Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SISTEM RESPIRASI

DI SUSUN OLEH

KIKI RIZKY YOLANDA

P201802008

L4 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
TAHUN 2018
1. Identifikasi Kata Sulit Yang ada Pada Kasus

a. Cuping adalah bagian hidung pada kanan kiri lubang hidung


b. Sianosis adalah kondisi warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir karena
kekurangan oksigen dalam darah. Sianosis umumnya merupakan pertanda dari
kondisi yang serius, dan butuh penanganan segera.
c. Ronkhi adalah suara napas tambahan yang bernada rendah yang terjadi akibat
adanya penyumbatan jalan napas biasanya akibat adanya lendir. Ronkhi dapat
terjadu pada inspirasi (saat mengambil napas) maupun ekspirasi. Ronkhi sendiri
terdiri dari 2 jenis yaitu ronkhi basah dan ronkhi kering.
d. Composmentis adalah kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
e. WSD (water drainage) adalah suatu tindakan pemasangan kateter pada rongga
thoraks, rongga pleura, medaistinum dengan tujuan untuk mengeluarkan udara
atau cairan dari rongga tersebut.

2. Proses Sesak Pada Kasus


adanya penggumpalan cairan pada pleura mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan sehingga terjadi peradangan pada pleura yang menyebabkan terjadinya
peningkatan permeable membrane kapiler atau gangguan absorpsi getah bening dan
cairan protein dari getah bening masuk ke rongga pleura, Cairan yang terjadi akibat
radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada
plasma normal. Masuknya cairan protein menyebabkan konsentrasi protein cairan
pleura meningkat sehingga terjadi eksudat dimana cairan dan sel keluar dari kapiler
dan masuk ke dalam jaringan pada waktu radang. Eksudat dapat terkumpul akibat
permeabilitas vascular yang meninggi dan mengandung protein sebanyak yang
terkandung dalam plasma darah. Akibat masuknya cairan pada rongga pleura
menyebabkan terjadinya penumpukan pada cairan pleura sehingga terjadi ekspansi
paru yang menyebabkan pasien pada efusi pleura menjadi sesak napas.
3. Penyimpangan KDM pada Kasus

Peradangan pleura

Permeable membrane kapiler meningkat

Cairan protein dari getah bening masuk rongga pleura

Eksudat

Penumpukan cairan pada rongga pleura

Gangguan ventikasi,
difusi dan Respon psikososial
Ekspansi paru transportasi gas

Sesak napas Koping tidak efektif


Produksi sekret
kecemasan
Ketidaefektifan
Jalan napas tidak
pola napas
efektif
1. Analisa data
Gangguan
pertukaran gas

Diskontinuitas Pemasangan WSD


Risiko infeksi jaringan
4. Analisa Data Dan Diagnose Keperawatan

No Data Etiologi Masalah


1 DO : Peradangan pleura Pola napas tidak efektif
- Tidak menggunakan
oksigen bantuan Permeable membrane kapiler
- Kesadaran meningkat
komposmentis
DS : Cairan protein dari getah bening
- Pasien mengeluh sesak masuk ke rongga pleura
napas dan semakin sesak
jika beraktifitas Eksudat

Penumpukan cairan pada rongga


pleura

Ekspansi paru

Pola napas tidak efektif

2 DO : Peradangan pleura Bersihan jalan napas


- Batuk berdahak dengan tidak efektif
warna dahak hijau Permeable membrane kapiler
- Suara napas terdengar meningkat
ronkhi pada lobus kanan
- Kesadaran Cairan protein dari getah bening
komposmentis masuk ke rongga pleura
DS :
- Pasien mengeluh sesak Eksudat

Penumpukan cairan pada rongga


pleura

Gangguan difusi, ventilasi dan


gangguan transportasi gas

Produksi secret

Bersihan jalan napas tidak efektif


3 DO : Peradangan pleura Gangguan pertukaran
- Bibir tampak sianosis gas
- Bernapas menggunakan Permeable membrane kapiler
cuping hidung meningkat
- Kesadaran
komposmentis Cairan protein dari getah bening
DS : masuk ke rongga pleura
-
Eksudat

Penumpukan cairan pada rongga


pleura
Ekspansi paru

4 DO : Peradangan pleura Kecemasan


- Klien merasa takut
dengan kondisinya Permeable membrane kapiler
- Kesadaran meningkat
komposmentis
DS : Cairan protein dari getah bening
- masuk ke rongga pleura

Eksudat

Penumpukan cairan pada rongga


pleura

Respon psikososial

Koping tidak efektif

Kecemasan
5 DO : Peradangan pleura Risiko infeksi
- Pemasangan selang pada
dadanya Permeable membrane kapiler
- Kesadaran meningkat
komposmentis
DS : Cairan protein dari getah bening
- masuk ke rongga pleura

Eksudat

Penumpukan cairan pada rongga


pleura

Pemasangan WSD

Diskontinuitas jaringan

Risiko infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas


ditandai dengan sputum dalam jumlah yang berlebihan
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan napas cupinh hidung di tandai dengan
perubahan memban alveolar – kapiler
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas dinding dada di tandai
dengan perubahan kedalaman pernapasan
d. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan di tandai dengan
perasaan tidak adekuat
e. Risiko infeksi di tandai dengan prosedur invasive

5. Intervensi Keperawatan

NO DX Tujuan dan criteria hasil Intervensi


1 Pola napas Tujuan : 1. Auskultasi suara napas catat adanya suara
tidak Melakukan tindakan tambahan
efektif keperawatan 2 x 24 jam di 2. Identifikasi pasien perlu adanya
harapkan hambatan pada pemasangan alat jalan napas buatan
pasien tidak mengalami sesak 3. Pertahankan jalan napas yang paten
napas dengan criteria hasil : 4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Menunjukan jalan napas ventilasi
yang paten 5. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
- Tidak ada perubahan 6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait
kedalaman pernapasan pola napas
- Vital sign normal
2 Bersihan Tujuan : 1. Auskultasi suara napas catat adanya suara
jalan napas Melakukan tindakan napas tambahan
tidak keperawatan 2 x 24 jam di 2. Lakukan suction bila perlu
efektif harapkan obstruksi napas 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
berkurang. Dengan criteria 4. Anjurkan pada pasien untuk istirahat dan
hasil : napas dalam
- Mendemonstrasikan batuk 5. Ajarkan pada keluarga bagaimana cara
efektif dan suaran napas melakukan suction
yang bersih 6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait
- Menunjukan jalan napas bersihan jalan napas
yang paten
- Vital sign normal
3 Gangguan Tujuan : 1. Monitor respirasi dan status O2
pertukaran Melakukan tindakan 2. Monitor suara dan pola napas
gas keperawatan 1 x 24 jam di 3. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
harapkan pola napas kembali usaha respirasi
efektif. Dengan criteria hasil : 4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Mendemonstrasikan 5. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
peningkatan ventilasi dan ventilasi
oksigenasi yang adekuat 6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
- Memeliharan kebersihan
paru dan bebas dari tanda
distress pernapasan
- Vital sign dalam batas
normal
4 Ansietas Tujuan : 1. identifikasi tingkat kecemasan
Dengan melakukan tindakan 2. gunakan pendekatan yang menenagkan
keperawatan 1 x 24 jam 3. jelaskan semua prosedur dan apa yang
diharapkan pasien mengalami dirasakan selama prosedur
penurunan kecemasan dengan 4. instruksikan pasien untuk menggunakan
criteria hasil : teknik relaksasi
- Klien mampu 5. temani pasien untuk memberikan keamanan
mengidentifikasi dan dan mengurangi takut
mengungkapkan gejala 6. dengarkan dengan penuh perhatian
cemas
- dapat mengungkapkan dan
menunjukan teknik untuk
mengontrol cemas
- vital sign dalam batas
normal
5 Risiko Tujuan : 1. monitor tanda dan gejala infeksi
infeksi Dengan melakukan tindakan 2. monitor atau hitung granulosit
keperawatan 1 x 24 jam 3. cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
diharapkan tidak terjadi infeksi melakukan tindakan keperawatan
pada prosedur invasi dengan 4. pertahankan lingkungan aseptic selama
criteria hasil : pemasangan alat
- klien bebas dari tanda dan 5. inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
gejala infeksi 6. ajarkan cara menghindari infeksi
- jumlah leukosit dalam
batas normal
- menunjukan perilaku
hidup sehat

7. Konsep Medis dari Kasus


a. DEFINISI
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan (
terjadi penumpukkan cairan dalam rongga pleura).Efusi dapat berupa cairan jernih,
yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari
dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan
transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit
paru, 1994, 111).
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat
berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viseral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura
visceralis).

b. ETIOLOGI
 Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor
ovarium) dan sindroma vena kava superior.
 Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor
dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena
tuberculosis. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit
neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya
satu dari empat mekanisme dasar :
a) Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
b) Penurunan tekanan osmotic koloid darah
c) Peningkatan tekanan negative intrapleural
d) Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
 Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.
 Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan perikarditis.
 Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.
 Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.
 Trauma
 Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms nefrotik
dan uremia

c. MANIFESTASI KLINIS
 Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit
 Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
batuk, banyak sputum.
 Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
 Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan
duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
 Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
 Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

d. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Normalnya hanya terdapat 10-20ml cairan pada rongga pleura, jumlah cairan
di rongga pleura tetap. Karena adanya tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar
9cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid
menurun (misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas
kapiler akibat adanya proses peradangan atau neoplasma. Bertambahnya tekanan
hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negativ intrapleura apabila terjadi
atelektasis paru (Alsogaf, 1995).
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan dalam cavum
pleura. kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa
proses yang meliputi (Guyton dan Hall, 1997) :
a) Adanya hambatan drainase limpatik dari rongga pleura
b) Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer
menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke
dalam rongga pleura
c) Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya
transudasi cairan yang berlebihan
d) Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan
pleura dan rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara
cepat.

Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium


Tuberculosis yang masuk melalui saluran pernafasan menuju alveoli, sehingga
terjadilah infeksi primer. dari infeksi ini akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (Limfangitis lokal ) dan diikuti dengan pembesaran kelenjar getah
bening hilus ( Limfangitis regional ).

Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas


membran. Permeabilitas membran akan meningkan dan akhirnya menimbulkan
akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari
tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah
bening. Sebab lain juga dapat diakibatkan dari robeknya perkejuan kearah saluran
getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis.

Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosis paru adalah eksudat yang berisi
protein dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening.
Cairan ini biasanya serosa, namun kadang-kadang bisa juga hemarogi.
e. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi :
a) Pleuritis tuberkulosis
Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosis paru (Rifampisim, INH,
Pirozinamid atau etambutol).
b) Efusi pleura karena neoplasma
Pengobatan dengan kemoterapi dan mengurangi timbulnya cairan dengan
pleurodesis memakai zat-zat tetrasuklin.
c) Efusi karena prankreatitis
Pengobatannya dengan cara memberikan terapi peritoneo sentesis disamping
terapi dengan diuretic terapi terhadap penyakit asalnya.

Tindakan Medis :
a) WSD (Water Sealed Drainage )
Merupakan suatu tindakan yang memungkinkan cairan atau udara keluar dari
rongga pleura dn mencegah aliran balik kerongga pleura, sisi pemasangan untuk
drainage dekat dengan intracosca kelima atau keenam pada garis midklavikula.
b) Torakosintesis
Merupakan aspirasi cairan pleura sebagai sarana untuk diagnosis maupun
teurapeutik. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru disela iga lX garis askila
posterior dengan memakai jarum abbocath no 14 atau 16. Torakosintesis dilakukan
untuk membuang cairan, untuk mendapatkan spesimen guna keperluan analisa dan
untuk menghilangkan dispnea. Namun, bila penyebab dasar adalah malignasi, efusi
dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu. Torakosintesis berulang
mengakibatkan nyeri, penipisan protein, dan kadang pneumotoraks.
c) Pemberian antibiotik, Jika ada infeksi

d) Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (
tetrasiklin, kalk, dan biomisin ) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua
lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
a) Biopsi pleura : untuk mengetahui adanya keganasan

f. KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI


Infeksi dan fibrosis paru (Mansjoer, 2001)
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan viseralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrotoraks.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang disebabkan oleh tekanan ektrinsik
pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru.

g. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi umum

 Istirahat
 Diet
 Bebas
2. Medikamentosa
Obat pertama :
 Tuberkulostatika (umumnya EF merupakan kompliksai TBC)
 Antibiotika bila ada infeksi sekunder

Obat alternative :

 Terapi simptomatis
 Prednison, bila cairannya cukup banyak dan di sebabkan oleh tb paru
 Enzim proteolitik
 Roboranti
3. Punksi pleura (torakosentesis) kalau cairan massif, jangan lebih dari 1000-1500 cc
setiap kali punksi.Jika ada empiema di pasang WSD (WATER SEALED
DRAINAGE).

Anda mungkin juga menyukai