Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Martini & Nath, Fundamental of Anatomy & Physiology, 9th edition, Pearson Education Inc., San Fransisco, 2012.

2.1 Definisi
Korteks adrenal merupakan bagian luar dari kelenjar adrenal. Korteks adrenal
bertanggung jawab memproduksi tiga jenis hormon, yaitu mineralokortikoid yang
mengatur natrium dalam tubuh, glukokortikoid yang meningkatkan kadar glukosa
darah, dan androgen yang mengatur hormon seks.
Korteks adrenal memproduksi lebih dari 12 lusin hormon steroid yg disebut
kortikosteroid. Kortikosteroid sangat vital karena jika kelenjar adrenal dihilangkan
atau dimusnahkan, individu akan mati kecuali diberikan kortikosteroid dari luar.
Hormon steroid dlm sirkulasi darah terikat oleh protein transport yg disebut
transcortin. Mekanisme kerja kortikosteroid adalah mengubah transkripsi gen pada
nukleus sel target.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Korteks Adrenal

Martini & Nath, Fundamental of Anatomy & Physiology, 9th edition, Pearson Education Inc., San Fransisco, 2012.

Korteks adrenal terdiri dari sel parenkim yang langsung mensintesis dan
mensekresikan beberapa hormon steroid tanpa menyimpannya terlebih dahulu. Korteks
kelenjar ini terbagi menjadi 3 zona, dari kapsul ke arah tengah, yaitu(Gartner & Hiatt
2001: 317-319):

a. Zona glomerulosa

Zona glomerulosa adalah daerah berbentuk cincin konsentris yang terletak tepat
di bawah kapsul adrenal. Zona ini menempati kurang lebih 13% total volume kelenjar.
Sel-sel silindris kecil menyusun daerah ini dalam bentuk korda dan kelompokan.
Kelompokan ini bentuknya mirip dengan glomerulus pada ginjal, sehingga daerah ini
disebut sebagai zona glomerulosa (Wonodirekso 2003: 119). Sel-sel ini mempunyai inti
kecil terwarna gelap dengan 1-2 anak inti. Sitoplasmanya asidofilik dengan banyak
reticulum endoplasma halus, mitokondria pendek, kompleks Golgi yang berkembang
dengan baik, banyak retikulum endoplasma kasar, dan ribosom bebas. Droplet lemak juga
tersebar pada sitoplasma. Terkadang dijumpai desmosom dan gap junction kecil yang
menghubungkan sel satu sama lain. Beberapa sel memiliki mikrovili pendek.
b. Zona fasikulata

Zona fasikulata merupakan daerah terbesar di korteks. Zona ini mencakup diatas
80% total volume kelenjar. Daerah ini mengandung kapiler sinusoid yang tersusun
longitudinal di antara kolumna-kolumna sel-sel parenkim. Sel-sel polihedral daerah ini
lebih besar ukurannya dibandingkan dengan sel daerah zona glomerulosa. Sel-selnya
tersusun kolumna radial, dan terwarna sedikit asidofilik. Sel ini mengandung banyak
sekali droplet lemak pada sitoplasmanya. Droplet lemak akan larut saat pembuatan
preparat histologis, yang akan mengakibatkan sel tampak mempunyai vakuola. Hal ini
yang menyebabkan sel-sel zona fasikulata disebut spongiosit. Spongiosit mempunyai
mitokondria yang berbentuk seperti bola dengan krista tubular dan vesikular, banyak
retikulum endoplasma halus, lisosom, dan granula yang berisi pigmen lipofuchsin.

c. Zona retikularis

Zona retikularis adalah daerah korteks yang berbatasan dengan medulla. Zona
retikularis menyusun hanya 7% total volume kelenjar. Sel-selnya sangat asidofilik dan
tersusun dalam korda yang saling beranastomosis. Sel-selnya sama dengan spongiosit
zona fasikulata, hanya lebih kecil dan lebih sedikit droplet lemak. Sel-selnya sering
mengandung granula pigmen lipofuchsin dalam jumlah besar. Beberapa sel yang berada
dekat dengan medulla adrenal tampak gelap, dengan sitoplasma padat elektron dan inti
piknotik, yang menandakan pada zona ini mengandung sel parenkim yang berdegenerasi.

