DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
CEVI FEBRIAN
Po 71.20.2.19.004
TINGKAT 1A
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................1
Daftar Isi...........................................................................................................2
BAB I Pendahuluan..........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II Tinjauan Pustaka..................................................................................5
2.1 Pengertian...................................................................................................5
2.2 Etiologi.......................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis.......................................................................................6
2.4 Patofisiologi................................................................................................7
2.5 Pathway.......................................................................................................8
2.6 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................9
2.7 Penatalaksanaan..........................................................................................9
2.8 Asuhan Keperawatan teoritis......................................................................10
BAB III Pembahasan Kasus.............................................................................16
3.1 Pengkajian...................................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................26
3.3 Intervensi....................................................................................................27
3.4 Implementasi...............................................................................................30
3.5 Evaluasi.......................................................................................................30
BAB IV Penutup...............................................................................................35
4.1 Kesimpulan.................................................................................................35
2
4.2 Saran...........................................................................................................35
Daftar Pustaka...................................................................................................36
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari demam post partum blues?
2. Apa saja penyebab dari post partum blues?
3. Apa tanda dan gejala dari post partum blues?
4. Bagaimana patofisiologi dari post partum blues?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari post partum blues?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari post partum blues?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan post partum blues?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari postpartum blues
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari postpartum blues
3. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari postpartum blues
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari post partum blues
5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dari post partum
blues
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari post partum blues
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Post partum blues merupakan sebagai bentuk gejala ringan atau depresi
sementara dengan durasi 3-7 hari pasca melahirkan. Gale & Harlow, (2003).
Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan
tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah
persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun
dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan
estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan
emosional Ibu.
Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity
blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan
yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat
fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan
berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang
ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan
tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah
yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan
tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang
gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi
dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama
dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anak,
karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi
tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas,
pemurung dan mudah sakit.
6
2.2 Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap
terjadinya postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase
yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan
sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari
lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami menginginkan
juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan
moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan
sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa
kehamilannya atau timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak
membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya
dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan si
sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
2.3 Manifestasi Klinis
7
(iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah,
khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu
berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak mempunyai
ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan , insomnia yang
berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada
umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa
hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu
dapat disebut postpartum depression.
2.4 Patofisiologi
8
2.5 Pathway
9
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.7 Penatalaksanaan
10
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-
ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues
dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling
emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang
pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat
perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama,
dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman
dekatnya.
11
tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi
seksualitasnya.
4. Interaksi Orang tua Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran
anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif.
5. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan
mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang
tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita
karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk
dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya
melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian
menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan
dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika
respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak
dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi
bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar.
6. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues
ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita
terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya
dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain.
Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang
dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota
keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah
tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
12
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn
E.Doenges ( 2001 ) Adalah :
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis edema /
pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
2. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan
pengaruh komplikasi fisik dan emosional.
3. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis
(sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
C. Perencanaan
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema /pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Mengidentifikasi kebutuhan dan mengunakan intervensi untuk
mengatasi ketidaknyamanan.
Intervensi Keperawatan :
a. Tentukan adanya, lokasi dan sifat ketidaknyamanan.
b. Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.
c. Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama
setelah melahirkan.
d. Berikan kompres panas lembab (misalnya : rendam duduk / bak mandi).
e. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomy.
f. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic 30-60 menit sebelum
menyusui.
2. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan
pengaruh komplikasi fisik dan emosional.
13
Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang
tua, mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis, dan
secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir
dengan tepat.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji kekuatan, kelemahan, usia , status perkawianan, ketersediaan
sumber pendukung dan latar belakang budaya.
b. Perhatikan respon klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi
orang tua.
c. Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara emosi dan fisik yang pernah
dialami klien/pengalaman selama kanak-kanak.
d. Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalionan, adanya
komplikasi dan peran pasangan pada persalinan.
e. Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi
prenatal, intranatal dan pascapartal.
f. Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai
dengan indikasi.
g. Pantau dan dokiumentasikan interaksi klien/pasangan dengan bayi.
h. Anjurkan pasangan untuk mengunjungi dan mengendong bayi dan
berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin.
i. Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi
terhadap masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara
klien/pasanngan dan bayi tidak terjadi.
3. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu
Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi
kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi, mencari
sumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji respon emosional klien selama prenatal dan periode inpartum dan
persepsi klien tentang penampilannya selama persalinan.
14
b. Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman
kelahiran.
c. Kaji terhadap gejala depresi yang fana (perasaan sedih pascapartum),
pada hari ke-2 sampai ke-3 pasca partum (misalnya, ansietas, menangis,
kesedihan, konsentrasi yang buruk, dan depresi ringan atau berat).
d. Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya,
system pendukung, dan rencana untuk bantuan domestic pada saat
pulang.
e. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu
klien mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi
baru lahir.
f. Anjurkan pengungkapan raa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-
raguan tentang kemampuan menjadi orang tua.
g. Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok pendukungan
menjadi orang tua, pelayanan social, kelompok komunitas, atau
pelayanan perawat berkunjung.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis
(sangat gembira, ansietas dan kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
Tujuan : Menidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru,
melaporkan peningkatan rasa sejaterah dan istirahat.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.
b. Kaji faktor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat.
c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali
ke rumah.
d. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai
ASI.
e. Kaji lingkungan rumah, dan bantuan di rumah.
15
16
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama klien : Ny. SR
Umur klien : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Nama suami : Tn. Wahyunta
Umur suami : 29 tahun
Alamat : Samboro
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Diagnosa medik : Post partum
Tanggal masuk RS : 18-09-2013
No. RM : 03 74 77
Tgl Pengkajian : 18/09/2013
2. Keluhan Utama Saat Ini
Ibu menyatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika duduk dan
berjalan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat hingga harus ke
rumah sakit.
4. Riwayat persalinan dan kelahiran saat ini
a. Lama persalinan:
Kala I 4 jam 20 menit
Kala II 5 menit
Kala III 5 menit
17
Total waktu persalinan 4 jam 30 menit.
b. Posisi fetus memanjang, punggung kiri, dengan presentasi kepala.
c. Tipe kelahiran spontan.
d. Penggunaan analgesik dan anestesi, selama proses persalinan ibu tidak
diberikan analgesik dan anestesi.
e. Masalah selama persalinan tidak ada bayi lahir spontan, terjadi ruptur
perineum derajat I dengan jahitan dalam 1 luar 1. Jumlah perdarahan
kala I 0 cc, kala II 0 cc, kala III 100 cc, kala IV 50 cc. Total
perdarahan 150 cc.
5. Data Bayi Saat Ini
a. Keadaan umum bayi baru lahir (Jenis kelamin: Laki-laki)
1) Berat badan : 3100 Gram
2) Panjang badan : 45 Cm
3) Lingkar kepala : 32 Cm
4) Lingkar dada : 33 Cm.
5) Lingkar perut : 31,5 Cm.
6) Lingkar lengan atas : 10,5 Cm.
b. Apgar Score
No Tgl/Jam Karakteristik Menit 1 Menit 5
Penilaian
1. 3-11-2004 Denyut jantung 2 2
2. 06.25 WIB Pernapasan 2 2
3 Refleks 1 1
4. Tonus otot 1 2
5. Warna kulit 1 2
Total 7 9
Kesimpulan: Bayi normal tidak mengalami asfiksia.
18
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
hipertensi, gula, atau penyakit menurun lainnya. Juga tidak ada yang
menderita penyakit menular.
8. Riwayat Ginekologi
Ibu mengalami menarche pada usia 14 tahun, lama menstruasi 5 hari
dengan siklus 30 hari. Darah yang keluar biasanya cukup banyak, encer,
berwarna merah, dengan bau amis. Hari pertama menstruasi terakhir
(HPHT) 09-12/2012 dengan hari perkiraan lahir (HPL) 05/09/2013
Ibu merupakan akseptor IUD dan sudah dipakai selama 2 tahun sebelum
gagal dan diekstraksii pada bulan Maret 2012.
9. Riwayat Obstetri
Ibu G2P1A0 , anak pertama laki-laki usia 3 tahun dengan BBL 3200 gram,
lahir spontan, di RSUD Kabupaten Mamuju.
10. Review of System dan Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum : Ibu tampak rapi, terlihat lelah, berjalan dengan
bantuan dan tertatih-tatih.
b. Berat badan : 60 Kg.
c. Tinggi badan : 151 Cm.
d. Tanda-tanda vital : TD: 110/80 mmHg , N: 84 kali/menit, R: 24
kali/menit, S: 36,5 oC.
19
muka sekalian mandi, duduk. Tampak lelah.
tidak ada keluhan. Tidak ada oedema,
konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik,
penglihatan normal,
kelenjar tiroid tidak
membesar, kelenjar limfe
tidak teraba, vena
jugularis tidak
meningkat, tidak terdapat
bekas operasi.
3. Telinga Tidak ada keluhan. Bersih, discharge tidak
ada, pendengaran normal.
4. Mulut, Tidak ada keluhan. Bersih, tidak terdapat
tenggorokan, karies gigi, tidak ada
hidung stomatitis, sekret hidung
bersih, tidak memakai
alat bantu, fungsi baik.
5. Thoraks dan Tidak ada keluhan. Simetris kanan-kiri, tidak
paru-paru ada ketinggalan gerak,
paru dalam batas normal,
tidak terdengar suara
nafas tambahan.
6. Payudara Ibu mengatakan air Lunak, puting susu
susu sudah keluar dan menonjol keluar, ASI
akan menyusui sudah keluar.
bayinya setelah
istirahat.
7. Jantung Tidak ada keluhan. Tidak membesar, ictus
kordis pada ICS ke 5,
tidak ada bising jantung.
8. Abdomen Ibu mengatakan perut Terdapat striae
terasa mual-mual dan gravidarum, tinggi
20
seperti dipelintir. fundus uteri 2 jari
dibawah pusat, teraba
lunak, peristaltik positif
agak lemah.
9. Genetalia Ibu mengatakan nyeri Lochia jumlahnya
pada daerah kemaluan sedang, warna merah
terutama jika untuk gelap, terdapat bekuan
bergerak dan duduk, kecil.
nyeri tajam, perih,
lokasi pada daerah
perineum, nyeri
sedang skala 6.
Ibu menyatakan sudah
buang air kecil 1 kali.
10. Anus dan rektum Ibu mengatakan buang Terdapat ruptur perineum
air besar tadi malam dengan jahitan luar 1
sebelum melahirkan, jenis Zide. Luka tampak
setelah melahirkan basah.
sampai sekarang
belum.
11. Musculoskeletal Tidak ada keluhan. Refleks positif,, tidak ada
varises, tidak terjadi
oedema, tanda-tanda
REEDA negatif,
kekuatan otot 5, ROM
normal.
11. Riwayat Kesehatan
21
ini.
22
anggota keluarga dan masyarakat sekitar baik-baik saja.
9. Pola seksualitas- Selama hamil sudah ada kesepakatan dengan suami untuk
reproduksi mengurangi frekwensi hubungan seksual. Tidak ada
gangguan dalam melakukan akttifitas tersebut, juga tidak
terjadi kontak bleeding.
10. Pola stress-koping Ibu berpenampilan rapi, berbicara pelan-pelan, dan selalu
minta pertimbangan suami atau ibunya jika ada masalah
atau harus mengambil keputusan.
11. Pola kepercayaan-nilai- Ibu berasal dari suku jawa dan beragama Islam sehingga
nilai kebudayaan yang umum di masyarakat masih dilakukan
seperti tujuh bulanan dan selamatan. Ibu merasa sangat
bersyukur bayinya dapat lahir selamat mengingat usia
kehamilan yang mundur.
23
e. Tingkat pendidikan
Ibu berpendidikan terakhir SLTA sedangkan suaminya sarjana.
f. Tingkat sosial ekonomi
Menengah dengan penghasilan perbulan Rp 750.000.00.
24
18/09/2013 Amoxycillin Oral 3 x 500 Mg Antibiotik (mencegah
Asam Mefenamat Oral 3 x 500 Mg infeksi)
Emineton Oral 1 x 1 tab. Analgetik (mengurangi
nyeri)
Derivat besi (mengatasi
anemia)
19/09/2013 Amoxycillin Oral 3 x 500 Mg Antibiotik (mencegah
Asam Mefenamat Oral 3 x 500 Mg infeksi)
Emineton Oral 1 x 1 tab. Analgetik (mengurangi
nyeri)
Derivat besi (mengatasi
anemia)
20/09/2013 Amoxycillin Oral 3 x 500 Mg Antibiotik (mencegah
Asam Mefenamat Oral 3 x 500 Mg infeksi)
Emineton Oral 1 x 1 tab. Analgetik (mengurangi
nyeri)
Derivat besi (mengatasi
anemia)
16. Analisa Data
25
atau duduk.
3. Tanda-tanda vital : TD: 110/80
mmHg , N: 84 kali/menit, R: 24
kali/menit, S: 36,5 oC.
DS: Faktor risiko: Risiko infeksi
Ibu mengatakan terdapat luka di Trauma jaringan
kemaluannya dan rasanya sakit. Tidak adekuatnya
DO: pertahanan sekunder
1. Terdapat ruptur perineum derajat I dengan tubuh
jahitan luar 1 Zide.
2. Luka tampak basah.
3. Lb. Darah (3-11-2004):
HB: 9,9
AL: 13,3
HCT: 30
DS: Kelelahan Defisit
Ibu mengatakan merasa lelah dan ingin perawatan
tidur. diri:
DO: Mandi/kebersi
1. Ibu tidak mampu masuk dan keluar dari han diri,
kamar mandi. Toileting
2. Tampak lemah.
3. Aktivitas kebersihan diri dibantu oleh
keluarga.
26
3.3 Rencana Keperawatan
Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawat
an
18/09/2011. Nyeri akut Setelah diberikan1. Kaji ulang 1. mengidentifikasi
3 berhubunga asuhan skala nyeri kebutuhan dan
n dengan keperawatan 2. Anjurkan intervensi yang
trauma diharapkan nyeri ibu agar tepat
mekanis , ibu berkurang menggunaka2. untuk
edema / dengan criteria n teknik mengalihkan
pembesaran evaluasi : skala relaksasi dan perhatian ibu dan
jaringan nyeri 0-1 , ibu distraksi rasa nyeri yang
atau mengatakan rasa nyeri dirasakan
distensi nyerinya 3. Motivasi : 3. memperlancar
efek efk berkurang sampai untuk pengeluaran
hormonal hilang , tidak mobilisasi lochea,
merasa nyeri saat sesuai mempercepat
mobilisasi , tanda indikasi involusi dan
27
vital dalam batas 4. Berikan mengurangi
normal . S = 37 kompres nyeri secara
C . N = 80 hangat bertahap.
x
/menit , TD = 5. Delegasi 4. meningkatkan
120/80 mmHG , R pemberian sirkulasi pada
= 18 20 x / menit analgetik perinium
5. melonggarkan
system saraf
perifer sehingga
rasa nyeri
berkurang
28
n keluaran bokong. memperlancar
urine ) 5. Sarankan sirkulasi ke
ibu perinium dan
membersihk mengurangi
an perineal udema.
dari depan 5. membantu
ke belakang. mencegah
kontaminasi rektal
melalui vaginal.
29
3.4 Implementasi dan Evaluasi
No Tanggal/ Tindakan Catatan Perkembangan TTD
DX Jam
1 Rabu,18/0 Mengkaji nyeri klien: S:
9/2013 PQRST. - Ibu mengatakan masih
Jam 09.45 Mengukur TTV. merasa nyeri pada daerah
Wita Menganjurkan klien untuk sekitar kemaluan
melakukan mobilisasi meskipun sudah
bertahap. berkurang dibanding tadi
Membatasi pengunjung. pagi.
- Nyeri tajam, perih, nyeri
Rabu,18/0
1. Mengkaji nyeri klien: sedang skala 5, waktu
9/2013 PQRST. ketika melakukan
Jam 21.10
2. Menyarankan klien untuk mobilisasi/ambulasi.
Wita mengubah posisi tidur secara - Ibu mengatakan sudah
teratur. mencoba turun dari
3. Mengajarkan klien tehnik tempat tidur dengan
napas dalam dan masase bantuan kursi dan posisi
pada daerah ekstremitas dan tidur berubah-ubah.
punggung. O:
4. Membatasi pengunjung. -Ekspresi wajah ketika
melakukan ambulasi
tampak menahan nyeri.
- Posisi tidur miring ke
30
kanan.
- Ibu mampu
Kamis,19/ mempraktekkan teknik
09/2013 Mengkaji nyeri klien: napas dalam dan masase.
Jam 06.00 PQRST. 4. Penunggu 1 orang ibu
Wita 2. Mengukur TTV. klien.
3. Memberikan analgetik asam A : Tujuan belum
mefenamat 500 Mg oral. berhasil.
4. Menjelaskan tentang nyeri P : Lanjutkan intervensi.
pada post partum. S : Ibu mengatakan nyeri
jauh berkurang
dibandingkan kemarin,
nyeri ringan, skala 3,
lokasi di daerah sekitar
kemaluan.
O:
1. Tanda-tanda vital: TD:
120/70 mmHg, N: 80
kali/mnt, R: 24 kali/mnt,
S: 36,6 oC.
2. Obat diminum.
3. Wajah tampak segar,
tenang.
4. Dapat turun dari tempat
tidur dan berjalan.
A : Tujuan berhasil
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
2 Kamis,19/
1. Mengkaji kemampuan S:
09/2013 mandi ibu. 1. Ibu mengatakan sudah
Jam 09.45
2. Mengkaji kemampuan ibu ke bisa membersihkan
31
Wita toilet. daerah perineal yaitu
3. Mengkaji keadaan kuku. dengan sabun dan selalu
dijaga kekeringannya,
mengganti pembalut jika
basah.
2. Ibu mengatakan kalau
mandi dan ke toilet
sementara waktu dibantu
oleh ibunya, tadi sore.
Kamis,19/
1. Melakukan diskusi dengan
09/2013 ibu cara membersihkan
Jam 21.30 daerah perineal. O : Aktif dalam diskusi.
Wita 2. Menganjurkan ibu pada saat A : Tujuan berhasil
mandi untuk: sebagian.
Menggunakan suhu air yang P : Lanjutkan intervensi.
nyaman.
Memonitor kondisi kulit.
Menempatkan alat mandi
sesuai kondisi.
Kamis,19/ Menyediakan alat mandi
09/2013 pribadi. Kamis, 19/09/2013 Jam
Jam 05.30 07.00 WIB
Wita Kamis, 19/09/2013 JamS :
05.30 WIB 1. Ibu mengatakan pagi ini
toileting. O:
32
ke toilet. kamar mandi.
2. Ibu mampu mandi dan
melakukan eliminasi di
kamar mandi.
3. Keluarga membantu
menuntun klien dan
menyediakan alat
mandinya.
4. Ibu tampak segar dan
berbau haru
A : Tujuan berhasil.
P : Lanjutkan dengan
motivasi ibu untuk
melakukan aktivitas
lainnya secara mandiri.
3 Jumat,20/1. Membatasi jumlah S : Ibu mengatakan akan
09/2013 pengunjung. melakukan hal-hal yang
Jam 09.45
2. Mengajarkan cara mencuci disarankan meskipun
Wita tangan kepada orang tua. selama ini juga sudah
3. Menganjurkan orang tua melakukannya.
untuk mencuci tangan O : Klien dan keluarga
sebelum dan sesudah kontak aktif dalam diskusi.
dengan bayi. Tidak ditemukan
4. Memonitor tanda infeksi tanda-tanda infeksi.
lokal dan sistemik. A : Tujuan berhasil
5. Memonitor AL. sebagian.
6. Mengukur tanda-tanda vital. P : lanjutkan intervensi.
7. Mengawasi tanda-tanda
REEDA.
Jumat,20/8. Mengobservasi kontraksi
09/2013 uterus.
33
Jam 21.30
Wita 1. Menganjurkan ibu danS : Ibu mengatakan cairan
keluarga untuk: yang keluar berwarna
Menjaga kebersihan kamar. merah dengan jumlah
membatasi jumlah lumayan banyak, perut
pengunjung. juga masih terasa mulas
Memberikan nutrisi yang tapi sudah berkurang
adekuat. dibanding kemarin.
34
7. Memberikan antibiotik
Amoxycillin 500 Mg per oral
dan derivat besi Emineton 1
tablet.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati
setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau
pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan
estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan
emosional Ibu.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues
ada dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
2. Peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga
4.2 Saran
Semoga makalah ini memberikan wawasan kepada kita tentang post partum
blues sebagai salah satu penyebab utama gangguan suasana hati setelah
melahirkan. Dan kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat
memberikan masukan, kritik dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang
post partum blues terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan secara
umum, dan secara lebih khusus pada ibu yang mengalami post partum blues.
36
DAFTAR PUSTAKA
37