DISUSUN OLEH:
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas limpahan rahmat,
hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tanpa suatu halangan yang berarti. Tidak lupa sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
penolakannya terhadap nafsunya sendiri. Kematian adalah keterbebasan jiwa dan
menjadi yang tak ternilai. (Al-Ghozali, 2000:27)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menjadi dasar dalam Al- Quran dan Al-Hadist agar manusia dapat
memahami arti kematian?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kematian datang secara tiba-tiba dan tidak akan pernah ada manusia yang
mengetahuinya, karena itu semua merupakan rahasia dari Allah SWT. Berkenaan
dengan ini maka Allah SWT berfirman ”Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-
Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat. Dan Dialah yang menurunkan
5
hujan dan mengetahui apa yang ada didalam rahim”. Dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakan besok. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi manapun dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal. (Q.S Luqman :34)
Ibnu Umar r.a. berkata, “Suatu ketika aku datang kepada Nabi SAW. dan
mendapati beliau sedang berada di tengah-tengah jamaah yang jumlahnya
sepuluh orang. ”Siapakah yang paling cerdas dan pemurah, wahai Rasulullah?’
Beliau menjawab,”Yaitu orang yang paling rajin mengingat mati dan orang yang
paling baik persiapan dalam menghadapinya. Itulah orang yang paling cerdas,
yang akan memperoleh kehormatan di dunia ini dan kemuliaan di akhirat
kelak.”(HR Bukhari Muslim)
Shafiha r.a. bercerita tentang seorang wanita yang suatu ketika mengadu
kepada ‘Aisyah r.a. tentang kekerasan hatinya. “Sering-seringlah mengingat
maut,” kata ‘Aisyah kepadanya, “agar hatimu menjadi lembut.” (HR Muslim).
Wanita itu mengerjakan apa yang disuruh Aisyah dan ternyata hatinya menjadi
lembut. Dia pun datang kepada Aisyah untuk mengucapkan terima kasih.
6
Al-Hasan berkata, “Aku belum pernah melihat orang cerdas yang tidak
takut mati atau sedih karenanya”. (HR Ahmad)
Sakaratul maut adalah Rasa sakit yang menyerang inti jiwa dan menjalar
keseluruh bagian jiwa sehingga tidak akan ada lagi satupun bagian jiwa yang
terbebas dari rasa sakit itu, sakit dari sakaratul maut akan menghujam ke jiwa dan
menyebar keseluruh anggota badan dan bagian orang yang sekarat merasakan
sendiri dirinya ditarik-tarik dan dicabut dari setiap urat saraf, persendian dan dari
tiap akar rambut di kaki dan kepala. (Al Ghazali:52).
Ketika sakaratul maut datang ketika itu pula roh seorang manusia akan
dipertaruhkan baik buruknya roh tersebut akan mempengaruhi proses pencabutan
nyawa dari Malaikat Izrail. Sakaratul maut yang dihadapi manusia itu ibarat
guncangan yang dahsyat pada manusia dan sakitnya diibaratkan suatu tanaman
yang berduri tertanam dan ditanamkan ditenggorokan manusia dan tanaman itu
dicabut dari tenggorokan manusia tersebut. Dalam hadits juga disebutkan
”kematian itu disertai dengan sekarat” (HR.Bukhari-Muslim). Jika sakaratul maut
itu datang maka roh akan digoda oleh pasukan setan dan malaikat, mudah
tidaknya roh itu keluar dari jasad manusia akan tergantung dari kekuatan iman dan
takwa manusia tersebut dalam menghadapi pasukan setan dan malaikat yang
datang menggodanya. Adapun kronologis dan tahapan dari kematian manusia itu
tergolong dalam dua bagian yaitu:
1. Husnul Khatimah identik dengan mudahnya roh untuk bertemu Allah SWT
Husnul Khatimah adalah akhir yang baik. Sebelum meninggal ia diberi
taufik untuk menjauhi semua yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah SWT.
7
Dia bertaubat dari dosa dan maksiat serta semangat melakukan ketaatan dan
perbuatan-perbuatan baik. Akhirnya ia meninggal dalam kondisi ini. Husnul
Khatimah memiliki beberapa tanda, diantaranya ada yang diketahui oleh hamba
yang sedang sakaratul maut dan ada pula yang diketahui orang lain. Tanda Husnul
Khatimah, yang hanya diketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya
khabar gembira saat sakaratul maut, berupa ridha Allah sebagai anugerah-Nya.
Kronologis dan tahapan sakaratul maut dari seorang mukmin adalah sebagai
berikut, ia akan didatangi oleh seorang malaikat yang membawa sutera
didalamnya terdapat bau kasturi dan wewangian dari surga, kemudian nyawanya
akan ditarik sebagaimana rambut yang ditarik dari tepung, kemudian dikatakan
pada nyawa itu ”Hai jiwa yang tenang keluarlah engkau dengan perasaan rela
menuju ridho Allah SWT”. Akhirnya roh itu diletakkan diatas sutera tersebut lalu
dibawa menuju Surga Iliyyin, tapi sebelum roh ini sampai pada tujuan akhirnya
akan masih melewati tujuh lapis langit dahulu. Dalam tiap tingkatan langit roh itu
akan ditanya roh tersebut baik atau tidak dan jika baik maka roh itu oleh langit
akan diagung-agungkan dan selalu dimintakan ampunan pada Allah SWT. Dari
proses itu semua maka Allah SWT memberikan perintah pada Malaikat yang
membawanya agar dicatat dalam ”ahlul yamin wa ash habul illiyin dengan
memperoleh derajat yang tinggi”. Setelah dikuburkan maka roh itu akan
dikembalikan pada jasadnya. Bagi hamba yang shalih maka akan mendapat
manfaat dari amal kebaikan yang telah kita perbuat selama di dunia. Hal ini juga
diperkuta dengan hadist yaitu Rasulullah SAW bersabda ”Sesungguhnya hamba
yang shalih waktu menghadapi sakaratul maut sendi-sendinya akan memberikan
salam satu sama lain dan berkata Keselamatan atasmu kamu meninggalkanku dan
aku meniggalkanmu sampai bertemu kembali di hari kiamat”. (HR Muslim)
2. Su’ul Khatimah identik dengan sulitnya roh untuk bertemu Allah SWT
Su’ul khatimah (akhir yang buruk) adalah meninggal dalam keadaan
berpaling dari Allah SWT. Berada di atas murka-Nya serta meninggalkan
kewajiban dari Allah. Akhir kehidupan yang menyedihkan. Tanda-tanda akan
8
kematian ini adalah menolak mengucapkan syahadat dan selalu mengucapkan
kata-kata jelek dan haram.
Kronologis dan tahapan sakaratul maut dari orang kafir dan pendosa
adalah sebagai berikut, ketika sakaratul maut datang dan tatkala itulah malaikat
membawa sepotong pakaian hitam yang di dalamnya terdapat bara api neraka lalu
nyawa orang kafir dan pendosa tersebut dicabut secara paksa dan dikatakan pada
nyawa itu ”keluarlah dengan dimarahi dan akan memperoleh kehinaan dan azab
dari Allah SWT”, akhirnya nyawa itu diletakkan di atas bara api lalu dimasukkan
kedalam kain hitam tersebut dan diangkat ke dalam Sijjin. Roh tersebut dalam
melewati tujuh langit selalu mendapat hinaan dan makian.
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Berpedoman dari firman Allah yang berbunyi ”kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (Q.S Ali-Imron:185). Dengan
dasar firman Allah SWT ini maka manusia diharapkan mencari bekal yang cukup
untuk kehidupan yang lebih kekal dan abadi. Seorang sufistis berkata bahwa dunia
itu ibarat sebuah lautan yang luas dan dalam. Manusia ibarat sebuah pelaut yang
belum mempunyai arah dan tujuan. Jika manusia tidak istiqomah dalam beriman
dan bertakwa maka ia akan tenggelam dalam lautan itu. Hal ini mengindikasikan
manusia harus waspada terhadap datangnya kematian. Di dalam kehidupan sehari-
hari seseorang harus mempersiapkan diri dengan bekal amal dan akhlak yang baik
dalam hubungannya dengan sesama manusia dan Allah SWT yang
diimplementasikan dalam ibadah dan muamalat sesuai dengan ajaran agama
Islam.
Allah SWT berfirman ”Lari itu sekali-kali tidak berguna bagimu jika
kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan dan jika kamu terhindar
dari kematian kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja”
(Q:S Al Jumuah :16). Jika manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada
bahwa ia juga akan mati seorang diri, tapi terkadang seorang manusia hanya
9
memenuhi nafsu duniawi dan lalai akan tugasnya sebagai manusia untuk selalu
taat pada Allah SWT. Kelalaian manusia tersebut akan berakhir ketika ajal sudah
menjemput dan jasad masuk dalam kubur. Semua amal, kemewahan dan harta
tidak akan dibawa di dalam kubur. Kematian memang suatu yang sangat
menakutkan. Kematian lain yang terasa lebih menyedihkan dan menyakitkan bagi
manusia. Manusia lalai terhadap kematian, karena diakibatkan kurangnya
perenungan dan ingatan terhadap kematian itu. Untuk menghujamkan kematian
pada hati manusia maka harus dapat mengosongkan hati dan pikirannya terhadap
nafsu duniawi. Pedihnya dan beratnya siksa kubur harus berakar kuat pada hati
manusia sehingga ketika dalam keadaan sepi dapat meneteskan air mata untuk
meresapi dan menghayati betapa perihnya siksa kubur itu. Hal yang paling
penting adalah manusia dapat mengukur diri dari nista dan dusta dari siksa kubur
yang akan kita dapat. Dengan demikian manusia akan termotivasi untuk selalu
mempersiapkan diri dan bekal untuk menghadapi kematian.
Rasulullah SAW bersabda ”Dua hal yang paling ditakuti dari kamu semua
melebihi dari segala yang lain menuruti hawa nafsu dan berpanjang angan-angan
sebab menuruti hawa nafsu akan menghalangi orang dari kebenaran sedangkan
berpanjang angan-angan akan mencintai kehidupan dunia (H.R Bukhori Muslim).
Selanjutunya Rosulluloh SAW bersabda ”Orang yang paling rajin mengingat mati
dan orang yang paling baik meresapinya dalam menghadapinya itulah orang yang
paling cerdas yang akan memperoleh kehormatan di dunia dan kemuliaan di
akhirat kelak” (H.R Muslim). Arti cerdas dalam hakikat kematian adalah hatinya
dapat petunjuk illahi yang disertai pada tiap perilakunya, sehingga arah hidupnya
akan terarah dan tertuju pada akhirat belaka. Kema`rifatan dan kekhasafullahan
hati akan mati harus tetap terpencar dalam hati dan hijab menghalangi hatinya itu,
harus diusahakan agar selalu hilang dan sirna untuk mendapatkan ridho Allah
SWT dengan demikian segala macam bencana, malapetaka, cobaan dan godaan
hidup akan sirna dengan menghayati akan hakikat kematian itu dalam kehidupan
sehari-hari. Mati adalah kontrol dari tiap perbuatan manusia dalam menjalankan
amal ibadahnya sehari-hari, dengan adanya kontrol tersebut maka manusia akan
selalu menjaga iman dan takwanya demi meraih bekal untuk kehidupan di akhirat
kelak.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
3. Manusia diharapkan mampu menjaga hati dan pikirannya dari nafsu duniawi
sehingga kema’rifatan hati akan terbuka untuk selalu mendapatakan cahaya illahi
dalam hidupnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Solihin, Abu ’ Izzudin. 2002. Tarbiyah Djatiyah. Solo: Burhanul Ikhwah Product.
Abdulah Azzam. 1991. Aqidah Landasan Pokok Membina Umat. Jakarta: Buku
Andalan.
12