Anda di halaman 1dari 102

PENGARUH TEKNIK EFFLEURAGE MASSAGE TERHADAP

PENURUNAN INTENSITAS NYERI ABDOMEN IBU


POSTPARTUM 6 JAM - 2 HARI DI RUMAH BERSALIN
ANDIR KECAMATAN CIRANJANG
KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Kebidanan

INDAH AYU NURLESTARI


6221266

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
PENGESAHAN

Tugas akhir ini telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Tugas Akhir
Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali
dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kebidanan pada
bulan Agustus Tahun 2022.

Judul Tugas Akhir : Pengaruh Teknik Effleurage Massage Terhadap


Penurunan Intensitas Nyeri Abdomen Pada Ibu
Postpartum 6 Jam – 2 Hari Di Rumah Bersalin Andir
Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun
2022
Nama Mahasiswa : Indah Ayu Nurlestari
NPM : 6221266

Dewan Penguji

Penguji : Intan Karlina, S.S.T., Bd., M.Keb (.............................)

Pembimbing Utama : Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb (............................)

Pembimbing Pendamping : Irma Mulyani, S.S.T., M.Tr.Keb (.............................)

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali

Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb


Program Studi Sarjana Kebidanan
2022

PENGARUH TEKNIK EFFLEURAGE MASSAGE TERHADAP PENURUNAN


INTENSITAS NYERI ABDOMEN PADA IBU POSTPARTUM
6 JAM – 2 HARI DI RBA KECAMATAN CIRANJANG
KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2022

Indah Ayu N, Erni Hernawati, Irma Mulyani


Email: ayui29023@gmail.com
ABSTRAK

Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada
persalinan normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman
pada ibu terutama daerah abdomen akibat kontraksi uterus. Cara mengurangi nyeri
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Secara
non farmakologi yang dapat dilakukan adalah relaksasi, aplikasi panas dan dingin,
akupresur dan akupuntur, effleurage massage.
Mengetahui pengaruh teknik effleurage massage terhadap penurunan
intensitas nyeri abdomen ibu postpartum 6 jam – 2 hari di RBA Kecamatan
Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun 2022.
Penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperiment dengan pendekatan
One Group Pre-Post Test Design. Sampel yang digunakan adalah ibu postpartum
yang berjumlah 30 responden dengan pengambilan sampel menggunakan total
Sampling. Teknik analisis data menggunakan wilcoxon signed ranged test.
Berdasarkan penelitian ini diketahui rerata sebelum dilakukan intervensi 6
(nyeri sedang) dan rerata setelah dilakukan intervesi adalah 2 (nyeri ringan). Hasil
uji hipotesis menunjukkan bahwa signifikansi 0,000 < 0,05.
Terdapat pengaruh intensitas nyeri abdomen sebelum dan sesudah
intervensi.

Kata kunci : effleurage massage, nyeri, abdomen


KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “pengaruh teknik effleurage massage terhadap intensitas
nyeri abdomen ibu postpartum 6 jam - 2 hari di Rumah Bersalin Andir Kecamatan
Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun 2022.”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah syarat menyelesaikan skripsi
pada program studi Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan.
Walaupun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Untuk
mencapai kesempurnaan penulis dan analisisnya, maka penulis membuka diri untuk
menerima masukan-masukan dan berharap mendapatkan kritikan yang membangun
dan bersifat positif. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan dukungan
dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb. selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Rajawali Bandung sekaligus pempimbing utama yang telah berkenan
memberikan ilmu, masukan, kritik dan meluangkan waktunya untuk
mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian ini.
3. Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Tr.Keb. selaku Penanggung Jawab Program Studi
Sarjana Kebidanan Institut Rajawali Bandung.
4. Sukardy, dr., Sp.OG. selaku pemilik RBA yang telah berkenan memberikan
izin dalam melakukan penelitian ini.
5. Irma Mulyani, S.S.T., M.Tr.Keb. selaku Pembimbing Pendamping yang telah
berkenan memberikan ilmu, masukan, kritik dan meluangkan waktunya untuk
mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian ini.

iii
6. Intan Karlina, S.S.T., Bd., M.Keb selaku penguji yang telah berkenan
memberikan ilmu, masukan dan kritik dalam penelitian ini.
7. Bapak/Ibu dosen Program Studi Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali
Bandung yang telah memberikan banyak ilmu selama penulis menempuh studi
di Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
8. Seluruh civitas akademika yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril
maupun materil.
9. Suami dan kedua orang tua yang selalu memberikan do’a dan dukungan
selama penulisan ini.
Semoga atas kebaikan yang bersangkutan Allah SWT memberikan balasan
yang berlipat ganda, Aamin Yaa Robbal’ Aalamiiin.
Akhirnya, besar harapan penulis semoga Allah SWT meridhoi kita semua
dan tulisan ini semoga memberikan manfaat khususnya bagi perkembangan
pendidikan.

Bandung, Agustus 2022

Indah Ayu NurLestari

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah......................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................... 5
1.5 Hipotesis Penelitian....................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Postpartum........................................................................ 7
2.2 Konsep Nyeri................................................................................. 32
2.3 Konsep Dasar Effleurage massage................................................ 44
2.4 Kerangka Teori.............................................................................. 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian.................................................................... 51
3.2 Kerangka Penelitian....................................................................... 52
3.3 Variabel Penelitian........................................................................ 52
3.4 Definisi Operasional...................................................................... 53
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian..................................................... 53
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian..................... 54
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data................................... 57
3.8 Etika Penelitian.............................................................................. 61
3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................63

v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian..............................................................................64
4.2 Pembahasan...................................................................................65
4.3 Keterbatasan Penelitian..................................................................71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan........................................................................................72
5.2 Saran..............................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proses Involusi Uterus............................................................. 36


Tabel 2.2 Tindakan Metode Effleurage Massage................................... 46
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian.............................................................. 52
Tabel 3.2 Definisi Operasional................................................................ 53
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Distribusi frekuensi intensitas nyeri abdomen
pada ibu postpartum 6 jam – 2 hari sebelum diberikan intervensi
effleurage massage di Rumah Bersalin Andir Kecamatan
Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun 2022.............................. 64
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi intensitas nyeri abdomen pada ibu postpartum
6 jam – 2 hari setelah diberikan intervensi effleurage massage di
Rumah Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur
tahun 2022.............................................................................. 65
Tabel 4.3 Pengaruh massage effleuarge terhadap penurunan intensitas nyeri
abdomen pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Andir di
Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun 2022.......... 65

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Visual Analog Scale............................................................. 39


Gambar 2.2 Numeric Rating Scale.......................................................... 39
Gambar 2.3 Verbal Rating Scale............................................................. 40
Gambar 2.4 Face Pain Scale................................................................... 40
Gambar 2.5 Effleurage Massage............................................................. 45
Gambar 2.6 Kerangka Teori.................................................................... 50
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian............................................................ 52

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Kegiatan Bimbingan Tugas Akhir


Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Penelitan
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 : Instrumen Penelitian
Lampiran 5 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 7 : Master tabel
Lampiran 8 : Riwayat Hidup Penulis

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Postpartum atau masa nifas disebut juga Puerperium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata Puer yang berarti bayi dan Parous yang berarti
melahirkan. Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah
kelahiran. Namun secara populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6
minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal (Chunningham,
2014).
Pada masa postpartum ibu akan mengalami suatu proses adaptasi
psikologis, dimana suatu proses penerimaan peran baru sebagai orangtua yang
dialami oleh seorang wanita. Adaptasi ini dibagi menjadi beberapa fase,
diantaranya fase taking in, fase taking hold, dan fase letting go. Perubahan
fisiologis yang terjadi pada ibu yang post partum mengalami perubahan sistem
reproduksi ialah mengalami proses pengerutan pada uterus setelah plasenta
lahir akibat kontraksi otot – otot polos pada uterus. Dimana perubahan adaptasi
psikologis adanya rasa ketakutan dan rasa kekhawatiran yang dialami ibu yang
baru saja melahirkan. Hal tersebut dapat berdampak kepada ibu yang sedang
berada pada masa postpartum menjadi sensitif (Wahyuni, 2018).
Menurut World Health Organization (2018) memperkirakan dalam
upaya pencapaian dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan
pelayanan kesehatan ibu diperioritaskan yaitu dengan menurunkan AKI
(Angka Kematian Ibu) menjadi 70/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya - upaya yang terkait dengan
kehamilan, kelahiran dan fisik.
Ketidaknyamanan postpartum adalah perasaan tidak nyaman yang
berhubungan dengan kondisi setelah melahirkan. Ketidaknyamanan
postpartum disebabkan oleh trauma perineum selama persalinan, involusi
uterus, proses pengembalian ukuran rahim ke ukuran semula, pembengkakan
payudara dimana alveoli mulai terisi ASI, kekurangan dukungan dari

1
2

keluarga dan tenaga kesehatan, ketidaktepatan posisi duduk, dan faktor


budaya (Kemenkes RI, 2018).
Menurut American Medical Association (2013) nyeri adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual ataupun potensial. Nyeri merupakan alasan
utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan dan yang paling
banyak dikeluhkan.
Menurut Asmadi (2008) nyeri dapat diartikan berbeda – beda antara
individu ini tergantung pada peresepsinya. Meskipun demikian ada satu
kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana nyeri dapat diartikan
sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan sehingga individu
menderita pada akhirnya akhirnya dapat mengganggu aktivitasnya sehari–
hari, psikis, fisiologis, serta emosional.
Menurut Andarmoyo (2013) banyak cara yang bisa dilakukan untuk
mengatasi nyeri, yaitu dengan terapi farmakologis maupun terapi non
farmakologis. Salah satu terapi non farmakologis yang dilakukan dalam
mengurangi nyeri adalah dengan memberikan terapi pada ibu ynag disebut
dengan teknik effleurage massage.
Menurut Parulian (2014) Terapi massage atau pijatan sebagai upaya
untuk mengurangi rasa nyeri yaitu effleurage massage. Effleurage adalah
bentuk pijatan dengan menggunakan telapak tangan yang dilakukan dengan
tekanan lembut dari arah bawah menuju ke atas (jantung) dengan arah yang
memutar beraturan dilakukan secara berulang. Adanya tekanan yang lembut,
gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan,
meningkatkan relaksasi fisik serta mental dan menghangatkan otot – otot
abdomen pada ibu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widayati, Ida dan Sri
Mulyati 2021 didapatkan pada kelompok intervensi skore penurunan nyeri
(median 4), lebih tinggi dibandingkan penurunan skore nyeri pada kelompok
kontrol (median 2), hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian
effleurage massase menggunakan essensial oil dan teh serai (Cymbopogon
3

sp.) terhadap nyeri pada ibu postpartum.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hamrani (2021) masa
postpartum merupakan masa yang berlangsung selama kurang lebih 6 minggu
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir saat alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Salah satu perubahan fisiologis yang
dialami oleh ibu postpartum, yaitu kontraksi uterus dan menyebabkan nyeri
yang dapat mengganggu kenyamanan ibu di masa postpartum. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa effleurage massage terbukti aman dalam
menurunkan nyeri pada masa postpartum.
Besarnya angka nyeri yang dialami ibu postpartum membuat peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “Penerapan teknik effleurage massage
terhadap intensitas nyeri abdomen ibu postpartum 6 jam - 2 hari di RBA
Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun 2022”.

1.2. Identifikasi Masalah


RBA (Rumah Bersalin Andir) merupakan klinik bersalin yang
didirikan oleh Sukardy, dr., Sp.OG pada tanggal 10 Oktober 2010. Selama 12
tahun beroperasi RBA ini sudah banyak membantu para ibu bersalin dengan
dibantu oleh 8 orang tenaga bidan, 2 orang tim laboratorium dan 2 orang tim
administrasi. Seperti pada klinik bersalin pada umumnya di RBA ini
memberikan pelayanan ANC, INC, PNC dan KB.
Berdasarkan laporan catatan registrasi di RBA pada tahun 2021
terdapat 445 pasien dengan post partum normal maupun tindakan. Sedangkan
pada bulan November 2021– Januari 2022 dari hasil laporan catatan registrasi
perawat di ruangan terdapat sebanyak 112 pasien dengan postpartum normal
maupun dengan tindakan. Berdasarkan pengamatan oleh bidan mobilisasi dini
tidak semua terlaksana dengan baik karena ada beberapa pasien yang
mengeluhkan nyeri perut setelah bersalin sehingga aktivitasnya harus dibantu
baik oleh keluarga, maupun bidan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara pada 10 ibu
postpartum di RBA didapatkan informasi bahwa sebagian besar
4

menyampaikan karena rasa sakit atau mules perut yang dirasakan setelah
persalinan. Dari masalah mules yang dirasakan menyebabkan involusi uterus
terhambat dikarenakan masih banyak ibu yang melakukan mobilisasinya
terlambat dan keluar darah berupa gumpalan, tentu hal ini memerlukan
penanganan farmakologi dan non farmakologi.
Maka diperlukan tindakan untuk mengurangi rasa sakit pada ibu
postpartum, selama ini sering dilakukan tindakan farmakologis berupa
pemberian obat analgetik pada ibu postpartum padahal ada terapi non
farmakologis yang bisa diberikan selain aman juga tidak memiliki efek
samping terhadap ibu postpartum. Maka dari itu peneliti mencoba melakukan
penelitian mengenai tindakan non farmakologis untuk menurangi rasa sakit
ibu, salah satunya dengan dilakukan effleurage massage pada ibu postpartum,
karena effleurage massage adalah teknik massage yang mudah dilakukan,
tidak mengeluarkan biaya banyak serta bisa dilakukan oleh keluarga dan tidak
ada efek samping.
Effluerage massage ini menurunkan rasa kesakitan pada ibu,
sehingga dapat menurunkan angka komplikasi pada ibu seperti subinvolusi
uteri, gangguan mobilisasi dan gangguan pada ibu menyusui. Tindakan
effleurage massage sangat diperlukan bagi ibu postpartum, karena tindakan
ini dapat membantu mengurangi rasa nyeri nonfarmakologis.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh teknik effleurage message terhadap
penurunan intensitas nyeri abdomen ibu postpartum 6 jam – 2 hari di Rumah
Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun 2022?.”
5

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh teknik
effleurage message terhadap penurunan intensitas nyeri abdomen ibu
postpartum 6 jam - 2 hari di Rumah Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang
Kabupaten Cianjur Tahun 2022.
1.4.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah;
1. Mengetahui rerata intensitas nyeri abdomen ibu postpartum 6 jam - 2
hari sebelum diberikan teknik effleurage message di Rumah Bersalin
Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun 2022;
2. Mengetahui rerata intensitas nyeri abdomen ibu postpartum 6 jam - 2
hari setelah diberikan teknik effleurage massage di Rumah Bersalin
Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun 2022;
3. Mengetahui pengaruh teknik effleurage massage terhadap intensitas
nyeri abdomen ibu postpartum 6 jam - 2 hari di Rumah Bersalin Andir
Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun 2022.

1.5. Hipotesis Penelitian


Ada pengaruh antara teknik effleurage massage terhadap penurunan
intensitas nyeri abdomen ibu postpartum 6 jam - 2 hari di Rumah Bersalin
Andir Ciranjang Kabupaten Cianjur Cianjur Tahun 2022.

1.6. Manfaat Penelitian


1.6.1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah keilmuan khususnya asuhan ibu postpartum di
bidang teknik effleurage massage yang bisa menurunkan intensitas nyeri
abdomen pada ibu postpartum.
6

1.6.2. Manfaat Praktis


1. Responden
Hasil penelitian ini membantu mengatasi permasalahan pasien,
terutama dalam masalah nyeri abdomen pada ibu postpartum 6 jam - 2
hari di RBA tahun 2022.
2. Bagi RBA (Rumah Bersalin Andir)
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan masukan di RBA
terutama dalam meningkatkan kualitas yang baik dalam pelayanan
pada ibu postpartum yang mengalami nyeri abdomen, sehingga bisa
dijadikan standar prosedur operasional pelayanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Postpartum


2.1.1 Pengertian Postpartum
Periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Periode ini kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan
(Bobak, 2017).
2.1.2 Tahapan Masa Postpartum
Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan menurut Bobak (2017) yaitu:
a. Puerperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam postpartum,
yaitu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari
postpartum, yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu postpartum.
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi (Bobak, 2017).
2.1.3 Kebijakan Program Nasional Masa Postpartum
Kujungan postpartum dilakukan minimal 4 kali untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.
a. 6-8 jam setelah persalinan.
b. 6 hari setelah persalinan.
c. 2 minggu setelah persalinan.
d. 6 minggu setelah persalinan.

7
8

2.1.4 Mobilisasi Dini


Mobilisasi dini yaitu membimbing klien keluar dari tempat
tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan. Dimana
keuntungan dari mobilisasi dini salah satunya yaitu klien merasa lebih
baik, lebih sehat dan lebih kuat, kontraksi usus kan kandung kemih lebih
baik dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu dalam merawat
bayinya. Sehingga bagi ibu postpartum penurunan TFU dapat dilakukan
mobilisasi dini salah satunya yaitu dengan menyusui bayinya atau merawat
bayinya, dengan jalan-jalan, miring kanan dan kiri ketika tidur. Dengan
demikian mobilisasi dini ibu postpartum lebih efektif dalam mempercepat
involusi uteri.
Selain itu ibu postpartum dapat melakukan mobilisasi dini dengan
baik meskipun ada rasa nyeri namun ibu dapat menahannya. Dengan
kemampuan ibu melakukan gerak atau mobilisasi sedini mungkin akan
memberikan kepercayaan diri bahwa ibu merasa sehat sehingga hal ini
sangat menguntungkan bagi pemulihan ibu pasca bersalin, selain itu
dengan mobilisasi dini ibu dapat terhindar dari keluhan otot kaku, sendi
kaku. Mobilisasi dini juga dapat mengurangi nyeri, dapat memperlancar
peredaran darah, meningkatkan pengaturan metobolisme tubuh, dan kerja
organ-organ cepat pulih (Khasanah, 2020).
2.1.5 Perubahan Fisiologi Masa Postpartum
1. Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan
berotot, berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan
berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar
sekitar 5-5,5 cm tebal 2,5 cm. Dinding uterus terdiri dari otot polos dan
tersusun atas 3 lapis, yaitu :
a. Perimetrium, yaitu lapisan terluar yang berfungsi sebagai pelindung
uterus
9

b. Miometrium, yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan befungsi
untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan melebar dan kembali
ke bentuk semula setiap bulanya.
c. Endometrium, merupakan lapisan terdalam yang kaya akan sel
darah merah.
2. Serviks
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yng bentuknya
menyempit sering disebut sebegai leher rahim. Serviks menghubungkan
uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin, setelah
persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong hal ini
disebabkan karena korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks
tidak berkontraksi. Setelah janin dilahirkan serviks masih dapat dilewati
oleh tangan pemeriksa, 2 jam bisa dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1
minggu bisa dilewati oleh 1 jari (Varney, 2012).
3. Vulva dan Vagina
Vulva merupakan organ reproduksi eksterna berbentuk
lonjong, bagian depan dibatasi oleh clitoris, bagian belakang oleh
perineum bagian kiri dan kanan oleh labia minora, dibawah clitoris
terdapat orifisium uretra eksterna yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya urine. Vagina merupakan saluran yang menghubungkan
rongga uterus dengan tubuh bagian luar, dinding depan dan belakang
vagina berdekatan dengan ukuran panjang ± 6,5 cm dan ± 9 cm. Bentuk
vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae, lipatan ini yang
memungkinkan vagina melebar saat persalinan.
Vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat dikeluarkanya
secret yang berasal dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut
lochea. Karakteristik lochea berdasarkan jenisnya (Varney, 2012):
a. Lochea Rubra
Timbul pada hari 1-2 postparum, terdiri dari darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa,
lanugo dan meconium.
10

b. Lochea Sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3-7 postpartum, berupa darah bercampur
lendir.
c. Lochea Serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu
postpartum.
d. Lochea Alba
Timbul setelah 2 mingu postpartum hanya berupa cairan putih.
4. Perubahan Sistem Pencernaan
Dinding abdominal menjadi lunak setelah proses persalinan
karena perut yang meregang selama kehamilan. Ibu postpartum akan
mengalami beberapa derajat tingkat diastati recti, yaitu terpisahnya dua
parallel otot abdomen, kondisi ini akibat peregangan otot abdomen
selama kehamilan. Tingkat keparahan diastatis recti bergantung pada
kondisi umum wanita dan tonus ototnya, apakah ibu berlatih kontinyu
untuk mendapat kembali kesamaan otot abodimalnya atau tidak.
Pada saat postpartum nafsu makan ibu bertambah. Ibu dapat mengalami
obstipasi karena waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan,
pengeluaran cairan yg berlebih, kurang makan, haemoroid, laserasi
jalan lahir, pembengkakan perineal yg disebabkan episiotomi. Supaya
buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,
peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila tidak berhasil,
dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia (Varney, 2012).
5. Perubahan Sistem Perkemihan
Kandung kencing dalam masa postpartum kurang sensitif dan
kapasitasnya akan bertambah, mencapai 3000 ml per hari pada 2– 5 hari
postpartum. Hal ini akan mengakibatkan kandung kencing penuh. Sisa
urine dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Lebih kurang 30– 60% wanita
mengalami inkontinensial urine selama periode postpartum. Bisa
trauma akibat kehamilan dan persalinan, Efek Anestesi dapat
11

meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih, dan nyeri perineum


terasa lebih lama, Dengan mobilisasi dini bisa mengurangi hal diatas.
Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali pada akhir postpartum
minggu ke empat.
Sekitar 40% wanita postpartum akan mempunyai proteinuria
nonpatologis sejak pasca salin hingga hari kedua postpartum.
Mendapatkan urin yang valid harus diperoleh dari urin dari kateterisasi
yang tidak terkontaminasi lochea.
a. Musculoskeletal
Otot– otot uterus berkontraksi segera setelah partus.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman
otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta diberikan.
Pada wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan,
abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak
seperti masih hamil. Dalam 2 minggu setelah melahirkan, dinding
abdomen wanita itu akan rileks. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk
dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Kulit
memperoleh kambali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil striae
menetap (Varney, 2012).
b. Endokrin
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan, HCG
menurun dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke
tujuh sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke- 3 post partum.
Pada hormon pituitary prolaktin meningkat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat
pada minggu ke- 3.
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga
dapat dipengerahui oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi
pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan
12

progesterone. Setelah persalinan terjadi penurunan kadar estrogen


yang bermakna sehingga aktifitas prolactin juga sedang meningkat
dapat mempengaruhi kelenjar mammae dalam menghasilkan ASI .
6. Kardiovaskuler
Pada keadaan setelah melahirkan perubahan volume darah
bergantung beberapa faktor, misalnya kehilangan darah, curah jantung
meningkat serta perubahan hematologi yaitu fibrinogen dan plasma
agak menurun dan Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen
dan plasma, leukositosis serta faktor-faktor pembekuan darah
meningkat. Pada hari postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun dan faktor pembekuan darah meningkat (Bobak, 2017).
7. Perubahan tanda- tanda vital yang terjadi masa postpartum:
a. Suhu badan
Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan meningkat
sedikit (37,5 – 380C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal
suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan
naik lagi karena adanya pembekuan ASI.
a. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
permenit. Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat.
Setiap denyut nadi yang melebihi 100x/menit adalah abnormal dan
hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena
adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum
1. Hematologi
Leokositoisis, yang meningkatan jumlah sel darah yang putih
hingga 15.000 selama proses persalinan, tetap meningkat untuk
13

sepasang hari pertama postpartum. Jumlah sel darah putih dapat


menjadi lebih meningkat hingga 25.000 atau 30.000 tanpa mengalami
patologis jika wanita mengalami proses persalinan diperlama (Bobak,
2017).
Meskipun demikian, berbagai tipe infeksi mungkin dapat
dikesampingkan dalam temuan tersebut.
Jumlah normal kehilangan darah dalam persalinan pervaginam
500 ml, seksio secaria 1000 ml, histerektomi secaria 1500 ml. Total
darah yang hilang hingga akhir masa postpartum sebanyak 1500 ml,
yaitu 200-500 ml pada saat persalinan, 500-800 ml pada minggu
pertama postpartum ±500 ml pada saat puerperium selanjutnya. Total
volume darah kembali normal setelah 3 minggu postpartum. Jumlah
hemoglobin normal akan kembali pada 4-6 minggu postpartum.
2.1.6 Perubahan Psikologis Masa Postpartum
Ada tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai
orangtua, yaitu fase dependen, fase dependen-interdependen dan fase
interdependen (Bobak, 2017).
Fase dependen dimulai selama satu hari sampai dua hari pertama
setelah melahirkan, ketergantungan ibu terhadap orang lain sangat
menonjol. Ibu mengharap segala kebutuhannya dapat dipenuhi oranglain,
ibu memindahkan energi psikologisnya kepada anaknya. Rubin menyebut
fase ini sebagai fase taking in (Bobak, 2017). Periode ini adalah suatu
waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orangtua sangat suka
mengkomunikasikannya (periode pink). Mereka merasa perlu
menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran
dengan kata-kata. Kecemasan dan keasyikan terhadap peran barunya
sering mempersempit lapang persepsi ibu. Oleh karena itu, informasi yang
diberikan pada waktu ini mungkin perlu diulang.
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan sosial dari suami,
keluarga, teman maupun tenaga kesehatan. Jika pada fase ini ibu tidak
14

mendapatkan dukungan, maka periode pink ini akan menjadi periode blues
pada fase berikutnya (fase taking hold) (Bobak, 2017).
Fase dependen-mandiri, ibu membutuhkan perawatan dan
penerimaan dari oranglain dan keinginan untuk bisa melakukan segala
sesuatu secara mendiri. Ibu berespon dengan penuh semangat untuk
memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi.
Rubin menjelaskan keadaan ini sebagai fase taking hold yang berlangsung
kira-kira 10 hari (Bobak, 2017).
Dalam enam sampai delapan minggu setelah melahirkan,
kemampuan ibu untuk menguasai tugas-tugas sebagai orangtua merupakan
hal yang penting. Beberapa ibu sulit menyesuaikan diri terhadap isolasi
yang dialaminya karena ia harus merawat bayi. Ibu yang memerlukan
dukungan tambahan adalah ibu primipara yang belum mempunyai
pengalaman mengasuh bayi, ibu yang bekerja, ibu yang tidak mempunyai
cukup teman atau keluarga untuk berbagi, ibu yang berusia remaja dan ibu
yang tidak mempunyai suami.
Fase interdependen yaitu ketika ibu dan keluarga bergerak maju
sebagai system dengan para anggota saling berinteraksi. Fase ini
merupakan fase yang penuh stress bagi orangtua. Kesenangan dan
kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Ibu dan pasangan harus
menyesuaikan perannya masing-masing dalam mengasuh anak, mengatur
rumah dan membina karier (Bobak, 2017).
2.1.7 Kebutuhan Ibu Nifas
1. Kebutuhan Nutrisi
a. Kebutuhan nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum
dan menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses
penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk
pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali
dari kebutuhan biasa (pada perempuan dewasa tidak hamil kebutuhan
15

kalori 2.000-2.500 kal, perempuan hamil 2.500-3.000 kal, perempuan


nifas dan menyusui 3.000-3.800 kal). Nutrisi yang dikonsumsi berguna
untuk melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
memproduksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi (Bobak, 2017).
Pada 6 bulan pertama postpartum, peningkatan kebutuhan
kalori ibu 700 kalori, dan menurun pada 6 bulan ke dua postpartum
yaitu menjadi 500 kalori. Ibu nifas dan menyusui memerlukan makan
makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein
hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan. Menu makanan
seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak
terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin
serta bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu, makanan yang
dikonsumsi ibu postpartum juga harus mengandung:
a) Sumber tenaga (energi)
Sumber energi terdiri dari karbohidrat dan lemak. Sumber
energi ini berguna untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan
baru, penghematan protein (jika sumber tenaga kurang). Zat gizi
sebagai sumber dari karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung,
tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat gizi sumber Lemak adalah
mentega, keju, lemak (hewani) kelapa sawit, minyak sayur, minyak
kelapa, dan margarine (nabati).
b) Sumber pembangun (protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan mengganti sel-
sel yang rusak atau mati. Protein dari makanan harus diubah
menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan
dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena. Sumber zat gizi
protein adalah ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati,
telur, susu, keju (hewani) kacang tanah, kacang merah, kacang
hijau, kedelai, tahu dan tempe (nabati). Sumber protein terlengkap
16

terdapat dalam susu, telur, dan keju yang juga mengandung zat
kapur, zat besi, dan vitamin B.
c) Sumber pengatur dan pelindung (air, mineral dan vitamin)
Zat pengatur dan pelindung digunakan untuk melindungi
tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme
dalam tubuh (Saifudin, 2016).
1) Air
Ibu menyusui sedikitnya minum 3-4 liter setiap hari (anjurkan
ibu minum setiap kali selesai menyusui). Kebutuhan air minum
pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama minimal adalah 14
gelas (setara 3-4 liter) perhari, dan pada 6 bulan kedua adalah
minimal 12 gelas (setara 3 liter). Sumber zat pengatur dan
pelindung bisa diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-
buahan segar.
2) Mineral
Jenis–jenis mineral penting dan dibutuhkan pada ibu nifas dan
menyusui adalah:
a. Zat kapur atau calcium berfungsi untuk pembentukan tulang
dan gigi anak, dengan sumber makanannya adalah susu,
keju, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
b. Fosfor diperlukan untuk pembentukan kerangka tubuh,
sumber makananya adalah susu, keju dan daging.
c. Zat besi, tambahan zat besi sangat penting dalam masa
menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah
dan sel, serta penambahan sel darah merah sehingga daya
angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi
adalah kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang-
kacangan dan sayuran hijau.
d. Yodium, sangat penting untuk mencegah timbulnya
kelemahan mental dan kekerdilan fisik, sumber makanannya
adalah minyak ikan, ikan laut, dan garam beryodium.
17

3) Vitamin, jenis-jenis vitamin yang dibutuhkan oleh ibu nifas dan


menyusui adalah:
a. Vitamin A, digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi
dan tulang, perkembangan saraf penglihatan, meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap infeksi (Saifudin, 2016).
Sumber vitamin A adalah kuning telur, hati, mentega,
sayuran berwarna hijau, dan kuning. Selain sumber-sumber
tersebut ibu menyusui juga mendapat tambahan kapsul
vitamin A (200.000 IU).
b. Vitamin B1 (Thiamin), diperlukan untuk kerja syaraf dan
jantung, membantu metabolisme karbohidrat secara tepat
oleh tubuh, nafsu makan yang baik, membantu proses
pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh
terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumber vitamin
B1 adalah hati, kuning telur, susu, kacang-kacangan, tomat,
jeruk, nanas, dan kentang bakar.
c. Vitamin B2 (riboflavin) dibutuhkan untuk pertumbuhan,
vitalitas, nafsu makan, pencernaan, sistem urat syaraf,
jaringan kulit, dan mata. Sumber vitamin B2 adalah hati,
kuning telur, susu, keju, kacang-kacangan, dan sayuran
berwarna hijau (Bobak, 2017).
2. Kebutuhan Eliminasi
Mengenai kebutuhan eliminasi pada ibu postpartum adalah
sebagai berikut:
a. Miksi, seorang ibu nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil
spontan setiap 3-4 jam.
1) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien.
2) Mengompres air hangat di atas simpisis.
3) Apabila tindakan di atas tidak berhasil, yaitu selama selang waktu
6 jam tidak berhasil, maka dilakukan kateterisasi. Namun dari
tindakan ini perlu diperhatikan risiko infeksi saluran kencing.
18

b. Defekasi
Agar buang air besar dapat dilakukan secara teratur dapat dilakukan
dengan diet teratur, pemberian cairan banyak, makanan yang cukup
serat dan olah raga. Jika sampai hari ke 3 postpartum ibu belum bisa
buang air besar, maka perlu diberikan supositoria dan minum air
hangat.
3. Kebutuhan ambulasi, istirahat dan excercise atau senam nifas
Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga early
ambulation, yaitu upaya sesegera mungkin membimbing klien keluar dari
tempat tidurnya dan membimbing berjalan. Klien diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan yang diperoleh
dari early ambulation adalah:
a. Klien merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. Sirkulasi dan peredaran darah menjadi lebih lancar (Bobak, 2017).
2.1.8 Tanda Bahaya Postpartum
Menurut Wahyuningsih (2018) tanda bahaya postpartum sebagai berikut:
1. Perdarahan Postpartum, perdarahan postpartum dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut:
a. Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage)
adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir, atau perdarahan dengan volume seberapapun
tetapi terjadi perubahan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital
sudah menunjukkan analisa adanya perdarahan. Penyebab utama
adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan
jalan lahir. Terbanyak dalam 1 hari pertama.
b. Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage)
adalah perdarahan dengan konsep pengertian yang sama seperti
perdarahan postpartum primer namun terjadi setelah 24 jam
postpartum hingga masa postpartum selesai. Perdarahan
postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi
19

antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. Penyebab utama adalah


robekan jalan lahir dan sisa placenta.
Perdarahan postpartum merupakan penyebab penting kematian
maternal khususnya di negara berkembang. Perdarahan pervaginam yang
melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan
postpartum, namun dari beberapa kajian evidence based menunjukkan
terdapat beberapa perkembangan mengenai lingkup definisi perdarahan
postpartum.
Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut
bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar
pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan lantai. Volume darah
yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin
ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal kadangkala dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah, namun kehilangan darah
dapat berakibat fatal pada keadaan anemia. Seorang ibu yang sehat dan
tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu
beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian faktor resiko pada saat antenatal dan intranatal tidak
sepenuhnya dapat memperkirakan terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua
ibu yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan
pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu postpartum harus
dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan postpartum
(Wahyuningsih,2018).
1. Infeksi pada masa postpartum
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan,
Infeksi masa postpartum masih merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas ibu. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa
postpartum. Infeksi yang meluas kesaluran urinari, payudara, dan pasca
20

pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi.


Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi
cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri
pada payudara atau adanya disuria.
1. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina
dalam masa postpartum sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari
pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan
ini berasal dari bekas melekatnya atau implantasi placenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut
Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari
pasca persalinan.
a. Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
hari ke 3-7 pasca persalinan.
b. Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
c. Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
d. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
e. Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas
kemungkinan dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang
kurang baik.
b. Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih
banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.
c. Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga
lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
d. Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian
bawah kemungkinan analisa diagnosisnya adalah metritis. Metritis
21

adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu


penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau
kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik
(Wahyuningsih,2018).
1. Sub involusi uterus (Pengecilan uterus yang terganggu).
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60
mg pada 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu di sebut sub involusi. Faktor penyebab sub involusi, antara
lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri.
Pada keadaan sub involusi, pemeriksaan bimanual di temukan
uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi,
lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula perdarahan.
Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari
di tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan
kuretase. Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi. Bidan
mempunyai peran untuk mendeteksi keadaan ini dan mengambil
keputusan untuk merujuk pada fasilitas kesehatan rujukan (Sari, 2018).
1. Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda dan
gejala komplikasi postpartum seperti Peritonitis. Peritonitis adalah
peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan
kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi. Menurut Mochtar
(2002), gejala klinis peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis, tanda dan gejalanya
adalah demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap
baik, pada pemeriksaan dalam kavum dauglas menonjol karena ada
abses.
b. Peritonitis umum, tanda dan gejalanya adalah suhu meningkat nadi
cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin,
anorexia, kadang-kadang muntah.
22

1. Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik, dan
penglihatan kabur
Pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada postpartum. Pusing
bisa disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Sistol ≥140 mmHg dan
diastolnya ≥90 mmHg). Pusing yang berlebihan juga perlu diwaspadai
adanya keadaan preeklampsi/eklampsi postpartum, atau keadaan
hipertensi esensial. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga
disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin <10 gr%. Lemas yang
berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas
dapat disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori
sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah. Upaya
penatalaksanaan pada keadaan ini dengan cara sebagai berikut.
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
d. Minum suplemen zat besi untuk menambah zat besi setidaknya selama
40 hari pasca bersalin.
e. Minum suplemen kapsul vitamin A (200.000 IU), untuk meningkatkan
daya tahan tubuh, mencegah infeksi, membantu pemulihan keadaan
ibu serta mentransmisi vitamin A kepada bayinya melalui proses
menyusui.
f. Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
g. Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan
memperlambat proses involusi uterus.
1. Suhu Tubuh Ibu > 38 0C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit
meningkat antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi proses perlukaan
dalam uterus, proses autolisis, proses iskemic serta mulainya laktasi,
dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal ini adalah peristiwa
fisiologis apabila tidak diserta tanda-tanda infeksi yang lain. Namun
23

apabila terjadi peningkatan melebihi 380C berturut-turut selama 2 hari


kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi postpartum adalah keadaan yang
mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa postpartum.
Penanganan umum bila terjadi demam adalah sebagai berikut (Sari,
2018).
a. Istirahat baring.
b. Rehidrasi peroral atau infus.
c. Kompres hangat untuk menurunkan suhu.
d. Jika ada syok, segera berikan pertolongan kegawatdaruratan maternal,
sekalipun tidak jelas gejala syok, harus waspada untuk menilai berkala
karena kondisi ini dapat memburuk dengan keadaan ibu cepat.
1. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh payudara yang tidak disusu
secara adekuat, puting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan
diet yang kurang baik, kurang istirahat, serta anemia. Keadaan ini juga
dapat merupakan tanda dan gejala adanya komplikasi dan penyulit pada
proses laktasi, misalnya pembengkakan payudara, bendungan ASI,
mastitis dan abses payudara.
2. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mempengaruhi
nafsu makan, sehingga terkadang ibu tidak ingin makan sampai kelelahan
itu hilang. Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat,
susu, kopi atau teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang
hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan, karena alat pencernaan
perlu proses guna memulihkan keadaanya kembali pada masa
postpartum.
3. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di wajah maupun
ekstremitas
Selama masa postpartum dapat terbentuk thrombus sementara
pada vena-vena di pelvis maupun tungkai yang mengalami dilatasi.
Keadaan ini secara klinis dapat menyebabkan peradangan pada vena-
24

vena pelvis maupun tungkai yang disebut tromboplebitis pelvica (pada


panggul) dan tromboplebitis femoralis (pada tungkai). Pembengkakan ini
juga dapat terjadi karena keadaan udema yang merupakan tanda klinis
adanya preeklampsi/eklampsi (Sari, 2018).
4. Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih.
Pada masa postpartum awal sensitifitas kandung kemih terhadap
tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma
persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan
kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman, yang
ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi, hematom dinding
vagina.
2.1.9 Kunjungan Masa Postpartum
Menurut Wahyuningsih (2018), pelayanan nifas yang dapat diberikan pada
masa nifas yaitu:
1. Kunjungan nifas pertama (KF 1) diberikan pada enam jam sampai dua
hari setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan
tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan
cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI
Ekslusif enam bulan, pemberian kapsul Vitamin A, minum tablet
tambah darah setiap hari, pelayanan KB pasca persalinan.
2. Kunjungan nifas kedua (KF 2) diberikan pada hari ke-3 sampai hari
ke-7 setelah persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan
tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan
cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI
Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah darah setiap hari, dari
pelayanan KB pasca persalinan.
3. Kunjungan nifas lengkap (KF 3), pelayanan yang dilakukan hari ke-8
sampai ke-28 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan
sama dengan asuhan pada KF 2.
4. Kunjungan nifas keempat (KF 4)
25

Pelayanan yang dilakukan ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan.


Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan asuhan pada KF 3
yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang
keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan
payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah
darah seriap hari, dan KB Persalinan.
2.1.10 Manajemen Laktasi
ASI merupakan cairan hidup yang dinamis, memiliki kandungan
gizi beragam dan lengkap. ASI dengan segala kandungannya sesuai
dengan keadaan bayi yang bersifat alami, bukan sintetik sehingga aman
dan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kandungan utama ASI sebanyak
88% adalah air. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan cairan pada
bayi.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan
sampai usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan
tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu ataupun
air putih. Pada pemberian ASI Eksklusif bayi juga tidak diberikan
makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur tim, dan
sebagainya. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan
bayi selama 6 bulan tanpa makanan pendamping. Setelah bayi berusia
lebih dari 6 bulan, memerlukan makanan pendamping tetapi pemberian
ASI dapat dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun (Wahyuningsih,2018).
1. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi
a. Anatomi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah
kulit, diatas otot dada dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi
bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat
kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan.
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu:
1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
26

3) Papilla, atau putting yaitu bagian yang menonjol di puncak


payudara
2. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu
produksi dan pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio
berumur 18-19 minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi.
Dengan terbentuknya hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi
untuk maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon
yang berfungsi untuk produksi ASI disamping hormon lain seperti
insulin, tiroksin dan sebagainya.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi,
refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting
susu oleh hisapan bayi.
a. Refleks Prolaktin
Dalam putting susu terdapat banyak ujung saraf sensorik. Bila
dirangsang, timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke
kelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan
hormon prolactin. Hormon inilah yang berperan dalam peroduksi
ASI di tingkat alveoli. Refleks aliran (Let Down Reflex).
a. Refleks Aliran Timbul
Rangsang putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar
hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang,
yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi
memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan
didinding saluran, sehingga ASI di pompa keluar.
3. Komposisi Gizi dalam ASI
Penelitian menemukan bahwa ASI Eksklusif membuat bayi
berkembang dengan baik pada usia 6 bulan pertama, atau bahkan pada
usia lebih dari 6 bulan. Kekebalan yang paling besar yang diterima bayi
adalah pada saat diberikan ASI Eksklusif, karena ASI memiliki
kandungan 50% faktor imunisasi yang sudah dikenal. Organisasi
27

Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI pertama


kali dilakukan sejak 1 jam pertama setelah bayi lahir. Macam-macam
ASI diantaranya adalah:
a. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang diproduksi di hari-hari
pertama dan biasanya terjadi selama 4 hari. Bayi perlu sering
menyusu untuk dapat merangsang produksi dan keluarnya ASI.
Komposisi ASI sama dengan nutrisi yang diterima bayi didalam
uterus. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, terutama
Immunoglobulin (IgA, IgG, IgM) (Wahyuningsih,2018).
Protein dalam jumlah yang dominan juga dapat mencegah
gula darah yang rendah. Kolostrum sedikit mengandung lemak dan
karbohidrat. Lemak kolostrum dalam bentuk kolesterol dan lesitin
sehingga bayi sejak dini telah terlatih untuk mengolah kolesterol.
Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10 hingga 17 kali lebih
banyak dibanding ASI matur. Kolostrum berwarna kuning dan bisa
juga berguna sebagai imunisasi pertama.
b. ASI Transisi
ASI transisi mulai di produksi pada hari ke 4-10 setelah
kelahiran. Terjadi perubahan komposisi dari kolostrum ke ASI
transisi, kadar protein dan immunoglobulin berkurang sedangkan
kadar lemak dan karbohidrat lebih meningkat dibanding kolostrum.
Volume ASI transisi juga meningkat dibandingkan dengan
kolostrum, mulai tampak perilaku supply and demans, yaitu ASI
diproduksi sebanyak ASI yang dikeluarkan, tetapi hal ini belum
benar-benar sesuai.
c. ASI Mature
ASI matur diproduksi setelah hari ke-10 sampai akhir
masa laktasi atau penyapihan. ASI matur berwarna putih
kekuningan dan mengandung casient, riboflanum, dan karotin serta
tidak menggumpal bila dipanaskan, dengan volume 300-850 ml per
28

24 jam. ASI matur terus berubah sesuai dengan perkembangan bayi.


Pada malam hari, ASI ini lebih banyak mengandung lemak yang
akan membantu meningkatkan berat badan dan perkembangan otak
yang maksimal.
d. Foremilk – Hindmilk
Pada satu kali menyusui, terdapat 2 macam ASI yang
diproduksi yaitu foremilk terlebih dahulu kemudian hindmilk.
Foremilk berwarna lebih kuning, kandungan utamanya protein,
laktosa, vitamin, mineral, dan sedikit lemak (Wahyuningsih,2018).
Foremilk memiliki kadar air yang yang cukup tinggi
sehingga lebih encer dibanding hindmilk dan diproduksi dalam
jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan cairan. Kebutuhan
cairan bayi seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI dan bayi tidak
memerlukan air tambahan pada 6 bulan awal kehidupannya, bahkan
didaerah panas sekalipun. Sedangkan hindmilk berwarna lebih putih
karena kandungan lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk,
inilah yang membuat bayi terasa kenyang.
Komposisi ASI sangat banyak dan bermanfaat untuk bayi,
diantaranya adalah:
1. Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi
a. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak, sekitar 50%
kalori ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam ASI adalah 3,5 -
4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, akan tetapi
lemak tersebut mudah diserap oleh bayi karena trigelserida
dalam ASI lebih dulu pecah menjadi asam lemak dan gliserol
oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol
ASI lebih tinggi dibanding susu formula, sehingga bayi yang
mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar kolesterol darah
lebih tinggi.
29

Disamping kolesterol, ASI juga mengandung asam lemak


esensial: asam linoleat (omega 6), dan asam linoleat (omega 3),
hal ini disebut esensial karena tubuh manusia tidak dapat
membentuk kedua asam ini dan harus diperoleh dari konsumsi
makanan.
b. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya
paling tinggi dibanding susu mamalia lain (7gr%)
(Wahyuningsih, 2018).
Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan
bantuan enzim lactase yang sudah ada didalam mukosa saluran
pencernaan sejak bayi lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain
yaitu mempertinggi absorbs kalsium dan merangsang
pertumbuhan laktobasilus bifidus.
c. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein
dalam dalam ASI sebesar 0,9% - 60% diantaranya adalah
whey, yang lebih mudah dicerna dibanding kasein (protein
utama susu sapi). Protein mudah dicerna dalam ASI karena
terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam
susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk
pertumbuhan somatik, sedangkan taurin untuk pertumbuhan
otak.
d. Mineral
Mineral dalam susu sapi seperti natrium, kalium, kalsium,
fosfor, magnesium, dan klorida lebih tinggi 3–4 kali dibanding
dengan yang terdapat dalam ASI. Pada pembuatan susu
formula adaptasi kandungan berbagai mineral tersebut harus
diturunkan hingga jumlahnya berkisar 0,25% - 0,34% dalam
setiap 100 ml. Hal ini harus dilakukan karena tubuh bayi belum
30

mampu untuk mengekskresikan atau membuang dengan


sempurna kelebihan mineral tersebut.
2. Mengandung Zat Protektif
Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita penyakit, karena
adanya zat protektif dalam ASI.
a. Laktobasilus Bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam
laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran
pencernaan bersifat asam sehingga menghambat
mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang sering
menyebabkan diare pada bayi, shigela dan jamur
(Wahyuningsih, 2018). Laktobasilus mudah tumbuh cepat
dalam usus bayi yang mendapat ASI, karena ASI mengandung
polisakarida yang berkaitan dengan nitrogen yang diperlukan
untuk pertumbuhan laktobasilus bifidus. Pada susu sapi tidak
mengandung faktor ini, sehingga bayi yang diberi susu formula
lebih sering mengalami diare.
b. Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berkaitan dengan zat besi.
Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml tertinggi
diantara semua cairan biologis. Dengan meningkat zat besi,
maka laktoferin bermanfaat untuk untuk menghambat
pertumbuhan kuman tertentu, yaitu stafilokokus dan E.coli
yang juga memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya.
c. Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri
(bakteriosidal) dan antiinflamatori. Konsentrasinya dalam ASI
sangat banyak (400 mg/ml), dan merupakan komponen terbesar
dan fraksi whey ASI. Keaktifan lisozim ASI beberapa ribu kali
lebih tinggi dibanding susu sapi. Keunggulan lisozim lainnya
adalah bila faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap
31

lanjut ASI, maka lisozim justru meningkat pada 6 bulan


pertama setelah kelahiran.
d. Antibodi
Antibodi dalam ASI dapat bertahan didalam saluran
pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya, sehingga
mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke alam
mukosa usus. Mekanisme antibodi pada ASI adalah sebagai
berikut: apabila ibu mendapat infeksi, maka tubuh ibu akan
membentuk antibodi dan akan disalurkan dengan bantuan
jaringan limfosit (Wahyuningsih, 2018).
4. Manfaat Pemberian ASI
ASI mempunyai banyak manfaat, diantaranya manfaat bagi ibu,
keluarga dan Negara. Manfaat tersebut adalah:
a. Manfaat bagi Ibu
1) Aspek kesehatan ibu
Hisapan bayi pada payudara saat menyusu akan
merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.
Oksitosin membantu dalam proses involusi uterus dan
dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum.
Pencegahan terjadinya perdarahan postpartum dapat
mengurangi prevelensi anemia defisiensi besi. Angka
kejadian karsinoma mammae pada ibu menyusui lebih
rendah dibanding tidak menyusui.
2) Aspek Keluarga Berencana
Menyusui secara eksklusif dapat menjadi metode KB yang
alami, karena proses menyusui dapat menjarangkan
kehamilan. Ditemukan rata-rata jarak kelahiran pada ibu
menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui
adalah 11 bulan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian ASI Eksklusif dapat menjadi KB yang alami.
32

3) Aspek Psikologis
Proses menyusui dapat memberikan pengaruh psikologis
yang baik bagi ibu. Ibu yang menyusui akan merasa bangga
dan merasa diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia. Manfaat ASI untuk Keluarga.
4) Aspek Ekonomi
Menyusui dengan ASI lebih hemat karena ASI tidak perlu
dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan
lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi
yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi
biaya pengobatan (Chua, 2017).
5) Aspek Psikologis
Kebahagiaan keluarga semakin bertambah, karena
kelahiran lebih jarang. Sehingga suasana kejiwaan ibu baik
dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
6) Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana
saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu menyiapkan air
masak, botol, dan dot yang harus selalu dibersihkan dan
juga perlu meminta tolong kepada orang lain (Chua, 2017).

2.2 Konsep Nyeri


2.2.1 Definisi
Nyeri adalah sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau potensial atau dirasakan dalam kejadian-kejadian
dimana terjadi kerusakan. Cuffery sebagaimana dikutip oleh menyatakan
nyeri adalah segala sesuatu yang dirasakan seseorang, tentang nyeri
tersebut dan terjadi kapan saja ketika seseorang menyatakan bahwa ia
merasa nyeri (Potter & Perry 2010).
33

2.2.2 Mekanisme Nyeri


Perangsangan nosiseptor menimbulkan persepsi nyeri serta
respons motivasional dan emosional. Tidak seperti modalitas
somatosensorik lain, sensasi nyeri disertai respons perilaku bermotif
(menarik diri atau bertahan) serta reaksi emosional (menangis atau takut).
Tidak seperti sensasi lain persepsi subjektif nyeri dapat dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu atau sekarang (berkurangnya persepsi nyeri pada
seorang atlet yang cedera ketika sedang bertanding). Nyeri adalah
pengalaman pribadi yang multidimensi (Sherwood, 2015).
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi respon nyeri pada
seseorang, di antaranya:
1. Involusi Uteri
Pada saat hamil, rahim ibu akan membesar sesuai ukuran janin
yang dikandung, begitu bayi lahir maka rahim perlahan-lahan akan
menyusut hingga sebesar buah pir. Proses kembalinya ke bentuk semula
dari rahim ini disertai dengan rasa seperti kram pada perut. Dalam
kebidanan disebut dengan kontraksi rahim (Sari, 2018).
2. Laktasi
Pada waktu menyusui terjadi perintah di otak untuk
mengeluarkan hormon tertentu (hormon oksitosin) yang menyeabkan
terjadinya kontraksi otot rahim untuk pemulihan rahim setelah proses
persalinan. Mempercepat proses nifas (keluarnya sisa darah di rahim)
dan penyembuhan pembuluh darah yang terluka akibat persalinan.
Proses kontraksi sebagai pemulihan rahim ini dapat dirasakan pada
minggu pertama setelah melahirkan, yaitu ketika bayi menghisap ASI
secara otomatis proses tersebut berlangsung (Chua, 2017).
3. Usia
Usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri.
Sebagai contoh anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-
kata mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan
34

mengekspresikan rasa nyarinya, sementara lansia mungkin tidak akan


melaporkan nyerinya dengan alasan nyeri merupakan sesuatu yang
harus mereka terima (Potter 2010).
4. Kebudayaan
Budaya mempengaruhi ekspresi nyeri. Beberapa budaya
percaya bahwa menunjukkan rasa sakit adalah suatu hal yang wajar.
Sementara yang lain cenderung untuk lebih introvert (Potter, 2010).
5. Ansietas
Dalam beberapa hal, kecemasan dapat mempengaruhi respon
nyeri klien tergantung pada persepsi yang diyakini oleh klien sendiri.
Meningkatnya kecemasan pasien juga dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kadar serotonin (neurotransmitter yang menghambat nyeri
pada susunan syaraf pusat).
6. Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat juga mempengaruhi tingkat nyeri.
Faktor tersebut terdiri dari kecemasan dan teknik koping. Kecemasan
dapat meningkatkan persepsi terhadap nyeri. Teknik koping
memengaruhi kemampuan untuk mengatasi nyeri. Seseorang yang
belum pernah mendapatkan teknik koping yang baik tentu respon
nyerinya buruk (Potter, 2010).
7. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dapat mempengaruhi nyeri terdiri dari
perhatian, pengalaman sebelumnya, dukungan keluarga dan sosial.
Perhatian adalah tingkat dimana pasien memfokukan perhatian terhadap
nyeri yang dirasakan (Potter, 2010).
8. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman sebelumnya dengan rasa nyeri dan persalinan
dapat mempengaruhi deskripsi seorang wanita mengenai rasa nyeri nya
dan kemampuannya untuk mengatasi rasa nyeri tersebut.

9. Paritas
35

Paritas dapat mempengaruhi persepsi akan nyeri saat


persalinan karena wanita nulipara biasanya mengalami persalinan yang
lebih lama sehingga lebih merasa lelah (Lowdermilk, 2013).
2.2.4 Manajemen Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik multidimensi yang secara
intrinsik tidak menyenangakan dan berhubungan dengan rasa sakit dan
nyeri. Nyeri bukanlah entitas sensorik yang homogen. Beberapa jenis nyeri
ada: nyeri nosiseptif, inflamasi, neuropatik, dan fungsional. Karakteristik
dan dampak nyeri sangat bervariasi dari pasien ke pasien.
Mekanisme neurobiologis yang bertanggung jawab untuk jenis ini
mulai di definisikan, memberikan wawasan tentang bagaimana jenis nyeri
yang berbeda dihasilkan oleh beragam faktor etiologi. Manajemen nyeri
yang efektif tergantung pada penilaian komprehensif yang menjelaskan
patogenesis dan etiologi untuk mengevaluasi sejauh mana gejala itu
merusak fungsi dan kualitas hidup (Konar, 2016).
2.2.5 Respon Nyeri
a. Respon fisiologis terhadap nyeri:
1) Stimulasi simpatik (nyeri ringan)
2) Stimulus parasimpatik (nyari berat dan dalam)
b. Respon tingkah laku terhadap nyeri:
1) Pernyataan verbal (mengasuh, menangis, sesak nafas dan
mendengkur).
2) Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir).
3) Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari dan tangan).
4) Kontak dengan orang lain atau interaksi sosial (menghindari
percakapan, menghindari kontak sosial, penurunan rentang
perhatian, dan fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri).

2.2.6 Nyeri Abdomen (Uterus) Pada Ibu Postpartum


36

1. Definisi
Pada saat hamil, rahim seorang ibu akan membesar sesuai
ukuran janin yang dikandung. Begitu bayi lahir maka perlahan-lahan
rahim akan menyusut dan mengecil hingga sebesar buah pir kecil.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-
otot polos uterus. Proses kembalinya ke bentuk semula dari rahim
disertai dengan rasa nyeri seperti kram pada perut. Dalam kebidanan
disebut dengan kontraksi rahim. Kontraksi rahim diperlukan agar rahim
dapat segera mengecil dan pembuluh darah yang terluka saat lepasnya
plasenta dari dinding rahim dapat segera menutup kembali, sehingga
tidak terjadi perdarahan. Kadang, sensasi nyeri seperti kram semakin
terasa saat menyusui, dengan rangsangan hisapan bayi akan membantu
keluarnya hormon oksitosin yang akan membantu proses kontraksi
rahim tersebut (Sari, 2018).
2. Involusi Uterus
Tabel 2.1 Proses Involusi Uterus
Tinggi Fundus Berat
Involusi Keadaan Serviks
Uteri Uterus (gr)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
2 jari dibawah
Uri lahir 750 Lembek
pusat
Pertengahan
Satu minggu pusat dan 500
simpisis
Tak teraba di Beberapa hari
Dua minggu 350 setelah post
atas simpisis partum dapat
dilalui 2 jari.
Bertambah Akhir minggu
Enam minggu 50-60 pertama dapat
kecil
dimasuki 1 jari.
Delapan minggu Sebesar normal 30

Sumber : Varney H, Krieb JM, Gegor CL, Editors. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
(Mahmudah L, editor bahasa Indonesia) 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
37

a. Proses Involusi
Uterus akan berinvolusi menjadi 500 gram satu minggu
pascapartum dan 350 gr dua minggu pascapartum. Uterus akan
berada dalam panggul sejati lagi seminggu setelah melahirkan.
Kelancaran proses involusi dapat dideteksi dengan pemeriksaan
lokhea, konsistensi uterus dan pengukuran tinggi fundus uteri.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron berperan dalam
pertumbuhan masif uterus selama masa kehamilan. Pertumbuhan
uterus tersebut bergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah
sel-sel otot dan hipertropi atau pembesaran sel-sel yang sudah ada.
Pada masa postpartum hormon-hormon ini mengalami penurunan
sehingga terjadilah Autolisis. Tahap proses involusi uterus adalah
sebagai berikut (Sari, 2018).
1) Autolisys
Pada proses ini terjadi penghancuran di dalam otot
rahim. Jaringan otot dan jaringan ikat mengalami proses
proteolitik. Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang
akan dikeluarkan melalui urin. Enzim proteolitik akan
memendekkan otot yang mengalami penguluran selama
kehamilan. Sitoplasma sel yang dalam jumlah berlebih akan
tercerna sendiri, sehingga yang tertinggal hanya jaringan fibro
elastic saja.
2) Atrofi Jaringan
Proses dimana terjadinya atrofi pada jaringan sebagai
efek berhentinya produksi estrogen seiring dengan pelepasan
plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan
desidua mengalami atrofi dan terlepas meningalkan lapisan
basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.
3) Efek Oksitosin
38

Seiring dengan lahirnya bayi maka intensitas kontraksi


uterus akan meningkat karena berkurangnya volume intrauterin
yang besar. Oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis
menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin yang
menyebabkan terjadinya penekanan pembuluh darah dan
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan. Kegagalan uterus untuk
kembali pada keadaan sebelum hamil disebut subinvolusi yang
biasanya disebabkan oleh adanya tahanan pada plasenta dan
terjadinya infeksi (Bobak, 2017).
2.2.7 Pengukuran Nyeri
Alat – alat pengkajian yang bisa digunakan untuk mengkaji
persepsi nyeri seseorang. Agar alat – alat pengkajian nyeri dapat
bermanfaat alat tersebut harus memenuhi beberapa kriteria yaitu
mudah di mengerti dan mudah digunakan, mudah di nilai, memiliki
sedikit upaya pada pihak seseorang, serta sensitif terhadap perubahan
kecil dalam intensitas nyeri (Potter, 2010).
Seseorang merupakan penilai terbaik dari rasa nyeri yang
dialaminya, oleh karena itu harus diminta untuk menggambarkan serta
membuat tingkatannya.
2.2.8 Skala Intensitas Nyeri
Tingkat nyeri setiap individu dapat diukur dengan menggunakan
skala nyeri (Potter, 2010), skala nyeri tersebut adalah
1. Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale adalah skala nyeri yang berupa garis lurus
yang menggambarkan tingkat nyeri dan terdapat deskripsi verbal pada
ujungnya. Penggunaannya adalah dengan cara klien memilih salah satu
angka untuk mewakili tingkat nyeri klien.
39

Gambar 2.1 Visual Analog Scale (VAS)


(Potter, 2010)

2. Numeric Ratting Scale (NRS)


Numerical Rating Scale adalah skala ukur yang digunakan
dengan meminta klien memilih angka 0-10 sesuai nyeri yang dirasakan.
Angka 0 berarti “no pain” atau tidak nyeri dan 10 berarti “severe
pain” atau nyeri hebat (Potter & Perri, 2005 dalam Fauziah, 2015).

Gambar 2.2 Numeral Rating Scale (NRS)


(Potter, 2010)

Kriteria Nyeri:
a. Skala 0 merupakan tidak merasakan nyeri
b. Skala 1-3 merupakan nyeri ringan, klien masih dapat
berkomunikasi dengan baik. Nyeri hanya sedikit dirasakan.
c. Skala 4-6 merupakan nyeri sedang, secara objektif klien mendesis,
menyeringai dengan menunjukan lokasi nyeri. Klien dapat
mendeskripsikan rasa nyeri dan dapat mengikuti perintah. Nyeri
masih dapat dikurangi dengan alih posisi.
d. Skala 7-9 merupakan nyeri berat, klien tidak dapat mengikuti
perintah, namun masih dapat menunjukan lokasi nyeri dan masih
respon terhadap tindakan. Nyeri sudah tidak dapat dikurangi
dengan alih posisi.
e. Skala 10 merupakan nyeri sangat berat. Pasien sudah tidak dapat
berkomunikasi dengan terapis
40

3. Verbal Ratting Scale (VRS)


Verbal Rating Scale adalah Alat ukur tingkat nyeri dengan
menggunakan kata sifat untuk mengungkapkan level nyeri yang
berbeda dimulai dari “no pain” (tidak nyeri) sampai “extreme pain”
(nyeri hebat) (Potter, 2005).

Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS)


(Potter, 2010)
4. Faces Pain Scale-Revised
Faces Pain Scale – Revised adalah pengukuran skala nyeri
yang terdiri dari 6 gambar wajah kartun yang bertingkat dari wajah
yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” sampai wajah yang berlinang
air mata untuk “nyeri sangat hebat” (Potter, 2010).

Gambar 2.4 Face Pain Scale


(Potter, 2010)
2.2.9 Konsep Dasar Teori Manajemen Non Farmakologis
Menurut Blacks dan Hawks (2014) penatalaksanaan nyeri secara
non farmakologi dapat dilakukan dengan cara terapi fisik (meliputi
stimulasi kulit, pijatan, akupuntur dan akupresure, kompres hangat dan
kompres dingin) serta kognitif dan biobehavioral terapi (misalnya latihan
nafas dalam, distraksi, biofeedback, relaksasi progresif, terapi musik,
rhytmic breathing, bimbingan imaginasi, humor, meditasi, magnet,
sentuhan terapeutik, dan hipnosis).
41

Tindakan non farmakologis selalu lebih sederhana dan juga lebih


aman, tindakan yang dapat digunakan pada setelah persalinan. Banyak
metode non farmakologis untuk menghilangkan ketidaknyamanan yang
diajarkan dalam berbagai jenis persiapan kehamilan hingga proses setelah
persalinan.
2.2.10 Teknik-Teknik Non Farmakologis
1. Relaksasi
Relaksasi atau peregangan tubuh adalah teknik yang disarankan
oleh hampir semua kelas persiapan persalinan.Bukti menunjukkan bahwa
relaksasi dapat meningkatkan pengelolaan nyeri persalinan. Relaksasi
idealnya dikombinasikan dengan aktivitas seperti berjalan, menari
lambat, goyang dan perubahan posisi yang membantu bayi memutar
melalui panggul. Gerak ritmis merangsang mechanoreceptors diotak,
yang dapat menurunkan persepsi nyeri.
2. Imageri dan Visualisasi
Membayangkan sesuatu atau guided imagery memiliki prinsip
yang hampir sama dengan distraksi. Intinya adalah agar tidak berfokus
pada nyeri yang dialami. Selain untuk mengatasi nyeri, teknik ini juga
tepat digunakan untuk mengatasi stress, ketegangan dan kecemasan.
Sebaiknya (Haryanti, 2021).
Teknik guided imagery ini dilakukan pada ruangan khusus
tersendiri dengan tambahan fasilitas yang lain seperti musik lembut dan
aroma terapi untuk memperkuat efek relaksasi. Ibu berbaring dengan
posisi rileks, diruangan yang tenang dan sejuk juga sangat membantu
keberhasilan teknik ini.
3. Massage
Massage adalah terapi yang memiliki aturan tersendiri dan
melibatkan penggunaan sentuhan untuk merilekskan atau menstimulasi
kesejahteraan fisiologis dan psikologis, baik dengan maupun tanpa
minyak esensial. Massage dapat mengurangi nyeri karena reseptor
42

sentuhan mencapai otak sebelum reseptor nyeri; untuk mengurangi stres,


ansietas, dan depresi dan menstimulasi fungsi imun.
Definisi massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligament tanpa menyebabkan
pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,
menghasilkan relaksasi dan atau meningkatkan sirkulasi. Sebuah
penelitian menyebutkan ibu yang dipijat selama 20 menit setiap jam
selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit, karena pijat
merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan
pereda sakit alami dan menciptakan perasaan nyaman dan enak. Bagian
tubuh ibu yang dapat dipijat adalah kepala, bahu, perut, kaki dan tangan,
punggung serta tungkai. Saat memijat, pemijat harus memperhatikan
respon ibu apakah tekanan yang diberikan sudah tepat.
1. Aplikasi panas dan dingin
Pada saat persalinan ternyata aplikasi panas atau dingin ini juga
efektif untuk menurunkan rasa tidak nyaman yang dialami ibu. Salah satu
contoh saat proses persalinan, ibu mengalami nyeri pada daerah
punggung bawah, maka dapat dilakukan kompres hangat untuk
membantu kenyamanan ibu. Duduk atau berbaring di bathtub air hangat
juga dapat dilakukan selama tahap satu persalinan selama selaput ketuban
masih utuh (Haryanti, 2021).
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kenyamanan ibu.
Kondisi ruang persalinan yang kurang mendukung sering membuat ibu
merasa kepanasan. Saat seperti ini tepat digunakan air dingin untuk
membasuh muka ibu untuk mengembalikan kesegaran dan meningkatkan
kenyamanan ibu.
2. Hypnobirthing
Hypnobirthing adalah suatu teknik hypnosis yang digunakan
untuk memberikan kenyamanan, ketenangan dan kenikmatan saat
menjalani persalinan. Dalam teknik ini memerlukan beberapa fase untuk
mencapainya antara lain: relaksasi yang mendalam, pola pernapasan
43

lambat, pemberian petunjuk cara melepaskan endorphin dari dalam


tubuhyang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran yang
aman, lembut dan cepat. Teknik hypnosis awalnya dilakukan oleh
seorang hipnoterapi tetapi kemudian jika ibu sudah dapat melakukannya
sendiri maka dilakukan auto-hipnosis. Hypnosis bukanlah magic tetapi
merupakan teknik pemberdayaan alam bawah sadar dengan
mengistirahatkan alam sadar manusia. Manfaat penggunaan teknik
hypnosis pada periode persalinan adalah membantu menyeimbangkan
morphin alami dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri, membuat
semua bagian tubuh yang berperan pada proses persalinan dapat bekerja
dengan baik, serta membantu menyehatkan 70% air pada tubuh orang
dewasa dan 9% air pada tubuh bayi yang terkandung dalam tubuh agar
menjadi air yang heksagonal. Air yang heksagonal dapat lebih
menyehatkan organ tubuh manusia.
3. Teknik Pernafasan
Teknik pernapasan perlu diajarkan pada kelas persiapan
persalinan untuk mempersiapkan ibu agar dapat menghadapi stress saat
melahirkan. Teknik ini diharapkan dapat membuat ibulebih rileks
sehingga mengurangi persepsi nyeri dan membantu ibu mempertahankan
dirinya terhadap nyeri selama kontraksi (Haryanti, 2021).
Ibu dapat mengendalikan keinginan untuk meneran dengan cara
mengambil nafas terengah-engah atau dengan perlahan menghembuskan
nafas melalui bibir mengerucut seolah-olah meniup lilin atau meledakkan
balon. Jenis pernafasan ini dapat digunakan untuk mengatasi keinginan
untuk meneran ketika serviks belum sepenuhnya siap dan untuk
memfasilitasi kelahiran kepala janin secara lambat atau mencegah
defleksi kepala yang terlalu cepat.
4. Akupresur dan Akupuntur
Teknik akupuntur memiliki konsep dasar bahwasanya penyakit
terjadi karena ketidakseimbangan energi. Untuk mengkoreksi
ketidakseimbangan energi maka dilakukan dengan cara memasukkan
44

jarum ke kulit. Lokasi pemasukkan jarum ditujukan pada organ bagian


tubuh yang akan disuplai energinya tetapi tidak perlu berdekatan dengan
organ yang dipengaruhinya. Aktivasi dari titik yang dilakukan penusukan
ini akan mengeluarkan endorphin.
5. Sentuhan dan pijat
Terapi sentuhan digunakan untuk kenyamanan dan mengurangi
nyeri. Dasar dari konsep ini adalah sentuhan mengandung medan energi
yang menyehatkan. Jadi, semakin ibu mendapatkan banyak suplai energi
maka semakin sehat. Akan tetapi, jika kekurangan suplai energi akan
menghasilkan sakit. Berdasarkan penelitian lanjutannya ternyata dengan
sentuhan dan pijatan dapat menghasilkan endorphin alami tubuh yang
dapat mengurangi nyeri pada bagian tubuh yang terasa nyeri (Haryanti,
2021).

2.1
2.3 Konsep Dasar Effleurage massage
2.3.1 Definisi
Massage adalah suatu seni gerak tangan yang ditujukan sebagai
media untuk mengembalikan keadaan tubuh kembali normal.
Massage adalah suatu seni gerak tangan yang bertujuan untuk
mendapatkan kesenangan dan memelihara kesehatan jasmani. Secara teori
massage ialah istilah yang digunakan untuk menerangkan manipulasi-
manipulasi tertentu dari jaringan lunak badan kita. Massage dapat
bermanfaat sebagai alternatif penyembuhan cedera, pemulihan kebugaran,
penyembuhan penyakit kronis, serta pendukung prestasi atlet. Menurut versi
pengertian lain, massage adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menerangkan manipulasi-manipulasi tertentu dari jaringan lunak pada tubuh
kita (Hanief, 2019).
Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat
dan panjang atau tidak putus-putus. Effleurage merupakan tindakan
45

mengusap abdomen secara perlahan seirama dengan pernafasan (Haryanti,


2021).
2.3.2 Cara Melakukan Effleurage Massage
Effleurage pada abdomen dilakukan dengan cara kedua telapak
tangan melakukan usapan ringan, tegas dan konstan dengan cara gerakan
melingkari abdomen, dimulai dari abdomen bagian bawah diatas simpisis
pubis, mengarah ke samping perut, terus ke fundus uteri kemudian turun ke
umbilikus dan kembali ke perut bagian bawah (Haryanti, 2021).

Gambar 2.5 Effleurage Massage


2.3.3 Tujuan Effleurage Massage Pada Ibu Postpartum
Stimulasi kulit dengan teknik effleurage dapat menghasilkan
impuls yang dikirim melalui serabut saraf besar yang terletak
dipermukaan kulit, serabut saraf besar ini yang akan menutup gerbang
sehingga otak tidak menerima pesan nyeri karena sudah diblokir oleh
stimulasi kulit dengan teknik effleurage ini, maka akibatnya persepsi
nyeri akan berubah. Selain dapat meredakan nyeri teknik effleurage ini
juga bisa mengurangi ketegangan otot serta dapat meningkatkan
sirkulasi darah pada area yang terasa nyeri. Dengan dilakukannya
tindakan effleurage massage pada ibu post partum dapat mengalihkan
perhatian ibu terhadap nyeri yang dirasakan sehingga dapat mengurangi
nyeri pada ibu (Yuliatun, 2008).
2.3.4 Efek Effleurage Massage Terhadap Respon Nyeri
Prosedur tindakan massage dengan teknik effleurage efektif
dilakukan 10 menit untuk mengurangi nyeri. Stimulasi effleurage massage
dapat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan
46

pereda sakit alami dan merangsang serat saraf yang menutup gerbang sinap
sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak dihambat.
2.3.5 Indikasi dan Kontraindikasi Effleurage Massage
Yang menjadi indikasi dilakukan Effleurage Massage pada ibu
postpartum adalah ibu yang melahirkan secara pervaginam.
Kontraindikasinya adalah ibu yang terdapat luka pada area yang akan di
massage, adanya penyakit kulit. Jangan melakukan massage pada area yang
mengalami lebam, peradangan dan massage ini tidak diperbolehkan pada
kondisi ruptur uterus (Yuliatun, 2008).
2.3.6 Prosedur Tindakan Effleurage Massage
Tabel 2.2 Tindakan Metode Effleurage Massage

A Fase Orientasi

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan tindakan

3. Menjelaskan langkah prosedur

4. Menanyakan kesiapan

5. Kontrak waktu

B Fase Kerja Gambar

1. Mencuci tangan

2. Menjaga privasi
47

3. Menyiapkan alat (handuk/selimut


dan minyak)

4. Memposisikan ibu berbaring


terlentang dan pastikan posisi ibu
nyaman.
Memberitahu saat akan mulai
tindakan, mintalah orang yang pijat
untuk memberitahu jika pijatan
terasa menyakitkan atau membuat
tidak nyaman.

5. Mengolesi tangan dengan minyak


secukupnya.

6. Kemudian usapkan dan ratakan


minyak ke seluruh abdomen,
gunakan seluruh bagian telapak
tangan.

7. Mulailah memijat dari dari abdomen


bagian bawah diatas simpisis pubis.
48

8. Selanjutnya mengarah ke samping


perut.

9. Lalu gerakan massage ke fundus


uteri.

10. Kemudian turun ke umbilikus dan


kembali ke perut bagian bawah.
Massage dilakukan selama 5 menit.

11. Keringkan daerah abdomen dari


lumuran minyak dengan handuk
kering.

12. Merapihkan pasien dan alat

C Fase Terminasi

1. Evaluasi hasil

2. Renacana tindakan lanjut


49

3. Dokumentasi hasil

Sumber : Sitorus, Ester Harianja. Pengaruh Teknik Effleurage Massage Terhadap Nyeri
Afterpains Pada Ibu Nifas Multipara di BPM Wanti dan BPM Sartika di Kota
Medan. 2020

2.3.7 Peran dan Kewenangan Bidan dalam Effleurage Massage


Pemberian pelayanan kesehatan berbasis pengobatan
komplementer dan alternatif, penyelenggaraanya telah diakui di Indonesia
dan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Kemenkes RI) No.1109/Menkes/ Per/IX/2007) tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer-alternatif. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan, definisi pengobatan komplementer dan alternative adalah
pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat
Kesehatan masyarakat meliputi promotive, preventif, kuratif, dan
rehabilitative dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi
(Kemenkes RI, No.1109/Menkes/ Per/IX/2007). Bagi banyak bidan dan
wanita, pelayanan kebidanan komplementer adalah pilihan untuk
mengurangi intervensi medis saat hamil dan melahirkan, dan berdasarkan
pengalaman hal tersebut cukup membantu.
50

2.4 Kerangka Teori


Terapi Non
Faktor yang
Farmakologis:
mempengaruhi
1. Relaksasi
nyeri:
2. Imageri dan
1. Involusi uteri
Visualisasi
2. Laktasi
3. Aplikasi panas
3. Usia
NYERI dan dingin
4. Ansietas ABDOMEN 4. Hypnobirthing
5. Paritas PADA IBU
5. Tekhnik
POSTPARTUM
6. Psikologis
pernafasan
7. Kebudayaan
6. Akupresur dan
8. Faktor sosial
akupuntur
9. Pengalaman
7. Massage
sebelumnya
(Effleurage
Massage)
Gambar 2.6 Kerangka Teori
Sumber: (Potter dan Perry, 2010), (Sari, 2018), (MC, 2017)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperiment dengan
rancangan yang digunakan adalah pre-test post-test one grup. Desain ini
merupakan rancangan bagaimana penelitian dilaksanakan. Dalam desain ini,
sebelum diberi perlakuan sampel diberi pre-test (tes awal) dahulu, dan di
akhir penelitian sampel diberi post-test (tes akhir). Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberikan perlakuan dan sesudah perlakuan (Notoatmodjo,
2018).
Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian


Pre Test Perlakuan Post Test

O1 X O2

Keterangan: O1: Nilai pre-test (sebelum diberi teknik Effleurage Massage)

O2: Nilai post-test (sesudah diberi teknik Effleurage Massage)

X : Perlakuan (teknik Effleurage Massage)

51
52

3.1. Kerangka Penelitian


Menurut Notoadmojo (2018) kerangka konsep yaitu suatu abstraksi
yang tidak dapat diukur atau diamati secara langsung, oleh karena itu harus
dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Kerangka konsep dalam penelitian ini
digambarkan dalam sebuah gambar kerangka konsep penelitian di bawah ini,
yaitu:

Nyeri abdomen pada


effleurage massage
ibu postpartum

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

3.3 Variabel Penelitian


Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018).
3.3.1 Variabel Independent (bebas)
Variabel Independen merupakan variable yang mempengaruhi
atau nilainya menentukan variable lain (Nursalam, 2016). Variabel
independent dalam penelitian ini adalah effluerage massage/.
4.
5.
6.
6.3
6.3.2 Variabel Dependent (terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah nyeri abdomen.
53

3.1 Definisi Operasional Variabel


Tabel 3.2 Definisi Operasional

Definisi Alat
No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1 Intensitas rasa Hasil jawaban Lembar Wawancara Rentang nilai Rasio
nyeri responden NRS nyeri skala
Sebelum tentang persepsi NRS 0-10
dilakukan nyeri abdomen
effleurage setelah 6 jam
massage postpartum

2 Intensitas rasa Hasil jawaban Lembar Wawancara Rentang nilai Rasio


nyeri setelah responden NRS nyeri skala
dilakukan tentang persepsi NRS 0-10
effleurage nyeri abdomen
massage setelah 2 hari
postpartum

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi
Sugiyono (2018) mengemukakan populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ibu post partum 6 jam - 2 hari dengan persalinan
normal di Rumah Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten
Cianjur yang dilihat dari HPL bulan April yaitu sebanyak 30 responden.
54

3.5.2 Sampel
Sampel adalah terdiri dari bagian pupolasi terjangkau yang
dapat di pergunakan sebagai subjek penelitian malalui sampling,
sementara sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang
dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2018). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling
dimana seluruh populasi mejadi sample penelitian.. Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yaitu sebanyak 30 orang ibu
postpartum 6 jam - 2 hari dengan persalinan normal di RBA Kecamatan
Ciranjang Kabupaten Cianjur.
Menurut Masriah dan Nauri (2018) dalam melakukan teknik
sampling dalam pengumpulan data tersebut peneliti memberikan batasan
atau kriteria yang memenuhi sampel, yaitu kriteria inklusi dan eksklusi:
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan diteliti. Kriterianya yaitu:
1) Ibu postpartum 6 jam - 2 hari yang melahirkan di RBA
Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur pada bulan April Tahun
2022.
2) Ibu postpartum yang bersedia menjadi responden.
3) Ibu postpartum dengan riwayat melahirkan pervaginam.
b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab.
Kriterianya yaitu:
1) Ibu postpartum yang mengalami komplikasi persalinan atau
mengalami tanda bahaya postpartum.
2) Ibu postpartum yang tidak mengikuti proses penelitian secara utuh.
3) Ibu postpartum yang terkonfirmasi Covid-19.

3.1 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


1.5
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
55

Menurut Masriah dan Nauri (2018) metode pengumpulan data


dapat diartikan sebagai teknik untuk mendapatkan data yang kemudian
dianalisis dalam suatu penelitian. Adapun prosedur pengumpulan data
yang diterapkan dalam penelitain ini yaitu setelah peneliti memperoleh
izin dari intansi terkait yaitu dari Rumah Bersalin Andir Kecamatan
Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun 2022.
Selanjutnya setelah responden dapat bersedia, maka peneliti
memberikan penjelasan terlebih dahulu, dan meminta kesediaan menjadi
responden dan diminta untuk menandatangani informed consent. Setelah
responden mengerti dan bersedia untuk dijadikan responden, peneliti
mengontrak waktu kepada kelompok responden. Adapun durasi waktu
pemijatannya yaitu dilakukan selama 5 menit.
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan secara langsung
dari subjek penelitian yang diberikan terapi Effluerage massage dengan
menggunakan kuesioner dan lembar observasi.
3.6.2 Alat Ukur/ Instrumen dan Bahan Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan lembar kuesioner NRS dan
wawancara terhadap pasien.
Pengumpulan data dimulai dengan seluruh ibu postpartum 6 jam -
2 hari yang memenuhi kriteria inklusi yang ada Rumah Bersalin Andir
Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur 2022, peneliti memberikan
informasi tentang tujuan, manfaat, dan prosedur dari Effluerage Massage,
serta meminta persetujuan tindakan kepada subjek.
3.6.3 Prosedur Penelitian
1. Persiapan Penelitian
a. Mencari fenomena yang terjadi berdasarkan masalah.
Berdasarakan identifikasi masalah sebagian besar ibu postpartum
di Rumah Bersalin Andir mengeluh nyeri abdomen setelah
melahirkan.
b. Menentukan judul penelitian.
Dari identifikasi masalah yang didapat maka penelitian maka
56

judul yang akan diteliti adalah “Pengaruh teknik effluerage


massage terhadap intensitas nyeri abdomen ibu postpartum 6 jam
- 2 hari di RBA Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun
2022”.
c. Menentukan lahan penelitian.
Tempat penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Andir
Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur.
d. Studi kepustakaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
Studi kepustakaan ini bersumber dari buku, e-book dan jurnal.
e. Menyusun proposal penelitian.
Penyusunan proposal ini merupakan langkah awal yang harus
dilakukan peneliti sebelum melakukan kegiatan penelitian.
f. Pelaksanaan seminar proposal.
Seminar proposal adalah kegiatan untuk mempersentasikan
tujuan, langkah- langkah dan prosedur yang akan dilakukan saat
penelitian.
g. Perbaikan proposal.
Sebuah kegiatan yang bertujuan untuk perbaikan proposal
penelitian.
h. Menyusun instrument dan perbaikan instrument.
Menetapkan instrumen yang akan dilakukan pada penelitian ini,
pada penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner.
i. Mengurus perizinan untuk pelaksanaan penelitian.
Menurut kode etik penelitian, sebuah penelitian diperlukan izin
dari semua pihak terkait. Maka dari itu, izin penelitian harus
dilakukan peneliti.
1. Pelaksanaan
a. Mendapatkan izin melakukan penelitian Institut Kesehatan
Rajawali dan Rumah Bersalin Andir.
b. Melakukan studi pendahuluan untuk mencari data.
57

c. Menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusi sesuai


dengan teknik pengambilan sampel.
d. Peneliti menemui responden secara langsung untuk memberikan
penjelasan kepada responden mengenai maksud dan tujuan dari
penelitian.
e. Pengisian informed consent oleh responden sebagai bukti
pemberian persetujuan untuk menjadi bagian dari penelitian ini
dan persetujuan responden untuk menggunakan data dirinya
untuk keperluan penelitian.
f. Melakukan tindakan effleurage massage oleh bidan setelah
responden menandatangani lembar informed consent.
1. Tahap Akhir
a. Menyusun laporan hasil penelitian.
Dokumen tertulis tentang hasil pelaksanaan tentang hasil
penelitian yang dibuat secara jelas.
b. Presentasi hasil penelitian.
Presentasi hasil adalah kegiatan untuk mempersentasikan hasil
dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti.
c. Perbaikan dokumentasi.
Perbaikan dikumentasi merupakan kegiatan untuk memperbaiki
penelitian.
d. Pendokumentasian hasil penelitian.
Mendokumentasikan seluruh hasil penelitian.
1.7 Pengolahan Data dan Analisa Data
1.7.1 Pengolahan Data
Pada tahap pengambilan data awal menggunakan observasi. Dalam
penelitian ini pengolahan data menggunakan software statistik. Menutut
Notoatmodjo (2010), pengolahan data meliputi:
1. Mengedit (Editing)
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari pengamatan dari
lapangan harus dilakukan penyunting (editing) terlebih dahulu. Secara
58

umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan.


Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, jika
memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk
melengkapi data-data tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan,
maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan
dalam pengolahan “data missing”.
2. Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu
di beri penilaian atau skor. Dalam penelitian ini peneliti memberikan
skor nyeri abdomen yang dimaksudkan untuk keperluan deskriptif,
yaitu menggambarkan atau untuk mengetahui sejauh mana ibu
postpartum mengalami nyeri. Adapun pemberian skor tersebut adalah
sebagai berikut:

Gambar 3.6 Numeral Rating Scale (NRS)


(Potter, 2009)
Skala 0 : Tidak ada rasa nyeri

Skala 1 : Sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan kecil

Skala 2 : Sedikit gangguan, terasa seperti tusukan yang lebih dalam

Skala 3 : Gangguan cukup dihilangkan dengan pengalihan perhatian

Skala 4 : Nyeri dapat diabaikan dengan beraktivitas atau melakukan


pekerjaan, masih dapat dialihkan

Skala 5 : Rasa nyeri tidak bisa diabaikan lebih dari 30 menit


59

Skala 6 : Rasa nyeri tidak bisa diabaikan untuk waktu yang lama, tapi
masih bisa bekerja

Skala 7 : Sulit berkonsentrasi, tetapi dengan diselingi istirahat atau


tidur, kamu masih bisa bekerja atau berfungsi dengan sedikit usaha

Skala 8 : Beberapa aktivitas fisik terbatas. Kamu masih bisa membaca


dan berbicara dengan usaha. Merasakan mual dan pusing kepala

Skala 9 : Tidak bisa berbicara, menangis, mengerang, serta merintih,


tak dapat dikendalikan, penurunan kesadaran

Skala 10 : Sudah tidak mampu berkomunikasi, hanya istirahat dan


ada yang sampai pingsan (tidak sadarkan diri)

Kriteria Nyeri:

a. Skala 0 adalah klien tidak merasakan nyeri


b. Skala 1-3 merupakan nyeri ringan, klien masih dapat
berkomunikasi dengan baik. Nyeri hanya sedikit dirasakan.
c. Skala 4-6 merupakan nyeri sedang, secara objektif klien mendesis,
menyeringai dengan menunjukan lokasi nyeri. Klien dapat
mendeskripsikan rasa nyeri dan dapat mengikuti perintah. Nyeri
masih dapat dikurangi dengan alih posisi.
d. Skala 7-9 merupakan nyeri berat, klien tidak dapat mengikuti
perintah, namun masih dapat menunjukan lokasi nyeri dan masih
respon terhadap tindakan. Nyeri sudah tidak dapat dikurangi
dengan alih posisi.
e. Skala 10 merupakan nyeri sangat berat. Pasien sudah tidak dapat
berkomunikasi dengan terapis.
3. Tabulasi
Setelah dilakukan intervensi, langkah selanjutnya yang dilakukan
peneliti adalah mengelompokkan data hasil intervensi ke dalam suatu
tabel.
4. Memasukkan data (data entry)
60

Memasukan data penelitian ke dalam komputer dengan menggunakan


aplikasi program SPSS.
5. Pembersihan data (cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek Kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan
dan kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo,
2018).
1.7.2 Teknik Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Program
statistical package for the social science (SPSS) versi 16,00 dan dilakukan
tahap- tahap analisis data.
1. Analisis univariat
Analisis Univariat merupakan analisis deskriptif terhadap semua
variabel dengan menghitung statistik dari setiap variable dan untuk
mendeskripsikan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan effleurage
massage.dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a
P x100%
b

Keterangan:
P : Presentase yang di cari
a : Frekuensi atau variabel yang di teliti
b : Jumlah sampel
2. Analisis bivariat
Untuk menguji hipotesis pengaruh terapi Effluerage Massage terhadap
penurunan nyeri pada ibu postpartum. Tahap analisis bivariat untuk
mengetahui perbedaan dua variabel. Langkah pertama, peneliti
melakukan uji normalitas data dan uji homogenitas pada hasil penelitian
dengan menggunakan uji-t berpasangan atau sering diistilakan dengan
61

Paired Sampel t-Test. Setelah di lakukan uji normalitas data, ternyata


data tidak berdistribusi normal sehingga peneliti menggunakan uji
wilcoxcon untuk mengetahui pengaruh.

Uji wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil


pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak.
Wilcoxon signed Rank test ini digunakan hanya untuk data bertipe
interval atau ratio, namun datanya tidak mengikuti distribusi normal.

Uji hipotesis:

H0 : d = 0 (tidak ada perbedaan diantara dua perlakuan yang diberikan)


H1 : d ≠ 0 (ada perbedaan diantara dua perlakuan yang diberikan)
Dengan d menunjukkan selisih nilai antara kedua perlakuan.

Dimana:

N = banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda


T = jumlah renking dari nilai selisih yng negative (apabila banyaknya
selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negatif) =
jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila banyaknya selisih
yang negatif > banyaknya selisih yang positif).

Daerah kritis
Ho ditolak jika nilai absolute dari Z hitung diatas > nilai Z 2 / α

1.8 Etika penelitian


Etika penelitian mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap
subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat.
Etika dalam penelitian menunjukkan pada prinsip-prisip etis yang diterapkan
dalam kegiatan penelitian. Pelaku penelitian atau peneliti dalam melakukan
penelitian hendaknya berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun
62

mungkin penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau


membahayakan subjek penelitian (Notoatmodjo, 2012). Secara garis besar
dalam melaksanakan penelitian prinsip-prinsip yang harus di pegang teguh
adalah :
1. Prinsip kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan infomasi. Setiap orang berhak
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
dan kerahasiaan subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai
pengganti identitas responden (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian
peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan
responden. Semua informasi yang telah didapatkan akan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti dan tidak akan disebarluaskan.
2. Prinsip Manfaat (Benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi pada masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada
khusunya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat
mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera mupun kematian
subjek penelitian (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan intervensi berupa yoga yang dapat memberikan manfaat
untuk mengurani rasa sakit responden yaitu nyeri.
3. Prinsip keadilan dan keterbukaan (respect for justice on inclesiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil pelu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa
semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang
sama, tanpa membedakan agama, etnis dan sebagainya (Notoatmodjo,
2010). Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan prosedur penelitian pada
63

semua responden. Selain itu semua responden mendapatkan perlakuan


yang sama dari intervensi yang diberikan.
4. Inform Concent
Inform Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum
penelitian dilakukan. Jika responden bersedia maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika sebaliknya maka peneliti
harus menghormati hak responden. Dalam penelitian ini peneliti
memberikan Inform concent sebelum penelitian dilakukan sebagai bentuk
persetujuan antara peneliti dan responden penelitian.
5. Anonimity (Tanpa Nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Dalam
penelitian ini peneliti tiak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan nama inisial pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

1.9 Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di klinik Rumah Bersalin Andir
Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Tahun 2022.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.2.1 Analisis Univariat
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh teknik effleurage
massage terhadap penurunan intensitas nyeri abdomen pada ibu
postpartum 6 jam – 2 hari di Rumah Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang
Kabupaten Cianjur tahun 2022 dengan metode quasi eksperimen dan
rancangan one group pre and post test design yang dilakukan kepada 30
ibu postpartum. Setelah dilakukan pengolahan data dan uji normalitas dua
kali didapatkan hasil bahwa data tidak berdistribusi normal, sehingga
penelitian ini menggunakan metode statistik uji wilcoxon. Maka di
dapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi intensitas nyeri abdomen pada ibu


postpartum 6 jam – 2 hari sebelum diberikan intervensi
effleurage massage di Rumah Bersalin Andir Kecamatan
Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun 2022

Kategori N Median Min Max Std. Deviasi


Intensitas nyeri
abdomen sebelum
30 6 5 8 0.980
diberikan massage
effleurage
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa rerata tingkat
nyeri abdomen pada ibu postpartum sebelum dilakukan effleurage
massage di Rumah Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten
Cianjur tahun 2022 Yaitu 6 (Nyeri Sedang).

64
65

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi intensitas nyeri abdomen pada ibu


postpartum 6 jam – 2 hari setelah diberikan intervensi
effleurage massage di Rumah Bersalin Andir Kecamatan
Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun 2022

Kategori N Median Min Max Std. Deviasi


Intensitas nyeri
abdomen setelah
30 2 0 4 1,269
diberikan massage
effleurage
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa rerata tingkat
nyeri abdomen pada ibu postpartum setelah dilakukan effleurage massage
di Rumah Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun
2022 yaitu sebesar 2 (Nyeri Ringan).

4.2.2 Analisis Bivariat


Tabel 4.3 Pengaruh massage effleuarge terhadap intensitas nyeri
abdomen pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Andir
di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun 2022

Z Asymp.Sig (2-tailed)
Penurunan intensitas nyeri -4,883 0,000
abdomen sebelum dan
sesudah diberikan
effleurage massage
Berdasarkan tabel 4.3 di atas terdapat penurunan yang
bermakna antara nyeri abdomen ibu postpartum sebelum dilakukan
effleurage massage dan sesudah dilakukan effleurage massage di Rumah
Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur dengan p-value
0,000.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Distribusi frekuensi intensitas nyeri abdomen pada ibu postpartum 6
jam – 2 hari sebelum dilakukan effleurage massage di Rumah Bersalin
Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun 2022
66

Hasil penelitian pada tabel 4.1 disimpulkan bahwa rerata ibu


postpartum yang mengalami nyeri abdomen sebelum dilakukan effleurage
massage di Rumah Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten
Cianjur Tahun 2022 Yaitu 6 (Nyeri Sedang).
Pada penelitian ini, dari 30 responden yang mengalami nyeri
sedang sebelum diberikan intervensi sebanyak 22 ibu postpartum dan yang
mengalami nyeri berat adalah sebanyak 8 ibu postpartum. Hal ini
dikarenakan nyeri abdomen pada ibu postpartum merupakan hal yang
fisiologis karena terjadinya involusi uteri. Tingkat nyeri abdomen pada ibu
postpartum yang belum dilakukan intervensi ataupun tindakan lainnya
merupakan hal yang fisiologis, namun tingkat nyeri yang dialami ibu
postpartum bisa menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu terutama daerah
abdomen dan tingak nyeri setiap orang berbeda-beda.
Hal tersebut sesuai dengan teori Sari 2018, yang mengatakan.
Pada saat hamil, rahim seorang ibu akan membesar sesuai ukuran janin
yang dikandung. Begitu bayi lahir maka perlahan-lahan rahim akan
menyusut dan mengecil hingga sebesar buah pir kecil. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Proses kembalinya ke bentuk semula dari rahim disertai dengan rasa nyeri
seperti kram pada perut. Dalam kebidanan disebut dengan kontraksi rahim.
Kontraksi rahim diperlukan agar rahim dapat segera mengecil dan
pembuluh darah yang terluka saat lepasnya plasenta dari dinding rahim
dapat segera menutup kembali, sehingga tidak terjadi perdarahan. Kadang,
sensasi nyeri seperti kram semakin terasa saat menyusui, dengan
rangsangan hisapan bayi akan membantu keluarnya hormon oksitosin yang
akan membantu proses kontraksi rahim tersebut.
Menurut Potter (2010) Nyeri adalah sebagai suatu sensori
subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dirasakan dalam
kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan, Tingkat nyeri setiap individu
dapat diukur dengan menggunakan skala nyeri 0-10.
67

Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang sering


dikeluhkan ibu post partum. Nyeri post partum dapat terjadi karena
berbagai macam sebab, salah satunya adalah kontraksi uterus selama
periode involusi uterus. Nyeri dapat dirasakan pada berbagai macam
tingkatan mulai dari nyeri ringan-sedang sampai nyeri berat. Tingkatan
nyeri yang dirasakan ibu post partum tergantung dari banyaknya sumber
penyebab nyeri, toleransi terhadap nyeri, dan faktor psikologis dan
lingkungan.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widayati, Ida dan Sri Mulyati 2021 didapatkan hasil penelitian ini terdapat
pengaruh pemberian effleurage massage menggunakan essensial oil dan
teh serai (Cymbopogon sp.) terhadap nyeri pada ibu postpartum.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tina Sinta Parulian di RS Sariningsih Bandung terhadap 20 responden,
yang didapatkan hasil bahwa ada pengaruh teknik effleurage massage
terhadap perubahan nyeri pada ibu postpartum.
4.2.2 Distribusi frekuensi intensitas nyeri abdomen pada ibu postpartum 6
jam – 2 hari setelah dilakukan effleurage massage di Rumah Bersalin
Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun 2022
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa rerata tingkat
nyeri abdomen pada ibu postpartum setelah dilakukan effleurage massage
di Rumah Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun
2022 Yaitu Sebesar 2 (Nyeri Ringan). Dari 30 responden ibu pospartaum
yang masuk dalam kategori nyeri ringan adalah 22 orang sedangkan yang
masuk dalam kategori tidak nyeri ada 8 orang.
Terjadinya penurunan nyeri abdomen pada ibu postpartum yang
sudah dilakukan intervensi di sebabkab karena beberapa faktor salah
satunya adalah pemijatan teknik effleurage yang menghasilkan rasa
nyaman buat ibu postpartum itu sendiri, sehingga setelah dilakukan
massage oleh peneliti kepada ibu postpartum sebanyak dua kali terjadi
penurunan tingkat nyeri.
68

Hal ini sesuai dengan teori Yuliatun, 2008. Yang menyebutkan


bahwa stimulasi kulit dengan teknik effleurage dapat menghasilkan
impuls yang dikirim melalui serabut saraf besar yang terletak
dipermukaan kulit, serabut saraf besar ini yang akan menutup gerbang
sehingga otak tidak menerima pesan nyeri karena sudah diblokir oleh
stimulasi kulit dengan teknik effleurage ini, maka akibatnya persepsi
nyeri akan berubah. Selain dapat meredakan nyeri teknik effleurage ini
juga bisa mengurangi ketegangan otot serta dapat meningkatkan
sirkulasi darah pada area yang terasa nyeri. Dengan dilakukannya
tindakan effleurage massage pada ibu post partum dapat mengalihkan
perhatian ibu terhadap nyeri yang dirasakan sehingga dapat
mengurangi nyeri pada ibu.
Effleurage pada abdomen dilakukan dengan cara kedua telapak
tangan melakukan usapan ringan, tegas dan konstan dengan cara gerakan
melingkari abdomen, dimulai dari abdomen bagian bawah diatas simpisis
pubis, mengarah ke samping perut, terus ke fundus uteri kemudian turun
ke umbilikus dan kembali ke perut bagian bawah (Haryanti, 2021).
Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan effleurage massage
pada ibu postpartum 6 jam kemudian dilakukan massage lagi pada hari
ke 2 postpartum. Sebelum dilakukan massage, peneliti memberikan
kuesioner pengukuran nyeri pada responden untuk diisi sesuai nyeri
yang dirasakan. Setelah itu peneliti akan melakukan effleurage
massage pada abodomen ibu. Setelah selesai melakukan massage
peneliti menjelaskan kepada responden bahwa di hari ke 2 akan
kembali dilakukan effleurage massage. Pada hari ke 2 responden
kembali diberikan kuesioner skala nyeri seteleh dilakukan effeurage
massage dan menganjurkan supaya responden mengisi sesuai nyeri yang
dirasakan.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hamrani
(2021) menunjukkan bahwa effleurage massage terbukti aman dalam
menurunkan nyeri pada masa postpartum.
69

Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Eva Fasikhatun,


Priyatin Sulistyowati, Zuhrotul Lailiyah (2019) yang berjudul “Gambaran
Nyeri Sebelum dan Sesudah dilakukan Tindakan Effleurage Massage Pada
Ibu Postpartum Primipara di RSUD dr. R. Goeteng Toroenadibrata
Purbalingga” didapatkan hasil pada responden pertama sebelum dilakukan
tindakan effleurage massage skala nyeri (4) dan sesudah tindakan skala
nyeri menjadi (1). Sedangkan pada responden kedua sebelum dilakukan
tindakan effleurage massage skala nyeri (4) dan sesudah tindakan skala
nyeri menjadi (0).
Menurut asumsi peneliti perbedaan skala nyeri yang dirasakan
subjektivitas masing-masing responden karena ambang setiap nyeri
responden yang berbeda. Pengalaman dan kemampuan mengontrol nyeri
setiap individu juga menentukan penerimaan nyeri seseorang. Selain itu
terdapat faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi
dari masing-masing individu terhadap nyeri, faktor fisiologis itu juga dapat
berpengaruh pada intensitas nyeri yang dialami ibu. Melalui teknik
relaksasi yang dilakukan dalam effleurage massage berupa pijatan lembut
membuat individu menjadi lebih rileks sehingga persepsi terhadap nyeri
yang dirasakan pun berkurang.

4.2.3 Pengaruh effleurage massage terhadap penurunan intensitas nyeri


abdomen pada ibu postpartum 6 jam – 2 hari di Rumah Bersalin
Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Bersalin
Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur tahun 2022 diketahui
bahwa rerata ibu postpartum yang mengalami nyeri abdomen sebelum
dilakukan intervensi effleuarge massage adalah 6 (nyeri sedang) dan rerata
yang mengalami nyeri sesudah diberikan intervensi adalah 2 (nyeri
ringan). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
effleuarge massage terhadap penurunan intensitas nyeri abdomen pada ibu
70

postpartum 6 jam – 2 hari di Rumah Bersalin Andir dengan hasil p value


sebesar 0,000.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa pemberian intervensi
effleurage massage dapat menurunkan nyeri abdomen pada ibu postpartum
6 jam – 2 hari. Hal tersebut terjadi stimulasi effleurage massage dapat
merangsang tubuh melepaskan hormon endorphin. Hormon endorphin
dihasilkan oleh kelenjar pituitari, yaitu kelenjar berukuran kecil yang
berada didalam otak (hipotalamus). Setelah diproduksi hormon ini akan
dialirkan ke seluruh tubuh melalui sistem saraf yang menutup gerbang
sinap sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan hipotalamus
dihambat.
Tindakan effleurage massage dilakukan selama 10 menit untuk
mengurangi nyeri. Teknik yang diberikan berupa effleurage massage
dengan menggunakan telapak jari tangan dengan pola gerakan melingkar
pada abdomen dengan tujuan merangsang hormon endorphin dan hormon
oksitosin dalam tubuh. Effleurage memengaruhi sistem saraf pusat dengan
menstimulasi saraf parasimpatis, menyebabkan respon relaksasi.
Effleurage memiliki efek sedative yaitu menenangkan sehingga selalu
digunakan diawal dan akhir pengurutan.
Ibu postpartum sering merasakan nyeri karena adanya penurunan
otot uterus secara bersamaan, menyebabkan relaksasi intermitten (berjeda).
Sedangkan pada wanita menyusui his disebabkan karena isapan bayi
menstimulasi produksi oksitosin yang bukan hanya memicu refleks let
down (pengeluaran ASI) tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus. Nyeri
uterus tersebut akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik dan
kandung kemih dalam keadaan kosong, dan akan terasa bertambah hebat
saat menyusui.
Berdasarkan penelitian, didapatkan bahwa teknik Effleurage
mengurangi nyeri dengan menstimulus serabut taktil di kulit pada
abdomen yang memberikan efek relaksasi pada otot abdomen sehingga
spasme otot abdomen berkurang dan dapat memberikan efek distraksi.
71

Menurut penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa teknik


effleurage dapat menstimulus serabut taktil sehingga sinyal nyeri dapat
dihambat dan dapat menyebabkan rasa nyaman dan rileksasi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Priska Sitorus dan Ester Harianja (2020) yang berjudul “Pengaruh Teknik
Effleurage Massage Terhadap nyeri Afterpains pada Ibu Nifas Multipara
di BPM Wanti dan BPM Sartika di Kota Medan” didapatkan hasil pvalue
0,000< ɑ=0,05 yang artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan effleurage massage.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Irda Novrida Ashar,
dkk (2018) yang berjudul “Pengaruh Effleurage Massage Terhadap
Penurunan Rasa Nyeri pada Ibu Postpartum Multipara” didapatkan hasil
terdapat perbedaan yang signifikan dalam penurunan rasa nyeri pada ibu
postpartum multipara.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan konsep
teoritis dan hasil penelitian terkait yang ada dapat didefinisikan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara dilakukan effleurage massage terhadap
penurunan intensitas nyeri abdomen pada ibu postpartum. Sehingga
effleurage massage dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam
menangani nyeri abdomen pada ibu postpartum.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan sistem
acak (tidak homogen) sehingga kelompok mana yang banyak mengalami
nyeri ringan, sedang dan berat tidak terlihat. Penelitian ini menggunakan
design quasy eksperiment dengan hanya memberikan intervensi pada satu
kelompok sehingga tidak bisa mengontrol variabel-variabel lain sebagai
perancu atau membandingkan dengan kelompok kontrol.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pada ibu post partum yang diberikan teknik Effleurage massage
terdapat penurunan intensitas nyeri.
1. Diketahui rerata skor nilai intensitas nyeri sebelum diberikan
intervensi yaitu 6 (nyeri sedang).
2. Diketahui rerata skor nilai nyeri sesudah diberikan teknik
effleurage massage yaitu 2 (nyeri ringan).
3. Diketahui adanya pengaruh teknik effleurage massage dengan
selisih nilai 4,26 dan didapatkan hasil p-value 0,000.
5.2 Saran
1. Bagi Bidan
Dapat menerapkan teknik effleurage massage sebagai terapi non
farmakologis saat ibu postpartum merasakan nyeri abdomen setelah
melahirkan dan mengajarkan kepada ibu postpartum cara melakukan
terapi sendiri dirumah.
2. Bagi Tempat Penelitian
Disarankan untuk menerapkan protap tentang effleurage massage
sebelum diberikan obat analgetik kepada setiap pasien.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis disarankan
menggunakan dua kelompok satu intervensi dan satu kontrol supaya
dapat mengontrol variabel-variabel perancu.

72
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. Konsep dan proses keperawatan nyeri. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media; 2013.
Bobak, Lowdermilk, Jensen, Editors. Buku Ajar Keperwatan Maternitas 4th
Edition. (Wijarini MA. Editor Bahasa Indonesia). Jakarta: EGC; 2017.
Cashion, Perry, Lowdermilk. Keperawatan Maternitas Edisi 8. Singapore:
Elsevier Morby; 2013.
Chua MC et al. Ibu Dan Masa Laktasi. Jakarta. [online]. 2017. [cited 2017 Juli
24].
Cunningham F. Gary, Leveno Kenneth J, Bloom Steven L., Catherine Y., Dashe,
Jodi S, Ekowati, D & M. Nasir. Konsep dan penerapan metodologi
penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
Hanief. Cara cepat kuasai massage kebugaran berbasis aplikasi android. Kasih
Inovasi Teknologi: Kediri; 2019.
Haryanti, Richta Puspita. Efektifitas Teknik Relaksasi Benson dengan Effleurage
massage. IKAPI: Pekalongan; 2021.
Hoffman Barbara L, Casey Brian M, Sheffield Jeanne S. Williams obstetrics.
24th ed. New York: Medical; 2014.
Khasanah, Sifa Altika. Efektifitas mobilisasi dini dalam mempercepat involusi
uteri ibu postpartum. [serial online] 2020 [cited 2022 April 12].
Konar, Hiralal. DC Dutta’s textbook of obstetrics. London: The Health Sciences
Publisher; 2015.
Murwati. Pengaruh lama dan frekuensi massage teraphi ibu nifas terhadap
depresi post partum. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan [serial online] 2015
[cited 2022 Feb 12]; 4(2).
Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2018
Parulian, TS, Sitompul, J dan Oktrifiana, AN. Pengaruh teknik effleurage
massage terhadap perubahan nyeri pada ibu postpartum di rumah sakit
sarininggih Bandung. jurnal kesehatan [serial online] 2014 [cited 2022 Feb
12]
Potter & Perry. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika; 2010.
Profil Kesehatan Indonesia. [online] 2019 [cited 2022 Feb 12]; Available from:
URL:https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf

73
Riyanto, Agus. Statistik deskriptif. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013
Riyanto, Agus. Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika;
2019.
Rohman & Walid. Proses keperawatan teori dan aplikasi. Yogyakarta: Salemba
Medika; 2009.
Saifudin, Abdul Bari. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2016.
Sakti, Beli Hambali Gelung. [online] 2020 [cited 2022 Feb 12];
Sari, Dyah Permata, Zulfa Raida, Sri Wardini. Nyeri Persalinan. Mojokerto:
STIKES Majapahit; 2018
Suwondo. Buku ajar nyeri. Yogyakarta: Kumpulan Nyeri Indonesia; 2017.
Tamsuri, A. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC; 2007.
Varney H, Krieb JM, Gegor CL, Editors. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
(Mahmudah L, editor bahasa Indonesia) 4td ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
Widayati, Ida dan Sri Mulyati. Effleurage massage menggunakan esensial oil
serai (cymbopogon sp) dan teh sereh efektif untuk menurunkan nyeri
pada ibu postpartum. [serial online] 2021 Mei [cited 2022 Feb 12] Vol.13
No.1.
WHO. World health statistics. [online]. 2018 [cited 2022 Feb 12].
Yuliatun, L. Penanganan nyeri persalinan dengan metode non farmakologi.
Malang: Bayumedia Publishing; 2008.

74
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Responden
Di tempat
Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Indah Ayu Nurlestari
Nomor Hp : 0878-2015-5837

Bermaksud untuk membuat penelitian “Pengaruh Teknik Effleurage


Message Terhadap Intensitas Nyeri Abdomen Ibu Postpartum 6 Jam - 2 Hari Di
Rumah Bersalin Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun 2022”.
Penelitian ini sama sekali tidak akan menimbulkan kerugian bagi
responden. Semua informasi dari hasil penelitian hanya akan digunakan untuk
kepentingan peneliti dan akan dijaga kerahasiaannya. Jika saudari berkenan, maka
saya mohon anda untuk menandatangani lembar persetujuan yang sudah saya
lampirkan. Atas perhatian dan kesediannya menjadi responden saya ucapkan
terima kasih.

Hormat Saya,

Indah Ayu NurLestari


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya:


Inisial :
Umur :
Alamat:
Tlp :
Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden setelah
mendapatkan penjelasan penelitian yang akan dilakukan oleh Indah Ayu
NurLestari, mahasiswi Institut Kesehatan Rajawali, Program Studi Strata I
Kebidanan yang berjudul ‘Pengaruh Teknik Effleurage Message Terhadap
Intensitas Nyeri Abdomen Ibu Postpartum 6 Jam - 2 Hari Di Rumah Bersalin
Andir Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun 2022”.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dan saya tandatangani tanpa
adanya paksaan dari pihak manapun. Saya juga menyadari bahwa penelitian ini
tidak akan menimbukan kerugian kepada saya sebagai responden, maka dari itu
saya bersedia menjadi responden.

Cianjur, ………………….2022
Mengetahui,
Peneliti Yang Membuat
Pernyataan

Indah Ayu NurLestari (………………………………)


Frequencies

Statistics
Nyeri Sebelum Nyeri Sesudah
Intervensi Intervensi
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 5.93 1.67
Std. Error of Mean .179 .232
Median 6.00 2.00
Mode 5 3
Std. Deviation .980 1.269
Variance .961 1.609
Range 3 4
Minimum 5 0
Maximum 8 4
Sum 178 50

Explore

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nyeri Sebelum Intervensi 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Nyeri Sesudah Intervensi 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Nyeri Sebelum Intervensi Mean 5.93 .179
95% Confidence Interval for Lower Bound 5.57
Mean Upper Bound 6.30
5% Trimmed Mean 5.87
Median 6.00
Variance .961
Std. Deviation .980
Minimum 5
Maximum 8
Range 3
Interquartile Range 2
Skewness .611 .427
Kurtosis -.792 .833
Nyeri Sesudah Intervensi Mean 1.67 .232
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.19
Mean Upper Bound 2.14
5% Trimmed Mean 1.65
Median 2.00
Variance 1.609
Std. Deviation 1.269
Minimum 0
Maximum 4
Range 4
Interquartile Range 3
Skewness -.076 .427
Kurtosis -1.357 .833

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nyeri Sebelum Intervensi .263 30 .000 .820 30 .000
Nyeri Sesudah Intervensi .187 30 .009 .870 30 .002
a. Lilliefors Significance Correction

Setelah di lakukan uji normalitas data sebanyak dua kali, data berdistribusi tidak normal
sehingga peneliti melakukan uji wilxcoxon

Wilcoxon Signed Ranks Test

N Mean Rank Sum of Ranks


Nyeri Sesudah Intervensi - Negative Ranks 30a 15.50 465.00
Nyeri Sebelum Intervensi Positive Ranks 0b
.00 .00
Ties 0 c

Total 30
a. Nyeri Sesudah Intervensi < Nyeri Sebelum Intervensi
b. Nyeri Sesudah Intervensi > Nyeri Sebelum Intervensi
c. Nyeri Sesudah Intervensi = Nyeri Sebelum Intervensi
Test Statisticsa
Nyeri Sesudah
Intervensi -
Nyeri Sebelum
Intervensi
Z -4.883b

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.


DOKUMENTASI PENELITIAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Indah Ayu Nurlestari


Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 6 Oktober 1990
Alamat : Kp. Babakan Cimareme RT 04 RW.02 Desa
Gunung Sari Kecamatan Ciranjang Kabupaten
Cianjur
Telepon/hp : 087820155837

Riwayat Pendidikan
1. TK Kemala Bhayangkari Kab. Cianjur Tahun 1995 s.d. 1996
2. SDN Karangsari Kab. Cianjur Tahun 1996 s.d. 2002
3. SLTPN 1 Ciranjang Tahun 2002 s.d. 2005
4. SMA PASUNDAN 1 Kab. Cianjur Tahun 2005 s.d. 2008
5. AKBID Cianjur Tahun 2008 s.d. 2011

Riwayat Pekerjaan
1. RBA Sukardy, dr., Sp.OG Tahun 2012 s.d. sekarang

Anda mungkin juga menyukai