Anda di halaman 1dari 14

PENYAKIT DAN PENCEGAHAN DARI DIFTERI, TETANUS,

PERTUSIS

DOSEN PEMBIMBING: Ida Rohana S.Pd M.P

FANISA AMALIA SAFITRI

(PO.71.21.19.032)

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pada masa sekarang ini penyakit difteri, tetanus, pertusis. Mudah kita
‘temui’ pada masyrakat luas. Sedikitnya 19.37% dari penyakit inimengalami
kematian.

Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat terhadap ke-4


penyakitini yang diantaranya mempunyai faktor penyebab seperti kurangnya
sosialisasiterhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis, gaya hidup masyarakatyang
kurang sehat serta keengganan masyarakat untuk bertanya dan mencariinformasi
pada tempat-tempat pelayanan kesehatan.

Penyakit difteri, tetanus, pertusis merupakan penyakit berbahaya yang


sukar untuk disembuhkan karena umumnya penyakit- penyakit ini merusak organ-
organ pada tubuh manusia.

Penyakit difteri misalnya, penyakit ini menyebabkan kesulitan


bernapas,menyerang jantung dan saraf, menyebabkan kerusakan pada seluruh
organ tubuh, juga bisa menyebabkan kematian. Penyakit tetanus yang kerja
penyakitnyamenyerang pada bagian saraf menyebabkan pembususkkan organ,
kejang otot dankesulitan pada saat menelan. Penyakit pertusis dapat menginfeksi
saluran pernapasan, muntah-muntah hingga napas menjadi melengking karena
batuk panjang. Hepatitis B menyebabkan kerusakan,peregangan,pengerasan
sertakanker pada hati yang dapat berakibat pada kematian seseorang.

Dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis


akanmemaparkan mengenai ke-4 penyakit ini juga mengenai bahaya serta solusi
pencegahan melalui vaksin agar kita tidak terjangkit salah satu atau 4 penyakit
yang berbahaya ini dalam karya tulis ilmiah ini yang diberi judul “Mencegah 4
Penyakit Dalam 1 Vaksin”.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka


beberapa hal yang dapat penulis dan yang selanjutnya akan dibahas dalam karya
tulis ilmiah ini adalah:

-Akibat dari penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B

-Cara mencegah penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B dengan vaksin
DTP-HB

1.3 TUJUAN PENULISAN

Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang


diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memenuhi wawasan dan ilmu
pengetahuan.

Secara terperinci tujuan dari penulisan karya ilmiah adalah:

-Memberitahukan informasi dan bahaya penyakit difteri, tetanus, pertusis dan


hepatitis B

-Solusi untuk mencegah penyait difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B dengan
cara memberikan vaksin DTP-HB

1.4 METODE PENULISAN

1. Studi Pustaka

Metodi ini, penulis mencari informasi dibuku, brosur dari internet yang
berhubungan dengan penulisan karya ilmiah atau teknik penulisan karya ilmiah
yang berkaitan dengan DTP-HB sebagai tembahan informasi.
2. Teknik Wawancara

Tujuan dari teknik wawancara ini adalah diperoleh gambaran yang lebih
lengkap mengenai masalah vaksin dan serum yang meliputi DTP-HB sebagai
tambahan informasi.

3. Pengamatan Lansung

Pada teknik ini, penulis terjun langsung ke lapangan yaitu dengan


mengunjungi PT. Biofarma (persero) guna mencari informasi mengenai kegunaan,
cara kerja dan cara pemakaian vaksin DTP-HB

1.5 HIPOTESIS

Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan berankangkat dari keyakinan


penulis setelah cukup melakukan pengenalan masalah. Adapun keyakinan atau
hipoteis tersebut adalah ”penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B ini
dapat dicegah dengan vaksin DTP-HB dan pola hidup sehat sejak dalam
kandungan sampai dengan usia lanjut”
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DIFTERI

Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya yang banyak


dialami oleh anak-anak. Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama
daerah saluran pernafasan bagian atas.

Penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium


diphtheriae (C. Diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas mukosa saluran
pernapasan dankulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit
tekak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membran kelabu yang
menutupi tonsil serta bagian saluran pernapasan.

Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri dan amat sensitif pada faktor-
faktor alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri
disebarkan dari kulit, saluran pernapasan dan sentuhan dengan penderita difteri itu
sendiri. Tingkat kematian akibat difteri paling tinggi di kalangan bayi dan orang
tua dan kematian biasanya terjadi dalam masa tiga hingga empat hari.

Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitiksin difteri, yang melemahkan


toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman
dan menghentikan pengeluaran toksin. Umumnya difteri dapat dicegah melalui
vasinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja, dan orang dewasa yang tidak mempunyai
cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.

2.1.1 Penemu Difteri

Adalah Emil Von Behring (1854-1817) seorang Dokter berkebangsaan


Jerman peraih nobel kesehatan dan kedokteran pada tahun 1901 yang menemukan
penyakit difteri yang banyak menelan korban jiwa di Jerman, terutama anak-anak.
Emil Non Behring belajar ilmu kedokteran di Royal Medical-Surgical
Friedrich-Wihelm-Institute pada tahun 1874 dan lulus pada tahun 1978. Selain
menemukan penyakit difteri Emil pun menemukan serum yang bisa menguatkan
tubuh dari penyakit difteri. Saat itu Emil menjadi asisten Robert Koch di
Universitas Berlin pada tahun 1888. Emil mencoba berbagai senyawa golongan
antiseptik seperti iodoform, merkuri dan asetilen untuk membunuh bakteri
penyebab difteri.

Emil berhasil menemukan serum difteri dengan membuat kultur bakteri


difteri dengan iodine triklorida. Kultur ini kemudian di suntikan ke babi guinea.
Hasilnya, babi guinea tersebut menjadi kebal terhadap difteri. Serum darah dari
babi guinea tersebut disuntikan kembali kepada ke babi guinea yang kedua dan
hasilnya bagi guinea kedua itu pun kebal terhadap difteri. Atas penemuannya ini
Emil kemudian dikenal sebagai pelopor/penemu terapi serum.

2.1.2 Penyebab Difteri

Penyakit difteri adalah infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh


kuman Corynebacterium Diphterae, suatu bakteri yang tidak bergerak dan tidak
membentuk spora. Gejala difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang
merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisan
tipis berwarna putih keabu-abuan yang timbul terutaa di daerah mukosa hidung,
mulut samapi tenggorokan. Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini
juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya
karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf.

2.1.3 Cara Penularan

Penyakit difter disebarkan oang melalui pernafasan, terutama droplet


tenggorokan yang disebabkan batuk dan bersin. Difteri pun bisa tersebar melalui
percikan ludar dari orang yang membawa kuman kepada orang lain yang sehat.
Selain itu penyakit ini juga bisa ditularkan melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.
2.1.4 Bahaya Difteri

Penyakit difteri merupakan salah satu penyakit yang berbahaya. Penyakit


ini menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak yang
belum di imunisasi. Pda tahun 2000, diseluruh Negara dilaporkan ada 30.000
kasus dan 3000 diantaranya meninggal karena penyakit ini.

2.1.5 Pencegahan & Pengobatan

Di negara berkembang difteri acap menjadi penyebab kematian pada anak-


anak. Untungnya dekade terakhir telah dikembangkan vaksin difteri (DPT) yang
menjadi imunisai wajib pada anak. Sayangnya kevebalan hanya diperoleh selama
10 tahun setelah imunisasi, sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani
vaksinisasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali.

Penderita difteri sebaiknya dirawat di rumah sakit, di unit perawatan


intensif. Ia akan diberi suntikan antitoksin dan mendapatkan pemantauan ketat
terhadap sistem pernafasan dan jantung. Untuk melenyapkan bakteri diberikan
antibiotik.

Pemulihan difteri yang berat akan berlangsung perlahan. Biasanya anak


tidak boleh terlalu banyak bergerak, karena kelelahan bisa melukai jantung yang
meradang.

2.2 TETANUS

Tetanu diambil dari bahasa Yunani yaitu Tetanos dari kata Titan yang
berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi dimana spasme otot umum,
melengkungnya punggung (opistotunus), kejang dan paralis pernafasan.

2.2.1 Penemu Tetanus

Sejarah ditemukannya penyakit Tetanus sangatlah panjang dan berbagai


literatur tidak menyebutkan secara khusus siapa yang menemukan tetanus ini.
Para ilmuwan telah mengetahui virus ini sejak tahun 1889 oleh Kitasato, Nocard
dan akhirnya Descombey namun tidak menyebabkan ditemukannya Vaccine-
Preventable Diseases:2000)

2.2.2 Penyebab Tetanus

Penyakit tetanus disebabkan oleh Clostridium Tetani yang berasal ditanah,


kotoran hewan, debu dan sebagainya. Bakteri Clostridium Tetani ini
menghasilkan larutan exotoxin kuat yang berperan terhadap munculnya
menifestasi pada tetanus.

Tetanus atau lockjaw merupakan suatu toxemia akut yang ditandai dengan
adanya spasme tonik dari otot volunteer dan memiliki angka kematian yang
tinggi.

Untuk hidupnya kuman Clostridium Tetani tidak memrlukan oksigen dan


akan mati apabila direbus, tetapi mudah mati jika dipanaskan atau terkena bahan
pencuci hama

2.2.3 Cara Penularan

Didalam buku Krugman’s Infections Diseases of Children disebutkan


bahwa seseorang terinfeksi C. Tetani biasanya bermula pada suatu luka pada kulit,
dimana dapat tidak disadari atau dianggap, namun infeksi dapat terjadi pada luka
bakar, infeksi persalinan, dan infeksi tali pusar.

Penderita tetanus tetap sadar walaupun sakit berat meskipun racun


tetanospanin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani penyebab kelumpuhan otot
seluruh tubuh yang bersifat kaku. Infeksi bakteri ini terjadi diluka yang dalam,
kotor dan tak tersentuh oleh udara.

2.2.4 Bahaya Tetanus

The Word Health Organization memperkirakan bahwa pada tahun 1999


terdapat setidaknya 377.000 kematian akibat tetanus dan kebanyakan terjadi pada
masa acteria (Neonatal tetanus [NT]). NT merupakan salah satu dari pembunuh
bayi paling utama didunia. Lebih dari setengah kematian bayi diakibatkan oleh
NT di Asia Selatan.

Pada tahun 2002 penyakit tetanus membunuh tidak kurang dari 180.000
jiwa bayi yang ada didunia. Grafik diatas adalah grafik angka dari orang yang
terkena penyakit tetanus dari tahun 1980-2007. Setiap tahun orang yang yang
terkena penyakit tetanus meningkat dari tahun sebelumnya.

2.2.5 Pengobatan

Untuk menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotik


tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih
lanjut.

Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan


kejang dan mengendurkan otot-otot. Penderita biasanya dirawat di rumah sakit
dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang. Untuk infeksi menengah sampai
berat, mungkin parlu dipasang ventilator untuk membantu pernafasan.

Makanan diberikan melalui infus atau nasogastrik. Untuk membuang


kotoran, dipasang kateter. Penderita sebaiknya berbaring bergantian miring ke kiri
atau ke kanan dan dipaksa untuk batuk guna mencegah terjadinya pneumonia.

Untuk mengurangi nyeri diberikan kodein. Obat lainnya bisa diberikan


untuk mengendalikan tekanan dara dan denyut jantung. Setelah sembuh harus
diberikan vaksinasi engkap karena infeksi tetanus tidak memberikan kevebalan
terhadap berikutnya.

2.3 PERTUSIS

Pertusis adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem


pernafasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah. Pertusis disebut
juga batuk rejan atau batuk 100 hari karena lama sakitnya dapat mencapai 3 bulan
lebih (100 hari)
2.3.1 Penemu Pertusis

Penyakit pertusis adalah salah satu penyakit yang tidak disebutkan


penemunya oleh berbagai litertur. Hal ini terjadi karena perkembangan ilmu
dalam bidang kimia, kedokteran sangat pesat sekali. Hampir setiap hari
pertanyaan-pertanyaan terjawab oleh berbagai ilmuwan diberbagai Negara.

Yang paling dikenal dari penyakit pertusis adalah Jules Burdet seorang
fisikawan, bakteriawan dan peneliti kekebalan tubuh asal Belgia penemu dari
bakteri yang menyebabkan pertuis ini. Namun Burdet tidak mengetahui bakteri
bordetella dapat mengakibatkan pertusis. Yang burdet temukan adalah bakteri
yang berbentuk gram negatif berukuran kecil.

2.3.2 Penyebab Pertusis

Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang bersarang


disaluran pernafasan dan sangat mudah tertular. Brodetella Pertusis hidup di
mulut, hidung dan tenggorokan sehingga mengakibatkan batuk yang
berkepanjangan sektar 3 bulan atau lebih.

2.3.3 Cara Penularan

Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui tetesan dari batuk atau
bersin. Tanpa perawatan, penderita pertusis dapat menularkannya kepada orang
lain sampai tiga minggu setelah batuk mulai terjadi.

Waktu antara eksposu dan jatuh sakit biasanya tujuh sampai sepuluh hari,
tetapi mungkin juga hingga tiga minggu. Anak-anak yang terkena bibit penyakit
ini akan terinfeksi. Di banyak Negara, penyakit ini terjadi secara teratur terjadi
setiap 3 atau 5 kali setahun.

2.3.4 Bahaya Pertusis

Pertusis dapat menyerang semua umur, 60% menyerang pada anak-anak


yang berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika
menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir
keadaanya menjadi lebih parah.

Pada tahun 2000 diperViraVan 39 juta kasusu terjadi dan 297.000


kematian terjadi di dunia yang diakibatkab oleh pertusis.

2.3.5 Pengobatan

Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit. Mereka


ditempatkan di dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan bisa
merangsang serangang batuk. Bisa dilakukan pengisapan lendir dari tenggorokan.
Pada kasus yang berat, okseigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang
yang dimasukkan ke trakea. Untuk menggantikan cairan yang hilang karena
muntah dan karena bayi biasanya tidak dapat makan akibat batuk, maka diberikan
cairan melalui infus. Gizi yang baik sangat penting, dan sebaiknya makanan
diberikan dalam porsi kecil tetapi seing. Untuk membasmi batkteri, biasanya
diberikan antibiotik eritromycin.
BAB III

MENCEGAH DIFTERI, TETANUS, PERTUSIS DAN HEPATITS B


DENGAN 1 VAKSIN

3.1 PENGERTIAN VAKSIN

Dalam Wikipedia vaksin berasal dari kata veccinia penyebab penyakit infeksi
cacar sapi yang ketika diberikan kepada manusia akan menimbulkan kekebalan
terhadap cacar. Vaksin terbuat dari bahan antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah
atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”.

Yang pertamakali menemukan vaksin adalah Leois Pasteur seorang


profesor dari Strasbourg University. Pada tahun 1857 Louis Pasteur berhasil
memecahkan misteri penyebab fermentasi dan orang pertama yang memahami
proses feremntasi. Berbagai zat dapat mengalami proses karena adanya mikroba,
karena keberhasilannya da mendapatkan penghargaan Salib Utama Legion
D’Honour. Dan pada tahun 1873 Louis Pasteur menemukan vaksin kolera antraks
dan rabies.

3.2 PENEMUAN VAKSIN PENCEGAH DIFTERI, TETANUS, PERTUSIS,


DAN HEPATITITS B

PT Biofarma (persero) telah berhasil menemukan vaksin kombinasi yang bisa


mencegah penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B yang diberi nama
DTP-HB

DTP-HB mengandung DTP berupa toksoid difteri dan toksoid tetanus


yang dimurnikan dan pertusis (batuk rejan) yang di inaktivasi serta vaksin
hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virur yang menganudng HbsAG
murni dan bersifat non-infection.

Vaksin ini telah menerima prakualifikasi Organisasi kesehatan dunia atau


WHO. Prekualivikasi STP HB itu menjadikan PT Bio Farma sebagai produsen
vaksin dengan jenis produk terbanyak yang diakui WHO setelah Serum Institute
of India.
K

Anda mungkin juga menyukai