Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

"PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA


LANSIA: SYSTEMATIC REVIEW"

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester

Mata Ajar Evidence Based Practice

Disusun Oleh:

Anggi Ulfah Mawaddah NPM. 215121227

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTASI ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Evidence Based Practice dengan judul
“Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap Tingkat Depresi pada Lansia: Systematic
Review”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evidence Based
Practice. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada Ibu Murtiningsih, Ns.,M.Kep,Sp.Mat. selaku dosen pengampu
mata kuliah Evidence Based Practice yang telah meluangkan waktu dan memberikan
bimbingan serta arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Harapan penulis semoga tugas makalah ini dapat membantu menambah


pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini, saya akui
masih banyak kekurangan Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran serta
masukan-masukan yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini
agar menjadi lebih baik kedepannya.

Cimahi, November 2022

Anggi Ulfah Mawaddah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

1.1 Latar Belakang....................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................

2.1 Konsep Lansia..................................................................................................

2.2 Konsep Depresi Pada Lansia.................................................................................

2.3 Penyebab Depresi pada Lansia.........................................................................

2.4 Faktor yang mempengaruhi Depresi Lansia....................................................

2.5 Cara Mengatasi Depresi Lansia.......................................................................

2.6 Konsep Terapi Reminiscence...........................................................................

2.7 Manfaat Terapi Reminiscence..........................................................................

BAB III METODE..........................................................................................................

3.1 Protokol dan registrasi............................................................................................

3.2 Kriteria Kelayakan................................................................................................

3.3 Proses pengumpulan data.......................................................................................

3.4 Item data .............................................................................................................

3.5 Risiko Bias dalam studi..........................................................................................

3.6 Ringkasan Tindakan..............................................................................................

3.7 Metode Analisis....................................................................................................

BAB IV HASIL DAN ANALISIS..................................................................................

4.1 Literatur Review........................................................................................................


4.1 Kualitas Studi dan Risiko Bias......................................................................
4.2 Karakteristik Studi.........................................................................................
4.3 Karakteristik Responden dari studi................................................................

BAB V PEMBAHASAN.................................................................................................

5.1 Analisis pengaruh terapi reminiscence terhadap depresi lansia.....................

5.2 Analisis Perbandingan pengaruh terapi reminiscence terhadap depresi lansia

5.1 Keterbatasan Studi Literatur..........................................................................

BAB VI PENUTUP.........................................................................................................

KESIMPULAN............................................................................................................

SARAN........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara


alamiah. Proses menua bukanlah suatu penyakit melainkan proses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi stressor dari dalam maupun luar tubuh. Lansia
merupakan suatu tahap lanjut dari kehidupan manusia yang ditandai dengan adansya
penurunan kemampuan tubuh untuk melakukan adaptasi dengan stres lingkungan
serta kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan tubuh terhadap kondisi stres
fisiologis. Stres adalah kondisi dimana manusia melihat adanya tuntutan situasi
sebagai beban diluar batas kemampuan untuk memenuhinya (Hindriyastuti, 2018).
Keadaan tersebut cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang berupa
depresi. Lansia merupakan kelompok risiko tinggi yang mengalami gangguan
kesehatan yang ditandai dengan penurunan fungsi tubuh pada perubahan fisik,
biologis, psikologis, dan sosial yang disebabkan oleh proses penuaan.

Lansia usia diatas 60 tahun akan mengalami perubahan biopsikososial dan


spiritual yang menyebabkan lansia tersebut mengalami depresi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi depresi lansia yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal
berasal dari diri sendiri seperti penyakit dan konflik misalnya perubahan kondisi
kesehatan, sakit, dan konflik dengan pasangan. Sedangkan faktor eksternal berasal
dari luar seperti keluarga dan lingkungan misalnya kematian pasangan hidup,
kehilangan kerabat, kekhawatiran mengenai keuangan, pensiunan, kesepian, terpisah
dengan anak, dan masalah dengan anggota lain (Utami, 2019).

Depresi pada lansia juga sering dikenal sebagai late life depression. Depresi
menurut WHO (World Health Organization) merupakan suatu gangguan mental
umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat,
perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi,
dan konsentrasi yang rendah. Masalah ini dapat akut atau kronik dan menyebabkan
gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari. Pada kasus parah,
depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Sekitar 80% lansia depresi yang menjalani
pengobatan dapat sembuh sempurna dan menikmati kehidupan mereka, akan tetapi
90% mereka yang depresi mengabaikan dan menolak pengobatan gangguan mental
tersebut.
Depresi berhubungan dengan masalah kesehatan terbesar di dunia. Banyaknya
tekanan kehidupan, stres interpersonal dan penolakan sosial, menjadi faktor risiko
terbesar mengalami depresi (Hadi, 2017; Rosyanti, 2021). Angka kejadian depresi
pada lansia di dunia sebanyak 322 juta orang. Kejadian depresi tertinggi berada di
wilayah Asia Tenggara sebanyak 86,94 (27%) dari 322 miliar individu. Indonesia
sendiri berada di urutan ke lima dengan angka kejadian depresi sebesar (3,7%)
menurut WHO (2017). Jawa Barat sendiri untuk yang prevalensi sebenarnya 0,14%
dikali dengan jumlah penduduk Jawa Barat 49 juta, total ada sekitar 69 ribu. Dampak
depresi pada lansia sangatlah buruk, depresi yang tidak tertangani dengan baik dapat
menyebabkan peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan dan menyebabkan
penurunan kualitas hidup lansia bahkan dapat menyebabkan kematian. Masa dimana
semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai serta menikmati
masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta, pada kenyataanya tidak semua lansia
mendapatkan respon yang sama untuk menilai keadaan hidup mereka. Berbagai
persoalan hidup yang di rasakan lansia seperti kemiskinan, kegagalan yang beruntun,
stres yang berkepanjangan, keturunan yang tidak bisa merawatnya dan sebagainya
dapat memicu terjadinya depresi (Dwi Nazia, 2018).

Pencegahan depresi pada lansia yang tinggal sendiri dapat diatasi yaitu dengan
cara : Senam lansia, adanya hubungan dukungan keluarga, pencegahan demensia dini
dan meningkatkan kualitas hidup lansia, dan terapi reminiscence. Dalam proposal
skripsi ini peneliti menggunakan salah satu terapi yaitu terapi reminiscence untuk
menekan angka kejadian depresi lansia yang tinggal sendiri. Terapi reminiscence
merupakan suatu terapi yang diujukan untuk memulihkan perasaan stres pada lansia
(Manurung, 2018). Salah satu intervensi dengan menggunakan memori untuk
memelihara kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam kegiatan
terapi ini, terapis memfasilitasi lansia untuk mengumpulkan kembali memori-memori
masa lalu yang menyenangkan sejak masa anak, remaja dan dewasa serta hubungan
lansia dengan keluarga, kemudian dilakukan sharing dengan orang lain (Musavi,dkk
2017). Terapi reminiscence ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memori
dengan prinsip yang mengandung unsur story-telling (bercerita) dan berkomunikasi
baik secara individu, kelompok, dan keluarga. Pelaksanaan kegiatan terapi secara
kelompok memberi kesempatan pada lansia untuk membagi pengalamannya pada
anggota kelompok sehingga dapat tercipta suasana yang harmoni, menjadi senang,
bangga, meningkatkan integritas diri, mendapatkan penguatan positif sehingga
mampu mengeliminasi peristiwa yang tidak menyenangkan memberi efek relaksasi
(Kartika & Mardalinda,2017).

Terapi reminiscence dapat memotivasi lansia untuk mengingat pikiran,


perasaan, dan peristiwa masa lalu dan menyampaikan hal yang berharga bagi dirinya
seperti menceritakan pengalaman saat lansia masih anak-anak, menceritakan
permainan yang disukai dan sering dilakukan pada saat masih anak-anak,
menceritakan hobi dan prestasi yang pernah diraih saat masa sekolah dan
menceritakan hubungan lansia dan keluarga dan teman-teman terdekatnya sehingga
dapat melupakan berbagai hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupannya saat
ini. Hal tersebut dapat mengurangi emosi negatif yang dirasakan dan meningkatkan
mood positif lansia (Gea, 2019). Berdasarkan uraian di atas, diperlukan adanya
rangkuman menyeluruh mengenai pengaruh terapi reminiscence yang sudah
diterapkan dalam mengatasi stress dan depresi pada lansia, sehingga sumber informasi
ini mudah didapat dan dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah depresi pada
lansia.

1.2 Rumusan Masalah


"Bagaimanakah pengaruh Terapi reminiscence terhadap lansia yang mengalami
depresi?"

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh Intervensi Terapi reminiscence terhadap lansia yang
mengalami depresi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menganalisis rangkuman efektifitas terapi Reminiscence terhadap lansia
yang mengalami depresi.
b. Menganalisis rangkuman pengaruh setelah pemberian Terapi
Reminiscence terhadap lansia yang mengalami depresi.
c. Menganalisis perbandingan masing-masing intervensi Terapi
Reminiscence terhadap lansia yang mengalami depresi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lansia


Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir dimana pada masa ini
seseorang mengalami berbagai kemunduran. Lanjut usia (Lansia) membutuhkan
dukungan perawatan agar mampu mencapai masa tua yang bahagia dan sejahtera.
Topik ini mempelajari konsep lansia terdiri dari definisi lansia, batasan lansia, proses
menua, teori-teori menua, perubahan-perubahan yang terjadi.
2.1.1 Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang termasuk ke klasifikasi adult (dewasa) yang
sering juga disebut dengan lanjut usia. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Menurut World Health Organizazion (WHO), seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah
Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi.

2.1.2 Batasan-batasan Lansia


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

2.1.3 Proses Menua


Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi pada organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, dan lain-lain.
2.2 Konsep Depresi Pada Lansia
Lansia yang tinggal sendiri dan tidak dengan keluarganya cenderung
mengalami depresi. Topik ini mempelajari konsep depresi lansia terdiri dari definisi
depresi, penyebab depresi, tanda dan gejala depresi, faktor yang mempengaruhi
depresi, tingkatan depresi, dampak depresi, alat ukur depresi, dan cara mengatasi
depresi. Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan yang berupa hilangnya minat
atau kesenangan dalam aktivitas yang biasa dan pada waktu masa lalunya. Depresi
diartikan sebagai suatu bentuk gangguan emosi yang menunjukkan perasaan
tertekan, sedih, tidak bahagia, tidak berharga, tidak berarti, serta tidak mempunyai
semangat dan pesimis menghadapi masa depan. Depresi merupakan realita
kehidupan sehari-hari yang tidak dapat dihindari dan merupakan masalah kesehatan
yang paling serius pada lansia. Depresi dapat berdampak terhadap kondisi emosional
sehingga seseorang akan lebih mudah gelisah, suasana hati yang berubah-ubah,
mudah marah, mudah tersinggung, dan stres yang berkepanjangan (Vitaliati, 2018).

