Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Evidence Based Practice dengan judul
“Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap Tingkat Depresi pada Lansia: Systematic
Review”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evidence Based
Practice. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada Ibu Murtiningsih, Ns.,M.Kep,Sp.Mat. selaku dosen pengampu
mata kuliah Evidence Based Practice yang telah meluangkan waktu dan memberikan
bimbingan serta arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................................
BAB VI PENUTUP.........................................................................................................
KESIMPULAN............................................................................................................
SARAN........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Depresi pada lansia juga sering dikenal sebagai late life depression. Depresi
menurut WHO (World Health Organization) merupakan suatu gangguan mental
umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat,
perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi,
dan konsentrasi yang rendah. Masalah ini dapat akut atau kronik dan menyebabkan
gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari. Pada kasus parah,
depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Sekitar 80% lansia depresi yang menjalani
pengobatan dapat sembuh sempurna dan menikmati kehidupan mereka, akan tetapi
90% mereka yang depresi mengabaikan dan menolak pengobatan gangguan mental
tersebut.
Depresi berhubungan dengan masalah kesehatan terbesar di dunia. Banyaknya
tekanan kehidupan, stres interpersonal dan penolakan sosial, menjadi faktor risiko
terbesar mengalami depresi (Hadi, 2017; Rosyanti, 2021). Angka kejadian depresi
pada lansia di dunia sebanyak 322 juta orang. Kejadian depresi tertinggi berada di
wilayah Asia Tenggara sebanyak 86,94 (27%) dari 322 miliar individu. Indonesia
sendiri berada di urutan ke lima dengan angka kejadian depresi sebesar (3,7%)
menurut WHO (2017). Jawa Barat sendiri untuk yang prevalensi sebenarnya 0,14%
dikali dengan jumlah penduduk Jawa Barat 49 juta, total ada sekitar 69 ribu. Dampak
depresi pada lansia sangatlah buruk, depresi yang tidak tertangani dengan baik dapat
menyebabkan peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan dan menyebabkan
penurunan kualitas hidup lansia bahkan dapat menyebabkan kematian. Masa dimana
semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai serta menikmati
masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta, pada kenyataanya tidak semua lansia
mendapatkan respon yang sama untuk menilai keadaan hidup mereka. Berbagai
persoalan hidup yang di rasakan lansia seperti kemiskinan, kegagalan yang beruntun,
stres yang berkepanjangan, keturunan yang tidak bisa merawatnya dan sebagainya
dapat memicu terjadinya depresi (Dwi Nazia, 2018).
Pencegahan depresi pada lansia yang tinggal sendiri dapat diatasi yaitu dengan
cara : Senam lansia, adanya hubungan dukungan keluarga, pencegahan demensia dini
dan meningkatkan kualitas hidup lansia, dan terapi reminiscence. Dalam proposal
skripsi ini peneliti menggunakan salah satu terapi yaitu terapi reminiscence untuk
menekan angka kejadian depresi lansia yang tinggal sendiri. Terapi reminiscence
merupakan suatu terapi yang diujukan untuk memulihkan perasaan stres pada lansia
(Manurung, 2018). Salah satu intervensi dengan menggunakan memori untuk
memelihara kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam kegiatan
terapi ini, terapis memfasilitasi lansia untuk mengumpulkan kembali memori-memori
masa lalu yang menyenangkan sejak masa anak, remaja dan dewasa serta hubungan
lansia dengan keluarga, kemudian dilakukan sharing dengan orang lain (Musavi,dkk
2017). Terapi reminiscence ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memori
dengan prinsip yang mengandung unsur story-telling (bercerita) dan berkomunikasi
baik secara individu, kelompok, dan keluarga. Pelaksanaan kegiatan terapi secara
kelompok memberi kesempatan pada lansia untuk membagi pengalamannya pada
anggota kelompok sehingga dapat tercipta suasana yang harmoni, menjadi senang,
bangga, meningkatkan integritas diri, mendapatkan penguatan positif sehingga
mampu mengeliminasi peristiwa yang tidak menyenangkan memberi efek relaksasi
(Kartika & Mardalinda,2017).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh Intervensi Terapi reminiscence terhadap lansia yang
mengalami depresi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menganalisis rangkuman efektifitas terapi Reminiscence terhadap lansia
yang mengalami depresi.
b. Menganalisis rangkuman pengaruh setelah pemberian Terapi
Reminiscence terhadap lansia yang mengalami depresi.
c. Menganalisis perbandingan masing-masing intervensi Terapi
Reminiscence terhadap lansia yang mengalami depresi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
METODE
OR OR OR
Depretion Treatment
Berdasarkan tabel hasil pencarian studi di atas, maka hasil studi dapat dikelompokkan
sesuai dengan tema yang ditentukan, yaitu pengaruh terhadap tingkat depresi lansa
sebelum dan sesudah diberikan terapi ruminiscence.
PEMBAHASAN
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan 8 artikel yang dianalisa, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
lansia dengan jumlah responden yang berbeda-beda dan waktu/sesi yang diberikan
dari mulai 3 sesi sampai 10 sesi pada masing-masing artikel. Intervensi yang
sudah diberikan baik secara langsung maupun online memiliki manfaat yang
efektivitas sebuah intervensi tidak bisa dibandingkan jika tidak melalui pengujian
atau penelitian lebih lanjut dengan menggunakan intervensi yang sudah ada untuk
dijadikan intervensi pembanding. Oleh karena itu, sebuah intervensi tidak bisa
dikatakan lebih bermanfaat dan lebih efektif tanpa pembuktian terlebih dahulu,
yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA