Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

Oleh:
AFDHILA ISTIGFARIN
NIM. 011923243007

PROGRAM PROFESI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dengan judul “Asuhan Kebidanan Persalinan” telah diperiksa dan
disetujui untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Profesi Pendidikan Bidan Universitas
Airlangga pada:
Hari :
Tanggal :

Surabaya, 2020
Mahasiswa

Afdhila Istigfarin
NIM. 011923243007

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Program Profesi Pendidikan Bidan

Dwi Izzati Budiono, S.Keb., Bd. M.Sc. _________________________


NIP. 198607182016113201

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Asuhan
Kebidanan Persalinan. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktek Profesi
dengan harapan dapat memperdalam wawasan keilmuwan mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bidan.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Budi Prasetyo, dr., Sp.OG (K) selaku ketua Program Studi Pendidikan Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
2. Dwi Izzati Budiono, S.Keb., Bd. M.Sc., selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan kepada mahasiswa Profesi Program Studi Pendidikan
Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
3. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Surabaya, Juni 2020


Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
1.3 Manfaat...........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI..............................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Teori Persalinan......................................................................3
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan..............................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan proses alamiah dan fisiologis, tetapi tetap diperlukan
pemantauan khusus karena setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-
beda. Selama persalinan dapat terjadi komplikasi yang mungkin dapat terjadi
karena kesalahan penolong dalam persalinan. Kematian ibu terkait erat dengan
penolong persalinan dan tempat atau fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong
tenaga kesehatan yang kurang kompeten dan tidak sesuai standart akan
meningkatkan risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat atau fasilitas, jika
dilakukan tidak di fasilitas kesehatan, juga akan meningkatkan risiko kematian ibu.

Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus tahun 2015 angka kematian ibu
(AKI) di Indonesia tercatat 305 ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup. AKI di
Indonesia disebabkan oleh 3 faktor penyebab utama yaitu perdarahan, pre-eklamsi
dan eklamsi, serta infeksi. AKI dapat diturunkan salah satu caranya dengan
pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dengan menerapkan
asuhan komprehensif pada ibu bersalin sebagai langkah pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan dalam penanganan persalinan normal. Bidan sebagai tenaga
kesehatan memiliki peranan penting dalam memberikan asuhan persalinan
komprehensif yaitu dengan memberikan asuhan persalinan pada kala I, persalinan
kala II yang aman, penatalaksanaan aktif kala III, dan pemantauan kala IV. Oleh
karena itu, peran bidan diharapkan dapat melaksanakan tugasnya secara
professional dan berkualitas dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
keterampilan tanggap terhadap masalah, serta mampu memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi dalam asuhan kebidanan persalinan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada persalinan dengan
menerapkan pola pikir manajemen kebidanan dan pendokumentasian asuhan
menggunakan SOAP

1
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengumpulan data pada persalinan
2) Menganalisa data untuk menentukan diagnosis dan masalah pada
persalinan
3) Mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial pada persalinan
4) Mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan yang memerlukan tindakan
pada persalinan
5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada persalinan
6) Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan pada persalinan
7) Melakukan evaluasi asuhan yang telah diberikan pada persalinan

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Puskesmas
Bermanfaat dalam pengembangan pelayanan kesehatan dalam asuhan
kebidanan persalinan
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Bermanfaat dalam pengembangan ilmu dalam asuhan kebidanan persalinan
1.3.3 Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang asuhan kebidanan
persalinan

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori Persalinan


2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses lahirnya bayi yang sudah cukup bulan, disusul
dengan lahirnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan ibu sendiri) (Kurniarum, 2016).
2.1.2 Sebab-sebab Mulainya Persalinan
a. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbul his. Proses penuaan plasenta
terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, terjadi penimbunan jaringan ikat
dan pembuluh darah mengalami penyempitan. Produksi progesteron
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap
oxitosin, akibatnya otot rahim mulai berkontraksi (Kurniarum, 2016).
b. Teori okitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga oksitosin bertambah dan meningkatkan
aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga
terdapat tanda-tanda persalinan (Kurniarum, 2016).
c. Keregangan otot-otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai (Kurniarum, 2016).
d. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar.

3
Prostaglandin tinggi pada air ketuban dan perifer ibu hamil, sebelum
melahirkan atau selama persalinan (Kurniarum, 2016).
2.1.3 Tanda-tanda Persalinan
a. Timbulnya kontraksi uterus
His persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut:
1) Nyeri melingkar dari punggung menjalar ke perut bagian depan
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, semakin lama intervalnya semakin pendek dan
kekuatannya semakin besar
4) Mempunyai pengaruh pada penipisan dan pembukaan servik
5) Semakin aktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi
6) Frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit (Kurniarum, 2016).
b. Penipisan dan pembukaan servik
Penipisan dan pembukaan servik ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dan darah sebagai tanda awal (Kurniarum, 2016).
c. Bloody show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan penipisan dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan ini disebabkan karena lepasnya
selaput janin pada segmen bawah rahim hingga beberapa kapiler darah
terputus (Kurniarum, 2016).
d. Rupture of membrane
Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir akibat ketuban pecah atau selaput
janin robek. Ketuban pecah saat pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
Pada kasus tertentu, ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil atau
sebelum persalinan. Persalinan diharapkan akan dimulai dalam 24 jam
setelah air ketuban keluar (Kurniarum, 2016).
2.1.4 Tahapan Persalinan
a. Kala I
Pada primigravida 12-14 jam, multigravida 6-10 jam (Walsh, 2011). Pada
fase laten serviks berdilatasi hingga 4 cm, sedangkan pada fase aktif
serviks berdilatasi hingga penuh atau 10 cm (Flint & Townend, 2014)

