KOTA SUKABUMI
2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan petunjuknya kami dapat menyelesaikan Makalah Psikososial
dan Budaya dalam Keperawatan dengan judul “Penerapan Konsep Psikososial
Dalam Praktek Keperawatan Yang Berkaitan Dengan Stress Adaptasi” dapat
selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Konsep Dasar Stress dan Adaptasi................................................................3
B. Faktor yang Mempengaruhi Respons Terhadap Stressor.............................4
C. Tahapan Stress..............................................................................................6
D. Adaptasi Terhadap Stressor..........................................................................9
E. Dimensi Adaptasi........................................................................................10
F. Respons Terhadap Stress............................................................................14
G. Proses Keperawatan dan Adaptasi terhadap Stress.....................................16
BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................23
A. Kesimpulan.................................................................................................23
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat
dihindarikarena merupakan bagian dari kehidupan.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin "stingere" yang
berarti "keras" (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise,
streset, stresc, dan stress. Abad ke-17 istilah stress diartikan sebagai
kesukaran, kesusahan, kesulitan, atau penderitan. Pada abad ke-18 istilah ini
digunakan dengan lebih menunjukan kekuatan, tekanan, ketegangan, atau
usaha yang keras berpusat pada benda dan manusia, "terutama kekuatan
mental manusia".
3
B. Faktor yang Mempengaruhi Respons Terhadap Stressor
a. Perkawinan
b. Problem Orangtua
4
d. Pekerjaan
e. Lingkungan Hidup
f. Keuangan
g. Hukum
h. Perkembangan
5
i. Penyakit Fisik atau Cedera
j. Faktor Keluarga
Yang dimaksud di sini adalah faktor stress yang dialami oleh anak dan
remaja yang dischabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik (yaitu
sikap orangtua), misalnya:
1) Hubungan kedua orang tua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau
acuh tak acuh.
2) Kedua orang tua jarang di rumah dan tidak ada waktu untuk bersama
dengan anak-anak.
3) Komunikasi antara orangtua dan anak yang tidak baik.
4) Kedua orangtua berpisah atau bercerai.
5) Salah satu orang tua menderita gangguan jiwa/kepribadian.
6) Orangtua dalam pendidikan anak kurang sabar, pemarah, keras dan
otoriter:
k. Lain-lain
C. Tahapan Stress
6
dalam rangka mengenali gelaja stress sebelum memeriksanya ke dokter.
Petunjuk-petunjuk tahapan stress tersebut dikemukakan oleh Robert J. Van
Amberg (psikiater) sebagi berikut:
1. Stress tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagi berikut:
a. Semangat besar.
b. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
c. Energy dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan
lebih dari biasanya.
1. Stress tingkat II
7
a. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke
belakang).
b. Otot-otot terasa lebih tegang.
c. Persaaan tegang yang semakin meningkat.
d. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur
kembali, atau bangun terlalu pagi).
e. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh
pingsan).
3. Stress tingkat IV
Tahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih buruk yang ditandai
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
8
c. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar
buang air besar atau sebaliknya fases cair dan sering ke belakang.
d. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik.
9
5. Stress tingkat VI
a. Debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang
dikeluarkan, karena stress tersebut cukup tinggi dalam peredaran
darah.
b. Nafas sesak, megap-megap.
c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.
d. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan
atau collaps.
Adaptasi adalah suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan sekitar
untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya. Schingga terjadi perubahan
anatomi, fisiologis dan psikologis di dalam diri sescorang sebagai reaksi
terhadap stress. Adaptasi pada Stress dapat meliputi:
10
gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons
terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang
dibutuhkan. Schingga adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh
individu.
E. Dimensi Adaptasi
1. Adaptasi Fisiologis
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi
dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari
berbagai sistem. Oleh karena itu, pengkajian tentang stress mencakup
pengumpulan data dari semua sistem. Hubungan antara stress psikologis
dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tumbuh. Riset telah
menunjukan bahwa stress dapat memengaruhipenyakit dan pola penyakit.
Pada masa lalu, penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama.
Akan tetapi, sejak ditemukannya antibiotik, kondisi kehidupan dan
pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, serta metode sanitasi yang
lebih baik telah menurunkan angka kematian. Saat ini, penyebab utama
kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
11
d. Telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin.
e. Postur tubuh yang tidak tegap.
f. Keletihan.
g. Sakit kepala.
h. Gangguan lambung.
i. Suara yang bemada tinggi.
j. Mual, muntah dan diare.
k. Perubahan nafsu makan.
l. Perubahan berat badan.
m. Perubahan frekuensi berkemih.
n. Dilatasi pupil.
o. Gelisah, kesulitan untuk tidur, atau sering terbangun saat tidur.
2. Adaptasi Psikologis
a. Ansietas.
b. Depresi.
c. Kepenatan.
12
d. Peningkatan penggunaan bahan kimia.
e. Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur dan pola aktivitas.
f. Kelelahan mental.
g. Perasaan tidak adekuat.
h. Kehilangan harga diri.
i. Peningkatan kepekaan.
j. Kehilangan motivasi.
k. Ledakan emosional dan menangis.
l. Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
m. Kecenderungan untuk membuat kesalahan (misalnya penilaian buruk).
n. Mudah lupa dan pikiran buntu.
o. Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
p. Preokupasi (misalnya mimpi siang hari).
q. Ketidak mampuan berkonsentrasi pada tugas.
r. Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit.
s. Letargi.
t. Kehilangan minat.
u. Rentan terhadap kecelakaan.
3. Adaptasi Perkembangan
a. Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan
pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al,
1992).
13
b. Anak Usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidak mampuann atau
ketidak inginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
c. Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu
yang bersamaan perlu diterima olch teman sebaya. Tanpa sistem
pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah
psikososial (Dubos, 1992).
d. Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara
tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik
antara harapan dan realitas.
e. Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua
mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada
beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau
orang tua dari kebutuhan mereka. Namun dapat timbul stress, jika
mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang membebani
mereka.
f. Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau
teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap
perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar
dalam kehidupan seperti memasuki masa pension juga menegangkan.
4. Adaptasi Sosial Budaya
14
15
5. Adaptasi Spritual
Respons berasal dari kata "response" yang berarti jawaban, balasan atau
tanggapan. Jadi, respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya
merupakan tanggapan/balasan (respons) terhadap rangsangan/stimulus
(Sarlito, 1995). Menurut Taylor (1991), dalam Videbeck (2008), respons
dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
16
Hans selye (1946), telah melakukan riset terhadap dua respon fisiologis tubuh
terhadap stress, yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General
Adaptation Syndrome (GAS).
Pada tahap ini dapat dilihat reaksi psikologis' fight or flight syndrome'
dan reaksi fisiologis. Pada tahap ini individu mengadakan reaksi
pertahanan terekspos pada stressor: Tanda fisik yang akan muncul
adalah curah jantung yang meningkat, predaran darah cepat diperifer
dan gastroin testinal mengalir ke kepala dan ekstemitas. Karena
banyak nmya organ tubuh yang terpenuhi, maka gejala stress akan
mempengaruhi denyut nadi, ketegangan otot. Pada saat yang sama,
daya tahan tubuh berkurang dan bahkan bila stressor sangat besar atau
17
kuat (misal: luka bakar hebat, suhu yang terlalu panas atau dingin) dan
obat menimbulkan kematian.
Tahap ini terjadi ketika pada suatu perpanjaangan tahap awal stress
yang tubuh invidu telah terbiasa. Energi penyesuaian terkuras dan
individu tersebut tidak dapat lagi mengambil berbagai sumber untuk
penyesuaian yang di gambarkan pada tahap kedua. Akan timbul gejala
penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan
mental, penyakit arteri coroner, bisul, colitis.
18
grounding untuk klien PTSD akan kegelapan. Harga diri klien juga perlu
ditingkatkan dengan memandang klien sebagai orang yang selamat (survivor)
dibandingkan korban (victim). Pada intinya perawat harus mampu mendorong
klien mengatasi stresor yang ada disamping kemampuan yang ada dalam
dirinya melawan stresor tersebut (Wilkinson, 2005).
1. Konsep Koping
a. Pengertian Koping
b. Metode Koping
19
destruktif ketika hal ini menjadi ketergantungan dengan penggunaan
yang berlebihan (Kozier, Erb, Snyder, Berman, 2015).
20
c. Strategi koping
d. Sumber koping
21
juga mempengaruhi pengambilan keputusan individu seberapa lama
strategi koping akan dilakukan (Potter & Perry, 2013).
e. Mekanisme Koping
22
berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil
bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal.
e. Sublimasi, merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang
tak dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan
menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang
mengagumi.
f. Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang
berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan
sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan untuk dilakukannya.
g. Introyeksi terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke
dalam penderitannya berbagai aspek keadaan yang akan
mengancamnya.
h. Pengelakan atau salah pindah terjadi apabila kebencian terhadap
seseorang dicurahkan atau "dielakkan" kepada orang atau obyek
lain yang kurang membahayakan.
i. Rasionalisasi, merupakan upaya untuk membuktikan bahwa
prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh
dirinya sendiri dan masyarakat.
j. Simbolisasi, merupakan suatu meanisme apabila suatu ide afau
obyck digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga
sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam
tak sadar.
k. Konversi, merupakan proses psikologi dimana suatu konflik yang
berakibat penderitan afek akan dikonversikan menjadi
terhambatannya fungsi motorik atau sensorik dalam upayanya
menetralisasikan pelepasan afek.
l. Identifikasi, upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan
menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai
nama.
23
m. Regresi, upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih
rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan
aspirasi yang kurang.
n. Kompensasi, menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang
dinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang lain
o. Pelepasan, upaya untuk menebus sehingga dengan demikian
meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral.
p. Penyekatan Emosional, terjadi apabila seseorang mempunyai
tingkat keterlibatan emosionalnya dalam keadaan yang dapat
menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan.
q. Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi), merupakan bentuk
penyekatan emosional. Misalnya bila orang yang kematian
keluarganya maka kesedihan akan dikurangi deng an mengatakan
"sudah nasibnya" atau "sekarang sudah tidak menderita lagi" dan
sambil tersenyum.
24
Kepribadian merupakan bentuk pemikiran, perasaan, dan cara bertingkah
laku scorang individu. Kepribadian terdiri atas temperamen, yang
didapatkan dengan diturunkan, dan karakter yang didapat dengan
dipelajari. Kepribadian dipengaruhi oleh faktor biologi (seperti keturunan),
faktor perkembangan (seperti emosional dan psikis), dan faktor sosial-
budaya. Seiring pertumbuhan dan perkembangan, individu akan
mengalami permasalahan-permasalahan yang dapat mempengaruhi
kepribadian dan cara pandang individu terhadap sesuatu (Stuart, 2013).
a. Defensive coping
b. Chronic self-esteem
c. Risk for self mutilation
d. Impaired social interaction
e. Risk for self-directed violence
f. Risk for other-directed violence
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian individu terhadap suatu hal yang dianggap sebagai sumber stress
dipengaruhi olch faktor individu dan situasi. Respon stres ditandai oleh pola
kejadian fisiologis yang disebut sindrom adaptasi umum (GAS) dan reaksi
tubuh secara lokal yang disebut sindrom adaptasi lokal (LAS).
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami
selaku kelompok 4 sebagai penulis dari makalah ini. Dan diharapkan dengan
adanya makalah ini rekan-rekan mahasiswa Perawat lebih memahami tentang
"penerapan konsep psikososial dalam praktek keperawatan yang berkaitan
dengan strees dan adaptasi". Serta untuk lebih menambah wawasan mahasiswa
schingga bermanfaat di masa yang akan datang. Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurang dari makalah ini, maka kami harap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
26
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna; Panjaitan; Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Aditama
27