Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT HIV/AIDS


KELOMPOK 5

DISUSUN OLEH :

1. HERU MARDIYONO
2. VERONICA WAROKKA
3. GLAUDIA TAHULENDING
4. NATALYA PURWANTO
5. KIMBERL KALIGIS
6. WINDA PUTRI SISWIMARTO
7. ZAGITHA PUNGUS
8. ANDREA SUMANTI
9. FABELLA SAMPOUW

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


2020
KATA PENGANTAR
Puji SyukurKami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas Izinnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Penyakit HIV/AIDS”
ini merupakan salah pokok bahasan dalam mata kuliah Trend Issu semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan mengetahui cara pencegahannya.
Kami menyadari dalam penuliasan makalah ini, masih banyak kekurangan maupun
kesalahan. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
sifatnya membangun.
Akhornya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
menyusun makalah ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Konsep HIV/AIDS..........................................................................................................................6
2.2 Trend dan Isu Keperawatan HIV/AIDS.......................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data Dirjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2016, masalah HIVAIDS
Triwulan IV (Oktober sampai Desember) jumlah penderita HIV sebanyak 13.287 orang.
Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus HIV tahun 2016 didapatkan tertinggi pada
usia 25 – 49tahun (68%), diikuti kelompok umur 20–24tahun (18,1%), dan kelompok
umur50 tahun (6,6%). Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks
berisiko pada heteroseksual (53%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (35%), lain-lain (11%) dan
penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (1%).Sedangkan jumlah penderita
AIDS sebanyak 3.812 orang. Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus AIDS tahun
2016 didapatkan tertinggi pada usia 30-39 tahun (35,3%), diikuti kelompok umur 20-29
tahun (32,3%) dan kelompok umur 40-49 tahun (16,2%). Persentase faktor risiko AIDS
tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (71,9%), homoseksual (Lelaki
Saks Lelaki) (21,3%), perinatal (3,6%), dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada
penasun (2,5%). Rasio HIV dan AIDS antara laki laki dan perempuan adalah 2:1
(Kemenkes, 2016).
Kasus HIV/AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987 sampai
Desember 2016, kasus HIV/AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507 kabupaten/kota di
seluruh provinsi Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya HIV-AIDS adalah
Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Baret pada
Tahun 2012.Prevelensi HIV/AIDS pada tahun 2016 cenderung meningkat dari tahun
sebelumnya. Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 67,9% dan perempuan 31,5%.
Sementara itu 0,6% tidak melaporkan jenis kelamin. Jumlah AIDS terbanyak dilaporkan
dari Jawa Timur (16.911), Papua (13.398), DKI Jakarta (8.648), Bali (6.803), Jawa Tengah
(6.444), Jawa Barat (5.251), Sumatera Utara (3.897), Sulawesi Selatan (2.812), Kalimantan
Barat (2.567), dan NTT (1.954). Faktor risiko penularan terbanyak melalui heteroseksual
(67,8%), penasun (10,5%), diikuti homoseksuai (4,1%), dan penularan melalui peninatal
(3%)(Kemenkes RI, 2016). Pada tahun 2016 trend penyebaran kasus HIV/AIDS yang
paling banyak yaitu LSL (lelaki suka lelaki) (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016).
Berdasarkan masalah yang muncul di atas maka kelompok sepakat untuk
mendiskusikan Trend dan Issue HIV AIDS dengan judul resiko tinggi terjadinya infeksi
HIV/ AIDS pada homoseksual.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah HIV/AIDS
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui etiologi dari HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui manifestasi dari HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui cara penularan dari HIV/AIDS
5. Untuk mengetahui trend dan isu keperawatan HIV/AIDS

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa itu definisi dari HIV/AIDS ?
2. Apa saja etiologi dari HIV/AIDS ?
3. Apa saja manifestasi dari HIV/AIDS ?
4. Bagaimana cara penularan dari HIV/AIDS ?
5. Bagaimana trend dan isu keperawatan HIV/AIDS di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep HIV/AIDS


