TIROID
Hipertiroid Hipotiroid
Obat antitiroid :
1. Tionamid
2. Iodida
1. Levotiroksin (T4)
3. Adrenergik bloker
2. Liotironin (T3)
4. Radioaktif Iodin (RAI)
Operasi
Terapi Farmakologi
(Antithyroid Pharmacotherapy/ Hipertiroid)
1. Thioureas (Thionamides)
Propylthiouracil (PTU) dan methimazole (MMI)
mem block sintesis hormon tiroid dengan inhibisi
sistem enzim peroksidase dari kelenjar tiroid,
sehingga mencegah oksidasi iodida dan
selanjutnya bergabung membentuk iodotirosin
dan akhirnya iodotironin (‘organifikasi’), dan
dengan inhibisi penggabungan MIT dan DIT
membentuk T4 dan T3. PTU (tapi bukan MMI) juga
meng-inhibit perubahan perifer dari T4 menjadi T3.
Dosis awal termasuk PTU 300-600 mg sehari
(biasanya dalam tiga sampai empat dosis terbagi)
atau MMI 30-60 mg sehari dalam tiga dosis terbagi.
Terdapat bukti bahwa kedua obat bisa diberikan
dalam dosis harian tunggal.
Dosis pemeliharaan harian adalah PTU 50-300 mg
dan MMI 5-30 mg
Terapi obat antitiroid sebaiknya dilanjutkan sampai
12-24 bulan untuk memicu remisi jangka panjang.
Pasien sebaiknya diawasi tiap 6-12 bulan setelah
remisi. Jika terjadi serangan ulang, terapi alternatif
dengan radioactive iodine (RAI) disukai sebagai
rangkaian obat antitiroid kedua, karena terapi
lanjutan biasanya jarang memicu remisi.
2. Iodida
Iodida menghalangi pelepasan hormon
tiroid, inhibit biosintesis hormon tiroid
dengan menghalangi penggunaan iodida
intratiroid, dan menurunkan ukuran dan
vaskularitas kelenjar.
Perbaikan simtom terjadi dalam 2-7 hari sejak
memulai terapi, dan konsentrasi serum T3 dan
T4 bisa berkurang selama beberapa minggu.
Iodida sering digunakan sebagai terapi
tambahan untuk menyiapkan pasien dengan
penyakit Grave sebelum menjalani operasi,
untuk menginhibisi pelepasan hormon tiroid
dan dengan cepat mencapai keadaan euthyroid
(= kelenjar tiroid berfungsi normal) pada pasien
yang sangat tirotoksik dengan dekompensasi
kardia, atau untuk menginhibit pelepasan
hormon tiroid setelah terapi RAI.
Kalium iodida tersedia sebagai larutan jenuh
atau larutan Lugol, mengandung 6,3 mg iodida
per tetes.
Iodin tidak boleh digunakan untuk terapi
hipertiroidisme jangka panjang karena efek
antitiroidnya akan cenderung menghilang.
Efek samping : reaksi hipersensitivitas (kulit
kemerahan, drug fever, rhinitis [inflamasi
membran mukosa hidung], pembengkakan
kelenjar ludah, ‘iodisme’ (rasa logam, mulut
dan tenggorokan terbakar, nyeri pada gigi
dan gusi, terkadang gangguan perut dan
diare.
3. Adrenergik bloker
β blocker digunakan secara luas untuk
mengurangi gejala tirotoksik seperti
palpitasi, cemas, tremor, dan tidak tahan
panas. Agen ini tidak mempunyai efek pada
tirotoksikosis perifer dan metabolisme
protein dan tidak mengurangi TSAb (Thyroid
Stimulating Antibody).
Propanolol dan nadolol secara parsial
menghalangi perubahan T4 menjadi T3, tapi
kontribusinya kecil terhadap terapi
keseluruhan.
β blocker biasanya digunakan sebagai terapi
tambahan dengan obat antitiroid, RAI, atau
idodida dalam penanganan penyakit Grave atau
toxic nodule.
β blocker adalah terapi primer hanya untuk
tiroiditis dan hipertiroid yang diinduksi iodin.
Dosis propanolol yang dibutuhkan untuk
mengurangi gejala adrenergik bervariasi, tapi
dosis awal 20-40 mg 4 x sehari efektif untuk
kebanyakan pasien (denyut jantung <90
denyutan per menit).
Pasien lebih muda atau dalam kondisi lebih toksik
bisa membutuhkan sampai 240-480 mg/hari).
β blocker dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung kongestif, kecuali kelainan
itu disebabkan takikardia.
Efek samping lain termasuk mual, muntah,
cemas, insomnia,bradikardi, dan gangguan
hematologi.
Simpatolitik yang bekerja sentral (seperti,
clonidin) dan antagonis Ca channel blocker
(seperti, diltiazem) bisa berguna untuk
mengontrol simtom ketika dikontraindikasikan
untuk β blocker.
4. Radioaktif Iodin (RAI)
Natrium iodida 131 (131I) adalah larutan oral
yang terkonsentrasi di tiroid dan mengganggu
sintesis hormon dengan penggabungan
hormon tiroid dan tiroglobulin.
Setelah periode beberapa minggu, folikel yang
telah diambil RAI dan folikel disekitarnya
mengalami nekrosis selular dan fibrosis
jaringan interstitial.
RAI adalah senyawa pilihan untuk penyakit
Grave, nodul autonom toksik, dan gondok
multinodular toksik. Kehamilan merupakan
kontraindikasi absolut untuk penggunaan RAI.
Pasien dengan penyakit kardiak dan pasien lansia
biasanya diterapi dengan thionamide sebelum RAI
ablation (ablation = pengangkatan jaringan) karena
hormon tiroid akan meningkat setelah pemberian
RAI karena pelepasan dari hormon tiroid.
Tujuan terapi : untuk menghancurkan sel –sel tiroid
yang sangat reaktif
Dosis tunggal 4000 – 8000 rad menghasilkan
kondisi euthyroid pada 60 % pasien selama 6 bulan
atau kurang.
Dosis kedua RAI diberikan selama 6 bulan setelah
penanganan RAI pertama, jika pasien tetap
hipertiroid
Efek samping :
jangka pendek : disfagia dan tiroidal sedang
Jangka panjang : resiko karsinoma tiroid,
leukemia atau gangguan kongenital
Obat-obat antitiroid sebaiknya tidak rutin
diberikan setelah RAI, karena penggunaannya
dihubungkan dengan tingginya kejadian
serangan hipertiroid setelah perawatan atau
hipertiroid yang menetap.
Jika iodida diberikan, sebaiknya diberikan 3-7
hari setelah RAI untuk mencegah interaksi
dengan asupan RAI di kelenjar tiroid.
Farmakoterapi Hipotiroid
Levotiroksin (T4) adalah obat pilihan untuk
penggantian hormon tiroid dan terapi supresif karena
stabil secara kimia, relatif murah, bebas antigen, dan
mempunyai potensi yang seragam; tetapi, semua
sediaan tiroid komersial yang ada bisa digunakan.
Penggantian sediaan levotiroksin sebaiknya
dilakukan dengan hati-hati kecuali telah dicapai
bioekivalensi.
Karena T3 adalah bentuk aktif biologis, pemberian
levotiroksin menghasilkan penumpukan hormon
tiroid yang siap diubah menjadi T3.
Kolestiramin, kalsium karbonat, sucralfat,
aluminium hidroksida, ferrous sulfate,
sediaan kedelai, dan suplemen fiber bisa
mengganggu absorpsi levotiroksin dari
saluran cerna.
Obat yang meningkatkan kliren T4
noniodinasi termasuk rifampin,
carbamazepin, dan mungkin fenitoin.
Amiodarone bisa menghalangi konversi T4
menjadi T3
Liotironin (T3) : merupakan garam natrium
dari T3 dan kurang terikat dengan protein,
liotironin bekerja lebih cepat dari pada T4.
Penggunaan utama T3 : pada koma hipotiroid
Terima Kasih
1. Jelaskan mek kerja PTU
2. Sebutkan Efek samping Kalium Iodida
3. Sebutkan dosis dan penggunaan klinis
propranolol
4. Sebutkan obat2 yang mengganggu absorbsi
levotiroksin