Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH SYMPTOM ASSESSMENT & SYMTOMP MANAGEMENT

GANGGUAN PSIKOLOGIS: ANSIETAS, DEPRESI

Mata Kuliah : Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

Dosen Pengampu : Ns. Anna Kurnia, M.Kep., Sp.KMB

ANGGOTA KELOMPOK :

1) Rahma Janeilla Pamungkasih (G2A020109)


2) Khoirun Nisak (G2A020110)
3) Dian Estika (G2A020111)
4) Henandiar Rizky Syaharini (G2A020112)
5) Tiwet Ngaida Juliana (G2A020113)
6) Naufal Arifianto (G2A020114)
7) Sofi Cahyaning Pertiwi (G2A020115)
8) Dian Novita (G2A020116)
9) Nunuk Kuntari (G2A020117)
10) Siti Latifah (G2A020118)
11) Tofan Baskoro Jati (G2A020119)
12) Zetin Nadza Wahyuningrum (G2A020120)
13) Farsya Asyifa Yusfira (G2A020121)
14) Cindy Tyas Ayu Agastin (G2A020122)

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Symptom assessment &
symtomp management Gangguan psikologis : ansietas, depresi.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Symptom assessment & symtomp management Gangguan
psikologis : ansietas, depresi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 18 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................... 4


B. TUJUAN PENULISAN ................................................................................ 5
C. METODE PENULISAN ............................................................................... 5
D. SISTEMATIKA PENULISAN ...................................................................... 5

BAB II : KONSEP DASAR .................................................................................... 7

A. PENGERTIAN ............................................................................................. 7
B. PREVALENSI .............................................................................................. 7
C. ETIOLOGI / PREDISPOSISI ....................................................................... 9
D. PATOFISIOLOGI ....................................................................................... 13
E. PENGKAJIAN ........................................................................................... 14
F. PENATALAKSANAAN ............................................................................. 16

BAB III : REVIEW JURNAL.............................................................................. 19

A. JUDUL PENELITIAN ................................................................................ 19


B. PENELITI .................................................................................................. 19
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................. 19
D. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ..................................................... 19
E. METODE PENELITIAN ............................................................................ 19
F. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ..................................................... 19
G. BENTUK PENERAPAN DI PELAYANAN KESEHATAN ........................ 20

BAB IV : PENUTUP ............................................................................................ 21

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 21
B. SARAN ...................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap orang tentu akan menemukan kesulitan dan cobaan hidup. Mungkin
dia tidak merasa sedemikian berputus asa sehingga bunuh diri, tetapi dia
mempunyai pengalaman depresi sewaktu-waktu. Yang terkadang diaplikasikan
atau dicurahkan dalam beberapa bentuk, dan tak jarang membawa mereka
kedalam pemikiran yang menyulitkan, dan lain sebagainya.

Biasanya semua orang tidak mengakui bahwa mereka telah terpelosok ke


dalam kancah penderitaan. Banyak dari mereka berpikir tentang tingkat-tingkat
depresi yang mereka sebut ”perasaan sedih” atau seperti yang dilakukan oleh
wanita dengan menangis. Tapi mereka sadar bahwa sekali waktu kehidupan
mereka tidak bahagia. Jelaslah ada perbedaan antara ketidakbahagiaan dan
penyakit mental. Bagaimanapun juga, bentuk depresi yang paling ringan akan
menumpulkan ketajaman kehidupan yang paling keras. Sehingga beberapa orang
yang terjebak dalam kesedihan ataupun ketidakbahagiaan lainnya, mengambil
langkah berbahaya yang dapat merugikan dirinya, yaitu dengan tindakan bunuh
diri dan sebagainya.

Untuk itu makalah ini disusun sedemikian rupa guna membantu pembaca
agar lebih mudah memahami maksud dari depresi. Selain itu, agar dapat
memberikan pengetahuan atau wawasan bagi para pembaca.

Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami stress,


kecemasan, dan kegelisahan. Sayangnya, masih saja ada orang yang berpikir
bahwa stress dan depresi bukan benar-benar suatu penyakit. Padahal,
dibandingkan AIDS yang menjadi momok saat ini, stres dan depresi jauh lebih
bertanggung jawab terhadap banyak kematian. Karena, kedua hal tersebut
merupakan sumber dari berbagai penyakit.

Stres dan depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan dapat
mengganggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang
negative seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, dan kurang bersyukur
dengan nikmat yang ada, maka system kekebalan kita menjadi lemah.
4
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini,
yang mendapat perhatian serius. Dinegara-negara berkembang, WHO
memprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi salah satu
penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab
kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Berdasarkan data WHO tahun
1980, hampir 20%-30% dari pasien rumah sakit di Negara berkembang
mengalami gangguan mental emosional seperti depresi

B. TUJUAN PENULISAN

a. Tujuan umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami symptom assessment &


symtopmp manajemen gangguan psikologis Kecemasan dan Depresi
b. Tujuan khusus :

1. Menjelaskan apa Definisi Kecemasan dan Depresi

2. Menjelaskan Prevelensi Kecemasan dan Depresi

3. Menjelaskan Etiologi Kecemasan dan Depresi

4. Menjelaskan Patofisiologi Kecemasan dan Depresi

5. Menjelaskan Pengkajian Kecemasan dan Depresi

6. Menjelaskan penatalaksanaan pada Kecemasan dan Depresi

C. METODE PENULISAN
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, dimana
dilakukan dengan pemrosesan dan penyusunan data dalam satuan-satuan tertentu.
Kemudian analisis data menggunakan dan mengambil kebenaran yang diperoleh
dari kepustakaan, peraturan perundang-undangan, dokumen- dokumen, buku-buku
dan bahan pustaka lain yang berkaitan dengan permasalahan Kecemasan dan
Depresi kemudian didiskusikan dengan data yang telah diperoleh dari obyek yang
diteliti sebagai kesatuan yang utuh kemudian dilakukan pengolahan data
menghasilkan sajian data sehingga akhirnya dapat ditarik dalam suatu kesimpulan.

5
D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Metode Penulisan

D. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kecemasan dan Depresi

B. Prevelensi Kecemasan dan Depresi

C. Patofisiologi Kecemasan dan Depresi

D. Pengkajian Kecemasan dan Depresi

E. Penatalaksanaan pada Sinusitis Kecemasan dan Depresi

BAB III REVIEW JURNAL

A. Judul Penelitian

B. Peneliti

C. Tujuan Penelitian

D. Waktu dan Tempat Penelitian

E. Metode Penelitian

F. Hasil Penelitian dan Analisis

G. Bentuk penerapan di pelayanan kesehatan


BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
a. Ansietas
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,
ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak
diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi
pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian
klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian
lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.”

b. Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup.
(Hawari, 2001, hal.19). Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih
dari empat minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan konsentrasi,
iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan,
pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam
Videbeck, 2008, hal.388).
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan
berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih, 2009, hal. 130). Depresi
adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan, berkecil hati, perasaan
bersalah,penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal.
121).

B. PREVALENSI
a. Ansietas
Estimasi angka prevalensi satu tahun dan prevalensi sepanjang hidup untuk
keseluruhan gangguan ansietas berturut-turut adalah 10,6% dan 16,6%. Prevalensi pada
perempuan dua kali lebih tinggi daripada laki-laki, dan didapatkan peningkatan prevalensi
7
sepanjang hidup pada usia 18 hingga 64 tahun (Somers et al, 2006). Status sosial ekonomi,
tingkat pendidikan, dan etnis berpengaruh terhadap terjadinya gangguan ansietas dalam
batas-batas tertentu dan pengaruhnya bervariasi antar studi (Merikangas & Kalaydjian,
2009). Masing-masing gangguan ansietas ditemukan memiliki angka prevalensi sepanjang
hidup yang bervariasi, dimana yang tersering adalah gangguan ansietas menyeluruh
sebesar 6,2%. Diagnosis yang juga sering adalah kelompok gangguan fobia, dimana
agorafobia memiliki prevalensi sepanjang hidup sebesar 3,8%, sosial fobia 3,6%, dan fobia
khas 5,3%. Gangguan stres pasca-trauma didapatkan prevalensi sebesar 2,1%, gangguan
obsesif kompulsif 1,3% dan gangguan panik 1,2% (Somers et al, 2006).

b. Depresi
Secara global, prevalensi depresi adalah 3,8%. Prevalensi dilaporkan sebesar 5% pada
kelompok usia dewasa dan meningkat menjadi 5,7% pada lansia. Prevalensi depresi
dilaporkan meningkat selama pandemi COVID-19.
Depresi lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Depresi jug
lebih sering ditemukan pada pasien dengan penyakit fisik berat dan penyakit kronis,
misalnya diabetes mellitus, stroke, dan kanker. Prevalensi depresi pada pasien dengan
kanker dilaporkan 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum.
Pada tahun 2019, dilaporkan bahwa prevalensi depresi di Indonesia adalah 3,7%
berdasarkan data Indonesia Family Life Survey (IFLS). Meski begitu, responden yang
melaporkan gejala depresi mencapai 23,47%.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 melaporkan prevalensi depresi di Indonesia
sebesar 6,2%. Prevalensi depresi ditemukan semakin meningkat seiring usia. Prevalensi
tertinggi dilaporkan pada kelompok usia 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 8,9%. Pada
kelompok usia 65-74 tahun, prevalensi dilaporkan sebesar 8,0%. Pada kelompok usia 55-
64 tahun, prevalensi dilaporkan sebesar 6,5%.

C. ETIOLOGI / PREDISPOSISI
a. Ansietas
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ

8
biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi
yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang
menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi

9
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

b. Depresi
1. Faktor Predisposisi
Terdapat 2 teori untuk menjelaskan faktor pendukung terjadinya depresi
a. Teori Biologis
a) Genetik.
Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan bahwa terdapat
dukungan keterlibatan herediter dalam penyakit depresi. Luasnya akibat pada
pokoknya tampak menjadi lebih tinggi diantara individu-individu yang
memiliki hubungan keluarga dengan kelainan tersebut daripada diantara
populasi umum
b) Biokimia.
Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan dalam penyakit
depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme dalam perubahan natrium dan
kalium di dalam neuron. Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik

10
amin norepinefrin, dopamin, dan serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini
mengalami defisiensi dalam individu dengan penyakit depresif.
b. Teori Psikososial
a) Psikoanalisa.
Teori ini melibatkan suatu ketidakpuasan dalam hubungan awal ibu-
bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif. Kebutuhan bayi tidak
terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan sebagai suatu kehilangan. Respons
berduka belum terpecahkan, dan kemarahan dan permusuhan ditunjukkan
kepada diri sendiri. Ego tetap lemah, sementara superego meluas dan menjadi
menghukum.
b) Kognitif.
Ahli teori-teori ini yakin bahwa penyakit depresif terjadi sebagai suatu
hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses pikir membantu perkembangan
evaluasi diri individu. Persepsi merupakan ketidakadekuatan dan
ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan merupakan suatu
kepesimisan keputusasaan.
c) Teori Pembelajaran.
Teori ini mengemukakan bahwa penyakit depresif dipengaruhi oleh
keyakinan individu bahwa ada kurang kontrol atau situasi-situasi
kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan ini muncul dari pengalaman-
pengalaman yang mengakibatkan kegagalan (baik yang dirasakan atau yang
nyata). Setelah sejumlah kegagalan, individu merasa tidak berdaya untuk
berhasil dalam usaha-usaha yang keras, dan oleh karena itu berhenti mencoba.
Pembelajaran ketidakberdayaan ini digambarkan sebagai suatu predisposisi
untuk penyakit depresif.
d) Teori Kehilangan Objek.
Teori ini menyatakan bahwa penyakit depresif terjadi jika pribadi
tersebut terpisah dari atau ditolak orang terdekat selama 6 bulan pertama
kehidupan. Proses ikatan diputuskan, dan anak menarik diri dari orang lain dan
lingkungan.
2. Faktor Pencetus

11
Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan
1) Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan
cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan
simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang
sangat penting.
2) Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode
depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang
dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi,
terutama pada wanita.
4) Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik,
seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat
mencetuskan gangguan alam perasaan.

D. PATOFISIOLOGI
a. Ansietas
Ansietas atau kecemasan merupakan respon dari persepsi ancaman yang diterima oleh
system syaraf pusat. Persepsi ini timbul akibat adanya rangsangan dari luar serta dari dalam
yang berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik. Rangsangan tersebut dipersepsi oleh
panca indra, diteruskan dan direspon oleh sistem syaraf pusat sesuai pola hidup tiap
individu.
Di dalam syaraf pusat, proses tersebut melibatkan jalur Cortex Cerebri – Limbic
System – Reticular Activating System – Hypothalamus yang memberikan impuls kepada
kelenjar hipofise untuk mensekresi mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar
adrenal, yang kemudian memacu sistem syaraf otonom melalui mediator hormonal yang
lainmenyebutkan bahwa di dalam sistem syaraf pusat yang merupakan mediator – mediator
utama dari gejala – gejala kecemasan ialah norepinephrin dan serotonin. Neurotransmiter
dan peptida lain, corticotropin-releasing factor, juga ikut terlibat. Sistem xviii syaraf
otonom yang berada di perifer, terutama system syaraf simpatis, juga memperantarai
banyak gejala kecemasan (Mudjaddid, 2006).

12
b. Depresi
Ada beberapa hipotesis tentang psikopatologi depresi, yaitu:
a) Hipotesis amin biogenic ( biogenic amine hypothesis) Hipotesis ini menyatakan
bahwa depresi disebabkan oleh kekurangan dalam senyawa ketokelamin, yaitu:
norepinefrin (NE), dan serotonin (5-HT)
b) Hipotesis permisif (permissive hypothesis), teori ini menyatakan bahwa berkurangnya
5-HT menyebabkan depresi karena “mengijinkan” turunnya kadar NE
c) Hipotesis sensitivitas reseptor, teori ini mengatakan bahwa reseptor yang berada di di
syaraf pasca sinaptik dapat mengalami supersensitivitas
Atrofi hippocampus, beberapa studi menunjukan bahwa pada pasien dengan depresi
unipolar mengalami volume hippocampus (bagian dari otak dimana terdapat progenitor
sel syaraf yang terus membelah dan membentuk sel syaraf baru)

E. PENGKAJIAN
a. Ansietas
Pengkajian pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada
pasien dan keluarga. Tanda dan gejala ansietas dapat ditemukan dengan wawancara,
melalui bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1) Coba ibu/bapak ceritakan masalah yang menghantui fikiran ibu setelah mengetahui
kondisi ibuk?
2) Coba ibu/bapak ceritakan apa yang dirasakan pada saatmemikirkan masalah yang
dialami terutama pada penyakit kronis yang bapak/ibuk alami?
3) Apakah ada kelurhan lain yang dirasakan
4) Apakah keluhan tersebut menganggu aktifitas atau kegiatan sehari-hari

Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagi
berikut :

1) Perilaku (Behavioral)
a) Gelisah
b) Pandangan sekilas (glacing about)
c) Rendahnya kontak mata
d) Keresahan
13
e) Perilaku mengamati
f) Cemas pada perubahan peristiwa hidup
2) Afektif (Affective)
a) Perasaan menderita
b) Kegugupan
c) Bingung
d) Ketidakpastian
3) Psikologis (physiological)
a) Tekanan wajah (facial tension)
b) Tremor tangan
c) Meningkatnya produksi keringat
d) Meningkatnya tekanan
e) Gemetar (trembling)
4) Simpatetik (sympathetic)
a) Alterasi pada pola respiratori
b) Anoreksia
c) Muka menjadi merah (facial flushing)
d) Palpitasi jantung
e) Meningkatnya tekanan darah
f) Meningkatnya kecepatan detak jantung
5) Kognitif (Cognitive)
a) Bingung
b) Perasaan takut
6) Tanda-tanda vital
a) Nadi lebih cepat
b) Tekanan darah naik

Alat Ukur Ansietas

 Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)


HARS merupakan salah satu kuesioner yang mengukur skala ansietas yang masih
digunakan sampai saat ini. Kuesioner terdiri atas 14 item. Masing-masing item terdiri
atas 0 (tidak terdapat) sampai 4 skor (sangat berat). (Nursalam, 2013).
14
 Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS)
T-MAS merupakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur skala ansietas pada
individu. T-MAS terdiri atas 38 pernyataan yang terdiri atas kebiasaandan emosi yang
dialami. Masing-masing item terdiri atas “ya” dan “tidak” (Psychology tools, 2017).
 Anxiety Visual Analog Scale (Anxiety VAS)
Suatu alat untuk mengukur tingkat kecemasan dengan menggunakan garis horizontal
berupa skala sepanjang 10cm atau 100mm. Penilaiannya yaitu ujung sebelah kiri
mengidentifikasikan “tidak ada kecemasan” dan semakin ke arah ujung sebelah kana
kecemasan yang dialami luar biasa (Misgiyanto & Susilawati, 2014).

b. Depresi
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis
keturunan. Frekwensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote
dari dizigote.
b) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan
pada diri sendiri. Diawali dengan proses kehilangan  terjadi ambivalensi terhadap
objek yang hilang  tidak mampu mengekspresikan kemarahan  marah pada diri
sendiri.
c) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan orang tua pada
masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai.
Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
d) Teori kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang
mengalami depresi atau mania.
e) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh
penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.

15
f) Teori Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali diri, lalu menjadi
pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan
akan ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya
mengembangkan respon yang adaptif.
g) Model perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian (reinforcement)
positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
h) Model Biologis
Mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu
defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.

2. Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi factor
biologis, psikologis dan social budaya. Factor biologis meliputi perubahan fisiologis
yang disebabkan oleh obat – obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi,
neoplasma dan ketidakseimbangan metabolism. Factor psikologis meliputi kehilangan
kasih saying, termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan harga diri. Factor
social budaya meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
3. Perilaku dan Mekanisme koping
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan depresi
kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme
koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan
supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka
yang belum digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi.

Alat Ukur Depresi

 BDI (Back Depression Inventory)


terdiri dari 21 kelompok item yang menggambarkan 21 kategori sikap dan gejala
depresi, yaitu : sedih, pesimis, merasa gagal, merasa tidak puas, merasa bersalah,
merasa dihukum, perasaan benci pada diri sendiri, menyalahkan diri sendiri,

16
kecenderungan bunuh diri, menangis, mudah tersinggung, manarik diri dari hubungan
sosial, tidak mampu mengambil keputusan, merasa dirinya tidak menarik secara fisik,
tidak mampu melaksanakan aktivitas, gangguan tidur, merasa lelah, kehilangan selera
makan, penurunan berat badan, preokupasi somatic dan kehilangan libido sex (dalam
Lestari, 2003). Masing-masing kelompok item terdiri dari 4-6 pernyataan yang
menggambarkan dari tidak adanya gejala sampai adanya gejala yang paling berat.
 Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)
adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kecemasan dan
depresi. Instrumen ini terdiri dari 14 item total pertanyaan yang meliputi pengukuran
kecemasan (pertanyaan nomor 1, 3, 5, 7, 10, 11, 13), pengukuran depresi (pertanyaan
nomor 2, 4, 6, 8, 9, 12, 14). Semua pertanyaan terdiri dari pertanyaan positif (favorable)
dan pertanyaan negatif (unfavorable). Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
bias.

F. PENATALAKSANAAN
1) Ansietas
a. Terapi non farmakologi
1) Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara
mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas
yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin
yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas
yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005).
Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual
(membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan
hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan
perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,
memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak.
Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan

17
ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih
baik.
2) Relaksasi
Teknik relaksasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengatasi
kecemasan atau ansietas. Beberapa teknik relaksasi yang dapat dilakukan
diantaranya relaksasi nafas dalam, relaksasi otot progresif, relaksasi imajinasi dan
visualisasi, meditasi, mindfullnes, aromatheraphy, rectangual breathing

2) Depresi
a. Terapi non farmakologi
1) Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi pengembangan yang digunakan untuk menghilangkan
atau mengurangi keluhan – keluhan serta mencegah kambuhnya gangguan pola
perilaku maladatif (Depkes, 2007). Teknik psikoterapi tersusun seperti teori terapi
tingkah laku, terapi interpersonal, dan terapi untuk pemecahan sebuah masalah.
Dalam fase akut terapi efektif dan dapat menunda terjadinya kekambuhan selama
menjalani terapi lanjutan pada depresi ringan atau sedang. Pasien dengan menderita
depresi mayor parah dan atau dengan psikotik tidak direkomendasikan untuk
menggunakan psikoterapi. Psikoterapi merupakan terapi pilihan utama utuk pasien
dengan menderita depresi ringan atau sedang (Teter etal.,2007)
2) Electroconvulsive Therapy (ECT)
Terapi dengan menggunakan “kejutan listrik”, terapi yang aman dan efektif, tetapi
dapat menimbulkan adverse effect seperti disfungsi kognitif. Bukan merupakan
pilihan utama terapi non farmakologi. ECT dilakukan bila : diperlukan respons
yang cepat, terapi dengan obat tidak/kurang menimbulkan respon.
b. Terapi farmakolgi berdasarkan mekanisme aksi utamanya:
1) Antidepresan trisiklik (TCA) mekanisme aksinya menghambat reuptake 5-HT dan
norepinefrin contohnya amitriptilin, imipramine, klomipramin, desipramin.
2) Serotonin norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI) mekanisme aksinya
menghambat reuptake 5-HT dan norepinefrin contohnya venalafaksin.

18
3) Monoamin oksidase inhibitor (MAOI) mekanisme aksinya penghambatan enzim
monoamine oksidase contohnya fenelzine, tranilsipromin.
4) Selective 5-HT reuptake inhibitor (SSRI) mekanisme aksinya penghambatan
reuptake 5-HT secara selektif contohnya fluoksetin, sertalin, paroksetin,
fluvoksamin.
5) Aminoketon mekanisme aksinya penghambatan reuptake norepinefrin dan
dopamine contohnya bupropion.
6) Triazolopyridin mekanismnya antagonis reseptor 5-HT 5-HT2A/ penghambatan
reuptake 5-HT contohnya trazodon dan nefazodon.
7) Tetrasiklik mekanismenya antagonis reseptor alfa2 adrenergik/5-HT presinaptik
contohnya Mirazapin.

19
BAB III

REVIEW JURNAL

A. JUDUL PENELITIAN
Hubungan Ansietas dan Depresi dengan Fatigue pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi (the correlation of anxiety and depression with fatigue in cancer patient undergoing
chemotherapy).

B. PENELITI
Ulfa Husnul Fata STIKes Patria Husada Blitar

C. TUJUAN PENELITIAN
a. Secara umum
Untuk mengetahui hubungan ansietas dan depresi dengan Fatigue atau kelelahan pada
pasien kanker yang menjalani kemoterapi
b. Tujuan khusus :
1. Mengidentifikasi ansietas pada pasien yang menjalani kemoterapi
2. Mengidentifikasi depresi pada pasien yang menjalani kemoterapi
3. Mengidentifikasi fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi
4. Menganalisis hubungan ansietas dan depresi dengan fatigue pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi

D. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Bulan Desember tahun 2013 di Rumah sakit pusat kanker jakarta

E. METODE PENELITIAN
Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional (potong lintang). Peneliti melakukan
observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 95 pasienkanker yang menjalani pengobatan kemoterapi baik di ruang rawat inap
maupun rawat singkat Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta pada Bulan Desember tahun
2013.

20
F. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Simpulan dalam penelitian ini adalah responden yang mengalami fatigue ringan dan
tidak mengalami ansietas sebesar 26,3% (25 responden), sedangkan responden yang
mengalami fatigue berat dan mengalami abnormal ansietas sebesar 1% (1 responden). Analisis
hubungan antara ansietas dengantingkat fatigue didapatkan p value 0,005 dengannilai derajat
hubungan 0,286 yang berarti terdapat hubungan dengan tingkat hubungan lemah antara
ansietas dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Responden yang
mengalami fatigue ringan dan tidak mengalami depresi sebanyak 35,9% (34 responden),
sedangkan yang mengalami fatigue berat dan mengalami abnormal depresi sebanyak 2,1% (2
responden). Analisis hubungan antara depresi dengan tingkat fatigue didapatkan p value 0,034
dengan nilai derajat hubungan 0,218 yang berarti terdapat hubungan dengan tingkat hubungan
lemah antara ansietas dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.

G. BENTUK PENERAPAN DI PELAYANAN KESEHATAN


Respons dari ansietas tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan meningkatkan
kemampuan dan menurunkan tanda dan gejala.Peningkatan kemampuan dan penurunan tanda
gejala tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tindakan keperawatan yang sesuai dengan
kondisi dan situasi klien.Ansietas dapat dicegah dengan mengenali ansietasnya, meningkatkan
kemampuan dalam mengatasi ansietas dengan cara tarik nafas dalam, distraksi, kegiatan
spiritual dan teknik lima jari.

21
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. sedangkan
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak
tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui
atau dikenal.Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam
upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan
tingkat kecemasan.

B. SARAN
Saran dari penulis untuk pembaca supaya pembaca memiliki pandangan luas tentang
depresi dan kecemasan. kemudian karena makalah ini masih terdapat kekurangan atau belum
sempurna untuk selanjutnya terkait literature untuk bisa menambah sumber lain. yang bisa
dijadikan sumber pengetahuan baik untuk penulis dan pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.) TR (Text revision). Arlington VA:
American Psychiatric Publishing; 2022.

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJP Dr.Amina : Gondo Utama

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Ettman CK, Abdalla SM, Cohen GH, Sampson L, Vivier PM, Galea S. Prevalence of Depression
Fahmi M, Panjaitan NA, Habibie I, Siregar AYM, Amarullah G, Rahma, et al. Does your
neighborhood protect you from being depressed? A study on social trust and depression in
Indonesia. BMC Public Health 2019;19:1371.

Farhan, D. I. N. (2022). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. G Dengan Masalah Gangguan Psikososial
Ansietas (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).

Gabriel FC, de Melo DO, Fráguas R, Leite-Santos NC, Mantovani da Silva RA, Ribeiro E.
Pharmacological treatment of depression: A systematic review comparing clinical practice
guideline recommendations. PLoS ONE 2020;15:e0231700.

Gibbson Towsend , M C, 1995. “Kumpulan Keperawatan Jiwa”. Jakarta : Buku Kedokteran

Keliat B.A. 2005. “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2018.

Merikangas, K. R. dan Kalaydjian, A. E. 2009. Epidemiology of Anxiety Disorders; In Sadock, B. J.,


Sadock, V.A., Ruiz, P. (eds), Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th
edition, Vol. 1, Lippincott Williams & Wilkins, New York: 1857-1864

Mudjaddid, E. 2006. Pemahaman dan Penanganan Psikosomatik Gangguan Ansietas dan Depresi di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II. Jakarta : Pusat
Penerbitan

Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses Keperawatan dan
Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit MocoMedia

23
Somers, J. M., Goldner, E. M., Waraich, P., Hsu, L. 2006. Prevalence and incidence studies of anxiety
disorders: asystematic review of the literature; In Can J Psychiatry, Vol 51, No 2

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa

Symptoms in US Adults Before and During the COVID-19 Pandemic. JAMA Network Open
2020;3:e2019686.

24
HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Nomor Responden :

Nama Responden :

Tanggal Pemeriksaan :

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk

25
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil

8 Gejala Somatik (Sensorik)


- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk

9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak

11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
26
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri

14 Tingkah Laku Pada Wawancara


- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah

KET:
Skor: 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat, 4 = berat sekali
Total Skor :
<14 = tidak ada kecemasan 28 – 41 = kecemasan berat
14 – 20 = kecemasan ringan 42 – 56 = kecemasan berat sekali
21 – 27 = kecemasan sedang

27
Lembar Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
No Apakah akhir-akhir ini, Anda Ya Tidak
1. Merasa tidak cepat lelah.
2. Seringkali mengalami perasaan mual.
3. Yakin tidak lebih penggugup daripada orang lain.
4. Merasa jarang sakit kepala.
5. Sering merasa tegang waktu bekerja.
6. Mengalami kesukaran mengadakan konsentrasi pada
suatu masalah.
7. Merasa khawatir jika memikirkan masalah.
8. Sering merasakan tangan anda gemetar bila mencoba
untuk berbuat sesuatu.
9. Tidak mudah tersipu-sipu seperti kebanyakan orang
lain.
10. Merasa diare satu kali atau lebih dalam sebulan.
11. Merasa khawatir bila akan terjadi kegagalan atau
kesialan dalam hidup anda.
12. Tidak pernah tersipu-sipu bila terjadi sesuatu pada
diri anda.
13. Merasa takut muka anda menjadi merah karena malu.
14. Sering mengalami mimpi yang menakutkan pada
waktu tidur malam hari.
15. Merasa tangan dan kaki anda biasanya cukup hangat.
16. Mudah sekali berkeringat meskipun tidak panas.
17. Terkadang berkeringat yang bercucuran ketika malu,
dan hal ini membuat anda jengkel.
18. Hampir tidak pernah berdebar-debar dan jarang
bernafas tersenggal-senggal.
19. Sering merasa lapar terus-menerus.
20. Jarang terganggu oleh rasa sembelit (sakit perut)
karena sukar buang air.
21. Jarang terganggu oleh sakit perut.
22. Tidak bisa tidur, ketika mengkhawatirkan sesuatu.
23. Merasa tidur anda sering terganggu dan tidak
nyenyak.
24. Seringkali bermimpi tentang sesuatu yang sebaiknya
tidak diceritakan kepada orang lain.
25. Mudah merasa segar.
26. Merasa lebih sensitif atau peka daripada kebanyakan
orang lain.
27. Seringkali mengkhawatirkan d anda jika terjadi
suatu hal.
28. Menginginkan kebahagiaan seperti orang lain yang
anda lihat.

28
29. Selalu tenang-tenang dan tidak mudah kecewa atau
putus asa.
30. Mudah menangis.
31. Seringkali mencemaskan terhadap suatu hal atau
seseorang.
32. Merasa gembira setiap waktu.
33. Merasa gelisah ketika menunggu.
34. Pada waktu-waktu tertentu, merasa tidak tenang
sehingga tidak dapat duduk terlalu lama.
35. Kadang-kadang merasa gembira sekali sehingga
sukar tidur.
36. Kadang-kadang mengalami kesukaran-
kesukaran yang bertumpuk-tumpuk sehingga tidak
dapat duduk
terlalu lama.
37. Meyakini bahwa kadang-kadang merasa khawatir
tanpa suatu alasan tertentu terhadap suatu hal yang
tidak berarti.
38. Tidak sepenakut teman anda yang lain.
39. Seringkali merasa takut pada benda atau manusia
yang anda tahu tidak akan menyakiti anda.
40. Seringkali merasa sebagai orang yang tidak berguna.
41. Mengalami kesukaran untuk memusatkan perhatian
terhadap suatu pekerjaan.
42. Biasanya penakut.
43. Biasanya yakin pada diri sendiri.
44. Seringkali dalam keadaan tenang.
45. Merasa hidup ini merupakan beban bagi anda setiap
waktu.
46. Befikir bahwa anda tidak punya arti apa-apa.
47. Benar-benar merasa kurang percaya diri pada diri
sendiri.
48. Kadang-kadang merasa bahwa diri anda akan kacau.
49. Merasa takut akan kesukaran-kesukaran yang harus
anda hadapi dalam keadaan kritis.
50. Sepenuhnya percaya pada diri anda sendiri.

29
Anxiety Visual Analog Scale (Anxiety VAS)

30
Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit
“Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)”

Nama Responden :
Jenis Kelamin/Umur :
Tanggal Pemeriksaan :

Beri tanda rumput atau lingkari jawaban yang paling benar. Jangan berpikir terlalu lama untuk
masing-masing jawaban. Jawablah seperti yang anda rasakan sekarang.

1. Saya merasa tegang Hampir selalu 3


atau „sakit hati‟: Sering sekali 2
A
Dari waktu ke waktu, sekali-sekali 1
Tidak sama sekali 0

2. Saya masih senang Tentu saja sangat suka 0


dengan hal-hal yang Tidak begitu suka 1
D
dulu saya sukai: Hanya sedikit suka 2
Hampir tidak suka sama sekali 3

3. Saya mendapat Tentu saja dan sungguh tidak mengenakkan 3


semacam perasaan Ya, tetapi tidak begitu buruk 2
takut seolah-olah ada Sedikit, tetapi tidak membuat saya khawatir 1 A
sesuatu yang Tidak sama sekali 0
mengerikan akan
terjadi:

4. Saya bisa tertawa dan Sebanyak yang saya selalu bisa lakukan 0
D
melihat sisi lucu dari Tidak terlalu bisa sekarang 1
sesuatu hal: Tentu saja tidak begitu banyak sekarang 2
Tidak sama sekali 3

5. Ada pikiran takut Terlalu sering 3


melintas di pikiran Sering 2 A
saya : Dari waktu ke waktu, tetapi tidak terlalu sering 1
Hanya sekali-sekali 0

6. Saya merasa ceria: Tidak sama sekali 3


Tidak sering 2
D
Kadang-kadang 1
Hampir selalu 0

7. Saya bisa duduk Tentu saja 0


nyaman dan merasa Biasanya 1

31
santai Tidak sering 2 A
Tidak sama sekali 3

8. Saya merasa seperti Hampir selalu 3


saya dibuat lambat Sering kali 2
D
Kadang-kadang 1
Tidak sama sekali 0

9. Saya ada semacam Tidak sama sekali 0


perasaan takut seperti Sekali-sekali 1
A
rasa muak dalam Agak sering 2
perut: Sering sekali 3

10. Saya tidak tertarik Tentu saja 3


lagi dengan Saya tidak sepeduli seperti yang semestinya 2
D
penampilan saya: Saya mungkin tidak begitu peduli 1
Saya hanya peduli seperti yang sudah-sudah 0

11. Saya merasa gelisah Gelisah luar biasa 3


karena saya harus Agak gelisah 2
A
sibuk: Tidak terlalu gelisah 1
Tidak sama sekali 0

12. Saya ingin senang Sebanyak yang saya bisa lakukan 0


dengan sesuatu: Agak kurang dari pada yang pernah saya
1
lakukan
D
Tentu saja kurang daripada yang pernah saya
2
lakukan
Hampir tidak sama sekali 3

13. Saya tiba-tiba Sering sekali 3


merasakan perasaan Agak sering 2 A
panik: Tidak terlalu sering 1
Tidak sama sekali 0

14. Saya bisa menikmati Sering 0


buku atau acara radio Kadang-kadang 1
D
atau TV yang bagus: Tidak sering 2
Jarang sekali 3

Penilaian (Jumlahkan A = Kecemasan; Jumlahkan D = Depresi). 0 – 7 = Normal


Norma-norma di samping ini akan memberikan ide tentang sejauh 8 – 10 = Kasus ringan
mana kecemasan dan depresi Anda 11-15 = Kasus sedang
16-21 = Kasus berat

32
33
Beck Depression Inventory (BDI)

Nama : TTL :

Pekerjaan : No identitas :

( Pilihlah salah satu penyataan yang anda anggap sesuai dengan diri anda saat ini,
dengan memberi tanda silang (x) pada huruf di depan penyataan yang anda pilih )

1. 0. Saya tidak merasa sedih


1. Saya merasa sedih
2. Saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat
menghilangkannya
3. Saya begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi

2. 0. Saya tidak merasa berkecil hati terhadap masa depan


1. Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan
2. Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan
3. Saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan dan segala sesuatunya
tidak dapat diperbaiki

3. 0. Saya tidak merasa gagal


1. Saya merasa lebih banyak mengalami kegagalan daripada rata – rata orang
2. Kalau saya meninjau kembali hidup saya, yang dapat saya lihat hanyalah
banyak kegagalan
3. Saya merasa sebagai seorang pribadi yang gagal total

4. 0. Saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu seperti biasanya


1. Saya tidak dapat menikmati segala sesuatu seperti biasanya

34
2. Saya tidak lagi memperoleh kepuasan yang nyata dari segala sesuatu
3. Saya merasa tidak puas atau bosan terhadap apa saja

5. 0. Saya tidak merasa bersalah


1. Saya cukup sering merasa bersalah
2. Saya sering merasa sangat bersalah
3. Saya merasa bersalah sepanjang waktu

6. 0. Saya tidak merasa bahwa saya sedang dihukum


1. Saya merasa bahwa saya mungkin dihukum
2. Saya mengharapkan agar dihukum
3. Saya merasa bahwa saya sedang dihukum

7. 0. Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri


1. Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
2. Saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri
3. Saya membenci diri saya sendiri

8. 0. Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain
1. Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan atau kekeliruan
saya
2. Saya menyalahkan diri saya sendiri sepanjang waktu atas kesalahan –
kesalahan saya
3. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang terjadi

9. 0. Saya tidak mempunyai pikiran untuk bunuh diri


1. Saya mempunyai pikiran – pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan
melaksanakannya
2. Saya ingin bunuh diri

35
3. Saya akan bunuh diri kalau ada kesempatan

10. 0. Saya tidak menangis lebih dari biasanya


1. Sekarang saya lebih banyak menangis daripada biasanya
2. Sekarang saya menangis sepanjang waktu
3. Saya biasanya dapat menangis, tetapi sekarang saya tidak dapat menangis
meskipun saya ingin menangis

11. 0. Sekarang saya tidak merasa lebih jengkel daripada sebelumnya


1. Saya lebih mudah jengkel atau marah daripada biasanya
2. Saya sekarang merasa jengkel sepanjang waktu
3. Saya tidak dibuat jengkel oleh hal – hal yang biasanya menjengkelkan saya

12. 0. Saya masih tetap senang bergaul dengan orang lain


1. Saya kurang berminat pada orang lain dibandingkan dengan biasanya
2. Saya tak kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain
3. Saya telah kehilangan seluruh minat saya terhadap orang lain

13. 0. Saya mengambil keputusan – keputusan sama baiknya dengan sebelumnya


1. Saya lebih banyak menunda keputusan daripada biasanya
2. Saya mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam mengambil keputusan
daripada sebelumnya
3. Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan apa pun

14. 0. Saya tidak merasa bahwa saya kelihatan lebih jelek daripada sebelumnya
1. Saya merasa cemas jangan – jangan saya tua atau tidak menarik
2. Saya merasa bahwa ada perubahan – perubahan tetap pada penampilan saya
yang membuat saya kelihatan tidak menarik

36
3. Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek

15. 0. Saya dapat bekerja dengan baik seperti sebelumnya


1. Saya membutuhkan usaha istimewa untuk mulai mengerjakan sesuatu
2. Saya harus memaksa diri saya untuk mengerjakan sesuatu
3. Saya sama sekali tidak dapat mengerjakan apa – apa

16. 0. Saya dapat tidur nyenyak seperti biasanya


1. Saya tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya
2. Saya bangun 2-3 jam lebih awal dari biasanya dan sukar tidur kembali
3. Saya bangun beberapa jam lebih awal daripada biasanya dan tidak dapat
tidur kembali

17. 0. Saya tidak lebih lelah dari biasanya


1. Saya lebih mudah lelah dari biasanya
2. Saya hampir selalu merasa lelah dalam mengerjakan segala sesuatu
3. Saya merasa terlalu lelah untuk mengerjakan apa saja

18. 0. Nafsu makan saya masih seperti biasanya


1. Nafsu makan saya tidak sebesar biasanya
2. Sekarang nafsu makan saya jauh lebih berkurang
3. Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali

19. 0. Saya tidak banyak kehilangan berat badan akhir - akhir ini
1. Saya telah kehilangan berat badan 2,5 kg lebih
2. Saya telah kehilangan berat badan 5 kg lebih
3. Saya telah kehilangan berat badan 7,5 kg lebih. Saya sengaja berusaha
mengurangi berat badan dengan makan lebih sedikit :- ya – tidak

37
20. 0. Saya tidak mencemaskan kesehatan saya melebihi biasanya
1. Saya cemas akan masalah kesehatan fisik saya, seperti sakit dan rasa nyeri;
sakit perut; ataupun sembelit
2. Saya sangat cemas akan masalah kesehatan fisik saya dan sulit memikirkan
hal – hal lainnya
3. Saya begitu cemas akan kesehatan fisik saya sehingga saya tidak dapat
berpikir mengenai hal – hal lainnya

21. 0. Saya tidak merasa ada perubahan dalam minat saya terhadap seks pada akhir
– akhir ini
1. Saya kurang berminat terhadap seks kalau dibandingkan dengan biasanya
2. Sekarang saya sangat kurang berminat terhadap seks
3. Saya sama sekali kehilangan minat terhadap seks

LEMBAR JAWABAN BECK DEPRESSION INVENTORY


NAMA :
Jenis kelamin : P/L
Tanggal lahir :
Tanggal tes :

NO 0 1 2 3 NILAI
1
2
3
4
5
6
7
8

38
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
JUMLAH TOTAL
Scoring:

Beck Depression Scale:

1-10 : Naik turunnya perasaan ini tergolong normal

11-16 : Gangguan mood ringan atau perasaan murung ringan

17-20 : Batas depresi

21-30 : Depresi rendah

31-40 : Depresi sedang

Lebih dari 40 : Depresi ekstrem

39

Anda mungkin juga menyukai