Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak didalam leher

bagian bawah, melekat pada tulang laring, sebelah kanan depan trakea, dan

melekat pada dinding laring. (Syaifuddin, 2012)

Fungsi kelenjar tiroid sangat erat berkaitan dengan kegiatan

metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan; bekerja

sebagai merangsang sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur

penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran

karbondioksida. (Pearce, Evelyn C, 2009)

Hipertiroidisme, yang dalam hal prevalensi merupakan penyakit

endokrin yang menempati urutan kedua sesudah diabetes melitus, adalah

suatu kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas, dan penyakit grave

menjadi penyebab utamanya. Hipertiroidisme menyerang wanita lima

kali lebih serimg dibandingkan laki-laki dan insiden nya akan memuncak

dalam dekade usia ketiga serta keempat (schimke,1992) keadaan ini dapat

timbul setelah terjadinya syok emosional, stress atau infeksi tetapi makna

hubungan ini yang tepat belum dipahami. Penyebab lain hipertiroidisme

yang sering dijumpai adalah tiroiditis


Hipotiroidisme merupakan penyakit yang sering kali ditemukan

dalam masyarakat. Hipotiroidisme diakibatkan hipofungsi tiroid. Penyakit

ini juga sangat sensitive pada bayi dan anak-anak namun gejala dan tanda-

tandanya belum dapat dilihat dengan jelas.

Penyakit ini akan memberikan dampak pada keterbelakangan

individu, baik itu fisik maupun mental. Jika hal ini dibiarkan dan tanpa ada

usaha yang dilakukan untuk meminimalkan jumlah penderita

hipotiroidisme maka rakyat Indonesia akan terus berada dalam

keterbelakangan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi hipertiroid ?

2. Apakah etiologi hipertiroid ?

3. Bagaimana manifestasi klinis hipertiroid ?

4. Apakah patofisiologi hipertiroid ?

5. Apakah penatalaksanaa medis hipertiroid ?

6. Bagaimana asuhan keperawatan hipertiroid ?

C. TUJUAN

1. Mengetahui definisi hipertiroid

2. Mengetahui etiologi hipertiroid

3. Mengetahui manifestasi klinis hipertiroid

4. Mengetahui patofisiologi hipertiroid


5. Mengetahui penatalaksanaa medis hipertiroid

6. Mengetahui asuhan keperawatan hipertiroid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid


1. Anatomi

Berasal dari Sulcus Pharingeus I dan II pada garis tengah, menurun

sampai trakhea II dan III. Saluran penurunannya biasanya berobliterasi

menjadi lobus piramidalis kelenjar tiroid. Facia coli media dan facia

pravertebralis. Melekat di trachea dan facia pretrakhealis, melingkari 2/3

sampai ¾ lingkar trakhea.


Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri dimana kedua lobus

tersebut dihubungkan oleh istmus. Kelenjar ini terdapat pada bagian

inferior trakea dan beratnya diperkirakan 15-20 gram. Lobus kanan

bisasanya lebih besar dan lebih vascular dibandingkan lobus kiri. Kelenjar

ini kaya akan pembuluh darah dengan aliran darah 4-6 ml/menit/gram.

Pada keadaaan hipertiroid, aliran darah dapat meningkat sampai 1

liter/menit/gram sehingga dapat didengar menggunakan stetoskop yang

disebut bruit.Kelenjar tiroid mendapatkan persarafan adrenergik dan

kolinergik yang berasal dari ganglia servikal dan saraf vagus. Kedua

system saraf ini mempengaruhi aliran darah pada kelenjar tiroid yang

akan mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid seperti TSH dan iodid.


Selain itu, serabut saraf adrenergik mencapai daerah folikel sehingga

persarafan adrenergik diduga mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid secara

langsung. Folikel atau acini yang berisi koloid merupakan unit fungsional

kelenjar tiroid. Dinding folikel dilapisi oleh sel kuboid yang merupakan

sel tiroid dengan ukuran bervariasi tergantung dari tingkat stimulasi pada

kelenjar. Sel akan berbentuk kolumner bila dalam keadaaan aktif, dan

berbentuk kuboid bila dalam keadaan tidak aktif. Setiap 20-40 folikel

dibatasi oleh jaringan ikat yang disebut septa yang akan membentuk

lobulus. Di sekitar folikel terdapat sel parafolikuler atau sel C yang

menghasilkan hormon kalsitonin. Di dalam lumen folikel, terdapat koloid

dimana tiroglobulin yang merupakan suatu glikoprotein yang dihasilkan

oleh sel tiroid yang akan disimpan.

2. Fisiologi

Hormon tiroid adalah hormon amina yang disintesis dan

dilepaaskan dari kelenjar tiroid. Hormon ini dibentuk ketika satu atau dua

molekul iodin disatukan dengan glikoprotein besar yang disebut

tiroglobulin, yang disintesis di kelenjar tiroid dan mengandung asam

amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodin ini disebut iodotirosin.

Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis TH yang

bersirkulasi, disebut T3 dan T4. T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total

molekul iodin yang dikandungnya (3 untuk T3 dan 4 untuk T4). Sebagian

besar (90%) HT yang dilepaskan dalam aliran darah adalah T4, tetapi T3

secara fisiologis lebih poten. Melalui hati dan ginjal, kebanyakan T4


diubah menjadi T3. T3 dan T4 dibawa kesel targetnya dalam darah yang

berikatan dengan protein plasma, namun masuk kesel sebagai hormon

bebas. T3 dan T4 secara kolektif disebut sebagai TH.

3. Metabolism iodine
Iodin memasuki tubuh dalam makanan atau air dalam bentuk ion
iodida atau iodat, dalam lambung ion iodat diubah menjadi iodida. Dalam
perjalanan 100 tahun, iodin telah larut dari tanah dan terkuras ke dalam
lautan, sehingga di daerah pegunungan dan pedalaman pasokan iodin
kemungkinan sangat terbatas, sementara unsur ini melimpah di daerah-
daerah pantai. Kelenjar tiroid memekatkan dan menjebak iodida dan
mensintesa serta menyimpan hormon tiroid dalam tiroglobulin, yang
mengkompensasi kelangkaan dari iodin.
Anjuran asupan iodin adalah 150 mikro g/hari; jika asupan di
bawah 50mikrogram/hari, maka kelenjar ini tidak mampu untuk
mempertahankan sekresi hormon yang adekuat, dan akibatnya timbul
hipertrofi tiroid (goiter) dan hipotiroidisme.
Sumber-sumber dari iodin makanan termasuk garam beriodin,
preparat vitamin, obat yang mengandung iodin, dan media kontras
beriodin. Iodin, seperti klorida, diabsorbsi dengan cepat dari saluran
gastrointestinal dan didistribusikan dalam cairan ekstraselular demikian
juga dalam sekresi kelenjar liur, lambung dan ASI.
Konsentrasi I dalam cairan ekstraselular adalah 0,6 mikrogram/dL,
atau sejumlah 150 mikrogram I dalam pool ekstraselular 25 L. Dalam
kelenjar tiroid, terdapat transpor aktif dari I serum melintasi membrana
basalis sel tiroid. Tiroid mengambil sekitar 115 mikrogram I per 24 jam;
sekitar 75 mikrogram I digunakan untuk sintesis hormon dan disimpan
dalam tiroglobulin; sisanya kembali ke dalam pool cairan ekstraselular.
Dari pool ini, sekitar 75 ug I sebagai T3 dan T4 diambil dan dimetabolisir
oleh jaringan. Sekitar 60 mikrogram I dikembalikan ke pool iodida dan
sekitar 15 mikrogram I hormonal dikonjugasi dengan glukoronida atau
sulfat dalam hati dan diekskresikan ke dalam feses.

Tiroid mengambil 115 ugram I/ 24 jam

75 ugram untuk sintesis hormone 45 ugram kembali ke ekstraseluler


dan disimpan di tiroglobulin

60 ugram dikembalikan 15 ugram dikonjugasi


ke pool iodida dgn glukoronida dlm
hati disekresikan ke
feces

B. Definisi Hipertiroid

Hipertiroidisme adalah peningkatan sintesis hormon tiroid akibat

aktivitas berlebihan kelenjar tiroid (penyakit graves) atau perubahan fungsi

kelenjar tiroid (penyakit goiter toksik nodular). (Dr. Andri Hartono, 2012).

Hipertiroid adalah pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan

diperkirakan terjadi akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh

imunoglobulin dalam darah. Stimulator tiroid kerja panjang (LATS : Long-

acting thyroid stimulator) ditemukan dalam serum dengan konsentrasi yang


bermakna pada banyak penderita penyakit ini dan mungkin berhubungaan

dengan defek pada sistem pengawasan kekebalan pasien.

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana

didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu

kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan

memberikan hormon tiroid berlebihan.

Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan

terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price &

Wilson: 337)

Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh

kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid

yang berlebihan di dalam darah.

Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan

ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.

(Elizabeth J. Corwin: 296).

C. Etiologi Hipertiroid

1. Penyakit Graves

Kondisi yang terjadi akibat kelainan autoimun pada tubuh.

Penyakit graves termasuk kondisi turunan yang bisa muncul pada usia 20
– 40 tahun. Penyakit ini menyerang kelenjar tiorid yang akhirnya memicu

meningkatnya hormone tiroksin. Belum di ketahui kondisi apa yang

menyebabkan kelainan autoimun ini, tapi factor lingkungan dan keturunan

dianggap berperan pada kemunculan kelainan ini. Selain hipertiroidisme,

penyakit graves juga mempengaruhi mata, yaitu mengakibatkan

pandangan kabur dan ketidaknyamanan. Kondisi tersebut ditandai dengan

bola mata yang terlihat menonjol keluar.

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan

merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini

biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga

penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan

dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.

Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies

(TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah

stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif

terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar

hingga double vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak

tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit

menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat

banyak.

2. Tiroiditis sub akut

Terjadinya peradangan pada kelenjar tiroid, keadaan ini mungkin

dapat terjadi karena adanya virus, berhubungan dengan demam dan sakit
ketika menelan. Kelenjar tiroid ini juga lunak saat disentuh. Peradangan

ini bisa terjadi karena adanya akumulasi sel-sel darah putih yang dikenal

dengan istilah limfositis. Peradangan meninggalkan kelenjar tiroid bocor

sehingga jumlah kelenjar tiroid yang masuk kedalam darah menjadi

meningkat (Swann Morton,2013)

Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut

tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan

hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.

3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan

Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium

dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum

obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan

menurunkan badan hingga timbul efek samping.

4. Produksi TSH yang Abnormal

Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH

berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang

banyak.

5. Konsumsi Yoidum Berlebihan

Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan

ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada

kelainan kelenjar tiroid.

D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum termasuk:

a. Keringat berlebihan

b. Ketidaktoleranan panas

c. Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat

d. Gemetaran

e. Kegelisahan; agitasi

f. Denyut jantung yang cepat

g. Kehilangan berat badan

h. Kelelahan

i. Konsentrasi yang berkurang

j. Aliran menstruasi yang tidak teratur dan sedikit

Pada pasien-pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang tidak

teratur dan gagal jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya,

hipertiroid yang tidak di rawat mungkin berakibat pada” thyroid storm”, suatu

kondisi yang melibatkan tekanan darah tinggi, demam, dan gagal jantung.

Perubahan-perubahan mental, seperti kebingungan dan kegila-gilaan juga

mungkin terjadi.

Hipertiroid dapat di curigai pada pasien-pasien dengan:

a. Gemetaran-gemetaran, keringat berlebihan, kulit yang seperti beludru

halus

b. Rambut halus

c. Suatu denyut jantung yang cepat


d. Suatu pembesaran kelenjar tiroid

Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan

yang karakteristik disebabkan oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata

bagian atas. Gejala-gejala yang lebih lanjut biasanya lebih mudah di deteksi,

namun gejala-gejala awal, terutama pada orang-orang yang lebih tua mungkin

tidak cukup menyolok mata.

Menurut Sylvia ( 2006 ), tanda dan gejala penderita hipertiroid adalah :

Apatis, mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, gemetaran, kulit lembab,

berat badan menurun, takikkardi, mata melotot, dan kedipan mata berkurang

(Swann Morton, 2013).

Manifestasi klinis hipertiroidisme dapat ringan atau berat. Produksi

hormon tiroid yang berlebih mengakibatkan peningkatan metabolisme yang

akan meningkatkan produksi panas tubuh, selera makan, penurunan berat

badan (yang terjadi jika asupan kalori tidak dapat mengimbangi laju

metabolisme), diare, perspirasi, intoleransi panas, dan sesak napas.

Peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis yang merangsang reseptor beta

adrenergik secara berlebihan pada sistem kardiovaskular mengakibatkan

takikardia, palpitasi, peningkatan curah jantung dan aliran darah perifer.

Peningkatan rangsangan sistem saraf pusat mengakibatkan gejala

tremor,gelisah, cemas, insomnia, dan gangguan kesehatan jiwa dengan rentang

dari depresi hingga delirium. Eksoftalmost terjadi karena pertumbuhan


jaringan berlebih di belakang bola mata. Goiter terjadi karena rangsangan

kelenjar tiroid yang continue oleh TSI.

Thyroid storm merupakan bentuk hipertiroidisme yang ekstrem yang

mengancam jiwa. Keadaan ini dipicu oleh stressor fisiologis, seperti infeksi,

infark miokardium, dan pembedahan, dan ditandai dengan manifestasi tanda

dan gejala hipertiroidisme yang ekstrem (Esther Chang, 2010)

E. Patofisiologi Hipertiroid
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu

yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi

immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang

berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat

TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil

akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi

TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda

dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon

tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH

oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon

hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori

kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka

hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat

peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses

metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme

mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung

tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor

otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita

mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal

juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.

Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai

daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata

terdesak keluar

Hipertiroidisme juga menghasilkan gangguan sekresi dan metabolisme

hormone hipotalamus, hipofisis, dan gonad. Jika terjadi sebelum pubertas,

pertumbuhan organ seksual akan terlambat pada kedua jenis kelamin. Jika terjadi

setelah pubertas, akan menghasilkan penurunan libido pada laki-laki atau


perempuan. Perempuan bisa mengalami ketidakteraturan menstruasi dan

penurunan fertilitas (Joyce M. Black, 2009).

Penyakit Grave merupakan kelainan autoimun. Kelenjar tiroid secara

abnormal dirangsang oleh Thyroid Stimulating Immunoglobulins (TSI). TSI

merupakan antibodi yang diarahkan kelokasi reseptor TSH dalam folikel-folikel

tiroid. Antibodi ini merangsang reseptor tyroid stimulating hormone. TSH pada

kelenjar tiroid dan menyebabkan aktivitas kelenjar tiroid yang berlebih sehingga

produksi hormon tiroksin berlebih. Akibatnya, TSI menyerupai kerja TSH pada

kelenjar tiroid. Pengendalian regulasi umpan balik negatif normal pada TSH tidak

bekerja pada TSI sehingga kelenjar tiroid menjadi aktif secara berlebihan,

menyebabkan produksi hormon tiroid berlebih (Esther Chang, 2010).

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan empat

kelompok obat ini yaitu: obat antitiroid, penghambat transport iodida, iodida

dalam dosis besar menekan fungsi kelenjar tiroid, yodium radioaktif yang

merusak sel-sel kelenjar tiroid. Obat antitiroid bekerja dengan cara menghambat

pengikatan (inkorporasi) yodium pada TBG (thyroxine binding globulin) sehingga

akan menghambat sekresi TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) sehingga

mengakibatkan berkurang produksi atau sekresi hormon tiroid.

Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormone tiroid

yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak

jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).


a. Obat antitiroid.

Digunakan dengan indikasi :

1. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi

yang menetap,pada pasien muda dengan struma ringan sampai

sedang dan tirotoksikosis.

2. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum

pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang

mendapat yodium radioaktif.

3. Persiapan tiroidektomi

4. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.

5. Pasien dengan krisis tiroid.

Obat diberi dalam dosis besar pada permulaan sampai eutiroidisme

lalu diberikan dosis rendah untuk mempertahankan eutiroidisme.

Table 2. Obat antitiroid yang sering digunakan

Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeliharaan (mg/hari)


Karbimazol 30-60 5-20
Metilmazol 30-60 5-20
Propiltiourasil 300-600 50-200
Ketiga obat ini mempunyai kerja imunosupresif dan dapat menurunkan

konsentrasi thyroid stimulating antibody (TSAb) yang bekerja pada sel tiroid.

Obat-obatan ini umumnya diberikan sekitar 18-24 bulan. Pemakaian obat-obatan

ini dapat menimbulkan efek samping berupa hipersensitivitas dan agranulositosis.

Apabila timbul hipersensitivitas maka obat diganti, tetapi bila timbul

agranulositosis maka obat dihentikan6.


a. Operasi

Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme. Indikasi

operasi adalah:

1) Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat

antitiroid dosis besar.

2) Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons

terhadap obat antitiroid.

3) Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium

radioaktif.

4) Adenoma toksik atau struma multinodular toksik.

5) Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

a. Identitas klien

Nama/ Umur : Ny. N/ 31 Tahun

Tanggal MRS : 15 Desember 2017

Jenis Kelamin : Perempuan


Agama : Islam

Ruangan : Muzdalifah

Diagnosa Medis : Hipertiroid

No. Med. Rec : 12005485

Alamat : jl kemala

b. Keluhan utama

Klien mengeluh sesak nafas

c. Riwayat keluhan utama

Klien mengatakan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu, sesak semakin
bertambah saat beraktivitas dan sedikit berkurang saat istirahat. Saat
dikaji respirasi rate klien 28 kali/menit.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya

e. Pola fungsi kesehatan

1) Pola nutrisi dan metabolisme


- Sebelum sakit
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi,
lauk, dan sayur. Klien biasanya menghabiskan 1 porsi makanan
yang disediakannafsu makan baik dan minum 6 – 8 gelas
perhari.
- Saat sakit
Klien mengatakan makan 2 kali sehari dan menghabiskan 3
sendok makan dari porsi makanan yang disediakan di rumah
sakit dan minum klien hanya bisa menghabiskan 2-3 gelas
sehari.
2) Pola Eliminasi
- Sebelum sakit
Klien mengatakan BAK lancar tidk ada rasa sakit 4 – 5 x sehari
berwarna kuning pekat dan BAB 2 x / hari dengan konsistensi
lunak.
- Saat Sakit
Klien mengatakan BAK 2-3 x/hari, selama di rumah sakit klien
tidak ada BAB.
3) Pola aktivitas dan kebersihan diri
- Sebelum sakit
Klien mengatakan beraktivitas secara mandiri dan mandi 2 -3 x
hari dengan menggunakan sabun dan shampo, menggosok gigi
2x / hari dengan menggunakan pasta gigi.
- Saat Sakit
Klien mengatakan mudah lelah setelah beraktivitas, gerakan
lambat, dan sering gemetar, mandi hanya di lap – lap saja oleh
keluarga dan klien beraktivitas dibantu perawat dan keluarga,
kekuatan otot 4444
4) Pola istirahat tidur
- Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur malam 6 – 7 jam/hari dan tidur siang 1-
2 jam/hari.
- Saat sakit
Klien mengatakan tidur siang lebih dari 2 jam tetapi sering
terbangun.
f. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : composmetis
Nilai GCS :15 (E :4, V: 5, M: 6)
Tanda – tanda vital :Suhu: 38,3 oC, Nadi: 102 x/mnt, tekanan
Darah: 130/80 mmHg, Pernafasan: 28x
/mnt
Tinggi Badan : 160 cm
BB sebelum sakit : 48 Kg
BB saat sakit : 45 Kg
2) System pernafasan
Bentuk hidung simetris, membran mukosa berwarna merah muda,
tidak terdapat sekret, pengembangan dada simetris, frekuensi nafas
28x/menit
3) System kardiovaskuler
Tidak terlihat getar jantung, tidak ada nyeri tekan, tidak terdengar
suara pekak, ttedrengar suara S1 dan S2 (lub – dub) irama reguler
4) System persyarafan
- Syaraf olfaktorius : klien dapat membedakan bau – buan
dengan baik
- Syaraf optkus : penglihatan klien normal
- Syaraf okulanotorius : gerakan bola mata normal
- Syaraf trochlearis : klien dapat menelan minum dengan baik
- Syaraf abdusen : gerakan bola mata kiri dan kanan normal
- Syaraf fasialis : klien dapat melakukan perintah dengan baik
seperti mengerutkan dahi
- Syaraf auskustikus : tidak ada masalah dengan pendengaran.
- Syaraf glosofarigius : dapat membdakan berbagai macam rasa
seperti manis, atau pahit
- Syaraf vagus : klien dapat menelan
- Syaraf aksesorius : kontraksi otot leher dan bahu normal
- Syaraf hipoglosus : pergerakan lidah normal.
5) System pencernaan
Bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi atau
stomatitis, lidah berwarna merah mudah, gerakan peristaltik usus
normal, tidak terdapat nyeri tekan, bunyi normal(timpani)
6) System muskuluskeletal
Ekstremitas tampak tremor, kekuatan otot 4444, tidak ada nyeri
tekan
7) System perkemihan
Urine berwarna kuning, tidak ada nyeri tekan dantidak ada keluhan
saat BAK.
8) System integument
Kulit teraba hangat, tampak kemerahan, turgor kulit baik, tidak ada
penyakit kulit. Klien juga mengeluh badannya panas.
9) System endokrin
Tampak adanya pembesaran pada leher (kelenjar tiroid)
g. Data penunjang
Tanggal Pemeriksaaan Hasil Nilai Normal
15-12-2017 T3 ng/ml 0,8- 2,0 ng/ml
15-12-2017 T4 µg/dl 5,0- 13,0 µg/dl
15-12-2017 TSH 5,6 µIU/ml 0,4- 7,0 µIU/ml
15-12-2017 Free T4 2,5 ng/dl O,8- 2,0 ng/dl
15-12-2017 Hb 11,8 g/dl 12,0 – 16,0gr%
15-12-2017 Leukosit 5.200 set/mm3 5.000-10.000mm3
15-12-2017 Eritrosit 4,1 juta/ mm3
15-12-2017 Kolesterol 208 mg/dl < 200 mg/dl

h. Terapi
IVFD RL 20 Tpm PTU 1x100 mg
Inj. pantomex 1x 1 vial Neurodex 1x1
Oral. Propanolol 10 mg 1x1 Inj. Paracetamol 500 mg 3x1

2. Analisa data
No Simptom Etiologi problem
1. DS: Klien mengeluh sesak, Produksi hormone tiroid Ketidakefektifan
terutama saat beraktivitas meningkat pola napas
DO:
- RR 28x/mnit Peningkatan metabolic
- Nadi 102x/mnt
tubuh

Peningkatan kerja paru

Takhipnea (napas pendek,


cepat)

Ketidakefektifan pola
napas
2. DS : Klien mengeluh Produksi hormone tiroid Hipertermi
badannya panas meningkat
DO :
- Kulit teraba hangat, Peningkatan metabolic
tampak kemerahan tubuh
- Mukosa bibir kering
- Suhu 38,3 oC
Peningkatan suhu tubuh

Hipertermi
3. DS : Klien mengatakan Produksi hormone tiroid Ketidakseimbangan
makan 2 kali sehari dan meningkat nutrisi kurang dari
menghabiskan 3 sendok kebutuhan tubuh
Peningkatan metabolic
makan dari porsi makanan
tubuh
yang disediakan di rumah
sakit Masukan nutris menurun
DO :
- TB 160 cm Ketidakseimbangan nutrisi
- BB (saat sakit) 45 kg
kurang dari kebutuhan
tubuh
4. DS: Produksi hormone Hambatan mobilitas
- Klien mengatakan sesak
meningkat fisik
setelah beraktivitas
- Klien mengatakan sering
gemetar Peningkatan kalsitonin

DO:
- Klien tampak lemah
Ca dalam darah menurun
- Aktivitas dibantu oleh
keluarga dan perawat
- Pergerakan klien lambat Otot kekurangan Ca

Penurunan kerja otot

Kelemahan otot, tremor

Hambatan mobilitas fisik

B. Diagnosa
Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya
adalah perumusan diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan yang
muncul pada klien Ny. N adalah sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan yang ditandai
dengan :
DS: Klien mengeluh sesak, terutama saat beraktivitas
DO: - RR 28x/mnit
- Nadi 102x/mnt
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme (masukan
nutrisi kurang) yang ditandai dengan:
DS : Klien mengeluh badannya panas
DO : - Kulit teraba hangat, tampak kemerahan

-Mukosa bibir kering

-Suhu 38,3 oC

3. Ketidakseimbangan nurtisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan factor biologis (peningkatan metabolism) yang ditandai dengan:

DS :Klien mengatakan makan 2 kali sehari dan menghabiskan 3 sendok


makan dari porsi makanan yang disediakan di rumah sakit
DO : - TB 160 cm

- BB (saat sakit) 45 kg

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot


yang ditandai dengan:

DS:

- Klien mengatakan sesak setelah beraktivitas

- Klien mengatakan sering gemetar

DO:

- Klien tampak lemah

- Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat

- Pergerakan klien lambat


C. Intervensi
No Dignosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan pola Tujuan: setelah dilakukan 1. Identifikasi TTV
2. Identifikasi
nafas berhubungan degnan tindakan keperawatan
perlunya
keletihan yang ditandai selama 1x24 jam
pemasangan alat
dengan : diharapakan pola nafas klien
jalan nafas buatan
DS: Klien mengeluh efektif
3. Lakukan fisioterapi
Kriteria hasil:
sesak, terutama
- Menunjukkan jalan dada jika perlu
saat beraktivitas 4. Posisikan pasien
nafas yang paten (klien
DO: - RR 28x/mnit untuk
tidak merasa tercekik,
- Nadi 102x/mnt memaksimalkan
frekuensi nafas dalam
ventilasi
rentang normal)
- TTV dalam rentang
normal
2. Hipertermi berhubungan Tujuan: setelah dilakukan 1. Monitor suhu
dengan peningkatan laju tindakan keperawatan sesering mungkin
2. Monitor intake dan
metabolisme yang ditandai selama 1x24 jam
output
dengan: diharapakan suhu tubuh
3. Monitor WBC, HB,
DS : Klien mengeluh klien berada dalam rentang
dan HCT
badannya panas normal 4. Kolaborasi
Kriteria hasil:
DO : - Kulit teraba pengobatan untuk
- Suhu tubuh dalam
hangat, tampak mengatasi penyebab
rentang normal
kemerahan - Nadi dan RR dalam demam
5. Kolaborasi untuk
-Mukosa bibir rentang normal
- Tidak ada perubahan pemberian cairan
kering
- Suhu 38,3 oC warna kulit intravena
6. Berikan antipiretik
jika perlu
7. Berikan kompres
pada pasien
3. Ketidakseimbangan nurtisi Tujuan: setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan makanan
2. Anjurkan klien
tubuh berhubungan selama 1x24 jam
untuk meningkatkan
dengan peningkatan diharapakan nutrisi klien
intake
metabolisme(masukan tercukupi
3. Berikan informasi
Kriteria hasil:

28
nutrisi kurang) yang - Tidak terjadi penurunan tentang kebutuhan
ditandai dengan: berat badan yang berarti nutrisi
- Mampu 4. Kolaborasi dengan
DS : Klien mengatakan
mengidentifikasi ahli gizi untuk
makan 2 kali sehari
kebutuhan nutrisi menentukan jumlah
dan menghabiskan 3
- Tidak ada tanda-tanda
kalori yang
sendok makan dari
malnutrisi
dibutuhkan klien
porsi makanan yang
5. Monitor adanya
disediakan di rumah
penurunan berat
sakit
badan
DO : - TB 160 cm
- BB (saat sakit) 45
kg
4. Hambatan mobilitas fisik Tujuan: setelah dilakukan 1. Monitor vital sign
berhubungan dengan tindakan keperawatan sebelum/sesudah
penurunan kekuatan otot selama 1x24 jam latihan dan lihat
yang ditandai dengan: diharapakan tidak terjadi respon klien saat
keterbatasan dalam latihan
2. Kaji kemampuan
mobolitas fisik
Kriteria hasil: klien dalam
DS:
- Klien meningkat dalam
mobilisasi
- Klien mengatakan
aktivitas fisik 3. Ajarkan pasien
sesak setelah - Mengerti tujuan dari
bagaiamana
beraktivitas peningkatan mobilitas
merubah posisi dan
- Klien mengatakan - Memverbalisasikan
berikan bantuan jika
sering gemetar perasaan dalam
perlu
DO: meningkatkan kekuatan
4. Damping dan bantu
- Klien tampak lemah dan kemampuan
klien saat mobilisasi
- Aktivitas dibantu oleh
berpindah
dan bantu
keluarga dan perawat - Memperagakan
- Pergerakan klien pemenuhan
penggunaan alat bantu
lambat kebutuhan ADL
untuk mobilisasi
5. Berikan alat bantu
(walker)
jika klien
memerlukan
6. Bantu klien untuk
menggunakan

29
tongkat saat
berjalan dan cegah
terhadap cedera
7. Latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan

D. Implementasi

Nama Lengkap : Ny. N No. Rekam Medik : 12.00.54.85


Umur : 31 Tahun Ruang : Muzdalifah
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa Medis : Hipertiroid

N Waktu Diagnosa keperawatan implementasi Evaluasi


o
1. 15-12- Ketidakefektifan pola 1. Mengobservasi 17-12-2017
Pukul 14.00
2017 nafas berhubungan TTV dan catat nadi
S: Klien
Pukul
degnan keletihan yang dan pernapasan baik
mengatakan
10.00
ditandai dengan : sebelum dan
sesak
DS: Klien mengeluh sesudah aktivitas
berkurang
2. Memberikan posisi
sesak, terutama O: RR 24x/m,
semi fowler untuk
saat beraktivitas klien tampak
klien dan
DO: - RR 28x/mnit rileks
menganjurkan A: Masalah
Nadi 102x/mnt
mempertahankan teratasi
P: Pertahankan
posisi tersebut saat
intervensi 1
terjadi sesak
dan 4
2. 15-12- Hipertermi 1. Mengukur suhu 17-12-2017
Pukul 14.00
2017 berhubungan dengan tubuh klien dengan
S: Klien
Pukul
peningkatan laju thermometer setiap
mengatakan
10. 10
metabolisme yang 2 jam sekali

30
ditandai dengan: 2. Melakukan badannya
DS : Klien mengeluh kolaborasi dengan tidak panas
badannya panas dokter untuklagi
O: Suhu 37,5 oC
DO : - Kulit teraba mengatasi penyebab
A: Masalah
hangat, tampak demam, klien diberi
teratasi
kemerahan obat PTU 1x100 mg P: Pertahankan
3. Melakukan
-Mukosa bibir intervensi 1
kolaborasi dengan
kering
-Suhu 38,3 oC dokter untuk
memberikan cairan
intra vena, klien
diberi IVFD RL 20
Tpm
4. Melakukan
kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan
antipiretik, klien
diberi paracetamol
infus 500 mg
5. Mengajarkan klien
dan keluarga untuk
menggunakan
kompres air hangat
pada daerah dahi
klien
3. 15-12- Ketidakseimbangan 1. Menanyakan S: Klien
2017 nurtisi kurang dari kepada klien mengatakan
Pukul
kebutuhan tubuh tentang adakah menghabiska
11.45
berhubungan dengan makanan yang n porsi
peningkatan dialerginya? makan yang
2. Menganjurkan
metabolisme(masukan disediakan
pasien untuk O: Tidak terjadi
nutrisi kurang) yang
meningkatkan penurunan
ditandai dengan:
makan dan berat badan
DS : Klien mengatakan

31
makan 2 kali minumnya yang
3. Memberikan
sehari dan signifikan
informasi tentang
menghabiskan 3 (BB 45 kg)
kebutuhan nutrisi A: Masalah
sendok makan
dengan menjelaskan teratasi
dari porsi
P: Pertahankan
makanan apa saja
makanan yang
intervensi 2,
yang baik
disediakan di
3, 4, 5
dikonsumsi klien.
rumah sakit
4. Melakukan
DO : - TB 160 cm
kolaborasi dengan
- BB (saat sakit)
ahli gizi tentang
45 kg
jumlah gizi klien
5. Mengukur berat
badan klien dengan
timbangan berat
badan
4. 15-12- Hambatan mobilitas 1. Mengukur vital S: Klien
2017 fisik berhubungan sign mengatakan
dengan penurunan sebelum/sesudah merasa rileks
kekuatan otot yang latihan dan melihat saat telah
ditandai dengan: respon klien saat beraktivitas
O: Klien tampak
latihan
2. Mengkaji meningkat
kemampuan klien dalam
DS:
dalam mobilisasi aktivitas fisik
- Klien mengatakan
3. Mendampingi dan A: Masalah
sesak setelah
membantu klien teratasi
beraktivitas P: Pertahankan
saat mobilisasi dan
- Klien mengatakan
intervensi 1,
bantu pemenuhan
sering gemetar
2, 4
kebutuhan ADL
DO:
(medampingi klien
- Klien tampak
menggapai toilet)
lemah
4. Mengajarkan pasien
- Aktivitas dibantu
bagaiamana
oleh keluarga dan
merubah posisi
perawat
- Pergerakan klien dengan cara

32
lambat menjelaskan dan
mempraktikan
posisi fowler atau
semi fowler dan
meletakkan bantal
di belakang pasien
ketika sedang sesak,
ketika hendak
makan, atau minum
obat
5. Melatih pasien
dalam pemenuhan
aktivitas mandiri
yang sederhana,
yaitu klien makan
sendiri tanpa
dibantu perawat
atau keluarga.

33
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon

tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini

menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang

disebut dengan thyrotoxicosis. Lebih dari 90% hipertiroid adalah akibat penyakit

Graves dan nodul tiroid toksik.


Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik

(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid

yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien

hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Apabila tidak diobati, kematian Penyakit jantung

Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi.

34
Hipertiroid yang menyebabkan komplikasi terhadap jantung, termasuk fibrilasi

atrium dan kelainan ventrikel akan sulit terkontrol. Pria dengan hipertiroid dapat

mengalami penurunan libido, impotensi, berkurangnya jumlah sperma, dan

ginekomastia. Diagnosis pada wanita hamil agak sulit karena perubahan fisiologis

pada kehamilan seperti pembesaran tiroid serta manifestasi hipermetabolik, sama

seperti tirotoksikosis.

B. SARAN

Setelah pembuatan makalah ini diharapkan agar pembaca khususnya mahasiswa

dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang telah dibahas. Untuk meningkatkan

pengetahuan, mahasiswa dapat membaca atau mencari pengetahuan lebih banyak lagi

dari sumber lain terkait dengan materi ini. Apabila dalam makalah ini pembaca

menemukan kesalahan atau kekurangan diharapkan untuk memberikan saran atau

masukan guna untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Saputra, Lyndon. 2012. Medikal Bedah Endokrin. Tangerang. Binapura Aksara
Guyton, Arthur. 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta. EGC

http://bayukusnandar06.blogspot.com/2017/05/askep-hipertiroidisme.html

https://dokumen.tips/download/link/hipertiroid-referat-siti-fauziah

https://scholar.google.co.id/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+hipertiroid+&btnG=&oq=hipertiroid

35

Anda mungkin juga menyukai