Anda di halaman 1dari 41

KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

A.Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan
masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok
tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam
konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan
keperawatan professional.
Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan
pendidikan yang lama dan menyangkut ketrampilan intelaktual.
Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai suatu karakter,
spirit atau metode professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan
diberbagai kelompok okupasi yang angotanya berkeinginan menjadi
professional. Professional merupakan suatu proses yang dinamis untuk
memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.
B. Karakteristik Profesi
1. Gary dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan
karakteristik professional sebagai berikut :
a. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
b. Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis
c. Kemampuan menyelesaikan masalah
d. Pengembangan diri secara berkesinambungan
e. Pendidikan formal
f. System pengesahan terhadap kompetensi
g. Penguatan secara legal terhadap standart professional
h. Praktik berdasarkan etik
i. Hukum terhadap malpraktik
j. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat
k. Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan
membolehkan praktik yang otonom.
2. Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper
(1993) serta Berger dan Williams (1992),

keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik sebagai berikut :


a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk
menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik keperawatan.
Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan yang
bersifat intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut
sebagai suatu ilmu dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-
ilmu dasar seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik dan lain-lain.
Selain itu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang
menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang
berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan
keperawatan secara langsung kepada klien.
b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada
masyarakat.
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam
melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta
membantu kemandirian klien.
c. Pendidikan yang mmenuhi standart dan diselenggarakan di
perguruan tinggi atau universitas.Beralihnya pendidikan keperawatan
kepada institusi pendidikan tinggi memberikan kesempatan kepada
perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan intelektual,
interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan
peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh
dan berkesinambungan. Disampingg itu perawat dituntut untuk
mengembangkan Iptek keperawatan.
d. Pengendalian terhadap standart praktik.
Standart adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik. Standart
praktik keperawatan menekankan kpada tangung jawab dan tangung
gugat perawat untuk memenuhi standart yang telah ditetapkan yang
bertujuan menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat bekerja
tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.
e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan
yang dilakukan.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan
yang diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal
terhadap kelompok sejawat, atasan dan konsumen. Konsep tangung gugat
mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap konsekuensi
dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan
tidak melakukan tindakan pada situasi tertentu.
f. Karir seumur hidup
Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin.
Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan
dan ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.
g. Fungsi mandiri
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan
walaupun kegiatran kolaborasi dengan profesilain kadang kala dilakukan
dimana itu semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan sebagai
ekstensi intervensi profesi lain.
C. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di
Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana
disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya
tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik
sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga
pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui
pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara
pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia
pada tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di
Jakarta, melalui lokakarya tersebut prawat bertekad dan bersepakat
menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan
seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di
Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka
yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini
menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula,
dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan
professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju
tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diplima saja, di
ilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan
pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul
dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999)
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan
melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain :
1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui pnetapan
criteria dari berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan,
pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta keseterdiaan
waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui
kegiatan organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas
utama adalah rogram pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
3. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota
memperoleh penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan
kompensasi masing-masing.
4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga
keperawatan dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk
menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sector swasta.
5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi
keperawatan di luar negeri, bukan anya untuk pengurus pusat saja tetapi
juga mengikut sertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk
dikembangkan.
D. Pohon Ilmu ( Body of Knowledge )
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri.
Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan
sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus
memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan
mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar
tentang ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu
kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar
seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu
kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan
komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya menggunakan
pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan
untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan
integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari
bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui
pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta
mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar
tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan
adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
(bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup
seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga
tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system
organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler.
E. Cerminan Perawat Profesional
Cerminan nilai professional perawat dalam praktik keperawatan
dikelompokkan dalam nilai intelektual dan nilai komitmen moral
interpersonal, sebagai berikut :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan
memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters
(1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan
integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan
keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone,
1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,
keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai
individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu),
selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi,
komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan ini, maka keperawatan dan juga profesi perawat dapat
dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter, apoteker,
dokter gigi, radiologi, dan lain-lain. Maka untuk itulah dikatakan bahwa
perawat adalah sebuah profesi. Yah…Profesi perawat.
Keperawatan bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah profesi karena
memiliki beberapa hal. Beberapa hal yang menjadikan keperawatan
sebagai profesi adalah sebagai berikut :
1. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas
(Scientific Nursing). Landasan ilmu
pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu
adalah diantaranya cabang ilmu keperawatan
klinik, ilmu keperawatan dasar, cabang ilmu
keperawatan komunitas , cabang ilmu
penunjang.
2. Mempunyai kode etik profesi. Satu hal bahwa
keperawatan adalah profesi salah satunya
mempunyai kode Kode etik keperawatan pada
tiap negara berbeda-beda akan tetapi
pada prinsipnya adalah sama yaitu
berlandaskan etika keperawatan yang
dimilikinya, dan di negara Indonesia memiliki
kode etik keperawatan yang telah ditetapkan
pada musyawarah nasional dengan nama
kode etik keperawatan Indonesia.
3. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang
pendidikan tinggi. Perawat sebagai profesi
karena Di Indonesia berbagai
jenjang pendidikan keperawatan telah
dikembangkan dengan mempunyai
standar kompetensi yang berbeda-beda mulai
dari jenjang D III Keperawatan sampai dengan
S3 akan dikembangkan.
4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat
melalui praktik dalam bidang profesi.
Keperawatan dikembangkan sebagai bagian
integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh
karena itu sistem pemberian
asuhan keperawatan (askep) dikembangkan
sebagai bagian integral dari
sistem pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang terdapat di setiap
tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan /
askep yang dikembangkan
bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan
pada kebutuhan klien, berpedoman
pada standar asuhan keperawatan dan etika
keperawatan.
5. Mempunyai perhimpunan Organisasi Profesi.
Perawat dikatakan sebagai profesi karena
keperawatan memiliki organisasi
profesi sendiri yaitu PPNI. Profesi perawat
diakui karena memang keperawatan harus
memiliki organisasi profesi yakni yang disebut
dengan PPNI. organisasi profesi ini sangat
menentukan keberhasilan dalam upaya
pengembangan citra keperawatan sebagai
profesi serta mampu berperan aktif dalam
upaya membangun keperawatan profesional
dan berada di garda depan dalam inovasi
keperawatan di Indonesia.
6. Pemberlakuan Kode etik keperawatan. Profesi
perawat dikatakan sebagai sebuah profesi
karena dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan, perawat profesional
selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku
profesional keperawatan sesuai kode etik
keperawatan.
7. Otonomi. Keperawatan memiliki kemandirian,
wewenang, dan tanggung jawab untuk
mengatur kehidupan profesi, mencakup
otonomi dalam memberikan askep dan
menetapkan standar asuhan keperawatan
melalui proses keperawatan, penyelenggaraan
pendidikan, riset keperawatan dan praktik
keperawatan dalam bentuk legislasi
keperawatan ( KepMenKes No.1239 Tahun
2001 ).
Konsep Profesi Dalam Lingkungan Keperawatan

Konsep Profesi Dalam Lingkungan Keperawatan

1.1 Konsep dan Karakteristik Profesi

A. Pengertian Profesi

Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan hukum sebagai


dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak
tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta
memilki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan.

B. Ciri-ciri Profesi

 Mempunyai Body of Knowledge.

 Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi.

 Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang


profesi.

 Memiliki perhimpunan atau organisasi profesi.

 Pemberlakuan kode etik keperawatan.

 Otonomi.

 Motivasi bersifat altruistik.

C. Konsep Profesi

 Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional kepada klien yang


dibeikan secara manusiawi.

 Komprehensif biologi, psikologi, sosial, spiritual, dan kultural.

 Diberikan secara berkesinambungan sejak klien membutuhkan pelayanan sampai


mampu melakukan aktifitas secara produktif.
 Keperawatan profesional hanya dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan
profesional yang telah memiliki izin dan kewenangan.

 Keperawatan profesional adalah tindakan mandiri perawat.

 Dilakukan secara kolaboratif dengan pasien, tenaga kesehatan lain sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya.

 Dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan.

 Keperawatan profesional dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan,


memcagah penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan.

D. Karakteristik Profesi

 Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan


masalah dalam tatanan praktik keperawatan.

 Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.

 Pendidikan yang memenuhi standart dan diselanggarakan di Perguruan Tinggi


atau Universitas.

 Pengendalian terhadap standart praktik.

 Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.

 Karir seumur hidup.

 Fungsi mandiri.

1.2 Perkembangan Keperawatan Sebagai Profesi

Perkembangan keperawatan sebagai profesi dapat dilihat dari sejarahnya.


Dimana sejarah perkembangannya dapat dilihat dalam dua pandangan, yaitu
sejarah perkembangan keperawatan di dunia dan sejarah perkembangan
keperawatan di Indonesia.

A. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia


Perkembangan keperawatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur
dan kemajuan peradaban manusia. Perkembangan keperawatan diawali pada :

1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)

Sejak zaman manusia itu diciptakan pada dasarnya manusia telah


memiliki naluri untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang
ibu. Naluri yang sederhana adalah memlihara kesehatan dalam hal ini adalah
menyusui anaknya sehingga harapan pada awal perkembangan keperawatan,
perawat harus memiliki jiwa keibuan (Mother Instic).

Kemudian bergeser pada zaman purba, pada zaman ini paham animisme
berkembang dimana manusia mempercayai bahwa yang sakit dapat disebabkan
karena kekuatan gaib sehingga timbul keyakinan jiwa yang jahat akan dapat
menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan kesehatan atau
kesejahteraan. Saat itu peran sebagai ibu yang merawat keluarga yang sakit
dengan memberikan perawatan fisik serta mengobati yang sakit untuk
menghilangkan pengaruh roh jahat.

Setelah itu muncul kepercayaan mengenai dewa-dewa dimana pada saat


itu percaya bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, untuk
menghilangkan penyakit itu pasien harus memberikan sesajian di kuil-kuil yang
telah didirikan. Setelah itu keperawatan terus berbenah diri dimulai dari ibu-ibu
janda yang membantu para pendeta merawat orang sakit. Dan mulai dari inilah
rumah-rumah perawat dibangun untuk menumpang para perawat.

2. Zaman Keagamaan

Pekembangan keperawatan ini mulai berkembang kearah spiritual


diamana seseorang yang sakit diakibatkan oleh adanya dosa atau kutukan
Tuhan. Pusat pengobatan adalah rumah-rumah ibadah, sehingga para pemimpin
agama disebut tabib yang mengobatu orang sakit.

3. Zaman Masehi

Keperawatan dimilai pada masa perkembangan Nasrani, pada masa itu


banyak membentuk Diakones, yaitu suatu organisasi wanita yang mengunjungi
orang sakit, sedangkan laki-laki diberikan tugas untuk mengubur orang yang
meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah sebuah rumah sakit di Roma,
seperti Monastic Hospital. Rumah sakit pada saat itu berfungsi sebagai
perawatan orang sakit, cacat, dan miskin, serta yatim piatu.

Pada saat itu pula di daratan Asia khusunya Timur Tengah, perkembangan
keperwatan mulai maju seiring berkembangnya Agama Islam yang disebarkan
oleh Nabi Muhmmad SAW.

Keberhasilan Nabi untuk menyebarkan Islam membawa dampak positif


dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti ilmu pasti, kimia,
kesehatan, dan obat-obatan. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an
pentingnya untuk menjaga kebersihan lingkungan, makanan, dan diri sendiri.

4. Zaman Permulaan Abad 21

Perkembangan keperawatan pada masa ini tidak lagi kearah keagamaan


melainkan tergantung pada kekuasaan karena pada saat itu terjadi perang
dunia. Rumah ibadah yang dulunya berfungsi perawatan orang sakit sudah tidak
beefungsi lagi.

5. Zaman Sebelum Perang Dunia II

Pada masa ini berkembang prinsip rasa cinta sesama manusia, dimana
sesama manusia saling membantu. Florence Nightingale menyadari pentingnya
suatu sekolah untuk mendidik para perawat. Florence menganggap bahwa
keperawatan perlu disiapkan untuk mendidik para perawat. Usaha Florence
adalah menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya
membangun sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat serta
menetapkan pengetahuan yang harus dimilki oleh calon perawat. Florence
mendirikan sekolah perawat dengan nama Nightingale Nurshing School.

6. Masa Selama Perang Dunia II

Selama masa ini timbul tekanan penegtahuan dalam penerapan teknologi


akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam
tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beragam.
7. Masa Pasca Perang Dunia II

Perkembangan perawat pada masa itu diawali pada kesadaran


masyarakat akan pentingnya kesehatan, pertambahan penduduk yang relatif
tinggi yang menimbulkan masalah baru dalam pelayanan kesehatan,
perumbuhan ekonomi yang mempengaruhi tingkah laku individu, adanya
perkembangan ilmu penegetahuan dan teknologi kedokteran dengan diawali
adanya penemuan obat-obatan dan cara-cara untuk memberikan penyembuhan
pada pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan kesehatan. Pada masa itu
perkembangan perawat dimulai adanya sifat pekerjaan yang semula bersifat
individu bergeser kearah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1948 perawat
diakui sebagai profesi sehingga pada saat itu pula terjadi perhatian dalam
pemebrian penghargaan pada perawat atas tanggung jawabnya dalam tugas.

8. Periode Tahun 1950

Pada saat itu perawat sudah mulai menunjukkan perkembangan khusunya


penataan pada sistem pendidikan, penerapan proses keperawatan dimulai
dengan pengkajian, diagnosis, keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.

B. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia

Sejarah perkembangan keperwatan di Indonesia dibagi menjadi dua masa :

1. Masa Sebelum Kemerdekaan

Pada masa ini Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat yang
berasal dari Indonesia disebut Verfleger dengan dibantu oleh Zieken Opaser
sebagai penjaga orang sakit. Pada masa penjajahan Belanda tugas utama
perawat hanya merawat staf dan tentara Belanda. Kemudian pada masa
penjajahan Inggris yaitu Raffles, mereka memperhatikan kesehatan rakyat
dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah
diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan, diantaranya usaha
pengadaaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien, dan
memperhatikan kesehatan para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun
1819, didirikan Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM).

2. Masa Sesudah Kemerdekaan

Pada masa ini telah banyak didirikan rumah sakit dan balai pengobatan
dan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan, maka didirikanlah sekolah
perawat. Pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara
pendidikan diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan
keperawatan setingkat dengan sarjana.

2.3 Pertumbuhan dan Profesionalisme Keperawatan

Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang


sedemikian pesat. Perkembangan ini memberikan dampak berupa perubahan
status keperawatan dari vokasional menjadi profesional, perawat semula
menjalani proses teknik prosedur dari dokter berubah menjadi tenaga kesehatan
yang bekerja berdasarkan disiplin keilmuan khusus dengan ruang lingkup praktik
yang jelas. Perubahan ini tidak semata-mata diterima masyarakat. Bahkan
profesi kesehatan lainpun masih belum mau disejajarkan oleh profesi perawat.
Fenomena ini harusnya menumbuhkan sikap-sikap optimis pada diri perawat
yang diikuti dengan pembuktian ekstensi profesi keperawatan.

2.4 Peran dan Fungsi Perawat

A. Pengertian Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.

B. Macam-Macam Perawat Beserta Contohnya

 Care giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan.


Contoh : Perawat memberikan pelayanan kebutuhan kepada klien.

 Clien advokad, sebagai pembela untuk melindungi klien.

Contoh : Perawat mengingitkan pengunjung, jika sudah melewati batas jam


besuk yang ditentukan.

 Conselor, sebagai pemberi bimbingan atau konseling klien.

Contoh : Memeberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada klien atau


keluarga klien.

 Educator, sebagai pendidik klien.

Contoh : Kita sebagi perawat memberikan pengetahuan kepada masyarakat,


misalnya melalui seminar penyuluhan.

 Collabolator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk bekerja sama
dengan kesehatan yang lain.

Contoh : Kita sebagai perawat juga bekerja sama dengan tim medis lain (dokter,
apoteker, analis kesehatan, dll).

 Coordinator, sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan


potensi klien.

Contoh : Ketika kondisi klien semakin parah, kita sebagai perawat langsung
mengoordinasi ke dokter tentang tindakan yang akan dilakukan.

 Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan


perubahan-perubahan.

Contoh : Seorang perawat yang ditugaskan di desa terpencil yang masih


menggunakan konsep melahirkan menggunakan jasa dukun beranak. Disana kita
sebagai pearawat yang telah mengetahui dan memahami ilmu melahirkan yang
sudah menggunakan jasa medis, kita harus memberi pengetahuan dan sedikit
demi sedikit merubah kebiasaan itu.

 Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan


masalah klien.
Contoh : Ada sepasang suami-istri yang datang ke RS untuk konsultan mengenai
alat kontrasepsi. Kita sebagai perawat harus membantu mereka untuk
memjelaskan atau memebrikan infomasi mengenai alat kontrasepsi yang aman.
Disini kita hanya memberikan informasi saja, namun pengambilan keputusan
tetap kepada klien.

C. Pengrtian Fungsi

Fungsi adalah sekumpulan perintah operasi program yang dapat


menerima argumen input dan dapat memberikan yang dapat berupa nilai
ataupun sebuah hasil operasi.

D. Macam-Macam Fungsi Perawat

 Fungsi Independen, merupakan fungsi mendiri dan tidak tergantung pada orang
lain, dimana perawat dalam melaksankan tugasnya dilakukan secara sendiri.

 Fungsi Dependen, merupakan fungsi perawat dalam melaksankan kegiatnnya


atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas
yang diberikan.

 Fungsi Interdependen, fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat
saling ketergantungan diantara tim satu dengan tim yang lainnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Keperawatan dan Profesi keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayan kesehatan
yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual yang bersifat kompherensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
yang sehat maupun yang sakit mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
Winsley (1964) Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar
untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru,
memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan
fokus utama pada pelayanan.

Profesi keperawatan adalah profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain,
dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan
kesehatan agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat.

B.Karakteristik profesi keperawatan

Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta Berger
dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik sebagai
berikut :

a.Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam


tatanan praktik keperawatan. Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan
yang bersifat intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu
ilmu dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku,
social, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan juga mempelajari pengetahuan
inti yang menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan
sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada
klien.

b.Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.


Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan kegiatan
untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian klien.

c.Pendidikan yang memenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi atau


universitas. Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi
memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan
intelektual, interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan peran
dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan.
Disampingg itu perawat dituntut untuk mengembangkan Iptek keperawatan.

d.Pengendalian terhadap standart praktik. Standart adalah pernyatan atau criteria tentang
kualitas praktik. Standart praktik keperawatan menekankan kepada tangung jawab dan
tangung gugat perawat untuk memenuhi standart yang telah ditetapkan yang bertujuan
menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan
pengendalian profesi lain.
e.Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang diberikan
kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan
dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung jawab
terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggung jawab
dengan tidak melakukan tindakan pada situasi tertentu.

f.Karir seumur hidup. Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan
rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan
ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.

g.Fungsi mandiri. Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan


walaupun kegiatan kolaborasi dengan profesi lain kadang kala dilakukan dimana itu semua
didasarkan kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain.

C.Perkembangan Profesionalisme Keperawatan

Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang
diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu
adalah di karenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu.
Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang
berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan
keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional
Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat
menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian. Perkembangan
profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan
keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi
mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan.

Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan


tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, untuk terus mengembangkan pendidikan maka
berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana
FIK UI (1999). Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui
berbagai cara dan pendekatan antara lain :

1.Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui penetapan criteria dari berbagai


aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi,
dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.

2.Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan


organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram
pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.

3.Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan


yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4.Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat
berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi dipemerintahan atau
sector swasta.

5.Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri,


bukan hanya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah yang
berpotensi untuk dikembangkan.

D.Tujuan Pendidikan Profesi Keperawatan

Tujuan pendidikan tinggi keperawatan pada institusi pendidikan tinggi keperawatan


diharapkan mampu melakukan hal-hal antara lain :

1.Menumbuhkan/membina sikap dan tingkah laku professional yang sesuai dengan tuntunan
profesi keperawatan.

2.Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh.

3.Menumbuhkan/membina keterampilan professional.

4.Menumbuhkan/membina landasan etik keperawatan yang kokoh dan mantap sebagai


tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan dan dalam kehidupan
keprofesian.

E.Jenis Pendidikan Keperawatan di Indonesia.

Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:

Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:

1.Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan
penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat.

2.Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan
pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup program sarjana, magister,
doktor.

3.Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi
perawat.

F.Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia.

1.Program Pendidikan Diploma III Keperawatan


Program Pendidikan Diploma III (D-III) Keperawatan ini menghasilkan perawat generalis
sebagai perawat professional pemula/vokasional (ahli madya keperawatan) yang
dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan keprofesian yang kokoh.
Lulusannya diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan professional dengan
berpedoman kepada standar asuhan keperawatan dan dengan etika keperawatan sebagai
tuntunan.

Sebagai perawat vokasional diharapkan memiliki tingkah laku dan kemampuan professional,
akuntabel dalam melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar secara mandiri di bawah
supervise Ners. Lama pendidikan 3 tahun untuk waktu normal. Lulusan D-III Keperawatan
juga diharapkan mampu mengelolah praktik keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
tuntutan kebutuhan klien serta memiliki kemampuan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang maju
secara tepat guna.

Tujuan program Diploma III Keperawatan adalah menghasilkan lulusan yang mampu :

1.Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem pelayanan kesehatan


sesuai kebijaksanaan umum pemerintah yang berlandaskan Pancasila, khususnya pelayanan
dan/atau asuhan keperawatan individu, keluarga dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah
keperawatan.

2.Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan


keperawatan.

3.Berperan serta dalam kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan
hasil penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan
mutu dan jangkauan pelayanan/asuhan keperawatan.

4.Berperan serta secara aktif dalam mendidik dan melatih pasien.

5.Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesinya.

2.Program Pendidikan Ners

Program Pendidikan Ners ini menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana Keperawatan) dan
Professional (Ners = “First professional Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan
kemampuan professional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan/praktik keperawatan
dasar (sampai dengan tingkat kerumitan tertentu) secara mandiri.

Sebagai perawat professional, yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan objektif klien dan
melakukan supervise praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat professional pemula
(D-III Keperawatan). Selain itu, mereka dituntut untuk memiliki kemampuan meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
keperawatan yang maju secara tepat guna, serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan
dasar dan penerapan yang sederhana.
Program pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dari pada lulusan D-III
Keperawatan serta memiliki landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan sifatnya
sebagai pendidikan profesi. Tetapi, untuk lulusan S1 Keperawatan tanpa mengikuti profesi
Ners, adalah orang yang berkemampuan akademik sebagai serjana keperawatan tetapi tidak
memiliki kewenangan melakukan praktik keperawatan atau melakukan kegiatan pada bidang
non keperawatan. Sedangkan lulusan Sarjana keperawatan + Ners adalah seseorang tenaga
profesional berkemampuan dan berwenang melakukan pekerjaan dibidang pelayanan dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan.

Tujuan pendidikan Ners adalah menciptakan lulusan yang mempunyai pengetahuan,


keterampilan, dan sikap keperawatan profesional yang mampu :

a.Melaksanakan profesi keperawatan secara akuntabel dalam suatu sistem pelayanan


kesehatan sesuai kebijaksanaan umum pemerintah yang berlandaskan Pancasila, khususnya
pelayanan dan/atau asuhan keperawatan dasar hingga tingkat kerumitan tertentu secara
mandiri kepada individu, keluarga dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan.

b.Mengelola pelayanan keperawatan profesional tingkat dasar secara bertanggung jawab dan
menunjukkan sikap kepemimpinan.

c.Mengelola kegiatan penelitian keperawatan dasar dan terapan yang sederhana dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan/asuhan keperawatan.

d.Berperan serta secara aktif dalam mendidik dan melatih calon perawat dan tenaga
keperawatan, serta furut berperan dalam berbagai program pendidikan tenaga kesehatan lain.

e.Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional.

f.Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika
keperawatan dalam melaksanakan profesinya.

g.Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk menerima
perubahan dan berorientasi pada masa depan.

3.Program Pascasarjana Keperawatan

Program magister keperawatan ini menghasilkan perawat ilmuwandengan sikap tingkah laku
dan kemampuan sebagai ilmuwan keperawatan. Sebagai perawat ilmuwan diharapkan
mempunyai kemampuan berikut ini :

1)Meningkatkat pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan.

2)Berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya.


3)Mengembangkan penampilannya dalam spectrum yang lebih luas dengan mengkaitkan
ilmu/profesi serupa.

4)Merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran


ilmiah (Keputusan Mendikbud No.056/U/1994-pasal 2 ayat 3).

Tujuan program pascasarjana ini adalah menghasilkan lulusan yangmampu :

a.Mengembangkan.dan menerapkan ilmu dan teknologi keperawatan sesuai bidang


spesialisasi melalui kegiatan penelitian.

b.Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional


melalui upaya peningkatan kemampuan lulusan sesuai bidang spesialisasi.

c.Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, dan terbuka untuk menerima
perubahan, sehingga dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh guna
meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Profesi Dalam Lingkungan Keperawatan

2.1. Konsep dan Karakteristik Profesi


2.1.1. Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan
bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan
kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa
pelayanan keperawatan professional.
1. Schein .E.H (1962)
Profesi adalah sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu norma yang sangat
khusus yang berasal dari perannya di masayarakat.
2. Hughes. E.C (1963)
Profesi adalah mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain serta
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi dengan kliennya.
3. Winsley (1964)
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk
pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama
pada pelayanan.
4. Menurut Webster
Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut
ketrampilan intelektual.

2.1.2. Ciri - ciri Profesi


1) Mempunyai Body of Knowledge.
2) Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi.
3) Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi.
4) Memiliki perhimpunan atau organisasi profesi.
5) Pemberlakuan kode etik keperawatan.
6) Otonomi.
7) Motivasi bersifat altruistik.

2.1.3. Konsep Profesi


1) Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional kepada klien yang dibeikan secara
manusiawi.
2) Komprehensif biologi, psikologi, sosial, spiritual, dan kultural.
3) Diberikan secara berkesinambungan sejak klien membutuhkan pelayanan sampai mampu
melakukan aktifitas secara produktif.
4) Keperawatan profesional hanya dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan profesional yang
telah memiliki izin dan kewenangan.
5) Keperawatan profesional adalah tindakan mandiri perawat.
6) Dilakukan secara kolaboratif dengan pasien, tenaga kesehatan lain sesuai lingkup wewenang
dan tanggung jawabnya.
7) Dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan.
8) Keperawatan profesional dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan, memcagah
penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan.

2.1.4. Karakteristik Profesi


Menurut Flaherty MJ (1979), menyatakan bahwa karakteristik profesi yang
sesungguhnya adalah sebagai berikut:
a) Adanya pendidikan khusus
b) Mempunyai kode etik
c) Penguasaaan keahlian dan keterampilan
d) Keanggotaan dalam organisasi profesi
e) Pertanggungjawaban untuk tindakan

Menurut Winsley (1964), karakteristik profesi sebagai berikut:


a) Didukung oleh badan ilmu (body of knowledge) sesuai dengan bidangnya, jelas wilayah
kerja keilmuannya dan aplikasinya.
b) Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana terus menerus dan
bertahap.
c) Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui perundang-
undangan.
d) Peraturan dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan dan
pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.

2.2. Perkembangan Keperawatan Sebagai Profesi


Perkembangan keperawatan sebagai profesi dapat dilihat dari sejarahnya. Dimana
sejarah perkembangannya dapat dilihat dalam dua pandangan, yaitu sejarah perkembangan
keperawatan di dunia dan sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia.
2.2.1. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia
Perkembangan keperawatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan
kemajuan peradaban manusia. Perkembangan keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Sejak zaman manusia itu diciptakan pada dasarnya manusia telah memiliki naluri
untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu. Naluri yang sederhana
adalah memlihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusui anaknya sehingga harapan pada
awal perkembangan keperawatan, perawat harus memiliki jiwa keibuan (Mother Instic).
Kemudian bergeser pada zaman purba, pada zaman ini paham animisme berkembang
dimana manusia mempercayai bahwa yang sakit dapat disebabkan karena kekuatan gaib
sehingga timbul keyakinan jiwa yang jahat akan dapat menimbulkan kesakitan dan jiwa yang
sehat dapat menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan. Saat itu peran sebagai ibu yang
merawat keluarga yang sakit dengan memberikan perawatan fisik serta mengobati yang sakit
untuk menghilangkan pengaruh roh jahat.
Setelah itu muncul kepercayaan mengenai dewa-dewa dimana pada saat itu percaya
bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, untuk menghilangkan penyakit itu
pasien harus memberikan sesajian di kuil-kuil yang telah didirikan. Setelah itu keperawatan
terus berbenah diri dimulai dari ibu-ibu janda yang membantu para pendeta merawat orang
sakit. Dan mulai dari inilah rumah-rumah perawat dibangun untuk menumpang para perawat.

2. Zaman Keagamaan
Pekembangan keperawatan ini mulai berkembang kearah spiritual diamana seseorang
yang sakit diakibatkan oleh adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat pengobatan adalah
rumah-rumah ibadah, sehingga para pemimpin agama disebut tabib yang mengobatu orang
sakit.

3. Zaman Masehi
Keperawatan dimilai pada masa perkembangan Nasrani, pada masa itu banyak
membentuk Diakones, yaitu suatu organisasi wanita yang mengunjungi orang sakit,
sedangkan laki-laki diberikan tugas untuk mengubur orang yang meninggal, sehingga pada
saat itu berdirilah sebuah rumah sakit di Roma, seperti Monastic Hospital. Rumah sakit pada
saat itu berfungsi sebagai perawatan orang sakit, cacat, dan miskin, serta yatim piatu.
Pada saat itu pula di daratan Asia khusunya Timur Tengah, perkembangan keperwatan
mulai maju seiring berkembangnya Agama Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhmmad
SAW.
Keberhasilan Nabi untuk menyebarkan Islam membawa dampak positif dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan, dan
obat-obatan. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an pentingnya untuk menjaga kebersihan
lingkungan, makanan, dan diri sendiri.

4. Zaman Permulaan Abad 21


Perkembangan keperawatan pada masa ini tidak lagi kearah keagamaan melainkan
tergantung pada kekuasaan karena pada saat itu terjadi perang dunia. Rumah ibadah yang
dulunya berfungsi perawatan orang sakit sudah tidak beefungsi lagi.

5. Zaman Sebelum Perang Dunia II


Pada masa ini berkembang prinsip rasa cinta sesama manusia, dimana sesama manusia
saling membantu. Florence Nightingale menyadari pentingnya suatu sekolah untuk mendidik
para perawat. Florence menganggap bahwa keperawatan perlu disiapkan untuk mendidik para
perawat. Usaha Florence adalah menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat
diantaranya membangun sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat serta
menetapkan pengetahuan yang harus dimilki oleh calon perawat. Florence mendirikan
sekolah perawat dengan nama Nightingale Nurshing School.

6. Masa Selama Perang Dunia II


Selama masa ini timbul tekanan penegtahuan dalam penerapan teknologi akibat
penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat
mengingat penyakit dan korban perang yang beragam.

7. Masa Pasca Perang Dunia II


Perkembangan perawat pada masa itu diawali pada kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan, pertambahan penduduk yang relatif tinggi yang menimbulkan masalah
baru dalam pelayanan kesehatan, perumbuhan ekonomi yang mempengaruhi tingkah laku
individu, adanya perkembangan ilmu penegetahuan dan teknologi kedokteran dengan diawali
adanya penemuan obat-obatan dan cara-cara untuk memberikan penyembuhan pada pasien,
upaya-upaya dalam tindakan pelayanan kesehatan. Pada masa itu perkembangan perawat
dimulai adanya sifat pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser kearah pekerjaan yang
bersifat tim. Pada tahun 1948 perawat diakui sebagai profesi sehingga pada saat itu pula
terjadi perhatian dalam pemebrian penghargaan pada perawat atas tanggung jawabnya dalam
tugas.

8. Periode Tahun 1950


Pada saat itu perawat sudah mulai menunjukkan perkembangan khusunya penataan
pada sistem pendidikan, penerapan proses keperawatan dimulai dengan pengkajian,
diagnosis, keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.2.2. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia


Sejarah perkembangan keperwatan di Indonesia dibagi menjadi dua masa :
1) Masa Sebelum Kemerdekaan
Pada masa ini Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat yang berasal dari
Indonesia disebut Verfleger dengan dibantu oleh Zieken Opaser sebagai penjaga orang sakit.
Pada masa penjajahan Belanda tugas utama perawat hanya merawat staf dan tentara Belanda.
Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Raffles, mereka memperhatikan kesehatan
rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan
berbagai usaha dalam memelihara kesehatan, diantaranya usaha pengadaaan pencacaran
secara umum, membenahi cara perawatan pasien, dan memperhatikan kesehatan para
tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan
Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

2) Masa Sesudah Kemerdekaan


Pada masa ini telah banyak didirikan rumah sakit dan balai pengobatan dan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan, maka didirikanlah sekolah perawat. Pada tahun
1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara pendidikan diploma. Pada tahun 1985
untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana.

2.3. Dampak Sejarah Terhadap Profil Perawat Indonesia


Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang menyenangkan
maupun memilukan. Sejarah bukan sebatas cerita untuk generasi mendatang yang ditulis
sekadar untuk dihafalkan. Setiap manusia memiliki sejarah masing-masing, baik yang ber-
sifat individual, komunal, maupun nasional. Sama halnya dengan sejarah perjuangan bangsa.
Kemerdekaan yang diraih bukan hanya melibatkan tentara, tetapi juga seluruh elemen
bangsa. Mulai dari pemimpin sampai rakyat jelata, orang tua sampai anak-anak. Semuanya
bahu-membahu berjuang dengan semangat patriotisme.
Sejarah akan mewarnai masa depan. Apa yang terjadi di masa sekarang dipengaruhi
oleh sejarah pada masa sebelumnya. Kesuksesan yang diraih seseorang dalam hidupnya
merupakan hasil atau buah dari keuletan dan perjuangannya di masa lalu. Contohnya adalah
negara Jepang. Negara tersebut menjadi salah satu negara yang pesat perekonomiannya.
Keberhasilan ini salah satunya dipengaruhi oleh semangat bangsa ini untuk terus maju dan
meningkatkan produktivitasnya. Teori yang sama berlaku pula di negara kita. Keterpurukan
yang dialami bangsa Indonesia di hampir segala bidang disebabkan oleh perilaku korup yang
telah mendarah daging di negara ini sejak dulu.
Sistem hegemoni yang diterapkan oleh bangsa Eropa selama menjajah Indonesia telah
memberi dampak yang sangat besar pada seluruh lini kehidupan, termasuk profesi perawat.
Posisi Indonesia sebagai negara yang terjajah (subaltern) menyebabkan kita selalu berada
pada kondisi yang tertekan, lemah, dan tidak berdaya. Kita cenderung menuruti apa saja yang
menjadi keinginan penjajah. Situasi ini terus berlanjut dalam kurun waktu yang lama
sehingga terbentuk suatu formasi kultural. Kultur di dalamnya mencakup pola perilaku, pola
pikir, dan pola bertindak. Formasi kultural ini terus terpelihara dari generasi ke generasi
sehingga menjadi sesuatu yang superorganic.
Sejarah keperawatan di Indonesia pun tidak lepas dari pengaruh penjajahan. Kali ini,
penulis mencoba menganalisis mengapa masyarakat menganggap perawat sebagai pembantu
profesi kesehatan lain dalam hal ini profesi dokter. Ini ada kaitannya dengan konsep
hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya direkrut dari Boemi Putera yang tidak
lain adalah kaum terjajah, sedangkan dokter didatangkan dari negara Belanda, sebab pada
saat itu di Indonesia belum ada sekolah kedokteran. Sesuai dengan konsep hegemoni, posisi
perawat di sini adalah sebagai subaltern yang terus-menerus berada dalam cengkeraman
kekuasaan dokter Belanda (penjajah). Kondisi ini menyebabkan perawat berada pada posisi
yang termarjinalkan. Keadaan ini berlangsung selama berabad-abad sampai akhirnya
terbentuk formasi kultural pada tubuh perawat.
Posisi perawat sebagai subaltern yang tunduk dan patuh mengikuti apa keinginan
penjajah lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter pribadi perawat. Akibatnya, muncul
stigma di masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu dokter. Karena stigma
tersebut, peran dan posisi perawat di masyarakat semakin termarjinalkan. Kondisi semacam
ini telah membentuk karakter dalam diri perawat yang pada akhirnya berpengaruh pada
profesi keperawatan secara umum. Perawat menjadi sosok tenaga kesehatan yang tidak
mempunyai kejelasan wewenang atau ruang lingkup. Orientasi tugas perawat dalam hal
ini bukan untuk membantu klien mencapai derajat kesehatan yang optimal, melainkan
membantu pekerjaan dokter. Perawat tidak diakui sebagai suatu profesi, melainkan pekerjaan
di bidang kesehatan yang aktivitasnya bukan didasarkan atas ilmu, tetapi atas
perintah/instruksi dokter. Pada akhirnya, timbul sikap ma-nut perawat terhadap dokter.
Dampak lain yang tidak kalah penting adalah berkembangnya perilaku
profesional yang keliru dari diri perawat. Ada sebagian perawat yang menjalankan
praktik pengobatan yang sebenarnya merupakan kewenangan dokter. Realitas
seperti ini sering kita temui di masyarakat. Uniknya, sebutan untuk perawat pun
beragam. Perawat laki-laki biasa disebut mantri, sedangkan perawat perempuan
disebut suster. Ketimpangan ini terjadi karena perawat sering kali diposisikan
sebagai pembantu dokter. Akibatnya, perawat terbiasa bekerja layaknya seorang
dokter, padahal lingkup kewenangan kedua profesi ini berbeda.
Tidak menutup kemungkinan, fenomena seperti ini masih te rus berlangsung
hingga kini. Hal ini tentunya akan menghambat upaya pengembangan keperawatan
menjadi profesi kesehatan yang profesional. Seperti kita ketahui, kultur yang sudah
terinternalisasi akan sulit untuk diubah. Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita- cita
antar-perawat serta kemauan profesi lain untuk menerima dan mengakui perawat
sebagai sebuah profesi kesehatan yang profesional. Tentunya kita berharap
pengakuan ini bukan sekedar wacana, tetapi harus terealisasikan dalam kehidupan
profesional.
Paradigma yang kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah pandangan
bahwa perawat merupakan bagian dari dokter. Dengan demikian, dokter berhak
"mengendalikan" aktivitas perawat terhadap klien. Perawat menjadi perpanjangan
tangan dokter dan berada pada posisi submisif. Kondisi seperti ini sering kali temui
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu penyebab nya adalah masih
belum berfungsinya sistem kolaborasi antara dokter dan perawat dengan benar.
Jika kita cermati lebih jauh, hal yang berlaku justru sebalik nya. Dokter
seharusnya merupakan bagian dari perawatan klien. Seperti kita ketahui, perawat
merupakan tenaga kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi
dengan klien. Asuhan keperawatan yang diberikan pun sepanjang rentang sehat-
sakit. Dengan demikian, perawat adalah pihak yang paling mengetahui perkembangan
kondisi kesehatan klien secara menyeluruh dan bertanggung jawab atas klien.
Sudah selayaknya jika profesi kesehatan lain meminta "izin" terlebih dahulu
kepada perawat sebelum berinteraksi dengan klien. Hal yang sama juga berlaku untuk
keputusan memulangkan klien. Klien baru boleh pulang setelah perawat menyatakan
kondisinya memungkinkan. Walaupun program terapi sudah dianggap selesai,
program perawatan masih terus berlanjut karena lingkup keperawatan bukan hanya
pada saat klien sakit, tetapi juga setelah kondisi klien sehat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Organisasi Profesi (PPNI dan ICN)


Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang
menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan
fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka
seagai individu.
1) Ciri-Ciri Organisasi Profesi
Menurut Prof. DR. Azrul Azwar, MPH (1998), ada 3 ciri organisasi sebagai berikut :
a. Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang para
anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan dengan
dasar ilmu yang sama
b. Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik dan kompetensi
profesi serta memperjuangkan otonomi profesi
c. Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta meurmuskan standar
pelayanan profesi, standar pendidikan dan pelatihan profesi serta menetapkan kebijakan
profesi
2) Peran Organisasi Profesi
a. Pembina, pengembang dan pengawas terhadap mutu pendidikan keperawatan
b. Pembina, pengembang dan pengawas terhadap pelayanan keperawatan
c. Pembina serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
d. Pembina, pengembang dan pengawas kehidupan profesi
3) Fungsi Organisasi Profesi
a. Bidang pendidikan keperawatan
- Menetapkan standar pendidikan keperawatan
- Mengembangkan pendidikan keperawatan berjenjang lanjut
b. Bidang pelayanan keperawatan
- Menetapkan standar profesi keperawatan
- Memberikan izin praktik
- Memberikan regsitrasi tenaga keperawatan
- Menyusun dan memberlakukan kode etik keperawatan
c. Bidang IPTEK
- Merencanakan, melaksanakan dan mengawasai riset keperawatan
- Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi perkembangan IPTEK dalam
keperawatan
d. Bidang kehidupan profesi
- Membina, mengawasi organisasi profesi
- Membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain dan antar anggota
- Membina kerjasama dengan organisasi profei sejenis dengan negara lain
- Membina, mengupayakan dan mengawasi kesejahteraan anggota
4) Manfaat Organisasi Profesi
Menurut Breckon (1989) manfat organisasi profesi mencakup 4 hal yaitu :
a. Mengembangkan dan memajukan profesi
b. Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi
c. Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi
d. Memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan berperan aktif
dalam mengembangkan dan memajukan profesi.

2.1.1 PPNI
Organisasi keperawatan tingkat nasional yang merupakan wadah bagi
perawat di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang
didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 dan merupakan gabungan dari berbagai
organisasi keperawatan saat itu.
PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa organisasi
keperawatan seperti IPI (Ikatan Perawat Indonesia), PPI (Persatuan Perawat Indonesia),
IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia), IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia). Dalam
penggabungan ini IBI (Ikatan Bidan Indonesia) tidak ikut serta karena mempunyai
anggapan bahwa bidan adalah profesi sendiri.
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang
sah dapat mendaftarkan diri sebagai anggota PPNI dan semua siswa/mahasiswa
keperawatan yang sedang belajar dapat disebut calon anggota.
1) Tujuan PPNI
a. Membina dan mengambangkan organisasi profesi keperawatan antara lain :
persatuan dan kesatuan,kerja sama dengan pihak lain dan pembinaan manajemen
organisasi
b. Membina, mengambangkan dan mengawasi mutu pendidikan keperawatan di
Indonesia
c. Membina, mengembangkan dan mengawasi mutu pelayanan keperawatan di
indonesia
d. Membina dan mengembangkan IPTEK keperawatan di Indonesia
e. Membina dan mengupayakan kesejahteraan anggota
2) Fungsi PPNI
a. Sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki kesatuan kehendak sesuai
dengan posisi jabatan, profesi dan lingkungan untukmencapai tujuan organisasi
b. Mengembangkan dan mengamalkan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
program-program pembangunan manusia secara holistic tanpa membedakan golongan,
suku, keturunan, agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
c. Menampung,memadukan,menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi tenaga
keperawatan serta mengembangkan keprofesian dan kesejahteraan tenaga
keperawatan.
3) Struktur Organisasi PPNI
1. Jenjang organisasi
a. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPNI
b. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I (DPD I) PPNI
c. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II (DPP II) PPNI
d. Komisariat PPNI (pengurus pada institusi dengan jumlah anggota 25 orang)
2. Struktur organisasi tingkat pusat
a. Ketua umum
Ketua-ketua :
a) Pembinaan Organisasi
b) Pembinaan pendidikan dan latihan
c) Pembinaan pelayanan
d) Pembinaan IPTEK
e) Pembinaan kesejahteraan
b. Sekretaris Jenderal
Sekretaris berjumlah 5 orang yang dibagi sesuai dengan pembidangan ketua-ketua
dan Departemen
a) Departemen organisasi, keanggotaan dan kaderisasi
b) Departemen pendidikan
c) Departemen pelatihan
d) Departemen pelayanan di RS
e) Departemen pelayanan di puskesmas
f) Departemen penelitian
g) Departemen hubungan luar negeri
h) Departemen kesejahteraan anggota
i) Departemen pembinaan yayasan
Lama kepengurusan adalah 5 tahun dan dipilih dalam Musyawarah Nasional atau
Musyawarah Daerah yang juga diselenggarakan untuk :
1. Menyempurnakan AD / ART
2. Perumusan program kerja
3. Pemilihan Pengurus
PPNI juga menyelenggarakan rapat pimpinan (rapim) dan rapat pimpinan daerah
(rapimda) setiap 2 tahun sekali dalam rangka evaluasi dan penyempurnaan program
kerja berikutnya. Selain itu, PPNI juga mengadakan rapat bulanan atau harian sesuai
dengan kebutuhan. Keanggotaan PPNI biasanya terdiri dari tenaga perawat. Namun
demikian terdapat juga anggota non – perawat yang telah berjasa dibidang keperawatan
dan mereka ini termasuk dalam anggota luar biasa/kehormatan.
Sumber dana PPNI : uang pangkal, iuran bulanan dan sumber-sumber lain yang sah.
4) Program Kerja Utama PPNI :
a. Pembinaan organisasi dan keanggotaan
b. Pengembangan dan pembinaan pendidikan
c. Pengembangan dan pembinaan serta pendidikan dan latihan keperawatan
d. Pengembangan dan pembinaan pelayanan keperawatan di rumah sakit
e. Pengembangan dan pembinaan pelayanan keperawatan di puskesmas
f. Pembinaan dan Pengembangan IPTEK
g. Pembinaan dan Pengembangan kerja sama dengan profesi lain dan organisasi
keperawatan internacional
h. Pembinaan dan Pengembangan sumber daya/yayasan
i. Pembinaan dan Pengembangan kesejahteraan anggota
Antisipasi yang harus dilakukan PPNI dalam rangka memenuhi tuntutan
masyarakat akan pelayanan keperawatan yang berkualitas dan dalam rangka
profesionalisasi keperawatan adalah dengan melakukan upaya antara lain :
a. Membenahi sistem pendidikan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan
masyarakat serta pelayanan kesehatan utama (PHC) dengan landasan yang kokoh
yang meliputi wawasan keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep pendidikan
keperawatan profesional yang berfokus pada penguasaan iptek keperawatan
b. Membenahi sistem pelayanan keperawatan. Upaya ini dapat dilakukan dengan
selalu berusaha memberikan asuhan keperawatan yang profesional dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Dalam rangka menopang
keterlaksanaan asuhan keperawatan profesional diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Untuk itu diperlukan pengembangan kemauan tenaga keperawatan secara
kualitatif dan kuantitatif dan juga advokasi terhadap perawat.
c. Membenahi kinerja PPNI. Dalam hal ini sangat mendesak untuk mengoptimalkan
peran dan fungsinya,sehingga mampu mengangkat citra keperawatan,menyusun
standar pelayanan/praktik keperawatan dan memelihara kesejahteraan anggota.
d. Mendesiminasikan pengertian keperawatan profesional serta lingkup
peran,fungsi,tanggung jawab, dan kewenangan profesi keperawatan kepada
masyarakat luas dan para penyusun/pengambil kebijakan.
5) Kewajiban Anggota PPNI
a. Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan AD dan ART organisasi.
b. Membayar uang pangkal dan uang iuran kecuali anggota penghormatan
c. Mentaati dan menjalankan segala keputusan
d. Menghadiri rapat yang diadakan organisasi
e. Menyampaikan usul untuk mencapai tujuan yang digariskan dalam program kerja
f. Memelihara kerukunan dalam organisasi secara konsekwen
g. Setiap anggota baru yang diterima menjadi anggota membayar uang pangkal dan
uang iuran
6) Hak Anggota PPNI
a. Semua anggota berhak mendapat pembelaan dan perlindungan dari organisasi
dalam hal yang benar dan adil dalam rangka tujuan organisasi
b. Semua anggota berhak mendapat kesempatan dalam menambah dan
mengambangkan ilmu serta kecakapannya yang diadakan oleh organisasi
c. Semua anggota berhak menghadiri rapat, memberi usul baik lisan maupun tulisan
d. Semua anggota kecuali anggota kehormatan yang mempunyai hak untuk memilih
dan dipilih sebagai pengurus dan dipilih sebagai pengurus atau perawatan atau
perwakilan organisasi
7) Tugas pokok PPNI
a. Bidang pembinaan organisasi
PPNI bertugas membina kelembagaan anggotanya dan akder kepemimpinan
b. Bidang pembinaan profesi
PPNI bertugas meningkatkan mutu pelayanan, penghayatan dan pengamalan kode etik
perawat, mengutamakan terbentuknya peraturan perundang-undangan keperawatan
serta mengembangkan ilmu dan teknologi keperawatan
c. Bidang kesejahteraan anggota
PPNI bertugas membina hubungan kerja sama dengan organisasi dan lembaga lain
didalam maupun diluar negeri
8) Keanggotaan PPNI ada 2 yaitu:
1. Anggota biasa
a. WNI, tidak terlibat organisasi terlarang.
b. Lulus bidang pendidikan keperawatan formal dan disahkan oleh pemerintah
c. Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan organisasi
d. Penyatakan diri untuk menjadi anggota
2. Anggota kehormatan
Syaratnya sama dengan anggota biasa yaitu pada butir a, c, d, dan
bukan berasal dari pendidikan perawatan tetapi elah berjasa terhadap organisasi PPNI
yang ditetapkan oleh DPP (dewan pimpinan pusat)

2.1.2 ICN
International Council of Nurses (ICN) merupakan organisasi profesional wanita
pertama di dunia yang didirikan tanggal 1 Juli 1899 yang dimotori oleh Mrs. Bedford
Fenwick. ICN merupakan federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia.
Tujuan pendirian ICN adalah memperkokoh silaturahmi para perawat diseluruh dunia,
memberi kesempatan bertemu bagi perawat diseluruh dunia untuk membicarakan
berbagai maslah tentang keperawatan, menjunjung tinggi peraturan dalam ICN agar
dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan dan
kode eik profesi keperawatan.
Kode etik keperawatan menurut ICN (1973) menegaskan bahwa keperawatan
bersifat universal. Keperawatan menjunjung tinggi kehidupan, martabat dan hak asasi
mnausia. Keperawatan tidak dibatasi oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kuliut,
usia, jenis kelamin, aliran politik, agama, dan status sosial.
ICN mengadakan kongres setiap 4 tahun sekali. Pusatnya di Geneva, switzerland.

2.2 Trend dan Issue dalam Keperawatan


1. Definisi Trend
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta.
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era
globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak
tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi
suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan
masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu
menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya
aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan,
disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan
infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola
nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan
masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan
dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat
lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat
yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang
profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya
keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan
pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan
intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang
luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di
Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan
masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
a. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada
tahun 1869.
b. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
c. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik
keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan
kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2010 “, maka solusi yang harus ditempuh
adalah :
a. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan
perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan
pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan.
Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan
sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
b. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan
sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan
professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk
menjamin kepuasan konsumen/klien.
c. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis
serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan
organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat
dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat
guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi
anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang
lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik
secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat
penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang
melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
a. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari :
- Body of Knowledge
- Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
- Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
b. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan
kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional
terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
1) Beneficience : Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan
melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
2) Fair : Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,
keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang
memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
3) Fidelity : Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu),
selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral
serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
c. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara
mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti
bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan
kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat
terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau
seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan
praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat
berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya
terhadap klien.
2. Definisi issue
Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya.

2.3 Profil dan Kompetensi Keperawatan


2.3.1 Profil Keperawatan
1. Care Provider
2. Community Leader
3. Educator
4. Manager
5. Researcher (Peneliti Pemula)

2.3.2 Kompetensi Keperawatan


Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik dasar individu yang memiliki
hubungan kausal atau sebab akibat dengan krieria yang dijadikan acuan, efektif, atau
berpenampilan superior di tempat kerja pada situasi tertentu.
1. Karakteristrik dasar yang dimaksud adalah bahwa kompetensi harus bersifat
mendasar dan pada situasi tertentu yang sangat bervariasi pada aktivitas pekerjaan
tertentu.
2. Hubungan kausal berarti bahwa kompetensi dapat menyebabkan atau digunakan
untuk memprediksikan kinerja seseorang.
3. Kriteria yang dijadikan acuan berarti bahwa kompetensi secara nyata akan
memprediksi seseorang yang bekerja dengan baik atau buruk yang sesuai dengan
kriteria spesifik atau standar.
Sedangkan mrnurut Kepmendiknas 045/U/2002 kompetensi adalah seperangkat
tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang
pekerjaan tertentu. “Empat Pilas” (The Four Pillars of UNESCO) yang mendasari
Kemendiknas No. 232U/2000 adalah seseorang yang kompeten harus dapat memenuhi
persyaratan landasan kemampuan pengembangan kepribadian.
1. Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and know why).
2. Kemampuan berkarya (know to do).
3. Kemampuan menyikapi dan berprilaku dalam bekarya, sehingga memiliki
kemandirian dalam menilai dan mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab
(to be).
4. Kemampuan bekerja sama dalam hidup bermasyarakat dengan saling menghormati
dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan kedamaian (to live together).
Salah satu tujuan utama dari adanya standar kompetensi tersebut adalah
mempersiapkan perawat profesional yang kompeten secara intelektual, memiliki
tanggung jawab sosial, serta bersahabat dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan/keperawatan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

2.4 Peran, Fungsi dan Wewenang Keperawatan


2.4.1 Peran Keperawatan
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan yang bersipat
konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
1. Peran perawat sebagai pelaksana
a. Pemberi rasa nyaman (comforter)
Perawat dengan menerapkan berbagai pendekatan berusaha memberikan ketenangan
dan rasa nyaman kepada pasien.
b. Pelindung (Protector)
Perawat berusaha melindungi dan membela kepentingan pasien/klien agar dapat
menggunakan hak-haknya secara optimal

c. Komunikator
Perawat saat memberikan penjelasan dengan berkomunikasi kepada pasien dalam
upaya meningkatkan kesehatannya.
d. Mediator
Perawat memberikan kemudahan kepada pasien untuk mengatakan kebutuhannya
kepada tim kesehatan dan kepada keluarganya agar dapat membantu memperlancar
asuhan kesehatannya.
e. Rehabilitator
Perawat bertugas mengembalikan kepercayaan terhadap keberadaan dirinya, baik
semasa dirawat di rumah sakit maupun setelah pulang ke rumah, dapat diterima dengan
baik oleh kalangan keluarga dan masyarakat tempat di tinggal.
Dalam pada ini, komunikasi melalui ragam bahasa yang menyejukkan dapat membantu
kesembuhan pasien.
2. Peran perawat sebagai pengelola (manager), Perawat mempunyai peran dan
tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan di semua tatanan layanan
kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya) maupun tatanan pendidikan yang
berada dalam tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan layanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat (Gillies, 1985).
Dengan demikian, perawat telah menjalankan fungsi manajerial keperawatan yang
meliputi:
a. Perencanaan (planning), fungsi perencanaan meliputi beberapa tugas, di antaranya
mengenali masalah, menetapkan dan mengkhususan tujuan jangka panjang dan jangka
pendek, mengembangkan tujuan, dan terakhir menguraikan bagaimana tujuan dan
sasaran tersebut dapat dicapai.
b. Pengorganisasian (organizing), fungsi ini meliputi proses mengatur dan
mengalokasikan pekerjaan, wewenang, serta sumber daya keperawatan sehingga
tujuan keperawatan dapat dicapai.
c. Gerak aksi (actuating), seorang manager keperawatan harus mampu menetapkan dan
memuaskan kebutuhan manusiawi para staf keperawatan, memberi penghargaan,
memimpin, mengembangkan, serta memberi kompensasi kepada mereka.
d. Pengelolaan staf (staffing), fungsi staffing mencakup memperoleh, menempatkan, dan
mempertahankan anggota/staf pada posisi yang dibutuhkan dalam pekerjaan
keperawatan.
e. Pengarahan (directing), seorang manager keperawatan harus mampu memberikan
arahan kepada staf keperawatan sehingga mereka menjadi perawat yang
berpengetahuan dan mampu bekerja secara efektif guna mencapai sasaran yang telah
ditetapkan.
f. Pengendalian (controlling), mencangkup kelanjutan tugas untuk melihat apakah
kegiatan yang dilaksanakan oleh staf keperawatan telah berjalan sesuai dengan
rencana.
3. Peran perawat sebagai pendidik, perawat bertugas memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien dalam hal ini individu, keluarga, serta masyarakat sebagai
upaya menciptakan perilaku individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan. Untuk
dapat melaksanakan peran sebagai pendidik (edukator), ada beberapa kemampuan
yang harus dimiliki seorang perawat sebagai syarat utama, yaitu berupa wawasan ilmu
pengetahuan yang luas, kemampuan berkomunikasi, pemahaman psikologi, dan
kemampuan menjadi model/contoh dalam perilaku profesional.
4. Peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan, sebagai sebuah profesi dan
cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus terus melakukan upaya untuk
mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap perawat harus mampu melakukan riset
keperawatan. Ada beberapa hal yang harus dijadikan prinsip oleh perawat dalam
melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik dan benar. Prinsip tersebut harus
menjiwai setiap perawat ketika memberi layanan keperawatan kepada klien.
a. Nursing is caring artinya perawat harus memiliki kepedulian terhadap klien.
b. Nursing is laughing artinya perawat harus mempunyai keyakinan bahwa senyum
merupakan suatu kiat dalam memberikan asuhan keperawatan guna meningkatkan rasa
nyaman.
c. Nursing is touching artinya sentuhan perawat sangat berarti dalam menenangkan
dan meningkatkan kenyamanan klien sehingga dapat mempercepat penyembuhan.
d. Nursing is helping artinya perawat berkeyakinan bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan adalah untuk menolong klien.
e. Nursing is believing in other artinya perawat meyakini oranglain memiliki
hasrat/kemauan serta kemampuan untuk meningkatkan status kesehatannya.
f. Nursing is trusting artinya perawat dalam melaksanakan pekerjaannya harus
menjaga dan memelihara kepercayaan klien dengan cara terus-menerus meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan.
g. Nursing is believing in self artinya perawat harus memiliki kepercayaan diri dalam
menjalankan profesinya.
h. Nursing is learning artinya perawat harus selalu belajar dan meningkatkan
pengetahuan serta keterampilan keperawatan profesional melalui asuhan keperawatan
yang diberikan.
i. Nursing is respecting artinya perawat harus memperlihatkan rasa hormat dan
penghargaan kepada orang lain (klien dan keluarganya) dengan menjaga kepercayaan
dan rahasia klien.
j. Nursing is doing artinya perawat melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan
dengan didasarkan atas pengetahuan yang ia miliki.
2.4.2 Fungsi Keperawatan
Dalam menjalan kan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya:
1. Fungsi Independent
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti
pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan
cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang di
berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau
dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan
asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyapenyakit kompleks. Keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang
lainnya.

2.4.3 Wewenang Keperawatan


Kewenangan perawat adalah hak dan otonomi untuk melaksanakan asuhan
keperawatan berdasarkan kemampuan, tingkat pendidikan, dan posisi yang dimiliki.
Lingkup kewenangan perawat dalam praktek keperawatan profesional adalah pada
kondisi sehat dan sakit, sepanjang daur kehidupan (dari konsepsi sampai meninggal
dunia), mencakup :
1. Asuhan keperawatan pada klien anak dari usia 28 hari sampai usia 18 tahun.
2. Asuhan keperawatan maternitas, yaitu asuhan keperawatan klien wanita pada masa
subur dan neonatus (bayi baru lahir sampai 28 hari) dalam keadaan sehat.
3. Asuhan keperawatan medikal bedah, yaitu asuhan pada klien usia di atas 18 tahun
sampai 60 tahun dengan gangguan fungsi tubuh baik oleh karena trauma atau kelainan
fungsi tubuh.
4. Asuhan keperawatan jiwa, yaitu asuhan keperawatan klien pada semua usia, yang
mengalami berbagai masalah kesehatan jiwa.
5. Asuhan keperawatan keluarga, yaitu asuhan keperawatan pada klien keluarga unit
terkecil dalam masyarakat sebagai akibat pola penyesuaian keluarga yang tidak sehat,
sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
6. Asuhan keperawatan komunitas, yaitu asuhan keperawatan kepada klien
masyarakat pada kelompok di wilayah tertentu pada semua usia sebagai akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
7. Asuhan keperawatan gerontik, yaitu asuhan keperawatan pada klien yang berusia
60 tahun ke atas yang mengalami proses penuaan dan permasalahannya.
Kewenangan perawat terkait lingkup di atas mencakup :
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan terhadap status bio-psikososio-kultural dan
spiritual klien.
2. Menurunkan diagnosis keperawatan terkait dengan fenomena dan garapan utama
yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan dasar klien.
3. Menyusun rencana tindakan keperawatan.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan.
5. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
6. Mendokumentasikan hasil keperawatan yang dilaksanakan.
7. Melakukan kegiatan konseling kesehatan kepada sistem klien
8. Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian berdasarkan
kemampuannya
9. Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang mengancam
nyawa sesuai ketentuan yang berlaku (Standing Order) di sarana kesehatan
10. Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten, perawat
berwenang melaksanakan tindakan kesehatan diluar kewenangannya

2.5 Kebijakan Pemerintah dalam Keperawatan


Dasar hukum
1. Undang-undang RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
a. Pasal 23 :
a) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
b) Tenaga kesehatan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki
c) Tenaga kesehatan wsjib memiliki izin dari pemerintah
2. Permenkes 161/2010 BAB II Pasal 2
Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan keprofesiannya wajib
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)
3. Pasal 8 BAB III Permenkes 148/2010
a. Praktik keperawatan dilaksanakan melalui kegiatan :
a) Pelaksanaan asuhan keperawatan
b) Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemberdayaan masyarakat
c) Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer
b. Asuhan keperawatan melingkupi pengkajian,diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi
4. Permenkes 148/2010 (perawat berwenang praktik )
a. Praktik di pelayanan kesehatan
a) Perawat memiliki STR
b. Praktik mandiri
a) perawat minimal berpendidikan Diploma III keperawatan
b) perawat memiliki STR
c) perawat memiliki surat izin praktik perawat (SIPP)
5. Pasal 8 BAB III Permenkes 148/2010
a. Tindakan keperawatan meliputi pelaksanaan prosedur keperawatan,observasi
keperawatan,pendidikan dan konseling kesehatan
b. Perawat dapat memberikan obat bebas dan atau obat bebas terbatas
6. Pasal 10 BAB III Permenkes 148/2010
a. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan jiwa pasien dan tidak ada dokter
ditempat kejadian,perawat dapat melakukan pelayanan diluar kewenangannya
b. Bagi perawat yang bekerja didaerah terpencil dan tidak ada dokter dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintah,perawat dapat melakukan pelayanan diluar
kewenangannya

Anda mungkin juga menyukai