Anda di halaman 1dari 15

PERTEMUAN KE-11

KELUARGA BERENCANA (KB),


PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI, DAN ABORSI

A. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan tentang Pengertian Keluarga Berencana/KB dan Tujuannya.
2. Menjelaskan Pandangan Islam tentang KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi.
3. Menjelaskan tentang Dasar/Dalil tentang KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi
dalam Islam.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian dan tindakan medis aborsi
5. Mahasiswa dapat memahami pandangan agama-agama tentang aborsi

B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Keluarga Berencana/KB dan Tujuannya
Di Indonesia terdapat program Keluarga Berencana atau KB yang dilaksanakan
oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). BKKBN adalah
Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri Kesehatan. BKKBN mempunyai tugas untuk
melaksanakan program pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana.
Keluarga Berencana adalah gerakan nasional untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Maksud pembatasan kelahiran adalah
perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan
alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan
sebagainya. Gerakan keluarga berencana diartikan sebagai upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui upaya pendewasaan usia perkawinan, pengendalian
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga dalam
rangka melembagakan dan membudidayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai
dicanangkan pada tahun akhir 1970-an. Untuk mendukung program ini, diciptakan sebuah
lagu mengenai keluarga berencana yang sering dinyanyikan pada zaman Orde Baru. Lagu
ini dikenal dengan judul Lagu KB.
Secara umum, program KB bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang
menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Adapun tujuan khususnya
adalah:
(a) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi
(b) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi
(c) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

2. Pandangan Islam tentang KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Secara subtansial, KB tidak bertentangan dengan ajaran Islam bahkan salah satu
bentuk implementasi semangat ajaran Islam dalam rangka mewujudkan sebuah
kemashlahatan, yaitu menciptakan keluarga yang tangguh, mawadah, sakinah, dan penuh
rahmah. Keluarga akan melahirkan bangsa yang tangguh. Kebolehan hukum KB sudah
menjadi kesepakatan para ulama dalam forum-forum keislaman, baik tingkat nasional
maupun international (Ijma’almajami’)”.
Ada lima hukum yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Pertama,
masalah cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (man’u al-haml) atau menggugurkan
kehamilan (isqoth al-haml). Kedua, sifatnya apakah ia hanya pencegah kehamilan
sementara atau bersifat pemandulan permanen (ta’qim). Ketiga, masalah pemasangannya –
bagaimana dan siapa yang memasang alat kontrasepsi tersebut. Hal berkaitan dengan
masalah hokum melihat aurat orang lain. Keempat, implikasi alat kontrasepsi terhadap
kesehatan penggunanya. Kelima, masalah bahan yang digunakan untuk membuat alat
kontrasepsi tersebut.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (ma’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat di
pasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang
auratnya, tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu, bahan pembuatannya yang
digunakan harus berasal dari bahan yang halal (ini terjadi, biasanya pada alat kontrasepsi
yang bersifat hormonal) serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan
(mudharat) bagi kesehatan pemakainya.
Istilah Keluarga Berencana atau disingkat KB adalah istilah yang khusus hanya
berlaku di negeri kita. Sebenarnya di balik istilah itu, perlu dikaji elemen-elemennya.
Misalnya tentang motivasi yang melatar-belakangi KB itu sendiri. Bila motivasinya
semata-mata karena takut kelaparan atau tidak kebagian rezeki, para ulama umumnya
keberatan. Apalagi bila dikaitkan dengan teori pertumbuhan penduduk macam
pemikirannya Thomas Robert Maltus, jelaslah motivasi itu sangat bertentangan dengan
aqidah Islam. Sebab setiap anak yang dilahirkan ke muka bumi ini, sudah ada jatah
rezekinya dari Allah. Lagi pula, Allah telah menjadikan bumi ini sebagai tempat untuk
mendapatkan penghidupan. Bumi memberikan makanan yang sangat berlimpah, bahkan
meski untuk 10 kali lipat penduduk bumi yang ada sekarang ini.
Teori-teori barat yang umumnya pesimistis dan ketakutan dengan ledakan
penduduk, lebih merupakan sebuah politik perang urat syaraf ketimbang menyuguhkan
fakta sesungguhnya. Inilah yang selama ini dikritisi oleh para ulama tentang keluarga
berencara. Sementara di sisi lain, Rasulullah SAW telah menganjurkan agar umatnya
memiliki keturunan yang banyak. Sebab beliau akan ‘bersaing’ dengan nabi yang lain
dalam masalah jumlah umat.
Dalam muktamar kedua tahun 1385 H/1965 M Muktamar, Lembaga Riset Islam di
Kairo menetapkan keputusan bahwa sesungguhnya Islam menganjurkan untuk menambah
dan memperbanyak keturunan, karena banyaknya keturunan akan memperkuat umat Islam
secara sosial, ekonomi dan militer. Menambah kemuliaan dan kekuatan. Jika terdapat
darurat yang bersifat pribadi yang mengharuskan pembatasan keturunan, maka kedua
suami istri harus diperlakukan sesuai dengan kondisi darurat. Dan batasan darurat ini
dikembalikan kepada hati nurani dan kualitas agama setiap pribadi. Tidak sah secara syar’i
membuat peraturan berupa pemaksaan kepada manusia untuk melakukan pembatasan
keturunan walaupun dengan berbagai macam dalih. Pengguguran dengan maksud
pembatasan keturunan atau menggunakan cara yang mengakibatkan kemandulan untuk
maksud serupa adalah sesuatu yang dilarang secara syar’i terhadap suami istri atau lainnya.
Umat Islam telah sepakat bahwa di antara sasaran pernikahan dalam Islam adalah
melahirkan keturunan. Disebutkan dalam hadits shahih dari Rasul saw. bahwa wanita yang
subur lebih baik secara mutlak. Tidak boleh menolak kehamilan jika sebabnya adalah takut
miskin. Sebab, Allah Ta’ala yang memberi rezeki adalah Yang Mahakuat dan Mahakokoh.
Tidak ada binatang di bumi kecuali Allah-lah yang menanggung rezekinya. Adapun jika
mencegah kehamilan karena darurat yang jelas, seperti jika wanita tidak mungkin
melahirkan secara wajar dan akan mengakibatkan harus dilakukan operasi untuk
mengeluarkan anaknya. Atau melambatkan untuk jangka waktu tertentu karena
kemashlahatan yang dipandang suami-istri maka tidak mengapa untuk mencegah
kehamilan atau menundanya. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan dalam hadits yang
diriwayatkan sebagian besar para sahabat tentang bolehnya ‘azl, yaitu mengeluarkan
sperma di luar vagina pada saat bersetubuh (sanggama).
Pernyataan Majelis Lembaga Fiqh Islami dalam edisi ketiga tentang hukum syari’
KB ditetapkan di Makkah 30-4-1400 H Majelis Lembaga Fiqh Islami menetapkan secara
sepakat tidak bolehnya melakukan pembatasan keturunan secara mutlak. Tidak boleh juga
menolak/mencegah kehamilan kalau maksudnya karena takut kemiskinan. Sebab, Allah
yang memberi rezeki yang sangat kuat dan kokoh. Dan semua binatang di bumi rezekinya
telah Allah tentukan. Atau alasan-alasan lain yang tidak sesuai dengan syari’ah.
Seharusnya, program KB perlu dilihat pertama kali dari latar belakang motivasinya
terlebih dahulu. Kalau motivasinya ber KB terkait dengan pengaturan kelahiran agar
mendapatkan keturunan yang berkualitas, atau untuk memberikan kesempatan kepada anak
untuk merasakan kasih sayang dan perhatian lebih lama dari orang tuanya, tentu
merupakan alasan yang masuk akal dan bisa diterima syariah. Apabila motivasinya sudah
sejalan dengan syariat Islam, maka tinggal mengatur teknisnya.
Di dunia kedokteran, tersedia banyak jenis alat kontrasepsi. Sebagian dari alat itu
ada yang dianggap tidak sejalan dengan hukum Islam, seperti yang berfungsi membunuh
janin. Ada lagi yang berfungsi membunuh zygot, di mana sebagian dari para ulama
berpandangan bahwa zygot itu pun harus dihormati layaknya manusia. Maka alat-alat
kontrasepsi yang mekanisme kerjanya membunuh zygot atau janin termasuk alat
kontrasepsi yang tidak dibenarkan dalam Islam. Sebaliknya, bila tidak sampai membunuh
janin atau zygot, melainkan hanya berfungsi untuk menghalangi terjadinya pembuahan,
oleh sementara kalangan ulama dipandang boleh untuk digunakan.

3. Dasar/Dalil tentang KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Dasar penggunaan alat-alat kontrasepsi dalam Islam adalah sebagai berikut:
a. Q.S. An-Nahl: 72

Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu
rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah ?”

b. Hadis-Hadis Nabi Saw.


Artinya : “Dari Anas ra. Nabi saw bersabda : Berkawinlah kamu kepada wanita yang
berbakat banyak anak yang penyayang : sesungguhnya aku merasa bangga akan
banyaknya jumlahmu terhadap para Nabi kelak di hari kiamat”
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan disahihkan oleh Ibnu Hibban. Dan kesaksian hadis ini ada
pada Abu Dawud, Nasai, dan Ibnu Hibban, juga dari Ma’qil bin Yasar)

“Bahwasanya lebih baik kamu tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, daripada
kamu tinggalkan mereka yang menjadi beban yang meminta-minta kepada orang banyak”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi Saw. tersebut, dapat dipahami bahwa:
1. Ayat al-Qur’an dan Hadis tersebut harus dipahami dalam konteks keseimbangan antara
memenuhi maksud perkawinan untuk memperoleh keturunan dan anjuran untuk
memperbanyak keturunan.
2. KB dianjurkan dengan maksud untuk menjaga anak/keturunan kita agar tidak menjadi
beban orang lain
3. Program KB harus diikuti usaha untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan
keturunan sedikit (dua anak cukup).
4. Keluarga yang mampu secara ekonomi dan pendidikan boleh tidak mengikuti KB
dengan tujuan untuk mengikuti anjuran memperbanyak keturunan (Hadis Anas)
5. Pencegahan kehamilan yang dianggap berlawanan dengan ajaran Islam ialah:
a) sikap dan tindakan dalam perkawinan yang dijiwai oleh niat segan mempunyai
keturunan
b) atau dengan cara merusak/mengubah organisme yang bersangkutan, seperti:
memotong, mengikat dan lain sebagainya.
6. Penjarakan kehamilan dapat dibenarkan sebagai kondisi darurat atas dasar kesehatan
dan pendidikan, dengan persetujuan suami-istri, dengan pertimbangan dokter ahli dan
ahli agama.
7. KB dapat dilakukan apabila keselamatan jiwa atau kesehatan ibu terancam atau darurat
akibat mengandung atau melahirkan. Keadaan darurat yang dapat mengancam
keselamatan ibu seperti: (a) seorang Ibu jika hamil dikhawatirkan akan binasa atau
meninggal dunia, maka dalam keadaan seperti inilah yang disebut darurat, dan tidak
mengapa jika si wanita melakukan usaha untuk mencegah keturunan. Inilah udzur yang
membolehkan mencegah keturunan. Juga, seperti: (b) wanita tertimpa penyakit di
rahimnya, dan ditakutkan penyakitnya akan menjalar sehingga akan menyebabkan
kematian, sehingga rahimnya harus diangkat, maka tidak mengapa.

8. Sebab-sebab lain yang diijinkan oleh Allah adalah


a. Menghawatirkan keselamatan agama, karena factor kesempitan penghidupan seperti
kekhawatiran akan terseret menerima hal-hal yang haram atau menjalankan
/melanggar larangan karena didorong oleh kepentingan anak-anak. Dalam Al-Quran
dijelaskan: (artinya) “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. al-Baqarah/2:185). Juga (artinya): “Allah
tidak hendak menyulitkan kamu” (QS. al-Maidah/5:6). Juga dalam hadis, (artinya): “
Kefakiran itu mendekati kekafiran” (HR. Abu Nu’aim dalam Kitab al-Hilyah dari
Anas)
b. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran terlalu
rapat. Dalam hadis, disebutkan: “Jangan bahayakan (dirimu) dan jangan
membahayakan orang lain.” (Hadis Hasan diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah
dari Ibnu Abbas dan oleh Ibnu Majah dari ‘Ubadah).
9. Pertimbangan darurat bersifat individu dan tidak dibenarkan dikeluarkan Undang-
undang tentang kewajiban mengikuti KB. Sebab, hal itu akan bersifat memaksa.
Oleh karena itu, persetujuan bulat antara suami-istri benar-benar diperlukan. QS. An-
Nisa (4): 9 menjelaskan: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.”
Pada hakekatnya salah satu disyariatkannya nikah adalah untuk meregenerasi
keturunan manusia dan memperbanyak umat Nabi Muhammad Saw, sebagaimana
yang disinyalir dalam sabda beliau: “Menikahlah dengan wanita yang subur dan
memiliki kasih sayang, karena sesungguhnya aku akan bangga dengan umatku yang
banyak pada hari kebangkitan nanti”. Akan tetapi, dalam kondisi-kondisi tertentu
tidak memungkinkan seorang ibu untuk merealisasikan harapan tersebut karena
kondisi fisiknya yang lemah, atau kondisi tersebut dari pihak sang ayah yang tidak
mampu memikul beratnya tanggung jawab mencari nafaqoh untuk keluarganya
(karena kemiskinannya), atau karena sudah banyaknya anak sehingga ia merasa
sudah tidak mampu lagi untuk mendidiknya dengan pendidikan yang benar (karena
pendidikan adalah tanggung jawab orang tua).
Dalam kondisi di atas, syariat Islam membolehkan mengatur jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi yang dibenarkan oleh syariat. Tidak boleh
menggunakan operasi atau bentuk lain tetapi harus sesuai dengan konsep ‘azl dalam
fiqih, yaitu mengeluarkan sperma di luar rahim. Hanya saja perkembangan dunia
medis telah menemukan pengganti azl yang lebih praktis yang dikenal dengan
kontrasepsi modern (metode efektif) yaitu mengkonsumsi pil atau AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim). Kedua cara tersebut (azl dan kontrasepsi modern)
memiliki tujuan yang sama, yaitu mencegah kehamilan, hanya caranya saja yang
berbeda.
C. URAIAN MATERI
1. ABORSI
1.1. Pengertian Aborsi
Aborsi adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengakhiri masa kehamilan
atau pengguguran kandungan dengan cara mengeluarkan janinnya (embrio) sebelum
memiliki kemampuan utuk bertahan hidup di luar rahim ibu.
Dalam Islam, aborsi disebut isqāt al-haml atau ijhād adalah pengguguran janin
dalam rahim ibu. Aborsi dipahami sebagai kematian janin atau keguguran sebelum
sempurna bentuknya, walaupun janin itu sudah mencapai usia 6 bulan. Jadi, yang dijadikan
dasar adalah bentuk janin yang belum sempurna, bukan usia kandungannya.
Menurut Marjorie Jeefcoat, aborsi adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum
usia kehamilan mencapai 28 minggu, belum menjadi fetus. Holmer menilai bahwa aborsi
adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu yang ke 16, dimana proses plasentasi ini
belum selesai. Sedangkan, Eastman berpendapat bahwa aborsi adalah keadaan
terputusnya suatu kehamilan dimana fetus itu sanggup hidup sendiri di luar uterus.
Umumnya berat fetus antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari umur 28
minggu.
Aborsi sudah ada di zaman kuno dengan mengunakan benda-benda tajam, obat-
obatan herbal, bahkan ada yang dipaksa atau menggunakan metode yang tradisional. Dari
segi hukum pandangan agama, terdapat perbedaan tentang hukumnya aborsi. Dalam
beberapa kasus, aborsi dilegalkan karena kemiskinan, masalah pada janin, dan resiko pada
kesehatan ibu.
Aborsi Menurut Kedokteran
Aborsi adalah keluarnya produk konsepsi (plasenta, selaput janin dan janin) secara
prematur dari rahim ibu. Aborsi yang terjadi secara tidak spontan dan tidak disengaja
disebut dengan keguguran. Sedangkan aborsi yang terjadi dengan secara sengaja disebut
dengan aborsi induksi atau abortus provocatus.

Aborsi Menurut KUHP


Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya
masa kehamilan yang lengkap mencapai (38-40 minggu). Pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin tersebut dapat hidup di luar kandungan, berat kurang dari 500 gram, atau
kurang lebih 20 minggu. Dari segi medikolegal, istilah abortus, kelahiran premature, dan
keguguran mempunyai arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran janin dalam rahim
sebelum usia kehamilan yang cukup.

Aborsi Menurut WHO (Word Health Organization)


Aborsi adalah menghentikan kehamilan sebelum janin berusia 20 minggu. Secara
medis janin tidak bisa bertahan hidup di luar kandungan. Sebaliknya, bila penghentian
kehamilan dilakukan saat sudah memasuki usia di atas 20 minggu, maka hal tersebut
adalah pembunuhan janin atau disebut infanticide.

Jenis-Jenis Aborsi
1. Abortus Provocatus (Buatan): pengguguran kandungan yang dilakukan dengan secara
sengaja.
2. Abortus Artifikalis Therapicus: abortus yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi
tentang medis, yakni apabila tidakan Abortus tidak di ambil maka bisa membahayakan
jiwa seorang ibu.
3. Abortus Provocatus Kriminalis: abortus yang dilakukan untuk menyelamatkan janin
dalam kandungan akibat hubungan seksual di luar nikah atau mengakhiri kehamilan
yang tidak di kehendaki seorang ibu.
4. Abortus Spontaneous (Tidak Disengaja): apabila ibu mengalami trauma yang begitu
berat akibat penyakit menahun, kondisi patogolis, dan kelainan pada saluran reproduksi.
Dalam ilmu kedokteran, ada dua istilah aborsi, yaitu:
1. Spontaneous Abortion, artinya: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma karena
kecelakaan dan sebab-sebam alami.
2. Induced Abortion atau Procured Abortion, artinya: pengguguran kandungan yang
disengaja karena alasan tertentu.

Penyebab Abortus
Beberapa karateristik ibu hamil dengan abortus adalah sebagai berikut:
1. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia yang aman untuk
kehamilan dan persalinan seorang perempuan adalah usia 20-30 tahun. Kematian maternal
seorang perempuan hamil dan melahirkan pada usia di bawah umur 20 tahun ternyata 2-5
kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada umur 20-29 tahun.
Kematian maternal kembali meningkat sesudah umur 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu
muda seringkali secara emosional dan fisik belum begitu matang, pendidikannya rendah,
dan masih tergantung kepada orang lain.
Keguguran sebagian dilakukan dengan cara sengaja untuk menghilangkan
kehamilan remaja yang tidak ingin dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh
tenaga nonprofesional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya
angka kematian dan infeksi pada alat reproduksi yang akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan pada seorang perempuan.
Abortus yang terjadi pada remaja karena mereka belum matured dan mereka juga
memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada
ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya dan
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi intra uterin.
2. Paritas ibu
Anak yang lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan yang ada pada rahim biasanya sudah lemah.
Paritis 2-3 merupakan paritis yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas tinggi lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi juga kematian materal.
Risiko pada paritas yang ke-1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih
baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau di cegah dengan cara
keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas yang tinggi adalah tidak di
rencanakan.
3. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin yang
kurang baik, persalinan yang lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan
rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang berdekatan
di bawah dua tahun akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan
pada trimester ke III, termasuk juga karena alasan anemia, plasenta previa dan ketuban
pecah dini serta dapat melahirkan bayi yang beratnya rendah.
4. Riwayat Kehamilan yang lalu
Menurut Easmant dan Malpas, kemungkinan terjadi abortus lagi pada seorang
wanita adalah 73 % dan 83,6%. Sedangkan, Warton, Fraser, dan Liewellyn Jones
memberikan prognosis dengan lebih baik yaitu 25,9 % dan 39%.
5. Infeksi Akut
Inveksi akut dapat menyebabkan abortus karena Virus, seperi rubella, cacar, dan
hepatitis; infeksi bakteri, seperti streptokokus; dan parasit, seperti malaria.
6. Infeksi Kronis
• Sifilis; biasanya menyebabkan abortus pada trimester yang kedua. Tuberkulosis
paru yang aktif.
• Keracunan, seperti keracunan timah, tembaga, air raksa, dan lain-lain.
• Penyakit kronis lain, seperti: hipertensi, diabetes, enemia berat, penyakit jantung,
nephritis, toxemia gravidarum.
• Gangguan fisiologis, seperti syok, ketakutan dan lain-lain.
• Trauma fisik.
7. Penyebab yang sifatnya lokal
• Inkompetensia serviks, fibroid.
• Endometris, radang pelvis kronis.
• Retroversi kronis.
• Hubungan seksual yang berlebihan saat hamil, sehingga menyebabkan abortus dan
hiperemia.
8. Penyebab dari segi janin
1. Penyakitnya adalah plasenta dan desidua, misalkan degenerasi dan inflamasi.
2. Kematian pada janin akibat kelainan bawaan.
3. Mola hidatidosa.

1.2. Tindakan Medis Aborsi


Alasan melakukan tidakan medis pada abortus provokatus:
a. Abortus Provokatus Medisinalis
• Abortus yang mengancam disertai dengan pendarahan yang terus menerus atau jika
janin telah meninggal dunia.
• Infeksi uterus akibat tindakan yang abortus kriminalis.
• Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, seperti kanker serviks, dengan adanya
kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lain pada
tubuh seperti kanker payudara.
• Telah berulangkali mengalami operasi cesar.
• Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri.
b. Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis yang sering terjadi pada kehamilan yang tidak ia
kehendaki. Adapa beberapa alasan wanita yang tidak menginginkan kehamilannya:
• Kehamilan di luar nikah
• Alasan kesehatan, dimana ibu itu tidak cukup sehat untuk hamil.
• Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah pula beban ekonomi
keluarga.
• Masalah sosial, misalkan khawatir adanya penyakit yang turunan, janinnya cacat.
• Kehamilan yang terjadi akibat pemerkosaan atau akibat hubungan antar keluarga.
• Alasan psikososial, dima ibu itu sendiri sudah tidak mau untuk mempunyai anak
lagi

1.3. Dampak dan Risiko Aborsi


Kegiatan aborsi banyak menimbulkan pro dan kontra di berbagai negara. Kasus-
kasus aborsi di seluruh dunia sangatlah tinggi. Mirisnya, kebanyakan aborsi dilakukan oleh
para remaja. Padahal, tidak terhitung banyak sekali bukti akademik yang melaporkan
potensi dampak dari aborsi yang bisa dapat merusak tubuhnya.
Efek samping yang umum dirasakan setelah melakukan aborsi adalah kram, sakit
perut, mual, diare, muntah, dan bercak darah. Bahkan yang melakukan aborsi dapat
menyebabkan masalah pada kesehatan yang lebih serius bagi seorang wanita.
Berikut ini adalah dampak bahaya dan risiko aborsi:
1. Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi dimana terjadi peradangan pada lapisan rahim yang
juga diakibatkan karena infeksi. Wanita yang masih berada di usianya remaja dan
melakukan aborsi akan lebih rentan terkena endometritis.
2. Sepsis
Sepsis merupakan kondisi medis yang serius dimana terjadi peradangan di seluruh
tubuh yang disebabkan oleh infeksi tersebut. Sepsis atau septicaemia merupakan penyakit
yang mengancam kehidupan yang dapat terjadi ketika seluruh tubuh bereaksi terhadap
infeksi tersebut.
3. Infeksi
Selain pendarahan, wanita yang melakukan aborsi juga dapat terjadi infeksi dengan
peluang lebih tinggi. Infeksi ini terjadi di leher rahim, karena leher rahim yang melebar
selama proses aborsi akibat penggunaan obat yang diinduksikan.
Gejala infeksi setelah melakukan aborsi adalah nyeri otot, pusing, sakit kepala, dan sensasi
di badan tidak enak.
4. Pendarahan vagina berat
Dampak buruk dari aborsi adalah pendarahan vagina yang berat disertai demam
yang tinggi, serta gumpalan jaringan janin dari rahim 1 dari 1000 kejadian aborsi
mengalami pendarahan yang berat.
Pendarahan yang hebat bisa berarti:
• Ada gumpalan darah atau jaringan yang lebih besar dari bola golf.
• Berlangsung selama 2 jam bahkan lebih.
• Pendarahan berat selama 12 jam yang berturut-turut.
• Aliran darah yang deras sehingga membutuhkan anda untuk mengganti pembalut
yang lebih dari 2 kali.
5. Infeksi peradangan panggul
Infeksi peradangan panggul merupakan masalah yang dapat meningkatkan resiko
kehamilan ektopik ataau bisa mengurangi kesuburan seorang perempuan di masa depan
setelah melakukan tindakan aborsi. Kondisi ini juga dapat berpotensi besar mengancam
nyawa seorang perempuan. Gejala dari infeksi peredangan panggul dapat dirasakan dalam
waktu 4 minggu setelah melakukan aborsi tersebut.
6. Kematian
Pendarahan yang hebat, infeksi yang parah, emboli paru, dan kehamilan ektopik
yang tidak terdiagnosis merupakan beberapa contoh penyebabnya utama dari kematian ibu
yang terkait aborsi dalam seminggu setalah melakukannya.
Studi pada tahun 1997 di Negara Finlandia melaporkan bahwa perempuan yang
aborsi berisiko empat kali lipat lebih mungkin untuk meninggal akibat kondisi kesehatan di
tahun yang akan datang daripada wanita yang melanjutkan kehamilan mereka yang cukup
umur. Penelitian ini menemukan bahwa perempuan melakukan aborsi mengalami
peningkatan resiko kematian yang amat lebih besar daripada bunuh diri dan sebagai korban
pembunuhan oleh anggota keluarga maupun pasangan daripada perempuan yang
melanjutkannya dengan hamil hingga 9 bulan.

1.4. Hukum Abortus di berbagai Negara


• Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kepada kehidupan pederita
(ibu), seperti Negara di Pakistan dan Perancis.
• Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Negara Belanda.
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di Negara Swiss,
Kanada, dan Muangthai.
• Hukum yang memperboleh abortus agar indikasi sosio-medik, seperti di Negara
Swedia, Islandia, Inggris, dan india
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi eugenistis (aborsi boleh dilakukan
bila fetus yang akan lahir yang menderita cacat yang serius) misalkan di Negara India
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti Negara Polandia,
Jepang, Yugoslavia.
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan tanpa memperhatikan indikasi
lainnya, seperti Negara Hongaria, Bulgaria dan Singapura.

1.5. Pandangan Agama-Agama tentang Aborsi


Pandangan Islam
Para akademisi Islam berbeda pendapat mengenai kapan kehidupan dimulai dan
kapan aborsi diperbolehkan. Sebagian besar setuju bahwa penghentian kehamilan tidak
diizinkan/tidak boleh/haram setelah 120 hari, karena dalam pandangan Islam, janin
diperkirakan sudah menjadi jiwa yang hidup. Sejumlah pemikir Islam berpendapat bahwa
dalam kasus sebelum empat bulan kehamilan, aborsi seharusnya hanya diizinkan dalam
kasus kehidupan sang ibu terancam bahaya atau dalam kasus pemerkosaan.
Beberapa mazhab huum Islam mengizinkan aborsi dalam periode enam belas minggu
pertama kehamilan, sementara yang lain hanya mengizinkannya dalam periode tujuh
minggu pertama kehamilan. Semakin jauh perkembangan janin dalam kehamilan, semakin
besar tidak dibolehkan tindakan aborsi. Al-Qur'an tidak secara khusus membahas tentang
aborsi, tetapi melingkupi isu ini dengan mengutuk pembunuhan yang disengaja. Namun,
semua mazhab hukum Islam memperbolehkan aborsi sebagai sarana untuk menyelamatkan
kehidupan sang ibu.

D. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Kemukakan pengertian Keluarga Berencana/KB serta beberapa alasan mengapa
Pemerintah Indonesia menerapkan program KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi
bagi rakyatnya?
2. Bagaimana Pandangan Islam tentang Keluarga Berencana/KB dan Penggunaan Alat
Kontrasepsi? Apa saja tujuan atau motivasi KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi
yang dibenarkan di dalam agama Islam? Jelaskan Dasar atau Dalilnya!
3. Jelaskan tentang pengertian aborsi dan tindakan medis aborsi!
4. Bagaimanakah hukum Islam tentang aborsi? Jelaskan aborsi yang dilarang dan
yang dibolehkan!
5. Bagaimana pendapat Anda sebagai Perawat mengenai kasus aborsi? Jelaskan!

Untuk Non-Muslim
1. Kemukakan pengertian Keluarga Berencana/KB dan beberapa alasan mengapa
Pemerintah Indonesia menerapkan program KB serta Penggunaan Alat Kontrasepsi
bagi rakyatnya?
2. Bagaimana Pandangan agama Anda tentang Keluarga Berencana/KB dan
Penggunaan Alat Kontrasepsi? Apa saja tujuan atau motivasi KB yang dibenarkan
di dalam agama Anda? Jelaskan!
3. Sebutkan kriteria Alat Kontrasepsi yang dibolehkan dan tidak dibolehkan dalam
agama Anda? Jelaskan!
4. Jelaskan tentang pengertian dan tindakan medis aborsi!
5. Bagaimanakah ketentuan hukum agama Anda tentang aborsi? Jelaskan aborsi yang
dilarang dan yang dibolehkan dalam agama !

Selamat mengerjakan. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Kariim
Achmad Muchsin Kamaludiningrat, dkk. 2012. Kebidanan dalam Islam, Yogyakarta:
Quantum Sinergis Media
Miriam Stoppard. 2009. Buku Panduan Lengkap Kehamilan dan Persalinan Modern.
Yogyakarta: Media Abadi
PP Muhammadiyah, 2000. Tuntunan Praktis Aqiqah, Qurban dan Khitan, Yogyakarta:
Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi DIY.
Lutfiatus Solihah. 2008. Panduan Lengkap Hamil Sehat. Yogyakarta: Diva Press
Majelis Ulama Indonesia, Hayatan Thoyyibatan, Jakarta: MUIUNICEF-DEPAG, 1992.
Mirza Maulana. 2010. Panduan Lengkap Kehamilan. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai