Nadia Cecilia S
102012513/C3
nadia.cecilia@ymail.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56942061
Skenario 1
Seorang laki-laki 44 tahun diantar istrinya ke poliklinik dengan keluhan sejak
1,5 bulan yang lalu sering lemas. Pada malam hari terbangun 3-4 kali untuk buang air
kecil, tidak ada riwayat penglihatan ganda, atau sakit kepala. Na: 135 meq/L.
Pendahuluan
Kelenjar adrenal terdiri dari medula dan korteks. Korteks terdiri atas zona
glomerulosa, fasikulata, dan retikularis. Zona glomerulosa mensekresikan aldosteron
dan dikendalikan oleh mekanisme renin-angiotensin dan tidak bergantung pada
hipofisis. Zona fasikulata dan retikularis mensekresikan kortisol dan hormon
androgenik dan dikendalikan oleh hipofisis melalui ACTH.
Sekresi ACTH oleh hipofisis dikendalikan oleh faktor pelepas kortikotropin
hipotalamus, dan efek umpan balik kortisol. Ketika terjadi suatu gangguan pada
pembentukan hormon-hormon tersebut baik berlebih maupun kekurangan, akan
mempengaruhi tubuh dan menimbulkan keabnormalan. Sindrom cushing adalah salah
satu gangguan yang terjadi akibat kortisol berlebih yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh. Sayangnya, penyakit ini masih terdengar asing di kalangan
masyarakat. Oleh sebab itu, penulis merasa perlu untuk memberikan pengetahuan
mengetahui diagnosis, patofisiologi, tanda dan gejala klinis, komplikasi, dan
tatalaksana sindrom cushing.
Anamnesis1,2
Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa
2.
3.
Obesitas
Lemah
Muka tampak bulat ( moon face )
Nyeri pinggang
Kulit berminyak serta tumbuh jerawat
Lengan dan kaki kurus degan atrofi otot
Kulit cepat memar
Penyembuhan luka sulit
Menstruasi terhenti
4.
Osteoprosis
Hipertensi
Riwayat kesehatan keluarga
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan berkaitan dengan kasus adalah melihat
keadaan umum pengukuran tanda-tanda vital, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
thoraks abdomen dan pemeriksaan antropometri.1
1.
Keadaan umum
2.
Tanda-tanda vital
3.
Pemeriksaan penunjang3,4
1. Pada pemeriksaan laboratorium sederhana, didapati limfositofeni, jumlah netrofil
antara 10.000 25.000/mm3. eosinofil 50/ mm3 hiperglekemi (Dm terjadi pada 10 %
kasus) dan hipokalemia.3
2. Pemeriksaan laboratorik diagnostik.
Pemeriksaan kadar kortisol dan overnight dexamethasone suppression test yaitu
memberikan 1 mg dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar
kortisol plasma. Pada keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi
kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam
urin 24 jam.
3. Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma :3,4
Uji deksametasone
Pengambilan sample darah.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol,
plasma.
Working diagnosis
Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan kortisol plasma
berlebihan dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik oleh pemberian glukokortikoid
jangka panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang
Tergantung ACTH
Hiperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh sekresi ACTH
kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula dijelaskan oleh oleh
Hervey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut juga sebagai penyakit
cushing.
2.
Differential diagnosis2,5-7
1. Cushing disease 2,5
Cushings disease atau hiperadrenokortisme atau hiperkortisolisme adalah
suatu kondisi kelainan endokrin yang disebabkan oleh kandungan kortisol yang
berlebihan pada darah. Kortisol adalah hormon yang berpotensi sebagai antiinflamatori yang memiliki efek imunosupresi.2
Penyebab utama cushings disease yaitu hiperadrenokortisme akibat aktifitas
kelenjar hipofise yang berlebihan dan tumor adrenokortikal.
Gejala klinis yang nampak diantaranya adalah kebotakan hingga kebotakan
yang simetris bilateral, makan-minum berlebihan, polyuria, keadaan cepat lelah, potbellied abdomen (bentuk abdomen seperti mengenakan ikat pinggang; terjadi
pembesaran hanya pada bagian perut dan mengecil pada bagian pinggang), serta
infeksi kronis lain. 2,5
2. Diabetes melitus tipe II2,5,7
Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis,
adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh ketidakmampuan organ pankreas untuk
memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau
gabungan dari kedua hal tersebut.5
5
1. Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya
produksi insulin oleh pankreas.
