Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FALSAFAH KEPERAWATAN

KONSEP TEORI MADELEINE M.LEININGER


Kelompok : 8 (Delapan)
1. Alif Maulana Syah (20200910100133)
2. Bahirotul Mustaghfiroh (20200910100018)
3. Devi Oktaviani (20200910100024)
4. Meisya Adelina Dewanti (20200910100123)
5. Putri Afrilia Istianti (20200910100071)
6. Zahra Nadira Putri (20200910100102)

Program Studi : Falsafah Keperawatan


Fakultas : Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2020

Jl.Cempaka Putih Tengah, Cemp. Putih, Kota Jakarta Pusat, Daerah


Khusus Ibukota Jakarta 10510. 021-4244016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya kepada kita semua berupa ilmu dan amal. Berkat rahmat dan karunianya pula,
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Teori Madeleine M.Leininger. Yang
insya allah tepat pada waktunya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu dosen mata pelajaran kuliah Falsafah Keperawatan
yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau,
mungkin penulis tidak akan dapat menyelesaikan sesuai dengan format yang telah ditentukan
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembanca demi kesempurnaan
makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan
pembacanya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Biografi Madeleine M.Leininger........................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Model Konsep Teori Keperawatan Leininger....................................................3
2.2 Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan Transkultural....................7
2.3 Proses Keperawatan ‘Transcultural Nursing’.....................................................8
2.4  Aplikasi Model Konsep Dan Teori Keperawatan.............................................9
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger......................11

BAB 3 PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Biografi Madeleine M.Leininger


Madeleine Leininger (lahir pada tanggal 13 Juli 1925 di Sutton, Nebraska,
Amerika Serikat dan meninggal di Omaha, Nebraska 10 Agustus 2012). Leininger
adalah perintis teori keperawatan, pertama kali diterbitkan pada tahun 1961.
Kontribusinya untuk teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu peduli.
Terutama, ia mengembangkan konsep keperawatan transkultural, membawa peran
faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi tentang bagaimana terbaik
hadir untuk mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan. Dr Madeleine Leininger
menempuh pendikan dan memegang gelar akademis berikut dengan judul Tahun 1945
mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver CO dan
menyelesaikanya pada tahun 1948, Tahun 1950 menyelesaikan pendidikan di St.
Scholastica College dan mendapat gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan
humaniora dan BSN dari Benedictine College, Atchison, KS.M., Tahun 1953
memperoleh MSc Keperawatan dari Catholic University America, Washington, DC.,
tahun 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca sarjana
di Universitas Cincinnati., Tahun 1965, menjadi perawat pertama mendapat gelar
Ph.D Doctor of Philosophy (Antropologi budaya dan sosial), Tahun 1966, di tunjuk
sebagai professor keperawatan dan antropologi di University of Colorado, di mana
untuk pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalakan di dunia keperawatan,
Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen antropologi di
University Of Washington school of Nursing, tahun 1974-1980, menjabat sebagai
dekan dan professor Utah University dan membuka program pertama untuk master
dan doktoral transkultural keperawatan.
Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State
University. Saat berkarya di sini Madeleine Leininger mendapat beberapa
penghargaan, antara lain : Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan
dalam mengajar, - The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award,
Gershenson’s Research Fellowship Award. - Certified Transcultural Nurse CTN -
Perawat Transcultural Bersertifikat. - FRCNA - Fellow of the Royal College of
Nursing in Australia FRCNA.
1

Madeline Leininger adalah seorang antropolog perawat perintis. Menjabat


dekan dari University of Washington, Sekolah Keperawatan pada tahun 1969, dia
tetap dalam posisi itu sampai 1974. Janji nya mengikuti perjalanan ke New Guinea
pada tahun 1960 yang membuka matanya untuk kebutuhan perawat untuk memahami
pasien dan latar belakang budaya mereka dalam rangka untuk menyediakan
perawatan. Dia dianggap oleh beberapa orang sebagai "Margaret Mead keperawatan"
dan diakui di seluruh dunia sebagai pendiri keperawatan transkultural, sebuah
program yang dia menciptakan di Sekolah pada tahun 1974. Menjadi professor dari
sekitar 70 perguruan tinggi, dia telah menulis atau menyunting 27 buku dan
menerbitkan lebih dari 220 artikel, sekarang bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne
State University digunakan juga sebagai bahan penelitian. Memberikan lebih dari 850
kuliah umum di seluruh dunia dan telah mengembangkan software sendiri untuk
perawat. Bidang keahliannya adalah keperawatan transkultural, perawatan manusia
komparatif, teori perawatan budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan,
antropologi dan masa depan dunia keperawatan.
Tahun 1969, Leininger menjadi Dekan dan Guru Besar Perawat dan mengajar
Antropologi di Universitas Washington (Seatle). Tahun 1974, menjadi Dekan dan
Guru Besar Perawat di Fakultas Keperawatan dan asisten Guru Besar Antropologi di
Universitas Utah (Salt Lake). Tahun 1981, direkrut Universitas Wayne State (Detroit)
dan menjadi Guru Besar Perawat dan asisten Guru Besar Antropologi dan menjadi
Direktur Keperawatan Transcultural sampai dengan pension tahun 1995. Tahun 1996,
Universitas Madonna memberikan penghargaan kepadanya atas dedikasinya dengan
meresmikan Leininer Book Collection dan membuat ruangan Membaca khusus untuk
koleksi buku-bukunya yang terkenal dibidang keperawatan, ilmu social dan
kemanusiaan.
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model Konsep Teori Keperawatan Leininger

1. Pengertian
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin
dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada
manusia. Ia adalah perawat professional pertama yang meraih pendidikan doktor dalam
ilmu antropologi sosial dan budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir
keperawatannya setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of
Nursing” di Denver.

2. Asumsi dasar
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan
dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan
sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia
yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur
dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

3.      Konsep Utama Teori Keperawatan Transkultural

Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. Leininger
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Leininger mendefinsikan keperawatan
transkultural sebagai bagian utama dari keperawatan yang berfokus pada studi
perbandingan dan analisa perbedaan budaya serta bagian budaya di dunia dengan tetap
menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat sakit dan juga kepercayaan yang
dimiliki oleh masyarakat.
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budayakepada manusia.
3

Tujuan keperawatan Transkultural ialah penggunaan keperawatan transkultural adalah


untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta
praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah
kultur dengan nilai-nilai norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti
bahasa. Sedangkan kultur yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan
dilakukan hampir oleh semua kultur seperti budaya berolahraga membuat badan sehat,
bugar; budaya minum teh dapat membuat tubuh sehat.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal
tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural
shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada
penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu
memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya. Budaya
yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan
transkultural, melalui tiga strategi intervensi yaitu mempertahankan, bernegosiasi dan
merestrukturisasi budaya.
Konsep utama dan definisi teori Leininger:
1)      “Care” mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan
dengan pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan pemberian pengalaman
maupun perilaku kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk
memperbaiki kondisi maupun cara hidup manusia.
2)       ”Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara
langsung dalam pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain dan
kelompok didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan
manusia atau dalam menghadapi kematian.
3)      “Culture” Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan
transmisis nilai, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok
tertentu yang memberikan arahan kepada cara berfikir mereka, pengambilan keputusan,
dan tindakkan dalam pola hidup.
4)      “Culture Care” (Perawatan kultural) mengacu kepada pembelajaran subjektif dan
objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu, mendukung,
memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain maupun kelompok untuk
mempertahankan kesjahteraan mereka, kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi
kehidupan manusia atau untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit,
rintangan dan juga kematian.
4

5)      “Cultural Care Diversity” (keragaman perawatan kultural) mengacu kepada


variabel-variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol
perawatan di dalam maupun diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap
pemberian bantuan, dukungan atau memampukan manusia dalam melakukan suatu
perawatan.
6)      “Cultural care universality” (Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada
suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling
dominan, pola-pola, nilai - nilai, gaya hidup atau symbol - simbol yang dimanifestasikan
diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas
atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain
(Terminlogy universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu
temuan statistik yang signifikan.
7)      Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi
keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia
yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau
memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam
suatu cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk
menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.
8)      “World View” (Pandangan dunia) mengacu kepada cara pandang manusia dalam
memelihara dunia atau alam semesta untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang
ditegakkan tentang hidup mereka atau lingkungan di sekitarnya.
9)      “Culture and Social Struktere Demensions” (Dimensi struktur sosial dan
budaya) mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran hubungan struktural serta
faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk kebudayaan yang meliputi keagamaan,
kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, nilai budaya dan faktor-faktor
etnohistory serta bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk
mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda.
10)  Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi
sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
11)   “Enviromental Contect, Languange & Etnohistory” mengacu kepada
keseluruhan fakta-fakta pada waktu yang lampau, kejadian-kejadian, dan pengalaman
individu, kelompok, kebudayaan serta suatu institusi yang difokuskan kepada
manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan dan menginterpretasikan cara
hidup manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam jangka waktu yang
panjang maupun pendek.
5

12)  “Generic Care System” Sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu


kepada pembelajaran kultural dan transmisi dalam masyarakat tradisional (awam)
dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan tradisonal yang diwariskan untuk
memberikan bantuan, dukungan atau memfasilitasi tindakan untuk individu lain,
kelompok maupun suatu institusi dengan kebutuhan yang lebih jelas untuk memperbaiki
cara hidup manusia atau kondisi kesehatan ataupun untuk menghadapi rintangan dan
situasi kematian.
13)  “Profesional Sistem” perawatan profesional mengacu kepada pemikiran formal,
pembelajaran, transmisi perawatan profesional, kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan
dihubungkan dalam pengetahuan dan keterampilan praktek yang berlaku dalam institusi
profesional biasanya personil multi disiplin untuk melayani konsumen.
14)  Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara
kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun
kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola
hidup
15)  “Culture Care Preservation/maintenance” Mempertahankan perawatan kultural
mengacu kepada semua bantuan, dukungan, fasilitas atau pengambilan keputusan dan
tindakan profesional yang memungkinkan yang dapat menolong orang lain dalam suatu
kebudayaan tertentu dan mempertahankan nilai perawatan sehingga mereka dapat
memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau menghadapi rintangan
mapun kematian.
16)  “Culture Care Acomodation/negotiation” tehnik negosiasi atau akomodasi
perawatan kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan, fasilitas, atau pembuatan
keputusan dan tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan yang menolong
masyarakat sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan
fihak lain untuk mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui
petugas perawatan yang professional
17)  Culture Care Repattering/restructuring Restrukturisasi perawatan transkultural
mengacu pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas atau keputusan dan tindakan
profesional yang dapat menolong klien untuk mengubah atau memodifikasi cara hidup
mereka agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan
dengan menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan budayanya.
18)  Culturally Congruent Care for Health, Well-being or Dying Perawatan kultural
yang konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk membantu, mendukung,
menfasilitasi atau membuat suatu keputusan dan tindakan yang dapat memperbaiki
kondisi individu, atau kelompok dengan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup yang
berbeda, yang bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.
6

2.2   Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan Transkultural


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara
pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan
yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).

1.      Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2.      Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam engisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan,
nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan
sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3.      Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.. Lingkungan fisik adalah lingkungan
alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman
padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak
pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur
sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk
dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik,
seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4.      Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

2.3    Proses Keperawatan ‘Transcultural Nursing’


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(sunrise model) seperti yang terlihat pada gambar. Geisser (1991) menyatakan bahwa
proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan
asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Matahari terbit sebagai lambang/symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk
memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan
struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang mana ini
dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki
berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum.
Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan.
Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini
menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari
budaya mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan
tidak tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh
Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan
profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien
atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga
masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien.
Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan panduan dalam
pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayan serta penelitian ilmiah.
Penerapan teori Leineger (Sunrise Model) pada proses keperawatan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Proses Sunrise Model
Keperawatan
Pengkajian dan Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi:
Diagnosis Level satu : World view and Social system level
Level dua : Individual, Families, Groups
communities   and  Institution in diverse health system
Level tiga :Folk system, professional system and nursing
Perencanaan dan Level empat : Nursing care Decition and Action
Implementasi  Culture Care Preservation/maintanance
 Culture Care Accomodation/negotiations
 Culture Care Repatterning/restructuring                        
Evaluasi
8

Dalam penerapan proses keperawatan, pengetahuan budaya harus dimiliki


sebelum mengideintifikasi kondisi klien. Pada level satu dikaji pengetahuan dan
informasi tentang struktur social dan pandangan dunia terhadap budaya klien.
Selanjutnya dibutuhkan informasi tentang bahasa dan lingkungan, teknologi, agama,
filosophi dan kebangsaan, sosial struktur, nilai budaya dan kepercayaan, politik, legal
sistem, ekonomi dan pendidikan. Pengetahuan ini dibutuhkan dalam rangka
mengaplikasikan keperawatan pada klien dalam konteks individu, keluarga, kelompok,
comunitas dan institusional (level dua).
Penilaian terhadap nilai kepercayaan, tingkah laku klien, terhadap sistem
kesehatan diperlukan  untuk mengidentifikasi kebutuhan klien dalam rangka
merumuskan diagnosa keperawatan (level tiga). Selajutnya setelah ditetapkan suatu
diangnosa keperawatan maka disusunlah perencanaan dan implementasi keperawatan
(level empat) yang dalam model ini sebagai nursing care decition and action. Sunrise
Model secara spesifik tidak menjabarkan evaluasi sebagai suatu bagian khusus.
Walaupun demikian teori transcultural nursing makna penting dalam rangka
pemenuhan kebutuhan perawatan yang memberikan keuntungan bagi klien.

2.4    Aplikasi model konsep dan teori keperawatan menurut Madeliner Leinenger


a)      Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi konsep teori ini relevan
untuk keperawatan.
b)      Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang  mana berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur
dan subkultur dengan menghargai prilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic
body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universal dalam
keperawatan.
c)      Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi
terhadap perbedaan kultur.
d)     Culture care adalah teori yang holistik karena meletakkan didalamnya ukuran dari
totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan
dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem
professional.
9

2.      Proses asuhan keperawatan secara teoritis


Proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan transkultural adalah
sebagai berikut:
a.       Pengkajian (assessment)
Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga,
kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu mempunyai pengetahuan
mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta
struktur sosial yang berkembang di perbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan struktur
sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi, agama dan
falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik
dan hukum, ekonomi dan pendidikan.
Pengkajian  dirancang  berdasarkan 7 komponen yang ada pada
“Leininger’s Sunrise models” dalam teori keperawatan transkultural Leininger
yaitu :

a)      Faktor Teknologi (Technological Factors)


Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk
memilih atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka
perawat perlu mengkaji berupa persepsi individu tentang persepsi sehat sakit,
kebiasaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini

b)      Faktor keagamaan dan falsafah hidup (Religous and Philosofical Factors)


Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan
motivasi yang realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat
sekali untuk menempatkan kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama
yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan,
berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang
utuh.

c)       Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)


Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap
dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga,
hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh
keluarga.

10

d)     Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)


Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa
yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan
nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang
digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang
berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.

e)      Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)


Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan transkultural.
Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah
anggota keluarga yang menunggu.

f)       Faktor ekonomi (Economical Faktor)


Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang
ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor,
tabungan. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan.

g)      Faktor pendidikan (Educational Factor).


Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam
menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan
individu, maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya.

h)      Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat


pendidikan, jenis pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

3.      Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)


Peran perawat pada transkultural nursing teori ini adalah menjembatani antara system
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan system perawatan professional
melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat digambarkan oleh Leininger
seperti dibawah ini:
1)      Sisem generik atau transkultural
2)      Asuhan keperawatan
3)      Sistem profesional
Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana kelompok,
keluarga, komunitas, lembaga) dengan mempertimbangkan generic carring dan
professional carring.

11

4.      Tindakan keperawatan (Implementasi)


Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap memperhatikan 3 prinsip
askep, yaitu :
a.        Culture care preservation/ maintenance
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
b.      Culture care accommodation/ negotiation
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan budaya yang ada, yang
merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan
kondisi kesehatan dan gaya hidup klien.
c.        Culture care repatterning/ restructuring
Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki
kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.

5.      Evaluasi.
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada
asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing carry health and well
being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan
kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat
kesehatan dan kesejahteraan bagi klien.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger


1.        Kelebihan :
a.         Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat
memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar
belakang budaya yang berbeda.
b.        Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy,
dll).
c.         Penggunakan teori ini  dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
d.        Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
e.         Teori ini banyak  digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan .
2.        Kelemahan :
a.         Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga  tidak bisa berdiri
sendiri dan  hanya  digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.
b.        Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi
masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

11

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh
elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor filosofi,
sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan
faktor-faktor pendidikan.
Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis,
masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat
pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek yang
merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur sosial.
Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara
berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger
sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan.
Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan.
Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut
Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang budaya
pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan
dengan budaya.

B.       Saran
1.        Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2.        Pelaksanaan teori leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang
lain yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dll
12

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger
http://rahmaniarjasan.blogspot.com/2017/02/teori-keperawatan-madeleine-
leininger_41.html?m=1
http://ijhulners.blogspot.com/2016/05/trancultural-nursing.html

Anda mungkin juga menyukai