Anda di halaman 1dari 16

CULTURE CARE LEININGER DALAM KEPERAWATAN

(SUNRISE MODEL)

Mata Kuliah :

Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan

Disusun Oleh :

1. Mufidah Dwi Trisnawati (201901063)


2. Avita Maulidia (201901064)
3. Saidatus Salamah (201901065)
4. Widiawati (201901066)
5. Mahendra Kridan Yuana (201901067)
6. Wisnu Heydi Maulana (201901068)
7. Muhammad Andre Pratama (201901070)
8. Lulu Masruroh (201901071)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TINGKAT II KELAS B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami naikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Teori Culturecare Sunrise Model Leininger”
ini

Dalam penyusunan makalah ini, kami saling bertukar pikiran untuk membuatnya. Dalam
kesempatan ini kami ingin berterimakasih kepada dosen yang telah memberikan kami tugas ini,
agar membantu kami dalam mengetahui lebih dalam Teori Culturecare Sunrise Model Leininger
dengan mencari sendiri referensi yang kami butuhkan dan merampungkannya dalam sebuah
makalah dan tak lupa segala bantuan yang di berikan oleh dosen yang bersangkutan, yang telah
meluangkan waktunya walaupun beliau sangat sibuk dan memberikan kami bimbingan dalam
menyelesaikan makalah kami.

Kami menyadari betul bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami selaku penyusunan makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari dosen mata kuliah ini dan juga pembaca demi kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Mojokerto, 21 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah...................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORITIS............................................................................................................................6
A. Model Konsep Teori Keperawatan Leininger......................................................................................6
B. Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawaran Culture Care.......................................................9
C. Sunrise Model......................................................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................12
DESKRIFTIF TEORI DAN KASUS.....................................................................................................12
A. Aplikasi Model Konsep Dan Teori Keperawatan Menurut Madeliner Leinenger..............................12
1. Konsep awal......................................................................................................................................12
2. Proses asuhan keperawatan secara teoritis.........................................................................................12
BAB IV.....................................................................................................................................................14
ANALISA TEORI...................................................................................................................................14
A. Kelebihan..........................................................................................................................................14
B. Kelemahan.........................................................................................................................................14
BAB V.......................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan........................................................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Medeleine Leininger (lahir pada tanggal 13 Juli 1925 di Sutton, Nebraska,
Amerika Serikat dan meninggal di Omaha, Nebraska 10 Agustus 2012). Leininger adalah
perintis teori keperawatan, pertama kali diterbitkan pada tahun 1961. Kontribusinya
untuk teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu peduli. Terutama ia
mengembangkan konsep keperawatan transkultural, membawa peran faktor budaya
dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi tentang bagaimana terbaik hadir untuk
mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan. Dr. Medeleine Leininger menempuh
pendidikan dan gelar akademis berikut dengan judul Tahun 1945 mengambil program
diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver CO dan menyelesaikan pada tahun
1948, Tahun 1950 menyelesaikan pendidikan di St. Scholastica College dan mendapat
gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora dan BSN dari Benedictine,
College, Atchison, KS.M., Tahun 1953memperoleh MSc Keperawatan dari Catholic
University America, Washington DC., tahun 1954-1960, menjadi professor keperawatan
dan direktur program pasca sarjana di Universitas Cincinnati, Tahun 1965, menjadi
perawat pertama mendapat gelar Ph.D Doctor of Phylosophy (Antropologi budaya dan
sosial), Tahun 1966, di tunjuk sebagai profesor keperawatan dan antropologi di
University of Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural di
perkenalkan di dunia keperawatan. Tahun 1969-1974, sebagai dekan dan profesor Utah
University dan membuka program pertama untuk master dan dektoral transkultural
keperawatan.
Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State
University. Saat bekerja di sini Medeleine Leininger mendapat beberapa penghargaan,
antara lain: penghargaan bergengsi dari presiden dalam keunggulan dalam mengajar, -
The Board of Governor’s Distinguidhed Faculty Award, Gersheon’s Research Fellowship
Award. – Certified Transcultural Nurse CTN, - Perawat Transkultural Bersetifikat. –
FRCNA – Fellow of the Royal Collage of Nursing in Australia FRCNA.

4
Medeleine Leininger adalah seorang antropology perawat perintis. Menjabat
dekan dari University of washington, Sekolah Keperawatan pada tahun 1969, dia tetap
dalam posisi itu sampai 1974. Janjinya mengikuti perjalanan ke New Guinea pada tahun
1960 yang membuka matanya untuk kebutuhan perawat untuk memahami pasien dan
latar belakang budaya mereka dalam rangka untuk menyediakan perawatan. Dia dianggap
oleh beberapa orang sebagai “Magnet Mead keperawatan” dan diakui di seluruh dunia
sebagai pendiri keperawatan transkultural, sebuah program yang dia menciptakan di
Sekolah pada tahun 1974. Menjadi professor dan sekitar 70 perguruan tinggi, dia telah
menulis atau menyunting 27 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel, sekarang bisa
kita lihat sebagai arsip di Wayne State University digunakan juga sebagai bahan
penelitian. Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah
mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya adalah
keperawatan traskultural, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan
masa depan dunia keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan maka pokok permasalahan dari
makalah ini adalah ingin mengetahui apa itu teori Cultural Care Sunrise Model dari
Leininger

C. Tujuan Masalah
Makalah ini dibuat dengan tujuan memahami teori Cultural Care Sunrise Model dari
Leininger

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Model Konsep Teori Keperawatan Leininger


1. Pengertian
Medeliene Leininger adalah pelopor keperawatan transukultural dan seorang
pemimpin dalam keperawatan transkuktural serta teori asuhan keperawatan yang
berfokus pada manusia. Ia adalah perawat profesional pertama yang meraih
pendidikan doktor dalam ilmu antropologi sosial dan budaya. Dia lahir di Sutton,
Nabraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma
di “St. Anthony’s School of Nursing’ di denver
2. Asumsi dasar
Asumsi mendasari teori ini adalah perilaku caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan caring dikatan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umu
dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan
pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal
dimana ekspresi, struktyr dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat
dengan tempat lainnya.
3. Konsep utama teori keperawatan transkultural
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. Leininger
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Leininger mendefinisikan
keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari keperawatan yang berfokus
pada studi perbamdingan dan analisa perbedaan budaya serta bagian budaya di
dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat sakit dan
juga kepecayaan yang dimiliki oleh masyarakat.
Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
persamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan

6
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan , dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia.
Tujuan keperawatan transkultural ialah penggunaan keperawatan transkultural
adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga
tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang
spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma yang spesifik dan tidak dimiliki
oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang universal adalah nilai
atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua kultur seperti budaya
berolahraga membuat badan sehat, bugar, budaya minum teh dapat membuat
tubuh sehat.
Konsep utama dan definisi teori Leininger:
1) “Care” mengacu pada suatu fenomena abstrak dan kongkrit yang berhubungan
dengan pemberian bantuan, dukungan atau kemungkinan pemberian
pengalaman maupun perilaku kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya
dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi maupun cara hidup manusia.
2) “Caring” mengacu pada suatu tindakan dan aktivitas yang ditunjukkan secara
langsung dalam pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu
lain dan kelompok didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki
kondisi kehidupan manusia atau dalam menghadapi kematian
3) “Culture” kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan
transmisis nilai, keyakinan norma-norma dan gaya hidup dalam suatu
kelompok tertentu
4) “Culture Care” mengacu pada pembelajaran subjektif dan objektif dan
tranmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu individu lain maupun
kelompok untuk mempertahankan kesejahteraan mereka
5) “Culture Care Diversity” mengacu kepada suatu pengertian umum yang
memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola,
nilai-nilai, atau simbol-simbol perawatan di dalam maupun diantara suatu
perkumpulan

7
6) “Culture Care Universality” mengacu kepada suatu pengertian umum yang
memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola,
nilai-nilai, atau simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara kebudayaan
7) Keperawatan mengacu pada suatu pembelajaran humanistik dan profesi
keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena
keperawatan kebudayaan
8) “World View” mengacu pada cara pandang manusia dalam memelihara dunia
atau alam semesta
9) “Culture and social Strukture Demensions” mengacu pada suatu pola dinamis
dan gambaran hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari bentuk
kebudayaan
10) Lingkungan mengacu pada totalitas dan suatu keadaan, situasi atau
pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia dan
interaksi sosial
11) “Environment Contect, Languange & Etnohistory” mengacu pada keseluruhan
fakta-fakta pada waktu yang lampau, kejadian-kejadian dan pengalaman
individu, kelompok, kebudayaan serta institusi yang difokuskan kepada
manusia
12) “Generic Care System” sistem perawatan pada masyarakat tradisional
mengacu pada pembelajaran kultural dan transmisi dalam masyarakat
trandisional dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
13) Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara
kultural memiliki nilai dan paktek serta merefleksikan kemampuan individu
14) “Culture Care Amodation” teknik negosiasi atau akomodasi perawatan
kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan, fasilitas atau pembuatan
keputusan dan tindakan kreativitas profesional
15) “Culture Care Preservation” mempertahankan perawatan kultural mengacu
pada semua bantuan yang memungkinkan dapat menolong orang lain
16) “Culture Care Reppatering” restruktisasi perawatan transkultural membantu
klien untuk mengubah cara hidup mereka agar lebih baik

8
17) Curturally Congruent Care for Health perawatan kultural yang kongruen
mengacu pada kemampuan kognitif mengacu kepada kemampuan kognitif
untuk membantu

B. Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawaran Culture Care


1. Manusia
Adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan. Menurut Leininger manusia memiliki kemampuan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada.
2. Sehat
Adalah seluruh aktivitas yang dimiliki klien dalam engisi kehidupannya, terletak
pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola
kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara
keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
3. Lingkungan
Didefinisikan sebagai keseleruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas
kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berintekraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan simbolik
4. Keperawatan
Adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan atau mempertahankan
budaya, mengakomodasi budaya dan mengubah budaya klien.

C. Sunrise Model
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(sunrise model). Geisser menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien.
Pengelolaan dalam keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
9
Matahari terbit sebagai lambang atau symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk
memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan
struktur sosial untuk mempertimbangan arah yang membuka pikiran yang mana ini
dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki
berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara
umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis
hubungan. Garis putu-putus pada model ini mengindisikan sistem terbuka. Model ini
menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan dari budaya mereka
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak
tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger
adalah agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan lainnya.
Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang
akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan
tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan

10
suatu alat yang produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan
perawatan yang sejalan dengan kebudayaan serta penelitian ilmiah.
Penerapan teori Leininger (Sunrise Model) pada proses keperawatan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
- Pengkajian dan Diagnosis
Pengkajian diantara level satu, dua, tiga antara lain:
a. level satu: wordl view dan sosial system level
b. level dua: individual, families, group communities and institution in diserve
helath system
c. level tiga: folk system, professional system and nursing
- Perencanaan dan implementasi
Level empat: nursing care decition and action
Culture care presenvation/maintanance
Culture care Accomodation/negotiations
Culture Care Reppaterning/restructing
- Evaluasi
Dalam penerapan proses keperawatan, pengetahuan budaya harus dimiliki
sebelum mengidentifkasi kondisi klien. Pada level satu dikaji pengetahuan dan
informasi tentang struktur sosial dan pandangan dunia terhadap budaya klien.
Selanjutnya dibutuhkan informasi tentang bahasa dan lingkungan, teknologi,
agama, filosophi dan kebangsaan, sosial struktur, nilai budaya dan kepercayaan,
politik, legal sistem, ekonomi dan pendidikan. Pengetahuan ini dibutuhkan dalam
rangka mengaplikasikan keperawatan pada klien dalam konteks individu,
keluarga, kelompok, communitas dan institusional (level dua).
Penilaian terhadao nilai kepercayaan, tingkah laku klien, terhadap sistem
kesehatan diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan klien dalam rangka
merumuskan diagnosa keperawatan (level tiga). Selanjutnya setelah ditetapkan
suatu diagnosa keperawatan maka disusunlah perencanaan dan implementasi and
action. Sunrise model secara spesifik tidak menjabarkan evaluasi sebagai suatu
bagian khusus. Walaupun demikian teori transkultural nursing makna penting

11
dalam rangka pemenuhan kebutuhan perawatan yang memberikan keuntungan
bagi klien.

BAB III

DESKRIFTIF TEORI DAN KASUS

A. Aplikasi Model Konsep Dan Teori Keperawatan Menurut Madeliner Leinenger

1. Konsep awal
a) Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu atropologi, tapi konsep teori ini
relevan untuk keperawatan.
b) Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area yang luas
dalam keperawatan yang berfokus pada komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing
care dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan
perkembangan ilmu untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universal
dalam keperawatan.
c) Tujuan dari transkultur dalam keperawatan adalah kesaadaran dan aspresiasi
terhadap perbedaan kultur
d) Culture care adalah teori yang holistik karena meletakkan didalamnya ukuran
dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial
kultur, pandangan dunia, nilai cultural. Korteks lingkungan, ekspresi bahasa
dan etnik serta sistem professional.

2. Proses asuhan keperawatan secara teoritis


a) Pengkajian (assessment)
Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, komunitas, lembaga) perawat lebih dulu mempunyai
pengethuan mengenai pandangan dunia tentang dimensi dan budaya serta
struktur sosial yang berkembang diberbagai belahan dunia. Pengaruh
tersebut dipengaruhi 7 faktor :
 Teknologi (Technological Factor)

12
 Agama dan falsafah hidup (Religius and Philosofical Factor)
 Faktor sosial dan kekerabatan (Kinship and Sosial Factors)
 Nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
 Politik dan hukum (Polithical and Legal Factor)
 Ekonomi (Economical Factor)
 Pendidikan (Educational Factor)
b) Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)
Peran perawat pada transkultural nursing teori ini adalah menjabatani
antara system perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan system
perawatan professional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran
perawat digambarkan oleh Leininger seperti dibawah ini:
 Sistem generik atau seperti transkultural
 Asuhan keperawatan
 Sistem profesional
c) Tindakan keperawatan (Implementasi)
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap
memperhatikan 3 prinsip askep yaitu
 Culture care preservation/ maintenance
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena
budaya gua membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan
gaya hidup yang diinginkan
 Culture care accommodation/ negotiation
Prinsip membantu, memfasiltasi atau memperhatikan budaya yang
ada, yang mereflesikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi
atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien.
 Culture care repatterning/ restructuring
Prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang
lebih baik.

13
d) Evaluasi
Hasil akhir yang diperoleh mealui pendekatan keperawatan transkultural
pada asuhan keperawatan adalah tercapainya asuhan keperawatan yang
kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan sensitive,
kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan
dan kesejahteraan bagi klien

BAB IV

ANALISA TEORI

A. Kelebihan
 Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan
pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuan dengan latar belakang
budaya yang berbeda dengan cara perawat dapat menegosiasikan
 Penggunaan tri ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit sehingga
pasien bebas memilih alternaltif dan tindakan pengobatan yang ditawarkan.
 Penggunaan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
 Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan
praktek keperawatan.

B. Kelemahan
 Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan
hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model
ainnya.
 Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi
masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya
 Teori ini juga belum sepenuhnya bisa erubah persepsi klien karena menekankan
pada salah satu pilihan intervensi dalam melaksanakan tindakan.

14
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teori ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
mempertimbangkan aspek budaya, nilai-nilai, norma dan agama.
2. Teori ini dapat digunakan untuk melengkapi teori konseptual yang lain dalam
praktik asuhan keperawatan.
3. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
antropologi agar dapat memberikan ashan keperawatan yang baik.
4. Pelaksanaan teori Leininger memerlukan penggabungan dari teori keperawatan
yang lain yang terkait, seperti teori adaptasi, self care dan lain-lain.

B. Saran
Makalah yang kami buat belum sempurna, jadi apabila terdapat kesalahan yang kami
buat karena itu kami meminta pada pembaca agar menggali lebih banyak referensi
mengenai culture care sunrise model dari Leininger ini, karena bagi perawat sangatlah di
perlukan wawasan mengenai kultur sebelum memberikan asuhan kepada klien. Sekian
dari kami, sekali lagi semoga bermanfaat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Barbacsy, I. (2011). Physical activity and postpartum functional status in primiparous women,
Queens University kingston, Ontario, Canada (September, 2011)

Bani, S, (2011). The effect of continous and interrupted episiotomy repair on pain severity and
rate of perincal

Canavan (2012). Third and four degree perincal lacerations. Hand Book of Perincal Lacerations

16

Anda mungkin juga menyukai