MANDI
DISUSUN OLEH :
KOLOMPOK
NAMA
: 1. JUPLIZAR
2. UMMI CHAIRAH
3. YUSNIDRA
: AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
DOSEN PEMBIMBING
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas kelompok Sejarah Peradaban Islam
yang membahas tentang MANDI.
Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami ucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
yang telah membantu kami secara tidak langsung.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen pembimbing
yang telah berkenan membimbing kami, sehingga kami dapat lebih terarah dalam
pembuatan tugas ini. Namun dalam makalah ini juga tentu memiliki banyak
sedikitnya kekurangan ataupun kesalahan. Oleh karenanya, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dan terlebih dahulu kami ucapkan terima
kasih.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Kritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat diharapkan dan akan diterima
dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga materi ini dapat bermanfaat dan
menjadi bahan pembelajaran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penulis,
Kelompok II
DAFTAR
ISI
i
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan masalah ............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB I
ii
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
A. Pengertian Mandi
BAB II
PEMBAHASAN
1
Bersetubuh
Ayat surat Al Maidah tersebut di atas menunjukkan kewajiban orang yang
junub untuk mandi. As Sayyid Sabiq mengemukakan pendapat Imam
2[2] Abu Amar, Imron. Terjemah Fat-hul Qarib.Menara.Kudus. 1982. Hlm. 29.
dimasukkan
dalam
keadaan
terbalut,
misalnya
dengan
Meninggal dunia.
jika ada orang islam meninggal kecuali mati syahid, maka orang islam
yang masih hidup wajib memandikannya.Kewajiban ini merupakan fardhu
kifayah.
d. Haidl/menstruasi.
Dalil mengenai hal ini adalah:
1) Firman Allah SWT:
tRq=tour `t syJ9$# (
@% uqd ]r& (#q9tI$$s u!$|
iY9$#
syJ9$#
(
wur
3[3] Daradjat, Zakiah. Ilmu Fiqih Jilid I.PT. Dana Bhakti Wakaf.Yogyakarta. 1995. Hlm. 54
4[4]Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 31
5[5]Daradjat, Zakiah. Ilmu Fiqih Jilid I.PT. Dana Bhakti Wakaf.Yogyakarta. 1995. Hlm. 55
6[6] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 32
Artinya: Apabila haid datang maka tinggalkanlah shalat dan bila ia telah
pergi (selesai) maka mandilah dan shalat. (HR. Bukhori)
5
e. Nifas, yaitu darah yang keluar dari rahim wanita setelah melahirkan bayi.
f. Wiladah/malahirkan.
Perempuan diwajibkan mandi setelah melahirkan walaupun anak yang
dilahirkannya itu belum sempurna.Misalnya masih merupakan darah beku
(alaqoh) atau segumpal daging (Mudghah). Dalam hal ini ia diwajjibkan
mandi karena yang lahir itu adalah air mani yang telah membeku.7[7]
C. Syarat-Syarat Mandi
a. Islam.
b. Tamyis, orang mumayyiz ialah orang yang sudah dapat membedakan
segala perbuatan manusia yang baik dan yang buruk.
c. Dengan menggunakan air yang mutlaq (air yang suci dan mensucikan).
d. Tidak ada yang menghalangi sampainya air pada anggota badan seperti:
e.
D. Rukun Mandi
a.
7[7] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 32-33
8[8]Abyan, Amir dan Zainal Muttaqin. Fiqih.CV. Thoha Putra. Semarang. 2004. Hlm. 41
Artinya: Sesungguhnya dibawah tiap-tiap rambut itu ada janabah, maka
basahilah rambut dan bersihkanlah kulit (HR. Bukhori)
E. Sunnah-Sunnah Mandi
Untuk kesempurnaan pelaksanaan mandi, maka disunnahkan pula
mengerjakan hal-hal berikut:
a. Membaca basmalah.
b. Membasuh tangan sebelum memasukkanya ke bejana.
c. Berwudhu dengan sempurna sebelum melakukan mandi.
d. Menggosok seluruh tubuh yang terjangkau oleh tangannya, sambil
memastikan agar air benar-benar mencapai semua bagian tubuhnya yang
tersembunyi, seperti ketiak, daun telinga, lipatan-lipatan pada perut, dan
sebagainya.
e. Muwalah, yakni membasuh suatu anggota sebelum kering anggota yang
dibasuh sebelumnya.
f. Mendahulukan menyiram bagian kanan dari tubuh, punggung dan perut.
g. Menyiram dan menggosok badan sebanyak tiga kali.
h. Khusus bagi perempuan, setelah selesai mandi haid atau nifas,
disunnahkan memakai kasturi atau wangian lainnya pada bekas darahnya,
kecuali kalau ia sedang ihrom atau berkabung. Kasturi itu ditaruh pada
kapas kemudian dimasukkan ke mulut kemaluannya.9[9]
F. Macam-Macam Mandi Sunnah
9[9] Nasution, Lahmuddin. Fiqih I. Logos (Wacana Ilmu dan Pemikiran). 1995. Hlm. 29-30
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
ramadhan.10[10]
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
1. Menurut lughat, mandi disebut al ghasl atau al ghusl berarti mengalirnya
air pada sesuatu. Sedangkan didalam istilah syara ialah mengalirnya air ke
seluruh tubuh disertai dengan niat.
10[10]Abu Amar, Imron. Terjemah Fat-hul Qarib.Menara.Kudus. 1982. Hlm. 37.
2.
DAFTAR PUSTAKA
8
Nasution, Lahmuddin. 1995. Fiqih I.:Logos (Wacana Ilmu dan
Pemikiran).
Abu Amar, Imron. 1982. Terjemah Fat-hul Qarib.Kudus:
MENARA
Daradjat, Zakiah. 1995. Ilmu Fiqih Jilid I. Yogyakarta:PT. Dana
Bhakti Wakaf.
Abyan, Amir dan Zainal Muttaqin. 2004. Fiqih.Semarang: CV.
Thoha Putra.