Anda di halaman 1dari 20

Diabetes Melitus Tipe Lain Et Causa Sindrom Cushing

Alfredo Lailossa 102016238


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 (021) 5694-2061
` Email: lailossalfredo23@gmail.com

Abstract

The adrenal gland is a gland that is important for survival. Without the hormone cortisol and
aldosterone produced by the adrenal cortex, the body's metabolic processes cannot respond
adequately to physical or emotional stressors, even if they are minimal, for example changes
in body temperature, body movements, and mild emotional increase. Too much
glucocorticoid levels will cause a collection of signs and symptoms called Cushing's
syndrome.

Keywords : The adrenal gland, Cushing's syndrome.

Abstrak

Kelenjar adrenal adalah kelenjar yang penting untuk kelangsungan hidup. Tanpa adanya
hormon kortisol dan aldosteron yang dihasilkan korteks adrenal, proses metabolik tubuh tidak
bisa memberi respons yang adekuat terhadap stresor fisik atau emosional walaupun yang
minimal, misalnya perubahan suhu tubuh, gerakan tubuh, dan peningkatan emosional ringan.
Kadar glukokortikoid yang terlalu banyak akan mengakibatkan sekumpulan tanda dan gejala
yang disebut sindrom Cushing.

Kata Kunci : kelenjar adrenal, sindrom cushing

1
Pendahuluan

Kelenjar adrenal adalah kelenjar yang penting untuk kelangsungan hidup. Tanpa
adanya hormon kortisol dan aldosteron yang dihasilkan korteks adrenal, proses metabolik
tubuh tidak bisa memberi respons yang adekuat terhadap stresor fisik atau emosional
walaupun yang minimal, misalnya perubahan suhu tubuh, gerakan tubuh, dan peningkatan
emosional ringan. Stresor yang lebih berat bisa mengakibatkan syok dan kematian, misalnya
infeksi berat, pembedahan, dan kecemasan berat. Medula adrenal mengeluarkan hormon yang
juga dikeluarkan oleh sistem saraf simpatis, yaitu katekolamin. Kadar glukokortikoid yang
terlalu banyak akan mengakibatkan sekumpulan tanda dan gejala yang disebut sindrom
Cushing.
Sindrom Cushing belum dikenal banyak orang. Sindrom ini dapat diderita baik
pria maupun wanita, umumnya pada usia dewasa.Sindrom Cushing merupakan kumpulan
gejala -gejala yang disebabkan oleh hiperfungsi dari kelenjar anak ginjal dalam tubuh kita.
Kelenjar anak ginjal terletak di atas ginjal manusia dan berfungsi mengolah bahan dasar
kolesterol menjadi berbagai hormon dalam tubuh, seperti aldosteron, kortisol dan
testosterone. Hormon-hormon ini mempunyai fungsi untuk mengatur kadar ion tubuh seperti
natrium dan kalium; tekanan darah; pembentukan dan pemecahan protein, karbohidrat, lemak
dan asam nukleat dalam tubuh; mengurangi peradangan; mengurangi stress psikis; meregulasi
ciri seksual sekunder pada pria dan menyebabkan peningkatan kadar testosterone pada
wanita.Produksi hormon ini diatur secara simultan oleh kelenjar hipofisis yang terletak di
otak manusia, sehingga jumlah produksi hormone disesuaikan dengan kebutuhan tiap
individu.1

Anamnesis
Anamnesis adalah tanya jawab antara dokter dan pasien guna untuk mendiagnosa
penyakitnya. Anamnesis dibagi menjadi 2 macam yaitu alo anamnesis dan auto anamnesis.
Auto anamnesis adalah tanya jawab antara dokter dan pasien sendiri guna mendapatkan
informasi tentang penyakit pasien. Alo anamnesis adalah tanya jawab antara dokter dengan

2
keluarga pasien. Hal ini disebabkan karena pasien tidak bisa ditanyai seputar penyakitnya
karena berbagai alasan. Pada kasus ini anamnesis yang dilakukan adalah berupaauto
anamnesis karena pasien yang dapat menjawab seputar penyakit yang ia derita.
Perlu ditanyakan mengenai:
1. Identitas pasien
Menanyakan kepada pasien:
Nama lengkap, umur,tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama,
pekerjaan,suku bangsa.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pasien yaitu sejak 2 bulan yang lalu sering lemas dan pada malam hari
sering terbangun untuk buang air kecil.
3. Riwayat penyakit sekarang:
- Menanyakan adakah gejala penyerta
4. Riwayat penyakit keluarga:
- Menanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang
dialami oleh pasien?
- Apakah di keluarga ada yang menderita penyakit Diabetes Mellitus tipe 2? Ada riwayat
keluarga pasien diabetes mellitus tipe 2.