Etiologi5,6
Sindrom Cushing dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti:5,6
1. Sindrom Cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang berlebihan,
kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anak ginjal berupa
adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan
Sindrom Cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang
mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut
penyakit cushing.5
2. Sindrom Cushing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang
dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada
gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan,
hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab
patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.5
3. Meningginya kadar ACTH ( tidak selalu karena adenoma sel basofil hipofisis).5
4. Meningginya kadar ATCH karena adanya tumor di luar hipofisis, misalnya tumor
paru, pankreas yang mengeluarkan ACTH like substance.5
5.
a) Metabolisme glukosa, protein, dan lemak ; atropi otot, osteoporosis dan penipisan
kulit.
b) Elektrolit ; hipokalemia, alkalosis dan gangguan jantung hingga terjadi gagal
jantung (cardiac failure).
c) Kardiovaskular ; arterosklerosis dan gagal jantung
d) Tulang ; osteoporosis dan patah tulang yang spontan
e) Otot ; kelemahan otot dan atropi otot
f) SSP dan psikis ; gangguan emosi, euforia, halusinasi, dan psikosis
g) Elemen pembuluh darah ; gangguan koagulasi dan menurunkan daya kekebalan
tubuh (immunosupresi)
h) Penyembuhan luka dan infeksi ; hambatan penyembuhan luka dan meningkatkan
resiko infeksi
i) Pertumbuhan ; mengganggu pertumbuhan anak, kemunduran, dan menghambat
perkembangan otak
j) Ginjal ; nokturia, hiperkalsiuria, peningkatan kadar ureum darah hingga gagal
ginjal
k) Pencernaan ; tukak lambung (ulcus pepticum)
l) Pankreas ; peradangan pankreas akut (pankreatitis akut)
m)Gigi ; gangguan email dan pertumbuhan gigi
Epidemiologi 4,6
Hipofisis adrenal terdapat tiga kali lebih besar pada wanita dari pada laki-laki,
kebanyakan muncul pada usia dekade ketiga atau keempat. Insiden puncak dari
sindrom Cushing, baik yang disebabkan oleh adenoma adrenal maupun hipofisis
terjadi sekitar usia 25-40 tahun. 4,6
Patofisiologi5,7
Glukokortikoid (terutama kortisol) merangsang glukoneogenesis dihati dan
menghambat pengambilan glukosa disel prefer. Hormon ini juga merangsang
lipolisis.pemecahan protein di perifer dan pembentukan protein plasma (misal,
angiotensinogen) di hati, hormon ini meningkatkan pembentukan eritrosit, trombosit
dan granulosit (neotrofil), sementara hormon ini juga menurunkan jumlah granulosit
eusiniofil, basofil, limfosit, monosit.5
dengan
menghambat
pembentukan
kalsitriol.
Hormon
ini
juga
sintesis
prostakladin,
merangsang
pelepasan
norepinefrin
dan
menyebabkan
pertumbuhan
terhambat
pengaruhnya
pada
darah
menyebabkan polisitemia.
Trombosis dan peningkatan koagulabilitas. Sistem imun yang lemah
memudahkan
terjadinya
infeksi.
Sensitisasi
sirkulasi
terhadap
katekolamin
10
Manifestasi klinik5,7
Apabila terjadi produksi hormon korteks adrenal yang berlebihan maka
penghentian pertumbuhan, obesitas dan perubahan muskuloskletal akan timbul
bersama dengan intoleransi glukosa.
Gambaran klasik sindrom cushing pada orang dewasa berupa obesitas tipe
sentral dengan buffalo hump pada bagian posterior leher serta daerah supraklavikuler,
badan yang besar dan ekstermitas yang relatif kurus. Kulit menjadi tipis, rapuh dan
mudah luka, ekimosis (memar) serta sering akan terjadi. Pasien mengeluh lemah dan
mudah lelah. Gangguan tidur sering terjadi akibat perubahan sekresi diurinal kortisol.
Katabolisme yang berlebihan akan terjadi sehingga menimbulkan pelisutan
otot dan osteoporosis. Gejala kiposisi, nyeri punggung dan fraktur komprosi vertebra
dapat muncul. Retensi natrium dan air terjadi akibat peningkatan aktivitas
mineralokortikoid, yang menyebabkan hipertensi dan CHF.
Manifestasi klinis dapat digolongkan menurut faal hormon korteks adrenal yaitu:
cortisol, 17 ketosteroid, aldosteron dan estrogen.
1.
2.
3.
11
Hipertensi.
Hipokalemia.
Hipernatremia.
Diabetes insipidus nefrogenik.
Edema (jarang)
Volume plasma bertambah
Bila gejala ini yang menyolok, terutama 2 gejala pertama, disebut penyakit Conn atau
hiperaldosteronisme primer.
4. Gejala hipersekresi estrogen (jarang)
Pada sindrom cushing yang paling karakteristik adalah gejala hipersekresi
kortisol, kadang-kadang bercampur gejala-gejala lain. Umumnya mulainya penyakit
ini tidak jelas diketahui, gejala pertama ialah penambahan berat badan. Sering disertai
gejala psikis sampai psikosis. Penyakit ini hilang timbul, kemudian terjadi kelemahan,
mudah infeksi, timbul ulkus peptikum dan mungkin fraktur vertebra. Kematian
disebabkan oleh kelemahan umum, penyakit serebrovaskuler (CVD) dan jarangjarang oleh koma diabetikum.
Penatalaksanaan 3,6
Monitor hormon glukokortikoid, gula darah dan elektrolit
1. Sindrom Cushing yang disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid:6
Perlahan-lahan mengurangi dosis obat (jika memungkinkan) di bawah
pengawasan medis. Jika tidak bisa berhenti minum obat karena penyakit, tekanan
darah, kadar gula darah, kadar kolesterol, dan kepadatan tulang harus dimonitor.
Pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara
bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses
penyakit yang ada dibaliknya (misalnya, penyakit otoimun serta alergi dan penolakan
terhadap organ yang ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua
hari sekali akan menurunkan gejala Sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan
daya responsif kelenjar adrenal terhadap ACTH.3
2. Sindrom Cushing disebabkan oleh tumor hipofisis atau tumor yang melepaskan
ACTH (Penyakit Cushing):6
12
Komplikasi7
a. Krisis Addison merupakan hipofungsi anak ginjal dengan gejala kehilangan
tenaga dan perubahan warna kulit menjadi tengguli.7
b. Efek yang merugikan pada aktifitas korteks adrenal. Fungsi dari korteks
mengalami disfungsi dimana fungsi ginjal tidak maksimal.7
c. Komplikasi lain yang mungkin muncul pada penyakit cushings sindrom bisa
dilihat dari manifestasi klinis yang muncul dan patofisiologi yang ada.7
Pencegahan4
Jangan meminum obat-obat korikosteroid sembarangan, mengikuti dosis
dokter, jangan meminum jamu-jamuan sembarangan, makan makanan yang seimbang
dan cukup gizi, jangan makan yang terlalu mengandung karbohidrat sederhana, dan
banyak minum air.4
Prognosis5
13
Sindrom Cushing yang tidak diobati akan fatal dalam beberapa tahun oleh
karena gangguan kardiovaskular dan sepsis. Setelah pengobatan radikal kelihatan
membaik,
bergantung
kepada
apakah
gangguan
kerusakan
kardiovaskular
Kesimpulan
Laki-laki 44 tahun dengan keluhan sering lemas dan nokturia pada kasus ini
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang
didiagnosis menderita Sindrom Cushing iatrogenik akibat pemberian glukokortikoid
jangka panjang pada pasien dikarenakan riwayat asma yang dideritanya.
Gambaran klasik Sindrom Cushing pada orang dewasa berupa obesitas tipe
sentral dengan buffalo hump pada bagian posterior leher serta daerah supraklavikuler,
badan yang besar dan ekstermitas yang relatif kurus. Kulit menjadi tipis, rapuh dan
mudah luka, ekimosis (memar) serta sering akan terjadi. Pasien mengeluh lemah dan
mudah lelah. Pemberian terapi prednison harus diupayakan untuk dikurangi atau
dihentikan secara bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk
mengobati proses penyakit yang ada dibaliknya.
Daftar pustaka
1. Setiyohadi B, Subekti I. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5, Volume
ke-1. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h. 175-217.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi ke-1. Jakarta:
Erlangga; 2007.hal.30-1,58-9,98-9.
3. Stephen J, McPhess, Maxine A. Current medical diagnosis and treatment.
Chapter 26-Cushing Syndrome. New York: McGraw-Hill; 2010.
14
15