosteron terhadap pita suara.
Perubahan suara terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan
pubertas.
d. Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-
17 tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan
tinggi badan.
Pada anak perempuan awal pubertas ditandai dengan:
a. Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh
timbulnya breast budding atau tunas payudara pada
usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap
payudara berkembang menjadi payudara dewasa
pada usia 13-14 tahun.
b. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun
dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14
tahun.
c. Menarche terjadi dua tahun setelah mulainya
pubertas, menarche terjadi pada fase akhir
perkembangan pubertas yaitu sekitar 10,5-15,5
tahun.

27 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Tabel Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual pada Anak
Perempuan (Menurut Tanner JM)
Stadium
Rambut Pubis Payudara
TKS
1 Pra Pubertas Pra pubertas
2 Jarang, pigmen sedikit, Payudara dan papilla
lurus, sekitar labia menonjol, diameter
areola bertambah
3 Lebih hitam, mulai ikal, Payudara dan areola
jumlah bertambah membesar batas
tidak jelas
4 Keriting, kasar, lebat, lebih Areola dan papilla
sedikit membentuk bukit
kedua
5 Bentuk segitiga, Bentuk dewasa,
menyebar ke bagian papilla menonjol,
medial paha areola merupakan
bagian dari bentuk
payudara

Tingkat Kematangan Seksual (TKS) pada Anak Laki-Laki


(Menurut Tanner JM)
Stadium
Rambut Pubis Penis Testis
TKS

1 Belum ada Pra pubertas Pra pubertas

2 Jarang, panjang, Membesar Skrotum


sedikit sedikit membesar,
berpigmen berwarna
merah muda
3 Lebih gelap, mulai Lebih Lebih besar
keriting, jumlah panjang
sedikit menyebar
4 Tipe dan distribusi Lebih besar, Lebih besar,
seperti dewasa, glans penis skrotum
kasar, keriting, membesar hitam

28 I .... Remaja dan Perimenopause


jumlah lebih sedikit

5 Tipe dewasa, Bentuk Bentuk


menyebar ke dewasa dewasa
bagian medial paha

D. Evaluasi

1. Pada anak perempuan awal pubertas ditandai dengan


apa? Sebutkan !
2. Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan apa?
Sebutkan !
3. Hormon apa saja yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan laki-laki dan perempuan ?

29 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


30 I .... Remaja dan Perimenopause
3 Gizi pada Remaja

A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan gizi pada remaja

B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan peran gizi pada pertumbuhan
remaja
2. Ketepatan menjelaskan indeks massa tubuh
3. Ketepatan menjelaskan kebutuhan nutrisi remaja (diet
yang direkomendasikan)
4. Ketepatan menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan nutrisi remaja
5. Ketepatan menjelaskan masalah nutrisi pada remaja

C. Materi Pembelajaran
1. Peran Gizi pada Pertumbuhan Remaja
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap
transisi antara masa anak-anak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut WHO adalah 12 – 24 tahun. Tingginya
aktivitas fisik dan aktivitas otak ditambah lagi dengan
masa pertumbuhan yang sedang terjadi, harus dibarengi
oleh konsumsi makanan yang cukup. Sering kali, pada
usia remaja terjadi peningkatan nafsu makan yang besar.
Gizi Seimbang pada masa ini akan sangat menentukan
kematangan mereka di masa depan.

31 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja
perempuan agar status gizi dan kesehatan yang optimal
dapat dicapai. Alasannya remaja perempuan akan
menjadi seorang ibu yang akan melahirkan generasi
penerus yang lebih baik. Jika calon ibu hamil kekurangan
gizi dan berkelanjutan hingga hamil, janin pun akan
kekurangan gizi. Hal ini dapat menimbulkan beban ganda
masalah gizi, yakni anak kurang gizi, lambat berkembang,
mudah sakit, kurang cerdas, serta ketika dewasa
kegemukan dan berisiko terkena penyakit degeneratif
(Ahadti, 2018).
Cara mencharger paling baik untuk tubuh kita dalam
satu porsi makanan yaitu dengan menu 4 Sehat 5
Sempurna atau sekarang yang lebih dikenal dengan
Pedoman Gizi Seimbang. Adapun 5 jenis makan yang
perlu dikonsumsi remaja yaitu karbohidrat yang
merupakan sumber tenaga, protein yang merupakan zat
pembangun, sayur sumber zat pengatur, buah sumber
zat pengatur dan gula garam serta lemak yang
merupakan zat tambahan dan konsumsinya dibatasi
perharinya (Ahadti, 2018).
2. Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) atau disingkat
BMI adalah pengukuran yang digunakan untuk
menentukan golongan berat badan sehat dan tidak
sehat. Metode perhitungan ini dikembangkan oleh
Adolphe Quetelet selama abad ke-19. Melalui BMI dapat
diketahui beberapa kategori berat badan, yakni kurus,
berat badan sehat, kelebihan berat badan, dan obesitas.
Pada beberapa kasus, BMI bisa menjadi alat skrining
untuk melihat risiko kesehatan. WHO menyebutkan
bahwa hasil perhitungan BMI yang tinggi, menandakan
tingginya juga risiko untuk beberapa penyakit. Beberapa
masalah kesehatan akibat obesitas, berhubungan

32 I .... Remaja dan Perimenopause


dengan BMI yang tinggi, di antaranya kematian dini,
penyakit kardiovaskular, tekanan darah tinggi,
osteoartritis, beberapa jenis kanker, dan diabetes.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

IMT = Berat badan dalam kilogram (BB)


Tinggi dalam meter persegi (TB2)

Contoh: untuk seseorang yang berat badannya 60 kg dan


tinggi 165 cm, BMI/ IMT dihitung sebagai berikut :

BMI = 60 = 22,06 kg/m2


(1,65 x 1,65)

Klasifikasi indeks massa tubuh:


Ada beberapa sumber berbeda mengemukakan
klasifikasi indeks massa tubuh, WHO (2010) membagi
BMI dalam 4 kategori dengan rentang tertentu. Keempat
kategori tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel The International Classification of adult underweight,
normal range, overweight, and obesity according to BMI

Prepregnancy BMI BMI (kg/m2)


(WHO)
Underweight/ berat badan kurang <18,50
Normal range/ berat badan normal 18,50 – 24,99
Overweight/ berat badan berlebih 25,00 – 29,99
Obese/ obesitas >30,00

Berat badan ideal membantu seseorang lebih


nyaman dengan diri sendiri dan lebih banyak energi
untuk menikmati hidup. Sebaliknya, jika berat badan di
bawah angka normal atau terlalu kurus, akan mudah
lelah, gampang sakit karena imun lemah, dan tulang

33 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


rentan cedera.
3. Kebutuhan Nutrisi Remaja
Kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang
dibutuhkan oleh setiap individu, menurut Kementerian
Kesehatan Indonesia. Kebutuhan gizi setiap orang
ditentukan oleh banyak faktor, yakni usia, jenis kelamin,
berat badan, dan tinggi badan. Selain itu, tingkat aktivitas
fisik termasuk dalam faktor kebutuhan gizi yang
diperlukan setiap orang. Belum lagi bila ada kondisi
medis atau penyakit tertentu. Kesemuanya menentukan
banyaknya zat gizi yang dibutuhkan.
Kebutuhan gizi bersifat sangat spesifik untuk satu
individu. Bahkan, anak kembar pun bisa memiliki
kebutuhan gizi yang berbeda jika keduanya memiliki
tingkat aktivitas fisik, berat badan, dan tinggi badan yang
berbeda. Energi dan protein yang dibutuhkan remaja
lebih banyak dari pada orang dewasa, begitu juga vitamin
dan mineral. Seorang remaja laki-laki yang aktif
membutuhkan 3.000 kalori atau lebih per hari untuk
mempertahankan berat badan normal. Seorang remaja
putri membutuhkan 2.000kalori perhari untuk
mempertahankan badan agar tidak gemuk. Vitamin B1,
B2 dan B3 penting untuk metabolisme karbohidrat
menjadi energi, asam folat dan vitamin B12 untuk
pembentukan sel darah merah, dan vitamin A untuk
pertumbuhan jaringan. Sebagai tambahan, untuk
pertumbuhan tulang dibutuhkan kalsium dan vitamin D
yang cukup. Vitamin A, C dan E penting untuk menjaga
jaringan-jaringan baru supaya berfungsi optimal. Dan
yang amat penting adalah zat besi terutama untuk
perempuan dibutuhkan dalam metabolisme
pembentukan sel-sel darah merah.
Remaja membutuhkan energi dan nutrisi untuk
melakukan deposisi jaringan. Peristiwa ini merupakan

34 I .... Remaja dan Perimenopause


suatu fenomena pertumbuhan tercepat yang terjadi
kedua kali setelah yang pertama dialami pada tahun
pertama kehidupannya. Nutrisi dan pertumbuhan
mempunyai hubungan yang sangat erat. Kebutuhan
nutrisi remaja dapat dikenal dari perubahan tubuhnya.
Perbedaan jenis kelamin akan membedakan komposisi
tubuhnya, dan selanjutnya mempengaruhi kebutuhan
nutrisinya. Kecukupan energi diperlukan untuk kegiatan
sehari-hari dan proses metabolisme tubuh. Cara
sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat
dilihat dari BB-nya. Pada remaja perempuan usia 10-12
tahun, kebutuhan energinya sebesar 50-60 kkal/kg
BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 40- 50
kkal/kg BB/hari. Pada remaja laki-laki usia 10-12 tahun,
kebutuhan energinya sebesar 55-60 kkal/kgBB/hari,
sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 45-55 kkal/kg
BB/hari. Energi dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan, perkembangan, aktivitas otot, fungsi
metabolik lainnya (menjaga suhu tubuh, menyimpan
lemak tubuh), dan untuk memperbaiki kerusakan
jaringan dan tulang disebabkan oleh karena sakit dan
cedera. Sumber energi makanan berasal dari
karbohidrat, protein, lemak, menghasilkan kalori masing-
masing, sebagai berikut : karbohidrat 4 kkal/g dan lemak
9 kkal/g didalam nutrisi ini ada yang memasukkan alkohol
sebagai salah satu diantara sumber energi yang
menghasilkan kalori 7 kkal/g. Energi yang diperlukan
seorang remaja tergantung dari BMR individu masing-
masing tingkat pertumbuhan dan aktivitas fisik remaja
yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan BB atau
mungkin obesitas. Asupan energi yang rendah
menyebabkan retardasi pertumbuhan. Energi
merupakan kebutuhan yang terutama; apabila tidak
tercapai, diet protein, vitamin, dan mineral tidak dapat

35 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


digunakan secara efektif dalam berbagai fungsi
metabolik. WHO menganjurkan rata-rata konsumsi
energi makanan sehari adalah 10- 15% berasal dari
protein, 15-30% dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat.
4. Anemia pada Remaja
Anemia tak hanya muncul pada orang dewasa tetapi
juga pada remaja. Penyakit ini bisa muncul di masa
perkembangan remaja karena satu dan lain hal. Anemia
adalah kondisi ketika tubuh mengalami penurunan atau
jumlah sel darah merah berada di bawah kisaran normal.
Hal ini terjadi karena kurangnya hemoglobin (protein
kaya zat besi) sehingga memengaruhi produksi sel darah
merah. Maka dari itu, oksigen juga sulit untuk mencapai
sel dan jaringan di dalam tubuh.
Masalah kesehatan atau penyakit pada remaja
termasuk anemia seringkali membuat orangtua khawatir.
Apalagi, saat mengalami anemia, anak terlihat lebih
mudah lelah dan lesu. Namun, dikutip dari Healthy
Children, dikatakan bahwa pertumbuhan yang cepat
merupakan penyebab utama anemia pada remaja. Ini
merupakan usia dimana anak sangat rentan mengalami
anemia.

Tanda dan Gejala Anemia pada Remaja:


Sebagian orang yang mengalami anemia tidak
memperlihatkan gejala atau tanda apa pun. Akan tetapi,
tidak menutup kemungkinan anak dapat mengalami
gejala anemia seperti di bawah ini:
a. Kulit yang terlihat pucat.
b. Mengalami perubahan suasana hati.
c. Terlihat sangat lelah.
d. Kepala terasa sangat pusing.
e. Detak jantung lebih cepat dari biasanya.
f. Mengalami jaundice (kulit dan mata menjadi kuning).

36 I .... Remaja dan Perimenopause


Saat mengalami anemia berat, anak remaja juga bisa
mengalami tanda dan gejala lainnya, seperti:
a. Mengalami sesak napas.
b. Tangan dan kaki bengkak.
c. Pusing disertai sakit kepala.
d. Mengalami sindrom kaki gelisah.
Apabila anak mengalami kekurangan zat besi yang
sangat parah, ada kemungkinan pula ia mengalami gejala
lainnya seperti pica. Pica adalah keinginan untuk makan
benda atau barang yang seharusnya tidak dimakan.
Namun, ini merupakan kasus yang sangat jarang terjadi.

Penyebab anemia pada remaja:


a. Kurang asupan zat besi
Penyebab paling umum dari anemia adalah
ketika anak kekurangan zat besi baik dari makanan
atau asupan suplemen. Apalagi ketika anemia lebih
banyak terjadi pada remaja putri karena di masa
puber ia merasakan permulaan siklus menstruasi.
Perlu diketahui bahwa kebutuhan zat besi di masa
remaja adalah sekitar 8 mg hingga 15 mg setiap
harinya. Oleh karena itu, Anda juga perlu
memperhatikan ketika remaja mulai melakukan diet.
Perhatikan asupan gizi serta nutrisinya dengan baik
karena hal ini juga bisa memicu anemia.
b. Anemia karena perdarahan
Hal ini bisa terjadi karena pendarahan yang
diakibatkan oleh cedera, menstruasi yang cukup
berat, gangguan pencernaan, hingga masalah
kesehatan lainnya.
Maka dari itu, anemia pada remaja lebih sering
dialami anak perempuan karena setiap bulannya ia
mengalami menstruasi.

37 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


c. Sel darah merah rusak
Ini merupakan kondisi yang juga bisa disebut
sebagai anemia hemolitik. Kondisi ini termasuk saat
sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel darah
merah dengan sendirinya.
Perlu diketahui bahwa ini juga merupakan jenis
yang disebabkan adanya kelainan sel darah merah
karena faktor keturunan. Sebagai contoh, anemia sel
sabit juga thalasemia.
d. Produksi sel darah merah terlalu lambat
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab
anemia pada remaja yang satu ini, seperti:
1) Anemia aplastik, saat tubuh berhenti membuat
sel darah merah karena infeksi atau penyakit.
2) Kekurangan vitamin B12 dari makanan,
suplemen, hingga tubuh yang tidak bisa
menyerap vitamin ini. Oleh karena itu,
pengobatan anemia sangat didasarkan pada
penyebabnya.

Cara mengatasi anemia pada remaja


Jika Anda khawatir dengan kondisi kesehatan anak,
hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan
berkonsultasi dengan dokter. Setelah mengevaluasi,
dokter akan melakukan pemeriksaan fisik sekaligus
melakukan tes darah untuk melihat kadar hemoglobin.
Perawatan serta cara mengatasi anemia yang bisa
dilakukan tergantung dari penyebabnya. Beberapa
perawatan yang bisa dilakukan adalah:
a. Obat atau suplemen zat besi yang sudah diresepkan
dokter.
b. Perubahan pola makan.
c. Transfusi darah.

38 I .... Remaja dan Perimenopause


d. Pengobatan penyakit lainnya yang menjadi penyebab
anemia.
Apabila penyebab utama dari anemia adalah
kekurangan zat besi, tentunya dokter akan memberikan
suplemen zat besi yang sudah disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Selain itu, ada kemungkinan dokter juga
akan menyarankan untuk melakukan perubahan pola
makan dengan memperhatikan asupan gizi remaja.
Sebagai contoh, dengan meningkatkan makanan yang
kaya akan kandungan zat besi, seperti sayuran hijau,
tomat, pisang, kacang-kacangan, hingga protein. Tidak
perlu khawatir berlebihan karena sebagian besar remaja
yang mengalami anemia dapat dengan mudah ditangani
hingga energinya kembali seperti semula.
Seorang remaja memerlukan informasi terkait
anemia supaya kasus anemia pada remaja dapat
dicegah. Penelitian yang dilakukan oleh (Anifah, 2020)
tentang pengaruh pendidikan kesehatan melalui media
video terhadap pengetahuan tentang anemia pada
remaja terbukti memberikan dampak positif terhadap
pengetahuan anemia pada remaja.

D. Evaluasi

Seorang remaja perempuan umur 18 tahun memiliki


berat badan 54 kg, tinggi badan 163 cm.
1. Berapakah IMT remaja tersebut?
2. Tergolong dalam kategori apa IMT remaja tersebut?
3. Sebutkan kebutuhan gizi remaja tersebut !

39 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


40 I .... Remaja dan Perimenopause
4 Masalah Kesehatan Reproduksi
dan Tumbuh Kembang Remaja

A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan masalah kesehatan
reproduksi dan tumbuh kembang remaja.

B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan gangguan menstruasi pada remaja
2. Ketepatan menjelaskan sindroma premenstruasi
3. Ketepatan menjelaskan pubertas terlambat
4. Ketepatan menjelaskan prekok
5. Ketepatan menjelaskan perilaku seksual remaja
6. Ketepatan menjelaskan kehamilan remaja
7. Ketepatan menjelaskan pengaruh NAPZA pada remaja

C. Materi Pembelajaran
1. Gangguan Menstruasi pada Remaja
Menstruasi merupakan perdarahan dari rahim yang
berlangsung secara periodik dan siklik. Hal tersebut
akibat dari pelepasan (deskuamasi) endometrium akibat
hormon ovarium (estrogen dan progesteron) yang
mengalami perubahan kadar pada akhir siklus ovarium,
biasanya dimulai pada hari ke-14 setelah ovulasi.
Menstruasi merupakan suatu proses alamiah yang biasa
dialami perempuan tetapi hal ini akan menjadi masalah
jika terjadi gangguan menstruasi (Anindita, 2016).
Gangguan menstruasi dapat berupa gangguan lama
dan jumlah darah haid, gangguan siklus haid, gangguan

41 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


perdarahan di luar siklus haid dan gangguan lain yang
berhubungan dengan haid. Lama menstruasi normalnya
terjadi antara 4-8 hari. Apabila menstruasi terjadi kurang
dari 4 hari maka dikatakan hipomenorea dan jika lebih
dari 8 hari dikatakan hipermenorea. Perempuan biasanya
mempunyai siklus haid antara 21-35 hari. Disebut
polimenorea jika siklus haid kurang dari 21 hari dan
oligomenorea jika siklus haid lebih dari 35 hari.
Perdarahan bukan haid adalah perdarahan yang
terjadi dalam masa antara 2 haid. Pada perempuan yang
mengalami siklus menstruasi lebih dari 90 hari maka
dikatakan mengalami amenorea. Pada gangguan lain
yang berhubungan dengan menstruasi dapat berupa
dismenore dan premenstrual syndrome (PMS). Dismenore
adalah rasa sakit atau tidak enak pada perut bagian
bawah yang terjadi pada saat menstruasi sampai dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari. Premenstrual syndrome
(PMS) muncul pada sebelum menstruasi dan menghilang
ketika menstruasi dengan gejala dapat berupa fisik,
psikologis dan emosional (Sarwono, 2011).
Adanya gangguan menstruasi akan dapat menjadi
hal yang serius. Menstruasi yang tidak teratur dapat
menjadi pertanda tidak adanya ovulasi (anovulatoire)
pada siklus menstruasi. Hal tersebut berarti seorang
wanita dalam keadaan infertile (cenderung sulit memiliki
anak). Pada menstruasi dengan jumlah perdarahan yang
banyak dan terjadi dalam kurun waktu yang lama akan
dapat menyebabkan anemia pada remaja. Gangguan lain
seperti PMS dan dismenore dapat mengganggu
produktivitas. Keluhan yang berhubungan dengan kondisi
fisik seperti rasa sakit di sekitar kepala dan nyeri pada
perut bagian bawah sehingga dapat mengganggu
rutinitas. Dampak emosional dapat berupa emosi yang

42 I .... Remaja dan Perimenopause


tidak terkontrol, gelisah, lekas marah, mudah panik dan
pada akhirnya akan mudah menangis (Suparji, 2017).
Penanganan gangguan menstruasi memerlukan
evaluasi yang komprehensif dan tepat, karena gangguan
menstruasi yang tidak ditangani secara tepat dapat
berdampak pada penurunan kualitas hidup dan
berpengaruh secara negatif pada aktivitas sehari-hari.
Sebuah studi yang dilakukan terhadap mahasiswa
sebelumnya memberikan gambaran data, bahwa
sindrom pre menstruasi (67%) dan dismenore (33%)
merupakan keluhan yang dirasakan paling mengganggu.
Efek gangguan menstruasi antara lain perubahan waktu
istirahat yang semakin panjang (54%) serta penurunan
kemampuan belajar (50%). Gangguan menstruasi juga
memicu gangguan kesehatan, gejala-gejala subyektif dan
keluhan fisik maupun psikis sering timbul, seperti
perasaan tidak nyaman (bad mood), perasaan selalu
ingin marah, pusing, lemas, muntah dan bahkan sampai
pingsan (Santi dan Pribadi, 2018). Mengingat pentingnya
kesehatan reproduksi bagi para remaja perempuan maka
perlu dilakukan pendidikan kesehatan tentang gangguan
menstruasi pada remaja.
Menstruasi merupakan terjadinya pengeluaran
darah dalam jangka waktu 3 sampai 5 hari setiap
bulannya menstruasi ini sebuah indikator kematangan
seksual pada remaja putri yang terjadi setiap bulannya
kejadian ini hampir semua wanita mengalaminya.
Kejadian ini sudah menjadi hal yang fisiologis bagi
perempuan yang sudah remaja karena hormon-hormon
reproduksi mereka sudah mulai bekerja.
Akan tetapi, tidak semua remaja dapat melalui masa
menstruasi dengan biasa, karena banyak juga yang
mengalami keluhan-keluhan pada saat menstruasi
berlangsung. Keluhan-keluhan yang mungkin dapat

43 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


dialami remaja saat menstruasi berlangsung seperti
gejala gatal-gatal di sekitar vulva, iritasi pada area genital
serta adanya rasa perih, vaginitis, vulvovaginitis, flour
albus, bau yang tidak menyenangkan Keluhan-keluhan
tersebut akan semakin bertambah apabila remaja
mengalami masalah dalam menstrual hygienenya. Oleh
karena itu diperlukan perawatan diri saat menstruasi,
baik untuk mengatasi keluhan-keluhan maupun untuk
kesehatan reproduksinya itu sendiri (Solehati, Trisyani, &
Kosasih, 2018).

Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode
berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi adalah
jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan
mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada
wanita normalnya berkisar 21-35 hari dan hanya 10-15%
yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama
menstruasi 3-5 hari, ada yang mencapai 7-8 hari (Prayuni,
Imandiri, & Adianti, 2018)

Macam-Macam Gangguan Menstruasi pada


Remaja
Gangguan menstruasi adalah keluhan yang sering
menyebabkan seorang wanita datang berobat ke dokter
atau ke tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan
menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak
jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita,
keluarganya bahkan dokter atau bidan yang merawatnya.
Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan
menstruasi ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-
hari dan mengganggu emosional pada penderita.

44 I .... Remaja dan Perimenopause


Macam- Macam Gangguan Menstruasi
a. Nyeri Haid (Dismenorrhoe).
Yaitu gangguan pada saat menstruasi
perempuan terkadang mengalami nyeri menstruasi
yang umumnya berupa kram dan terpusat di bagian
perut bawah. Rasa kram ini jangkauan dengan nyeri
punggung bawah, mual muntah, sakit kepala atau
diare. Sifat rasa nyeri nya sangat bervariasi, mulai
dari yang ringan hingga yang berat. Untuk yang berat
lazim atau disebut dysmenorrhea keadaan nyeri
yang hebat itu dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari . Nyeri haid ada 2 macam yaitu:
1) Nyeri Haid Primer
Proses normal yang timbul haid pertama
menstruasi, Kram menstruasi primer disebabkan
oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens,
yang capek untuk melepaskan lapisan dinding
rahim yang tidak diperlukan lagi.
Dismenorea primer disebabkan oleh zat
kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan
dinding rahim yang disebut prostaglandin.
Prostaglandin akan merangsang otot otot halus
dinding rahim berkontraksi. Semakin tinggi kadar
prostaglandin, kontraksi akan makin kuat,
sehingga rasa nyeri dan akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah
stabilnya hormon tubuh atas perubahan posisi
rahim setelah menikah dan melahirkan. Namun
berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis
dan fisik. Seperti stres, schok, penyempitan
pembuluh darah, penyakit yang menahun,
kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun
gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan.

45 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Dismenorea primer ini dapat diberikan
penatalaksanaan berupa terapi yoga pada
remaja yang mengalami disminorea. Sesuai
dengan penelitian dari (Adyani, 2019) bahwa
terapi yoga efektif digunakan untuk mencegah
disminorea primer pada siswa SMA.
2) Nyeri Haid Sekunder.
Yaitu nyeri yang biasanya harus muncul
keputihan yaitu jika penyakit atau kelainan yang
menetap seperti infeksi rahim, kista,polip, tumor
sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim
yang mengganggu organ dan jaringan sekitar.
b. Pre mestruasi syndrome (PMS) .
Yaitu mewakili kumpulan keluhan yang pada
umumnya dimulai satu minggu hingga beberapa hari
sebelum mulainya haid dan menghilang sesudah
haid mulai, meskipun terkadang berlangsung sampai
selesai haid. Keluhan yang sering muncul umumnya
berupa:
1) Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas,
serta mudah merasa lelah.
2) Nafsu makan meningkat dan suka makan
makanan yang rasa asam.
3) Emosi menjadi labil. Biasanya perempuan
mudah uring-uringan, sensitif dan perasaan
negatif lainnya.
4) Mengalami kram perut (dismenorrhoe).
5) Kepala nyeri.
6) Pingsan.
7) Berat badan bertambah karena tubuh
menyimpan air dalam jumlah yang banyak.
8) Pinggul terasa pegal.
9) Insomnia
10) Nyeri payudara

46 I .... Remaja dan Perimenopause


Keluhan pada kasus berat dapat termasuk
depresi, rasa takut, gangguan konsentrasi tetapi
penyebabnya belum diketahui dengan jelas, tetapi
salah satu faktor yang berpengaruh adalah
ketidakseimbangan antara estrogen dan
progesteron yang mengakibatkan retensi cairan dan
natrium, penambahan berat badan, serta terkadang
edema.Faktor kejiwaan serta masalah-masalah sosial
juga berpengaruh. Perempuan yang mudah
mengalami premenstrual syndrome ini adalah
perempuan yang lebih peka terhadap perubahan
hormonal dalam siklus haid dan faktor-faktor
psikologis
c. Perdarahan di luar menstruasi (metrorragia)
Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2
menstruasi (metrorragia) perdarahan ini disebabkan
oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan
anatomis pada kelainan hormonal terjadi gangguan
poros hipotalamus hipofisis, ovarium (indung telur)
dan rangsangan estrogen dan progesteron dengan
bentuk perdarahan yang terjadi di luar menstruasi,
bentuk bercak dan terus menerus, dan perdarahan
menstruasi berkepanjangan. Keadaan ini konstruktif
oleh ketidak seimbangan hormon tubuh, yaitu kadar
hormon progesteron yang rendah atau hormon
estrogen yang tinggi.
Penderita hipotiroid (kadar hormon steroid yang
rendah) atau hipertiroid (kadar hormon steroid yang
tinggi) dan fungsi adrenal yang rendah juga bisa
menyebabkan gangguan ini. Beberapa gangguan
organ pers juga dapat menyebabkan metroragia
seperti infeksi vagina atau Rahim endometriosis,
kista ovarium, fibroid, kanker endometrium atau
indung telur, hiperplasia endometriosis, penggunaan

47 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


kontrasepsi spiral yang mengalami infeksi juga dapat
menyebabkannya.(Sianipar)
d. Amenorrhoe
Amenorrhea adalah kondisi tidak terjadinya
menstruasi atau haid. Kondisi ini bisa dibagi menjadi
amenorrhea primer dan sekunder. Amenorrhea
perlu ditangani, karena bisa menjadi tanda dari
penyakit yang serius, seperti tumor kelenjar pituitary.
Normalnya, sebelum memasuki masa pubertas,
saat hamil, menyusui, atau ketika memasuki fase
menopause, wanita tidak akan mengalami
menstruasi. Selain itu, wanita yang
menggunakan kontrasepsi hormonal, seperti KB
suntik dan susuk (implan), umumnya juga tidak
mengalami haid.
Jika wanita tidak kunjung mengalami menstruasi
pertama atau tidak mengalami haid kembali di luar
kondisi dan fase tersebut, diperlukan pemeriksaan
menyeluruh untuk memastikan penyebab dan faktor
pemicunya.

Penyebab Amenorrhea
Amenorrhea dapat disebabkan oleh beragam
kondisi, mulai dari gangguan organ reproduksi
hingga gangguan hormonal. Berikut ini adalah uraian
mengenai kondisi yang dapat menyebabkan
amenorrhea:
1) Gangguan pada organ reproduksi:
Beberapa gangguan atau kelainan pada
organ reproduksi yang bisa menyebabkan tidak
terjadinya menstruasi adalah:
a. Tidak terbentuknya rahim, leher rahim
(serviks), atau vagina

48 I .... Remaja dan Perimenopause


b. Adanya jaringan parut di rahim
akibat sindrom Asherman,
komplikasi kuretase, atau komplikasi operasi
caesar
c. Adanya sumbatan (obstruksi) di saluran
reproduksi
d. Lubang vagina tertutup total oleh selaput
dara sejak lahir (hymen imperforata)
2) Gangguan hormonal
Beberapa penyakit dan kondisi yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan hormonal
dan memicu amenorrhea antara lain:
a. Gangguan tiroid, termasuk hipertiroid atau
hipotiroid
b. Tumor kelenjar pituitari
c. Tumor ovarium
d. Kelebihan hormon prolaktin
e. PCOS (polycystic ovary syndrome)
f. Olahraga dan aktivitas yang berlebihan
g. Stres yang berkelanjutan dan tidak dikelola
dengan baik
h. Penggunaan obat atau preparat hormon,
termasuk suntik KB atau antipsikotik
i. Berat badan berlebih atau obesitas
j. Berat badan yang terlalu rendah, termasuk
akibat gangguan makan,
seperti anorexia atau bulimia
k. Malnutrisi
l. Insufisiensi ovarium primer, yaitu indung
telur yang berhenti bekerja sebelum usia 40
tahun
m. Histerektomi total sehingga seluruh bagian
rahim termasuk ovarium ikut diangkat

49 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Selain gangguan hormonal dan gangguan organ
reproduksi, riwayat amenorrhea pada keluarga juga
dapat meningkatkan risiko seseorang menderita
amenorrhea.

Gejala Amenorrhea
Menstruasi atau haid adalah proses peluruhan
dinding rahim akibat tidak dibuahinya sel telur.
Kondisi yang umumnya terjadi setiap 21–35 hari
sekali ini ditandai dengan keluarnya darah dari
vagina yang berlangsung selama 1–7 hari.
Normalnya, menstruasi mulai terjadi pada
rentang usia 11–14 tahun dan berhenti saat
memasuki masa menopause. Akan tetapi, pada
penderita amenorrhea, siklus menstruasi tidak
terjadi pada rentang waktu tersebut.

Amenorrhea bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu:


a. Amenorrhea primer
Jenis ini terjadi pada wanita usia 15 tahun yang
tidak kunjung mengalami menstruasi walaupun
sudah menunjukkan tanda-tanda pubertas.
b. Amenorrhea sekunder
Jenis ini terjadi pada wanita usia subur yang
sudah pernah haid sebelumnya dan tidak
sedang hamil, tetapi tidak mengalami
menstruasi selama tiga siklus berturut-turut atau
lebih

Selain tidak mengalami haid, amenorrhea juga


dapat disertai dengan beberapa gejala lain,
tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Jika
disebabkan oleh gangguan hormonal, keluhan
tambahan yang mungkin muncul adalah:

50 I .... Remaja dan Perimenopause


1) Keluarnya ASI meski tidak sedang menyusui
2) Perubahan suara menjadi lebih berat
3) Tumbuhnya rambut yang berlebihan
4) Timbulnya jerawat
5) Rambut rontok
6) Nyeri panggul

2. Sindrom Premenstruasi
Sindrom premenstruasi adalah kumpulan gejala
tidak menyenangkan berupa gejala fisik, emosional dan
psikologis yang terkait dengan siklus menstruasi wanita.
Biasa muncul 7-14 hari sebelum haid. Gejala tersebut
akan menghilang setelah haid muncul beberapa hari
(Nourjah, 2008 dalam Nurmiaty dkk, 2011). Epidemiologi
Sindrom premenstruasi biasanya dialami 63,1% remaja.
Dari 75% yang mengeluhkan gejala sindrom
premenstruasi, 30% diantaranya memerlukan
pengobatan (Nurmiaty dkk, 2011). Gejala sindroma pra
menstruasi Pre Menstruation Syndrome (PMS) meliputi
gejala psikis dan fisik, yaitu:
a. Gejala emosional: hormon estrogen dan
progesterone menurun menjelang menstruasi.
Penurunan hormon ovarium juga mempengaruhi
produksi hormon di otak, sehingga kemungkinan
akan mempengaruhi hormon yang mempengaruhi
mood atau emosi. Gejala emosional meliputi depresi,
mudah marah, sensitif, mudah menangis, cemas,
bingung, gangguan konsentrasi dan insomnia.
b. Wanita merasa tubuhnya bertambah gemuk, hal ini
dikarenakan peningkatan estrogen sehingga
menyebabkan retensi cairan sehingga badan terasa
agak bengkak.
c. Gejala fisik yang dialami seperti nyeri sendi dan otot,
sakit kepala, cepat lelah, perut kembung, nyeri

51 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


payudara, jerawat, diare atau sembelit, kaki dan
tangan bengkak, gangguan kulit, gangguan saluran
cerna, nyeri perut.

Faktor risiko sindrom premenstruasi


Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam,
kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu dan
makanan olahan dapat memperberat gejala PMS.
Defisiensi zat gizi makro dan mikro
Defisiensi zat gizi makro (energi, protein) dan zat gizi
mikro, seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E,
vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam
lemak linoleat.
Status perkawinan
Status perkawinan dan status kesehatan juga
mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada
umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian
yang lebih rendah dan biasanya mempunyai kesehatan
fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang
tidak menikah. Sebuah penelitian pada tahun 1994 yang
berjudul Biological, Social and Behavioral Factors
Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan
874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka
yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang
lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada
mereka yang tidak menikah (12,6%). Usia PMS semakin
mengganggu dengan semakin bertambahnya usia,
terutama antara usia 30-45 tahun. Faktor resiko yang
paling berhubungan dengan PMS adalah faktor
peningkatan umur, penelitian menemukan bahwa
sebagian besar wanita yang mencari pengobatan PMS
adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun.

52 I .... Remaja dan Perimenopause


Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa
sebagian remaja mengalami gejala-gejala yang sama dan
kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh
wanita yang lebih tua.
1) Stres
Stres dapat berasal dari internal maupun
eksternal dalam diri wanita. Stres merupakan
predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit,
sehingga diperlukan kondisi fisik dan mental yang
baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan
stres tersebut. Stres mungkin memainkan peran
penting dalam tingkat kehebatan gejala
premenstrual syndrome (PMS).
2) Kebiasaan merokok dan minum alcohol
Kebiasaan merokok dan meminum alkohol
dapat memperburuk keadaan atau gejala yang
ditimbulkan pada masa pre menstruation syndrome.
3) Kurang berolahraga
Kurang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik
turut memberikan kontribusi dalam memperberat
gejala PMS.

Tipe dan jenis-jenis sindrom premenstruasi Tipe PMS


bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan
dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS,
membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C,
dan D. Sebanyak 80% gangguan PMS termasuk tipe A.
Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C sebanyak 40%, dan
PMS D sejumlah 20%. Kadang-kadang seorang wanita
mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D
secara bersamaan.

53 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Tipe-tipe PMS adalah sebagai berikut:
a. PMS tipe A (anxiety)
PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala
seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan
labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi
ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid.
Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesterone dimana hormon
estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon
progesteron. Pemberian hormon progesteron
kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi
beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS
bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium.
Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi
makanan berserat dan membatasi minum kopi.
b. PMS tipe H (hyperhydration)
PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala
edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada
buah dada, pembengkakan tangan dan kaki,
peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe
ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS
lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya
air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena
tingginya asupan garam atau gula pada diet
penderita. Pemberian obat diuretika untuk
mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium
pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada.
Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita
dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada
diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
c. PMS tipe C (craving)
PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar
ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis
(biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana

54 I .... Remaja dan Perimenopause


(biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit
setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul
gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung
berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai
pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran
hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin
menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh
stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak
terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau
kurangnya magnesium.
d. PMS Tipe D (depression)
PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa
depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur,
pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata
(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa
ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya
PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS
tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-
benar murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan
oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan
estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus
haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon
estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres,
kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan
penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan
magnesium dan vitamin B (terutama B6).
Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung
vitamin B6 dan magnesium dapat membantu
mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi
bersamaan dengan PMS tipe A.

55 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Pencegahan sindrom premenstruasi Sebagai upaya
untuk mencegah sindrom pramenstruasi, maka dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) hindari pola makan kurang sehat, termasuk jajanan
yang manis (kue, coklat),
b) hindari asupan makanan tinggi lemak, karbohidrat
dan natrium, serta rendah kalsium,
c) hindari kegemukan,
d) hidari stress,
e) tingkatkan konsumsi buah dan sayur, jangan
makanan dengan karbohidrat sederhana (makanan
yang manis-manis),
f) tingkatkan konsumsi mineral seperti magnesium,
g) tingkatkan konsumsi vitamin D, h. regulasi emosi,
h) catat jadwal siklus haid anda serta kenali gejala pms-
nya,
i) perhatikan pula apakah anda sudah dapat mengatasi
pms pada siklus-siklus datang bulan berikutnya.
3. Pubertas Terlambat
Normalnya, masa puber dialami oleh anak
perempuan di usia 8 hingga 14 tahun, sedangkan pada
anak laki-laki di usia 9 sampai 15 tahun. Namun jika ciri-
ciri pubertas belum anak alami hingga melewati usia
tersebut, bisa dikatakan anak mengalami pubertas yang
terlambat.
Pubertas adalah saat dimana tubuh anak mengalami
perkembangan menuju kedewasaan. Terdapat berbagai
perubahan pada tubuh anak, baik di organ
reproduksinya maupun di anggota tubuh lainnya. Pada
anak laki-laki yang sudah mengalami mimpi basah,
ukuran penis dan testis membesar, suara berubah,
tumbuh rambut di kemaluan dan bulu di area wajah,
serta perubahan bentuk tubuh. Sementara pada anak
perempuan, kondisi ini ditandai dengan menstruasi,

56 I .... Remaja dan Perimenopause


payudara dan pinggul membesar, serta tanda umum
lainnya seperti rambut kemaluan dan jerawat.

Tanda-tanda & gejala pubertas terlambat

Ciri-ciri pubertas terlambat pada anak laki-laki.


Telat puber pada anak laki-laki biasanya ditandai
dengan ciri-ciri berikut:
a. Kemaluan tidak membesar meskipun telah berusia
14 tahun.
b. Meskipun buah zakar sudah membesar tapi penis
masih berukuran kecil.
c. Tanda-tanda puber berlangsung sangat lambat, yakni
sekitar 6 bulan hingga 1 tahun.
d. Baru mengalami tanda-tanda puber yang lengkap di
usia 18 tahun ke atas.

Ciri-ciri pubertas terlambat pada anak perempuan


Adapun terlambatnya masa puber pada anak
perempuan ditandai oleh ciri-ciri berikut:
a. Payudara tidak tumbuh setelah usia 13 tahun.
b. Payudara baru membesar di usia 16 tahun ke atas.
c. Belum mengalami haid dalam 5 tahun
setelah pertumbuhan payudara.

