PENDAHULUAN
Hiperkortisolism adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan produksi
kortisol, atau dengan penggunaan berlebihan kortisol, atau hormon steroid lainnya.1
Sindrom cushing (Cushing syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis
akibat meningkatnya kadar glukokortikoid (kortisol) dalam darah. 2 Sindrom cushing
muncul sebagai efek metabolik gabungan kadar glukokortikoid dalam darah yang
menetap. Kondisi ini dapat terjadi spontan akibat sekresi berlebih kortisol yang
berlebihan
pada
gangguan
aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal
atau
karena
Stress input dan daily rhythm input (siklus sikardian) yang mengawali jaras HPA
akan menuju ke nukleus paraventrikuler di hipotalamus, kemudian neuron
parvoseluler akan teraktivasi menghasilkan corticotrophin relasing hormone (CRH)
dan arginine vasopressin (AVP) yang selanjutnya akan memasuki sirkulasi portal
menuju ke hipofisis anterior. CRH dan AVP ini akan memengaruhi sel-sel
kortikotropik di hipofisis untuk mengeluarkan adrenocorticotrophic hormone
(ACTH). Kemudian hormon ini akan memasuki sirkulasi sistemik dan menstimulasi
korteks adrenal untuk memproduksi kortisol.3,4,6,7
Kortisol mempunyai efek biologis melalui reseptor glukortikoid dan terdeteksi
pada saliva dan urine. Kortisol disebut juga glukortikoid karena hormon ini
distimulasi oleh katabolisme lemak perifer dan protein yang digunakan untuk
pembentukan glukosa di hepar. Kortisol dapat menghambat sintesis dan sekresi CRH
dan ACTH melalui mekanisme umpan balik negatif. Kortisol juga memiliki efek
antiinflamasi dan dapat memodulasi stress input melalui hipokampus. Kortisol
dikeluarkan secara episodik, ritme utamanya adalah sikardian yaitu kadar kortisol
mencapai puncaknya pada jam 7-8 pagi dan mencapai titik nadir pada waktu tengah
malam. Perubahan atau tidak terdapatnya siklus sikardian ini dapat terjadi pada
sindrom Cushing. Pada sindrom Cushing, jaras HPA tersebut tidak dapat meregulasi
kelebihan sekresi ACTH dan kortisol sendiri tidak memiliki kemampuan sebagai
umpan balik negatif.3,4,7
Kortisol memiliki efek metabolik yang kuat pada banyak jaringan. Efek utama
pada hati sebagai hormon anabolik dan efek katabolik pada otot dan lemak, secara
keseluruhan efeknya meningkatkan kadar glukosa darah. Dan seperti halnya hormon
pertumbuhan, epinefrin dan glukagon, kortisol juga bersifat diabetogenik. Kortisol
bekerja kontra insulin pada jaringan perifer dengan menurunkan pengambilan glukosa
dan meningkatkan produksi glukosa dan pelepasannya melalui glukoneogenesis
dengan asam amino sebagai sumber primer.6,8 Sintesis dan pengeluaran kortisol oleh
zona fasikulata dan retikularis korteks adrenal diatur oleh ACTH. Peningkatan sekresi
ACTH akan meningkatkan pula sekresi kortisol melalui mekanisme aktivasi adenilat
siklase, meningkatkan aktivitas c-AMP dan protein kinase.7
KLASIFIKASI
Berdasarkan pengaruh hormon ACTH terhadap terjadinya hipersekresi kortisol maka
sindrom cushing dibagi menjadi dua jenis: (1) tergantung ACTH dan (2) tak
tergantung ACTH. Diantara jenis tergantung ACTH, hiperfungsi korteks adrenal
mungkin dapat disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal
berlebihan. Karena tipe ini mula-mula dijelaskan oleh Harvey Cushing pada tahun
1932, maka keadaan ini disebut penyakit Cushing. Pada 80% kasus ditemukan
adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH. Sedangkan 20% sisanya akibat
hiperplasia hipofisis kortikotrop. Pada kedua keadaan ini didapatkan sekresi berlebih
ACTH, hilangnya irama sirkadian normal pelepasan ACTH, dan hilangnya
sensitivitas sistem kontrol umpan balik pada tingkat kortisal dalam darah. ACTH juga
dapat disekresi berlebihan pada pasien-pasien dengan produksi hormon ektopik.
menyebabkan rangsang berlebih sekresi kortisol oleh korteks adrenal, secara sekunder
menekan pelepasan ACTH hipofisis. Sejumlah besar neoplasma dapat menyebabkan
sekresi ektopik ACTH. Neoplasma ini umumnya berkembang dari jaringan lapisan
neuroektodermal embrional (karsinoma sel paru-paru, karsinoid bronkus, timoma, dan
tumor sel-sel pulau di pancreas). Tumor ini mampu mensekresi CRH (corticotrophinreleasing hormone) ektopik, merangsang sekresi ACTH hipofisis, menyebabkan
terjadinya sekresi kortisol secara berlebihan oleh korteks adrenal. Berikut klasifikasi
sindrom cushing dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Sindrom Cushing
Tergantung ACTH
Cushing disease
Sindroma ACTH ektopik
Sindroma CRH ektopik
DIAGNOSIS
Diagnosis sindrom Cushing, selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisis, umumnya
ditegakkan berdasarkan kadar kortisol yang tinggi dalam plasma dan urin. Beberapa
uji spesifik dapat dipakai menentukan irama sirkadian normal pelepasan kortisol dan
mekanisme pengaturan umpan balik yang sensitif. Tidak adanya irama sirkadian dan
berkurangnya atau hilangnya kepekaan sistem pengaturan umpan balik merupakan
ciri dari sindrom Cushing.10
Tabel 2. Manifestasi klinik Sindrom Cushing
Keluhan
Penambahan berat badan
Gagal tumbuh
Acne
Striae
Hirsutisme
Virilisasi
Letargi, depresi
Emosional (labil)
Nyeri kepala
Mudah lemab
Riwayat pada keluarga
Lentigines / freckles
Gejala
Auxology penurunan TB terkait peningkatan BMI
Perubahan pada wajah
Hipertensi
Purple striae
Hisutisme
Gangguan pubertas
Miopati
Osteoporosis
Timbunan lemak dorsocervical (Buffalo hump)
Lentigines / freckles (carney complex)
TATALAKSANA
Tatalaksana dari sindrom Cushing bertujuan untuk menghilangkan penyebab dari
produksi berlebih hormon adrenal. Prinsip dasar adalah menghilangkan lesi dasar
sehingga koreksi hipersekresi hormon adrenal tanpa menginduksi kerusakan pituitary
atau kelenjar adrenal, yang memerlukan terapi pengganti untuk defisiensi hormon. 2-4,6
Dengan demikian pada lesi adrenal primer, pilihan pertama adalah pembedahan.
Penyakit Cushing dapat ditatalaksana dengan langsung ditujukan pada pituitari
untuk mengontrol hipersekresi dari ACTH. Dan metoda yang memungkinkan
termasuk bedah mikro, terapi radiasi, dan inhibisi farmakologik sekresi ACTH.2-4,6
Pengobatan sindrom ACTH ektopik biasanya memungkinkan bila tumornya jinak
seperti karsinoid bronkial atau timus, pheocromccytoma. Terapi menjadi sulit bila
adanya metastase keganasan disertai hiperkortisolisme yang berat. Hipokalemi yang
berat memerlukan pengganti kalium dalam dosis tinggi. Obat yang memblokade
sintesis steroid juga bermanfaat namun dapat menyebabkan hipoadrenalisme.4
Pada penyakit Cushing, penggunaan medikamentosa seperti metyrapone dan
ketokonazol dapat diberikan untuk menurunkan kadar serum kortisol. Tetapi perlu
diingat, penggunaannya hanya untuk jangka pendek, tidak direkomendasikan untuk
jangka panjang.10
Adenoma adrenal berhasil diterapi dengan adrenalektomi unilateral. Penderita
diberikan terapi glukokortikoid selama dan sesudah pembedahan sampai kelenjar
adrenal yang tersisa berfungsi normal.4
Karsinoma adrenal memberikan hasil kurang menggembirakan karena biasanya
telah terjadi metastase saat diagnosis ditegakkan. Operasi jarang dilakukan namun
eksisi tumor dapat mereduksi massa tumor dan tingkat hipersekresi. Sekresi steroid
persisten setelah operasi menandakan residual atau metastase. Mitatone merupakan
obat terpilih namun efek samping terjadi pada 80% pasien berupa diare, mual,
muntah. Sekitar 70% pasien mengalami reduksi sekresi steroid namun hanya 35%
mengalami reduksi ukuran tumor.4
Transsphenoidal Surgery (TSS) atau teknik operasi trans-sfenoid dengan mikro
adenektomi selektif merupakan teknik yang kini diterima dalam tatalaksana Cushing.
Tujuan prosedur ini adalah untuk menyingkirkan jaringan mikro-adenoma dengan
tetap mempertahankan jaringan pituitari yang normal. Meski aman dan efektif, pada
anak dilaporkan tetap ditemukan komplikasi hipopituitarisme pasca tindakan.10,13,14
Kesimpulan
Sindrom Cushing merupakan suatu kondisi yang sulit dan membutuhkan
penatalaksanaan multidisiplin, dengan tim dari unsur dokter endokrinologis anak,
dokter bedah, onkologis, radiologis dan juga patologis. Meski tatalaksananya sulit,
tetapi secara umum, prognosis dari penyakit Cushing masih tergolong baik.
Optimalisasi dari pertumbuhan, pubertas dan kompoksisi tubuh pasca terapi penyakit
Cushing merupakan aspek yang sangat penting pada penderita anak. Diperlukan
penelitian lanjutan jangka panjang untku menentukan ada tidaknya komplikasi dalam
reproduksi dan fungsi neuropsikiatri terkait perjalan penyakit Cushing.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Stewart PM, Newell-Price JD. The Adrenal Cortex. In: Melmed S, Polonsky KS,
Larsen PR, HM. Kronenberg, editors. Williams Textbook of Endocrinology. 13
ed. Philadelphia: Elsevier; 2016. p. 490-524.
Pivonello R. Cushing's syndrome. Endocrinol Metab Clin N Am. 2008;37:13549.
Rajput R. Cushing's syndrome - An update in diagnosis and management.
JIACM. 2013;13(3-4):235-41.
Chen LF, Storr HL, Grossman AB, Savage MO. Pediatric cushing's syndrome:
Clincal feature, diagnosis, and treatment. Arq Bras Endocrinol Metab.
2007;51(8):1261-71.
Keil MF. Quality of life and other outcomes in children treated for cushing
syndrome. J Clin Endocrinol Metab. 2013;98(7):2667-78.
Batista DL, Riar J, Keil M, Stratakis CA. Diagnostic test for children who are
referred for the investigation of cushing syndrome. AAP. 2007;120(3):575-86.
Lonser RR, Wind JJ, Nieman LK, Weil RJ, DeVroom HL, Oldfield EH. Outcome
of surgical treatment of 200 children with cushing's disease. J Clin Endocrinol
Metab. 2013;98:892-901.
Zada G. Diagnosis and multimodality management of cushing's disease: A
practical review. International Journal of Endocrinology. 2013:1-7.
Praw SS, Heaney AP. Medical treatment of cushing's disease: Overview and
recent findings. International Journal of General Medicine. 2009;2:209-17.