2.3 Penyebab Depresi Lansia


Depresi juga dikenal sebagai penyakit yang kompleks. Tidak ada yang tahu persis
penyebabnya, tetapi para ahli yakin bahwa beberapa alasan bisa jadi penyebabnya.
Menurut dr.Gabriella Florencia (2020), berikut ini hal yang bisa jadi penyebab
seseorang alami depresi, yaitu:
a. Riwayat Keluarga
Faktanya, kamu berisiko lebih tinggi untuk mengalami depresi jika memiliki
riwayat keluarga yang mengalami depresi atau gangguan suasana hati lainnya.
Depresi sifatnya sangat kompleks, artinya mungkin ada banyak gen berbeda
yang masing-masing memberikan efek kecil, daripada gen tunggal yang
berkontribusi terhadap risiko penyakit. Genetika depresi, seperti kebanyakan
gangguan kejiwaan, tidak sesederhana atau seumum penyakit genetik murni
lainnya.
b. Trauma
Beberapa peristiwa bisa memengaruhi cara tubuh kamu bereaksi terhadap
ketakutan dan situasi yang membuat stres. Hal ini bisa terjadi karena kekerasan
fisik, seksual, atau emosional yang meningkatkan kerentanan terhadap depresi
klinis.
c. Struktur Otak
Risiko depresi menjadi lebih besar jika lobus frontal otak kurang aktif. Namun,
para ilmuwan tidak tahu apakah ini terjadi sebelum atau setelah timbulnya
gejala depresi.
d. Kondisi Medis
Kondisi tertentu meningkatkan risiko yang lebih tinggi untuk alami depresi bisa
terjadi sebagai efek samping dari penyakit kronis.
e. Penggunaan Obat
Riwayat penyalahgunaan narkoba atau alkohol memengaruhi risiko alami
depresi. Namun, beberapa obat yang diresepkan dokter juga bisa meningkatkan
risikonya.

2.4 Faktor yang mempengaruhi Depresi Lansia


Menurut faktor penyebabnya di bagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Depresi Reaktif
Gejalanya diperkirakan akibat stres dari luar misalnya kehilangan seseorang
atau kehilangan pekerjaan.
b. Depresi Endogenius
Gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor lain. Sehingga depresi tersebut
timbul dari dirinya sendiri.
c. Depresi Primer dan Sekunder
Penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan penyakit
fisik psikiatrik atau kecanduan obat dan alkohol (depresi sekunder) dengan
depresi yang tidak mempunyai penyebab ini (depresi primer).

2.5 Cara Mengatasi Depresi Lansia


Mengatasi depresi ada beberapa cara, yaitu:
a. Obat depresi
Obat depresi bisa dikatakan menjadi solusi depresi pada usia lanjut sekaligus
mencegah gangguan jiwa pada lansia. Akan tetapi, obat anti depresi ini
membutuhkan resep yang berbeda beda untuk usia lanjut. Aturan umum yang
biasanya digunakan untuk pasien usia lanjut adalah dari dosis rendah dan
dilakukan dengan perlahan. Obat obatan ini biasanya memiliki efek yang lebih
kuat untuk usia lanjut sehingga dosis awal yang digunakan harus sangat rendah.
b. Kenali gejala depresi lansia
Beberapa gejala seperti orang tua yang tidak lagi melakukan berbagai kegiatan
yang ia senangi sebelumnya sebagai gejala dari depresi pada lansia. Selain itu,
mereka juga kemungkinan akan terlihat sedih, putus asa atau memperlihatkan
sikat tidak berdaya. Anda mungkin juga akan melihat perubahan berat badan
seperti meningkat atau semakin menurun dan juga perubahan pada pola tidur
terlalu sering tidur atau justru kurang tidur.
c. Bicara dengan orang tua
Meski berbicara tentang depresi memang terasa sedikit menakutkan, akan tetapi
jika situasi semakin mengkhawatirkan dan tidak ada tanda perbaikan, maka
sebaiknya mulai percakapan tentang depresi psikologi lansia tersebut. Lakukan
pendekatan pada orang tua berdasarkan keprihatinan dan juga kepedulian anda
dan ingatkan juga tentang betapa pentingnya mereka untuk diri anda sekaligus
memperlihatkan rasa bahagia anda.
d. Bantu dengan terapi
Cara lainnya untuk mengatasi depresi dan gangguan mental pada lansia adalah
dengan mendorong mereka agar mau menjalani terapi namun lakukan ini dengan
sangat hati hati. Terapi nantinya akan membantu mereka agar bisa menata ulang
pola pikir yang negatif, mengenali pemicu dari depresi, melatih keterampilan
untuk bisa bertahan dan mempraktekkan langkah langkah pencegahan sehingga
gejala depresi tersebut bisa diminimalisir di kemudian hari.
e. Luangkan waktu bersama orang tua
Orang tua yang sudah menjadi lansia sebenarnya sangat mencintai anda meski ia
tidak bisa menunjukkan hal tersebut dengan terang terangan. Untuk itu,
perlihatkan juga pada orang tua jika anda juga membalas cintanya dan berusaha
sebisa mungkin untuk menghabiskan waktu bersama mereka. Orang tua
kemungkinan besar sangat ingin menghabiskan waktu mereka bersama anda
namun tidak mempunyai energi untuk melakukan hal tersebut.
f. Psikoterapi
Psikoterapi sangat berguna bagi para lansia yang mengalami tekanan besar
dalam hidup seperti kehilangan teman dan keluarga, relokasi rumah dan juga
masalah kesehatan. Psikoterapi pada lansia ini bisa dilakukan untuk mengatasi
masalah fungsional dan sosial yang diakibatkan dari depresi.
g. Perawatan psikososial
Perawatan psikososial merupakan jenis terapi yang membahas tentang betapa
pentingnya interaksi sosial bagi banyak orang lanjut usia. Perawatan psikososial
ini sangat baik dilakukan untuk meredakan masalah depresi yang dialami lansia
akibat rasa kesepian yang sudah terjadi sekian lama.

2.6 Konsep Terapi Reminiscence


Mengatasi depresi lansia salah satunya dengan terapi reminiscence. Topik ini
mempelajari konsep terapi reminiscence terdiri dari definisi terapi, manfaat terapi,
tipe-tipe terapi, dan media dalam terapi. Terapi Reminiscence merupakan suatu
terapi yang dilakukan pada lansia secara berkelompok dengan cara memotivasi
penderita untuk mengingat kembali kejadian dan pengalaman masa lalu serta
kemampuan penyelesaian masalahnya kemudian disampaikan dengan keluarga,
teman, kelompok atau staf dalam penanganan depresi (Manurung, 2016). Metode
yang berhubungan dengan memori yang berguna untuk meningkatkankesehatan
mental serta kualitas hidup lansia disebut terapi reminiscence. Terapi ini tidak hanya
kegiatan mengingat peristiwa masa lalu tetapi juga merupakan proses terstruktur
secara sistematis dan berguna untuk merefleksikan kehidupan seseorang untuk
mengevaluasi ulang, menyelesaikan konflik dari masa lalu, menemukan makna
kehidupan, dan menilai koping adaptif yang digunakan (Alqam, 2018).

2.7 Manfaat Terapi Reminiscence


Manfaat dilakukannya terapi ini yaitu :
a. Mampu meningkatkan harga diri lansia dan perasaan yang tidak berharga,
sehingga mempunyai kualitas hidup yang baik.
b. Mampu mengendalikan lansia untuk tidak terus-menerus depresi karena kesepian,
lansia tersebut bisa melakukan aktivitas yang mampu dilakukan.
c. Manfaat terapi ini dapat membuat lansia tersebut menjadi riang dan mempunyai
semangat, karena telah mencurahkan curhatannya

2.8 Media dalam Terapi Reminiscence


Media yang digunakan dalam kegiatan terapi reminiscence adalah benda-benda yang
berhubungan dengan masa lalu klien. Menurut Manurung (2016) media yang dapat
digunakan dalam kegiatan terapi reminiscence adalah reminiscence kit, merupakan
kotak yang diisi dengan berbagai barang-barang pada masa lalu seperti alat untuk
memasak, pakaian, poto pribadi, alat untuk memutar musik. Stimulus bau yang
berbeda seperti coklat, jeruk dll. Benda-benda masa lalu ini digunakan sebagai
media untuk membantu klien mengingat kembali masa lalunya berkaitan dengan
benda tersebut. Media ini diharapkan akan mempercepat daya ingat klien untuk
mengingat kembali pengalaman masa lalunya yang berkaitan dengan benda tersebut
dan akan diceritakan pada orang lain sehingga proses dan tujuan terapi dapat
tercapai.
BAB III

METODE

3.1 Protokol dan Registrasi


Rangkuman menyeluruh dalam bentuk systematic review mengenai
intervensi Terapi Reminiscence pada lansia yang mengalami depresi. Protokol
dalam studi in menggunakan The Centre for Review and Dissemination and
the Joanna Briggs Institute Guideline sebagai panduan dalam asesmen
kualitas dari studi yang akan dirangkum. Evaluasi dari systematic review akan
menggunakan PRISMA checklist untuk menentukan penyeleksian studi yang
telah ditemukan dan disesuaikan dengan tujuan dari systematic review.

3.2 Kriteria Kelayakan


Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS
framework, yang terdiri dari:
a. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam systematic review
b. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus
perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan
studi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam systematic review.
c. Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang digunakan
sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan kelompok kontrol
dalam studi yang terpilih
d. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperolah pada studi terdahulu yang
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam systematic review
e. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang
akan di review.
Format PICOS Systematic Review: Pengaruh Pemberian terapi
Reminiscence pada lansia yang mengalami depresi

PICOS Kriteris Inklusi Kriteria Eksklusi


framework

Population Studi yang berfokus pada Studi yang tidak


permasalahan lansia yang mengulas tentang
mengalami depresi permasalahan depresi
pada lansia

Intervention Studi yang meneliti tentang Studi yang tidak


pengaruh pemberian terapi membahas mengenai
reminiscence pada lansia yang pengaruh pemberian
mempunyai permasalahan intervensi pada responden
depresi, baik dengan kelompok
kontrol maupun tidak

Comparator Kelompok intervensi tidak ada kriteria eksklusi


s pembanding yang digunakan
adalah intervensi lain maupun
kelompok yang hanya diamati
tanpa diberikan intervensi

Outcomes Studi yang menjelaskan Tidak membahas


intervensi yang berpengaruh intervensi mengenai terapi
terhadap penanganan dampak reminiscnce
psikologis yang dirasakan

Studi Quasi-experimental studies, Cross Sectional study


Design randomized control and trial,
systematic review, qualitative
research

3.3 Sumber Informasi


Systematic review yang merupakan rangkuman menyeluruh beberapa
studi penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu. Pencarian literatur
dilakukan pada bulan November 2022. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung,
akan tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-
peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal
bereputasi baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah
ditentukan.
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan boolean
operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan untuk memperluas
atau menspesifikkan pencarian, sehingga mempermudah dalam penentuan
artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci dalam systematic review ini
disesuaikan dengan Medical Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari sebagai
berikut:
Kata Kunci systematic review: Pengaruh pemberian terapi reminisence
terhadap lansia yang mengalami depresi

Reminiscence Depression Intervention

Reminiscence Mental health Therapy

OR OR OR

Depretion Treatment

3.4 Proses Pengumpulan Data


Peneliti membuat lembar checklist yang didapatkan dari template
PRISMA untuk memeriksa secara random pada artikel yang dipilih dan
melakukan penyesuaian sesuai dengan guideline. Peneliti kemudian
melakukan ekstraksi data dari artikel yang masuk keriteria inklusi. Proses
pengumpulan data pada systematic review ini melalui tahapan sebagai berikut:
a. Penyusunan proposal systematic review sesuai dengan topik rangkuman yang
akan dilakukan
b. Penentuan dan penyusunan protokol registrasi yang digunakan berdasarkan
The Centre for Review and Dissemination and the Joanna Briggs Institute
Guideline dan PRISMA Checklist
c. Menentukan kata kunci yang akan digunakan berdasarkan MeSH, gunakan
phrase searching dan boolean operator untuk mencari artikel
d. Menentukan database yang akan digunakan, pada studi ini menggunakan
Scopus, ProQuest, Pubmed, CINAHL dan Scient Direct.
e. Mentukan kriteria kelayakan dengan strategi pencarian artikel menggunakan
PICOS framework yang disesuaikan juga dengan kriteria inklusi dan eksklusi
f. Jelaskan sumber informasi dalam pencarian artikel dalam database yang sudah
ditentukan hingga ditemukannya artikel final untuk dilakukan rangkuman
menyeluruh
g. Proses penyeleksian studi dengan membaca keseluruhan artikel dan
melakukan seleksi pada artikel yang tidak sesuai akan dibuang dan dicatat
dalam strategi penyeleksian menggunakan diagram alir PRISMA.
h. Memperhatikan risiko untuk bias dengan JBI Critical appraisal dan dilakukan
checklist untuk menilai, jika hasilnya memenuhi cut-off maka artikel yang
terpilih bisa dimasukkan dalam studi
i. Artikel yang sudah ditemukan berdasarkan protokol dan kriteria kelayakan
kemudian dilakukan analisis satu persatu untuk penentuan hasil dan
pembahasan dalam studi.