Penyebab pubertas terlambat


Ada beberapa hal yang menyebabkan pubertas
terlambat, antara lain sebagai berikut.
a. Riwayat keluarga
Anak yang mengalami telat puber biasanya
dipengaruhi oleh masa pubertas yang dulu dialami
oleh orang tuanya. Jika ibu mengalami haid pertama
di usia 14 tahun ke atas atau ayah baru mengalami
pubertas setelah usia 16 tahun, besar kemungkinan

57 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


si anak juga mengalami keterlambatan haid pertama.
b. Kekurangan gizi
Hal berikutnya yang cukup sering menjadi
penyebab terlambatnya pubertas adalah kekurangan
gizi terutama lemak dalam tubuh. Pada anak
perempuan, biasanya hal ini terjadi jika ia melakukan
diet ketat, berlebihan berolahraga, atau mengikuti
kompetisi menari yang mengharuskannya
menurunkan berat badan.
c. Gangguan hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan atau growth hormone
(GH) adalah senyawa kimia yang diproduksi oleh
kelenjar pituitari dalam otak dan dilepaskan ke
seluruh tubuh. Beberapa anak memiliki kelenjar
pituitari yang tidak dapat bekerja dengan baik,
sehingga hanya melepaskan sedikit hormon
pertumbuhan. Kondisi ini disebut hipopituitarisme
atau kekerdilan
Selain menghambat pertumbuhan tinggi dan
berat badan, kondisi ini juga dapat menyebabkan
pubertas terlambat pada anak.
d. Gangguan hormon seksual
Hormon yang berperan penting dalam proses
pubertas anak adalah hormon FSH (follicle stimulating
hormone) dan hormon LH (luteinizing hormone). Jika
kedua hormon ini bermasalah, akan terjadi
gangguan yang disebut isolated gonadotropin
deficiency (IGD). Biasanya kondisi ini sudah bisa
dideteksi sejak lahir, yakni pada anak laki-laki yang
memiliki ukuran penis yang lebih kecil dari ukuran
normal.
e. Mengidap sindrom Turner
Pada anak perempuan, terlambatnya pubertas
mungkin terjadi karena adanya masalah pada

58 I .... Remaja dan Perimenopause


ovarium (indung telur), misalnya mengalami
gangguan perkembangan atau mengalami
kerusakan. Kondisi ini biasanya dialami oleh
penderita sindrom Turner, yaitu penyakit langka yang
diakibatkan oleh kekurangan kromosom X pada DNA
nya.
f. Menderita sindrom Kallman
Selain sindrom Turner, terlambat pubertas juga
bisa jadi diakibatkan oleh sindrom Kallman. Pada
anak laki-laki, gejalanya ditunjukkan dengan ukuran
kemaluan yang kecil, penciuman yang buruk, massa
otot yang kurang dan kebotakan. Tidak hanya pada
laki-laki, sindrom Kallman juga bisa terjadi pada anak
perempuan yang menyebabkan terlambatnya
pubertas.
g. Mengidap sindrom Klinefelter
Pubertas yang terlambat juga bisa saja terjadi
jika mengalami sindrom Klinefelter yaitu kelainan
kromosom pada laki-laki. Seharusnya laki-laki
memiliki kromosom XY, tetapi pada sindrom ini, ia
memiliki kromosom XXY. Inilah yang menyebabkan ia
mengalami keterlambatan pubertas, kelainan
seksual, dan gangguan kesehatan lainnya.
h. Menderita anemia sel sabit
Anemia sel sabit atau circle cell anemia adalah
kelainan sel darah merah yang juga menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan termasuk pubertas
terlambat. Hal ini diperkuat oleh penelitian dari
Universite de Yaounde terhadap anak-anak yang
menderita anemia sel sabit di Kamerun yang
umumnya mengalami keterlambatan masa puber.
i. Adanya penyakit kronis
Selain penyakit genetis seperti yang disebutkan
sebelumnya, pubertas terlambat juga bisa terjadi jika

59 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


anak mengalami penyakit kronis seperti diabetes,
kista, fibroid rahim, penyakit ginjal, dan asma. Ini
karena penyakit-penyakit tersebut mengganggu
metabolisme tubuh sehingga menghambat tumbuh
kembangnya. Umumnya kondisi ini dapat dengan
mudah dideteksi dengan pemeriksaan fisik sebab
sejumlah tanda-tanda pubertas dapat terlihat secara
langsung. Jika anak tidak menunjukkan gejala
pubertas di usia yang seharusnya, patut dicurigai ia
mengalami keterlambatan. Meskipun demikian,
untuk menguatkan diagnosis, dokter mungkin akan
melakukan beberapa pemeriksaan berikut:
1) Pemeriksaan darah
Tujuannya untuk mengetahui kadar hormon
LH, FSH, tiroid dan pituitari. Jika hormon LH dan
FSH tinggi, ovarium tidak berfungsi dengan baik.
Selain itu, dari pemeriksaan darah juga diketahui
kadar gula darah untuk mendeteksi adanya
kemungkinan diabetes dan penyakit kronis
lainnya yang menyebabkan pubertas terlambat.
2) Pemeriksaan kromosom
Bertujuan untuk mengetahui adakah
kelainan genetis pada kromosom seperti
sindrom Turner, sindrom Kallman dan sindrom
Klinefelter.
3) MRI kepala
Pemeriksaan MRI atau Magnetic Resonance
Imaging pada otak mungkin diperlukan untuk
mendeteksi adanya gangguan yang
mempengaruhi produksi hormon seksual.
4) Foto sinar X
Pemeriksaan sinar X juga diperlukan untuk
mengetahui apakah struktur tulang berkembang
menuju kedewasaan.

60 I .... Remaja dan Perimenopause


5) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada
anak perempuan untuk mendeteksi adanya
kista, fibroid rahim, tumor, atau masalah pada
ovarium yang mempengaruhi perkembangan
seksual.
6) Pemeriksaan hormon testosteron
Jika dicurigai terlambat pubertas, anak laki-
laki akan menjalani pemeriksaan kadar hormon
testosteron. Normalnya, laki-laki memiliki kadar
sebesar 250-800 ng/dL. Namun, jika mengalami
keterlambatan, kadarnya kurang dari 40 ng/dL.

Pengobatan terlambat puber


Jika ditemukan keterlambatan dalam pubertas,
dokter akan menyarankan beberapa solusi berikut:
a. Terapi hormon seks
Terapi hormon seks merupakan zat buatan
untuk mendorong tubuh anak untuk memulai tahap
kedewasaan seksualnya. Namun, sangat jarang bagi
dokter untuk merekomendasikan terapi ini, bahkan
setelah pemeriksaan mendalam pada seorang anak.
Pemberian terapi ini biasanya direkomendasikan jika
anak sudah menunjukkan tanda-tanda pubertas tapi
terlalu lambat, atau keterlambatan pubertas yang ia
alami menimbulkan dampak emosional dan sosial.
Anak lelaki akan menerima suntikan testosteron,
sementara anak perempuan akan diresepkan tablet
estrogen dan progesteron. Dosisnya akan
disesuaikan dengan kadar hormon seks yang
diproduksi oleh tubuh remaja normal. Terapi
hormon hanya sebagai pemicu agar anak dapat
memulai puber. Begitu pubertas dimulai, dokter
akan menghentikan dosis secara bertahap dan

61 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


membiarkan tubuh menyesuaikan diri dengan
secara alami.
b. Terapi hormon pertumbuhan
Jika pubertas terlambat disebabkan oleh
gangguan pada hormon pertumbuhan, dokter
mungkin akan memberikan suntikan hormon
pertumbuhan sintetik. Selain memicu pubertas pada
anak, terapi ini juga efektif dalam membantu banyak
orang untuk mencapai tinggi badan yang ideal saat
dewasa. Namun, karena harganya yang relatif mahal,
tindakan ini biasanya tidak diberikan kepada semua
anak yang mengalami pubertas terlambat, melainkan
hanya jika kondisi tersebut diakibatkan oleh
defisiensi hormon pertumbuhan, sindrom Turner,
dan gagal ginjal kronis.
c. Peningkatan asupan nutrisi
Umumnya pubertas terlambat disebabkan oleh
asupan nutrisi yang kurang, terutama lemak. Oleh
karena itu, dokter akan menyarankan untuk
menambah porsi makan dan meningkatkan asupan
lemak. Tujuannya untuk meningkatkan berat badan
dan mendorong tumbuh kembang anak secara
alami. Jika tumbuh kembang anak baik,
perkembangan organ seksual pun akan turut terpicu.
4. Pubertas Prekoks
Pubertas prekoks adalah perkembangan ciri-ciri seks
sekunder yang terjadi sebelum usia 8 tahun pada
seorang anak perempuan atau sebelum umur 9 tahun
pada seorang anak laki-laki. Dalam praktek sehari-hari
selain pubertas prekoks dan pubertas terlambat sering
dijumpai masalah pubertas lainnya seperti telars
prematur, pubarke prematur, ginekomastia
dan constitutional delay of growth and puberty. Dalam
makalah ini yang akan dibahas adalah masalah pubertas

62 I .... Remaja dan Perimenopause


yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.

Telars Prematur
Istilah telars prematur pertama kali digunakan
oleh Wilkins untuk menyatakan payudara tanpa disertai
tanda-tanda seks sekunder lainnya (isolated=tersendiri)
pada anak perempuan berusia kurang dari 8 tahun. Pada
telars prematur perkembangan payudara dapat terjadi
pada salah satu atau kedua payudara. Prevalensi telars
prematur tertinggi terjadi pada umur dua tahun pertama
kehidupan. Antara tahun 1945-1975 di Amerika Utara
dilaporkan 205 kasus telars prematur. Setelah tahun
1971 jumlah kasus yang dilaporkan cenderung menurun,
kemungkinan disebabkan oleh timbulnya pengetahuan
dan kesadaran bahwa kondisi ini secara klinis lazim
dijumpai dan jinak. Rodriguez, melaporkan 482 kasus
telars prematur pada suatu epidemi di Puerto Rico akibat
mengkonsumsi makanan dan minuman berupa daging
ayam, sapi, babi dan susu yang mengandung preparat
estrogen. Pasquino17 dkk, (1990) melaporkan 48 kasus
telars prematur di Minnesota dari tahun 1940 sampai
1984 dengan angka kejadian 21,2/100.000 orang per
tahun. Dari 48 kasus telars prematur tersebut, 29 orang
anak diantaranya berumur kurang dari 2 tahun. Di
Subbagian Endokrinologi Anak dan Remaja FKUI/RSCM
dari tahun 1987-1991 tercatat dari 682 kasus baru
endokrin, ditemukan 53 (7,8%) kasus kasus telars
prematur.

Klasifikasi
Dalam klasifikasi pubertas prekoks oleh Styne3 telars
prematur digolongkan sebagai variasi perkembangan
pubertas. Sedangkan Sizonenko, menggolongkannya
sebagai pubertas prekoks parsial (inkomplet) yang harus

63 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


dibedakan dengan pubertas prekoks sentral dan
pubertas prekoks semu (pseudo pubertas prekoks).

Etiologi
Studi hormonal belum banyak membantu
menentukan etiologi telars prematur. Beberapa penulis
menemukan bukti adanya pengaruh estrogen sedangkan
yang lain tidak menemukannya. Kadar hormon
gonadotropin yang normal maupun meningkat telah
dilaporkan. Estrogen eksogen juga telah dilaporkan
sebagai penyebab timbulnya perkembangan seksual baik
melalui ingesti, absorpsi melalui kulit atau kontak dengan
lingkungan.

Patogenesis
Patogenesis telars prematur masih kontroversial.
Menurut beberapa penulis telars prematur disebabkan
oleh meningkatnya sensitivitas secara abnormal jaringan
mammae (lokal) terhadap peningkatan sekresi estrogen
fisiologis. Pada beberapa anak perempuan hormonal
spurt cukup untuk menginduksi perkembangan kelenjar
payudara parsial dan juga maturasi derajat tertentu sel
epitel vagina.
Bidlingmaier dkk (dikutip dari Ducharme) melaporkan
bahwa telars prematur mungkin disebabkan oleh sedikit
peningkatan estrogen ovarium sebagai respons terhadap
peningkatan kadar gonadotropin transien. Penulis lain
menduga telars prematur disebabkan oleh produksi
estrogen yang berlebihan secara autonom dari folikel
ovarium yang mengalami transformasi kistik dan
luteinisasi pada tahun pertama hingga keempat
kehidupan. Selain itu telars prematur juga diduga dapat
disebabkan oleh peningkatan produksi estrogen dari
prekursor adrenal. Berdasarkan studi fungsi

64 I .... Remaja dan Perimenopause


Hipotalamus-Hipofisis-Gonad belakangan ini, diduga
bahwa pada pasien telars prematur mungkin terjadi
peningkatan sekresi gonadotropin yang pada akhirnya
akan meningkatkan produksi estrogen. Namun temuan
ini belum dikonfirmasi oleh para ahli lain.

Perjalanan alamiah
Perjalanan alamiah telars prematur bervariasi dari
regresi, persistent, progresif tanpa disertai gejala lain
hingga pasien memasuki usia pubertas, ataupun
berkembang menjadi pubertas prekoks sentral.
Beberapa studi tentang perjalanan alamiah telars
prematur di luar negeri dan tentang konklusinya masih
bervariasi.
Mills dkk, melaporkan perjalanan alamiah selama 7
tahun 46 kasus telars prematur. Dari 46 kasus telars
prematur didapatkan 57% di antaranya menetap selama
pengamatan 3-5 tahun, sebanyak 11% bersifat progresif
walaupun tanpa disertai gejala lain, dan 32% mengalami
regresi. Suatu studi retrospektif longitudinal lainnya
memperlihatkan sebagian besar telars prematur akan
mengalami regresi dalam jangka waktu 6 bulan hingga 6
tahun setelah diagnosis ditegakkan. Pada 10% kasus,
telars prematur akan menetap hingga memasuki usia
pubertas.
Illicki dkk. (dikutip dari Pucarelli) dalam pengamatan
jangka panjangnya terhadap 68 kasus telars prematur
mendapatkan regresi payudara terjadi pada 44% kasus
dalam jangka waktu hampir 3 tahun dan pubertas
berlangsung normal sesuai usia. Hanya sebagian kecil
telars prematur yang berkembang menjadi pubertas
prekoks sentral.
Pasquino dkk. mengamati 52 pasien telars prematur
selama 10 tahun dan mendapatkan hasil sebagai berikut:

65 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


3 orang anak berkembang menjadi pubertas prekoks
sentral, 9 orang hilang dari pengamatan, 40 orang
selebihnya diikuti selama 2-8 tahun. Dari 40 anak
tersebut, 20 orang diantaranya kawitannya terjadi
sebelum usia 2 tahun, 6 anak di antaranya telah ada saat
lahir (neonatal gynecomastia), sedangkan 14 anak,
kawitannya terjadi setelah usia 2 tahun.
Lucarelli dkk. melaporkan pengamatan 2-6 tahun
100 kasus telars prematur antara tahun 1975-1990.
Ternyata 14 anak (14%) di antaranya berkembang
menjadi pubertas prekoks sentral. Menurut Suranto, dari
60 kasus telars prematur yang ditelitinya, sebagian besar
pasien (31/60) mengalami regresi, sebagian kecil (4/60)
berkembang menjadi pubertas prekoks dan sisanya
menetap.

Diagnosis
Tujuan diagnostik telars prematur adalah untuk
membedakannya dengan pubertas prekoks sentral
sedini mungkin karena tata laksananya yang sangat jauh
berbeda. Sebagaimana telah dijelaskan, efek peningkatan
estrogen pada telars prematur bersifat lokal sehingga
pada telars prematur umumnya tidak akan terlihat efek
sistemik estrogen. Secara klinis akan tampak pola
pertumbuhan linear masih normal tanpa adanya
akselerasi, usia tulang masih sesuai dengan usia
kronologis.
Pada pemeriksaan USG pelvis terlihat uterus
berukuran prepubertal (rasio korpus banding serviks
adalah 1:2), sehingga tidak terjadi menstruasi.
Pemeriksaan hormonal pada telars prematur
memperlihatkan pola prepubertal. Kadar estradiol
berada dalam tingkat prepubertal sesuai dengan usia
pasien, namun kadang-kadang sedikit meningkat. Kadar

66 I .... Remaja dan Perimenopause


FSH (Follicle stimulating hormone) basal dan LH (luteinizing
hormone) biasanya normal, namun FSH mungkin agak
meningkat. Demikian pula terhadap uji stimulasi LHRH
menunjukkan pola prepubertal (FSH dominan).

Tata laksana
Telars prematur merupakan suatu keadaan yang self
limited dan jarang sekali menjadi pubertas prekoks
sentral. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa telars
prematur yang terjadi pada usia kurang dari 3 tahun
mempunyai prognosis yang baik, karena payudara
umumnya akan mengalami regresi spontan, sehingga
disarankan untuk tidak melakukan pemeriksaan dan
pengobatan yang tidak perlu.
Penjelasan terhadap orangtua merupakan kunci,
bertujuan memberikan keyakinan bahwa sebagian besar
telars prematur bersifat jinak dan tidak perlu khawatir
terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak
selanjutnya. Yang lebih penting pada kasus telars
prematur adalah pemantauan sedini mungkin
kemungkinan terjadinya pubertas prekoks sentral yang
dapat dilakukan baik secara klinis, laboratoris, maupun
dengan pemeriksaan penunjang radiologis. Hal ini sangat
penting agar terapi sedini mungkin dapat segera
dilakukan pada pasien telars prematur yang berkembang
menjadi pubertas prekoks sentral.
Walaupun angka kejadian telars prematur yang
berkembang menjadi pubertas prekoks sangat kecil,
namun dampak yang ditimbulkan oleh pubertas prekoks
sentral sangat besar, meliputi aspek fisis, sosial,
psikologis baik pada pasien maupun pada orangtua. Oleh
sebab itu setiap pasien telars prematur perlu diamati
secara berkala dan teratur kemungkinan berkembang
menjadi pubertas prekoks sentral, sehingga deteksi dini

67 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


dan terapi cepat dan adekuat dapat dilakukan.
5. Perilaku Seksual Remaja
Konsep perilaku seksual remaja ini mengacu pada
teori perilaku dari Benyamin Bloom. Benyamin Bloom
(1908, dalam Notoatmodjo 2007), mengklasifikasikannya
menjadi 3 (tiga) domain yaitu; kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotor (tindakan). Jadi, perilaku
seksual remaja dapat diartikan sebagai pengetahuan,
sikap, dan tindakan dalam pemenuhan hasrat seksual
yang dilakukan sendiri oleh remaja atau bersama
pasangan saat berpacaran.
Secara umum bahasa seks mengacu pada aktivitas
seksual. Seksualitas adalah perasaan, sikap, dan tindakan
seks (biologi) manusia terhadap dirinya atau orang lain.
Konsep perilaku seksual sering dianggap terjadinya
hubungan seksual (penetrasi dan ejakulasi) seorang pria
dengan wanita. Selain itu, seksualitas juga termasuk di
dalamnya adalah perihal jenis kelamin, organ reproduksi,
gairah seksual, hubungan dan kelainan seksual (Imron,
2012).
Berbeda dengan konsep perilaku seksual, perilaku
pacaran didefinisikan sebagai legalitas hubungan dua
orang yang bertujuan untuk menemukan seseorang yang
khusus untuk persahabatan atau pengalaman berbagi
atau bertujuan tertentu lainnya. Aktivitas remaja saat
berpacaran dijabarkan berupa berkenalan, kencan,
pernyataan cinta, bahkan lebih jauh dapat berupa
bercumbu dan membelai touching, berciuman, saling
berdekapan, dan berhubungan seksual (sexual
intercourse).
Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKKRI) tahun 2007, didapatkan bahwa sebesar 62%
remaja (usia 15-19 tahun) telah terbiasa berpegangan
tangan saat berpacaran lebih tinggi terjadi hingga 73% di

68 I .... Remaja dan Perimenopause


daerah perkotaan. Berciuman mulai dari light kissing
sampai dengan deep kissing telah terjadi pada usia 13-15
tahun. Data SKRRI (2007), menyatakan bahwa remaja
desa usia 15-19 tahun sebesar 27,05% telah berciuman
dengan pasangannya, adapun di perkotaan sebesar
40,35% (Muflih and Syafitri, 2018).
Berdasarkan penelitian (Nadhiroh, 2019) tentang
pengaruh struktur keluarga, meditasi, dan kesehatan
mental terhadap perilaku seksual pada remaja
menunjukkan bahwa keluarga memiliki peran penting
terhadap perilaku seksual pada remaja. Oleh karena itu
seorang remaja yang memiliki perilaku seksual
menyimpang, perlu dilakukan pengkajian terhadap
keluarganya untuk membantu menyelesaikan
permasalahan remaja tersebut.

6. Kehamilan Remaja
Batasan Kehamilan Tidak Diinginkan Kehamilan tidak
diinginkan adalah suatu kondisi dimana pasangan tidak
menginginkan kehamilan akibat dari perilaku seksual
yang disengaja maupun tidak disengaja. Definisi lain
menyebutkan kehamilan yang terjadi saat salah satu atau
kedua belah pihak dari pasangan tidak menginginkan
anak sama sekali atau kehamilan yang sebenarnya
diinginkan tapi tidak pada saat itu, dimana kehamilan
terjadi lebih cepat dari yang telah direncanakan (Sanata
dan Sadewo, 2013).
Frekuensi Dan Distribusi Kejadian kehamilan yang
tidak direncanakan berkisar antara 1,6% dan 5,8%,
banyak dialami oleh ibu berpendidikan sampai SMP
(65,5%), ibu yang tidak bekerja (52,3%), dari status
ekonomi kuantil ke 1 dan 2 (60%), berusia di atas 35
tahun. Berdasarkan status demografi, kehamilan tidak
terencana terjadi pada usia perkawinan dengan usia

69 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


muda (16 s/d 20 tahun) (51,7%), lama perkawinan yang
kurang dari 10 tahun (42,5%), anak antara 1 s/d 2 (41,9%)
(Sanata dan Sadewo, 2013).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Tidak
Diinginkan Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kehamilan tidak diinginkan adalah (WHO, 2000):
a. Tindakan perkosaan ataupun kekerasan seksual,
b. kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi,
c. bayi yang dikandung ternyata menderita cacat
majemuk yang berat,
d. kondisi kesehatan ibu yang tidak memungkinkan
untuk menjalani kehamilan,
e. tuntutan karir yang tidak mengijinkan wanita
tersebut hamil,
f. incest (akibat hubungan antar keluarga),
g. hubungan seksual pra nikah, sehingga dirasa masih
belum saatnya untuk terjadi, yang didukung pula
oleh karena rendahnya pengetahuan akan
kesehatan reproduksi dan seksual,
h. jika hamil di usia remaja, remaja belum memiliki
kesiapan untuk menjalani kehamilan, baik secara
psikis, sosial, fisik, ataupun secara ekonomi,
i. terkait kehamilan yang memiliki makna yang salah,
seperti berhubungan seksual sekali tidak akan
menyebabkan kehamilan, minum alkohol dan
lompat-lompat pasca berhubungan seksual dapat
menyebabkan sperma tumpah kembali sehingga
tidak akan menyebabkan kehamilan, dan masih
banyak lagi mitos lainnya. Namun sayangnya sampai
sekarang masih banyak yang beranggapan bahwa
hal tersebut tidak salah.

70 I .... Remaja dan Perimenopause


Dampak Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Jika yang mengalami KTD adalah remaja, maka
dampaknya terkait dengan kesiapan remaja dalam
menjalani kehamilan. Banyak di antara remaja yang
mengalami KTD tidak mendapat dukungan dari
lingkungan sosialnya, dikucilkan, atau bahkan terpaksa
berhenti sekolah. Hal tersebut akan mengakibatkan
remaja secara psikis akan akan mengalami tekanan, baik
itu perasaan bersalah, menyesal, ataupun malu.
Kehamilan tidak diinginkan (KTD) yang terjadi pada
remaja kerap kali berujung pada pengguguran
kandungan yang tidak aman dan berisiko karena kalau
kehamilannya dilanjutkan akan membuatnya malu dan
secara finansial tidak dapat menghidupi anaknya. Usia
muda yang menjalani kehamilan tentu lebih berisiko
terhadap terjadinya masalah pada organ reproduksi
(Setianingrum, V.E., 2013).
Pencegahan Kejadian dan Dampak Kehamilan Tidak
Diinginkan Hal-hal yang harus diperhatikan untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan adalah
(Setianingrum, V.E., 2013):
1) Pemberdayaan remaja perempuan,
2) Memperbaiki ketidaksetaraan gender,
3) Menghormati hak asasi manusia untuk semua,
4) Mengurangi kemiskinan.
Kebijakan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan
pencegahan di atas adalah (Setianingrum, V.E., 2013):
1) intervensi preventif pada remaja usia 10-14 tahun,
2) hentikan pernikahan dini dibawah usia 18 tahun,
pencegahan terhadap kekerasan dan pemaksaan
seksual,
3) menjaga kesehatan perempuan dalam kondisi sehat
optimal,

71 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


4) melindungi hak atas pendidikan, kesehatan,
keamanan dan kebebasan dari kemiskinan,
5) mengupayakan pendidikan remaja perempuan,
melibatkan pria menjadi bagian dari solusi,
6) pendidikan seksual dan akses pelayanan kesehatan
yang ramah remaja, serta adanya konselor sebaya
bagi remaja yang membutuhkan,
7) pembangunan yang merata.

Aborsi
Aborsi adalah hilangnya atau gugurnya kehamilan
sebelum umur kehamilan 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram yang berakibat kematian janin
(Wiknjosastro, 2002). Definisi aborsi berdasarkan KUHP
adalah:
1. Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang
lengkap tercapai (38-40 minggu).
2. Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan (berat kurang dari 500 gram
atau kurang dari 20 minggu).

Aborsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Spontaneous abortion: gugurnya kandungan yang
disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-
sebab alami.
2. Induced abortion atau procured abortion:
pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk
di dalamnya adalah:
a. Therapeutic abortion. Pengguguran yang
dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani
sang ibu.

72 I .... Remaja dan Perimenopause


b. Eugenic abortion. Pengguguran yang dilakukan
terhadap janin yang cacat.
c. Elective abortion. Pengguguran yang dilakukan
untuk alasan-alasan lain.

Frekuensi dan distribusi abortus kompas


menyebutkan aborsi mencapai 2,5 juta kasus per tahun.
penelitian lain memperkirakan sekitar 2 juta kasus aborsi.
angka kejadian keguguran secara nasional adalah 4%,
bervariasi mulai 2,4% di Bengkulu sampai 6,9% di Papua
Barat. Dari karakteristik sosial responden, kejadian
tersebut 42,9% terjadi pada kelompok usia di atas 35
tahun, 44,5% berpendidikan sampai dengan SD, 49,1%
tidak bekerja dan 55,9% tinggal di wilayah perkotaan. Dari
semua kejadian keguguran, ada 6.54% diantaranya di
aborsi.
Aborsi banyak dilakukan oleh ibu berusia diatas 35
tahun, berpendidikan tamat SMA, tidak bekerja dan
tinggal di perkotaan. Cara yang dominan digunakan
untuk menghentikan kehamilan adalah kuret. Jamu, pil
dan suntik merupakan alternatif cara mengakhiri
kehamilan yang tidak diinginkan. Menggunakan bantuan
tenaga medik, dokter (55%) dan bidan (20.63%) (Sanata
dan Sadewo, 2013).
Dampak abortus dampak yang ditimbulkan akibat
terjadinya abortus adalah sebagai berikut (Wiknjosastro,
2002):
1) Perforasi dinding uterus hingga rongga peritoneum
atau kandung kencing. Hal ini terjadi jika letak dan
ukuran uterus tidak diperiksa terlebih dahulu, atau
terdapat tekanan yang berlebihan saat tindakan
berlangsung.
2) Luka pada serviks uteri, terjadi karena dilatasi uterus
dipaksakan hingga timbul sobekan pada servik.

73 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Akibat yang mungkin muncul dari komplikasi ini
adalah perdarahan atau servik inkompeten di masa
yang akan datang.
3) Pelekatan pada kavum uteri karena kerokan
dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman dan
terkerok hingga jaringan otot rahim.
4) Perdarahan, terjadi pada tindakan kuretase pada
kehamilan yang agak tua atau kehamilan dengan
mola hidatidosa.
5) Infeksi, terjadi jika tindakan yang dilakukan tidak
menggunakan syarat asepsis dan antisepsis. Infeksi
kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis
antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya,
sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6) Komplikasi yang dapat timbul pada Janin. Sebagian
besar janin akan meninggal terutama pada abortus
provokatus kriminalis. Jika janin dapat hidup maka
kemungkinan akan mengalami cacat fisik.
7) Dampak psikologis atau gangguan emosional:
kecewa, mudah menangis, rasa bersalah (Harsanti,
2010).

7. Pengaruh NAPZA pada Remaja


Pengertian dan Jenis Narkoba Narkoba adalah
singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya.
Istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah
Napza yang merupakan singkatan dari narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif (UU No 35 Tahun 2009).
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

74 I .... Remaja dan Perimenopause


perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35
tahun 2009). Zat atau tanaman yang termasuk jenis
narkotika adalah:
a. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak,
opium obat, morfina, kokaina, ecgonine, tanaman
ganja dan damar ganja.
b. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan
kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-
sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada
aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang no. 5
tahun 1997). Berdasarkan UU tersebut, psikotropika
dibagi menjadi 4 golongan, namun setelah
disahkannya UU no. 35 tahun 2009 tentang
narkotika, maka psikotropika golongan I dan II
dimasukkan ke dalam golongan narkotika.
Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah
psikotropika hanya menyangkut psikotropika
golongan III dan IV sesuai Undang-Undang no. 5
tahun 1997. Zat yang termasuk psikotropika antara
lain Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,
Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon,
Metilfenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,
Shabu-shabu, LSD (Lysergic Synthetic Diethylamide)
dan sebagainya.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-
bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang
dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau
kokaina yang dapat mengganggu sistem saraf pusat,
seperti Alkohol yang mengandung ethyl etanol,

75 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


inhalen atau sniffing (bahan pelarut) berupa zat
organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama
dengan yang dihasilkan oleh minuman yang
beralkohol atau obat anestetik jika aromanya dihisap.
Contohnya adalah seperti lem atau perekat, aceton,
ether dan sebagainya.
Psikotropika antara lain Sedatin (Pil BK),
Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine,
Fensiklidin, Metakwalon, Metilfenidat, Fenobarbital,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lysergic
Synthetic Diethylamide) dan sebagainya.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-
bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang
dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau
kokaina yang dapat mengganggu sistem saraf pusat,
seperti Alkohol yang mengandung ethyl etanol,
inhalen atau sniffing (bahan pelarut) berupa zat
organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama
dengan yang dihasilkan oleh minuman yang
beralkohol atau obat anestetik jika aromanya dihisap.
Contohnya adalah seperti lem atau perekat, aceton,
ether dan sebagainya.
c. Stimulan sistem saraf pusat, hal ini dapat
menyebabkan ketergantungan psikologis yang
sangat kuat, seperti amfetamin, nikotin, kafein,
kokain, MDMA, metilfenidat, betel nut.
d. Halusinogen, dalam hal ini akan mempengaruhi
sensasi, emosi, dan kewaspadaan, serta
menyebabkan gangguan persepsi realitas.
Obat ini menyebabkan ketergantungan
psikologis namun tidak menyebabkan
ketergantungan fisik. Obat tersebut adalah LSD,
meskalin, DMT, DOM, MDMA, MDA, PCP, psilocybin.

76 I .... Remaja dan Perimenopause


e. Derivat opium dan morfin, digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri dan menyebabkan
ketergantungan psikologis dan fisik.
Obat tersebut adalah morfin, heroin, kodein,
meferidin, metadon, fentanil dan opium.
f. Anestesi yang digunakan sebagai obat bius (ketamin
dan pensiklidin atau PCP).

Faktor Risiko Penyalahgunaan Narkoba dan


Minuman Keras Beberapa faktor yang menjadi risiko
seseorang mengalami penyalahgunaan obat adalah
(Sidiartha dan Westa, 2010):
a. Faktor genetik.
Penelitian menunjukkan remaja dari orangtua
alkoholik memiliki kecenderungan 3-4 kali lebih
besar menjadi alkoholik daripada remaja dari
orangtua bukan alkoholik. Remaja kembar
monozigotik juga berisiko menjadi alkoholik daripada
kembar dizigot.
b. Pola asuh keluarga.
Pola asuh yang demokratis memiliki risiko lebih
rendah mengalami penyalahgunaan obat daripada
pola asuh yang disiplin dan ketat. Keluarga yang
antisosial dan kriminal juga memiliki kecenderungan
berisiko mengalami penyalahgunaan obat.
c. Lingkungan atau teman.
Pengaruh teman dekat lebih besar daripada
orang yang tidak dikenal. Remaja dengan riwayat
kejahatan, bolos sekolah, gagal di sekolah atau
perilaku seks bebas berisiko menyalahgunakan obat.
d. Gangguan psikiatrik.
Depresi atau gangguan kecemasan berisiko
mengalami penyalahgunaan obat lebih besar

77 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


daripada yang tidak memiliki riwayat gangguan
tersebut (Rahayu et al., 2017).

D. Evaluasi

1. Jelaskan pengaruh NAPZA pada remaja !


2. Jelaskan perbedaan perilaku seksual pada remaja di
perkotaan dan di pedesaan !
3. Jelaskan yang dimaksud dengan pubertas prekok !

78 I .... Remaja dan Perimenopause


5 Fisiologi dan Psikologi
Menopause

A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi dan psikologi
menopause

B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi menopause
2. Ketepatan menjelaskan tahapan menopause
3. Ketepatan menjelaskan pembagian kelompok usia lanjut
4. Ketepatan menjelaskan tanda dan gejala klinis menopause
5. Ketepatan menjelaskan gizi pada masa perimenopause

C. Materi Pembelajaran
1. Definisi Menopause
Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata
men yang berarti bulan dan peuseis yang berarti
‘penghentian sementara’. Sebenarnya, secara linguistik
kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti
‘masa berhentinya menstruasi. Dalam pandangan medis,
menopause didefinisikan sebagai masa penghentian haid
untuk selamanya. Menopause juga bisa diartikan masa
berhentinya menstruasi untuk selamanya biasanya
menopause terjadi pada wanita 45–55 tahun. Diagnosis
menopause dibuat setelah berhenti menstruasi kurang
lebih satu tahun.

79 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Proses menua adalah proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan tubuh untuk mengganti sel yang
rusak dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
rangsangan (misalnya penyakit) dan tidak mampu
memperbaiki kerusakan yang diderita. Aging atau menua
adalah proses menjadi lebih tua yang menggambarkan
perubahan seseorang seiring berjalannya waktu. Proses
menua merupakan proses multidimensi dari fisik,
psikologis dan sosial.
Teori-teori yang mengemukakan tentang proses
penuaan pada manusia adalah sebagai berikut:
a. Teori telomere Telomere adalah bagian paling ujung
dari DNA.
Dengan adanya telomere, penggandaan DNA
yang berlangsung sebelum pembelahan sel dapat
dilakukan secara tuntas. Dengan demikian dikatakan
bahwa telomere berperan dalam membatasi lama
hidup.
b. Teori siklus sel reproduksi
Teori ini menyatakan bahwa proses menua
dipengaruhi hormon reproduksi melalui sinyal sel
yang terlibat dalam pertumbuhan dan
perkembangan di masa awal kehidupan dan akan
mempertahankan fungsi reproduksi di masa
setelahnya. Gangguan sistem hormon akan diikuti
oleh berkurangnya folikel hingga menjadi
menopause, dan rusaknya sel Leydig dan sertoli
sehingga menjadi andropause. Kondisi tersebut
mengganggu sinyal siklus sel yang akan mengarah ke
kematian dan disfungsi sel, disfungsi jaringan
(munculnya penyakit), hingga kematian (Rahayu et al.,
2017).

80 I .... Remaja dan Perimenopause


2. Tahapan Menopause

Gambar 1. Tahapan Menopause

Premenopause
a. Fase dimulainya klimakterium.
b. Siklus haid mulai tidak teratur, perdarahan haid
memanjang, jumlah darah haid meningkat, kadang
disertai nyeri haid.
c. Perubahan endokrinologi : fase folikuler memendek,
kadar estrogen meningkat, kadar FSH meningkat,
fase luteal stabil

Perimenopause
a. Fase peralihan antara premenopause dan pasca
menopause.
b. Tanda : siklus haid tidak teratur (>38 hari/<18 hari)
c. 40% siklus anovulatorio
d. Mulai muncul keluhan klimakterium.
e. Bila ovulasi, kadar progesteron menurun, kadar FSH,
LH dan estrogen bervariasi.

81 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Menopause
a. Haid alami terakhir
b. Atresia folikel meningkat; folikel tidak cukup;
produksi estrogen menurun
c. Tidak haid 12 bulan, FSH darah >40 mlU/ml dan
kadar estradiol <30 pg/ml

Pasca menopause
a. Masa setelah menopause atau senium yang dimulai
setelah 12 bulan amenorea
b. Kadar estradiol sangat rendah 20-30 pg/ml
c. Kadar hormon FSH & LH tinggi
d. Endometrium menjadi atrofi sehingga haid tidak
mungkin terjadi lagi

3. Pembagian Kelompok Usia Lanjut


Pembagian Kelompok Usia Lanjut Pembagian
kelompok usia lanjut akan dipaparkan sebagai berikut
(Wijayanti, 2008):
a. Menurut Departemen Kesehatan RI
1) Masa Virilitas atau menjelang usia lanjut : 45-54
tahun
2) Masa Presenium atau lansia dini : 55-64 tahun
3) Masa Senium atau usia lanjut : >65 tahun
4) Lansia berisiko tinggi : 70 tahun
b. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
1) Usia Lanjut ini : 60-74 tahun
2) Usia Tua : 75-89 tahun
3) Usia Sangat Lanjut : >90 tahun

4. Tanda dan Gejala Klinis Menopause


Permasalahan pada Lansia Permasalahan yang
seringkali dialami pada saat seseorang masuk pada masa
lansia yaitu (Wijayanti, 2008):

82 I .... Remaja dan Perimenopause


a. Panca indera
Sekresi saliva berkurang mengakibatkan
pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada
permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi
penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa
manis dan asin. Keadaan ini akan mempengaruhi
nafsu makan, dan dengan demikian asupan gizi juga
akan terpengaruh. Indera penciuman, penglihatan
dan pendengaran juga mengalami penurunan fungsi.
b. Esophagus
Lapisan otot polos mulai melemah yang akan
menyebabkan gangguan kontraksi dan reflek
spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan
makan menjadi tidak nyaman.
c. Lambung
Pengosongan lambung lebih lambat, sehingga
orang akan makan lebih sedikit karena lambung
terasa penuh, terjadilah anoreksia. Penyerapan zat
gizi berkurang dan produksi asam lambung menjadi
lebih sedikit untuk mencerna makanan. Diatas umur
60 tahun, sekresi HCl dan pepsin berkurang,
akibatnya absorpsi protein, vitamin dan zat besi
menjadi berkurang. Terjadi overgrowth bakteri
sehingga terjadi penurunan faktor intrinsik yang juga
membatasi absorbsi vitamin B12. Fungsi asam
empedu menurun menghambat pencernaan lemak
dan protein, terjadi juga malabsorbsi lemak dan
diare.
d. Tulang
Kepadatan tulang akan menurun, sehingga akan
mudah rapuh (keropos) dan patah.
e. Otot
Penurunan berat badan sebagai akibat
hilangnya jaringan otot dan jaringan lemak tubuh.

83 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40
tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun.
Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang
sering merasa letih dan merasa lemah, daya tahan
tubuh menurun karena terjadi atrofi. Berkurangnya
protein tubuh akan menambah lemak tubuh.
Perubahan metabolisme lemak ditandai dengan
naiknya kadar kolesterol total dan trigliserida.
f. Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia
35–80 tahun.
g. Jantung dan pembuluh darah
Jumlah jaringan ikat pada jantung (baik katup
maupun ventrikel) meningkat sehingga efisien fungsi
pompa jantung berkurang. Pembuluh darah besar
terutama aorta menebal dan menjadi fibrosis.
Pengerasan ini, selain mengurangi aliran darah dan
meningkatkan kerja ventrikel kiri,juga mengakibatkan
ketidakefisienan baroreseptor (tertanam pada
dinding aorta, arteri pulmonalis, sinus karotikus).
Kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah
berkurang.
h. Paru
Elastisitas jaringan paru dan dinding dada
berkurang, kekuatan kontraksi otot pernapasan
menurun sehingga konsumsi oksigen akan menurun.
i. Endokrin
Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah
sekresi, respon terhadap stimulasi serta struktur
kelenjar endokrin testosterone, estrogen dan
progesterone.

84 I .... Remaja dan Perimenopause


j. Kulit dan rambut
Kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan
tidak elastis lagi. Rambut rontok dan berwarna putih,
kering dan tidak mengkilap.
k. Sistem imun
Penurunan fungsi imun yang berakibat tingginya
kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan.

Gambar 2. Tanda dan Gejala Menopause Fisik

Selain gejala fisiologis yang disebutkan di atas, yang


paling sering dialami oleh perempuan menopause adalah
hot flushes. Hot flashes adalah sensasi panas atau gerah
terutama di leher, wajah, dan dada. Rasa panas dan
gerah ini bisa muncul secara tiba-tiba dan disertai
dengan kulit yang terlihat kemerahan. Umumnya, hot
flashes dialami oleh wanita yang sedang memasuki fase
perimenopause dan menopause.
Penyebab hot flashes masih belum diketahui secara
pasti. Akan tetapi, para ahli menduga keluhan ini terjadi
karena adanya penurunan kadar hormon estrogen yang

85 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


memengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh, sehingga
tubuh menjadi lebih sensitif terhadap perubahan suhu.
Nadhiroh melakukan penelitian bahwa hypnotherapy
dapat mengurangi hot flashes pada perempuan
menopause. Hypnotherapy ini dilakukan secara rutin
untuk mengalihkan sensasi panas pada perempuan
menopause (Nadhiroh, 2020b).

Gejala Psikologis
a. Selain gejala fisik seperti yang dikemukakan di atas,
terdapat pula gejala psikis yang menonjol pada
wanita menopause seperti mudah tersinggung,
susah tidur, kecemasan, gangguan daya ingat, stress,
depresi, tertekan, gugup dan kesepian. Ada juga
wanita yang kehilangan harga diri karena
menurunnya daya tarik fisik dan seksual, merasa
tidak dibutuhkan.
b. Semua tanda dan gejala di atas mulai datang pada
waktu yang lebih awal yaitu sekitar 3–5 tahun
sebelum menopause atau sebanding dengan usia
40–45 tahun

5. Gizi pada Masa Perimenopause


Wanita menopause memiliki kebutuhan gizi yang
berbeda dari usia sebelumnya. Takaran dan pilihan
makanan dapat membantu menjaga keseimbangan fisik
dan psikologis. Konsumsi makanan yang mengandung
kalsium, vitamin D, Vitamin E, fitoestrogen, protein.
Kurangi lemak dan garam.
a. Sistem kekebalan tubuh wanita menopause
seringkali menurun; rentan berbagai gangguan
kesehatan.

86 I .... Remaja dan Perimenopause


b. Konsumsi protein; membantu meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dan memperbaiki sel-sel yang
rusak.
c. Protein ditemukan pada daging tanpa lemak, ikan,
telur, kacang-kacangan.
d. Kalsium, untuk mencegah osteoporosis.
e. Penurunan estrogen; massa tulang menjadi cepat
hilang dan kualitas tulang menurun.
f. Kalsium ditemukan pada susu, yoghurt, keju, ikan,
kacang-kacangan, brokoli.
g. Vitamin D sangat baik untuk membantu penyerapan
kalsium pada tulang sehingga baik dikonsumsi
bersamaan dengan kalsium untuk menghambat
terjadinya osteoporosis.
h. Sumber vitamin D yang baik antara lain minyak ikan,
ikan sardin, ikan makarel, hati, dan telur.
i. Vitamin E melindungi wanita menopause dari
masalah jantung dan juga dapat mengatasi hotflush
(rasa panas) dan berkeringat di malam hari. Vitamin
E dapat diperoleh dari makanan seperti kacang-
kacangan, biji-bijian, minyak sayur, dan sereal.
j. Fitoestrogen terdiri dari 3 komponen utama yaitu
isoflavon, coumestan, dan lignan. Isoflavon
merupakan salah satu fitoestrogen yang banyak
diteliti. Beberapa studi menunjukan fitoestrogen
memiliki manfaat berkaitan dengan penyakit
kardiovaskuler, osteoporosis, dan gejala-gejala
menopause. Sumber isoflavon dapat diperoleh dari
kacang merah, kecambah, atau kedelai (olahan
kedelai seperti susu, tahu, tempe).

87 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


D. Evaluasi

1. Jelaskan menu makan atau gizi yang baik untuk


perempuan menopause !
2. Jelaskan perbedaan perubahan psikologis dan fisiologi
pada perempuan menopause !

88 I .... Remaja dan Perimenopause


6 Kanker Serviks

A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan kanker serviks

B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi kanker serviks
2. Ketepatan menjelaskan faktor resiko kanker serviks
3. Ketepatan menjelaskan tanda dan gejala kanker serviks
4. Ketepatan menjelaskan diagnosis pada kanker serviks
5. Ketepatan menjelaskan kondisi serviks normal dan kanker
serviks
6. Ketepatan menjelaskan teknis deteksi dini kanker serviks
7. Ketepatan menjelaskan pencegahan kanker serviks

C. Materi Pembelajaran
1. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal
dari serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah
uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan
dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.

Gambar 3. Penampakan kanker serviks

89 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


2. Faktor Resiko Kanker Serviks
Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV
(Human Papillomavirus) sub type onkogen, terutama sub
type 16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker
serviks antara lain: aktivitas seksual pada usia muda,
berhubungan seksual dengan multipartner, merokok,
mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah,
pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif),
penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.
Berdasarkan penelitian (Nadhiroh, 2020a) bahwa
kartu skor faktor risiko kanker serviks dapat digunakan
untuk mengetahui skor risiko kanker serviks pada wanita
usia reproduksi dengan melakukan self assessment.

3. Tanda dan Gejala Kanker Serviks


a. Pendarahan vagina yang tidak normal
Ketika wanita menderita kanker serviks, gejala
yang biasanya muncul adalah perdarahan yang tidak
normal pada vagina. Perdarahan yang dialami bisa
lebih banyak atau pun lebih sedikit dari menstruasi
biasanya.
Selain itu, perdarahan juga dapat terjadi diantara
periode menstruasi, terjadi pada wanita yang sudah
menopause, atau saat sedang berhubungan seksual.
b. Keputihan yang tidak biasa
Ciri-ciri kanker serviks lainnya adalah keputihan
yang tidak normal. Lendir pada keputihan akan
mengalami perubahan warna, memiliki aroma yang
tidak sedap atau bau, serta terjadi perubahan
tekstur dan konsistensi cairan vagina. Meski
demikian, keputihan yang tidak biasa ini juga bisa
disebabkan oleh penyakit lain, sehingga Anda
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter saat
mengalaminya.

90 I .... Remaja dan Perimenopause


c. Nyeri saat berhubungan intim
Pada stadium lanjut, tanda yang muncul dapat
lebih beragam, salah satunya adalah nyeri panggul
saat berhubungan intim. Nyeri ini menimbulkan rasa
tidak nyaman sewaktu berhubungan intim.
Jika merasakan keluhan ini, segera periksakan
diri ke dokter guna memastikan penyebabnya.
Pasalnya, selain dikaitkan dengan penyakit kanker
serviks, keluhan ini juga dapat dipicu oleh penyakit
lain, seperti endometriosis atau fibroid.
d. Frekuensi buang air kecil meningkat
Sakit saat buang air kecil dan tidak bisa
menahan keinginan untuk buang air kecil juga
menjadi gejala atau ciri-ciri kanker serviks. Kondisi ini
biasanya disebabkan oleh sel kanker yang tumbuh
mengelilingi leher rahim, lalu menyebar hingga ke
kandung kemih. Namun gejala ini juga bisa muncul
akibat infeksi saluran kemih (ISK), sehingga Anda
perlu untuk ke dokter untuk memastikannya.
e. Mudah lelah
Ciri lain yang akan muncul saat Anda menderita
kanker serviks adalah mudah lelah. Kondisi ini terjadi
akibat perdarahan yang tidak normal pada vagina,
sehingga lama kelamaan tubuh mengalami
kekurangan sel darah merah (anemia) yang
menyebabkan munculnya rasa lelah. Rasa lelah yang
dirasakan biasanya akan berlangsung setiap saat dan
tidak hilang meskipun telah beristirahat cukup.
f. Pembengkakan di salah satu tungkai
Ketika kanker serviks memasuki stadium lanjut,
biasanya akan menimbulkan berbagai komplikasi.
Salah satunya adalah pembengkakan pada tungkai.
Kondisi ini dapat terjadi ketika sel kanker menekan
pembuluh darah di panggul, sehingga menghambat

91 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


sirkulasi darah ke tungkai. Akibatnya, terjadi
penimbunan cairan yang membuat tungkai menjadi
bengkak.
g. Kehilangan nafsu makan
Ciri-ciri kanker serviks berikutnya adalah
penurunan atau kehilangan nafsu makan. Hal ini
dikarenakan penyebaran sel kanker dapat membuat
metabolisme tubuh berubah sehingga berpengaruh
terhadap nafsu makan Anda. Selain itu, penurunan
berat badan drastis yang tidak diketahui
penyebabnya, juga perlu dicurigai sebagai gejala
kanker.
h. Sembelit
Jika kanker serviks telah menyebar hingga ke
usus besar, akan berpotensi menyebabkan
konstipasi atau sembelit. Kondisi ini dapat terjadi
saat kanker serviks sudah memasuki stadium lanjut.
i. Bercak darah di urine (hematuria)
Jika sedang berkemih dan melihat urine
bercampur darah, segera konsultasikan ke dokter.
Bisa jadi itu merupakan salah satu tanda Anda
terkena kanker serviks.
j. Keluar urine atau feses dari vagina
Kanker serviks dapat juga memengaruhi fungsi
vagina. Saat sudah memasuki stadium lanjut, kanker
serviks dapat menimbulkan kebocoran urine atau
keluarnya tinja dari vagina. Hal ini bisa terjadi akibat
terbentuknya fistula antara vagina dan saluran
kemih, atau fistula ani antara vagina dan anus,
sehingga urine dan feses dapat melewati vagina.

Berbagai ciri-ciri kanker serviks di atas bisa juga


disebabkan oleh penyakit atau kondisi lain pada tubuh
Anda. Bagi wanita yang sudah aktif berhubungan seksual,

92 I .... Remaja dan Perimenopause


disarankan melakukan Pap Smear setidaknya tiga sampai
lima tahun sekali, atau ikuti anjuran dokter.

4. Diagnosis pada Kanker Serviks


Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan
gejala. Bila telah menjadi kanker invasif, gejala yang paling
umum adalah perdarahan (contact bleeding, perdarahan
saat berhubungan intim) dan keputihan. Pada stadium
lanjut, gejala dapat berkembang menjadi nyeri pinggang
atau perut bagian bawah karena desakan tumor di
daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter,
bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa
terjadi sesuai dengan infiltrasi tumor ke organ yang
terkena, misalnya: fistula vesikovaginal, fistula
rektovaginal, edema tungkai.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi,
biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO -IVP, foto
toraks dan bone scan , CT scan atau MRI, PET scan.
Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau rektum
harus dikonfirmasi dengan biopsi dan sitologi. Konisasi
dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan
klinik. Khusus pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi
dilakukan hanya pada kasus dengan stadium IB2 atau
lebih.

93 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


5. Kondisi Serviks Normal dan Kanker Serviks

Serviks Normal :
Halus
Berwarna pink/ merah muda
Ostium Uteri :
Nulipara bulat
Multipara slit/cruciate
Wanita postmenopause -
atrophic

Gambar 4. Serviks Normal dan Cervical Cancer

6. Teknis Deteksi Dini Kanker Serviks


Kanker serviks merupakan salah satu penyakit
berbahaya yang banyak menyebabkan kematian pada
wanita. Oleh karena itu, penting bagi para wanita untuk
mengetahui cara mendeteksi dan mencegah kanker ini
sejak dini. Ada beberapa cara untuk mendeteksi kanker
serviks, salah satunya adalah dengan melakukan IVA test
atau pemeriksaan Pap Smear.

7. Pencegahan Kanker Serviks


Di samping tes untuk mendeteksi sel dan jaringan
kanker, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
pencegahan kanker serviks dengan cara:
a. Menerima vaksin HPV
Perempuan disarankan untuk menerima vaksin
HPV sedini mungkin sebelum aktif secara seksual.
Vaksinasi dilakukan terutama untuk mencegah
infeksi virus HPV yang paling banyak menyebabkan
kanker, seperti HPV-16 dan HPV-18.

94 I .... Remaja dan Perimenopause


b. Menghindari seks berisiko
Melakukan seks yang aman dengan
menggunakan kondom dapat mengurangi
risiko terinfeksi HPV. Menghindari hubungan seksual
dengan berganti-ganti pasangan agar risiko terkena
infeksi HPV bisa diminimalisir.
c. Menghindari kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 3–4 kali lebih
besar untuk terkena kanker serviks. Hal ini
kemungkinan karena kebiasaan merokok membuat
sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah dalam
melawan virus HPV. Selain itu, kandungan karsinogen
(penyebab kanker) yang terdapat pada rokok dapat
membuat aktivitas virus HPV di serviks meningkat.
Virus HPV pun juga dapat bergerak lebih cepat
menuju sel serviks.
d. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
Penerapan pola makan yang sehat juga bisa
menjadi langkah untuk mengurangi risiko terkena
kanker, tak terkecuali kanker serviks. Konsumsi
makanan sehat dapat dimulai dengan makan banyak
buah dan sayuran setiap harinya. Hindari pula
makanan olahan yang kebanyakan tinggi kalori tapi
rendah nutrisi.
e. Menjaga berat badan ideal
Selain kanker serviks, menjaga berat badan juga
dapat menurunkan risiko terkena kanker jenis lain.
Menjaga berat badan ideal dapat dilakukan dengan
membiasakan diri melakukan aktivitas fisik atau
olahraga secara teratur, misalnya berjalan kaki
selama 30 menit setiap hari. Pencegahan kanker
serviks dapat berhasil dengan sangat baik jika
dimulai sejak dini. Oleh karena itu, penting untuk

95 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


tahu apa yang perlu dilakukan saat ini guna
mencegah kanker serviks.