2.3 Klasifikasi

Dari beberapa lapisan korteks adrenal tersebut, dihasilkan beberapa hormon yang
secara ringkas dapat diterangkan sebagai berikut:

2.3.1. Mineralokortikoid

Mineralokortikoid dihasilkan oleh zona glomerulosa Mineralokortikoid dalam


hal ini terutama aldosteron dan senyawa yang serupa lainnya memiliki peran yang
sangat penting dalam mengubah permeabilitas membran sel terhadap elektrolit terutama
ion-ion natrium dan ion-ion kalium. Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan
mineralokortikoid yang disekresi dari bagian terluar zona glomerulosa pada bagian
korteks kelenjar adrenal oleh rangsangan dari peningkatan angiotensin II dalam darah
Peran terpenting dari aldosteron adalah pada tubulus ginjal. Peningkatan sekresi
aldosteron akan meningkatkan reabsorbsi natrium kembali ke dalam darah dari
urin dan kemudian menyimpan natriumi di dalam tubuh. Secara simultan, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalium dari aliran darah ke dalam urin dan dengan demikian
keseimbangan elektrolit dapat dipertahankan. Walaupun tidak terlalu penting, efek
aldosteron juga terjadi dalam sekresi keringat dan saluran cerna.

Tahap pembentukan aldosterone

1. pregnenolon diubah menjadi progesteron oleh 2 enzim yaitu 3b-


hidroksisteroiddehidrogenase (3b-OHSD) dan D5,4 isomerase.

2. progesteron mengalami hidroksilasi membentuk 11-deoksikortikosteron


(DOC)

yang merupakan mineralokortikoid aktif (yang menahan ion Na+)

3. Terjadi hidroksilasi berikutnya membentuk kortikosteron yang mempunyai


aktivitas glukokortikoid dan merupakan mineralokortikoid lemah.

4. Kortikosteron diubah menjadi 18-hidroksikortikosteron dengan bantuan enzim


hidroksilase (aldosteron sintase)

5. hidroksikortikosteron diubah menjadi aldosteron (konversi 18-alkohol menjadi


aldehid)

Kekurangan aldosteron akan menyebabkan kehilangan natrium dan air dan


berakibat pada penurunan volume darah, kolaps sirkulasi dengan tekanan darah
rendah, yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian. Kelebihan aldosteron
akan menyebabkan aldosteronisme, yaitu kelenjar adrenal menghasilkan hormon
aldosteron yang terlalu banyak. Akibatnya, kadar kalium dan potasium dalam
darah jadi tidak seimbang sehingga meningkatkan volume darah tekanan darah.

Pengaturan sekresi mineralokortikoid

Pembentukan mineralokortikoid terutama aldosterone sangat tergantung pada


terdapatnya hormon yang disebut angiotensin II di dalam aliran darah. Angiotensin II
dibentuk oleh kerja enzim renin pada plasma globulin. Renin dilepaskan dari ginjal dalam
rangka memberikan respon terhadap penurunan natrium, kelebihan kalium, atau
menurunnya volume darah. Sekresi aldosterone terutama dipersiapkan untuk menghadapi
kondisi-kondisi seperti muntah, dehidrasi dan cedera.

2.3.2. Glukokortikoid

Disebut glukokortikoid karena efek utamanya adalah pada metabolisme


karbohidrat, dimana hormon ini berfungsi untuk mengubah lemak dan protein ke
metabolit-metabolit intermebdiet yang pada akhirnya akan diubah menjadi glukosa.
Glukokortikoid dihasilkan oleh zona fasikulata di korteks adrenal. Glukokortikoid
memiliki beberapa efek, antara lain:
a. Efek metabolisme karbohidrat

Glukokortikoid meningkatkan sintesis glukosa dari sumbersumber non karbohidrat


melalui proses neoglukogenesis.Glukokortikoid juga menurunkan penggunaan glukosa
oleh jaringan tubuh dan meningkatkan penyimpanan glukosa di dalam hati dalam bentuk
glikogen. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kadar glukosa dalam darah.

b. Efek metabolisme protein

Glukokortikoid menurunkan sintesis protein di seluruh tubuh, karena asam-asam amino


diubah melalui gluconeogenesis menjadi glukosa. Namun demikian, di dalam hepar,
sintesis protein meningkat. Hal ini menyebabkan kehilangan protein jaringan dan
meningkatkan pengeluaran nitrogen sebagai urea di dalam urin.

c. Efek metabolisme lemak

Glukokortikoid memobilisasi asam-asam lemak dari simpanan lemak dalam jaringan


adipose, yang mengakibatkan peningkatan asam lemak dalam darah yang dapat
digunakan sebagai sumber energi oleh jaringan.

d. Efek pada darah

Glukokortoid meningkatkan pembentukan sel-sel darah merah oleh tubuh dan


menurunkan pembentukan eosinofil.

e. Efek-efek lainnya

Efek lain dari glukokortikoid adalah:

• Menstabilkan lisozim di dalam sel

• Mempunyai kerja mineralokortikoid yang lemah, yakni menahan natrium

• Mempertahankan tekanan darah, dengan bekerja pada pembuluh darah dan jantung

• Mempertahankan aktivitas normal otot-otot volunter yang menjadi lemah saat tidak
terdapat glukokortikoid. Dalam jumlah besar, glukokortikoid memiliki efek anti inflamasi
dan anti alergi, mengurangi perluasan edema, dilatasi pembuluh darah, invasi sel-sel
darah putih dan efek-efek lain yang terjadi dalam reaksi inflamasi terhadap cedera.
Pengeluaran hormon ini meningkat sekitar enam kali dalam berespon terhadap stres,
seperti ansietas dan cedera.
Hormon-hormon yang termasuk dalam kategori glukokortikoid adalah:

• Kortisol

Biosintesis hormon kortisol (Barret, 2012)

Metabolism kortisol terjadi di hati yang merupakan tempat katabolisme glukotortikoid.


Sekresi kortisol dipicu oleh sistem portal hipotalamus hipofisis yang terdiri atas

1. Corticotropin-releasing hormone (CRH) dari hipotalamus


2. Adrenocorticotropic hormone (ACTH) dari hipofisis anterior.

http://www.drmeu.com/2016/09/mekanisme-kerja-dan-regulasi-hormon.html
Stimulasi sekresi hormone kortisol oleh adrenal korteks dipengaruhi oleh kadar glukosa
yang rendah. Sekresi hormone kortisol melalui mekanisme sebagai berikut

1. Kadar glukosa rendah


2. Hypothalamus mensekresikan CRH (Corticotropin-releasing hormone)
3. Sel anterior pituitary mensekresikan ACTH (Adrenocorticotropic hormone)
4. Korteks adrenal akan mensekresikan kortisol.

Efek kortisol :

a. Terhadap metabolisme karbohidrat

1. Merangsang gluconeogenesis, yaitu proses sintesis glukosa dari protein produk


non-KH yaitu piruvat, laktat, alanin & asam amino lainnya (terjadi dalam liver
pada kondisi tdk ada sumber KH).

2. Menurunkan pengambilan & penggunaan glukosa sehingga mengakibatkan


hiperglikemia

3. Peningkatan kadar glukosa darah dan “diabetes adrenal” dengan menurunkan


sensitivitas jaringan terhadap insulin.

b. Terhadap metabolisme protein

1. Merangsang katabolisme protein sehingga menyebabkan perombakan protein


menjadi asam amino

2.Menurunkan sintesis protein sehingga memperlama penyembuhan luka.


c. Terhadap metabolisme lemak
1. Merangsang mobilisasi lemak sehingga meningkatkan konsentrasi asam lemak
bebas dalam plasma
2. Penggunaan jangka panjang mempengaruhi redistribusi lemak sehingga
menghasilkan obesitas, moonface & buffalo hump.

d. Terhadap sistem imun tubuh

Mempunyai efek antiinflamasi, imunosupresan & antialergi  terapi asma, reaksi


inflamasi, reaksi alergi, penyakit autoimun, kombinasi dg sitotoksik.

e. Terhadap ion Ca2+

Menurunkan absorpsi Ca2+ & meningkatkan ekskresinya di ginjal sehingga


menyebabkan osteoporosis.

Kadar kortisol yang terlalu rendah dapat menyebabkan penyakit Addison,


Sedangkan apabila kadar kortisol terlalu tinggi dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah serta kadar glukosa darah, yang kemudian memicu diabetes dan sindrom cushing.

• Kortikosteron

Hormon Kortikosteron merupakan hormon kortikosteroid golongan glukokortikoid


dengan jumlah karbon (C) sebanyak 21 yang diproduksi oleh kelenjar adrenal bagian
korteks. Kortikosteron dihasilkan di zona glomerulosa yang berasal dari progesteron dan
merupakan prekursor untuk pembentukan aldosteron (Guyton &

Hall 2006: 947).

Kortikosteron dikendalikan oleh sumbu hipotalamus hipofisis adenocorticoid (HPA).

Hormone ini berfungsi untuk:

a. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lipid.

b. Meningkatkan respon imunitas tubuh.

Hormon ini hanya disintesis dan dilepaskan dalam situasi stres, menjadi penyebab
episode yang dikenal sebagai "kelumpuhan stres", seperti yang disajikan dalam demam
panggung atau ketika seseorang merujuk tetap dalam ketakutan.Stres dapat disebabkan
oleh peristiwa psikologis (takut, khawatir, cemas) atau bisa juga fisik (hipoglikemia,
nyeri, infeksi). Ketika ada, sumbu hipofisosuprarrenal dan sistem saraf otonom
diaktifkan.Sumbu hipofisosuprarrenal dimulai dengan mengaktifkan hipotalamus, yang
mengeluarkan hormon kortikotropin. Hormon ini bekerja pada hipofisis anterior dan
menyebabkan sekresi hormon adenocorticotropa. Selanjutnya, hormon adenocorticotropa
menstimulasi kelenjar adrenal, tempat steroidogenesis adrenal terjadi. Ini mensintesis dan
melepaskan kortisol dan kortikosteron di zona fasia korteks adrenal.

