Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA HARGA DIRI RENDAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2


Dosen Ampu : Ira Oktavia, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kep J

Disusun oleh kelompok 2:

1. Angella Wylhellmina 7. Laurensia Wulandita Ansiga


(1420119019) (1420119027)
2. Annita Dowansiba (1420119063) 8. Natalia Christiani Turnip
(1420119051)
3. Anti Anisa Fitri (1420119010)
4. Ayu Sita Utami (1420119006) 9. Silvi Putri Yantika (1420119030)

5. Chyntia Daryanti (1420119050) 10. Sister Elsa Riani Sitompul


(1420119034)
6. Fitriyani (1420119007)
11. Yeri Dwi Astuti (1420119055)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-
Nya dapat menyusun serta menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini saya membahas ” Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa Harga Diri Rendah”.
Dalam penyusunan makalah ini banyak mendapatkan bantuan berupa arahan,
bimbangan serta dorongan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Ira Oktavia, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kep J selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Jiwa 2
2. Kepada orang tua kami yang telah memberikan dukungan dalam segi materi dan do’a.
3. Kepada teman-teman kelompok 2 yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
sehingga masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan diterima sebagai suatu masukan yang berharga. Harapan saya semoga
karya tulis ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca. Demikian makalah ini
penulis buat, semoga amal dan budi yang telah diberikan kepada semua pihak mendapat
imbalan pahala dan selalu dalam lindungan Allah SWT, Aamiin.

Bandung, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
Daftar Gambar.....................................................................................................................iii
Daftar Tabel.........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS..........................................................................................4
2.1 Definisi Harga Diri Rendah ..........................................................................................4
2.2 Penyebab Harga Diri Rendah........................................................................................5
2.3 Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah...........................................................................5
2.4 Rentang Respon Konsep Diri........................................................................................6
2.5 Etiologi..........................................................................................................................7
2.6 Proses Terjadinya Masalah............................................................................................7
2.7 Mekanisme Koping........................................................................................................9
2.8 Penatalaksanaan.............................................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN KASUS.....................................................................................11
3.1 Pengkajian.....................................................................................................................11
3.2 Analisa Data..................................................................................................................16
3.3 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................17
3.4 Intervensi.......................................................................................................................18
3.5 Implementasi dan Evaluasi............................................................................................29
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................38
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................38
4.2 Saran..............................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................39

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rentang Respon adaptif dan maladaptif.........................................................7

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisa Data.....................................................................................16


Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................17
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan....................................................................18
Tabel 4.4 Implementasi dan Evaluasi...............................................................29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di zaman teknologi serba maju ini banyak sekali kita jumpai permasalahan yang
beragam yang harus kita hadapi, bisa terjadi secara internal maupun internal, semakin
majunya teknologi tidak dapat dipungkiri menyebebabkan masalah kesehatan yang
serius pada manusia. Koping yang bisa digunakan oleh setiap orang berbeda-beda
sesuai dengan masing-masing orang yang mengalami, jika tidak menggunakan koping
yang adaptif maka seseorang dapat mengalami gangguan jiwa dan gangguan mental
emosional karena depresi.
Salah satu gangguan jiwa yaitu depresi adalah salah satu gangguan dengan 300
juta orang penderita, menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 bahwa
suasana hati dan tanggapan emosional dalam menanggapi respon kehidupan, dapat
menyebabkan gangguan yang serius dan berdampak pada tempat kerja, sekolah
maupun keluarga, bahkan bunuh diri bisa dilakukan akibat dari depresi, bunuh diri
menyebabkan setiap tahunnya terdapat 800.000 orang meninggal dunia, kisaran umur
15- 29 tahun meninggal karena bunuh diri dan terbanyak kedua angka kematian.Hasil
sidang World Health Assembly pada 2013 menyatakan depresi ditingkat negara
semakin meningkat secara global.
Depresi merupakan bentuk satu ganguan jiwa yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, tidak berhairah, putus asa, dan tidak berguna (Nasir dan
Muhith, 2011), depresi juga dapat menonaktifkan hubungan fungsional, sosial dan
fisik, dan meningkankan angka bunuh diri (Holm dan Severinsson dalam wood, E at
all, 2017) Gejala paling khas sering terjadi saat berduka cita dan individu yang
melaporkan keadaan depresi, seperti mengalami kesedihan, insomnia, penurunan nafsu
makan. Beberapa peneliti telah mencatat bahwa kesedihan tidak selalu menghasikan
gejala kognitif depresi, seperti halnya harga diri rendah atau perasaan tidak berharga
(Friedman, R A. 2012).
Bahkan sebanyak 1.752 kasus amyotrophic lateral sclerosis (ALS), dengan
depresi didiagnosis klinis atau pengguna anti depresan dikaitkan dengan ALS, yakni
diagnosis depresi meningkan resiko ALS sebanyak 3,6 kali lipat (Jacquelyn J. Cragg et
al., 2016). Sehingga perubahan pada individu yang mengalami depresi akan

