Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi Cushing Syndrome


Cushing Syndrome merupakan keadaan klinis akibat peningkatan hormon
glukokortikoid (hiperkortisolisme) dalam darah jangka panjang baik karena glukokortikoid
endogen maupun glukortikoid eksogen. Hiperkortisolisme endogen dibedakan menjadi
terganting ACTH (ACTH-dependent) yang bisa disebabkan oleh hipersekresi ACTH dari
hipofisis maupun sumber lain (ACTH ektopik) dan tidak tergantung ACTH (ACTH-
independent) yang disebabkan oleh hipersekresi kortisol dari adrenal misalnya karena tumor
adrenal baik jinak maupun ganas. Penderita Cushing biasanya mengalami moon face, facial
pletora, supraclavicular fat pads, buffalo hump, truncal obesity dan abdominal striae.
Cushing syndrome merupakan sekumpulan gejala dan tanda klinis yang disebabkan
kadar glukokortikoid atau kortisol plasma yang berlebihan (hiperkortisolisme) dalam waktu
lama, baik secara eksogen atau endogen (Nicolaus A. Wagner-Bartak, et.al, 2017). Faktor
eksogen dapat disebabkan oleh penggunaan steroid dalam waktu yang lama dan penggunaan
steroid ini umumnya secara oral, namun kadang-kadang suntikan steroid ke dalam sendi dan
penggunaan inhaler steroid juga dapat menyebabkan cushing syndrome.
Cushing syndrome mengacu terhadap kelebihan kortisol berdasarkan etiologi apapun,
baik kelebihan kadar pemberian glukokortikoid eksogen ataupun overproduksi kortisol
endogen. Dari kedua etiologi eksogen maupun endogen yang menyebabkan kelebihan
glukokortikoid atau kortisol dalam plasma tersebut, menyebabkan perubahan berbagai
kondisi di dalam tubuh.

B. Etiologi Cushing Syndrome


Hiperkortikolisme iatrogenik ( akibat medikasi ) menempati urutan pertama karena
frekuensi pengobatan yang sering menggunakan glukokortikoid dosis tinggi. Hipersekresi
kortisol dapat disebabkan oleh tumor atau hiperplasia adrenal yang berakibat overproduktif
ACTH. Tumor adrenal bertanggung jawab pada 30% kasus cushing syndrom. Sebagian
besar ( 85%) adalah jinak, tetapi 15% adalah ganas. Ada dua sumber sekresi berlebih dari
ACTH.
1. Hipersekresi hipofisis atau tumor hipofisis, yaitu sebuah tumor jinak baik itu adenoma
basofilik sel kecil atau adenoma kromofob sel besar yang menyebabkan sekitar 70%
cushing syndrom. Tumor kelenjar hipofise menghasilkan ACTH dalam jumlah yang
berlebihan sehingga menyebabkan kelebihan glukokortikoid disebut sebagai cushing
disease.
2. Sekresi ektopik ACTH (Syndrom ACTH ektopik) Tumor ektopik yang menghasilkan
hormon ACTH. Tumor ini jarang terjadi, dimana tumor terbentuk pada organ yang tidak
memproduksi ACTH atau di luar kelenjar hipofisis, kemudian tumor menghasilkan
ACTH dalam jumlah berlebihan. Tumor yang sering menghasilkan sekresi ACTH di
luar hipofisis adalah karsinoma sel paru sebesar biji, karsinoma sel pankreatik, tumor
karsinoid paru, usus, timus dan ovarium.

Cushing syndrom iatrogenik, bentuk lain dari penyakit, berasal dari eksogen (aslinya
dari luar tubuh, misal dari suplementasi obat), pemberian glukokortikoid sintesis dalam
jumlah di atas kondisi suprafisiologi ( Joice M Black & Hawson Jane, 2014).

C. Patofisiologi Cushing Syndrome


Kortisol adalah hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang umumnya diproduksi
oleh sel di dalam zona fasikulata pada kelenjar adrenal. Kortisol dihasilkan sebagai respon
terhadap stimulasi hormon ACTH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Kerja fisiologis
utama dari kortisol adalah sebagai berikut.
1. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, yaitu memacu
glikogenolisis, ketogenesis, dan katabolisme protein.
2. Memiliki kerja anti insulin, dimana glukokortikoid menaikkan glukosa, asam lemak dan
asam amino dalam sirkulasi.
3. Terhadap pembuluh darah meningkatkan respon terhadap katekolamin.
4. Terhadap jantung memacu kekuatan kontraksi (inotropik positif).
5. Terhadap saluran cerna meningkatkan sekresi asam lambung dan absorbsi lemak,
menyebabkan erosi selaput lendir.
6. Terhadap tulang menyebabkan terjadinya osteoporosis, oleh karena menghambat
aktifitas osteoblast dan absorbsi kalsium di usus.
7. Meningkatkan aliran darah ginjal dan memacu ekskresi air oleh ginjal.
8. Pada konsentrasi tinggi glukokortikoid menurunkan reaksi pertahanan seluler dan
khususnya memperlambat migrasi leukosit ke dalam daerah trauma.
9. Glukokortikoid menambah pembentukan surfaktan dalam paru-paru dan telah
digunakan untuk mencegah sindroma respiratory distress pada bayi premature.
Kelebihan hormon ini dalam darah menyebabkan terjadinya sindrom Cushing. Sindrom
Cushing merupakan kelainan yang berhubungan dengan peningkatan kortisol atau
hiperkortisolisme. Hiperkortisolisme endogen yang tidak tergantung ACTH (ACTH-
independent) biasanya disebabkan oleh neoplasma adrenokortikal primer. Kadar ACTH
pada sindrom Cushing yang tidak tergantung ACTH biasanya rendah karena feedback
negatif ke hipofisis akibat kadar kortisol yang tinggi. Sindrom Cushing yang tergantung
ACTH (ACTH-dependent) biasanya didapatkan peningkatan sekresi ACTH dari hipofisis
(Cushing Disease) ataupun dari sumber lain (sumber ACTH ektopik).

D. Manifestasi Klinis Cushing Syndrome


Tanda dan gejala cushing syndrom bervariasi, akan tetapi kebanyakan orang dengan
gangguan tersebut memiliki obesitas tubuh bagian atas, wajah bulat, peningkatan lemak di
sekitar leher, dan lengan yang relatif ramping dan kaki. Anak-anak cenderung untuk menjadi
gemuk dengan tingkat pertumbuhan menjadi lambat. Manifestasi klinis yang sering muncul
pada penderita cushing syndrom antara lain : Rambut tipis, Moon face, Penyembuhan luka
buruk, Mudah memar karena adanya penipisan kulit, Petekie, Kuku rusak, Kegemukan
dibagian perut, Kurus pada ekstremitas, Striae, Osteoporosis, Diabetes Melitus, Hipertensi,
Neuropati perifer Tanda-tanda umum dan gejala lainnya termasuk : Kelelahan yang sangat
parah, Otot-otot yang lemah, Tekanan darah tinggi, Glukosa darah tinggi, Rasa haus dan
buang air kecil yang berlebihan, Mudah marah, cemas, bahkan depresi, Punuk lemak (fatty
hump) antara dua bahu.
Manifestasi berdasarkan Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku 2 ( Joice M Black
& Hawson Jane, 2014) : Perubahan mood dan perubahan personalitas psikosis “steroid”,
Penipisan rambut kepala, Penumpukan lemak dorsoservikal/ punuk kerbau/ buffalo hump,
Katarak subkapsular posterior ( peningkatan tekanan intraokula ), “Moon face”, Pipi
kemerahan ( ekimosis ), Hersulisme dan jerawat, Ekimosis, Penyembuhan luka yang buruk
(Peningkatan dugaan infeksi, Fragilitas kapiler), Striae dan obesitas badan tubuh, Hipertensi,
Resistansi insulin, Kekurangan jaringan protein, kelemahan otot, ekstremitas yang ramping,
Osteoporosis, Nekrosis tulang aseptic, Fraktur patologis.

E. Pemeriksaan Diagnostik Cushing Syndrome


1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar glukosa darah,
natrium, kadar kalium, dan jumlah sel eosinofil. Selain itu, dilakukan juga pengambilan
sampel urin untuk mengetahui kadar kortisol plasma. Pengukuran kadar kortisol bebas
dilakukan dalam 24 jam dan pengumpulan urin 24 jam untuk memeriksa kadar 17-
hidroksikortisteroid serta 17-ketosteroid yang merupakan metabolit kortisol dan
androgen dalam urin.
Pada sindrom cushing, kadar metabolit ini dan kadar kortisol plasma akan
meningkat. Indikator sindrom cushing lainnya yaitu terjadinya peningkatan kadar
natrium, glukosa darah, penurunan kadar kalium serum, penurunan jumlah sel-sel
eosinofil dan menghilangnya jaringan limfoid ( Brunner & Suddarth, 2014 ).
2. Pemeriksaan Supresi Deksametason
Test supresi deksametason, untuk menegakkan diagnosis penyebab sindrom
cushing apakah dari hipofisis/adrenal. Deksametason diberikan pada pukul 11 malam
dan kadar kortisol plasma diukur pada pukul 8 pagi berikutnya. Tes supresi
deksametason dapat membantu menegakkan diagnosis sindroma Cushing. Tes ini untuk
menilai apakah mekanisme umpan balik glukokortikoid-ACTH masih baik. Penderita
dengan sekresi ACTH atau kortisol tinggi resisten terhadap supresi deksametason. Tes
dilakukan dengan memberikan 1 mg deksametason pada tengah malam selanjutnya
kortisol plasma diukur pada jam 8 pagi. Dosis deksametason ini cukup untuk menekan
sekresi ACTH atau kortisol pada orang normal, tetapi tidak berlaku pada penderita
sindroma Cushing.
Pada orang normal kadar kortisol akan tertekan hingga < 5 μg/dl sedangkan pada
penderita sindroma Cushing kadarnya > 5 μg/dl bahkan sering > 10 μg/dl. Kadar ACTH
dapat digunakan untuk membedakan penyebab sindroma Cuhing, tergantung ACTH
atau tidak tergantung ACTH. Sebagian besar tumor adrenal (tipe tidak tergantung
ACTH) menyebabkan kadar ACTH rendah atau tidak terukur. Apabila kadar yang
terukur < 10 pg/ml berarti sindroma Cushing tidak tergantung ACTH, antara 10–20 pg/
ml berarti indeterminate dan tes harus diulang. Apabila kadarnya > 20 pg/ml berarti
sindroma Cushing tergantung ACTH.
3. Pemeriksaan CT Scan, USG, atau MRI
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi jaringan adrenal atau
mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal. CT scan atau MRI pada hipofisis bisa
menunjukkan adanya adenoma, atau CT scan dengan hasil yang abnormal bisa
mengungkapkan adanya lesi adrenal ( Brunner & Suddarth, 2014 ).

F. Penatalaksanaan Cushing Syndrome


Terapi terbaik untuk sindrom Cushing iatrogenik adalah dengan mengurangi
penggunaan steroid eksogen. Paparan steroid yang kronis dapat menekan fungsi adrenal dan
memerlukan waktu beberapa bulan agar fungsi adrenal normal pulih. Oleh karena itu, steroid
harus dikurangi secara perlahan agar fungsi adrenal pulih. Hiperkortisolisme akibat penyakit
Cushing atau tumor adrenal atau tumor ektopik paling baik diobati dengan reseksi
bedah. Pendekatan individual harus diikuti untuk mengevaluasi kekambuhan setelah reseksi
bedah. MRI hipofisis harus dilakukan 1-3 bulan setelah reseksi bedah untuk mengevaluasi
keberhasilan penyakit Cushing. Kortisol ludah larut malam atau kortisol serum atau
pengukuran kortisol bebas urin 24 jam dianjurkan untuk memastikan eukortisolisme setelah
perawatan bedah. Radioterapi direkomendasikan pada penyakit Cushing setelah operasi
transsphenoidal yang gagal atau pada penyakit Cushing dengan efek massa atau invasi pada
struktur di sekitarnya. Obat oral lainnya termasuk pasireotide, cabergoline, dan
mifepristone. Dalam penatalaksanaan sindrom Cushing, penanganan penyakit penyerta
seperti diabetes melitus, hipertensi, osteoporosis, masalah kejiwaan, dan gangguan elektrolit
sangat penting. Sindrom Cushing akibat tumor ACTH yang tidak dapat direseksi seluruhnya
mungkin memerlukan adrenalektomi bilateral yang diikuti dengan penggantian
glukokortikoid adrenal seumur hidup (misalnya hidrokortison) dan mineralokortikoid
(fludrokortison).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal-Bedah (12th ed.; Eka Anisa Mardela, Ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

M & Jane Hokanse Hawks, (2014). Medical Surgical Nursing vol 2. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai