Disusun Oleh:
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan enyus dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Konsep Stress dan
Adaptasi” ini sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat dan enyus
Allah Swt. Tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Jiwa Program
Studi Ilmu Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEkes) Mahardika Cirebon.
Selama proses penyusunan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril, spiritual, maupun materi yang
berharga dalam mengatasi hambatan yang ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur
dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. Ibu Ns. Endah Sari P. S. Kep., M. Kep yang telah memberikan bimbingan dan dorongan
dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang tua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moril dan materil lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di ITEkes Mahardika, khususnya mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan dari semua pihak yang telah berpartisipasi membantu kami dalam
enyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan
selanjutnya. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin…
Wassalamualaikum wr.wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II Pembahasan...................................................................................................................3
2.1 Stres.............................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Stres....................................................................................................3
2.1.2 Sumber Stres........................................................................................................3
2.1.3 Faktor Penyebab Stres..........................................................................................4
2.1.4 Model Stres..........................................................................................................5
2.1.5 Gejala Stres..........................................................................................................6
2.1.6 Tahapan-Tahapan Stres........................................................................................6
2.1.7 Manajemen Stres..................................................................................................7
2.1.8 Cara Mengatasi Stres..........................................................................................10
2.2 Adaptasi.....................................................................................................................10
2.2.1 Pengertian Adaptasi...........................................................................................10
2.2.2 Tujuan Adaptasi.................................................................................................11
2.2.3 Dimensi Adaptasi...............................................................................................11
2.2.4 Jenis Adaptasi.....................................................................................................12
BAB III Penutup......................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Apa saja faktor penyebab stres?
4. Apa saja model stres?
5. Bagaimana tahapan tahapan dari stres?
6. Bagaimana manajemen stres?
7. Bagaimana cara mengatasi stress?
8. Apa pengertian dari adaptasi?
9. Apa tujuan adaptasi?
10. Bagaimana dimensi adaptasi?
11. Apa saja jenis adaptasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari stres
2. Untuk mengetahui sumber stress
3. Untuk mengetahui faktor penyebab stres
4. Untuk mengetahui model stres
5. Untuk mengetahui tahapan tahapan dari stres
6. Untuk mengetahui manajemen stres
7. Untuk mengetahui cara mengatasi stres
8. Untuk mengetahui pengertian dari adaptasi
9. Untuk mengetahui tujuan adaptasi
10. Untuk mengetahui dimensi adaptasi
11. Untuk mengetahui jenis adaptasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Stres
2.1.1 Pengertian Stres
"Stres" adalah aspek kehidupan yang intrinsik dan akrab, menjadi stimulan bagi
beberapa individu tetapi menjadi beban bagi banyak orang lain. Sebagian besar definisi
stres memunculkan tantangan, gangguan, atau stimulus internal atau eksternal; atau
persepsi tantangan; atau respons fisiologis terhadap tantangan tersebut. Definisi terpadu
menggambarkan stres sebagai konstelasi peristiwa yang melibatkan stimulus (stresor),
yang memicu reaksi di otak (persepsi stres) dan pada gilirannya, mengaktifkan respons
pertarungan atau penerbangan fisiologis dalam tubuh (respons stres). Menurut
Clonninger (1996) stres adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika
seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya
keluarnya atau banyak pikiran pikiran yang menganggu menganggu seseorang tehadap
sesuatu yang akan dilakukannya.
Kendall dan Hammen (1998) mengemukakan stres terjadi pada individu ketika
terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas
kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan tersebut. Situasi yang menuntut
tersebut dipandang sebagai beban atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya. Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang dapat
mengganggu keseimbangan seseorang (Maramis,2005).
Dari berbagai definisi yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa stres dapat
diartikan sebagai keadaan khawatir atau ketegangan mental yang disebabkan oleh situasi
yang sulit. Stres adalah respons alami manusia yang mendorong kita untuk mengatasi
tantangan dan ancaman dalam hidup kita. Setiap orang mengalami stres sampai tingkat
tertentu. Cara kita menanggapi stres, bagaimanapun, membuat perbedaan besar pada
kesejahteraan kita secara keseluruhan.
3
mengalaminya berbeda-beda sesuai dengan daya tahan dan kemampuannya dalam
menghadapi stress. (Sumampouw & Mundzir: 2011).
a. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah sumber-sumber stress di dalam diri seseorang,
antara lain:
1) Kesakitan: tingkatan stress yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur
individu.
2) Penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami
konflik. Konflik merupakan sumber stress yang utama. Menurut teori Kurt lewin,
kekuatan motivasional yang melawan akan menyebabkan dua kecenderungan yang
berlawanan, yaitu pendekatan dan penghindaran.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal antara lain sumber-sumber stress di dalam keluarga di antaranya
interaksi di antara para anggota keluarga, seperti perselisihan dalam masalah
keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, hingga tujuan yang saling berbeda. Di
samping itu, pengalaman stres orang tua bersumber dari pekerjaannya dan lingkungan
yang sifatnya stressful.
a) Stresor fisikobiologis. Misalnya, penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang
berfungsinya salah satu anggota tubuh, dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal.
b) Stresor psikologis. Misalnya, berburuk sangka, frustasi karena gagal memperoleh sesuatu
yang diinginkan, hasud, sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan
keinginan di luar kemampuan.
c) Stresor sosial. Misalnya, hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis,
perceraian, pengangguran, kematian, pemutusan hubungan kerja, kriminalitas, dan lain-
lain (Yusuf dan Nurihsan, 2006; Siswanto, 2007).
Robbins (2017) mengemukakan tingkat stress pada tiap orang akan menimbulkan dampak
yang berbeda. Sehingga ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi tingkat stress
seseorang. Faktor tersebut adalah:
4
a) Faktor lingkungan
Ketidakpastian lingkungan akan memengaruhi bentuk dari organisasi, hal ini juga akan
memengaruhi level stres di antara anggota di dalam organisasi tersebut. Terdapat tiga tipe
ketidakpastian lingkungan yang utama: ekonomi, politik, dan teknologi.
b) Faktor organisasional
c) Faktor individual
Faktor dalam kehidupan pribadi seperti permasalahan keluarga, contohnya kesulitan pernikahan
dan putusnya hubungan dekat, permasalahan ekonomi, contohnya pengelolaan keuangan
yang buruk dan memiliki keinginan yang melebihi kapasitas pendapatan, serta kepribadian
contohnya watak seseorang.
Yang termasuk dalam kelompok negatif stres di antaranya adalah distress, understress,
dan over-stress. Distress ini muncul ketika seseorang sedang frustasi, takut, atau menyimpan
kemarahan yang belum dilampiaskan. Bila terlalu sering mengalami distress, akibatnya
adalah tekanan mental dan ini sangat berbahaya Kemudian ada pula understress, yaitu stres
yang terjadi saat seseorang mulai kehilangan tantangan. Understress bisa mendorong kita
pada masalah baru. Jenuh dan perasaan tak berdaya adalah dua efek dari stres ini, akibatnya
kita jadi kehilangan motivasi untuk bekerja.
5
Tipe negatif stres terakhir adalah over-stres. Stres ini terjadi setelah seseorang bekerja
keras atau berusaha berlebihan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan demi memenuhi
tenggat. Kondisi ini terus berulang karena kita tak punya waktu untuk beristirahat dan
menarik napas sejenak, sehingga pikiran kita hanya terfokus pada cara menyelesaikan
pekerjaan secepat mungkin. Over stress bisa berakibat pada berkurangnya kemampuan atau
kreatifitas.
Situasi stres juga dapat menyebabkan atau memperburuk kondisi kesehatan mental,
paling sering kecemasan dan depresi, yang membutuhkan akses ke perawatan kesehatan.
Ketika kita menderita kondisi kesehatan mental, itu mungkin karena gejala stres kita
telah menjadi persisten dan mulai mempengaruhi fungsi kita sehari-hari, termasuk di
tempat kerja atau sekolah. Stress memiliki dua gejala yaitu:
1. Gejala Fisik
Gejala stress secara fisik dapat berupa jantung berdebar, nafas cepat dan memburu/terengah-
engah, mulut kering, lutut gemetar, suara menjadi serak, perut melilit, nyeri kepala seperti
diikat, berkeringat banyak, tangan lembab, letih yang tak beralasan, merasa gerah, panas, otot
tegang.
2. Gejala Psikis
Keadaan stress dapat membuat orang-orang yang mengalaminya merasakan gejala-gejala
psiko neurosa (neurotik), seperti cemas, resah, gelisah, sedih, depresi, curiga, Fabio (takut),
bingung, salah paham, agresi, labil, jengkel, marah, lekas panik, cermat secara berlebihan.
(Iskandar Junaidi, 2006: 113-114)
6
Dilihat dari gejala-gejala stres, Dadang Hawari mengemukakan pendapat Robert J. Van
Amberg, seorang psikiater yang membagi tahapan stres dalam enam tingkatan. Keenam
tingkatan tersebut dapat diurai sebagai berikut:
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang
besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang
dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau
letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks,
lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk, dan
punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur
(kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit
tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia),
koordinasi tubuh terganggu, dan mau keluhan, seperti jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan tidak mampu bekerja sepanjang
hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan
rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat
menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental
(physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang
sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas,
bingung, dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung
berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta
pingsan atau collaps
7
Grounding adalah pengelolaan stres dengan memusatkan perhatian pada momen saat ini, di
sini dan saat ini . Bayangkan kita berada di atas pohon dan tiba-tiba terjadi badai, hujan deras,
angin kencang, kilat. Jika kita tetap berada di atas pohon maka kita dalam bahaya, kita bisa
terjatuh dan terluka. Cara paling aman untuk melakukannya adalah dengan turun ke bawah
pohon dan melakukan track di tanah, ini disebut Grounding . Dalam keseharian kita juga
sering mengalami badai emosi, yaitu ketika ada pikiran dan perasaan yang berat seperti
kenangan masa lalu yang menyakitkan, kekhawatiran akan masa depan atau berbagai
perasaan negatif saat ini seperti marah, kesal, sedih, cemas, kegelisahan. Grounding juga
akan membuat situasi kita lebih aman ketika badai emosi muncul.
Langkah:
Ketahui perasaan dan pikiran Anda saat ini
Atur pernafasan dengan menarik nafas dalam-dalam, menahannya dan
menghembuskannya secara perlahan
Tekan telapak kaki ke lantai secara perlahan
Regangkan lengan ke kiri dan ke kanan secara perlahan lalu tepuk tangan di depan dada
Lihatlah 5 benda di sekitar, fokus dan beri nama benda tersebut
Sentuh 4 benda disekitarnya, fokuskan dan gambarkan seperti apa bentuk, tekstur,
kekerasan, kelembutan dan permukaannya
Dengarkan 3 suara di sekitar, fokus dan beri nama suara tersebut
Rasakan 2 rasa dari makanan/minuman di mulut, jelaskan rasanya, panas atau dingin
Kiss 1 aroma/bau yang anda cium, gambarkan aroma/bau yang anda rasakan
Setelah itu fokus dan ulangi aktivitas yang anda lakukan, perhatikan orang-orang di
sekitar anda dan apa yang ada disekitar anda
2. Lepaskan Diri
Setiap orang berusaha menghilangkan pikiran dan perasaan berat dengan berbagai cara. Cara-
cara tersebut antara lain membentak, berusaha untuk tidak berpikir, menghindari orang,
tempat, situasi, tidak keluar ruangan, mengucilkan diri, menyerah, merokok, minum alkohol,
narkoba, berdebat, menyalahkan diri sendiri, dan sebagainya. Namun ketika mencoba
membuang pikiran dan perasaan berat itu, yang terjadi justru hidup menjadi lebih buruk. Ada
cara yang bisa digunakan agar kita bisa menghilangkan pikiran dan perasaan yang berat, yaitu
dengan teknik melepaskan.
Langkah:
Merasakan pikiran dan perasaan yang berat/sulit itu.
Sebutkan perasaan dan pikiran berat tersebut, contoh : ini rasa tertekan di dada, ini kepala
terasa berat, ini kenangan yang menyakitkan, ini ketakutan akan masa depan, ini pikiran
sulit tentang masa lalu, ini adalah kemarahan, ini adalah pemikiran sulit tentang keluarga
8
saya, dll. Tambahkan kalimat aku rasakan pada nama pikiran dan perasaan yang berat
itu, sehingga namanya menjadi: Aku merasakan tekanan di dada ini, aku merasakan ini
kepalaku berat, aku merasakan ini amarah, aku merasakan rasa tidak nyaman ini di
perut. , saya merasa ini adalah pemikiran yang saya takuti, dll
Langkah selanjutnya adalah kembali fokus pada aktivitas Anda, baik itu memasak,
makan, bermain, mencuci, atau mengobrol dengan teman dan hidup yang penuh dengan
aktivitas; berikan perhatian penuh kepada orang-orang disekitar anda, siapapun mereka,
dan aktivitas anda, apapun mereka.
3. Bertindak Sesuai Nilai
Nilai-nilai Anda menggambarkan Anda ingin menjadi orang seperti apa dan bagaimana Anda
memperlakukan diri sendiri dan dunia di sekitar Anda. Nilai-nilai kehidupan antara lain: baik
hati, peduli, murah hati, suportif, suka membantu, sabar, bertanggung jawab, protektif,
disiplin, pekerja keras, berdedikasi, berani, tabah, penuh pemaaf, bersyukur, setia, terhormat,
hormat, amanah, adil, dll. Dalam menghadapi krisis kehidupan ada dua kemungkinan yaitu
mendekati nilai atau menjauh dari nilai
Langkah:
Tuliskan nilai-nilai penting dalam hidup Anda
Perhatikan situasi sulit yang Anda hadapi
Ambil pendekatan : Ubahlah Yang Dapat Diubah, Akui Sakit Yang Tidak Dapat Diubah,
Dan Hidupkan Nilai-Nilai Anda.
4. Melakukan Hal Baik
Di tengah kondisi sulit atau krisis, tidak mudah untuk berbuat baik pada diri sendiri dan orang
lain. Setiap orang membutuhkan kebaikan, mulailah berbuat kebaikan untuk diri sendiri dan
Anda akan memiliki lebih banyak energi untuk membantu orang lain, dan lebih banyak
motivasi untuk berbuat baik kepada orang lain, sehingga semua orang bisa mendapatkan
manfaat.
Langkah:
Ucapkan kata-kata yang baik pada diri sendiri, seperti: Terima kasih sudah bertahan
sejauh ini, saya ibu yang baik , saya ayah yang menyayangi keluarga saya , dll.
Anda juga bisa mengangkat salah satu tangan dan membayangkan tangan itu penuh
dengan kebaikan. Letakkan tangan ini dengan lembut pada bagian tubuh yang terasa sakit.
Rasakan kehangatan mengalir dari tangan Anda ke tubuh Anda. Lihat apakah Anda bisa
berbaik hati kepada diri sendiri melalui tangan ini.
Berbuat baik kepada orang lain dengan memberikan penghargaan, pujian, bantuan.
5. Memberi Ruang
9
Mencoba menjauhkan pikiran dan perasaan sulit sering kali tidak berhasil. Jadi, berikan ruang
saja untuk semua itu. Mari kita lihat langit yang selalu mempunyai ruang bagi perubahan
cuaca yang terjadi di atasnya. Tidak peduli seberapa buruk cuaca, hujan, petir, dinginnya
salju dan panas terik, namun langit memberikan ruang tanpa ada yang terluka dan dirugikan.
Dan cepat atau lambat cuaca akan berubah. Dan kita bisa belajar menjadi seperti langit, dan
memberi ruang pada cuaca buruk pikiran dan perasaan kita yang sulit tanpa perlu terluka.
Langkah:
Rasakan pikiran sulit Anda
Bayangkan itu adalah kata-kata dan gambar di halaman buku
Bayangkan Anda meletakkan buku itu di pangkuan Anda atau Anda juga bisa
membayangkan menggenggam buku itu di tangan Anda dan membawanya.
Terus hidupkan dunia di sekitar Anda dengan baik
Jadi, pikiran itu masih ada pada Anda, tapi Anda bisa HIDUP di dunia sekitar Anda.
Dengan mengetahui berbagai kegiatan positif yang dapat meminimalisir stres diatas,
diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengelola stres yang saat ini sedang
dihadapi.
Tetap terapkan perilaku hidup sehat dan bersegera dalam melakukan pemeriksaan ke
fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gangguan stress yang tidak kunjung
membaik, agar bisa segera mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat dari petugas
kesehatan.
2.2 Adaptasi
2.2.1 Pengertian Adaptasi
10
Menurut Gerungan (1996) adaptasi adalah proses perubahan dimensi fisiologis dan
psikososial dalam merespons terhadap stress. Sedangkan menurut Soekanto (2007),
adaptasi adalah proses penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial
terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun kondisi yang diciptakan.
Selain itu respons adaptif juga merupakan suatu totalitas respons dari manusia sebagai
makhluk holistik, yang memerlukan waktu dalam proses penyesuaian dan setiap orang akan
berbeda dalam proses penyesuaian, adakalanya orang cepat dalam beradaptasi, namun
adakalanya lambat dalam beradaptasi dan semua respons adaptif tidak selamanya cukup
dalam menghadapi perubahan akan tetapi terkadang dijumpai tidak adekuat dan pada
dasarnya respons adaptif itu melelahkan mengingat membutuhkan tenaga dan
sumber yang cukup.
11
Dimensi adaptif fisik meliputi sindrom adaptasi lokal dan sindrom adaptasi umum.
Contohnya adalah sakit tenggorokan, kemudian demam, jika tidak berhasil diatasi dapat
mengakibatkan kematian, sebaliknya jika berhasil, infeksi akan dapat teratasi dan pulih
kembali.
2. Perkembangan
Dimensi adaptif perkembangan meliputi koping yang berhasil dalam tugas atau
tahap perkembangan sebelumnya dan adaptasi yang berhasil terhadap stresor
sebelumnya. Sebagai contoh dimensi adaptif perkembangan adalah ketika stresornya
pensiun, jika tidak berhasil beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akan dapat
mengakibatkan depresi, sebaliknya jika berhasil beradaptasi, peran fungsi berubah
dengan suatu aktivitas lain yang lebih bermakna.
3. Emosional
Dimensi adaptif emosional adalah mekanisme pertahanan psikologis dan kekuatan
kepribadian individu. Contohnya stresor perkosaan, jika tidak berhasil beradaptasi, ia
akan mengalami ketakutan yang tidak rasional terhadap seorang pria, manakala berhasil
beradaptasi, akan mengalami integrasi dari ingatan traumatik dan dapat berfungsi
sebagai penasihat untuk orang lain dipusat krisis pemerkosaan.
4. Intelektual
Dimensi adaptif intelektual di antaranya pendidikan formal, kemampuan untuk
menyelesaikan masalah, keterampilan berkomunikasi, persepsi realistik, dan mobilisasi
kesadaran terhadap strategi koping positif masa lalu. Contohnya stresor seseorang
didiagnosis menderita kanker, adaptasi yang gagal adalah menyangkal adanya kanker
dan mengabaikan semua pengobatan. Adaptasi yang berhasil adalah menggunakan
pendekatan penyelesaian masalah yang aktif untuk mengambil keputusan tentang
pengobatan dan perawatannya.
5. Sosial
Dimensi adaptif sosial meliputi jaringan sosial yang memberikan dukungan dan
orang lain yang memberikan dukungan dapat mengarahkan individu kepada sumber
yang dibutuhkan. Pecandu alkohol dalam keluarga merupakan contoh stresor, jika gagal
berdaptasi, individu akan menarik diri dari keluarga dan kontak sosial lainnya,
sebaliknya adaptasi yang berhasil adalah partisipasi aktif dari semua anggota keluarga
dalam kelompok pendukung (Alcoholic Anonymous).
6. Spiritual
12
Kelompok pendoa dan dukungan dari rohaniwan merupakan dimensi adaptif
spiritual, Contohnya stresor anggota keluarga yang sakit merasa bahwa Tuhan telah
meninggalkannya, adaptasi yang gagal adalah menarik diri dengan tidak pergi ke tempat
ibadah, tidak berbicara dengan pemimpin agama/rohaniwan. Adaptasi yang berhasil
adalah yang bersangkutan mulai mencari teman di tempat ibadah, menjadi tenaga
sukarela untuk aktivitas yang berkaitan dengan tempat ibadah.
1. Adaptasi fisiologis
Hans Selye (1946, 1976) seorang dokter yang fokus meneliti stres melakukan
penelitian klasik yang kemudian menemukan dua adaptasi fisiologis yang berhubungan
dengan stres, yaitu Local Adaptation Syndrom (LAS) dan General Adaptation Syndrom
(GAS) yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Local Adaptation Syndrom (LAS)
Sindrom adaptasi setempat ini termasuk diantaranya pembekuan darah, penyembuhan
luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dan respons terhadap tekanan. LAS memiliki
ciri sebagai berikut:
Respons yang terjadi adalah setempat/lokal jadi tidak melibatkan seluruh sistem
tubuh.
Respons adalah adaptif yang berarti stresor diperlukan untuk menstimulasinya.
Sifat respons jangka pendek, tidak terjadi secara terus-menerus.
Respons adalah restoratif yaitu membantu dalam memulihkan homeostasis region
atau bagin tubuh tertentu.
b. General Adaptation Syndrom (GAS)
Merupakan respon fisiologi dari seluruh tubuh terhadap stres, yang melibatkan berbagai
sistem tubuh terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin. GAS terdiri dari
beberapa bagian, diantaranya:
Reaksi Alarm
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi menghadapi stresor. Kadar hormon meningkat agar volume darah dapat
meningkat menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan untuk
13
meningkatkan kadar glukosa darah persiapan energi untuk keperluan adaptasi.
Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respon
melawan atau menghindar (fight or flight). Curah jantung, pengambilan oksigen dan
frekuensi pernapasan meningkat, dilatasi pupil mata untuk menghasilkan bidang
visual yang lebih besar, dan frekuensi jantung meningkat untuk menghasilkan energi
lebih banyak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energi mental ini seseorang
disiapkan untuk melawan atau menghindari stresor.
Selama reaksi alarm individu dihadapkan pada stresor spesifik. Respons fisiologis
individu adalah mendalam, melibatkan sistem tubuh utama, dan dapat berlangsung
dari hitungan menit sampai jam, serta dapat mengancam hidup seseorang. Stresor
yang terus menetap setelah reaksi alarm (peringatan), maka berlanjut ke fase kedua
yaitu tahap resistensi.
Tahap Resistensi
Tubuh kembali menjadi stabil, kadar hormon, frekuensi jantung. tekanan darah,
dan curah jantung kembali ke tingkat normal. Individu berupaya untuk beradaptasi
terhadap stresor, jika stresor dapat diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang
telah terjadi. Stresor yang terus menetap seperti kehilangan darah terus menerus,
penyakit yang melumpuhkan, kemudian tidak mampu berdaptasi, maka individu
masuk tahap ketiga yaitu tahap kehabisan tenaga.
2. Adaptasi Psikologis
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang untuk
menghadapi stresor. Perilaku ini diarahkan pada pengelolaan stres dan diperoleh melalui
pembelajaran dan pengalaman, sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku yang
dapat diterima dan berhasil.
Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif
membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku destruktif
memengaruhi orientasi realitas, kemampuan penyelesaian masalah, serta kepribadian dan
14
situasi yang sangat berat. Individu bisa terlibat penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan
yang secara subjektif dapat dipandang sebagai perilaku adaptif, namun dalam
kenyataannya hal demikian malah meningkatkan stres dan bukan menyelesaikan masalah.
Perilaku adapatif psikologis disebut sebagai coping atau mekanisme coping. Lazarus
dan Folkman (1984) mengemukakan coping merupakan strategi untuk memanajemen
perilaku menuju penyelesaian masalah yang paling sederhana dan realistis, serta
berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata maupun tidak nyata. Coping
merupakan usaha kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap
berbagai tuntutan (distress demands).
Menurut Carlson (1994), mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan
individu untuk menghadapi perubahan yang diterima. Apabila mekanisme koping
berhasil, maka orang tersebut akan dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
Mekanisme koping dapat dipelajari, sejak awal timbulnya stresor sehingga individu
tersebut menyadari dampak dari stresor tersebut. Kemampuan koping individu tergantung
dari temperamen, persepsi, dan kognisi serta latar belakang budaya/norma tempatnya
dibesarkan (Carlson, 1994)
15
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Stres adalah ketegangan, setiap ketegangan yang dirasakan oleh seseorang akan
mengganggu dan dapat menimbulkan reaksi fisiologis, emosi, kognitif, maupun perilaku.
Stres dapat terjadi karena dua sumber, yaitu: sumber yang berasal dari internal (diri
sendiri) dan sumber eksternal (diluar diri sendiri/lingkungan). Terdapat tiga jenis stressor,
antara lain stresor fisikobiologis, stresor psikologis, dan stresor sosial.
Sedangkan adaptasi adalah proses penyesuaian penyesuaian secara psikologis
psikologis dengan cara melakukan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan untuk
melindungi atau bertahan dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan. Ada dua jenis
adaptasi, yaitu: adaptasi fisiologis dan adaptasi psikologis. Adaptasi bertujuan untuk :
a) Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar
b) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistikm
c) Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif
d) Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.
16
DAFTAR PUSTAKA
17