5. Riwayat penyakit dahulu:


- Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya? Cari
tahu riwayat penyakit dahulu dari kondisi medis apapun yang signifikan.
- Menanyakan pernahkah mengalami masalah penyakit asma? Dikatakan memiliki
riwayat asma sejak kecil.
6. Riwayat sosial:
- Menanyakan kepada pasien apakah penyakitnya mengganggu/sangat mengganggu/tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
- Menanyakan riwayat alkohol dan merokok pada pasien.

3
7. Riwayat pengobatan/obat:
- Menanyakan apakah ada riwayat penggunaan kortikosteroid berkepanjangan? Pasien
menggunakan obat prednison.1

Pemeriksaan Fisik
Didapatkan kondisi umum baik endomorf (gemuk pendek). Tekanan darah
140/80 mmHg. Moonface (+). Cor Pulmonale tidak ada kelainan. Obesitas sentral (Lpe 110
cm dan Lpa 85 cm). Tinggi Badan 150 cm. Berat badan 80 kg.1

Pemeriksaan Penunjang
 Darah lengkap Hb 16 g/dL
 Sediaan Hapus darah tepi : terjadi polisitemia, neutrofilia, limfopenia, leucopenia,
eosinopenia
 Elektrolit Natrium 135meq/L
 Gula Darah Puasa 130mg/dL dan Gula Darah Post Prandial 230 mg/dL
 Gangguan GTT / Glucose Tolerance test
 Pemeriksaan Urin : 17-hidroksikortikosteroid meningkat terutama pada karsinoma dan
hiperplasia. Pada adenoma, 17-hidroksikortikosteroid tidak meningkat
 Pemeriksaan kortisol plasma = test penyaring terbaik
Pada jam 08.00 > 140 nmol/L setelah 1 mg dexametasone pada tengah malam
Kortisol bebas urin >275 nmol/L
 Test Supresi Dexamethasone
Dexamethasone memberikan negatif feedback terhadap produksi ACTH and kortisol
oleh glukokortikoids.
Bagi pasien yang tanpa Sindrom Cushing, nilai kortisol, ACTH dan urinari steroid akan
berkurangan dengan pengambilan dexamethasone pada dosis yang rendah.
Pasien yang mempunyai penyakit Sindrom Cushing akan memberi respons terhadap
dexamethasone pada dosis yang tinggi
2. Pemeriksaan radiologis
4
 Rontgen:
Di daerah tulang punggung, kepala panggul akan ditemukan gambaran osteoporosis
Dilakukan test BMD / Bone Mass Density bila hasil kurang dari -2.5 berarti
osteoporosis. Bila hasilny -1 sampai -2.5 berarti osteopeni
 USG abdomen
Dimana akan terlihat pembesaran korteks adrenal
Jika perlu biopsi untuk memastikan hiperplasia, adenoma atau karsinoma
 CT Scan dan MRI
Untuk melihat tumor adrenal2

Working Diagnosis

Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan kortisol plasma


berlebihan dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik oleh pemberian glukokortikoid jangka
panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan
akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisisadrenal (spontan). Sindrom Cushing iatrogenik
dijumpai pada penderita artritis reumatoid, asma, limfoma dan gangguan kulit umum yang
menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen antiinflamasi. Pada sindrom Cushing spontan,
hiperfungsi korteks adrenal terjadi sebagai akibat rangsangan berlebihan oleh ACTH atau
sebagai akibat patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.2

Sindrom Cushing dapat dibagi menjadi dua jenis: 1)dependent ACTH dan 2)
independent ACTH. Di antara jenis dependent ACTH, hiperfungsi korteks adrenal mungkin
disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal dan berlebihan.

Sindrom Cushing relatif langka dan paling sering terjadi pada usia 20 hingga 50
tahun. Orang yang menderita obesitas dan DM-tipe 2, disertai dengan hipertensi dan gula
darah yang tidak terkontrol, akan meningkatkan risiko terserang penyakit ini.1,2

5
Diabetes Melitus Tipe Lain
Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder, atau DM tipe lain. Etiologi
diabetes jenis ini, meliputi : (a) penyakit pada pankreas yang merusak sel β, seperti
hemokromatosis, pankreatitis, fibrosis kistik; (b) sindrom hormonal yang mengganggu
sekresi dan/atau menghambat kerja insulin, seperti akromegali, feokromositoma, dan sindrom
Cushing; (c) obat-obat yang menggangu sekresi insulin (fenitoin [Dilantin]) atau
menghambat kerja insulin (estrogen dan glukokortikoid); (d) kondisi tertentu yang jarang
terjadi, seperti kelainan pada reseptor insulin; dan (e) sindrom genetic.1,2

Differential Diagnosa

1. Cushing Disease

Penyakit Cushing adalah kondisi dimana hipofisis mensekresi ACTH terlalu banyak.
Penyakit ini merupakan salah satu penyebab Sindrom Cushing. Penyakit Cushing disebabkan
oleh tumor atau hiperplasia dari hipofisis. Keadaan terlalu banyaknya ACTH bisa
mengakibatkan meningkatnya produksi dan pengeluaran kortisol, suatu hormon stress.
Biasanya kortisol dikeluarkan pada saat seseorang mengalami keadaan yang stress, hormon
ini mengatur penggunaan karbohidrat, lemak, dan protein tubuh serta menolong penurunan
imun sehingga reaksi radang tidak terlalu parah.3

Gejala yang diberikan adalah obesitas badan, dengan tangan dan kaki yang kurus,
muka bulan, dan terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak. Perubahan kulit ditandai
dengan jerawat dan infeksi kulit, striae ungu, dan kulit yang tipis dan mudah robek.
Kelemahan dan penipisan tulang juga bisa terjadi. Pada pria ini juga berdampak pada
penurunan libido dan impotensi.3

Secara umum, langkah pertama dalam menentukan diagnosis adalah memastikan


keadaan kortisol yang berlebihan dalam darah (sindrom Cushing). Hal ini dilakukan dengan
tes hormon. Setelah diagnosis didirikan, diperlukan pemeriksaan MRI untuk menetukan
apakah terdapat tumor hipofisis. Pada penyakit Cushing, biasanya ditemukan tumor yang
6
sangat kecil (microadenoma). Jika tidak terdapat tumor, maka nilai inferior petrosal sinus
sampling (IPSS) akan rendah. Dalam beberapa kasus, MRI gagal untuk mengidentifikasi
kelainan dengan demikian dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan IPSS. IPSS harus
dilakukan oleh neuroradiologist yang berpengalaman karena memiliki resiko, dan jika
dilakukan tidak tepat, dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Jika tingkat ACTH pada
IPSS sama dengan vena di bawah jantung, maka dapat menunjukan adanya tumor di bagian
tubuh yang lain (tumor ektopik) yang memproduksi ACTH. Pada penyakit Cushing, tingkat
ACTH dalam IPSS jauh lebih tinggi dibandingkan dengan vena di bawah jantung.3

Untuk penatalaksanaan, yang perlu dilakukan adalah operasi untuk menghilangkan


tumor hipofisis bila memungkinkan. Setelah operasi, hipofisis akan perlahan-lahan kembali
ke arah normal. Selama proses ini mungkin diperlukan penambahan kortisol sementara.
Selain pembedahan, radiasi hipofisis juga mungkin digunakan. Bila kedua cara diatas gagal,
maka pemberian obat yang membuat tubuh berhenti mengeluarkan kortisol juga bisa
diberikan. Bila gagal juga, adrenelektomi adalah jalan lain untuk mengurangi sekresi kortisol.
Prognosis bila tidak diobati adalah buruk, operasi bisa mengobati, tetapi tumor mungkin saja
tumbuh kembali.3

2. Diabetes Mellitus tipe II

Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah
penyakit kronik yang disebabkan oleh ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi
hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau gabungan dari kedua hal tersebut.3,4

Diabetes mellitus dibagi menjadi dua , yaitu:

1. Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya
produksi insulin oleh pankreas.

2. Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan
insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.

7
Gejala klasik diabetes antara lain poliuria (sering berkemih), polidipsia (sering haus),
polifagia (sering lapar), dan berat badan turun. Gejala lain yang biasanya ditemukan pada saat
diagnosis antara lain: adanya riwayat penglihatan kabur, gatal-gatal, neuropati perifer, infeksi
vagina berulang, dan kelelahan. Meskipun demikian, banyak orang tidak mengalami gejala
apapun pada beberapa tahun pertama dan baru terdiagnosis pada pemeriksaan rutin.Pasien
dengan diabetes melitus tipe 2 jarang datang dalam keadaan koma hiperosmolar nonketotik
(yaitu kondisi kadar glukosa darah sangat tinggi yang berhubungan dengan menurunnya
kesadaran dan tekanan darah rendah).4

Pada penderita diabetes melitus tipe 2, kelelahan yang luar biasa merupakan gejala
yang paling awal dirasakan. Pasien akan merasakan tubuhnya lemas walaupun tidak
melakukan aktifitas yang tidak terlalu berat. Penurunan berat badan secara drastis. Kelebihan
lemak dalam tubuh akan menyebabkan resistensi tubuh terhadap insulin meningkat. Pada
orang yang telah menderita diabetes, walaupun ia makan makanan secara berlebihan
tubuhnya tidak menjadi gemuk dan malah mengurus hal ini disebabkan karena otot tidak
mendapatkan cukup energi untuk tumbuh.Gangguan penglihatan. 5 Kadar gula yang tinggi
dalam darah akan menarik cairan dalam sel keluar, hal ini akan menyebabkan sel menjadi
keriput. Keadaan ini juga terjadi pada lensa mata, sehingga lensa menjadi rusak dan penderita
akan mengalami gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini akan membaik bila
diabetes melitus berhasil ditangani dengan baik. Bila tidak tertangani, gangguan penglihatan
ini akan dapat memburuk dan menyebabkan kebutaan.

Sering terinfeksi dan bila luka sulit sekali sembuh. Keadaan ini bisa terjadi karena
kuman tumbuh subur akibat dari tingginya kadar gula dalam darah. Selain itu, jamur juga
sangat menikmati tumbuh pada darah yang tinggi kadar glukosanya.

Anatomi Glandulae suprarenales


Glandulae suprarenales berhubungan dengan polus superior setiap ren. Glandula ini terdiri
dari cortex diluar dan medulla dibagian dalam. Glandula dextra berbentuk seperti piramida,
sedangkan yang sinistra berbentuk seperti separuh bulan purnama dan lebih besar
8
dibandingkan yang dextra. Anterior dari glandula suprarenalis dextra terdapat sebagian lobus
dexter hepatis dan vena cava inferior, sedangkan anterior dari glandula suprarenal sinistra
terdapat sebagian gaster, pancreas,dan kadang-kadang lien. Sebagian diapraghma terletak
diposterior kedua glandula. Glandula suprarenales dikelilingi oleh corpus adiposum
perirenale dan diselimuti oleh fascia renalis.6
Vaskularisasi Suprarenalis sangat membutuhkan suplai arterial, dan semuanya berasal dari
tiga sumber utama yaitu artheria phrenica inferior bilateral, arteria suprarenalis media, dan
arteria suprarenalis inferior. Saat arteria phrenica inferior bilateral berjalan naik dari aorta
abdominalis menuju diapraghma, arteri ini memberikan cabang multiple yaitu arteria
suprarenalis superior yang digunakan untuk memperdarahi glandula suprarenalis. Sebuah
cabang tengah yaitu arteri suprarenalis media berasal dari aorta abdominalis. Sementara
cabang inferior yaitu arteri suprarenalis inferior berasal dari arteri renalis yang berjalan naik
menuju glandula suprarenalis.
Drainase venanya berlawanan dengan suplai arterial yang multiple. Pada sisi kanan vena
suprarenalis dextra pendek dan hampir langsung masuk ke vena cava inferior, sedangkan
pada vena suprarenalis sinistra lewat ke inferior untuk memasuki vena renalis sinistra.6

1. Anatomi glandula suprarenalis

9
2. Vaskularisasi suprarenalis

Etiologi

Sindrom cushing dapat terjadi spontan atau akibat pemberian glukokortikoid


jangka panjang (sindrom cushing iatrogenik). Pada kebanyakan kasus penyebabnya adalah
hiperplasia adrenal bilateral oleh karena hipersekresi ACTH hipofisis atau produksi ACTH
oleh tumor non endokrin. Insiden hiperplasia hipofisis adrenal adalah tiga kali lebih besar
pada wanita daripada laki-laki, kebanyakan muncul pada usia dekade ketiga atau keempat.
Penyebab hipersekresi ACTH hipofisis masih diperdebatkan. Beberapa peneliti berpendapat
bahwa defek adalah adenoma hipofisis, pada beberapa laporan dijumpai tumor-tumor pada
lebih 90% pasien dengan hiperplasia adrenal tergantung hipofisis (pituitary-dependent
adrenal hyperplasia). Di samping itu, defek bisa berada pada hipotalamus atau pada pusat-
pusat saraf lebih tinggi, menyebabkan pelepasan corticotropin relaesing hormone (CRH)
yang tidak sesuai dengan kadar kortisol yang beredar. Konsekuensinya akan membutuhkan
kadar kortisol lebih tinggi untuk menekan sekresi ACTH ke rentang normal. Defek primer ini
menyebabkan hiperstimulasi hipofisis, mengakibatkan hiperplasia atau pembentukan tumor.
Pada waktu ini tumor hipofisis bisa menjadi independen dari pengaruh pengaturan sistem
saraf pusat dan/atau kadar kortisol yang beredar. Pada serangkaian pembedahan, kebanyakan
individu dengan hipersekresi ACTH hipofisis menderita adenoma (diameter < 10 mm; 50%

10
adalah 5 mm atau kurang), tetapi bisa bisa dijumpai makroadenoma (>10 mm) atau
hiperplasia difusa sel-sel kortikotropik. Dengan ditemukan mikroadenoma pada hiperplasia
adrenal tergantung hipofisis tidak menyingkirkan disregulasi CRH hipotalamus sebagai defek
pada penyakit Cushing. Pada pengamatan jangka lama menunjukkan kecepatan kekambuhan
setelah reseksi pembedahan yang berhasil perlu menjadi perhatian. Pada beberapa studi,
angka kekambuhan adalah lebih besar dari 20%. Mungkin sulit untuk membedakan antara
kekambuhan dengan terapi yang tidak adekwat. Hanya individu yang mempunyai tumor
hipofisis yang menghasilkan ACTH dipastikan sebagai penyakit Cushing, tetapi pada
beberapa sentra tujuan ini digunakan untuk seseorang yang menderita hipersekresi ACTH
hipofisis, tanpa mempertimbangkan apakah tumor dikenali secara radiografi.2,4
Kira-kira 20-25% pasien dengan sindrom Cushing menderita neoplasma adrenal.
Tumor ini biasanya unilateral dan kira-kira setengahnya adalah ganas (maligna). Kadang-
kadang pasien mempunyai gambaran biokimia hipersekresi ACTH hipofisis. Individu ini
biasanya mempunyai mikro atau makrodonular kedua kelenjar adrenal mengakibatkan
hiperplasia nodular. Dua bentuk spesifik menyebabkan hiperplasia nodular: penyakit
autoimun familial pada anak-anak atau dewasa muda (disebut displasia korteks multinodular
berpigmen) dan hipersensitifitas terhadap gastric inhibitory polypeptide, mungkin sekunder
terhadap peningkatan ekspresi reseptor untuk peptida di korteks adrenal.
Penyebab terbanyak sindrom Cushing adalah iatrogenik pemberian steroid
eksogen dengan berbagai alasan. Sementara gambaran klinik mirip dengan yang dijumpai
pada tumor adrenal, pasien-pasien ini biasanya dapat dibedakan didasarkan pada riwayat dan
pemeriksaan laboratorium.

Penyebab Sindrom Cushing


Hiperplasia Adrenal
Sekunder terhadap kelebihan produksi ACTH hipofisa
Disfungsi hipotalamik-hiposa
Mikro dan makroadenoma yang menghasilkan ACTH atau CRH
(karsinoma bronkhogenik, karsinoid thimus, karsinoma pankreas, adenoma bronkhus)

11
Hiperplasia noduler adrenal
Neoplasia adrenal
Adenoma
Karsinoma
Penyebab eksogen, iatrogenik
Penggunaan glukokortikoid jangka lama
Penggunaan ACTH jangka lama5

Epidemiologi
Pada awalnya tingkat kejadian sindrom cushing dilaporkan sebesar 2-4 juta per tahun. Tetapi
bagaimanapun sindrom cushing mungkin lebih umum dibandingkan anggapan sebelumnya.
Tingkat kejadian yang secara tidak terduga cukup tinggi dari sindrom cushing yang tidak
disadari ditunjukkan dalam populasi risiko-tinggi, sebagai contoh 0,5%-1% pasien hipertensi,
2-3% dari pasien diabetes yang kurang terkontrol dan 3-5% dari obese, pasien hipertensi
dengan diabetes tipe 2. Sindrom cushing endogenous lebih umum pada wanita.4

Patofisiologis
Glukokortikoid meningkat karena berbagai faktor baik dari luar maupun dalam
tubuh, seperti yang sudah dijelaskan pada poin etiologi chusing syndrome. Fungsi
metabolik glukokortikoid atau kortisol yang stabil dipengaruhi oleh jumlah sekresi
glukokortikoid atau kortisol. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan perubahan
berbagai kondisi di dalam tubuh khususnya fungsi metabolik seperti dibawah ini:
1.) Metabolisme protein
Efek katabolik dan antianabolik pada protein yang dimiliki glukokortikoid
menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis
protein. Kortisol menekan pengangkutan asam amino ke sel otot dan mungkin juga ke
sel ekstrahepatika seperti jaringan limfoid menyebabkan konsentrasi asam amino
intrasel menurun sehingga sintesis protein juga menurun. Sintesis protein yang

12
menurun memicu peningkatan terjadinya proses katabolisme protein yang sudah ada
di dalam sel. Proses katabolisme protein ini dan proses kortisol memobilisasi asam
amino dari jaringan ekstrahepatik akan menyebabkan tubuh kehilangan simpanan
protein pada jaringan perifer seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang atau
seluruh sel tubuh kecuali yang ada di hati. Oleh karena itu secara klinis dapat
ditemukan kondisi kulit yang mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh
dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang
pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah.
Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong pembuluh
darah menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein tulang menjadi rapuh
dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur
patologis. Kehilangan asam amino terutama di otot mengakibatkan semakin banyak
asam amino tersedia dalam plasma untuk masuk dalam proses glukoneogenesis di hati
sehingga pembentukan glukosa meningkat.
2.) Metabolisme karbohidrat
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat untuk merangsang
glukoneogenesis yaitu pembentukan karbohidrat dari protein dan beberapa zat lain
oleh hati. Seringkali kecepatan glukoneogenesis sebesar 6 sampai 10 kali lipat. Salah
satu efek glukoneogenesis yang meningkat adalah jumlah penyimpanan glikogen
dalam sel-sel hati yang juga meningkat.
Kortisol juga menyebabkan penurunan kecepatan pemakaian glukosa oleh
kebanyakan sel tubuh. Glukokortikoid menekan proses oksidasi nikotinamid-adenin-
dinukleotida (NADH) untuk membentuk NAD+. Karena NADH harus dioksidasi agar
menimbulkan glikolisis, efek ini dapat berperan dalam mengurangi pemakaian
glukosa sel.
Peningkatan kecepatan glukoneogenesis dan kecepatan pemakaian glukosa
oleh sel berkurang dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Glukosa darah
yang meningkat merangsang sekresi insulin. Peningkatan kadar plasma insulin ini
menjadi tidak efektif dalam menjaga glukosa plasma seperti ketika kondisi normal.

13
Tingginya kadar glukokortikoid menurunkan sensitivitas banyak jaringan, terutama
otot rangka dan jaringan lemak, terhadap efek perangsangan insulin pada ambilan dan
pemakaian glukosa.
Efek metabolik meningkatnya kortisol dapat menganggu kerja insulin pada
sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada
seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari
glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk
meningkatkan toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi
insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan
menimbulkan manifestasi klinik DM.
3.) Metabolisme lemak
α gliserofosfat yang berasal dari glukosa dibutuhkan untuk penyimpanan dan
mempertahankan jumlah trigliserida dalam sel lemak. Jika α gliserofosfat tidak ada
maka sel lemak akan melepaskan asam lemak. Asam lemak akan dimobilisasi oleh
kortisol sehingga konsentrasi asam lemak bebas di plasma meningkat. Hal ini
menyebabkan peningkatan pemakaian untuk energi dan penumpukan lemak berlebih
sehingga obesitas. Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh
menimbulkan obesitas wajah bulan (moon face). Memadatnya fossa supraklavikulare
dan tonjolan servikodorsal (punguk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas
dan bawah yang kurus akibat atropi otot memberikan penampilan klasik perupa
penampilan Chusingoid.
4.) Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan yaitu pembentukan antibodi humoral
oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung
pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.
Pemberian dosis besar kortisol akan menyebabakan atrofi yang bermakna pada
jaringan limfoid di seluruh tubuh. Hal ini akan mengurangi sekresi sel-sel T dan
antibodi dari jaringan limfoid. Akibatnya tingkat kekebalan terhadap sebagian besar
benda asing yang memasuki tubuh akan berkurang.

14
Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibodi humoral dan menghambat
pusat-pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti
gen. Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini yaitu
proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag, Induksi dan
proleferasi limfosit imunokompeten, produksi anti bodi, reaksi peradangan,dan
menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
5.) Elektrolit
Glukokortikoid memiliki efek minimal pada kadar elektrolit serum. Glukokortikoid
yang diberikan atau disekresikan secara berlebih akan menyebabkan retensi natrium
dan pembuangan kalium sehingga menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis
metabolik.
6.) Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat
meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini
dapat mempermudah terjadinya tukak.
7.) Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan
oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
8.) Eritropoesis
Kortisol mengurangi jumlah eosinofil dan limfosit di dalam darah. Involusi jaringan
limfosit, menyebabkan rangsangan untuk pelepasan neutrofil dan peningkatan
eritropoiesis.7,8

15
Gejala Klinis
Gejala sindrom Cushing antara lain :
 Gangguan metabolisme protein dimana proteinnya turun
 Gangguan toleransi glukosa
 Hyperglycemia karena insulin resistance sehingga memberi gambaran diabetes mellitus
 Gangguan metabolisme lemak dimana terjadi gangguan distribusi lemak pada muka dan
seluruh tubuh
 Hipertensi (sebab kortisol menggalakkan akitiviti simpatetik yang menyebabkan
pengecutan saluran darah)
 Osteoporosis tulang punggung sehingga mudah mengakibatkan Fraktur vertebra
 Pada tulang-tulang lain timbul gejala Osteitis fibrosa generalisata dimana berkurangnya
produksi tulang, sehingga timbul osteoporosis yang akan mengakibatkan tulang mudah
fraktur tanpa sebab yang signifikan
 Obesitas
 Berat badan naik, terutama di sekitar perut, punggung bagian atas, wajah
 Muka membundar (moon face)
 Edema (pembengkakan) kaki
 Pertumbuhan lemak pada leher / lipodystrophy
 Kelelahan yang berlebihan
 Otot terasa lemah
 Saluran darah kapilari mengembang (telangiectasia)
 Kulit menjadi tipis (mudah menyebabkan lebam)
 Tanda merah/pink pada kulit bagian paha, pantat, dan perut (sebab pertambahan berat
badan akan menegangkan kulit yang nipis dan lemah lalu menyebabkan ia berdarah
 Striae di abdomen, payudara, bokong, pinggul, paha, lipatan ketiak
 Depresi dan psikosis / psikoneurosis
 Susah untuk tidur / insomnia
 Periode menstruasi pada wanita yang tidak teratur
16
 Amenorea sekunder
 Mengurang gairah sex
 Tidak subur
 Pertumbuhan jangkut dan bulu / hirtutism (bagi wanita)
 Hipokalemia
 Pada sindroma Cushing, kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar hormon
kostikosteroid termasuk aldosteron. Aldosteron adalah hormon yang menyebabkan ginjal
mengeluarkan kalium dalam jumlah besar.4

3 Gejala Sindrom Cushing

Penatalaksanaan
Monitor hormon glukokortikoid, gula darah dan elektrolit
1. Sindrom Cushing yang disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid:
Perlahan-lahan mengurangi dosis obat (jika memungkinkan) di bawah pengawasan medis.
Jika tidak bisa berhenti minum obat karena penyakit, tekanan darah, kadar gula darah, kadar
kolesterol, dan kepadatan tulang harus dimonitor.

2. Sindrom Cushing disebabkan oleh tumor hipofisis atau tumor yang melepaskan ACTH
17
(Penyakit Cushing):
a. Pembedahan untuk mengangkat tumor
b. Radiasi setelah pengangkatan tumor hipofisis (dalam beberapa kasus)
c. Mungkin diperlukan terapi hidrokortison (kortisol) pengganti seumur hidup setelah operasi 

3. Sindrom Cushing disebabkan oleh tumor adrenal atau tumor lainnya:


a. Pembedahan untuk mengangkat tumor
b. Jika tumor tidak dapat diambil, perlu obat-obatan untuk menghambat pelepasan kortisol

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya
hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral atau bentuik suntikan.

1) Metirapon (2-3 g/hari). (menghambat sintesis kortisol)


2) Ketokonazol (600-1200 mg/hari). (menghambat enzim sitokrom P450)
dapat ↓ kadar kortisol u/ jangka pendek sblm pembedahan / jangka panjang apabila
pembedahan tidak mungkin dilakukan.9

Komplikasi
Sindrom cushing mengakibatkan beragam komplikasi sistemik diantaranya obesitas senttral,
hipertensi, gangguan toleransi glukosa dan diabetes, dislipidemia, thrombosis, kelainan
psikiatri, penyakit ginjal, osteoporosis, bersama-sama dengan meningkatnya resiko
kardiovaskular. Hal yang menyebabkan kematian pada sindrom cushing adalah sepsis dan
infeksi. Remisi dan normalitas kortisol seringkali tidak menghilangkan resiko kardiovaskular
tersebut dan riwayat sindrom cushing adalah resiko yang permanen dari penyakit
kardiovaskular. Hal yang terpenting yang mempengaruhi harapan hidup adalah level kortisol,
sehingga tujuan utama dari pengelolaan adalah menurunkan kadar kortisol bersamaan dengan
mengontrol resiko kardiovaskular.10

18
Pasien dengan sindrom cushing mengalami suatu keadaan penurunan daya tahan tubuh yang
signifikan akibat kelebihan kortisol, akibatnya pasien mudah terinfeksi kuman yang pada
orang normal hanya sebagai kuman komensal sehingga diperlukan profilaksis untuk kuman
tertentu seperti pneumicystic carinii.11

Prognosis
Adenoma adrenal yang berhasil diobati dengan pembedahan mempunyai prognosis baik dan
tidak mungkin kekambuhan terjadi. Prognosis bergantung pada efek jangka lama dari
kelebihan kortisol sebelum pengobatan, terutama arteroskeloris dan osteoporosis. Prognosis
carsinoma adrenal adalah amat jelek, disamping pembedahan. Laporan-laporan memberi
kesan survival 5 tahun sebesar 22% dan waktu tengah survival adalah 14 bulan. Usia kurang
40 tahun dan jauhnya metastatis berhubungan dengan prognosis yang jelek.2

Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, laki-laki
tersebut terdiagnosis sebagai diabetes tipe lain ec sindrom cushing.

Daftar Pustaka

1. Piliang S, Bahri C. Hiperkortisolisme. Dalam:buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III.
Ed.V. Jakarta : Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;2006. h. 2063 – 68.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.h.
70, 142.
3. Morton PG. Panduan pemeriksaan kesehatan. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005.h. 435-8.
4. Adi S, Pranoto A. Gangguan korteks adrenal. Dalam:Ilmu penyakit dalam. Ed:6. Jilid
2. Jakarta: Interna Publishing; 2014.h.2494-2506

19
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. h. 992-
1007.
6. Drake RL,Vogl AW,Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Jakarta: Elsevier
chruchill livingstone; 2014. h.194-195
7. Schteingart DE. Gangguan hipersekresi adrenal dalam patofisiologi konsep klinis
proses – proses penyakit. Vol 2. Ed.VI. Jakarta : EGC; 2005. h. 1240-42.
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Diabete mellitus.
Dalam :Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi Ke-5. Jilid 3. Jakarta: Interna
Publishing; 2009. h. 1881, 2062-8.
9. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi ke-1. Jakarta: Erlangga;
2007.hal.30-1,58-9,98-9.
10. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins & cotran dasar patologis penyakit. Edisi ke-
7. Jakarta: EGC; 2010.h.1232-8
11. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Vol 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h. 1240-1.

20

Anda mungkin juga menyukai