D. Evaluasi

Seorang perempuan berumur 56 tahun, datang ke


Puskesmas dengan keluhan nyeri saat berhubungan dan
keluar darah pada kemaluan setelah berhubungan suami
istri. Hasil pemeriksaan didapatkan TD 130 mmHg, N 86
x/menit, P 16 x/menit, S 36.6oC.
Apakah tindakan yang harus dilakukan bidan dalam
mengatasi masalah tersebut ?

96 I .... Remaja dan Perimenopause


Skrining dan Pencegahan Kanker
7 Serviks dengan Metode IVA pada
Perempuan

A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan skrining dan
pencegahan kanker serviks dengan metode IVA pada
perempuan

B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi pemeriksaan IVA
2. Ketepatan menjelaskan tujuan pemeriksaan IVA
3. Ketepatan menjelaskan keuntungan pemeriksaan IVA
4. Ketepatan menjelaskan syarat pemeriksaan IVA
5. Ketepatan menjelaskan alat-alat pemeriksaan IVA
6. Ketepatan menjelaskan algoritma diagnosis deteksi dini
dan tata laksana (Program Skrining)
7. Ketepatan menjelaskan alur pemeriksaan IVA
8. Ketepatan menjelaskan cara pembuatan asam asetat
pada pemeriksaan IVA
9. Ketepatan menjelaskan cara membaca hasil IVA

C. Materi Pembelajaran
1. Definisi IVA Test
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah
pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan
asam cuka dengan mata telanjang untuk mendeteksi
abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5%.
IVA merupakan salah satu cara melakukan tes kanker
leher rahim yang mempunyai kelebihan yaitu

97 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


kesederhanaan teknik dan kemampuan memberikan
hasil yang segera. Selain itu juga bisa dilakukan oleh
hampir semua tenaga kesehatan yang telah
mendapatkan pelatihan.
2. Tujuan Pemeriksaan IVA
a. Melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai
salah satu penapisan kanker serviks.
b. Dapat segera diterapi jika ditemukan kondisi
abnormal.
c. Mengurangi morbiditas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang
ditemukan untuk mengetahui kelainan pada leher
rahim.
3. Keuntungan Pemeriksaan IVA
Sebagaimana dilansir dari Situasi Penyakit Kanker
dari Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan
RI, beberapa kelebihan tes IVA untuk kanker serviks
dibandingkan metode lainnya adalah:
a. Pemeriksaan lebih sederhana, cepat, dan mudah.
b. Tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium yang
rumit sehingga hasilnya bisa langsung diketahui.
c. Tidak harus di rumah sakit, tapi bisa juga di
puskesmas dengan dokter umum ataupun bidan.
d. Dinilai lebih efektif karena bisa dilakukan dengan
sekali datang (kunjungan tunggal).
e. Deteksi dini dengan IVA test memiliki cakupan sekitar
80 persen dalam kurun waktu sekitar 5 tahun, dan
diperkirakan dapat menurunkan kemungkinan
kanker serviks secara signifikan.
f. IVA test memiliki sensitivitas sekitar 77% persen
(rentang antara 56-94 persen), dan spesifitas kurang
lebih 86 persen (rentang antara 74-94 persen).
4. Syarat Pemeriksaan IVA
a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual.

98 I .... Remaja dan Perimenopause


b. Tidak sedang dalam keadaan menstruasi.
c. Tidak sedang hamil.
d. Tidak melakukan hubungan seksual dalam jangka
waktu 24 jam.

Pemeriksaan IVA sangat dianjurkan bagi wanita yang


berisiko terhadap kanker serviks, misalnya wanita dengan
riwayat kanker serviks dalam keluarga (keturunan),
memiliki lebih dari satu pasangan seksual, atau pernah
mengalami infeksi menular seksual.
5. Alat-alat Pemeriksaan IVA
a. Meja ginekologi
b. Spekulum
c. Lampu sorot
d. Larutan asam asetat 3-5%
e. Kapas lidi
f. Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan
g. Kasa
h. Kapas dan air hangat untuk vulva hygiene
i. Tampon tang
j. Bengkok
k. APD (sarung tangan, celemek, masker)

99 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


6. Alur Pemeriksaan IVA

Gambar 5. Alur Pemeriksaan IVA

7. Algoritma Diagnosis Deteksi Dini dan Tata Laksana


(Program Skrining)

100 I .... Remaja dan Perimenopause


8. Cara Pembuatan Asam Asetat pada Pemeriksaan IVA
Cuka dapur (mengandung asa asetat
20%)
Asam asetat untuk IVA (3-5%)
Untuk membuat asam asetat 5% : 1
bagian cuka dapur + 4 bagian air
Untuk membuat asam asetat 3% : 2
bagian cuka dapur + 11 bagian air

9. Cara Membaca Hasil IVA


Pemeriksaan IVA yang positif biasanya menandakan
adanya suatu lesi pra kanker, tetapi tentu saja
pemeriksaan IVA harus dipastikan dengan pemeriksaan
lainnya oleh dokter spesialis kandungan (Sp. OG), dengan
dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti Pap Smear, atau
biopsi. Hasil tes positif ini perlu di tindaklanjuti dengan
pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis kandungan
(Sp. OG).
a. IVA Radang
Pada pemeriksaan serviks didapatkan adanya
peradangan pada serviks (servicitis) atau adanya
temuan jinak misalnya polip pada serviks. Pada IVA
Radang diobati terlebih dahulu hingga normal baru
kemudian diulangi melakukan tes IVA.
b. IVA Positif
Dimana pada hasil pemeriksaan didapatkan
adanya kelainan yaitu menunjukkan adanya lesi
berwarna putih pada serviks dan ini merupakan
kelainan yang menunjukkan adanya lesi prekanker.
Secara umum hasil pemeriksaan IVA adalah
sebagai berikut :
1) IVA Negatif: Serviks normal.
2) IVA Radang : Pada pemeriksaan serviks
didapatkan adanya peradangan pada serviks

101 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


(servicitis) atau adanya temuan jinak misalnya
polip pada serviks.
3) IVA Positif : Dimana pada hasil pemeriksaan
didapatkan adanya kelainan yaitu menunjukkan
adanya lesi berwarna putih pada serviks dan ini
merupakan kelainan yang menunjukkan adanya
lesi prekanker.
4) IVA Kanker Serviks : Dimana kelainan
menunjukkan adanya kelainan sel akibat adanya
kanker serviks.
Hasil positif pada IVA mengarah pada diagnosis
pra kanker serviks, pengobatannya adalah dengan
Krioterapi dimana menyemprotkan N2O untuk
membekukan lesi pra kanker sehingga sel kanker
tersebut diharapkan mati dan luruh lalu tumbuh
kembali sel yang sehat. Penanganan lainnya adalah
dengan Kolposkopi, yaitu mengambil sebagian
jaringan dari serviks dan melihatnya di bawah
mikroskop untuk menemukan sel kanker. Jika Hasil
tes IVA Positif maka perlu ditindaklanjuti dengan
pemeriksaan lebih lanjut, misalnya dengan biopsi
oleh dokter spesialis kandungan (Sp. OG).

102 I .... Remaja dan Perimenopause


Gambar 6. Atlas IVA

103 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


D. Evaluasi

Seorang perempuan berumur 39 tahun, datang ke


Puskesmas dengan keluhan keluar keputihan dengan jumlah
banyak dan tidak gatal. Ibu tersebut ingin melakukan
pemeriksaan untuk mengetahui kondisi ibu. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD 130/90 mmHg,
N 86 x/menit, P 16 x/menit, S 36.6oC.
Apakah tindakan yang harus dilakukan bidan dalam
mengatasi masalah tersebut ?

104 I .... Remaja dan Perimenopause


8
Skrining dan Pencegahan Kanker
Serviks dengan Metode Pap Smear
pada Perempuan

A. Sub-CPMK
Mahasiswa mampu melakukan skrining dan pencegahan
kanker serviks dengan metode Pap Smear pada perempuan.

B. Indikator Pembelajaran
1. Ketepatan menjelaskan definisi pemeriksaan Pap Smear
2. Ketepatan menjelaskan tujuan pemeriksaan Pap Smear
3. Ketepatan menjelaskan keuntungan pemeriksaan Pap
Smear
4. Ketepatan menjelaskan syarat pemeriksaan Pap Smear
5. Ketepatan menjelaskan alat-alat pemeriksaan Pap Smear
6. Ketepatan menjelaskan algoritma diagnosis deteksi dini
dan tata laksana (Program Skrining) Pap Smear
7. Ketepatan menjelaskan waktu pemeriksaan Pap Smear
8. Ketepatan menjelaskan cara membaca hasil Pap Smear

C. Materi Pembelajaran
1. Definisi Pap Smear
a. Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang
dikembangkan oleh Dr. George N. Papanicolaou
untuk penapisan awal dari kanker serviks/ leher
rahim.
b. Pemeriksaan Pap Smear adalah salah satu metode
pemeriksaan skrining kanker serviks yaitu dengan

105 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


pengambilan apusan sel epitel serviks yang akan
diperiksa .memakai mikroskop untuk mendeteksi lesi
prakanker dan kanker serviks.
c. Dengan menjalani pap smear atau pap test secara
rutin, kondisi leher rahim dapat dipantau dan kanker
serviks dapat terdeteksi secara dini.
2. Tujuan Pemeriksaan Pap Smear
a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan
dapat berkembang menjadi kanker serviks.
b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker
leher rahim bagi seseorang yang belum menderita
kanker.
c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi
pada sel-sel kanker leher rahim.
d. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.
3. Keuntungan Pemeriksaan Pap Smear
a. Pemeriksaan lebih sederhana, murah, dan mudah.
b. Pemeriksaan tergolong aman
c. Pap Smear memiliki akurasi (+ 80%)
4. Syarat Pemeriksaan IVA
a. Tidak bersenggama 2 hari sebelum pemeriksaan Pap
Smear
b. Tidak sedang haid
c. Tidak melakukan pembilasan vagina dengan cairan
khusus pembilas vagina
d. Sebaiknya tidak dilakukan pada wanita yang sedang
hamil
5. Alat-alat Pemeriksaan IVA
a. Meja ginekologi
b. Spekulum
c. Lampu sorot
d. Spatula Ayre
e. Cytobrush
f. Objek glass

106 I .... Remaja dan Perimenopause


g. Alkohol 95%
h. Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan
i. Kasa
j. Kapas dan air hangat untuk vulva hygiene
k. Tampon tang
l. Bengkok
m. APD (sarung tangan, celemek, masker)

6. Algoritma Diagnosis Deteksi Dini dan Tata Laksana


(Program Skrining)

7. Waktu Pemeriksaan Pap Smear


a. Pemeriksaan pap smear dilakukan paling tidak
setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau

107 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


telah melakukan hubungan seksual, sampai usia 70
tahun.
b. Dapat dilakukan kapan saja kecuali saat haid.
8. Hasil Pemeriksaan Pap Smear
Kelas I : Tidak ada sel abnormal.
Kelas II : Terdapat gambaran sitologi atipik namun
tidak ada indikasi adanya keganasan.
Kelas III : Gambaran sitologi yang dicurigai
keganasan, displasia ringan sampai
sedang.
Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai displasia
berat.
Kelas V : Keganasan

D. Evaluasi

Seorang perempuan berumur 42 tahun, datang ke


Puskesmas dengan keluhan keluar keputihan dengan jumlah
banyak, tidak gatal, dan sering kencing. Ibu tersebut ingin
melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi ibu. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg,
N 86 x/menit, P 16 x/menit, S 36.6oC. Sebelumnya ibu pernah
melakukan pemeriksaan IVA dan didapatkan hasil IVA (+).
Apakah tindakan yang sebaiknya dilakukan bidan dalam
mengatasi masalah tersebut ?

108 I .... Remaja dan Perimenopause


DAFTAR PUSTAKA

Adyani, A. (2019) ‘Efektifitas Terapi Yoga untuk Disminorea Primer


pada Siswa SMA’. Available at: http://repository.um-
surabaya.ac.id/.

Ahadti, Y. (2018) Edukasi “Kebutuhan Gizi Pada Remaja". Available


at: http://sirs.yankes.kemkes.go.id/fo/.

Anifah, F. (2020) ‘Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media


Video terhadap Pengetahuan tentang Anemia pada
Remaja’. Available at: http://repository.um-
surabaya.ac.id/.

Muflih, M. and Syafitri, E. N. (2018) ‘Perilaku Seksual Remaja dan


Pengukurannya dengan Kuesioner’, Jurnal Keperawatan
Respati Yogyakarta, 5(3), pp. 438–443. Available at:
http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index.

Nadhiroh, A. M. (2019) ‘Pengaruh struktur keluarga, meditasi, dan


kesehatan mental terhadap perilaku seksual pada
remaja’. Available at: http://repository.um-
surabaya.ac.id/.

Nadhiroh, A. M. (2020a) ‘Creation of Cervical Cancer Risk Factor


Score Card in order to Know the Risk Score for
Cervical Cancer in Women of Reproductive Age by
Conducting Self Assessment’. Available at:
http://repository.um-surabaya.ac.id/.

Nadhiroh, A. M. (2020b) ‘Hypnotherapy untuk mengurangi hot


flashes pada perempuan menopause’. Available at:
http://repository.um-surabaya.ac.id/.

109 I Asuhan Kebidanan pada Remaja .....


Rahayu, A. et al. (2017) Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia,
Airlangga University Press.

Suparni, I.E., Astutik, R.Y. 2016. Menopause: Masalah dan


Penanganannya. Yogyakarta: Deepublish

110 I .... Remaja dan Perimenopause

Anda mungkin juga menyukai