TINJAUAN PUSTAKA
Martini & Nath, Fundamental of Anatomy & Physiology, 9th edition, Pearson Education Inc., San Fransisco, 2012.
2.1 Definisi
Korteks adrenal merupakan bagian luar dari kelenjar adrenal. Korteks adrenal
bertanggung jawab memproduksi tiga jenis hormon, yaitu mineralokortikoid yang
mengatur natrium dalam tubuh, glukokortikoid yang meningkatkan kadar glukosa
darah, dan androgen yang mengatur hormon seks.
Korteks adrenal memproduksi lebih dari 12 lusin hormon steroid yg disebut
kortikosteroid. Kortikosteroid sangat vital karena jika kelenjar adrenal dihilangkan
atau dimusnahkan, individu akan mati kecuali diberikan kortikosteroid dari luar.
Hormon steroid dlm sirkulasi darah terikat oleh protein transport yg disebut
transcortin. Mekanisme kerja kortikosteroid adalah mengubah transkripsi gen pada
nukleus sel target.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Korteks Adrenal
Martini & Nath, Fundamental of Anatomy & Physiology, 9th edition, Pearson Education Inc., San Fransisco, 2012.
Korteks adrenal terdiri dari sel parenkim yang langsung mensintesis dan
mensekresikan beberapa hormon steroid tanpa menyimpannya terlebih dahulu. Korteks
kelenjar ini terbagi menjadi 3 zona, dari kapsul ke arah tengah, yaitu(Gartner & Hiatt
2001: 317-319):
a. Zona glomerulosa
Zona glomerulosa adalah daerah berbentuk cincin konsentris yang terletak tepat
di bawah kapsul adrenal. Zona ini menempati kurang lebih 13% total volume kelenjar.
Sel-sel silindris kecil menyusun daerah ini dalam bentuk korda dan kelompokan.
Kelompokan ini bentuknya mirip dengan glomerulus pada ginjal, sehingga daerah ini
disebut sebagai zona glomerulosa (Wonodirekso 2003: 119). Sel-sel ini mempunyai inti
kecil terwarna gelap dengan 1-2 anak inti. Sitoplasmanya asidofilik dengan banyak
reticulum endoplasma halus, mitokondria pendek, kompleks Golgi yang berkembang
dengan baik, banyak retikulum endoplasma kasar, dan ribosom bebas. Droplet lemak juga
tersebar pada sitoplasma. Terkadang dijumpai desmosom dan gap junction kecil yang
menghubungkan sel satu sama lain. Beberapa sel memiliki mikrovili pendek.
b. Zona fasikulata
Zona fasikulata merupakan daerah terbesar di korteks. Zona ini mencakup diatas
80% total volume kelenjar. Daerah ini mengandung kapiler sinusoid yang tersusun
longitudinal di antara kolumna-kolumna sel-sel parenkim. Sel-sel polihedral daerah ini
lebih besar ukurannya dibandingkan dengan sel daerah zona glomerulosa. Sel-selnya
tersusun kolumna radial, dan terwarna sedikit asidofilik. Sel ini mengandung banyak
sekali droplet lemak pada sitoplasmanya. Droplet lemak akan larut saat pembuatan
preparat histologis, yang akan mengakibatkan sel tampak mempunyai vakuola. Hal ini
yang menyebabkan sel-sel zona fasikulata disebut spongiosit. Spongiosit mempunyai
mitokondria yang berbentuk seperti bola dengan krista tubular dan vesikular, banyak
retikulum endoplasma halus, lisosom, dan granula yang berisi pigmen lipofuchsin.
c. Zona retikularis
Zona retikularis adalah daerah korteks yang berbatasan dengan medulla. Zona
retikularis menyusun hanya 7% total volume kelenjar. Sel-selnya sangat asidofilik dan
tersusun dalam korda yang saling beranastomosis. Sel-selnya sama dengan spongiosit
zona fasikulata, hanya lebih kecil dan lebih sedikit droplet lemak. Sel-selnya sering
mengandung granula pigmen lipofuchsin dalam jumlah besar. Beberapa sel yang berada
dekat dengan medulla adrenal tampak gelap, dengan sitoplasma padat elektron dan inti
piknotik, yang menandakan pada zona ini mengandung sel parenkim yang berdegenerasi.
2.3 Klasifikasi
Dari beberapa lapisan korteks adrenal tersebut, dihasilkan beberapa hormon yang
secara ringkas dapat diterangkan sebagai berikut:
2.3.1. Mineralokortikoid
2.3.2. Glukokortikoid
e. Efek-efek lainnya
• Mempertahankan tekanan darah, dengan bekerja pada pembuluh darah dan jantung
• Mempertahankan aktivitas normal otot-otot volunter yang menjadi lemah saat tidak
terdapat glukokortikoid. Dalam jumlah besar, glukokortikoid memiliki efek anti inflamasi
dan anti alergi, mengurangi perluasan edema, dilatasi pembuluh darah, invasi sel-sel
darah putih dan efek-efek lain yang terjadi dalam reaksi inflamasi terhadap cedera.
Pengeluaran hormon ini meningkat sekitar enam kali dalam berespon terhadap stres,
seperti ansietas dan cedera.
Hormon-hormon yang termasuk dalam kategori glukokortikoid adalah:
• Kortisol
http://www.drmeu.com/2016/09/mekanisme-kerja-dan-regulasi-hormon.html
Stimulasi sekresi hormone kortisol oleh adrenal korteks dipengaruhi oleh kadar glukosa
yang rendah. Sekresi hormone kortisol melalui mekanisme sebagai berikut
Efek kortisol :
• Kortikosteron
Hormon ini hanya disintesis dan dilepaskan dalam situasi stres, menjadi penyebab
episode yang dikenal sebagai "kelumpuhan stres", seperti yang disajikan dalam demam
panggung atau ketika seseorang merujuk tetap dalam ketakutan.Stres dapat disebabkan
oleh peristiwa psikologis (takut, khawatir, cemas) atau bisa juga fisik (hipoglikemia,
nyeri, infeksi). Ketika ada, sumbu hipofisosuprarrenal dan sistem saraf otonom
diaktifkan.Sumbu hipofisosuprarrenal dimulai dengan mengaktifkan hipotalamus, yang
mengeluarkan hormon kortikotropin. Hormon ini bekerja pada hipofisis anterior dan
menyebabkan sekresi hormon adenocorticotropa. Selanjutnya, hormon adenocorticotropa
menstimulasi kelenjar adrenal, tempat steroidogenesis adrenal terjadi. Ini mensintesis dan
melepaskan kortisol dan kortikosteron di zona fasia korteks adrenal.
Mekanisme tindakan
Kortikosteron mengikat protein plasma dan memiliki waktu paruh 50 menit; dapat
mengikat protein transporter juga disebut transkortin, dengan afinitas 100%, sehingga
menggantikan kortisol.Dalam situasi tekanan psikologis otak mempersiapkan
penerbangan dan penyelesaian masalah saat ini, "melupakan" informasi sebelumnya yang
dianggap tidak relevan, yang menghasilkan fenomena kelumpuhan ketakutan.
otot, dan gangguan pada sistem komunikasi antarsel (Brann & Mahesh 1991:
2692--2693).
• Kortison
Kadar kortison yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penyakit addison yaitu penyakit
kerusakan pada kelenjar adrenal sehingga tidak memproduksi hormone yang memadai
untuk tubuh.
Androgen adalah hormon seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis pria,
namun dalam jumlah kecil, androgen juga diproduksi oleh rahim wanita dan kelenjar
adrenal yang terdapat pada pria dan wanita. Androgen membantu memulai
perkembangan testis dan oenis pada janin laki-laki. Hormon ini diproduksi pada pria, dan
bertanggung jawab terhadap perkembangan ciri seksual sekunder pria, misalnya
pertumbuhan rambut wajah, pertumbuhan otot, suara menjadi lebih besar, dan lain-lain.
Akan tetapi kerja hormon ini jauh lebih lemah dari pada testosteron.
Sedangkan ciri-ciri seksual sekunder pada pria secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Rambut kemaluan, timbul sekitar setahun setelah testis dan penis mulai membesar.
Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul apabila pertumbuhan rambut kemaluan
hampir selesai, demikian pula rambut tubuh. Pada mulanya rambut yang tumbuh hanya
sedikit, halus dan warnanya terang, kemudian menjadi gelap, lebih kasar, lebih subur dan
agak keriting.
b. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.
c. Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakim besar dan
menjadi lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak
mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan berjalannya masa puber.
d. Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk pada lengan, tungkai,
kaki dan bahu.
e. Suara berubah setelah rambut kemaluan timbul. Mula-mula suara menjadi serak,
kemudian volume suara menurun, dan selanjutnya volume suara menjadi meningkat.
f. Benjolan pada dada, berupa benolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria yang
timbul pada usia sekitar 12-14 tahun dan berlangsung selama beberapa minggu dan
kemudian menurun baik dalam jumlah maupun besarnya.
Testosteron disintesis terutama dalam sel Leydig. Jumlah sel Leydig pada gilirannya
diatur oleh luteinizing hormone dan follikle stimulating hormone (FSH). Selain itu,
Jumlah testosteron diproduksi oleh sel Leydig yang ada di bawah kendali LH, yang
mengatur ekspresi 17-Beta hidroksisteroid dehidrogenas jumlah testosteron disintesis
diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisi-testis. Ketika kadar testosteron rendah,
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dilepaskan oleh hipotalamus yang pada
gilirannya merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan FSH dan LH. Kedua hormon
merangsang testis untuk mensintesis testosteron. Akhirnya, meningkatkan kadar
testosteron melalui umpan balik negatif lingkaran bertindak pada hipotalamus dan
hipofisis untuk menghambat pelepasan GnRH dan FSH/LH (Swerdloff, 1992).
Mekanisme inter selular dasar dari kerja testosterone dihasilkan dari peningkatan
kecepatan pembentukkan protein dalam sel-sel target. Hal ini dipelajari secara ekstensif
dalam kelenjar prostat, salah satu organ yang paling di pengaruhi oleh testosteron. Dalam
kelenjar ini, testosterone memasukki sel dalamwaktu beberapa menit setelah
disekresikan, kemudian diubah di bawah pengaruh enzim-enzim intra selular 5-alpha-
reduktase menjadi dihidrotestosteron dan berikatan dengan sebuah “protein reseptor”
sitoplasma. Penggabungan ini kemudian bermigrasi kedalam nukleus di mana terjadi lagi
pengikatan dengansebuah protein dan menginduksi proses transkrips DNA-RNA dalam
waktu 30 menit, RNA polimera setelah menjadi aktif fan konsentrasi RNA mulai
meningkat dalam sel; keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan yang progresif dari
proteinsel. Setelah beberapa hari, jumlah DNA dalam kelenjar juga meningkat dan
bersama dengan itu juga terdapat peningkatan jumlah sel-sel prostetik.
1. Kelebihan sel darah merah dan hemoglobin. Kondisi tersebut dapat menimbulkan
stroke dan serangan jantung. Peningkatan sel darah merah dalam darah ini dapat
dikurangi dengan donor darah.
2. Rambut rontok. Gejala awal akan dimulai dari bagian simpul kulit kepala, lalu akan
berlanjut rontok pada bagian pelipis, dan keseluruhan.
4. Pada wanita gejala yang dapat timbul antara lain klitoris yang membesar, rahim yang
mengecil, payudara mengecil dan siklus menstruasi yang berhenti. Kadar testosteron
yang tinggi dalam darah juga dapat menjadi indikator sindrom ovarium polikistik.
Pada pria dewasa, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan penurunan massa
otot, kehilangan rambut tubuh, penampilan keriput pada kulit, gangguan mood,
peningkatan lemak tubuh, ereksi yang tidak memadai dan kinerja seksual yang buruk,
osteoporosis, kesulitan konsentrasi, kehilangan memori dan gangguan tidur. kadar
testosteron pada pria menurun secara alami dengan bertambahnya usia mereka. Hal ini
disebut juga sebagai menopause laki-laki (andropause).
BAB I
PENDAHULUAN
Kelenjar adrenal (kelenjar suprarenal) adalah dua masa triangular pipih yang berwarna
kuning yang tertanam pada jaringan adipose. Kelenjar adrenal, yang dikenal juga dengan
kelenjar suprarenal, adalah kelenjar kecil dan berbentuk triangular yang terletak pada bagian atas
ginjal. Kelenjar adrenal dibagi menjadi dua bagian, bagian luar dinamakan korteks adrenal
sedangkan bagian dalam disebut medulla adrenal (Sabra, 2008). Organ ini berada di kutub atas
ginjal. masing-masing kelenjar ini terdiri dari korteks di bagian luar dan medulla di bagian
dalamkelenjar adrenal. Korteks adrenal sangat diperlukan bagi kehidupan. Sekresi edrenokortikal
memungkinkan tubuh untuk beradaptasi terhadap segala jenisstress. Tanpa korteks adrenal,
keadaan stress yang berat dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi periver, syok, dan kematian.
Kehidupan hanya dapat dipertahankan dengan terapi nutrisi, elektrolit, serta cairan dan preparat
hormon eadrenokortikal. ( Syaifullah Noer, 1996).
Sel-sel korteks adrenal dapat mensintesis kolesterol dan juga mengambilnya dari
sirkulasi. Kolesterol diubah menjadi 5-pregnenoian yang merupakan bahan dasar semua
kortikosteroid. Banyak steroid telah diisolasi dari korteks adrenal tetapi ada tiga yang paling
penting yaitu kortisol (hidrokortison),dehidro epionndesteron (DHEA) dan aldosteron. Pelepasan
kortikosteroid kedalam aliran darah berlangsung secara intermiten, menghasilkan fase
lonjakanmendadak dalam plasma dan fase penurunan. Histologi korteks adrenal terdiri dari3
lapisan yaitu: zona glumerulosa (lapisan luar), zona fasciculate (lapisan tengah),dan zona
retikularis (lapisan dalam). Kelainan pada kelenjar adrenal menyebabkan endokrinopati yang
klasik seperti sindroma cushing, penyakit Addison,hiperaldosteronisme dan sindroma pada
hiperplasia adrenal kongenital.
6. Apa saja fungsi setiap hormone yang dihasilkan korteks adrenal bagi tubuh?
1.3 Tujuan
3. Memahami dan mampu menjelaskan berbagai hormone yang dihasilkan oleh korteks
adrenal serta mekanisme dan sel target.
4. Memahami dan mampu menjelaskan fungsi berbagai hormone yang dihasilkan oleh
korteks adrenal
BAB III
PENUTUP
Daftar Pustaka
1. Gambar
http://www.drmeu.com/2016/09/mekanisme-kerja-dan-regulasi-hormon.html
Biosintesis hormon kortisol (Barret, 2012)
Martini & Nath, Fundamental of Anatomy & Physiology, 9th edition, Pearson Education
Inc., San Fransisco, 2012.
2. Materi
Anwar.Ruswana.2010. FUNGSI KELENJAR ADRENAL DAN KELAINANNYA. Fakultas
kedokteran UNPAD Bandung.
UIN Surabaya. Kuliah psikologi Faal. 2013
Lukman.Aprizal.2008.Mekanisme Dan Regulasi Hormon Glukokortikoid Pada Manusia.
(IEEE): T. Nugroho, J. Pujo, and W. Nurcahyo, "Fisiologi dan Patofisiologi Aksis
Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal," JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), vol. 3, no. 2, Jul.
2011.
Soewoto.Hafiz.2009.Hormon-hormon yang berperan pada proses
metabolism.Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FK Universitas Indonesia
MAKALAH
KORTEKS ADRENAL
Oleh :