Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

Konsep Neonatus Esensial

Dosen Pengampu :Jawiah,


S.Pd, S. Kep, M. Kes

Disusun oleh :
Kelompok 3

Anda Putri Oktaviana (PO.71.20.1.19.007)


Annisa Riska Hidayani (PO.71.20.1.19.008)
Apriliani Dwi Putri (PO.71.20.1.19.009)
Arifah Risanti (PO.71.20.1.19.010)

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


DIII KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai .
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada dosen pengampu , ibu Jawiah,
S.Pd, S. Kep, M. Kes yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini. Terima
kasih juga kepada teman-teman kelompok 3 yang telah bekerja sama dan
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 1 September 2020


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4

ii
1.1 Latar Belakang........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................5
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6

2.1 Konsep Dasar Neonatus.........................................................................................6


2.2 Mempertahankan status pernafasan pada bayi baru lahir…..................................20
2.3 Mempertahankan termoregulasi pada bayi………………………………………23
2.4 Pencegahan infeksi pada bayi……………………………………………….......28

BAB III PENUTUP...................................................................................................42

3.1 Kesimpulan............................................................................................................42
3.2 Saran......................................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................43

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang
kurang cepat dan tepat.Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung
jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat.Kita ketahui bersama
bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh bangsa kita.Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T
(tiga terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama
terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.

Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan


kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang
tergolong berisiko tinggi.Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor
yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama
dalam mengatasi keterlambatan.

Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau
bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi
penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi
keselamatan ibu dan bayi.

Ketika kita membicarakan mengenai arti sakit tentunya dalam benak kita
bahwasannya hal tersebut adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh bermacam-
macam hal, bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap susunan jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun gangguan
terhadap keseluruhan fungsi itu sendiri. Konsep sakit adalah konsep yang kompleks
dan multi interpretasi, banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sakit.Setiap
individu, keluarga, masyarakat maupun profesi kesehatan mengartikan sakit secara
berbeda tergantung paradigmanya. Kemampuan kognitif akan membentuk cara
berpikir seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit yang dimilikinya untuk

4
menjaga kesehatan sendiri. Konsep sakit ini penting diketahui agar ketika kita
merasakan tanda sakit atau kurang sehat, maka kita bisa segera mendatangi tenaga
kesehatan untuk memeriksakan status kesehatan kita

1.2 Rumusan masalah


Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini ialah mengenai konsep
dasar dari neonatus esensial, bagaimana cara mempertahankan status pernafasan pada
bayi baru lahir,mempertahankan termoregulasi pada bayi dan pencegahan infeksi pad
abayi.

1.3 Tujuan
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk membahas mengenai konsep dasar
neonatus esensial agar pembaca dapat memahami materi didalam makalah ini.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Neonatus

2.1.1 Pengertian Neonatus

klikdokter.com

Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat
bawaan) yang berat (M. Sholeh 2007 dalam Marmi dan Kukuh 2012).

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1
bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari.Neonatus lanjut
adalah bayi berusia 7-28 hari. (Wafi Nur Muslihatun, 2010)

6
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan
adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis. Homeostatis adalah kemampuan
mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap
pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan
intrauterin. Bila terdapat gangguan pada adaptasi maka bayi akan sakit. Sedangkan
pada bayi yang kurang bulan terdapat gangguan mekanisme adaptasi.Adaptasi segera
adalah pada fungsi-fungsi vital yaitu sirkulasi, respirasi, SSP (Sistem Saraf Pusat),
pencernaan dan metabolisme.
Proses adaptasi bayi yang paling cepat dan dramatis terjadi pada 4 aspek yaitu pada
sistem pernapasan, sistem sirkulasi, kemampuan termoregulasi dan kemampuan
menghasilkan glukosa.

Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula


miniature anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim
yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba
mandiri.Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72
pertama.Transisi ini hampir meliputi semua system organ tapi yang terpenting bagi
anastesi adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah
diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu anastesi
terhadap neonates (BBL)

2.1.2 Ciri Neonatus


Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000gram, panjang, panjang 48- 53
cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Neonatus memiliki frekuensi
denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan
rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7,
refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (Dewi, 2010).

7
Bayi neonatal memiliki beberapa ciri ciri diantaranya seperti :

1. Masih adanya tali pusar pada bayi


Ciri ciri bayi neonatal yang pertama dan dapat dilihat dengan jelas adalah ketika bayi
tersebut masih memiliki tali pusar yang belum terlepas dari pusat di perut bayi.
Pelepasan tali pusar memang menjadi salah satu pertanda berakhirnya
masa perkembangan bayi yang paling singkat ini atau masa neonatal. Tali pusar
secara umum biasanya akan lepas dengan sendirinya ketika memang seluruh bagian
dari sisa penghubung ibu dengan bayi tersebut sudah kering secara keseluruhan.

Popmama.com

2. Kulit bayi yang keriput


Ciri selanjutnya yang dapat menandakan bayi masih dalam masa neonatal adalah
ketika kulitnya terlihat keriput bahkan memiliki warna keunguan. Kondisi kulit bayi
yang keriput dan berwarna merah keunguan  tersebut merupakan keadaan yang
normal akibat bayi yang pada saat di dalam kandungan masih mendapatkan aliran
oksigen dari darah ibu hamil mulai secara alami akan mendapatkan oksigen melalui
udara disekitarnya dari aktivitas paru paru. Kondisi kulit bayi yang berwarna
demikian tersebut tentu akan terjadi dalam beberapa minggu pada masa adaptasi bayi

8
dengan lingkungan barunya. Setiap penambahan usia bayi akan ada beberapa
bentuk perubahan warna kulit bayi baru lahir.

Klikdokter.com

3. Lebih banyak tidur


Ciri ciri bayi neonatal selanjutnya adalah ketika kondisi bayi masih terlihat lebih
banyak tertidur dibandingkan beraktivitas. Kondisi bayi yang lebih banyak tertidur
tersebut terjadi karena memang bayi masih dalam proses adaptasi dari yang
sebelumnya hidup di dalam rahim ibu hamil kini mulai hidup dilingkungan
sesungguhnya. Pada saat masih di dalam kandungan, bayi memang akan lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk tidur dan tetap terbawa pada masa masa awal
kehidupan bayi tersebut atau masa neonatal.

9
Haibunda.com

4. Kondisi bayi yang terlihat masih sangat rentan dan lemah


Ciri selanjutnya yang juga dapat menunjukkan bahwa bayi masih memasuki masa
neonatal kehidupannya adalah ketika kondisi bayi masih terlihat sangat rentan dan
lemah. Masa neonatal menjadi salah satu bentuk penyesuaian yang sangat radikal
bagi bayi yang sebelumnya hidup di dalam kandungan ibu dengan pelindungan yang
sangat baik harus beradaptasi dengan lingkungan barunya. Kondisi penyesuaian yang
radikal tersebut menyebabkan bayi di masa neonatal akan sangat mudah mengalami
berbagai macam bentuk permasalahan kesehatan tertentu.

5. Tubuh bayi yang masih terlihat kurus dengan kulit yang tipis
Meskipun bayi terlahir dengan berat yang cukup, kondisi bayi neonatal akan terlihat
seperti tidak memiliki banyak daging di dalam tubuhnya atau terlihat kurus. Selain
kurus, bayi yang neonatal juga memiliki kulit yang tipis sampai sampai pembuluh
darah yang ada diberbagai bagian tubuh masih bisa terlihat akibat tipisnya kulit bayi
di awal awal usia kehidupannya.

10
2.1.3 Tanda-tanda neonatus normal

Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna kulit) seluruh


tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit, grimace (reaksi terhadap
rangsangan) menangis/batuk/bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration
(usaha nafas) bayi menangis kuat.(Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012).Kehangatan
tidak terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu dingin (kurang dari 360C), warna
kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3 tidak
biru, pucat, memar.

Pada saat diberi makan, hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak
muntah.Tidak juga terlihat tanda-tanda infeksi seperti tali pusat merah, bengkak,
keluar cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek,
sering hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau
tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda: lemas, mengantuk, lunglai, kejangkejang
halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Prawirohardjo 2002 dalam Rukiyah
2012).

2.1.4 Karakteristik Neonatus


Karakteristik Khusus Neonatus menurut Hamilton (2005 : 217-221) :
a. Kepala
Kepala neonatus ¼ dari panjang tubuh keseluruhan. Lingkar kepala bayi
berkisar 12 ½ inci – 4 inci (31-35,5 cm), pada tulang kepala dapat terjadi
saling tindih yang disebut molding.
Diantara 2 tulang atau lebih yang menjadi satu terdapat ruang yang disebut
pontanela (ubun-ubun kecil) denyutan kadang terlihat. Fontanela anterior
lebih besar (bregma) tertutup sampai usia 18 bulan. Fontanela posterior
tertutup bulan kedua pontanela anterior cekung menandakan dehidrasi,
fontanel menonjol menunjukkan peningkatan tekanan intra kranial.
b. Kulit,

11
Kulit bayi sangat halus, merah kehitaman karena tipis dan lapisan
lemak subkutan belum melapisi kapiler. Karakteristik pada kulit bayi
berupa:
1) Vernik kaseosa
Berupa pasta seperti keju yang melindungi kulit selama kehidupan di intra
uterin dalam cairan amnion, setelah lahir vernik kaseosa hilang dalam 2
atau 3 hari.
2) Milla
Bintik keputihan khas pada hidung, pipi dan dahi bayi baru lahir, milla
bertahap hilang sekitar 2 minggu.
3) Lanugo
Adalah rambut halus yang terdapat pada bahu, bokong, dan extremitas dan
menghilang selama minggu pertama kehidupan.
4) Eritema toksikum
Ini adalah jenis dari “alergi kemerahan” yang terlihat sebagai bercak-
bercak kemerahan pada kulit bayi normal dan menghilang secara bertahap
5) Bercak mongolian
Terkadang, terdapat area bercak lebar hitam berpigmen pada bokong atau
bagian bawah bayi dengan warna kulit kuning, menghilang sekitar 1 atau
2 tahun pertama.
6) Tanda lahir (nevi)
Bersifat sementara dan permanen, akibat kelainan struktur pigmen,
pembuluh darah rambut atau jaringan lainnya.
7) Ikterik
Warna kuning pada kulit atau sklera mata disebabkan karena bilirubin
berlebihan dalam darah dan jaringan, imaturitas hepar bayi baru lahir,
menghilang sekitar hari ke tujuh yang biasa disebut ikterik neonatum.
c. Rambut dan kuku

12
Rambut bayi mungkin panjang dan tebal atau mungkin botak, bulu
mata dan alis terdapat sejak lahir. Kuku jarinya mungkin panjang dan
cukup tajam.
d. Payudara
Payudara pada bayi laki-laki dan perempuan mungkin terlihat membesar
karena banyaknya hormon wanita dan darah ibu, kadang mensekresi
colostrom.
e. Genetalia
Pada laki-laki testis normalnya turun selam kehidupan intrauterin dan
telah berada pada kantung skrotum pada saat lahir.Pada bayi perempuan
labia minora dan klitorisnya mungkin membengkak saat lahir akibat
tingginya hormon wanita dalam darah ibu.Keluaran lendir putih pada
vagina kadang dengan darah (perdarahan withdrawal).

2.1.5 Manifestasi klinis neonatus normal

Menurut Sarwono Prawiroharjo tahun 2002 :


1) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180/menit yang kemudian
turun sampai 140/menit – 120/menit pada waktu bayi berumur 30 menit.
2) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira 80/menit) disertai
dengan pernapasan cuping hidung, retraksi suprastenal dan intercostals, serta
rintihan hanya berlangsung 10 sampai 15 menit.
3) Nilai apgar 7-10 (Lihat tabel Apgar Score).
4) Berat badan 2500 gram- 4000 gram.
5) Panjang badan lahir 48-52 cm.
6) Lingkar kepala 33-35cm.
7) Lingkar dada 30-38 cm.
8) Lingkar lengan atas 11 cm.
9) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
10) Reflek moro sudah baik, apabila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan memeluk.

13
11) Grasping reflek sudah baik, apabila diletakan suatu benda di atas telapak
tangan, bayi akan mengengam.
12) Genatalia : labia mayora sudah menutupi labia minora ( pada perempuan).
13) Testis sudah turun di scortum (pada laki-laki).
14) Eliminasi : baik urin, mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama.mekonium bewarna coklat kehijauan.
15) Kesadaran
Enam keadaan tentang kesadaran pada bayi baru lahir :
- Menangis
Keadaan menangis bayi mengeluarkan aktifitas motorik yang tidak jelas dan
aktif menangis.Tangis yang normal adalah kuat dan keras/nyaring.
- Tidur nyenyak
Keadaan tidur tenang bayi jarang bergerak dan pernapasan lambat serta
teratur.
- Tidur dengan gerakan mata yang tepat (REM, rapid eye movement)
Keadaan tidur REM bayi bernafas tidak teratur dan meringis serta gerakan
mata yang cepat.
- Aktif ,sadar
Keadaan aktif-sadar, bayi memperlihatkan gerakan tubuh yang aktif dengan
ekpresi wajah tenang atau meringis.
- Tenang,sadar
Keadaan sadar-tenang, bayi sadar tapi relaks.Mata terbuka dan terfokus.
- Transisional
Keadaan transisional bayi mengalami dari satu keadaan sadar ke keadaan
sadar lainnya.

nilai APGAR

 ‘Apgar’ sendiri diambil dari beberapa aspek yang diperiksa, yaitu:

 Activity (aktivitas otot).

14
 Pulse (denyut jantung).
 Grimace (respons dan refleks bayi).
 Appearance (penampilan, terutama warna tubuh bayi).
 Respiration (pernapasan).

Masing-masing aspek fisik pada bayi tersebut akan diperiksa oleh dokter atau bidan
dengan pemberian nilai dan hasil penilaian sebagai berikut:
1. Activity (aktivitas otot)
 Skor 2 berarti bayi tampak bergerak aktif dan kuat.
 Skor 1 berarti bayi bergerak, namun lemah dan tidak aktif.
 Skor 0 berarti bayi tidak bergerak sama sekali.

15
2. Pulse (denyut jantung)
 Skor 2 berarti jantung bayi berdetak lebih dari 100 denyut per menit.
 Skor 1 berarti jantung bayi berdetak kurang dari 100 denyut per menit.
 Skor 0 berarti detak jantung tidak terdeteksi.
3. Grimace (respons refleks)
 Skor 2 berarti bayi meringis, batuk, atau menangis secara spontan dan dapat
menarik kaki atau tangan ketika diberi rangsang nyeri, seperti cubitan ringan
atau sentilan di kaki.
 Skor 1 berarti bayi hanya meringis atau menangis hanya saat diberikan
rangsangan.
 Skor 0 berarti bayi tidak menunjukkan respons sama sekali terhadap
rangsangan yang diberikan.
4. Appearance (warna tubuh)
 Skor 2 jika warna tubuh bayi kemerahan, ini merupakan warna tubuh bayi
yang normal.
 Skor 1 jika warna tubuh normal, tetapi tangan atau kaki kebiruan.
 Skor 0 bila seluruh tubuh bayi sepenuhnya berwarna keabu-abuan, kebiruan,
atau pucat.
5. Respiration (pernapasan)
 Skor 2 jika bayi menangis kuat dan dapat bernapas secara normal.
 Skor 1 jika bayi menangis lemah disertai rintihan dan pola napas yang tidak
teratur.
 Skor 0 jika bayi tidak bernapas sama sekali.

Setelah hal-hal di atas dinilai, maka nilai dari masing-masing aspek yang diperiksa
akan dijumlahkan dan diperoleh nilai total sebesar 0-10. Berikut ini adalah hasil
interpretasi Apgar score:

 Skor di atas 7 menandakan bahwa bayi dalam kondisi baik atau sempurna.

16
 Skor 5-6 menandakan Si Kecil kurang sehat atau bugar dan mungkin perlu
bantuan pernapasan.
 Skor di bawah 5 merupakan keadaan gawat pada bayi yang mengindikasikan
bahwa bayi membutuhkan resusitasi segera.

Waspadai Nilai Apgar Score Rendah

Pada kasus tertentu, seperti ketika kondisi bayi kritis setelah dilahirkan, maka akan
dilakukan penilaian Apgar score kembali pada menit ke-10, menit ke-15, dan menit
ke-20 untuk memantau perkembangan kondisi bayi.

Kondisi kritis bayi bisa dilihat dari hasil total penilaian Apgar score yang rendah,
yaitu 0-3. Rendahnya nilai ini juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko kematian
bayi, cacat otak, dan epilepsi pada bayi di kemudian hari, terutama jika Apgar score
tidak mengalami perbaikan pada 20 menit pertama sejak dilahirkan.

            Sebelum melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir secara komplit, tenaga
kesehatan perlu melakukan beberapa pemeriksaan berikut ini:

17
Alodokter.com
a.Pemeriksaan cairan amnion, untuk menilai kelainan cairan amnio( volume) apakah
selama kehamilan terjadi hidramnion/oligohedramnion

b. Pemeriksaan plasenta, untuk menentukan keadaan plasenta, dan jumlah korion. Hal
ini penting untuk menentukan adanya kembar identik/tidak.

c.Pemeriksaan tali pusat, untuk menilai adanya kelainan pada vena/arteri,ada tali
simpul?

d. Pengukuran antropometri, minimal meliputi BB (2500-3000 gram),PB (45-50 cm),


LK (33-35), LD (30-33 cm).

Nutriclub.co.id

Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus juga di kaji, antara lain:

a. Factor genetic, meliputi kelainan/gangguan metabolic pada keluarga dan sindroma


genetik.

18
b. Factor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus,penyakit
ginjal,penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat
abortus, RH/isoimunisasi

c.Factor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, ada riwayat pendarahan, preeklamsia,


infeksi, perkembangan janin  terlalu besar /terganggu,diabetes
gestasional,poli/oligohidramnion

d.Factor prenatal, meliputi premature/ postmatur, partus lama, penggunaan obat


selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat,posisi janin tidak normal, air
ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban peca dini (KPD), pendarahan
dalam persalinan, prolapsus tapi pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan

Dalam waktu 24 jam, apabila bayi tidak mengalami masalah apapun, segaralah
melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan
fisik yang lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
pemeriksa hendaknya memperhatikan beberapa hal yang penting berikut ini:

a.Periksa bayi dibawah pemancar panas dengan penerangan yang cukup, kecuali ada
tanda-tanda jelas bahwa bayi sudah kepanasan.

b. Untuk kasus bayi baru lahir rujukan, minta orang tua/keluarga bayi hadir selama
pemeriksaan dan sambil berbicara dengan keluarga bayi serta sebelum melepaskan
pakaian bayi, perhatikan warna kulit, frekuensi nafas, postur tubuh, gerakan, reaksi
terhadap rangsangan dan abnormalitas yang nyata.

c.  Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.

d.Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan

e.Bersikap lembut pada waktu memeriksa

f. Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah pemeriksaan head to toe secara
sistematis.

19
g. Jika ditemukan factor resiko atau masalah, carilah bantuan lebioh lanjut yang
memang diperlukan.

h. Catat setiap hasil pengamatan

2.2 Mempertahankan status pernafasan pada bayi baru lahir


2.2.1 Pengertian
Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan
permukaan cairan kental yang melapisinya.Diperlukan lebih dari 25 mmHg
tekanan negatif untuk melawan pengaruh tegangan permukaan tersebut dan
untuk membuka alveoli untuk pertama kalinya.Tetapi sekali membuka alveoli,
pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi pergerakan pernapasan yang relatif
lemah.Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertamakali sangat kuat,
biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam
ruang intrapleura.
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot-otot pernapasan dan kemampuan
diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap
inspirasi dan ekpirasi.Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha
bernapas sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antar-oksigen, karbon
dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi napas pada bayi baru
lahir yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30 – 60 kali
permenit (pernapasan diafragma dan abdomen) apabila frekuensi secara
konsisten lebih dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping hidung, suara
dengkur atau retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal pada 2
jam setelah kelahiran.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal
berikut :
1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik)

20
2) Penurunan PaO2 (konsentrasi oksigen dalam darah arteri) dan peningkatan
PaO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi
mekanik).
3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus
(stimulasi sensorik).
4) Reflekss deflasi Hering Breur : Memendekkan pernapasan (Hering-Breuer
reflekss). HB reflekss inflasi : ekspirasi meningkat ; HB reflekss deflasi :
ekspirasi menurun.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan
nafas dan pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan di
dalam. Cara neonatus bernapas dengan cara bernapas difragmatik dan
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur.
Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku,
sehingga terjadi atelektasis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia), neonatus
masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme
anaerobik.

2.2.2 Proses perubahan sistem respirasi

1) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah
bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-
paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.

21
2) Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah
(Varney 2010)
a)Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-
paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-
paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
c) Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan
merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi
dan tingkat gerakan pernapasan janin.
d) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
3) Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b) Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak
lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru.Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat
sampai paru-paru matang (sekitar 30 – 34 minggu kehamilan).Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu
untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir
pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas.Peningkatan kebutuhan ini
memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa.Berbagai

22
peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.
4) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya.Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas
keluar dari paru-paru.Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria
kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-
paru basah dalam jangka waktu lebih lama.Dengan beberapa kali tarikan
napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa
cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh
limfe dan darah.
5) Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardivaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting
dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia,
pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi,
berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang
berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan,
yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

2.3Mempertahankan termoregulasi pada bayi


2.3.1 Pengertian

23
Selama perkembangan, embrio dikelilingi oleh lingkungan maternal pa
da suhu tubuhnormal. Pada saat lahir, mekanisme pengaturan suhu bayi belum
sepenuhnya fungsional.Bayi akan kehilangan panas dengan cepat akibat ukura
nnya yang kecil. Sebagaikonsekuwensinya, bayi yang baru lahir harus dalam
keadaan kering dan dibungkus, bahkanbayi yang lahir prematur membutuhkan
alat inkubator sebagai pengatur suhu. Pada bayi,suhu tubuhnya juga kurang st
abil dibandingkan dengan orang dewasa. Laju metabolismemenurun ketika me
reka tidur dan meningkat ketika bangun. Meskipun mereka tidak dapatmenggi
gil, namun mereka mampu meningkatkan suhu tubuh dengan cepat.
Bayi memiliki jaringan lemak di antara bahu, sekitar leher dan kemung
kinan di tubuhbagian atas. Jaringan ini memiliki banyak vakularisasi dengan s
el-sel adiposit yang
mengandung mitokondria yang dinamakan lemak cokelat (brown fat). Sel-sel
adipositdipersarafi oleh serabut saraf simpatis yang apabila dirangsang dapat
meningkatkan lipolisisdi adiposit. Energi yang dilepaskan melalui katabolism
e asam lemak dilepaskan ke sekeliling jaringan sebagai panas yang kemudian
didistribusikan ke seluruh tubuh. Dengancara ini maka bayi dapat meningkatk
an perolehan panas metabolisme 100% lebih cepatsementara termogenesis no
nshevering pada orang dewasa hanya meningkatkan produksipanas sebanyak
10-12% setelah dalam periode mingguan. Dengan meningkatnya usia danukur

24
an tubuh, suhu tubuh menjadi lebih stabil dan mekanisme termoregulasi jenis i
nimenjadi kurang penting.

Wikibunda.com

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Termoregulasi


Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada suhu
tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas
dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut
adalah faktor yang mempengaruhi suhu tubuh :

a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif
konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan
cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu
lingkungan. Bayi baru lahir mengeluarkan lebih dari 30% panas tubuhnya
melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk
mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang ektrem,
suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas

25
akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak.
Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal. Regulasi
suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun secara
berangsur sanpai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai
rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak
lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun rentang suhu tubuh pada lansia
sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ektrem karena
kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor (kontrol
vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan,
penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan
produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas
akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari
jarak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
c. Kadar Hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat dan menurun secara
bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh
beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung
sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause.
Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh
dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol
vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.
d. Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam.
Bagaimanapun, suhu merupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh
paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari

26
suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada
dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang
bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu
untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak
berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini
hari pada lansia.
e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Orang yang
cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya
dapat lebih tinggi dari normal.
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat
bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian
masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu
dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi.Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang
kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.Pembentukan suhu
tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh, dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan
cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya
stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan
lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir.

27
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi
baru lahir kelingkunganya :
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda di sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara
konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang
dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan bayi baru lahir.
2) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang bergerak (jumlah panas
yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara).Contoh hilangnya
panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau menempatkan bayi
baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir di ruangan yang
terpasang kipas angin.
3) Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang
lebih dingin (pemindahan panas antar dua objek yang mempunyai suhu
berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah
bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa
diberikan pemanas (Radiant Warmer), bayi baru lahir dibiarkan keadaan
telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan ruangan yang dingin,
misalnya dekat tembok.
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan
kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi
uap). Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai tingkat
kelembapan udara, aliran udara yang melewati apabila bayi baru lahir
dibiarkan suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui
konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Per kg BB),

28
sedangkan yang dibentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara lain
mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau
kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.

2.4Pencegahan infeksi pada bayi


2.4.1. Pengertian Penegahan Infeksi
Pencegahan Infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus
dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi.Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk
melakukan tindakan pencegahan infeksi.

Sebagian besar infeksi neonatal dini dapat dicegah dengan:

 Higiene dan kebersihan yang baik selama persalinan


 Perhatian khusus pada perawatan tali pusat
 Perawatan mata.

Sebagian besar infeksi neonatal lanjut didapat di rumah sakit. Hal ini dapat dicegah
dengan:

 ASI eksklusif
 Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan keluarga sebelum dan
sesudah memegang bayi
 Tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam inkubator (Pseudomonas
akan mudah berkolonisasi) atau hindari penggunaan inkubator (gunakan
perawatan metode kanguru)

29
 Sterilitas yang ketat untuk semua prosedur
 Tindakan menyuntik yang bersih
 Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan lagi
 Hindari transfusi darah yang tidak perlu.

Tindakan Pencegahan Infeksi pada bayi baru lahir meliputi :


a. Mencuci tangan secara sekasama sebelum dan sesudah melakukan kontak
dengan bayi
b. Memakai sarung tangan bersih saat melayani bayi yang belum dimandikan
c. Memastikan semua peralatan telah disterilkan
d. Memastikan semua perlengkapan bayi dalam keadaan bersih,
e. Memastikan semua alat-alat yang bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih,
f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara
g. Membersihkan muka, pantat,dan tali pusat bayi dengan air bersih hangat
dan sabun setiap hari
h. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi.

2.4.2 Prinsip Dasar Pencegahan Infeksi


Dalam pencegahan infeksi ada prinsip – prinsip dasar yang harus
diketahui oleh penolong persalinan, yaitu :
a. Setiap individu dianggap dapat menularkan penyakit, karena infeksi ada
yang bersifat asymptomatik atau tidak ada gejala.
b. Setiap individu dianggap dapat terkena infeksi
c. Setiap benda maupun peralatan yang sudah dipakai pada saat melakukan
tindakan dianggap sudah terkontaminasi sehingga perlu di cuci hama kembali
secara benar.
d. Jika belum yakin dengan proses aseptik terhadap lingkungan maupun
peralatan yang terkontaminasi maka dianggap masih terkontaminasi.
e. Resiko infeksi akan selalu ada dan tidak dapat dihilangkan, tapi dapat

30
diminimalisir dengan mengikuti prosedur pencegahan infeksi secara
benar.

4. Definisi – definisi dalam pencegahan infeksi


Beberapa definisi yang digunakan dalam pencegahan infeksi:
a. Aseptik / teknik antiseptik
Semua usaha yang dilakukan untuk menghindari miroorganisme
masuk ke tubuh dan dapat menimbulkan infeksi dengan cara eradikasi
microorganisme pada kulit, jaringan, peralatan sampai pada keadaan
yang aman.
b. Antisepsis
Pencegahan infeksi dengan cara mematikan dan mencegah tumbuhnya
mikroorganisme di tubuh dan kulit
c. Dekontaminasi
Tindakan pencegahan infeksi terhadap instrumen medis, tempat
persalinan, sarung tangan dan celemek yang terpapar cairan tubuh dan
darah.
d. Cuci dan bilas
Tindakan untuk menghilangkan semua cemaran yang menempel pada
instrumen medis atau kulit.
e. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
microorgamisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus
maupun kimiawi
f. Sterilisasi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme termasuk endospora bakteri pada instrumen.

5. Tindakan Pencegahan Infeksi


a. Penggunaan APD

31
Alat Perlindungan Diri (APD) merupakan hal penting dalam
pencegahan infeksi, pada saat melakukan pertolongan persalinan
berikut adalah APD yang harus disediakan di ruang persalinan dan
harus digunakan.
1) Celemek
Digunaakan untuk melindungi pakaian petugas dari percikan
darah dan cairan tubuh lainnya, biasanya berbahan plastik dan
berbentuk seperti rompi terbalik.
2) Sepatu Boot
Sepatu yang digunakan umumnya berbahan karet atau plastik
yang kedap air dan mudah dibersihkan. Digunakan dari ujung
sampai setinggi betis. Digunakan untuk melindungi kaki dari
darah atau cairan tubuh yang tercecer di lantai, atau benda tajam
yang terjatuh. Tidak disarankan menggunakan sandal karena tidak
menutup seluruh kaki.
3) Sarung Tangan
Petugas diharuskan menggunakan sarung tangan yaitu sebelum
kontak dengan cairan tubuh pasien, sebelum melakukan
pemeriksaan dalam, membersihkan sampah yang terkontaminasi.
4) Kacamata
Digunakan untuk melindungi mata dari percikan darah atau cairan
tubuh. Umumnya terbuat dari bahan plastik yang jernih. Ada
bentuk kacamata yang menyatu dengan pelindung muka.
5) Masker
Digunakan untuk menghindari penularan mikroorganisme melalui
udara saat berbicara dengan pasien, batuk maupun bersin. Selain
itu dapat mencegah percikan darah atau cairan tubuh masuk ke
mulut dan hidung. Saat menggunakan masker harus menutupi
hidung, mulut dan dagu.
6) Penutup Kepala

32
Digunakan untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme dari
rambut atau kepala petugas ke area yang steril. Selain itu
mencegah percikan darah ataupun cairan tubuh ke wilayah kepala.
Kap atau penutup kepala digunakan menutup seluruh kepala.

2.4.3 Upaya Pencegahan Infeksi


Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Pencegahan Infeksi
a. Karakteristik Individu
1) Umur
Menurut Elizabeth, umur yaitu usia indisvidu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin banyak.
2) Pekerjaan
Pekerjaan menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam adalah kebutuhan
yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi
merupakan cara mencari nafkah, berulang dan banyak tantangan. Menurut
Wales pekerjaan dalam arti luas adalah aktifitas utama yang dilakukan oleh
manusia, dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas /
kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang
3) Status dalam tim
Status dalam tim adalah tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan oleh
bidan saat sedang melaksanakan tugas jaga atau piket di puskesmas mampu
persalinan. Penentuan kelompok tim dilihat berdasarkan pengalaman,
ketrampilan/ skill dan kompetensi yang dimiliki seorang bidan. Setiap kali
shift jaga harus terdiri dari tim merah, tim kuning dan tim hijau, karena
masing – masing tim punya tugas yang berbeda tetapi saling berkaitan.
4) Pelatihan

33
Suatu kegiatan yang sistematis dan terencana untuk memperbaiki kemampuan
dan meningkatkan kinerja seseorang dalam melaksanakan tugasnya dengan
cara meningkatkan keahlian, pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku
yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. Bidan yang ikut pelatihan
akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam ilmu kebidanan.
Pelatihan bidan yang dapat meningkatkan kemampuan dalam pencegahan
infeksi antara lain, Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN), Pelatihan
Peningkatan Ketrampilan dan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal (PKK-
Don) dan Pelatihan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned).

5) Masa Kerja
Seorang bidan yang telah memiliki masa kerja atau praktik yang relatif lama,
dapat dikatakan bidan senior. Bidan yang semakin lama menekuni
pekerjaannya maka bidan tersebut semakin terampil karena menjadi terbiasa
melakukan pekerjaannya. Bidan yang mempunyai masa kerja lama akan lebih
terampil dibandingkan dengan bidan pemula.

b) Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo pengetahuan didefinisikan sebagai hasil tahu seseorang
terhadap suatu hal atau objek tertentu melalui panca indera yang dimilikinya
(mata, telinga, hidung dan sebagainya). Pengetahuan diperoleh melalui proses
belajar yang dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang
berperilaku berdasarkan keyakinannya yang diperoleh melalui media
elektronik, media massa dan lain – lain. Pengetahuan terdiri dari fakta,
konsep, generalisasi dan teori yang memungkinkan manusia dapat memahami
fenomena dan memecahkan masalah. Pengetahuan dapat diperoleh melalui :
1) pengalaman pribadi secara langsung,

34
2) mencari dan menerima penjelasan – penjelasan dari orang – orang tertentu
yang mempunyai penguasaaan atau yang dipandang berwenang,
3) penalaran deduktif,
4) pencarian pengetahuan yang dimulai dengan melakukan observasi terhadap
hal – hal khusus atau fakta yang konkrit. Hasil penelitian terdahulu didapatkan
bahwa hubungan berkorelasi positif terhadap sikap bidan terhadap
pencegahan infeksi, pengetahuan menjadi faktor dominan dalam
meningkatkan sikap bidan dalam melaksanakan pencegahan infeksi, untuk itu
pengetahuan bidan perlu ditingkatkan untuk mendukung sikap bidan terhadap
pencegahan infeksi. Bidan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang
pencegahan infeksi mengetahui tentang prinsip dari pencegahan infeksi
menjaga hygiene sanitasi individu. Bidan mengetahui dengan benar
komponen dalam pencegahan infeksi antara lain alat bekas pakai, sarung
tangan yang digunakan sebelum dan sesudah menyentuh sesuatu yang basah
atau terkontaminasi dengan cairan tubuh untuk tindakan pencegahan infeksi.

c. Kepatuhan
Patuh memiliki arti suka menurut perintah atau taat pada perintah dan aturan,
sedangkan definisi kepatuhan menurut Prijadarminto adalah suatu kondisi
yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali
tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan mebebani dirinya bila
mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya. Kepatuhan yang baik
mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas
yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja,
dan terwujudnya tujuan masyarakat, maka setiap orang harus berusaha agar
mempunyai kepatuhan yang baik. Kepatuhan adalah sikap mentaati dan
mengikuti suatu spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas
yang diterbitkan oleh organisasi yang berwenang. Seseorang dikatakan patuh

35
apabila ia dapat memahami, menyadari dan menjalankan peraturan yang telah
ditetapkan, tanpa paksaan dari siapapun. Kepatuhan bidan dalam menerapkan
standar pelayanan kebidanan dapat dipengaruhi oleh faktor individu dan
organisasi. Karakter individu bidan diantaranya motivasi dan didukung oleh
faktor organisasi seperti kualitas supervisi dapat menunjang profesionalisme
bidan dalam kepatuhan tindakan pencegahan infeksi oleh bidan.

d. Pengalaman
Pengalaman adalah pemahaman terhadap sesuatu yang dihayati dan dengan
penghayatan serta mengalami sesuatu tersebut diperoleh pengalaman,
ketrampilan ataupun nilai yang menyatu pada potensi diri. Orang yang
berpengalaman dalam bekerja memiliki kemampuan kerja yang lebih baik dari
orang yang baru saja memasuki dunia kerja, karena orang tersebut telah
belajar dari kegiatan-kegiatan dan permasalahan yang timbul dalam kerjanya.
Dengan adanya pengalaman kerja maka telah terjadi proses penambahan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan serta sikap pada diri seseorang, sehingga dapat
menunjang dalam mengembangkan diri dengan perubahan yang ada. Hitzman
mengatakan “pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
dapat dianggap sebagai kesempatan belajar”. Hasil belajar dari pengalaman
kerja akan membuat orang tersebut kerja lebih efektif dan efisien.
Menurut Hani T Handoko(30) faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman
kerja adalah sebagai berikut:
1) Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan, kursus, latihan, bekerja.
Untuk menunjukan apa yang telah dilakukan seseorang di waktu yang
lalu.
2) Bakat dan minat, untuk memperkirakan minat dan kapasitas atau
kemampuan jawab dan seseorang.
3) Sikap dan kebutuhan (attitudes and needs) untuk meramalkan
tanggung jawab dan wewenang seseorang.

36
4) Kemampuan-kemampuan analitis dan manipulatif untuk mempelajari
kemampuan penilaian dan penganalisaan.
5) Ketrampilan dan kemampuan tehnik, untuk menilai kemampuan dalam
pelaksanaan aspek-aspek tehnik pekerjaan

e. Supervisi
Supervisi dapat diartikan sebagai pembinaan klinis dan
manajemen yang dilakukan secara berkesinambungan serta tepat
sasaran. Supervisi juga berarti suatu proses pengarahan, bantuan
dan pelatihan yang mendorong peningkatan kinerja dalam
pelayanan yang bermutu. Hasil yang diharapkan dari supervisi adalah
jaminan terhadap berjalannya perbaikan mutu. Dari hasil penelitian
sebelumnya diperoleh hasil bahwa
supervisi mempunyai hubungan yang signifikan dengan pencegahan
infeksi. Pada saat dilakukan supervisi bidan akan diingatkan kembali
mengenai prosedur atau SOP dari tindakan pencegahan infeksi.
Apabila hasil evaluasi supervisi masih didapatkan tindakan menyalahi
prosedur makan akan diberi peringatan atau teguran dari instansi.

Pencegahan Infeksi
a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti
menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran
bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan disebelah bawah tali
pusat.Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang
mengalir dan sabun, segera keringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus
dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau
mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab
akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian.
Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara lain kulit sekitar

37
tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan bau busuk. Mengawasi dan
segera melaporkan ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan,
pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk.