4
1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara bertahap. Pembukaan servik kurang dari 4 cm.
Berlangsung hingga 8 jam (Kurniarum, 2016).
2) Fase aktif
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi. Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat. Kontraksi
adekuat jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih). Servik membuka dari 4 ke 10
cm dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan
lengkap (10 cm). Terjadi penurunan bagian terendah janin (Kurniarum,
2016).
b. Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Pada primigravida 60 menit, multigravida
30 menit (Downe, 2011). Tanda dan gejala:
1) Ibu ingin meneran,
2) Perineum menonjol,
3) Vulva vagina dan sphincter anus membuka,
4) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat (Kurniarum, 2016).
5) Kontraksi terjadi setiap 2–3 menit dan berlangsung selama 60–70 detik
(Downe, 2011).
6) Pemantauan

Kemajuan persalinan Kondisi ibu Kondisi janin


Palpasi kontraksi Periksa nadi dan Periksa detak jantung janin
uterus tiap 10 menit tekanan darah setiap 15 menit atau lebih
 Frekuensi selama 30 menit. sering dilakukan dengan
 Lamanya Respons makin dekatnya kelahiran
 Kekuatan keseluruhan:
 Dehidrasi Penurunan presentasi dan
 Perubahan perubahan posisi
sikap/perilaku
 Tingkat tenaga Warna cairan tertentu
Sumber: Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

c. Kala III

5
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Lamanya 20–30 menit, atau 5–15
menit dengan manajemen aktif (Harris, 2011).
1) Fase laten: sejak bayi lahir sampai awal pelepasan plasenta,
2) Fase pelepasan: pelepasan plasenta dari dinding rahim, normalnya 3
menit,
3) Fase kelahiran: pelepasan lengkap sampai keluar dari vagina (Harris,
2011).
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
1) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta
3) sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
4) Tali pusat memanjang
5) Semburan darah tiba tiba
6) Pemantauan
Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika ada
maka tunggu sampai bayi kedua lahir. Menilai apakah bayi beru lahir
dalam keadaan stabil, jika tidak rawat bayi segera (Kurniarum, 2016).
d. Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta hingga dua jam. Merupakan masa paling
kritis karena proses perdarahan berlangsung. Pemantauan kala IV:
1) Kontraksi rahim
Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Lakukan observasi kontraksi
dan konsistensi uterus, 2-3 kali dalam 10 menit pertama, setiap 15
menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan. Kontraksi uterus yang normal akan teraba keras pada palpasi
fundus uterus, masase fundus (jika perlu) untuk menimbulkan
kontraksi.
2) Perdarahan, normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 – 500 cc.
3) Kandung kemih
Kandung kemih harus kosong, jika penuh ibu diminta untuk kencing
dan jika tidak bisa lakukan kateterisasi. Kandung kemih yang penuh

6
mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus berkontraksi
sepenuhnya.
4) Laserasi
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai
perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas:
a) Derajat I
Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum,
tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan.
b) Derajat II
Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan
otot perineum. Perlu dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur
c) Derajat III
Derajad II ditambah otot spingter ani eksternal
d) Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rectum anterior.
5) Uri dan selaput ketuban harus lengkap
6) Keadaan umum ibu
Keadaan umum ibu meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan
darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh) setiap 15 menit pada
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
(Kurniarum, 2016).
2.1.5 Mekanisme Persalinan
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk
melewati panggul (seven cardinal movements of labor) menurut Cunningham
(2010) yang terdiri dari:
a. Engagement
Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi janin (kepala) telah
memasuki rongga panggul. Engagement terjadi ketika bagian terendah
janin telah memasuki station nol atau lebih rendah. Pada nulipara,
engagement sering terjadi sebelum awal persalinan. Namun, pada
multipara dan beberapa nulipara, engagement tidak terjadi sampai awal
persalinan dimulai.

7
b. Descent
Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati panggul.
Descent atau penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari
cairan amnion, tekanan kontraksi fundus pada janin dan kontraksi
diafragma serta otot-otot abdomen ibu, dengan sumbu jalan lahir:
1) Sinklitismus, yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan
lahir
2) Asinklistismus anterior, kepala janin mendekat ke arah promontorium
sehingga os parietalis lebih rendah
3) Asinklistismus posterior: kepala janin mendekat ke arah simfisis dan
tertahan oleh simfisis pubis

c. Fleksi
Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan oleh serviks,
dinding panggul, atau dasar panggul. Dalam keadaan normal, fleksi terjadi
dan dagu mendekat ke arah dada janin. Fleksi disebabkan oleh:
1) Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke
dada.
2) Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang
sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.
3) Perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu lebih
menempel pada tulang dada janin.
4) Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan
sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi
fleksi untuk mencari jalan lahir.

8
d. Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina ischiadika. Setiap
kontraksi, kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis dan kepala
berputar saat mencapai otot panggul.
e. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah
simfisis pubis, kemudian kepala keluar mengikuti sumbu jalan lahir akibat
ekstensi.
f. Putaran paksi luar
Putaran paksi luar terjadi ketika kepala lahir dengan oksiput anterior, bahu
harus memutar secara internal sehingga sejajar dengan diameter
anteroposterior panggul. Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi internal
bahu bayi.
g. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu
dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis
pubis.

Sumber: Cunningham, et al. (2010). Williams Obstetrics, 23rd Edition.

2.1.6 Perubahan Fisiologis Persalinan


a. Uterus
Intensitas terbesar kontraksi berada di uterus bagian atas (fundus).
Sifat kontraksi rahim dalam persalinan adalah terputus-putus (memiliki

9
jeda), teratur, dan menyakitkan. Rasa sakit timbul karena iskemia otot,
sakit punggung juga menyertai dilatasi serviks akibat rangsangan serabut
sensorik yang melewati simpatis saraf ke pleksus sakralis. Pada persalinan
awal kontraksi lemah, 20–30 detik dan tanpa pola tertentu. Pada akhir kala
pertama semakin kuat, 45–60 detik dan terjadi setiap 2–3 menit (Walsh,
2011).
Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang.
Ukuran melintang menurun mengakibatkan punggung bayi menjadi lurus,
bagian atas bayi tertekan fundus dan Pintu Atas Panggul. SAR dibentuk
oleh corpus uteri yang bersifat aktif dan berkontraksi. Dinding akan
bertambah tebal dengan majunya persalinan sehingga mendorong bayi
keluar. SBR dibentuk oleh istmus uteri bersifat aktif relokasi dan dilatasi
(Kurniarum, 2016).
b. Serviks
Penipisan serviks (melunak, memendek dan menipis) akibat hormon
prostaglandin dan kontraksi uterus (Flint & Townend, 2014). Penipisan
serviks adalah pemendekan kanalis servikalis dari 1-2 cm menjadi satu
lubang saja dengan tepi yang tipis. Pembukaan serviks adalah pembesaran
dari ostium eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter
beberapa milimeter menjadi lubang dengan diameter 10 cm yang dapat
dilalui bayi. Saat pembukaan lengkap, portio tidak teraba lagi (Kurniarum,
2016). Pada primigravida, penipisan serviks biasanya mendahului dilatasi,
sedangkan pada multigravida, penipisan dan dilatasi serviks terjadi secara
bersamaan (Walsh, 2011)
c. Vagina dan dasar panggul
Pada kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina sehingga
dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada
dasar panggul menjadi saluran dengan dinding yang tipis. Saat kepala
sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas. Dari luar
peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan
menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka. Regangan yang kuat ini

10
karena bertambahnya pembuluh darah pada bagian vagina dan dasar
panggul (Kurniarum, 2016).

d. Ligamentum rotundum
Pada kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang
punggung berpindah ke depan mendesak dinding perut kearah depan.
Perubahan letak uterus pada waktu kontraksi ini penting karena
menyebabkan sumbu rahim menjadi searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum, fundus uteri tertahan
sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas (Kurniarum,
2016).
e. Sistem perkemihan
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai masuk Pintu Atas Panggul
dan menyebabkan kandung kemih tertekan sehingga merangsang ibu untuk
sering berkemih. Pada kala I, kontraksi / his menyebabkan kandung kemih
semakin tertekan. Poliuria sering terjadi selama persalinan, karena
peningkatan cardiac output, filtrasi glomerolus, dan aliran plasma ginjal.
Poliuri akan berkurang pada posisi terlentang. Kandung kemih yang penuh
dapat menahan penurunan kepala janin dan memicu trauma mukosa
kandung kemih selama proses persalinan. Dapat dicegah dengan
mengingatkan ibu untuk berkemih (Kurniarum, 2016).
f. Sistem gastrointestinal
Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon progesteron
yang mengakibatkan sistem pencernaan menjadi lebih lambat sehingga
makanan lebih lama tinggal di lambung, sehingga sering terjadi obstipasi
atau peningkatan asam lambung sehingga terjadi mual dan muntah. Mual
dan muntah terjadi sampai ibu mencapai akhir kala I. Kadar natrium dan
klorida dalam plasma dapat menurun akibat absorbsi gastrointestinal
selama persalinan (Kurniarum, 2016).
g. Sistem metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara
perlahan akibat aktivitas otot rangka dan kecemasan ibu. Peningkatan ini

11
ditandai dengan adanya peningkatan suhu badan, nadi, pernafasan, cardiac
output dan hilangnya cairan. Kontraksi dan tenaga mengejan
membutuhkan energi yang besar, sehingga metabolisme dan suhu tubuh
juga meningkat. Suhu tubuh akan sedikit meningkat (0,5-100C) selama
proses persalinan dan akan segera turun setelah proses persalinan selesai
(Kurniarum, 2016).
h. Sistem pernapasan
Selama persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak CO2. Selama
kontraksi, frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat peningkatan metabolisme
dan diafragma yang tertekan oleh janin. Rata-rata PaCO 2 menurun dari 32
mmHg pada awal persalinan menjadi 22 mmHg pada akhir kala I.
Mengejan yang berlebihan atau berkepanjangan selama Kala II dapat
menyebabkan penurunan oksigen akibat menahan nafas. Hiperventilasi
maternal menyebabkan kadar PaCO2 menurun dibawah 16 – 18 mmhg,
ditandai dengan kesemutan pada tangan dan kaki, kebas dan pusing
(Kurniarum, 2016).
i. Sistem kardiovaskuler
Selama persalinan, curah jantung meningkat 40 – 50 %. Peningkatan
curah jantung ini terjadi karena pelepasan katekolamin akibat nyeri,
kontraksi otot abdomen dan uterus. Seiring dengan kontraksi uterus sekitar
300 – 500 ml darah dipindahkan ke volume darah sentral. Tekanan darah
meningkat selama kontraksi, kenaikan sistole 10-20 mmHg sedangkan
kenaikan diastole 5-10 mmHg, diantara kontraksi tekanan kembali pada
level sebelum persalinan. Rasa nyeri, takut dan cemas juga dapat
meningkatkan tekanan darah. Peningkatan denyut nadi secara perlahan
sampai sekitar 100 kali per menit pada persalinan kala II. Frekuensi denyut
nadi dapat meningkat akibat dehidrasi, perdarahan, kecemasan, nyeri dan
obat-obatan tertentu, seperti terbutalin. (Kurniarum, 2016).
Pengaturan posisi memiliki efek yang besar pada curah jantung.
Mengatur posisi dari miring ke telentang menurunkan curah jantung
sebesar 30%. Posisi miring akan mengurangi terjadinya perubahan tekanan

12
darah selama proses kontraksi. Karena perubahan kardiovaskuler yang
terjadi selama kontraksi uterus, pengkajian tanda-tanda vital paling akurat
adalah diantara waktu kontraksi (Kurniarum, 2016).

j. Sistem hematologi
Haemoglobin akan meningkat selama persalinan sebesar 1,2 gr %
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan pada hari
pertama pasca persalinan. Peningkatan leukosit secara progresif pada awal
kala I (5.000) hingga mencapai jumlah maksimal pada pembukaan lengkap
(15.000). Pembekuan darah sedikit menurun, tetapi kadar fibrinogen
plasma meningkat. Gula darah akan turun selama persalinan dan semakin
menurun pada persalinan lama, hal ini disebabkan karena aktifitas uterus
dan muskulus skeletal (Kurniarum, 2016).
2.1.7 Perubahan Psikologis Persalinan
a. Kala I
Merasa cemas karena kesulitan mengidentifikasi awal persalinan,
memutuskan untuk segera memeriksakan diri ke Bidan (Flint & Townend,
2014). Kecemasan dan ketakutan dengan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan tidak sabar,
karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya kontraksi
sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai berubah menjadi beban
yang berat. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya
melahirkan. Adanya harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan
dilahirkan. Keinginan untuk memiliki janin yang unggul, cemas jika
bayinya tidak aman di luar rahim, dan merasa belum mampu bertanggung
jawab sebagai seorang ibu (Kurniarum, 2016). Kebanyakan ibu merasa
gembira ketika persalinan telah dimulai, namun beberapa ibu merasa
ketakutan dan cemas (Hundley et al, 2020).
b. Kala II
Beberapa wanita dapat mengalami stress akibat adanya dorongan
untuk mengejan. Sebagian besar ibu menginginkan kehadiran suami
mendampingi persalinan (Flint & Townend, 2014). Ibu merasa sulit dan

13
kepercayaan diri menurun (Downe, 2011). Panik dan terkejut dengan apa
yang terjadi pada saat pembukaan lengkap, frustasi dan marah, tidak peduli
dengan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar bersalin, rasa lelah dan
sulit mengikuti perintah, serta fokus pada dirinya sendiri (Kurniarum,
2016).
c. Kala III
Kebanyakan ibu tidak terlalu memperdulikan kala III, hanya ingin segera
menyelesaikan proses persalinannya dan fokus pada bayinya (Flint &
Townend, 2014).
2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
a. Passage (panggul ibu)
1) Bagian keras (rangka panggul)
Panggul dibentuk oleh empat buah tulang menurut Kurniarum, (2016),
yaitu 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os illium, os ischium
dan os pubis, 1 tulang os sacrum, dan 1 os cocygis.
a) Pintu Atas Panggul (PAP)
Dibentuk oleh tepi atas tulang pubis, bagian lateral sepanjang tulang
inominata, bagian posterior oleh tepi atas sacrum dan promontorium.
b) Pintu Bawah Panggul (PBP)
Berbentuk lonjong, bagian anterior dibatasi oleh lengkung pubis,
dibagian lateral oleh tuberosisitas iskium, dan bagian posterior oleh
ujung koksigeum.
c) Bidang hodge
Bidang hodge adalah bidang semu untuk menentukan kemajuan
persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui
pemeriksaan dalam/vagina toucher (VT).
(1) Hodge I: setinggi PAP, dibentuk oleh promontorium, artikulasio
sakro iliaca, sayap sacrum, linia inominata, ramus superior os
pubis, dan tepi atas symfisis pubis.
(2) Hodge II: sejajar Hodge I dan setinggi tepi bawah symfisis pubis
(3) Hodge III: sejajar Hodge II dan setinggi spina ischiadika
(4) Hodge IV: sejajar Hodge III dan setinggi ujung os coccygis

14
2) Bagian lunak
Tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus
dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.
Perineum merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul
(Kurniarum, 2016).
b. Power (kekuatan)
1) Kontraksi uterus
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot perut, diafragma, dan ligamen. Tanda-tanda his
persalinan, yaitu teratur, nyeri, semakin kuat dan sering, ada pengaruh
pada serviks (menipis / effacement dan berdilatasi sehingga
mengakibatkan janin turun). Pengkajian his meliputi frekuensi dalam 10
menit dan durasi (lamanya kontraksi berlangsung dalam satu kontraksi)
(Kurniarum, 2016).
2) Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang
mendorong anak keluar selain his adalah tenaga mengajan. Tenaga ini
serupa dengan tenaga ketika buang air besar tetapi jauh lebih kuat. Saat
kepala di dasar panggul, timbul reflek yang mengakibatkan kontraksi
otot-otot perut dan menekan diafragma kebawah. Tenaga mengejan
hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif
ketika ada his. Tanpa tenaga mengejan bayi tidak dapat lahir. Tenaga
mengejan juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding
rahim (Kurniarum, 2016).
c. Passenger (janin, plasenta, dan ketuban)
1) Janin
a) Presentasi janin
Presentasi janin adalah bagian janin yang pertama kali memasuki
PAP. Bagian presentasi adalah bagian tubuh janin yang pertama kali
teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam.
Bagian presentasi dapat berupa kepala, dahi, muka, atau bokong
(Kurniarum, 2016).

15
b) Letak janin
Letak janin adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung)
janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Letak janin dapat
memanjang, melintang, atau obliq/miring (Kurniarum, 2016).

c) Sikap janin
Sikap janin adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan
yang lain. Sikap umum janin, yaitu punggung janin sangat fleksi,
kepala fleksi kearah sendi lutut, tangan disilangkan di depan toraks
dan tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai (Kurniarum,
2016).
d) Posisi janin
Posisi janin adalah hubungan antara bagian presentasi (occiput,
sacrum, mentum, sinsiput) yang merupakan indikator untuk
menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri,
depan atau belakang terhadap empat kuadran panggul ibu
(Kurniarum, 2016).
2) Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15 – 20 cm,
tebal 2 – 3 cm, berat 500 – 600 gram. Plasenta yang normal menempel
pada korpus uteri bagian depan atau bagian belakang ke arah fundus
uteri. Bagian plasenta terdiri dari permukaan maternal, permukaan fetal,
selaput ketuban, dan tali pusat (Kurniarum, 2016).
3) Ketuban
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-
1500 cc, berwarna putih keruh, berbau amis, terdiri atas 98% air,
sisanya albumin, urea, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, dan
verniks caseosa. Selama selaput ketuban tetap utuh, cairan amnion / air
ketuban melindungi plasenta dan tali pusat dari tekanan kontraksi
uterus. Cairan ketuban juga membantu penipisan dan dilatasi serviks
(Kurniarum, 2016).
d. Psikologis

16
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang
ibu dan keluarganya. Banyak ibu mengalami kecemasan dalam
menghadapi persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang yang
akan menolong persalinan. Perasaan cemas, khawatir akan mempengaruhi
hormone stress yang akan mengakibatkan komplikasi persalinan.
Seseorang penolong persalinan harus memperhatikan keadaan psikologis
ibu yang akan melahirkan karena keadaan psikologis mempunyai pengaruh
terhadap persalinan dan kelahiran (Kurniarum, 2016).
e. Penolong
Penolong persalinan perlu kesiapan dan menerapkan asuhan sayang
ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan
sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Ibu yang mendapat perhatian dan
dukungan selama persalinan serta mengetahui dengan baik mengenai
proses persalinan, akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik
(Kurniarum, 2016).
2.1.9 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
a. Kebutuhan fisiologi
1) Oksigen
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu
diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II karena oksigen
yang ibu hirup sangat penting untuk oksigenasi janin melalui plasenta.
Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat kemajuan
persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen yang
adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik
selama persalinan. Hindari menggunakan pakaian yang ketat
(Kurniarum, 2016).
2) Cairan dan nutrisi
Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses
persalinan. Selama kala I, makan dan minum mendukung kemajuan

17
persalinan, pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi,
sehingga kebutuhan cairannya (minum) harus tercukupi, pada kala III
dan IV kebutuhan nutrisi dan cairan diperlukan untuk mencegah
hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama
persalinan (Kurniarum, 2016).
Asupan makanan yang cukup merupakan sumber dari glukosa
darah. Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan
hipoglikemia. Hipoglikemia dapat mempengaruhi kontraksi/his
sehingga menghambat kemajuan persalinan dan meningkatkan risiko
perdarahan postpartum, dapat mengakibatkan komplikasi pada janin
seperti asfiksia. Asupan cairan yang kurang akan mengakibatkan
dehidrasi. Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan
melambatnya kontraksi dan kontraksi menjadi tidak teratur (Kurniarum,
2016).
3) Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan dapat
membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Anjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin atau minimal setiap 2
jam sekali. Kandung kemih yang penuh, dapat menghambat proses
penurunan bagian terendah janin, menurunkan efisiensi kontraksi,
mengingkatkan rasa tidak nyaman, memperlambat kelahiran plasenta,
dan meningkatkan resiko perdarahan postpartum. Sebelum memasuki
proses persalinan, pastikan bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang penuh
dapat mengganggu dalam proses kelahiran janin (Kurniarum, 2016).
4) Personal hygiene
Personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa nyaman,
mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, dan melancarkan sirkulasi
darah. Pada kala I fase aktif, terjadi peningkatan bloodyshow sehingga
ibu sudah tidak mampu mobilisasi, bidan dapat membantu
membersihkan genetalia ibu dengan vulva hygiene. Bersihkan dari atas
(vestibulum) ke bawah (anus). Tindakan ini dilakukan setelah ibu BAK,
BAB, atau setelah ketuban pecah spontan. Pada kala II dan III, ibu

18
dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat menyerap cairan
tubuh (lendir, darah, air ketuban). Pada kala IV setelah janin dan
placenta lahir, ibu dapat mandi. Pastikan ibu sudah mengenakan
pakaian bersih dan pembalut atau underpad (Kurniarum, 2016).

19
5) Istirahat
Selama tidak ada his ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa
sakit atau jika memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II,
sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk. Setelah proses
persalinan selesai (kala IV), ibu boleh tidur. Istirahat yang cukup
setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan fungsi
alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat persalinan
(Kurniarum, 2016).
6) Posisi dan ambulasi
Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi
persalinan dan posisi meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif
posisi persalinan dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak
efektif. Pada kala I, posisi persalinan bertujuan mengurangi rasa sakit.
Ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman dan aman, diperlukan
peran suami/anggota keluarga. Pada kala I ibu diperbolehkan untuk
berjalan, berdiri, posisi berdansa, duduk, berbaring miring ataupun
merangkak. Hindari posisi jongkok atau dorsal recumbent dan
lithotomi, karena dapat merangsang kekuatan meneran. Posisi
terlentang selama kala I dan II juga sebaiknya dihindari, karena akan
menekan vena cava inferior yang menyebabkan hipoksia (Kurniarum,
2016).
7) Pengurangan rasa nyeri
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi
fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan
serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Bidan dapat
membantu ibu bersalin dalam mengurangi nyeri persalinan dengan
teknik self-help, melalui pernafasan dan relaksasi maupun stimulasi
berupa pijatan. Cara lain yang dapat dilakukan bidan adalah
memberikan kompres hangat dan dingin (Kurniarum, 2016).
b. Kebutuhan psikologis
1) Asuhan kemitraan

20
Mendukung keterlibatan ibu dan pasangannya dalam pengambilan
keputusan, dan mendukung ibu untuk bisa menyampaikan kebutuhan
dan keinginannya dengan bebas. Komunikasi yang baik antara ibu,
pasangannya dan bidan. Memahami dengan baik perasaan wanita saat
melahirkan sehingga bisa mengendalikan emosional dan psikologi ibu
bersalin (Walsh, 2011).
2) Peran pendukung persalinan

Memberikan ibu kesempatan untuk memilih siapa pendamping


persalinan yang diinginkan. Pendamping persalinan berperan dalam
membantu teknik relaksasi dan sebagai penasihat untuk ibu (Flint &
Townend, 2014). Bidan bekerjasama dengan pendamping persalinan
untuk peran tertentu seperti pemijatan punggung, membantu relaksasi,
serta menawarkan makan dan minum selama persalinan (Walsh, 2011).
Ibu yang menerima dukungan persalinan lebih mungkin untuk
melahirkan 'secara spontan (Bohren et al, 2017)
3) Memberi sugesti
Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan pengaruh pada
ibu dengan pemikiran yang dapat diterima secara logis. Sugesti yang
diberikan berupa sugesti positif yang mengarah pada tindakan
memotivasi ibu untuk melalui proses persalinan sebagaimana mestinya.
Menurut psikologis sosial individu, orang yang mempunyai keadaan
psikis labil akan lebih mudah mendapatkan sugesti, demikian juga pada
wanita bersalin (Kurniarum, 2016).
4) Mengalihkan perhatian
Komunikasi yang baik dan mendengarkan keluhan ibu (Flint &
Townend, 2014). Mengalihkan perhatian dari rasa sakit selama proses
persalinan dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya. Upaya yang
dapat dilakukan bidan dan pendamping persalinan untuk mengalihkan
perhatian ibu dari rasa sakit selama persalinan misalnya dengan
mengajaknya berbicara, sedikit bersenda gurau, mendengarkan musik
kesukaannya atau menonton televisi/film (Kurniarum, 2016).
5) Membangun kepercayaan

21
Mendukung ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk
melahirkan bayinya (Downe, 2011). Kepercayaan merupakan salah satu
poin yang penting dalam membangun citra diri positif ibu dan
membangun sugesti positif dari bidan. Ibu bersalin yang memiliki
kepercayaan diri yang baik, bahwa dia mampu melahirkan secara
normal, percaya bahwa proses persalinan yang dihadapi akan berjalan
dengan lancar, maka secara psikologis telah mengafirmasi alam bawah
sadar ibu untuk bersikap dan berperilaku positif selama proses
persalinan berlangsung sehingga hasil akhir persalinan sesuai dengan
harapan ibu (Kurniarum, 2016).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan


2.2.1 Pengkajian Data
a. Data Subyektif
1) Biodata
Nama, untuk menjalin komunikasi dengan ibu (Baston, 2014).
Umur, kehamilan pada umur 20-35 tahun memiliki tingkat keberhasilan
persalinan lebih baik dan resiko yang rendah (Lewis, 2014).
2) Keluhan
Kala I : kontraksi, nyeri, keluar lendir darah (Walsh, 2011)
Kala II : kontraksi semakin sering dan sakit, ketuban pecah, ingin
mengejan (Walsh, 2011)
Kala III : merasa sakit di punggung atau perut bagian bawah dan
ingin mengejan (Begley, 2014).
3) Riwayat menstruasi
Hari pertama haid terakhir, hari perkiraan lahir, usia kehamilan ≥ 37
minggu (Baston, 2014)
4) Riwayat obstetric
Tidak ada riwayat BBLR atau makrosomia, kelainan kongenital,
persalinan prematur, operasi caesar atau operasi uterus, perdarahan
antepartum atau postpartum. Bukan grandemulti (kehamilan ≥ 5 kali),
tidak memiliki riwayat abortus berulang (Baston, 2014).
5) Riwayat kehamilan sekarang

22
Tidak ada riwayat hipertensi selama hamil, riwayat perkembangan janin
normal selama ANC, gerakan janin aktif dan teratur, rencana persalinan
(Baston, 2014), tidak pernah mengalami perdarahan selama hamil
(Crafter & Brewster, 2014).
6) Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
Tidak ada riwayat hipertensi, obesitas, diabetes melitus, penyakit
genetik. Tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol dan obat-obatan
terlarang (Baston, 2014). Tidak ada riwayat penyakit jantung (Warnes,
2015; Patrick & Saidi, 2018).
7) Pola fungsional kesehatan
a) Nutrisi: terakhir makan, makan dan minum sesuai keinginan ibu
selama persalinan (Walsh, 2011; Flint & Townend, 2014)
b) Eliminasi: berkemih setidaknya setiap 4 jam atau lebih sering jika
teraba di bagian perut (Jackson et al, 2014)
c) Istirahat
Selama tidak ada his berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit. Ib
boleh tidur setelah proses persalinan selesai (kala IV) (Kurniarum,
2016).
d) Aktifitas
Kala I : mobilisasi (berjalan) untuk mendukung penurunan janin
(Flint & Townend, 2014).
Kala II : posisi mengejan sesuai keinginan dan kenyamanan ibu
(posisi miring kiri, jongkok, berlutut, merangkak, berdiri,
menggunakan bola melahirkan) (Downe & Marshall,
2014).
Kala III : posisi senyaman mungkin (semi-upright dan upright)
(Begley, 2014).
e) Seksual
Hubungan seksual merupakan alternatif untuk metode induksi alami
(Jackson, 2011).
f) Personal hygiene

23
Membersihkan genetalia, mandi, mengenakan pakaian bersih dan
pembalut atau underpad (Kurniarum, 2016).

24
8) Riwayat psikososial dan budaya
Tidak ada tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga, gangguan
emosional dan ketidakstabilan sosial (Baston, 2014). Memiliki
pendamping persalinan yang dipilih oleh ibu sendiri (Flint & Townend,
2014). Orang yang dipercaya untuk membuat keputusan dalam keadaan
darurat (Jackson et al, 2014).
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 90 – 120 / 60 – 80 mmHg,
Nadi : 60 – 100 kali / menit,
Pernafasan : 16 – 24 kali / menit,
Suhu tubuh : 36,5 – 37,5 0C (dapat meningkat 0,5 – 10 0C)
(Kurniarum, 2016)
b) Antropometri
Berat badan dan tinggi badan: IMT < 18.5 normalnya kenaikan BB
12.5–18 kg, IMT 18.5–24.9 normalnya kenaikan BB 11.5–16 kg,
IMT 25.0–29.9 normalnya kenaikan BB 7–11.5 (National Research
Council, 2010)
2) Pemeriksaan fisik
a) Wajah dan konjungtiva
Wajah tidak edema, konjungtiva tidak pucat (Baston, 2014).
b) Abdomen
(1) Kala I:
Leopold 1 : teraba bagian bokong janin pada fundus, tinggi
fundus uteri pada berada di pertengahan pusat –
px,
Leopold 2 : teraba punggung janin pada sisi lateral ibu,
Leopold 3 : teraba bagian kepala janin pada bagian terendah,
Leopold 4 : teraba 3/5 – 2/5 bagian kepala,
DJJ : 110-160 kali/menit (Baston, 2014).

25
(2) Kala II
Palpasi perlimaan pada abdomen teraba 1-5 – 0/5 bagian kepala,
DJJ 110-160 kali/menit (Baston, 2014)
(3) Kala III
Uterus teraba keras dan bulat (Begley, 2014).
(4) Kala IV
TFU 2 jari di bawah pusat, uterus teraba keras (Kurniarum,
2016).
c) Genetalia
(1) Kala I
Blood show, pembukaan fase laten < 4 cm, fase aktif dari 4 – 10
cm, penipisan 0 – 100 %, ketuban utuh / sudah pecah (jernih),
denominator UUK kiri/kanan depan, tidak ada molase,
penurunan presentasi di atas / bawah / sejajar spina ischiadika
(Hodge II – III+) (Jackson et al, 2014)
(2) Kala II
Blood show, ketuban pecah (jernih), pembukaan lengkap (10
cm), penipisan 100 %, denominator UUK kiri/kanan depan,
tidak ada molase, penurunan presentasi di dasar panggul /
perineum (Hodge IV) (Downe & Marshall, 2014).
(3) Kala III
Darah menyembur dalam jumlah banyak, menandakan plasenta
telah terlepas. Tali pusat memanjang dan dinding vulva
menonjol menandakan plasenta turun (Begley, 2014).
(4) Kala IV
Laserasi perineum: derajat pertama hanya pada kulit perineum,
derajat dua pada perineum hingga otot perineum (Thakar et al,
2014)
d) Ekstremitas
Tidak ada edema pada ekstremitas. Reflek patella +/+ (Baston,
2014).

26
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan utama hemoglobin (>11 g/dL), pemeriksaan penunjang
lain sesuai indikasi seperti urinalisis (albumin 2,5-3,5 g/dL) (Murray &
Hassall, 2014), golongan darah dan rhesus (Baston, 2014), HIV (non-
reaktif) dan hepatitis (non-reaktif) (Kean et al, 2014).
2.2.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Gravida Para Aterm Prematur Abortus Hidup , umur kehamilan …. minggu, janin tunggal,
hidup, intrauterine, letak memanjang, punggung kanan/kiri, presentasi kepala,
persalinan kala I fase laten / aktif / kala II
Gravida Para Aterm Prematur Abortus Hidup, persalinan kala III
Para Aterm Prematur Abortus Hidup, persalinan kala IV
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa dan masalah potensial yang mungkin terjadi berdasarkan hasil
pengkajian data subyektif dan obyektif.
2.2.4 Identifikasi Tindakan Segera
a. Pelayanan primer, sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan,
b. Pelayanan kolaborasi, bidan sebagai anggota tim, pelayanan dilakukan
secara bersama,
c. Pelayanan rujukan, bidan melakukan rujukan ke sistem pelayanan yang
lebih tinggi atau sebaliknya bidan menerima rujukan dari dukun, atau
layanan horisontal maupun vertikal ke tenaga kesehatan lain (Tyastuti &
Wahyuningsih, 2016).
2.2.5 Perencanaan Tindakan
a. Kala I
1) Jalin komunikasi yang efektif dan bangun kepercayaan antara bidan
dan ibu dengan pasangannya. Komunikasi tidak hanya apa yang
dikatakan, tetapi juga termasuk non-verbal (Walsh, 2011; Jackson et
al, 2014).
2) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan pasangannya baik secara
verbal maupun tertulis (ICM, 2020; Jackson et al, 2014).

27
3) Lakukan informed consent sebelum melakukan setiap tindakan
pertolongan persalinan, secara tertulis jika memungkinkan atau verbal
(ICM, 2020; Jackson et al, 2014).
4) Lakukan diskusi dengan ibu mengenai rencana persalinan yang
diinginkan ibu seperti siapa pendamping persalinan, pilihan pakaian
yang digunakan, ambulasi, manajemen nyeri (berendam di air atau
pijatan), dan posisi persalinan (Jackson et al, 2014).
5) Berikan ibu dukungan emosional dan psikologi, memahami dengan
baik perasaan ibu saat melahirkan, wanita yang terlibat dalam
pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan persalinan ibu
(Walsh, 2011; Jackson et al, 2014).
6) Motivasi ibu untuk mobilisasi (berjalan) untuk mendukung penurunan
janin (Flint & Townend, 2014).
7) Dukung ibu untuk makan dan minum sesuai keinginan. Tawarkan
sesering mungkin untuk minum air (Queensland Clinical Guidelines,
2017)
8) Sarankan ibu berkemih setidaknya setiap 4 jam atau lebih sering jika
teraba di bagian perut (Jackson et al, 2014).
9) Lakukan pemantauan DJJ, TTV ibu, frekuensi dan kekuatan kontraksi
setiap 10 menit, penurunan bagian presentasi, penipisan dan dilatasi
serviks, serta warna cairan ketuban melalui partograf (Jackson et al,
2014; Flint & Townend, 2014).
b. Kala II
1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan pasangannya baik secara
verbal maupun tertulis (ICM, 2020; Jackson et al, 2014).
2) Motivasi ibu untuk melahirkan dengan dorongan alami yaitu
mengejan dan kontraksi, serta atur posisi mengejan sesuai keinginan
dan kenyamanan ibu (posisi miring kiri, jongkok, berlutut, merangkak,
berdiri, menggunakan bola melahirkan) (Flint & Townend, 2014;
Downe & Marshall, 2014).
3) Berikan asupan nutrisi diantara kontraksi, seperti minuman manis dan
makanan ringan (Boelig et al., 2020).

28
4) Lakukan pemantauan kontraksi uterus, penurunan, rotasi, dan fleksi
bagian presentasi, DJJ, dan kondisi ibu (Downe & Marshall, 2014).

