Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“KASUS HOSPITALISASI”

Disusun Oleh :
AYU TATANIA PRATAMA
NIM:PO.71.20.2.19.003

Tingkat:II.A
Mata Kuliah : Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing :1.Meilina Estiani.M.Kes


2.Suparno,APP,M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami ucapkanataskehadirat Allah SWT,


dimanaatasrahmatdankaruniaNyalahsaya dapatmenyusunmakalah yang
mengangkattentangKASUS Hospitalisasi.
Dalam proses penyusunanmakalahini, tentusajasaya
mengalamibanyakpermasalahan.
Namunberkatarahandandukungandariberbagaipihakakhirnyamakalahinidapatdiselesaikantepatp
adawaktunya.Padakesempatanini, saya
mengucapkanterimakasihkepadakoordinatormataperkuliahanKeperawatan Anak, yaituIbu
Meilina Estiani .M.Kes dan Bapak Suparno,APP,M.Kes yang telahmembimbingsayadalam
proses penyusunanmakalahini.
Saya menyadarimakalahinimasihbelumsempurna,
baikdariisimaupunsistematikapenulisannya, makadariitusaya
berterimakasihapabilaadakeritikdan saran yang membangun demi kesempurnaanmakalahini.
Akhir kata, semogamakalahinidapatbermanfaatbagikitasemua, khususnya
program studiilmukeperawatannantinya.

Baturaja, 16 September 2020

Penyusun:
DAFTAR ISI
i

Kata pengantar.............................................................................................................. i
Daftar isi......................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................ 2
D.Manfaat....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3


A.Kecemasan.................................................................................................................. 3

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 13


Kesimpulan.................................................................................................................... 13
Saran............................................................................................................................. 13

Daftar pustaka.............................................................................................................. 14
BAB I

ii
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hospitalisasi adalah keadaan dimana seseorang yang sakit berada pada lingkungan
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga
dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya (Wong, 2009), menurut Supartini (2012)
Hospitalisasi adalah suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk
menjalani terapi dan perawatan yang sampai pemulangan kembali kerumah, Hospitalisasi
adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini
terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah
sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun
orangtua dan keluarga (Priyoto. 2014). Kecemasan adalah suatu reaksi fisik dan psikis
terhadap setiap tuntutan yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan
sehari-hari, kecemasan adalah reaksi/respon tubuh terhadap stressor (tekanan mental/beban
kehidupan (Priyoto. 2014), stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap
tuntutan beban atasnya. Misalnya respon tubuh seseorang manakala yang bersangkutan
mengalami beban yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan
pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres, tetapi
sebaliknya bila ia mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh maka ia disebut
mengalami stres, menurut Wong (2009) stres hospitalisasi adalah suatu kejadian atau masalah
yang sering terjadi pada pasien rawat inap di rumah sakit terutama pada anak-anak.
Anak usia prasekolah belum mampu mengenal, memahami dan mengatasi masalah yang
dihadapinya. Perawatan anak prasekolah dirumah sakit dapat menimbulkan dampak terhadap
anak saat dirawat, ada berbagai kejadian selama anak dihospitalisasi yang menimbulkan
stressor. Dampak hospitalisasi pada anak prasekolah saat dirawat dirumah sakit dapat dilihat
dari perilaku anak tersebut diantaranya adalah penolakan terhadap suatu tindakan, menghindar
dari situasi yang membuatnya tertekan dan bersikap tidak kooperatif terhadap petugas
(Nursalam, 2011). Dampak hospitalisasi secara umum pada anak prasekolah yang dirawat di
rumah sakit yaitu cemas terhadap perpisahan, kehilangan kontrol, luka pada tubuh dan rasa
nyeri. Maka keterlibatan orang tua senantiasa dibutuhkan untuk mendampingi anak, memberi
dukungan secara fisik maupun emosional (Susilaningrum, 2013).
B.Rumusan Masalah
1
Bagaimana Gambaran Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah (3-6 Tahun)

C.Tujuan Studi Kasus


Tujuan Umum
Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada
anak usia prasekolah (3-6 tahun)

Tujuan Khusus
Mengetahui berapa banyak anak prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami tingkat
kecemasan berat yang menjalani hospitalisasi.

D.Manfaat Studi Kasus


Bagi Anak Bagi anak diharapkan untuk membantu menurunkan tingkat kecemasan pada
anak dan mengurangi stressor (penyebab stres) pada anak yang menjalani hospitalisasi.
BAB II
2
PEMBAHASAN

A. Kecemasan

Defenisi Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berlanjutan (Hawari, 2013), cemas adalah
perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu
merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka
padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Murwani, 2008).
Sedangkan menurut Struart (2009), ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Tidak ada objek yang
dapat diidentifikasi sebagai stimulus cemas. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas
dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2009).Reaksi anak terhadap hospitalisasi bersifat
individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkebangan anak, pengalaman
sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang
dimilikinya. Menurut Wong (2009) berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu cemas,
marah, sedih, takut dan rasa bersalah.

Penyebab kecemasan
Cemas merupakan gejolak emosi yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya
dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan. Menurut Stuart (2009)
ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kecemasan anta lain:
a. Teori Psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian yaitu id dan superego.Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma–norma budaya seseorang. Ego berfungsi mengetahui tuntutan dari dalam elemen
tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego dalam bahaya.
b. Teori Interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, cemas timbul dari perasaan takut terhadap penolakan
saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga berhubungan dengan trauma pada
masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai.
3
Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau pun masyarakat akan
menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas, namun bila keberadaannya
diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas.
c. Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku, cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pakar perilaku lain menganggap cemas sebagai suatu dorongan untuk menghindari
kepedihan. Peka tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebih sering menunjukkan cemas
pada kehidupan selanjutnya.
d. Teori Keluarga
Teori keluarga menunjukkan bahwa gangguan cemas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Adanya tumpang tindih antara gangguan cemas dan
gangguan depresi.
e. Teori Biologi
Teori biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk
benzodiasepin. Reseptor ini mungkin memengaruhi kecemasan

Tanda dan Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh


seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh
individu tersebut (Hawari, 2013). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat
mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2013) antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Gejala psikologis : pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya
sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
2. Gangguan pola tidur : mimpi-mimpi yang menegangkan.
3. Gangguan konsentrasi daya ingat.
4. Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dingin dan
lembab, dan lain sebagainya.

Manifestasi Klinik
Ansietas dapat diekspresikan 4secara langsung melalui perubahan fisiologis,
perilaku dan secara langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk melawan
ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat
kecemasan. Berikut tanda dan gejala berdasarkan klasifikasi tingkat kecemasan yang
timbul secara umum adalah:
a) . Tanda fisik
1. Cemas ringan:
a. Gemetaran, renjatan, rasa goyang
b. Ketegangan otot
c. Nafas pendek, hiperventilasi
d. Mudah lelah
2. Cemas sedang:
a. Sering kaget
b. Hiperaktifitas autonomik
c. Wajah merah dan pucat
3. Cemas berat:
a. Takikardi
b. Nafas pendek, hiperventilasi
c. Berpeluh
d. Tangan terasa dingin
4. Panik
a. Diare
b. Mulut kering (xerostomia)
c. Sering kencing
d. Parestesia (kesemutan pada kaki dan tangan)
e. Sulit menelan
b) Gejala psikologis
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Sulit konsentrasi, hypervigilance (siaga berlebihan)
4. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
5. Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang menegangkan
6. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
7. Libido menurun 5
8. Rasa mengganjal di tenggorokan
9. Rasa mual di perut

Tingkat Kecemasan

Setiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifetasi yang berbeda-beda


satu sama lain. Manifestasi yang terjadi tergangtung pada kematangan pribadi, pemahaman
dalam menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan (Stuart.
2009)
1. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari–hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas
2. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengeyampingkan pada hal yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
3. Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak berfikir tentang hal yang lain,
semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan.
4. Panik berhubungan terpengaruh ketakutan dan eror. Rincian terpecah dari proporsiya
karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik
terjadi aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran rasional. Menurut Hawari (2013), tingkat
kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan
nama Hamilton Rating Scale for Axiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Perasaan cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.
2. Ketegangan : merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah terkejut,
mudah menangis, gemetar dan gelisah.
3. Ketakutan : pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada
keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun
dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan mimpi yang menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan : sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat buruk.
6. Perasaan depresri (murung) : hilangnya minat,
6 berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7. Gejala somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk dan
suara tidak stabil.
8. Gejala somatik/ fisik (sensorik) : tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka
merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) : takikardi (denyut jantung cepat),
berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan
dan detak jantung menghilang/ berhenti sekejap.
10. Gejala respiratori (pernafasan) : rasa tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering
menarik nafas pendek/ sesak.
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan,
nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung,
mual, muntah, BAB konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan berat
12. Gejala urogenital (perekmihan dan kelamin) : sering buang air kecil, tidak dapat menahan
BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit,
masa haid berkepanjangan, mashaid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan,
menjadi dingin,ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi.
13. Gejala autoimun : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala
terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri.
14. Tingkah laku/ sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi berkerut, wajah
tegang/ mengeras, nafas pendek dan cepat serta wajah merah.
Masing - masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0- 3, dengan
penilaian sebagai berikut :
Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)
Nilai 1 = gejala ringan
Nilai 2 = gejala sedang
Nilai 3 = gejala berat /panik Masing - masing nilai angka (score) dari 14 kelompok gejala
tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan
seseorang, yaitu : total nilai (score) : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14-20 kecemasan
ringan, 21-27 = kecemasan sedang, 28-41 = kecemasan berat, 42-56 = kecemasan berat
sekali (Hawari, 2013)

Rentang Respon Ansietas


7
Menurut Stuart(2009) rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara repon
adaftif dan maladaftif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu
siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang
paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap
cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif. Respon
adaptif Respon Maladaptif Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik Sumber : Stuart dan sudeen
dalam buku Asmadi (2008)

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan

Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri
sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Pencetus ansietas menurut
Asmadi (2008) dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah segala sesuatu yang ada dalam diri individu yang keberadaannya
mempengaruhi dinamika perkembangan.
a. Intelektual adalah yang berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan
menangani materi yang bersifat abstrak seperti berbicara, bermai, berhitung, membaca, serta
berkonsentrasi. Dalam intelektual ini anak mulai mengembangkan kemampuan bahasa yang
memungkinkan untuk berkomunikasi dan bermasyarakat di dunia kecilnya. Pada
permulaannya anak masih mempertahankan sifat egoistik dan bicara pun lebih banyak
digunakan untuk kebutuhan dirinya seperti makan, minum dan sebagainya. Anak akan mampu
untuk bermasyarakat namun ia masih belum mampu untuk berfikir secara timbal balik, ia
memperhatikan dan meniru tingkah laku orang dewasa.
b. Emosional adalah tergantung pada kemampuan untuk membentuk perasaan dan ikatan
batin, kemampuan untuk kasih sayang, kemampuan untuk mengelola ransangan agresif.
Berbagai kaitan emosional anak akan berkembang dan meluas pada lingkungan keluarga lain
dan akhirnya kemasyarakat yang lebih komplek. Ketidakmampuan dalam mengontrol
beberapa aspek dunia luar seperti apa yang harus dibeli atau kapan harus pergi, sering
mengakibatkan kehilangan kontrol internal , yaitu watak pemarah, memukul. Mencubit, takut,
mudah tersinggung dan memiliki firasat buruk, terlalu lelah atau ketidaknyamanan fisik dapat
juga menimbulkan kemarahan. Ketika mereka diperkuat oleh penghargaan yang intermitten
seperti ketika orang tua kadang-kadang memberi kebutuhan anaknya, kemarahan dapat juga
menjadi kubu strategi untuk mendesak pengontrolan.
c. Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Melalui intrinsik genetik yang terkandung dalam sel telur yang telah dibuahi dapat
dicantumkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, ditandai dengan intensitas dan kecepatan
pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan unsur pubertas dan
berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah faktor bawaan
yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa. Potensi genetik yang bermutu
hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir
yang optimal. Gangguan pertumbuhan dinegara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor
genetik.
Faktor genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak
yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan anak-anak sebelumnya mencapai
usia balita.
2. Faktor eksternal
Segala sesuatu yang berada di luar diri individu yang keberdaannya mempengaruhi
terhadap dinamika perkembangan
1. Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya bawaan lingkungan yang cukup baik akan meningkatkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini
merupakan lingkungan bio-fisikpsiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari,
mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Lingkungan atau sekitar tempat tinggal
mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini
disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut
merasa tidak aman terhadap lingkungannya
. a. Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan
rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
b. Sebab-sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa
remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-
perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Zakiah
Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan beberapa penyebab dari
kecemasan yaitu : a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
9
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat
jelas didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan
dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala
gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini
disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang
disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu
hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun
penyebabnya.
Faktor yang memepengaruhi adanya kecemasan yaitu:
a) Lingkungan keluarga Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran
atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap anak-
anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada
didalam rumah.
b) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik, dan
individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan adanya
berbagai penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya
kecemasan. Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan
sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari masyarakat
menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru dihadapi, Sedangkan Page (Elina
Raharisti Rufaidah, 2009: 31) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah :
a. Faktor biologis
Penyebab biologis terjadinya ansietas yang berlawanan dengan penyebab psikologis.
Beberapa individu yang mengalami episode sikap bermusuhan, iritabilitas, perilaku sosial dan
perasaan menyangkal terhadap kenyataan hidup dapat menyebabkan ansietas tingkat berat
bahkan ke arah panik.
b. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya
kecemasan.
c. Faktor psikologis
10
Penanganan terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan ketidakmampuan psikologis atau
penurunan terhadap aktivitas sehari-hari seseorang (Stuart & Laraia, 2005; Agustarika, 2009).
Demikian pula apabila penanganan tersebut menyangkut identitas diri, dan harga diri
seseorang, dapat mengakibatkan anacaman terhadap self system. Ancaman tersebut berupa
ancaman eksternal, yaitu kehilangan orang yang berarti, seperti : meninggal, perceraian,
dilema etik, pindah kerja, perubahan dalam status kerja, dapat pula berupa ancaman internal
seperti: gangguan hubungan interpersonal di rumah, disekolah atau ketika dalam lingkungan
bermainnya. Kecemasan seringkali berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian
besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.
d. Faktor keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya
konflik dalam keluarga. Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran pasangan
dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian
serta dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi suami akan dapat memberikan perhatian
kepada kondisi stres suaminya

Mekanisme Koping Kecemasan

Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka secara otomatis
muncul upaya untuk mengatasi dengan berbagai mekanisme koping Penggunaan mekanisme
koping akan efektif bila didukung dengan kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu
yang bersangkutan bahwa mekanisme yang digunakan dapat mengatasi kecemasannya.
Menurut Asmadi (2008) mekanisme koping terhadap kecemasan dibagi menjadi dua kategori:

a. Strategi pemecahan masalah (problem solving strategic)

b. Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi


masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan secara realistis.
c. Mekanisme pertahanan diri ( defence mekanism) Mekanisme pertahanan diri ini merupakan
mekanisme penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat.
Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri antara lain:

1. Bersifat hanya sementara karena berfungsi atau bertahan dari hal – hal yang tidak
menyenangkan dan secara tidak langsung mengatasi masalah.

2. Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran, individu tidak menyadari bahwa
11
mekanisme pertahanan diri tersebut sedang terjadi.

3. Sering kali tidak berorientasi pada kenyataan Mekanisme pertahanan menurut Stuart (2009)
yang sering digunakan untuk mengatasi kecemasan antara lain:

1. Rasionalisasi : suatu usaha untuk menghindari konflik jiwa dengan memberi alasan
yang rasional

2. Displacement : pemindahan tingkah laku kepada tingkah laku yang bentuknya atau
objeknya lain.

3. Identifikasi : cara yang digunakan untuk menghadapi orang lain dan membuatnya
menjadi bagian kepribadiannya, ia ingin serupa orang lain dan bersifat seperti orang lain.

4. Over kompensasi : tingkah laku yang gagal mencapai tujuan pertama tersebut
dengan melupakan dan melebih – lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan
tujuan yang pertama.

5. Instropeksi : memasukkan dalam pribadi sifat – sifat dari pribadi orang lain.

6. Represi : konflik, pikiran, impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan, di tekan
dengan ke alam yang tidak sadar dan sengaja dilupakan

7. Supresi : menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima dengan secara tidak
sadar.

8. Deniel : mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan


dirinya

9. Fantasi : apabila seseorang menghadapi konflik frustasi ia menarik diri dengan


berkhayal atau fantasi dan melamun.

10. Sublimasi : penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara sosial karena
dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi terhambat.
12 III
BAB
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau
kekhawatiran yang mendalam dan berlanjutan (Hawari, 2013), cemas adalah perasaan takut
yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak
nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak
mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Murwani, 2008). Sedangkan
menurut Struart (2009), ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Tidak ada objek yang dapat
diidentifikasi sebagai stimulus cemas

B. SARAN
Perawat sebaiknya sudah harus memahami dan mengerti tentang hospitalisasi agar dapat
menerapkannya dan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dan keluarga.
Bagi pihak rumah sakit hendaklah mendekorasi ruangannya agar pasien tidak merasa takut dan
gelisah berada di rumah sakit.Ruangan hendaklah didesain untuk memberikan kenyamanan
bagi pasien.
Daftar 13
Pustaka

Asmadi. (2008). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Apriliawati, A. (2011). Pengaruh
biblioterapi terhadap tingkat kecemasan anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi di
Rumah Sakit Islam Jakarta.Tesis. Universitas Indonesia. Gordon dkk (2010). The Genome of
Salmonella enterica Serovar Typhi, viewed 6 May 2011,http://www.jurnalkecemasangam
barankecemasanpadausiaanakprasekolahhospitalisasi.pdf pada tanggal 20 April 2017 Wong,
L.D, Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelsein, M.L., & Schawrtz, P. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Vol 2.Jakarta: EGC Wong. (2009), Pedoman Klinis Perawatan
Pediatrik Edisi Buku Kedokteran. Jakarta : EGC 49 49 Zuhdataini, Munfarikatuz.(2015).
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak
Usia Prasekolah (3-6tahun)Di Ruang Anak RSD Balung.
file:///D:/jurnal20tingkat20kecemasan20anak/umj-1x-munfarikat3439

Anda mungkin juga menyukai