T UMUR 2,1TAHUN
DI PUSKESMAS LIANG
TAHUN 2022
Disusun Oleh :
NIM. B.1911033
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUHAN
A. Latar Belakang
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena
bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut survei
demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009, Angka Kematian
Balita (AKB) di Indonesia sebesar 44 per 10.000 kelahiran hidup.
Penyebab utama kesakitan dan kematian balita di Indonesia yaitu
Infeksisaluran Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yaitu sebesar 28% (depkes
RI, 2010).
Secara umum efek pncemaran udara terhadap saluran pernapasan
dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku
bahkan dapatberhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran
pernapasan akibat iritasi oleh baha pencemar. Produksi lender akan
meningkat sehingga menyebabkan
Penyakit ISPA merupakan salah satu penyebab utama morbiditas
dan mortalitas penyakit menular di dunia (WHO, 2007). ISPA merupakan
salah satu penyakit pernafasan yang menyebabkan kematian paling sering
pada anak-anak usia di bawah lima tahun (Elyana dan Candra, 2009).
Penyakit batuk pilek pada anak usia dibawah lima tahun (balita) di
Indonesia diperkirakan sebesar 2 sampai 3 kali setiap tahun (Kemkes RI,
2012). Pada banyak negara berkembang, lebih dari 50% kematian pada
umur anak-anak balita disebabkan karena infeksi saluran pernafasan akut,
yakni infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru. Salah satu yang
termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa,
radang tenggorokan, dan influenza (BPOM RI, 2013).
Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun,
menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat. Penyakit infeksi dan
kurang gizi masih termasuk penyebab kematian balita, terutama ISPA
merupakan penyakit yang termasuk dalam daftar 10 penyakit utama.
Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2004 menyatakan bahwa ISPA menempati
peringkat pertama 10 penyakit utama pasien rawat jalan di Rumah Sakit
dengan persentase 15,1% (Depkes RI, 2007).
Angka kematian balita (AKB) berdasarkan hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 32 per 1000 kelahiran
hidup. Angka tersebut menunjukkan penurunan yang lambat dibandingkan
AKB pada tahun 2007, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup (Kemkes RI,
2013). AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1000
kelahiran hidup, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 10,34/1000
kelahiran hidup (Dinkes Jawa Tengah, 2012). Hal ini berlawanan dengan
tujuan MDGs yang seharusnya turun, namun angka ini sudah memenuhi
angka target MDGs ke-4, dimana tahun 2015 yaitu AKB sebesar 23/1000
kelahiran hidup (Bappenas RI, 2004).
Kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi DPT menyebabkan
banyaknya balita terkena ISPA, imunisasi DPT yakni imunisasi yang
diberikan agar balita tidak rentan terkena Infeksi Saluran Pernafasan.
Diperkirakan kasus pertusis sejumlah 51 juta dengan kematian lebih dari
600.000 orang, namun hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari 163 negara
dalam tahun 1983. Hampir 80% anak-anak yang tidak di imunisasi
menderita sakit pertusis sebelum umur 5 tahun. Kematian karena pertusis,
5 0 % terjadi pada bayi (umur < 1 tahun) (WHO, 2007).
Di Indonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2007
menunjukan prevalensi nasional ISPA 25,5%, dan khusus untuk Jawa
Tengah memiliki angka prevalensi lebih tinggi dari angka nasional yaitu
29,1%. Prevalensi di atas Provinsi Jawa Tengah, ditemukan di 16
Kabupaten/Kota, salah satunya adalah Kabupaten Sragen yaitu 32,5%
(Kemkes, 2009). Hasil riset terbaru menunjukkan penurunan prevalensi
nasional dari 25,5% menjadi 25,0% dan prevalensi provinsi Jawa Tengah
dari 29,1% menjadi 26,6% (Kemkes RI, 2013).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di BPS Ngudi
Waras, Jabung Plupuh Sragendidapatkan data dari rekam medik selama
tahun 2014, pada bulan Januari 2014 sampai September 2014 terdapat
jumlah kasus balita sakit sebanyak 350 balita dengan 145balita dengan
febris (41,43 %), balita dengan ISPA sebanyak 148 balita (42,29%), balita
dengan diare sebanyak 33 balita (9,43%), balita dengan dermatitis
sebanyak 24 balita (6,86%). Adapun balita dengan ISPA diketahui balita
dengan ISPA ringan 105 balita, balita dengan ISPA berat sebanyak 43
balita (Register BPS Ngudi waras, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An.
Aumur 1 tahun dengan ISPARingan di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh
Sragen” dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney
yang diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan yang lebih baik,
bermanfaat dan berkualitas.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan balita sakit pada An. T
dengan ISPA Ringan, dengan menggunakan manajemen kebidanan
7 langkah Varney.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian data pada An. T
umur 2 tahun 1bulan dengan ISPA ringan.
b. Penulis mampu menginterpretasikan data yang meliputi
diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada An. T
umur 2 tahun 1 bulan dengan ISPA ringan.
c. Penulis mampu menentukan diagnosa potensial yang timbul
pada An. T umur 2 tahun 1bulan dengan ISPA ringan.
d. Penulis mampu menerapkan antisipasi/ tindakan segera
pada An. T umur 2 tahun 1 bulan dengan ISPA ringan.
e. Penuis mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada
An. T umur 2 tahun 1 bulan dengan ISPA ringan.
f. Penulis mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan
pada An. M umur 2 tahun 1 bulan dengan ISPA ringan
sesuai pelayanan secara efisien dan aman.
g. Penulis mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang
telah dicapai pada kasus An. T umur 2 tahun 1 bulan
dengan ISPA ringan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan teori
1. Balita
a. Definisi
Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia
0-5 tahun (wirjatmadi, 2012). Masa balita merupakan periode
penting dalam proses tumbuh kembang manusia dikarenakan
tumbuh kembang berlangsung cepat. Perkembangan dan
pertumbuhan di masa balita menjadi faktor keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di masa mendatang
(Prasetyawati, 2011).
b. Tumbuh kembang
Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), tahapan
perkembangan balita sebagai berikut:
1) Umur 12–18 bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri
kembali.
Berjalan mundur 5 langkah.
Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu
dengan kata “mama”.
Menumpuk 2 kubus.
Memasukkan kubus di kotak.
Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau
merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu.
Memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing.
2) Umur 18-24 bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.
Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
Bertepuk tangan, melambai-lambai.
Menumpuk 4 buah kubus.
Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Menggelindingkan bola ke arah sasaran.
Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga.
Memegang cangkir sendiri, belajar makan – minum
sendiri.
3) Umur 24-36 bulan
Jalan naik tangga sendiri.
Dapat bermain dan menendang bola kecil.
Mencoret-coret pensil pada kertas.
Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.
Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta.
Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2
benda atau lebih.
Membantu memungut mainannya sendiri ataau membantu
mengangkat piring jika diminta.
Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
Melepas pakaiannya sendiri.
4) Umur 36-48 bulan
Berdiri 1 kaki 2 detik.
Melompat kedua kaki diangkat.
Mengayuh sepeda roda tiga.
Menggambar garis lurus.
Menumpuk 8 kubus.
Mengenal 2-4 warna.
Menyebut nama, umur, tempat.
Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan.
Mendengarkan cerita.
Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan.
Mengenakan sepatu sendiri.
Mengenakan celana panjang, kemeja, baju.
5) Umur 48-60 bulan
Berdiri 1 kaki 6 detik.
Melompat-lompat 1 kaki.
Menari.
Menggambar tanda silang.
Menggambar lingkaran.
Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
Mengancing baju atau pakaian boneka.
Menyeebut nama lengkap tanpa dibantu.
Senang menyebut kata-kata baru.
Senang bertanya tentang sesuatu.
Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
Bicaranya mudah dimengerti.
Bisa membandingkan atau membedakan sesuatu dari
ukuran dan beentuknya.
Menyebut angka, menghitung jari.
Menyebut nama-nama hari.
Berpakaian sendiri tanpa dibantu.
Menggosok gigi tanpa dibantu.
Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.
c. Penyakit yang umum diderta bayi dan balita
Untuk menangani bayi dan balita sakit, WHO
memperkenalkan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) pada
tahun 1996. MTBS merupakan suatu sistem untuk mempermudah
serta meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas. Beberapa
penyakit yang termasuk MTBS yaitu infeksi, diare, ikterus, BBLR,
dan permasalahan dalam pemberian ASI (Marmi dan Rahardjo,
2012).
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak ditemui
pada masyarakat.Pembagian penyakit infeksi dasar utamanya adalah
dasar penyebabnya.
Adapun faktor penyebabnya adalah :
1) Bakteri misalnya pada penyakit Difteri, Tetanus, TBC, Typhus.
2) Virus misalnya pada penyakit Demam Berdarah, Influenza.
3) Jamur misalnya pada anak-anak yang menderita gangguan
imunologis tanda-tandanya warna putih pada mulut anak, bisa
juga terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit lama yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
O : Objektif
A : Assesment
P : Planning
TINJAUAN KASUS
NO. Reg :-
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas anak
Nama : An. T
Umur : 2 tahun 1 bulan
Jenis kelamin : perempuan
TTL : wainuru, 21-01-2020
2. Identitas orang tua/ penanggung jawab
Identitas Ayah
Nama : Tn. F
Umur : 25 tahun
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku/ bangsa : Indonesia
Alamat : wainuru 002/01
Identitas ibu
Nama : Ny. M
Umur : 23 tahun
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku/ bangsa : Indonesia
Alamat : Wainuru 002/01
3. Anamnesa
a. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya batuk berdahak sejak 2 hari
yang lalu, di sertai demam dan pilek dan sudah minum
paracetamol tetapi sampai sekarang belum sembuh.
b. Lamanya keluhan
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah batuk berdahak selama 2
hari tetapi belum sembuh
c. Riwayat kesehatan anak
1) Pemberian nutrisi
ASI : ASI diberikan dari 0 bulan sampai 1
tahun
PASI : PASI diberikan susu Formula dari 1
tahun hingga sekrang
MP-ASI : Biasa diberikan bubur yang dimasak
sendiri
2) Alergi : tidak ada alergi
3) Imunisasi
BCG : Ibu mengatakan anaknya mendapat
imunisasi BCG pada tanggal 21maret
2020.
DPT : Ibu mengatakan anaknya mendapat
imunasi DPT 1 pada tanggal 21 april 2020,
DPT 2 pada tanggal 21 mei 2020 dan DPT
3 pada 20 Juli 2020
Hepatitis B : Ibu mengatakan anaknya mendapat
imunisasi HB 1 pada tanggal 21 Mei 2020,
HB 2 pada tangal 20 Agustus 2020 dan HB
3 pada tanggal 20 September 2020
Polio : Ibu mengatakan anaknya mendapat
imunisasi Polio 1 pada tanggal 21 maret
2020, imunisasi polio 2 pada tanggal 21
april 2020, imunisasi polio 3 pada tanggal
20 juni 2020 dan imunisasi polio 4 pada
tanggal 20 juli 2020.
Campak : Ibu mengatakan anaknya mendapat
imunisasi Campak 1 pada tanggal 10
september 2020, dan imunisasi campak
pada tanggal 10 juni 2021.
d. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Sebelum datang ke puskesmas Pasien batuk berdahak di
sertai demam sejak 2 hari yang lalu tanggal 15 februari
2022, pasien di bawa ke puskesmas Liang jam 10.12 wit
2) Riwayat penyakit yang lalu
Ibu pasien mengatakan pasien sebelumnya pernah datang
ke puskesmas sebanyak 2 kali dengan penyakit common
cold dan juga ISPA.
3) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarga dari pasien tidak pernah
menderita penyakit keturunan seperti Asma, Diabetes
mellitus, dan TBC.
e. Riwayat sosial
1) Yang mengasuh : Diasuh oleh ibu dan ayah
kandung
2) Hubungan dengan anggota keluarga : Ibu dan
ayah
kandung
3) Lingkungan rumah : baik
4) Hubungan dengan teman sebaya : baik
f. Pola kebiasaan sehari-hari
BAB BAB
Frekuensi :1-2x Frekuensi :2-3x
sehari sehari
Konsistensi : Konsistenis :
lembek lembek
B. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Anak tampak lemah
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 110x/m
Pernafasan : 42x/ m
Suhu : 37,8˚c
2. Pemeriksaan antropometri
PB : 65 cm
BB : 10 kg
LILA : 5,3 cm
LK : 43 cm
LD : 34 cm
3. Pemeriksaan sistematis
a. Kulit
Tugor : baik
Kebersihan : baik
b. Muka
Simetris : bentuk simetris
Oedema : tidak ada oedema
Pucat : tidak pucat
c. Mata
Simetria : mata simetris
Conjungtiva : Konjungtiva tidak dinamis
Sclera : sclera tidak iktrus
d. Telinga
Simetris : bentuk simetris
Serumen : tidak ada serumen
Cairan : tidak ada pengeluaran cairan
e. Hidung
Simetris : bentuk simetris
Cairan : tampak lendir dan secret
f. Mulut
Warna : merah
Mukosa : mukosa bibir merah
Kebersihan : bersih
Stomatitis : tidak ada stomatitis
Gusi : baik
Labioskiziz : tidak adanya labioskiziz
Labiopalatoskiziz : tidak adanya labiopalatoskiziz
g. Dada
Simetris : bentuk simetris
h. Perut
Kembung : tidak ada pengembungan
Bising usus : baik
i. Genetalia : tampak baik
j. Anus : tampak baik
k. Ekstremitas
Tangan
Simetris : bentuk simetris
Kelengkapan jari : jari lengkap ada 10
Kebersihan kuku : bersih
Kaki
Simetris : bentuk simetris
Kelengkapan jari : jari lengkap
Kebersihan kuku : bersih
4. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Perkembangan motoric kasar : baik
b. Perkembangan motoric halus : baik
c. Perkembangan bahasa : baik
d. Perkembangan tingkah laku sosial : baik
5. Pemeriksaan penunjang ; tidak dilakukan
A. Diagnose kebidanan
An. T umur 2 tahun 1 bulan, jenis kelamin perempuan dengan ISPA
ringan.
Data Dasar
Data obyektif
VII. Evaluasi
Tanggal : 17 februari 2022
Jam : 11. 00 WIT
PEMBAHASAN
Asuhan kebidanan pada An. T umur 2 tahun 1 bulan dengan ISPA ringan
di Puskesmas Hatiwe Kecil. Pengkajian ini untuk mengetahui ada tidaknya
kesenjangan antara teori dan praktek pada asuhan kebidanan balita sakit dengan
ISPA ringan.
A. Pengkajian
Keluhan datang / data subyektif pada balita sakit adalah ibu klien
mengatakan bahwa ingin memeriksakan anaknya karena batuk pilek dengan
atau tanpa demam, tenggorokan merah ( wijayaningsih, 2013).
Pada data obyektif di dapatkan keadaan umum tampak sakit, sakit
ringan, sakit sedang, ataukah sakit berat, kesadaran composmentis, apatis,
somnolen, soper, koma, delirium Tanda-tanda vital meliputi Denyut jantung
normal pada anak adalah 80-115 x/menit (matondang, 2013).
Pernafasannya cepat, yaitu kurang dari 40 x/menit, Temperatur pada
pasien dengan ISPA ringan biasnaya mengalami peningkatan diatas 37,5°C
(Wijayaningsih, 2013). Pemeriksaan sistematis: telinga : Adakah cairan atau
kotoran, bagaimana keadaan tulang rawannya (Priharjo, 2007). hidung :
Pasien dengan ISPA ringan, hidungnya tersumbat dan berair (Wijayaningsih,
2013). Mulut : pasien dengan ISPA ringan bibir kemerahan (pucat)
(Matondang, 2013). Dada : Adakah retraksi pada dada atau tidak, simetris atau
tidak(Priharjo, 2007).
Hasil pengkajian pada tanggal 07 Mei 2015 diperoleh data subyektif
berupa data identitas pasien, ibu dan bapak. Keluhan ibu pasien datang ke BPS
adalah ibu mengatakan bahwa anaknya batuk dan pilek sehingga anaknya
menjadi rewel dan susah tidur. Data obyektif hasil keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, TTV : R : 33 x/menit, N : 110 x/menit, dan S :
37°C, pemeriksaan fisik yaitu pada terdapat cairan/lendir yang encer keluar
dari hidung, kulit hidung bagian luar tampak kemerahan, tenggorokan juga
kemerahan.
Sehingga pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek dalam pengkajian.
B. Interprestasi Data
(Sari, 2012). Pada langkah ini data yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah, dan
kebutuhan.Diagnosa kebidanan adalah pengolahan atau analisa data yaitu
menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan lainnya sehingga
tergambar fakta. Diagnosa untuk anak dengan ISPA ringan adalah sebagai
berikut (Hidayat dan Sujiyatini, 2010). Diagnisa kebidanan pada kasus ini
adalah An.T umur 2 tahun 1 bulan jenis kelamin perempuan dengan
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien berdasarkan data
dasar yang berupa data subyektif dan data obyektif (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Permasalahan yang terjadi pada ISPA ringan adalah anak
rewel dan susah tidur (Wijayaningsih, 2013). Kebutuhan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien saat itu (Wildan dan Hidayat, 2011). Kebutuhan untuk
pasien ISPA adalah mengusahakan pernafasan normal, menurunkan suhu
dengan pemberian ibuprofen, istirahat yang cukup, dan pemenuhan nutrisi
(Hartono dan Rahmawati, 2012).
