Anda di halaman 1dari 30

“KONSEP PENYAKIT DAN

ASKEP PASIEN DENGAN


HIPOTIROID”

Dosen Pembimbing :
Ns. Bayu Saputra, M.Kep
Kelompok 1

● Yunika Pafilia 19031007 ● Chevindy Putri Virgita 19031028


● Gusvita Sari 19031008 ● Liza Ermita 19031029
● Nopisa Ariani 19031015 ● Rina Luthfiyyah Nst 19031031
● Amey Novela R 19031016 ● Widya Aprilia Ningsih 19031035
● Reza Kurniawan S 19031018 ● Rica Pertiwi Fitri 19031036
● Sonia Wahyuni 19031022 ● Indah Maika Yuandri 19031038
● Muhammad Farid 19031023 ● T. Aulya Azzahara 19031039
● Kurniati 19031024 ● Sasra Efriani 19031040
● Sari Fitri Handayani 19031027 ● Zakiyah Resha Ningsih 20033001
Latar Belakang......

Hipotiroid Kongenital merupakan gangguan hormon tiroid yang dapat


menyebabkan perawakan dismorfik, gangguan pertumbuhan, dan gangguan
perkembangan. Penelitian yang dilakukan di India pada tahun 2010, dengan 30
sample penderita hipotiroid kongenital didapatkan 94% mengalami gambaran
dismorfik terdiri dari : 29% dengan kelainan jantung kongenital dan 41% dengan
kelainan spina bifida. Di RSCM Jakarta, dilakukan penelitian terhadap 30 anak
dengan kasus hipotiroid kongenital. Terdapat 30 sample yang terdiri dari 9
lakilaki dan 21 perempuan. Didapatkan gejala klinis tersering adalah
perkembangan motorik yang lambat (83,3%), konstipasi (73,3%), makroglosi
(70%), wajah tipikal (60%), usia tulang terhambat (95,5%), retardasi mental (IQ
< 69) sebesar (62,5%),dll.
Pengertian Hipotiroid
● Hipotiroidisme artinya kekurangan hormon tiroid, yaitu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
tiroid atau kelenjar gondok. Hipotiroidisme (miksedema) adalah sindroma klinik yang terjadi akibat
kadar T3 dan T4 dalam sirkulasi tidak adekuat. Laju metabolisme akan menurunkan dan
mukopolisakarida tertimbun dalam jaringan ikat dermis sehingga tampak gambaran wajah
miksedema yang khas.

● Menurut American Thyroid Association dan American Association of Clinical Endocrinologists,


hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupapeningkatan kadar hormon tiroid yang
disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal (Bahn et al, 2011).

● Hipotirod adalah Suatu sindrom klinis akibat produksi dan sekresi hormon tiroid dan akan
menimbulkan penurunan laju metabolisme tubuh dan penurunan glikosa minoglikan di intersisial
terutama di kulit dan di otot yang dapat dipengaruhi oleh faktor geografi dan lngkungan. Sedangkan
dalam sumber lain dibutuhkan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya yang dapat terjadi
akibat adanya kekurangan produksi tiroid atau terdapat defek pada reseptornya.
Anatomi dan Fisiologi
Hipotiroid.

Next...
Next..

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas
sepasang lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh ismus
yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi
bernama koloid yang tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel
epitel kuboid. Koloid ini tersusun atas tiroglobulin yang akan dipecah menjadi
hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim endopeptidase. Kemudian hormon ini
akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk kemudian dapat berefek pada organ
target. Kelenjar tiroid berperan mempertahankan derajat metabolisme dalam
jaringan pada titik optimal.
Proses Pembentukan Hormon Tiroid

1 2
Proses penjeratan ion iodida dengan Proses pembentukan tiroglobulin.
mekanisme pompa iodida. Pompa Tiroglobulin adalah glikoprotein besar
ini dapat memekatkan iodida kira- yang nantinya akan mensekresi
kira 30 kali konsentrasinya di hormon tiroid.
dalam darah.
Proses Pembentukan Hormon Tiroid

3 4
Proses pengoksidasian ion iodida Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada
menjadi iodium. Proses ini dibantu proses ini iodium (I) akan
oleh enzim peroksidase dan menggantikan hidrogen (H) pada
hidrogen peroksidase. cincin benzena tirosin.
Proses Pembentukan Hormon Tiroid

5 4
Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini Proses coupling (penggandengan tirosin
tirosin yang sudah teriodinasi (jika yang sudah teriodinasi).
teriodinasi oleh satu unsur I
dinamakan monoiodotirosin dan jika
dua unsur I menjadi diiodotirosin).
Etiologi.

Kegagalan tiroid dapat disebabkan oleh penyakit pada kelenjer tiroid


(hipotiroidisme primer), kelenjer hipofisis (hipotiroidisme sekunder), atau
hipotalamus (hipotiroidisme tersier). Hipotiroidisme primer sering terjadi dan di
Eropa/Amerika biasanya merupakan akibat dari penyakit autoimun terapi radio-
iodin untuk hipotiroidisme sebelumnya (50% menjadi hipotiroid dalam 10
tahun). Diseluruh dunia penyebab paling sering adalah difisiendi iodin.
Penyebab Pada orang
dewasa..
1 2

Autoimun Pascaterapi tirotoksikosis : radio-


iodin, operasi, obat-obatan
antitiroid.

3 4
Difisiensi iodin : strauma Kelebihan iodin : kelebihan yang
endemik (misalnya leher kronis
Derby-shire)
Tanda & Gejala Hipotiroid
 Perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat.
 Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema),
dan penurunan curah jantung.
 Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
 Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna.
 Konstipasi.
 Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi.
 Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh.
Patofisiologi Hipotiroid.
 Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis
anterior.
 Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid.
 Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 danTetraiodothyronin = T4 =
Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi
panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta
kerja daripada hormon-hormon lain.

Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila
disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan
kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus.
Patoflowdiagram Hipotiroid.
Komplikasi Hipotiroid.

Adapun Komplikasi yang terjadi pada


Hipotiroid adalah :

01 03
Koma miksedema. Hipotiroidisme dan
Penyakit
02 Neuropsikiatrik.
Miksedema dan
Penyakit Jantung.
Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu kejadian (kongenital atau akuisital),
disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka waktu (transien atau
permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau tanpa gejala/ subklinis). Hipotiroid
kongenital biasa dijumpai di daerah dengan defisiensi asupan yodium endemis. Pada daerah
dengan asupan yodium yang mencukupi, hipotiroid kongenital terjadi pada 1 dari 4000
kelahiran hidup, dan lebih banyak dijumpai pada bayi perempuan (Roberts & Ladenson,
2004).
Pada anak-anak ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau disgenesis
kelenjar tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis kelenjar tiroid berhubungan
dengan mutasi pada gen PAX8 dan thyroid transcription factor 1 dan 2 (Gillam & Kopp,
2001).

Klasifikasi Hipotiroid.
Asuhan Keperawatan
● Pengkajian.

○ Data Subjektif.
 Pengalaman perubahan status sosial/ mental.
 Mengalami sakit dada atau palpitasi.
 Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat.
 Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat.
 Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah.
 Perubahan asupan makanan dan berat badan.
 Perubahan eliminasi feses, frekuensi dan banyaknya.
 Intoleransi terhadap cuaca panas.
 Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua aktivitas hidup.
 Perubahan menstruasi atau libido.
 Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek dan efek samping obat
(Barddero, Marry, dkk. 2009).
Asuhan Keperawatan
● Pengkajian.

○ Data Objektif.
 Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hiperkinesia.
 Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan diastolik
menurun, takikardi a walaupun waktu istirahat, disritmia dan murmur.
 Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah.
 Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis.
 Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan kabur.
 Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun, nafsu makan dan asupan makan
bertambah serta kolesterol dantrigliserida serum menurun.
 Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit berdiri dari posisi
duduk.
 Hasil pemeriksaan diagnostik yang harus dikaji adalah peningkatan T3 dan T4 serum dan
penurunan TSH serum(Barddero, Marry, dkk. 2009).
Asuhan Keperawatan
● Pemeriksaan Diagnostik.
Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur
jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
 Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid
yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).
 Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya
mengukur level TSH.
 Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih
disuspek), sbb :
 free triiodothyronine (fT3)
 free levothyroxine (fT4).
 total T3
 total T4.
 24 hour urine free T3.
Asuhan Keperawatan
● Diagnosa Keperawatan

○ Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.

○ Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat


brakikardi.

○ Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.

○ Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. peningkatan kecepatan


metabolisme.

○ Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun.


Asuhan Keperawatan
● Intervensi
● Diagnosa I Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas
yang normal. Intervensi Rasional
1. Observasi frekuensi; 1. Mengidentifikasi hasil
kedalaman, pola pernapasan; pemeriksaan dasar untuk
oksimetri denyut nadi. memantau perubahan selanjutnya
2. Pelihara saluran napas pasien dan mengevaluasi efektifitas
dengan melakukan pengisapan intervensi.
dan dukungan ventilasi jika 2. Penggunaan saluran napas
diperlukan. artifisial dan dukungan ventilasi
3. Dorong dan ajarkan pasien mungkin diperlukan jika terjadi
untuk napas dalam dan batuk. depresi pernapasan.
4. Berikan obat (hipnotik dan 3. Mencegah aktifitas dan
sedatip) dengan hati-hati. meningkatkan pernapasan yang
adekuat.
4. Pasien hipotiroidisme sangat
rentan terhadap gangguan
pernapasan akibat gangguan obat
golongan hipnotik-sedatif.
Asuhan Keperawatan
● Intervensi
● Diagnosa II : Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup
akibat brakikardi. Intervensi
1. Catat warna kulit dan kaji
Rasional
1. Sirkulasi perifer turun jika curah
kualitas nadi. jantung turun. Membuat kulit
2. Auskultasi suara nafas dan pucat atau warna abu-abu dan
Catat. menurunnya kekuatan nadi.
3. Dampingi pasien pada saat 2. S3,S4 dan creackles terjadi
melakukan aktivitas. karena dekompensasi jantung
4. Lakukan pengukuran tekanan atau beberapa obat(penyekat
darah (bandingkan kedua beta).
lengan pada posisi berdiri, 3. Penghematan energy membantu
duduk dan tiduran jika menurunkan beban jantung.
memungkinkan). 4. Takikardi dapat terjadi karena
5. Kolaborasi dalam: pemeriksaan nyeri, cemas, hipoksemia dan
serial ECG, foto thorax, menurunnya curah jantung.
pemberian obat-obatan anti Perubahan juga terjadi pada
disritmia. TD(hipo/hiper) karena respon
jantung.
5. Untuk hasil penunjang dan
pengobatan lebih lanjut.
Asuhan Keperawatan
● Intervensi
● Diagnosa III :Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bisisng Usus. 1. Mengetahui berapa frekuensi
2. Pantau fungsi usus. bising usus klien.
3. Berikan makanan yang kaya 2. Memungkinkan deteksi
akan serat. konstipasi dan pemulihan kepada
4. Dorong klien untuk pola defekasi yang normal.
meningkatkan mobilisasi dalam 3. Meningkatkan massa feses dan
batas-batas toleransi latihan. frekuensi buang air besar.
5. Ajarkan kepada klien, tentang 4. Meningkatkan evakuasi feses.
jenis -jenis makanan yang 5. Untuk peningkatan asupan cairan
banyak mengandung air. kepada pasien agar . feses tidak
6. Kolaborasi : untuk pemberian keras.
obat pecahar dan enema bila 6. Untuk mengencerkan fees.
diperlukan.
Asuhan Keperawatan
● Intervensi
● Diagnosa IV Tujuan : Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi.
Intervensi Rasional
1. Observasi vital sign tiap 8 jam. 1. Mengetahui frekuensi Suhu,Nadi
2. Observasi bising usus tiap pagi. dan Tekanan Darah Klien.
3. Timbang berat badan tiap pagi. 2. Mengetahui Frekuensi Bising
4. Anjurkan Klien untuk Diet usus.
tinggi kalori, tinggi protein. 3. Untuk mengetahui Berat badan
5. Kolaborasi pemberian Klien.
Suplemen vitamin B Compleks. 4. Memenuhi kecukupan nutrisi
yang tidak terpenuhi.
5. Meningkatkan nafsu makan
Klien.
Asuhan Keperawatan
● Intervensi
● Diagnosa V Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal.
Intervensi Rasional
1. Observasi suhu tubuh pasien 1. Mendeteksi penurunan suhu
dan melaporkan penurunannya tubuh dan dimulainya koma
dari nilai dasar suhu normal miksedema.
pasien. 2. Meminimalkan kehilangan
2. Berikan tambahan lapisan panas.
pakaian atau tambahan selimut. 3. Mengurangi risiko vasodilatasi
3. Berikan klien pengetahuan apa perifer dan kolaps vaskuler.
saja yang harus dihindari dan 4. Meningkatkan tingkat
bagaimana cara pencegah kenyamanan pasien dan
penggunaan sumber panas dari menurunkan lebih lanjut
luar (misalnya, bantal pemanas, kehilangan panas.
selimut listrik atau 5. Untuk menormalkan suhu tubuh.
penghangat).
4. Lindungi Klien terhadap
pajanan hawa. dingin dan
hembusan angin.
5. Kolaborasi dalam pemberian
Cairan Rl atau air hangat.
Implementasi

Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik
dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).
Evaluasi

Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang


disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi
tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan
dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan
standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).
Kesimpulan
Hipotiroid atau hipertiroisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormone
tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tirroid yang terlalu aktif. Karna tiroid memproduksi hormone tiroksin
dari lodium, radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya
(mengurangiintesitasfungsinya). Terdapat 2 macam kondisi hipotiroid primer ( primary hypothyroidism),
suatu gangguan dari kelenjar tiroid yang menyebabkan produksi dari thyroxine (T4) dan Triidothyronine
(T3) menurun, umumnya diikuti dengan meningkatkan kadar thyroid stimulating hormone (TSH). Yang
kedua adalah kondisi hipotiroid sekunder/sentral (secondary central hypothyroidism), terjadi oleh karna
adanya gangguan pada hipofise atau pun hipotalamus, umumnya diikuti dengan kadar TSH yang rendah,
prevalensi dari hipotiroid meningkat seiring dengan bertambahnya usia, salain itu, kelainan ini 10 kali
lipat lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Sedangkan Hipotiroid atau hipertiroi
desme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormone tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tirroid yang terlalu aktif. Karna tiroid memproduksi hormone tiroksin dari lodium, radiaktif
dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intesitas fungsinya).
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yanti & Leniwita, Hasian. 2019. Modul Keperawatan


Medikal Bedah II. BMP.UKI : YA-26-KMB2-PK-V-2019.
http://repository.uki.ac.id/2750/1/fmodulKMB2.pdf.
http://eprints.umm.ac.id/23123/2/jiptummpp-gdl-adindhasek-4253
2-2-bab1.pdf
.
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai