KELOMPOK 1 :
3.1 PSIK
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dalam bentuk Makalah yang
berjudul “Askep Sindrom Cushing”. Makalah ini kami susun berdasarkan data-data yang telah
kami ambil dari Buku maupun internet.
Hambatan yang kami temui pada penyusunan Makalah ini adalah kurangnya waktu penyusunan
karena banyaknya tugas kami pada mata kuliah lain. Selesainya makalah ini tentunya tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat
waktu.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis tetap
menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata
bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
bermaksud untuk memberikan kritik dan saran bersifat membangun dengan maksud
meningkatkan pengetahuan penulis agar lebih baik dalam karya selanjutnya dan dapat
memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah kami yang berjudul " Askep Sindrom Cushing " ini
bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dan yang terdapat dalam makalah ini dapat
menjadi pembelajaran dan ilmu yang berguna bagi para pembaca.
Penulis
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar adrenal terdiri dari medula dan korteks. Korteks terdiri atas zona glomerulosa,
fasikulata, dan retikularis. Zona glomerulosa mensekresikan aldosteron dan dikendalikan oleh
mekanisme renin-angiotensin dan tidak bergantung pada hipofisis. Zona fasikulata dan
retikularis mensekresikan kortisol dan hormon androgenik dan dikendalikan oleh hipofisis
melalui ACTH.
Sekresi ACTH oleh hipofisis dikendalikan oleh (1) faktor pelepas kortikotropin
hipotalamus, dan (2) efek umpan balik kortisol. Ketika terjadi suatu gangguan pada pembentukan
hormon-hormon tersebut baik berlebih maupun kekurangan, akan mempengaruhi tubuh dan
menimbulkan keabnormalan. Sindrom cushing adalah terjadi akibat kortisol berlebih.
Sindrom Cushing pula selalunya terjadi pada kaum wanita. Pesakit biasanya juga
mempunyai masalah darah tinggi, peningkatan berat badan dengan rupa bentuk ‘cushingoid’.
Punca utama penyakit sindrom Cushing adalah adenoma korteks adrenal, hiperplasia
menyeluruh, hiperplasia makronodul dan kanser kelenjar adrenal. Rawatan penyakit sindrom
Cushing ialah dengan merawat puncanya. Feokromositoma adalah ketumbuhan yang jarang
ditemui dan ia merembeskan hormon katekolamin. Tanda penyakit adalah peningkatan tekanan
darah, massa abdomen dan serangan panik. Ketumbuhan boleh berpunca dari satu kelenjar
adrenal (74.2%), adrenal ekstra (16.1%) atau kedua-dua kelenjar (9.6%).
Karsinoma korteks adrenal jarang ditemui, bersifat agresif dan mempunyai ketumbuhan
yang telah merebak. Penyakit ini boleh sembuh jika dikesan lebih awal dan menjalani
pembedahan dengan segera.
Sindrom Cushing juga biasa terdapat pada anjing peliharaan atau kuda, yang menunjukkan
simptom yang sama seperti manusia, di mana ia kelihatan bulu kerinting rapat yang tidak gugur
dan kehilangan berat badan dan
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi Pengertian
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang terjadi akibat aktivitas korteks adrenal yang
berlebihan. (KMB, edisi 8; volume 2)
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolic gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. (Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit, edisi 6, volume 2)
2. Epidemiologi
Insiden terjadinya Sindrom Cushing bisa dikatakan relative jarang terjadi yaitu berkisar
antara 0,7 – 2,4 per satu juta populasi per tahun. Sindrom Cushing muncul perlahan – lahan
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahundan bisa hilang timbul, gejala dari sindrom ini pun
bervariasi. Setiap orang dapat mengalami sindrom cushing, seperti halnya pasien obesitas dengan
diabetes tipe 2 pada pasien tersebut akan terjadi penurunan kontrol kadar glukosa darah dan
hipertensi, dimana prevalensi untuk terjadinya sindrom cushing berkisar antara 2%-5%. Selain
itu, sindrom cushing juga dapat terjadi akibat tumor adrenal maupun pituitari yang mana
kasusnya lebih sering terjadi pada wanita dengan ratio kejadian 5:1 adapun sindrom ini
cenderung menyerang umur 25-40 tahun. ACTH ektopik yang diproduksi misalnya oleh kanker
paru – paru ataupun kanker lainnya juga dapat berisiko menimbulkan sindrom cushing walaupun
kasus ini jarang terjadi sedangkan penggunaan obat-obatan glukokortikoid dengan dosis
farmakologik merupakan kasus yang sering terjadi berkaitan dengan sindrom ini.
3. Penyebab/faktor predisposisi
Sindrom Cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme. Hiperfungsi korteks adrenal
mungkin disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal dan berlebihan, seperti
adanya adenoma hipofisis dan hyperplasia hipofisis kortokotrop. Disini masih kurang jelas
apakah hyperplasia timbul akibat gangguan pelepasan CRH oleh neurohipotalamus, kelebihan
ACTH, hilangnya irama sirkadian normal ACTH, atau karena berkurangnya sensitivitas system
control umpan balik ke tingkat kortisol dalam darah. ACTH juga dapat disekresi berlebihan pada
pasien-pasien dengaan neoplasma yang memiliki kapasitas untuk menyintesis dan melepaskan
peptida mirip ACTH baik secara kimia maupun secara fisiologi. ACTH berlebihan yang
dihasilkan dalam keadaan ini menyebabkan rangsangan yang berlebihan terhadap sekresi kortisol
oleh korteks adrenal, dan disebabkan oleh penekanan pelepasan ACTH hipofisis. Jadi, kadar
ACTH yang tinggi pada penderita ini berasal dari neoplasma dan bukan dari kelenjar
hipofisisnya. Sejumlah besar neoplasma dapat menyebabkan sekresi ektopik ACTH. Neoplasma-
neoplasma ini biasanya berkembang dari jaringan-jaringan yang berasal dari lapisan
neuroektodermal selama perkembang an embrional, misalnya karsinoma sel oat paru, karsinoid
bronkus, timoma, dan tumor sel-sel pulau di pancreas. Beberapa tumor ini mampu menyekresi
CRH ektopik. Pada keadaan ini, CRH ektopik merangsang sekresi ACTH hipofisis yang
menyebabkan terjadinya sekresi kortisol secara berlebihan oleh korteks adrenal. Hal ini tersebut
yang nantinya akan menimbulkan terjadinya sindrom cushing dependen ACTH.
Hiperfungsi korteks adrenal dapat terjadi tanpa tergantung pada kontrol ACTH seperti pada
tumor atau hyperplasia korteks adrenal nodular bilateral dengan kemampuannya untuk
menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks adrenal (sindrom cushing independent
ACTH). Tumor korteks adrenal yang akhirnya menjadi sindrom cushing dapat jinak (adenoma)
atau ganas (karsinoma). Adenoma korteks adrenal dapat menyebabkan sindrom cushing berat
namun biasanya berkembang secara lambat, dan gejala dapat timbul bertahun-tahun sebelum
diagnosis ditegakkan. Sebaliknya, karsinoma adrenokortikal berkembang secaraa cepat dan
dapaat menyebabkan metastasis serta kematian.
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam
dosis farmakologik (iatrogen). Sindrom cushing ini dijumpai pada penderita arthritis rheumatoid,
asma, limfoma, dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagia agen
antiinflamasi.
Metabolisme karbohidrat juga dipengaruhi oleh kenaikkan kadar glukokortikoid yang tinggi.
Glukokortikoid merangsang glikoneogenesis dan mengganggu kerja insulin sel-sel perifer,
sehingga penderita akan mengalami hiperglikemia. Sedangkan pada penderita yang mengalami
penurunan kemampuan kerja insulin akan mengalami respon abnormal terhadap uji toleransi
glukosa, hiperglikemia puasa, dan manifestasi klinis diabetes militus.
Sedangkan meningkatnya androgen akan menyebabkan terjadinya virilisasi pada wanita yang
ditandainya dengan timbulnya ciri-ciri maskulin dan hilangnya ciri-ciri feminism.
Aktifitas sekresi lambung ditingkatkan oleh glukokortikoid. Sekresi asam klorida dan pepsin
dapat meningkat pada individu tertentu yang mendapat glukokortikoid. Juga diduga bahwa
faktor-faktor protektif mukosa dirubah oleh steriod dan faktor-faktor ini dapat mempermudah
terjadinya ulkus.
5. Klasifikasi
6. Gejala Klinis
a. Oftalmik
a) Katarak
b) Glaukoma
b. Kardiovaskuler
a) Hipertensi
b) Gagal jantung kongestif
c. Endokrin / metabolic
a) Obesitas
b) Moon face
c) Buffalo hump
d) Retensi natrium
e) Hipokalemia
f) Alkalosis metabolic
g) Hiperglikemia
h) Ketidakteraturan siklus haid
i) Impotensi
j) Keseimbangan nitrogen yang negative
k) Perubahan metabolisme kalsium
l) Supresi adrenal
d. Fungsi imun
a) Penurunan fungsi inflamasi
b) Gangguan kesembuhan luka
c) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
e. Skeletal
a) Osteoporosis
b) Fraktur spontan
c) Nekrosis aseptik femur
d) Fraktur kompresi vertebra
f. Gastrointestinal
a) Ulkus peptikum
b) Pankreatitis
g. Muskuler
a) Miopati
b) Kelemahan otot
h. Dermatologi
a) Penipisan kulit
b) Petekie
c) Ekimosis
d) Strie
e) Jerawat
i. Psikiatrik
a) Perubahan emosi
b) Psikosis
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : moon face, jerawat, katarak, ekimosis, petekie, buffalo hump.
b. Palpasi : kulit tipis, adanya edema
c. Pengukuran berat badan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
peningkatan berat badan, seperti obesitas
d. Pengukuran lingkar lengan dan paha (ekstrimitas atas dan bawah), untuk mengetahui
apakah terjadi atrofi otot
e. Pengukuran tanda – tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu.
8. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar glukosa darah,
natrium, kadar kalium, dan jumlah sel eosinofil. Selain itu, dilakukan juga
pengambilan sampel urin untuk mengetahui kadar kortisol plasma dan sampel darah
untuk menentukan variasi diurnal yang normal pada kadar kortisol plasma.
b. Pemeriksaan CT Scan, USG, atau MRI
c. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi jaringan adrenal atau mendeteksi
tumor pada kelenjar adrenal maupun kelenjar hipofisis.
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
a) Radiasi kobalt
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Nama {dengan menggunakan inisial}, Jenis Kelamin, Umur, Status Perkawinan, Agama,
Suku Bangsa, Pendidikan , Bahasa yang digunakan, Pekerjaan, Alamat, Diagnosa Medis,
Sumber Informasi.
b) Identitas Penanggung
Nama {dengan inisial}, Jenis Kelamin, Umur, Agama, Status Perkawinan, Pendidikan,
Pekerjaan, Alamat, Hubungan dengan pasien,
Mengkaji alasan masuk rumah sakit, keluhan utama, dan kronologis keluhan. Keluhan
utama dengan menganalasis data subyektif, seperti :
Misalnya :
Misalnya :
Misalnya :
Krisis percaya diri akibat perubahan bentuk tubuh seperti obesitas dan buffalo
hump sehingga malu bergaul dengan sesama
d. Spiritual
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar glukosa darah, natrium,
kadar kalium, dan jumlah sel eosinofil. Selain itu, dilakukan juga pengambilan sampel urin untuk
mengetahui kadar kortisol plasma dan sampel darah untuk menentukan variasi diurnal yang
normal pada kadar kortisol plasma. Pemeriksaan hormon.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi jaringan adrenal atau mendeteksi tumor pada
kelenjar adrenal maupun kelenjar hipofisis.
a. Pre operasi
b. Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi
2. Resiko tinggi perluasan infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi pada sel basal dan
epitel.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
sekunder akibat atau radiasi.
3) Rencana Tindakan
Pre operasi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat
meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas perawatan- mandiri,
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Rasional : Lingkungan yang tenang akan membantu pasien untuk beristirahat sehingga dapat
mengurangi kelemahan
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .... x 24 jam, diharapkan gangguan
pada kulit pasien berkurang,
Kriteria hasil :
3) Dx.3 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik dan gangguan
fungsi seksual
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ....x 24 jam diharapkan rasa
percaya diri pada pasien dapat meningkat
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan perasaan tentang perubahan penampilan, fungsi seksual, dan tingkat
aktivitas yang lebih baik
Pasien mampu bersosialisasi dengan orang lain
Intervensi :
1. Memberikan HE tentang dampak yang ditimbulkan oleh perubahan pada diri pasien
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk memilih makanan yang rendah natrium dan kalori
Rasional : Menyeimbangkan kadar natrium dan kalori dalam tubuh pasien
3. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pikiran dan
pandangan terhadap dirinya
Rasional : untuk menjalin hubungan saling percaya
4. Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional dari pasien
Rasional : mencegah adanya stigma dari orang – orang terdekat
4) Dx. 4 : Nyeri berhubungan dengan agen cedera (kimia) ditandai dengan sekresi HCl dan
pepsin meningkat
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan nyeri
berkurang
Kriteria hasil :
Pernapasan : 12-20x/menit
Suhu : 36,8-37,2oC
Intervensi:
1. Kaji nyeri dengan PQRST, yaitu kaji faktor yang menyebabkan nyeri, kualitas dan
kuantitas nyeri, cari lokasi nyeri, lamanya dan intensitas (0-10) nyeri, perhatikan tanda-
tanda non verbal seperti peningkatan gelisah, merintih, menggelepar.
Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus,
serta untuk mengetahui penyebaran nyeri sehingga lebih fokus melakukan tindakan untuk
mengurangi nyeri
2. Ukur TTV
Rasional : untuk mengetahui kondisi umum pasien
3. Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan
Rasional : memberikan rasa nyaman kepada pasien
4. Ajari teknik relaksasi, misalnya : distraksi, relaksasi progressif, guide imagery, nafas
dalam, dan sebagainya.
Rasional : membantu mengurangi rasa nyeri pasien dan dapat membuat pasien lebih
relaks
Kolaborasi :
5) Dx. 5 : Risiko cedera dan infeksi berhubungan dengan imunitas didapat tidak adekuat
Kriteria hasil :
Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi seperti, kemerahan, kenaikan suhu, nyeri, bengkak,
dan tanda – tanda infeksi lainnya seperti inflamasi
Pasien bebas dari fraktur atau cedera jaringan lunak
Intervensi :
Post operasi
1. Dx. 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang
Kriteria hasil :
Suhu : 36o-38o C
Intervensi :
1. Kaji nyeri dengan PQRST (faktor penyebab, kualitas, lokasi, dan lamanya nyeri)
Rasional : mengetahui skala nyeri pasien
2. Ukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi)
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien
3. Ajari teknik relaksasi, misalnya : distraksi, relaksasi progressif, guide imagery, nafas
dalam, dan sebagainya.
Rasional : membantu mengurangi rasa nyeri pasien dan dapat membuat pasien lebih
relaks
Kolaborasi :
4. Berikan analgesic
Tujuan : Setelah diberikan intervensi keperawatan .. x 24 jam, diharapkan klien tidak mengalami
perluasan infeksi.
Kriteria hasil:
Suhu : 36o-38o C
Intervensi:
Kolaborasi
6. Pemberian antibiotic
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi pada sel basal dan epitel.
Intervensi:
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan klien
mampu menerima penampilan dirinya.
Kriteria hasil:
Intervensi:
1. Memberikan HE tentang dampak yang ditimbulkan oleh perubahan pada diri pasien
Rasional : Pemberian HE dapat meningkatkan pengetahuan sehingga pasien dapat
menerima perubahan pada dirinya
2. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pikiran dan
pandangan terhadap dirinya
Rasional : untuk menjalin hubungan saling percaya
3. Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional dari pasien
Rasional : mencegah adanya stigma dari orang – orang terdekat
4) Evaluasi
Pre Operasi :
S:
O:
Pasien dapat melakukan aktifitas dan latihan sesuai dengan yang dianjurkan
Otot pasien tidak mengalami atrofi lebih lanjut lagi
S : Pasien merasa lega karena bintik-bintik merah pada kulitnya mulai berkurang
O:
Tidak adanya tanda-tanda infeksi (kemerahan, peningkatan suhu, bengkak, nyeri dan
perubahan fungsi)
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
3) Dx. 3 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik dan gangguan
fungsi seksual
P : Pertahankan kondisi
4) Dx. 4 : Nyeri berhubungan dengan agen cedera (kimia) ditandai dengan sekresi HCl dan
pepsin meningkat
O:
Hasil pengukuran TTV dalam batas normal, untuk dewasa TTV normal yaitu :
Suhu : 36o-38o C
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
5) Dx. 5 : Risiko cedera dan infeksi berhubungan dengan imunitas didapat tidak adekuat
S:-
O:
Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi seperti, kemerahan, kenaikan suhu, nyeri, bengkak, dan
tanda – tanda infeksi lainnya seperti inflamasi
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
Post Operasi
1. Dx. 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi.
O:
Suhu : 36o-38o C
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
S:-
O:
Suhu : 36o-38o C
A : tujuan tercapai
P : pertahankan kondisi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi pada sel basal dan epitel.
S : Pasien mengatakan bahwa kulitnya tidak terasa perih lagi dan tidak terasa nyeri lagi
O:
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat
kemoterapi atau radiasi.
S : Pasien mengungkapkan bahwa ia tidak merasa malu tentang kondisi/ penampilannya setelah
menjalani kemoterapi atau radiasi
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipotalamus mensekresi CRF, yang mengatur sekresi ACTH oleh hipofisis anterior.
ACTH kemudian akan merangsang korteks adrenal menghasilkan hormone adrenokortikal.
Adanya desakan massa tumor di hipofisis dalam sela tursika mengakibatkan pasien merasa
pusing. Wajah moon face diakibatkan adanya penumpukan lemak khas gejala Cushing Sindrom.
Striae dan lemah yang dirasakan pasien terjadi akibat mobilisasi protein dari jaringan otot.
Amenore dan rambut yang tumbuh berlebih adalah konsekuensi dari berlebihnya sekresi adrenal.
Hiperpigmentasi terjadi karena meningkatnya sekresi ACTH yang juga menentukan
pembentukan melanin. Sifat retensi Na yang juga dimiliki oleh kortisol menyebabkan terjadi
hipertensi pada kasus hiperkortisisme.
Penatalaksanaan primer Cushing Sindrom adalah dengan tindakan operasi tumor hipofisis
atau pengangkatan kelenjar adrenal. Sedangkan pilihan kedua adalah dengan obat – obatan.
B. SARAN
Sebaiknya pasien menjalani operasi pengangkatan tumor hipofisis dahulu, kemudian mungkin
juga dapat dikombinasikan dengan obat – obatan penghambat sintesis hormone adrenokortikal.
DAFTAR PUSTAKA