Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KECEMASAN

DISUSUN OLEH :

MOHAMMAD FARID (20171660074)

DIAN ISLAMIATI ( 20171660036)

LUFI SAFINAH (20171660044)

AVEROSE MILLANIA T (201716600117)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

I
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat-nya serta
ridhonya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KECEMASAN” dengan harapan makalah ini
dapat membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada kami dalam rangka
pengembangan dasar ilmu keperawatan jiwa yang berkaitan dengan kecemasan. Sehingga
besar harapan kami makalah yang dapat kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi
pengembangan wawasan pembaca.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan perlu
perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu,
dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat ikut
memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Surabaya, 07 Mei 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Definisi.........................................................................................................3
2.2 Etiologi.........................................................................................................4
2.3 Klasifikasi.....................................................................................................6
2.4 Tanda dan gejala...........................................................................................7
2.5 Rentang Respon............................................................................................7
2.6 Mekanisme Koping......................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................11
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................13
3.3 Intervrensi Keperawatan............................................................................13
BAB IV PENUTUP...............................................................................................16
4.1 Kesimpulan.................................................................................................16
4.2 Saran...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

I
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kecemasan ini merupakan respon emosi tanpa objek terhadap suatu keadaan yang
tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-
hari. Hal tersebut salah satu pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat
diobservasi secara langsung. Kecemasan dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan
motivasi untuk mencapai sesuatu dan sumber penting dalam usaha memelihara
keseimbangan hidup.
Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan dalam memelihara
keseimbangan. Kecemasan terjadi akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas
diri yang sangat mendasar bagi keberadaaan individu. Pada manusia, kecemasan bisa jadi
berupa perasaan gelisah yang bersifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan
gelisah atau resah), maupun respon fisiologis tertentu.
Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang
berorientasi pada masa yang akan datang dengan ditandai dengan adanya kekhawatiran
karena tidak dapat memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow dan
Durand, 2006). Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena
itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).
Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi
dunia menderita kecemasan (Gail, 2002) dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa
cemas (Haryadi, 2007). Mahasiswa pun tidak luput dari kecemasan. Salah satu yang
menjadi stresor dalam kehidupan mahasiswa adalah tuntutan dalam pendidikan.
Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memperoleh nilai yang baik, tetapi juga untuk
memahami, mendalami, dan mampu mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya.
Perubahan lingkungan belajar juga menjadi salah satu. 2 faktor pencetus kecemasan pada
mahasiswa. Dalam menyelesaikan kecemasan tiap individu tergantung dengan pola
koping yang dimiliki oleh tiap individu tersebut sehingga akan menimbulkan tingkatan
kecemasan dan respon kecemasan yang berbeda-beda pula.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat :
1. Membedakan antara ansietas normal dengan ansietas yang dialami pada gangguan
ansietas
2. Membedakan antara ansietas, takut, dan stres

I
3. Menjelaskan akibat positif dan negatif ansietas
4. Menjelaskan tingkat ansietas dengan perubahan prilaku yang terkait dengan setiap
tingkat tersebut
5. Mendiskusikan penggunaan mekanisme pertahanan oleh individu yang mengalami
gangguan ansietas
6. Menjelaskan teori etiologi terbaru tentang gangguan ansietas mayor
7. Menerapkan proses keperawatan pada perawatan klien yang mengalami ansietas dan
gangguan terkait stres
8. Memberi penyuluhan kepada klien, keluarga, pemberi perawatan, dan anggota
masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang ansietas dan gangguan terkait
stres

I
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
1. Pengertian Kecemasan Menurut Para Ahli
a. Sigmound Freud menyatakan bahwa ketegangan atau kecemasan yang terjadi
pada diri individu tanpa tujuan atau objek, tidak disadari dan berkaitan dengan
kehilangan self image.
b. Sulivan menyatakan bahwa kecemasan timbul karena adanya ancaman terhadap
self esteem oleh orang terdekat. Pada orang dewasa kecemasan terjadi bila pretige
dan dignity diri terancam oleh orang lain.
c. Peplau menyatakan bahwa kecemasan dapat mempengaruhi hubungan
interpersonal. Disamping itu kecemasan merupakan respon terhadap bahaya yang
tidak diketahui dan terjadi bila ada hambatan pemenuhan kebutuhan.
Jadi, kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang melakukan tindakan untuk mengatasi
ancaman. Kecemasan berkaitan dengan perasaan tidak pasti /tidak berdaya,
keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

2. Teori-teori kecemasan
Teori-teori kecemasan antara lain :
a. Teori Psikodinamik
Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik
psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk
mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan
menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan,
maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami
sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep
psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul
pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali.
Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon
terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama.
Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk
menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka

I
terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi
dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan
dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu,
sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke
permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id
meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan
berikutnya (Prawirohusodo, 1988).
b. Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus
khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi
untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi,
sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di
inginkan.
c. Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar
individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.
d. Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat
adanya konflik dalam keluarga.
e. Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses
fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau
keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan
sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).
2.2 Etiologi
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
1) Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang
dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku,
berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.

I
3) Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar
tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
4) Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat
sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

2.3 Klasifikasi
Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend, 1996).
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

I
Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang
persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan
tingkah laku sesuai situasi.
b. Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini
yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat,
ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi
menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi
menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah
ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
c. Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat
berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini
adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering
kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif,
berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi,
perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami
kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah
susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren,
tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami
halusinasi dan delusi.

2.4 Tanda Dan Gejala


1. Respons fisik :
 Kardiovaskular : palpitasi, jantung bedebar, tekanan darah meninggi, denyut
nadi cepat
 Pernafasan : napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal,
pembengkakan pada tenggorokan, terengah engah
 Neuromuskular : refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang,
kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal

I
 Gastrointestinal : anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pd
abdomen
 Traktur urinarius : sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing
 Kulit : wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pd kulit
2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya
 Respons Perilaku : Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat,
perasaan tidak aman
 Respons Emosi : Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup,
sukacita berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap,
ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak
adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin

2.5 Rentang Respon

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).

2.6 Mekanisme Koping


Ada dua sistem koping yang digunakan pada seseorang yang mengalami kecemasan.
1. Task orientasi reaction : individu menilai secara objektif.
2. Ego oriented reaction : melindungi diri sendiri, tidak menggunakan secara realitas.
Sedangkan untuk mekanisme pertahanan ego bila digunakan terus-menerus akibatnya
ego bukannya mendapatkan perlindungan, melainkan lama kelamaan akan mendapatkan
ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini tidak realistik, mengandung banyak unsur
penipuan diri sendiri dan distorsi realitas (pemutarbalikan realitas) meliputi hal-hal berikut
ini.
1. Kompensasi
Menonjolkan kelebihan untuk menutupi kekurangan.
2. Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas.
3. Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang ditunjukan pada seseorang atau benda yang netral/tidak
mengancam dirinya.
4. Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitas.
5. Identifikasi

I
Ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi
tertentu dari figur itu ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia merasa harga
dirinya bertambah tinggi.
6. Intelektualisasi
Alasan atau logoka yang berlebihan.
7. Introjeksi
Merupakan bentuk sedeharna dari identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-norma
dari luar diikuti atau ditaati sehingga ego tidak lagi tergantung oleh ancaman dari
luar.
8. Proyeksi
Hal ini berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang lain atas
kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekirangan diri sendiri, keinginan-
keinginan, serta implus-implus sendiri.
9. Rasionalisasi
Memberi keteranagn bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-
olah rasional sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya.
10. Reaksi formasi.
Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-
keinginan, perasaan yang sederhanya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrem dan
sukar diterima.
11. Regresi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitif).
12. Represi
Penyingkiran unsur psikis (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga
menjadi hal yang dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi menbantu individu
mengontrol implus-implus yang berbahaya.
13. Sublimasi
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima
oleh masyarakat. Implus yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena
mengganggu individu atau masyarakat. Oleh karena itu, implus harus diubah
bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan
pemuasan.
14. Supresi
Menekan hal atau pikiran yang tidak menyenangkan, dapat mengarahkan ke
represi.
15. Undoing.
Meniadakan pikiran-pikiran, implus yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu
kesalahan.
Untuk mekanisme koping terhadap kecemasan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Menyerang
Pola konstruktif: berupa memecahkan masalah secara efektif.
Pola destruktif: marah dan bermusuhan.
I
2. Menarik diri
Menjauhi sumber strees.
3. Kompromi
Mengubah cara bekerja atau cara penyelesaian, menyesuaikan tujuan atau
mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi.

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti
diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan
alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik)
itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan
daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan.

I
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

5.1 Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala
atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
1. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
a. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan krisis
yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

I
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Kaji Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan
menjadi dua bagian:
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik meliputi:
1) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil).
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
1) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan di
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.
3. Kaji Perilaku
Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui respon fisiologis dan
psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan mekanisme koping
sebagai pertahanan melawan kecemasan.
a. Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
b. Respon psikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal.
c. Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun
isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun,
mudah lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung.
d. Respon afektif.

I
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan
sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
4. Kaji penilaian terhadap stressor
5. Kaji sumber dan mekanisme koping
6. Rentang perhatian menurun
7. Gelisah, iritabilitas
8. Control impuls buruk
9. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya

3.2.DiagnosaKeperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan :
 konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai yang pokok dan tujuan hidup.
 krisis situasional dan maturasional
 (nyata atau dirasakan) mengancam konsep diri
 (nyata atau dirasakan) mengancam kematian\
2. Ketakutan berhubungan dengan :
 fobia yang spesifik
 berada dalam suatu tempat atau situasi dimana sulit untuk keluar dari keadaan itu.
 perkara pelecehan terhadap diri sendiri di depan orang lain.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan :
 Ego yang tidak berkembang
 takut gagal
 tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan
 krisis social
3.3 Intervensi Keperawatan

No Intervensi Rasional

11 a. Pertahankan cara yang tenang, a. Pasien mengembangkan


tidak mengancam selama perasaan aman dengan
bekerja bersama klien kehadiran seorang perawat
yang tenang
b. Tenangkan pasien tentang
b. Pasien mungkin takut terhadap
keselamatan dan
hidupnya, kehadiran seseorang
keamanannya dengan
yang dipercaya memberikan
kehadiran perawat secara fisik
pasien rasa aman dan jaminan
dan jangan biarkan pasien
keselamatan
sendirian.
c. Jaga agar lingkungan rendah c. Suatu stimulus dari lingkungan
stimulus (lampu yang redup, dapat meningkatkan level
sedikit orang, dekorasi ansietas
sederhana)
d. Pengenalan faktor pencetus
d. Gali bersama klien

I
kemungkinan penyebab
adalah faktor pertama dalam
terjadinya ansietas
mengajarkan pasien untuk
e. Ajarkan tanda dan gejala
memutus peningkatan ansietas
ansietas yang meningkat dan e. Pengetahuan tentang tanda dan
cara memutus progresinya gejala, cara memutus progresi
(Misalnya teknik relaksasi, ansietas, atau latihan relaksasi
latihan nafas dalam, latihan dapat menurunkan ansietas
fisik, jalan cepat, jogging,
meditasi)
2 a. Tenangkan pasien tentang a. Pada keadaan panik pasien
keselamatan dan mungkin saja merasa takut
keamanannya terhadap kehidupannya
b. Gali persepsi klien tentang b. Penting sekali untuk mengerti
ancaman terhadap integritas persepsi klien terhadap objek
atau ancaman terhadap konsep atau situasi fobik supaya
diri membantu proses desensitisasi
c. Diskusikan situasi realistis c. Pasien harus menerima situasi
dengan pasien agar mengenali realitas (aspek yang tidak dapat
aspek yang dapat dan yang berubah) sebelum kerja
tidak dapat berubah penurunan ketakutan dapat
dilanjutkan
d. Libatkan pasien dalam
d. Membiarkan pasien memilih
pengambilan keputusan yang
akan memberikan control
berhubungan dengan seleksi
tindakan dan menolong
alternative strategi koping
meningkatkan harga diri
e. Dorong pasien untuk
e. Pengungkapan perasaan dalam
menggali perasaan dasar yang
suatu lingkungan yang tidak
mungkin memperberat
mengancam akan menolong
ketakutan yang irasional
pasien sampai kepada isu-isu
yang tak terpecahkan
3 a. Kaji tingkat ansietan klien a. Pengenalan faktor pencetus
adalah langkah pertama dalam
mengajarkan pasien untuk
memutuskan peningkatan
b. Dorong kemandirian dan
ansietas.
berikan penguatan positif
b. Penguatan yang positif
untuk perilaku kemandirian
meningkatkan harga diri dan
I
mendorong pengulangan
yang ditampilkan
perilaku yang diharapkan
c. Berikan jadwal kegiatan yang
c. Struktur memberikan suatu rasa
struktur pada pasien termasuk
aman untuk klien ansietas
yang cukup untuk
menyelesaikan perilaku ritual.

I
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ganggauan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting
tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis. Gangguan
ansietas memiliki banyak manifestasi, tetapi ansietas adalah gambaran utama pada gangguan
berikut ini (DSM-IV-TR, 2000):
1. Gangguan panik dengan atau tanpa agrofobia.
2. Gangguan fobia: sosial atau spesifik.
3. Gangguan obsesif-kompulsif (ocd).
4. Gangguan stres pascatrauma.
5. Gangguan stres akut.
6. Gangguan ansietas umum.
7. Gangguan ansietas akibat kondisi medis.
8. Gangguan ansietas akibat zat.
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif di
alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di kaji dengan melihat stresos
predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang lainnya. Sehingga kita sebagai seorang
perawat bisa menerapkan proses keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kecemasan, beberapa diagnosis yang sering
muncul diantaranya:
1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil
keputusan.
2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
3. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.
4. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian saudara kandung.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.

I
4.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna diharapkan dapat melengkapi makalah ini
dengan sumber – sumber informasi yang terpercaya dan dapat di pertanggung jawabkan.

I
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta: Penerbit
MocoMedia
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta :
EGC.
Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Suliswati,dkk.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.EGC,Jakarta
Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Keliat, B.A., Helena, N.C.D., dan Farida, P. 2007. Manajemen Keperawatan
Psikosisial dan Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Courese).
Jakarta: EGC.
Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Pratice of Psychiatric Nursing, 8th Edition. St. Louis:
Mosby.
Stuart, G. W, dan Sundeen, S. J. 2002.Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.
Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Varcarolis. 2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St.Louis; Elsevier.

I
I

Anda mungkin juga menyukai