Langkah-langkah perawatan tali pusat :


1) Cuci tangan dengan sabun dan air
2) Membuka pakaian bayi
3) Membersihkan tali pusat dengan kassa dan air DTT dari ujung ke pangkal
4) Mengeringkan tali pusat dengan kassa kering
5) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara tanpa
di tutupi kassa
6) Lipatlah popok di bawah sisa tali pusat
7) Mengenakan pakaian bayi
8) Membereskan alat-alat
9) Menucuci tangan dengan sabun
10) Menginformasikan hasil tindakan
b. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit
bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi didada ibu
agar terjadi kontak langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya
kolonisasi mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi
dengan mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya
zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.
Langkah-langkah memandikan bayi :
1) Cuci tangan dengan sabun dan air
2) Siapkan keperluan mandi: seperti pakaian bayi lengkap, minyak telon,
bedak, sabun, handuk dan waslap, selimut, perlak, dan tempat pakaian kotor,
bak mandi, air hangat dan dingin.
3) Pastikan ruangan dalam keadaan hangat
4) Siapkan air hangat, tapi tidak terlalu panas dalam bak mandi

38
5) Lepas pakaian bayi
6) Bersihkan tinja dari daerah pantat sebelum memandikan agar air mandi
tetap segar
7) Sanggalah kepala bayi sambil mengusapkan air ke muka, tali pusat, dan
tubuh bayi
8) Letakkan bayi pada selembar handuk
9) Sabuni seluruh badan bayi (jangan memberi sabun pada muka dan cuci
mukanya dahulu sampai bersih)
10) Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bersihkan dan
keringkanseluruhnya
11) Jika bayi laki-laki tarik katup (prepusium) ke belakang dan bersihkan dan
bila bayi perempuan bersihkan labia mayora dan minora
12) Tempatkan bayi kedalam bak mandi sambil menyangga kepala ke
punggungnya, bilaslah dengan sabun dengan cepat, (tidak perlu
menghilangkan verniks)
13) Keringkan betul-betul bayi dengan sebuah handuk yang hangat dan kering
14) Tempatkan bayi pada alas dan popok yang hangat dan kering (singkirkan
handuk basah kepinggir)
15) Perawatan tali pusat
16) Kenakan pakaian yang bersih dan kering
17) Bungkuslah bayi dengan selimut yang bersih dan kering
18) Cuci tangan

c. Pencegahan infeksi pada mata


Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah dengan
merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu,
membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu
tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam
waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah
oftalmia neonatorum (Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0,5% atau Nitras Argensi

39
1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata
jangan dibersihkan. Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi
baru lahir diberi salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir, merupakan sebab
tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.
Langkah-langkah pemberian obat tetes mata :
1) Memeriksa catatan riwayat kesehatan bayi
2) Menyiapkan alat: Bak instrumen berisi: tetes mata dalam tube, kom berisi
kapas air hangat, sarung tangan, bengkok.
3) Mendekatkan alat
4) Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan
5) Mengatur posisi bayi : bayi telentang, leher sedikit ekstensi
6) Membersihkan mata dari dalam ke arah luar dengan kapas air hangat
7) Memegang tetes mata dan memposisikan tangan di atas pinggir kelopak
mata. Menarik kelopak mata bawah dan meneteskan obat sesuai dosis dalam
sacus konjungtiva bawah. Bila saat obat diteteskan bayi berkedip, mata
terpejam atau tetesan jatuh di luar sacus konjungtiva, ulangi prosedur
8) Menarik kelopak mata atas dan meneteskan obat sesuai dosis dalam sacus
konjungtiva atas
9) Memejamkan mata bayi. Bila efek obat sistemik, berikan tekanan lembut
pada duktus nasolakrimalis 30-60 detik
10) Mengamati kondisi umum bayi
11) Merapikan bayi dan menyerahkan kembali kepada orangtua
12) Merapikan alat
13) Mencuci tangan

40
d.Imunisasi

Kesmas-id.com

Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus diberikan pada
bayi segera setelah lahir.Pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada bayi
segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu.Maksud pemberian imunisasi polio
secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan awal.Imunisasi Hepatitis B
sudah merupakan program nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap.Pada daerah risiko tinggi, pemberian imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada
bayi segera setelah lahir.

Mekanisme Imunisasi dalam Pencegahan Penyakit

Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibody terhadap


organisme tertentu, tanpa menyebabkan seorang sakit terlebih dahulu. Vaksin zat

41
yang di gunakan untuk membentuk imunitas tubuh.Terbuat dari mikroorganisme
ataupun bagian dari mikroorganisme penyebab infeksi yang telah dimatikan atau
dilemahkan tidak akan membuat penderita jatuh sakit vaksin dimasukan kedalam
tubuh yang biasanya melalui suntikan. Sistem pertahanan tubuh kemudian akan
bereaksi ke dalam vaksin yang dimasukan kedalam tubuh tersebut sama seperti
apabila mikroorganisme menyerang tubuh dengan cara membentuk antibody
kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh mikroorganisme
yang menyerang. Kemudian antibody akan terus berada diperedaran darah
membentuk imunisasi ketika suatu saat tubuh diserang oleh mikroorganisme yang
sama dengan yang terdapat di dalam vaksin,maka antibodi akan melindungi tubuh
dan mencegah terjadinya infeksi. Pada anak yaitu:

Polio, campak, rubella, difteria, batuk rejan, meningitis, cacar air, gondongan, dan
hepatitis B. Sedangkan terdapat 3 jenis vaksinasi yag di berikan pada kelompok anak-
anak ataupun dewasa dengan resiko tinggi menderita infeksi yaitu: Hepatitis A,
Influenza, Pneumon.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur
kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara
spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan
antara 2500-4000 gram.

42
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun
kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu
Obat profilaksis yang rutin diberikan pada bayi baru lahir yaitu:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata
3.2 Saran

Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian har

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo.(2002). Ilmu Kebidanan edisi 3.Jakarta : Tridasa Printer.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba
Medika: Jakarta.

Dewi, V.N.L. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika

43
Rukiyah, A. Y. Yulianti, L, Maemunah, & Susilawati, L. 2009. Asuhan Kebidanan I
(Kehamilan). Jakarta: Trans Info Medika.

Prawirohardjo.(2002). Ilmu Kebidanan edisi 3.Jakarta : Tridasa Printer

Marmi. Rahardjo, Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

http://repository.unimus.ac.id/2496/4/12.%20BAB%20II.pdf

44

Anda mungkin juga menyukai