a. Definisi
HIV ( Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan
AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya
ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro),
yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,
membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi. AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV
dalam tubuh makhluk hidup.Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan
sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.Penyakit AIDS disebabkan oleh
melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel
CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV(Widoyono,2005).
Human Immunodefisiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan
kerusakan sistem imun dan mneghancurkannya. HIV menginfeksi tubuh dengan periode
inkubasi yang panjang sehingga menyebabkan timbulnya tanda & gejala AIDS
(Nursalam, 2011).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome ) dapat diartikan sebagai
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefisiency Virus) yang termasuk famili
retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Setiati, 2015).
b. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier
dan kawan-kawan di Prancis (1983) dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus
(LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat (1984) mengisolasi (HIV) III. Kemudian
atas kesepakatan internasional (1986) nama virus dirubah menjadi HIV.Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau
melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T,
karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD 4. Didalam sel limposit
T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam
sel dalam keadaan inaktif. Walaupun demikian, virus dalam tubuh pengidap HIV selalu
dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup
penderita tersebut(Nursalam, 2011).
Bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk
virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan
mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, dll, tetapi
relatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.Virus HIV hidup dalam darah, saliva,
semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV juga ditemukan dalam sel monosit,
makrotag dan sel glia jaringan otak (Nursalam, 2011).
c. Manifestasi Klinis
Menurut Setianti (2015) tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita
AIDS umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati
pada penderita penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Rasa lelah dan lesu
2) Berat badan menurun secara drastis
3) Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
4) Mencret dan kurang nafsu makan
5) Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6) Pembengkakan leher dan lipatan paha
7) Radang paru
8) Kanker kulit
d. Cara Penularan HIV/AIDS
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit
yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar
kuman dan tempat masuk kuman (port’d entrée). Virus HIV sampai saat ini terbukti
hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV
sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa
virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya cairan sperma, cairan vagina atau
servik dan darah penderita. Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV,
namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui :
1. Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heteroseksual
merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini
berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan
dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV
tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan
seks. Orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan
kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
a. Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas
homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua
golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku
seksual dengan resikotinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual
yang pasif menerima ejakulasi cairan sperma dari seseorang pengidap HIV. Hal
ini sehubungan dengan mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali
mengalami pertukaran pada saat berhubungan secara anogenital.
b. Heteroseksual
Cara penularan utama melalui hubunganheteroseksual pada promiskuitas
dan penderita terbanyak adalah kelompokumur seksual aktif baik pria maupun
wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.
2. Transmisi Non Seksual
a. Transmisi Parental
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya(alat tindik)
yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaannarkotik suntik yang
menggunakan jarum suntik yang tercemar secarabersama-sama. Disamping
dapat juga terjadi melaui jarum suntik yangdipakai oleh petugas kesehatan tanpa
disterilkan terlebih dahulu.
b. Darah/Produk Darah
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara –
negarabarat dan di negara – negara lainnya. Misalnya pada saat donor darah,
darah tidak di periksa terlebih dahulu dan ternyata darah terinfeksi HIV maka
akan mudah terinfeksi HIV. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi darah
adalah lebihdari 90%.
c. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai
resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan
sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan dengan
resiko rendah (Nursalam, 2011).
e. Dampak Penyakit HIV/AIDS
1. Dampak Biofisik : Merusak system kekebalan tubuh
2. Dampak Psiko : Sering merasa kesepian, depresi, syok, tidak percaya diri,
Berpengharapan, marah,duka, dan takut.
3. Dampak sosial : Masyarakat menjauhi pengidap karena takut tertular
4. Dampak Spiritual : Pasien tidak bisa beribadah di tempat ibadah bersama orang
Orang lain dikarenakan penyakit yang di idap.
5. Dampak Budaya : Dampak yang terjadi dari virus ini adalah seharusnya
Pergaulan Bebas harus di hilangkan yang dapat
menyebabkan
Virus ini.

2.2 Trend dan Isu Keperawatan HIV/AIDS


a. Trend Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia
Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai
bidang yang meliputi.
1) Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja dengan Peer Group
Remaja merupakan masa dimana fungsi reproduksinya mulai berkembang, hal ini
akan berdampak pada perilaku seksualnya. Salah satu perilaku seksual yang rentan
akan memberikan dampak terjadinya HIV/AIDS yaitu seks bebas. Saat ini sedang
dikembangkan model ”peer group” sebagai salah satu cara dalam meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksinya dengan harapan
suatu kelompok remaja akan dapat mempengaruhi kelompok remaja yang lain.
Metode ini telah diterapkan pada lembaga pendidikan, baik oleh Depkes maupun
lembaga swadaya masyarakat. Adapun angka kejadian AIDS pada kelompok remaja
hingga Juni 2008 adalah sebesar 429 orang dan 128 orang remaja mengidap
AIDS/IDU. Hal ini akan sangat mengancam masa depan bangsa dan negara ini.
Diharapkan dengan metode Peer Group dapat menurunkan angka kejadian, karena
diyakini bahwa kelompok remaja ini lebih mudah saling mempengaruhi.
2) One Day Care
Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan perawatan
lebih dari satu hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan perawatan, pasien
boleh pulang. Biasanya dilakukan pada kasus minimal. Berdasarkan hasil analisis
beberapa rumah sakit, di Indonesia didapatkan bahwa metode one day care ini dapat
mengurangi lama hari perawatan sehingga tidak menimbulkan penumpukkan pasien
pada rumah sakit tersebut dan dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga
dapat berdampak pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal
mungkin.
b. Isu Etik Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia
1) Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan
informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini,
menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas
kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral
dari telemedicine atau telehealth).
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif
dalam perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal
itu memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat
waktu dan memberikan dukungan secara langsung (online). Kesinambungan
pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak yang sering antara
penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek.
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait
dengan beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus
penyakit kronik dan lansia, sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah
terpencil, rural, dan daerah yang penyebaran pelayanan kesehatan belum merata.
Dan keuntungannya, telenursing dapat menjadi jalan keluar kurangnya jumlah
perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh, menghemat waktu
tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat dan jumlah
pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.
2) Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi luka
sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang
menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan larutan
povidoneiodine yang telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%.
Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih menimbulkan beberapa kontroversi
karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam
pengenceran betadine.
3) Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter. Ada beberapa pendapat bahwa
perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam kenyataannya yang
melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai area abu-abu. Apabila
ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri sesuai
dengan seni dan keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kerusakan integritas kulit.
c. Komunitas HIV/AIDS Di Indonesia
KOMUNITAS BERBAGI HIDUP (KBH) adalah komunitas yang terdiri atas
orang dewasa dengan status ODHA dan anak-anak yang terpapar HIV serta orang-orang
yang peduli terhadap HIV-AIDS. Upaya keseharian yang dilakukan adalah
mempersiapkan mental para ODHA dan anak-anak yang terpapar HIV untuk
menyongsong hari depan mereka..
Pada awal nya organisasi ini didirikan oleh para pemuda gereja yang aktif dalam
kegiatan di Komisi Pemuda PGI Wilayah DKI Jakarta. Di bawah payung Komisi
Pemuda PGI Wilayah DKI Jakarta, KBH mampu merangkul kaum muda gereja untuk
peduli terhadap kesulitan hidup yang dihadapi para ODHA. Alhasil, kepedulian tersebut
membawa dampak positif di mana para ODHA merasakan sentuhan kasih dari KBH
karena KBH menerima mereka dengan tidak memberi stigma dan tidak melakukan
diskriminasi. Para ODHA merasa dihargai keberadaannya sebagai manusia yang
memiliki dejarat yang sama di mata Tuhan. Syukur lah, hal itu tidak hanya dirasakan
oleh para ODHA yang beragama Kristen, tetapi juga mereka yang beragama lain. Di
situlah KBH menjadi organisasi yang bersifat lintas agama.
KBH tidak hanya melakukan kegiatan sosialiasi, penyampaian informasi, dan
edukasi tentang HIV/AIDS, tetapi juga telah menjangkau kegiatannya dengan
melakukan pendidikan dan pendampingan kepada anak-anak yang terpapar HIV dan
ODHA melalui kegiatan sekolah ceria. Melalui dukungan dan kerjasama dengan RPK
dan Lentera Anak Pelangi dari Unika Atmajaya, Sekolah Ceria dapat dijalankan satu
kali sebulandi gedung RPK lantai 3. Sekolah Ceria sudah berjalan 2 tahun lebih sejak
2009 hingga 2012, tetapi pada 2011 mengalami kevakuman selama 1 tahun karena ada
renovasi gedung RPK di lantai 3.
BANDA ACEH - Dalam sepuluh tahun terakhir sejak 2004 hingga Oktober 2014,
HIV/AIDS di Aceh mencapai 303 kasus. Dari jumlah tersebut, 94 penderitanya
meninggal dunia. Sedangkan kabupaten/kota tertinggi terjangkitnya virus itu adalah
Aceh Utara dengan 33 kasus, disusul Aceh Tamiang 32 kasus, Bireuen dan Banda Aceh
masing-masing 27 kasus, dan Lhokseumawe 23 kasus.
Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Aceh, dr Ormaia Nja’
Oemar MKes mengatakan, HIV/AIDS banyak terjadi akibat penyimpangan seksual
yang dilakukan lelaki saat bertugas di luar daerah dan kemudian ditularkan ke istrinya
melalui hubungan seksual. Sehingga, virus itu tidak hanya berdampak pada istri tapi
juga anak yang sedang dikandung atau disusui.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Human Immunodefisiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan kerusakan
sistem imun dan mneghancurkannya. HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang
panjang sehingga menyebabkan timbulnya tanda & gejala AIDS (Nursalam, 2011).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome ) dapat diartikan sebagai kumpulan
gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
virus HIV (Human Immunodefisiency Virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Setiati, 2015).

3.2 Saran
Setelah mengetahui pengetahuan tentang Trend dan Isu Keperawatan HIV/AIDS yang
telah diuraikan dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahaminya, karena
sangat penting dalam bidang.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi pembaca,
baik bagi tenaga kesehatan dan khususnya bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan secara professional.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam., Kurniawati &Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Widoyono.2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan pencegahan dan pemberantasannya..
Jakarta: Erlangga Medical
Setiati, Siti. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta: InternaPubishing.
https://www.halodokter.com

Anda mungkin juga menyukai