Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANDI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Fiqih I

DISUSUN OLEH :
KOLOMPOK
NAMA

: 1. JUPLIZAR
2. UMMI CHAIRAH
3. YUSNIDRA

SEMESTER : III (TIGA)


JURUSAN

: AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

DOSEN PEMBIMBING

: M. JAHAR BULEK, M.H

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


UMAR BIN KHATTAB

STAI UBK UJUNG GADING


TA. 1437 H / 2016 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas kelompok Sejarah Peradaban Islam
yang membahas tentang MANDI.
Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami ucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
yang telah membantu kami secara tidak langsung.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen pembimbing
yang telah berkenan membimbing kami, sehingga kami dapat lebih terarah dalam
pembuatan tugas ini. Namun dalam makalah ini juga tentu memiliki banyak
sedikitnya kekurangan ataupun kesalahan. Oleh karenanya, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dan terlebih dahulu kami ucapkan terima
kasih.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Kritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat diharapkan dan akan diterima
dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga materi ini dapat bermanfaat dan
menjadi bahan pembelajaran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Penulis,
Kelompok II

DAFTAR
ISI
i

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan masalah ............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Pengertian Mandi ............................................................................ 2


Sebab-Sebab Mandi Wajib .............................................................. 3
Syarat-Syarat Mandi ........................................................................ 5
Rukun Mandi ................................................................................... 5
Sunnah-Sunnah Mandi..................................................................... 6
Macam-Macam Mandi Sunnah ....................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................8
B. Saran ................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
ii
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kebersihan adalah sebagian dari iman.Islam merupakan agama yang


bersih yang menghendaki setiap pengikutnya memiliki jasmani dan rohani
yang bersih untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Salah satu ibadah
yang wajib kita kerjakan sehari-hari adalah shalat. Shalat merupakan tiang
agama dan amal perbuatan yang akan dihisab pertama kali. Jika shalatnya sah,
maka amalnya pun diterima. Sedangkan jika shalatnya tidak sah, maka
ditolaklah seluruh amalannya. Salah satu syarat agar shalatnya sah adalah suci
dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar. Apabila orang muslim
berhadats besar, maka ia wajib bersuci, yaitu dengan mandi. Selain tuntutan
dari Allah, mandi juga berguna bagi kesehatan kita.
Dengan demikian kita harus mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan
dengan mandi, sehingga mandi yang dilakukan itu sah menurut ajaran syariat
ibadah.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa pengertian mandi?


Apa saja sebab-sebab wajib mandi?
Apa saja syarat mandi?
Apa saja rukun mandi?
Apa saja sunnah-sunnah mandi?
Apa saja yang termasuk mandi sunnah?

A. Pengertian Mandi

BAB II
PEMBAHASAN
1

Menurut lughat, mandi disebut al ghasl atau al ghusl berarti


mengalirnya air pada sesuatu. Sedangkan didalam istilah syara ialah
mengalirnya air ke seluruh tubuh disertai dengan niat.1[1]
Dalam kitab Fat-hul Qarib, pengertian mandi menurut bahasa ialah
mengalirkan air atas sesuatu perkara secara muthlaq.Sedangkan menurut
1[1] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 29

pengertian syara, mandi ialah mengalirnya air ke seluruh tubuh dengan


disertai niat yang sudah ditentukan.2[2]
Disyariatnya mandi berdasarkan firman Allah surat Al-Maidah
ayat 6:
pkr't %!$# (#qYtB#u #s)$
OFJ% n<) o4qn=9$# (#q=$$s
N3ydq_r
N3tr&ur
n<)
,#tyJ9$#
(#qs|B$#ur
N3r/
N6n=_r&ur
n<)
t6s39$# 4 b)ur NGZ. $Y6Z_
(#rg$$s 4 b)ur NGY. #yD
rr& 4n?t @xy rr& u!%y` tnr&
N3YiB z`iB !$t9$# rr& MGyJs9
u!$|iY9$# Nn=s (#rgrB [!$tB
(#qJJutFs #Y| $Y6hs (#qs|B$
$s N6dq_q/ N3r&ur mYiB 4
$tB !$# @yfu9 N6n=t
`iB
8ltym
`3s9ur

N.tdgs9 NG9ur mtGyJR


N3n=t N6=ys9 cr3n@
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka3
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)
B. Sebab-Sebab Wajib Mandi
a.

Bersetubuh
Ayat surat Al Maidah tersebut di atas menunjukkan kewajiban orang yang
junub untuk mandi. As Sayyid Sabiq mengemukakan pendapat Imam

2[2] Abu Amar, Imron. Terjemah Fat-hul Qarib.Menara.Kudus. 1982. Hlm. 29.

Syafii bahwa, arti umum janabat adalah bersetubuh sekalipun tidak


mengeluarkan mani.3[3]
Segala ketentuan hukum tentang persetubuhan tetap berlaku walaupun
zakarnya

dimasukkan

dalam

keadaan

terbalut,

misalnya

dengan

kondom.Selain mengenai wajibnya mandi juga berlaku pada batalnya


puasa, haji dan sebagainya.4[4]
b. Keluar mani baik dalam keadaan sadar atau karena mimpi.
Berdasarkan hadits riwayat Al Bukhori dan Muslim dari Ummu Salamah.
Berkata Ummu Salamah:

Artinya: Ummu Sulaim datang menemui Rasulullah SAW dan berkata

sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah perempuan


wajib mandi jika bermimpi? Rasulullah menjawab: Ya, jika ia melihat air
(mani). (HR. Muttafaqun alaih)5[5]
Air mani dapat dikenali dengan:
a.
b.
c.
d.

Keluarnya memancar beberapa kali,


Rasa lezat ketika keluar dan hilang syahwat setelahnya,
Bau adonan gandum, ketika masih basah.
Bau putih telur setelah mani itu kering.

Apabila seorang perempuan telah mandi, tetapi kemudian mani laki-laki


yang bersetubuh dengannya itu keluar kembali dari farajnya, ia tidak mesti
mengulangi mandi.6[6]
c.

Meninggal dunia.
jika ada orang islam meninggal kecuali mati syahid, maka orang islam
yang masih hidup wajib memandikannya.Kewajiban ini merupakan fardhu

kifayah.
d. Haidl/menstruasi.
Dalil mengenai hal ini adalah:
1) Firman Allah SWT:
tRq=tour `t syJ9$# (
@% uqd ]r& (#q9tI$$s u!$|
iY9$#

syJ9$#
(
wur
3[3] Daradjat, Zakiah. Ilmu Fiqih Jilid I.PT. Dana Bhakti Wakaf.Yogyakarta. 1995. Hlm. 54
4[4]Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 31
5[5]Daradjat, Zakiah. Ilmu Fiqih Jilid I.PT. Dana Bhakti Wakaf.Yogyakarta. 1995. Hlm. 55
6[6] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 32

`dq/t)s? 4Lym tbgt (


#s*s tbgss? dq?'s `B
]ym N.ttBr& !$# 4 b) !$#
=t
t/qG9$#
=tur
dgstFJ9$#
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh
itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri. (QS. Al-Baqoroh:222)
2) Hadits:


Artinya: Apabila haid datang maka tinggalkanlah shalat dan bila ia telah
pergi (selesai) maka mandilah dan shalat. (HR. Bukhori)
5
e. Nifas, yaitu darah yang keluar dari rahim wanita setelah melahirkan bayi.
f. Wiladah/malahirkan.
Perempuan diwajibkan mandi setelah melahirkan walaupun anak yang
dilahirkannya itu belum sempurna.Misalnya masih merupakan darah beku
(alaqoh) atau segumpal daging (Mudghah). Dalam hal ini ia diwajjibkan
mandi karena yang lahir itu adalah air mani yang telah membeku.7[7]
C. Syarat-Syarat Mandi
a. Islam.
b. Tamyis, orang mumayyiz ialah orang yang sudah dapat membedakan
segala perbuatan manusia yang baik dan yang buruk.
c. Dengan menggunakan air yang mutlaq (air yang suci dan mensucikan).
d. Tidak ada yang menghalangi sampainya air pada anggota badan seperti:
e.

cat, getah, dan lain-lain.


Tidak dalam keadaan haidl atau nifas.8[8]

D. Rukun Mandi
a.

Niat, maksudnya ialah sengaja menghilangkan hadats besar/ mandi sunah


yang lain. Niat tersebut harus dibaca bersamaan dengan basuhan yang

7[7] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 32-33
8[8]Abyan, Amir dan Zainal Muttaqin. Fiqih.CV. Thoha Putra. Semarang. 2004. Hlm. 41

pertama. Seandainya orang itu niat sesudah membasuh sebagian(anggota


badan) maka wajib mengulang pembasuhan sebagian anggota badan
tersebut.
Niat dianggap sah jika:
1) Berniat untuk mengangkat hadast besar, hadast janabah, haid, nifas, atau
hadast lainnya, dari seluruh tubuhnya,
2) Berniat untuk membolehkan shalat, thawaf atau pekerjaan lain yang hanya
boleh dilakukan dengan thoharoh atau,
3) Berniat mandi wajib, berniat menunaikan mandi, berniat thaharoh untuk
shalat.
b. Menghilangkan najis yang ada pada badan.
c. Meratakan air keseluruh badan, mulai dari rambut sampai jari-jari kaki.
Kewajiban membasahi rambut pada waktu mandi didasarkan kepada hadits
6
Nabi SAW:


Artinya: Sesungguhnya dibawah tiap-tiap rambut itu ada janabah, maka
basahilah rambut dan bersihkanlah kulit (HR. Bukhori)
E. Sunnah-Sunnah Mandi
Untuk kesempurnaan pelaksanaan mandi, maka disunnahkan pula
mengerjakan hal-hal berikut:
a. Membaca basmalah.
b. Membasuh tangan sebelum memasukkanya ke bejana.
c. Berwudhu dengan sempurna sebelum melakukan mandi.
d. Menggosok seluruh tubuh yang terjangkau oleh tangannya, sambil
memastikan agar air benar-benar mencapai semua bagian tubuhnya yang
tersembunyi, seperti ketiak, daun telinga, lipatan-lipatan pada perut, dan
sebagainya.
e. Muwalah, yakni membasuh suatu anggota sebelum kering anggota yang
dibasuh sebelumnya.
f. Mendahulukan menyiram bagian kanan dari tubuh, punggung dan perut.
g. Menyiram dan menggosok badan sebanyak tiga kali.
h. Khusus bagi perempuan, setelah selesai mandi haid atau nifas,
disunnahkan memakai kasturi atau wangian lainnya pada bekas darahnya,
kecuali kalau ia sedang ihrom atau berkabung. Kasturi itu ditaruh pada
kapas kemudian dimasukkan ke mulut kemaluannya.9[9]
F. Macam-Macam Mandi Sunnah
9[9] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 29-30

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.

Mandi hari jumat


Mandi hari raya Idul Fitri
Mandi hari raya Idu\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\l Adha
Mandi karena hendak mengerjakan shalat istisqo (minta hujan)
Mandi karena adanya gerhana rembulan
Mandi karena adanya gerhana matahari
Mandi karena selesai memandikan mayit
Mandi karena masuk islam
Mandi karena sembuh dari gila
Mandi karena sembuh dari ayan
Mandi karena akan mengerjakan ihram, baik ihram haji atau umroh
Mandi karena hendak memasuki negeri Makkah
Mandi karena hendak wukuf di Arafah
Mandi karena bermalam di tanah Muzdalifah
Mandi karena hendak melempar jumrah tiga
Mandi karena hendak thowaf
Mandi-mandi lain, misalnya mandi pada tiap-tiap malam bulan

ramadhan.10[10]

BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
1. Menurut lughat, mandi disebut al ghasl atau al ghusl berarti mengalirnya
air pada sesuatu. Sedangkan didalam istilah syara ialah mengalirnya air ke
seluruh tubuh disertai dengan niat.
10[10]Abu Amar, Imron. Terjemah Fat-hul Qarib.Menara.Kudus. 1982. Hlm. 37.

2.

Sebab-sebab wajib mandi ada 6, yaitu: Bersetubuh, keluar mani,

meninggal dunia, haidl, nifas dan wiladah.


3. Syarat mandi ada 5, yaitu: Islam, Tamyiz, menggunakan air mutlaq, tidak
ada sesuatu yang menghalangi sampainya air ke anggota badan dan tidak
sedang dalam keadaan haidl atau nifas.
4. Rukun mandi ada 3, yaitu: Niat, menghilangkan najis yang menempel di
badan, meratakan air ke seluruh tubuh.
5. Sunnah-sunnah mandi diantaranya: membaca basmalah, berwudhu dahulu
sebelum mandi, mendahulukan anggota tubuh bagian kanan, dll.
6. Macam-macam mandi sunnah diantaranya: mandi hari raya idul fitri dan
idul adha, mandi pada hari jumat, dll.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat pada khusunya si penulis dan pada
umumnya si pembaca. Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam
penulisan karya ilmiah (makalah) ini, baik itu dari kesalahan tanda baca,
bahasa dan sebagainya. Maka, atas dasar kekurangan itu diharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun. Agar ada perubahan yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA
8
Nasution, Lahmuddin. 1995. Fiqih I.:Logos (Wacana Ilmu dan
Pemikiran).
Abu Amar, Imron. 1982. Terjemah Fat-hul Qarib.Kudus:
MENARA
Daradjat, Zakiah. 1995. Ilmu Fiqih Jilid I. Yogyakarta:PT. Dana
Bhakti Wakaf.
Abyan, Amir dan Zainal Muttaqin. 2004. Fiqih.Semarang: CV.
Thoha Putra.

Anda mungkin juga menyukai