Anda di halaman 1dari 5

AZIZIA DINI ASTUNGKARI

406221001

UNTAR

REFERAT
HIPOTIROID

Definisi
Hipotiroid adalah kelainan fungsi kelenjar tiroid yang ditandai dengan kurangnya produksi
hormone tiroid yaitu triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4) yang diproduksi kelenjar tiroid.
Kekurangan hormon tiroid ini menyebabkan penurunan proses metabolisme Karbohidrat, protein
dan lemak, sehingga cenderung menyebabkan kegemukan (Hidayat, 2018). Hipotiroid pada
kehamilan dapat mengakibatkan bayi lahir dengan gangguan retardasi mental serta gangguan
pertumbuhan
Iodium merupakan mikronutrien yang menjadi bahan baku utama dalam pembentukan hormon
tiroid. Kekurangan maupun kelebihan asupan iodium merupakan salah satu etiologi
hipotiroidisme. Konsekuensi paling parah dari kekurangan iodium adalah kretinisme yaitu suatu
sindrom karena kekurangan hormone tiroid dengan manifestasi utama berupa retardasi mental
dan hambatan tumbuh kembang.

Etiologi
Berikut etiologi/penyebab dari hipotiroid :
1. Hipotiroid Primer (gangguan terjadi pada kelenjar tiroid itu sendiri)
a. Penyakit autoimun, seperti Tiroiditis Hashimoto. Pada Tiroiditis Hashimoto, terjadi
peningkatan infiltrasi limfosit ke dalam jaringan kelenjar tiroid yang mengakibatkan
terbentuknya inti “germina”, dan metaplasia oksifil.
b. Terapi Radioiodin
Terapi ini bertujuan untuk menghancurkan sel kelenjar tiroid. Beberapa penyakit yang
menggunakan terapi radioiodine yaitu penyakit graves, goiter noduler, kanker sekitar kepala
dan leher.
Hipotiroid yang terjadi sebagai akibat terlalu banyaknya sel kelenjar yang terangkat akibat
proses pembedahan ataupun rusak akibat proses ablasi. Sebagai akibatnya tidak cukup
banyak sel kelenjar tiroid.
c.Tiroidektomi
Merupakan tindakan pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.
d. Kekurangan asupan iodium
Iodium adalah komponen penting dari sintesis hormone tiroid. Iodium merupakan bahan
dasar hormon tiroid, kekurangan asupan iodium dalam jangka panjang akan mengganggu
sintesis hormon. Kekurangan iodium yang lama menimbulkan gondok endemic yang sering
ditemukan pada daerah dengan asupan iodium penduduk yang kurang.
f. Hipotiroid kongenital/bawaan sejak lahir
Hipotiroid yang terjadi pada bayi baru lahir dapat berlangsung secara permanen atau
sementara. Hipotiroid kongenital yang permanen, ditandai dengan adanya perubahan
struktur, baik aplasia maupun hypoplasia atau terjadi perubahan lokasi kelenjar tiroid
(ektopik).
Berbagai penyebab terjadinya hipotiroid pada bayi baru lahir yang bersifat sementara antara
lain: adanya bloking antibody ibu terhadap tirotropin, adanya paparan terhadap obat anti
tiroid yang dikonsumsi ibu, defisiensi iodium ataupun akibat iodium yang berlebihan.
g. Obat – obatan
Beberapa obat seperti amiodarone, lithium, tyrosine kinase inhibitors, obat anti epilepsi
dapat menyebabkan perubahan pada tes fungsi tiroid, melalui mekanisme penghambatan
aktivitas 5-deiodinase yang mengakibatkan penurunan perubahan T3 dan T4.
2. Hipotiroid sekunder = disebabkan oleh gangguan atau keruskan pada kelenjar pituitary otak
yang mengawasi kerja kelenjar tiroid.
3. Hipotiroid tersier = disebabkan oleh adaanya gangguan atau kerusakan di hypothalamus
sehingga akan mempengaruhi produksi TRH.

Faktor Resiko
Kondisi yang bisa membuat seseorang lebih berisiko menderita hipertiroidisme, di antaranya:
1. Berjenis kelamin wanita dan berusia di atas 60 tahun
2. Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit tiroid
3. Sedang hamil atau baru melahirkan dalam waktu 6 bulan terakhir
4. Menderita penyakit autoimun lainnya, seperti diabetes tipe 1, penyakit celiac, atau
multiple sclerosis
5. Menderita gangguan bipolar, sindrom Down, atau sindrom Turner

Tanda dan Gejala Hipotiroid


Hormon tiroid sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan otak dan saraf.
Hipotiroid pada janin dalam kandungan atau bayi baru lahir akan mengganggu pertumbuhan otak
dan saraf. Gejala yang terjadi pada orang dewasa berupa penurunan daya intelektual,
menurunnya nada bicara, gangguan memori letargi, rasa kantuk berlebih.
Diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan dengan melakukan beberapa pendekatan, seperti:
1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan terhadap dan gejala yang timbul.
2. Riwayat penyakit dan keluarga  adanya Riwayat pengobatan kelenjar tiroid dengan
obat, tindakan bedah, ablasi I131, radiasi daerah leher ataupun mengkonsumsi obat-
obatan lain seperti amiodaron, interferon alfa, interleukin serta litium akan sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis hipotiroidisme. Serta riwaya keluarga dengan
kelaian tiroid.
3. Pemeriksaan fisik  adanya pembesaran kelenjar, kulit kering, edema piting,
menurunnya reflek tendon, bradikardi dan gejala lain.
4. Pemeriksaan darah  pengukuran kadar TSH dan T4 (T4 bebas) merupaka pemeriksaan
yang spesifik dan dipergunakan untuk menegakkan diagnosis hipotiroid. Peningkatan
kadar TSH dan menurunnya kadar T4 bebas menunjukkan adanya tiroid. Nilai normal
TSH (Tyroid Stimulating Hormone) serum adalah 0,3 – 4,0 µIU/mL, sedangkan nilai
normal Free thyroxine (fT4) yaitu 0,8 - 2,0 ng/dL Berikut evaluasi pemeriksaan
laboraturium hipotiroid.
Tatalaksana
Terapi utama untuk mengatasi hipotiroidisme dengan terapi pengganti hormon. Pada
hipotiroidisme primer, konsentrasi Thyroid-stimulating hormone (TSH) bisa digunakan sebagai
acuan untuk memantau terapi. T4 bebas adalah indikator yang kurang sensitif dan bisa berada
pada batas normal walaupun TSH dihambat. Namun, pengukuran T4 bebas bisa menjadi acuan
pada hipotiroidisme sekunder ketika pengeluaran TSH terganggu. Tujuan dari terapi
hipotiroidisme adalah mengoreksi hipotiroidisme menjadi kondisi eutiroid (mengurangi gejala
dan normalisasi sekresi TSH), mengurangi ukuran gondok dan/atau prevensi kambuhnya kanker
tiroid.
Tiroksin Sintetis (T4 : Levothyroxine)
Tiroksin Sintetis (T4) adalah pilihan terapi untuk hipotiroidisme primer. Pada jaringan perifer, T4
mengalami proses deiodinasi menjadi Triiodotironin (T3) yaitu bentuk aktif dari hormon tiroid
(Gambar 39-1). Pada pasien muda yang sehat, dosis awal dimulai dari 50 sampai 200 mcg per
hari. Meskipun formula dari T4 (Synthroid, Levoxyl, bentuk generik) mungkin memiliki sedikit
perbedaan dalam hal bioavailabilitasnya, namun sebuah penelitian mengatakan bahwa
bioekivalensi antara masing-masing formula bisa sama/setara. Dosis obat dapat dikurangi untuk
pasien yang lebih tua dan ditambah untuk pasien yang sedang hamil. Karena T4 memiliki waktu
paruh 7-10 hari, pasien hipotiroid bisa melewatkan beberapa hari tanpa T4 dan tidak akan
menimbulkan konsekuensi buruk. Apabila pasien tidak dapat makan lebih dari seminggu, T4
parenteral (80% dari dosis oral pasien) bisa diberikan.
Formulasi T3 (Liothyronine)
Liothyronine adalah isomer levorotasi dari T3 yang bersifat 2.5 sampai 3.0 kali lebih poten dari
levothyroxine. Onsetnya yang cepat dan durasi kerja yang singkat menyebabkan penggunaan
Liothyronine untuk terapi penggantian tiroid jangka panjang jarang dilakukan. Terapi kombinasi
T4-T3 dapat memperbaiki gejala pada sekelompok kecil pasien dengan polimorfisme deiodinasi
tipe 2, dimana T4 diubah menjadi T3.

Komplikasi
Komplikasi dari hipotiroid berat dapat berupa koma miksedema yang merupakan
kegawatdaruratan dalam bidang endokrin. Krisis miksedema harus dicurigai jika muncul
ensefalopati, hipotermia, kejang, hiponatremia, hipoglikemia, aritmia, syok kardiogenik,
kegagalan nafas, dan retensi cairan. Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya krisis
miksedema adalah dosis hormon tiroid yang inadekuat, hipotiroid yang tidak terdiagnosis, dan
adanya gangguan akut seperti sepsis.

Prognosis
Prognosis hipotiroid tergantung pada adekuat atau tidaknya terapi yang diterima oleh pasien.
Komplikasi yang muncul akibat kondisi hipotiroid yang tidak ditangani dengan baik dapat
memperburuk prognosis

Anda mungkin juga menyukai