Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH

BAYI BALITA DAN PRASEKOLAH

“NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH SERTA


PENATALAKSANAANNYA”

Dosen Pengampu : Eka Mustika Yanti, S.ST., M.Psi.

Oleh :KELOMPOK 1

1. AYU EWINDRAWATI 5. FUJI INDRIANI RAHAYU


2. IDA FITRIANI 6. YUNIARTY
3. SILVRI MEIDYA ANUGERAH 7. PRATIWI AYU IRIANI
4. NURLAILA SUMARYANI 8. MEGA ANGGRAYANI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR LOMBOK TIMUR
2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul tentang Neonatus
dan bayi dengan masalah serta penatalaksanaannya sub mata kuliah Askeb bayi balita dan
prasekolah.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Askeb bayi dan balita ini tepat pada waktunya. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Askeb bayi balita dan prasekolah untuk para
pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimaksih kepada Ibu Eka Mustika Yanti, S.ST., M.Psi.selaku dosen bidang
mata kuliah Askeb bayi balita dan prasekolah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Lombok Barat, 4 November 2021

iii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. GANGGUAN MINOR PADA BAYI BARU LAHIR, BAYI,


BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH ...........................................................3
B. HIPOTERMI DAN HIPERTERMIA................................................................25
C. KEJANG PADA BAYI DAN ANAK.................................................................30
D. NEONATUS DENGAN KONDISI KHUSUS :
KUNING/JUDINCE, INFEKSI, RDS........................................................... 36
BAB III PENUTUP.........................................................................................................15

A. Kesimpulan ..........................................................................................................15
B. Saran ....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir atau neonatus merupakan generasi penerus bangsa yangberperan penting
dalam kemajuan bangsa Indonesia, bayi yang sehat akanmenjadi penerus bangsa yang kuat dan
berkualitas dimasa yang akan datang.Neonatus adalah bayi baru lahir yang menyesuaikan diri
dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Neonatus merupakanbayi yang
berusia antara 0-28 hari.Sementara bayi dan balita merupakan faselanjutan dari neonatus.Masa-
masa ini sangat penting dan memerlukanperawatan khusus.Bayi baru lahir sensitif terhadap
keadaan lingkungan sekitartempat tinggal, karena bayi mudah terserang berbagai
macampenyakit.Kekebalan tubuh bayi yang masih kurang juga memicu terjadinyapenyakit pada
bayi. Periode neonatal merupakan masa yang paling kritisdalam fase pertumbuhan dan
perkembangan bayi karena pada periode initerjadi transisi dari kehidupan di dalam kandungan
ke kehidupan di luarkandungan. Proses transisi ini menuntut perubahan fisiologis yang
bermaknadan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan hidup.
Janinmeninggalkan lingkungan dalam kandungan yang selama ini sepenuhnyamemelihara
kebutuhan hidup Ibu dan keluarga seringkali mengalami beberapa masalah ketika
melakukanperawatan pada neonatus . Penting bagi ibu dan keluarga.
Mengetahui penanganan yang tepat untuk masalah perawatan bayi baru lahir. Masalah
yang sering terjadi pada neonatus antara lain bayi sulit bernapas,sianosis/kebiruan, hipotermia
(suhu <36C), kejang, infeksi serta sindromkematian mendadak. Kondisi ini memerlukan
penanganan yangtepat.Penanganan yang tepat diperlukan untuk mengatasi masalah neonates
dengan risiko tinggi tersebut untuk menghindari terjadinya komplikasi. Bayibaru lahir yang
tidak mendapatkan perawatan yang tepat akan menyebabkankelainan-kelainan yang akan
mengakibatkan cacat seumur hidup bahkankematian. Hal tersebut merupakan tantangan dalam
dunia kesehatan yangharus dapat diatasi.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja gangguan minor pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak pra sekolah serta
penatalaksanaanya
2. Apa pengertian dari Hipotermi dan hipertermia serta penatalaksanaannya
3. Apa pengertian Kejang pada bayi dan anak
4. Bagaimana penatalaksanaan pada neonatus dengan kondisi khusus : kuning/judince,
infeksi, RDS

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja gangguan minor pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak
pra sekolah serta penatalaksanaanya
2. Untuk mengetahui apa pengertian dari hipotermi dan hipertermia serta
penatalaksanaannya
3. Untuk mengetahui apa pengertian Kejang pada bayi dan anak
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada neonatus dengan kondisi khusus :
kuning/judince, infeksi, RDS

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. GANGGUAN MINOR PADA BAYI BARU LAHIR, BAYI, BALITA DAN ANAK
PRA SEKOLAH
1. Gangguan Minor pada bayi
Pengertian mengenai masalah yang lazim timbul pada neonatus sangat penting
dipahami oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Pemahaman
menyeluruh mengenai mengenai masalah apa saja yang dapat terjadi menjadi dasar
bidan dalam menentukan langkah berikutnya, sehingga tepat dalam mengambil
keputusan. Dalam Asuhan ini bidan akan menemui bayi lahir yang mengalami jejas
persalinan, sehingga memerlukan pertolongan, maka sangat penting bagi bidan
memiliki bekal pengetahuan mengenai bayi baru lahir yang mengalami jejas
persalinan. Agar dapat menolong bayi baru lahir yang mengalami jejas persalinan,
sehingga bayi yang dirawat sehat.
Jejas persalinan adalah trauma pada bayi yang diakibatkan oleh proses
persalinan. Macam-macam jejas persalinan adalah :
a. Caput Succedaneum
1) Caput Succedaneum adalah pembengkakan pada suatu tempat di kepala
karena oedem yang disebabkan tekanan jalan lahir pada kepala (Depkes RI,
171 : 1977).
2) Penyebab Caput Succedaneum Caput Succedaneum timbul akibat tekanan
yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi
pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh
ke jaringan ekstravasa. Benjolan kaput berisi cairan serum dan sedikit
bercampur darah (AH. Markum, 1991 :267).
3) Tanda-tanda Caput Succedaneum Secara klinis, benjolan ditemukan di
daerah presentasi lahir, pada perabaan teraba benjolan lunak, berbatas tidak
tegas, tidak berfluktuasi tetapi bersifat edema tekan. Benjolan terletak di luar
periosteum hingga dapat melampaui sutura. Kulit pada permukaaan benjolan
sering berwarna kemerahan atau ungu dan kadang-kadang ditemukan adanya

3
bercak petekie atau ekimosis. Caput Succedaneum dapat terlihat segera
setelah bayi lahir (AH. Markum, 1991).
4) Penatalaksanaan Caput Succedaneum Ukuran dan letak Caput Succedaneum
dicatat dan area yang terkena diamati sampai pembengkakan menghilang.
Biasanya sekitar 3 hari dan tidak dibutuhkan pengobatan. Tetapi orang tua
harus diingatkan bahwa kondisi tersebut adalah relatif umum dan sementara.
Jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk
hiperbilirubinemia (Persis Mary Hamilton, 1995).
b. Chephal Haematoma
1) Chephal Haematoma Penumpukan darah di antara tulang tengkorak dan
membran yang melapisinya (Hamilton, 1995).
2) Penyebab Cephal Haematoma Cephalhematoma disebabkan perdarahan
subperiostal tulang tengkorak dan terbatas tegas pada tulang yang
bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya. Tulang tengkorak
yang sering terkena adalah tulang temporal dan parietal. Ditemukan pada 0,5-
2 % dari kelahiran hidup. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa. Tetapi
lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan
ekstraksi cunam atau ekstraksi vacum (Wiknjosastro, 2007: 717). Tanda-tanda
Cephal Haematoma Secara klinis benjolan Cephalhematoma berbentuk
benjolan difus berbatas tegas tidak melampaui sutura. Pada perabaan terasa
adanya fluktuasi karena merupakan suatu timbunan darah yang letaknya di
rongga subperiost. Cephalhematoma biasanya tampak di daerah tulang
parietal, kadang-kadang ditemukan di daerah tulang oksipital, jarang sekali
ditemukan di tulang frontal (AH. Markum, 1991).
3) Penatalaksanaan Cephal Haematoma Kebanyakan Cephalhematoma diserap
dalam 2 minggu sampai dengan 3 bulan bergantung pada ukurannya.
Cephalhematoma ini dapat mulai mengalami kalsifikasi pada minggu kedua.
Cephalhematoma tidak memerlukan pengobatan (Nelson, 1999 : 577).

4
c. Fraktur Klavikula
1) Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat
jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada
sepertiga tengah atau proksimal klavikula.
2) Peyebab Fraktur Klavikula Penyebab Fraktur Klavikula adalah :
a) Trauma (benturan)
b) Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama
c) Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia.
3) Tanda-Tanda Fraktur Klavikula Tanda-tanda fraktur Klavikula adalah :
a) Klavikula membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang
thorax. Maka bila klavikula patah, pasien akan terlihat dalam posisi
melindungi-bahu jatuh ke bawah dan mengimobilisasi lengan untuk
menghindari gerakan bahu
b) Perubahan warna jaringan yang terkena
c) Deformitas postur tubuh/ bengkak
d) Abnormal mobilitas / kurangnya gerakan
e) Menangis merintih ketika tulang digerakkan
4) Penatalaksanaan Fraktur Klavikula Penanganan Fraktur Klavikula adalah :
a) Dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi bahu (gips
klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat
digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan
mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula,
ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera
kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris
b) Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal
klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani
dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal
disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi
pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi
interna.

5
d. Fraktur Humerus
1) Fraktur humerus adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa pada tulang humerus atau rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap pada tulang humerus.
2) Penyebab Fraktur Humerus Penyebab fraktur humerus adalah kesalahan teknik
dalam melahirkan lengan pada presentasi kepala / sungsang dengan lengan
menbumbung ke atas.
3) Tanda-tanda Fraktur Humerus Tanda-tanda Fraktur Humerus adalah sisi yang
terkena tidak dapat digerakkan dan refleks moro sisi tersebut menghilang.
4) Penalaksanaan Fraktur Humerus Penanganan Fraktur Humerus adalah:
a) Beri bantalan kapas atau kasa antara lengan yang terkena dan dada dari
ketiak sampai siku
b) Balut lengan atas sampai dada dengan kasa pembalut
c) Fleksikan siku 90 derajat dan balut dengan kasa pembalut lain, balut lengan
atas menyilang dinding perut. Yakinkan bahwa tali pusat tidak tertutup
kasa pembalut.
d) Imobilisasi lengan selama 2-4 minggu.
e. Perdarahan Intra Kranial
1) Perdarahan Intra Kranial adalah cedera lahir serius yang sering terjadi pada
bayi dengan kecendrungan perdarahan dan bayi yang lahir dengan penyulit
(Hamilton , 1995).
2) Penyebab perdarahan intra kranial Penyebab perdarahan intra kranial adalah :
a) Trauma Kelahiran (Partus biasa, Pemutaran atau penarikan kepala yang
berlebihan, Disproporsi antara kepala anak & jalan lahir sehingga terjadi
mulase,Partus buatan seperti Ekstraksi Vakum, Cunam, partus Presipitatus
b) Bukan Trauma Kelahiran
(1) Banyak ditemukan pada bayi kurang bulan ( BKB )
(2) Faktor dasar penyebabnya ialah “ Prematuritas “
(3) Faktor pencetus
(a) Hipoksia dan iskemia otak yg dapat timbul pada syok

6
(b) Infeksi intrauterin
(c) Kejang-kejang
(d) Kelainan jantung bawaan
(e) Hipotermi
(f) Hiperosmolaritas / hipernatremia
(g) Gangguan pembekuan darah
3) Tanda-tanda Perdarahan Intra dalam Kranial :
a) Peningkatan tekanan intrakranial saat lahir / setelah beberapa jam
b) Bayi menjadi letih dan mudah kedutan, konvulsi, muntah / menjadi
demam dan sianosis
c) Bayi mungkin menangis dengan merintih, fontanel menonjol dan kesulitan
menghisap dan bernapas
4) Tanda-tanda lain
a) Opistotonus
b) Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi
c) Pupil melebar, refleks cahaya lambat sampai negatif.Kadang-kadang ada
perdarahan retina, nistagmus dan eksoftalmus
d) Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar bibir seperti lidah
ular (snake like flicking of the tongue)
e) Kelumpuhan otot-otot pergerakan mata, otot-otot muka/anggota gerak f.
Tidak mau minum, terkadang disertai hipotermi
5) Penatalaksanaan perdarahan intra kranial adalah:
a) Atur posisi bayi, agar bayi dapat bernapas dengan leluasa
b) Berikan ASI, kalau tidak mau menetek ASI berikan dengan pipet sedikit
demi sedikit
c) Pergerakan dibatasi jangan diangkat-angkat untuk mengurangi perdarahan
d) Perawatan muntah, perhatikan oral hygiene, tidur bayi kepala miring
kekiri atau kekanan
e) Perawatan kejang yaitu dengan cara memasukkan tong spatel atau sendok
yg sudah dibungkus ke dalam mulut bayi agar lidah tidak tergigit oleh

7
giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak jatuh kebelakang menutupi
saluran penapasan
f) Merujuk ke RS
f. Bracial Palsy
1) Beberapa pengertian yang berkaitan dengan Bracial Palsy adalah :
a) Paralisis Erb-Duchenne yaitu kelumpuhan bagian tubuh yang disarafi oleh
cabang C5 dan C6 dari pleksus brakhialis. Stratum saraf servikal ke 5 dan
ke 6 Erb-Duchenne terobek dan saraf tertekan oleh perdarahan. Lengan
pada sisi yang sakit lemah dengan pronasi lengan depan dan fleksi pada
pergelangan tangan
b) Paralisis Klumpke yaitu kelumpuhan bagian tubuh yang disarafi oleh
cabang C7 dan C8.Kerusakan saraf 7 dan 8 servikal klumpke
mengakibatkan pergelangan tangan lunglai dan paralisis tangan.
c) Paralisis Saraf Frenikus yaitu kerusakan pada saraf servikal ke-3, ke-4, ke-
5 yang mengakibatkan paralysis diafragmatika yang dapat menyebabkan
pernapasan pada bayi tidak teratur.
d) Palsi Saraf Fasialis yaitu paralisis perifer akibat tekanan pada saraf fasialis
dalam uterus, dan upaya selama kelahiran atau dari forcep selama
persalinan.
2) Penyebab Bracial Palsy Penyebab Bracial Palsy adalah:
a) Cedera tegang setelah kesulitan pelahiran bahu / kesulitan menuver
Louvset
b) Tarikan kuat di daerah leher pada saat lahirnya bayi sehingga terjadi
kerusakan pada pleksus brakhialis ditemukan pada persalinan letak
sungsang bila dilakukan kontraksi yang kuat dalam usaha melahirkan
kepala bayi
c) Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada janin
dengan bahu lebar. Kadang dilakukan tarikan kepala agak kuat ke
belakang untuk melahirkan bahu depan.

8
d) Kesulitan persalinan
e) Lemahnya lengan yang terkena saat dilakukan pemeriksaan, kehilangan
reflek biseps dan penurunan reflek moro. Reflek moro yaitu rangsangan
mendadak yang menyebabkan lengan terangkat ke atas dan ke bawah,
terkejut dan rileksasi dengan lambat.
3) Tanda-tanda Bracial Palsy
a) Pada paralisis Erb-Duchenne kelemahan lengan untuk fleksi abduksi serta
memutar keluar disertai hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada
dalam posisi aduksi dan putaran ke dalam dengan lengan bawah dalam
pronasi dan telapak tangan melihat ke belakang.
b) Pada paralisis klumpke kelemahan otot fleksor pergelangan sehingga bayi
kehilangan refleks mengepal
c) Pada paralisis saraf frenikus suara napas berkurang pada sisi yang terkena.
Dorongan diafragma sering dapat diraba tepat di bawah tepi kosta pada
sisi normal, dan hal ini tidak dijumpai pada sisi yang terkena.
d) Pada palsi saraf fasialis bila bayi menangis gerakan hanya terdapat pada
sisi yang tidak paralisis dan mulut tertarik pada sisi tersebut. Jika sisi yang
terkena dahi halus maka mata tidak dapat ditutup dan sudut mulut turun.
4) Penatalaksanaan Bracial Palsy
a) Pada paralisis Erb-Duchenne dengan jalan meletakkan lengan atas dalam
posisi abduksi 90 derajat dan putaran ke luar siku berada dalam fleksi 90
derajat disertai supinasi lengan bawah dengan ekstensi pergelangan dan
telapak tangan menghadap ke depan. Posisi ini dipertahankan sampai
beberapa waktu. Penyembuhan biasanya terjadi setelah beberapa hari yaitu
3 – 6 bulan.
b) Pada paralisis klumpke dengan jalan imobilisasi parsial dan penempatan
posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur. Pada
paralisis lengan atas, lengan harus diabduksi 90° dengan rotasi eksterna
pada bahu dan supinasi penuh lengan bawah dan sedikit ekstensi pada
pergelangan dengan telapak tangan diputar ke arah wajah dengan dibidai

9
selama 1-2 minggu pertama. Imobilisasi harus intermiten dalam sehari saat
bayi tidur dan antara makan.
c) Pada paralisis saraf frenikus tidak ada pengobatan yang spesifik bayi harus
ditidurkan pada sisi yang terkena dan diberi oksigen jika diperlukan. Pada
mulanya, pemberian makan melalui sonde atau oral secara progresif dapat
dimulai, bergantung pada keadaan bayi. Infeksi paru merupakan
komplikasi yang serius. Penyembuhan biasanya terjadi secara spontan
dalam 1-3 bulan, jarang, namun pelipatan diafragma secara bedah dapat
diindikasikan.
d) Pada palsi saraf fasialis akan membaik pada waktu beberapa minggu.
g. Muntah
1) Pengertian
Muntah Muntah adalah proses reflek yang sangat terkoordinasi yang mungkin
didahului dengan peningkatan air liur
2) Penyebab Muntah
Penyebab muntah ditinjau dari sifat muntah adalah:
a) Keluar cairan terus menerus, kemungkinan disebabkan oleh obstruksi
esofagus
b) Muntah proyektil kemungkinan disebabkan oleh stenosis pylorus
c) Muntah hijau kekuningan ,kemungkinan disebabkan oleh obstruksi
dibawah ampula vateri
d) Muntah segera setelah lahir dan menetap, kemungkinan disebabkan oleh
tekanan intra cranial tinggi atau obstruksi usus.
3) Penyebab muntah ditinjau dari waktunya:
a) Pada masa neonatus
Kelainan kongenotal saluran pencernaan, paralisis palatum,atresia
esophagus, kalasia, akalasia, iritasi pada lambung (mekoneum, amnion,
darah)
b) Setelah masa neonatus
Pada masa ini penyebab muntah makin banyak dan makin sulit.

10
4) Faktor yang predisposisi
a) Faktor psikogenik
b) Faktor infeksi, appendicitis, peritonitis, adnexitis, hepatitis dan infeksi
traktus akut
c) Faktor lain: invaginasi, kelainan intra cranial, kelainan endokrin, reflex.
5) Tanda-tanda Muntah
a) Keluar bahan muntahan lewat mulut
b) Dapat terjadi kehilangan cairan
c) Bila minum terjadi ketosis, yang menyebabkan asidosis sehingga menjadi
shock.
d) Bila muntah hebat, terjadi ketegangan otot dinding perut, perdarahan
konjunctiva, rupture esophagus dan aspirasi muntah.
6) Penatalaksanaan Muntah
a) Kaji faktor penyebab
b) Beri suasana tenang
c) Perlakukan bayi dengan baik
d) Kaji sifat muntah
e) Lanjutkan pemberian ASI , bila muntah berhenti.
f) Bila muntah tetap berlanjut, segera kolaborasi dengan tim medis
h. Gumoh/ Regurgitasi
1) Pengertian Gumoh
Gumoh/Regurgitasi adalah keluarnya (tumpah/gumoh) susu yang telah ditelan
ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol/menyusu dan dalam
jumlah yang sedikit.
2) Penyebab Gumoh/Regurgitasi
a) Bayi sudah kenyang
b) Posisi saat menyusui yang salah
c) Posisi botol susu yang salah
d) Terburu-buru atau tergesa-gesa saat menyusu
3) Penatalaksanaan
a) Perbaiki teknik menyusui

11
b) Perbaiki posisi botol saat menyusu
c) Setelah bayi minum, usahakan bayi disendawakan
d) Saat menyusu, mulut bayi tertutup rapat yaitu bibir mencakup rapat pada
areola mammae.
i. Oral Trush
1) Pengertian
Oral Trush Oral thrush (moniliasis) disebut juga candidiasis adalah penyakit
rongga mulut yang ditandai dengan lesi-lesi yang bervariasi seperti: lunak,
bergumpal merupakan bongkahan putih, difus, seperti beludru yang dapat
dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasar, dan
berdarah, dapat berupa bercak putih dengan putih merah terutama pada bagian
dalam pipi, pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya
mempunyai keluhan terasa terbakar atau kadang – kadang sakit didaerah yang
terkena.
2) Penyebab Oral Trush
Penyebab penyakit ini adalah jamur candida albicans. Candidiasis ini dapat
menjadi petunjuk pertama dari adanya penyakit diabetes mellitus, anemia,
kekurangan gizi, dan dahulu sering terdapat pada anak-anak prematur atau
anak kecil. Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi adalah
pemakaian antibiotik, steroid jangka panjang, diabetes, obat-obat
imunosupresif, leukimia, dan gangguan saluran gastrointestinal yang
meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan malnutrisi. Candidiasis vagina
sering ditemukan semasa kehamilan dan bayi yang baru lahir juga dapat
terinfeksi dari vagina ibu. Candidiasis juga merupakan tanda umum dari
infeksi HIV
3) Tanda-tanda Oral Trush
Moniliasis ini sering ditemukan pada bayi dan anak. Kelompok ini merupakan
stomatis akut yang ditandai dengan bercak-bercak putih kekuningan yang
menimbul pada dasar selaput lendir yabg merah. Bila bercak ini dihapus
dasarnya mudah berdarah. Pada stadium permulaan tampak selaput lendir
berwarna merah dengan gambaran granula yang kasar. Pada hari berikutnya

12
tampak bercak putih sebesar jarum pentul, dan dalam 2-3 hari akan bergabung
menjadi bercak besar seperti membran. Bagian yang paling sering terkena
adalah mukosa bukalis, bagian dorsal, dan lateral lidah, dan gusi. Rasa nyeri
terjadi terutama bila tersentuh makanan. Pada bayi sering disangka sebagai
sisa susu yang tidak tertelan
4) Penatalaksanaan
Oral Trush Pada moniliasis, perawatan pertama-tama yang harus dilakukan
adalah memberhentikan obat antibiotika dan kortikosteroid yang telah
digunakan dan perlu diperiksa secara teliti adanya diabetes mellitus.
Pemberian aplikasi nystatin atau mikostatin dan ampoterisin B adalah obat-
obat yang dapat mematikan jamur candida albicans.
j. Diaper Rush
1) Pengertian
Diaper Rush Diaper Rush / Ruam popok sebenarnya hanyalah istilah dari
peradangan kulit yang terjadi pada area popok, hampir sebagian bayi
diperkirakan pernah mengalami masalah tersebut. Ruam popok umumnya
dialami oleh bayi berusia 4 hingga 15 bulan
2) Penyebab Diaper Rush
Penyebabnya bisa karena kebersihannya tidak terjaga, sering buang air, bayi
sedang mengkonsumsi antibiotik atau bayi menyusui yang mendapat
antibiotik dari air susu ibunya.
Ruam popok dapat terpicu akibat beberapa sebab, yaitu:
a) Ruam yang memang disebabkan penggunaan popok, termasuk iritasi kulit,
biang keringat dan infeksi jamur candida albicans yang berasal dari
kotoran.
b) Ruam yang terjadi di area popok dan di tempat lain, tetapi diperparah
dengan penggunaan popok. Misalnya radang kulit akibat alergi (dermatitis
atopi), dermatitis seboroik, psoriasis.
c) Ruam popok yang terjadi di area popok tetapi tidak berkaitan dengan
penggunaan popok, tetapi akibat infeksi kulit akibat bakteri, kelainan daya
tahan tubuh, kekurangan zat seng, sipilis, skabies hingga HIV.

13
3) Tanda-tanda Diaper Rush
Kemerahan pada area kulit yang terkena popok, biasanya pantat dan genetalia
sampai selangkangan.
4) Penatalaksanaan Diaper Rush
a) Pilihlah jenis popok dari bahan kain yang menyerap keringat atau bahan
disposibel (sekali pakai). Popok dari kain dapat dicuci dan digunakan
kembali, sehingga menghemat biaya. Sedang popok disposibel
pemakaiannya lebih mudah karena setelah dipakai langsung dibuang
b) Ruam popok yang sebenarnya akan sembuh hanya dengan mengganti
popok lebih sering serta menjaga kebersihan sekitar popok. Tapi tetap
berhati-hati bila bakteri atau jamur yang telah hinggap karena mengganti
popok saja belum cukup. Bila si kecil sudah terlanjur menimpa si kecil
c) Agar tidak bertambah parah, dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:
(1) Gantilah popok yang basah sesering mungkin
(2) Hindari penggunaan tisu basah karena dapat menambah iritasi.
(3) Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok
(4) Setiap kali menggantikan popok, langsung dibilas tanpa perlu digosok
(5) Cukup keringkan dengan cara menepuk kulitnya, tanpa digosok.
Gosokan yang kuat akan memperberat kerusakan kulit bayi
(6) Gunakan krim pelindung dengan dioleskan tipis di kulit bayi, sebagai
lapisan pelindung kulit si kecil.
(7) Hindari menggunakan popok terlalu kencang. g. Gunakan obat yang
mengandung antijamur dan antibakteri.
(8) Tidak disarankan memakai lotion atau baby oil untuk mengobati ruam
popok.
k. Seborrhoe
1) Pengertian
Seborrhoe Seborrhoe adalah sebum lemak yang berlebihan, terjadi pada 3
bulan pertama kehidupan

14
2) Tanda-tanda Seborrhoe Ruam merah mengelupas pada kulit kepala, alis,
lipatan leher, ketiak, lipat paha
3) Penatalaksanaan Seborrhoe
a) Gunakan emolin (krem berair) atau hidrocortison 0,5% atau 1%
b) Kulit kepala diurut dengan minyak, kemudian dikeramas dengan shampoo
lembut.
c) Jika resisten gunakan asam salisilat 1% dalam krem mengandung air
sebagai keratolitik.
l. Bisulan/ Furunke
1) Pengertian Bisulan
Bisul sendiri sebenarnya hanyalah sebuah istilah. Secara medis disebut
furunkel yaitu suatu peradangan pada kulit yang biasanya mengenai folikel
rambut dan disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus.
2) Jenis-jenis Bisulan/Furunkel
Dari jenis-jenisnya, secara medis bisul dibedakan sebagai berikut:
a) Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar rambut
saja
b) Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu superficial atau hanya di permukaan saja dan yang letaknya lebih
dalam lagi disebut profunda
c) Furunkel adalah peradangan pada umbi akar/folikel rambut dan
sekitarnya. Biasanya jumlahnya hanya satu.
d) Furunkel losis Disebut furunkel losis apabila jumlah furunkel-nya lebih
dari satu.
e) Karbunkel Bila di saat yang bersamaan ada beberapa/sekelompok
furunkel, secara medis diistilahkan sebagai karbunkel.
f) Abses multiple kelenjar keringat Bisul ini biasanya berupa benjolan yang
tidak bermata, jumlahnya banyak, bergerombol di beberapa tempat, seperti
di dada dan sebagainya. Bisul jenis ini paling banyak menyerang anak-
anak.

15
g) Hidra adinitis Ada juga jenis bisul yang mengenai kelenjar apokrin, yaitu
bila bisul tersebut muncul di ketiak atau daerah genital. Secara medis bisul
ini diistilahkan sebagai hidra adinitis
h) Skrofulo derma Bentuknya memang seperti bisul, tapi sebenarnya adalah
benjolan pada getah bening karena penyakit TBC.
3) Penyebab Bisulan/Furunkel
Penyebab penyakit ini adalah jamur candida albicans. Candidiasis ini dapat
menjadi petunjuk pertama dari adanya penyakit diabetes mellitus, anemia,
kekurangan gizi, dan dahulu sering terdapat pada anak-anak prematur atau
anak kecil. Candidiasis vagina sering ditemukan semasa kehamilan dan bayi
yang baru lahir juga dapat terinfeksi dari vagina ibu. Candidiasis juga
merupakan tanda umum dari infeksi HIV.
4) Tanda-tanda Bisulan/Furunkel
Walaupun jenis bisul cukup banyak, tapi biasanya orang awam
menganggapnya sama saja. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah karena
memang gejala yang dimunculkan memang mirip
a) Gatal-gatal
b) Nyeri
c) Berbentuk kerucut dan "bermata"
d) Berbentuk kubah
e) Demam
5) Penatalaksanaan
Bisulan/Furunkel Satu benjolan kecil atau bekas gigitan nyamuk sebaiknya
jangan digaruk, karena bisa menyebabkan luka dan memudahkan kuman
masuk. Makanya, kalau sudah muncul benjolan kecil sebaiknya perhatikan
kebersihan lebih saksama supaya tidak terpapar kuman. Calon bisul atau bisul
kecil di daerah permukaan (superficial) bisa sembuh dengan sendirinya jika
kebersihannya terjaga dan tidak tercemar bakteri. Selain itu, bisul juga jangan
digaruk supaya di situ tidak terjadi peradangan. Bisul-bisul jenis furunkel dan
karbunkel yang memang mudah pecah biasanya akan pecah sendiri akibat
gesekan dengan benda lain. Pemberian krim antibiotik atau bila perlu

16
tambahan antibiotik oral, tergantung pada kondisi bisulnya. Antibiotik itu
bertujuan untuk mengendalikan dan mematikan bakteri sehingga bisulnya
akan kempes dan kering. Dokter pun akan memberikan kompres yang
berfungsi untuk mendinginkan, meredakan, dan mengurangi kuman di daerah
sekitar bisul.
m. Miliarisis
1) Pengertian
Miliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringet
buntet. Adalah penyakit kulit akibat adanya sumbatan saluran kelenjar
keringat, sehingga keringat tidak bisa keluar dan masuk ke sekitar saluran di
bawah sumbatan, biasanya timbul di wajah, leher dan dada bagian atas
2) Penyebab
Miliarisis Udara panas dan lembab, pakaian yang tidak menyerap
keringat,terpajan bahan kimia tertentu dan penyakit kulit yang menyebabkan
penyumbatan pori kelenjar keringat. Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh
bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat keringat yang tidak dapat
keluar dan diabsorbsi oleh stratum korneum. Bayi kurang aktif dapat terkena
miliariasis.
3) Tanda-tanda Miliariasis
a) Papula yang keras yang keras berwarna putih mengkilat seperti mutiara.
b) Vesikel kecil superfisialis yang berkelompok berdiameter 1-3 mm
c) Keringat yang berlebihan
4) Penatalaksanaan Miliariasis
a) Tempatkan bayi di tempat yang dingin agar pengeluaran keringat berhenti
b) Gunakan pakaian tipis dan mudah menyerap keringat dan lembut
c) Beri obat antikolinergik yang membuat produksi keringat berkurang
d) Beri bedak kocok bersifat mendinginkan dan desinfektan serta anti gatal
(missal lotion, kummerfeldi.
n. Obstipasi
1) Pengertian Obstipasi

17
Obstipasi adalah keadaan atau gejala terhambatnya gerakan sisa makanan di
saluran pencernaan sehingga tidak dapat buang air besar (defekasi) secra
lancar dan teratur
2) Penyebab Obstipasi
Berdasarkan penyebab utama obstipasi dibedakan menjadi:
a) Obstipasi sampel, merupakan obstipasi yang disebabkan oleh adanya
gangguan fungsi pencernaan.
b) Obstipasi simtomatik, merupakan obstipasi yang timbul akibat adanya
penyakit. Pada bayi yang minum susu botol kurang baik kualitasnya, bayi
yang dapat makanan padat terus menerus bisa timbul obstipasi.
c) Secara umum, obstipasi disebabkan oleh:
(1) Dehidrasi akibat kurang minum.
(2) Mengkonsumsi makanan yang kurang serat
(3) Efek samping penggunaan obat (obat mengandung parasimpatolitik)
3) Tanda-tanda Obstipasi
a) Bayi tidak bisa buang air besar
b) Perut tampak sedikit membengkak
c) Feses berbentuk bulat kecil seperti kotoran kambing
4) Penalaksanaan Obstipasi
a) Anjurkan ibu meningkatkan asupan cairan dan serat yang mengandung
buah-buahan dan cairan
b) Anjurkan mengurangi minum susu formula dengan protein tinggi diganti
susu dengan protein rendah
c) Beri suplemen serat.
o. Sindrom Kematian Mendadak (Sids)
1) Pengertian
Kematian Bayi Mendadak (SIDS), Sudden Infant Death Syndrome adalah
suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya
sehat. SIDS merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan
pada bayi yang berusia 2 minggu-1 tahun.
2) Penyebab Sindrom Kematian Mendadak (SIDS)

18
Penyebabnya tidak diketahui. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa SIDS
lebih sering terjadi pada bayi yang tidurnya tengkurap dibandingkan dengan
bayi yang tidurnya terlentang atau miring. Karena itu sebaiknya bayi
ditidurkan dalam posisi terlentang atau miring. Resiko terjadinya SIDS juga
ditemukan pada bayi yang pada saat tidur wajahnya menghadap ke kasur atau
selimut yang lembut/empuk. Karena itu sebaiknya bayi ditidurkan diatas kasur
yang keras.Banyak ditemukan pada bayi laki-laki.
3) Gejala Sindrom Kematian Mendadak (SIDS)
Tidak ada gejala yang mendahului terjadinya SIDS.
4) Diagnosa Sindrom Kematian Mendadak (SIDS) SIDS didiagnosis jika seorang
bayi yang tampaknya sehat tiba-tiba meninggal dan hasil otopsi tidak
menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas.
5) Penatalaksanaan Sindrom Kematian Mendadak (SIDS) Orang tua yang
kehilangan anaknya karena SIDS memerlukan dukungan emosional. Penyebab
kematian anaknya tidak diketahui, sehingga mereka seringkali merasa
bersalah. Mungkin ada baiknya jika orang tua merencanakan untuk memiliki
anak lagi.
6) Pencegahan Sindrom Kematian Mendadak (SIDS) Angka kejadian SIDS telah
menurun secara berarti (hampir mendekati 50%) sejak para orang tua
dianjurkan untuk menidurkan bayinya dalam posisi terlentang atau miring
(terutama ke kanan).
p. Penurunan berat badan
Ini terjadi 3-4 hari setelah kelahiran dan penyebabnya adalah perubahan
lingkungan. Setelah 2 minggu menjalani perawatan intensif dan menyusu, bayi
akan mendapatkan berat badannya yang semula dan beratnya akan mulai
bertambah seiring berjalannya waktu.
q. Bersin dan hidung tersumbat
Ini disebabkan oleh iritasi, seperti saat anak menghirup asap rokok, debu
(hindari menempatkan kipas angin di kamar anak karena kipas dengan mudah
menyebarkan debu dari satu tempat ke tempat lainnya), dan udara kering.

19
Untuk mencegah bersin dan hidung tersumbat pada anak, hindari iritasi
(bulu hewan, asap rokok, debu), gunakan humidifier di dalam ruangan, gunakan
semprotan hidung atau obat iritasi hidung. Tetes hidung adalah larutan natrium
klorida 0,9% dan alat sedot hidung untuk anak-anak yang menggunakan bola
karet disterilkan dengan air mendidih.
r. Cegukan
Pada bayi dan dewasa, ada banyak cara untuk mengatasi cegukan. Namun,
ibu tidak boleh menerapkan cara ekstrem pada bayi baru lahir seperti yang
dilakukan oleh orang dewasa. Cegukan pada bayi akan menghilang secara alami
tanpa perlu terlalu dikhawatirkan. Jika cegukan bayi berlangsung lama, sekitar 5-
10 menit, ibu dapat memompa ASI ke sendok, dan menyuapi beberapa sendok
ASI atau air putih dapat mengurangi kemungkinan bayi menyusu terlalu cepat.
s. Infeksi pernapasan
Ini disebabkan oleh virus atau bakteri dan sangat umum pada bayi. Penyakit
ini berlangsung selama satu atau dua minggu dengan hidung meler, demam, dan
tidak menyusu untuk beberapa hari, yang dapat bertahan sekitar 2-3 minggu.
Gejala yang lebih serius memerlukan perawatan dokter. Oleh karena itu, penting
bagi anak-anak untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Bayi baru lahir bernapas melalui paru-paru dan gaya pernapasan perut
mereka berbeda dari orang dewasa, dengan apnea (kondisi tidak bernapas) ringan
yang sesekali terjadi karena pusat pernapasan yang tidak responsif. Rata-rata
kenaikan denyut jantung adalah 130 denyut per menit. Sel darah merah pada bayi
bertambah dan kemudian berkurang. Selain itu, usia sel darah ini lebih pendek
untuk menyesuaikan keadaan hidup mandiri dari tahap sebelumnya dalam
kandungan ibu.
Oleh karena tubuh muda rentan terhadap hipotermia, maka penting untuk
selalu menghangatkan bayi. Sistem pencernaan bayi dapat mulai mencerna segera
setelah lahir, dan penting untuk menyusui bayi tepat setelah kelahiran

20
2. Gangguan Minor Pada Balita
a. Diare
Diare merupakan penyakit yang sering menyerang anak usia 0-5
tahun. Ini merupakan kondisi bertambahnya jumlah buang air besar (BAB)
yang biasanya lebih dari 3 kali, dengan konsistensi lebih encer. Diare pada
balitayang frekuensinya cukup sering kemungkinan membuat Si Kecil
mengalami dehidrasi, akibat keluarnya cairan tubuh yang lebih banyak dari
biasanya.
Sebagai pertolongan pertama, ibu dapat memberikan cairan rehidrasi
oral setiap kali anak diare dan telaten memberikan asupan makanan yang
rendah serat. Pemberian buah pisang dan apel dapat membantu BAB jadi
lebih padat. Apabila tanda-tanda dehidrasi mulai terlihat, yaitu jumlah dan
frekuensi BAK yang berkurang dari biasanya, BAK lebih pekat, air mata
berkurang, dan mata terlihat lebih cekung, segera bawa anak ke dokter
terdekat.Selain itu, jika BAB Si Kecil disertai darah atau lendir, jangan
menunda membawa anak berobat segera ke dokter.
b. Infeksi Saluran Nafas
Gangguan lain yang juga kerap menyerang anak usia 0-5 tahun adalah
infeksi saluran pernapasan. Infeksi saluran napas pada umumnya
disebabkan oleh infeksi virus, ditandai dengan batuk dan pilek, hidung
tersumbat, bersin-bersin, dan terkadang juga disertai demam, sakit kepala
dan nyeri saat menelan.
Untuk pertolongan pertama penyakit yang sering dialami anak ini,
pastikan asupan cairan terpenuhi. Berikan cairan sedikit demi sedikit tetapi
lebih sering dari biasanya. Istirahat cukup juga dapat membantu pemulihan
jadi lebih cepatBila hidung anak tersumbat, penggunaan larutan garam
steril yang ditetes dan disemprotkan ke hidung serta olesan balsam bayi
juga dapat membantu melegakan pernapasan.
Bila keluhan memberat, apalagi jika anak terlihat sesak dan bernapas
dengan ritme cepat, segeralah bawa Si Kecil ke fasilitas kesehatan
terdekat.Jika demam sudah berlangsung selama 3 hari, terdapat nyeri

21
telinga atau keluar cairan dari telinga, serta tidak ada perbaikan gejala
selama beberapa hari, bawa anak ke dokter untuk memastikan penyebab
penyakit dan mendapatkan terapi tambahan yang tepat.
c. Jatuh
Gangguan yang sering dialami anak adalah luka karena terjatuh.
Balita sedang dalam masa eksplorasi terhadap lingkungan sekitarnya, tetapi
nalar untuk menilai risiko bahaya dalam tindakannya belum berkembang
dengan baik. Sehingga, risiko balita untuk mengalami kecelakaan menjadi
lebih besar bila tidak diawasi dengan baik oleh oarang tua sehingga anak
jatuh menjadi penyakit yang sering dialami balita
Bila luka karena jatuh hanya terbentuk luka kecil pada area tubuh,
maka lakukan perawatan dengan mencuci luka menggunakan air bersih dan
mengoleskan antiseptik.
Bila terjadi lebam atau benjol, kompres dingin dapat segera dilakukan
untuk menghentikan perdarahan di bawah kulit lebih lanjut.Luka jatuh yang
memerlukan pengawasan lebih ketat adalah jika saat anak terjatuh, terjadi
benturan pada area kepala, terutama bila ia terjatuh dari tempat yang cukup
tinggi.
Anak harus segera dibawa periksa ke rumah sakit terdekat jika terjadi
perdarahan yang sulit berhenti, penurunan kesadaran atau aktivitas,
kelemahan anggota tubuh satu sisi, kejang, atau muntah berulang dan
menyemprot.
d. Gangguan Minor Pada Anak Prasekolah
Gangguan minor pada anak prasekolah hampir sama dengan gannguan pada
anak. Hanya pada masa prasekolah ini lebih mentitik beratkan pada ganguan
psikologis dan tumbuh kembang. Karena pada masa ini mereka juga mangalami
banyak perubahan secara fisik dan mental. Permasalahan perkembangan perilaku
anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang
menunjukkan ketidakmampuan penyesuaian diri
Jenis-jenis permasalahan perilaku anak prasekolah

