Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH MODEL KEMITRAAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT


Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas
semester V tahun ajaran 2017/2018

Disusun Oleh :
1. Siti Nur L (P1337420615025)
2. Eka Amelia S (P1337420615026)
3. Lina Nur L (P1337420615027)
4. Ulfa Rahma U (P1337420615028)
5. Fayruz Zahrotin N (P1337420615029)
6. Fadhilah Rosyid (P1337420615031)
7. Yuni Devi L (P1337420615033)
8. Elvera Dwi A (P1337420615034)
9. Diah Ayu R (P1337420615035)
10. Yuniar Dewi A (P1337420615036)
11. Nahfi Luthfiati (P1337420615037)

PRODI D IV KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017
A. Model kemitraan keperawatan komunitas

Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan


selama ini masih memperlihatkan adanaya ketidaksesuaian antara pendekatan
pembangunan kesehataan masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat
yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang diharapkan.
Meskipun di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya
adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya. Oleh karena itu, pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki
perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat (termasuk
perawat komunitas) perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-
program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.
Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang banyak
digali aadalah kemamapuan perawat komunitas dalam membangun jejaring
kemitraan di masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama dengan
elemen lain dalam masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang memiliki
pengaruh signifikan pada keberhasilan program pembangunan kesehtan
masyarakat (Kahan dan Goodstadt, 2001).
Pada bagian lain, Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat kemunitas
memiliki tugas yang sangat penting untuk membangun dan membina kemintraan
dengan anggota masyarakat. Bahkan Ervin mengatakan bahwa kemitraan
merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya
yang perlu di optimalkan (community as resource), dimana perawat komunitas
harus memiliki keterampilan memahami dan bekerja bersamaan anggota
masyarakat dalam menciptakan perubahan dimasyarakat.
Terdapat lima model kemitraan yang dapat diaplikasikan. Model kemitran
tersebut antara lain kepemimpinan (manageralism) (Rees, 2005), pluralisme baru
(new-pluralism), radikalisme berorientasi pada negara (state-oriented radicalism),
kewiraushaan (entrepreneurism), dan membangun gerakan (movement-building)
(Batsler dan Randall, 1992). Berkaitan dengan praktik keperawatan komunitas
diatas, maka model kemitraan yang sesuai untuk mengorganisasi elemen
masyarakat dalam upaya pengembangan derajat kesehtaan masyarakat dalam
jangka panjang adalah model kewirausahaan (entrepreneurialism).
Model kewirausahaan memiliki dua prinsip utama, yaitu prinsip otonomi
(autonomy)- yang kemudian diterjemahkan sebagai upaya advokasi masyarakat-
dan prinsip penentuan nasib sendiri (self-determination)-yang selanjutnya
diterjemahkan sebagai prinsip kewirausahaan. Model kewirausahaan memiliki
pengaruh yang strategis pada pembangunan model praktik keperwatan komunitas
dan model kemitraan dalm pengorganisasian pengembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia.
Praktik keperawatan mandiri atau kelompok hubungannya dengan anggota
masyarakat dapat dipandang sebagai institusi yang memiliki dua misi sekaligus,
yaitu sebagai institusi ekonomi dan institusi yang dapat memberikan pembelaan
pada kepentingan masyarakat terutama berkaitan dengan asas keadilan sosial dan
asas pemerataan bidang kesehatan. Oleh karenanya, praktik keperwatan sebagai
institusi sangat terpengaruh dengan dinamika perkembangan masyarakat
(William, 2004: Korsching dan Allen, 2004) dan perkembangan kemasyarakatan
tentunya juga akan mempengaruhi bentuk dan konteks kemitraan yang berpeluang
dikembangkan (Robinson, 2005) sesuai dengan slogan National Council for
Voluntary Organization (NCVO) yang berbunyi, “ New Times, New Challeges”
(Batsler dan Randall, 1992).
Pada bagian ini, saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan
pola permintaan pelayanan kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari
pelayanan kesehatan tradisional di rumah sakit beralih ke pelayanan keperawatan
di rumah disebabkan karena terjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan yang
cukup besar dibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b; Sharkey, 2000;
MacAdam, 2000). Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi perubahan
“paradigma sakit” yang menitikberatkan pada upaya kuratif kearah “paradigma
sehat” yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai
fokus pelayanan (Cohen, 1996). Sehingga situasi tersebut dapat dijadikan peluang
untuk mengembangkan praktik keperwatan komunitas beserta pendekatan
kemitraan yang sesuai di Indonesia.

B. Model pengembangan masyarakat


Menurut Hitchock, Seubert, dan Thomas (1999) fokus kegiatan promosi
kesehatan adalah konsep pemberdayaan (empowerment) dan kemitraan
(patnership). Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interkasi
transformatif kepada masyarakat, antara lain adanya dukungan, pemberdayaan,
kekuatan, ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru.
Sedangkan, kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerjasama antara dua
pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005).
Partisipasi klien (masyarakat) dikonseptualisasikan sebagai peningkatan
inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan
kesehtan dan kesejahteraan (Mapanga dan Mapanga, 2004 ), pemberdayaan,
kemitraan, dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar. Perawat
spesialis komunitas ketika menjadi suatu kemitraan dengan masyarakat maka ia
juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat, bukan “bekerja untuk”
masyarakat. Oleh karena itu, perawat spesialis komunitas perlu memberikan
dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi
masyarakat (Yoo dkk, 2004).
Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas, kepemimpinan, dan partisipasi masyarakat (Nies dan
McEwan, 2001), namun perawat spesialis komunitas perlu membangun dan
membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait (Robinson, 2005)
misalnya dengan profesi kesehatan lainnya, penyelenggara pemeliharaan
kesehatan, pukesmas, donatur atau sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat,
dan tokoh masyarakat.
Model kemitraan keperwatan komunitas dalam mengembangkan kesehatan
masyarakat merupakan suatu paradigma yang memperlihatkan hubungan antara
beberapa konsep penting, tujuan, dan proses dalam tindakan pengorganisasian
masyarakat yang difokuskan pada upaya peningkatan kesehatan (Hickman, 1995
dalam Nies McEwan, 2001). Konsep utama dalam model tersebut adalah
kemitraan, kesehatan masyarakat, nilai dan kepercayaan yang dianut,
pengetahuan, partisipasi, kapasitas dan kepemimpinan yang didasarkan pada
pelaksanaan prinsip-prinsip kewirausahaan, dan advokasi masyarakat.
Tujuan dari penggunaan model pengembangan masyarakat adalah (1) agar
individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan serta aktif dalam
setiap tahapan proses keperawatan dan, (2) terjadi perubahan perilaku
(pengetahuan, sikap, dan tindakan) serta timbulnya kemandirian masyarakat yang
dibutuhkan dalam upnaya peningkatan, perlindungan, dan pemulihan status
kesehatannya di masa mendatang (Niis dan McEwan, 2001; Green dan Kreuter,
1991).
Menurut Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas adalah
meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional klien (komunitas) melalui
pengembangn kognisi dan kemampuan merata dirinya sendiri. Pengembangan
kognisi dan kemampuan masyarakat difokuskan pada daya guna aktivitas
kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri dan adaptasi masyarakat
terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan
partisipasi aktif masyarakat.
Perawat komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi
sebagai suatu mekanisme peningkatan peran aktif masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi upaya kesehatan
masyarakat. Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangakan
model keperwatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra
(Community as patner). Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip
pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaran pengkajian
masyarakat pada puncak model yang menekankan anggota masyarakat sebagai
pelaku utama pembangunan kesehatan, dan (2) proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai