Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN

POST PARTUM BLUES

DOSEN PENGAMPU

NIKETUT SUJATI M.kes

DISUSUN OLEH

CEVI FEBRIAN
Po 71.20.2.19.004

TINGKAT 1A

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Post Partum Blues.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, 29 Februari 2020

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................1
Daftar Isi...........................................................................................................2
BAB I Pendahuluan..........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II Tinjauan Pustaka..................................................................................5
2.1 Pengertian...................................................................................................5
2.2 Etiologi.......................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis.......................................................................................6
2.4 Patofisiologi................................................................................................7
2.5 Pathway.......................................................................................................8
2.6 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................9
2.7 Penatalaksanaan..........................................................................................9
2.8 Asuhan Keperawatan teoritis......................................................................10
BAB III Pembahasan Kasus.............................................................................16
3.1 Pengkajian...................................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................26
3.3 Intervensi....................................................................................................27
3.4 Implementasi...............................................................................................30
3.5 Evaluasi.......................................................................................................30
BAB IV Penutup...............................................................................................35
4.1 Kesimpulan.................................................................................................35

2
4.2 Saran...........................................................................................................35
Daftar Pustaka...................................................................................................36

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan
adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang
terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari
norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat
merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional
ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi
pada seorang ibu yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi
perubahan psikologi yang abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi
menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan pascapartum,
depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum. Pada makalah ini
kami akan membahas secara khusus mengenai post partum blues. Beberapa
penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran
barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita
berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil
menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan
berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-
partum blues.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari demam post partum blues?
2. Apa saja penyebab dari post partum blues?
3. Apa tanda dan gejala dari post partum blues?
4. Bagaimana patofisiologi dari post partum blues?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari post partum blues?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari post partum blues?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan post partum blues?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari postpartum blues
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari postpartum blues
3. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari postpartum blues
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari post partum blues
5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dari post partum
blues
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari post partum blues
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Post partum blues merupakan sebagai bentuk gejala ringan atau depresi
sementara dengan durasi 3-7 hari pasca melahirkan. Gale & Harlow, (2003).
Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan
tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah
persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun
dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan
estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan
emosional Ibu.
Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity
blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan
yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat
fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan
berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang
ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan
tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah
yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan
tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang
gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi
dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama
dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anak,
karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi
tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas,
pemurung dan mudah sakit.

6
2.2 Etiologi

Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap
terjadinya postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase
yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan
sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari
lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami menginginkan
juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan
moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan
sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa
kehamilannya atau timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak
membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya
dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan si
sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
2.3 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap


seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari
setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering
tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan,
tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung

7
(iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah,
khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu
berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak mempunyai
ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan , insomnia yang
berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada
umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa
hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu
dapat disebut postpartum depression.

2.4 Patofisiologi

Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan


terjadinya baby blues ini atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat
seperti kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem dengan orang tua
atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya perhatin yang
diberikan pada si ibu dan factor ari etiologi serta factor psikolog lainnya
merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan
sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen
memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim
otak yang bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan serotonin yang berperan
dalam perubahan mood dan kejadian depresi. Karena proses ini pula seorang
ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat emosional. Biasanya
ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih
membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap
penting baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan
rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tek jarang
terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada
bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan.

8
2.5 Pathway

9
2.6 Pemeriksaan Penunjang

Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat


disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi
kriteria gejala yang ada. Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada
individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada
ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang
sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan
acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat
dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh
Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang
teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7
hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas
perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang
terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh)
pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban
yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi
perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu.

2.7 Penatalaksanaan

Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda


dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Dukungan
yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat
sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang
memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-
penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang
dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur,
berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak
perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan

10
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-
ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues
dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling
emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang
pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat
perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama,
dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman
dekatnya.

2.8 Asuhan Keperawatan Teoritis


A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat
dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru.
Pengkajiannya meliputi ;
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain-lain.
2. Dampak pengalaman melahirkan
Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana
tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran
pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka
dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi,
anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena
tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang
dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan
mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
3. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas
ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa
nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang

11
tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi
seksualitasnya.
4. Interaksi Orang tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran
anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif.
5. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan
mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang
tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita
karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk
dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya
melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian
menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan
dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika
respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak
dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi –
bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar.
6. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues
ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita
terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya
dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain.
Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang
dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota
keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah
tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.

12
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn
E.Doenges ( 2001 ) Adalah :
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis edema /
pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
2. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan
pengaruh komplikasi fisik dan emosional.
3. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis
(sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.

C. Perencanaan
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema /pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Mengidentifikasi kebutuhan dan mengunakan intervensi untuk
mengatasi ketidaknyamanan.
Intervensi Keperawatan :
a. Tentukan adanya, lokasi dan sifat ketidaknyamanan.
b. Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.
c. Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama
setelah melahirkan.
d. Berikan kompres panas lembab (misalnya : rendam duduk / bak mandi).
e. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomy.
f. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic 30-60 menit sebelum
menyusui.
2. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan
pengaruh komplikasi fisik dan emosional.

13
Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang
tua, mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis, dan
secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir
dengan tepat.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji kekuatan, kelemahan, usia , status perkawianan, ketersediaan
sumber pendukung dan latar belakang budaya.
b. Perhatikan respon klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi
orang tua.
c. Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara emosi dan fisik yang pernah
dialami klien/pengalaman selama kanak-kanak.
d. Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalionan, adanya
komplikasi dan peran pasangan pada persalinan.
e. Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi
prenatal, intranatal dan pascapartal.
f. Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai
dengan indikasi.
g. Pantau dan dokiumentasikan interaksi klien/pasangan dengan bayi.
h. Anjurkan pasangan untuk mengunjungi dan mengendong bayi dan
berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin.
i. Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi
terhadap masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara
klien/pasanngan dan bayi tidak terjadi.
3. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu
Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi
kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi, mencari
sumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji respon emosional klien selama prenatal dan periode inpartum dan
persepsi klien tentang penampilannya selama persalinan.

14
b. Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman
kelahiran.
c. Kaji terhadap gejala depresi yang fana (perasaan sedih pascapartum),
pada hari ke-2 sampai ke-3 pasca partum (misalnya, ansietas, menangis,
kesedihan, konsentrasi yang buruk, dan depresi ringan atau berat).
d. Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya,
system pendukung, dan rencana untuk bantuan domestic pada saat
pulang.
e. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu
klien mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi
baru lahir.
f. Anjurkan pengungkapan raa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-
raguan tentang kemampuan menjadi orang tua.
g. Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok pendukungan
menjadi orang tua, pelayanan social, kelompok komunitas, atau
pelayanan perawat berkunjung.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis
(sangat gembira, ansietas dan kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
Tujuan : Menidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru,
melaporkan peningkatan rasa sejaterah dan istirahat.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.
b. Kaji faktor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat.
c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali
ke rumah.
d. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai
ASI.
e. Kaji lingkungan rumah, dan bantuan di rumah.

15
16
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama klien : Ny. SR
Umur klien : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Nama suami : Tn. Wahyunta
Umur suami : 29 tahun
Alamat : Samboro
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Diagnosa medik : Post partum
Tanggal masuk RS : 18-09-2013
No. RM : 03 74 77
Tgl Pengkajian : 18/09/2013
2. Keluhan Utama Saat Ini
Ibu menyatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika duduk dan
berjalan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat hingga harus ke
rumah sakit.
4. Riwayat persalinan dan kelahiran saat ini
a. Lama persalinan:
 Kala I 4 jam 20 menit
 Kala II 5 menit
 Kala III 5 menit

17
Total waktu persalinan 4 jam 30 menit.
b. Posisi fetus memanjang, punggung kiri, dengan presentasi kepala.
c. Tipe kelahiran spontan.
d. Penggunaan analgesik dan anestesi, selama proses persalinan ibu tidak
diberikan analgesik dan anestesi.
e. Masalah selama persalinan tidak ada bayi lahir spontan, terjadi ruptur
perineum derajat I dengan jahitan dalam 1 luar 1. Jumlah perdarahan
kala I 0 cc, kala II 0 cc, kala III 100 cc, kala IV 50 cc. Total
perdarahan 150 cc.
5. Data Bayi Saat Ini
a. Keadaan umum bayi baru lahir (Jenis kelamin: Laki-laki)
1) Berat badan : 3100 Gram
2) Panjang badan : 45 Cm
3) Lingkar kepala : 32 Cm
4) Lingkar dada : 33 Cm.
5) Lingkar perut : 31,5 Cm.
6) Lingkar lengan atas : 10,5 Cm.
b. Apgar Score
No Tgl/Jam Karakteristik Menit 1 Menit 5
Penilaian
1. 3-11-2004 Denyut jantung 2 2
2. 06.25 WIB Pernapasan 2 2
3 Refleks 1 1
4. Tonus otot 1 2
5. Warna kulit 1 2
Total 7 9
Kesimpulan: Bayi normal tidak mengalami asfiksia.

6. Keadaan Psikologis Ibu


Ibu merasa baik-baik saja, senang bayinya lahir dengan selamat tanpa
masalah mengingat usia kehamilannya lebih dari 9 bulan (45 minggu)
7. Riwayat Penyakit Keluarga

18
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
hipertensi, gula, atau penyakit menurun lainnya. Juga tidak ada yang
menderita penyakit menular.
8. Riwayat Ginekologi
Ibu mengalami menarche pada usia 14 tahun, lama menstruasi 5 hari
dengan siklus 30 hari. Darah yang keluar biasanya cukup banyak, encer,
berwarna merah, dengan bau amis. Hari pertama menstruasi terakhir
(HPHT) 09-12/2012 dengan hari perkiraan lahir (HPL) 05/09/2013
Ibu merupakan akseptor IUD dan sudah dipakai selama 2 tahun sebelum
gagal dan diekstraksii pada bulan Maret 2012.
9. Riwayat Obstetri
Ibu G2P1A0 , anak pertama laki-laki usia 3 tahun dengan BBL 3200 gram,
lahir spontan, di RSUD Kabupaten Mamuju.
10.  Review of System dan Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum : Ibu tampak rapi, terlihat lelah, berjalan dengan
bantuan dan tertatih-tatih.
b. Berat badan : 60 Kg.
c. Tinggi badan : 151 Cm.
d. Tanda-tanda vital : TD: 110/80 mmHg , N: 84 kali/menit, R: 24
kali/menit, S: 36,5 oC.

No. Komponen Review of System Pemeriksaan Fisik


1. Kulit, rambut, Ibu mengatakan Kulit bersih, turgor kulit
kuku setelah melahirkan baik, lembab, rambut
langsung dimandikan bersih tidak rontok, kuku
oleh bidan, kuku rapi dan pendek.
sudah dipotong sejak
dari rumah.
Tidak ada keluhan.
2. Kepala dan leher Ibu mengatakan tadi Ekspresi wajah merintih
pagi sudah mencuci ketika bergerak atau

19
muka sekalian mandi, duduk. Tampak lelah.
tidak ada keluhan. Tidak ada oedema,
konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik,
penglihatan normal,
kelenjar tiroid tidak
membesar, kelenjar limfe
tidak teraba, vena
jugularis tidak
meningkat, tidak terdapat
bekas operasi.
3. Telinga Tidak ada keluhan. Bersih, discharge tidak
ada, pendengaran normal.
4. Mulut, Tidak ada keluhan. Bersih, tidak terdapat
tenggorokan, karies gigi, tidak ada
hidung stomatitis, sekret hidung
bersih, tidak memakai
alat bantu, fungsi baik.
5. Thoraks dan Tidak ada keluhan. Simetris kanan-kiri, tidak
paru-paru ada ketinggalan gerak,
paru dalam batas normal,
tidak terdengar suara
nafas tambahan.
6. Payudara Ibu mengatakan air Lunak, puting susu
susu sudah keluar dan menonjol keluar, ASI
akan menyusui sudah keluar.
bayinya setelah
istirahat.
7. Jantung Tidak ada keluhan. Tidak membesar, ictus
kordis pada ICS ke 5,
tidak ada bising jantung.
8. Abdomen Ibu mengatakan perut Terdapat striae
terasa mual-mual dan gravidarum, tinggi

20
seperti dipelintir. fundus uteri 2 jari
dibawah pusat, teraba
lunak, peristaltik positif
agak lemah.
9. Genetalia Ibu mengatakan nyeri Lochia jumlahnya
pada daerah kemaluan sedang, warna merah
terutama jika untuk gelap, terdapat bekuan
bergerak dan duduk, kecil.
nyeri tajam, perih,
lokasi pada daerah
perineum, nyeri
sedang skala 6.
Ibu menyatakan sudah
buang air kecil 1 kali.
10. Anus dan rektum Ibu mengatakan buang Terdapat ruptur perineum
air besar tadi malam dengan jahitan luar 1
sebelum melahirkan, jenis Zide. Luka tampak
setelah melahirkan basah.
sampai sekarang
belum.
11. Musculoskeletal Tidak ada keluhan. Refleks positif,, tidak ada
varises, tidak terjadi
oedema, tanda-tanda
REEDA negatif,
kekuatan otot 5, ROM
normal.
11. Riwayat Kesehatan

No. Komponen Hasil


1. Pola persepsi kesehatan- Ibu mengatakan bayi ini merupakan anak kedua, anak
pemeliharaan kesehatan pertamanya dulu juga dilahirkan di Sardjito, jadi ibu
merasa yakin atas kemampuannya untuk merawat bayinya

21
ini.

Selama ini ibu rajin memeriksakan diri ke dokter


kandungan, jika merasa tidak enak badan juga langsung
ke Puskesmas atau dokter praktek.
2. Pola nutrisi- Ibu makan 3 kali sehari, minum 6-8 gelas perhari, selama
metabolisme hamil muda merasa mual muntah tapi semakin bertambah
usia kehamilan gejala semakin hilang. Sekarang ibu sudah
mulai makan makanan kecil yang dibawa oleh suaminya.
3. Pola aktifitas-latihan Selama hamil ibu sering jalan-jalan bersama suami dan
aktivitas sehari-hari apat dilakukan mandiri, sekarang ibu
merasa lelah dan ingin tidur, juga tampak berhati-hati
ketika bergerak di tempat tidur.
Ibu tidak mampu masuk dan keluar dari kamar mandi
sehingga aktivitas kebersihan diri dibantu oleh keluarga.
4. Pola eliminasi Biasanya ibu bab 1-2 kali sehari dengan konsistensi lunak
dan bak 6-8 kali sehari selama hamil. Setelah melahirkan
bab belum sedangkan bak 1 kali tadi pagi.
5. Pola isitirahat-tidur Selama hamil istirahat/tidur tidak ada gangguan, tidur
siang selama 2 jam dan malam tidur jam 21.00 WIB dan
bangun pagi jam 04.30 WIB. Semalam ibu tiak dapat
tidur karena dalam proses persalinan, baru setelah bayi
lahir dan ibu dimandikan dapat tidur sebentar.
6. Pola persepsi-kognitif Ibu mengatakan merasa sakit pada daerah kemaluan. Ibu
juga mengatakan bahwa kehamilan yang sekarang ini
tidak disengaja karena gagalnya IUD, tetapi ibu dan
suaminya merasa senang juga dengan kehadiran anak
yang kedua ini.
7. Pola persepsi terhadap Ibu sangat kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang
diri diberikan dan meyakini bahwa semua tindakan itu adalah
untuk mempercepat menolong diri dan bayinya.
8. Pola hubungan-peran Orang terdekat adalah suaminya dan ibunya yang selalu
mendampingi. Ibu mengatakan selama ini hubungan antar

22
anggota keluarga dan masyarakat sekitar baik-baik saja.
9. Pola seksualitas- Selama hamil sudah ada kesepakatan dengan suami untuk
reproduksi mengurangi frekwensi hubungan seksual. Tidak ada
gangguan dalam melakukan akttifitas tersebut, juga tidak
terjadi kontak bleeding.
10. Pola stress-koping Ibu berpenampilan rapi, berbicara pelan-pelan, dan selalu
minta pertimbangan suami atau ibunya jika ada masalah
atau harus mengambil keputusan.
11. Pola kepercayaan-nilai- Ibu berasal dari suku jawa dan beragama Islam sehingga
nilai kebudayaan yang umum di masyarakat masih dilakukan
seperti tujuh bulanan dan selamatan. Ibu merasa sangat
bersyukur bayinya dapat lahir selamat mengingat usia
kehamilan yang mundur.

12. Profil Keluarga


a. Pendukung keluarga
Ibu tinggal serumah dengan suami, satu anaknya, dan satu adiknya.
Jika ada apa-apa biasa minta tolong kepada orang tuanya. Hubungan
dengan masyarakat sekitar juga baik.
b. Jumlah anak
Dua dengan anak yang sekarang. Anak pertama laki-laki, anak kedua
perempuan.
c. Tipe rumah dan komunitas
Rumah milik sendiri dengan bangunan permanen, lantai keramik
dengan ventilasi dan cahaya yang cukup. Sumber air PAM dan
memiliki WC sendiri. Jarak dengan tetangga dekat dan tipe komunitas
masyarakat desa dengan budaya gotong royong.
d. Pekerjaan
Ibu tidak bekerja, di rumah saja mengurus anaknya, sedangkan
suaminya adalah seorang pegawaii negeri sipil (Guru).

23
e. Tingkat pendidikan
Ibu berpendidikan terakhir SLTA sedangkan suaminya sarjana.
f. Tingkat sosial ekonomi
Menengah dengan penghasilan perbulan  Rp 750.000.00.

13. Riwayat dan Rencana Keluarga Berencana


Ibu pernah menggunakan IUD selama 2 tahun tapi gagal, ibu merasa tidak
nyaman akhirnya diekstraksi pada bulan Maret 2011. Ibu mengatakan
berencana akan memakai IUD lagi.

14. Pemeriksaan Laboratorium atau Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Lainnya
Tanggal dan Jenis Hasil pemeriksaan dan Interpretasi
Pemeriksaan Nilai Normal
Tanggal 03-11-2013
Lab. Darah :
        HB 9,9 (11,5-16,5) Turun
        AL 13,3 (4-11) Naik

        AE 4.35 (3,8-5,8) Normal

        AT 152 (150-450) Normal


30 (37-47) Turun
        HCT
AB
Golongan Darah

15. Terapi Medis yang Diberikan


Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis Indikasi Terapi
Terapi

24
18/09/2013 Amoxycillin Oral 3 x 500 Mg Antibiotik (mencegah
Asam Mefenamat Oral 3 x 500 Mg infeksi)
Emineton Oral 1 x 1 tab. Analgetik (mengurangi
nyeri)
Derivat besi (mengatasi
anemia)
19/09/2013 Amoxycillin Oral 3 x 500 Mg Antibiotik (mencegah
Asam Mefenamat Oral 3 x 500 Mg infeksi)
Emineton Oral 1 x 1 tab. Analgetik (mengurangi
nyeri)
Derivat besi (mengatasi
anemia)
20/09/2013 Amoxycillin Oral 3 x 500 Mg Antibiotik (mencegah
Asam Mefenamat Oral 3 x 500 Mg infeksi)
Emineton Oral 1 x 1 tab. Analgetik (mengurangi
nyeri)
Derivat besi (mengatasi
anemia)
16. Analisa Data

Data Penyebab Masalah


DS: Agen injuri fisik Nyeri akut
1.      Ibu mengatakan nyeri pada daerah Kontraksi uterus
kemaluan terutama jika untuk bergerak
dan duduk, nyeri tajam, perih, lokasi pada
daerah perineum, nyeri sedang skala 6.
2.      Ibu mengatakan perut terasa mual-mual
dan seperti dipelintir.
DO:
1.      Tampak berhati-hati ketika bergerak di
tempat tidur.
2.      Ekspresi wajah merintih ketika bergerak

25
atau duduk.
3.      Tanda-tanda vital : TD: 110/80
mmHg , N: 84 kali/menit, R: 24
kali/menit, S: 36,5 oC.
DS: Faktor risiko: Risiko infeksi
Ibu mengatakan terdapat luka di Trauma jaringan
kemaluannya dan rasanya sakit. Tidak adekuatnya
DO: pertahanan sekunder
1.      Terdapat ruptur perineum derajat I dengan tubuh
jahitan luar 1 Zide.
2.      Luka tampak basah.
3.      Lb. Darah (3-11-2004):
HB: 9,9
AL: 13,3
HCT: 30
DS: Kelelahan Defisit
Ibu mengatakan merasa lelah dan ingin perawatan
tidur. diri:
DO: Mandi/kebersi
1.      Ibu tidak mampu masuk dan keluar dari han diri,
kamar mandi. Toileting
2.      Tampak lemah.
3.      Aktivitas kebersihan diri dibantu oleh
keluarga.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Sesuai dengan prioritas diagnosa yang muncul adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri fisik, Kontraksi uterus.
b. Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan diri, Toileting berhubungan
dengan Kelelahan.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan Faktor risiko: Trauma jaringan, Tidak
adekuatnya pertahanan sekunder tubuh.

26
3.3 Rencana Keperawatan
Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawat
an
18/09/2011.      Nyeri akut Setelah diberikan1.      Kaji ulang 1.      mengidentifikasi
3 berhubunga asuhan skala nyeri kebutuhan dan
n dengan keperawatan 2.      Anjurkan intervensi yang
trauma diharapkan nyeri ibu agar tepat
mekanis , ibu berkurang menggunaka2.      untuk
edema / dengan criteria n teknik mengalihkan
pembesaran evaluasi : skala relaksasi dan perhatian ibu dan
jaringan nyeri 0-1 , ibu distraksi rasa nyeri yang
atau mengatakan rasa nyeri dirasakan
distensi nyerinya 3.      Motivasi : 3.      memperlancar
efek – efk berkurang sampai untuk pengeluaran
hormonal hilang , tidak mobilisasi lochea,
merasa nyeri saat sesuai mempercepat
mobilisasi , tanda indikasi involusi dan

27
vital dalam batas 4.      Berikan mengurangi
normal . S = 37 kompres nyeri secara
C . N = 80 hangat bertahap.
x
/menit , TD = 5.      Delegasi 4.      meningkatkan
120/80 mmHG , R pemberian sirkulasi pada
= 18 – 20 x / menit analgetik perinium
5.      melonggarkan
system saraf
perifer sehingga
rasa nyeri
berkurang

19/09/2011.      Resiko setelah diberikan 1.      Kaji lochea1.      untuk dapat


3 tinggi askep diharapkan (warna, bau, mendeteksi tanda
terhadap infeksi pada ibu jumlah) infeksi lebih dini
kekurangan tidak terjadi kontraksi dan
volume dengan KE : dapat uterus dan mengintervensi
cairan mendemonstrasika kondisi dengan tepat.
berhubunga n teknik untuk jahitan 2.      pembalut yang
n dengan menurunkan episiotomi. lembab dan
penurunan resiko infeksi, 2.      Sarankan banyak darah
masukan / tidak terdapat pada ibu merupakan media
penggantia tanda-tanda agar yang menjadi
n tidak infeksi. mengganti tempat
adekuat , pembalut berkembangbiakn
kehilangan tiap 4 jam. ya kuman.
cairan 3.      Pantau 3.      peningkatan suhu
berlebih tanda-tanda > 38C
( muntah , vital. menandakan
hemoragi , 4.      Lakukan infeksi.
peningkata rendam 4.      untuk

28
n keluaran bokong. memperlancar
urine ) 5.      Sarankan sirkulasi ke
ibu perinium dan
membersihk mengurangi
an perineal udema.
dari depan 5.      membantu
ke belakang. mencegah
kontaminasi rektal
melalui vaginal.

20/09/2011.      Resiko setelah diberikan


1.      Ajarkan ibu1.      memberi
3 tinggi askep ibu agar rangsangan pada
terhadap diharapkan tidak massage uterus agar
infeksi kekurangan sendiri berkontraksi kuat
berhubunga volume cairan fundus uteri. dan mengontrol
n dengan dengan KE 2.:       Pertahankan perdarahan.
trauma cairan masuk dan cairan 2.      mencegah
jaringan , keluar seimbang, peroral 1,5-2 terjadinya
penurunan Hb/Ht dalam batas Liter/hari dehidrasi.
Hb , normal (12,0-16,0
3.      Observasi 3.      peningkatan suhu
prosedur gr/dL) perubahan dapat
invasive , suhu, nadi, memperhebat
pecah tensi. dehidrasi.
ketuban , 4.      Periksa 4.      penurunan Hb
malnutrisi ulang kadar tidak boleh
Hb/Ht. melebihi 2 gram
%/100 dL.

29
3.4 Implementasi dan Evaluasi
No Tanggal/ Tindakan Catatan Perkembangan TTD
DX Jam
1 Rabu,18/0 Mengkaji nyeri klien: S:
9/2013 PQRST. - Ibu mengatakan masih
Jam 09.45 Mengukur TTV. merasa nyeri pada daerah
Wita Menganjurkan klien untuk sekitar kemaluan
melakukan mobilisasi meskipun sudah
bertahap. berkurang dibanding tadi
Membatasi pengunjung. pagi.
- Nyeri tajam, perih, nyeri
Rabu,18/0
1.     Mengkaji nyeri klien: sedang skala 5, waktu
9/2013 PQRST. ketika melakukan
Jam 21.10
2.      Menyarankan klien untuk mobilisasi/ambulasi.
Wita mengubah posisi tidur secara - Ibu mengatakan sudah
teratur. mencoba turun dari
3.      Mengajarkan klien tehnik tempat tidur dengan
napas dalam dan masase bantuan kursi dan posisi
pada daerah ekstremitas dan tidur berubah-ubah.
punggung. O:
4.      Membatasi pengunjung. -Ekspresi wajah ketika
melakukan ambulasi
tampak menahan nyeri.
- Posisi tidur miring ke

30
kanan.
- Ibu mampu
Kamis,19/ mempraktekkan teknik
09/2013 Mengkaji nyeri klien: napas dalam dan masase.
Jam 06.00 PQRST. 4.      Penunggu 1 orang ibu
Wita 2.      Mengukur TTV. klien.
3.      Memberikan analgetik asam A : Tujuan belum
mefenamat 500 Mg oral. berhasil.
4.      Menjelaskan tentang nyeri P : Lanjutkan intervensi.
pada post partum. S : Ibu mengatakan nyeri
jauh berkurang
dibandingkan kemarin,
nyeri ringan, skala 3,
lokasi di daerah sekitar
kemaluan.
O:
1.      Tanda-tanda vital: TD:
120/70 mmHg, N: 80
kali/mnt, R: 24 kali/mnt,
S: 36,6 oC.
2.      Obat diminum.
3.      Wajah tampak segar,
tenang.
4.      Dapat turun dari tempat
tidur dan berjalan.
A : Tujuan berhasil
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
2 Kamis,19/
1.      Mengkaji kemampuan S:
09/2013 mandi ibu. 1.      Ibu mengatakan sudah
Jam 09.45
2.      Mengkaji kemampuan ibu ke bisa membersihkan

31
Wita toilet. daerah perineal yaitu
3.      Mengkaji keadaan kuku. dengan sabun dan selalu
dijaga kekeringannya,
mengganti pembalut jika
basah.
2.      Ibu mengatakan kalau
mandi dan ke toilet
sementara waktu dibantu
oleh ibunya, tadi sore.
Kamis,19/
1.      Melakukan diskusi dengan
09/2013 ibu cara membersihkan
Jam 21.30 daerah perineal. O : Aktif dalam diskusi.
Wita 2. Menganjurkan ibu pada saat A : Tujuan berhasil
mandi untuk: sebagian.
     Menggunakan suhu air yang P : Lanjutkan intervensi.
nyaman.
     Memonitor kondisi kulit.
     Menempatkan alat mandi
sesuai kondisi.
Kamis,19/     Menyediakan alat mandi
09/2013 pribadi. Kamis, 19/09/2013 Jam
Jam 05.30 07.00 WIB
Wita Kamis, 19/09/2013 JamS :
05.30 WIB 1.      Ibu mengatakan pagi ini

1.      Memfasilitasi ibu untuk akan mencoba mandi

mandi dengan menyediakan sendiri ke kamar mandi.

air hangat, menjaga privasi, 2.      Keluarga menyatakan


melibatkan keluarga dalam akan membantu semua

membantu mandi dan kebutuhan klien.

toileting. O:

2.      Mengkaji kemampuan klien1.      Ibu tampak berjalan ke

32
ke toilet. kamar mandi.
2.      Ibu mampu mandi dan
melakukan eliminasi di
kamar mandi.
3.      Keluarga membantu
menuntun klien dan
menyediakan alat
mandinya.
4.      Ibu tampak segar dan
berbau haru
A : Tujuan berhasil.
P : Lanjutkan dengan
motivasi ibu untuk
melakukan aktivitas
lainnya secara mandiri.
3 Jumat,20/1.      Membatasi jumlah S : Ibu mengatakan akan
09/2013 pengunjung. melakukan hal-hal yang
Jam 09.45
2.      Mengajarkan cara mencuci disarankan meskipun
Wita tangan kepada orang tua. selama ini juga sudah
3.      Menganjurkan orang tua melakukannya.
untuk mencuci tangan O : Klien dan keluarga
sebelum dan sesudah kontak aktif dalam diskusi.
dengan bayi. Tidak ditemukan
4.      Memonitor tanda infeksi tanda-tanda infeksi.
lokal dan sistemik. A : Tujuan berhasil
5.      Memonitor AL. sebagian.
6.      Mengukur tanda-tanda vital. P : lanjutkan intervensi.
7.      Mengawasi tanda-tanda
REEDA.
Jumat,20/8.      Mengobservasi kontraksi
09/2013 uterus.

33
Jam 21.30
Wita 1. Menganjurkan ibu danS : Ibu mengatakan cairan
keluarga untuk: yang keluar berwarna
     Menjaga kebersihan kamar. merah dengan jumlah
     membatasi jumlah lumayan banyak, perut
pengunjung. juga masih terasa mulas
     Memberikan nutrisi yang tapi sudah berkurang
adekuat. dibanding kemarin.

     Memberikan cairan dan


istirahat yang cukup.
     Menjaga kebersihan dan O:

melakukan perawatan kulit. 1.      Kulit intact, mukosa


Jumat,20/      Melakukan aktivitas dan tampak basah,
09/2013 mobilisasi. kemerahan, dan tidak ada
Jam 05.30
2.      Mengajarkan ibu dan perlukaan.
Wita keluarga tentang tanda-tanda2.      Lokhia rubra.
infeksi, cara mencegah 3.      Involusi uterus baik.

infeksi. 4.      TFU 2 jari dibawah


pusat.

1.      Meginspeksi kulit dan 5.      Tanda-tanda vital: TD:

mukosa dari kemerahan, 120/70 mmHg, N: 80

panas, atau drainase. kali/mnt, R: 24 kali/mnt,

2.      Memonitor pengeluaran S: 36,6 oC.

lokhia. 6.      Tidak terdapat tanda

3.      Memonitor involusi uterus REEDA.


dan tinggi fundus uteri. 7.      Obat diminum.

4.      Memonitor tanda-tanda vital. A : Tujuan berhasil.


5.      Mengawasi tanda-tanda P : Monitoring hasil
REEDA. implementasi.

6.      Mencuci tangan sebelum dan


sesudah melakukan tindakan.

34
7.      Memberikan antibiotik
Amoxycillin 500 Mg per oral
dan derivat besi Emineton 1
tablet.

35
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati
setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau
pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan
estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan
emosional Ibu.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues
ada dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
2. Peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga

4.2 Saran
Semoga makalah ini memberikan wawasan kepada kita tentang post partum
blues sebagai salah satu penyebab utama gangguan suasana hati setelah
melahirkan. Dan kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat
memberikan masukan, kritik dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang
post partum blues terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan secara
umum, dan secara lebih khusus pada ibu yang mengalami post partum blues.

36
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions
Classification (NIC). America : Mosby
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi -
4. Jakarta: EGC.

37

Anda mungkin juga menyukai