S1 KEPERAWATAN 2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan YME atas segala rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kegiatan fungsi perorganisasian di ruang rawat inap”. Banyak pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara moril maupun spiritual maka
dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Lidya Maryani, S.Kep., Ners., MM., M.Kep selaku dosen pengampu
kepemimpinan dan manajemen keperawatan II yang telah membimbing dalam
proses pengerjaan makalah ini
2. Ayah dan ibu tercinta yang selalu memanjatkan doa setiap waktu dan memberi
motivasi pada saat pengerjaan makalah ini
3. Seluruh teman S1 Keperawatan 2019 yang dengan tulus ikhlas memberikan
doa dan dukungan hingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca dapat memberikan segala
kritik dan saran yang sifatnya membangun serta bisa bermanfaat bagi kami dan
pembaca khusunya dalam profesi keperawatan.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Tenaga Kesehatan sangat bergantung pada kerja sama tim, mulai dari unit bangsal,
unit operasi serta unit terkecil yaitu para tenaga kesehatan itu sendiri membutuhkan
kerja sama tim untuk mencapai sebuah tujuan (Greer,2012). Terutama perawat adalah
salah satu profesi yang kebanyakan nya bekerja sama dengan Tim. Di dalam kerja
sama tim pasti ada beberapa masalah yang terjadi di dalam nya. Nursalam (2002:125)
mengemukakankah bahwa konflik bisa di lihat dari 2 pendekatan yakni konflik
sebagai suatu proses. Sebagai suatu kejadian, konflik bisa bermula dari suatu
ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi dimana orang tersebut menerima
sesuatu yang mengancam kepentingannya. Adanya konflik mengakibatkan tujuan
perawatan pasien tidak tercapai secara maksimal. Marquis (2010) menyebutkan
proses terjadinya konflik meliputi latar belakang terjadinya konflik (antecendence),
konflik tidak terlihat(latent conflict),mempersepsikan konflik (perceived conflict),
konflik yang sudah dirasakan (felt conflict) dan resolusi konflik (after match).
Konflik-konflik yang terjadi biasanya bersumber dari perbedaan pendapat yang dapat
berakibat negative pada perawatan pasien, kepuasan kerja,kesehatan pribadi,
maupunmaupun produktifitas professional (Broukhim M, et al., 2019). Dalam
prosesnya, tim memiliki kemungkinan besar untuk mengalami berbagai permasalah
internal yang akan mempengaruhi kinerjanya secara keseluruhan baik dan berimbas
kepada pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan(Broukhim M, et
al., 2019). Penyelesaian konflik diharapkan bersifat sealami mungkin dengan tujuan
meningkatkan proses belajar dan pemahaman individu atau organisasi dalam
menyelesaikan konflik saat ini ataupun yang akan datang (Shetach, 2012). Dalam
mencapai tujuan ini, diperlukandiperlukan literature review mengenai metode yang
tepat untuk digunakan dalam manajemen konflik interprofessional sebagai salah satu
langkah tepat dalam meningkatkan kualitas interprofessional terutama antar
profesikesehatan.
Kosekuensi konflik dapat berupa hal positif atau negative, konflik positif dapat
menjadi titik pangkal terjadinya perubahan positif pada organisasi misalnya inovasi
organisasi atau tim, kreativitas, dan adaptasi. Konflik dapat menjadi pendorong
semangat kerja atau menjadi jalan untuk menghasilkan keputusan yang bermutu.
Kosekuensi konflik juga bersifat negative atau disfungsional, konflik dapat
menghasilkan kosekuensi penurunan produktivitas kinerja, semangat kerja rendah,
kekecewaan yang berlipat ganda, dan meningkatnya ketegangan serta stress.
1. Langkah- langkah
a. Pengkajian
1. Analisis situasi
3. Menyusun tujuan
b. Identifikasi
4. Mengelola perasaan
Hindari respons emosional : marah, sebab setiap orang mempunyai respons
yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.
c. Intervensi
5. Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya
identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
Suatu strategi penyelesaian konflik di mana semua yang terlibat saling menyadari dan
sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai
“lose-lose situatin”. kedua unsur yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang
telah dibuat. Di dalam manajemen keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh
middle dan top manajer keperawatan.
2. Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan sebagai “win-lose” penyelesaian konflik. Penyelesaian ini
menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan,
putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang.
3. Akomodasi
Istilah lain yang sering digunakan adalah “cooperative.” konflik ini berlawanan
dengan kompetisi. Pada strategi ini, seseorang berusaha mengakomodasi
permasalahan, dan memberi kesempatan pada oranglain untuk menang. Masalah
utama pada strategi ini sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya digunakan
dalam politik untuk merebut kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.
4. Smoothing
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen
emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu vang terlibat dalam konflik
berupaya mencapai kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan
introspeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan pada konflik vang ringan, tetapi untuk
konflik yang besat, misalnya persaingan pelayanan/hasil produksi, tidak dapar
dipergunakan.
5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang
dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah.
Strategi ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan membahayakan kedua pihak. biaya
penyelesaian lebih besar daripada menghindar, atau perlu orang ketiga dalam
menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya
6. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi “win-win solution." Dalam kolaborasi, kedua unsur
yang terlibat rmenentukan sujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu
tujuan. Karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah
diterapkan, mating-masing meyakininya, Strategi kolaborasi tidak akan bisa berjalan
bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi terscbut, kelompok terlibat tidak
mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah, dan yang tidak adanya
kepercayaan dari kedua kelompok/seseorang (Bowditch and Buono, 1994).
B. Negosiasi
pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi NEGOSIASI juga
diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis and Hu 1998).
Negosiasi sering dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi jika digunakan
sebagai strategi menyelesaikan konflik. Selama negosiasi berlangsung berbagai pihak
yang terlibat menyerah dan lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-
perbedaan antara keduanya. Smeltzer (1991) mengidentifikasi 2 tipe dasar negosiasi
yakni:
Meskipun dalam negosiasi ada unsur yang menang dan kalah antara kedua belah
pihak, namun sebagai negotiator, penting untuk:
2. Meminimalkan kekalahan, dan bagi yang kalah tetap dapat mengikuti tujuan
bersama.
1. Sebelum Negosiasi
Tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses
negosiasi:
(2) Negotiaror harus tertarik terhadap "rake and give" selama proses negosiasi; dan
2. Selama Negosiasi
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi
yang persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka:
3. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi
yang disampaikan.
4. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara Anda.
Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan,
7. Jujur.
9. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan mintalah
waktu untuk menjawabnya.
10. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung,
istirahatlah sebentar.
11. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu Anda paharmi.
12.Bersabarlah (Smeltzer, 1991).
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmanto, E., Sari, D. P., Tjahjana, D., Wibowo, E., Mardiana, S. S., Purba, B., ...
& Arfandi, S. N. (2021). Manajemen Konflik. Yayasan Kita Menulis.
Sudarta wayan, dkk. 2019 . Manajemen keperawatan. Yogyakarta. Gosyen publishing
Bakri H. Maria. 2017. Manajemen keperawatan. Yogyakarta. Pustaka baru press
Nursalam. 2007. Manajemen keperawatan edisi 2. Jakarta. Salemba medika
Masdar, M. (2020). METODE PENGELOLAAN KONFLIK
INTERPROFESIONAL. JURNAL KESEHATAN INDRA HUSADA, 8(1), 8-19.