22
1) Perilaku dengan kegelisahan (Conduct/restless), yaitu yang merujuk pada
perilaku agresif, tantrum, konsentrasi rendah, terlalu aktif, sulit diatur, dan
merusak
2) Perilaku ketidakmatangan/terisolasi (Isolated/Immature), yaitu perilaku yang
menunjukkan pada perilaku ketergantungan secara berlebih, konsentrasi
rendah, cenderung menarik diri, serta sangat sensitif
3) Perilaku yang merujuk pada keadaan emosi atau ketidak senangan
(Emotional/Miserable). Area permasalahan ini merujuk pada perilaku
kecemasan, temper tantrums, buang air besar/kecil di celana, menunjukkan
banyak reaksi ketakutan, menuntut perhatian, anak yang menangis berlebihan.
Penting deteksi dini permasalahan perkembangan anak secara khusus
deteksi dini di sekolah merupakan upaya untuk memahami kelebihan atau potensi
anak, dan permasalahan aspek-aspek perkembangan .Tujuan deteksi dini di
lingkungan khusus ini adalah agar perlakuan yang tepat, yakni berupa stimulasi
atau rangsangan melalui berbagai macam metode program kegiatan belajar di
prasekolah, dapat diberikan kepada anak yang memerlukan.
Melalui Metode Pendekatan Pembelajaran ; syaratnya kasih sayang yang
tulus, sabar, jangan bertindak seperti “hakim atau polisi”, mengerti tentang
kebutuhan anak (menghargai keunikan masing-masing anak), mengerti tentang
perkembangan psikis dan psikologis anak, serta faktor-faktor perkembangan yang
mempengaruhinya, serta pemberian “penghargaan” baik verbal ataupun non
verbal bila anak berhasil memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan
sebelumnya.
Jenis Keterlambatan Perkembangan Anak
1) Keterlambatan kognitif
Keterlambatan kognitif dapat mempengaruhi fungsi intelektual, mengganggu
kesadaran dan menyebabkan kesulitan dalam belajar. Selain itu, anak juga
mengalami kesulitan berkomunikasi dan bermain dengan orang lain.
Keterlambatan kogntif dapat terjadi pada anak yang mengalami cedera otak
karena infeksi, seperti meningitis, yang dapat menyebabkan pembengkakan di

23
otak yang dikenal sebagai ensefalitis. Di samping itu, down syndrome, juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya keterlambatan kognitif.
2) Keterlambatan motorik/gerak Keterlambatan pada keterampilan motorik akan
mengganggu kemampuan anak untuk mengendalikan otot di lengan, kaki, dan
tangan. Keterlambatan perkembangan motorik pada bayi ditandai dengan
gejala kesulitan berguling atau merangkak. Sementara anak yang lebih besar
akan sulit melakukan pekerjaan dasar seperti memegang benda-benda kecil
atau menyikat gigi. Keterlambatan motorik pada anak dapat disebabkan oleh
achondroplasia, kondisi genetik yang menyebabkan anggota gerak lebih
pendek sehingga mempengaruhi otot, seperti celebral palsy atau distrofi otot.
3) Keterlambatan sosial, emosional, dan perilaku Keterlambatan sosial,
emosional, dan perilaku disebabkan oleh perbedaan otak dalam memproses
informasi, atau bereaksi terhadap lingkungan sekitar. Akibatya, kemampuan
anak untuk belajar, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain akan
terganggu.
4) Keterlambatan berbicara Sering kali anak dengan keterlambatan
perkembangan akan mengalami keterlambatan bicara secara reseptif dan
ekspresif. Gangguan bahasa reseptif merupakan kondisi di mana seorang anak
mengalami kesulitan untuk memahami kata-kata yang diucapkan orang lain.
Anak menjadi sulit dalam mengidentifikasi warna, bagian tubuh, atau bentuk-
bentuk. Sementara itu, anak lainnya juga mengalami gangguan bahasa
ekspresif yang ditandai dengan kurangnya kosakata dan kalimat rumit yang
dimiliki untuk anak seusianya. Anak menjadi lebih lambat dalam bercakap,
berbicara, dan membuat kalimat. Keterlambatan ini dapat terjadi karena
penyebab fisiologis, seperti kerusakan otak, sindrom genetik, atau gangguan
pendengaran. Selain itu, keterlambatan berbicara juga dapat disebabkan oleh
faktor lingkungan seperti kurangnya stimulasi. Untuk mencegah terjadinya
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak, orang tua perlu
memenuhi kebutuhan dasar anak seperti pemberian ASI, gizi yang sesuai,
pengobatan, rekreasi dan bermain, kebersihan individu dan lingkungan,

24
kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan akan stimulasi mental untuk proses
belajar anak.
Penatalaksaan untuk masalah diatas tidak dapat dilakukan sendiri oleh orang
tua dan lingkunga keluarga melainkan haru konsultasi dan kerjasama dengan
tenaga ahli.

B. HIPOTERMI DAN HIPERTERMIA


1. Hipotermi
a. Pengertian
Hipotermia adalah turunmya suhu tubuh bayi dibawah 30 ºC. Hipotermia
adalah pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas. (Patricia A. 2005).
Hipotermia adalah suhu rektal bayi dibawah 350C. (Hellen, 1999). Hipotermi
pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ºC, yang terbagi atas : hipotermi ringan
(cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC, hipotermi sedang yaitu antara 32-36ºC,
dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32 ºC
b. Etiologi Hipotermi
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat,
terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir. Misalnya
bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir
atau meskipun lingkungan sekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan
telanjang atau segera dimandikan.
Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik sehingga :
1) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena
lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam uterus.
2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar
dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan
panas pada lingkungan.
3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui
konduksi. konveksi, radiasi, dan evaporasi.

25
4) Trauma dingin cold stress (hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam
huhungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan bahkan
pada bayi cukup bulan yang sehat
c. Mekanisme kehilangan panas
1) Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi.
Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada
permukaan tubuh bayi setelah lahir karena bayi tidak cepat.
2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan diatas meja,
tempat tidur atau timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan
panas tubuh melalui konduksi
3) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat
benda yang mempunyai temperatur tubuh rendah dari temperature tubuh
bayi. Bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun
benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh
bayi.
4) Konveksi Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling
bayi. Missal: bayi diletakkan dekat, pintu / jendela terbuka.

d. Gejala Hipotermi
1) Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, tidak kuat
menghisap asi, dan menangis lemah.
2) Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama
dibagian punggung, tungkai dan tangan
3) Muka bayi berwarna merah terang
4) Tampak mengantuk
5) Kulitnya pucat dan dingin
6) Lemah, lesu, menggigil
7) Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada
8) Ujung jari tangan dan kaki kebiruan
9) Bayi tidak mau minum/menyusui

26
10) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun
e. Penanganan Hipotermi
1) Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara
Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan
menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah
turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di
ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat (kalau pasien dalam
kondisi sadar).
2) Penanganan Hipotermi dengan pemberian panas yang mendadak, berbahaya
karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C
tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F,
2001). Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan
dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila
tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah
alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-
tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe
untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan
secara manual).

2. Hipertermi
1) Pengertian
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan
hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan
penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik) Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat
dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering
serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang
disebabkan oleh pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan
fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi.
Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam
ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.

27
2) Etiologi Hipertermi
Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan karena:
 Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan
trauma lahir dan obat-obatan
 Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat
peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu
febris.
 Latihan / gerakan yang berlebihan.
3) Patofisiologi Hipertermi
Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu tubuh
normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua biasanya mengalami
sengatan panas yang tidak terkait aktifitas karena gangguan kehilangan panas dan
kegagalan mekanisme homeostatik. Seperti pada hipotermia, kerentanan usia
lanjut terhadap serangan panas berhubungan dengan penyakit dan perubahan
fisiologis.
4) Gejala Hipertermi
 Suhu tubuh bayi > 37,5 °C
 Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
 Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah
urine berkurang
5) Penanganan Hipertermi
 Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar 26°C-
28°C
 Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu bayi normal (jangan
menggunakan es atau alcohol)
 Berikan cairan dektrose NaCl = 1 : 4 secara intravena dehidrasi teratasi
 Antibiotic diberikan apabila ada infeksi
Terapi untuk mengatasi hipertermia adalah pendinginan. Hal ini dimulai
segera di lapangan dan suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39 derajat
Celsius dalam jam pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling menentukan
hasil akhir. Berendam dalam es lebih baik dari pada menggunakan alkohol

28
maupun kipas angin. Komplikasi membutuhkan perawtan di ruang intensif. Suhu
tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 37'C oleh pusat
pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut
selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari
metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru sehingga suhu
tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu
tubuh kita memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika
dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan suhu tubuh
yang disebabkan kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak. Hal ini serupa
dengan pengaturan set point (derajad celsius) pada remote AC yang bilamana set
point nya dinaikkan maka temperatur ruangan akan menjadi lebih hangat. Suatu
nilai suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2 ‘C pada pengukuran di pagi
hari dan atau melebihi 37,7'C pada pengukuran di sore hari dengan menggunakan
termometer mulut. Termometer ketiak akan memberikan hasil nilai pengukuran
suhu yang lebih rendah sekitar 0.5'C jika dibandingkan dengan termometer mulut
sehingga jenis termometer yang digunakan berpengaruh dalam pengukuran suhu
secara tepat.
Sebagian besar kasus demam memang disebabkan oleh berbagai penyakit
infeksi dan peradangan sehingga gejala demam seringkali diidentikkan dengan
adanya infeksi dalam tubuh. Namun sebenarnya ada banyak proses lainnya selain
infeksi yang dapat menimbulkan gejala demam antara lain alergi, penyakit
autoimun, kelainan darah dan keganasan. Berbagai proses tersebut akan memicu
pelepasan pirogen, yaitu mediator penyebab demam, ke dalam peredaran darah
yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat tertentu yang bernama prostaglandin
sehingga akan menaikkan set point di pusat pengaturan suhu di otak.

29
C. KEJANG PADA BAYI DAN ANAK
1. Kejang Pada Bayi
a. Pengertian
Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak
dengan manifestasi klinik kehilangan koordinasi neuromotorik. Kejang pada bayi
baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam hari
sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang, yang dapat menyebabkan gejala sisa yang menetap di
kemudian hari. Bila penyebabnya diketahui, penyakit ini harus segera diobati.
Kejang nenonatus tidak sama dengan kejang pada anak atau orang dewasa karena
konkulsi klonik cenderung tidak terjadi selama umur bulan pertama. proses
penyembuhan akson dan tonjolan dendrit juga mielinisasi tidak sempurna pada
otak neonatus
b. Etiologi
Kejang pada neonatus jarang bersifat idiopatik (tidak diketahui
penyebabnya). Penelusuran etiologi yang tepat harus diupayakan untuk
menentukan tatalaksana yang adekuat dan prognosis selanjutnya
1) Komplikasi perinatal
a) Hipoksia iskhemik ensefalopati. Biasanya kejang timbul pada 2" jam
pertama kelahiran. HIE terjadi sekunder akibat asfiksia perinatal.
Keadaan asfiksia mengganggu pompa Na-K  dependent ATP sehingga
terjadi depolarisasi berlebihan yang menyebabkan Na masuk ke dalam
neuron dan K keluar dari neuron.5 Ronen, dkk (seperti dikutip danri
Menkes)9 melaporkan 40% kasus kejang pada neonatus disebabkan HIE.
Kejang terjadi dalam 24 jam pertama dan sulit diatasi dengan pemberian
antikonvulsan. Pada HIE dapat dijumpai semua tipe kejang, tetapi
umumnya kejang bersifat fokal dan unilateral, hal ini menggambarkan
lokasi lesi di otak.
b) Trauma susunan saraf pusat.dapat terjadi pada persalinan presentasi
bokong, ekstraksi cunam atau ekstraksi vakum berat.
c) Perdarahan intrakranial.

30
d) Kejang tergantung pada jenis perdarahannya, umumnya terjadi setelah
hari pertama kehidupan.Terdapat 3 jenis perdarahan intrakranial:
(1) Perdarahan subaraknoid prime adalah Perdarahan disebabkan oleh
robekan vena superfisial akibat partus lama atau bila disertai
hipoksik iskemik ensefalopati.
(2) Perdarahan intraventrikular-periventrikular. Perdarahan berasal
dari pembuluh darah kecil di daerah subependimal matriks
germinalis atau akibat lesi pada daerah tersebut atau akibat
keduanya.Kejang timbul dalam beberapa jam sampai 3 hari setelah
lahir, dengan tipe kejang tonik. Perburukan keadaan dapat terjadi
secara cepat (beberapa menit sampai beberapa jam) dan berakhir
dengan kematian. Perdarahan sering pada NKB terutama pada usia
gestasi <34 minggu.
(3) Perdarahan subduralKejang terjadi akibat penekanan batang otak
oleh darah yang terkumpul di fosa posterior karena robekan
tentorium di dekat fals serebri.Kejang dapat timbul pada hari
pertama kehidupan, bersifat fokal dan subtle
2) Kelainan metabolisme
Kejang pada neonatus sering disebabkan oleh gangguan metabolisme
glukosa, kalsium, dan magnesium.1,2,5 Beberapa gangguan metabolik lain
yaitu gangguan metabolisme asam amino, asam organik, ammoniak darah,
elektrolit, intoksikasi dari anestesi lokal, piridoxin dependent.
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan salah satu masalah metabolik yang sering
dijumpai, namun definisi hipoglikemia yang bermakna secara klinis
masih merupakan  salah satu isu yang paling membingungkan dan
memancing perdebatan.
b) Hipokalsemia
Diagnosis hipokalsemia yaitu bila kadar kalsium darah <7 mg%.
Hipokalsemia dapat terjadi bersamaan dengan gangguan lain misalnya
hipoglikemia, hipomagnesemia, dan hipofosfatemia.

31
c) Hipomagnesemia
Diagnosis hipomagnesemia adalah bila kadar magnesim dalam darah
>1,2 mg/dL. Hipomagnesemia sering terjadi bersamaan
hipokalsemia.Mekanisme terjadinya hipokalsemia bersamaan dengan
hipomagnesemia belum jelas. Hipomagnesemia primer merupakan
gejala yang mirip dengan hipokalsemia awitan lambat
3) Infeksi dapat disebabkan bakteri dan virus termasuk TORCH
Infeksi pada neonatus dapat terjadi di dalam rahim, selama persalinan
atau segera setelah lahir. Kejang pada neonatus akibat infeksi intrauterin
dapat disebabkan oleh toksoplasma, sitomegalovirus, rubela, herpes, dan
kejang timbul pada hari ke-3 kehidupan. Lima sampai sepuluh persen infeksi
intrakranial disebabkan oleh infeksi bakteri dan non-bakterial, dapat terjadi
selama persalinan atau segera setelah lahir.Ketergantungan obat
4) Polisitemia
5) Penyebab yang tidak diketahui (3-25%)
6) Kelainan Bawaan
Keadaan terganggunya perkembangan otak, seperti mikrogria, pakigria,
heteropia merupakan 5-10% penyebab kejang pada neonatus. Kejang dapat
timbul setiap saat. Penyebab yang sering ditemukan adalah disgenesis
korteks serebri berhubungan dengan gangguan migrasi neuron
7) Idiopatik
Kejang pada neonatus yang tidak diketahui penyebabnya mempunyai
prognosis yang baik. Pada kelompok idiopatik terdapat 2 hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu Benign familial neonatal seizure dan Benign
idiopathic neonatal seizures (fifth-day fits).
1) Benign familial nenonatal seizure.
Kejang terjadi antara hari kedua dan ketiga setelah lahir dan menghilang
setelah beberapa bulan. Kejang sering berulang ≥ 10 sampai dengan 12
kali per hari, diantara kejang neonatus terlihat normal. Tipe kejang
bersifat klonik fokal atau tonik fokal disertai apne. Diagnosis ditegakkan

32
berdasarkan riwayat keluarga. Keadaan ini ditutunkan secara autosomal
dominan.
2) Benign idiopathic neonatal seizures (fifth- day fits)
Karakteristik kejang ini adalah timbul pada akhir minggu pertama,
umumnya terjadi pada NCB dengan riwayat kelahiran normal. Kejang
terjadi antara hari keempat dan keenam setelah lahir dan menghilang
dalam 15 hari. Tipe kejang klonik fokal atau multifokal dan serangan
apne, kejang dapat berlangsung sampai 24 jam. Pada 80% kasus dapat
terjadi status epileptikus selama interval tersebut.
c. Klasifikasi Kejang
1) Subtle
Merupakan tipe kejang tersering yang terjadi pada bayi kurang bulan. Bentuk
kejang ini hamper tidak terlihat, biasanya berupa pergerakkan muka, mulut,
atau lidah berupa menyeringai, terkejat-kejat, mengisap, menguyang,
menelan, atau menguap. Manifestasi kejang subtle pada mata adalah
pergerakkan bola mata berkedip-kedip, deviasi bola mata horizontal dan
pergerakkan bolamata yang cepat (nystagmus jerk). Pada anggota gerak
didapatkan pergerakkan mengayuh atau seperti berenang. Manifestasi pada
pernapasan biasanya berupa apnea.

2) Klonik
Bentuk klinis kejang klonik berlangsung 1-3 detik, tidak disertai gangguan
kesadaran. Bentuk kejang ini di akibatkan trauma fokal pada kontusio cerebri
pada bayi besar atau bayi 'ukup bulan, atau pada kelainan ensefalopati
metabolik.

3) Tonik
Kejang tonik biasa didapatkan pada bayi berat lahir rendah dengan masa
kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi-bayi dengan komplikasi perinatal
berat seperti perdarahan intraventrikuler. Bentuk klinis kejang ini yaitu
pergerakkan tungkai yang menyerupai sikap deseberasi atauekstensi tungkai
dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.

33
4) Mioklonik
Manifestasi klinis kejang mioklonik yang terlihat adalah gerakan ekstensi atau
fleksi dari lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadi
dengan cepat. Pergerakan tersebut seperti gerak refleks Moro. Kejang ini
merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat,
seperti pada bayi baru lahir yang dilahirkan dari ibu kecanduan obat.

d. Penanganan
1) Prinsip dasar mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:
a) Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang (misalnya
Diazepam, Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin)
b) Menjaga jalan nafas tetap bebas (perhatikan ABCD resusitasi)
c) Mencari faktor penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan
dan kelahiran, kelainan fisik ditemukan, bentuk kejang, dan hasil
laboratorium)
d) Mengobati penyebab kejang (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan
lain-lain)

34
2. Kejang Pada Anak
a. Kejang Demam
1) Pengertian
Kejang demam merupakan kejang selama masa kanak-kanak setelah usia 1
bulan, yang berhubungan dengan penyakit demam tanpa disebabkan infeksi
sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang neonatus dan tidak berhubungan
dengan kejang simptomatik lainnya. Kejang demam sederhana berlangsung
singkat (kurang dari 15 menit), tonik-klonik. dan terjadi kurang dari 24 jam,
tanpa gambaran fokal dan pulih dengan spontan.
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali, dan di antara bangkitan kejang kondisi anak tidak
sadarkan diri. Kejang lama terjadi pada sekitar 8% kejang demam. Kejang
fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang
parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara
2 bangkitan anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% kejang demam.
2) Penatalaksanaan
Pada kebanyakan kasus, biasanya kejang demam berlangsung singkat dan saat
pasien datang kejang sudah berhenti. Bila datang dalam keadaan kejang, obat
yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam intravena 0,3-0,5
mg/kgBB, dengan cara pemberian secara perlahan dengan kecepatan 1-2
mg/menit atau dalam 3-5 menit, dan dosis maksimal yang dapat diberikan
adalah 20 mg.
Antipiretik tidak terbukti mengurangi risiko kejang demam, namun para ahli
di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis
paracetamol adalah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak
boleh lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.
Meskipun jarang, acetylsalicylic acid dapatmenyebabkan sindrom Reye,
terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga tidak dianjurkan.
AntikonvulsanDiazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30-60% kasus, juga dengan
diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB tiap 8 jam pada suhu >38,50 C. Dosis

35
tersebut dapat menyebabkan ataksia, iritabel, dan sedasi cukup berat pada 25-
39% kasus. Phenobarbital, carbamazepine, dan phenytoin saat demam tidak
berguna untuk mencegah kejang demam.
Bagan penatalaksaan kejang demam
b. Kejang Epilepsi
1. Pengertian
Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang yang terjadi
dengan sendirinya, yang membutuhkan pengobatan jangka panjang (Wong,
2008). Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak
berat yang dikarakteristikan oleh kejang berulang keadaan ini dapat di
hubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya
tonus otot atau gerakan dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan
persepsi sehingga bukan penyakit tetapi suatu gejala (Smeltzer & Bare, 2011).
2. Etiologi
Epilepsi disebabkan dari gangguan listrik disritmia pada sel saraf pada salah
satu bagian otak yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik
abnormal, berulang dan tidak terkontrol (Smeltzer & Bare, 2011). Idiopatik ;
sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik , Faktor herediter ,
Faktor genetik ; pada kejang demam dan breath holding spell , Kelainan
kongenital otak ; atrofi, poresenfali, agenesis korpus kolosum , Gangguan
metabolik., Infeksi ; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan
selaputnya, toksoplasmosi
3. Penatalaksanaan
Farmakoterapi : Anti kovulsion
Pembedahan : Untuk pasien epilepsy akibat tumor otak, abses, kista atau
adanya anomali vaskuler
4. Cara menanggulangi kejang epilepsi :
Selama Kejang Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton
yang ingin tahu , Mengamankan pasien di lantaijika memungkinkan.
Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam
atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya. Longgarkan bajunya.

36
Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah lidahnya
menutupi jalan pernapasan. Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan
benda keras diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk
mencegah gigi klien melukai lidah, dapat diselipkan kain lunak disela mulut
penderita tapi jangan sampai menutupi jalan pernapasannya.

37
D. NEONATUS DENGAN KONDISI KHUSUS : KUNING/JUDINCE, INFEKSI, RDS
1. KUNING/JAUDINCE
a. Pengertian
Jaundice adalah warna kekuningan pada kulit dan lapisan mukosa (contoh :
bagian putih mata) dan merupakan kondisi yang sering dialami bayi baru lahir. Warna
kuning ini terjadi akibat penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin. Bayi kuning
adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan umumnya tidak
berbahaya. Tanda-tanda bayi kuning mudah terlihat karena cirri khas pewarnaan
kuning pada kulit dan juga pada bagian mata. Istilah medis untuk kondisi ini adalah
ikterik neonatorum.
Bilirubin itu sendiri merupakan produk ‘sampah’ dari sel darah merah
(eritrosit). Eritrosit hanya hidup dalam jangka waktu tertentu. Setelah habis masa
hidupnya, eritrosit akan hancur dan terbentuklah bilirubin. Selanjutnya bilirubin akan
diproses oleh hati untuk kemudian dibuang sebagai empedu. Namun, hati sang bayi
belum cukup matang untuk memproses bilirubin sehingga bilirubin menumpuk.
b. Penyebab
Penyebab bayi kuning adalah kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Bilirubin
ini adalah pigmen kuning dalam sel darah merah. Kelebihan bilirubin terjadi karena
organ hati bayi belum cukup matang untuk menyingkirkan bilirubin dalam aliran
darah. Seiiring dengan berkembangnnya fungsi organ hati bayi dan mulai
meningkatnya asupan bayi, penyakit kuning akan berangsur hilang dengan
sendirinya. Penyebab lain adalah berat bayi lahir rendah (kurang dari 2500gr), bayi
lahir premature (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), kurangnya pemberian ASI,
infeksi, gangguan fungsi hati dan ketidakcocokan golongan darah ibu dan bayi.
c. Jenis ikterus
1) Ikterus neonaturum fisiologis
a) Pengertian
Adalah penyakit kuning yang ditunjukkan dengan perubahan warna
kekuningan pada kulit, konjungtiva, dan sclera akibat peningkatan bilirubin
plasma pada bayi baru lahir.
b) Tanda – tanda

38
(1) Mulai timbul pada hari ke 2 atau ke 3 setelah bayi lahir
(2) Pada bayi yang lahir cukup bulan, kadar bilirubin indirek tidak melewati
12mg/dl dan pada bayi prematur kadarnya berjumlah 10 mg/dl
(3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dl perhari
(4) Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg/dl
(5) Warna kuning akan menghilang di 10 hari pertama kehidupan.
c) Penyebab
Ikterus neonatorum fisiologis terjadi akibat peningkatan produksi bilirubin
indirek/tak terkonjugasi, sekunder akibat kerusakan eritrosit yang dipercepat,
penurunan kapasitas ekskresi hati akibat rendahnya kadar ligandin dalam
hepatosit, dan rendahnya aktivitas enzim konjugasi bilirubin uridibe
diphosphate glucuronyl transferase (UDPGT). Bilirubin tak terkonjugasi pada
ikterus neonatorum fisiologis biasanya mencapai kadar serum kurang dari 15
mg/dl.
d) Penatalaksanaan ikterus neonatorum fisiologis
Meliputi paparan sinar matahari, fototherapi, dan asupan nutrisi yang
mencukupi. Kondisi ini akan sembuh sendiri dan bayi tidak perlu dirawat.
Paparan sinar matahari dapat menurunkan kadar bilirubin indirek/tak
terkonjugasi. Jika kadar bilirubin indirek/tak terkonjugasi tetap tinggi atau
meningkat, bayi mungkin memerlukan pengobatan lebih lanjut untuk
menurunkan kadar bilirubin. Perawatan yang dapat dilakukan adalah dengan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang adekuat dan fototerapi.
2) Ikterus neonaturum patologis
a) Pengertian
Adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin mencapai
suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
b) Tanda – tanda
(1) Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan
(2) pada bayi yang lahir cukup bulan, kadar bilirubin lebih dari 12 mg/dl,
sedangkan pada bayi prematur kadarnya 10 mg/dl
(3) Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg/dl perhari

39
(4) Menetap hingga melewati 2 minggu pertama kelahiran
(5) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg/dl
(6) Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah,
letargis, malas menetek, penurunan BB yang cepat, apnea, takipnea atau
suhu yang tidak stabil)
c) Penyebab
Penyebab ikterus patologis pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun
dapat disebabkan oleh berbagai fackor. Secara garis besar etiologi ikterus
patologis dapat dibagi :
(1) Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada imkompaatibilitas darah Rh, ABO,
golongan darah lain, devisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan
tertutup dan sepsis.
(2) Gangguan dalam proses ‘uptake’ dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis,
hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(sindrom Criggler-Najjar).
(3) Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar.
(4) Gangguan ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar.
d) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ikterus patologis :
(1) Lakukan observasi dengan derajat ikterus, keadaanumum, dan TTV.
(2) Lakukan pencegahan hipotermi
(3) Lakukan rujukan bila terjadi ikterus patologi
(4) Pemberian nutrisi adekuat terutama ASI
(Saifuddin, 2009; h.385).
Penatalaksanaan ikterus patologis di rumah sakit :

40
(1) Lakukan pemeriksaan laboratorium
(2) Lakukan fototerapi pada saat kadar bilirubin 10-20 mg/dl
(3) Lakukan transfuse tukar jika fototerapi gagal untuk mencegah kerusakan
syaraf
(Sinclair,2010; h. 360-361).
e) Diagnosis Ikterus
Pengamatan ikterus kadang-kadang agak suli tdalam cahaya buatan. Paling
baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan
sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena
pengaruh sirkulasi darah. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
penegakan diagnosa ikterus, yaitu:
(1) Visual
WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara
visual,yaitu sebagai berikut:
(a) Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang
hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah
bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan biasanya tidak terlihat
pada pencahayaan yang kurang.
(b) Tekan kulit bayi dengan lembut menggunakan jari untuk mengetahui
warna dibawah kulit dan jaringan subkutan.
(c) Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh
yang tampak kuning.
(d) Daerah kulit bayi yang berwarna kuning ditentukan menggunakan
rumus Kremer,seperti dibawah ini

Daerah kulit yang berwarna kuning sesuai rumus Kramer dan dijelaskan
pada tabel berikut:

41
Daerah(Lihat Luas Ikterus Kadar Bilirubin (mg
Gambar %)
)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 9
(+)
Badan bagian
atas
3 Daerah1,2 11
(+)
Badan bagian bawah dan
tungkai
4 Daerah1,2,3 12
(+)
Lengan dan kaki dibawah
Dengkul

5 Daerah1,2,3,4 16
(+)
Tangan dan ka ki
(2) Bilirubin Serum
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis
ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih
lanjut.
(3) Bilirubinometer Transkutan
Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan
prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang
gelombang 450nm.
(4) Pemeriksaan Bilirubin Bebas dan Co
Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati saward arah otak. Hal ini
menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada
konsentrasi bilirubin serum yang rendah.

42
2. NEONATUS DENGAN, INFEKSI
a. Pengertian infeksi
Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir terjadi pada masa
neonatal, intranatal dan postnatal. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang
menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari satu persen
bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30 persen kematian pada bayi baru lahir
(Sembiring, 2019).
b. Gejala
Gejala bayi yang mengalami infeksi adalah malas minum, bayi tertidur, tampak
gelisah, pernafasan cepat, berat badan cepat menurun, terjadi diare dengan segala
manifestasinya, panas badan bervariasi sampai meningkat, pergerakan aktivitas bayi
makin menurun (Manuaba, 2012). 9
c. Klasifikasi infeksi
Pembagian infeksi menurut waktu terjadinya (Sembiring, 2019)
1) Infeksi dini
Infeksi dini terjadi dalam tujuh hari pertama kehidupan. Biasanya didapat dari
organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion
2) Infeksi lanjutan
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir.
Biasanya didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang
ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi.
Pembagian infeksi menurut besarnya masalah (Saifuddin, 2014)
1) Infeksi berat
a) Sepsis Neonatorum
Sepsis Neonatorum adalah sindrom klinis yang timbul akibat respon
Systemic Imflamatory Respons Syndrome (SIRS) yang terjadi akibat infeksi
bakteri, virus, jamur ataupun parasit yang timbul pada 1 bulan pertama.
Anamnesis yang dilakukan untuk menegakkan diagnose bayi mengalami sepsis
yaitu tergantung faktor risiko mayor dan faktor risiko minor
Faktor risiko mayor seperti ketuban pecah lebih dari 24 jam, Ibu demam saat
intrapartum dimana suhu ibu lebih dari 38ºC, korioamnionitis, denyut jantung

43
janin menetap atau lebih dari 160 kali permenit dan ketuban berbau. Faktor risiko
minor seperti ketuban pecah lebih dari 12 jam, Ibu mengalami demam saat
intrapartum dimana suhu ibu lebih dari 37,5ºC, nilai APGAR rendah, berat badan
kurang dari 1500 gram, usia gestasi kurang dari 37 minggu, kehamilan ganda.
keputihan yang tidak diobati, Infeki Saluran Kemih (ISK) atau tersangka ISK
yang tidak diobati.
Untuk menegakkan diagnosa infeksi kriteria adalah minimal bayi mengalami
satu faktor risiko mayor atau dua faktor risiko minor, bayi mengalami perburukan
kondisi dengan respirasi lebih dari 60 kali permenit dengan atau tanpa retraksi
dada, bayi mengalami instabilitas suhu, capillary reffil time lebih dari tiga detik.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan didapatkan minimal positif pada dua
pemeriksaan dengan atau tanpa hasil kultur darah yang positif (RSUD Wangaya,
2018).
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah septic maker yang meliputi
darah lengkap untuk mengetahui hitung leukosit, neutrofil absolute dan trombosit,
IT rasio untuk mengetahui rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total dan
procalsitonin (RSUD Wangaya, 2018).
b) Meningitis
Meningitisbiasanya didahului sepsis dan disertai dengan kejang, fontanel
menonjol, kaku kuduk dan opistotonus. Setiap pasien sepsis harus dilakukan
lumbal punksi. Dalam melakukan lumbal punksi penilaian likuor serebrospinal
sangat menentukan derajat infeksi. Jika jumlah sel lebih dari 20 per mm3 dan
hasil nonne dan pandy positif, dokter bisa menegakkan diagnosameningitis
(Manuaba, 2012).
c) Pneumonia
Diagnosis pneumonia ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi thoraks. Tanda
dan gejala sangat khas yaitu bayi batuk, sesak nafas, kesulitan nafas, dan tampak
lemah (Manuaba, 2012).
d) Diare
Diare adalah bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali perhari
dan berubahnya konsistensi menjadi lunak atau bahkan cair dengan atau tanpa
darah dan atau lendir berlangsung kurang dari minggu (RSUD Wangaya, 2018).

44
e) Tetanus Neontorum
Penyebab penyakit ini ialah clostridium tetani. Masa inkubasi biasanya tiga
sampai 10 hari. Gejala permulaan ialah kesulitan minum karena terjadi trismus.
Mulut mencucu seperti ikan sehingga tidak dapat minum dengan baik. Kemudian
dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang umum. Leher menjadi kaku dan
dapat terjadi opistotonus, disertai dengan suhu yang meningkat (Saifuddin, 2014).
2) Infeksi Ringan
a) Omfalitis Ujung pusat seringkali kena infeksi staphylococcus aureus biasanya
mengeluarkan nanah dan sekitarnya merah serta ada edeme. Pada keadaan yang
berat infeksi dapat menjalar ke hepar melalui ligamentumdan menyebabkan abses
yang berlipat ganda (Saifuddin, 2014).
b) Moniliasis
Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi. Infeksi
mula mula terdapat dimulut kemudian di esofagus dan ditraktus digestifus. Jika
terjadi seperti ini bisa menyebabkan diare (Saifuddin, 2014).
d. Penyebab infeksi
1) Infeksi bacterial
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti escherichia coli,
pseudomonas pyocyaneus, lensielia, staphylococcus aureus, dan coccus gonococcus
(Sembiring, 2019).
2) Infeksi virus
Yang sering menyebabkan infeksi kongenital/transplasenta antara lain Cytomegalo
Virus (CMV), rubella, parvo virus, HIV. Sedangkan yang sering menyebabkan
infeksi yang didapat antara lain herpes simplex virus, varicella-zoster virus, hepatitis,
Respiratory Syncial Virus (RSV) (Sembiring, 2019).
3) Infeksi parasit / jamur
Sering disebabkan oleh kandida yang dapat bersifat infeksi lokal maupun sistemik,
infeksi biasanya adalah infeksi yang didapat. Infeksi kongenital yang sering
ditemukan adalah toxoplasma dan syphilis, keduanya sering menimbulkan
kelainan/cacat kongenital .
e. Pencegahan infeksi

45
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus pada bayi karena
bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir,
pastikan penolong untuk melakukan tindakan untuk pencegahan infeksi. Tindakan
pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1) Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi.
3) Memastikan semua peralatan, termasuk klem, gunting, dan benang tali pusat telah
disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
4) Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah
menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
5) Memastikan timbangan, thermometer, stetoskop yang akan bersentuhan dengan bayi
dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setelah digunakan).
6) Mengajurkan ibu menjaga kebersihan, terutama payudaranya, dengan mandi setiap
hari (puting susu tidak boleh disabun).
7) Membersihkan bagian wajah maupun badan bayi dengan air bersih, hangat, dan
sabun setiap hari.
8) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang
memegang bayi sudah mencuci tangan sebelumnya (Setiyani dkk, 2016).
f. Penatalaksanaan infeksi
Apabila suhu bayi tinggi lakukan kompres hangat, berikan Air Susu Ibu (ASI)
perlahan-lahan, perawatan sumber infeksi seperti memberikan salep yang mengandung
neomicin dan bacitracin pada tali pusar yang mengalami infeksi. Pemberian salep mata
gentamicin pada bayi baru lahir. Jika terjadi infeksi lanjutan segera berikan antibiotik
sesuai indikasi (Sembiring, 2019).
g. Pengobatan
Penisilin atau derivat biasanya ampisilin 100mg/kg/24jam intravena tiap 12 jam, apabila
terjadimeningitis untuk umur 0-7 hari 100-200mg/kg/24jam intravena/intramuskular tiap 12
jam,umur >7 hari 200-300mg/kg/24jam intravena/intramuskular tiap 6-8 jam, maksimum
400mg/kg/24jam.
Ampisilin sodium/sulbaktam sodium (Unasyn), dosissama dengan ampisilin ditambah
aminoglikosid5mg/kg/24jam intravena diberikan tiap 12 jam.
Pada sepsis nosokomial, sebaiknya diberikanvankomisin dengan dosis tergantung umur
danberat badan:

46
1) <1,2kg umur 0-4 minggu: 15mg/kg/kali tiap24jam
2) 1,2-2kg umur 0-7 hari: 15mg/kg/kali tiap 12-18jam
3) 1,2-2kg umur >7 hari: 15mg/kg/kali tiap 8-12jam
4) >2kg umur 0-7 hari: 15mg/kg/kali tiap 12jam
5) >2kg umur >7 hari: 15mg/kg/kali tiap 8jam
ditambah aminoglikosid atau sefalosporingenerasi ketiga
4

3. NEONATUS DENGAN RESPIRASTORY DISTRESS SYNDROME (RDS)


1. Pengertian
Gagal nafas (respiratory failure) dan distress nafas (respiratory distress)
merupakan diagnosis yang ditegakkan secara klinis dimana sistem pernafasan tidak
mampu untuk melakukan pertukaran gas secara normal tanpa bantuan. Terminologi
respiratory distress digunakan untuk menunjukkan bahwa pasien masih dapat
menggunakan mekanismekompensasi untuk mengembalikan pertukaran gas yang

47
adekuat, sedangkan respiratoryfailure merupakan keadaan klinis yang lanjut akibat
kegagalan mekanisme kompensasi dalam mempertahankan pertukaran gas atau
tercukupinya aliran oksigen.6-10
Gagal nafas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam memenuhi kebutuhan
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah, sehingga
terjadi gangguan dalam asupan oksigen dan ekskresi karbondioksida, keadaan ini
ditandai denganabnormalitas nilai PO2 dan PCO2. Gagal nafas dapat disebabkan oleh
penyakit paru yangmelibatkan jalan nafas, alveolus, sirkulasi paru atau kombinasi
ketiganya. Gagal nafas jugadapat disebabkan oleh gangguan fungsi otot pernafasan,
gangguan neuromuskular dangangguan sistem saraf pusat.
Gagal nafas tipe hiperkapnik terjadi akibat CO2 tidak dapat dikeluarkan
denganrespirasi spontan sehingga berakibat pada peningkatan PCO2 arterial (PaCO2)
dan turunnyapH. Hiperkapnik dapat terjadi akibat obstruksi saluran napas atas atau
bawah, kelemahan ototpernapasan atau biasanya akibat produksi CO2 yang
berlebihan. Gagal nafas tipe hipoksemia terjadi akibat kurangnya oksigenasi,
biasanya akibat pirau dari kanan ke kiri atau gangguan keseimbangan ventilasi dan
perfusi (ventilation-perfusion mismatch).
2. Etiologi
Bayi khususnya neonatus rentan terhadap kejadian gagal nafas akibat: (1)
ukuran jalan nafas yang kecil dan resistensi yang besar terhadap aliran udara, (2)
compliance paru yang lebihbesar, (3) otot pernafasan dan diafragma cenderung yang
lebih mudah lelah , serta (4)predisposisi terjadinya apnea yang lebih besar.6Gagal
nafas pada neonatus dapat disebabkan oleh hipoplasia paru (disertai herniadiafragma
kongenital), infeksi, aspirasi mekoneum, dan persistent pulmonaryhypertension.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan neonatus dengan gagal nafas sebaiknya ditujukan pada
penyakit yang mendasarinya. Saat ini terapi gagal nafas pada neonatus ditujukan
untuk mencegahkomplikasi dan memburuknya keadaan yang terjadi akibat penyakit
paru-paru pada neonatus,seperti hipoksemia dan asidemia, sehingga proses
penyembuhan dapat berlangsung. Bayibaru lahir yang mengalami gangguan nafas
berat harus dirawat di ruang rawat intensif untukneonatus (NICU), bila tidak tersedia

48
bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit yang memilikifasilitas NICU. Sebelum
dirujuk atau dipindahkan ke NICU, penatalaksanaan yang tepatsejak awal sangat
diperlukan untuk mencapai keberhasilan perawatan.

49
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Begitu banyak masalah dan gangguan yang dapat timbul pada masa bayi dan balita
dengan berbagai penyebab, mulai dari faktor genetic hingga trauma, mulai dari
lingkungan hingga pola asuh. Semua itu memerlukan penanganan yang cepat dan tepat
dari tiap-tiap masalah yang terjadi. Mengetahui tinggkat keparahan dari ganguan yang
tejadi sehingga dapat meminimalisir dampak yang akan muncul selanjutnya.
Dengan mengetahui penyebab dan tatalaksana yang tepat dan secara dini, prognosa yang
diharapkan dapat terjadi
B. SARAN
1. Untuk tenaga kesehtan sebaiknya mengetahui dan memahami gangguan-gangguan
yang terjadi pada bayi , balita, anak prasekolah

50
DAFTAR PUSTAKA

Karyuni, Pamilih Eko, Meiliya Eni, 2015, Buku saku manajemen masalah bayi baru lahir :
panduan untuk dokter perawat bidan, Jakarta, penerbit buku kedokteran EGC
Arief, Rifqi Fadly,2015, Penatalaksanan Kejang demam, jurnal continuing medical education
vol. 42 no. 9,hal 658-660
Murtiani, Rani.,Purnamawati, IGA Dewi purnamawati, 2018,
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Epilepsi, hal.32-35

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/367/2017 Tentang


Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Epilepsi Pada Anak

Setiyani, Astuti; Sukes; Esyanani. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Balita dan Anak
Prasekolah. Pusdik SDM Kesehatan: Jakarta Selatan

Ditjen PPM&PLP Depkes RI. Tatalaksana Kasus Diare Bermasalah. Depkes RI 1999 ; 31.

Hamilton, Persis Merry.2008. Dasar-Dasar Perawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit EGC. Jakarta

http://teguh subianto. blog spot. com/2009/05 teori-kehilangan. html Diposkan oleh GHOZT
NURSE di 10.08 National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases/National
Digestive

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

https://www.orami.co.id/magazine/penyakit-anak/#comments
Sinclair, C. (2010). Buku Saku Kebidanan ( A Midwife’s Handbook). Jakarta: EGC.

Wilar R, Wahani A, Mathindas S. Hiperbilirbinemia Pada Neonatus. 2013;5.

Williamson, Amanda & Crozier, Kenda 2013. Buku Ajar Asuhan Neonatus. Jakarta: EGC.
Saifuddin, (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132206556/lainlain/Permasalahan+Perilaku.pdf

https://tirto.id/jenis-keterlambatan-perkembangan-anak-kognitif-motorik-emosional-ejM

Lusiana El Andriani, Feni Yulizawati, Insani, Aldina Ayunda, 2019, Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan Balita, Sidoarjo: Indomedia Pustaka

51
Pusponegoro,Titus S, 2000, Sepsis pada Neonatus (Sepsis Neonatal), Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2,
Agustus : 96 -102

52

Anda mungkin juga menyukai