Pada kasus ini diagnosa kebidanan yaitu An. A umur 2 tahun 1 bulan,
jenis kelamin perempuan, dengan ISPA ringan. Masalah yang timbul pada
anak yaitu anak rewel dan sulit tidur karena batuk. Sedangkan kebutuhan pada
kasus ini yaitu memberikan anjuran kepada ibu untuk menenangkan anaknya
sehingga anaknya tidak bertambah rewel dan bisa beristirahat lebih lama.
Sehingga pada kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dalam menurunkan suhu anak karena dalam kasus anak tidak mengalami
demam.
C. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi.Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap
apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Diagnosa potensial yang dapat muncul pada bayi dengan ISPA ringan adalah
potensial terjadi ISPA sedang, berat atau bahkan pneumonia (Kemkes, 2009).
Dalam kasus ini diagnosa yang dapat timbul yaitu ISPA sedang dan
ISPA berat. Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dalam diagnosa potensial.
D. Antisipasi
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Antisipasi yang dilakukan agar ISPA ringan tidak semakin parah dapat
dilakukan dengan pemberian vaksin ulangan influenza dan pneumonia
(Somantri, 2007).
Dalam kasus ini, pasien diberikan terapi obat amox syrup dan
peacedine syrup.
Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan praktek
yaitu dalam pemberian vaksin ulang influenza dan pemberian obat penurun
panas paracetamol dan ibuprofen karena di kasus anak tidak mengalami
demam.
E. Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Perencanaan yang dilakukan pada kasus
ini merujuk pada langkah-langkah yang disampaikan hartono dan rahmawati
(2012) sertaMaryunani (2010), yaitu memberitahu ibu untuk: Mengusahakan
pernafasan normal pada anak caranya dengan membersihkan hidung anak
ketika hidung meler, Memberikan istirahat yang cukup, Membuat anak
menjadi nyamanLakukan pencegahan penyebaran infeksi, untuk anak yang
batuk bisa dengan diminta menggunakan masker, Menurunkan suhu anak
menjadi normal, dilakukan dengan pemberian paracetamol dan ibuprofen,
Memberikannutrisi yang cukup.
Pada studi kasus ini perencanaan yang dilakukan adalah: Beritahu hasil
pemeriksaan anaknya pada ibu, Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan nutrisi yang seimbang pada anaknya, Anjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan, Anjurkan ibu untuk membersikan
membersihkan hidung jika anak pilek, Anjurkan ibu untuk menenangkan anak
agar dapat beristirahat cukup, Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat
amox syrup 3x1 sehari 1 sendok teh dan 3x1 sehari 1 sendik teh sampai habis
atau jika anak belum sembuh, Beritahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu
pada tanggal 21februari 2022.
Terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam perencanaan pada
kasus An. A dengan ISPA ringan ini karena tidak menggunakan masker dalam
pencegahan infeksi dan tidak diberikan obat penurun suhu paracetamol dan
ibuprofen karena An. A tidak mengalami demam / panas.
F. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahapan pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan
(Wildan dan Hidayat). Pelaksanaan asuhan pada balita dengan ISPA ringan
disesuaikan dengan rencana tindakan. Pelaksanaan penanganan ISPA ringan
dilakukan sesuai dengan perencanaan (Hartono dan Rahmawati, 2012) yaitu:
Mengusahakan pernafasan normal pada anak, Memberikan istirahat yang
cukup, Membuat anak menjadi nyaman, Melakukan pencegahan penyebaran
infeksi, untuk anak yang batuk diminta menggunakan masker Menurunkan
suhu anak menjadi normal, Memberikan nutrisi yang cukup.