Mekanisme tindakan

Kortikosteron mengikat protein plasma dan memiliki waktu paruh 50 menit; dapat
mengikat protein transporter juga disebut transkortin, dengan afinitas 100%, sehingga
menggantikan kortisol.Dalam situasi tekanan psikologis otak mempersiapkan
penerbangan dan penyelesaian masalah saat ini, "melupakan" informasi sebelumnya yang
dianggap tidak relevan, yang menghasilkan fenomena kelumpuhan ketakutan.

Kadar kortikosteron yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

menurunnya tingkat kesuburan, menurunnya sistem kekebalan tubuh, degradasi

otot, dan gangguan pada sistem komunikasi antarsel (Brann & Mahesh 1991:

2692--2693).
• Kortison

Kortison adalah glukokortikoid aktif karena kortison mengkonversikannya menjadi


kortisol, dan telah populer karena penggunaannya telah banyak digunakan pada praktik
dokter sehari-hari. Kortison tidak disekresikan dalam jumlah banyak pada kelenjar
adrenal. Kortison disintesis di hati dan memasuki sirkulasi, kemudiaan kortison dengan
cepat di reduksi dan dikonjugasikan untuk membentuk tetrahidrokortison glukoronida
yang tidak berikatan dengan protein, sehingga cepat di ekskresikan melalui urin (Barret,
Barman, Boitano, dan Brooks, 2012)

Hormon kortison bekerja antagonis terhadap hormone kortisol yaitu dengan


menaikkan tekanan darah dan sebagai persiapan tubuh untuk melawan stress selain itu
juga berfungsi sebagai anti peradangan dan membantu pembentukan formasi karbohidrat.

Kadar kortison yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penyakit addison yaitu penyakit
kerusakan pada kelenjar adrenal sehingga tidak memproduksi hormone yang memadai
untuk tubuh.

Kadar kortison yang terlalu rendah dapat menyebabkan sindrom chusing.

Pengaturan Sekresi Glukokortikoid

Pembentukan glukokortikoid terutama kortisol sangat tergantung pada sekresi ACTH


oleh kelenjar hipofisis. Jika sekresi ACTH terhenti, maka sekresi kortisol menurun
sampaikadar yang terendah. Jika sekresi ACTH ditekan untuk periode waktu yang lama,
maka akan terjadi penipisan korteks suprarenal dan bahkan dapat menghilang. Sekresi
ACTH tergantung pada kebalikan dari sekresi pelepasan dari hormon kortikotropin oleh
hipotalamus. Terdapat variasi yang teratur dalam 24 jam (sirkadian) dalam pengeluaran
kortisol yang mencerminkan aktivitas ritmis dari hipotalamus. Kortikosteroid yang
bersirkulasi di atas kadar tertentu, menghambat pembentukan hormone pelepas
kortikotropin, dan kemudian sekresi ACTH. Pembentukan kortikosteroid dengan cepat
menurun. Mekanisme umpan balik negatif ini cenderung untuk mempertahankan kortisol
dalam kadar yang stabil. Stres fisik atau ansietas berkepanjangan terjadi melalui pengaruh
saraf pada hipotalamus, sehingga menyebabkan peningkatan kadar kortisol. Tanpa
peningkatan ini,individu hanya mempunyai sedikit resisten terhadap cedera dan rentan
untuk mati selama mengalami kejadian yang menegangkan, misalnya operasi minor.
Steroid yang diberikan untuk pengobatan penyakit menekan ACTH, sebagaimana yang
dilakukan kortisol secara alamiah, dan jika dilanjutkan dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan atrofi korteks adrenal. Akibatnya, penderita akan tergantung pada terapi
steroid untuk mengatasi pengalaman yang menegangkan.
2. 3.3. Androgen

Androgen adalah hormon seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis pria,
namun dalam jumlah kecil, androgen juga diproduksi oleh rahim wanita dan kelenjar
adrenal yang terdapat pada pria dan wanita. Androgen membantu memulai
perkembangan testis dan oenis pada janin laki-laki. Hormon ini diproduksi pada pria, dan
bertanggung jawab terhadap perkembangan ciri seksual sekunder pria, misalnya
pertumbuhan rambut wajah, pertumbuhan otot, suara menjadi lebih besar, dan lain-lain.
Akan tetapi kerja hormon ini jauh lebih lemah dari pada testosteron.

Ada beberapa jenis hormon androgen, yaitu:

a. Dehidroepiandrosteron (DHEA) dan metabolit-metabolitnya yaitu


hidroepiandrosteron sulfat dan androstenediol, umumnya merupakan dianggap
sebagai androgen yang lemah. Jenis androgen ini terutama berasal dari kelenjar
adrenal, meskipun ovarium ikut membantu membentuk androstenediol. Hormone ini
secara alami ada di dalam tubuh dan dibuat oleh kelenjar adrenalin sebagai precursor
dari hormone androgen dan estrogen yang memiliki efek neurostreoid yang terletak di
dekat ginjal dan hati. DHEA bekerja dalam tubuh dan memiliki sejumlah peran,
terutama untuk memproduksi hormone seks pria dan wanita. DHEA disekresi dari
zona retikularis pada korteks adrenal di bawah regulasi hormon ACTH dan faktor
hipofisis lain. Sekitar 75-90% sirkulasi DHEA di dalam tubuh merupakan hasil
sekresi korteks adrenal, sisanya merupakan sekresi kelenjar testis dan ovarium.
Setelah disintesis, kelebihan DHEA disimpan pada sirkulasi tubuh dalam bentuk
sulfat hidrofilik, DHEA 3β-sulfat (DHEA-S), dengan reaksi interkonversi yang
dipercepat oleh enzim golongan hidroksisteroid sulfatase yaitu DHEA
sulfotransferase dan steroid sulfatase. Namun bentuk non sulfat tetap merupakan
protein prekursor yang digunakan pada sintesis hormon steroid.
Pada manusia, rasio plasma DHEA berada pada rentang 1-4 ng/mL atau sekitar
0,003−0,015 μM, namun kadar plasma DHEA-S berada sekitar 250-500x lipat, pada
rentang ~3−10 μM. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan laju ekskresi di antara
keduanya. DHEA diekskresi renal jauh lebih banyak daripada DHEA-S, sehingga
waktu paruh DHEA di dalam sirkulasi darah sekitar 1-3 jam, sedangkan DHEA-S
memiliki waktu paruh sekitar 10-20 jam. Perbedaan laju ekskresi juga dipengaruhi
oleh karakteristik ikatan yang dibentuk kedua senyawa tersebut terhadap protein,
misalnya DHEA mengikat albumin dengan lemah, sementara DHEA-S mengikat
dengan sangat kuat. Fungsi hormon tersebut membantu fungsi kekebalan,
meningkatkan tenaga, dan mengurangi depresi. DHEA dipakai kurang lebih 30 tahun
untuk mengobati obesitas, diabetes.
b. Androstenedion, merupakan produk androgen yang lebih kuat dari pada
dehidroepiandrosteron, tetapi lebih lemah dari testosteron, yang merupakan
preskursornya. Androgen jenis ini juga dihasilkan oleh korteks adrenal dan ovarium.
Androstenedione adalah sebuah hormon steroid yang digunakan sebagai obat
suplemen tambahan. Fungsi obat androstenedione adalah untuk meningkatkan energi,
menambah performa tubuh, menjaga kadar sel darah merah tetap normal, serta
membuat gairah seksual bertambah. Hormon androstenedion disebut sebagai hormon
yang “ pro hormon” karena memeiliki beberapa efek terhdapa jenis hormon yang
lainnya. Sebaliknya, hal ini dikategorikan penting karena kemampuan bagina tubuh
yang berbeda untuk mengubahnya menjadi hormon, testosteron dan estrogen, yang
mengerahkan banyak efek pada tubuh.
Hormon androstenedion dibentuk di gonad dan adrenal
Sel stroma,akan membentuk dua lapisan yaitu teka interna dan teka eksterna. Teka
interna merupakan lapisan kaya akan pembuluh darah dan mampu memproduksi
androstenedion (yang nantinya oleh sel granulosa akan diubah menjadi estradiol)
Beberapa fungsi dari hormon androstenedione adalah sebagai berikut :
•Sebagai hormon yang berfungsi untuk mendorong produksi estrogen dalam sel
granulosa dengan menyediakan substart androstenedione.
•Sebagai hormon yang berfungsi untuk mengevaluasi kinerja kelenjar adrenal ,
ovarium, atau testis.
•Sebagai hormon yang berfungsi untuk memastikan kecukupan produksi hormon
pada pria.
•Sebagai hormon yang berfungsi untuk memastikan penyebab kelebihan hormon pada
pria dan wanita.
Cara kerja dari hormon androstenedione adalah sebagai berikut :
•Pada wanita, bagain luar dari kelenjar adrenal dikenal sebagai korteks. Setelah itu,
ovarium akan melepaskan androstenedion kedalam aliran darah, dimana waktunya
akan diubah untuk meyediakan sekitar setengah dari seluruh testosterone dan hampir
semua estron tubuh, suatu bentuk estrogen.
•Sedangkan pada testis, meskipun menghasilkan lebih banyak androstenedion
tersebut pada laki – laki, namun jumlah yang dikeluarkan ked alma darah hanyalah
sedikit jika dibandingkan dengan ovarium, namun pada testis hormon androstenedion
ini akn cepat diubah menjadi testosteron.
•Karena sekresi dari sejumlah kelenjar yang berbeda dari sejumlah konversi sering
berlangsung cepat untuk hormon yang lain, maka kontrol androstenedion dalam tubuh
sangatlah kompleks. Namun, dua bagian penting dari otak yang memang sangat
penting dalam pengendalian sekrei androstenedion dari testis dan ovarium tersebut.
Apa yang terjadi jika terlalu banyak androstenedion?
Efek terlalu banyak androstenedion yang mungkin hasil dari konversi dalam tubuh
untuk estrogen atau testosteron. Pada pria, terlalu banyak androstenedion dapat
menyebabkan ketidakseimbangan dalam produksi estrogen dan testosteron, yang
menyebabkan perubahan seperti perkembangan payudara.
Tergantung pada penyebab kelebihan androstenedion, perubahan lain, seperti testis
menjadi lebih kecil, juga mungkin terjadi. Pada wanita, kelebihan tubuh dan
pertumbuhan rambut wajah (disebut hirsutisme), berhenti dari periode (amenorea),
memburuknya jerawat dan perubahan alat kelamin mungkin akibat dari terlalu banyak
androstenedion.
Meskipun androstenedion sering disalahgunakan oleh binaragawan dalam upaya
untuk membangun otot massal, sejumlah kecil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan jangka panjang dapat benar-benar menurunkan kekuatan otot.
Konsekuensi yang tepat memiliki terlalu banyak androstenendione, oleh karena itu,
masih belum jelas.
Apa yang terjadi jika saya memiliki terlalu sedikit androstenedion?
Anak laki-laki dengan terlalu sedikit androstenedion mungkin gagal untuk
mengembangkan karakteristik seksual yang berhubungan dengan pubertas,
termasuk kemaluan dan rambut tubuh, pertumbuhan organ seksual dan pendalaman
suara.
Demikian pula, perempuan mungkin gagal untuk memulai periode mereka dan
mungkin tidak mengalami banyak perubahan biasanya terlihat pada masa pubertas.
Selain itu, jika janin laki-laki memiliki terlalu sedikit androstenedion, ia mungkin
lahir dengan alat kelamin yang abnormal. Terlalu sedikit androstenedion di
kemudian hari akan menyebabkan perubahan yang sama bagi laki-laki dan
perempuan sebagai terlalu sedikit testosteron dan estrogen.

c. Tertosteron, merupakan senyawa androgen yang paling poten dibandingkan androgen


lainnya. Androgen ini dapat dibentuk pada kelenjar adrenal, ovarium, testis dan jaringan
perifer.

Sedangkan ciri-ciri seksual sekunder pada pria secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Rambut kemaluan, timbul sekitar setahun setelah testis dan penis mulai membesar.
Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul apabila pertumbuhan rambut kemaluan
hampir selesai, demikian pula rambut tubuh. Pada mulanya rambut yang tumbuh hanya
sedikit, halus dan warnanya terang, kemudian menjadi gelap, lebih kasar, lebih subur dan
agak keriting.
b. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.

c. Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakim besar dan
menjadi lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak
mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan berjalannya masa puber.

d. Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk pada lengan, tungkai,
kaki dan bahu.

e. Suara berubah setelah rambut kemaluan timbul. Mula-mula suara menjadi serak,
kemudian volume suara menurun, dan selanjutnya volume suara menjadi meningkat.

f. Benjolan pada dada, berupa benolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria yang
timbul pada usia sekitar 12-14 tahun dan berlangsung selama beberapa minggu dan
kemudian menurun baik dalam jumlah maupun besarnya.

Proses terjadinya testosteron dimulai dari hipotalamus. Hipotalamus mengirim sinyal


pada kelenjar pituitary (kelenjar di bawah otak) mengenai berapa banyak hormon
testosteron yang dibutuhkan oleh tubuh. Lalu dari kelenjar tersebut dikirim ke testis,
sampai pada tahap testis memproduksi testosteron. Testosteron juga dapat diproduksi di
kelenjar adrenal, namun testosteron yang diproduksi di kelenjar adrenal hanya sebagian
kecil.

Cara kerja hormon

Testosteron disintesis terutama dalam sel Leydig. Jumlah sel Leydig pada gilirannya
diatur oleh luteinizing hormone dan follikle stimulating hormone (FSH). Selain itu,
Jumlah testosteron diproduksi oleh sel Leydig yang ada di bawah kendali LH, yang
mengatur ekspresi 17-Beta hidroksisteroid dehidrogenas jumlah testosteron disintesis
diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisi-testis. Ketika kadar testosteron rendah,
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dilepaskan oleh hipotalamus yang pada
gilirannya merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan FSH dan LH. Kedua hormon
merangsang testis untuk mensintesis testosteron. Akhirnya, meningkatkan kadar
testosteron melalui umpan balik negatif lingkaran bertindak pada hipotalamus dan
hipofisis untuk menghambat pelepasan GnRH dan FSH/LH (Swerdloff, 1992).
Mekanisme inter selular dasar dari kerja testosterone dihasilkan dari peningkatan
kecepatan pembentukkan protein dalam sel-sel target. Hal ini dipelajari secara ekstensif
dalam kelenjar prostat, salah satu organ yang paling di pengaruhi oleh testosteron. Dalam
kelenjar ini, testosterone memasukki sel dalamwaktu beberapa menit setelah
disekresikan, kemudian diubah di bawah pengaruh enzim-enzim intra selular 5-alpha-
reduktase menjadi dihidrotestosteron dan berikatan dengan sebuah “protein reseptor”
sitoplasma. Penggabungan ini kemudian bermigrasi kedalam nukleus di mana terjadi lagi
pengikatan dengansebuah protein dan menginduksi proses transkrips DNA-RNA dalam
waktu 30 menit, RNA polimera setelah menjadi aktif fan konsentrasi RNA mulai
meningkat dalam sel; keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan yang progresif dari
proteinsel. Setelah beberapa hari, jumlah DNA dalam kelenjar juga meningkat dan
bersama dengan itu juga terdapat peningkatan jumlah sel-sel prostetik.

Tingginya kadar hormon testosteron dapat memberikan dampak seperti:

1. Kelebihan sel darah merah dan hemoglobin. Kondisi tersebut dapat menimbulkan
stroke dan serangan jantung. Peningkatan sel darah merah dalam darah ini dapat
dikurangi dengan donor darah.

2. Rambut rontok. Gejala awal akan dimulai dari bagian simpul kulit kepala, lalu akan
berlanjut rontok pada bagian pelipis, dan keseluruhan.

3. Dengan meningkatnya hormon testosteron, maka akan menyebabkan meningkatnya


kadar dihidrotestosteron (DHT). Nah, kondisi tersebut dapat menyebabkan kulit jadi
berminyak serta berjerawat.

4. Pada wanita gejala yang dapat timbul antara lain klitoris yang membesar, rahim yang
mengecil, payudara mengecil dan siklus menstruasi yang berhenti. Kadar testosteron
yang tinggi dalam darah juga dapat menjadi indikator sindrom ovarium polikistik.

5. Terlalu banyak hormon Testosteron dapat menyebabkan terjadinya pubertas prekoks


atau pubertas dini yang akhirnya akan mengakibatkan terjadinya infertilitas.

Apabila kekurangan hormon testosteron terjadi selama perkembangan janin, maka


maskulinisasi janin akan gagal terjadi secara normal dan ini dapat menimbulkan
gangguan perkembangan seks. Jika kekurangan hormon testosteron terjadi selama
pubertas, pertumbuhan anak laki-laki dapat memperlambat dan tidak ada lonjakan
pertumbuhan yang akan terlihat. Anak juga mungkin gagal mengembangkan karakteristik
seksual penuh (hipogonadisme) laki-laki pada saat mengalami pubertas. Mereka juga
mungkin memiliki kekuatan dan daya tahan tubuh yang kurang dari kondisi normal.

Pada pria dewasa, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan penurunan massa
otot, kehilangan rambut tubuh, penampilan keriput pada kulit, gangguan mood,
peningkatan lemak tubuh, ereksi yang tidak memadai dan kinerja seksual yang buruk,
osteoporosis, kesulitan konsentrasi, kehilangan memori dan gangguan tidur. kadar
testosteron pada pria menurun secara alami dengan bertambahnya usia mereka. Hal ini
disebut juga sebagai menopause laki-laki (andropause).
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar adrenal (kelenjar suprarenal) adalah dua masa triangular pipih yang berwarna
kuning yang tertanam pada jaringan adipose. Kelenjar adrenal, yang dikenal juga dengan
kelenjar suprarenal, adalah kelenjar kecil dan berbentuk triangular yang terletak pada bagian atas
ginjal. Kelenjar adrenal dibagi menjadi dua bagian, bagian luar dinamakan korteks adrenal
sedangkan bagian dalam disebut medulla adrenal (Sabra, 2008). Organ ini berada di kutub atas
ginjal. masing-masing kelenjar ini terdiri dari korteks di bagian luar dan medulla di bagian
dalamkelenjar adrenal. Korteks adrenal sangat diperlukan bagi kehidupan. Sekresi edrenokortikal
memungkinkan tubuh untuk beradaptasi terhadap segala jenisstress. Tanpa korteks adrenal,
keadaan stress yang berat dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi periver, syok, dan kematian.
Kehidupan hanya dapat dipertahankan dengan terapi nutrisi, elektrolit, serta cairan dan preparat
hormon eadrenokortikal. ( Syaifullah Noer, 1996).

Sel-sel korteks adrenal dapat mensintesis kolesterol dan juga mengambilnya dari
sirkulasi. Kolesterol diubah menjadi 5-pregnenoian yang merupakan bahan dasar semua
kortikosteroid. Banyak steroid telah diisolasi dari korteks adrenal tetapi ada tiga yang paling
penting yaitu kortisol (hidrokortison),dehidro epionndesteron (DHEA) dan aldosteron. Pelepasan
kortikosteroid kedalam aliran darah berlangsung secara intermiten, menghasilkan fase
lonjakanmendadak dalam plasma dan fase penurunan. Histologi korteks adrenal terdiri dari3
lapisan yaitu: zona glumerulosa (lapisan luar), zona fasciculate (lapisan tengah),dan zona
retikularis (lapisan dalam). Kelainan pada kelenjar adrenal menyebabkan endokrinopati yang
klasik seperti sindroma cushing, penyakit Addison,hiperaldosteronisme dan sindroma pada
hiperplasia adrenal kongenital.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Anatomi kelenjar adrenal?

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi korteks adrenal?

3. Apa saja hormone yang dihasilkan dalam korteks adrenal?

4. Dimana sel target hormone yang dihasilkan oleh korteks adrenal?

4. Apakah penyebab sekresi setiap hormone yang dihasilkan korteks adrenal?

5. Bagaimana mekanisme kerja setiap hormone yang dihasilkan korteks adrenal?

6. Apa saja fungsi setiap hormone yang dihasilkan korteks adrenal bagi tubuh?
1.3 Tujuan

1. Memahami dan mampu menjelaskan apa itu kelenjar adrenal

2. Memahami dan mampu menjelaskan apa itu korteks adrenal

3. Memahami dan mampu menjelaskan berbagai hormone yang dihasilkan oleh korteks
adrenal serta mekanisme dan sel target.

4. Memahami dan mampu menjelaskan fungsi berbagai hormone yang dihasilkan oleh
korteks adrenal
BAB III

PENUTUP
Daftar Pustaka

1. Gambar
http://www.drmeu.com/2016/09/mekanisme-kerja-dan-regulasi-hormon.html
Biosintesis hormon kortisol (Barret, 2012)
Martini & Nath, Fundamental of Anatomy & Physiology, 9th edition, Pearson Education
Inc., San Fransisco, 2012.
2. Materi
Anwar.Ruswana.2010. FUNGSI KELENJAR ADRENAL DAN KELAINANNYA. Fakultas
kedokteran UNPAD Bandung.
UIN Surabaya. Kuliah psikologi Faal. 2013
Lukman.Aprizal.2008.Mekanisme Dan Regulasi Hormon Glukokortikoid Pada Manusia.
(IEEE): T. Nugroho, J. Pujo, and W. Nurcahyo, "Fisiologi dan Patofisiologi Aksis
Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal," JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), vol. 3, no. 2, Jul.
2011.
Soewoto.Hafiz.2009.Hormon-hormon yang berperan pada proses
metabolism.Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FK Universitas Indonesia
MAKALAH

KORTEKS ADRENAL

Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I

Oleh :

1. Shafa Fadia K.S 131911133035

2. Citra Hadiah N.A 131911133003

3. Lidya Rahmawati 131911133109

4. Widya Mustikaningtyas 131911133083

5. Zherina Zinedine Z. 131911133084

6. Anisa Rizqy Ramadhan 131911133133

7. Mega Anjasari 131911133039

8. Rosula Ridly N.F 131911133162

9. Habib Aditya Afrianto 131911133071

Program Studi Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Tahun Ajaran 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai