Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IBU NIFAS DENGAN POST PARTUM BLUES


Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Emergency Kebidanan Komunitas
Dosen Pembimbing : Elizabeth Widayati, SST., M. Keb

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Annisa Ratna Fadhilah (A.12.17.0050)


Evi Sopiah Zulfah (A.12.17.0061)
Hesti Nurul Aini (A.12.17.0066)
Nina Andriani (A.12.17.0072)
Rezza Siti Maulidah P (A.12.17.0079)
Salwa Raswati (A.12.17.0082)

AKADEMI KEBIDANAN CIANJUR


Jl. Pangeran Hidayatullah No.109, Sawah Gede, Kec. Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat 43212
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “IBU NIFAS DENGAN POST PARTUM BLUES”, yang
mana makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Emergency
Kebidanan Komunitas. Pada kesempatan ini juga tidak lupa kami sampaikan
terima kasih kepada : Ibu Elizabeth Widayati, SST., M. Keb Selaku pembimbing
kami.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, dan juga berbagai sumber. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran.
Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran
ysng bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini. Akhirnya makalah ini
dapat memberikan pemikiran serta kelancaran tugas kami selanjutnya dan dapat
berguna bagi semua pihak Aamiin.

Cianjur, 2 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar isi....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian.................................................................................................
B. Etiologi.....................................................................................................
C. Manifestasi Klinis.....................................................................................
D. Patofisiologi..............................................................................................
E. Manajemen Gangguan Psikologik pada Kehamilan dan Persalinan........

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................5
B. Saran.........................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun
psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain
itu pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat
dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli.
1989). Dari dua pengertian di atas kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah
masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota
badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan selama 6
minggu. Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode yang
meliputi ”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, ”early
puerperineum” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu
setelah satu minggu sampai 6 minggu postpartum.
Kelahiran seorang anak umumnya dipandang sebagai kejadian yang bahagia,
namun banyak perempuan yang mengalami gejala depresi 4-6 minggu setelah
melahirkan dengan kesulitan memahami mengapa mereka mengalami depresi, karena
mereka menganggap bahwa ini adalah waktu yang menggembirakan. Ibu postpartum
sebagian besar mengalami apa yang dikenal sebagai postpartum blues. Postpartum
blues adalah respon normal terhadap tekanan melahirkan dan menghilang dengan
cepat, umumnya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu (Elder, 2009)
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari post partum blues?

2. Apa saja penyebab dari post partum blues?

3. Apa tanda dan gejala dari post partum blues?

4. Bagaimana patofisiologi dari post partum blues?

1
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari post partum blues?

6. Bagaimana penatalaksanaan dari post partum blues?

7. Bagaimana asuhan kebidanan pada pasien dengan post partum blues?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari postpartum blues

2. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari postpartum blues

3. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari postpartum blues

4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari post partum blues

5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dari post partum blues

6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari post partum blues

7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada pasien dengan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Postpartum blues dinamakan juga postnatal blues adalah gangguan mood yang
menyertai suatu persalinan. Biasanya terjadi dari hari ke 3 sampai ke 10 dan
umumnya terjadi perubahan hormonal. Hal ini umum terjadi kira-kira antara 10-17%
dari perempuan. Sarwono Prawirahardjo
Post partum blues merupakan sebagai bentuk gejala ringan atau depresi
sementara dengan durasi 3-7 hari pasca melahirkan. Gale & Harlow, (2003). Post
partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang
berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang
melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat
mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues
atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in,
cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam
rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Post-partum blues ini
dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering
tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana
seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan
dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi
keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai
dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami
dan perkembangan anak, karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus

3
bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel,
pencemas, pemurung dan mudah sakit.
B. Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya
postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena
estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu
suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin
yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.

2. Faktor umur

3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan,


kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,
sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami,
keluarga dan teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah
suami, keluarga, dan teman memberi dukungan moril (misalnya dengan
membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu
mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau
timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau
mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem
dengan orang tua dan mertua, problem dengan si sulung.

5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

C. Manifestasi Klinis

4
Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang
ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah
melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba
menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara,
sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung. (iritabilitas), merasa terlalu
sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula
sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan,
merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan ,
insomnia yang berlebihan.
Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan
menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika
masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut
postpartum depression.
D. Patofisiologi
Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya
baby blues ini atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti
kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem dengan orang tua atau mertua,
kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya perhatin yang diberikan pada si ibu dan
factor dari etiologi serta factor psikolog lainnya merupakan penyebab utama.
Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian
depresi. Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan
pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons
psikologisnya, sensitive dan lebih membutuhkan perhatian, kasih saying dari orang
sekitarnya yang dianggap penting baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues
ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tak

5
jarang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada bayinya dengan
kekhawatiran yang berlebih.
E. Penatalaksanaan asuhan
Butuhnya dukungan yang memadai dari bidan misalnya dengan cara
memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan
persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa
tersebut serta penanganannya. Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara
belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur,
berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis
dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya,
bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.
Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan
pendekatan menyeluruh.
Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan
pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka
mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan
psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami,
keluarga dan juga teman dekatnya.

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara
yaitu :

1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan untu menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam
rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

6
b. Bidan harus memahami keadaan pasien

c. Dengan cara peningkatan support mental

2. Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga


diantaranya :

a. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih


perhatian terhadap istrinya

b. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir

c. Memperbanyak dukungan dari suami

d. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan

e. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

F. Manajemen Gangguan Psikologik pada Kehamilan dan Persalinan


Manajemen gangguan psikologik pada kehamilan dan persalinan menurut
Sarwono Prawirohardjo adalah :
a. Masa Antenatal

Pada masa antenatal seleksi pasien dengan riwayat gangguan


psikologik harus dilakukan. Perhatikan pada pasien yang hamil dengan
riwayat gangguan psikis saat hamil dan persalinan atau nifas sebelumnya,
karena kecenderungan gangguan psikik yang lebih berat Dibutuhkan suatu
komunikasi baik antara dokter dengan pasien untuk kemudian dapat
memberikan saran dan psikoterapi yang memadai. Beberapa langkah dalam
mengenali, mencegah, dan mengobati kelainan psikik pada saar antenatal
antara lain:

7
 Buatlah suatu perencanaan bersama untuk mengenali psikik pada
ibu hamil, dengan menyadari adanya kelainan psikik ini maka dapat
memberikan terapi awal.

 Berikan penjelasan tentang tahap-tahap persalinan atau nifas pada


ibu dan keluarga.

 Dengarkan dan berilah tanggapan pada pasien apabila pasien


menyatakan keluhannya. Lakukan pemeriksaan secara cermat.
Apabila diperlukan, periksalah pelengkap diagnostic dengan
laboratoriun ataupun USG, rontgen, MRI dan sebagainya untuk
mendapatkan keyakinan dan kemantapan langkah-langkah
kehamilan dan persalinan selanjutnya.

 Ajaklah dan arahkan pasien dan keluarganya pada persiapan untuk


menghadapi kemungkinan-kemungkinan penyulit pada saat
kehamilan dan persalinan sedeikian rupa sehingga pasien atau
keluarganya mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap
kemampuan dokter atau saranan pelayanan yang ada.informasi yang
jelas dan terbuka disertai dengan komunikasi yang baik dengan
suami dan keluarga ibu hamil tersebut akan merupakan dukungan
yang sangat berarti.

b. Masa Intrapartum

Keadaan emosional pada ibu bersalin sangat dipengaruhi oleh timbulnya


rasa sakit dan rasa tidak enak selama persalinan berlangsung, apalagi bil
ibu hamil tersebut baru pertama kali melahirkan dan pertama kali dirawat
dirumahsakit.untuk itu, alangkah baiknya bila ibu hamil tersebut sudah
mengenal dengan baik keadaan ruang bersalin atau rumah sakit baik dari
segi pelayanannya maupun seluruh tenaga pelayanan yang ada. Usahakan

8
agar ibu bersalin tersebut berada dalam suasana yang hangat dan familiar
walaupun berada dirumahsakit
Peran tenaga kesehatan yang empati pada ibu bersalin sangat berarti.
Keluhan dan kebutuhan-kebutuhan yang timbul agar mendapatkan
tanggapan yang baik.penjelasan tentang kemajuan persalinan harus
dikerjakan secara baik sedemikian rupa agar ibu bersalin tidak jatuh pada
keadaan panic.
Peran suami yang sudah memahami proses persalinan bila berada
disamping ibu yang sedang bersalin sangat membantu kemantapan ibu
bersalin dalam menghadapi rasa sakit dan takut yang timbul.
c. Masa Nifas

Perawatan nifas memerlukan pengawasan serta komunikasi dua arah. Hal


ini akan membantu kenyaman ibu nifas dalam memasuki era kehidupan
baru sebagai ibu yang harus merawat dan menghidupi bayinya. Perawatan
secara “rooming in” merupakan pilihan untuk perawatan nifas. Saran dan
arahan dari petugas kepada ibu nifas hanya dikerjakan apabila ibu tersebut
mengalami kesulitan dan bertanya kepasa petugas.
Pengawasan dan arahan petugas kesehatan harus salu dilakukan dengan
baik termasuk memberikan pelajaran tentang perawatan bayi dan cara
laktasi yang benar.
Akan terjadi suatu kompetisidari ibu-ibu tersebut untuk menjalani
perawatan nifas sebaik mungkin terutaa dalam perawatan bayinya.
Problema-problema yang timbul selama masa nifas akan didiskusikan
diantara mereka untuk kemudian ditanyakan pada petugas kesehatan
apabila diperlukan. Secara tidak langsung ibu nifas akan mendapatkan rasa
percaya diri didalam perawatan dirinya ataupun bayinya sehingga pada saat
pulang dari rumahsakit sudah dapat mengatasi beberapa problem yang
mungkin timbul.

9
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan
tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan,
yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang
melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat
mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada
dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan untu menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam
rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

b. Bidan harus memahami keadaan pasien

c. Dengan cara peningkatan support mental

2. Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga


diantaranya :
a. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih
perhatian terhadap istrinya
b. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
c. Memperbanyak dukungan dari suami
d. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
e. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono (2016) Ilmu Kebidanan : PT Bina Pustaka Jakarta


https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/2852
https://www.academia.edu/16564024/post_partum_blues

13

Anda mungkin juga menyukai