Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR Ny.

A DENGAN ASFIKSIA di RUANG

MELATI RSUD SOEWONDO KENDAL

Disusun Oleh :

1. Arifah Nur Chasanah (32101800002)

2. Dinna Auliana (32101800004)

3. Iik Nurul Ulfa (32101800006)

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh WHO (World Health Organization)

pada tahun 2008, AKN (Angka Kematian Neonatus) di dunia adalah 26 per 1.000

kelahiran hidup. Di sisi lain, kelahiran dengan asfiksia menempati urutan ke-5, yaitu

sebanyak 9% sebagai penyebab kematian anak tertinggi di dunia setelah penyakit lain,

pneumonia, diare, dan kelahiran prematur ( WHO, 2010 ).

Profil kesehatan Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa, pada tahun 2007

Indonesia menempati posisi ke-3 untuk AKB (Angka Kematian Bayi) tertinggi di

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yakni 34 per 1.000 kelahiran hidup.

Sedangkan posisi pertama ditempati oleh Laos dan Myanmar dengan AKB (Angka

Kematian Bayi) sebesar 70 per 1.000 kelahiran hidup dan posisi kedua ditempati oleh

Kamboja dengan AKB (Angka Kematian Bayi) sebesar 67 per 1.000 kelahiran hidup.

Dari 7,7 juta kematian bayi setiap tahun lebih dari separuh terjadi pada waktu

perinatal atau usia di bawah 1 bulan. Tiga perempat dari kematian ini terjadi pada minggu

pertama kehidupan. Penyebab kematian adalah asfiksia, trauma kelahiran, infeksi,

prematuritas, kelainan bawaan, dan sebab sebab lain ( Saifuddin, 2008).

B. Tujuan Penulisan

1) Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia

2) Tujuan Khusus
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas asuhan kebidanan pada

praktik klinik lapangan

C. Manfaat Penulisan

1) Bagi Institusi Akademi Kebidanan

Untuk menambah referensi bacaan mahasiswa di Perpustakaan UNISSULA.

2) Bagi Mahasiswa

Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan pada Bayi

Baru lahir di lapangan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Asfiksia pada bayi baru lahir (ringan atau berat) merupakan sindrom dengan gejala

apnea sebagai manifestasi klinis yang utama (Oxorn, 2010).

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera

setelah lahir (WHO, 2008).

Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan anak untuk bernafas saat lahir. Pada

keadaan ini terjadi defisiensi oksigen dalam darah dan peningkatan karbondioksida dalam

darah serta jaringan (Wikjosastro, 2007).

B. Etiologi

Asfiksia dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : faktor ibu, plasenta, fetus,

dan neonatus.

1. Faktor Ibu

Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran

gas serta transpor O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan

O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun

akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena

hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan (Wiknjosastro, 2007).

Preeklamsi, partus lama atau macet dan kehamilan lewat waktu termasuk

beberapa faktor ibu yang dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia bayi baru lahir

(JNPK-KR, 2007). Persalinan sungsang dapat menyebabkan asfiksia karena sering


terjadi kemacetan persalinan kepala yang dapat menyebabkan aspirasi air ketuban dan

lendir, perdarahan, atau edema jaringan otak sampai kerusakan persendian tulang

leher.

2. Faktor Plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,

misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.

3. Faktor Neonatus

Kompresi umbilikus akan dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam

pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.

Kompresi umbilikus ini bisa terjadi pada persalinan sungsang karena tali pusat yang

terjepit antara janin dan jalan lahir.

C. Klasifikasi

Apgar score merupakan sistem penilaian yang diciptakan oleh Dr.Virginia Apgar

untuk menilai keadaan bayi dalam usia beberapa menit pertama dan dengan sistem ini,

asfiksia neonatorum yang berat dapat didiagnosis dan ditangani segera (Tiran, 2005).

Penilainan ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.

Sehingga berdasarkan hasil penilaian apgar, asfiksia dapat dibagi menjadi tiga tingkatan

yaitu :

1. Asfiksia ringan (nilai apgar 7-10).

2. Asfiksia sedang (nilai apgar 4-6 ).

3. Asfiksia berat (nilai apgar 0-3) (Dewi, 2010).

Tabel 2.1 Penilaian APGAR


Score
Tanda
0 1 2

Apperance Pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan

(warna kulit) ekstremitas biru ekstremitas

kemerahan

Pulse rate Tidak ada ≤100x/menit ≥100x/menit

(Denyut nadi)

Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk, bersin

(reaksi rangsangan) mimic

Activity Lumpuh Ekstremitas dalam Gerakan aktif

(tonus otot) sedikit fleksi

Respiratory Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik, menangis

(usaha pernafasan)

(Sumber : Wiknjosastro, 2007)

D. Manifestasi Klinik

1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3) Tanda dan gejala yang sering muncul pada Asfiksia

berat yaitu :

a) Frekuensi jantung kecil, yaitu ≤ 40 kali per menit.

b) Tidak ada usaha napas.

c) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.

d) Bayi tidak dapat memberikan reaksi bila diberikan rangsangan.

e) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.

2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6) Pada Asfiksia sedang tanda dan gejala yang

sering muncul adalah sebagai berikut :

a) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.


b) Usaha napas lambat.

c) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.

d) Bayi masih dapat bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.

e) Bayi tampak sianosis.

3. Asfiksia ringan tanda dan gejala yang sering muncul antara lain :

a) Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali permenit.

b) Bayi tampak sianosis.

c) Adanya retraksi sel iga.

d) Bayi merintih.

e) Adanya pernapasan cuping hidung.

f) Bayi kurang aktifitas

E. Patofisiologi

Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilikal dapat terjadi pada saat

antepartum, intrapartum, dan tentunya pasca partum saat tali pusat dipotong. Awalnya

hanya ada sedikit napas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru,

tetapi bila paru mengembang saat kepala masih di jalan lahir, atau bila paru tidak

mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet.

Kejadian ini disebut apnea primer (Drew, 2008).

Rangsangan seperti mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan

pernapasan. Walaupun demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi akan

melakukan beberapa usaha bernapas megap-megap dan kemudian terjadi apnu sekunder,

rangsangan saja tidak akan menimbulkan kembali usaha pernapasan bayi baru lahir.

Bantuan pernapasan harus diberikan untuk mengatasi masalah akibat kekurangan oksigen.

Frekuensi jantung mulai menurun pada saat bayi mengalami apnu primer. Tekanan darah

akan tetap bertahan sampai dimulainya apnu sekunder.


Pada hipoksia yang berkelanjutan, kekurangan oksigen untuk menghasilkan energi

bagi metabolisme tubuh menyebabkan terjadinya proses glikolisis anerobik. Produk

sampingan proses tersebut (asam laktat dan piruvat) menimbulkan peningkatan asam

organik tubuh yang berakibat menurunnya PH darah sehingga terjadilah asidosis

metabolik. Perubahan sirkulasi dan metabolisme ini secara bersama sama akan

menyebabkan kerusakan sel baik sementara ataupun menetap (Departemen Kesehatan

R.I, 2008).

F. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis asfiksia neonatorum dapat ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesis

Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia

neonatorum.

2. Pemeriksaan fisik

a. Bayi tidak bernapas atau menangis.

b. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit.

Denyut jantung yang bervariasi mengindikasikan kemampuan janin untuk

beradaptasi dengan berbagai kondisi. Peningkatan denyut jantung sementara

dapat mengindikasikan asfiksia intrauterus dan menunjukkan derajat stress pada

janin (Boyle, 2007).

3. Tonus otot menurun

4. Cairan ketuban bercampur mekonium, atau terdapat sisa mekonium pada tubuh bayi.

Mekonium dalam presentase sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentase

kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan

kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat

merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan (Wiknjosastro, 2007).


G. Komplikasi

Sistem Organ Komplikasi yang mungkin Tindakan Pasca Resusitas


Terjadi
Otak -Apnea Monitor apnea
-Kejang Memberi ventilasi bila dibutuhkan
-Perubahan pada Memantau glukosa dan elektrolit
pemeriksaan neurologi Mencegah hipertermia
Paru-paru - Hipertensi pulmoner Mempertimbangkan
Mempertahankan oksigenasi anti
terapi dan
kejang; hipotermia
ventilasi
- Pneumonia
adekuat
- Pneumothoraks
Mempertimbangkan antibiotik
- Takipnea sementara Melakukan sinarX dan gas darah
Menunda minum jika ada gawat
Kardiovaskuler Hipotensi
- Sindrom aspirasi Memantau tekanan darah dan
napas
frekuensi jantung
mekonium
Mempertimbangkan penggantian
- Defisiensi surfaktan volume, diikuti pemberian inotropik
jika ada hipotensi
Ginjal Nekrosis tubuler akut Memantau produksi urin
Memantau serum elektrolit
Membatasi cairan bila bayi
oliguri sedangkan volume vaskuler
Gastrointestinal - Ileus cukup
Menunda pemberian minum
- Enterokolitis nekrotikans Memberi cairan intravena
Metabolik/ - Hipoglikemia Memantau gula darah
Mempertimvangkan nutrisi parenteral
hematologik - Hipokalsemia, Memantau elektrolit
hiponatremia
Memantau hematokrit
- Anemia, jika
terdapat riwayat Memantau platelet
kehilangan darah akut
- Trombositopenia

H. Penatalaksanaan
BAB III
HASIL
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI PADA BY.NY. A DI RSUD
SOEWONDO KENDAL DENGAN ASFIKSIA SEDANG
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 24 September 2019
Jam : 11.00 WIB
Tempat : Ruang Melati
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama Bayi : By.Ny.A
Umur Bayi : 0 hari
Tanggal/jam lahir : 24 September 2019/ 09.30 WIB
No.Register : 588029

Nama Ibu : Ny.A Nama Ayah : Tn. E


Umur : 23 Umur : 21
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Sendang kulon Alamat : Sendang
4/1 Kangkung kulon 4/1 Kangkung

2. Riwayat Kehamilan Ibu


a. GPA : G1P0A0
b. Umur Kehamilan : 38 minggu
c. ANC
Frekuensi : 6 kali
Tempat periksa : Bidan
d. Keluhan hamil muda : tidak ada
e. Keluhan hamil tua : tidak ada
3. Kebiasaan Waktu Hamil
a. Makanan :
Ibu mengatakan selama hamil tidak ada kebisaan aneh dalam
mengkonsumsi makanan, dan ibu selalu mengkonsumsi makanan dengan
gizi seimbang.
b. Obat-obatan/jamu :
Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat-obatan dari bidan dan tidak
mengkonsumsi jamu selama masa kehamilan.
c. Merokok :
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok selama hamil, namun
suami ibu adalah perokok aktif.
d. Aktivitas :
Ibu mengatakan selama hamil hanya melakukan aktivitas ringan seperti
menyapu, memasak, berjalan-jalan pagi, dan tidak melakukan aktifitas
berat.
4. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Jenis persalinan : Spontan
b. Penolong : Bidan
c. Lama persalinan
Kala I : 7 jam 40 menit
Kala II : 2 jam 10 menit
d. Ketuban pecah
Pecah jam : 07.00 WIB
Jenis : Keruh
Warna : Kehijauan
Bau : Khas
Jumlah : ± 1000 ml
e. Komplikasi persalinan
Ibu : Partus lama
Bayi : Tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. KU : Jelek
2. Kesadaran : Somnolen
3. Apgar Skor : 3-5-6
Tanda I II III
Apperance (warna kulit) 1 1 1
Pulse (nadi) 1 1 2
Grimace (refleks) 0 1 1
Aktivity (tonus otot) 0 1 1
Respirasi (usaha nafas) 1 1 1

4. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : 35,9 ºC
b. Pernafasan : 40 x/menit
c. Nadi : 110x/menit
5. Antropometri
a. Berat Badan : 3500 gram
b. Panjang Badan : 47 cm
c. Lingkar Kepala : 34 cm
d. Lingkar Dada : 33 cm
e. LiLA : 9 cm
6. Status Present
a. Kepala : Mesochepal, tidak ada infeksi dan luka.
b. Rambut : Berwarna hitam, tidak ada ketombe, bersih, terdapat
sedikit verniks caseosa.
c. Muka : Simetris, tidak ada luka dan infeksi.
d. Mata : Simetris, tidak ikterus, konjuungtiva tidak anemis.
e. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, terdapat gerakan
cuping hidung.
f. Mulut : Simetris, terdapat banyak lendir, bibir pucat, reflek
isap negative.
g. Telinga : Simetris, bersih.
h. Dada : Gerakan dada dan nafas bayi tidak teratur.
i. Perut : Talipusat nampak basah dan terbungkus kain kassa
steril.
j. Punggung : Tidak ada kelainan pada tulang punggung.
k. Genetalia : Labia mayora tampak menutupi labia minora.
l. Anus : Terdapat lubang anus.
m. Ekstremitas
Tangan : Pergerakan bayi sedikit, jari tangan lengkap kiri dan
kanan serta reflek moro kurang.
Kaki : Pergerakan kaki lemah dan jari-jari kaki lengkap.
7. Refleks
a. Refleks Moro : (+)
b. Refleks Rooting : (+)
c. Refleks Walking : (+)
d. Refleks Plantar : (+)
e. Refleks Sucking : (+)
f. Refleks Tonick Neck : (+)
8. Eliminasi
a. Miksi : (+)
b. Mekonium : (+)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

II. INTERPRETASI DATA


Neonatus cukup bulan umur 0 hari dengan asfiksia Sedang
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Asfiksia berat
IV. TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dr.Sp.A
V. INTERVENSI
1. Beritahu kondisi bayi kepada keluarga
2. Letakkan bayi di infarm warmer
3. Pasang head box
4. Pasang infus D 10%
5. Beri terapi injeksi yang pertama
6. Monitoring tanda tanda vital.
7. Beri terapi injeksi yang kedua
8. Nilai perkembangan bayi melalui pemeriksaan TTV
VI. IMPLEMENTASI
1. (11.05) Memberitahu kondisi bayi ibu kepada keluarga, bahwa bayi memerlukan
perawatan intensif di ruang perinatologi dikarenakan bayi mengalami gangguan
nafas.
2. (11.08) Meletakkan bayi di infarm warmer untuk mencegah terjadinya kehilangan
panas yang dapat mengakibatkan hipotermi.
3. (11.10) Memasang head box untuk membantu oksigenasi bayi agar stabil dan
optimal.
4. (11.12) Memasang infus D 10% untuk memenuhi kebutuhan cairan bayi.
5. (12.00) Memberikan terapi injeksi yang pertama dengan dosis:
a. Ampisilin 2x10mg
b. Ranitidin 2x3mg
c. Dexa 2x0,5mg
6. (13.00) Melakukan monitoring TTV untuk mengetahui perkembangan kondisi
bayi
7. (22.00) Memberikan terapi injeksi yang kedua:
a. Ampisilin 2x10mg
b. Ranitidin 2x3mg
c. Dexa 2x0,5mg
8. Menilai perkembangan bayi melalui TTV
VII. EVALUASI
1. (11.06) Keluarga telah mengetahui kondisi bayi
2. (11.09) Bayi telah diletakkan di infarm warmer
3. (11.11) Bayi telah dipasang head box
4. (11.20) Infus telah terpasang di tangan kiri dengan dosis 8 tpm
5. (12.03) Bayi telah diberikan terapi injeksi dengan dosis:
a. Ampisilin 2x10mg
b. Ranitidin 2x3mg
c. Dexa 2x0,5mg
6. (13.05) Monitoring TTV telah dilakukan didapakan hasil:
a. Suhu: 36,8 ºC
b. Pernafasan: 40x/menit
c. Nadi: 110x/menit
7. (22.05) Terapi injeksi telah diberikan:
a. Ampisilin 2x10mg
b. Ranitidin 2x3mg
c. Dexa 2x0,5mg
8. Perkembangan bayi telah dinilai:
a. Suhu: 36,9 ºC
b. Pernafasan: 42x/menit
c. Nadi 115x/menit\
d. Seluruh badan bayi telah berwarna merah.
CATATAN PERKEMBANGAN I
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI PADA BY.NY. A
DI RSUD SOEWONDO KENDAL
Hari, Tanggal : Rabu, 25 September 2019
Tempat : Ruang Melati RSUD Soewondo Kendal
Pukul : Pukul 10.10

Catatan Implementasi
Subjektif Objektif Assesment Waktu Waktu
Planning Implementasi Evaluasi
(WIB) (WIB)
1. Ibu 1. Keadaan umum 1. Diagnosa Beri injeksi 06.00 Memberikan injeksi pertama: 06.05 Injeksi pertama telah
mengatakan Menurun Kebidanan pertama: a. Ampisilin 2x150 mg diberikan:
pukul 10.00 2. Kesadaran Neonatus a. Ampisilin b. Ranit 2x3mg a. Ampisilin 2x150 mg
kaki dan Somnolen cukup bulan 2x150 mg c. Dexa 3x0,5mg b. Ranit 2x3mg
tangannya 3. Antropometri umur 2 hari b. Ranit c. Dexa 3x0,5mg
bayi terlihat a. BB : 3500 gram dengan 2x3mg
bergerak b. PB : 47 cm suspect c. Dexa
tidak seperti 4. Tanda – Tanda Vital kejang. 3x0,5mg
bayi normal, N : 114 x/menit Jelaskan kepada ibu 10.15 Menjelaskan kepada ibu dan 10.16 Ibu dan keluarga telah
disertai P : 41 x/menit 2. Masalah mengenai hasil keluarga bahwa bayi ibu mengetahui hasil
gerakan bola S : 35,8ºC Resiko pemeriksaan. mengalami kejang. pemeriksaan.
mata yang SPO2: 98 kejang Beri extra sibital 10.17 Memberikan extra sibital dosis 10.20 Bayi telah diberikan sibital
keatas. 5. Status Present berulang dosis tunggal 70 mg tunggal 70 mg dengan diikuti dosis tunggal 70mg dan dosis
2. Ibu a. Mata diikuti dosis dosis maitenan 3x3mg maintenan akan diberikan
mengatakan Sklera tidak 3. Dignosa maintenan 3x3mg bertujuan untuk mengatasi
bayi berumur ikterik Potensial kejang dan mengurangi resiko
2 hari. b. Mulut Tidak ada kejang berulang.
Kemerahan dan Nilai kondisi 10.21 Menilai kondisi 10.22 Ibu bersedia untuk menyusui
tidak terdapat 4. Tindakan perkembangan bayi perkembangan bayi melalui bayinya minimal tiap 3 jam
sianosis dan Segera melalui TTV TTV: sekali dan tidak menggunakan
kebiruan. Lapor Pernafasan: 42x/menit makanan tambahan apapun
c. Abdomen dr.Sp.A Suhu: 36.5% termasuk susu formula.
Tali pusat belum Nadi: 40x/menit
lepas, tidak Berikan injeksi 12.00 Memberikan injeksi kedua: 12.05 Injeksi kedua telah diberikan:
diolesi dan kedua: a. Ampisilin 2x150mg a. Ampisilin 2x150mg
tebungkus d. Ampisilin b. Ranit 2x3mg b. Ranit 2x3mg
apapun, tidak ada 2x150mg c. Dexa 3x0,5mg c. Dexa 3x0,5mg
tanda – tanda e. Ranit d. Sibital 3x3 mg d. Sibital 3x3 mg
infeksi seperti 2x3mg
kemerahan, f. Dexa
berbau atau 3x0,5mg
adanya cairan g. Sibital 3x3
yang keluar. mg
d. Kulit Beri injeksi ketiga: 22.00 Memberikan injeksi ketiga: 22.10 Bayi sudah diberikan injeksi
Kemerahan dan a. Dexa a. Dexa 0,5mg ketiga:
tidak kuning. 3x0,5 mg b. Sibital 3mg Dexa 0,5 mg dan sibital 3mg
b. Sibital
3x3mg
CATATAN PERKEMBANGAN II
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI PADA BY.NY. A
DI RSUD SOEWONDO KENDAL
Hari, Tanggal : Kamis, 26 September 2019
Tempat : Ruang Melati RSUD Soewondo Kendal
Pukul : Pukul 10.00

Catatan Implementasi
Subjektif Objektif Assesment Waktu Waktu
Planning Implementasi Evaluasi
(WIB) (WIB)
1. Ibu 1. Keadaan umum 1. Diagnosa Beri injeksi 06.00 Memberikan injeksi pertama: 06.05 Injeksi pertama telah
mengatakan Menurun Kebidanan pertama: a. Ampisilin 2x150 mg diberikan:
bayi berumur 2. Kesadaran Neonatus a. Ampisilin b. Ranit 2x3mg a. Ampisilin 2x150 mg
3 hari. Somnolen cukup bulan 2x150 mg c. Dexa 3x0,5mg b. Ranit 2x3mg
2. Ibu 3. Antropometri umur 3 hari. b. Ranit d. Sibital 3x3mg c. Dexa 3x0,5mg
mengatakan a. BB : 3400 gram 2x3mg d. Sibital 3x3mg
bayinya b. PB : 47 cm 2. Masalah c. Dexa 3x0,5mg
malas 4. Tanda – Tanda Vital Pemenuhan d. Sibital 3x3mg
menyusu, N : 120 x/menit kebutuhan asi Pasang OGT 10.10 Memasang OGT untuk 10.20 OGT telah terpasang
sehari hanya P : 41 x/menit memenuhi kebutuhan nutrisi
meeminum S : 36,8ºC 3. Dignosa bayi.
ASI perahnya SPO2: 98 Potensial Lakukan sonde asi 10.21 Melakukan sonde asi melalui 10.25 Asi telah diberikan melalui
± 10 cc 5. Status Present Tidak ada melalui OGT setiap OGT sonde sebanyak 10 cc dan
a. Mata 2 jam sekali akan dilanjutkan setiap 2 jam
Sklera tidak 4. Tindakan sekali
ikterik Segera Lakukan 10.25 Melakukan penggantian infus 10.27 Infus bayi telah dipindah ke
b. Mulut Lapor penggantian infus kaki kanan
Kemerahan dan dr.Sp.A Berikan injeksi 12.00 Memberikan injeksi kedua: 12.05 Injeksi kedua telah diberikan:
tidak terdapat kedua: e. Ampisilin 2x150mg e. Ampisilin 2x150mg
sianosis dan a. Ampisilin f. Ranit 2x3mg f. Ranit 2x3mg
kebiruan. 2x150mg g. Dexa 3x0,5mg g. Dexa 3x0,5mg
c. Abdomen b. Ranit h. Sibital 3x3 mg h. Sibital 3x3 mg
Tali pusat belum 2x3mg
lepas, tidak c. Dexa 3x0,5mg
diolesi dan d. Sibital 3x3 mg
tebungkus Beri injeksi ketiga: 22.00 Memberikan injeksi ketiga: 22.10 Bayi sudah diberikan injeksi
apapun, tidak ada c. Dexa c. Dexa 0,5mg ketiga:
tanda – tanda 3x0,5 mg d. Sibital 3mg Dexa 0,5 mg dan sibital 3mg
infeksi seperti d. Sibital
kemerahan, 3x3mg
berbau atau
adanya cairan
yang keluar.
d. Kulit
Kemerahan dan
tidak kuning.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan tentang kesenjangan antara teori dan hasil

tinjauan kasus pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny “A” dengan asfiksia Sedang di

RSUD Dr. Soewondo Kendal pada tanggal 24-26 September 2019.

Dalam hal ini, penulis akan membahas berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan

dengan tujuh langkah varney yaitu : pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau

masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan

segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan

asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

Langkah I :Pengkajian

Tahap pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui anamnesis yang meliputi

identitas bayi dan orang tua, data biologis atau fisiologis, riwayat kehamilan atau persalinan

lalu dan sekarang, pemeriksaan fisik yang berpedoman pada format pengkajian yang tersedia.

Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber yaitu keluarga, bidan, dokter, catatan dokter dan

bidan, serta tenaga kesehatan lainnya tanpa ada hambatan yang berarti, karena baik keluarga

maupun petugas kesehatan di lahan praktek bersedia untuk memberikan informasi atau data

yang berhubungan dengan penyakit dan perawatan klien sehingga memudahkan dalam

pengumpulan data.

Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya

sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan benar

tidaknya proses interpretasi data pada tahap selanjutnya. Dari tinjauan kasus diperoleh data :

Bayi lahir dengan presentase kepala dengan lama kala II ± 2 jam 15 menit, ketuban pecah
pada pukul 07.00 WIB, bayi lahir tidak segera menangis, frekuensi jantung saat lahir <40 kali

permenit, tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada, bayi tidak dapat memberikan reaksi bila

diberikan rangsangan, warna kulit merah dengan ekstremitas biru, nilai APGAR 3/5/6. Pada

kasus By Ny”A” data yang diperoleh menunjukkan adanya persamaan gejala yang terdapat

dalam tinjauan pustaka dengan kasus sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan .

Langkah II : Identifikasi Diagnosis

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data data yang telah dikumpulkan. Data dasar

tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang

spesifik.

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari langkah pertama,

maka diagnosa pada bayi Ny “A” adalah : BCB, SMK, Bayi dengan asfiksia berat.

1. Diagnosa BCB mengacu pada konsep teori bahwa bayi cukup bulan (BCB) adalah

bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 – 42 minggu maka hal ini sesuai dengan

data subjektif yang berarti bayi lahir pada usia kehamilan antara 38 - 40 minggu.

Selain itu bila dihitung dari tanggal HPHT : 30-12-2018 sampai bayi Ny “A”

dilahirkan yaitu tanggal 24-09-2019 masa gestasinya adalah 38 minggu dimana masa

tersebut berada antara 37 minggu sampai 42 minggu yang menandakan bayi tersebut

adalah bayi yang cukup bulan (BCB).

2. Bayi Ny “A” lahir pada usia kehamilan 38 minggu dengan berat badan lahir 3800

gram. Berdasarkan kurva pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin dari

Battalgia dan Lubchenco, berat badan bayi Ny “A” sesuai dengan masa kehamilan

(SMK).

3. Dari tinjauan kasus diperoleh data : Bayi lahir tidak segera menangis, frekuensi

jantung saat lahir <100 kali permenit, tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada, bayi
tidak dapat memberikan reaksi bila diberikan rangsangan, warna kulit merah dengan

ekstremitas biru, apgar score 3/5/6, hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang

membahas mengenai tanda dan gejala yang sering muncul pada asfiksia berat kecuali

warna kulitnya.

4. Dari tinjauan kasus diperoleh data : bayi yang mengalami asfiksia berat lahir dengan

presentase kepala dengan lama kala II 2 jam 15 menit, ketuban pecah pukul 07.00

WIB

Dalam tinjauan pustaka dijelaskan bahwa asfiksia dapat disebabkan oleh beberapa factor

diantaranya factor ibu. Faktor ibu misalnya pada partus lama atau macet. Pada proses

persalinan bayi Ny “A” terjadi kala II yang lama sehingga menyebabkan bayi mengalami

aspirasi air ketuban dan lendir yang menyumbat saluran napas bayi sehingga bayi lahir dalam

keadaan asfiksia.

Langkah III : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensia

Pada kasus bayi Ny“A” yang dikaji segera setelah bayi lahir penulis dapat

mengidentifikasikan masalah potensial yang akan terjadi pada kasus ini yaitu dapat terjadi

kematian. Dignosa potensial kematian diangkat karena bayi masih belum bernafas spontan

dan frekuensi denyut jantungnya lemah yaitu <40 x/menit. Jika kekurangan oksigen

berlangsung terus menerus maka bisa terjadi kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan

fungsi curah jantung, penurunan tekanan darah, yang mengakibatkan aliran darah ke seluruh

tubuh berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi dan oksigenasi jaringan, akan

menimbulkan kerusakan jaringan otak yang ireversibel, kerusakan organ tubuh lain, bahkan

kematian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara garis besar dapat dilihat bahwa

tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.

Langkah IV : Mengidentifikasi Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi


Menurut teori, tindakan segera dan kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang

memerlukan penangan cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan tenaga

kesehatan yang ahli di bidangnya. Dalam kasus ini, tindakan segera yang dilakukan bidan

bersama dokter adalah resusitasi bayi baru lahir mengingat bayi belum dapat bernapas

spontan setelah lahir dan denyut jantung <40 x/menit.

Langkah V : Intervensi

Perencanaan adalah proses penyusunan suatu rencana tindakan berdasarkan

identifikasi masalah saat sekarang, serta identifikasi diagnosa dan masalah lain yang mungkin

terjadi. Namun terlebih dahulu harus dirumuskan tujuan yang akan dicapai serta kriteria

keberhasilan. Pada tahap perencanaan diagnosa kebidanan disusun menurut tingkat beratnya

masalah dan kebutuhan pasien. Masalah asfiksia berat merupakan prioritas utama penulis

sebagai masalah yang mengancam keselamatan bayi dan perlu segera diatasi. Sedang masalah

potensial yang penulis angkat yaitu potensial terjadinya kematian.

Perencanaan pada tinjauan pustaka diterapkan pada perencanaan kasus, sehingga penulis

tidak menemukan kesenjangan.

Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pada saat pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny “A” tindakan yang telah

direncanakan seluruhnya telah dilaksanakan dengan baik. Dalam pelaksanaan tindakan

asuhan kebidananan penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena seluruh tindakan

yang dilakukan sudah berorientasi pada kebutuhan klien. Meskipun tujuan yang diinginkan

belum dapat tercapai semuanya, dimana masalah asfiksia berat belum teratasi terlihat dari

bayi masih

bernapas mengap mengap dan masih tergantung dengan O2.

Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan.


Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan dimana pada tahap ini

ditemukan kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien.

Pada kasus ini, setelah dilakukan perawatan dan tindakan yang intensif selama 2 hari bayi

Ny“A” sudah mulai membaik ditandai dengan sudah dapat bernafas dengan baik meski masih

dibantu oleh O2 serta denyut jantung yang semakin meningkat menandakan masalah asfiksia

berat sudah teratasi dan tidak terjadi infeksi tali pusat.

Dengan demikian dapat terlihat bahwa proses manajemen kebidanan yang diterapkan

pada bayi Ny“A” dengan diagnosa aktual BCB, SMK, bayi dengan asfiksia berat di RSUD

Dr. Soewondo Kendal.


BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa penulis mampu memberikan asuhan kebidanan pada

bayi baru lahir terhadap By. Ny. A di RSUD DR. Soewondo Kendal dengan

melakukan terapi sesuai degan kolaborasi dengan dr.anak di ruang melati (Peristi).

Mampu melakukan pengkajian data subjektif, data objektif, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi secara mandiri.

2. Saran

A. Bagi tenaga kesehatan

a. Prognosis bayi asfiksia buruk dan seringkali berakhir dengan kematian.

Meskipun demikian, sebagai tenaga kesehatan kita senantiasa dituntut untuk

tetap berusaha menyelamatkan bayi dengan melakukan tindakan asuhan secara

pofesional baru menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah SWT karena hidup

dan matinya seseorang hanyalah Allah SWT yang mengetahuinya.

b. Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya senantiasa membina hubungan

yang baik dengan klien dan keluarga sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

c. Tenaga kesehatan khusunya bidan sebaiknya selalu memperbaharui

pengetahuannya dan menerapkan asuhan terbarunya untuk mengoptimalkan

upaya penurunan AKI & AKB.

B. Bagi institusi

a. Menambah bahan bacaan di perpustakaan yang berhubungan dengan

perkembangan terbaru ilmu kebidanan baik yang berasal dari dalam negeri

maupun luar negeri sehingga dapat memperluas wawasan mahasiwa

kebidanan UNISSULA.
C. Bagi RSUD Dr. Soewondo Kedandal

a. Sering mengadakan pelatihan demi meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan para tenaga kesehatan


Daftar Pustaka

JKPR-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: Jaringan

Nasional pelantikan Klinik.

Kementrian Kesehatan RI. Sekretaris Jenderal. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.

Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

PP IBI. 2016. Buku Acuan Midwefery Update. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia

Prawirorahardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirorardjo.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.

Varney, Hellen; Kriebs J.M; George C.L. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1.

Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai