Disusun Oleh :
Septika Komalasari
D0019053
Melihat fenomena di atas maka penulis tertarik untuk menyusun makalah tentang
konflik serta manajemen konflik. Manajemen konflik yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan individu atau kelompok yang sedang berkonflik.
1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi konflik keperawatan yang terjadi di ruang rawat inap.
2. Mengidentifikasi cara penyelesaian konflik keperawatan yang terjadi di ruang
rawat inap.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kasus
Saya menemukan masalah saat di ruang rawat inap, di ruang rawat inap ini
metode asuhan yang digunakan adalah metode tim, yaitu membagi perawat yang
sedang berdinas menjadi 2 tim, tim 1 dan tim 2, konflik yang terjadi di ruang
rawat inap ini adalah saat ketua tim meminta pertimbangan kepda kepala ruang
tentang pembagian pasien. Menurut ketua tim 1 pembagian pasien tidak adil,
karena seringnya tim 1 mendapat jumlah pasien yang lebih banyak dan dengan
diagnosa yang cukup berat sehingga membutuhkan lebih banyak tindakan
keperawatan. Karena sistem pembagian pasien di ruang rawat inap ini menurut
DPJP. Pada saat berdinas, tim 1 dan tim 2 memiliki jumlah perawat pelaksana
yang sama, tetapi dengan jumlah pasien dan kondisi pasien yang berbeda, hal ini
yang membuat ketua tim meminta pertimbangan ke kepala ruang mengenai sistem
pembagian pasien, karena menurut katim 1 pembagian pasien menurut DPJP tidak
adil. Dalam kasus ini, kepala ruang sangat kooperatif dalam menanggapi protes
ketua tim.
2.3 Pembahasan
Hal yang mendukung dalam manajemen konflik disini adalah kepala ruang yang
sangat kooperatif dalam menanggapi protes yang dilakukan oleh ketua tim.
Sebaliknya, hal yng tidak mendukung atau menghambat adalah sistem pembagian
pasien menurut DPJP. Hal dari luar yang membatu menyelesaikan konflik adalah
adanya mahasiswa ners yang dapat membantu tim yang memiliki banyak pasien.
Dalam menentukan DPJP, tentunya keluarga memilih sendiri siapa dokter yang
akan menanganinya, hal ini yang menjadikan jumlah pasien di setiap tim berbeda.
a. Pengertian Konflik
Konflik adalah masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari
perbedaan pendapat, nilai-nilai atau keyakinan dari dua orang atau lebih (Marquis,
2010)
b. Manajemen Konflik
Menurut Sunyoto (2015), manajemen konflik sebagai berikut:
1. Destruktif
Adalah bentuk penanganan konflik dengan menggunakan acaman, paksaan,
atau kekerasan.
2. Konstruktif
Manajemen konflik disebut konstruktif bila dalam upaya menyelesaikan
konflik tersebut kelangsungan hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik
masih terjaga dan masih berinteraksi secara harmonis. Manajemen konflik
konstruktif yaitu positive problem solving yang terdiri dari kompromi dan
negosiasi. Negosiasi memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu :
a. Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individual, perwakilan
organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok.
b. Memiliki ancaman di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai
dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi.
c. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baik berupa tawar menawar
(bargain) maupun tukar menukar (barter).
d. Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan,
gerak tubuh maupun ekspresi wajah.
e. Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang
belum terjadi dan kita inginkan terjadi.
f. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua
belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat
untuk tidak sepakat.
Dalam hal ini, manajemen konflik yang dilakukan oleh kepala ruang adalah
konstruktif, kepala ruangan mempertemukan kedua belah pihak untuk saling
berargumen mencari jalan keluar bersama. Gaya kepemimpinan yang dipakai oleh
kepala ruang adalah demokrasi, melibatkan kedua belah pihak untuk
menyelesaikan masalah. Dan strategi penyelesaian konflik dalam hal ini adalah
kompromi atau negosiasi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik yang terjadi dalam kasus ini disebabkan karena beban kerja yang
berbeda, dan konflik ini dapat diselesaikan setelah kepala ruang melakukan
musyawarah. Manajemen konflik yang dipakai dalam kasus ini adalah konstruktif
dan strategi penyelesaian konflik yang dipakai adalah kompromi atau negosiasi.
Gaya kepemiminan yang dipakai oleh kepala ruang adalah gaya kepemimpinan
demokrasi.
3.2 Saran
Sebaiknya beban kerja perawat di ruang rawat inap dipukul rata, setiap perawat
pelaksana memiliki jumlah pasien yang sama, agar tidak terjadi konflik karena
perbedan beban kerja.
DAFTAR PUSTAKA