3.5 Item Data


Berdasarkan tema yang dipilih dalam systematic review mengenai
rangkuman menyeluruh intervensi Terapi Reminiscence terhadap lansia yang
mengalami depresi, data yang diambil pada setiap artikel yang dirangkum
harus memiliki informasi sebagai berikut:
a. Karakteristik dari penelitian termasuk data jenis desain, variabel yang
digunakan, instrumen pengukuran, jumlah respoden, intervensi
reminiscence yang dilakukan, analisis data, lokasi penerapan intervensi
dan hasil dari penerapan intervensi.
b. Dampak yang dirasakan oleh lansia yang sedang mengalami depresi
dalam pemberian terapi reminiscence.
c. Keterbatasan penelitian yang dihadapi oleh peneliti dalam melakukan
analisis data dan proses penelitian

3.6 Risiko Bias dalam Studi


Risiko bias dalam systematic review ini menggunakan asesmen pada
metode penelitian masing-masing studi, yang terdiri dari:
a. Teori: Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan kredibilitas yang
kurang
b. Desain: Desain kurang sesuai dengan tujuan penelitian
c. Sample: Ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu Populasi, sampel,
sampling, dan besar sampel yang tidak sesuai dengan kaidah pengambilan
sampel
d. Variabel: Variabel yang ditetapkan kurang sesuai dari segi jumlah,
pengontrolan variabel perancu, dan variabel lainya
e. Insturmen: Instrumen yang digunakan tidak memeliki sesitivitas,
spesivikasi dan dan validatas-reliablitas

3.7 Ringkasan Tindakan


Intervensi terapi reminiscence pada lansia yang sudah dilakukan
merupakan variabel utama yang diukur pada systematic review ini. Hasil
pencarian data artikel berdasarkan protokol dan registrasi telah didapatkan
artikel yang sesuai dan digunakan dalam membuat rangkuman studi ini. Data
yang akan dipaparkan dalam systematic review ini adalah data karakteristik
studi berdasarkan artikel yang ditemukan, yaitu merangkum 10 artikel dari
rujukan penelitian ini.

3.8 Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan dalam systematic review ini adalah
metode deskriptif berdasarkan tema yang sudah ditentukan dalam systematic
review. Studi menggunakan analisis deskriptif yang menggambarkan dan
menjelaskan melalui narasi mengenai hasil penelitian yang dijelaskan dalam
literature. Data relevanyang ditelaah oleh pertanyaan ulasan, termasuk:
penulis, negara, tahun, latar belakang, kerangka teori, tujuan penelitian,
konseptualisasi kompetensi budaya, konten pendidikan, desain penelitian,
ukuran sampel, metode pengambilan sampel, deskripsi peserta, keandalan dan
validitas, instrumen pengukuran, analisis dan teknik statistik, hasil yang terkait
dengan kompetensi budaya, dan analisis hasil. Pendekatan naratif dengan
tujuan utama untuk mengumpulkan bukti tentang pengaruh terapi
reminiscence dan mengembangkan narasi tekstual yang koheren tentang
kesamaan dan perbedaan antara studi, digunakan untuk mensintesis data dalam
tinjauan sistematis ini.
BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.4 Kualitas Studi dan Risiko Bias


Kualitas studi dari masing-masing artikel yang ditetapkan sebagai sumber
systematic review ditentukan oleh beberapa tahapan, sehingga didapatkan artikel
yang sesuai dengan tema systematic review. Tahap pertama pencarian diperoleh
11.420 artikel. Tahap kedua dengan memilih artikel fulltext dan diterbitkan pada
tahun 2017 sampai tahun 2022. Tahap ketiga dengan memilih artikel berdasarkan
kriteria inklusi. Tahap keempat diperoleh 8 artikel yang memenuhi kriteria inklusi.
Penilaian kritis pada artikel menggunakan CASP (Critical Appraisal System
Programme).

4.5 Karakteristik Studi


Studi yang termasuk dalam artikel systematic review di ulasan ini sebanyak 4
penelitian dilakukan di Indonesia, sebanyak 2 penelitian di India, 1 penelitian di
Republik Dominikus dan 1 penelitian lainnya dilakukan di Turkey. Tujuan dari
studi systematic review ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi reminiscence
terhadap lansia yang mengalami depresi.

4.6 Karakteristik Responden dari Studi


Responden dalam penelitian adalah usia lanjut usia (lansia) yang sedang
mengalami depresi.

4.7 Hasil Studi


No Authors Study Participant Instrument Intervensi Summary of
and Design Results
years

1 (Rokaya Quasi 29 responden Geriatrik/ 8 sesi dan Hasil penelitian


h, dkk. Experim di Indonesia Geriatric dilaksanakan diperoleh tingkat
2019) ent Depression selama 8 depresi pada
Scale hari lansia sebelum
meliputi, 1 dilakukan terapi
hari untuk reminiscence dari
pre- responden
assessment, 6 mengalami
hari untuk depresi berat
terapi sebanyak 15
Reminiscence responden
dan hari (51,7%), tingkat
terakhir depresi pada
dilakukan lansia sesudah
post- dilakukan terapi
assessment. reminiscence dari
responden
mengalami
depresi ringan
sebanyak 14
responden
(48,3%), ada
pengaruh yang
signifikan terapi
reminiscence
terhadap
penurunan
tingkat depresi
padalansia,
dengan p value
0,000.

2 (Vitaliati quasi 30 responden Hamilton Tidak Hasil uji


, 2018) experime Depression dijelaskan dependent t-test
ntal Rating Scale didapatkan nilai
dengan pvalue = 0,000,
pendekat sehingga dapat
an one disimpulkan
group bahwa
pre-post reminiscence
test therapy
design berpengaruh
secara signifikan
terhadap
penurunan tingkat
depresi pada
lansia. Intervensi
remiscence
therapy dapat
menurunkan
tingkat depresi
pada lansia,
sehingga program
ini disarankan
dapat diterapkan
pada lansia
sebagai bagian
dari program
kesehatan lansia.

3 (Sonhaji, pre 16 responden SOP Terapi Tidak tingkat depresi


Wijayant ekperime Reminisence. dijelaskan sebelum diberikan
i and nt terapi
Nafisah, dengan Reminiscence
2021) pendekat pada lansia
an one menunjukkan
group nilai rata-rata 6,25
pre-test sedangkan tingkat
and post- deperesi sesudah
test di diberikan terapi
design Reminiscence
menunjukkan
nilai rata-rata 2,94
yang berarti
mengalami
penurunan dengan
p_value =
0,000<0,05 (ada
pengaruh)

4 (Wahyu, quasy- 59 responden Kuesioner skala therapy Hasil penelitian


Rahmani ekperime depresi geriatrik dilakukan menunjukkan
a and nt (GDS) selama tiga bahwa terdapat
Sukardin dengan sesi dengan perubahan skor
, 2021) pendekat durasi waktu GDS pada lansia
an one kurang lebih sebelum dan
group 25-30 menit sesudah diberikan
pre-test setiap sesi reminiscence
and post- therapy dan hasil
test uji Wilcoxon
design menunjukkan
nilai p (p-value)
0,000. Terdapat
pengaruh
reminiscence
therapy dalam
menurunkan
depresi pada
lansia.
Reminiscence
therapy dapat
dijadikan sebagai
terapi alternatif
untuk
menurunkan
tingkat depresi
pada lansia

5 (Lök , designed 60 responden Standardized Terapi Our results


Bademli in the lansia di Mini‐Mental dilaksanakan suggest that
and experime Turki State seminggu regular
Tosun, ntal Examination sekali selama reminiscence
2018) pretest‐ (SMMSE), 8 minggu. therapy should be
post test Cornell Scale Setiap sesi 60 considered for
for Depression menit, setiap inclusion as
in Dementia, kelompok routine care for
and the Quality terdiri dari 6 the improvement
of Life in lansia of cognitive
Alzheimer's functions,
Disease (QOL‐ depressive
AD) Scale symptoms, and
quality of life in
elderly people
with Alzheimer

6 (Tarugu Quasy 27 lansia di SMME, Cornell 6 sesi Terapi


dkk, Experim Inda Scale for Reminiscence
RCT ent Depression in dapat
2019) Dementia, QOL- menurunkan
AD kecemasan,
depresi dan
kesepian
7 (Devi, Studi pra 60 lansia usia Depression Tidak Psikoterapi
2019) eksperim 60-80 tahun Beck dijelaskan reminiscence
en di India terstruktur efektif
untuk mengurangi
tingkat depresi
lansia

8 (Viguer Quasi 80 lansia GDS Life 10 sesi Terapi


dkk, eksperim kelompok Satisfaction selama 3 reminiscence
2017) en perlakuan, 80 Index-A bulan berguna untuk
dengan lansia Psychological mengurangi
pre test kelompok Well-Being depresi dan
dan post kontrol lansia Scales meningkatkan
test di Republik kepuasan hidup
dengan Dominikus dan meningkatkan
kelompo tingkat
k kontrol kesejahteraan
pada lansia

Berdasarkan tabel hasil pencarian studi di atas, maka hasil studi dapat dikelompokkan
sesuai dengan tema yang ditentukan, yaitu pengaruh terhadap tingkat depresi lansa
sebelum dan sesudah diberikan terapi ruminiscence.

1. Jumlah Peserta Terapi Reminiscence


Dari 8 artikel yang ditelaah, semuanya menjelaskan besar sampel dalam
pemberian terapi Reminiscence, diantaranya; artikel (Rokayah, 2019) menjelaskan
jumlah responden pada penelitiannya yaitu sebanyak 29 responden, artikel (Vitaliati,
2018) 30 responden, artikel (Sonhaji, dkk, 2021) 16 responden, artikel (Wahyu dkk,
2021) berjumlah 59 responden, artikel (Lök , Bademli and Tosun, 2018) 60
responden, artikel (Tarugu dkk, RCT 2019) 27 lansia, artikel (Devi, 2019) 60 lansia
yang berusia 60-80 tahun, sedangkan artikel (Viguer, 2017) jumlah total sampel nya
adalah 80 lansia kelompok perlakuan, 80 lansia kelompok kontrol.
2. Jenis Penggunaan Instrumen/Prosedur Terapi Reminiscence
Dari 8 artikel yang ditelaah, hampir rata-rata menggunakan prosedur yang
berbeda-beda meskipun tujuannya sama pada depresi lansia, diantaranya Artikel
(Rokayah dkk, 2019) menggunakan instrumen Geriatrik/Geriatric Depression Scale
untuk pengkuran skala depresi, artikel (Vitiliati, 2018) menggunakan instrumen
Hamilton Depression Rating Scale, artikel (Sonhaji, Wijayanti and Nafisah, 2021)
menggunakan instrument SOP Terapi Reminisence, artikel (Wahyu, Rahmania and
Sukardin, 2021) menggunakan instrumen Kuesioner skala depresi geriatrik (GDS),
artikel (Lök , Bademli and Tosun, 2018) menggunakan instrumen Standardized Mini‐
Mental State Examination (SMMSE), Cornell Scale for Depression in Dementia, and
the Quality of Life in Alzheimer's Disease (QOL‐AD) Scale, sedangkan artikel
(Viguer dkk, 2017) menggunakan GDS Life Satisfaction Index-A Psychological
Well-Being Scales.
3. Frekuensi
Dari 8 artikel yang ditelaah, didapatkan artikel (Viguer dkk., 2017)
melaksanakan terapi reminiscence sebanyak 10 sesi selama 3 bulan, artikel (Tarugu
dkk., 2019) sebanyak 6 sesi, artikel (Wu dkk., 2018) melakukan intervensi terapi
individu reminiscence selama 6 minggu, artikel (Lök , Bademli and Tosun, 2018)
terapi dilaksanakan seminggu sekali selama 8 minggu. Setiap sesi 60 menit, setiap
kelompok terdiri dari 6 lansia
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Pengaruh terapi Reminiscence terhadap lansia yang mengalami


depresi.
Terapi Reminiscence merupakan suatu terapi yang dilakukan pada
lansia secara berkelompok dengan cara memotivasi penderita untuk mengingat
kembali kejadian dan pengalaman masa lalu serta kemampuan penyelesaian
masalahnya kemudian disampaikan dengan keluarga, teman, kelompok atau
staf dalam penanganan depresi (Manurung, 2016). Terapi reminiscence dapat
mencakup berbagai teknik yang digunakan oleh para profesional dan non-
profesional dalam pengaturan yang berbeda. Terapi reminiscence ini dapat
dilaksanakan di rumah sakit, kelompok masyarakat, dan program lainnya.
Terapi reminiscence efektif digunakan pada lansia yang mengalami defisit
kognitif seperti penyakit depresi atau masalah mental lainnya (Latha dkk.,
2014).
Pada dasarnya reminiscence telah ditemukan untuk meningkatkan
kepuasan hidup, menurunkan atau mencegah depresi, meningkatkan interaksi
sosial, mengurangi rasa sakit kronis, membantu dengan orientasi kognitif dan
meningkatkan hubungan antar keluarga. Terapi reminiscence telah terbukti
bermanfaat bagi para lansia karena mengurangi depresi dan perasaan negatif.
Ini juga meningkatkan integrasi diri. Menurut literatur, terapi kenang-
kenangan biasanya diberikan kepada orang tua dengan depresi sekitar 6-12
kali, 1-2 kali seminggu, dan dalam sesi 40-60 menit (35-38). Ini juga
digunakan dalam intervensi dalam kondisi dan situasi lain sebagai intervensi
terapeutik untuk depresi (Latha dkk., 2014). Reminiscence memungkinkan
pikiran dan ingatan seseorang untuk dirangsang dan memberikan rasa
kesinambungan pada "kehidupan yang diingat". Meninjau kehidupan kita dan
menceritakan kisah-kisah kita membuat kita merasa puas dengan kehidupan
dan benar-benar menghubungkan masa lalu kita dengan masa kini dan satu
generasi ke generasi lainnya. Reminiscence telah dilihat sebagai kegiatan
terapi yang bermanfaat dan berpotensi untuk orang-orang dari segala usia.
Namun ada kebutuhan untuk lebih banyak studi kasus terkontrol untuk
membuktikan efektivitas jangka panjang yang sama (Latha dkk., 2014).
Media yang digunakan dalam kegiatan terapi reminiscence adalah
benda-benda yang berhubungan dengan masa lalu klien. Menurut Manurung
(2016) media yang dapat digunakan dalam kegiatan terapi reminiscence
adalah reminiscence kit, merupakan kotak yang diisi dengan berbagai barang-
barang pada masa lalu seperti alat untuk memasak, pakaian, poto pribadi, alat
untuk memutar musik. Stimulus bau yang berbeda seperti coklat, jeruk dll.
Benda-benda masa lalu ini digunakan sebagai media untuk membantu klien
mengingat kembali masa lalunya berkaitan dengan benda tersebut. Media ini
diharapkan akan mempercepat daya ingat klien untuk mengingat kembali
pengalaman masa lalunya yang berkaitan dengan benda tersebut dan akan
diceritakan pada orang lain sehingga proses dan tujuan terapi dapat tercapai.
Berdasarkan 8 artikel yang dianalisa, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
terapi reminiscence dapat bermanfaat dalam menurunkan tingkat depresi pada
lansia.

5.2 Analisis perbandingan masing-masing intervensi Terapi Reminiscence


terhadap lansia yang mengalami depresi.
Hasil analisis 8 artikel yang ditelaah, seluruhnya menjelaskan besar
sampel dalam pemberian terapi Reminiscence, diantaranya; artikel (Rokayah,
2019) menjelaskan jumlah responden pada penelitiannya yaitu sebanyak 29
responden, artikel (Vitaliati, 2018) 30 responden, artikel (Sonhaji, dkk, 2021)
16 responden, artikel (Wahyu dkk, 2021) berjumlah 59 responden, artikel
(Lök , Bademli and Tosun, 2018) 60 responden, artikel (Tarugu dkk, RCT
2019) 27 lansia, artikel (Devi, 2019) 60 lansia yang berusia 60-80 tahun,
sedangkan artikel (Viguer, 2017) jumlah total sampel nya adalah 80 lansia
kelompok perlakuan, 80 lansia kelompok kontrol.
Jika dilihat dari pemberian intervensi ke 8 artikel yang ditelaah,
didapatkan artikel (Viguer dkk., 2017) melaksanakan terapi reminiscence
sebanyak 10 sesi selama 3 bulan, artikel (Tarugu dkk., 2019) sebanyak 6 sesi,
artikel (Wu dkk., 2018) melakukan intervensi terapi individu reminiscence
selama 6 minggu, artikel (Lök , Bademli and Tosun, 2018) terapi dilaksanakan
seminggu sekali selama 8 minggu. Setiap sesi 60 menit, setiap kelompok
terdiri dari 6 lansia. Jika dilihat dari masing-masing perbandingannya sesi
terapi reminiscence pada lansia untuk menurunkan depresi paling sedikit
diberikan 3 sesi dan paling lama diberikan 10 sesi dengan durasi masing-
masing waktu 25-30 menit dalam sehari, jika dilihat dari segi jumlah hari
paling banyak menggunakan 10 sesi selama 3 bulan menurut (Viguer dkk.,
2017).
Jenis penggunaan Instrumen dati 8 artikel yang ditelaah, hampir rata-
rata menggunakan prosedur yang berbeda-beda meskipun tujuannya sama
pada depresi lansia, diantaranya Artikel (Rokayah dkk, 2019) menggunakan
instrumen Geriatrik/Geriatric Depression Scale untuk pengkuran skala
depresi, artikel (Vitiliati, 2018) menggunakan instrumen Hamilton Depression
Rating Scale, artikel (Sonhaji, Wijayanti and Nafisah, 2021) menggunakan
instrument SOP Terapi Reminisence, artikel (Wahyu, Rahmania and Sukardin,
2021) menggunakan instrumen Kuesioner skala depresi geriatrik (GDS),
artikel (Lök , Bademli and Tosun, 2018) menggunakan instrumen
Standardized Mini‐Mental State Examination (SMMSE), Cornell Scale for
Depression in Dementia, and the Quality of Life in Alzheimer's Disease
(QOL‐AD) Scale, sedangkan artikel (Viguer dkk, 2017) menggunakan GDS
Life Satisfaction Index-A Psychological Well-Being Scales.

5.3 Keterbatasan Studi Literatur

1. Intervensi psikologis yang dilakukan pada masyarakat masih terlalu sedikit


dan hanya diterapkan di beberapa negara, di Indonesia masih belum banyak
penerapan intervensi psikologis.
2. Masih belum banyaknya studi atau penelitian yang membandingkan antara
beberapa intervensi, sehingga penentuan intervensi yang lebih efektif masih
belum dapat ditentukan.
3. Penerapan terapi reminiscence juga dipengaruhi oleh beberapa faktor dari
masing-masing individu, sehingga keberhasilan dan efektivitas juga
tergantung dengan kondisi masing-masing individu

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan 8 artikel yang dianalisa, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

terapi reminiscence dapat berpengaruh dalam menurunkan tingkat depresi pada

lansia dengan jumlah responden yang berbeda-beda dan waktu/sesi yang diberikan

dari mulai 3 sesi sampai 10 sesi pada masing-masing artikel. Intervensi yang

sudah diberikan baik secara langsung maupun online memiliki manfaat yang

tersendiri dan berbeda-beda tingkat keefektifannya, sehingga penerapannya juga

tergantung kondisi dari klien yang akan menerima intervensi. Perbandingan

efektivitas sebuah intervensi tidak bisa dibandingkan jika tidak melalui pengujian

atau penelitian lebih lanjut dengan menggunakan intervensi yang sudah ada untuk

dijadikan intervensi pembanding. Oleh karena itu, sebuah intervensi tidak bisa

dikatakan lebih bermanfaat dan lebih efektif tanpa pembuktian terlebih dahulu,

karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan sebuah intervensi

yang dilakukan.

6.2 Conflict of Interest


Rangkuman menyeluruh atau systematic review ini adalah penulisan secara

mandiri, sehingga tidak terdapat konflik kepentingan dalam penulisannya.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono., Wahyu, dkk. (2021). Penerapan Reminiscence Therapy dalam Menurunkan


Tingkat Depresi Lansia Kabupaten Lombok Barat.Health Information : Jurnal
Penelitian. Vol 13, No.1.
Devi, R. (2019). A Pre-Experimental Study to Evaluate the Effectiveness of Structured
Reminiscence Psychotherapy on the Level of Depression among Elderly Residing
in Old Age Hom. Int. J. Nur. Edu. and Research., 7(2), 183–185.
https://doi.org/10.5958/2454-2660.2019.00039.5
Hindriyastuti., Sri ,dkk. (2018). Hubungan Tingkat Stress dengan Kualitas Tidur Lansia di
RW 1 Desa Sambung Kabupaten Kudus. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 6,
No.1.
Latha, K. S., Bhandary, P. V., Tejaswini, S., & Sahana, M. (2014). Reminiscence Therapy:
An Overview. Middle East Journal of Age and Ageing, 11(1), 18–22.
https://doi.org/10.5742/MEAA.2014.92393
Lök, N., Bademli, K., & Selçuk‐Tosun, A. (2019). The effect of reminiscence therapy on
cognitive functions, depression, and quality of life in Alzheimer patients:
Randomized controlled trial. International Journal of Geriatric Psychiatry, 34(1),
47–53. https://doi.org/10.1002/gps.4980
Rokayah, C., dkk. (2019). Pengaruh Terapi Reminiscence terhadap Penurunan Tingkat
Depresi Lansia. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. Vol 9, No 2.
Sonhaji., Wijayanti., Nafisah. (2021). Penurunan Tingkat Depresi pada Lansia dengan Terapi
Reminiscence. Jendela Nursing Journal. Vol. 5, NO.2. 111-117.
Utami Nurul.2019.Validitas dan Reliabilitas Geriatric Depression Scale.Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.Medan.
Viguer, P., Satorres, E., Fortuna, F. B., & Meléndez, J. C. (2017). A Follow-Up Study of a
Reminiscence Intervention and Its Effects on Depressed Mood, Life Satisfaction,
and Well-Being in the Elderly. The Journal of Psychology, 151(8), 789–803.
https://doi.org/10.1080/00223980.2017.1393379.
Vitaliati, T. (2018). Pengaruh Penerapan Reminiscence Therapy Terhadap Tingkat Depresi
pada Lansia. Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No.1.
WHO. (2017). Depression and other common mental disorders: Global health estimate.
Geneva

Anda mungkin juga menyukai