29
c. Kala III
1) Berikan pujian dan selamat pada ibu karena berhasil melahirkan
bayinya dan sampaikan keadaan bayi (Horsch & Ayers, 2016).
2) Berikan ibu kesempatan untuk memilih persalinan kala III secara
alami atau dengan manajemen aktif, pemotongan tali pusat dan kontak
skin to skin dan menyusui bayi setelahnya (Jackson et al, 2014).
3) Tali pusat dibiarkan hingga pulsasi berhenti atau sampai plasenta
lahir. Pertahankan lingkungan yang tenang dan hangat, selimuti ibu
dan bayi, kontak skin-to-skin untuk IMD dan merangsang pelepasan
oksitosin yang dapat mempersingkat kala III (Begley, 2014).
4) Setelah ada tanda-tanda pelepasan dan penurunan plasenta, tegangkan
tali pusat dengan lembut dan lahirkan plasenta dengan memutar secara
lembut (Begley, 2014).
5) Lakukan pemberian obat uterotonik, penjepitan dan pemotongan tali
pusat serta penegangan tali pusat terkontrol jika ibu memilih
persalinan kala III dengan manajemen aktif (Flint & Townend, 2014).
d. Kala IV
1) Lakukan pemantauan TTV ibu, kontraksi, kandung kemih dan
perdarahan, setiap 15 menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit
pada jam kedua setelah persalinan (Kurniarum, 2016).
2) Bersihkan genetalia, sarankan ibu untuk mandi, mengenakan pakaian
bersih dan pembalut atau underpad (Kurniarum, 2016).
3) Bereskan tempat bersalin, lakukan dekontaminasi alat serta ruangan
bersalin menggunakan larutan clorin 0,5% (Tyastuti & Wahyuningsih,
2016).
2.2.6 Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan rencana asuhan secara menyeluruh dengan efisien dan aman
2.2.7 Evaluasi
Mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai kriteria
hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau
tidak. Pendokumentasian menggunakan SOAP.

30
DAFTAR PUSTAKA

Baston, H. (2014). Antenatal Care. In Marshall, J. E., & Raynor, M. D. Myles Textbook
for Midwives E-Book. Elsevier Health Sciences.
Begley, C. (2014). Physiology and Care During the Third Stage of Labour. In Marshall,
J. E., & Raynor, M. D. Myles Textbook for Midwives E-Book. Elsevier Health
Sciences.
Boelig, R. C., Manuck, T., Oliver, E. A., Di Mascio, D., Saccone, G., Bellussi, F., &
Berghella, V. (2020). Labor and Delivery Guidance for COVID-19. American
Journal of Obstetrics & Gynecology MFM, 2(2).
Crafter, H., & Brewster, J. (2014). Common Problems Associated with Early and
Advanced Pregnancy. In Marshall, J. E., & Raynor, M. D. Myles Textbook for
Midwives E-Book. Elsevier Health Sciences.
Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., et al. (2010). Williams Obstetrics, 23rd
Edition. New York: McGraw-Hill.
Downe, S. (2011). Care in The Second Stage of Labour. In Macdonald, S. Mayes'
Midwifery E-Book: A Textbook for Midwives. Elsevier Health Sciences.
Downe, S., & Marshall, J.E. (2014). Physiology and Care During the Transition and
Second Stage Phases of Labour. In Marshall, J. E., & Raynor, M. D. Myles
Textbook for Midwives E-Book. Elsevier Health Sciences.
Flint, J., & Townend, S. (2014). Intrapartum Midwifery Care. In Lewis, L. (Ed.).
Fundamentals of Midwifery: A Textbook for Students. John Wiley & Sons.
Harris, T. (2011). Care in The Second Stage of Labour. In Macdonald, S. Mayes'
Midwifery E-Book: A Textbook for Midwives. Elsevier Health Sciences.
Horsch, A., & Ayers, S. (2016). Childbirth and Stress. In Stress: Concepts, Cognition,
Emotion, and Behavior, pp. 325-330.
ICM. (2020). Women’s Rights in Childbirth Must be Upheld During the Coronavirus
Pandemic.
Jackson, K. (2011). Sexuality. In Macdonald, S. Mayes' Midwifery E-Book: A
Textbook for Midwives. Elsevier Health Sciences.
Jackson, K., Marshall, J.E., & Brydon, S. (2014). Physiology and Care During the First
Stage of Labour. In Marshall, J. E., & Raynor, M. D. Myles Textbook for
Midwives E-Book. Elsevier Health Sciences.

31
Kean, L., Godfrey, A., & Sullivan, A. (2014). Antenatal Screening of The Mother and
Fetus. In Marshall, J. E., & Raynor, M. D. Myles Textbook for Midwives E-Book.
Elsevier Health Sciences.
Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Lewis, L. (2014). Fundamentals of Midwifery: A Textbook for Students. John Wiley &
Sons.
Murray, I., & Hassall, J. (2014). Change and Adaptation in Pregnancy. In Marshall, J.
E., & Raynor, M. D. Myles Textbook for Midwives E-Book. Elsevier Health
Sciences.
National Research Council. (2010). Weight Gain During Pregnancy: Reexamining the
Guidelines. National Academies Press.
Patrick, K., & Saidi, A. (2018). Pregnancy in Congenital Heart Disease: A Review for
the General Cardiologist. Cardiovascular Innovations and Applications, 3(1), 31-
39.
Queensland Clinical Guidelines. (2017). Maternity and Neonatal Clinical Guideline:
Normal birth. Queensland Government
Thakar, R., Sultan, A.H., Raynor, M.D., McCormick, C., & Clarke, K. (2014). Care of
The Perineum, Repair and Female Genital Mutilation. In Marshall, J. E., &
Raynor, M. D. Myles Textbook for Midwives E-Book. Elsevier Health Sciences.
Tyastuti, S. & Wahyuningsih, H.P. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Warnes, C. A. (2015). Pregnancy and Delivery in Women with Congenital Heart
Disease. Circulation Journal, CJ-15.
Walsh, D. (2011). Care in The First Stage of Labour. In Macdonald, S. Mayes'
Midwifery E-Book: A Textbook for Midwives. Elsevier Health Sciences

32

Anda mungkin juga menyukai