Pada langkah ini penulis melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan pada klien yaitu memberitahu hasil pemeriksaan anaknya pada
ibu, menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi yang
seimbang pada anaknya,menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
perorangan dan lingkungan, menganjurkan ibu untuk membersihkan hidung
jika anak pilek, menganjurkan ibu untuk menenangkan anak agar dapat
beristirahat cukup, menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat amox
syrup 3x1 sehari 1 sendok teh / 2,5 ml dan 3x1 sehari 1 sendok teh / 2,5 ml
sampai habis atau jika anak belum sembuh.memberitahu ibu rencana
kunjungan rumah yaitu pada tanggal 18 februari 2022
G. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
bidan (Wildan dan Hidayat, 2011). Hasil yang diharapkan setelah melakukan
asuhan kebidanan pada balita sakit dengan ISPA ringan adalah (Hartono dan
Rahmawati, 2012): Pernafasan anak dalam batas normal, Anak istirahat dan
tidur yang nyenyak
Evaluasi pada kasus An. T dengan ISPA ringan, dilakukan selama 1
minggu dari 17-22 februari 2022. Ibu pasien memperhatikan dengan baik
anjuran dari tenaga kesehatan sehingga pada hari kelima sudah menunjukkan
hasil yang cukup baik, yaitu batuk mulai berkurang. Ibu pasien cukup berhati-
hati menjaga kebersihan, nutrisi, dan istirahat pasien. Sehingga, selama satu
minggu batuk dan pilek sudah sembuh.
Pada proses evaluasi ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan
pada asuhan kebidanan pada An. T umur 2 tahun 1 bulan dengan ISPA ringan
di Puskesmas Negeri Liang maka penulis mengambil kesimpulan :
1. Pengkajian pasien ISPA ringan dengan melibatkan ibu dan keluarga serta
diperlukan pengkajian yang teliti pada daerah yang berhubungan langsung
dengan saluran pernapasan atas yaitu pada daerah hidung, tenggorokan,
dan dada.
2. Pada langkah interprestasi data untuk menentukan diagnosa, masalah, dan
kebutuhan diperlukan data yang cukup mendukung yaitu data dasar yang
terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Sehingga diagnosa kebidanan
yang didapatkan adalah adalah An. T umur 2 tahun 1 bulan jenis kelamin
perempuan dengan ISPA ringan, masalah yang muncul adalah anak
menjadi rewel dan susah tidur, dan kebutuhan pada kasus ini adalah
menganjurkan ibu untuk menenangkan anaknya sehingga tidak bertambah
rewel dan bisa beristirahat lebih lama.
3. Diagnosa potensial pada kasus balita sakit dengan ISPA ringan yaitu
potensial terjadi kekambuhan ISPA sedang atau berat, tetapi pada kasus ini
tidak terjadi karena An. T telah mendapatkan perawatan dan penanganan
yang baik dari tenaga kesehatan dan orang tua pasien.
4. Antisipasi yang dilakukan untuk menangani diagnosa potensial pada balita
sakit dengan ISPA ringan adalah dengan memberikan terapi amox
syrup3x1 sehari 1 sendok teh dan peacedine syrup 3x1 sehari 1 sendok teh.
5. Perencanaan dilakukan dengan memberikan anjuran kepada ibu untuk
memberikan terapi obat dan ditekankan untuk memberikan nutrisi yang
cukup pada pasien.
6. Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada An. T dengan ISPA ringan
dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun dan mendapatkan hasil yang maksimal karena adanya dukungan
keluarga.
7. Evaluasi dilakukan selama satu minggu dari 7-15 Mei 2022 sehingga
memastikan bahwa pasien sembuh, dan ibu tetap memberikan nutrisi yang
baik bagi anaknya.
8. Ada kesenjangan antara teori dan praktek, namun tidak terlalu signifikan
misalnya pada pemeriksaan sistematis dan antisipasi yang menggunakan
terapi obat bukan pemberian vaksin influenza.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan
beberapa saran yang bermanfaat :
1. Bagi Profesi
Di harapkan untuk tenaga kesehatan terutama bidan untuk lebih
meningkatkan pemberian penyuluhan tenntang perawatan pada balita sakit
dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) agar balita dapat terhindar
dari masalah yang berpotensi terjadi.
2. Bagi Ibu dan Keluarga
Ibu dan keluarga diharapkan dapat mengenali tanda – tanda gejala ISPA
yang muncul dengan membaca buku atau mencari informasi melalui media
seperti internet agar keluarga dapat mengantisipasi, sehingga tidak terjadi
komplikasi yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Elyana dan candra. 2009. Hubungan Frekuensi ISPA dengan Status Gizi
Balita.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=72033&val
=1248 diakses tanggal 10 Desember 2014.
Ika Kunti Rini. 2014. Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada Anak I Umur 15
Bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Ringan di BPS
Margi Lestari Kabupaten Sragen. Surakarta: STIkes Kusuma Husada.
Matondang, CS. dkk. 2013. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi ke 2.Jakarta:
CV.Sagung Seto.
LAMPIRAN