Anda di halaman 1dari 35

FARMAKOTERAPI

TIROID

dr. Nugroho EWB,Msi


Farmakologi FK UWKS
FISIOLOGI HORMON TIROID

 Hormon tiroid : tiroksin (T4) dan


triiodotironin (T3) dibentuk  pada tiroglobulin,
yaitu suatu glikoprotein besar yang disintesis
dalam sel tiroid.
 Iodida inorganik memasuki sel folikel tiroid
dan dioksidasi oleh tiroid peroksidase dan
terikat  secara kovalen ke residu tirosin dari
tiroglobulin.
 Residu tiroid teriodinase → monoiodotirosin
(MIT) dan diioditirosin (DIT) bergabung
membentuk iodotironin dalam reaksi yang
dikatalisa oleh tiroid peroksidase.
 DIT dan DIT membentuk T4, sedang MIT dan
DIT membentuk T3.
 Produksi hormon tiroid diatur oleh TSH yang 
disekresi pituitari anterior, yang berada di
bawah kontrol negative feedback oleh
hormon tiroid, bebas di sirkulasi dan 
pengaruh positif dari hypothalamic
thyrotropin-releasing hormone (TRH).

 Produksi hormon tiroid juga diatur oleh


deiodinasi ekstratiroid T4­ menjadi T3 yang bisa
dipengaruhi nutrisi, hormon non-tiroid, obat-
obatan dan penyakit.
 Hormon Triiodotironin (T3) dan Tiroksin (T4)
bertanggung jawab untuk pertumbuhan,
perkembangan, fungsi dan pemeliharaan
jaringan tubuh yang optimal
HIPERTIROID

 Pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan


diperkirakan terjadi akibat   stimulasi
abnormal kelenjar tiroid oleh
immunoglobulin dalam darah
 Hipertiroid merupakan sekresi hormon tiroid
yang berlebihan, dimanifestasikan melalui
peningkatan metabolisme.
Penyebab :
 Herediter
 Toksik Adenoma
 Tumor kelenjar hipofise
 Tiroiditis sub akut
 Kanker tiroid
 Terapi hormon tiroid berlebihan
Gejala :
 Tekanan darah tinggi
 Percepatan denyut jantung
 Banyak keringat
 Sulit tidur
 Gelisah dan gemetar
 Nafsu makan bertambah
 Frekuensi BAB bertambah
 Mata bengkak,memerah dan peka terhadap
cahaya
 Mata melotot, kedipan mata berkurang
Pemeriksaan Penunjang
Hipertiroidisme
 T4 Serum : Ditemukan peningkatan T4 serum pada
hipertiroid. T4 serum normal antara 4,5 dan 11,5
mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L). Kadar T4 serum
merupakan tanda yang akurat untuk menunjukkan
adanya hipertiroid.

 T3 Serum : Kadar T3 serum biasanya meningkat.


Normal T3 serum adalah 70-220 mg/dl (1,15
hingga 3,10 nmol/L).

 Tes T3 Ambilan Resin : Pada hipertiroid, ambilan


T3 lebih besar dari 35% (meningkat). Normal
ambilan T3 ialah 25% hingga 35% (fraksi ambilan
relative: 0,25 hingga 0,35).
Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormon)
Pada hipertiroid ditemukan penurunan
kadar TSH serum
Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)
Tes TRH akan sangat berguna bila Tes T3
dan T4 tidak dapat dianalisa. Pada
hipertiroidisme akan ditemukan penurunan
kadar TRH serum.
Tiroslobulin
Pemeriksaan Tiroslobulin melalui
pemeriksaan radio immunoassay. Kadar
tiroslobulin meningkat pada hipertiroid.
HIPOTIROID

 Hipotiroid ialah sekresi tiroid yang tidak


adekuat selama perkembangan janin dan
neonatus yang nantinya akan menghambat
pertumbuhan fisik dan mental (kretinisme),
karena penekanan aktivitas metabolik tubuh
secara umum.
 Sebagian besar pasien hipotiroid memiliki
kegagalan kelenjar tiroid (hipotiroidisme primer).
 Penyebabnya : tiroiditis autoimun kronik dimana
sistem imun menyerang kelenjar tiroid,
hipotiroidisme iatrogenik, defisiensi iod,
kekurangan enzim, hipoplasia tiroid dan
goitrogens
 Goitrogens : senyawa yg menyebabkan
pembesaran pada kelenjar tiroid yang
menyebabkan pembengkakan dibagian depan
leher.
 Hipoplasia : perkembangan organ atau jaringan
kurang atau tidak sempurna
Gejala :
 Denyut nadi melambat
 Tidak tahan cuaca dingin
 Lambat berbicara
 Sambelit
 Berat badan bertambah
 Kulit kering dan bersisik
 Kelopak mata menurun
 Suara serak
 Kuku rapuh
 Gangguan haid & hilangnya libido
Pemeriksaan Penunjang
Hipotiroidisme
 T4 Serum
Penentuan T4 serum dengan tekhnik radio
immunoassay pada hipotiroid ditemukan
kadar T4 serum normal sampai rendah.
Normal kadar T4 serum diantara 4,5 dan
11,5 mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L)
 T3 Serum
Kadar T3 serum biasanya dalam keadaan
normal-rendah.Normal kadar T3 serum
adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga
3,10 nmol/L)
 Tes T3 Ambilan Resin
Pada hipotiroidisme, maka hasil tesnya
kurang dari 25% (0,25)

 Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)


Pada hiportiroidisme akan ditemukan
peningkatan kadar TRH serum.

 Tes TSH (Thyrotropin Stimulating Hormon)


Pada hipotiroid yang disebabkan oleh
keadaan kelenjar tiroid maka akan
ditemukan peningkatan kadar TSH serum.
Tujuan Terapi

 Untuk hipertiroid : menormalkan produksi hormon


tiroid; mengurangi gejala dan konsekuensi jangka
panjang; dan memberikan terapi individual
berdasar tipe dan keparahan penyakit, usia pasien
dan kelamin, adanya kondisi non-tiroid, dan respon
terhadap terapi sebelumnya.
 Untuk hipotiroid : memulihkan metabolisme
pasien kembali kepada keadaan metabolik normal,
dengan cara mengganti hormon yang hilang.
TERAPI
 TERAPI NON FARMAKOLOGI
 Operasi pengangkatan kelenjar tiroid : untuk nodul,
gondok ukuran besar, kurangnya penanganan obat
tiroid dan pasien yang kontraindikasi terhadap
tionamida (alergi atau efek samping)
 Jika tiroidektomi akan dilakukan, Propylthiouracil
(PTU) atau  methimazole (MMI) biasanya diberikan
selama 6 – 8 minggu, diikuti dengan pemberian
iodida (500mg/hari) selama 10 – 14 hari sebelum
operasi, gunanya untuk menurunkan vaskularitas
kelenjar.
 Levotiroksin dapat ditambahkan untuk
mempertahankan kondisi eutiroid sedangkan
tionamida terus diberikan.
 Propanolol telah digunakan selama beberapa
minggu sebelum operasi dan 7-10 hari setelah
operasi untuk menjaga denyut jantung <90
denyut/menit.
 Propanolol dikombinasi dengan Kalium Iodida
selama 10-40 hari.
 Komplikasi operasi termasuk serangan ulang
hipertiroid atau hipertiroid yang menetap (0,6-
0,8%), hipotiroid (sampai 49%), hipoparatiroid
(sampai 4%), dan gangguan pita suara (sampai 5%).
 Frekuensi kemunculan hipotiroid membutuhkan
pemantauan secara periodik untuk identifikasi dan
penanganan.
Farmakoterapi

Hipertiroid Hipotiroid

 Obat antitiroid :
1. Tionamid
2. Iodida
1. Levotiroksin (T4)
3. Adrenergik bloker
2. Liotironin (T3)
4. Radioaktif Iodin (RAI)
 Operasi
Terapi Farmakologi
(Antithyroid Pharmacotherapy/ Hipertiroid)

1. Thioureas (Thionamides)
Propylthiouracil (PTU) dan  methimazole (MMI)
mem block sintesis hormon tiroid dengan inhibisi
sistem enzim peroksidase dari kelenjar tiroid,
sehingga mencegah oksidasi iodida dan
selanjutnya bergabung membentuk iodotirosin
dan akhirnya iodotironin (‘organifikasi’), dan
dengan inhibisi penggabungan MIT dan DIT
membentuk T4 dan T3. PTU (tapi bukan MMI) juga
meng-inhibit perubahan perifer dari T4 menjadi T3.
 Dosis awal termasuk PTU 300-600 mg sehari
(biasanya dalam tiga sampai empat dosis terbagi)
atau MMI 30-60 mg sehari dalam tiga dosis terbagi.
Terdapat bukti bahwa kedua obat bisa diberikan
dalam dosis harian tunggal.
 Dosis pemeliharaan harian adalah PTU 50-300 mg
dan MMI 5-30 mg
 Terapi obat antitiroid sebaiknya dilanjutkan sampai
12-24 bulan untuk memicu remisi jangka panjang.
 Pasien sebaiknya diawasi tiap 6-12 bulan setelah
remisi. Jika terjadi serangan ulang, terapi alternatif
dengan radioactive iodine (RAI) disukai sebagai
rangkaian obat antitiroid kedua, karena terapi
lanjutan biasanya jarang memicu remisi.
2. Iodida
 Iodida menghalangi pelepasan hormon
tiroid, inhibit biosintesis hormon tiroid
dengan menghalangi penggunaan iodida
intratiroid, dan menurunkan ukuran dan
vaskularitas kelenjar.
 Perbaikan simtom terjadi dalam 2-7 hari sejak
memulai terapi, dan konsentrasi serum T3  dan
T4 bisa berkurang selama beberapa minggu.
 Iodida sering digunakan sebagai terapi
tambahan untuk menyiapkan pasien dengan
penyakit Grave sebelum menjalani operasi,
untuk menginhibisi pelepasan hormon tiroid
dan dengan cepat mencapai keadaan euthyroid
(= kelenjar tiroid berfungsi normal) pada pasien
yang sangat tirotoksik dengan dekompensasi
kardia, atau untuk menginhibit pelepasan
hormon tiroid setelah terapi RAI.
 Kalium iodida tersedia sebagai larutan jenuh
atau larutan Lugol, mengandung 6,3 mg iodida
per tetes.
 Iodin tidak boleh digunakan untuk terapi
hipertiroidisme jangka panjang karena efek
antitiroidnya akan cenderung menghilang.
 Efek samping : reaksi hipersensitivitas (kulit
kemerahan, drug fever, rhinitis [inflamasi
membran mukosa hidung], pembengkakan
kelenjar ludah, ‘iodisme’ (rasa logam, mulut
dan tenggorokan terbakar, nyeri pada gigi
dan gusi, terkadang gangguan perut dan
diare.
3. Adrenergik bloker
 β blocker digunakan secara luas untuk
mengurangi gejala tirotoksik seperti
palpitasi, cemas, tremor, dan tidak tahan
panas. Agen ini tidak mempunyai efek pada
tirotoksikosis perifer dan metabolisme
protein dan tidak mengurangi TSAb (Thyroid
Stimulating Antibody).
 Propanolol dan nadolol secara parsial
menghalangi perubahan T4 menjadi T3, tapi
kontribusinya kecil terhadap terapi
keseluruhan.
 β blocker biasanya digunakan sebagai terapi
tambahan dengan obat antitiroid, RAI, atau
idodida dalam penanganan penyakit  Grave atau
toxic nodule.
 β blocker adalah terapi primer hanya untuk
tiroiditis dan hipertiroid yang diinduksi iodin.
 Dosis propanolol yang dibutuhkan untuk
mengurangi gejala adrenergik bervariasi, tapi
dosis awal 20-40 mg 4 x sehari efektif untuk
kebanyakan pasien (denyut jantung <90
denyutan per menit).
 Pasien lebih muda atau dalam kondisi lebih toksik
bisa membutuhkan sampai 240-480 mg/hari).
 β blocker dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung kongestif, kecuali kelainan
itu disebabkan takikardia.
 Efek samping lain termasuk mual, muntah,
cemas, insomnia,bradikardi, dan gangguan
hematologi.
 Simpatolitik yang bekerja sentral (seperti,
clonidin) dan  antagonis Ca channel blocker 
(seperti, diltiazem) bisa berguna untuk
mengontrol simtom ketika dikontraindikasikan
untuk β blocker.
4. Radioaktif Iodin (RAI)
 Natrium iodida 131 (131I) adalah larutan oral
yang terkonsentrasi di tiroid dan mengganggu
sintesis hormon dengan penggabungan
hormon tiroid dan tiroglobulin.
 Setelah periode beberapa minggu, folikel yang
telah diambil RAI dan folikel disekitarnya
mengalami nekrosis selular dan fibrosis
jaringan interstitial.
 RAI adalah senyawa pilihan untuk penyakit
Grave, nodul autonom toksik, dan gondok
multinodular toksik. Kehamilan merupakan
kontraindikasi absolut untuk penggunaan RAI.
 Pasien dengan penyakit kardiak dan pasien lansia
biasanya diterapi dengan thionamide sebelum RAI
ablation (ablation = pengangkatan jaringan) karena
hormon tiroid akan meningkat setelah pemberian
RAI karena pelepasan dari hormon tiroid.
 Tujuan terapi : untuk menghancurkan sel –sel tiroid
yang sangat reaktif
 Dosis tunggal 4000 – 8000 rad menghasilkan
kondisi euthyroid pada 60 % pasien selama 6 bulan
atau kurang.
 Dosis kedua RAI diberikan selama 6 bulan setelah
penanganan RAI pertama, jika pasien tetap
hipertiroid
 Efek samping :
 jangka pendek : disfagia dan tiroidal sedang
 Jangka panjang : resiko karsinoma tiroid,
leukemia atau gangguan kongenital
 Obat-obat antitiroid sebaiknya tidak rutin
diberikan setelah RAI, karena penggunaannya
dihubungkan dengan tingginya kejadian
serangan hipertiroid setelah perawatan atau
hipertiroid yang menetap.
 Jika iodida diberikan, sebaiknya diberikan 3-7
hari setelah RAI untuk mencegah interaksi
dengan asupan RAI di kelenjar tiroid.
Farmakoterapi Hipotiroid
 Levotiroksin (T4) adalah obat pilihan untuk
penggantian hormon tiroid dan terapi supresif karena
stabil secara kimia, relatif murah, bebas antigen, dan
mempunyai potensi yang seragam; tetapi, semua
sediaan tiroid komersial yang ada bisa digunakan.
 Penggantian sediaan levotiroksin sebaiknya
dilakukan dengan  hati-hati kecuali telah dicapai
bioekivalensi.
 Karena T3 adalah bentuk aktif biologis, pemberian
levotiroksin menghasilkan penumpukan hormon
tiroid yang siap diubah menjadi T3.
 Kolestiramin, kalsium karbonat, sucralfat,
aluminium hidroksida, ferrous sulfate,
sediaan kedelai, dan suplemen fiber bisa
mengganggu absorpsi levotiroksin dari
saluran cerna.
 Obat yang meningkatkan kliren T4
noniodinasi termasuk rifampin,
carbamazepin, dan mungkin fenitoin.
 Amiodarone bisa menghalangi konversi T4
menjadi T3
 Liotironin (T3) : merupakan garam natrium
dari T3 dan kurang terikat dengan protein,
liotironin bekerja lebih cepat dari pada T4.
 Penggunaan utama T3 : pada koma hipotiroid
Terima Kasih
1. Jelaskan mek kerja PTU
2. Sebutkan Efek samping Kalium Iodida
3. Sebutkan dosis dan penggunaan klinis
propranolol
4. Sebutkan obat2 yang mengganggu absorbsi
levotiroksin

Anda mungkin juga menyukai