1
2

menyebababkan perubahan fisik, perubahan perasaan, perubahan pikiran dan


perubahan kebiasaan sehari-hari (Haryanto, dkk. 2015).
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan anxiety yang rendah, efektif dalam
kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan
dapat menyebabkan harga diri rendah, sehingga harga diri rendah dikaitkan dengan
hubungan interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya depresi dan skizofrenia,
sehingga perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri
individu dan menggambarkan gangguan harga diri (Muhith, A, 2016).
Adapun faktor penyebab dari harga diri rendah yang pertama yaitu faktor
predisposisi meliputi faktor yang mempengaruhi harga diri seperti penolakan dari
orang tua, harapan dan ideal diri yang tidak bisa tercapai, selalu menemui kegagalan,
tanggung jawab personal yang kurang serta ketergantungan terhadap orang lain, faktor
performa peran seperti peran gender, tuntutan kerja dan budaya yang dapat
mempengaruhi, sedangkan faktor identitas diri meliputi tekanan yang disebabkan dari
orang-orang terdekat seperti orang tua yang kurang percaya akan dirinya, tekanan dari
kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial, yang kedua yaitu faktor stresr
pencetus dapat terjadi diakibatkan oleh truma seperti penganiyaan seksual dan pskosial
atau ancaman yang dapat mengganggu kehidupan, ketegangan peran yang
mengakibatkan individu frustasi atas posisi yang didapatkan. (Fitria dkk, 2013)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis,
untuk menegaskan kandungan UU nomor 36 tahun 2009 pada pasal 144 ayat (1)
menyebutkan upaya kesehatan jiwa ditunjukan setiap orang dapat menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, dan gangguan lain yang dapat
mengganggu kesehatan jiwa, ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
preventif, promotif, kuratif, rehabilitatid pasien gangguan jiwa dan masalah
psikososial.
Gangguan harga diri rendah menggambarkan perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan, dan merasa gagal untuk mencapai keinginannya (Muhith,
A, 2016) . Dengan gangguan harga diri yang rendah seseorang akan menghadapi
suasana hati dan ingatan tentang masa lalu yang negatif dan lebih rentan mengalami
3

depresi ketika menghadapi stress karena pola pikir yang buruk tentang diri sendiri,
tujuan hidup yang tidak jelas, dan masa depan yang lebih psimi, semakin rendah harga
diri seseorang akan lebih berisiko terkena gangguan kepribadian(Betty dkk. 2016).
Untuk itulah dalam kesempatan ini penulis tertarik mengambil pembahasan
dengan mengangkat judul: “Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa Harga Diri
Rendah”.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari harga diri rendah?
2) Apa penyebab dari harga diri rendah?
3) Apa saja tanda dan gejala dari harga diri rendah?
4) Bagaimana rentang respon konsep diri harga diri rendah?
5) Apa etiologi dari harga diri rendah?
6) Bagaimana proses terjadinya masalah pada harga dri rendah?
7) Bagaimana mekanisme koping pada harga diri rendah?
8) Bagaimana penatalaksanaan pada harga diri rendah?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui definisi dari harga diri rendah
b) Untuk mengetahui penyebab dari harga diri rendah
c) Untuk mengetahui tanda dan gejala dari harga diri rendah
d) Untuk mengetahui rentang respon konsep diri harga diri rendah
e) Untuk mengetahui etiologi dari harga diri rendah
f) Untuk mengetahui proses terjadinya masalah pada harga dri rendah
g) Untuk mengetahui mekanisme koping pada harga diri rendah
h) Untuk mengetahui penatalaksanaan pada harga diri rendah
2) Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara holistik dan
komprehensif kepada klien dengan Gangguan Harga Diri Rendah.
1.4 Manfaat Penulisan
Menambah wawasan kami sebagai penulis dalam hal melakukan studi kasus
dan mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan pasien dengan masalah
gangguan harga diri rendah.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Harga Diri Rendah


Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi diri negatif terhadap diri
sendiri, penurunan harga rendah ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau
menahun (Keliat dkk, 2011).
Menurut NANDA (2015) Harga Diri Rendah didefinisikan sebagai
evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons diri terhadap hilangnya
atau berubahnya perawatan diri pada seseorang yang sebelumnya memiliki
evaluasi diri negatif (Wahyuni, 2017).
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Harga Diri
Rendah adalah perasaan tidak berharga atau tidak berarti berkepanjangan
yang ditimbulkan dari berubahnya evaluasi diri, penurunan diri ini dapat
bersifat situasional maupun kronik. Harga diri rendah situasional adalah
suatu kegagalan dalam menjalankan fungsi dan peran yang terjadi secara
tiba-tiba misalnya perasaan malu terhadap diri sendiri karena sesuatu
(korban pemerkosaan), sedangkan harga diri rendah kronis adalah evaluasi
perasaan diri sendiri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (NANDA, 2005).
Menurut Damaiyanti (2012) harga diri rendah ada secara situasional
dan kronik, yaitu :
1. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami atau istri, perasaan malu karena sesuatu (korban
pemerkosaan).
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri yang berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang
kronik atau pada klien gangguan jiwa.

4
5

2.2 Penyebab Harga Diri Rendah


Harga diri rendah disebabkan karena adanya ketidakefektifan koping
individu akibat kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab harga diri rendah
juga dapat terjadi pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Menurut NANDA (2015) faktor yang mempengaruhi harga diri rendah
meliputi faktor Predisposisi dan faktor Presipitasi yaitu :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi penolakan dari
orang tua,seperti tidak dikasih pujian, dan sikap orang tua yang terlalu
mengekang, sehingga anak menjadi frustasi dan merasa tidak berguna
lagi serta merasa rendah diri.
b. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah juga meliputi ideal diri
seperti dituntut untuk selalu berhasil dantidak boleh berbuat salah,
sehingga anak kehilangan rasa percaya diri.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal
misalnya ada salah satu anggota yang mengalami gangguan mental sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri. Pengalaman traumatik juga dapat
menimbulkan harga diri rendah seperti penganiayaan seksual, kecelakaan
yang menyebabkan seseorang dirawat di rumah sakit dengan pemasangan
alat bantu yang tidak nyaman baginya. Respon terhadap trauma
umumnya akan mengubah arti trauma dan kopingnya menjadi represi
dan denial.
2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J dan Keliat, B A dalam buku Kartika Sari
(2015)tanda dan gejala pada harga diri rendah yaitu :
1. Data Subjektif
a. Mengintrospeksi diri sendiri.
6

b. Perasaan diri yang berlebihan.


c. Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
d. Selalu merasa bersalah
e. Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
f. Bersikap pesimis dalam kehidupan.
g. Mengeluh sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menentang kemampuan diri sendiri.
j. Menjelek-jelekkan diri sendiri.
k. Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
l. Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
m. Tidak mampu menentukan tujuan.
2. Data Obyektif
a. Produktivitas menjadi menurun.
b. Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
d. Penyalahgunaan suatu zat.
e. Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
f. Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
g. Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
h. Gampang tersinggung dan mudah marah.
2.4 Rentang Respon Konsep Diri
Respon individu terhadap konsep dirinya dimulai dari respon
adaptif dan maladaptif. Menurut Keliat dalam Ade Herman (2011)
rentang respon digambarkan sebagai berikut :
Respon adaptif Respon
maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi


7

positif Rendah Identitas diri

Gambar 2.1. rentang Respon adaptif dan maladaptif


Sumber : Keliat dalam Ade Herman (2011)
Keterangan :
1. Aktualisasi diri : Pernyataan konsep diri positif dengan pengalaman sukses.
2. Konsep diri positif : Mempunyai pengalaman positif dalam perwujudan
dirinya.
3. Harga diri rendah : Perasaan yang negatif pada diri sendiri, hilangnya
percaya diri, tidak berharga lagi, tidak berdaya, dan pesimis.
4. Keracunan identitas : Kegagalan seseorang untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa anak-anak.
5. Dipersonalisasi : Perasaan sulit membedakan diri sendiri dan merasa tidak
nyata dan asing.
2.5 Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang
menurut (Muhith, 2015)
1. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri
Rendah yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal
pula untuk mencintaui orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang tuanya
atau orang tua yang penting/dekat individu yang bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau
orang terdekat sering mengkritik sering merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
b. Ideal diri
8

1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.


2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya
diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri
Rendah menurut (Pardede, Keliat, & Yulia 2020), mungkin ditimbulkan dari
sumber internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga
merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan,
aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dalam perampokan. Respon
terhadap trauma pada umunya akan mengubah arti trauma tersebut dan
kopingnya adalah represi dan denial.
3. Perilaku
a. Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai dengan
mengobservasi penampilan Klien, misalnya kebersihan, dandanan,
pakaian. Kemudian Perawat mendiskusikannya dengan Klien untuk
mendapatkan pandangan Klien tentang gambaran dirinya.
b. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang Rendah
merupakan masalah bagi banyak orang dan mengekspresikan melalui
tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh
evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri
(Pardede, Keliat, & Wardani, 2013).
2.6 Proses Terjadinya Masalah
Harga diri seseorang didapatkan dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi ketika perlakuan orang lain
mengancam dirinya. Tingkat harga diri seseorang berada dalam tingkat tinggi
sampai rendah. Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi maka dapat
beradaptasi dengan lingkungan secara efektif, sedangkan jika seseorang
9

memiliki harga diri yang rendah maka lingkungan yang dilihat akan terasa
mengancam bagi dirinya. Penyebab harga diri rendah juga dapat terjadi
pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak
diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal
disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Seseorang yang berada pada situasi stressor berusaha menyelesaikannya
tapi tidak tuntas serta ditambah pikiran tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran itu bisa disebut dengan kondisi harga diri
rendah situasional, jika pada situasi tersebut lingkungan tidak mendukung
positif dan justru menyalahkan secara terus menerus maka akan
mengakibatkan harga diri rendah kronis.
2.7 Mekanisme Koping
Seseorang dengan harga diri rendah memiliki mekanisme koping
jangka pendek dan jangka panjang. Jika mekanisme koping jangka pendek
tidak memberikan hasil yang telah diharapkan individu, maka individu dapat
mengembangkan mekanis koping jangka panjang (Direja, 2011). Mekanisme
tersebut mencakup sebagai berikut :
1. Jangka Pendek
a. Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yaitu : pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton tv secara terus menerus.
b. Aktivitas yang memberikan penggantian identitas bersifat sementara,
misalnya ikut kelompok sosial, agama, dan politik).
c. Aktivitas yang memberikan dukungan bersifat sementara misalnya
perlombaan.
2. Jangka Panjang
a. Penutupan identitas : terlalu terburu-buru mengadopsi identitas yang
disukai dari orang-orang yang berarti tanpa memperhatikan keinginan atau
potensi diri sendiri.
b. Identitas Negatif : asumsi identitas yang bertentangan dengan nilai-
nilai dan harapan masyarakat.
10

2.8 Penatalaksanaan
Menurut NANDA 2015 terapi yang dapat diberikan pada penderita Harga
Diri Rendah yaitu :
1. Psikoterapi
Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagi
dengan orang lain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagi karena
jika klien menarik diri, klien dapat membentuk kebiasaan yang buruk
lagi.
2. Therapy aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilakukan pada
klien harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan dengan
menggunakan stimulasi atau diskusi untuk mengetahui pengalaman atau
perasaan yang dirasakan saat ini dan untuk membentuk kesepakatan persepsi
atau penyelesaian masalah.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Klien datang kerumah sakit dengan kesadaran menurun, dan tiba-tiba 1 hari ini
BAK sedikit dan klien adalah pasien Hemodialisa. Keluarga juga mengatakan bahwa
Ny. A sering berputus asa dan bosan hidup karena memikirkan penyakitnya.
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 21 November 2021 pukul 14.15 di Ruang VIII
Graha Irawan
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Alamat : Pedurungan, Semarang
Masuk tanggal : 29 Oktober 2021
Nomor register : 043523
Pendidikan terakhir : STM
Diagnosa medis : skizofrenia paranoid.
2. Identitas penanggung jawab :
Nama : Tn. J
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Pedurungan, Semarang
Hubungan dengan pasien : Orang Tua Kandung
B. Riwayat kesehatan sekarang
a) Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Pasien merasa dirinya serba kekurangan karena penyakitnya yang
membuat dirinya menjadi tidak bisa berbuat apa-apa
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Perawatan selama di rumah sakit dan obat-obatan

11
12

b) Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien merasa sedih dan kesal
3. Bagaimana dilihat
Pasien terkadang melamun sendiri di atas tempat tidur
C. Faktor Predisposisi
Pasien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa, Kemudian yang
mengakibatkan pasien menjadi gangguan jiwa lagi Ny. M karena suami Ny. M
selingkuh dengan wanita lain dan juga karena penyakit yang dialaminya tidak
kunjung sembuh. Itu yang menyebabkan Ny. M menarik diri, Ny. M merasa
dirinya tidak berguna lagi sehingga ia lebih menutup diri Masalah keperawatan
yang muncul : Harga Diri Rendah Kronis
D. Riwayat kesehatan masalalu
1. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk ke rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara 23 pada tahun 2017
2. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mendapat perawatan dari rumah sakit serta obat-obatan.
3. Pernah dirawat/dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dioperasi
4. Lama dirawat
Sebelumnya klien dirawat selama 1 bulan.
5. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi.
E. Riwayat kesehatan keluarga
1. Orang tua
Klien mengatakan orangtuanya tidak memiliki penyakit yang serius.
2. Saudara kandung
Klien mengatakan saudaranya tidak memiliki penyakit yang serius.
3. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan.
13

4. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Klien mengatakan sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
5. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan ayah dan ibunya sudah meninggal dunia
F. Riwayat kesehatan psikososial dan Lingkungan
1. Genogram

1.

Penjelasan :
Pasien anak pertama dari 8 bersaudara, pasien berinisial Ny.L pasien sudah
tidak memiliki ayah dan ibu dan saat usia pasien 10 tahun. Ny. L belum
menikah. Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien

: Garis keturunan

: Meninggal
2. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengatakan sudah bosan hidup karena penyakitnya tidak juga
sembuh selama ia minum obat secara teratur.
14

3. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan sangat menyukai matanya yang
berwarna cokelat.
b. Ideal diri : Klien mengatakan ingin menjadi seorang pengusaha butik.
c. Harga diri : Klien mengatakan merasa malu pada dirinya, Universitas
Sumatera Utara 24 sendiri dan orang lain karena penyakitnya, klien
juga menganggap dirinya sangat lemah karena tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya, dan klien juga mengatakan bahwa dirinya tidak
berguna lagi karena penyakit yang di alaminya.
d. Peran diri : Klien mengatakan merasa gagal karena menjadi seorang
ibu sekaligus nenek yang tidak berguna.
e. Identitas : Sebagai seorang ibu, klien merasa sangat bodoh karena saat
klien sehat, klien tidak mau mendengarkan nasihat orang disekitarnya.
4. Keadaan emosi
Klien terkadang tampak sedih, lesu, tidak bersemangat, dan kurang
dalam berkontak mata.
5. Hubungan social
a. Orang yang berarti : Anak-anak
b. Hubungan dengan keluarga :Kurang harmonis
c. Hubungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak terlalu
sering berinteraksi dengan orang lain dan klien lebih suka menyendiri
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien malu
karena sekarang ia tidak bisa seperti dulu dan klien mengatakan malu
dengan kondisinya jika bergaul takutadanya penolakan dan dicela oleh
teman-temannya karena teman teman nya juga tau bahwa suaminya
selingkuh.
e. Spriritual
Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama Islam. Kegiatan
ibadah :Klien mengatakan dulu sebelum sakit sering beribadah tetapi
setelah masuk ke rumah sakit, klien tidak pernah beribadah.
15

G. Status mental
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis, klien dalam keadaan sadar ketika diberi
pertanyaan
2. Penampilan : Klien tampak kumal dan kurang rapi
3. Pembicaraan : Klien berbicara dengan lambat
4. Alam perasaan : Lesu, klien tampak tidak terlalu bersemangat dan tampak
sedih
5. Afek : Tidak sesuai
6. Interaksi selama wawancara : Klien kooperatif tetapi kurang dalam kontak
mata saat berbicara dan selalu menunduk.
7. Persepsi : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan persepsi.
8. Proses pikir : Pengulangan pembicaraan.
9. Isi pikir : Rendah diri ini dibuktikan ketika berbicara klien selalu mengatakan
malu karena kondisipenyakitnya yang membuat klien tidak bisa berbuat apa-
apa lagi.
10. Memori : Klien tidak memiliki gangguan dalam mengingat.
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kondisi fisik klien terlihat lemah.
2. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
N : 80 x/mnt
BB : 55 kg
TB : 165 cm

I. Aspek Medik
a) Diagnosa Medis
Schizofrenia Paranoid
b) Terapi
- Haloperidol 2x5 mg
- Trihexiperidine 2x2 mg
16

J. Mekanisme koping
Maladaptif
Jika klien mengalami masa yang sangat sulit seperti penyakitnya tiba-tiba
kambuh, klien langsung berteriak dan kadang menangis berlebihan hingga
tengah malam. Klien tidak memperdulikan istirahat dan kesehatannya.

3.2 Analisa Data


Tabel 3.1 Analisa Data
NO. DATA PROBLEM
1. Gangguan konsep diri :
DS: harga diri rendah
1. Klien mengatakan malu karena dia tidak
bekerja, tidak mampu.

DO:
1. Klien sering berpaling dalam interaksi,
kontak mata kurang, pembicaraan
berbelit-belit, suara pelan, pandangan
menunduk, klien bicara seperlunya.
2. Isolasi sosial : menarik
DS: diri
1. Klien mengatakan lebih suka menyendiri
2. Klien mengatakan sulit bila memulai
pembicaraan
3. Klien mengatakan bingung bila mau
ngomong dengan orang lain

DO:
1. Klien jarang berkomunikasi dengan
teman
2. Klien lebih sering menyendiri dan
diam
3. Kontak mata klien kurang saat
17

berkomunikasi
4. Menghindari bila diajak bicara
3.
DS: Keputusasaan
1. Klien mengatakan Ia jarang bergaul
maupun berosialisasi dengan orang lain
karena klien takut adanya penolakan.
2. Klien mengatakan lebih baik menyendiri
daripada bergabung dengan temannya
yang lain karena takut di cela.
3. Klien mengatakan hidupnya tidak
berguna karena penyakit yang di alaminya
DO:

1. Klien sering menyendiri ketika makan.


2. Kurang dalam kontak mata.
3. Afek sedih
4. Klien kurang komunikatif.
Kurang aktif dalam fisik maupun verbal

3.3 Diagnosa Keperawatan


NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial:menarik diri b.d HDR
2. Gangguan konsep diri:HDR b,d perubahan penampilan peran
3. Keputusasaan
18

3.4 Intervensi
Tabel 3.3 Intervensi
Tgl No. Diagnosa Perencanaan Intervensi
Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi
21-11- 1 Isolasi sosial : 1. Klien dapat 1.1 Ekspresikan wajah 1.1.1 Bina hubungan saling percaya
2021 menarik diri berhubungan dengan bersahabat, menunjukkan dengan mengungkapkan prinsip
berhubungan orang lain secara
dengan harga diri optimal. rasa senang, ada kontak komunikasi terapeutik. Sapa klien
rendah mata, mau berjabat tangan, dengan ramah baik verbal maupun
2. Klien dapat
membina hubungan mau menyebutkan nama, non verbal :
saling percaya.
mau menjawab salam, klien 3.4.1 Perkenalkan diri dengan
mau duduk berdampingan sopan
dengan perawat, mau 3.4.2 Tanyakan nama lengkap
mengutarakan masalah klien dan nama panggilan disukai
yang dihadapi. klien
3.4.3 Jelaskan tujuan pertemuan
3.4.4 Jujur dan menepati janji
3.4.5 Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa ada
19

3.4.6 Beri perhatian kepada klien


dan perhatian kebutuhan dasar
klien.

1. Klien dapat 2.1 Daftar kemampuan yang 2.1.1 Diskusikan kemampuan dan aspek
mengidentifikasi dimiliki klien di rumah positif yang dimiliki buat daftarnya
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki. sakit, rumah, sekolah dan 2.1.2 Setiap bertemu klien dihindarkan dari
tempat kerja memberi penilaian negatif
2.2 Daftar positif keluarga 2.1.3 Utamakan memberi pujian yang
klien realistik pada kemampuan dan aspek
2.3 Daftar positif lingkungan positif klien
klien
1. Klien dapat menilai 3.1 Klien menilai kemampuan 3.1.1 Diskusikan dengan klien kemampuan
kemampuan yang yang dapat digunakan di yang masih dapat digunakan selama
digunakan
rumah sakit sakit
3.2 Klien menilai kemampuan 3.1.2 Diskusikan kemampuan yang dapat
yang digunakan di rumah dilanjutkan penggunaannya di
rumah sakit
20

3.1.3 Berikan pujian.


1. Klien dapat 4.1 Klien memiliki 4.1.1 Meminta klien untuk memilih satu
menetapkan dan kemampuan yang akan kegiatan yang mau dilakukan di
merencanakan kegiatan
sesuai dengan dilatih rumah sakit
kemampuan yang 4.2 Klien mencoba 4.1.2 Bantu klien melakukannya jika perlu
dimiliki.
4.3 Susunan jadwal harian beri contoh
4.1.3 Beri pujian atas keberhasilan klien
4.1.4 Diskusikan jadwal kegiatan harian
atas kegiatan yang telah dilatih.
Catatan : ulangi untuk kemampuan lain
sampai semua selesai.
1. Klien dapat 5.1 Klien melakuakn kegiatan 5.1.1 Beri kesempatan pada klien untuk
melaksanakna kegiatan yang telah dilatih (mandiri, mencoba kegiatan yang telah
sesuai kondisi sakit dan
kamampuannya. dengan bantuan atau direncanakan
tergantung) 5.1.2 Beri pujian atas keberhasilan klien
5.2 Klien mampu melakukan 5.1.3 Diskusikan kemungkinan
beberapa kegiatan secara pelaksanaan di rumah
mandiri
21

1. Klien dapat 6.1 Keluarga memberi 6.1.1 Beri pendidikan kesehatan pada
memanfaatkan dukungan dan pujian keluarga tentang cara merawat klien
sistem pendukung
yang ada. dengan harga diri rendah
6.1.2 Bantu keluarga memberikan
dukungan salama klien di rawat

6.2 Keluarga memahami 6.2.1 Bantu keluarga menyiapkan


jadwal kegiatan harian lingkungan di rumah
klien. 6.2.2 Jelaskan cara pelaksanaan jadwal
kegiatan klien di rumah
6.2.3 Anjurkan memberi pujian pada klien
setiap berhasil
21-11- 2 Perubahan sensori 1. Klien dapat
2021 persepsi: berinteraksi dengan 1.1 Ekspresikan wajah 1.1.1 Bina hubungan saling percaya
halusinasi orang lain sehingga bersahabat, menunjukkan dengan mengungkapkan prinsip
berhubungan tidak terjadi rasa senang, ada kontak
dengan menarik halusinasi komunikasi terapeutik
mata, mau berjabat tangan,
diri. 2. Klien dapat mau menyebutkan nama, 1.1.2 Sapa klien dengan ramah baik verbal
membina hubungan mau menjawab salam, klien
mau duduk berdampingan maupun non verbal
22

saling percaya. dengan perawat, mau 1.1.3 Perkenalkan diri dengan sopan
mengutarakan masalah 1.1.4 Tanyakan nama lengkap klien dan
yang dihadapi.
nama panggilan yang disukai klien
1.1.5 Jelaskan tujuan pertemuan
1.1.6 Jujur dan menepati janji
1.1.7 Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
1.1.8 Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
1. Klien dapat 2.1 Klien dapat menyebutkan 2.1.1 Kaji pengetahuan klien tentang
menyebutkan penyebab menarik diri perilaku menarik diri dan tanda-
penyebab menarik
diri. yang berasal dari : tandanya
2. Diri sendiri 2.1.2 Beri kesempatan kepada klien untuk
3. Orang lain mengungkapkan perasaan penyebab
4. Lingkungan menarik diri atau tidak mau bergaul
2.1.3 Diskusikan bersama klien tentang
perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
23

2.1.4 Beri pujian terhadap kemampuan


klien mengungkapkan perasaannya
1. Klien dapat 3.1 Klien dapat menyebutkan 3.1.1 Kaji pengetahuan klien tentang
menyebutkan keuntungan berhubungan manfaat dan keuntungan
keuntungan
berhubungan dengan orang lain. 3.1.2 Beri kesempatan kepada klien utnuk
dengan orang lain Misalnya : mengungkapkan perasan tentang
dan kerugian tidak
berhubungan 1. Banyak teman keuntungan berhubungan dengan
dengan orang lain 2. Tidak sendiri orang lain
3. Bisa diskusi, dll 3.1.3 Diskusikan bersama klien tentang
manfaat berhubungan dengan orang
lain
3.1.4 Beri reinforcement positif tentang
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
3.2 Klien dapat menyebutkan 3.2.1 Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian tidak kerugian bila tidak berhubungan
berhubungan dengan orang dengan orang lain
24

lain. Misalnya : 3.2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk


1. Sendiri mengungkapkan perasaan tentang
2. Tidak punya teman kerugian bila tidak berhubungan
3. Sepi, dll dengan orang lain
1. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Kaji kemampuan klien membina
melaksanakan mendemonstrasikan hubungan dengan orang lain
hubungan sosial
secara bertahap hubungan sosial secara 4.1.2 Dorong dan bantu kilen untuk
bertahap antara : berhubungan dengan orang lain
1. K-P melalui tahap :
2. K-P-P lain 1. K-P
3. K-P-P lain - K lain 2. K-P-P lain
4. K-kel/Klp/Masy 3. K-P-P lain –K lain
4. K-kel/Klp/Masy
4.1.3 Beri reinforcement positif terhadap
keberhasilan yang telah dicapai
1. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan
mengungkapkan mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
perasaannya setelah
berhubungan perasaannya dengan orang dengan orang lain
25

dengan orang lain. lain untuk 5.1.2 Diskusikan denganklien tentang


1. Diri sendiri perasaan manfaat berhubungan
2. Orang lain dengan orang lain
5.1.3 Beri reinforcement perasaan manfaat
berhubungan dengan orang lain
1. Klien dapat 6.1 Keluarga dapat 6.1.1 Bina hubungan saling percaya
memberdayakan 1. Menjelaskan dengan keluarga :
sistem pendukung
atau keluarga. perasaannya 3.4.6.1.1 Salam, perkenalkan diri
2. Menjelaskan cara klien 3.4.6.1.2 Jelaskan tujuan
menarik diri 3.4.6.1.3 Buat kontrak
3. Mendemonstrasikan 3.4.6.1.4 Eskplorasi perasaan klien
cara perawatan klien 6.1.2 Diskusikan dengan anggota keluarga
menarik menarik diri tentang:
4. Berpartisipasi dalam a. Perilaku menarik diri
perawatan klien b. Penyebab perilaku menarik diri
menarik diri c. Akibat yang akan terjadi jika
perilaku menarik diri ditanggapi
d. Cara keluarga menghadpai klien
26

menarik diri
6.1.3 Dorong anggota keluarga untuk
memberi dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang
lain
6.1.4 Anjurkan anggota keluarga secara
rutin dan bertahap bergantian
menjenguk klien minimal satu kali
seminggu
6.1.5 Beri reinforcement positif atas hal
yang telah dicapai oleh keluarga.
21-11- 3 Keputusasaan NOC : Hopelessness 1 Berpartisipasi sebagai NIC : Hope inspiration Definisi : fasilitasi
2021 sukarelawa, pada aktifitas setiap harapan masa depan yang positif.
Identifikasi area harapan
dalam hidup, memperluas organisasi, atau pada 1. Bantu pasien dan keluarga untuk
mekanisme koping pasien. mengidentifikasi area harapan dalam
kegiatan keagamaan.
2 Berpatisipasi dalam hidup

aktifitas pengalihan 2. Bantu pasien tentang siatuasi saat ini

dengan orang lain. adalah situasi yang sementara.


27

3. Dorong klien untuk terlibat dalam


aktivitas kelompok atau individu.
4. Bantu pasien mengembangkan diri
secara spiritual.
5. Berikan umpan balik yang positif ketika
klien mampu menggunakan
keterampilan interaksi sosial yang
efektif.
NIC : Activities therapy Defenisi : resep
dan bantuan dengan physical, cognitive
spesific, sosial, dan aktivitas rohani untuk
meningkatkan cakupan, frekwensi, atau
janga waktu dari suatu individu atau
aktivitas kelompok.
6. Tentukan kemampuan klien untuk
berpartisipasi dalam kegiatan spesifik.
7. Kaji peningkatan komitmen klien untuk
meningkatkan frekuensi dan berbagai
aktivitas.
8. Bantu klien untuk memilih aktivitas dan
28

tujuan bagi kegiatan sesuai dengan


kemampuan fisk, psikologis dan sosial.
9. Bantu klien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan.
3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl/ No
TUK Implementasi Evaluasi
Dx
Wkt

21-11- 1 1 Klien dapat membina hubungan S: “nama saya M,” terima


2021 saling percaya dengan perawat. kasih mbak mau
14.15 1. Menyapa klien dengan ramah membantu saya, saat ini
saya merasa biasa-biasa
s/d biak verbal maupun non verbal, saja.
14.45 salam terapeutik
O:
2. Memperkenalkan diri dengan
sopan dan menanyakan nama - Klien mau
mengungkapkan
klien, nama panggilan yang perasaannya kepada
disukai sambil berjabat tangan perawat
3. Menjelaskan tujuan interaksi
- Kontak mata klien saat
4. Menciptakan lingkungan yang berbicara kurang, klien
tenang, membuat kontrak menatap lawan bicara
hanya sekilas
dengan jelas (waktu, tempat
dan topik pembicaraan) - Klien sedang
menunduk
5. Memberikan kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan - Suara klien pelan

perasaannya - Klien bicara seperlunya


6. Menyediakan waktu untuk
A: Tujuan tercapai (klien
mendengarkan klien. tampak membina
7. Mengatakan pada klien bahwa hubungan saling percaya
dengan perawat)
ia adalah seorang yang
berharga serta mampu P: Lanjutkan intervensi :
menolong dirinya sendiri. Klien (menganjurkan
pada klien untuk
mengingat nama perawat)

Perawat (melanjutkan
TUK 2: mengindetifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki)

29
21-11- 1 2 Klien dapat mengidentifikasi S: Klien mengatakan “saya
2021 kemampuan dan aspek positif yang dulu sekolah tamat STM
15.00 dimiliki jadi saya sedikit-sedikit
1. Mendiskusikan kemampuan dan bisa membetulkan sepeda
s/d motor orang lain,
15.45 aspek positif yang dimiliki klien pokoknya yang
2. Menghindarkan memberi berhubungan dengan
mesin”
penilaian negatif pada saat
bertemu klien O: - Klien mengatakan
kelebihan yang
3. Mengutamakan memberi pujian
dimiliki
yang realistis
4. Klien dapat menilai kemampuan - Klien tidak
menyebutkan
dan aspek positif yang dimiliki kekurangannya

A: Tujuan tercapai (klien


mampu mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki)

P: Lanjutkan intervensi :

Klien (menganjurkan
pada klien untuk
mengingat kembali
kemampuan yang
dimiliki)

Perawat (melanjutkan
TUK 3, dapat menilai
kemampuan yang
digunakan)

30
21- 2 1 Klien mampu mengenal perasaan S: “MD itu tidak mau
11- yang menyebabkan perilaku bergaul dengan
2021 menarik diri dari lingkungan sosial. teman”,”tandanya ya…,
16.00 1. Mengkaji pengetahuan klien nggak mau berkumpul
sama teman, sering
s/d tentang perilaku MD dan tanda- menyendiri, melamun,
17.00 tandanya saya malu karena tidak
bekerja”.
2. Memberi kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan O: - Klien mengatakan
pengertian MD
perasaannya penyebab klien
tidak berhubungan dengan - Klien tidak
orang lain dan MD menyebutkan tanda-
tanda MD
3. Mendiskusikan bersama klien
tentang perilaku MD, tanda- - Klien kadang
menunduk
tanda dan penyebab yang
mungkin - Suara klien pelan

4. Memberi pujian terhadap - Kontak mata kilen


kemampuan klien kurang saat
komunikasi
mengungkapkan perasannya
A: Tujuan tercapai

P: Lanjutkan intervensi :

Klien (menganjurkan
pada klien untuk
mengingat penyebab dia
menarik diri dan tanda-
tandanya)

Perawat (melanjutkan
TUK 3, klien dapat
berhubungan dengan
orang lain secara
bertahap)

31
21- 2 3 Klien dapat berhubungan sosial S: “keuntungan jika
11- dengan orang lain secara bertahap berhubungan dengan
2021 1. Mendiskusikan keuntungan orang lain, yaitu punya
teman abnyak dan
dari berhubungan dan kerugian kerugiannya jika tidak
dari perilaku MD mau berhubungan dengan
orang lain, temannya
2. Memberikan motivasi kepada sedikti, kesepian dan
klien untuk mengikuti aktivitas tidak bisa berbagi cerita
dengan orang lain.
di ruangan
O:
3. Mendiskusikan jadwal harian
- Klien mau bercerita
yang dapat dilakukan oleh klien
dengan perawat
dalam mengisi waktunya
A: Tujuan tercapai

P: Lanjutkan intervensi

Klien (menganjurkan
pada klien untuk
berhubungan sosial
dengan orang lain secara
bertahap)

Perawat (optimalkan
TUK 3)

32
21-11- 3 3 Klien dapat menilai kemampuan S: Aku suka menyapu
2021 yang digunakan :
18.00 1. Berdiskusi dengan klien O: Klien membuat daftar /
kemampuan yang masih dapat jadwal kegiatan sehari
s/d
digunakan saat sakit
2. Berdiskusi kemampuan yang A: Masalah teratasi
18.45 dapat dilanjutkan
P: Lanjutkan intervensi :
penggunannya di rumah sakit
3. Memberikan pujian
Klien (menganjurkan
pada klien untuk menilai
kemampuan yang
digunakan)

Perawat (melanjutkan
TUK 4, klien dapat
memilih kemampuan
yang akan digunakan,
mencoba kemampuan
yang dipilih, menyusun
jadwal harian

21-11- 1 4 Klien dapat menetapkan dan S: Aku mau merapikan


2021 merencanakan kegiatan yang sesuai tempat tidur dan menyapu
10.00 dengan kemampuan yang dimiliki lantai
1. Bantu klien untuk memilih
s/d O: Klien melakukan
suatu kegiatan yang ada di RS kegiatan tersebut tapi
10.30 2. Bantu klien melakukan bila masih perlu dicotohkan
dulu
perlu dicontohkan
3. Beri pujian A: Masalah teratasi
sebagaian

33
P: Lanjutkan intervensi :

Klien (menganjurkan
pada klien untuk
mengulang kembali
kegiatan yang telah
dilakukan)

Perawat (ulangi TUK 4,


menetapkan dan
merencanakan kegiatan
yang sesuai dengan
kemampuan yang
dimiliki)

21-11- 1 4 Klien dapat menetapkan dan S: Aku mau lap jendela


2021 merencanakan kegiatan yang sesuai
16.00 dengan kemampuan yang dimiliki O: Klien melakukan
1. Bantu klien untuk memilih kegiatan yang
s/d direncanakan tapi diberi
suatu kegiatan yang ada di RS contoh
17.00 2. Bantu klien melakukan bila
A: Masalah teratasi
perlu dicontohkan
3. Beri pujian P: Lanjutkan intervensi :

Klien (menganjurkan
pada klien untuk
melakukan kegiatan
tersebut setiap hari/
kegiatan harian)

Perawat (lanjutkan TUK


5, klien dapat melakukan
kegiatan sesuai kondisi
sakit dan
kemampuannya)

34
21-11- 1 5 Klien dapat melakukan kegiatan S: Isi air minum dulu
2021 sesuai kondisi sakit dan
16.00 kemampuannya O: Klien melakukan
1. Memberikan kesempatan pada kegiatan tersebut tanpa
s/d diberi contoh
klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan A: Masalah teratasi
17.00
2. Memberikan pujian atas P: Lanjutkan intervensi :
keberhasilan klien
Klien (menganjurkan
3. Mendiskusikan kemungkinan pada klien untuk
pelaksanaan di rumah mempertahan-kan
kegiatan tersebut selama
di RS ataupun di rumah)

Perawat (mendelegasikan
kepada perawat)

35
1. Memotivasi klien untuk
21-11- 3 1 SOAP
meningkatkan hubungan
2021
16.00 interaksi dan membantu S :
pasien dan keluarga 1. Temannku baik
s/d
untuk mengidentifikasi 2. Aku ternyata hebat

17.00 area harapan dalam juga

hidup. 3. Kayanya nanti dulu


deh ibadahnya
2. Membantu klien
mengetahui bahwa O :
situasi saat ini adalah 1. Klien mulai dapat

sementara. berkomunikasi dengan

3. Ajarkan bersosialisasi teman sekamarnya dan

agar meningkatkan harga juga perawat.

diri. 2. Klien belum mau

4. Mendorong klien untuk beribadah bersama

terlibat dalam aktivitas 3. Klien mulai

beribadah. berinteraksi didalam

5. Memberikan umpan kamarnya

balik yang positif ketika 4. Wajah klien

klien mampu mengalami perubahan

menggunakan suasana ceria.

keterampilan interaksi
sosial yang efektif. A:
6. Membantu klien untuk Keputusasaan (+)
mengembangkan
P:
motivasi diri dan
1. Intervensi dilanjutkan.
penguatan.
2. Bantu klien untuk tetap
berinterkasi dengan
teman satu ruangan,
anggota keluarga,
pegawai rumah sakit.
Bantu klien berpartisipasi

36
sebagai sukarelawan, pada
aktifitas organisasi, atau
pada kegiatan keagamaan.
Pantau aktifitas.

Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi

37
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gangguan harga diri yang rendah seseorang akan menghadapi suasana hati dan
ingatan tentang masa lalu yang negatif dan lebih rentan mengalami depresi ketika
menghadapi stress karena pola pikir yang buruk tentang diri sendiri, tujuan hidup yang
tidak jelas, dan masa depan yang lebih psimi, semakin rendah harga diri seseorang
akan lebih berisiko terkena gangguan kepribadian(Betty dkk. 2016).
Penyebab harga diri rendah bisa terjadi karena faktor predisposisi, faktor
presipitasi, dan perilaku, serta terdapat penatalaksanaan pada kasus harga diri rendah
yaitu dengan melakukan psikoterapi dan therapy aktivitas kelompok.
Dalam makalah ini penulis menggambil 3 diagnosa keperawatan pada kasus Ny.
M yaitu Isolasi sosial: menarik diri b.d HDR, Gangguan konsep diri:HDR b.d
perubahan penampilan peran, Keputusasaan.
4.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan perawat dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam
pelaksanaan strategi pertemuan 1- 4 dalam memberikan tindakan sesuai SP pada
klien dengan Gangguan konsep diri sensori : harga diri rendah sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran dalam meningkatkan
bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners sehingga mahasiswa semakin
mampu dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
Gangguan konsep diri sensori : harga diri rendah.

38
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1998. Penggolongan Gangguan Jiwa di Indonesia. Edisi II.
Jakarta.
Keliat, 13, A. 1995. Gangguan Konsep Diri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, 13, A. 1995. Proses Keperawatan Diri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Krissanti, A., & Asti, A. D. (2019). Penerapan Terapi Okupasi: Berkebun untuk
Meningkatkan Harga Diri pada Pasien Harga Diri Rendah di Wilayah
Puskesmas Sruweng. Proceeding of The URECOL, 630-636.
Pravitasari, G. A., & Sari, S. K. (2015). Gambaran Manajemen Gejala Halusinasi pada
Orang dengan Skizofrenia di Ruang rawat Inap RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).
Rahmawati, E. D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Residual Dengan
Masalah Harga Diri Rendah Kronik Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif
Zainudin Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo).
Sihombing, R. I., Harefa, A. R., Samosir, E. F., Simatupang, S. M., Hutagalung, S. N. S.,
& Romayanti, Y. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. L
Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.
Stuart, GW dan Studdent, SJ. 1995. Principles and Psychiatric Nursing. St. Louis, Mosby,
New York.
Townsend, M.C. 1996. Psychiatric Mental Health Nursing. Concept of Care, Second
Edition, Philadelphia, FA Davis Company.
Wandono, W. A., & Arum Pratiwi, S. (2017). Upaya peningkatan harga diri rendah pada
pasien depresi (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

39

Anda mungkin juga menyukai