DOSEN PENGAMPU :
DESI ARI MY, M.Kep,Sp.Kep.Mat
DISUSUN:
KELOMPOK 8
KELAS 3 B
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah kami dapat menyalesaikan makalah falsafah
dan teori keperawatan.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata falsafah dan teori
keperawatan. Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah
falsafah dan teori keperawatan.
Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat menyusunnya
kembali lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami selaku
penyusun.
penulis
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Kesimpulan .............................................................................................................19
B. Saran .......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan,
dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai
situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk
menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian dan proses belajar-
mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu deperkenalkan,disaji dan
dikembangkan untuk memperkuat profesi keperawatan. Perawat perlu memiliki latar
belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun empiris terhadap teori-teori
keperawatan yang ada, sehingga perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-
teori tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang
dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih di kenal dengan teori “trans
Cultural”.
1. Bagaimana biografi singkat Medeleine Leininger?
2. apa saja hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya konsep madeleine leininger?
3. Bagaimana model konsep dan teori keperawatan menurut madeline leininger?
4. Bagaimana aplikasi model konsep dan teori keperawatan menurut madeliner
leinenger?
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari madeliner leinenger?
IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi singkat
Madeleine M. Leininger lahir di Sutton, Nebraska (AS) pada 13 Juli 1925.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah, ia mendaftar di Sekolah Perawatan St.
Anthony di Denver, juga berpendidikan di beberapa Universitas Washington, The
Catholic University of America.
Madeleine Leininger mempunyai beberapa keahliannya seperti keperawatan
transcultural itu seperti mengindentifikasi, menguji mengerti dan menggunakan
pemahaman keperawatan yang transktural untuk peningkatkan kebudayaan dalam
pemberian asuhan keperawatan, perawatan manusia komparatif, teori perawatan
budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan
dunia keperawatan. Pada awal karirnya sebagai perawat, Leininger mengakui
pentingnya konsep peduli dalam keperawatanKarena kurangnya respons, Leininger
mulai mengerjakan tesis doktoral tentang antropologi sosial, budaya dan psikologis.
Selama penelitiannya tentang masalah ini, ia menganalisis banyak budaya
yang berbeda dan menegaskan keyakinannya tentang penggunaan antropologi yang
diterapkan untuk perawatan. Leininger tidak hanya mengabdikan dirinya untuk
mempelajari budaya ini dari kejauhan, tetapi juga melakukan perjalanan ke Papua
untuk tinggal bersama orang-orang Gadsu selama hampir dua tahun. Di desa-desa
yang ia kunjungi, ia mengumpulkan data untuk studi etnografi dan etno-keperawatan.
Karya-karya ini adalah dasar dari teorinya tentang perawatan budaya dan
metode lintas-budaya yang akan membuatnya dikenal di seluruh dunia. .Teori peduli
bertujuan untuk memberikan budaya pelayanan keperawatan melalui tindakan bantu,
mendukung, fasilitatif, atau memungkinkan kognitif berbasis atau keputusan yang
sebagian besar dibuat khusus agar sesuai dengan individu, kelompok, atau lembaga
budaya nilai-nilai, keyakinan, danlifeways. Selama tahun 1950-an Leininger
V
mengalami apa yang menggambarkan sebagai kejutan budaya ketikadia menyadari
bahwa pola-pola perilaku berulang pada anak-anak tampaknya memiliki dasar
budaya. Leininger mengidentifikasi kurangnya pengetahuan budaya dan perawatan
sebagairantai yang hilang untuk pemahaman keperawatan tentang banyak variasi yang
diperlukan dalam perawatan pasien untuk mendukung kepatuhan, penyembuhan, dan
kesehatan.Wawasan ini adalah awal yang baru membangun dan penomena terkait
dengan pelayanan keperawatan disebut keperawatan transkultural.
Leininger adalah pendiri gerakan keperawatan transkultural dalam pendidikan
penelitian dan praktek.Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di
sebuah lahan pertanian hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang
saudari.Tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan
mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver. Dan Leininger
setelah melewati masa pensiun mengajar. Ia Madeleine Leininger meninggal pada 10
Agustus 2012 di Omaha, pada usia 87 tahun. Teorinya telah diakui dengan berbagai
penghargaan dan hari ini sepenuhnya berlaku.
VI
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Definisi tentang keperawatan menurut Leininger, adalah seni humanistik yang dapat
dipelajari dan ilmu yang berfokus pada personalisasi perilaku asuhan (individu dan
kelompok), fungsi, dan proses yang diarahkan pada peningkatan,dan pemeliharaan
perilaku sehat atau pemulihan dari penyakit yang memiliki signifikasi fisik, psiko
kultural dan social atau makna dari mereka mendapatkan bantuan dari perawat
professional atau dari orang yang memiliki kompetensi peran serupa.
Sunrise model dikembangkan untuk memvisualisasikan dimensi tentang
pemahaman perawat mengenai budaya yang berdeda-beda. Perawat dapat
menggunakan model ini saat melakukan pengkajian dan perencanaan asuhan
keperawatan, pada pasien dengan berbagai latar belakang budaya. Meskipun model
ini bukan merupakan teori, namun setidaknya model ini dapat dijadikan sebagai
panduan untuk memahami aspek holistik, yakni biopsikososiospiritual dalam proses
perawatan klien. Selain itu, sunrise model ini juga dapat digunakan oleh perawat
komunitas untuk menilai faktor cultural care pasien (individu, kelompok, khususnya
keluarga) untuk mendapatkan pemahaman budaya klien secara menyeluruh. Sampai
pada akhirnya, klien akan merasa bahwa perawat tidak hanya melihat penyakit serta
kondisi emosional yang dimiliki pasien. Namun, merawat pasien secara lebih
menyeluruh. Adapun, sebelum melakukan pengkajian terhadap kebutuhan berbasis
budaya kepada klien, perawat harus menyadari dan memahami terlebih dahulu budaya
yang dimilki oleh dirinya sendiri. Jika tidak, maka bisa saja terjadi cultural
imposition.
Tujuan Teori Madeleine Leininger Tujuan penggunaan keperawatan
transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis,
sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal
(Leininger, dalam Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009). Dalam hal ini, kebudayaan
yang spesifik merupakan kebudayaan yang hanya dimiliki oleh kelompok tertentu.
Misalnya kebudayaan Suku Anak Dalam, Suku Batak, Suku Minang. Sedangkan
kebudayaan yang universal adalah kebudayaan yang umumnya dipegang oleh
masyarakat secara luas. Misalnya, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
VII
merupakan perilaku yang baik, untuk meminimalisir tubuh terkontaminasi oleh
mikroorganisme ketika makan. Dengan mengetahui budaya spesifik dan budaya
universal yang dipegang oleh klien, maka praktik keperawatan dapat dilakukan secara
maksimal.
VIII
g. Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin terfokus dengan
perawatan fenomena.
h. Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia atau
alam semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
i. Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan dengan
agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola pendidikan-terns,
penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan ethnohistory yang di-fluence
tanggapan budaya manusia dalam konteks budaya.
j. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan budaya
dan dihargai oleh budaya yang ditunjuk.
k. Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada kegiatan
pelayanan keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu untuk
menyimpan dan menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait dengan
masalah kesehatan atau kondisi.
l. Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan
keperawatan kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu
beradaptasi dengan atau bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan
masyarakat dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama dari hasil kesehatan
yang optimal untuk klien dari budaya yang ditunjuk. Memahami Kerja
Theorists Perawat
m. Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang diambil
oleh budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini
memungkinkan atau sebagai klien untuk mengubah perilaku kesehatan pribadi
terhadap menguntungkan hasil sementara menghormati nilai-nilai budaya
klien.
IX
dan factor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural, politik dan factor-faktor legal,
factor-faktor ekonomi, dan factor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan
dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini
merupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat; pelayanan
kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek. Yang
merupakan bagian integral dari aspek-aspek struktur sosial (Leininger dan MC
Farland 2002). Dalam model Sunrisenya Leininger menampilkan visualisasi
hubungan antara beberapa konsep yang disignifikan.
Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan
dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan
merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai
prilaku yang mendukung.
Menurut Leininger bantuan semacam itu baru dapat benar-benar efektif jika
latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan
pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya. Beberapa inti dari model
teorinya :
1. Asuhan membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok yang
memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan hidup dan
kondisinya.
2. Budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok tertentu.
3. Asuhan transkultural perawat secara sadar mempelajari norma-norma dan
nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan bantuan
dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan
tingkat kesejahteraanya.
4. Diversitas asuhan cultural, Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya
variasi dan rentang kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan
dukungan.
5. Universalitas asuhan kultural merujuk pada persamaan atau karakteristik
universal, dalam hal memberikan bantuan dan dukungan
X
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang lain,
menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu yang
buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh,. Caring
dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi
dengan klien, staf dan kelompok lain.
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa ”care” adalah cocok dan masuk
akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.Leininger meyakini bahwa “
perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan keperawatan terhadap
kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.” Alasan utama untuk mempelajari caring
adalah :
a. Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia,
perkembangan manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
b. Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan pemberi
pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan secara kultural.
c. ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk proses
penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan kelompok
sepanjang waktu.
d. Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi secara
sistematis dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek
epistemology dan ontology yg berlandaskan pada pengetahuan keperawatan.
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan
yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan
prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s
care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel
dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan
pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan
cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur ( orang biasa dan
profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja
dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling
berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi
XI
dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan
mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.
XII
faktor yang digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan
pada klien (Watson, 1987).
Hubungan dari teori Leininger dan konsep humanism ini bahwa memberikan
pelayanan kesehatan pada klien dengan memandang klien sebagai invidu sebagai
personal lengkap dengan fungsinya.
XIII
c. Lingkungan
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana
pasien dengan budayanya saling berinteraksi, baik lingkungan fisik, sosial dan
simbolik.
d. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan
kepada pasien dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit.
XIV
Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan professional
untuk mengambil keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada
individu atau kelompok sehingga dapat mempertahankan kesejahteraan.
g. Culture Care Acomodation
Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang dengan budaya
tertentu untuk beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan pengambilan
kesehatan.
h. Cultural Care Repattering.
Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan pengambilan
keputusan professional yang dapat membawa perubahan cara hidup seseorang.
i. Culture Congruent / Nursing Care
Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nilai-nilai budaya / keyakinan
dan cara hidup individu/ golongan atau institusi dalam upaya memberikan
asukan keperawatan yang bermanfaat.
XV
Accomodation/negotiations
Culture Care Repatterning/restructuring
Evaluasi
XVI
perbedaan budaya terhadap perilaku hidup sehat. Dan dalam aplikasinya teori
ini sangat relevan dengan penerapan praktek keperawatan komunitas.
g. Konsistensi Teori
Leininger menyampaikan pentingnya pemahaman budaya dalam
rangka hubungan perawat pasien yang juga sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Imoge King yang menekankan pentingnya persamaan
persepsi perawat pasien untuk pencapaian tujuan.
XVII
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi
kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “ Leininger’s
Sunrise models” dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :
1) Faktor teknologi (technological factors)
Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu
mengkaji berupa : persepsi pasien tentang penggunaaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari
bantuan kesehatan.
2) Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and Philosophical factors)
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut,
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar
untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang
utuh, status pernikahan, persepsi dan cara pandang pasien terhadap
kesehatan atau penyebab penyakit.
3) Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social factors)
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama
lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam anggota keluarga, hubungan pasien dengan kepala keluarga,
kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga,
kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat misalnya : ikut kelompok
olah raga atau pengajian.
4) Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya
hidup adalah : posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa
yang digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan pasien, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan
kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan dan persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit apabila sudah
tergeletak dan tidak dapat pergi ke sekolah atau ke kantor.
5) Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit (Political and Legal factors)
XVIII
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan
keperawatan transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti jam
berkunjung, pasien harus memakai baju seragam, jumlah keluarga yang
boleh menunggu, hak dan kewajiban pasien, cara pembayaran untuk pasien
yang dirawat.
6) Faktor ekonomi (economical factors)
Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan
pasien, sumber biaya pengobatan , kebiasaan menabung dan jumlah
tabungan dalam sebulan
7) Faktor pendidikan (educational factors)
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan pasien meliputi tingkat
pendidikan pasien dan keluarga, serta jenis pendidikannnya.
b. Diagnosa Keperawatan
Perawat merumuskan masalah yang dihadapi Pasien dan keluarganya adalah :
1) Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin
berbagi sebagai nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya.
2) Perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang
bergantung pada ketiga aspek tersebut.
3) Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun
kehidupan social dan aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian,
kekeluargaan dan ekonomi yang sangat besar mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan
c. Perencanaan dan Implementasi
Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga
strategi sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :
1) Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care
preservation/maintenance) bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
2) Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation atau
negotiations) apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan
3) Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care
repartening / recontruction).
XIX
Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan
:
a) The goal of culture care preservation or maintenance :
1. Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat
dalam merawat pasien. Dipandang penting untuk konsultasi dengan
toko agama seperti ustad di mesjid.
2. Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang
mengatakan bahwa dosa di masa lalu mempengaruhi keadaan
sakitnya dan mendapatkan pertolongan dari hasil berkonsultasi
kepada " dukun" yang memindahkan beberapa kutukan kepadanya.
3. Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga
pasien dan teman-temannya yang juga berperan untuk kesembuhan
pasien.
d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap :
1) keberhasilan pasien mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan
XX
2) Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya
3) Restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
Kelebihan:
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan
kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan
praktek keperawatan .
Kelemahan:
1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan
hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model
lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi
masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.
XXI
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan
dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi,
kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-
faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor pendidikan.
Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah
etnis, masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap
kelompok masyarakat : pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat
dan praktek-praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur
sosial.
Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara
berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat
Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang
keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan.
Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut
Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang
XXII
budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan
selalu dikaitkan dengan budaya.
B. Saran
XXIII
DAFTAR PUSTAKA
XXIV