Anda di halaman 1dari 26

Istilah konflik ini secara etimologis berasal dari

bahasa Latin “con” yang berarti bersama, dan


“fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya(http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik).
 Konflik sebagai masalah internal dan eksternal
yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan
pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua
orang atau lebih (Marquis & Huston, 1998).
 Littlefield (1995) mengatakan bahwa konflik
dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian
atau proses. Sebagai suatu kejadian, konflik
terjadi dari suatu ketidaksetujuan antara dua
orang atau organisasi dimana seseorang
tersebut menerima sesuatu yang akan
mengancam kepentingannya.
 Konflik adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindari dalam suatu organisasi.
 Jika konflik dapat dikelola dengan baik,
konflik dapat menghasilkan suatu kualitas
produksi, penyelesaian yang kreatif dan
berdampak terhadap peningkatan dan
pengembangan.
1. Intrapersonal
Konflik yang terjadi dalam diri individu sendiri.
Keadaan ini merupakan masalah internal untuk
mengklarifikasikan nilai dan keinginan dari konflik
yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan
sebagai akibat dari kompetisi peran.Misalnya
manajer mungkin merasa konflik intrapersonal
dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan,
loyalitas terhadap pekerjaan dan loyalitas kepada
pasien.
2. Interpesonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau
lebih dimana nilai, tujuan dan keyakinan
berbeda.manajer sering mengalami konflik dengan
teman sesama manajer, atasan atau bawahannya.

3. Antar kelompok
Konflik terjadi antara dua atau lebih kelompok
orang, departemen atau organisasi.Biasanya terjadi
karena hambatan dalam mencapai kekuasaan dan
otoritas (kualitas jasa pelayanan ) dan keterbatasan
prasarana.
1. Konflik dapat dihindarkan
2. Konflik disebabkan oleh kesalahan–kesalahan
manajemen dalam perancangan dan pengelolaan
organisasi atau oleh pengacau.
3. Konflik menggangu organisasi dan menghalangi
pelaksanaan optimal.
4. Tugas manajemen adalah menghilangkan konfllik.
5. Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal
membutuhkan penghapusan konflik.
1. Konflik tidak dapat dihindarkan
2. Konflik timbul karena banyak sebab, termasuk struktur
organisasi, perbedaan tujuan yang tidak dapat dihindarkan,
perbedaan dalam persepsi dan nilai–nilai pribadi dan
sebagainya.
3. Konflik dapat membantu atau menghambat pelaksanaan
kegiatan organisasi dalam berbagai derajat.
4. Tugas manajemen adalah mengelola tingkat konflik dan
penyelesaiannya.
5. Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal
membutuhkan tingkat konflik yang moderat.
1. Konflik latent
Tahapan konflik yang terjadi terus menerus
(laten) dalam suatu organisasi. Misalnya Kondisi
tentang keterbatasan staf dan perubahan yang
sangat cepat. Kondisi itu memicu ketidakstabilan
organisasi dan kualitas produksi, meskipun konflik
yang ada kadang tidak nampak secara nyata.
2. Felt konflik (konflik yang dirasakan )
Konflik yang terjadi karena adanya suatu
ancaman, ketakutan, ketidak percayaan, dan
marah.Konflik ini juga disebut sebagai konflik
”affective”s. Hal ini penting bagi seseorang untuk
menerima konflik dan tidak merasakannya sebagai
suatu masalah / ancaman terhadap
keberadaannya.
3. Konflik yang nampak atau yang sengaja
dimunculkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicarikan
solusi. Tindakan yang dilaksanakan mungkin
menghindar, kompetisi, debat atau mencari
penyelesaian konflik. Setiap orang secara tidak
sadar belajar menggunakan kompetisi, kekuatan
dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik dalam
perkembangannya. Sedangkan penyelesaian konflik
dalm suatu organisasi, memerlukan satu upaya dan
strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
4. Resolusi konflik
Adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara
memuaskan semua orang yang teelibat dalamnya
dengan prinsip ”win-win solution ”
5. Konflik ” aftermath ”
Konflik yang terjadi akibat dari tidak
terselesaikannya konflik yang pertama. Konflik
ini akan menjadi masalah besar kalau tidak
segera diatasi atau dikurangi
1. Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah
penanganan konflik di mana seseorang atau
satu kelompok berupaya memuaskan
kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan
dampaknya pada orang lain atau kelompok
lain. Cara ini kurang sehat apabila diterapkan
karena bisa menimbulkan potensi konflik yang
lebih besar terutama pada pihak yang merasa
dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya
menghindari metode penyelesaian konflik
jenis ini.
2. Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh
untuk memuaskan kedua belah pihak yang
sedang berkonflik. Cara ini adalah salah
satu bentuk kerja sama. Berbagai pihak
yang terlibat konflik didorong
menyelesaikan masalah yang mereka
hadapi dengan jalan mencari dan
menemukan persamaan kepentingan dan
bukan perbedaan. Situasi yang diinginkan
adalah tidak ada satu pihakpun yang
dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian
konflik ini disebut juga win-win solution.
3. Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan
konflik di mana pihak yang sedang
berkonflik mengakui adanya konflik dalam
interaksinya dengan orang lain tetapi
menarik diri atau menekan konflik tersebut
(seakan-akan tidak ada konflik atau
masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam
upaya penyelesaian konflik karena masalah
mendasar tidak diselesaikan, penyelesaian
yang terjadi adalah penyelesaian semu.
Untuk itu tidak dianjurkan organisasi untuk
menggunakan metode ini.
4. Akomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan
konflik dengan cara salah satu pihak yang
berkonflik menempatkan kepentingan pihak
lain yang berkonflik dengan dirinya lebih
tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik
mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu
upaya lose – win solution. Upaya
penyelesaian konflik dengan akomodasi
sebaiknya juga tidak digunakan terlalu
sering karena kepuasan tidak terjadi secara
penuh dan bisa menimbulkan potensi
konflik di masa mendatang.
5. Kompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di
mana semua pihak yang berkonflik
mengorbankan kepentingannya demi
terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah
pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada
salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini
adalah lose-lose solution di mana masing-
masing pihak akan mengorbankan
kepentingannya agar hubungan yang dijalin
tetap harmonis.
Langkah-langkah
Pengkajian
 Analisa situasi

Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang


diperlukan. Setelah fakta dan memvalidasi semua perkiraan
melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang
terlibat dan peran masing-masing. Tentukan jika situasi dapat di
rubah.
 Analisa dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Entukan
masalah utama yang memerlukan suatu penyelesaian dimulai dari
masalah tersebut. Hindari penyelesian maslah dalam satu waktu.
 Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
Langkah-langkah
Identifikasi
 Mengelola perasaan

Hindari suatu respon yang emosional: marah, dimana


setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap
kata-kata, ekspresi, dan tindakan.
Intervensi
 Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan
dengan baik. Identifikasi hasil positif yang akan terjadi.
 Menyeleksi metode dalam penyelesaian konflik.
Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang berbeda-
beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk
menyelesaiakn konflik yang terjadi.
 Kompromi atau negosiasi
Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang
terlibat saling menyadari dan sepakat tentang keinginan
bersama. Penyelesaian ini strategi sering diartikan
sebagai”lose-lose solution”. Kedua unsur yang terlibat
menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Didalam
manajemen keperawatan strategi ini sering digunakan oleh
midle- dan top manajer keperawatan.
 Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan sebagai” win – lose” penyelesaian
konflik. Penyelesaian ini menekenkan bahwa hanya satu orang
atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang
kalah. Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan, putus
asa dan keinginan untuk perbaiakan dimasa yang akan datang.
 Akomodasi
Istilah lain yang sering digunakan adalah ”
cooperative”.Konflik ini berlawanan dengan kompetisi.
Pada strategi ini seseorang berusaha mengakomodasi
permasalahan-permasalahan dan memberi kesempatan
oranglain untuk menang. Masalh utama pada strategi ini
tidak terselesaikan. Strategi ini biasa sering digunakan
dalam suatu politik untuk merebut sesuatu kekuasaan
dengan berbagai konsekwensinya.
 Smoothing
Penyelesaian konflik dengan mengurangi komponen
emosional dalam konflik. Pada strategi individu yang
terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan
daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan
intropeksi diri. Strategi ini biasa digunakan pada konflik
yang ringan.
 Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik menyadari tentang
masalah yang dihadapi tetapi memilih untuk
menghindari dan menyelesaiakn masalahnyaStrategi ini
dipilih bila ketidaksepakatan membahayakan kedua
belah pihak, biaya penyelesaian lebih besar, perlu orang
ketiga atau masalah dapat selesai dengan sendirinya.
 Kolaborasi
Strategi ini merupakan win-win solution. Kedua unsur
yang terlibat menetukan tujuan bersamadan bekerja
sama dalam mencapai tujuan. Strategi ini tidak tidak
akan berjalan bila kompetinsi insentif sebagai bagian
dari situasi tersebut, kelompok terlibat tidak mempunyai
kemampuan dalam menyelesaiakn masalah dan tidak
adanyan kepercayaan dari kedua kelompok / seseorang.
(Bowditch & Buono, 1994).
 FRUSTRASI/BUNUHNDIRI  RUJUK / SEMAKIN MESRA
 PERKELAHIAN  TUMBUH PERSATUAN
 PERUSAKAN  TUMBUH KEBERSAMAAN
 PERMUSUHAN  TUMBUH SALING PENGER-
 SALING JEGAL TIAN / SALING CINTA
 SUASANA MENCEKAM  SALING MEMPERBAIKI
 PERCERAIAN  SALING INTROSPEKSI
 PHK  PERSAINGAN SEHAT
 DLL  MEMICU PRESTASI, dll.
1. KEPUTUSAN YG BIJAKSANA
2. ADANYA VISI, MISI & STRATEGI PRSH YG JELAS DAN
DIPAHAMI BERSAMA SERTA ADANYA KOMITMEN BERSAMA
UNTUK MENCAPAI VISI & MELAKSANAKAN DG BAIK MISSI
DAN STRATEGI PERUSAHAAN
3. MENETAPKAN STANDARISASI & PEDOMAN KERJA
4. MEMBENTUK LEMBAGA KONSELING
5. MENEGAKKAN KETELADANAN & ETIKA (SALING
MENGHORMATI)
6. MEWUJUDKAN OPEN & PARTISIPATIVE MANAGEMENT
7. KOMITMEN MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN ORGANISASI
8. MENEGAKKAN KEBERSAMAAN
9. MENEPATI JANJI / KESEPAKATAN
10. DLL.
” Education is not for knowing
more But for behaving
differently”
(Ruskin)

Anda mungkin juga menyukai