Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN KOMUNITAS

TREN DAN ISSU

PENINGKATAN CAKUPAN SERTA MUTU IMUNISASI

OLEH

KELOMPOK 1

Cok Istri Novia Trisna Angga Dewi (183222903)

Devira Pradnya Pratisista (183222904)

Dewa Ayu Lilik Saraswati (183222905)

Febi Pramita Lestari (183222906)

Gek Fitrina Dwi Sariasih (183222907)

Gusti Ayu Indah Puspa Ranni (183222908)

I Dewa Ayu Agung Yuli Umardewi (183222909)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami Panjatkan Kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Karena Berkat Rahmat-Nya Kami Dapat Menyusun dan Menyelesaikan Makalah
Ini Dengan Baik Dan Tepat Waktu. Makalah Ini Membahas Trend dan Issu dalam
Peningkatan Cakupan Serta Mutu Imunisasi, Sehingga Mampu Mencapai Hasil
Yang Terbaik Dalam Mengatasi Masalah Pada Imunisasi. Ini Disusun Dengan
Berbagai Kajian Pustaka, Dalam Pembuatan Makalah Ini. Kami Berterima kasih
Kepada Pihak Yang Ikut Menyusun Makalah Ini.
Kami Menyadari Bahwa Makalah Ini Masih Banyak Kekurangan. Oleh
Karena Itu, Kami Mengharapkan Kritik Dan Saran Dari Pembaca. Kritik Dan Saran
Yang Diharapkan Bersifat Konstruktif Yang Dapat Menyempurnakan Makalah
Selanjutnya.

Denpasar, November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 5
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 6
1.3 TUJUAN ....................................................................................................... 7
1.3.1 TUJUAN UMUM ................................................................................... 7
1.3.2 TUJUAN KHUSUS ................................................................................ 7
1.4 MANFAAT ................................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 9
2.1 PENGERTIAN IMUNISASI ........................................................................ 9
2.2 TUJUAN IMUNISASI ................................................................................ 10
2.2.1 TUJUAN UMUM ................................................................................. 10
2.2.2 TUJUAN KHUSUS .............................................................................. 10
2.3 SASARAN PROGRAM IMUNISASI ........................................................ 12
2.4. JADWAL IMUNISASI PROGRAM ......................................................... 12
2.5 MANFAAT IMUNISASI............................................................................ 12
2.6 JENIS IMUNISASI ..................................................................................... 13
2.6.1 Imunisasi Aktif ..................................................................................... 13
2.6.2 Imunisasi Pasif ...................................................................................... 13
2.7 JENIS-JENIS VAKSIN IMUNISASI DASAR .......................................... 14
2.8 DAMPAK JIKA TIDAK MELAKUKAN IMUNISASI ............................ 14
2.9 TINGKAT IMUNITAS PADA ANAK BALITA DENGAN IMUNISASI
LENGKAP ........................................................................................................ 16
2.10 PENGALAMAN EFEK SAMPING ........................................................ 16
2.11 METODE STRATEGIS ............................................................................ 17
2.12 ALASAN ANAK TIDAK IMUNISASI ................................................... 17
2.13 MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI (EPI) ...................................... 18
2.14 KONSEP CAKUPAN DAN MUTU PELAYANAN IMUNISASI.......... 19
2.15 PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN MUTU IMUNISASI
........................................................................................................................... 19
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 22
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 22
3.2 SARAN ....................................................................................................... 22

3
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD
1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan
ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu
yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban
ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara
penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak
mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan
pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit
menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya
penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam
waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif. Salah satu strategi
pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan “Indonesia Sehat ” adalah
menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap
upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap
terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Sebagai acuan
pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu
pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya
pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit
(preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif)
dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan
berkesinambungan.
Soal imunisasi, kejadian luar biasa difteri dan campak yang baru-baru ini
terjadi membuat pemerintah harus kembali menganalisa terkait cakupan
imunisasi yang telah dilakukan, mutu atau kualitas vaksin yang ada, serta
kekuatan surveilans di berbagai daerah.

5
Namun demikian, cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada 2015
hingga 2017 mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, pada 2015 cakupan
imunisasi secara nasional mencapai 86,5%, pada 2016 mencapai 91,6%, dan
pada 2017 mencapai 92,4%.
Usulan penajaman program penting dilakukan, yaitu berupa peningkatan
cakupan imunisasi, edukasi kepada masyarakat dan advokasi pada pimpinan
wilayah, dan membangun sistem surveilans yang kuat untuk deteksi kejadian
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun
1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi
dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio,
tetanus serta hepatitis B.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi
kedalam penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung
dengan kemajuan yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus,
Japanese encephalitis, dan lain-lain). Beberapa jenis vaksin dapat digabung
sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi,
mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan
untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi
sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien
dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan
anak, ibu serta masyarakat lainnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang penulis angkat adalah :
1. Bagaimana Trend an Issue dari Peningkatan Cakupan Serta Mutu
Imunisasi?

6
2. Apa pengertian dari Imunisasi?
3. Apa saja tujuan dari imunisasi?
4. Apa saja sasaran dari program imunisasi?
5. Kapan jadwal imunisasi diberikan?
6. Apa saja manfaat dari imunisasi?
7. Apa saja jenis dari Imunisasi?
8. Apa saja dampak jika tidak melakukan imunisasi
9. Bagiamana tingkat imunitas imunisasi pada balita?
10. Apa saja efek setelah diberikan imunisasi?
11. Apa saja yang alas an anak tidak diimunisasi?
12. Bagaimana upaya manajemen program yang dilakukan?
13. Bagaimana konsep dan cakupan mutu imunisasi?
14. Apa saja peran perawat dalam imunisasi?

1.3 TUJUAN
1.3.1 TUJUAN UMUM
Agar penulis mampu mempelajari trend dan isu dalam peningkatan cakupan
serta mutu imunisasi.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS


Mengetahui trend dan isu dalam pelayanan keperawatan komunitas tentang
peningkatan cakupan serta mutu imunisasi.

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Aplikatif : Bagi instansi kesehatan merupakan informasi yang diperoleh


dapat digunakan sebagai pertimbangan/masukan oleh instansi kesehatan di
dalam melakukan penelitian mengenai trend dan isu tersebut.
2. Keilmuan : Sebagai sumbangan pemikiran yang sangat diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembaca agar dapat mengetahui Trend dan Issu
Keperawatan Komunitas serta mampu menjadi perawat professional di
masyarakat.
3. Bagi kelompok sendiri : makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang

7
diperoleh khususnya dalam trend dan isu keperawatan komunitas, serta
mampu menjadi perawat komunitas yang professional dengan mengetahui
trend dan isu keperawatan komunitas yang berkembang saat ini.

8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan,
dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi (Syah,
2014).
Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau diminum (oral).
Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi
membentuk antibodi. Reaksi ini sama seperti jika tubuh kemasukan virus atau
bakteri yang sesungguhnya. Antibodi selanjutnya akan membentuk imunitas
terhadap jenis virus atau bakteri tersebut.
Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit-penyakit
menular yang bahkan bisa membahayakan jiwa. Di Indonesia, imunisasi bayi dan
anak dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama berisi jenis imunisasi yang
diwajibkan oleh pemerintah melalui program pengembangan imunisasi (PPI).
Kelompok imunisasi yang diwajibkan ini dibiayai seluruhnya oleh pemerintah.
Oleh karena itu vaksin-vaksin tersebut bisa diperoleh masyarakat luas secara gratis
di Puskesmas dan Posyandu. Kelompok kedua adalah vaksin-vaksin yang
dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis vaksin dalam
kelompok ini belum diwajibkan pemerintah.
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit.
Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun
aktif (Satgas IDAI, 2008).
Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi
yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan di atas
ambang perlindungan. (Depkes RI, 2005).
Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan pasif disebut
imunisasi pasif dengan memberikan antibody atau faktor kekebalan pada seseorang
yang membutuhkan. Contohnya pemberian immunoglobulin spesifik untuk
penyakit tertentu misalnya immunoglobulin antitetanus untuk penderita tetanus.

9
Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh,
seperti kekebalan alami yang diperoleh janin dari ibu akan perlahan menurun dan
habis.
Kekebalan aktif dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen
secara alamiah atau melalui imunisasi. Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh
kekebalan aktif disebut imunisasi aktif dengan memberikan zat bioaktif yang
disebut vaksin dan tindakannya disebut vaksinasi. Kekebalan yang diperoleh
dengan vaksinasi berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif karena adanya
memori imunologis walaupun tidak sebaik kekebalan aktif yang terjadi karena
infeksi alamiah.
Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang
jika masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus memiliki
zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut
antibody. Zat anti terhadap racun kuman disebut antitoksin. Dalam keadaan
tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk antibody untuk
melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody tersebut
bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk ke
dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya (Satgas IDAI, 2011).
2.2 TUJUAN IMUNISASI
2.2.1 TUJUAN UMUM
Tujuan umum imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit
tersebut adalah difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), measles (campak), polio dan
tuberculosis (Amalia,2017)
2.2.2 TUJUAN KHUSUS
1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100%
desa/kelurahan pada tahun 2010.
2. Tercapainya ERAPO (Eradikasi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar
di Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar
pada tahun 2008.

10
3. Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal MNTE (Maternal
Neonatal Tetanus Elimination).
4. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak
turun pada tahun 2006.
5. Peningkatan mutu pelayanan imunisasi.
6. Menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection
practices).
7. Keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management).

11
2.3 SASARAN PROGRAM IMUNISASI
Sasaran program imunisasi mencakup:
1. Bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT, polio,
campak dan hepatitis-B.
2. Ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (Catin) untuk
mendapatkan imunisasi TT.
3. Anak sekolah dasar (SD) kelas 1, untuk mendapatkan imunisasi DPT.
4. Anak sekolah dasar (SD) kelas II s/d kelas VI untuk mendapatkan imunisasi
TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak SD kelas II dan kelas
III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005).

2.4. JADWAL IMUNISASI PROGRAM

2.5 MANFAAT IMUNISASI


Manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh


penyakit menular yang sering berjangkit.
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit.
3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
(Depkes RI, 2005).

12
2.6 JENIS IMUNISASI
2.6.1 Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah proses mendapatkan kekebalan dimana tubuh anak
sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun. Vaksin dibuat
“hidup dan mati”. Vaksin hidup mengandung bakteri atau virus (germ) yang tidak
berbahaya, tetapi dapat menginfeksi tubuh dan merangsang pembentukan antibodi.
Vaksin yang mati dibuat dari bakteri atau virus, atau dari bahan toksit yang
dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan disebut toxoid.
Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada anak adalah:
1. BCG, untuk mencegah penyakit TBC.
2. DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
3. Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.
4. Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).
5. Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.

2.6.2 Imunisasi Pasif


Imunisasi pasif adalah pemberian antibody kepada resipien, dimaksudkan
untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibody yang diberikan ditujukan untuk
upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri
maupun virus (Satgas IDAI, 2008).
Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan
antibody tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester pertama
kehamilan dan jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah
immunoglobulin G (LgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi
melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A (LgA).
Sedangkan transfer imunitas pasif secara didapat terjadi saat seseorang menerima
plasma atau serum yang mengandung antibody tertentu untuk menunjang kekebalan
tubuhnya.

13
2.7 JENIS-JENIS VAKSIN IMUNISASI DASAR
1. Vaksin BCG (Bacillius Calmette Guerine)
Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai cakupan
yang lebih luas, Kementerian Kesehatan RI menganjurkan pemberian BCG
pada umur antara 0-12 bulan.
2. Hepatitis B
Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis B merupakan
upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan
melalui transmisi maternal dari ibu pada bayinya.
3. DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)
Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan sebelum
umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu.
4. Polio
Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program pengembangan
imunisasi (PPI) sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan yang tinggi.
5. Campak
Dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam, pada umur 9
bulan.
2.8 DAMPAK JIKA TIDAK MELAKUKAN IMUNISASI
Berikut adalah 5 dampak jika bayi tidak imunisasi:
1. Penyakit TBC
Dampak jika bayi tidak imunisasi adalah terkenanya
penyakit Tuberculosis (TBC). Untuk mencegah penyakit TBC, bayi
sebaiknya diberikan imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG). Vaksin
BCG dapat diberikan sejak lahir, imunisasi ini bertujuan untuk memberikan
kekebalan terhadap tubuh. Untuk memberikan vaksin BCG pada bayi di atas
usia 3 bulan, ada baiknya dilakukan terlebih dahulu uji tuberkulin, dan BCG
dapat diberikan kepada bayi apabila hasil dari tuberkulin negatif.
2. Terjangkit Hepatitis B
Dampak jika bayi tidak imunisasi berikutnya adalah memungkinkan bayi
terjangkit infeksi hepatitis. Jenis penyakit ini salah satu penyakit yang dapat
menyebabkan kehilangan nyawa pada seseorang, sebab infeksi hepatitis

14
merupakan suatu infeksi virus pada hati. Virus Hepatitis B adalah virus
yang dapat membahayakan tubuh manusia. Apabila penyakit ini tidak
segera diatasi dapat menyebabkan kanker hati. Untuk dapat mencegah
penyakit ini, maka ada baiknya bayi diberikan imunisasi HB sesuai dengan
jadwal. Vaksin/imunisasi hepatitis B (HB) yang pertama harus diberikan
dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1
bulan dan 3 – 6 bulan. Jarak antara dua imunisasi hepatitis B minimal 4
minggu guna mencegah penyakit hepatitis B.
3. Tetanus
Banyak dari kita yang masih belum familiar dengan penyakit yang satu ini,
tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin
(racun). Racun inilah yang kemudian akan menyebar ke dalam tubuh dan
menggangu saraf, yang ditandai dengan meningkatnya tegangan dan
kekejangan otot sehingga otot akan menjadi kaku.
4. Terkena Radang Selaput Otak
Dampak jika bayi tidak imunisasi selanjutnya adalah memungkinkan bayi
terkena radang selaput otak. Radang selaput otak atau yang dikenal dengan
sebutan meningitis sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Jenis
penyakit ini dapat menjangkit siapa saja baik orang dewasa, anak-anak
maupun bayi. Agar bayi tidak terkena dengan penyakit meningitis, ada
baiknya dilakukan pencegahan dengan melakukan imunisasi HIB.
Vaksin/imunisasi HIB diberikan mulai usia 2 bulan dengan jarak pemberian
dari vaksin pertama ke vaksin lanjutannya adalah 2 bulan. Vaksin ini dapat
diberikan secara terpisah, ataupun melakukan kombinasi dengan vaksin
lain.
5. Polio
Dampak jika bayi tidak imunisasi berikutnya adalah terkena penyakit polio.
Penyakit polio merupakan sebuah infeksi virus yang sangat mudah menular
dan menyerang sistem saraf, khususnya pada bayi yang belum melakukan
vaksinasi polio. Penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan pada
seseorang, sebab virus ini menyerang sistem saraf pusat. Walaupun

15
imunisasi hingga saat ini masih mengalami pro dan kontra, karena
menyebabkan bayi mengalami demam sementara. Tetapi setidaknya ke-5
dampak jika bayi tidak imunisasi dapat teratasi.
2.9 TINGKAT IMUNITAS PADA ANAK BALITA DENGAN IMUNISASI
LENGKAP

2.10 PENGALAMAN EFEK SAMPING

16
2.11 METODE STRATEGIS
1. Pelayanan Imunisasi hari minggu pagi di PKDuntuk mendekatkan sasaran
pada pelayanan imunisasi,
2. Melaporkan jika ada KLB,
3. Membuat sasaran Imunisasi dengan perambuan imunisasi dan register
dipantau keberhasilannya dalam PWS setiap bulan,
4. Bekerjasama dengan lintas program maupun lintas sektoral,
5. Pelatihan Imunisasi,
6. Membuat perencanaan kegiatan imunisasi dengan perambuan di PKD.

2.12 ALASAN ANAK TIDAK IMUNISASI

17
2.13MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI (EPI)

18
2.14KONSEP CAKUPAN DAN MUTU PELAYANAN IMUNISASI

2.15 PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN MUTU IMUNISASI


1. Hubungan terapeutik
Penetapan hubungan terapeutik merupakan pondasi penting untuk
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat anak perlu
hubungan dengan anak-anak dan keluarganya dan harus dapat memisahkan
antara perasaan dan kebutuhan mereka. Keduanya, baik perawat maupun
keluarga di berdayakan, dan komunikasi yang terbuka dipertahankan.
2. Sebagai advocate keluarga
Sebagai advokat (pembela), perawat membantu anak-anak dan keluarga
mereka dalam menentukan berbagai pilihan yang diberi tahukan dan
bertindak dalam memberikan yang terbaik kepada anak. Advokasi itu
meliputi jaminan bahwa keluarga akanmengetahui semua pelayanan
kesehatan yang tersedia, di informasikan secara tepattentang pengobatan
dan prosedurnya, dilibatkan dalam perawatan anak, dan didoronguntuk
berubah atau mendukung praktik pelayanan kesehatan yang ada.
3. Pencegah penyakit/ promosi kesehatan
Setiap perawat yang terlibat dalam perawatan anak harus mempraktikkan
kesehatan preventif. Tanpa memperhatikan masalah yang telah di
identifikasi, peran perawat adalahuntuk merencanakan asuhan yang

19
mengembangkan setiap aspek pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan proses pengkajian seksama, masalah yang berhubungandengan
nutrisi, imunisasi, keamanan, perawatana gigi, perkembangan, sosialisasi
disiplinatau sekolah sering menjadi jelas.Pendekatan terbaik untuk
pencegahan adalah pendidikan dan pedoman antisipasi
4. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari advokasi dan prevensi
keluargadan merupakan suatu bidang yang perlu disiapkan dan dipraktikkan
oleh perawat dengan model peran kompeten, karena penyuluhan ini
melibatkan transmisi informasi pada tingkat pemahaman anak dan keluarga
dan kebutuhan mereka terhadap informasi.Sebagai pendidik yang elektif,
perawat berfokus pada pemberian penyuluhan kesehatanyang tepat dengan
umpan balik dan evaluasi yang tulus meningkatkan pembelajaran
5. Konseling
Perhatian pada kebutuhan emosi memerlukan dukungan dan kadang-
kadangkonseling. Dukungan dapat diberikan dengan cara: mendengar,
menyentuh, dankehadiran fisik. Sentuhan dan kehadiran fisik paling
menolong anak-anak karena cara inimemudahkan komunikasi nonverbal.
Secara optimal, konseling tidak hanya membantumengatasi krisis atau
masalah tetapi juga memampukan keluarga untuk mendapatkantingkat
fungsi lebih tinggi, harga diri lebih tinggi, dan hubungan yang lebih dekat.
6. Kolaborasi
Perawat sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan mengoordinasi
pelayanan keperawatan dengan aktifitas profesional lain. Konsep “Asuhan
Holistik”hanya dapat merealisasi melalui penyatuan pendekatan
interdisiplin menyadari kontribusidan keterbatasan individu pada perawatan
anak, perawat harus berkolaborasi denganspesialis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi.
7. Pengambil keputusan etik
Peran perawat sebagai anggota tim pelayanan kesehatan memastikan keikut
sertaan mereka didalam pengambilan keputusan etis kolaboratif. Perawat
secara rutinmenggunakan metode pemecahan masalah sistematis yang

20
dikenal sebagai proseskeperawatan, untuk memecahkan masalah klinis.
Masing-masing keputusan menurut perawat untuk mengumpulkan data
fisiologis dan psikososial, mengkaji nilai relevanyang diyakini keluarga dan
pasien, dan menggabungkan data tersebut ke dalam suatu rencacana asuhan.
Masing-masing aktivitas ini dalah suatu komponen penting dalam
pengambilan keputusan etis.
8. Peneliti
Perawat pelaksana harus berperan pada riset karena mereka adalah individu
yangmengamati respon manusia terhadap kesehatan dan kesakitan.
Penekanan saat ini padahasil yang dapat diukur untuk menentukan
efektifitas intervensi (sering kali dalamkaitannya dengan biaya) menuntut
agar perawat mengetahui apakah intervensi klinismenimbulkan hasil positif
untuk klien mereka. Tuntutan ini telah mempengaruhi tren saatini ke arah
praktik berdasarkan penelitian. Praktik berdasarkan penelitian menyiratkan
pertanyaan mengapa sesuatu efektif dan apakah ada pendekatan yang lebih
baik.
9. Perencanaan pelayanan kesehatanPerencanaan pelayanan kesehatan tidak
hanya melibatkan penyediaan layananyang baru tetapi juga meningkatkan
kualitas yang paling tinggi atas pelayanan yang ada.Keperawatan perlu
menjamin keunggulan profesinya sendiri melalui sertiap individuanggota,
yang berpraktik sesuai dengan Kode Etik Perawat dan Standar Praktik.
Standar Praktik adalah tingkat kinerja yang diharapkan dari seorang
profesional.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN

22
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Efran. 2014. Pengertian, Tujuan dan Jadwal Imunisasi Lengkap. Diperoleh
12 November 2018, dari https://www.medkes.com/2014/01/pengertian-
tujuan-dan-jadwal-imunisasi-lengkap.html

Amalia, Tika. 2017. Apa yang Dimaksud Dengan Imunisasai. Diperoleh 12


November 2018, dari https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-
imunisasi/13161/2

23

Anda mungkin juga menyukai