Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tiroid merupakan salah satu bagian tubuh yang sangat penting bagi manusia, tiroid
berbentuk kelenjar dan letaknya di bawah jakun pada leher. Tiroid merupakan kelenjar endokrin
terbesar dalam tubuh berbentuk kupu-kupu. Fungsi kelenjar tiroid adalah menghasilkan hormon
tiroid yang berguna untuk menjaga metabolisme tubuh (Sartika dkk, 2020). Kelenjar tiroid
membutuhkan yodium untuk sintesis dan sekresi hormone tiroid. Produksi hormone tiroid
tergantung pada sekresi TSH (thyroid-stimulating hormone) dari hipofisis anterior dan asupan
protein dan yodium yang adekuat (Erlina & Waluya 2021).

Ada dua jenis gangguan tiroid yang dapat muncul yaitu hipertiroid dan hipotiroid.
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormone tiroid (TH) yang menyebabkan metabolism
tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dan penurunan konsumsi oksigen di jaringan.
Aktivitas kelenjar tiroid kurang dapat terjadi akibat di fungsi tiroid primer atau kejadian
sekunder akibat disfungsi hipofisis anterior (Erlina & Waluya 2021).

Hipotiroid adalah kelainan fungsi kelenjar tiroid yang ditandai dengan kurangnya produksi
hormone tiroid yaitu triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4) yang diproduksi kelenjar tiroid.
Kekurangan hormone tiroid ini menyebabkan penurunan proses metabolism karbohidrat, protein
dan lemak, sehingga cenderung menyebabkan kegemukan (Hidayat, 2018). Hipotiroid pada
kehamilan dapat mengakibatkan bayi lahir dengan gangguan retardasi mental serta gangguan
pertumbuhan (Lembar & Hartono, 2009)

Iodium merupakan mikronutrien yang menjadi bahan baku utama dalam pembentukan
hormon tiroid. Kekurangan maupun kelebihan asupan iodium merupakan salah satu etiologi
hipotiroidisme. Konsekuensi paling parah dari kekurangan iodium adalah kretinisme yaitu suatu
sindrom karena kekurangan hormone tiroid dengan manifestasi utama berupa retardasi mental
dan hambatan tumbuh kembang (Adnan, 2021).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hipotiroid?


2. Apa etiologi dari hipotiroid?
3. Apa saja gejala dari hipotiroid?
4. Apa saja klasifikasi dari hipotiroid?
5. Bagaimana diagnosis dari hipotiroid?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari hipotiroid?
7. Bagaimana epidemiologi dari hipotiroid?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan pengertian hipotiroid


2. Mendeskripsikan etiologi hipotiroid
3. Mendeskripsikan gejala hipotiroid
4. Mendeskripsikan klasifikasi hipotiroid
5. Mendeskripsikan diagnosis hipotiroid
6. Mendeskripsikan penatalaksanaan hipotiroid
7. Mendeskripsikan epidemiologi hipotiroid
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN HIPOTIROID

Hipotiroid merupakan kelainan fungsi kelenjar tiroid yang ditandai dengan kurangnya
produksi hormone tiroid yaitu triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4) yang diproduksi kelenjar
tiroid. Hipotiroid adalah suatu sindroma klinis akibat penurunan produksi dan sekresi hormone
tiroid atau kelainan aktivitas reseptor hormon tiroid. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan
laju metabolisme tubuh (Soewondo & Cahya nur, 2008). Terdapat kekurangan hormone tiroid
yang menyebabkan penurunan proses metabolisme Karbohidrat, protein dan lemak, sehingga
cenderung menyebabkan kegemukan (Hidayat, 2018).Selain itu, pada kondisi kehamilan
hipotiroid dapat mengakibatkan bayi lahir dengan gangguan retardasi mental serta gangguan
pertumbuhan. Iodium merupakan mikronutrien yang menjadi bahan baku utama dalam
pembentukan hormone tiroid. Kekurangan maupun kelebihan asupan iodium merupakan salah
satu etiologi hipotiroidisme. Konsekuensi paling parah dari kekurangan iodium adalah
kretinisme yaitu suatu sindrom karena kekurangan hormone tiroid dengan manifestasi utama
berupa retardasi mental dan hambatan tumbuh kembang.

1.2 ETIOLOGI HIPOTIROID

Hipotiroid dapat dikelompokan menjadi hipotiroidisme primer, sekunder serta tersier.


Hipotiroid primer disebabkan oleh tiroid gagal dalam memproduksi hormone tiroid, sedangkan
hipotiroid sekunder diakibatkan oleh defisiensi hormone TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
yang dihasilkan oleh hipofisis. Hipotiroid tersier disebabkan oleh defisiensi TRH (Throid-
releasing hormone). Yang dihasilkan oleh hipotalamus. Penyebab terbanyak hipotiroid adalah
akibat kegagalan produksi hormone tiroid oleh tiroid (hipotiroid primer) (Mansjoer, 2007).

Menurut Adnan (2021) dalam jurnalnya, berikut etiologi atau penyebab dari hipotiroid sesuai
dengan kelompoknya, antara lain:

1. Hipotiroid Primer

Merupakan gangguan yang terjadi pada kelenjar tiroid itu sendiri yang terdiri dari beberapa
penyebab, yaitu:
a. Penyakit autoimun kronis
Merupakan system kekebalan tubuh yang dapat menyerang kelenjar tiroid.
b. Terapi Radioiodin.
Terapi ini bertujuan untuk menghancurkan sel kelenjar tiroid. Beberapa penyakit yang
menggunakan terapi radioiodine, yaitu penyakit graves, goiter noduler, kanker sekitar
kepala dan leher
c. Tiroidektomi
Merupakan tindakan pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid
d. Kelebihan asupan iodium. Asupan iodium yang melebihi kebutuhan dapat meningkatkan
angka kejadian hipotiroid subklinis dan autoimun tiroiditis
e. Kekurangan asupan iodium
Iodium adalah komponen penting dari sintesis hormone tiroid
f. Hipotiroid kongenital atau bawaan sejak lahir
Keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang didapat sejak lahir karena
kelainan anatomi atau gangguan metabolisme pembentukan hormone tiroid atau
defisiensi iodium
g. Obat – obatan
Beberapa obat seperti amiodarone, lithium, tyrosine kinaseinhibitors, obat antiepilepsi
dapat menyebabkan perubahan pada tes fungsi tiroid, melalui mekanisme penghambatan
aktivitas 5-deiodinase yang mengakibatkan penurunan perubahan T3 dan T4
2. Hipotiroid sekunder

Disebabkan oleh gangguan atau keruskan pada kelenjar pituitary otak yang mengawasi kerja
kelenjar tiroid.

3. Hipotiroid tersier

Disebabkan oleh adaanya gangguan atau kerusakan di hipotalamus sehingga akan mempengaruhi
produksi TRH (Throid-releasinghormone).

4. Hipotiroid perifer

Hal ini dapat muncul karena adanya resistensi jaringan perifer terhadap aksi hormon tiroid
1.3 GEJALA HIPOTIROID

Hipotiroidisme artinya kekurangan hormon tiroid, yaitu hormone yang dikeluarkan oleh
kelenjar tiroid atau kelenjar gondok. Hipotiroidisme (miksedema) adalah sindroma klinik yang
terjadi akibat kadar T3 dan T4 dalam sirkulasi tidak adekuat. Laju metabolisme akan
menurunkan dan mukopolisakarida tertimbun dalam jaringan ikat dermis sehingga tampak
gambaran wajah miksedema yang khas. Gejala penyakit tiroid bias bermacam-macam, sangat
bervariasi tergantung naik turunnya hormon. Hormon tiroid yang kekurangan disebut
hipotiroid. Hipotiroid bisa mengganggu organ tubuh yang semula masih sehat. Tiroid yang tidak
sehat berdampak buruk bagi semua orang, terutama wanita hamil dan orang yang sudah lanjut
usia (Supit dan Peirris, 2002).

Terdapat pengaruh hipotiroid yang disebabkan oleh system organ. Berikut ini terdapat gejala
klinis hipotiroidisme berdasarkan sistem organ (Mansjoer et al., 2007) yang disajikan dalam
bentuk tabel, antara lain :

Seseorang bisa dikatakan mengalami hipotiroid salah satunya dengan melihat hasil tes
laboraturium dimana kadar TSH tinggi dan kadar FT4 rendah sedangkan kadar kolesterolnya
tinggi. Pada orang yang mengalami hipotiroid aktivitas sel menjadi lambat yang dapat
mengakibatkan nafsu makan turun sehingga berat badan akan cenderung naik, pembakaran
berkurang sehingga kalori yang berlebihan di dalam tubuh akan menjadi timbunan lemak ditubuh
yang berdampak pada kadar kolesterol dalam darah cenderung tinggi (Bernadette, 2001).

Gejala yang paling umum muncul pada orang dewasa yaitu mudah lelah, lesu, intoleran
terhadap suhu dingin, adanya penambahan berat badan, konstipasi (sembelit), nyeri sendi dan
kram otot, gangguan pertumbuhan dan perkembangan (anak-anak), perubahan suara, kulit
kering, rambut rontok, gondok. Kekurangan maupun kelebihan hormone tiroid akan
mengganggu berbagai proses metabolisme dan aktivitas fisiologi serta mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan termasuk system saraf dan otak. Faktor-faktor
yang dapat mencetuskan penyakit gangguan tiroid adalah usia, jenis kelamin, genetik, merokok,
stres, riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan autoimun, zat kontras yang
mengandung iodium, obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit tiroid, dan
lingkungan (Pusdatin, 2015).
Hormon tiroid mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Untuk membuat hormone tiroid
diperlukan mineral yodium. Yodium bersumber dari makanan dan air yang kita konsumsi tiap
hari, jika makanan yang dikonsumsi kekurangan atau kelebihan yodium makaakan membuat
tiroid bermasalah. Tiroid harus membuat hormon, sedangkan bahan baku yodiumnya terbatas
maka ukuran tiroid dipacu menjadi semakin besar sehingga timbulah penyakit goiter yang
kemudian akan disertai dengan tanda-tanda hipotiroid (Hans, 2011).

1.4 KLASIFIKASI HIPOTIROID

Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu kejadian (kongenital atau akuisital),


disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/sentral), jangka waktu (transien atau
permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau tanpa gejala/subklinis). Hipotiroid
kongenital biasa dijumpai di daerah dengan defisiensi asupan yodium endemis. Pada daerah
dengan asupan yodium yang mencukupi, hipotiroid kongenital terjadi pada 1 dari 4000 kelahiran
hidup, dan lebih banyak dijumpai pada bayi perempuan (Roberts & Ladenson,2004).

Pada anak-anak hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau disgenesis kelenjar tiroid
atau gangguan sintesis hormone tiroid. Disgenesis kelenjar tiroid berhubungan dengan mutasi
pada genPAX8 dan thyroid transcription factor 1 dan 2 (Gillam & Kopp, 2001). Hipotiroid
akuisital disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah tiroiditis
autoimun yang sering disebut tiroiditas Hashimoto. Peran autoimun pada penyakit ini didukung
adanya gambaran infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid dan adanya antibodi tiroid dalam
sirkulasi darah. Operasi atau radiasi (mis : radioterapi eksternal pada penderita head and neck
cancer, terapi yodium radioaktif pada tirotoksikosis, paparan yodium radioaktif yang tidak
disengaja, infiltrasi besi di kelanjar tiroid pada hemokromatosis. Beberapa bahan kimia maupun
obat (misal: amiodarone, lithium, interferon) juga dapat menyebabkan hipotiroid dengan cara
mempengaruhi produksi hormone tiroid atau mempengaruhi autoimunitas kelenjar tiroid
(Roberts & Ladenson, 2004).

Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid primer dan
hipotiroid sentral. Hipotiroid primer berhubungan dengan efek pada kelenjar tiroid itu sendiri
yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormone tiroid, sedangkan hipotiroid sentral
berhubungan dengan penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi hormone Thyrotropin
Releasing Hormone(TRH) oleh hipotalamus atau produksi tirotropin (TSH) oleh hipofisis
(Roberts & Ladenson, 2004).

1.5 DIAGNOSIS DAN SKRINING

Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan kadar TSHs (Thyroid Stimulating


Hormone) serum dan FT4 (Free Thyroxin) terkadang T3 total TSH (Adnan, 2021). Namun
pemeriksaan laboratorium untuk ibu hamil, yakni dari pemeriksaan Anti TPO. Anti TPO
merupakan petanda awal kebahayaan (risiko) kenaikan TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) di
hipotiroidisme. Individu dengan kenaikan kadar Anti TPO dan TSH, sekitar 5% akan
berkembang menjadi hipotiroidisme klinis. Iindikasi pemeriksaan Anti TPO (Lembar & Hartono,
2009), antara lain:

1. Membantu menetapkan diagnosis penyakit tiroid autoimun


2. Menentukan adanya faktor kebahayaan ke penyakit tiroid autoimun hipotiroidisme
selama pengobatan (terapi) interferon alfa, interleukin atau litium
3. Ada atau tidaknya gangguan fungsi (disfungsi) tiroid selama pengobatan amiodarone,
hipotiroidisme di pasien sindrom Down.
4. Ada atau tidaknya disfungsi tiroid selama kehamilan dan tiroiditis pasca bersalin
(postpartum), keguguran dan kegagalan pembiakan in vitro (in vitro fertilization)

1.6 PENATAKLAKSANAAN

Diperlukan terapi untuk mengontrol kadar hormone tiroid pada batasan normal, salah satunya
dengan obat antitiroid. Pada pengelolaan penyakit hipertiroid dikenal 3 modalitas terapi, yaitu
obat anti tiroid, tiroidektomi, dan radioablasi. Masing-masing memiliki keunggulaan dan indikasi
serta kontraindikasi yang berbeda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan
hipotiroidisme adalah takaran obat (dosis) awal dan cara menaikkan dosis tiroksin. Asas
penyulihan (prinsip substitusi) adalah mengganti kekurangan produksi hormone tiroid endogen
pasien. Penunjuk (indikator) kecukupan terbaik ialah kadar TSH (thyroid-stimulating hormone)
normal. Takaran obat penekanan (dosis supresi) tidak dianjurkan, sebab dapat terjadi gangguan
jantung dan kepadatan (densitas) mineral. L-tiroksin (L-T4), L-triodotironin (L-T3), maupun
bubuk (pulvus) tiroid tersedia. Bubuk (pulvus) tidak digunakan lagi karena dampaknya yang sulit
diketahui. T3 tidak digunakan lagi sebagai pengganti karena waktu paruhnya pendek, hingga
perlu diberikan beberapa kali sehari. Obat oral terbaik adalah T4 (Le mbar & Hartono, 2009).

Asuhan gizi pada penyakit hipotiroid, yaitu dengan dilakukannya diet yang bertujuan (Adnan,
2021), antara lain :

a. Memberikan asupan energy yang cukup sesuai kebutuhan untuk memperbaiki status gizi
b. Memenuhi kebutuhan zat gizi mikro terutama mineral iodium dan selenium untuk
meningkatkan produksi hormone tiroid
c. Membantu menurunkan berat badan, melancarkan BAB, dan menurunkan kolesterol

Adapun prinsip dan syarat yang dilakukan dalam pemberian diet (Adnan, 2021), antara lain:

a. Energi cukup
b. Protein tinggi 2 – 2,5 gr/kgBB
c. Lemak cukup 10 – 25% dari total energi
d. Karbohidrat cukup, sisa dari kebutuhan energi total
e. Kebutuhan normal iodium berdasarkan AKG
f. Tinggi mineral iodium, selenium, seng dan kalsium
g. Tinggi serat

1.7 EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian hipotiroid kongenital bervariasi antar negara, dipengaruhi oleh faktor etnis dan
ras. Diseluruh dunia angka kejadian hipotiroid kongenital 1:3000 dengan kejadian sangat tinggi
didaerah kurang iodium 1:300- 900. Prevalensi lebih tinggi pada keturunan asia dan sangat
jarang pada populasi kulit hitam (Kemenkes RI, 2014). Kasus hipotiroid kongenital di jepang
1:7.600/ jumlah kelahiran. Di Singapura 1:3000-3500, sedangkan negara terdekat kita Malaysia
1:3026 (Kemenkes RI, 2015). Prevalensi hipotiroid di Indonesia belum diketahui secara pasti.
Berdasarkan data di unit endokrinologi dari beberapa rumah sakit di Indonesia tahun 2010
ditemukan 595 kasus hipotiroid kongenital. Di RSCM pada tahun 1992-2004 terdapat 93 kasus
dengan perbandingan perempuan terhadap laki-laki adalah 57:36 (61%:39%). Tahun 2012-2013
di RSCM dan RSHS menunjukkan bahwa kejadian hipotiroid kongenital tahun 2000-2014 dari
213.669 bayi baru lahir yang diskrining hipotiroid kongenital, didapatkan hasil positif sejumlah
85 bayi atau 1:2513 ini menunjukkan bahwa angka tersebut lebih tinggi dari rasio global yaitu
1:3000. Lebih dari 70% penderita hipotiroid kongenital didiagnosis setelah umur 1 tahun, hanya
2,3% yang didiagnosis kurang dari 3 bulan. Berdasarkan Riset Kesehatan (Riskesdas) 2007
didapatkan kadar Thyroid Stimulating Hormon (TSH) sebagai salah satu penunjang diagnostik
hipotiroid sebesar 2,7% pada laki-laki dan 2,2% perempuan (Kemenkes RI, 2015).

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. 2021. Asuhan Gizi Pada Hipotiroid. Journal of Nutrition and Health. (9):1:19-24

Anggraini, Y., & Leniwita, H.2019. Modul Keperawatan Medikal Bedah II. Fakultas Vokasi,
Universitas Kristen Indonesia.

Erlina, L., & Waluya, N.A. 2021. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 9 Gangguan Sistem
Endokrin. Singapore : Elsevier Singapore Pte.

Ltd Lembar, S., & Hartono, B. 2009. Disfungsi Tiroid, Antibodi, Peroksidase, dan Hormon
Perangsangnya. Indonesian Journal Of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 15 (2): 43-72

Prasetyowati, P., & Ridwan, M. (2016). Hipotiroid Kongenital. Jurnal Kesehatan Metro Sai
Wawai, 8 (2), 70-74.

Sarika, D.,& Yupianti. 2020. Klasifikasi Penyakit Tiroid Menggunakan Algoritma C4.5 Studi
Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hasanuddin Damrah Manna. Journal Of Science
and Technology.13 (1): 71-76

Anda mungkin juga menyukai